Anda di halaman 1dari 43

PRE PRESS

PENERAPAN GRAY COMPONENT REPLACEMENT (GCR)


TERHADAP PERHITUNGAN PEMAKAIAN TINTA, LAB,
DAN NILAI DENSITY CETAK PADA KEMASAN PIGEON
TEENS HYPOALLERGENIC DI PT. M

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Diploma III

Disusun Oleh:

Rifky Satriadi

NIM. 1617010012

PROGRAM STUDI TEKNIK GRAFIKA

JURUSAN TEKNIK GRAFIKA DAN PENERBITAN

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2020
A. LATAR BELAKANG
Usaha penggandaan massal (offset) baik dalam pencetakan buku,
majalah, dan surat kabar saat ini mengalami penurunan yang cukup signifikan
dan hanya mampu menghasilkan kinerja industri sebesar 50%, sedangkan
pada segmen packaging sekitar 30%, dan sisanya merupakan security
printing. (Ahmad, 2019). Berbeda dengan kinerja industri yang dihasilkan
oleh pencetakan offset pada sektor makanan dan minuman, memberikan
kontribusi terbesar bagi industri kemasan sekitar 68% dan terus bertumbuh
antara 8%-9% sepanjang tahun 2018, sementara pada industri farmasi tumbuh
sekitar 6,85% (Taufiek, 2018). Sehingga dalam hal ini, meningkatnya
permintaan terhadap pembuatan kemasan menyebabkan pertumbuhan kinerja
yang dihasilkan oleh industri kemasan mengalami kenaikan.
Peningkatan kinerja industri yang dihasilkan dalam pencetakan
kemasan pun berdampak pada peningkatan industri cetak secara global,
sebagaimana hal ini berhubungan dengan fungsi kemasan, dimana kemasan
digunakan sebagai media informasi terhadap suatu produk dan memiliki nilai
daya tarik tersendiri, guna meningkatkan kualitas permintaan yang diinginkan
oleh konsumen. Fungsi utama yang ada pada kemasan pula yang membuat
industri kemasan dapat terus berkembang.
Hal dasar yang paling menarik pada sebuah kemasan bergantung dari
banyaknya warna dan gambar, sebagaimana kemasan yang menarik dapat
menaikkan minat dari para konsumen. Namun hal ini juga perlu
dipertimbangkan dengan baik, karena pada dasarnya penggunaan gambar dan
warna yang beragam dalam sebuah kemasan justru malah akan berdampak
negatif terhadap biaya cetak yang hendak dikeluarkan, baik jumlah tinta yang
akan digunakan maupun kertas yang hendak dicetak. Apalagi kemasan
tersebut diorder dengan jumlah/oplah yang tidak sedikit. Sehingga diperlukan
kalkulasi mendetail mengenai biaya atau ongkos cetaknya.
Konsumsi tinta cetak merupakan faktor yang cukup menentukan
dalam melakukan kalkulasi biaya cetak, yaitu dapat mencapai 2% hingga
10% dari total biaya produksi cetak. Menghitung aproksimasi pemakaian tinta
cetak dalam merencanakan produksi adalah hal yang cukup rumit, karena
banyaknya faktor yang sulit dihitung secara linear. Jenis dan warna tinta, jenis
kertas serta ratio penintaan, ukuran dan jumlah cetakan adalah beberapa
contoh parameter yang tidak mudah untuk dihitung. Berlebihan dalam
membeli tinta cetak akan meningkatkan biaya inventori dan umur tinta akan
mempengaruhi kesehatan penyimpanan tinta cetak. Sebaliknya, kekurangan
tinta cetak dalam produksi akan menimbulkan masalah dalam menjaga mutu
cetakan serta menimbulkan biaya tambahan akibat terhentinya operasi mesin
cetak (Indonesia Print Media, 2012).
Hal ini kerap sekali diabaikan oleh para desainer pre press dan lebih
memilih untuk melanjutkan pencetakkan hingga warna yang didapatkan telah
sesuai. Apabila belum, maka perusahaan cenderung memilih untuk mengganti
jenis tinta dan jenis kertas yang digunakan. Hal ini tentu akan membuat biaya
pencetakkan semakin besar dengan waste yang banyak pula. Untuk mengatasi
hal tersebut, teknik Gray Component Replacement (GCR) telah lama
diperkenalkan dan menjadi salah satu alternatif penghemat biaya produksi
dalam hal pemakaian tinta cetak.
Gray Component Replacement (GCR) merupakan teknik yang bekerja
dalam mengatur penurunan jumlah chromatic color (Cyan, Magenta, dan
Yellow) yang dapat membentuk komponen abu-abu dan digantikan dengan
achromatic color (Key/Black). Teknik ini diterapkan untuk meminimalisir
pemakaian tinta cetak warna chromatic (CMY) yang dinilai sedikit lebih
mahal dibandingkan tinta cetak warna achromatic (K). GCR bekerja dengan
mengatur jumlah ink coverage (IC) CMYK pada cetakan, sehingga total ink
coverage (TIC) CMYK tidak berlebihan. Penggunaan teknik GCR ini juga
dapat menjadi solusi pengeringan tinta pada kertas sehingga mampu
mengatasi permasalahan cetak seperti set off.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka rumusan masalah
yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan teknik
Gray Component Replacement (GCR) dalam menghemat jumlah pemakaian
tinta cetak pada kemasan Pigeon Teens Hypoallergenic dengan nilai L*a*b
dan Density yang mendekati acuan Non GCR.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan nilai Ink Coverage (IC) pada image yang berbasis vektor,
nilai Average Ink Coverage (AIC) pada image yang berbasis
bitmap/gaussian blurred dan Total Ink Coverage (TIC) pada masing-
masing image yang menerapkan metode GCR dan non GCR
menggunakan software Adobe Acrobat Pro
2. Mendapatkan nilai L*a*b dan ink density pada cetakan non GCR dan
metode GCR.
3. Mendapatkan luas image dari masing-masing shape yang terdapat pada
desain kemasan pigeon teens hypoallergenic menggunakan software
AutoCAD
4. Mendapatkan jumlah berat tinta dikirim dan berat tinta kembali
berdasarkan data performance pemakaian tinta cetak offset
5. Mendapatkan jumlah pemakaian tinta CMYK non GCR dan metode
GCR
6. Mendapatkan persentase ink save ratio pada cetakan setelah dilakukan
teknik GCR
7. Menganalisis bagaimana penerapan teknik GCR pada kemasan pigeon
teens hypoallergenic
D. BATASAN MASALAH

Dengan adanya pembatasan masalah diharapkan agar pembahasan


menjadi lebih terarah dan tidak terjadi penyimpangan serta sesuai dengan
tujuan penulisan. Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:

1. Penelitian menggunakan software Adobe Photoshop CS 4, Adobe


Illustrator 2017, Adobe Acrobat Pro, dan AutoCAD 2010.
2. Mengukur perubahan persentase nilai Average Ink Coverage (AIC) dan
Total Ink Coverage (TIC) terhadap cetakan dengan metode GCR dan non
GCR.
3. Tidak dilakukan proses GCR pada image yang berbasis bitmap atau
image dengan efek gaussian blurred.
4. Mengukur nilai L*a*b dan density terhadap proofing dan hasil cetak
offset dengan metode GCR dan non GCR.
5. Pengukuran warna cetakan menggunakan spectrodensitometer
6. Data yang diproses berbasis CMYK, bukan RGB.
7. Proses cetak kemasan menggunakan teknik cetak offset, sementara proof
print menggunakan digital printing.
8. Kertas yang digunakan adalah kertas Ivory 270 gsm
9. Tinta cetak offset yang digunakan adalah tinta cetak merk best one neo
process HD cemani toka
10. Tidak dilakukan perhitungan mendetail mengenai; jumlah tinta yang
terbuang, ketebalan lapisan tinta pada cetakan, dan ukuran roll offset,
sehingga jumlah aliran tinta pada roll untuk sampai ke cetakan dilihat
berdasarkan data performance pemakaian tinta
11. Tidak membahas lebih lanjut mengenai biaya penghematan tinta dan
biaya yang diperlukan untuk memesan tinta berdasarkan perhitungan
pemakaiannya.
E. TINJAUAN PUSTAKA

Untuk memperkuat masalah yang akan diteliti, teori-teori yang akan


dijadikan landasan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Cetak Offset
Cetak offset merupakan salah satu teknik cetak dengan
menggunakan prinsip dasar antara air dan minyak/tinta. Bagian
cetak/image merupakan bagian yang menarik tinta dan menolak air,
sedangkan bagian tidak mencetak/non-image bagian yang menarik air
dan menolak tinta. Untuk prosesnya, tinta dialihkan dari acuan/pelat ke
bahan cetak/kertas secara tidak langsung melainkan menggunakan media
perantara yaitu blanket, sehingga konstruksi mesin cetak ofset minimal
terdiri dari 3 silinder utama, yaitu silinder acuan, silinder blanket dan
silider penekan. Ofset berasal dari kata set-off (beralih), dimana lapisan
tinta yang ada di pelat cetak tidak langsung dialihkan ke permukaan
bahan cetak tetapi diberikan dulu kepada sebuah blanket sebagai
perantaranya (Soebardianto, Diktat Pengantar Pengendalian Kualitas
Cetak, 2011).

Gambar 1 Konstruksi Mesin Cetak Offset


Sumber : Handbook of Print Media
2. Tinta Cetak
Tinta cetak merupakan suspensi bahan pewarna dalam bahan
pengikat (vernis) yang ditambahkan bahan penolong untuk mendapatkan
sifat-sifat tertentu dari jenis dan spesifikasi tinta yang akan dibuat, serta
dimanfaatkan untuk keperluan pencetakan. Tinta cetak digunakan untuk
membuat gambar dari acuan pada media cetak melalui rol-rol pada mesin
cetak. Tinta cetak merupakan bahan yang digunakan untuk membuat
gambar dari acuan, dicetakkan dan dialihkan melalui rol-rol tinta pada
mesin cetak menjadi gambar yang dapat dilihat pada bahan cetak.
Dalam proses mencetak tinta merupakan bahan yang sangat
penting dan merupakan salah satu faktor yang menentukan kualitas hasil
cetakan, karena tinta merupakan bahan pertama yang tampak dalam suatu
produk cetak. Tinta cetak adalah bahan yang paling fleksibel untuk
mengadakan penyesuaian terhadap unsur mesin maupun kertas dan unsur
lainnya.
Tinta cetak yang biasa digunakan untuk mencetak adalah tinta
proses yang dipergunakan untuk memproduksi warna dengan proses
teknik cetak, seperti cetak offset. Memiliki sifat transparan sehingga
dapat dikomposisikan dengan membentuk warna lainnya. Tinta cetak
juga memiliki sifat kelengketan yang menentukan kemampuan
berpindahnya tinta ke bahan yang dicetak, dengan menggunaan mesin
cetak multi warna yang dikenal sebagai proses cetak basah ke basah,
pada cetakan yang menumpuk bisa terjadi tarik menarik antar tinta
(Muryeti, 2008).

Gambar 2 Tinta Cetak


Sumber: www.prepressure.com
Komponen utama dalam pembuatan tinta cetak adalah :
a. Bahan Pewarna (colorant)
Bahan pewarna merupakan suatu zat yang dapat memberikan
indikasi atau corak warna tinta cetak sehingga dapat dibedakan
secara visual, seperti merah, kuning, hijau, dan sebagainya.
b. Vernis (varnish)
Vernis merupakan bahan untuk mengikat partikel-partikel pigmen
menjadi pasta. Vernis dapat dikelompokan menjadi dua bagian,
yaitu Pasta (mudah mengalir) dan Structured (tidak mudah
mengalir).
c. Bahan penolong (additive)
Bahan penolong ditambahkan untuk mendapatkan sifat-sifat
tertentu dari tinta cetak yang diperlukan yang berfungsi berfungsi
untuk memperoleh dan memperbaiki sifat-sifat tertentu sesuai
dengan jenis-jenis dan spesifikasi tinta cetak yang akan dibuat dan
membantu menyempurnakan pengikat antara bahan pewarna dan
bahan pengikat dalam pendispersian tinta cetak.
Beberapa jenis bahan penolong yang sering ditambahkan:
1) Drier Agent (Bahan pengering)
Membantu tinta cepat mengering dengan cara mempercepat
oksidasi tinta sehingga akan terjadi polimerisasi sehingga
lapisan tinta yang tercetak menjadi keras dan kuat
menempel pada bahan cetak.
2) Plastizier
Bertujuan untuk membuat tinta cetak lebih fleksibel dan
memberikan kehalusan dipermukaan laipisan tinta yang
sudah mengering serta memperbaiki daya rekat lapisan
tinta.
3) Anti Set Off
Bahan ini digunakan untuk mengurangi terjadinya set off
pada saat pencetakan.
4) Reducer (Bahan pengencer)
Banyak berpengaruh terhadap stabilitas tinta di mesin cetak,
keseimbangan terhadap air pembasa, viskositas, kecepatan
pengeringan tinta cetak diatas bahan cetak.
5) Dan bahan penolong lainnya.

3. Sifat Tinta Cetak


a. Sifat Alir
Tinta cetak merupakan zat cair plastis dimana zat cair yang
tidak dapat mengalir dengan gaya beratnya sendiri untuk mulai
mengalir diperlukan gaya tambahan dari luar seperti pengadukan
dan pemanasan.
Sifat alir tinta cetak meliputi :
1) Kekentalan (viscosity)
2) Nilai batas alir
3) Tiksotropi
b. Kelengketan
Kelengketan adalah salah satu sifat tinta yang menentukan
kemampuan berpindahnya tinta ke bahan yang dicetak sampai pada
unit pengeluaran. Dalam proses cetak offset dengan mesin cetak
multi warna atau biasa disebut dengan cetak basah ke basah, pada
cetakan yang menumpuk atau mernagkap (trapping) bisa terjadi
tarik menarik antar tinta yang satu dengan yang lainnya dalam
kasus ini kelengketan tinta pertama harus lebih besar dari tinta
berikutnya.
c. Ketahanan Tinta
a. Ketahanan tinta terhadap gosok
b. Ketahanan tinta terhadap panas, sinar matahari
c. Ketahanan tinta cetak terhadap sabun
d. Ketahanan tinta terhadap zat-zat kimia seperti asam dan
basa
d. Sifat Optik Tinta
Sifat transparasi tinta diperlukan untuk tinta proses yaitu
tinta warna yang digunakan dalam proses cetak warna proses. Tinta
warna magenta, cyan, dan yellow. Sifat transparasi diperlukan agar
kombinasi ketiga warna tersebut dapat menghasilkan jenis warna
lain hingga sebanyak mungkin (disebut color gamut) (Muryeti,
2008).

4. Kertas
Kertas merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai
media cetak. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan
dari kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan
biasanya berupa serat yang mengandung Selulosa, Lignin, dan
Hemiselulosa. Kertas juga merupakan bahan utama yang paling pokok,
sering digunakan dalam industri grafika yang sering dibuat menjadi
buku.
Banyaknya jenis kertas dan bervariasi dengan berbagai sifat serta
kelebihan tertentu dapat mempengaruhi kondisi hubungan antara tinta
cetak dengan kertas itu sendiri. Sehingga adanya penyesuaian tinta
terhadap kondisi kertas (Muryeti, 2008).
Jenis kertas berdasarkan proses pengerjaan akhir dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu :
a. Kertas tidak berlapis (Uncoated paper)
Merupakan kertas yang permukaannya tidak berlapis dan
mempunyai dua sisi permukaan yang berbeda kehalusannya
yaitu sisi filt (sisi halus) dan sisi wire (sisi sarigan).
Contohnya :
1) Kerta cetak HVO
2) Kertas tulis HVS
3) Kertas ilustrasi HHI
4) Kertas koran dan lainnya
b. Kertas berlapis (Coated paper)
Merupakan jenis kertas yang perukaanya diberi lapisan
pigmen (kapur) dan bahan perekat, kertas berlapis ini
mempunyai sifat permukaan kertas yang lebih halus
dibandingkan dengan kertas yanf tidak berlapis dan hampir-
hampir tidak memiliki pori-pori.
Contonya :
1) Art Paper
2) Kunsdruk

5. Warna
Warna adalah sensasi yang diciptakan sistem visual karena
adanya radiasi elektromagnetik yang dikenal sebagai cahaya. Atau secara
lebih detail, warna adalah hasil persepsi dari cahaya di daerah spectrum
elektromagnetik yang dapat dilihat, yang mempunyai panjang gelombang
dari 400nm sampai 700nm, yang datangnya ke retina manusia. Retina
mempunyai 3 sel reseptor warna yang disebut dengan cone atau kerucut
karena bentuknya yang menyerupai kerucut yang masing-masing
mempunyai respon terhadap spektrum yang berbeda.
Walaupun dua warna terlihat sama, terdapat sedikit perbedaan
jika diteliti dengan instrumen analisis warna. Jika warna sampel tidak
sesuai standar maka kepuasan pelanggan akan berkurang dan jumlah
reproduksi atau pengeluaran akan terjadi. Maka dari itu mengidentifikasi
perbedaan warna antara sampel dan standar dalam awal produksi itu
penting.

5.1. Model Warna


Model warna terbagi menjadi dua yakni warna additive
(RGB) dan warna subtracive (CMYK). Warna additive adalah
warna primer cahaya yang terdiri dari warna; red, green, blue,
yang apabila ketiga warna tersebut digabungkan akan
menghasilkan warna putih. Sedangkan warna subtractive
merupakan warna yang terbentuk dari kombinasi antara dua
warna primer sehingga menghasilkan warna sekunder. Warna
sekunder tersebut yaitu: cyan, magenta, yellow. Di dalam
kombinasi cyan, magenta, yellow merupakan penyerapan semua
warna dan menghasilkan warna hitam kecoklatan oleh karena itu
ditambahkan warna key agar menghasilkan warna hitam solid
(Soebardianto, Diktat Pengantar Pengendalian Kualitas Cetak,
2011).

5.1.1 Model Warna RGB

Gambar 3 Model Warna RGB


Sumber: www.designersinsights.com

Model warna yang terdiri dari tiga channel warna


yaitu red, green, blue yang ditambahkan dengan berbagai
cara untuk menghasilkan bermacam-macam warna.
Kegunaan utama model warna RGB adalah untuk
menampilkan citra/gambar dalam perangkat elektronik
seperi televisi, komputer, walapun juga telah digunakan
dalam fotografi biasa. Sebelum era elektronik, model
warna RGB telah memiliki landasan yang kuat
berdasarkan pemahaman manusia terhadap teori
tikromatik (kondisi dimana mata mampu membedakan
tiga kanal warna yang berbeda atau memiliki tiga jenis sel
kerucut yang berbeda pada mata).

5.1.2 Model Warna CMYK

Gambar 4 Model Warna CMYK


Sumber: www.designersinsights.com

Model warna CMYK (empat warna proses)


merupakan model warna subtractive. Model warna
CMYK digunakan dalam pencetakan menggunakan tinta.
Tinta yang dicetak akan mengurangi cahaya yang
seharusnya dipantulkan, itu sebabnya model warna ini
disebut subtrractive karena tinta „mengurangi/subtract‟
kecerahan dari backround putih dari empat warna cyan,
magenta, yellow, dan black. Penggunaan warna hitam
digunakan karena kombinasi dari tiga warna CMY tidak
menghasilkan sepenuhnya warna hitam. CMYK dapat
menghasilkan seluruh spektrum warna yang terlihat karena
proses half-toning. Pada proses ini setiap warna diberi
tingkat saturasi dan dicetak dengan titik-titik yang sangat
kecil atau disebut raster. Hal ini dapat memungkinkan
mata manusia untuk merasakan warna tertentu yang
terbentuk dari kombinasi tersebut (Designers Insight,
2019).

6. Density
Density merupakan suatu nilai yang menyatakan kepekatan atau
kehitaman dari pengukuran lapisan film atau tinta yang mewakli jumlah
cahaya yang dipantulkan dari lembar yang dicetak, nilai yang didapat
adalah nilai yang bentuknya relatif. Pengukuran density dilakukan untuk
mencocokan lembaran yang satu dengan lainnya sepanjang jalannya
proses cetak serta memonitori kestabilan warna pada mesin cetak dengan
kecepatan tinggi. Menghitung density dapat menghitung karakteristik
cetak lainnya, seperti dot gain, trapping, print contrast, dan hue
error/grayness (PT. Hubber Ink, 2016).

7. CIE L*a*b
Satuan warna CIE L*a*b (juga dikenal sebagai CIELAB)
merupakan salah satu satuan warna yang populer untuk digunakan dalam
pengukuran warna obyek dan secara luas yang dipakai di berbagai
bidang. Satuan ini merupakan salah warna CIE yang didefinisikan pada
tahun 1976 yang dimaksudkan untuk mengurangi masalah-masalah
dalam penggunaan satuan warna Yxy, dimana jarak pada diagram
kromatisitas x,y tidak sebanding dengan perbedaan warna.
Dalam satuan CIE L*a*b terdapat tiga faktor penting dalam
penghiungan, yaitu L* menandakan lightness atau kecerahan, sementara
a* dan b* merupakan titik koordinat kromatisitas.
Gambar 5 Ruang Warna CIE L*a*b
Sumber: www.meterglobal.com

Pada gambar di atas koordinat a* dan b* menunjukan arah warna,


dimana +a* menunjukan arah warna merah dan –a* menunjukan arah
warna hijau, sedangkan +b* menunjukan arah warna kuning dan –b*
menunjukan arah warna biru. Pusat darikoordinat di atas merupakan
akromaik (tanpa warna), seiring dengan penambahan nila a* dan b* dan
titik yang diamati bergerak dari pusat ke arah luar, dan saturation
(kepekatan) warna bertambah (Konica Minolta, 2016).
Dalam satuan warna CIE L*a*b, perbedaan warna dapat
dinyatakan dengan nilai numeris, ∆ E yang menunjukan ukuran
perbedaan warna namun bukan menunjukan warnanya berbeda, berikut
persamaan ∆ E:

Keterangan:
= L* sampel
= L* standar
= a* sampel
= a* standar
= b* sampel
= b* standar
8. Spectrodensitometer
Spectrodensitometer adalah alat pengukuran serba guna, yang
secara umum digunakan untuk mengontrol kualitas di industri percetakan
serta untuk tugas-tugas lainya, di mana warna harus dinilai secara kritis.
Spectrodens bekerja sesuai dengan standar ISO yang berlaku untuk
industri grafika.
Data dikonversi menjadi data pengukuran untuk analisis dan
tampilan deskriptif berupa:
 Densitometric banyak digunakan untuk mengontrol kualitas
cetakan pada saat poses cetak
 Colorimetric digunakan dalam evaluasi pada cetak proofing
dengan membuat color profile pada manajemen warna serta color
matching dan formulasi tinta (TECHKON, 2000).

Gambar 6 Techkon Spectrodens


Sumber: www.techkon.com

Prinsip kerja dari spectrodensitometer adalah bila cahaya


(monokromatik maupun campuran) jatuh pada suatu medium homogen,
sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian diserap dalam
medium itu, dan sisanya diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya yang
diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan
dengan konsentrasi sampel.
9. Gray Component Replacement (GCR)
Teknik Gray Component Replacement merupakan teknik yang
telah lama diperkenalkan dan dapat menjadi solusi alternatif yang cukup
baik dalam menekan biaya yang perlu dikeluarkan oleh perusahaan.
Teknik ini bekerja dengan mengatur penurunan chromatic color (Cyan,
Magenta, dan Yellow) yang dapat membentuk komponen abu-abu dan
digantikan dengan achromatic color (Key/Black). Penurunan chromatic
color (Cyan, Magenta, dan Yellow) dapat membuat pemakaian tinta
warna-warna chromatic menjadi lebih hemat, karena sebenarnya tinta
dengan warna chromatic dinilai lebih mahal dibandingkan dengan tinta
achromatic (Key/Black) yang sedikit lebih murah. Hasil dari prinsip GCR
tersebut belum pasti akan menghasilkan warna yang identik dengan
warna aslinya saat dicetak. Hal ini disebabkan karena banyaknya color
management yang digunakan, tuntutan kualitas tinggi dan mesin cetak
yang memiliki color gamut berbeda.

Gambar 7 Grafik GCR


Sumber: http://www.coatsindustrial.com

Prinsip kerja GCR adalah apabila sebuah image memiliki


komposisi tinta (Ink Coverage) yakni C58% M49% Y46% dan K14%,
maka apabila diterapkan teknik GCR pada image tersebut komposisi
tintanya akan menjadi C15% M11% Y9% dan K59%. Sehingga dari
kedua komposisi tersebut akan menghasilkan warna yang sama.
Gambar 8 Komposisi Tinta Non GCR (Kiri) dan Setelah Dilakukan GCR (Kanan)

9.1 Ink Coverage (IC)


Ink Coverage (IC) menyatakan persentase banyaknya
jumlah komponen tinta warna CMYK yang melapisi atau
membentuk suatu image dengan keluasan area tertentu. Semakin
kecil nilai Ink Coverage (IC) suatu image maka warna yang
dihasilkan akan semakin tipis, sehingga hal ini akan berpengaruh
terhadap nilai L*a*b dan density yang akan dihasilkan dari image
tersebut.

Gambar 9 Nilai Ink Coverage Terhadap Warna Yang Dihasilkan


Sumber: http://www.inkcoverage.net
9.1.1 Average Ink Coverage (AIC)
Average Ink Coverage (AIC) menyatakan
persentase rata-rata komponen tinta warna CMYK yang
melapisi atau membentuk beberapa image dengan
keluasan area tertentu. Apabila sebuah image memiliki Ink
Coverage berbeda-beda (umumnya image fotografi/
halftone) dapat dilakukan proses average blur untuk
mendapatkan nilai Ink Coverage (IC) yang merata. Filter
average blur didapatkan dari software Adobe Photoshop.

Gambar 10 Image CMYK Sebelum (Kiri) dan Setelah Dilakukan Average Blur (Tengah),
serta Nilai %AIC dan %TIC-nya (Kanan)
Sumber: https://www.microtiendasonline.es/color/negro-cian-magenta-amarillo/

Gambar 11 Contoh Image Sebelum Dilakukan (Kiri) dan Setelah Dilakukan Average Blur
(Tengah), serta Nilai %AIC dan %TIC-nya (Kanan)
Sumber: https://www.wallpaperflare.com
9.1.2 Total Ink Coverage (TIC)/ Total Area Coverage (TAC)
Total Ink Coverage (TIC)/ Total Area Coverage
(TAC) menyatakan persentase keseluruhan jumlah
komponen tinta warna CMYK yang melapisi atau
membentuk suatu image dengan keluasan area tertentu.
Pada dasarnya nilai maksimum Total Ink Coverage (TIC)/
Total Area Coverage (TAC) untuk teknik cetak offset
adalah 300%. Apabila nilai Total Ink Coverage (TIC)/
Total Area Coverage (TAC) lebih daripada itu, akan
menyebabkan cetakan lambat kering/set off.

%TIC = %IC Cyan + %IC Magenta + %IC Yellow + %IC Black

9.3 Black Ink Limit


Black Ink Limit adalah nilai yang digunakan untuk
mengontrol batas maksimum penggunaan tinta hitam pada area
image. Secara umum, nilai maksimum Black Ink Limit adalah 95%
tetapi pada pengaturan Photoshop nilainya bisa mencapai 100%,
dimana shadow pada image hanya dihasilkan oleh tinta hitam saja.

10. Gaussian Blur


Menurut Usman (2005:70), filter Gaussian sangat baik untuk
menghilangkan noise yang bersifat sebaran normal, yang banyak
dijumpai pada sebaran citra hasil proses digitasi menggunakan kamera
karena merupakan fenomena alamiah akibat sifat pantulan cahaya dan
kepekaan sensor cahaya pada kamera itu sendiri.
Gaussian blur adalah filter blur yang menempatkan warna transisi
yang signifikan dalam sebuah image, kemudian membuat warna-warna
pertengahan untuk menciptakan efek lembut pada sisi-sisi sebuah image.
Gaussian blur adalah salah satu filter blur yang menggunakan rumus
matematika untuk menciptakan efek autofocus untuk mengurangi detail
dan menciptakan efek berkabut. Gaussian adalah istilah matematika yang
diambil dari nama seorang matematikawan Jerman, Karl Friedrich
Gauss.

Gambar 12 Prinsip Filter Gaussian Blur


Sumber: http://www.GameDave.net

11. Adobe Illustrator

Gambar 13 Logo Adobe Illustrator


Sumber: http://www.png4u.com

Adobe Illustrator adalah salah satu software pengolah gambar yang


erasis vekor. Menuru Tiharadi & Sanwill (2006), gambar vektor
merupakan gambar yang terbentuk bukan dari kumplan titik melainkan
terbentuk dari sejumlah garis dan kurva. Gambar jenis vektor ini bukan
terdiri dari titik, maka apabila tampilan gambar ini diperbesar tetap tidak
akan kehilangan detailnya sehingga kualitas gambarnya tetap baik.
Tracing adalah proses mengubah foto atau gambar menjadi vektor.
Sebagai isilah umum, tracing berarti proses atau metode untuk mengubah
gambar bitmap atau foto menjadi vektor.

12. Adobe Photoshop

Gambar 14 Logo Adobe Photoshop


Sumber: http://www.png4u.com

Adobe Photoshop adalah aplikasi yang diproduksi oleh Adobe


Systems serta berguna untuk mengolah/mengedit sebuah gambar berbasis
bitmap ataupun fotografi. Pada adobe photoshop terdapat menu filter
average blur yang dapat digunakan untuk menyatakan komposisi rata-
rata tinta (Average Ink Coverage) dari image yang berbasis
bitmap/fotografi dalam suatu luas area image tertentu. Selain itu,
software ini juga menyediakan gaussian blur untuk membuat gradasi
warna pada sebuah image.

13. Adobe Acrobat Pro

Gambar 15 Logo Adobe Acrobat Pro


Sumber: http://www.e993.com
Adobe Acrobat Pro adalah salah satu software milik adobe yang
mendukung file berformat Portable Document Format (PDF). Software
ini terdiri dari Adobe Reader yang hanya dapat menampilkan dan
mencetak dokumen dan tersedia secara cuma-cuma, dan Adobe Acrobat
untuk menyunting dokumen. Di dalam software Adobe Acrobat Pro
terdapat pilihan menu output preview yang digunakan oleh operator pre
press untuk mengetahui jumlah Ink Coverage (IC) dan Total Ink
Coverage (TIC) suatu image. Sehingga jika suatu image memiliki
komposisi Ink Coverage (IC) sebagai berikut; C: 60%, M: 60%, Y: 60%,
dan K: 100%. Maka TIC-nya adalah 280%.

14. AutoCAD

Gambar 16 Logo AutoCAD


Sumber: http://www.dlpng.com

AutoCAD merupakan sebuah program yang biasa digunakan untuk


tujuan tertentu dalam menggambar serta merancang dengan bantuan
komputer dalam pembentukan model serta ukuran dua dan tiga dimensi
atau lebih dikenal sebagai “Computer aided drafting and design
program” (CAD). Menurut Abdi (2014), AutoCAD merupakan program
pembuatan gambar teknik yang mencakup hampir semua bidang
keahlian, seperi arsitektur, teknik, dan desain. Di dalam software
AutoCAD terdapat perintah area yang dapat digunakan untuk
menghitung luas (area) suatu objek.
F. METODOLOGI
Adapun metodologi penelitian yang penulis ajukan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan Desain Sampel yang di Acc Perusahaan
Penulis melakukan pengambilan desain sampel yang dapat diterapkan
teknik Gray Component Replacement (GCR) pada masing-masing image-
nya di PT. M. Adapun syarat sebuah image dapat dilakukan Gray
Component Replacement adalah bagian image-nya memiliki komposisi
Cyan, Magenta, dan Yellow yang lebih dominan dibandingkan warna Black
atau komposisi Black kurang dari 50%. Penulis ingin melakukan
pengukuran luas image pada desain kemasan yang diambil, sehingga desain
yang diambil adalah desain asli yang dikirim oleh customer langsung dan
belum di embeded sehingga tidak diperlukan tracing ulang karena image
dapat diedit. Hal ini ditujukan agar ukuran luas image yang dipilih tidak
terjadi penyimpangan apabila dilakukan tracing Desain yang diambil harus
berformat. ai, adapun desain kemasan yang penulis ambil adalah kemasan
pigeon teens hypoallergenic seperti gambar berikut:

Gambar 17 Desain Kemasan Pigeon Teens Hypoallergenic


Sumber: PT. M

Alasan lain penulis mengambil desain kemasan tersebut adalah image


pada kemasan memiliki vektor yang lebih dominan dibandingkan image
bitmap-nya sehingga proses GCR secara manual lebih mudah diterapkan,
selain itu pencetakkannya dilakukan sebanyak 60.000 oplah dengan tinta
CMY yang lebih dominan, hal ini tentu akan menghabiskan pemakaian tinta
cetak yang lebih banyak.
2. Percobaan GCR secara manual pada Adobe Illustrator
Percobaan GCR dilakukan secara manual menggunakan fitur color
picker pada Adobe Illustrator. Prosesnya dilakukan dengan mengatur
kenaikan Black Ink Limit pada image sebesar 5% untuk mendapatkan warna
yang persis sama seperti sebelumnya. Kenaikan black ink limit ini kemudian
akan menyebabkan komposisi warna CMY berkurang 1-10% menyesuaikan
dengan warna sebelumnya (reference color). Berikut adalah langkah-
langkah proses GCR pada Adobe Illustrator:
a. Buka aplikasi Adobe Illustrator
b. Klik file, kemudian open desain yang telah diambil dan di acc oleh
perusahaan

Gambar 18 Pengolahan Desain Kemasan Pigeon Teens Hypoallergenic

c. Blok seluruh image pada desain, kemudian klik kanan dan pilih
ungroup
d. Setelah desain di ungroup, pindahkan image kemudian kumpulkan
berdasarkan warna yang sama. Untuk melihat komposisi warna pada
image pilih menu windows → klik info, maka akan muncul kotak
dialog yang menunjukkan komposisi warna tinta pada image atau
persentase ink coverage (IC) dan Total Ink Coverage (TIC).
Gambar 19 Nilai Ink Coverage (IC) Kemasan Pigeon Teens Hypoallergenic

e. Setelah semua image dikelompokkan berdasarkan komposisi ink


coverage (IC) yang sama, selanjutnya proses GCR dapat dilakukan.
Adapun proses GCR yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Klik image kemudian pilih menu fill dengan color picker.
Lakukan GCR pada opsi C, M, Y, K dengan komposisi kenaikan
K yakni 1-5% hingga mencapai komposisi maksimal 100% atau
(Black Only). Proses GCR dilakukan dengan menaikkan
komposisi K dan menurunkan komposisi CMY dengan kisaran
rata-rata 1-10%.

Gambar 20 Proses GCR Menggunakan Color Picker

2) Pastikan warna yang dilakukan GCR tidak jauh berbeda dengan


warna sebelumnya (Reference Color).
Gambar 21 Perbandingan Warna Hasil GCR dengan Sebelum GCR

3) Lakukan pada masing-masing warna yang berbeda nilai ink


coverage-nya
f. Pada image yang berbasis bitmap, proses GCR tidak dapat dilakukan
menggunakan Adobe Illustrator, melainkan memerlukan software
khusus GCR. Namun pada kemasan pigeon teens hypoallergenic
image tersebut tidak dapat dilakukan proses GCR, sekaligus sebagai
batasan masalah terhadap penelitian yang penulis lakukan.
Sebelumnya, Image bitmap pada kemasan pigeon tersebut dibuat
dengan menggunakan filter gaussian blurred dan proses filtering
dilakukan oleh desainer dari perusahaan customer yang dibuat
menggunakan software Adobe Photoshop, sehingga penulis tidak
dapat melakukan penggantian warna/proses GCR. Namun pengukuran
ink coverage (IC) tetap dapat dilakukan dengan mengukur rata-rata
ink coverage pada kemasan atau nilai average ink coverage (AIC) .
Berikut adalah cara mengetahui nilai average ink coverage (AIC) pada
image berbasis bitmap:
1) Pada Adobe Illustrator, pilih menu file kemudian klik new.
2) Pindahkan image ke lembar kerja baru dengan menekan ctrl+c
pada lembar sebelumnya, lalu ctrl+v pada lembar kerja baru.
3) Kemudian klik file, pilih export, export as, dan pilih save as type
menjadi format .png
4) Pilih resolusi image tertinggi, yakni 300 ppi.
5) Buka aplikasi Adobe Photoshop CS 4, pilih menu file kemudian
klik open.
6) Pilih menu image → mode → CMYK color
7) Tampilkan jendela ink coverage (IC) dengan memilih menu
window, klik info

Gambar 22 Image Sebelum Dilakukan Average Blur

8) Untuk mendapatkan rata-rata nilai ink coverage (IC) image,


pilih menu filter → blur → average
9) Arahkan pointer pada image untuk mendapatkan nilai rata-rata
ink coverage (IC) atau average ink coverage (AIC) pada image.
Gambar 23 Image Setelah Dilakukan Average Blur

10) Lakukan pada masing-masing image bitmap yang memiliki


warna berbeda

3. Pembuatan color patches


Tujuan pembuatan color patches adalah untuk memudahkan
pengukuran nilai L*a*b dan density cetak pada proofing. Color patches
dibuat berdasarkan jumlah warna dengan komposisi ink coverage berbeda
pada kemasan dan diurutkan berdasarkan kenaikan black ink limit sebesar 1-
5% hingga mencapai nilai maksimum 100% pada image. Kemudian setelah
proses pembuatan color patches selesai, simpan file tersebut dalam format
.pdf.

Gambar 24 Color Patches Hasil GCR


4. Pengecekkan nilai %Ink Coverage dan %Total Ink Coverage pada color
patches.
Proses pengecekkan dilakukan menggunakan software Adobe Acrobat
Pro pada lembar color patches yang sudah dalam format .pdf. Berikut
adalah langkah-langkah untuk mengetahui nilai ink coverage (IC) dan total
ink coverage (TIC) color patches.
a) Buka aplikasi Adobe Acrobat Pro, pilih menu file kemudian klik open
b) Pada menu print production, pilih output preview
c) Pada opsi preview, pilih separations

Gambar 25 Output Previewing

d) Arahkan pointer pada masing-masing color patches, kemudian dapat


dilakukan pencatatan/pendataan terhadap nilai ink coverage (IC) dan
total ink coverage (TIC)

Gambar 26 Pengecekkan Nilai IC dan TIC Color Patches


5. Pencetakkan proofing color patches
Pencetakkan dilakukan menggunakan digital printer pada kertas Ivory
270 gsm sesuai dengan kriteria kertas yang dipesan oleh customer. Setelah
dilakukan pencetakan proofing, kemudian dapat diukur nilai L*a*b dan
density proofing pada masing-masing sampel warna yang di GCR terhadap
reference color-nya.

6. Pengukuran nilai L*a*b dan density proofing color patches


menggunakan spectrodensitometer.

Pengukuran dilakukan agar dapat melihat data pada cetakan secara


numeris agar memudahkan seseorang dalam mengomunikasikan warna yang
lebih akurat. Pengukuran dilakukan pada masing-masing color patches yang
terdapat pada hasil proofing. Berikut langkah-langkah untuk pengukuran
pada cetakan :
1. Menyiapkan alat yang dibutuhkan seperti spektrodensitometer
dan laptop
2. Mengaktifkan spektrodensitometer
3. Hubungkan spektrodensitometer pada laptop menggunakan
kabel USB
4. Buka software techkon spectro connect untuk menghitung
secara otomatis, dengan aplikasi ini nilai pengukuran akan
otomatis masuk dalam Microsoft Excel.
5. Pengaturan pada aplikasi sesuai dengan pengukuran Density,
dan CIE L*a*b
6. Buka Microsoft Excel
7. Buat tabel sesuai dengan perhitungan yang digunakan
8. Pada alat sepktodensitometer atur measured function dan pilih
satuan pengukuran trapping
9. Arahkan spectrodensitometer pada warna yang akan dihitung
7. Analisa perbandingan nilai L*a*b dan density proofing color patches.
Warna hasil GCR pada color patches yang hendak dipilih setidaknya
memiliki nilai density pada masing-masing warna CMYK-nya tidak terlalu
jauh dengan warna yang sebelum di GCR. Dan warna hasil GCR setidaknya
memiliki nilai selisih L*a*b maksimal 2 dan ΔE tidak lebih dari 4 dari
warna yang sebelum di GCR.

8. Pembuatan Mounting Kemasan dengan GCR


Setelah didapatkan warna hasil GCR, maka selanjutnya dilakukan
proses pembuatan mounting kemasan untuk kemudian dicetak offset. Pada
saat proses mounting, dilakukan penambahan color bar, bleed, dan register.

Gambar 27 Proses Mounting Kemasan Pigeon Teens Hypoallergenic

9. Pengukuran Luas image menggunakan software AutoCad


Untuk mendapatkan luas sebuah area image dua dimensi, maka
diperlukan pengukuran menggunakan software AutoCAD. Terlebih dahulu
desain yang diambil harus diedit dengan cara memisahkan dan
mengelompokkan seluruh image berdasarkan warna yang sama. Hal ini akan
mempermudah proses perhitungan luas area terhadap nilai ink coverage-
nya. Termasuk ukuran crop mark, register, dan lain-lain. Pengukuran luas
image menggunakan satuan m2 dengan skala image disesuaikan terhadap
ukuran asli pada kemasan/cetakan. Berikut adalah proses pengelompokkan
image yang penulis lakukan terhadap warna yang serupa.

Gambar 29 Pengelompokkan Image Berdasarkan Warna Yang Sama

Kemudian apabila seluruh image sudah berhasil dikelompokkan,


kemudian simpan file dalam format .dwg agar proses pengukuran luas area
dapat dilakukan, adapun langkah-langkah menghitung luas area pada
software AutoCAD adalah sebagai berikut:
a. Buka aplikasi AutoCAD 2010
b. Klik file, lalu pilih open
c. Pilih file desain yang sudah dikelompokkan
d. Atur skala desain berdasarkan ukuran sebenarnya. Adapun rumus
untuk mengetahui ukuran skala yang akan digunakan adalah:

Apabila sebuah image dengan ukuran sebenarnya adalah 1 cm dan


ukuran pada lembar kerja adalah 10 cm maka nilai skalanya adalah
1/10 atau 1:10 cm. Dan berikut adalah cara untuk mengatur skala
yang akan digunakan setelah nilai skala diketahui:
1) Tekan huruf “sc” pada kolom command
2) Tekan huruf r, lalu klik spasi atau enter
3) Masukkan ukuran image pada lembar kerja, lalu klik spasi
atau enter
4) Masukkan ukuran image sebenarnya, lalu klik spasi atau
enter
5) Setelah skala diatur, kemudian dapat dilakukan pengubahan
pada satuan ukur yang akan digunakan dengan cara
memilih menu format.
6) Pilih units, klik decimal dan atur jumlah bilangan decimal
sebanyak sembilan digit menjadi “0,00000001”
7) Ubah satuan yang digunakan menjadi meter (m)
e. Setelah proses pengaturan skala berhasil, biasanya image
mengalami perubahan bentuk, untuk mengatasi hal tersebut
perintah yang diperlukan adalah tekan huruf “re” atau perintah
“REGEN” pada kolom command untuk regenerating model
f. Apabila outline pada image tidak bermasalah, melainkan warna
yang mengisi image/warna patch yang bermasalah, maka untuk
mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan perintah
“HATCH” pada image dengan cara:
1) Tekan huruf “h”, lalu klik spasi atau enter
2) Klik solid pada jendela hatch untuk melakukan hatch penuh
pada image
3) Atur warna hatch sesuai dengan warna color patches
sebelumnya
4) Klik menu preview untuk memeriksa apakah hatch sudah
sesuai
5) Klik ok
g. Untuk menghitung luas area sebuah image, berikut adalah langkah-
langkahnya:
1) Pilih image yang akan diukur luasnya, klik kiri sebanyak
tiga kali
2) Dapatkan hasil luas area pada opsi geometry. Selain itu luas
area juga didapatkan dari nilai opsi cumulation untuk
mendapatkan total luas area dari beberapa image yang
diseleksi.

Gambar 30 Perhitungan Luas Area Image Menggunakan AutoCAD

10. Melakukan pengukuran berat tinta CMYK


Pengukuran berat tinta menggunakan neraca analitik dengan satuan
gram. Pengukuran dilakukan sebelum dan setelah proses pencetakkan
berlangsung baik pada pencetakkan GCR maupun Non GCR. Tinta yang
dihitung adalah tinta CMYK dan hasil pengukuran berat tinta dikurangi
dengan berat kaleng kosong untuk mendapatkan nilai berat bersih tinta.
Berat akhir tinta kemudian dicatat pada tabel data performance pemakaian
tinta sesuai template oleh PT. M.
DATA PERFORMANCE PEMAKAIAN TINTA CETAK OFFSET

No. SPK 19.206.063 Suhu Ruangan Press 16-18°C Ukuran Kertas 79 x 62 cm


Customer PT. M.E.C Kelembaban Ruang Press Jenis & Gramatur Kertas Ivory 270 gr
Tanggal Cetak 22-Nop-19 Suhu Air Pembasah 9,5°C/ pH= 5,8 Sample Cetak Ada
Nama Produk D.Box Teens Hypoallergenic Nama/Nomor/Tipe Mesin Komori 5W GL 540 Sample Kertas Ada
Shift/Group 1/1 Speed Mesin (sph) 3.000-10.200 sph Jam Mulai 17.10
PIC Monitoring Penanggung Jawab Didi Jam Selesai 18.45

Kode Tinta Warna % Area Tercetak Jumlah Order Cetak Jumlah Order Tercetak Jumlah Waste Cetak Pengiriman Tinta (Kg) Pengembalian Tinta (Kg)
C Cyan 0,973
M Magenta 1,014
4.700 18
Y Yellow 0,996
60.000
K Black 0,973
SPOT 1 Light Blue -
SPOT 2 Red -

Gambar 31 Data Performance Pemakaian Tinta Cetak Offset


11. Melakukan proses pencetakkan offset
Proses cetak dilakukan di PT. M dengan menggunakan mesin cetak
offset Komori GL540 lima warna. Memiliki kecepatan cetak 11000 – 16000
sheet/hour. Proses cetak dilakukan dua kali naik cetak untuk cetakan tanpa
GCR dan cetakan dengan GCR.

Gambar 32 Mesin Cetak Offset Komori GL540

Proses cetak dimulai dari cetakan tanpa GCR terlebih dahulu yang
kemudian dilanjutkan dengan cetakan GCR, dengan kondisi mesin siap
cetak atau mesin dalam kondisi ideal.
a. Persiapan
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
proses cetak. Mempersiapkan pelat cetak yang sebelumnya telah
dibuat, kertas yang digunakan, dan tinta cetak. Sebelum memulai
pastikan mesin dalam keadaan menyala dengan mengaktifkan
tombol daya dan Control Panel Computer akan aktif maka mesin
siap digunakan.
Menyiapkan tinta pada setiap unit cetak, sebelumnya pastikan
ink foil dan ink divider sudah terpasang, selanjutnya memasukan
tinta yang akan digunakan.
Gambar 33 Memasukan Tinta Pada Unit Penintaan

Terakhir masukan data proses cetak berupa nama job, ukuran


kertas yang digunakan adalah 79 x 62 cm pada cetakan non GCR
dan 42 x 29,7 cm pada cetakan GCR. Selanjutnya proses
pencetakan siap dimulai.

Gambar 34 Pengaturan Control Panel

b. Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan cetak ini dilakukan sebanyak dua
kali naik cetak dengan cetakan Non GCR terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan cetakan GCR.
1) Proses Cetak Non GCR
Proses cetak pertama dilakukan dengan mengatur input
ukuran kertas, selanjutnya adalah mengatur data settingan
mesin saat mencetak, seperti settingan pada saat sebelum
mencetak dengan mengatur register pada cetakan dalam
posisi zero position, mengatur tekanan cetak tiap unit,
persentase tinta dan air yang digunakan serta ink zone yang
disesuaikan dengan desain cetakan yang ada.

Gambar 35 Pengaturan Feeder

2) Proses Cetak GCR


Sebelum memulai cetak, semua roll tinta yakni warna cyan,
magenta, yellow, dan black harus dibersihkan terlebih
dahulu guna menghitung berat pemakaian tinta setelah
dilakukan proses cetak Non GCR. Selanjutnya dilakukan
pengaturan input ukuran kertas menjadi ukuran 42 x 29,7
cm.

Gambar 36 Proses Pencetakkan

3) Pengambilan Sampel
Hasil yang didapat dari proses cetak yang telah dilakukan
adalah mendapatkan sampel cetakan yang kemudian diukur
dengan alat spectrodensitometer, dimana masing-masing
cetakan diambil sample sebanyak 20 sampel dari 100
cetakan, maka hasil yang didapat adalah 40 sampel cetakan.

Gambar 37 Hasil Cetak

12. Menghitung dan mengalkukasi jumlah pemakaian tinta cetak offset


CMYK dengan GCR dan Non GCR.

Setelah dilakukan pencetakkan, kemudian dapat dilakukan


perhitungan terhadap jumlah pemakaian tinta dari masing-masing warna
tinta CMYK, dengan rumus sebagai berikut:

a. Rumus Perhitungan % (persentase) luas area tercetak

b. Rumus Perhitungan Luas Coverage Tinta (m²)

c. Rumus Perhitungan Luas Coverage Tinta Total (m²)

d. Rumus Perhitungan Berat Pemakaian Tinta (gr)


e. Rumus Perhitungan Pemakaian Tinta Setiap Meter Persegi (gr/m²)

( ⁄ )

13. Menganalisis perbandingan pemakaian tinta cetak offset CMYK dan


menghitung %Ink Save Ratio
Setelah diketahui jumlah pemakaian tinta cetak offset CMYK setiap
meter persegi, selanjutnya dilakukan analisa pemakaian tinta yang lebih
sedikit antara cetakan Non GCR dan GCR, selain itu dilakukan perhitungan
berat pemakaian tinta yang dihemat dan persentase ink save ratio pasca
dilakukan GCR, berikut adalah rumus yang digunakan:
a. Rumus Perhitungan Berat Tinta yang Dihemat (gr)

b. Rumus Perhitungan Persentase Ink Save Ratio (%)

14. Membuat kesimpulan


Kesimpulan akan didapatkan dari keseluruhan penelitian. Kesimpulan
disesuaikan dengan tujuan penulisan tugas akhir.

G. DAFTAR PUSTAKA

Indonesia Print Media. (2012). Retrieved Januari 04, 2020, from Print Media:
www.indonesiaprintmedia.com
Muryeti. (2008). Pengantar Ilmu Bahan Grafika. Depok: Politeknik Negeri
Jakarta.
PT. Hubber Ink. (2016). Mengukur Kualitas Cetak Offset Lithografi. Mengukur
Kualitas Cetak Offset Lithografi.
Rofil, D. I. (2014, Agustus 15). Kemasan dan Fungsinya. Retrieved Januari 10,
2017, from http://www.indonesiaprintmedia.com:
http://www.indonesiaprintmedia.com/kertas/354-kemasan-dan-
fungsinya.html
Soebardianto. (2011). Modul Pemelajaran: Pengendalian Kualitas Cetak. Depok,
Indonesia.
Today, I. F. (2016, Desember 12).
http://www.kemenperin.go.id/artikel/11322/Penjualan-Industri-Kemasan-
Diestimasi-Tumbuh-10-Jadi-Rp-77-Triliun. Retrieved Januari 11, 2017,
from www.kemenperin.go.id

H. JADWAL USULAN PENELITIAN


Adapun jadwal usulan yang telah disusun untuk melengkapi penulisan Tugas
Akhir ini adalah sebagai berikut:
Waktu Pelaksanaan
Bulan/Tahun
No. Kegiatan
Jan-20 Feb-20 Mar-20 Apr-20
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Studi Literatur
2 Pengambilan Desain Sampel
3 Uji Coba GCR & Pembuatan Color Patches
4 Pengecekkan %IC dan %TIC Sampel
5 Cetak Proofing Sampel
6 Pengukuran L*a*b dan Density Proofing
7 Pengukuran Luas Image
8 Pengukuran Berat Tinta Dikirim
9 Cetak offset Non GCR
10 Cetak offset GCR
11 Pengukuran Berat Tinta Kembali
12 Perhitungan %Ink Save Ratio
13 Kesimpulan
14 Pembuatan Tugas Akhir

Anda mungkin juga menyukai