Disusun Oleh:
Rifky Satriadi
NIM. 1617010012
2020
A. LATAR BELAKANG
Usaha penggandaan massal (offset) baik dalam pencetakan buku,
majalah, dan surat kabar saat ini mengalami penurunan yang cukup signifikan
dan hanya mampu menghasilkan kinerja industri sebesar 50%, sedangkan
pada segmen packaging sekitar 30%, dan sisanya merupakan security
printing. (Ahmad, 2019). Berbeda dengan kinerja industri yang dihasilkan
oleh pencetakan offset pada sektor makanan dan minuman, memberikan
kontribusi terbesar bagi industri kemasan sekitar 68% dan terus bertumbuh
antara 8%-9% sepanjang tahun 2018, sementara pada industri farmasi tumbuh
sekitar 6,85% (Taufiek, 2018). Sehingga dalam hal ini, meningkatnya
permintaan terhadap pembuatan kemasan menyebabkan pertumbuhan kinerja
yang dihasilkan oleh industri kemasan mengalami kenaikan.
Peningkatan kinerja industri yang dihasilkan dalam pencetakan
kemasan pun berdampak pada peningkatan industri cetak secara global,
sebagaimana hal ini berhubungan dengan fungsi kemasan, dimana kemasan
digunakan sebagai media informasi terhadap suatu produk dan memiliki nilai
daya tarik tersendiri, guna meningkatkan kualitas permintaan yang diinginkan
oleh konsumen. Fungsi utama yang ada pada kemasan pula yang membuat
industri kemasan dapat terus berkembang.
Hal dasar yang paling menarik pada sebuah kemasan bergantung dari
banyaknya warna dan gambar, sebagaimana kemasan yang menarik dapat
menaikkan minat dari para konsumen. Namun hal ini juga perlu
dipertimbangkan dengan baik, karena pada dasarnya penggunaan gambar dan
warna yang beragam dalam sebuah kemasan justru malah akan berdampak
negatif terhadap biaya cetak yang hendak dikeluarkan, baik jumlah tinta yang
akan digunakan maupun kertas yang hendak dicetak. Apalagi kemasan
tersebut diorder dengan jumlah/oplah yang tidak sedikit. Sehingga diperlukan
kalkulasi mendetail mengenai biaya atau ongkos cetaknya.
Konsumsi tinta cetak merupakan faktor yang cukup menentukan
dalam melakukan kalkulasi biaya cetak, yaitu dapat mencapai 2% hingga
10% dari total biaya produksi cetak. Menghitung aproksimasi pemakaian tinta
cetak dalam merencanakan produksi adalah hal yang cukup rumit, karena
banyaknya faktor yang sulit dihitung secara linear. Jenis dan warna tinta, jenis
kertas serta ratio penintaan, ukuran dan jumlah cetakan adalah beberapa
contoh parameter yang tidak mudah untuk dihitung. Berlebihan dalam
membeli tinta cetak akan meningkatkan biaya inventori dan umur tinta akan
mempengaruhi kesehatan penyimpanan tinta cetak. Sebaliknya, kekurangan
tinta cetak dalam produksi akan menimbulkan masalah dalam menjaga mutu
cetakan serta menimbulkan biaya tambahan akibat terhentinya operasi mesin
cetak (Indonesia Print Media, 2012).
Hal ini kerap sekali diabaikan oleh para desainer pre press dan lebih
memilih untuk melanjutkan pencetakkan hingga warna yang didapatkan telah
sesuai. Apabila belum, maka perusahaan cenderung memilih untuk mengganti
jenis tinta dan jenis kertas yang digunakan. Hal ini tentu akan membuat biaya
pencetakkan semakin besar dengan waste yang banyak pula. Untuk mengatasi
hal tersebut, teknik Gray Component Replacement (GCR) telah lama
diperkenalkan dan menjadi salah satu alternatif penghemat biaya produksi
dalam hal pemakaian tinta cetak.
Gray Component Replacement (GCR) merupakan teknik yang bekerja
dalam mengatur penurunan jumlah chromatic color (Cyan, Magenta, dan
Yellow) yang dapat membentuk komponen abu-abu dan digantikan dengan
achromatic color (Key/Black). Teknik ini diterapkan untuk meminimalisir
pemakaian tinta cetak warna chromatic (CMY) yang dinilai sedikit lebih
mahal dibandingkan tinta cetak warna achromatic (K). GCR bekerja dengan
mengatur jumlah ink coverage (IC) CMYK pada cetakan, sehingga total ink
coverage (TIC) CMYK tidak berlebihan. Penggunaan teknik GCR ini juga
dapat menjadi solusi pengeringan tinta pada kertas sehingga mampu
mengatasi permasalahan cetak seperti set off.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan penjelasan pada latar belakang, maka rumusan masalah
yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan teknik
Gray Component Replacement (GCR) dalam menghemat jumlah pemakaian
tinta cetak pada kemasan Pigeon Teens Hypoallergenic dengan nilai L*a*b
dan Density yang mendekati acuan Non GCR.
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut:
1. Mendapatkan nilai Ink Coverage (IC) pada image yang berbasis vektor,
nilai Average Ink Coverage (AIC) pada image yang berbasis
bitmap/gaussian blurred dan Total Ink Coverage (TIC) pada masing-
masing image yang menerapkan metode GCR dan non GCR
menggunakan software Adobe Acrobat Pro
2. Mendapatkan nilai L*a*b dan ink density pada cetakan non GCR dan
metode GCR.
3. Mendapatkan luas image dari masing-masing shape yang terdapat pada
desain kemasan pigeon teens hypoallergenic menggunakan software
AutoCAD
4. Mendapatkan jumlah berat tinta dikirim dan berat tinta kembali
berdasarkan data performance pemakaian tinta cetak offset
5. Mendapatkan jumlah pemakaian tinta CMYK non GCR dan metode
GCR
6. Mendapatkan persentase ink save ratio pada cetakan setelah dilakukan
teknik GCR
7. Menganalisis bagaimana penerapan teknik GCR pada kemasan pigeon
teens hypoallergenic
D. BATASAN MASALAH
1. Cetak Offset
Cetak offset merupakan salah satu teknik cetak dengan
menggunakan prinsip dasar antara air dan minyak/tinta. Bagian
cetak/image merupakan bagian yang menarik tinta dan menolak air,
sedangkan bagian tidak mencetak/non-image bagian yang menarik air
dan menolak tinta. Untuk prosesnya, tinta dialihkan dari acuan/pelat ke
bahan cetak/kertas secara tidak langsung melainkan menggunakan media
perantara yaitu blanket, sehingga konstruksi mesin cetak ofset minimal
terdiri dari 3 silinder utama, yaitu silinder acuan, silinder blanket dan
silider penekan. Ofset berasal dari kata set-off (beralih), dimana lapisan
tinta yang ada di pelat cetak tidak langsung dialihkan ke permukaan
bahan cetak tetapi diberikan dulu kepada sebuah blanket sebagai
perantaranya (Soebardianto, Diktat Pengantar Pengendalian Kualitas
Cetak, 2011).
4. Kertas
Kertas merupakan salah satu bahan yang digunakan sebagai
media cetak. Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan
dari kompresi serat yang berasal dari pulp. Serat yang digunakan
biasanya berupa serat yang mengandung Selulosa, Lignin, dan
Hemiselulosa. Kertas juga merupakan bahan utama yang paling pokok,
sering digunakan dalam industri grafika yang sering dibuat menjadi
buku.
Banyaknya jenis kertas dan bervariasi dengan berbagai sifat serta
kelebihan tertentu dapat mempengaruhi kondisi hubungan antara tinta
cetak dengan kertas itu sendiri. Sehingga adanya penyesuaian tinta
terhadap kondisi kertas (Muryeti, 2008).
Jenis kertas berdasarkan proses pengerjaan akhir dapat
digolongkan menjadi dua jenis yaitu :
a. Kertas tidak berlapis (Uncoated paper)
Merupakan kertas yang permukaannya tidak berlapis dan
mempunyai dua sisi permukaan yang berbeda kehalusannya
yaitu sisi filt (sisi halus) dan sisi wire (sisi sarigan).
Contohnya :
1) Kerta cetak HVO
2) Kertas tulis HVS
3) Kertas ilustrasi HHI
4) Kertas koran dan lainnya
b. Kertas berlapis (Coated paper)
Merupakan jenis kertas yang perukaanya diberi lapisan
pigmen (kapur) dan bahan perekat, kertas berlapis ini
mempunyai sifat permukaan kertas yang lebih halus
dibandingkan dengan kertas yanf tidak berlapis dan hampir-
hampir tidak memiliki pori-pori.
Contonya :
1) Art Paper
2) Kunsdruk
5. Warna
Warna adalah sensasi yang diciptakan sistem visual karena
adanya radiasi elektromagnetik yang dikenal sebagai cahaya. Atau secara
lebih detail, warna adalah hasil persepsi dari cahaya di daerah spectrum
elektromagnetik yang dapat dilihat, yang mempunyai panjang gelombang
dari 400nm sampai 700nm, yang datangnya ke retina manusia. Retina
mempunyai 3 sel reseptor warna yang disebut dengan cone atau kerucut
karena bentuknya yang menyerupai kerucut yang masing-masing
mempunyai respon terhadap spektrum yang berbeda.
Walaupun dua warna terlihat sama, terdapat sedikit perbedaan
jika diteliti dengan instrumen analisis warna. Jika warna sampel tidak
sesuai standar maka kepuasan pelanggan akan berkurang dan jumlah
reproduksi atau pengeluaran akan terjadi. Maka dari itu mengidentifikasi
perbedaan warna antara sampel dan standar dalam awal produksi itu
penting.
6. Density
Density merupakan suatu nilai yang menyatakan kepekatan atau
kehitaman dari pengukuran lapisan film atau tinta yang mewakli jumlah
cahaya yang dipantulkan dari lembar yang dicetak, nilai yang didapat
adalah nilai yang bentuknya relatif. Pengukuran density dilakukan untuk
mencocokan lembaran yang satu dengan lainnya sepanjang jalannya
proses cetak serta memonitori kestabilan warna pada mesin cetak dengan
kecepatan tinggi. Menghitung density dapat menghitung karakteristik
cetak lainnya, seperti dot gain, trapping, print contrast, dan hue
error/grayness (PT. Hubber Ink, 2016).
7. CIE L*a*b
Satuan warna CIE L*a*b (juga dikenal sebagai CIELAB)
merupakan salah satu satuan warna yang populer untuk digunakan dalam
pengukuran warna obyek dan secara luas yang dipakai di berbagai
bidang. Satuan ini merupakan salah warna CIE yang didefinisikan pada
tahun 1976 yang dimaksudkan untuk mengurangi masalah-masalah
dalam penggunaan satuan warna Yxy, dimana jarak pada diagram
kromatisitas x,y tidak sebanding dengan perbedaan warna.
Dalam satuan CIE L*a*b terdapat tiga faktor penting dalam
penghiungan, yaitu L* menandakan lightness atau kecerahan, sementara
a* dan b* merupakan titik koordinat kromatisitas.
Gambar 5 Ruang Warna CIE L*a*b
Sumber: www.meterglobal.com
Gambar 10 Image CMYK Sebelum (Kiri) dan Setelah Dilakukan Average Blur (Tengah),
serta Nilai %AIC dan %TIC-nya (Kanan)
Sumber: https://www.microtiendasonline.es/color/negro-cian-magenta-amarillo/
Gambar 11 Contoh Image Sebelum Dilakukan (Kiri) dan Setelah Dilakukan Average Blur
(Tengah), serta Nilai %AIC dan %TIC-nya (Kanan)
Sumber: https://www.wallpaperflare.com
9.1.2 Total Ink Coverage (TIC)/ Total Area Coverage (TAC)
Total Ink Coverage (TIC)/ Total Area Coverage
(TAC) menyatakan persentase keseluruhan jumlah
komponen tinta warna CMYK yang melapisi atau
membentuk suatu image dengan keluasan area tertentu.
Pada dasarnya nilai maksimum Total Ink Coverage (TIC)/
Total Area Coverage (TAC) untuk teknik cetak offset
adalah 300%. Apabila nilai Total Ink Coverage (TIC)/
Total Area Coverage (TAC) lebih daripada itu, akan
menyebabkan cetakan lambat kering/set off.
14. AutoCAD
c. Blok seluruh image pada desain, kemudian klik kanan dan pilih
ungroup
d. Setelah desain di ungroup, pindahkan image kemudian kumpulkan
berdasarkan warna yang sama. Untuk melihat komposisi warna pada
image pilih menu windows → klik info, maka akan muncul kotak
dialog yang menunjukkan komposisi warna tinta pada image atau
persentase ink coverage (IC) dan Total Ink Coverage (TIC).
Gambar 19 Nilai Ink Coverage (IC) Kemasan Pigeon Teens Hypoallergenic
Kode Tinta Warna % Area Tercetak Jumlah Order Cetak Jumlah Order Tercetak Jumlah Waste Cetak Pengiriman Tinta (Kg) Pengembalian Tinta (Kg)
C Cyan 0,973
M Magenta 1,014
4.700 18
Y Yellow 0,996
60.000
K Black 0,973
SPOT 1 Light Blue -
SPOT 2 Red -
Proses cetak dimulai dari cetakan tanpa GCR terlebih dahulu yang
kemudian dilanjutkan dengan cetakan GCR, dengan kondisi mesin siap
cetak atau mesin dalam kondisi ideal.
a. Persiapan
Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam
proses cetak. Mempersiapkan pelat cetak yang sebelumnya telah
dibuat, kertas yang digunakan, dan tinta cetak. Sebelum memulai
pastikan mesin dalam keadaan menyala dengan mengaktifkan
tombol daya dan Control Panel Computer akan aktif maka mesin
siap digunakan.
Menyiapkan tinta pada setiap unit cetak, sebelumnya pastikan
ink foil dan ink divider sudah terpasang, selanjutnya memasukan
tinta yang akan digunakan.
Gambar 33 Memasukan Tinta Pada Unit Penintaan
b. Pelaksanaan
Dalam proses pelaksanaan cetak ini dilakukan sebanyak dua
kali naik cetak dengan cetakan Non GCR terlebih dahulu dan
dilanjutkan dengan cetakan GCR.
1) Proses Cetak Non GCR
Proses cetak pertama dilakukan dengan mengatur input
ukuran kertas, selanjutnya adalah mengatur data settingan
mesin saat mencetak, seperti settingan pada saat sebelum
mencetak dengan mengatur register pada cetakan dalam
posisi zero position, mengatur tekanan cetak tiap unit,
persentase tinta dan air yang digunakan serta ink zone yang
disesuaikan dengan desain cetakan yang ada.
3) Pengambilan Sampel
Hasil yang didapat dari proses cetak yang telah dilakukan
adalah mendapatkan sampel cetakan yang kemudian diukur
dengan alat spectrodensitometer, dimana masing-masing
cetakan diambil sample sebanyak 20 sampel dari 100
cetakan, maka hasil yang didapat adalah 40 sampel cetakan.
( ⁄ )
G. DAFTAR PUSTAKA
Indonesia Print Media. (2012). Retrieved Januari 04, 2020, from Print Media:
www.indonesiaprintmedia.com
Muryeti. (2008). Pengantar Ilmu Bahan Grafika. Depok: Politeknik Negeri
Jakarta.
PT. Hubber Ink. (2016). Mengukur Kualitas Cetak Offset Lithografi. Mengukur
Kualitas Cetak Offset Lithografi.
Rofil, D. I. (2014, Agustus 15). Kemasan dan Fungsinya. Retrieved Januari 10,
2017, from http://www.indonesiaprintmedia.com:
http://www.indonesiaprintmedia.com/kertas/354-kemasan-dan-
fungsinya.html
Soebardianto. (2011). Modul Pemelajaran: Pengendalian Kualitas Cetak. Depok,
Indonesia.
Today, I. F. (2016, Desember 12).
http://www.kemenperin.go.id/artikel/11322/Penjualan-Industri-Kemasan-
Diestimasi-Tumbuh-10-Jadi-Rp-77-Triliun. Retrieved Januari 11, 2017,
from www.kemenperin.go.id