Budiman)… 115
REPRESENTASI TENTARA
DAN RELASI SIPIL-MILITER
DALAM SERIAL PATRIOT
THE REPRESENTATION OF ARMY AND CIVIL-MILITARY RELATIONS
IN PATRIOT SERIES
Naskah Diterima:12 Januari 2018 Naskah Direvisi:16 Februari 2018 Naskah Disetujui:3 Maret 2018
Abstrak
Penelitian ini mencoba membedah muatan ideologis yang terdapat dalam serial televisi
Patriot. Selain itu, penelitian ini juga membaca representasi tentara dan hubungan sipil-militer
yang terlihat dalam serial tersebut. Serial Patriot dinilai penting karena menjadi serial televisi
pertama yang mengangkat kisah militer sejak jatuhnya Orde Baru pada 1998. Serial Patriot dalam
penelitian ini dilihat sebagai media massa yang merefleksikan nilai atau norma dalam
masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatatan kualitatif dengan memakai konsep codes of
television yang dikemukakan oleh John Fiske. Ia menyatakan bahwa kode dalam televisi memiliki
tiga tingkatan: reality, representation, dan ideology. Melalui penelitian ini dapat diketahui bahwa
serial Patriot memiliki pesan ideologis yang tersirat, antara lain: nasionalisme, patriotisme,
didaktisme, dan menempatkan tentara sebagai penjaga nilai moral. Hubungan sipil-militer dalam
Patriot terlihat lebih didominasi oleh pihak militer. Peran pemimpin sipil tidak nampak dalam
Patriot. Pihak sipil digambarkan bergantung kepada pemimpin yang memiliki latar belakang
tentara.
Kata kunci: televisi, representasi, ideologi, tentara.
Abstract
This research tries to analyze the ideological contents that exist in the television series
Patriot. In addition, this study also review the representation of soldiers and civil-military
relations in the series. The Patriot series is important because it became the first television series
to raise the military stories since the fall of the New Order Regime in 1998. The Patriot series in
this study is seen as a mass media that reflects the value or norm in the society. This study uses a
qualitative approach using the concept of codes of television proposed by John Fiske. He stated
that is the code in television has three levels: reality, representation, and ideology. From this
research, it can be seen that the Patriot series has an implied ideological message, among others:
nationalism, patriotism, didactism, and placing the army as a guardian of moral values. The civil-
military relationship in the patriot appears to be more dominated by the military. The role of
civilian leaders is not seen in the Patriot. The civilian side is depicted depending on the leader who
has a military background.
Keywords: television, representation, ideology, soldier.
116 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130
digunakan oleh pemerintah Kota Jakarta sendi kehidupan, termasuk dalam ranah
untuk melakukan penggusuran (Zen RS, kebudayaan melalui pelibatan militer
2016). dalam Departemen Penerangan yang
Mietzner dan Kingsbury membawahi perfilman serta sistem
sebagaimana dikutip oleh Jusuf (2016) keanggotaan sensor (Nugroho dan Herlina,
menyatakan bahwa reformasi di tubuh 2015: 183).
TNI yang dirintis sejak 1999 ternyata Tak hanya itu, narasi sejarah dan
hanya berlangsung secara formal, hanya legitimasi kekuasaan Orde Baru juga
mengacu pada undang-undang pertahanan dibangun dalam bidang kebudayaan,
negara dan belum mengakui supremasi khususnya melalui film (Herlambang,
sipil. Dalam internal lembaganya sendiri, 2011; Heryanto, 2015; Irawanto, 2017).
TNI gagal melakukan pembaruan (Jusuf, Irawanto (2017) mendedahkan dengan
2016). Selain itu, setelah reformasi 1998, sangat cermat bagaimana film-film sejarah
persentuhan TNI dengan politik masih yang disponsori negara di masa Orde Baru,
begitu kentara. Tidak bisa dipungkiri, para mampu menyusupkan muatan ideologis
politisi sipil kerap mengikutsertakan faksi- seperti nasionalisme dan superioritas
faksi militer untuk mendukung dua calon tentara atas sipil. Dalam rezim represif ala
presiden yang berbeda seperti yang terjadi Orde Baru, kerja-kerja budaya di antaranya
pada pemilu 2014 lalu6. memang ditujukan untuk kepentingan
Semakin melebarnya pengaruh hiburan dan harus mampu bernegosiasi
militer dalam urusan sipil dan persentuhan mendukung penguasa (Nugroho dan
militer dengan politik di era pemerintahan Herlina, 2015: 213).
Jokowi, baik secara institusional maupun Meskipun kondisi politik dan
individual (purnawirawan TNI yang terjun kebudayaan saat ini berbeda dengan masa
dalam politik), agaknya bisa dibaca dalam Orde Baru--ditandai dengan perkembangan
sebuah kecurigaan; adakah militer atau teknologi, keterbukaan informasi dan
tentara saat ini juga mulai kembali demokratisasi--bukan berarti posisi dan
memperluas pengaruhnya dalam ranah persentuhan militer dalam kebudayaan
kebudayaan? Pasalnya persentuhan militer sama sekali hilang. Mungkin posisi militer
dengan kebudayaan bukanlah hal baru dalam ranah kebudayaan tidak hegemonik 7
dalam sejarah Indonesia. sebagaimana masa Orde Baru, tetapi posisi
Pada masa Orde Baru, Presiden mereka dalam ranah budaya pop,
Soeharto pernah memberikan ruang yang khususnya dalam film dan televisi, dalam
luas bagi militer untuk masuk ke semua delapan tahun terakhir ini justru
menunjukkan fenomena yang sangat
menarik.
Z1mp/sesko-tni-dukung-pendidikan-karakter- Setelah sebelas tahun reformasi
bandung-masagi, diakses 10 Desember 2017. bergulir, tepatnya pada 2009, tahun di
6
Misalnya Wiranto (mantan Panglima ABRI), mana SBY terpilih menjadi presiden untuk
Hendropriyono (mantan Jenderal TNI, mantan kedua kalinya dan Prabowo mulai ikut
Kepala BIN), dan Luhut Pandjaitan (Mantan serta menjadi calon wakil presiden
Dankodilat TNI AD, mantan Jenderal TNI) mendampingi Megawati, di saat yang sama
berada dalam satu kubu untuk mendukung militer mulai dimunculkan kembali dalam
Jokowi. Sementara, Djoko Santoso (mantan
film. Pada tahun 2009 dirilis film Merah
Panglima TNI), Widodo AS (mantan
Laksamana TNI), dan M Yunus Yosfiah
Putih. Selang setahun, sequel Merah Putih
(mantan Panglima Pangdam II Sriwijaya) dirilis dengan judul Darah Garuda
berada dalam satu kubu untuk mendukung (2010), menyusul setahun kemudian seri
Prabowo(https://www.bantuanhukum.or.id/web
7
/35-jenderal-pendukung-jokowi-jk-5-jenderal- Untuk lebih jelasnya, bisa melihat hasil
diduga-bermasalah/ diakses 10 Desember penelitian Sen (1994), Sen dan Hill (2007),
2017) Herlambang (2011), dan Heryanto (2015).
118 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130
penutup dari Trilogi Merah Putih yang Barulah pada 30 Agustus 2015, dalam
berjudul Hati Merdeka (2011) dirilis di suasana Hari Kemerdekaan Indonesia, Net
bioskop-bioskop Indonesia. Semenjak TV merilis serial bergenre action dengan
Trilogi Merah Putih dirilis, pada tahun- judul Patriot. Serial tersebut secara
tahun selanjutnya film tersebut sering spesifik mengangkat kisah satuan
diputar oleh stasiun televisi swasta dalam Kopassus dalam mengamankan wilayah
suasana menyambut Hari Kemerdekaan NKRI dari ancaman sekelompok kartel
Indonesia. narkoba bersenjata. Hadirnya serial ini,
Film yang mengangkat kisah menjadi fenomena baru setelah 19 tahun
militer Indonesia pasca Orde Baru tidak kejatuhan Orde Baru, militer baru
banyak dan dominan, tetapi secara pasti dimunculkan dalam sebuah serial televisi.
tentara mulai sering ditampilkan dalam Pada 2017, Net TV juga merilis segmen
film. Tahun 2011 rilis film Badai di Ujung Garuda dalam bentuk news magazine;
Negeri (2011), kemudian terjadi mengangkat aktivitas, profil, sisi lain dan
kekosongan film bertema tentara pada cerita sosok prajurit yang jarang diketahui
2012 dan 2013. Pada periode 2014 hingga publik. Dalam akun resmi Net TV di
2017, film bertema dan mengangkat kisah Youtube dijelaskan bahwa segmen ini
militer mulai bermunculan, meskipun lagi- bertujuan untuk menumbuhkan rasa
lagi tidak dalam jumlah yang banyak: Tiga kebanggaan dan kecintaan pada sosok TNI
Nafas Likas (2014), Jenderal Soedirman sekaligus memupuk rasa cinta tanah air.
(2015), Doea Tanda Cinta (2015), Net TV yang mulai mengekspose
Dibalik 98 (2015), I Leave My Heart in militer melalui serial Patriot dan segmen
Lebanon (2016), dan Merah Putih Garuda dapat ditempatkan dalam
Memanggil (2017). Pada tahun 2014 juga pembacaan yang tak kalah menarik.
rilis dua film dokumenter yang Stasiun televisi ini baru resmi mengudara
mengangkat kisah hidup Prabowo pada 26 Mei 2013 di tengah eksistensi
Subianto, yaitu Sang Patriot (2014) dan stasiun televisi lain yang cenderung
Hungry is the Tiger (2014). Kedua film partisan9. Uniknya, dilihat dari content
tersebut hanya tayang melalui Youtube. berita, Net TV tidak terlihat melibatkan
Bisa dikatakan dalam delapan tahun diri pada polarisasi politik. Di sisi lain,
terakhir , militer—baik dalam bentuk tema sejak awal berdirinya Net TV memang
maupun keterlibatan mereka dalam membidik penonton dari kalangan
produksi—secara lamat-lamat mulai menengah muda perkotaan10, yang boleh
memasuki ranah budaya populer. jadi sudah mulai jengah dengan content
Fenomena lain yang lumayan media yang semakin terpolitisasi.
menarik dalam kerangka persentuhan Golongan menengah ini, meskipun
militer dengan budaya pop saat ini adalah jumlahnya tidak banyak di tengah 220 juta
mulai masuknya kembali militer dalam penduduk Indonesia, justru punya suara
segmen/acara televisi. Setelah kejatuhan lantang di ruang publik. Golongan ini pula
Orde Baru pada 1998, entah kebetulan atau
tidak, sejauh penelusuran penulis, tidak 9
pernah ada serial televisi yang secara Aburizal Bakrie (Golkar) pemilik ANTV,
spesifik mengangkat kiprah militer8. TVOne, Viva news; Surya Paloh (Nasdem)
sebagai pemilik Metro TV; Harry
Tanoesoedibjo (Perindo) pemilik RCTV,
8 Global TV, dan MNCTV.
Pada periode 2000-an pernah muncul segmen
acara Target dan Strategi di stasiun tv Indosiar, 10
Yeffrie Yundiarto Prahadi, “Net TV Bidik
tetapi acara tersebut hanya mengangkat profil Kelas Menengah-Atas” dalam
dan kerja tentara dalam mengoperasikan https://swa.co.id/swa/trends/management/net-
alusista (akronim dari alat utama sistem tv-bidik-kelas-menengah-atas diakses 20
persenjataan) November 2017.
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 119
diduga sangat menarik perhatian elit filmis, yang memahami hakikat, fungsi,
politik dan ekonomi, entah sebagai calon dan efeknya (Irawanto, 2017: 13).
sekutu atau sebagai bibit musuh (Heryanto,
2015: 2). Dengan kata lain, Net TV justru B. METODE PENELITIAN
membidik penonton yang punya kekuatan Film secara metodologis menarik
secara politik dan ekonomi. Pada titik untuk diperhatikan karena film merupakan
inilah content yang disuguhkan oleh Net tv kristalisasi atau penegasan apa yang sudah
dalam bentuk budaya popular (film, serial, menjadi norma yang dominan di
musik, reality show, dan lain-lain) masyarakat. Film mungkin tidak
sepantasnya dicurigai memiliki muatan- mencerminkan realita tetapi jelas
muatan ideologis yang lebih tersamar menegaskan norma-norma yang sudah
daripada stasiun-stasiun televisi lain yang dominan (kuliah Ariel Heryanto, 22
lebih jelas posisi ideologis-politisnya. Oktober 2017). Narasi film dan televisi
Mengapa kecurigaan itu perlu? Pasalnya, memiliki potensi untuk membentuk makna
budaya populer telah menjadi arena ideologis dan wacana dominan yang tentu
pertempuran ideologis untuk mengisi saja terkait dengan kepentingan kekuasaan
kekosongan posisi hegemonik kekuasaan dan kelompok tertentu dalam masyarakat
yang ditinggalkan Orde Baru (Heryanto, (Setiawan, 2015). Setiawan (2015: 4)
2015: 2). Menarik untuk dicatat pula, menjelaskan sebagaimana dikemukakan
manakala militer mulai memasuki ranah Kellner (1995: 1) bahwa film dan televisi
budaya pop, ia boleh jadi masih berupa merupakan media untuk menciptakan
bibit kecil, yang harus berhadapan dengan konsensus dan kuasa melalui artikulasi
gelombang dahsyat budaya layar Korea beragam kepentingan kelompok, wacana,
dan tema-tema keislaman11 yang lebih dulu dan permasalahan yang berlangsung dalam
memengaruhi golongan menengah pasca masyarakat. Mengacu pada pemikiran
Orde Baru. Stuart Hall, struktur naratif dan praktik
Berangkat dari segala argumentasi diskursif film akan mempertemukan
yang dijelaskan di atas, tulisan ini berniat kepentingan ideologis bermacam
membedah muatan ideologis yang terdapat kelompok, termasuk negara, dalam sebuah
dalam serial Patriot sebagai segmen blok historis, sebuah aliansi strategis dari
televisi yang pertama kali mengangkat bermacam kelas dan kepentingan mereka
kisah dan kiprah militer sejak jatuhnya yang diarahkan oleh kelas penguasa
Orde Baru pada 1998. Tulisan ini juga (Setiawan, 2015: 4).
mencoba membaca representasi militer dan Dalam pandangan Marxian,
representasi hubungan sipil-militer yang agaknya film bisa didudukkan sebagai
digambarkan dalam serial Patriot, Net tv. Ideology State Apparatus, yaitu sebagai
Analisis akan penulis fokuskan pada institusi yang mampu menyediakan
keseluruhan episode Patriot yang terdiri “kesediaan kultural” agar rakyat/pekerja
dari 7 episode. Pada tulisan ini serial mau bekerja demi kepentingan penguasa
Patriot akan penulis dudukan dalam atau ideologi tertentu. Ideology State
perspektif komunikasi massa, di mana film Apparatus bekerja dengan jalan ideologi
dimaknai sebagai pesan-pesan yang pada ranah privat, misalnya agama,
disampaikan dalam sebuah komunikasi pendidikan, keluarga, hukum, politik
(partai, sistem politik), serikat buruh, dan
media (pers, radio, televisi). Proses
11
Penjelasan bagaimana budaya korea dan ideologisasi bekerja dengan menempatkan
tema-tema keislaman memengaruhi dalam individu sebagai subjek yang
budaya layar di Indonesia dijelaskan dengan terinterpleasi/terpanggil (hailing). Efek
amat rinci oleh Heryanto (2015) dalam dari ideologi ini adalah naturalisasi relasi
karyanya yang berjudul Identitas dan produksi atau menjadikan relasi produksi
Kenikmatan: Politik Budaya Layar Indonesia.
120 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130
yang ada nampak alamiah, seolah sudah kejatuhan Orde Baru? (2) Bagaimana pula
dari kodratnya demikian (Suryajaya dalam relasi sipil-militer digambarkan dalam
Althusser [terj], 2014; Hussein, 2012). serial Patriot?
Dalam tulisan ini, yang dinaturaslisasi oleh Agar pertanyaan tersebut dapat
Ideologi State Apparatus boleh jadi bukan terjawab, tulisan ini akan menggunakan
kapitalisme tetapi ideologi yang pendekatan kualitatif. Adapun untuk
dilanggengkan negara, misalnya mempertajam analisis, tulisan ini
nasionalisme dan patriotisme. menggunakan konsep codes of television
Mengacu pada pemikiran Gramsci, yang dikemukakan oleh John Fiske (1987).
agaknya film atau pun televisi bisa Fiske (1987: 4) menjelaskan: The code of
ditempatkan sebagai aparatus hegemonik television is a rule-governed system of
yang kontribusinya lebih pada proses signs, whose rules and conventions are
menegosiasikan kepentingan kelompok shared amongst members of a culture, and
dominan (Setiawan, 2015: 4). Hegemoni which is used to generate and circulate
dalam pandangan Gramsci cenderung meanings in and for that culture. Untuk
menekankan pada cara-cara persuasif yang menyederhanakan konsep, Fiske membagi
biasanya diterjemahkan dalam aturan- code of television ke dalam tiga tingkatan.
aturan hukum dan kebijakan politik. Tidak Menurutnya, segala hal yang ditampilkan
hanya itu, menurut Gramsci, kelas dalam televisi telah melalui proses
dominan memiliki cara yang terorganisir pengkodean melalui kode sosial, seperti
untuk mempertahankan, membela, dan penampilan, pakaian, make-up,
mengembangkan, apa yang disebut oleh lingkungan, perilaku, perkataan, gestur,
Gramsci sebagai front-front ideologis ekspresi, suara, dan lainnya. Inilah yang
(Gramsci dalam Durham & Kellner, 2006). disebut level pertama, yaitu reality. Reality
Jowett sebagaimana dikutip oleh ini kemudian dikodekan secara elektronik
Irawanto (2017: 15) menjelaskan bahwa melalui technical codes yang meliputi
lebih gampang disepakati bahwa media kamera, pencahayaan, editing, musik, dan
massa mampu merefleksikan masyarakat suara. Tahap ini kemudian menghasilkan
karena ia didesak oleh hakikat level kedua, yang disebut sebagai
komersialnya untuk menyajikan isi yang representation. Kemudian representation
tingkatnya akan menjamin kemungkinan ini ditransmisikan melalui conventional
audiens yang luas. Mengacu pada perpektif representational codes yang terwujud
ini, gambaran militer selama ini, dalam bentuk narasi, konflik, karakter,
khususnya dalam film-film bertema yang aksi, dialog, setting, dan pemain/aktor-
sama di masa Orde Baru, identik sebagai aktris. Level ketiga adalah Ideology yang
kelompok paling patriotik, dan kontruksi dibentuk secara koheren dan dapat
sipil-militer yang cenderung didominasi diterima secara sosial melalui ideological
oleh tentara (Irawanto, 2017: 213-214). codes seperti, individualisme, partiarki,
Untuk itu, tulisan ini mencoba ras, kelas, materialism, kapitalisme, dan
membuktikan, (1) apakah representasi sebagainya (Fiske, 1987: 5).
militer dalam serial Patriot masih berada Piliang (2004: 192) memberikan
dalam narasi yang sama seperti masa Orde penjelasan lain tentang konsep kode yang
Baru sebagai kelompok yang paling disinggung oleh Fiske. Menurutnya kode
patriotik dan nasiolis? ataukah serial adalah seperangkat aturan atau konvensi
Patriot merupakan upaya merekonstruksi bersama yang di dalamnya tanda-tanda
citra tentara, khususnya Kopassus 12 setelah dapat dikombinasikan, sehingga
12
Pasca reformasi, beberapa catatan Komisi para aktivis prodemokrasi (Tim Mawar,
untuk Orang Hilang dan Korban Tindak sekarang Jenderal dalam https://tirto.id/dulu-
Kekerasan (Kontras) menunjukan bahwa tim-mawar-kopassus-kini-jenderal-bEYP,
Kopassus justru terlibat dalam penculikkan diakses 8 November 2017)
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 121
baik laki-laki maupun perempuan, hanya Rustam : Sama siapa? Sama mereka?
bisa melarikan diri. Tidak nampak sedikit Sangaji, kakek ini kan bekas
pun usaha perlawanan. Sikap resisten pejuang, pernah bertempur,
justru ditunjukkan Bapak Rustam, berperang. Kakek sedih
tengkulak ikan yang justru dulunya mengapa mereka melakukan
merupakan seorang tentara. itu ? padahal mereka itu
Di sisi lain, jalan senjata yang diambil sebangsa dengan kita.
oleh Kopassus dalam Patriot agaknya Kenapa mereka menjajah
menunjukkan tidak adanya negosiasi atau bangsa sendiri. (Camera
jalan diplomasi, yang biasanya merupakan close up)
wewenang pimpinan sipil. Pada Patriot
tidak diperlihatkan bagaimana Scene tersebut merepresentasikan
kompleksitas pengambilan keputusan di sikap keberanian Rustam. Selain itu secara
tingkat pusat kekuasaan manakala situasi implisit menyatakan pandangan ideologis
genting terjadi di Desa Mapu. Seolah-olah Rustam, bahwa tidak sepatutnya
jalan senjata adalah solusi satu-satunya. sekelompok orang menjajah bangsanya
Hal ini merepresentasikan hilangnya peran sendiri. Ini juga bisa dibaca sebagai
pimpinan sipil dalam sebuah negara yang pandangan nasionalis seorang Rustam.
notabene demokratis seperti Indonesia. Lebih dari itu, sikap Rustam
merepresentasikan citra dirinya sebagai
4. Membaca Karakter Rustam yang seorang veteran.
Bergerak di Ranah Sipil dan Militer Dalam sebuah scene lainnya di
episode 7 terlihat kembali sosok Rustam
Salah satu temuan yang cukup
yang lebih dimunculkan karakternya di
menarik dari serial Patriot adalah adanya
tengah pasifnya warga Desa Mapu. Ia
karakter Bapak Rustam. Karakter ini bisa
mencoba menginisiasi warga untuk
dikatakan hidup di ranah sipil tetapi
mencoba melawan para anggota kartel.
sempat merasakan kehidupan sebagai
“Kita tidak boleh begini terus, kita tidak
seorang tentara. Rustam merupakan
boleh lemah. Kita harus kuat dan kita
seorang veteran yang sempat turut
harus berbuat sesuatu”. Atas inisiatif
berjuang (tidak dinarasikan berjuang di
Rustam, akhirnya warga berani melawan
mana dan pada periode apa). Menurut
dengan mengeroyok seorang anggota
pembacaan penulis, Rustam ini karakter
kartel yang hendak memberi makan pada
yang unik, apalagi jika pembacaannya
warga. Setelah berhasil menumbangkan
nanti dikaitkan dengan konteks politik
salah satu anggota kartel, warga mencoba
yang terjadi dewasa ini. Dalam Patriot,
melarikan diri tetapi usaha mereka gagal
Rustam digambarkan sebagai sosok yang
karena dipergoki oleh Bunian dan anak
dituakan dan memiliki pengaruh bagi
buahnya.
penduduk Desa Mapu, paling tidak secara
Dari scene tersebut dapat terlihat
ekonomi karena penduduk menjual ikan
bagaimana sosok Rustam yang merupakan
hasil tangkapannya pada Rustam. Di sisi
seorang veteran/mantan tentara, mampu
lain, karakter Rustam terlihat lebih
memengaruhi warga Desa Mapu. Kondisi
menonjol dibandingkan penduduk desa
tersebut dapat ditafsirkan bagaimana
lain yang seolah datar dan nyaris tanpa
tentara, sekalipun ia sudah pensiun, lebih
inisiatif. Karakter Rustam lebih nampak
mampu memegang kendali dan mampu
menunjukkan sisi ketentaraannya,
menjadi leader daripada sosok dari pihak
misalnya ditunjukkan dalam salah satu
sipil itu sendiri. Asumsi ini agaknya
scene ketika ia bertemu dengan cucunya,
diperkuat oleh salah satu scene lainnya di
Sangaji di camp sandera (episode 6).
episode 7 ketika tahanan hendak
Sangaji : Kakek, kakek ga takut? dibebaskan oleh Panglima Timur.
Representasi Tentara (Hary G. Budiman)… 127
Piliang, Yasraf Amir. “Semiotika Teks: Sebuah Hussein, Mohamad Zaki. 2017.
Pendekatan Analisis Teks” dalam Jurnal “Ideologi dan Reproduksi Masyarakat
Mediator Volume 5 Nomor 2, 2004: Kapitalis dalam
hlm. 189-198. https://indoprogress.com/2012/01/ide
ologi-dan-reproduksi-masyarakat-
Setiawan, Ikwan. “Film dan Televisi dalam kapitalis/, 1 Desember 2012, diakses
Paradigma Kajian Budaya”. Makalah 20 Oktober 2017.
disampaikan dalam Seminar Nasional
dengan tema Televisi dan Film dalam Jusuf, Windu. 2016.
Paradigma Cultural Studies. Fakultas “ABRI Masuk Bioskop: Catatan
Sastra Universitas Jember, 22 Oktober tentang Film-film Tentara Pasca
2015. 1998” dalam
https://cinemapoetica.com/abri-
2. Buku masuk-bioskop-catatan-tentang-film-
film-tentara-pasca-1998/, diakses 5
Althusser, Louis. 2015.
Desember.
Ideologi dan Aparatus Ideologi Negara;
Catatan Investigasi. Terjemahan. Kresna, Mawa., Aditya Widya Putri dan Reja
Indonesia: Indoprogress. Hidayat, 2016.
Tim Mawar, sekarag Jenderal dalam
Fiske, John. 1987.
https://tirto.id/dulu-tim-mawar-
Television Culture; Popular Pleasures kopassus-kini-jenderal-bEYP, diakses
and Politics. London: Routledge.
10 Desember 2017
Herlambang, Wijaya. 2011. Kresna, Mawa. 2017.
Kekerasan Budaya Pasca 1965:
“Jendral Gatot dan Reformasi TNI”
Bagaimana Orde Baru Melegitimasi dalam https://tirto.id/jendral-gatot-
Anti-Komunisme Melalui Sastra dan
dan-reformasi-tni-cBfA, diakses 10
Film. Yogyakarta: Marjin Kiri. Desember 2017.
Heryanto, Ariel. 2015.
Prahadi, Yeffrie Yundiarto. 2017
Identitas dan Kenikmatan: Politik “Net TV Bidik Kelas Menengah-
Budaya Layar Indonesia. Jakarta: KPG.
Atas” dalam
Irawanto, Budi. 2017. https://swa.co.id/swa/trends/managem
Film, Hegemoni, dan Militer; Hegemoni ent/net-tv-bidik-kelas-menengah-atas
Militer dalam Sinema Indonesia. diakses 20 November 2017.
Yogyakarta: Warning Book.
Raditya, Iswara N. 2018.
Nugroho, Garin dan Dyna Herlina S. 2015. “Dwi Fungsi ABRI dan Jalan Terbuka
Krisis dan Paradoks Film Indonesia. Politik Tentara” dalam
Jakarta: Kompas Media Nusantara. https://tirto.id/dwifungsi-abri-dan-
jalan-terbuka-politik-tentara-cC1R,
Sen, Krishna dan David T. Hill. 2007. diakses 16 Februari 2018.
Media, Culture, and Politics in
Indonesia. Jakarta: Equinox. Riandy,Erliana. 2017.
“Soal Nobar Film G30S/PKI,
Sen, Krishna. 2009. Panglima TNI: Itu Perintah Saya, Mau
Kuasa dalam Sinema: Negara, Apa?” dalam
Masyarakat, dan Sinema Orde Baru. https://news.detik.com/berita/d-
Yogyakarta: Ombak. 3647737/soal-nobar-film-g30spki-
panglima-tni-itu-perintah-saya-mau-
3. Internet apa, diakses 10 Desember 2017.
Haryanto, Alexander. 2015.
“Panglima TNI Wacanakan TNI Punya Zen, RS. 2016.
Hak Politik” dalam “Tentara Tak Pernah Salah” dalam
https://tirto.id/panglima-tni-wacanakan- https://tirto.id/tentara-tak-pernah-
130 Patanjala Vol. 10 No. 1 Maret 2018: 115 -130
4. Video
Patriot (Net tv) episode 1-7, Tahun 2015 dalam
Channel Patriot Net TV
(youtube.com).
Video kuliah umum Ariel Heryanto di UI
Depok. 2017. “Historiografi Indonesia
yang Rasis” dalam channel
Jakrtanicus (youtube.com).
Video peluncuran buku Identitas dan
Kenikmatan di Universitas Brawijaya.
2015 dalam channel UBTV Brawijaya
(youtube.com).