Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Poster adalah media komunikasi visual dalam bentuk cetak yang menampilkan gambar-
gambar menarik dan juga sebagai media untuk menyampaikan informasi kepada media masa. Sebuah
iklan dapat dipersepsi sebagai oleh masyarakat melalui tanda-tandanya. Menurut UU Penyiaran, jenis
iklan dibagi menjadi dua yaitu, iklan komersial, dan iklan layanan masyarakat. Iklan Layanan
Masyarakat (ILM) adalah iklan yang menyajikan pesan-pesan sosial yang bertujuan untuk
menyadarkan masyarakat terhadap sejumlah masalah sosial. Masalah sosial yang dimaksud adalah
kondisi yang bisa mengancam keserasian dan kehidupan. Iklan Layanan Masyarakat merupakan
bagian dari kampanye sosial yang bertujuan untuk menyampaikan ide atau gagasan untuk kepentingan
masyarakat. Biasanya pesan yang disampaikan berupa ajakan, pernyataan atau himbauan kepada
masyarakat untuk melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan demi kepentingn umum atau
merubah perilaku yang tidak baik supaya menjadi lebih baik. Dalam makalah ini akan dibahas secara
spesifik tentang Retorika Visual yang merupakan bagian dari pembelajaran Semiotika.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk memahami penerapan ilmu Retorika Visual
pada iklan poster yang konteksnya ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II

TEORI

2.1 Semiotika

Secara terminologi, Semiotika berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti tanda, atau
seme yang berarti penafsiran tanda. Pada dasarnya teori semiotika mempelajari bagaimana memaknai
sesuatu hal atau obyek-obyek. Hal ini tidak hanya obyek yang hendak berkomunikasi, tetapi juga
mengkontruksi sistem berstuktur dari tanda. Elemen dasar pada semiotika adalah tanda, menurut
Ferdinand de Saussure tanda merupakan objek fisik dengan sebuah makna: atau sebuah tanda (sign)
terdiri atas penanda (signifier) dan petanda (signified). Penanda adalah citra fisik tanda seperti yang
kita persepsi (seperti tulisan di atas kertas atau suara di udara); petanda adalah konsep mental yang
diacukan penanda.

Penanda + Petanda = Tanda Struktur tanda menurut Saussure.

Roland Barthes mengembangkan dua tingkatan pertandaan (staggered system), yang


memungkinkan untuk dihasilkannya makna yang juga bertingkat-tingkat, yaitu tingkat denotasi
(denotation) dan konotasi (connotation). Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan
hubungan antara penanda dan petanda, atau antara tanda dan rujukannya pada realitas, yang
menghasilkan makna yang eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang
menjelaskan hubungan antara penanda dan petanda, yang didalamnya beroperasi makna yang tdak
eksplisit, tidak langsung, dan tidak pasti (artinya terbuka terhadap berbagai kemungkinan).

2.2 Retorika Visual

Retorika visual adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan citra visual melalui
disiplin retorika. Smith et al. (2005, h. 141) menyatakan bahwa sebagai cabang ilmu pengetahuan,
retorika di zaman Yunani Klasik berkaitan dengan penggunaan simbol-simbol. Sebagai sebuah teori,
retorika berkaitan dengan seni berbicara namun tidak hanya sebatas hubungan antar narasi melainkan
berbagai macam simbol atau karya visual. Retorika visual yang digunakan dalam disiplin retorika,
memiliki dua makna. Satu, mengacu pada citra visual sendiri – komunikasi visual yang merupakan
studi objektif. Kedua, referensi perspektif atau pendekatan retoris dapat diadopsi dalam mempelajari
retorika pada objek visual melalui tiga aspek citra visual: sifat, fungsi, dan evaluasi.

Retorika visual memiliki dua makna dalam perspektif retorika, yaitu:

a. Retorika Visual Sebagai Artefak Komunikasi

Retorika visual adalah produk buatan individu (manusia) dengan menggunakan


simbol-simbol visual yang bertujuan untuk mempengaruhi audiens baik dari sisi psikologis
dan perilaku. Sebuah objek visual menjadi artefak komunikasi jika memiliki tiga
karakteristik, di antaranya:
1. Aksi simbolik : semua sistem komunikasi adalah sistem tanda. Dalam artian
sederhana, tanda berkomunikasi ketika berhubungan dengan objek lainnya. Untuk
memenuhi syarat sebagai retorika visual, gambar harus memungkinkan individu untuk
menilai dengan cara menghubungkan tanda-tanda yang ada dengan fakta yang
sebenarnya.

2. Intervensi manusia : artinya melibatkan manusia dalam proses pembuatannya


sehingga menghasilkan sebuah karya visual. Intervensi manusia memungkinkan
transformasi gambar nonretorika ke retorika visual, misalnya: keindahan pantai
hanyalah sebuah pemandangan alam, namun jika manusia menjadikan objek tersebut
ke dalam lukisan maka hasil dari karya tersebut adalah retorika visual. Retorika visual
memerlukan tindakan manusia baik dalam proses penciptaan atau dalam proses
penafsiran.

3. Kehadiran audiens : terkait dengan kehadiran seseorang sebagai pemberi


apresiasi untuk menilai sebuah karya visual.

b. Perspektif Retorika Visual

Yaitu analisis untuk melihat dimensi komunikatif dari karya visual dengan cara
melihat satu set gambar yaitu:

- Elemen yang disajikan (presented) :Tanggapan langsung terhadap gambar. Contonya,


warba, bentuk, garis, terkstur dan sebagainya.

- Elemen yang disarankan (suggested): Contohnya, tema, konsep, ide dan lain
sebagainya. Komunikasi akan efektif jika yang disarankan sesuai dengan apa yang disajikan.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisis Retorika Visual Pada Iklan Poster WWF Rainforest

WWF (World Wide Fund for Nature) mengeluarkan poster Iklan Layanan Masyarakat (ILM) yang
bertajuk tentang meningkatkan kesadaran lingkungan. Dalam iklan poster tersebut terdapat tangan
manusia dengan 4 jari utuh dan 1 jari jempol terpotong dan pohon subur yang ditebang.

A. Retorika Iklan

Premis 1:Penebangan pohon ibaratnya memotong jempol kita.

Premis 2:WWF mengajak kita untuk berhenti menebang pohon.


B. TEKS

Didalam iklan poster dengan tema Go Green ini menggunakan gaya bahasa informal yang
didalamnya mengandung sindiran terdapat teks tagline yang bertuliskan “We cut off something that
doesn’t grow up again”, yang mengandung makna sindiran bahwa apabila jika kita menebang pohon,
pohon tersebut tidak akan tumbuh kembali,Jika ingin menumbuhkan pohon butuh waktu yang lama.
Tagline tersebut menggunakan majas simile, bahwa menebang pohon sama halnya seperti kita
memotong jari kita sendiri. Ibu jari yang terpotong mewakili teks pada headline "... that doesn't grow
again".

Lalu, subtagline dengan teks “Wherever the rain forest is cleared, bareen ground remains”
menggunakan gaya bahasa penegasan, yang artinya “Di mana pun hutan hujan ditebangi, tanah tandus
tetap ada.” Hal ini dapat menunjukan bahwa sesuatu yang kita rusak, dampaknya akan kita rasakan
dan membekas dikemudian hari.

C. OBJEK VISUAL

Dalam iklan poster tersebut, terpampang visual sebuah tangan kiri laki-laki. Dilihat dari
struktur tangannya yang besar dan urat yang menonjol, menunjukkan tangan-tangan pekerja keras.
Sedangkan tangan kiri nya melambangkan sesuatu yang kurang baik, seperti dalam konteks iklan
poster tersebut, memotong pohon sembarangan itu illegal. Dalam visual poster tersebut menyisakan 4
jari utuh, yang di artikan dari segi positifnya yaitu apabila satu pohon ditebang, maka harus ada 4
pohon yang ditanam. Sedangkan sisi negatifnya, 4 jari itu seperti menghitung hari atau waktu sampai
pohon yang di tebang habis tak bersisa, yang berdampak pada kepunahan hutan hujan dan kerusakan
ekosistem bumi. Kemudian, dalam poster tersebut terdapat ibu jari yang terpotong. Ibu jari sangat
berperan penting dalam beraktivitas sehari-hari, fungsinya untuk menyeimbangkan kinerja jari dan
idetintas sidik jari. Apabila kehilangan ibu jari maka pekerjaan yang menggunakan tangan akan tidak
stabil dan kehilangan identitas sidik jari. kemudian, visualisasi urat pada poster tersebut ibaratnya akar
pada pohon. Urat berpengaruh pada kinerja tubuh manusia dan kelangsungan hidup, begitupula
dengan akar yang berpengaruh untuk kelangsungan hidup pohon. Dalam visual poster ini, pohon
tersebut termasuk jenis pohon yang subur, dalam masa produktif dan sejenis dengan pohon yang
berada di hutan hujan.

D. LOGO

Logo Panda WWF yang berada di pojok kiri bawah menandakan lembaga yang merilis poster
tersebut.
BAB III

KESIMPULAN

Penulis mengambil kesimpulan dari apa yang telah di sampaikan di atas. Bahwa dalam iklan
poster WWF rain forest, menyampaikan sebuah pesan peringatan dan penegasan untuk semua
manusia di bumi bahwa memotong sebuah pohon sama halnya dengan kita memotong ibu jari kita
sendiri. Pohon adalah ibu dari segala proses ekosistem di bumi dan penyeimbang kelangsungan hidup.
Begitu juga ibu jari memiliki peran yang sangat penting untuk manusia. Dalam subtagline
memasukkan kata “Rainforest”, itu menunjukkan bahwa hutan hujan adalah tempat yang sangat subur
untuk penumbuhan pohon yang hijau. Seperti dalam tagline teks “Wherever the rain forest is cleared,
bareen ground remains”. Apabila tempat yang subur untuk pohon berubah menjadi tanah tandus,
maka dampaknya berbalik kembali kepada manusia. Dengan pendekatan retorika visual, kita bisa
menjadi lebih tahu makna dan arti dari iklan poster dalam kehidupan sehari hari.

DAFTAR PUSTAKA

http://yaskifibriani.blogspot.com/2015/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html

http://www.signosemio.com/peirce/semiotics.asp

http://ardhibumi.blogspot.com/2010/07/analisa-penggunaan-tanda-pada-iklan.html

https://www.behance.net/gallery/11136591/WWF-Rainforest

Anda mungkin juga menyukai