TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Representasi
tersebut memiliki ketergantungan pada tanda dan juga citra yang ada dan
proses yang melibatkan suatu keadaan yang dapat mewakili symbol, gambar,
dan semua hal yang berkaitan dengan yang memiliki makna. Pengambaran
yang dimaksud dalam proses ini dapat berupa deskripsi dari adanya perlawanan
realitas disampaikan dalam komunikasi, via kata – kata bunyi, citra, atau
melalui Bahasa lewat Bahasa (symbol – symbol dan tanda tertulis, lisan, atau
8
dan ide – ide tentang sesuatu Juliastuti, (2000:6). Representasi juga dapat
sesuatu lewat yang diluar dirinya biasanya berupa tanda atau symbol (pilang,
2003).
konsep makna dalam pikiran melalui bahasa. Ini adalah hubungan antara
konsep dan bahasa yang menggambarkan obyek, orang, atau bahkan peristiwa
fenomenanya tidak hanya terjadi melalui ungkapan verbal, namun juga visual.
pertama adalah representasi mental, yaitu konsep tentang sesuatu yang ada
sesuatu yang tidak dapat diberikan pengambaran yang masih berupa sesuatu
yang tidak dapat diberikan pengambaran yang detail, melainkan betuk abstrak,
9
kedua representasi bahasa, proses ini termasuk proses yang sangat penting
karena konsep lanjutan dari adanya peta konseptual yang lahir di masing –
masing diri. Dari abstak yang ada, kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa
yang sering kita gunakan sehari- hari, maka dari situ lahirlah penggambaran
sesuatu yang dimaksud melalui tanda, symbol, ataupun makna gambar. Jalinan
atau dua penjabaran ini dapat dikatakan sebagaimana bentuk sederhana dari
adanya representasi.
makna yang dipahami dan makna tersebut dapat digunakan untuk mengelabuhi
objek, seseorang, ide – ide, ataupun kejadian dalam kehidupan nyata. Dalam
pandangan ini dapat dipahami juga sebagai sebuah cermin. Cermin yang dapat
normative (Hall, 1997:13) dalam pendekatan ini juga reflective dapat berarti
bersangkutan.
10
Pendekatan kedua adalah pendekatan intentional. Pendekatan ini
untuk mengatakan maksud dan memiliki pemaknaan tersendiri atas apa yang
pemaknaannya. Kata – kata diartikan sebagai pemilik atas apa yang ia maksud
maksudkan.
ini lebih menekankan pada proses konstruksi makna melalui bahasa yang
digunakan. Dalam pendekatan ini, bahasa dan pengunaan bahasa tidak dapat
melalui aktor- aktor sosial yang memakai system konsep kultur bahasa dan
sebuah wacana, jauh dianggap lebih besar dari pada bahasa, yang biasa disebut
dengan istilah topik, jadi produksi mana yang ada pada suatu kultur dihasilkan
oleh wacana yang diangkat oleh individu - individu yang berinteraksi dalam
11
wacana yang diangkat. Sedangkan pada pendekataan simiotik, akan dijabarkan
tentang pembentukan tanda dan makna melalui medium bahasa (Hall, 1997:26).
industri budaya yang dikonsumsi secara masal oleh penikmat budaya tersebut.
mengkontruksi budaya yang diproduksi dan dikosumsi secara masal oleh media
massa. Dalam industry budaya, hal – hal yang direpresentasikan adalah artefak-
Stuart Hall, budaya adalah tentang makna-makna yang dibagi. Bahasa dalam
konsep budaya menjadi penting, karena Bahasa lah budaya menjadi lebih
12
mengenai pengalaman pribadi. Seseorang merasa menjadi bagian dari sebuah
kebudayaan yang sama dengan orang lain. Tidak hanya melalui tempat
tinggalnya yang sama juga. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang
sama jika manusia tersebut yang didalamnya membagi pengalaman yang sama,
kode-kode yang sama berbicara dengan Bahasa yang sama dan saling membagi
manusia dalam kelompok budaya yang sama, menggunakan nama yang sama
bicaranya. Dalam hal ini “pensil merupakan kode yang telah disepakati bersama
13
kerangka kerja sosial yang lebih inklusif. Iklan saat ini memposisikan pria
sebagai obyek seksual. Iklan menciptakan standar baru masyarakat untuk pria,
yakni sebagai sosok yang agresif sekaligus sensitive, memadukan antara unsur
kekuatan dan kepekaan sekaligus. Pria macho sudah teregantikan oleh sesosok
pria yang kuat dan tegar di dalam tetapi lembut dipermukaan. Ungkapan ini
konsep maskulinitas lama. seperti di citrakan atau di ikon kan pada sepakbola
ganteng seperti David bechkam, yang dimana dirinya mempunyai daya tarik
yang baru dari sesosok pria, dengan kepadaianya bermain bola dilapangan
penampilannnya yang dandy berhias anting, wajah, kuku yang bersih dan rapi
karena perawatan yang rutin. Sosok ini yang menyajikan paduan yang unik
membuka mata dunia atas stereotype imaji maskulin yang selama ini terbentuk.
kota, yakni tempat tren ini terpusat, sedang ”seksual” berkonotasi preferensi
1994, Simpson dalam tulisannya “pria metroseksual adalah pria lajang, belia
14
yang paling menjanjikan pada dekade ini. Pada dekade 80-an pria seperti ini
hanya dapat ditemukan di dalam majalah fashion seperti GQ, dalam iklan
televisi Levis, pada dekade 90-an ia ada di mana-mana dan gemar berbelanja”.
Menurut Simpson, ciri khas metroseksual adalah pria muda yang memiliki uang
pusat kebugaran, dan penata rambut terbaik. Ia bisa saja adalah seorang gay,
heteroseksual, atau biseksual. Akan tetapi, ini hanyalah imaterial belaka karena
1. Pada umumnya tinggal di kota besar, dimana hal ini tentu saja
yang dijalani.
15
4. Secara intens mengikuti perkembangan fashion di majalah-majalah
2004, A New Style for Man : metrosexual) dalam Jurnal Prayogo W. Waluyo.
16
6. Tinggal di daerah perkotaan sehingga dapat melakukan aktifitas
kota metropolis dengan gaya hidup yang urban, dan menaruh perhatian lebih
pada penampilan, seorang krateristik pria yang unik dan merawat diri melebihi
sebuah perilaku atau gaya hidup yang mengambil bagian paling besar. Gaya
hidup menjadi salah satu factor penentu status metroseksual. Pria metroseksual
memiliki gaya hidup yang mengarah pada Berpergian ketempat mall atau butik
Ciri dari gaya hidup pria metroseksual adalah mereka sosok yang berani
(pleasure shopping) dari pada belanja karena memang ingin ada yang
17
2. Metrsoseksual memiliki kemampuan dalam hal komunikasi dan
kesamaan dasar, semuanya membahas penciptaan imaji atas pria baru yang
dimana karakter masklulinnya tak lagi segarang dulu. Mereka lebih lembut dan
2.3 Maskulinitas
tentang gender. Kata “gender” berasal dari Bahasa inggris. Jika dilihat dari
kamus bahasa inggris, tidak secara jelas dibedakan pergertian antara sex dan
gender. Secara umum gender berbeda dengan jenis kelamin. Jenis kelamin
18
adalah konstruksi biologis yang dibawa oleh individu sejak lahir, sedangkan
gender adalah hasil konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia, yang
menurut waktu, tempat dan budaya setempat dari satu jenis kelamin dan kepada
jenis kelamin lainya. Gender kerapkali disamakan dengan seks (jenis kelamin),
gender dan seks suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Yang artinya,
membicarakan tentang gender tidak terlepas dari jenis kelamin (seks), namun
antara gender dan seks memiliki perbedaan makna. Kata “gender” dapat
diartikan sebagai perbedaan peran, fungsi, status dan tanggung jawab pada laki
– laki ataupun perempuan sebagai hasil dari bentukan konstruksi sosial budaya
yang tertanam lewat proses sosialisasi dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
Dengan demikian gender adalah hasil kesepakatan antar manusia yang tidak
maskulinitas adalah sekumpulan makna yang selalu berubah tentang hal – hal
yang berhubungan dengan laki – laki sehingga memiliki definisi yang berbeda
pada setiap individu dan waktu yang berbeda. Menurt Barker, dalam Nasir
(2007 :) maskulin merupakan hasil konstruksi kelaki - lakian. Laki – laki tidak
19
dilahirkan begitu saja dengan sifat maskulinya secara alami, maskulinitas
kuat, pelindung, diikuti dengan peran – peran publik yang harus dijalaninya.
mengikutinya.
dalam jurnal yang dipublikasi oleh Ryani Dhyan Parashakti (2015) “Perbedaan
Maskulinitas Femininitas
Agresif Responsive
kompetitif Kerjasama
Intuitif
Mempersatukan
Hammond
20
Pisah dari sifat alamiah Bagian dari sifat
alamiah
Makanis Sistematis
Pemisah Penyatu
Keras Lunak
Menang-kalah Menang-menang
Berentetan Berjarak
Mengontrol Membebaskan
Pemisah Penggabungan
Independent Mendukung
Control Kerjasama
pola keseluruhan
Keberadaan
masyarakat yaitu :
21
1. Fiksik : jantan, atletis, kuat, berani, ceroboh, tidak peduli penampilan
individualis, menuntut
memberikan indikasi dan implikasi bahwa dari keduanya memiliki peran dan
tugas berbeda. Ada tugas yang memang dapat dipertukarkan dan ada juga tugas
media. Media sebagai alat penyebar sebuah informasi dan alat komunikasi telah
sebagai agen sosialisasi gender yang penting dalam keluarga dan masyarakat.
media mengungkapkan kepada kita tentang sosok pria dan wanita dari sudut
22
pandang tertentu. Media seringkali dikatakan sebagai penciptakan nilai – nilai
maskulinitas laki- laki , baik media cetak maupun media elektronik. Televisi
misalnya, lebih bayak menggambar sesosok pria yang ditampilkan dalam peran
pemimpin.
itu seperti yang di kemukakan oleh Beyon dalam jurnal yang dipublikasikan
oleh Argyo Demartoto pada tahun 2010 yang berjudul “ konsep maskulinitas
dari jaman ke jaman” beyon membagi maskulin dengan ide tren perkembangan
kelas pekerja dengan bentuk tubuh dan perilaku yang dominan terutama
atas perempuan.
23
lain. Seseorang harus mempunyai kekayaan,
yaitu new mas as narcist hal ini berkaitan dengan komersialisme terhadap
dua. Para pemuda generasi tahun 60-an zaman hippies yang tertarik
dengan gaya pakaian dan musik pop. Banyak produk komersil untuk
24
laki-laki yang bermunculan. Bahkan sosok laki laki menjadi objek
seksual menjadi bisnis yang amat luar biasa. Di masa ini menunjukkan
dekade tahun 1990-an. Laki- laki kembali bersifat acuh dan tidak peduli
dengan sifat maskulin yuppies yang peduli akan penampilan. The new
lad ini berasal dari musik pop dan football yang mengarah kepada sifat
yang keras, macho, dan holigansem. Pada dekade 90-an laki-laki masih
senang, menikmati hidup bebas, seperti apa adanya. Seperti laki – laki
yang ditawarkan terjual laris. Namum iklan bukan hanya sekedar menjual
sebuah ideologi, gaya hidup, dan imaji. Dengan kelihaian dan trik tertentu
25
sehinga dapat menimbulkan kesan positif agar dapat mensugesti khalayak
untuk memberi makna pada semua hal disekitar, baik manusia maupun
yang melakat dalam masyarakat saat ini adalah konstrukis gender. Identitas
bahwa sifat maskulin dan feminim merupakan sifat ilmiah laki-laki dan
perempuan.
26
Wernik(1992:32) dalam jurnal yang di publikasi oleh Novia kurnia
media promosi budaya dan iklan adalah sebuah sarana ekspresi ideologi
masyarakat, karena iklan bermain dalam dunia tanda dan Bahasa. Melalui
ini tergambarkan sebagai citra pigura, citra pilar, citra pinggan, dan citra
27
berambut panjang (iklan-iklan shampoo). Secara luas perempuan memiliki
digambarkan dengan tiga hal utama : pertama “keapikan” fisik dari rumah
suaminya (iklan super pel), kedua pengelolahan sumber daya rumah tangga
sebagai istri dan ibu yang baik dan bijaksana (iklan Pepsodent dan iklan
susu Dancow). Dan ketiga, ibu sabagai guru dan sumber legitasi bagi anak-
melepaskan diri dari dapur karena dapur adalah dunia perempuan (iklan
indomie).
menjadi dambaan wanita (iklan extrajoss), atau citra sebagai makluk yang
mengakibatkan timbul nilai- nilai maskulin baru yang diusung oleh pria-
28
Beberapa contoh representasi iklan yang menunjukan gambaran
maskulini dan fiminim. Salah satunya iklan pada produk perawatan wajah,
penggunaan model yang memiliki ciri yang sangat lembut dan terawat. Hal
yang menjadikan role model baru untuk pria baru dalam maskulinitas
modern. Melalui produk – produk iklan akan terbentuk identitas pria yang
melalui penampakan bagian – bagian tubuh yang hampi memiliki nilai fetis
29
terhadap kosmologi patriaki. Tubuh seorang perempuan seakan-akan
produk.
2.4 Iklan
sebuah informasi tentang sebuah produk atau jasa yang ditunjukkan kepada
masyarakat untuk tertarik, membeli dan menggunakan produk atau jasa yang
ditawarkan. Menurut Thomas M.Garret, S.J yang di kutip oleh Yeremis Jena
dalam artikel etika dalam iklan januari 1997 iklan di pahami sebagai aktifitas-
aktifitas penyampaian pesan visual atau oral kepada suatu khalayak, dengan
barang dan jasa-jasa yang diproduksi atau untuk melakukan tindakan – tindakan
ekonomi terhadap idea-idea, istitusi, atau pribadi yang terlibat dalam iklan
tersebut. Menurut (Kasali 2007:11), iklan adalah segala bentuk pesan tentang
suatu produk yang disampaikan lewat media, ditujukan kepada sebagian atau
seluruh masyarakat
30
keuntungan suatu produk, yang disusun sedemikian rupa sehingga
untuk melakukan pembelian. Sedangkan menurut Kotler & Keller yang dialih
presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor
dan keuntungan suatu produk yang dibiayai pihak sponsor tertentu. Jadi secara
dimaksud adalah media massa cetak ( surat kabar, majalah,tabloid, buku) dan
media massa elektronik ( Televisi, radio dan film). Banyak kita jumpai iklan -
Iklan televisi dalam Bugin (2011:107) iklan televisi adalah sebuah dunia
dan mempesona menjadi suatu sistem yang keluar dari imajinasi dan muncul
kedalam dunia nyata melalui media. Iklan televisi adalah sebuah program yang
produk atau jasa yang secara umum memiliki durasi singkat kurang lebih 30
detik sampai 1 menit. Iklan televisi baru muncul di Indonesia pada 24 agustus
31
Semakin bekembangnya dunia periklanan dewasa ini televisi menjadi
televisi. Bahkan ada biro iklan yang menjadikan televisi sebagai media ampuh
produk atau jasa. Yang menjadi dasar biro iklan menjadikan televisi media yang
paling ideal untuk promosi adalah kekuatan atau kelebihan media televisi dari
media yang lainnya. Iklan di televisi atau iklan televisi mempunyai dampak
yang sangat kuat terhadap konsumen dengan penekanan pada dua indera
serta mampu membangun ingatan yang kuat mengenai produk. Sehingga iklan
televisi merupakan salah satu bentuk strategi media yang di anggap paling
Dilihat dari survei yang dilakukan oleh Nilsen Indonesia, yang di publis
iklan menunjukan trend yang positif. Total belanja iklan pada tahun 2017
meningkat 8% dari tahun sebelumnya dengan nilai yang mencapai 145 triliun.
Porsi belanja iklan dalam tahun 2017 masih dinominasi oleh media televisi
yang sebesar 80% dari total belanja iklan yang tumbuh 12% dibandingkan
televisi. Saat ini media televisi masih menjadi media utama bagi masyarakat.
32
Dilihat dari survei yang dilakukan oleh Nielsen Consumer Media View (cmv)
Gambar 2.41
Penetrasi Media dari Survei Nielsen Indonesia 2017
(Sumber Gambar: databoks.katadata.co.id)
Media televisi adalah media iklan yang paling ideal, dalam artian
imange produk pemirsa karena media televisi memiliki kekutan pada audio dan
visual. Kategori besar dari sebuah iklan televisi adalah berdasarkan sifat media,
dimana iklan televisi dibangun dengan dari kekuatan visualisasi objek dan
menggunakan cerita – cerita pendek menyerupai karya film pendek. Dan karena
33
waktu tayang yang pendek, maka iklan televisi berupaya keras meninggalkan
Iklan televisi merupakan salah satu media atau bagian dari klasifikasi
iklan lini atas (above the line) selain tayangan iklan di media cetak, radio,
billboard, dan lain sebagainya (Jeffkins, 1997: 28). Beberapa kelebihan maupun
iklan menurut Jeffkins (1997: 109) adalah kesan realistik, masyarakat lebih
masyarakat, ideal bagi pedagang eceran, serta terkait erat dengan media lain.
kreatifitas dan efek, serta prestise.Iklan televisi sering disebut sebagai the magic
system hal ini dikarenakan selain menawarakan dunia instan, iklan televisi
yang”besar” sebagai suatu sistem yang magis (the magic system). Dalam kata
kepada pemirsanya.
masyarakat luas, namun iklan televisi tidak hanya sekedar menampilkan sebuah
34
symbol – symbol yang mengandung makna – makna tertentu. Hal ini dibuat
Iklan televisi memiliki karateristik khusus dari media iklan yang lainnya
yaitu dari kombinasi suara dan gambar gerak. Dengan karakteristik tersebut,
televisi banyak dinikmati oleh khalayak dari semua kalangan dan memiliki
berikut:
a. keunggulan
1. Efiensi biaya
dan pendengaran.
35
3. Pengaruh yang kuat
b. Kekurangan
3. Kesulitan teknis
a. Kekuatan
36
para pengiklan untuk memperkenalkan kepada khalayak
3. Fokus perhatian
diiklan tersebut.
5. Prestise
37
Sebuah perusahaan yang mengiklankan produknya di
6. Waktu tertentu
b. Kelemahan
1. Biaya mahal
2. Informasi terbatas
38
informasi yang akan didapat oleh pemirsa atau audiens.
4. Penghindaran
program acara/channel.
5. Tempat terbatas
39
Lembaga penyiaran swasta paling bayak 20 persen dari
(2011) “ pengaruh penggunaan celebrity endorse media televisi dan pesan iklan
a. Kekuatan
cetak.
b. Kekurangan
40
3. Khalayak yang selektif (tidak setajam media yang lainya
pemborosan)
produk, tetapi sistem ide dengan menyisipkan sebuah simbolik secara otonom
Realitas yang dibangun oleh produsen sebagai cara mempengaruhi suatu sikap
cara untuk mempengaruhi suatu sikap dan cara pandang terhadap suatu realitas.
Apa yang kita rasakan sebagai “pertukaran nilai simbolik” seperti coca cola,
dimana produk tersebut telah menjadi salah satu minuman utama yang disajikan
pada berbagai kegiatan seremoni seperti seminar, pernikahan, dan bahkan hari
raya keagamaan. Begitu juga indomie telah menjadi salah satu makanan yang
selalu disediakan pada setiap saat dan setiap waktu. Iklan telah menciptakan
sistem gagasan yang tanpa disadari telah mejadi realitas sosial budaya di mana
41
Kita pun dapat menyaksikan tayangan – tayangan iklan komersil di televisi
yang tidak lagi menekankan fungsi atau kegunaan produk, tetapi lebih kepada
merepresentasikan sosok lali – laki yang ganteng, putih dan maskulin. Contoh
tanda tersebut mempunyai arti. Kajian semiotika berada pada dua paradigma
Secara etimologi semiotik berasal dari kata Yunani simeon yang berarti
42
kebudayaan sebagai ilmu tanda dan segala yang berhubungan dengannya :
tanda suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda – tanda
disini yaitu perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di
dunia ini, di tengah tengah manusia dan bersama sama manusia. Semiotika,
Sobur (2004 : 16) semiotika adalah tentang teori tanda – tanda dan penandaan.
Charles Sander Peirce adalah seorang fisuf Amerika yang orisinal dan
berhubungan dengan orang lain, serta dapat memberikan makna apapun itu
semiotika yang dapat berupa diskusi ataupun komunikasi dengan diri sendiri
43
terdapat beberapa kualifikasi yang membagi beberapa tanda dalam pendapat
44
Misalnya rambu lalu lintas yang memberikan kita perintah dan
untuk keluar, maka kita langsung keluar dari tempat kita berada.
45
tertentu. Misalnya seseorang mengatakan bahwa sebuah
karena teori symbol. Teori dari Saussure ini memberikan dan menciptakan
semiotika yang berangkat dari pemahaman linguistik. Oleh karena itu, teori
Saussure (dalam junal Mudjiyanto dan Nur, 2013 “ semiotika dalam metode
penelitian komunikasi) ada tiga kata dalam Bahasa prancis yang merujuk pada
“Bahasa”. Yakni parole, langage, langue. Parole adalah jenis ekspresi Bahasa
individu sudah pasti berbeda-beda terlepas dari bahasa yang digunakan oleh
semua masyarakat, tetapi masih tidak dapat dikatakan sebagai fakta sosial juga
46
intinya dalam semiotika Saussure, lingustik awalnya akan mencari pola-pola
yang sama kemudian dicocokan dengan realitas yang ada dalam masyarakat.
Ada lima hal yang dapat dikatakan sebagai hal yang penting dalam
- Signifier
- Signified
- Form
signifier. Kemudin konsep dari adanya bunyi atau gambar tersebut yang sudah
diterimanya tersebut.
dipisahkan dalam penggunaan untuk memahami suatu makna dan dalam tanda,
oleh karena itu, dalam komunikasi juga harus memiliki pemahaman yang sama
komunikasi.
47
Kode dapat diartikan sebagai Bahasa lain yang dapat diketahui pula
murid dari Saussure sendiri, yaitu Roland Barthes. Teori Barthes dikembangkan
dari teori penanda dan pertanda yang dicetuskan oleh Ferdinand de Saussure,
Sobur (2003: 63) menyebutkan sebagai tokoh yang memainkan peranan sentral
48
Barthes mengembangkan sebuah akses model relasi antara apa yang
disebut sistem yaitu perbendaharaan tanda (kata, visual, gambar, benda) dan
(tanda) sebagai sebuah proses yang total dengan suatu susunan yang sudah
terstruktur. Signifikasi itu tidak terbatas pada bahasa, tetapi terdapat pada pula
dengan menyelidiki hubungan antara penanda dan tanda pada sebuah tanda.
bukanya yang satu kemudian membawa pada yang lain, tetapi korelasihlah
tertentu dalam waktu tertentu Sobur (2004: 63). Barthes sendiri dalam (Cobley
& Janz, dalam sobur, 2004 : 68) kerap membahas fenomena keseharian yang
49
walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar
dapat berfungsi.
1. Signifier 2. Signified
(penanda) (petanda)
3. Denotative sign (tanda
deonotatif)
Gambar 2.5.4
Tabel Peta Penanda Roland Barthes
(Sumber: PaulCobley&Litza Janz, 1999; dalam Sobur, 2004: 69)
Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotasi (3) terdiri atas
penanda (1) dari petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif
adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan
unsur materiel : hanya jika anda mengenal tanda “singa” barulah konotasi
seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan
Janz, 1999:51 dan sobur, 2004 : 69). Tahap konotasi pun dibagi menjadi 2.
Tahap pertama memiliki 3 bagian yaitu efek tiruan, sikap, dan objek.
50
dalam Roland Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan
melihat aspek lain dari penandaan, yaitu mitos yang menandai suatu
dipergunakan oleh Barthes untuk ideologi. Mitos ini tidak di pahami pengertian
klasiknya, tetapi lebih diletakkan pada proses penandaan ini sendiri, artinya
berada pada tingkatan kedua penandaan, jadi setelah terbentuk sistem tanda –
penanda – petanda, maka tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang
dan konstruksi penandaan tingkat kedua ini dipahami oleh Barthes sebagai
metabahasa. Perpektif Barthes tentang mitos ini menjadi salah satu ciri khas
semiologi yang membuka ranah baru semiologi, yakni penggalian lebih jauh
51