Anda di halaman 1dari 5

Penggunaan komputer dalam bidang kesenian dan budaya.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam penggunaannya di dalam proses perancangan grafis, komputer yang
berbasiskan teknologi digital menawarkan berbagai kemudahan, kecepatan,
keleluasaan dalam menghasilkan suatu gagasan-gagasan visual. Komputer telah
menciptakan suatu ruang bermain dan berkreasi bagi para perancang seluas-luasnya,
banyak hal-hal baru yang sebelumnya tidak memungkinkan untuk dilakukan dengan
teknik manual, saat ini menjadi suatu kenyataan bahkan suatu yang tidak terpikirkan
sebelumnya. Komputer grafis telah banyak memberikan pengaruh, tidak hanya
terhadap tampilan karya produk cetakan tetapi juga pada proses produksi dan proses
kreasi bagi perancang grafis.
Peralatan yang digunakan oleh desainer grafis adalah ide, akal, mata, tangan,
alat gambar tangan, dan komputer. Sebuah konsep atau ide biasanya tidak dianggap
sebagai sebuah desain sebelum direalisasikan atau dinyatakan dalam bentuk visual.
Pada pertengahan 1980, kedatangan desktop publishing serta pengenalan
sejumlah aplikasi perangkat lunak grafis memperkenalkan satu generasi desainer pada
manipulasi image dengan komputer dan penciptaan image 3D yang sebelumnya adalah
merupakan kerja yang susah payah. Desain grafis dengan komputer memungkinkan
perancang untuk melihat hasil dari tata letak atau perubahan tipografi dengan
seketika tanpa menggunakan tinta atau pena, atau untuk mensimulasikan efek dari
media tradisional tanpa perlu menuntut banyak ruang.
Seorang perancang grafis menggunakan sketsa untuk mengeksplorasi ide-ide
yang kompleks secara cepat, dan selanjutnya ia memiliki kebebasan untuk memilih
alat untuk menyelesaikannya, dengan tangan atau komputer.
Berikut adalah beberapa perangkat lunak yang dapat digunakan untuk disain
grafis:
- Desktop Publishing
· Adobe Photoshop
· Adobe Illustrator
· Adobe Indesign
· Page Maker
· Coreldraw
· GIMP
· Inkscape
· Adobe Freehand
· Adobe image ready
· CorelDraw

- Webdesign
· Macromedia Dreamweaver
· Microsoft Frontpage
· Notepad
· Adobe Photoshop

- Audiovisual
· Adobe After Effect
· Adobe Premier
· Final Cut
· Adobe Flash, atau sebelumnya Macromedia Flash

- Rendering 3 Dimensi
· 3D StudioMax
· Maya
· AutoCad
· Google SketchUp
· Blender

BAB II
PEMBAHASAN
Latar Belakang Sejarah
Perkembangan dunia percetakan tidak dapat dipungkiri telah berjalan dengan cepat.
Meski demikian secara dasar teknik-teknik yang dipergunakan sama dengan berbagai
teknik yang sudah lama digunakan seperti relief print, intaglio print, dsb, hanya saja
ada beberapa aplikasi baru yang dapat digunakan dalam pembuatan seni grafis yang
tidak jarang hasil yang dicapai lebih memuaskan. Aplikasi tersebut berupa
pemanfaatan media komputerisasi sebagai sarana desain juga sarana pemudah
pencetakan melalui digital printing.
Pemanfaatan media komputeisasi ini merupakan pemicu awal munculnya
anggapan bahwa seni grafis mulai bergeser dari fungsi awalnya sebagai seni murni
menjadi fungsi seni terapan bersanding dengan seni kriya dan desain. Anggapan
pergeseran ini didasarkan pada tujuan pembuatan karya itu sendiri, dengan
munculnya media komputer maka kemudahan dalam hal pencapaian kuantitas yang
diinginkan semakin menjanjikan sehingga semakin menggiurkan para seniman grafis (
pada mulanya) untuk terjun dalam dunia marketing. Selain dikuatkan oleh berbagai
kemudahan tersebut pergeseran juga didorong oleh kebutuhan hidup yang semakin
pelik disertai penyediaan peralatan untuk komputerisasi yang tidak murah.
Namun dalam hal ini tidak semuanya teknik grafis dapat dipukul rata dengan
komputerisasi secara absolut, ada tiga teknik dari 4 teknik yang tidak dapat
menggunakan teknik komputerisasi, yaitu teknik cetak tinggi, cetak dalam, dan cetak
datar. Adapun cetak sablon dapat diganti dengan komputerisasi dikarenakan konsep
dasar sablon adalah penciptaan karya 2D tanpa tekstur, dan tanpa degradasi yang
detail yang kesemua itu dapat dilakukan oleh komputer dengan mudah dan hasil yang
lebih memuaskan (memakai software pendukung seperti corel, adobe, autocad, dsb).
Teknik cetak tinggi, cetak dalam, dan cetak datar tidak dapat dipukul rata
dengan sistem komputerisasi karena ketiganya memiliki ciri khusus yang tidak dapat
digantikan fungsinya oleh komputer , meskipun dapat digantikan maka akan
mempunyai karakteristik sendiri. Ciri- ciri khusus tersebut antara lain adalah
ketiganya memiliki unsur tekstur, dan unsur goresan alamiah yang dihasilkan oleh
acuan serta efek warna yang dapat diolah secara khusus oleh seniman dengan gayanya
sendiri tentunya. Selain itu ada ciri khusus yang sifatnya dilandaskan pada kerumitan
dan usaha keras yang dilakukan untuk menghasilkan karya grafis yang spektakuler,
kerumitan dan usaha keras ini dapat mencakup semua jenis teknik sebab kerumitan
selalu disandarkan pada hal yang sifatnya manual dari pada otomatis (komputer).
Seni grafis secara tidak langsung (pada teknik tertentu) mulai menjamah
modernisasi (seni grafis modern). Hal ini ditandai dengan munculnya teknik-teknik
kreatif baru sebagaimana Rolf Nesch (1893-1975), yang mendapat pengakuan
internasional untuk teknik grafis logam, dan artis Sámi John Savio (1902-1938),
dengan cetakan kayunya. Stanley Hayter Atelier 17 di Paris, yang berspesialisasi
dalam teknik mencetak banyak warna hanya dengan menggunakan satu pelat.
Berbagai teknik baru mulai diperkenalkan pada tahun 1970, termasuk cetakan di atas
kain sutra, dan kebangkitan seni sketsa baik yang mengandung arti kiasan maupun
tidak. Tahun 1970 seringkali dianggap sebagai jaman keemasan seni grafis, Nama yang
patut diperhitungkan dalam beberapa tahun terakhir termasuk Bjørn-Willy Mortensen
(1941-1993), Per Kleiva (b1933) dan Anders Kjær (1940).
Dengan munculnya seni grafis modern maka ajang kreatifitas seniman grafis
tidak dapat dibendung karena konsep dasar seni modern adalah unsur kreatifitas
untuk memunculkan sesuatu yang baru. Sehingga peluang kemunculan seni grafis
terapan semakin besar. Hal ini ditandai dengan kemunculan omzet digital printing dan
sablon yang digelar dalam pasar komersial. Padahal konsep dasar seni (termasuk seni
rupa- seni grafis-) terkait estetika seni itu sendiri terletak pada nilainya, sedang nilai
itu tidak dapat dikurskan dalam bentuk nominal secara pasti karena nilai itu adalah
hal abstrak yang tidak memiliki batasan. Kalaupun karya seni itu dapat dipasarkan
maka harga yang didapat adalah biaya operasional dan ongkos seniman atau pencipta,
bukan harga dari nilai yang dimiliki karya tersebut. Selain hal itu terdapat manipulasi
nilai karya seni grafis yang semakin mempertajam munculnya seni grafis terapan yaitu
karya yang disandarkan pada permintaan pasar bukan pada kepuasan ekspresi
pencipta.
Penggolongan seni grafis berdasarkan teknik ini dikarenakan perbedaan acuan
dan persyaratan yang harus dimiliki masing-masing teknik. Adapun teknik-teknik
tersebut adalah teknik cetak tinggi ( Relief Print), teknik seni cetak datar (Surface
screen), teknik cetak dalam ( intaglio print) dan teknik cetak saring( silk -screen).
Dalam kenyataan di lapangan, situasi kegiatan komunikasi grafis di Indonesia tak
sepenuhnya seperti diagram umum di atas. Olah huruf / type
design & typography yang di beberapa negara maju merupakan profesi khusus (
mendesain font / typeface, hand lettering, tipografi / olahan tata huruf ) di
Indonesia tak berkembang menjadi bidang profesi tersendiri (pernyataan Bp. Danton
Sihombing MFA pakar bidang huruf). Di Indonesia olah huruf pada era digital
dikerjakan sendiri di komputer oleh desainer ataupun operator atas petunjuk
desainer. Meski ada juga yang olah huruf khusus seperti hand lettering dan Kaligrafi
tidak merupakan bidang spesialisasi profesi yang berkembang baik. Karena itu dalam
standar kompetensi komunikasi grafis ini olah huruf/tipografi tak dibuat sebagai sub-
bidang kompetensi tersendiri, tetapi menjadi subkompetensi untuk sub bidang desain
grafis.

Budaya :
Sejak dahulu kala, proses pengolahan data telah dilakukan oleh manusia.
Manusia juga menemukan alat-alat mekanik dan elektronik untuk membantu manusia
dalam penghitungan dan pengolahan data supaya bisa mendapatkan hasil lebih cepat.
Komputer yang kita temui saat ini adalah suatu evolusi panjang dari penemuan-
penemuan manusia sejah dahulu kala berupa alat mekanik maupun elektronik. Saat ini
komputer dan piranti pendukungnya telah masuk dalam setiap aspek kehidupan dan
pekerjaan.
Komputer yang ada sekarang memiliki kemampuan yang lebih dari sekedar
perhitungan matematik biasa. Diantaranya adalah sistem komputer di kassa
supermarket yang mampu membaca kode barang belanjaan, sentral telepon yang
menangani jutaan panggilan dan komunikasi, jaringan komputer dan internet yang
mennghubungkan berbagai tempat di dunia.
Bagaimanapun juga alat pengolah data dari sejak jaman purba sampai saat ini bisa
kita golongkan ke dalam 4 golongan besar.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Smolarski, dalam refleksinya, The Spirituality of Computers (Spirituality Today,
Winter 1988, Vol. 40 No. 4, pp. 292 -307) mendeskripsikan posisi komputer sejajar
dengan fungsi kendaraan, pesawat terbang, telpon, radio, dan televisi. Yaitu, mereka
membuat hidup kita kian lebih praktis sekaligus lebih kompleks. Teknologi komunikasi
informasi yang baru ini (komputer) berkapasitas untuk mempertinggi penghargaan kita
terhadap ciptaan yang sungguh-sungguh mengagumkan. Dengan bantuan alat-alat
tadi, kita dapat bekerja lebih efisien dan efektif.Tidak hanya di bidang ilmu
pengetahuan dan bisnis, tetapi juga dalam berbagai upaya kegiatan kemanusiaan
seperti peace building, keadilan, toleransi, pendidikan, dan pengembangan sumber
daya manusia.
Bertolak dari pengalaman kehadiran agama di tengah umat manusia, Smolarski
memprediksi komputer dengan berbagai perangkat sistemnya yang canggih, akan
berpengaruh posifit dan negatif pada kita, tetapi semuanya itu bergantung pada
bagaimana kita sendiri memanfaatkannya.
Pendapat Smolarski, tentang kelebihan komputer itu merupakan hasil pengamatannya
sendiri pada prinsip kerja komputer. Komputer bekerja pada prinsip ”setiap saat,
setiap waktu interaktif”, sehingga ia mengatasi hambatan ruang dan waktu. Misalnya,
seorang fotografer di lapangan bisa menyiapkan foto ke kantor pusat redaksinya hanya
dalam hitungan menit bila ia memakai kamera sistem digital.Bayangkan jika seorang
fotografer, yang meliput berbagai peristiwa menarik (seperti ulah para supporter, aksi
para pemain sepak bola plus pelatihnya, obyek wisata dan sebagainya) seputar liga-
liga di kawasan Eropa dan yang meliput berbagai peristiwa (demo, dialog, sidang, dan
sebagainya) di berbagai belahan dunia, harus mencuci dulu filmnya di studio atau
harus ke kantor, maka akan memerlukan waktu lama, dan mereka akan ketinggalan
peristiwa di lapangan.
Komputer pun melalui perangkat khusus sistem internet telah membantu para
wartawan cetak bisa melaporkan dan memantau berita dengan cepat dan cermat dari
berbagai belahan dunia, yang berjarak ribuan kilometer. ”Melalui internet kita bisa
menjangkau seluruh dunia. Kita bisa melihat apa yang terjadi di berbagai belahan
dunia. Sebelumnya itu tak mungkin,” kata Peter Kuiper, seorang pakar teknologi
informasi, seperti dikutip Endang Roh Suciati (2000).
Jasa internet, misalnya, telah membuka mata masyarakat internasional apa motivasi
terselubung USA untuk menyerang Irak. Kecaman terhadapa USA kemudian merupakan
gerakan moral terbesar sepanjang sejarah umat manusia untuk menentang adanya
peperangan atas negara lain. Saat ini, di Indonesia, ada gerakan 1.000.000
facebookers dukung Chandra Hamzah dan Bibit Samad Riyanto untuk reformasi sistem
penegakan hukum di Indonesia. Gerakan ini membuka kotak pandora konspirasi yang
melemahkan sistem hukum selama ini.
Di sisi lain, komputer pun bisa mengganggu proses terbentuknya civil society bila
digunakan untuk hal-hal destruktif seperti hacker yang menciptakan virus untuk
mengganggu sistem informasi dan komunikasi dengan melakukan transaksi palsu,
penyadapan yang melanggar privasi orang, pornografi yang bebas, dan berbagai kasus
kejahatan dunia maya lainnya.
Berbagai problem yang muncul, menurut Smolarski, lebih merupakan akibat
penyalahgunaan oleh kita sendiri. Banyak orang masih terbelenggu oleh obsesi lebih
mementingkan diri sendiri daripada kesejahteraan bersama dan keutuhan lingkungan
hidup. Smolarski menyebut pembalikan fungsi ini sebagai penyalagunaan rahmat ilahi.
Perkembangan komputer dalam budaya manusia, lanjutnya, merupakan suatu
perkembangan ”ilmu pengetahuan” informasi. Tetapi, perkembangan itu malah tidak
membuat kita lebih dekat kepada kemanusiaan universal.
Gap ini muncul dari kekeliruan kita dalam memilih informasi untuk berelasi dan
berkomunikasi dengan dirinya sendiri, sesama dan Tuhan. H. Bastian, seorang teolog-
pedagog, seperti dikutip Robert Bala (2003), mengingatkan bahwa sibernetik
merupakan bagian khusus dari komunikasi yang diartikan sebagai kontak yang terjalin
melalui informasi. Tanpa informasi, maka komunikasi akan kehilangan gairah.
Dalam konteks Indonesia, ada persoalan bagaimana kita bisa berkomunikasi dalam
kenyataan pluralitas dan heterogenitas keindonesiaan? Di manakah teridentifikasi
berbagai hambatan komunikasi selama ini? Persoalan ini selalu mempunyai
kemendesakan tersendiri mengingat mayoritas masyarakat Indonesia beragama.
Selama ini, lantaran salah kelola informasi, umat beragama menodai jati diri
agamanya yang sejati, yaitu agama yang berpihak kepada kepentingan kemanusiaan,
menegakkan keadilan, peduli pada rakyat, dan menghindari kekerasan. Bagaimana
memulihkan jati diri agama yang sejati di dalam setiap pribadi penganutnya?
Smolarski memang tak memberikan solusi cepat saji. Ia menekankan pentingnya
proses menuju kesadaran diri dan sosial yang berlandaskan komunikasi ”kasih” sebagai
bahasa universal.
Informasi demi Integrasi
Komputer bukan hanya sebagai wujud perkembangan teknologi informasi, tetapi juga
bentuk integrasinya berbagai aspek kehidupan kita. Komputer berperan dalam usaha
penyadaran mentalitas yang masih berpusat pada egoisme dan fanatisme. Agama,
misalnya, hendaknya cepat tanggap terhadap peluang ini untuk mensosialisasikan
nilai-nilai religiusnya dalam berbagai aspek kehidupan kita. Begitu pula negara agar
menyediakan berbagai perangkat hukum yang mengatur masyarakat dalam aplikasi
kecanggihan teknologi informasi ini.
Kolaborasi antara efisiensi komputer dan berbagai bidang kehidupan merupakan
berbagai kemungkinan yang tak dapat kita hindari. Maka bukan zamannya lagi untuk
mengkotak-kotakkan bidang ilmu secara ketat, karena makin disadari ilmu
pengetahuan pada hakikatnya, menurut Edward O. Wilson (Consilience : The Unity of
Knowledge, 1998), merupakan satu kesatuan.
Pematangan mentalitas dan emosionalitas bersikap dan berprilaku rasional dan bijak
atas fungsi komputer mutlak menjadi satu paket dengan pendidikan transfer teknologi
informasi kepada berbagai lapisan masyarakat. Perbedaan peran komputer sebagai
sarana konstruktif atau sarana destruktif bagi kita, menurut Smolarski, tampaknya
sederhana, yaitu kesadaran sosial. Kesadaran sosial menentukan sebuah pilihan apa
yang berpengaruh pada diri sendiri, sesama dan lingkungan. Dengan demikian,
komputer bisa menjadi sarana kontrol sosial konstruktif atau destruktif bagi berbagai
perkembangan bidang hidup kita hanya tergantung pada bagaimana mentalitas kita
memanfaatkannya.
Akhirnya, komputer pun bisa mengundang setiap insan untuk menyadari dan mengenal
kembali apakah kita dapat menempatkan kegunaan hasil ciptaan sendiri demi
kemanusiaan? Jangan sampai hasil ciptaan kita justru menjadi bumerang yang
mengancam kehidupan sendiri.

Daftar Pustaka
http://www.Google.com

Anda mungkin juga menyukai