Anda di halaman 1dari 17

Fotoreproduksi sebagai salah satu kegiatan dalam proses penyiapan barang cetakan

memiliki peran cukup tinggi untuk menghasilkan suatu hasil cetakan. Dalam pekerjaan
fotoreproduksi terdapat 3 kegiatan utama, yaitu pemotretan, montase dan pembuatan acuan
cetak.
Dalam dunia grafika, film adalah suatu lembar transparan (plastik atau kertas kalkir). Film
terbagi menjadi 2 macam, yaitu:

Film Continouse tone (film nada penuh) dengan ciri-ciri film ini dapat mengadakan nada
antara abu" sampai hitam. Fungsinya untuk pemotretan nada penuh. Misalkan : Negatif
separasi type I (Pemotretan pemisahan warna).
Film Lith (Film Garis). Ciri-cirinya film ini dapat mengadakan nada hitam dan bening.
Fungsinya untuk pemotretan garis dan raster.

Menurut kepekaan cahaya, film terbagi menjadi 3 golongan yaitu:

Blue sensitive film yaitu dilm yang peka terhadap cahaya biru. Dalam prosesnya
dipergunakan lampu pengaman merah.
Orthochromatic yaitu film yang peka terhadap cahaya biru hijau dan sedikit kuning, yang
dalam prosesnya dapat dikerjakan dengan dengan lampu pengaman merah.
Panchromatic yaitu film yang peka terhadap semua warna cahaya, sehingga dalam prosesnya
harus dilakukan dalam keadaan yang gelap total.

Penampang film terbagi atas 5 bagian antara lain:

Lapisan pelindung-->untuk melindungi emulsi film dibawahnya dan kerusakan mekanis


seperti goresan ataupun "cincin Newton()"
Emulsi film-->merupakan lapisan peka cahaya yang terdiri dari butir" perak haloginida.
Lapisan Substract/pengikat-->untuk merekat erat lapisan emulsi dan punggung filim pada
dasar film.
Alas film-->terdiri dari 2 bagian yaitu tri acetat dan polyester.
Lapisan anti halo-->Lapisan ini diletakkan pada punggung film, lapisan diwarnai dengan
bahan warna tertentu yang sifatnya spektrum

fungsi anti halo:Untuk mengimbangi teganganfilm dibagian emulsi agar pada saat setelah
diproses film akan tetap datar permukaannya.

Fotoreproduksi-->menangani dari model hingga menjadi plate cetak.


Raster merupakan alat bantu fotoreproduksi untuk mewujudkan gambar nada penuh menjadi
nada lengkap. Raster membentuk lembaran bening yang dinyatakan dengan titik" dimana
bidang" putih berupa titik" kecil dan pada bidang hitam dinyatakan dengan titik" besar.
ada 2 macam raster:

1. Raster nada keras


terdiri dari
a.Raster nada rata (screen tint)
Raster yang mempunyai bentuk merata

mempunyai besar titik : 5%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%, dan 95%.
Mempunyai kehalusan yang dinyatakan dalam bentuk garis/inch. contoh : 65, 85, 100, 133,
150, 175, dan 200.
Mempunyai sudut raster : 450, 750, 900, 1050.
Raster nada rata titiknya bersifat titik keras, sehingga dapat
dikontak dan diduplikat.fungsi: untuk dasar cetakan atau background, teks gambar maupun
gradasi. Untuk membuat kombinasi antara garis dan raster dan untuk membuat separasi
tangan ( hand separation).

b.Raster efek khusus (spesial efek screen)


sifat:memilikipola/nada yang khusus yaitu serat kayu, serat kain, garis bergelombang
dantidak mempunyai kehalusan.

fungsi:cover majalah, dasar cetakandan membuat gambar/ teks


c.Raster gradasi (Gradations Screen)-->raster yang memiliki kehitaman secara terus menerus.
sifat: memiliki kehalusan dan titik bersifat titik keras. Mempunyai suatu tingkatan kehitaman
secara terus menerus mulai dari 0, 5%, 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90%,
95%, dan 100%.

2.Raster Nada lengkap


Raster Kaca raster kaca berupa kaca optik terdiri dari dua buah kaca yang mempunyai garis
brsilang yang kemudian disatukan dengan menggunkan lem (perekat) yang disebut balsam
kanada. Raster ini
dipergunakan untuk pemotretan yang ditempatkan pada kamera reproduksi.
Ciri-ciri raster kaca
Raster kaca memiliki ketebalan
Mudah tergores/mudah rusak
Penggunaannya khusus pada kamera dan tidak dapat dikontak.
Raster kaca titik-titiknya tidak terlalu tampak.

2) Raster Singgung(contact)
raster singgung merupakan lembaran film yang mempunyai titik dengan kehitaman yang
tinggi.
Ciri-ciri
Warna abu-abu digunakan untuk pemotretan hitam putih dan
pemisahan warna secara tidak langsung.
Magenta digunakan untuk pemotretan hitam putih dan pemisahan warna secara tidak
langsung.
Jenis negatif digunakan untuk melakukan pemotretan negative dada langkap.
Jenis positif digunakan untuk melakukan pemotretan positif nada lengkap.Bentuk titik ;

Papan catur
Eliptikal
LingkaranSudut :
o 450 warna black
o 750 warna magenta
o 900 warna yellow
o 1050 warna cyan
Jenis raster singgung

Negatif; untuk film negative nada lengkap.


Positif; untuk pembuatan film positif nada lengkap.
Abu-abu; untuk pekerjaan warna dan hitam putih
Magenta; dipergunakan hanya untuk pekerjaan hitam putih saja.Ciri-ciri raster:
Warna: abu-abu atau magenta
Sudut Raster: hitam 45 derajat, magenta 75 derajat, yellow 0 derajat, Cyan 15 derajat
Bentuk titik raster:papan catur, eliptical, round
jenis:raster positif dan negatif.

Pemotretan dikenal juga dengan istilah fotografi, yaitu berasal dari kata foto yang berarti
cahaya dan grafi yang berarti menulis atau menggambar. Maka berdasar pengertian tersebut,
fotografi diartikan sebagai tulisan atau gambaran yang dikerjakan dengan cahaya. Untuk
mendapatkan hasil dari fotografi, maka dilakukan langkah sebagai berikut :

1) pembentukan banyangan tajam

2) perekaman bayangan menggunakan cahaya/penyinaran

3) pemrosesan bayangan yang direkam menjadi nyata

Pada proses fotografi, maka prinsip pengerjaannya tidak terlepas dari masalah tentang cahaya
dan bahan peka cahaya. Karena cahaya merupakan suatu bentuk tenaga elektromagnetik dari
sumbernya, maka bahaya merupakan tenaga yang dapat membentuk gambar bayangan (latent
image). Cahaya berperan penting dalam pembentukan gambar bayangan terhadap lapisan
bahan peka cahaya yang berupa elmusi. Bahan peka cahaya tersebut merupakan lapisan
selatin yang mengandung persenyawaan perak halida yang akan terurai persenyawaan
peraknya apabila terkena sinar/cahaya. Banyak sedikitnya peruraian tergantung dari intensitas
cahaya yang menyinarinya. Akibat peruraian akan timbul bentuk bayangan yang belum
terlihat disebut dengan latent image. Melalui proses lainnya maka bayangan itu menjadi nyata
dan terlihat dengan jelas. Untuk membentuk bayangan suatu gambar atau image
dipergunakan bahan peka cahaya yang disebut dengan film sensitif. Dalam fotoreproduksi
film dipergunakan untuk memperoleh gamabr negative atau positif yang

dipergunakan untuk keperluan pembuatan pelat dan klise. Film untuk keperluan grafika
terdiri dari:

dipergunakan untuk keperluan pembuatan pelat dan klise. Film untuk keperluan grafika terdiri dari:

1) Film lith yaitu film yang dipergunakan untuk pemotretan berbentuk

teks, gambar garis, gambar beraster dan pemotretan raster.

2) Film nada penuh yaitu film yang dipergunakan untuk pemotretan

nada penuh baik hitam putih maupun berwarna.

Menurut kepekaan cahaya, film terbagi menjadi 3 golongan yaitu:

1) Blue sensitive film yaitu dilm yang peka terhadap cahaya biru. Dalam
prosesnya dipergunakan lampu pengaman merah.

2) Orthochromatic yaitu film yang peka terhadap cahaya biru hijau dan

sedikit kuning, yang dalam prosesnya dapat dikerjakan dengan

dengan lampu pengaman merah.

3) Panchromatic yaitu film yang peka terhadap semua warna cahaya,

Reproduksi hitam putih adalah reproduksi gambar secara hitam putih saja dan ilustrasi yang tidak
beraster (line work) atau raster (photo print). Gambar berwarna yang berwarna tapi tidak beraster
dapat dimasukan dalam reproduksi hitam putih dikarenakan cara pemisahan warnaya tidaklah
serumit dengan reproduksi pemisahan warna yang beraster. Pemakaian raster dalam pekerjaan
reproduksi hitam putih maupun warna harus dibedakan dan ditinjau beberapa faktor, yaitu:

1) jenis cetakan (letterpress atau offset)

2) jenis kertas yang akan dipakai ( kasar atau halus)

3) jenis mesin yang akan dipakai ( sheet atau web)

Pada reproduksi hitam putih, sudut raster yang dipergunakan adalah 45 derajat yang berwarna abu-
abu/grey, sedangkan bentuk titiknya dapat disesuaikan apakah persegi, bulat atau elips. Dalam
melakukan reproduksi dipergunakan kamera horisontal atau kamera vertikal untuk merekam suatu
model yang berupa benda datar, baik untuk diperbesar atau diperkecil dengan hasil sesuai aslinya.

PEMOTRETAN

Pemotretan adalah proses merekam suatu model yang berupa gambar untuk dipindahkan pada
bahan film menggunakan peralatan yang disebut kamera fotoreproduksi. Untuk melakukan
pemotretan menggunakan kamera, maka kamera tersebut harus disetel terlebih dahulu. Dalam
melakukan penyetelan kamera, maka perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) ukuran

2) ketajaman bayangan

3) penempatan kedudukan bayangan

Menyetel ukuran dan ketajaman pada hakekatnya ialah menempatkan pada jarak yang tepat dari
model terhadap obyektif ( jarak-benda) dan dari bayangan terhadap obyektif (jarak-bayangan). Jarak
benda dan jarak bayangan itu tergantung dari perbandingan

reproduksi dan dari jarak titikapi obyektif. Sedangkan dalam menempatkan obyek berupa model,
hendaknya ditempatkan pada posisi yang benar-benar tepat, yaitu pada posisi tengah bidang model.
Pada waktu pemotretan letak titik api/focus harus tepat, sehingga pengaturan bayangan yang
diterima oleh film benar-benar tajam. Kemudian

pemberian waktu penyinaran juga harus tepat sebelum dilakukan penyinaran yang sebenarnya.
Maka sebelumnya perlu dilakukan percobaan penyinaran untuk mendapatkan waktu yang tepat.
Waktu yang tepat sangat diperlukan agar hasil yang diharapkan memenuhi standard film yang baik
dan memperoleh patokan kerja yang lebih konkrit. Untuk pekerjaan yang sifatnya memperkecil atau
memperbesar tentunya waktu penyinaran tidaklah sama. Waktu penyinaran tergantung dari
beberapa faktor sebagai berikut:

1) Sifat modelnya; makin kurang kecerahannya pada bagian terang,

makin lama harus diberikan penyinaran.

2) Sifat dan posisi lampu; makin jauh letak lampu dari modelnya dan

maik kesamping letaknya, makin lama pula harus diberi penyinaran.

3) Kepekaan bahan film yang dipakai.

4) Diafragma yang dipakai; pergantian nomor diafragma ke nomor

yang lebih tinggi urutannya akan memerlukan waktu penyinaran dua

kali lamanya.

5) Perbandingan reproduksi; penyinaran pada pembesaran memerlukan

waktu penyinaran yang lama disbanding pada pengecilan.

6) Penggunaan filter akan memberikan waktu yang lama untuk

REPRO
Foto Reproduksi

Fotoreproduksi sebagai salah satu kegiatan dalam proses penyiapan barang cetakan
memiliki peran cukup tinggi untuk menghasilkan suatu hasil cetakan. Dalam pekerjaan
fotoreproduksi terdapat 3 kegiatan utama, yaitu pemotretan, montase dan pembuatan acuan
cetak. Pada prinsipnya kegiatan reproduksi terbagi dalam 2 bagian besar, yaitu:
a) Reproduksi Hitam Putih
b) Reproduksi Pemisahan Warna
Pemotretan dikenal juga dengan istilah fotografi, yaitu berasal dari kata foto yang berarti
cahaya dan grafi yang berarti menulis atau menggambar. Maka berdasar pengertian tersebut,
fotografi diartikan sebagai tulisan atau gambaran yang dikerjakan dengan cahaya. Untuk
mendapatkan hasil dari fotografi, maka dilakukan langkah sebagai berikut :
a) Pembentukan bayangan tajam
b) Perekaman bayangan menggunakan cahaya/penyinaran
c) Pemrosesan bayangan yang direkam menjadi nyata
Pada proses fotografi, maka prinsip pengerjaannya tidak terlepas dari masalah tentang
cahaya dan bahan peka cahaya. Karena cahaya merupakan suatu bentuk tenaga
elektromagnetik dari sumbernya, maka bahaya merupakan tenaga yang dapat membentuk
gambar bayangan (latent image).
Cahaya berperan penting dalam pembentukan gambar bayangan terhadap lapisan bahan
peka cahaya yang berupa elmusi. Bahan peka cahaya tersebut merupakan lapisan selatin yang
mengandung persenyawaan perak halida yang akan terurai persenyawaan peraknya apabila
terkena sinar/cahaya.
Banyak sedikitnya peruraian tergantung dari intensitas cahaya yang menyinarinya.
Akibat peruraian akan timbul bentuk bayangan yang belum terlihat disebut dengan latent
image. Melalui proses lainnya maka bayangan itu menjadi nyata dan terlihat dengan jelas.
Untuk membentuk bayangan suatu gambar atau image dipergunakan bahan peka cahaya yang
disebut dengan film sensitif.

Dalam fotoreproduksi film dipergunakan untuk memperoleh gamabr negative atau positif
yang dipergunakan untuk keperluan pembuatan pelat dan klise.
Film untuk keperluan grafika terdiri dari:
a) Film lith yaitu film yang dipergunakan untuk pemotretan berbentuk teks, gambar garis,
gambar beraster dan pemotretan raster.
b) Film nada penuh yaitu film yang dipergunakan untuk pemotretan nada penuh baik hitam
putih maupun berwarna.

Menurut kepekaan cahaya, film terbagi menjadi 3 golongan yaitu:


a) Blue sensitive film yaitu dilm yang peka terhadap cahaya biru. Dalam prosesnya
dipergunakan lampu pengaman merah.
b) Orthochromatic yaitu film yang peka terhadap cahaya biru hijau dan sedikit kuning, yang
dalam prosesnya dapat dikerjakan dengan dengan lampu pengaman merah.
c) Panchromatic yaitu film yang peka terhadap semua warna cahaya, sehingga dalam prosesnya
harus dilakukan dalam keadaan yang gelap total.
Imposisi
Imposisi adalah tahap penggabungan beberapa halaman/ film agar ketika dicetak susunan
halaman sesuai dengan yang direncanakan. Imposisi atau montase dapat dilakukan secara
manual dan elektronik.
Istilah lain yang digunakan dalam imposisi adalah montase atau penyusunan halaman
untuk siap dicetak. Ada 2 cara imposisi, yaitu manual dan elektronik.
1. Imposisi Manual
Lembaran film yang dioutput dari imagesetter disusun secara manual dengan ukuran
pelat dan mesin cetak yang digunakan. Kelemahan sistem ini adalah waktu pengerjaan yang
lama dan sering terjadi missregister (human error) juga perubahan dot dan imposisi manual
ini hanya terjadi pada sistem Computer to Film (imagesetter).
2. Imposisi Elektronik
Pada sistem ini penyusunan halaman dilakukan secara digital, melalui software imposisi
seperti Signastation (Heidelberg), QuarkXtension, DK&A Imposition, Scienic Preps, dll.
Software imposisi elektronik ini mutlak dimiliki dalam alur kerja CtP (cOmputer to Plate).
Keuntungannya antara lain : efisien dan cepat karena bekerja secara digital, mengurangi
masalah missregister, dapat diedit pada saat-saat terakhir dan dapat dicheck secara jelas
(What you see is what you get).
Beberapa data yang harus dimasukkan saat pengerjaan imposisi elektronik,antara lain :
a. Ukuran mesin cetak yang akan digunakan misalnya SM 102 atau Roland 700, dll.
b. Jarak gripper dalam mesin cetak tersebut.
c. Sistem lipat/finishing yang akan dipakai (perfect binding atau sadle stitching atau yang
lainnya).
d. Tanda-tanda yang dibutuhkan oleh mesin cetak tersebut , misalnya tanda lipat, potong, auto
register, colorbar 4 warna, dsb.
e. Jenis kertas dan ketebalannya (gramatur).
Kelemahan dari sistem manual, yang perlu diperhatikan, antara lain:
a) Perubahan dot karena harus melalui proses dikontak lagi ke pelat cetak
b) Tidak menjamin kebersihannya
c) Sering terjadi misregister atau ketidak akuratan karena kesalahan manusia
d) Waktu pengerjaannya memakan waktu yang cukup lama
Imposisi sistem elektronik penyusunannya secara digital. Penggunaan sistem ini hampir
tidak ada kelemahannya, kecuali jika menggunakan sumber daya manusia yang kurang
kompeten.
Imposisi elektronik membutuhkan waktu yang relatif singkat karena penyusunannya
secara digital, seandainya ada kesalahan penggabungan yang kurang sesuai bisa diedit secara
cepat. Pengecekannya juga dapat dilihat langsung dilayar monitor. Ketepatan cetaknya dapat
dipastikan register karena dikerjakan secara digital.

Jika imposisi sistem manual, penggabungan film separasi dan hitam putih melalui
tahapan yang berbeda, tentunya lebih lama yang film separasi.

—1-bit Tiff—
1-bit Tiff adalah suatu format Tiff yang terdiri dari data bitmap hitam-putih yang
berbentuk halftone. Data dengan format 1-bit Tiff merupakan hasil output dari suatu proses
ripping yang telah mengandung informasi RIP seperti bentuk dot, screen ruling, sudut,
resolusi output, jumlah warna separasi, dll.
Data tersebut memiliki kelebihan antara lain :
1. Sebagai format open system yang dapat dioutput ke berbagai jenis output yang berbeda jenis
dan merek (Digital profer, CtP, CtF, Direct printing, dll). Asal perangkat output tersebut
memiliki option 1-bit Tiff.
2. Dapat dikirim ketempat lain untuk dioutput lewat jaringan/network tanpa harus di RIP lagi
dan tidak akan ada perubahan data. Pada umumnya data format TIFF bersifat continuestone
dan dapat dibuka di photoshop serta berisi satu file saja. Data CMYK dalam format 1-bit Tiff
akan terdiri dari 4 file (seperti DCS format).

—CIP-3 dan CIP-4—


CIP3 merupakan kependekan dari Cooperation for Integration of Prepress, Press, and
Postpress, yaitu suatu badan internasional yang membentuk suatu standart format yang
disebut : PPF (Print Production Format). Format CIP3-PPF mengandung informasi yang
diperlukan pada proses 1-bit Tiff, CIP3, dan OPI cetak sampai finishing, seperti misalnya
data administrasi, pembagian tinta (preset inking), keterangan pada lipat, potong, dll.
Perkembangan selanjutnya adalah munculnya CIP4 = International Cooperation for
Integration of Process in Prepress, Press and Postpress, yang mendukung format JDF (Job
Definition Format), yaitu format automisasi pada alur kerja PDF yang berbasis XML.
—Job Ticket—
Dokumen dalam bentuk PDF haruslah bersifat neutral, artinya tidak boleh mengandung
sspesifikasi khusus dari suatu media output seperti screen ruling, resolusi, sudut raster, jenis
screening, dll. Semua informasi yang menyangkut format PDF tersebut dilampirkan secara
terpisah. Informasi terpisah itulah yang dikenal sebagai Job Ticket dan oleh Adobe dibuat
dengan nama format PJTF (Portable Job Ticket Format). Pada tahun 1999, empat industri
grafika yang terdiri dari Agfa, Adobe, Man Roland, dan Heidelberg membentuk standart
format job ticket yang dikenal sebagai JDF (Job Definition Format).
Fungsi JDF ini adalah pemberi informasi dan mengendalikan proses automisasi dari
administrasi depan (penerimaan pekerjaan, pembuatan penawaran, dll), prepress sampai
persiapan cetak, finishing dan pengiriman produk cetak. Perpaduan PDF dan JDF merupakan
dasar dari alur kerja paling up to date untuk saat ini.
Penerapan alur kerja tersebut dilakukan oleh berbagai software diantaranya adalah :
Prinect (Heidelberg), Prinergy-(Creo), Apogee X-(Agfa), Brisque Extreme-(Scitex),
Trueflow-(Screen), CelebraNT Plus-(Fuji), Xenith-(Xitron).
Data yang dapat disimpan oleh Job Ticket antara lain instruksi page processing (Layout
imposition, Trapping rules), Parameter output (Screen frequencies, angles, resolution), Media
(name, seize, weight), Finishing (intruksi untuk pelipatan, cutting, binding, dsb), Informasi
CIP4 (Ink setting default untuk proses pencetakan), Delivery Information (address, number of
copies), Scheduling (deadline), Administration (customer name, customer order number,
person incharge).
—Sistem Manajemen Informasi—
Saat ini telah muncul teknologi baru yang menggabungkan jaringan digital untuk semua
alur kerja produksi prepress, press, dan postpress dan menghubungkannya dengan alur kerja
sistem manajemen informasi dalam sebuah percetakan. Dari Agfa dikenal sebagai konsep
Apogee Project Management yang merupakan pengembangan terbaru dari Agfa Delano.
Manfaat bagi customer penerapan konsep management informasi system ini adalah :
1. Dapat meningkatkan produktivitas (pekerjaan yang dapat diterima bisa lebih banyak)
2. Menghindarkan terjadinya miss communication karena komunikasi sudah terpusat
3. Mengurangi kesalahan-kesalahan mulai dari prepress sampai postpress.
4. Dapat melayani customer dengan lebih baik (waktu proses dan penyelesaian pekerjaan dapat
dipantau/prediksi)
—Networking & Transmisi Data Digital dalam dunia percetakan—
Dunia percetakan semakin berkembang pesat saat ini. Didukung dengan perkembangan
teknologi di bidang grafika yang memberikan beberapa pilihan pada pengguna jasa grafika,
ataupun pemain di bidang grafika itu sendiri. Percetakan, sebagai pemberi jasa di bidang
grafika mulai memikirkan bagaimana memberikan kemudahan-kemudahan bagi
pelanggannya, terutama dalam hal memberikan order cetak. Selain itu, pelanggan pun atau
penerbit ingin agar percetakan dapat memberikan jasanya tidak terbatas hanya pada
satu lokasi tertentu saja, melainkan beberapa tempat atau lokasi yang berbeda.
Perkembangan teknologi dalam bidang komunikasi ternyata sangat mendukung keinginan
antara pelanggan (penerbit) dan percetakan.

Komunikasi Data

Kemudahan pelanggan dalam hal mengakses data percetakan, baik berupa data digital
maupun data konvensional sering merupakan persoalan tersendiri. Namun saat ini hal
tersebut telah dapat teratasi seiring dengan semakin berkembangnya jaringan-jaringan
komunikasi oleh penyelenggara jasa telekomunikasi. Pada saat jaringan komunikasi masih
langka dan mahal, pelanggan banyak yang berhubungan dengan percetakan melalui cara
manual.
Film atau alat penyimpan data berupa flash disk, CD maupun harddisk dengan kapasitas
terbatas seringkali dibawa oleh kurir ke percetakan untuk diproses selanjutnya. Cara manual
ini mempunyai beberapa kelemahan, antara lain : sering rusaknya media penyimpanan data,
waktu yang dibutuhkan kurir lebih lama karena harus bolak-balik, keselamatan kurir itu
sendiri, kendala di jalan dan yang paling penting, jika ada revisi pada menit terakhir (last
minute change). Masalah komunikasi ini dapat terjawab dengan adanya jaringan komunikasi
(online) antara pelanggan atau penerbit dengan percetakan. Jaringan online sangat
memudahkan pelanggan dan percetakan untuk saling berkomunikasi dan meringankan beban
si kurir. Syarat utama jaringan online ini adalah pelanggan atau penerbit memberikan materi
order ke percetakan dalam bentuk data digital. Komunikasi data antara percetakan pusat
dengan percetakan cabang menjadi sesuatu hal yang penting, terutama dalam masalah waktu
terbit yang harus tepat waktu sedangkan jarak tempuh distribusi cukup memakan waktu.
Sehubungan dengan ini, maka dibangun jaringan untuk melakukan pengiriman data digital
penerbit dari percetakan pusat untuk selanjutnya diproses dan dicetak oleh percetakan cabang
atau daerah.
Transmisi Digital
Sistem transmisi digital merupakan sistem komunikasi data yang menghubungkan
pengirim dan penerima dengan menggunakan pengkodean secara digital. Contoh beberapa
macam tipe transmisi digital :
1. Transmisi dengan kabel atau terrestrial (ISDN, JAMUS, internet-FTP)
2. Transmisi tanpa kabel atau wireless (radio link, satellite)
3. Transmisi dengan cahaya (serat optik)
Dalam hal memilih saluran transmisi yang hendak digunakan untuk komunikasi data ada
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan, yaitu faktor yang menyangkut kehandalan,
biaya transmisi yang optimum, dan geografis. Secara teori, pilihan transmisi dengan jalur
komunikasi via satelit merupakan yang terhandal jika dibandingkan dengan jalur komunikasi
terrestrial/kabel. Kekurangannya adalah biaya komunikasi yang paling mahal jika
dibandingkan dengan jalur komunikasi lainnya. Untuk perlu benar-benar dipertimbangkan
antara biaya, keuntungan, dan resiko dalam pemilihan jalur komunikasi tersebut.
Percetakan juga dapat menawarkan pada pelanggan untuk mengirimkan order-order
berupa materi data digital melalui internet (atau FTP : File Transfer Protocol), radio link
maupun lewat jalur satelit ke percetakan. Sesuaikan tingkat kebutuhan anda dengan teknologi
komunikasi yang ada.

RIP (Raster Image Processing)


RIP merupakan kepanjangan dari Raster Image Processing, yang artinya adalah sebagai
penterjemah dari bahasa postscript ke dalam bentuk bitmap. Tidak semua data dapat dengan
baik diterjemahkan oleh RIP. Hal ini dipengaruhi oleh kemampuan RIP itu sendiri,
konfigurasi platform yang dipakai serta data file yang akan dioutput. Proses yang terjadi pada
RIP ada 3 tahap, yaitu:
1. Interpretation, yaitu menterjemahkan data postscript ke dalam bentuk objek.
2. Rasterization, yaitu merubah data objek ke dalam bentuk raster.
3. Screening, yaitu merubah data raster menjadi bitmap/titik halftone.
Pada proses ripping, data-data yang harus ditentukan adalah antara lain ; screen ruling,
resolusi output, bentuk dot, sudut raster, warna proses atau spot, emulsi up/down, dll. Pada
umumnya setiap RIP, memiliki fasilitas “preview” yang berfungsi untuk pengecekan terakhir
semua data sebelum dilakukan imaging ke film/pelat/cetak. Setiap teknologi RIP dari masing-
masing vendor memiliki kemampuan yang berbeda-beda dan membutuhkan ketentuan proses
yang berbeda pula.
Saat ini teknologi RIP terbagi atas 2 jenis, yaitu :
a. Berbasis Postscript, artinya data yang diterima oleh RIP tersebut diolah menjadi data
postscript lalu dioutput
b. Berbasis PDF, artinya data yang diterima oleh RIP akan diolah kedalam bentuk PDF. Saat ini
kebanyakan teknologi RIP yang digunakan adalah yang berbasis PDF karena selain lebih
cepat proses outputnya, PDF juga mendukung proses automisasi alur kerja dari prepress,
press dan finishing dalam bentk job ticket. Sebagai contoh adalah Prinergy, Apogee,
MetaDimension, dll.
 Jenis RIP
Secara fisik, jenis RIP terbagi atas 2 macam, yaitu :
1. Software RIP, contohnya Delta RIP, Apogee RIP, Brisque, Harlequin,Metadimension, dll.
2. Hardware RIP, contohnya Linotronic dari Linotype Hell, Selecset (Agfa), dll.
 Perbedaan hardware RIP dan software RIP
1. Hardware RIP lebih stabil dibanding software RIP, karena software RIP sangat dipengaruhi
oleh software dan operating system pada PC/Mac.
2. Hardware RIP sangat mahal jika ada upgrade karena harus diganti hardwarenya. Sementara
software RIP lebih murah dan mudah karena hanya perlu install dari CD.
3. Hardware RIP merupakan old technology, software RIP merupakan new technology.
 Option pada RIP
1. FM screening
2. OPI
3. CIP4
4. TIFF 1 Bit, dll.
 Stochastic Screening
Istilah lain yang sering digunakan adalah FM screening, yaitu suatu metode dimana
reproduksi gambar dilakukan dengan besar titik yang sama namun jaraknya berbeda. Nada
dan warna dikontrol melalui jumlah titik pada nada/warna itu sendiri, bagian gelap diwakili
dengan titik yang paling banyak, bagian terang diwakili dengan bagian titik yang sedikit.
Kelebihan dari metode ini dibanding dengan halftone screening adalah :
1. Gambar terlihat lebih mendekati foto/continuous tone.
2. Tidak menimbulkan moire, khususnya gambar-gambar yang memiliki moire pattern.
3. Tidak ada efek rossate (motif kembang akibat perbedaan sudut tiap dot), misal gambar AC,
jok kursi, kain dll.
Pada penerapan Computer to Plate (CtP), metode ini menjadi option yang sangat
dianjurkan karena dapat memberi alternatif untuk meningkatkan kualitas hasil cetak.
Penamaan FM screening tiap vendor berbeda-beda, antara lain Diamond Screening
(Heidelberg), Chrystal Screening (Agfa), Lazel - (Fuji), dll.

Digital Output

Dalam industri cetak offset, terdapat 3 macam digital output, yaitu Computer to Film
(Imagesetter), Computer to Plate (Platesetter), dan Computer to Print.
1. Computer to Film (Imagesetter)
a.) Alur Kerja Computer to Film
Salah satu contoh perusahaan yang menerapkan teknologi dan alur kerja CtF adalah Repro
House. Repro House merupakan sebuah perusahaan yang memberikan jasa pembuatan film
separasi dan progressive proof. Proses alur kerja dimulai dengan menerima data digital dari
advertising atau costumer (saat ini semua gambar digital biasanya langsung dari kamera
digital, jadi costumer jarang membawa photo/slide untuk discan).
Data digital tersebut kemudian dibuka pada PC atau Macintosh untuk diperiksa
kelengkapannya agar tidak terjadi masalah pada output film. Kemudian data tersebut dibuat
menjadi data postscript atau file PDF dan diimposisi menjadi satu ukuran besar (plano) dan
dioutput ke imagesetter (CtF) melalui RIP (Raster Image Processor), untuk menjadi film
separasi. Kemudian melalui mesin platemaker dikontak menjadi plate cetak dan siap dibuat
progressive proof. Dipercetakan, film separasi dikontak ke plate cetak dan selanjutnya siap
naik ke mesin cetak.
Berfungsi sebagai pengoutput film separasi warna yang digunakan untuk proses cetak.
Ada 2 jenis teknologi imagesetter, yaitu: teknologi drum dan capstan. Pada teknologi drum,
film yang akan disinari diletakkan pada sebuah drum, apakah external drum (diluar drum)
ataupun internal drum (didalam drum), kemudian film tersebut divakum dan disinari oleh
sinar laser. Pada sistem ini masalah keakuratan lebih tinggi, tapi harga jauh lebih mahal
dibanding capstan. Sementara itu pada teknologi capstan imagesetter, film menbentang secara
mendatar (dijepit oleh tension roll) lalu disinari oleh laser. Untuk waktu tertentu masalah
register kurang akurat tetapi kecepatannya lebih tinggi dibanding drum. Teknologi capstan
banyak digunakan pada percetakan koran dan cetak komersil. Film separasi yang dihasilkan
dari imagesetter sangat dipengaruhi oleh jenis film dan kondisi prosesor (cairan chemical)
yang digunakan.
Ada 2 hal yang harus kita perhatikan untuk mengecek kualitas film separasi, yaitu :
a. Density film (kepekatan film)
Pada umumnya density maximum yang disarankan adalah 3.8 – 4.2 D. Nilai tersebut harus
diukur dengan densitometer transparency. Nilai density yang rendah akan mengakibatkan
warna solid pada cetakan terlihat pudar/abu-abu. Salah satu penyebabnya antara lain adalah
kondisi prosessor yang kurang baik.
b. Dot % (raster)
Dot % (raster) disarankan linier, artinya nilai 50 % pada data digital (file) harus keluar 50 %
pada film, dengan toleransi +/- 2 %.
Bagaimana menilai film separasi yang baik ?
Mesin Imagesetter harus dikalibrasi secara rutin untuk menjaga kualitas film separasinya.
Dan alat ukur yang dipakai untuk kalibrasi adalah berupa densitometer film. Ada beberapa
hal yang harus diperhatikan untuk memeriksa kualitas dari film separasi, antara lain : register,
density, dan linearisasi.
Density
Density adalah nilai kepekatan film separasi. Nilai density maximum yang disarankan
adalah 3.8 – 4.2D. Untuk mengetahui nilai density suatu film harus menggunakan alat ukur
densitometer transparancy. Nilai density yang rendah akan mengakibatkan warna solid pada
hasil cetakan akan terlihat pudar atau warnanya tidak pekat. Salah satu penyebab density
rendah karena kondisi prosessor yang kurang baik.
Linearisasi Dot (Raster)
Linearisasi dot artinya raster 50% pada file digital harus keluar 50% juga pada film
dengan toleransi + 2%.
2. Computer to Plate (Platesetter)
Platesetter berfungsi untuk meng-output pelat cetak langsung dari data digital (PC/Mac)
tanpa melalui film separasi. Teknologi CtP relative baru di Indonesia, yakni baru sekitar
tahun 2000-an. Dibanding dengan sistem Computer to Film, teknologi CtP memiliki beberapa
kelebihan, antara lain :
1.) Kualitas lebih baik
 Dihasilkannya “First Generation Dot”-yakni dari data digital langsung ke pelat tidak
melewati suatu media lain/film.
 Dot yang lebih tajam dibandingkan dengan pelat konvensional.
 Tidak ada kesalahan copy pada pelat akibat debu, potongan film yang tertinggal,dll.
 Mampu menghasilkan titik raster dari 1% hingga 99% sehingga jangkauan warna
menjadi lebih lebar, sehingga detil pada area highlight maupun shadow menjadi lebih baik.
 Dot gain berkurang.
 Registrasi yang sangat akurat.
 Kualitas cetak yang konsisten dan mudah diulang.
2.) Proses produksi menjadi lebih cepat
 Proses pembuatan pelat lebih cepat.
 Proses pembuatan ulang pelat menjadi cepat dan mudah (repeatibility).
 Mesin cetak dapat dioptimalkan pemakaiannya karena deadline yang lebih panjang.
 Make ready time pada mesin cetak lebih cepat.
 Lebih fleksibel untuk pekerjaan mendadak.
3.) Peningkatan keuntungan bagi perusahaan pencetakan
 CtP menjadi alat promosi perusahaan.
 Penghematan bahan baku secara signifikan (pemakaian kertas untuk cetak coba) pada proses
cetak awal.
 Ramah lingkungan hidup karena tidak ada film.
Sama seperti pada imagesetter, ada tiga bentuk arsitektur dasar CtP, yaitu : flatbed,
internal, dan external drum.
a. Teknologi Flatbed
Pada CtP berbasis flatbed, pelat yang akan disinari diletakkan pada sebuah permukaan
datar lalu laser head bekerja “menulis” secara horisontal dari kiri ke kanan dan sebaliknya,
sedangkan pelatnya bergerak secara vertikal. Pada umumnya teknologi flatbed banyak
dipakai pada industri koran yang tidak memerlukan resolusi gambar yang terlalu tinggi.
Keuntungan teknologi flatbed :
» Mudah dalam menangani pelat, terutama bila ukurannya kecil.
» Kecepatannya produksi sangat tinggi untuk kualitas surat kabar.
b. Teknologi Internal Drum
Pada sistem ini, pelat dipasang di dalam drum yang statis yang pada umumnya sistem ini
bekerja dengan satu berkas laser untuk menyinari seluruh plate. Laser yang sering digunakan
untuk sistem ini antara lain : Violet Laser (405 nm), Argon ion (488 nm), Helium neon (633
nm), YAG (532 nm). Contoh CtP yang menggunakan teknologi ini antara lain : Heidelberg
Prosetter, Agfa Galileo, Purup Eskofot Plate Driver, dll. Keuntungan teknologi internal drum

» Pelat tidak bergerak melainkan diam, tapi laser yang berputar.
» Dapat menangani ukuran besar (8-up).,
c. Teknologi External Drum
CtP dengan arsitektur external drum, pelat dipasang pada bagian luar drum. Sewaktu
proses imaging, laser head akan bergerak sejajar dengan sumbu sambil menyinari permukaan
pelat pada drum yang berputar. Prinsip ini menggunakan laser head ditempatkan amat dekat
dengan permukaan pelat. Jenis CtP ini memerlukan daya laser yang lebih kecil dibanding
sistem lain. Contoh yang menggunakan teknologi antara lain : Heidelberg Topsetter, Cro
Scitex Trendsetter, Creo Lotem, Screen PlateRite.
Ditinjau dari emulsi pelatnya, terdapat beberapa sistem pada CtP, yaitu :
a. Pelat Konvensional
Pada awalnya harga pelat konvensional dengan pelat CtP sangat berbeda, dimana pelat
CtP sangatlah mahal. Oleh karena itu produsen CtP membuat sistem yang dapat
menggunakan pelat konvensional. Salah satu produsen yang berhasil memasarkan
perangkat Computer to Conventional Plate (CtCP) adalah BasyPrint dari Jerman. Oleh
karena dari waktu ke waktu harga pelat CtP semakin menurun, maka produsen CtCp mulai
menghentikan memproduksi CtCP dengan pelat konvensional. Karena meskipun
menggunakan pelat konvensional, harga mesinnya sendiri sangatlah mahal.
b. Pelat berbasis Visible Light
Jenis pelat ini bekerja dengan emulsi peka cahaya silver halide seperti yang
dimanfaatkan pada film grafika yang digunakan selama ini dan dapat disinari dengan sumber
cahaya Laser bertenaga rendah dan murah (kini dengan laser violet 5 mw). Karena peka
terhadap cahaya “visible”, penanganan pelat pada sistem ini harus dilakukan dibawah lampu
kuning (yellow room). Beberapa sisi negatif pelat ini adalah Harganya relatif mahal (karena
komponen perak yang dikandungnya), Tidak dapat dipanggang seperti pelat konvensional
dan pelat thermal, dan di negara tertentu pelat tersebut dapat mencemari lingkungan (dari
sia-sisa larutan pengembang).
c. Pelat Thermal
Keunikan dari jenis pelat ini tidak peka terhadap cahay melainkan terhadap panas yang
dikeluarkanl oleh gelombang cahaya tertentu. Karena tidak peka terhadap cahaya,
pelat thermal dapat ditangani langsung diruang terbuka tanpa harus menggunakan lampu
pengaman seperti jenis pelat yang lain.
Keunikan lainnya adalah emulsinya bersifat binary artinya image baru akan terbentuk
setelah melewati nilai treshold tertentu (dibawah nilai treshold yang ditentukan gambar tidak
akan terbentuk). Hal ini berarti pelat thermal tidak mengenal istilah over atau under exposed.
Saat ini pelat thermal diakui merupakan pelat terbaik dalam mereproduksi gambar. Untuk
meningkatkan daya cetaknya pelat thermal dapat dipanggang (post baked).
d. Photopolymer
Emulsi pelat photopolymer serupa dengan emulsi pelat presensitized biasa dengan
tingkat kepekatan lebih tinggi hingga dapat disinari dengan laser violet yang memiliki
kekuatan 30 mW. Daya cetak dan resolusi pelat photopolymer lebih rendah dari pelat thermal
dan pelat silver halide, yaitu 100.000 (dapat ditingkatkan hingga 700.000 dengan proses
baking) dengan resolusi raster maksimum 175 dpi.

Digital Printing (Computer to Print)

Digital printing merupakan salah satu teknologi cetak yang memiliki high
quality langsung dari komputer. Perbandingan kualitas antara cetak offset dan digital printing
bukan lagi menjadi aspek utama, karena ada kelebihan lain dari digital printing yang tidak
dapat dilakukan oleh cetak offset, yaitu speed dan flexibilitas. Beberapa kelebihan lain dari
digital printing adalah :
 Short run printing, yaitu mencetak dengan oplah dibawah 1000, dalam full color termasuk
mencetak 3 lembar, 20 lembar, atau 100 lembar.
 On demand printing, yaitu mencetak sesuai dengan kebutuhan, kapan saja, dimana saja serta
dapat meng-update/merubah data pada saat siap cetak.
 Personalization, yaitu kemampuan mencetak secara personal/perindividu/pergroup dengan
data yang bervariasi.
 Distributed printing, yaitu data digital dapat langsung dicetak secara bersamaan di tempat lain,
segera setelah data tersebut diterima dimanapun.
Tidak seperti halnya sistem cetak offset tradisional, untuk mendapatkan suatu hasil cetak
harus melewati tahap pembuatan film separasi warna, montase, plate making baru cetak.
Proses tersebut memakan waktu yang tidak pendek belum lagi bila akan diadakan perubahan,
maka waktu akan semakin lama. Teknologi dalam digital printing ada beberapa jenis namun
yang paling banyak digunakan, antara lain :
1. Inkjet printing (menggunakan toner bubuk)
-Contoh : Printer HP, Roland, Canon, dll.
-Kualitas inkjet.
-Direkomendasikan untuk dibawah 10 lembar (untuk membuat poster, proof).
2. Elektrophotography (menggunakan toner bubuk)
-Contoh : Xerox Decucolor, Nexpress 2100.
-Kualitas laser.
-Direkomendasikan untuk dibawah 200 lembar.
3. Digital offset (offset + elektrophotography)
-Contoh : Xeikon, Indigo, Chromapress.
-Kualitas offset.
-Direkomendasikan untuk pencetakan dibawah 800 exp.
4. Direct imaging offset
-Contoh : Heidelberg SM 74 DI
-Kualitas offset.
-Direkomendasikan untuk pencetakan dibawah 5000 lembar

Digital Proofing

Digital Colour Proofing (DCP) pada alur kerja CtP merupakan “satu paket” beserta RIP
Color Management. Dan fungsi DCP tersebut adalah untuk mensimulasi hasil keseluruhan
pekerjaan yang akan dicetak, baik itu warna maupun isi (content). Warna yang terlihat pada
hasil Digital Colour Proofing sudah dikalibrasi dengan mesin cetak yang ada, sehingga
warnanya akan sangat mendekati dengan hasil cetaknya.
Setelah data diimposisi dan dioutput ke DCP, maka hasil proofing tersebut diberikan
kepada customer untuk diperiksa. Apabila ada koreksi maka akan diulang data digitalnya
sampai tepat benar. Setelah itu baru dioutput ke CtP dan diproses ke mesin cetak. Dummy
dengan DCP tersebut akan menjadi patokan bagi operator cetak saat mencetak, termasuk
warna dan isinya.
Untuk perusahaan packaging, masalah warna dari DCP belum dapat dijadikan panduan
oleh karena keterbatasan DCP dalam mensimulasi hasil cetak, karena pada umumnya
packaging banyak menggunakan warna-warna khusus. Perlu jenis printer khusus untuk dapat
mensimulasi warna khusus dan harganya masih sangat mahal, misalnya Kodak Approval.
Beberapa hal yang masih menjadi kendala dalam hal penggunaan Digital Colour Proofing
alur kerja pada CtP (tergantung tipe RIP color managementnya) diantaranya :
 Warna tidak bisa 100% sama, hal ini tergantung dari jenis kertas dan konsistensi cetak yang
digunakan
 Simulasi warna-warna spesial terbatas
 Simulasi teks yang direserve terbatas
 Efek overprint tidak bisa terlihat
 Gradasi patah belum tentu dapat disimulasi dengan baik
 Efek moire tidak terlalu jelas terlihat pada Digital Colour Proofing dibanding hasil cetaknya.
Contoh jenis printer yang biasa digunakan untuk DCP antara lain : HP Designjet Z2100,
Z3100, Epson 4800, 7800, dll. Contoh RIP Color Management antara lain : GMG, ORIS,
EFI, dll.

1. Jenis dan Tujuan Proof

a. Design Proof
Proof awal yang digunakan oleh desainer untuk memperlihatkan konsep dan isi
desainnya
b. Contract Proof
Contract proof digunakan oleh desain grafik sebagai lampiran atas kesepakatan
pekerjaan.
c. Page Proof
Proof yang dibuat oleh pihak percetakan dan dipakai sebagai panduan reproduksi akhir,
biasanya hanya beberapa halaman.
d. Imposition Proof
Impsition proof dipakai oleh percetakan sebagai panduan posisi cetak, agar imposisi
halaman sesuai dengan sistem penjilidan.

2. Fungsi Digital Proofing secara Menyeluruh

a. Sebagai layout proof.


b. Untuk percetakan dengan menggunakan CtP, digital proof tidak ditawar lagi karena
berfungsi untuk simulasi warna dan pengecekan data hasil akhir.

Dye Sublimation

Seperti yang tertera pada namanya, printer dye sublimation ini bekerja memanfaatkan
proses sublimasi yaitu perubahan benda dari padat langsung menjadi gas. Nama lain dari
printer ini adalah Dye Diffusion Thermal Transfer yang menunjukkan adanya prooses
pemanasan untuk mentransferkan dye (pewarna) ke kertas. Printer dye sublimation
memerlukan dua material khusus yakni film donor atau transfer roll ribbon, umumnya dalam
bentuk gulungan plastik dengan bidang warna yellow, magenta, dan cyan (beberapa printer
menyertakan black) yang disusun berselang-seling, dan receiver berupa kertas khusus.
Proses pencetakan dimulai dengan warna pertama dimana film donor akan dipanaskan
oleh kepala pencetak dengan resolusi 300 dpi yang menyebabkan dye padat dari film donor
menguap kemudian menyerap ke kertas receiver dan menjadi padat kembali. Semakin tinggi
panas yang diberikan, akan semakin tebal pula warna yang didifusikan ke kertas. Selesai
dengan warna pertama, kertas akan ditarik mundur untuk melakukan pencetakan warna kedua
dan demikian seterusnya.
Printer ini memilki keunggulan utama yang tidak dimiliki oleh printer lainnya, karena ia
merupakan satu-satunya printer yang mampu menghasilkan reproduksi dalam
bentuk continous tone. Pada dye sublimation pencampuran tersebut berlangsung secara difusi
sehingga warna-warna memang menyatu. Karenanya, meski bekerja hanya dengan resolusi
300 dpi, printer ini mampu menghasilkan cetakan dengan mutu yang setara dengan cetakan
foto.
Thermal Wax
Warna-warna C, M, Y, K pada thermal wax dibentuk oleh zat pewarna yang dilarutkan
dalam wax (lilin). Pada waktu pencetakan, print head akan memanaskan lapisan lilin
berwarna pada film donor hingga meleleh dan berpindah ke kertas. Citra pada thermal wax
dibentuk dengan metode dithering (gabungan titik-titik). Dengan resolusi 300 dpi (yang
dimiliki oleh print head), jelas mutu reproduksi dari printer thermal wax ini berada di bawah
mutu printer laser atau printer inkjet. Keunggulan printer thermal wax terletak pada daya
tutup warnanya yang amat baik serta tidak memerlukan kertas khusus sehingga sesuai untuk
desain yang mengandung bidang solid, seperti kemasan karon.
Inkjet
Inkjet dengan metode ink-on-demand diperkenalkan oleh Siemens pada tahun 1977
dalam bentuk printer PT-80. Pada metode ink-on-demand, tinta hanya akan disemprotkan
pada bagian-bagian yang mencetak. Karena lebih murah dan sederhana, ink-on-
demand merupakan metode yang umum digunakan pada printer inkjet. Pada metode ini
terdapat dua teknologi yang umum digunakan yakni bubble jet atau thermal inkjet yang
diterapkan antara lain oleh Cannon dan Hewlett-Packard, dan piezo eletric yang diterapkan
oleh Epson.

3. RIP Color Management

RIP Color Management digunakan pada digital proofing apabila ingin mengoptimalkan
proses simulasi hasil cetak offset melalui hasil digital proof. Contohnya antara lain Best
Color, Wasatch, Fiery Rip, dll.

Konvensional Proofing

Istilah lain yang sering disebut untuk konvensional proofing adalah Progressive Proof
atau manual proof yaitu suatu proses proof cetak yang dilakukan dengan menggunakan
sistem cetak offset dengan bentuk yang lebih sederhana (hampir sama seperti cetak offset
yang sebenarnya). Proses pembuatan proof ini dilakukan satu per satu (seperti mesin cetak
satu warna). Kondisi alat proof cetak saat ini semakin lama semakin kurang optimal oleh
karena mesin tersebut sudah lama tidak diproduksi lagi (kira-kira sejak 8 tahun yang lalu) dan
banyak suku cadang yang tidak menunjang lagi sehingga biaya perawatannya menjadi lebih
mahal. Beberapa kelemahan proof cetak konvensional :
1.) Dilakukan secara manual sehingga sulit dicapai standardisasi.
2.) Memiliki masalah pada kerataan tinta pada seluruh bidang cetak.
3.) Tidak stabil dalam hal warna, sehingga tiap lembar memiliki warna yang berbeda.
4.) Kurang efisien, karena tetap memerlukan faktor separasi.
5.) Perlu tempat yang besar.
6.) Biaya produksi tinggi karena memakai bahan baku pelat, kertas, tinta, chemical dan
memerlukan banyak tenaga operator.

Anda mungkin juga menyukai