Anda di halaman 1dari 15

ANALISIS ISU LAFADZ SUBHANALLAH PADA LOGO UNILEVER

Mochamad Fadhlillah, Muhammad Abizar Zuraish


Universitas Negri Jakarta
Moch.fadhlillah08@gmail.com, abizar690@ymail.com

ABSTRACTS

The logo sometimes has many meanings and tones that have no meaning. In interpreting the logo
it is necessary to analyze it because the origin of the meaning will cause controversy. Unlilever
has a logo that makes Muslims misinterpret it to become an issue of controversy. The purpose of
this study is to reveal the meaning of the Unilever logo, is it true that there is a Subhanallah
lafadz or just a mere issue. The method used in this study is qualitative with semiotic analysis of
Roland Barthers.
Keywords: Logo, Unilever, Roland Barthers

ABSTRAK

Logo terkadang memiliki banyak arti da nada pula yang tidak memiliki makna. Dalam memaknai
logo perlu untuk menganalisanya karna asal memaknai akan mengakibatkan kontroversi.
Unlilever memiliki logo yang membuat umat Islam salah mengartikannya hingga menjadi isu
kontroversi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap makna dari logo Unilever,
apakah benar bahwa terdapat lafadz Subhanallah atau hanya isu belaka. Metote yang di gunakan
dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan Analisis semiotic dari Roland Barthers.

Kata Kunci : Logo, Unilever, Roland Barthers


Pendahuluan

Menurut Jefkins (1996), kehidupan dunia modern saat ini bergantung pada iklan .”Tanpa
iklan, para produsen dan distributor tidak akan dapat menjual barangnya. Sedangkan di sisi yang
lain,para pembeli tidak akan cukup informasi mengenai produk – produk barang dan jasa yang
tersedia di pasaran”. Periklanan adalah salah satu bentuk komunikasi. Periklanan dapat
memaparkan sejumlah uraian dengan tujuan dan sasaran masing – masing. Sebagaimana yang
didefinisikan oleh Kleppner ; dalam advertising procedure adalah : “Suatu penyampaian pesan
dari seorang penaja (Sponsor) melalui sebuah medium impersonal (bukan Tatap muka) kepada
banyak orang.” Kegiatan periklanan dapat dikatakan sebagai kegiatan komunikasi. Proses
komunikasi disini adalah terjadinya proses penyampaian pesan dalam bentuk iklan yang
disampaikan oleh produsen (pengiklan) pada audiensnya dengan menggunakan media.

Iklan yang di sampaikan tak luput dari merek produk tersebut. Setiap sesuatu yang
berhubungan dengan nama merek adalah desain graphis yang di sebut logo merek. Logo
meimiliki arti tersendiri karna setiap logo yang muncul dalam merek pasti memiliki makna yang
menggambarkan “inilah produk saya”. Makna dari logo suatu produk dapat memberikan arti
yang berbeda bagi setiap konsumen, hingga perlu bagi seluruh distributor untuk mempublikasi
makna dari logo yang di buatnya. Tidak adanya penjelasan dapat menimbulakn pertikaian seperti
contohnya yaitu logo Unilever yang menjadi kontroversi di sebuah blogspot.com. kontroversi ini
mungkin tidaklah besar namun terkadang dapat menjadi amat sensitive bagi mereka yang tidak
mengetahui apapun. Kontroversi yang terdapat pada logo unilever yaitu kalimat arab yang
terdapat pada logo, kalimat tersebut ialah “subhanallah”. Dari artikel ini akan di ungkap apakah
benar bahwa logo unilever terdapat kalimat yang merendahkan islam dan apakah makna dari
logo tersebut.

Metode

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan analaisis semiotic dari Roland
Barthes. Menurut Barthes dalam Sobur (2013:15), semiotika adalah suatu ilmu atau metode
analisis untuk mengkaji tanda. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi, pada
dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Memaknai
dalam hal ini tidak dapat mencampuradukkan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti
objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek- objek itu hendak
berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. (Barthes dalam
Sobur,2013:15 ).

Semiotik (semiotic) adalah teori tentang pemberian ‘tanda’. Secara garis besar semiotik
digolongkan menjadi tiga konsep dasar, yaitu semiotik pragmatik (semiotic pragmatic), semiotik
sintatik (semiotic syntactic), dan semiotik semantik (semiotic semantic) (Wikipedia, 2007).
Adapun analisis semiotic pragmatic juga menjadi metode penelitian dalam artikel ini, Semiotik
Pragmatik menguraikan tentang asal usul tanda, kegunaan tanda oleh yang menerapkannya, dan
efek tanda bagi yang menginterpretasikan, dalam batas perilaku subyek. Dalam arsitektur,
semiotik prakmatik merupakan tinjauan tentang pengaruh arsitektur (sebagai sistem tanda)
terhadap manusia dalam menggunakan bangunan. Semiotik Prakmatik Arsitektur berpengaruh
terhadap indera manusia dan perasaan pribadi (kesinambungan, posisi tubuh, otot dan
persendian). Hasil karya arsitektur akan dimaknai sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya,
hasil persepsi tersebut kemudian dapat mempengaruhi pengamat sebagai pemakai dalam
menggunakan hasil karya arsitektur. Dengan kata lain, hasil karya arsitektur merupakan wujud
yang dapat mempengaruhi pemakainya.

Semiotik Sintaktik menguraikan tentang kombinasi tanda tanpa memperhatikan


‘makna’nya ataupun hubungannya terhadap perilaku subyek. Semiotik Sintaktik ini mengabaikan
pengaruh akibat bagi subyek yang menginterpretasikan. Dalam arsitektur, semiotik sintaktik
merupakan tinjauan tentang perwujudan arsitektur sebagai paduan dan kombinasi dari berbagai
sistem tanda. Hasil karya arsitektur akan dapat diuraikan secara komposisional dan ke dalam
bagian-bagiannya, hubungan antar bagian dalam keseluruhan akan dapat diuraikan secara jelas.

Semiotik Sematik menguraikan tentang pengertian suatu tanda sesuai dengan ‘arti’ yang
disampaikan. Dalam arsitektur semiotik semantik merupakan tinjauan tentang sistem tanda yang
dapat sesuai dengan arti yang disampaikan. Hasil karya arsitektur merupakan perwujudan makna
yang ingin disampaikan oleh perancangnya yang disampaikan melalui ekspresi wujudnya.
Wujud tersebut akan dimaknai kembali sebagai suatu hasil persepsi oleh pengamatnya.
Perwujudan makna suatu rancangan dapat dikatakan berhasil jika makna atau ‘arti’ yang ingin
disampaikan oleh perancang melalui rancangannya dapat dipahami dan diterima secara tepat
oleh pengamatnya, jika ekspresi yang ingin disampaikan perancangnya sama dengan persepsi
pengamatnya.
Kata semiotika di samping kata semiologi sampai kini masih dipakai. Selain istilah
semiotika dan semiologi dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti
semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna
atau arti suatu tanda atau lambang” “Kata semiotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani,
semeion yang berarti “tanda” (Sudjiman dan Zoest, 1996:vii) atau seme, yang berarti “penafsir
tanda” (Cobley dan Jansz, 1996:4). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni
logika, retorika, dan poetika (Kurniawan, 2001:49). “Tanda” pada masa itu masih bermakna
sesuatu hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api” “Semiotik sebagai suatu model dari
ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar
yang disebut dengan “tanda”. Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang
keberadaan suatu tanda.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu tanda (sign). Dalam ilmu
komunikasi ”tanda” merupakan sebuah interaksi makna yang disampaikan kepada orang lain
melalui tanda-tanda. Dalam berkomunikasi tidak hanya dengan bahasa lisan saja namun dengan
tanda tersebut juga dapat berkomunikasi. Ada atau tidaknya peristiwa, struktur yang ditemukan
dalan sesuatu, suatu kebiasaan semua itu dapat disebut tanda. Sebuah bendera, sebuah isyarat
tangan, sebuah kata, suatu keheningan, gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, rambut uban,
lirikan mata dan banyak lainnya, semua itu dianggap suatu tanda Menurut Eco, tanda akan selalu
mengacu pada sesuatu hal (benda) yang lain, yang disebut referant. Lampu merah mengacu pada
jalan berhenti, wajah memerah mengacu pada tersipu malu atau kebahagiaan, air mata mengacu
pada kesedihan. Apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang
yang melihat atau mendengar akan timbul pengertian Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu
informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan suatu yang lain yang dapat
dipikirkan atau dibayangkan.

Cabang ilmu ini semua berkembang dalam bidang bahasa kemudian berkembang pula
dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi visual (Sumbo Tinarbuko, 2008:16). Merujuk
pada teori Pierce (Noth, 1995:45), berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda-tanda dalam
gambar dan dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Diantaranya : ikon,
indeks, dan simbol (Kris Budiman, 2005:56). Pertama : Dengan mengikuti sifat objeknya, ketika
kita menyebut tanda sebuah ikon. Kedua : Menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan
dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebua indeks. Ketiga : Kurang lebih,
perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotaif sebagai akibat dari
suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah simbol “Ikon adalah tanda yang hubungan
antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon
adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda
yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau
hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Dan Simbol adalah
tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan
diantaranya bersifat aibitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian)
masyarakat”.

Pembahasan

Siapa yang tidak kenal dengan brand yang satu ini? Ya, brand yang produksinya banyak
digunakan sehari-hari seperti makanan, minuman, pembersih, maupun perawatan tubuh.
Perusahaan multinasional ini berkantor pusat do Rotterdam, Belanda, London, Inggris.

Pada tahun 1890-an, William Hesketh Lever, pendiri Lever Brothers, menuliskan
gagasannya untuk Sunlight Soap, produk baru revolusionernya yang membantu mempopulerkan
kebersihan dan kesehatan di Inggris pada zaman Victoria.

itu adalah “untuk menjadikan kebersihan sebagai hal yang lumrah; untuk mengurangi
pekerjaan wanita; untuk mendukung kesehatan dan berkontribusi dalam daya tarik pribadi,
bahwa kehidupan mungkin lebih nikmat dan lebih berharga bagi orang-orang yang menggunakan
produk kami”.

Motivasi dan misi itu yang selalu menjadi bagian dari budaya Unilever. Pada abad ke-21,
kami masih membantu orang untuk terlihat menarik, merasa baik, dan mendapatkan banyak hal
dalam kehidupan, dan tujuan kami sebagai perusahaan adalah ‘menjadikan kehidupan
berkelanjutan sebagai hal yang lumrah’.

PT Unilever Indonesia Tbk (IDX: UNVR) adalah perusahaan Indonesia yang merupakan
anak perusahaan dari Unilever. Perusahaan ini sebelumnya bernama Lever Zeepfabrieken N.V.
Unilever Indonesia didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Lever Zeepfabrieken N.V. Pada 22
Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Lever Brothers Indonesia dan pada 30 Juni 1990,
nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Unilever Indonesia melepas 15%
sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1981. Unilever Indonesia
mempunyai lebih dari 1.000 distributor di seluruh Indonesia.

Unilever memiliki beberapa anak perusahaan di Indonesia, yakni :

 PT Anugrah Lever - didirikan pada tahun 2000 dan bergerak di bidang pembuatan,
pengembangan, pemasaran dan penjualan kecap, saus cabe dan saus-saus lain dengan
merk dagang Bango, Parkiet dan Sakura dan merek-merek lain

 PT Technopia Lever - didirikan pada tahun 2002 dari hasil patungan dengan Technopia
Singapore Pte. Ltd. Techopia bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-
barang dengan menggunakan merk dagang Domestos Nomos.[1]

 PT Knorr Indonesia - diakuisisi pada 21 Januari 2004.[2]

 PT Sara Lee

Unilever Indonesia memenangkan 2005 Energi Globe Award untuk skema pengelolaan
sampah mereka di desa-desa di dekat sungai Brantas di Surabaya. Skema ini melibatkan kompos.
Sampah organik dan daur ulang, dan telah menghasilkan peningkatan kualitas air setempat di
sungai.[3]

Pada bulan Mei 2011, PT Unilever Indonesia Tbk akan menginvestasikan setidaknya £300 juta
dalam 2 tahun ke depan untuk memperluas pabriknya di Cikarang, Jawa Barat dan Rungkut,
Jawa Timur . Saat ini Unilever Indonesia telah mengoperasikan 8 pabrik dan 3 pusat distribusi.
[4]

PT Unilever Indonesia Tbk merupakan bagian dari Unilever Group NV/plc untuk memproduksi
dan mengawasi semua merek yang diproduksi oleh Unilever (seperti Surf, Close-up, Clear dll.)

PT Unilever sangat terkenal dengan produk-produk yang sudah familiar di masyarakat Indonesia.

Pembahasan mengenai logo


Logo Unilever didesain menggunakan elemen gambar kecil-kecil mewakili konsep
ratusan brand produk Unilever. Keseluruhan gambar kecil-kecil itu membentuk huruf 'U'.

Didesain oleh agensi Lowe LDB Sri Lanka tahun 2004. Lilamani Dias Benson, pemimpin Lowe
LDB mengatakan, berdasarkan konsep vitality, logo tersebut sekaligus ingin menyimbolkan: 'U'
can make a difference.

Mangkuk: masakan yang mengundang selera. Juga melambangkan makanan siap saji, minuman
panas atau sup.
Cairan: berhubungan dengan air bersih dan kemurnian.

Hati: simbol cinta, perhatian/perawatan dan kesehatan.

Bibir: simbol dunia kecantikan, penampilan yang menarik dan citarasa.

Matahari: simbol utama dari vitalitas. Konsep dasar brand Unilever.


Tangan: simbol sensitivitas, pemeliharaan dan kebutuhan. Melambangkan kulit dan sentuhan.

Bunga: melambangkan wewangian.

Bumbu dan penyedap rasa: melambangkan rasa pedas atau kandungan makanan yang segar.
Wadah penyimpan: simbol packaging - botol krim diasosiasikan dengan perawatan tubuh.

Partikel: berhubungan dengan ilmu pengetahuan, gelembung, suara desisan.

Es krim: hiburan, kesenangan, kenikmatan.


Lebah: melambangkan penciptaan, penyerbukan, kerja keras, keragaman makhluk hidup.

Rambut: simbol kecantikan dan penampilan yang menarik.

Saus/selai: melambangkan pencampuran rasa, penambah rasa.

Ikan: makanan, laut atau air segar.

Pakaian: melambangkan cucian yang bersih dan penampilan yang menarik.


Teh: tumbuhan / sari tumbuh-tumbuhan seperti (contohnya) teh, juga menyimbolkan
pertumbuhan, pertanian.

Kilauan: bersih, kesehatan, berkilau.

DNA: double helix, cetak biru kehidupan dan simbol ilmu alam, kunci hidup sehat.

Pohon jenis palem/kelapa: sumber alam, juga menyimbolkan taman firdaus.

Sendok: simbol nutrisi, citarasa dan memasak.


Ombak: menyimbolkan kebersihan, kesegaran dan tenaga.

Tanaman: simbol kesegaran, kristal salju: melambangkan pembekuan (pengawetan). Simbol


perubahan bentuk.

Daur ulang: komitmen Unilever dalam menjaga kelangsungan hidup lingkungan.

Burung: simbol kebebasan, keluar dari rutinitas kerja.

ISU TENTANG LAFADZ SUBHANALLAH PADA LOGO UNILEVER

Beberapa waktu yang lalu, dihebohkan tentang isu adanya lafadz Subhanallah pada logo
unilever. Isu tersebut pun viral dan tersebar ke khalayak luar. Banyak masyarakat yang
menyangkal dengan adanya kaligrafi di logo unilever ini, pasalnya hampir kebanyakan produk
unilever ini adalah produk yang di taruh di toilet.

Sekilas bila logo aslinya tanpa di beri tanda merah terlihat memang biasa saja. Namun
bila di beri tanda dan dilihat sekilas ya memang sedikit terlihat seperti lafadz Subhanallah.
Seseorang tidak memerlukan detail huruf untuk membaca. Ini terbukti ketika tulsian dbaliok-
bailk, seseorang tidak akan kesulitan untuk membaca huruf. Ketika mengamati objek yang samar
seperti tulisan pun, seseorang kadang masih juga bisa membaca. Caranya dengan membuat
pendekatan, berasosiasi. Dalam kasus logo unilever, si pengamat menggunakan metode ini.
Sekilas pengamat akan seperti menemukan sebuah huruf arab yang dirangkai. Adakah huruf sin?
Mungkin ada huruf sin awal. Adakah huruf ba? Tidak ada. Adakah huruf ha? Ada meski tidak
sempurna dan tidak terbaca. Adakah alif mad? Ada. Adakah huruf nun? Tidak ada.

Dari mana bisa membaca, padahal untuk membaca “subhanallah” diperlukan huruf sin,
ba, ha, alif, nun… dan seterusnya? Maka, di sini saya berkesimpulan bahwa tidak ada kaligrafi
“subhanallah” di logo Unilever. Meski sekilas terbaca seperti itu, namun itu hanya sebuah
asosiasi, bukan tulisan sebenarnya.

Dan bila kita lihat arti logo unilever diatas, tanda yang di sangka bahwa itu lafadz
Subhanallah adalah tanda merpati dan es krim. Merpati yang berarti simbol kebebasan,
pemberdayaan, dan harga diri, sedangkan es krim yang berarti suatu suguhan, kesenangan dan
kenikmatan, menikmati, penyegar, pencuci mulut, menyenangkan.
Bukannya bagus kalau lafadz-lafadz Allah di jadikan logo atau apapun tanpa ada niat
menghina dan melecehkan?

Penutup

Logo atau lambing selalu di gunakan berbagai produsen di dunia, hal ini di karenakan untuk
mempermudah para konsumen mengenal brand-brand mereka. Namun terkadang sebuah logo tak
mudah di artikan karna perlu untuk meniliti lebih lanjut apa makna logo tersebut. Bila seseorang
yang provokasi dapat mengartikan satu logo dan menyebarkan makna jelek yang tersirat dari
logo tersebut maka akan timbul konflik kecil dan dapat berubah menjadi besar bila tak ada yang
meluruskannya. Contohnya yaitu logo unilever yang menjadi perbincangan bahwa terdapat
lafadz subhanallah pada logo tersebut dan mengakibatkan umat Islam benci dengan produk
Unilever. Jadi pada penelitian ini peneliti mendapat kesimpulan bahwa tak terdapat lafadz
subhanallah pada logo Unilever sebab di dalam logo tersebut terkumpul banyak makna dari
berbagai lambing. Adapun isu terdapatnya lafadz Subhanallah itu hanya imaginasi semata orang
yang tidak uska dengan produk Unilever.

Referensi

- Noer, Deliar.Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942,Jakarta; LP3ES,1996.


- http://download.garuda.ristekdikti.go.id/article.php?
article=808385&val=13180&title=ANALISIS%20SEMIOTIKA%20LOGO%20PARTAI
%20NASDEM%20DALAM%20TAYANGAN%20IKLAN%20LAYANAN
%20MASYARAKAT%20DI%20MNC%20TV
- https://www.scribd.com/doc/45098702/Analisis-Semiotika-Logo-Unilever-Dan-Iklan-
Axis-Menggunakan-Teori-Roland-Barthes
- Abu Ahmadi, Psikologi Sosial, Rineka Cipta, Jakarta, 1991
- Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003

Anda mungkin juga menyukai