CETAK TINGGI
Acuan cetaknya terbuat dari bahan yang keras. Disebut Boekdruck yang berarti cetak buku, adalah
karena secara historikal pada pertengahan abad 15, tepatnya tahun 1440, seorang bernama Johannes
Gutenberg, memikirkan dan melakukan pengembangan teknik cetak ini untuk mencetak buku dengan
menyusun huruf-huruf lepas yang terbuat dari timah sebagai acuan cetaknya, proses ini dikenal sebagai
boekdruck. Contoh-contoh produknya meliputi: Formulir, nota dan pekerjaan-pekerjaan sederhana.
Proses cetak ini dipakai juga untuk cetak foil dan cetak emboss. Acuan cetak Letterpress:
1. Huruf-huruf lepas dari bahan timah yang disusun, disebut dengan susunan huruf panas.
2. Susunan huruf cor timah yang dibuat dengan mesin-mesin Intertype, Lynotype, Monotype dan
Ludlow.
3. Dibuat dari seng, tembaga dan timah. Proses pembuatannya dengan fotomekanikal dan etsa
atau elektronik dan engraving.
4. Dibuat dari plastik/ nylon (nyloprint). Proses pembuatannya dengan fotopolymer.
Proses cetak ini sudah semakin jarang digunakan karena biaya pembuatan acuan cetaknya yang
tidak murah dan keterbatasan mutu produknya.
Perlu diketahui bahwa, lahirnya huruf-huruf lepas ini melalui proses yang panjang sekali dari
orang-orang zaman dulu; ribuan tahun yang lalu guna melahirkan gagasan, pikiran dan pendapat mereka
1
untuk disebarluaskan kepada khalayak ramai melalui goresan gambar tanda simbol (picture writing)
flora dan fauna dari obyek-obyek tertentu pada kayu, batu, tulang dan lain-lain.
Proses dari mulai kurun waktu kurang lebih 4000 th SM bangsa Babilon dan Asiria menggores di
batu-batu yang disebut tulisan dengan huruf paku atau spijkerschrift, begitupun orang-orang Mesir
menemukan huruf hieroglyph sekitar kurang lebih 3000 tahun SM, bahkan goresan ayat-ayat Taurat
tentang Sepuluh Perintah Tuhan kepada nabi Musa pada papan dan meja kayu masih tersimpan di
Museum Inggris. Dari ilmu menggores, menatah, memahat oleh orang dahulu terus dikembangkan oleh
generasi berikutnya, sejalan dengan kebutuhan akan informasi dan ilmu pengetahuan yang perlu
disampaikan dengan cepat, diciptakanlah alat-alat untuk memperbanyak naskah dengan jalan
mencetak. Pada awalnya acuan cetak yang dibutuhkan adalah lempengan kayu yang dihaluskan,
kemudian digambar dan dibuat tulisan dengan bayangan cermin terbalik.
Gambar dan tulisan yang sudah dibuat kemudian dicukil dengan cermat dan teliti sampai
nampak keindahannya, lambat laun banyak ahli yang menekuni bidang cukil kayu itu untuk membuat
seni kreatif yang menghasilkan keunikan pada produk cetak perbanyakan dengan teknik cetak tinggi.
Cukil kayu ini atau pada masa sekarang lebih dikenal dengan istilah woodcut merupakan seni
grafis tertua diantara media cetak yang lain. Media cetak dengan teknik cukil kayu ini sudah dikenal di
negeri China sejak abad V sampai dengan abad XVII berkembang ke Jepang, sedangkan di Eropa
membuat gambar dengan cara mencukil kayu dikenal sejak abad XIV. Pada mulanya Johannes
Gutenberg pun melakukan teknik cukil kayu ini untuk memperbanyak buku keagamaan.
Dalam sehari blok-blok kayu yang sudah jadi sudah dapat diperbanyak sejumlah 200 eksemplar
dengan menggunakan mesin cetak tinggi sederhana. Sekitar tahun 1440 dia menemukan pembuatan
huruf lepas dengan tujuan huruf-huruf tadi setelah dipergunakan dibersihkan, ditempatkan pada kota-
kotak huruf semula dan huruf dapat dipergunakan untuk mencetak naskah yang lain. Dengan penemuan
huruf lepas dan mesin cetak oleh Johannes Gutenberg di Mainz, Jerman sekitar tahun 1440, maka
sekitar 5 tahun kemudian dunia cetak-mencetak di Jerman memperoleh alat baru yang dapat
memperlancar proses produksi.
Tahun 1423 cara mencetak, menggunakan huruf lepas diketemukan oleh seorang Belanda
bernama Laurens Janszoon Koster, diperbaiki oleh Johannes Gutenberg tahun 1440 dan lebih
disempurnakan lagi oleh Peter Schoffer. Dengan adanya pengenalan itu, semakin terkukuhkan adanya
bentuk baru pelaksanaan arus komunikasi antar manusia, yang tidak mutlak harus tatap muka
berhadap-hadapan langsung antara pihak satu dengan lainnya. Proses komunikasi dapat dilakukan
dengan menggunakan media cetak. Media tersebut secara garis besarnya dibentuk melalui proses, tiga
tahapan, yaitu: persiapan, cetak (dengan menggunakan alat cetak seperti yang diperkenalkan oleh
Johannes Gutenberg), dan penyelesaian.
Pembuatan fundamen mesin cetak diukur sesuai dengan ketinggian huruf yang sudah dibakukan
melalui beberapa percobaan. Akibat beban yang ditanggung semakin berat, maka percetakan Johannes
Gutenberg berpindah tangan kepada seorang pengusaha kemasan yang kaya di Mainz, Jerman. Seluruh
karyawan Johannes Gutenberg juga mengikuti majikan yang baru. Pada suatu ketika terjadi kerusuhan
hebat di Jerman, menyebabkan kekacauan yang tak terkendalikan, tak terkecuali juga menimpa
percetakan ex milik Johannes Gutenberg. Karyawan-karyawan percetakan tersebut bermigrasi ke
berbagai Negara. Di Negara-negara dimana mereka tinggal, para karyawan tersebut melanjutkan
perjuangan Johannes Gutenberg untuk membuat huruf-huruf timah kembali. Namun karena mereka
lupa patokan tinggi huruf yang baku, maka terjadilah berbagai tinggi huruf yang berbeda di satu Negara
dengan Negara yang lain.
2
Konstruksi mesin cetak tinggi di masing-masing negara tersebut disesuaikan dengan tinggi huruf
masing-masing. Atas dasar inilah maka teknik cetak ini disebut teknik cetak tinggi. Grafika masuk
Indonesia pada masa kolonial Belanda. Surat kabar pertama yang dicetak adalah Bataviase Nouvelles
pada tahun 1744. Penerbit buku Balai Pustaka tahun 1920. Kemudian pemerintah kolonial Belanda
mengembangkan percetakan di berbagai kota di Hindia Belanda (nama Indonesia sebelum merdeka)
untuk berbagai kebutuhan. Pada waktu itu teknik yang dipakai adalah teknik cetak yang pertama, yaitu
teknik hoogdruk (cetak tinggi) sehingga peralatan, mesin dan bahan perkakas didatangkan dari berbagai
negara disesuaikan dengan konstruksi mesin model Belanda, sehingga ketinggian huruf yang dipakai
adalah tinggi huruf Belanda. Begitupun semua bahan pembantu, yaitu garis kuningan, klise-klise
(gambar), nomorator dan semua yang terkait dengan cetak tinggi, kedudukan gambar dan lain-lain
bersesuaian dengan ketinggian huruf tersebut agar bisa dicetak bersama-sama. Dari kata huruf inilah
maka didapati istilah cetak tinggi ini dalam bahasa Inggris adalah: Letter press printing (letter= huruf).
Pada bahasan ini akan diterangkan tentang korps atau ukuran huruf, karena mengenai tinggi
huruf sudah diterangkan pada halaman depan. Korps huruf adalah salah satu bagian dari huruf (yang
terdiri dari 10 macam) yang juga disebut sebagai besar huruf. Sebelum kita mempelajari besar ukuran
(korp) huruf baiklah kita mengenali dahulu apakah sebenamya huruf itu. ' Seperti kita semua telah
mengetahui dalam ilmu pengetahuan bahasa, huruf atau aksara itu adalah gambar atau lambang bunyi.
Di dalam pelajaran ini mari kita mengenali lebih dekat lagi huruf yang kita gunakan sehari-hari dalam
praktek tipografi, khususnya timah untuk cetak tinggi. Huruf yang telah diterangkan di atas sebagai
lambang bunyi, bentuknya yang berbayangan cermin terbalik, artinya kita bisa membaca sebagaimana
mestinya apabila huruf itu kita hadapkan berdiri di muka cermin namun terbalik bagian atas menjadi
bawah, dan sebaliknya.
Huruf-huruf itu mempunyai ukuran besar/ kecil yang berbeda-beda. Besar kecilnya huruf kita
sebut dengan ―korps‖. Satuannya menggunakan punt (Belanda) atau point (Inggris) yang artinya dalam
bahasa Indonesia adalah "titik" tipografi. Dalam penulisan dan penyebutan besar kecilnya huruf,
biasanya ditulis nama dari macam dan jenis huruf beserta korpsnya, misalnya: Huruf Baskerville biasa/
normal korps 10 punt (titik), artinya huruf Baskerville termasuk besarnya sama dengan 10 titik tipografi.
Korps huruf itu bermacam-macam ukurannya dan setiap ukuran mempunyai nama sendiri-sendiri.
Yang kita kenal adalah:
Microscoop 3 titik
Diamont 4 titik
Parel 5 titik
Nonparel 6 titik
Kolonel 7 titik
Galjard 8 titik
Garmond 9 titik
Dessendinan 10 titik
Mediaan 11 titik
Augustijn, cicero 12 titik
Teks 16 titik
Paragon besar 20 titik
Dobel Augustin 24 titik
Kanon besar 32 titik
Parijse kanon 36 titik
Sabon 40 titik
Sabon besar 48 titik
3
Di antara korps huruf tersebut di atas masih ada lagi corak lain yang diciptakan oleh penemu-
Page
penemu baru yang dituang pada korps 14, 18 dan 30 titik. Besarnya huruf tidak berhenti pada korps 48
titik saja, melainkan masih ada lagi yang lebih besar dari pada itu, yakni berturut-turut 60 titik, 72 titik, ,
96 titik, 120 titik dan bahkan ada yang besarnya sampai 144 titik. Namun biasanya kedua yang terakhir
itu dibuat dari kayu, karena besarnya, hal ini untuk mengurangi berat. Untuk kelima korps yang disebut
belakangan disebut menurut besarnya. Untuk huruf korps 14 titik namanya Augustin besar dan korps 18
titik namanya Paragon (kecil), sedang untuk huruf korps 30 titik tidak disebutkan nama asalnya, cukup
3
menyebutkan besarnya saja. Nama-nama yang masih sering dipakai dalam menyebut besarnya huruf
yang digunakan dalam suatu pekerjaan cetak adalah: Nonparel, Galjard, Garmond, Dessendiaan, dan
Augustin. Contoh: Naskah ini disusun dengan memakai huruf Bodoni Book artinya: naskah ini disusun
dengan memakai huruf Bodoni Book korps 10 titik. Sedangkan untuk korps yang berukuran lain cukup
disebut menurut besarnya. Korps yang lebih kecil dari pada 6 titik hampir tidak pemah dipakai lagi
karena terlalu kecil sehingga sukar sekali untuk dibaca. Dahulu ukuran ini sangat disukai untuk ukuran
alamat kartu nama.
Banyak orang yang beranggapan dan sejarah telah menyatakan pula bahwa nama-nama korps
huruf itu asalnya antara lain dari:
a. Orang yang pertama kali membuat.
b. Kitab atau buku yang pertama kali dicetak dengan korps itu.
c. Kitab paling banyak dicetak dengan korps itu.
d. Suatu keistimewaan yang tertanda pada huruf itu.
Beberapa contoh yang dapat ditunjukkan antara lain adalah:
Mikroskop - 3 titik, kecil sekali; mikroskop adalah alat untuk melihat benda yang
sangat kecil.
Parel - 5 titik, bagus kelihatannya, seperti mutiara.
Nonpareille - 6 titik, tak berbanding kecilnya
Galjard - dahulu yang membuat adalah seorang yang bernama
Gaillarde Garmond - dibuat oleh Garmond.
Augustin - dipakai untuk mencetak do'a-do'a dari H. Agustinus
Cicero - untuk mencetak kitab-kitab dari Cicero, seorang pujangga zaman Roma.
Tekst - 16 titik, untuk mencetak teks-teks dari Kitab Injil
Paragon - 20 titik, dibuat oleh Paragon
Kanon - 32 titik, dipakai untuk mencetak Kanon
Sabon - 40 titik, dibuat oleh Sabon.
Sebelum mulai dengan menyusun suatu pekerjaan cetak, haruslah menentukan besarnya korps
huruf yang akan dipakai dalam susunan itu nanti. Untuk keperluan ini kita harus memperhatikan hal-hal
seperti berikut:
a) Jika disusun dengan huruf besar semuanya, hasil cetakannya akan kelihatan kasar dan kaku
b) Sebaliknya, kalau semuanya disusun dengan huruf kecil, maka akan kelihatan serba kecil
c) Oleh karena itu sebaiknya beberapa baris yang dianggap penting dapat disusun dengan huruf
besar, sedangkan teks sisanya disusun dengan huruf kecil saja.
b. Huruf mencuat dan huruf rangkap (ligatur)
Tidak selalu gambar huruf itu seluruhnya ada di atas batang huruf. Ada Kalanya sebagian huruf,
terutama yang kursif dan huruf-tulis, sedikit mencuat ke luar batang huruf. Bagian mencuat itu lain
bertumpu di ruang kosong pada huruf di samping atau juga mencuat tanpa tumpuan. Terutama dalam
hal terakhir itu, pencetak harus menjaga supaya bagian mencuat itu jangan sampai patah. Kadang-
kadang terdapat dua huruf atau lebih pada satu batang. Pada kebanyakan jenis huruf buku hal itu terjadi
dengan ff-fi-fl-ffi-ffl, kadang-kala juga dengan fb-fh-fk. Huruf rangkap pada satu batang itu disebut:
ligatur.
c. Takik pada batang huruf
Di bawah gambar huruf pada batang huruf terdapat takik. Takik ini bagi penyusun huruf
merupakan tanda untuk mencegah terbaliknya huruf waktu disusun.
d. Bahan rawan
4
Logam agak lunak yang dipakai untuk mengecor huruf itu, terutama terdiri campuran timah,
Page
timbal (timah hitam) dan antimonium. Logam ini sangat peka terhadap pukulan atau benturan. Kait-kait
halus yang terdapat pada banyak jenis huruf, jelas tidak tahan terhadap pelemparan atau jatuh. Kalau
bahan yang rawan itu sampai mengalami kerusakan, walaupun sedikit saja pada gambar huruf, maka
bagian yang rusak itu tidak menekan lagi pada kertas. Barang cetakan dengan huruf-huruf yang rusak
memberi kesan gambar tak rapi.
4
e. Lemari Huruf
Lemari huruf adalah merupakan tempat untuk menyimpan huruf-huruf maupun tanda-tanda
lainnya, yang terdiri dari kotak-kotak besar, kecil dan yang tidak sama besarnya.
Sepintas lalu huruf-huruf di dalam lemari huruf itu tidak teratur dan acak-acakan sekali penempatannya.
Terutama untuk huruf-huruf kecil atau huruf bawah sama sekali tidak menurut abjad. Memang demikian
halnya, sudah diatur sedemikian rupa sehingga huruf-huruf yang sering dan banyak dipergunakan,
ditempatkan pada tempat paling besar dan dekat. Hal ini untuk memudahkan pengambilannya (misal
huruf: a, u, m, n, o dan lain-lain).
Juga ditentukan oleh polis dari bahasa itu sendiri, artinya penempatan huruf akan berbeda untuk bahasa
Belanda dengan penempatan huruf pada lemari untuk bahasa Indonesia.
Laci Huruf
Macam lemari huruf:
1) Lemari penuh (1), di sini berisi huruf-huruf dan tanda-tanda lengkap sampai dengan huruf
kapital kecil,
2) Lemari tiga perempat (3/4), di mana tidak terdapat kotak untuk menyimpan huruf-huruf kapital
kecil.
3) Lemari setengah (1/2), untuk penghematan pemakaian ruangan, lemari bagian atas dan bagian
bawah terpisah dan diletakkan berdampingan.
dan terdapat banyak ukuran. Gunanya untuk menampung hasil-hasil baris yang sudah dituang (regel).
Page
Pusut dan jepit koreksi, sebagai alat bantu mengoreksi susunan, terbuat dari bahan besi
(kawat), nikel yang diberi tangkai dari kayu atau bahan lain. Seorang juru susun sangat memerlukan alat
ini pada waktu melaksanakan koreksi susunan baik masih di atas galei maupun sudah di atas mesin
cetak. Dengan sendirinya harus dilakukan dengan hati-hati, karena dapat merusak bayangan huruf,
terutama bagi para peserta didik yang baru belajar.
5
Tali susunan, baris-baris yang sudah diopmak rapi dan merupakan bentuk tertentu, harus diikat
dengan mempergunakan tali susunan supaya jangan sampai berantakan (pastei). Susunan yang sudah
terikat rapi inilah kebanyakan orang menyebutnya zetsel. Untuk mengikat zetsel, di samping memakai
tali dari bahan rami, ada juga tali dari bahan lain yaitu dengan cara lebih modern; dikenal dengan ikat
tali rap, berupa ban tembaga dengan sistem jepitan (klem).
Bahan-bahan penyusun lain seperti untuk jarak baris, ruang besar, dan jarak kolom
dipergunakan interlini, reglet, holwit dan tabelwit. Semua bahan ini dibuat dan bahan. timah seperti
halnya logam untuk pembuatan huruf-huruf. Perlengkapan lainnya ialah garis-garis kuningan dan garis
timah, garis wesel, ornamen dan kelengkapan susun yang lain termasuk reglet, holwit dan tabelwit.
Bahan pemenuh baris disebut juga putih huruf (letterwit) yang terdiri dari:
- kuadrat
- persegi (vierkant)
- pasje
- spasi
Menurut pembagian Augustijn maka terdapat ukuran-ukuran sebagai berikut:
- kuadrat dihitung menurut kelipatgandaan dari persegi: yaitu 2,3, dan 4 aug.
- persegi menurut korps: 12 punt.
- pasje setengah dari persegi: 6 punt.
- spasi-spasi: 4, 3, 2,11/2, dan 1 punt.
Semua bahan-bahan tersebut disimpan dalam kotak lemari huruf, bersama-sama dengan huruf
dari korps masing-masing
Berbeda dengan acuan cetak letterpress, acuan cetak flekso halus dan elastis, menjadikan sifat
permukaannya mampu mengalihkan tinta cetak dengan viskositas yang rendah ke berbagai jenis bahan
yang menyerap tinta maupun yang tidak menyerap tinta. Proses cetaknya sederhana seperti halnya
cetak letterpress. Acuan cetaknya dibuat dengan proses photopolymer. Pada mesin cetak flekso yang
berkualitas, proses penintaan pada acuan cetaknya dengan rol anilox. Rol nilox adalah rol yang
permukaannya berupa titik-titik raster legok kedalam dengan kehalusan antara 200 – 600 garis per
centimeter, setara dengan 500 – 1500 garis per inci. Rol ini terbuat dari bahan yang keras seperti
keramik atau hardchrome. Tintanya dipasok melalui system doctor blade, proses penintaan ini sendiri
sama dengan proses cetak gravure ke atas acuan flekso. Proses cetak fleksografi dengan sistem
penintaan ini dipakai juga pada unit pelapisan vernis (Coating Unit) dalam rangkaian tersambung (on
line System) seperti pada mesin-mesin cetak offset lithografi multi warna sebagai unit pelapisan
tersambung (on line coating). Kualitas cetaknya memenuhi tuntutan pasar, maka teknik cetak ini terus
berkembang mengimbangi kemajuan teknik cetak lainnya. Produk-produknya label, kemasan dan
sebagainya.
Teknik cetak felxografi merupakan teknik cetak yang menggunakan pelat sebagai acuan. Dimana
pelat tersebut dibuat dari bahan karet atau bahan yang dianggap flexibel.
Penerapan teknik cetak flexografi ini bisa terlihat pada proses penyetempelan. Dimana pada saat
menyetempelan tersebut permukaan tulisan pada karet terletak lebih tinggi dibandingkan media
kosongnya. Saat setempel ditekan pada bak tinta akan mengalami perpindahan tinta dari bak tinta
menuju ke stempel. Kemudian ketika stempel di tekan akan menghasilkan cetakan pada kertas yang
hasilnya sesuai dengan tulisan yang terdapat pada karet.
6
Cetak Flexography atau biasa disingkat Flexo adalah suatu teknik cetak yang menggunakan
Page
acuan cetak berupa pelat yang terbuat dari karet, photopolymer atau bahan flexible lainnya. Nama
Flexography sendiri diambil dari kata flexible yang merupakan bahan pembuat pelat cetaknya. Teknik
cetak flexography termasuk jenis cetak tinggi karena tinta dialihkan ke media cetak melalui pelat cetak
yang permukaannya lebih tinggi.
6
Penerapan stempel tersebut merupakan prinsip kerja cetak flexografi. Dimana desain yang
berupa gambar atau tulisan akan diukir pada media dari karet dengan posisi terbalik. Lalu akan
dilakukan proses pemindahan tinta dari pelat karet tersebut ke media cetak dengan menggunakan roll
transfer. Biasanya roll transfer ini disebut sebagai ailoxroll dan terbuat dari bahan tembaga atau
keramik. Kemudian Printing Plate yang sudah terkena tinta akan mengenai permukaan sheet sehingga
akan terbentuk hasil cetakan.
Biasanya dalam satu rangkaian akan terdiri dari 4 komponen tersebut dan disebut sebagai 1 unit
printing. Dimana untuk 1 unit printing ini hanya akan menghasilkan 1 jenis warna saja sehingga semakin
banyak warna yang diinginkan tentu jumlah unit printingnya harus lebih banyak.
Fountain Roll biasanya terbungkus karet dan akan berputar di dalam Ink Reservoir. Fungsi dari
berputarnya Fountain Roll ini untuk pemindahan tinta yang berasal dari Ink Reservoir menuju ke Anilox
Roll atau Metering Ink. Dimana Anilox Roll yang digunakan terbuat dari keramik atau tembaga kemudian
dibungkus menggunakan Engraving Cell yang kecil dan halus.
Sedangkan Plate Cylinder merupakan roll yang digunakan sebagai tempat memasang Printing Plate.
Letak dari roll ini yaitu antara Impression Roll dan Anilox Roll. Dimana untuk Impression Roll memiliki
ciri sangat halus sehingga ketika memberikan tekanan pada sheet akan menyentuh secara merata.
Proses cetak dimulai dari Fountail Roll yang berputar sehingga Ink Reservoir akan berpindah ke
7
Anilox Roll. Kemudian Anilox Roll berputar lalu bersentuhan dengan Plate Cylinder yang duah ditempel
Page
dengan Printing Plate. Dengan demikian tinta akan berpindah ke Printing Plate dari Anilox Roll. Printing
Plate tersebut juga akan berputar hingga menyentuh permukaan sheet dan akan menghasilkan cetakan
dengan hasil yang bisa terbaca positif.
7
D. TINTA FLEXOGRAFI
Tinta cetak fleksografi menggunakan tinta khusus yang encer, yaitu tinta anilin yang cepat kering
sesaat setelah menempel pada bahan cetak. Sehingga cocok untuk mencetak berbagai jenis bahan
cetak. Pada cetak fleksografi, tinta cetak sangat beragam, karena cetak fleksografi terdapat banyak
variabel. Satu jenis tinta tidak mungkin dapat memenuhi semua karakteristik dan aplikasi yang berbeda-
beda.
Untuk mencetak yang memerlukan hasil cetakan yang high gloss dengan cetakan yang memerlukan hasil
cetak yang matt, tidak mungkin dihasilkan oleh satu jenis tinta, karena karakteristiknya berbeda. Tinta
yang sesuai untuk satu jenis pekerjaan dihasilkan melalui kerjasama antara pencetak dan pembuat tinta
dalam mengevaluasi berbagai kemungkinan yang terjadi.
Untuk memilih tinta yang tepat, perlu dikenali beragai variabel yang dapat ditemui pada
saat pencetakan seperti variasi dari bahan yang dicetak, jenis pelarut tinta yang diinginkan apakah
berlandaskan air atau berlandaskan solvent, pigmen yang digunakan, jenis cetakan apakah cetakan
permukaan (surface printing) atau cetak laminasi, warna spot/line job atau warna proses dan berbagai
variabel lainnya. Seperti telah diketahui, industry kemasan menggunakan beragam bahan yang akan
dicetak seperti; kertas, board, film fleksibel, foil dan film metallized.
Bahan-bahan tersebut datang dalam berbagai variasi, seperti film fleksibel dapat
berbentuk polyethylene, polypropylene, polyester, nylon, cellophane dan coextruded film.
Karakteristik dan jenis bahan tersebut tidaka sama, sehingga dalam penentuan tinta juga bisa tidak
sama. Pemilihan tinta yang akan digunakan dapat dimulai dari jenis bahan yang akan dicetak, kemudian
meminta rekomendasi dari pabrik tinta. Bila tipe cetakan dianggap memiliki keunikan tersendiri, ada
baiknya dilakukan percobaan terlebih dahulu sebelum tinta tersebut digunakan untuk produksi.
Ada perbedaan formula antara tinta yang digunakan untuk tujuan cetak permukaan (surface
printing) dengan tinta untuk tujuan cetak laminasi.Masalah utama yang akan timbul bila tinta jenis
surface (surface print ink) digunakan sebagai tinta laminasi (lamination ink) terletak pada daya rekatnya
(bong strenght) yang rendah. Disamping itu untuk mencegah terjadinya blocking, tinta jenis surface
diberi tambahan lilin (waxes), yang akan semakin mengurangi daya rekat dari tinta tersebut.
Pemakaian tinta jenis laminasi untuk pencetakan permukaan cenderung menimbulkan blocking dan
menurunnya kilap (gloss) dari cetakan.Tinta laminasi tidak memerlukan gloss, karena gloss akan
diperoleh dari bahan yang akan dicetak. Untuk mencetak jenis cetakan solid (line printing)
menggunakan warna spot, dan pencetakan dilaksanakan dengan memberikan lapisan yang lebih tebal
disbanding cetakan menggunakan tinta proses (cyan, magenta, yellow dan black) yang lebih tipis.
Perbedaan ketebalan menyebabkan formulasi dari kedua jenis tinta tersebut tidak sepenuhnya sama.
Untuk menghasilkan cetakan yang lebih bersih, tinta proses umumnya dikeringkan dengan cara
yang lebih lambat, dibanding tinta surface. Dalam memilih tinta, hendaknya mempertimbangkan pula
kegunaan akhir dari produk yang dicetak. Sebagai contoh, lael untuk kemasan anti beku ( freeze),
haruslah tahan terhadap larutan atau bahan pembeku, agar tintanya tidak rontok bila kemasan tersebut
dimasukkan ke dalam ruang pembeku.
Pada cetak fleksografi, terdapat tiga tipe tinta yang umumnya digunakan, yaitu tinta
berbasis air, tinta berbasis solven, dan tinta UV. Tinta UV mengering (cure) karena bereaksi
dengan sinar ultra violet. Sebagian dari tinta berbasis air sama sekali tidak mengandung
solven sehingga emisi yang dibuang ke udara amat kecil.
Faktor ini kini semakin penting sejalan dengan semakin ketatnya undang-undang pencemaran
udara, terutama bagi pencetakan rotogravure konvensional yang masih menggunakan tinta berbasis
solven. Berdasarkan kenyataan tersebut, dewasa ini semakin banyak percetakan beralih pada tinta
berbasis air, walau penggunaan tinta ini mensyaratkan penggunaan teknik yang tepat dalam
8
Mengoptimalkan performance dari mesin cetak berarti mencetak dengan kecepatan tinggi,
cetakan yang bersih, penge ingan dan pembersihan yang singkat, warna yang kuat, serta penanganan
tinta secara minimal.
Jenis tinta berbasis air kini tersedia untuk hamper semua bahan, termasuk bahan yang tidak
berpori, sehingga hanya sedikit sekali jenis cetakan yang tidak dapat memanfaatkannya.
Untuk memenuhi persyaratan kecepatan mesin tersebut, saat ini telah diciptakan mesin fleksografi yang
8
mencapai kecepatan hingga 600 mpm (untuk web web) dan hingga 150 mpm untuk narrow web dengan
resolusi cetak hingga 175 ( dengan digital printing)
Mesin flexo wide web saat ini menggunakan teknologi central imprssion sehingga material yang melar
dapat dikerjakan dengan baik. Contoh PE untuk popok bayi, softex, tissue dan kemasan schrink wrap)
9
Page
9
II. Membuat Pisau Pon/Ril/Embosing dan Foil
A. Deskripsi
Dalam pembahasan ini akan di jelaskan beberapa definisi tentang teknik mencetak pon,ril, dan
emboss, dengan menggunakan mesin cetak degel dan mesinvcetak silinder. Untuk lebih detail, disini
akan diterangkan sedikit tentang teknik tersebut.
1. Pon / stans / menebuk
Mengerat atau memotong kertas dan karton yang tidak dilakukan dengan mesin potong dapat
dimasukkan dalam kategori kerja stans. Bentuk yang dipotong sangat tidak beraturan, dapat persegi
atau berliku-liku. Untuk dapat memotong pada mesin cetak, acuan cetak stans harus ditutup dalam
bingkai. Acuan stans / pon oleh penyusunan huruf dapat dibuat dengan garis stans dalam bentuk persegi
ataupun dalam bentuk berliku.
2. Menggaris lekuk atau mengeril
Kertas tebal atau karton apabila dilipat secara biasa sangat sulit dan pada punggung lipatan akan terjadi
punggung yang retak - retak atau pecah - pecah serta timbul serabut. Terutama pada kertas karton seni
atau kertas karton yang dioles atau dilapisi dan dilicnkan. Maka untuk menghindarkan hal tersebut
diatas, perlu dilakukan pelipatan dengan jalan mencetak lekukan, atau mengeril pada kertas karton yang
akan dilipat itu.
3. Pekerjaan emboss atau mengeprig
Cetak emboss disebut juga cetak timbul dengan cara pengeprigan berarti mencetakkn suatu acuan
dengan memerlukan tekanan yang agak besar agar hasil cetakan yang dapat menonjol keatas dengan
tidak menggunakan tinta. Cetakan yang didapat berupa tonjolan kertas yang dicetak antara perkawinan
klise jantan dan klise betina.
Uraian materi
B. PEMASANGAN PISAU PON PADA ACUAN CETAK
Untuk dapat menebuk pada mesin
cetak acuan tebuk harus ditutup dalam bingkai.
Acuan tebuk itu oleh peserta diklat dapat dibuat
dengan garis tebuk dalam bentuk persegi
ataupun dalam bentuk berliku. Garis stans
(tebuk) diukur dengan penggaris augustijn (baca
: Agustien), panjangnya disesuaikan dengan
contoh,dapat diperoleh dalam berbagai ukuran
panjang kelipatan augustejn, tebal 2atau 3
point (baca pen) dan dengan gambar yang
sangat tajam. Bila ukuran yang dikehendaki
sudah dihitung, maka pisau tebuk dipotong
dengan mesin potong timah.
Pisau ini terbuat dari baja keras dan tingginya kurangsedikit dari tinggi huruf (ukuran Belanda).
Agar bila dikerjakan bersamaan dengan pencetakan menggunakan tinta, dapat mencegah kerusakan
pada rolhuruf. Untuk mencegah terjepitnya potongan - potongan kertas diantaragaris- garis tebuk, maka
dalam acuan turut ditutup dengan alat pembuang berpegas yang ukuran dibuat dalam perusahaan
khusus. Diatas lembaran multiplek digambar bentuknya menurut contoh, lalu digergaji dan celah - celah
penggergajian diisi dengan ban baja lenturyang telah diasah tajam. Semua bagian yang tergergaji lepas,
direkat, dan bersama ban baja tadimerupakan satu - kesatuan yang disebut pisau papan. Diantara garis -
10
garis diatas kayu dilekatkan karet busa yang melebihi tinggi direkat dan bersama ban baja tadi
merupakan satu kesatuan yang dipon atau tebuk, sehingga kertas tidak tertinggal diantara garis - garis.
Page
Pisau pons ini oleh pabrik dapat pula dibentul menjadi berbagai macam stempel atau menurut
kebutuhan yang tinggi pisaunya lebih rendah sedikit dari pada huruf. Peserta mata diklat hanya dapat
memoersiapkan pisau pon yang lurus - lurus saja. Bila pemotongan sudah berbentuk rimit , pisau pon
dibuat di pabrik (contoh untuk pemotongn puzzle dsb). Untuk memungkinkan pemotongan kertas /
karton dengan garis - garis baja yang tajam, sebagai bantalan digunakan lembaran logam yang lebih
lunak dari baja acuan tebuk.
10
C. PEMASANGAN GARIS RIL UNTUK PELIPATAN
Dengan menggaris lekuk /ril terlebih dahulu akan diperoleh lipatan yang rata dan tajam pada
macam - macam karton yang sulit untuk dilipat secara biasa. Terutama pada karton cetak seni yang
dilicinkan, pengerilan sangat diperlukan, untuk menghindarkan pecahnya lapisan kapur waktu melipat.
Melipat karton tebal, meskipun telah diril hanya akan berhasil baik bila arah serat sejajar dengan lipatan
untuk membuat garis lekuk tergantung dari tebal karton, diperlukan garis kuningan jenis halus atau jenis
tebal dari 2 point, dipasangkan lebih panjang dari pada panjang lipatan.Pemasangan ril ini bisa 2 / 3buah
atau menurut kebutuhan. Untuk garis ril yang panjang bisa dopotongkan dari garis baja setebal 2 point
buatan RRC. Garis - gari ini diatur dalam bingkai diatas meja penutup. Jarak garis satu dengan lainya
reglat, besarnya jarak antara garis ditepatkan seuai dengan contoh, Ruang - ruang kosong diluar garis
dipenuhi dengan wit – wit alumunium dan wit besi, kemudian dipasang kunci penutup. Rongga - rongga
kecil diisi reflet interlini dan karton kemudian acuan dikunci dan dimasukan ke mesin cetak.
Klise Jantan
Acuan cetak yang dibutuhkan terdiri dari 2 klise yaitu stempel (gambar yang melekuk kedalm
disebut juga klise betina) dan Patris (gambar yang menonjol disebut juga klise jantan). Maka dari itu
acuan cetak emboss dengan detail yang rumit-rumit seperti gambargambar relief tentulah dikerjakan di
pabrik. Karena menghasilkan relief yang timbul, maka cetak emboss atau pengeprigan disebut juga cetak
relief, disebut juga cetak timbul dan mempunyai nama lain yaitu cetak buta, karena tidak menggunakan
rol tinta atau tanpa penintaan. lise betina (stempel-nya) yang memempunyai gambar lekuk ke dalam
dibuat pada sebilah lempengan papan kayu yang sebelumnya dibuat gambar diatas papan tersebut.
Kemudian gambar itu dikerat atau dipahat sehingga membentuk suatu acuan cetak dengan gambar yang
melekuk kedalam. Dengan memperbaiki cungkilancungkiln kayu melalui pahatan-pahatan yang
diperhalus maka sudah siaplah acuan cetak betina atau stempel, yaitu salah satu acuan cetak untuk
pekerjaan emboss. Untuk selanjutnya maka kita akan menyiapkan patris atau cetakan lawan dari acuan
cetak betina ini yang disebut juga sebagai acuan cetak jantan. Untuk mempersiapkan acuan cetak
jantan, maka terlebih dahulu memberihkan degel dengan spiritus. Selanjutnya dengan perekat yang
mengandung sedikit air direkatkan karton manila setebal + 1/2 mm, ukurannya lebih besar sedikit
daripada stempelnya pada degel. Dua bagian kpur btu (gips) dn tig bgian kapur diaduk, lalu dicampurkan
larutan gom arab kedalam adukan, sehingga terjadi campurn seperti bubur yang cukup kental. Lapisan
campurn itu kira-kira setebal 3 mm diratakan diatas karton. Semuanya itu kemudian ditutup dengan
kertas utra dan dioles sedikit minyak untuk mencegah bubur menempel pada stempel.
11
Klise betina ditutup pada bingkai dan dicetakkan tepat pada lapisan bubur dengan tekanan
cetak berangsur-angsur dari tekanan ringan ke tekanan cetak berangsur-angsur dari tekanan ringan ke
Page
tekanan berat. Dalam pada itu bubur yang ditutup dengan kertas sutra tadi tertekan ke dalam bagian-
bagian stempel yang mendalam dan terbentuklah suatu gambar cetak lawan (patris) dari stempelnya.
Pekerjaan ini disempurnakan dengan menambah bubur pada bagian-bagian yang kurang tajam, jangan
lupa tutup lagi dengan kertas sutra, bila ketajaman sudah cukup, maka mesin didiamkan dalam keadaan
11
mencetak dan disiamkan sampai bubur patris mengering. Bubur yang tak terpakai di pinggir-pinggir
patrisi dibuang. Selesailah sudah pembuatan acuan cetak emboss.
Tes Formatif
1. Jelaskan alat dan bahan yang digunakan untuk persiapan cetak ril!
2. Jelaskan cara menyiapkan acuan cetak pon secara sederhana!
3. Jelaskan yang dimaksud dengan pekerjaan pon!
4. Pekerjaan apakah yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum membuat patris untuk
emboss?
5. Jelaskan pengertian cetak emboss berikut ini :
a. Cetak buta
b. Cetak timbul
c. cetak relief
6. Jelaskan pekerjaan yang harus dikerjakan pada mesin degel dan mesin silinder!
7. Sebutkan jenis-jenis cetakan ril, cetak pon dan cetak emboss masing-masing 3 buah!
12
Page
12
III. CETAK SARING / SABLON
Sejarah Cetak Saring
Yuzenzai Miyasaki (1654-1736)
Zisukeo Mirose (1822-1890)
Samuel Simon (1907)
A. Pendahuluan
Cetak saring yang juga dikenal cetak sablon atau dalam bahasa Inggrisnya screen printing atau serigrafi
adalah suatu kegiatan cetak mencetak menggunakan saringan sebagai acuannya. Bahan saringan berupa
kain sutera atau sejenisnya yang di bentangkan pada bingkai kayu.
13
B. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam ruang cetak saring.
Ruang yang digunakan untuk mencetak harus mendapatkan penerangan yang cukup supaya
tidak terjadi misregister atau mencampur warna yang berbeda. Ruang ini harus mempunyai
ventilasi yang baik dan jika mungkin bebas debu. Jika screen yang akan digunakan akan dicuci
untuk digunakan lagi, maka harus ada kran yang mengalir yang cukup banyak. Jarak dari satu
tempat ketempat yang lain sebaiknya tidak terlalu jauh.
KETERANGAN
A. TINTA
B. RAKEL
C. IMAGE
D. NON IMAGE
E. FRAME/BINGKAI
F. IMAGE TERCETAK
a. Sarana yang diperlukan dalam cetak saring :
A. Peralatan Pokok :
1. Screen : memindahkan gambar/model yang akan dicetak dan sebagai tempat tinta.
Jenis dari kain screen ada bermacam-macam :
I. Kain Sutera
II. Kain Monofilament
III. Kain Multifilament
IV. Kain Polyester
V. Kain Nylon
b. Warna Kain Screen :
1. Putih
2. Kuning
3. Merah (orange)
Merk/Nama Screen :
14
1. Nytal
2. Nybolt
Page
3. Polymon
4. Estal mono
5. Monoprint
6. Saati
c. Syarat-syarat screen :
14
Memiliki daya lentur
Anyaman Kain tidak bergeser
Tahan terhadap bahan kimia
Tahan oleh gesekan
Tahan air panas
Diameter benang kecil
Mempunyai bermacam ukuran kerapatan
Mudah dibersihkan
d. Pedoman pemakaian screen :
Pedoman pemakaian screen disesuaikan dengan bahan yang akan dicetak, misalnya sbb. :
T.55 = untuk mencetak handuk dan karung
T.62 = untuk mencetak tinta timbul pada kaos/ floating pasta
T.77 = untuk mencetak kaos dan spanduk
T.90 = untuk mencetak badge, kain, cetak timbul pada kaos dengan motif halus
T.120 = untuk mencetak karton, seng, kayu, kulit, brons emas
T.150 = untuk mencetak kertas motif blok, imitasi, mika, stiker
T.165 = untuk mencetak plastik dan kertas
T.180 = untuk mencetak plastik dan kertas halus
T.200 = untuk mencetak halftone (raster)
Keterangan : ’T’ diartikan sebagai Type kerapatan lubang pori-pori misalnya, T.200 = terdapat
200 lubang/cm persegi
2. Rakel (Squegee)
Rakel berguna untuk menekan tinta dari screen ke bahan cetak sambil di tekan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dari rakel adalah:
Bahannya
Kekerasan bahan
Ukurannya
Bentuk ujung rakel : pinggiran persegi,ujung bundar, satu sisi miring, dua sisi miring, dua sisi
miring dengan ujung datar, sisi bulat.
Panjang rakel sebaiknya 5 cm. lebih panjang daripada bahan yang akan di cetak.
e. Bentuk permukaan rakel :
1. Bentuk permukaan persegi (tumpul rata).
2. Bentuk ujung bundar.
3. Bentuk satu sisi miring (tajam tepi).
4. Bentuk dua sisi miring (tajam tengah)
5. Bentuk dua sisi miring dengan ujung datar
6. Bentuk sisi bulat
Perawatan rakel : Tinta harus dibersihkan dari rakel setiap kali setelah selesai mencetak.
f. Jenis pemakaian rakel :
1. Rakel untuk mencetak tinta dasar minyak
2. Rakel untuk mencetak tinta dasar air.
g. Pemakaian Rakel untuk memperoleh hasil yang
15
maksimal sbb. :
1. Sudut Rakel
Page
2. Arah (gerak)
15
h. Meja cetak
Meja cetak berfungsi sebagai sarana untuk mencetak dan meletakkan bahan yang akan dicetak.
Daun mejanya dari kaca, meja dipasang khusus untuk cetak sablon dengan kedudukan engsel
penyekat (catok) sejajar dengan permukaan kaca.
i. ALAT PENUNJANG CETAK SARING
Bantalan Pengalas
Water Sprayer/semprotan air
Kaca Penekan
Hairdryer
Penggaris/Emulsion coater
j. Obat afdruk basis air yang digunakan antara lain:
Ulano TZ, TZD
Autosol WR
Diazol TZ
Saati plus, saatipol 2090
Photosol TZ
Bentuk Bahan afdruk :
Pasta
Serbuk
Lembaran Film
C. BAHAN KIMIA CETAK SARING
k. Bahan Afdruk
Bahan afdruk berfungsi untuk menutup screen pada bidang bukan gambar.
Nama-nama bahan afdruk antara lain :
Obat afdruk basis minyak yang digunakan antara lain :
a. Ulano 133, 569, QFX, RLX, FX 88,QTX,TXD,CDF.
b. Autosol 2000,3000,5000,Fast, Autosol II Pluss, Capillex.
c. Super xol 188, Photosol 199
d. Diazol Photo emulsion, Diazol SL.
e. Saatigraf 3003, Pro/cap Cappilary film
f. Chromatin
a. Pasta
Page
b. Serbuk
c. Lembaran Film : CDF, Capilex, Pro/cap capil film.
Bahan Penguat
a. Screen lack
16
b. Retusir lack
c. Ulano X
d. WR Hardener
e. Diazol Hartermittel
f. Saati catalyst
Faktor yang menyebabkan perlunya bahan penguat :
a. Salah pemakaian obat afdruk
b. Pekerjaan yang berulang-ulang
c. Efek pemakaian bahan penguat
1. BAHAN CUCI /PENGHAPUS
Nama-nama bahan penghapus antara lain :
a. Ulano 4
b. Ulano 5
c. Super xol 3
d. Diazol Remover
e. Seistrip
2. BAHAN KIMIA LAIN
Nama-nama bahan kimia lain antara lain :
a. Ulano 6, Super xol 9, Blue filler, Diazol filler, Saati filler
b. Ulano 8, Haze Remover
c. Ulano 23, autoprep
d. Ulano 3, Saati cleaner
3. Tinta kaca/gelas
a. Royalguard SJ ---> Retarder SJ+catalyst
Page
1. Screen yang telah diafdruk, dijepitkan pada catok yang berada di meja cetak sablon. Bagian
permukaan screen merapat pada kaca meja sablon. Bagian permukaan screen merapat pada
Page
kaca meja sablon. Screen yang akan disablonkan diteliti lagi, mungkin ada yang lubang-lubang
kecil di tepi gambar. Jika ditumukan lubang-lubang kecil di tepi gambar. Jika ditemukan lubang
kecil tesebut, Jika ditemukan lubang kecil tersebut, tutup lubang kecil tersebut dengan obat
afdruknya untuk basis air atau untuk basis minyak dengan filler (contoh : ulano 6).
18
2. Untuk tahap pertama penyablonan kertas ini, bahan tinta cetak yang digunakan dengan
pengencer M3/R3 dimana cara mencairkannya tidak boleh terlalu encer maupun terlalu kental.
Akibat pencairan tinta yang terlalu encer akan menyebabkan tinta menjadi tidak tajam tercetak
pada kertas (mblobor). Dan jika pencairan tinta terlalu kental akan membuat tinta menyumbat
gambar klise screen.
3. Tuangkan tinta tersebut ke bagian dalam screen. Perhatikan jangan sampai larutan mengenai
gambar atau pola screen. Turunkan screen hingga rapat dengan meja cetak.
4. Gunakan rakel ubtuk menyaput tinta di atas screen tersebut dari arah atas menuju bawah.
5. Angkat screen kembali dan saputkan tinta dengan rakel kembali ke bagian atas.
6. Setelah kaca pada meja kerja tercetak sesuai pola atau gambar yang terdapat pada screen,
taburkan tepung tapioka/bedak pada gambar di atas kaca tersebut.
7. Perhatikan dengan sungguh-sungguh dan telitilah gambar yang telah tercetak dan mengering di
atas kaca meja kerja. Pastikan hasil sablonan tersebut sesuai dengan yang diinginkan. Jika
terdapat kesalahan atau hasil yang kurang bagus, segera perbaiki screen.
8. Gambar yang tercetak di atas kaca meja kerja tersebut dijadikan patokan atau pedoman
penentuan pekerjaan sablonan yang akan dilakukan. Disini yang dimaksud dengan pemasangan
anleg.
a. MENYABLON KAIN
1. Setelah pengafdrukan selesai, gambar atau pola di atas screen di tursir kemudian
dikeringkan dan dijemur 30 menit terlebih dahulu sebelum digunakan untuk
menyablon.Hal ini harus dilakukan, karena pada umumnya tinta kain atau tekstil
tersebut dapat larut dengan air, karena bersifat water based yang berarti dapat
diencerkan dan dibersihkan dengan menggunakan air.
2. Tuangkan tinta secukupnya, kemudian saput tinta dengan menggunakan rakel.
3. Kain sablonan dipanaskan 120 derajat celcius selama 3 menit dalam oven pengering
atau dapat pula dipanaskan dengan jalan diseterika. Hal ini agar tinta kain tidak
lunturdan beberapa jenis tinta kain, dapat tinta mengembang sehingga desin gambar di
kain akan terlihat semakin menarik. Jika dilkukan menggunakan seterika maka seterika
panas tersebut cukup ditindihkan pada gambar kain, dan tidak perlu digosok-gosokkan
layaknya orang yang tengah menyeterika kain agar terlipat rapi.
b. MENYABLON SENG
Menyalon logam seng juga mudah dilakukan. Hanya yang perlu diperhatikan adalah ketelitian
disaat mengerjakannya, terutama pada sudut-sudut atau pinggir seng jangan sampai mencuat
karena dapat mengakibatkan robeknya kain screen. Cara menyablon seng sebagai berikut :
1. Semprot permukaan seng dengan cat warna putih (sesuai pesanan). Pengecatan seng tidak
boleh dengan kuas, karena hasil pengecatannya tidak akan merata dengan baik.
2. Mengingat bahan yang disablon ini logam, maka dibutuhkan alat pembantu ukuran atau
patokan yang kedudukannya sama tinggi. Di bawah screen di beri landasan yang dilengketkan
19
pada kaca meja, aga benda yang disablon hasilnya tidak mblobor (mengembang).
Page
19
c. MENYABLON GELAS
Teknik sablon tidak hanya dilakukan pada bidang-bidang yang datar saja. Benda-benda yang
berbentuk tidak datar, semisal gelas, dapat juga diterapkan teknik cetak ini, sehingga gelas
tersebut akan tampak semakin menarik dan pada gilirannya semakin mempunyai nilai jual yang
tinggi sehingga secara tidak langsung membuka pangsa pasar dan tenaga kerja terserap
karenanya.
Menyablon gelas memerlukan teknik serta keterampilan yang khusus, mengingat kekhususan
bahan yang akan di sablon tersebut.
Cara mencetaknya sangat BERBEDA bila dibandingkan dengan cara mencetak benda-benda yang
datar. Penyablonan pada gelas ini dilakukan dengan cara di transfer(memindahkan gambar dari
yang satu ke benda yang lain) dengan menggunakan kertas tipis khusus.
Cara yang digunakan untuk mencetak gelas adalah cat oven yang tebal, sementara screen yang
digunakan berukuran T.60 sampai T.90. Adapun cara menyablon gelas, adalah sebagai berikut :
1. Lapisi kertas tipis khusus secara merata dengan vernis yang bersifat larut minyak. Pelapisan
dapat dilakukan dengan cara di sablon.
2. Setelah kering, tambahkan ghom diatas lapisan vernis.
3. Sebagai contoh, gambar yang akan disablon, terdiri dari 4 warna, yaitu : Kuning, Merah, Cokelat
dan Hitam. Adapun urutan penyablonan warnanya adalah :
- Pertama : sablonkan warna kuning.
- Kedua : sablonkan warna merah.
- Ketiga : sablonkan warna coklat.
- Keempat : sablonkan warna hitam.
Perhatikan , teliti, dan berhati-hati dalam menyablon warna tersebut, agar hasilnya memuaskan.
4. Kertas yang telah disablon, dimasukkan ke dalam air, kemudian dimpelkan pada gelas.
5. Tariklah kertas itu perlahan-lahan sambil memegang gambarnya, agar gambar tidak terkoyak.
Keringkan gelas tersebut kemudian di oven
d. MENCETAK PLASTIK
Menyablon kantong plastik, misalnya kantong plastik tempat roti, gula, kopi, tepung, aneka
produk makanan jadi maupun olahan dan lain-lainnya juga harus diketahui caranyamengingat
produk sablonan tersebut sangat mudah ditemui dalam kehidupan sehari-hari, yang
menandakan bahwa jenis sablonan ini laku untuk dipasarkan.
Kantong plastik umumnya memakai plastik P.P. oleh karenanya, cat yang digunakan juga harus
tinta P.P. dimana umumnya cat itu merk Fine ink pengencer terpin sebagai pengencernya.
Pemilihan tinta sablon harus memperhatikan hal-hal :
- Cepat kering.
- Hasil cetakannya tajam serta mengkilap.
- Tahan terhadap minyak, karena adakalanya plastik sablonan tersebut digunakan untuk tempat
produk makanan yang berminyak.
Mengingat cat sablon untuk plastik P.P. tersebut cepat kering, jadi cara mengerjakannya harus
cepat dan tepat. Dan juga karena jumlah kantong plastik yang disablon biasanya sangat banyak,
maka dibutuhkan rak pengering yang dapat disusun, agar hasil sablonan dapat tersusun rapi
20
1. Bersihkan dahulu kantong plastik sebelum disablon, agar tidak ada minyak atau kotoranyang
lain yang melekat pada plastik tersebut.
2. Sablonkan tinta ke atas kaca meja cetak, lalu taburkan dengan tepung kanji atau bedak talk.
3. Pada waktu mengangkat screen, harus cepat-cepat menyaputkan tinta yang ada di bawah itu ke
atas,agar gambar yang ada di screen tertutup oleh tinta, karena tinta plastik P.P. cepat kering.
20
4. Lakukan penyablonan dengan menggunakan patokan gambar yang ada diatas kaca meja cetak.
5. Kantong plastik yang sudah dicetak diletakkan di atas rak, kemudian di tumpuk ke atas.
21
Page
21
IV. CETAK OFFSET LEMBARAN
A. DESKRIPSI
Prinsip cetak offset yang dimaksud adalah cetak offset basah, yang mengembangkan
prinsip cetak datar (direct penting) yaitu dengan adanya tolak menolak antara air dan tinta.
Pengalihan tintanya bersifat tidak langsung, yaitu lapisan tinta pada acuan /pelat akan
dialihkan kebahan cetakan dengan melalui media perantara yaitu silinder blanket (silinder
kain karet) kejadian pengalihan tinta yang tidak langsung ini yang menjadi dasar disebut
offset. Istilah offset (dari kata set off yang bearti berahi).Peralatan cetak offset dalam proses
cetaknya menggunakan tiga jenis silinder yaitu silinder plate, silinder blanket, dan silinder
impression. Lapisan tinta yang melekat pada permukaan pelat bergambar, pindah ke
permukaan blanket baru kepermukaan kertas.
Dalam proses pencetakan akan terlihat gambar terbaca pada pelat, sedangkan pada
blanket gambar menjadi tidak terbaca, kemudian pada kertas menjadi terbaca, sehingga pada
di lewati rol air bidang tersebut akan bersifat menolak air yang mengakibatkan gambar tetap
kering dan memungkinkan dapat menarik tinta, sifat ini disebut Oleophylic..
Sebaliknya bagian pelat yang tidak bergambar, pada saat di lewati rol air bidang tersebut akan
bersifat menarik air yang mengakibatkan bidang tersebut selalu lembab dan memungkinkan
tinta cetak selalu di tolak, sifat ini disebut hidrophylic.
Pada prinsipnya cetak offset semua sama yaitu terdiri dari 5 unit utama sebagai berikut:
1. UNITPEMASUKAN
Sistem pemasukan kertas pada mesin cetak offset ada 2 macam yaitu:
1.1 Sistem Pemasukan Pnematis.
Yang dimaksud dengan pemasukan pnematis adalah kertas yang dilakukan dengan menggunakan
pipa penghisap dan peniup yang dihubungkan dengan kompresor. Angin hisap ini berfungsi mengambil
lembaran kertas yang paling atas dari tumpukan kertas pada meja tumpukan, sedang angin tiup
berfungsi melepaskan lembaran-lembaran kertas dilapisan atas agar tidak lengket satu sama lainnya,
sehingga pada waktu diambil oleh pipa penghisap hanya satu lembar saja yang terambil. Sistem
pemasukan pnematis juga dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
1) Sistem pemasukan lembar tunggal
Disebut pemasukan lembar tunggal oleh karena pemasukan kertas dilakukan satu persatu
artinya bila lembaran kertas yang paling atas diambil oleh pipa penghisap dan sudah masuk ke
meja pemasukan secara keseluruhan, maka lembaran kedua oleh pipa penghisap dan setelah
lembaran kedua masuk ke meja secara keseluruhan maka lembar ketiga baru diambil oleh pipa
penghisap, demikian seterusnya sampai lembar terakhir.
2) Sistem pemasukan susun sirih
Disebut pemasukan susun sirih oleh karena kertas masuk ke meja pemasukan bagaikan susun
sirih yang artinya lembaran kertas dari tumpukan kertas ke meja pemasukan menyusul yaitu
lembar yang paling atas baru masuk ke meja pemasukan separuh permukaan sudah disusul
lembaran kedua, lembar kedua baru masuk ke meja pemasukan separuh permukaan sudah
disusul lembar ketiga, demikian seterusnya sampai lembar terakhir. Kelebihan dari sistem
pemasukan susun sirih adalah kecepatannya lebih tinggi di bandingan dengan kecepatan lembar
tunggal.
22
Yang dimaksud pemasukan friksi adalah pemasukan kertas yang dilakukan dengan rol karet atau
rakel yang dapat menggeser kertas ke depan. Pemasukan kertas seperti ini tidak akan terdapat angin
tiup dan angin hisap. Biasanya pemasukan kertas seperti ini terdapat pada mesin-mesin duplikator yang
22
tidak dilengkapi dengan penepat samping atau depan, pengeluaran kertasnya juga berkerja dengan
sistem roda.
Kelemahan sistem pemasukan friksi adalah terbatasnya jenis kertas yang dapat di cetak. Untuk
kertas-kertas yang licin maupun kertas NCR sangat sulit dilakukan pencetakanya. Hal ini dikarenakan
roda penggaruk kertas akan sulit membawa kertas yang licin dan akan selalu membekas pada NCR.
2. UNIT PEMBASAHAN
Cetak offset merupakan teknik cetak datar, karena bagian mencetak dan bagian tidak mencetak
pada permukaan acuan cetak (pelat cetak) sama datar/tinggi. Cetak offset juga merupakan pemanfaatan
sifat tolak menolak antara air dan lemak (tinta). Oleh karena bagian yang mencetak dan bagian yang
tidak mencetak pada acuan sama tinggi maka adanya unit pembasah menjadi syarat mutlak (harus ada)
untuk dapat membedakan bagian yang menarik tinta dan bagian yang menolak tinta. Hal ini dapat
terjadi karena sifat permukaan acuan /pelat dibedakan menjadi bagian mencetak bersifat menarik tinta
dan menolak air, sedang bagian tidak mencetak bersifat menarik air dan menolak tinta. Dengan
demikian fungsi rol-rol air pada unit pembasahan adalah menjaga agar bagian yang tidak mencetak pada
permukaan pelat selalu dalam keadaan lembab, sehingga penolakan tinta tetap dapat berlangsung
dengan baik.
Jika diamati, tidak hanya tinta yang dialihkan ke kertas tetapi juga air. Secara awam air memang
tidak terlihat, tetapi secara teknis air pada pelat juga dialihkan ke blanket selanjutnya ke permukaan
kertas. Dengan demikian akan berlangsung pula proses pemisahan antara air dengan tinta, tinta cetak
secara terus menerus pada permukaan pelat cetak sesuai dengan fungsinya masing-masing. Tetapi ada
kalanya pembagian tugas air dan tinta tidak tidak berlangsung semestinya, sebab bagaimanapun juga
ada dua macam zat yang berbeda itu akan cenderung mempengaruhi satu sama lainnya, apalagi bila
perbandingan keduanya tidak seimbang pada permukaan pelat cetak. Gejala ini dapat kita lihat antara
lain terjadinya noda-noda pada bagian yang tidak mencetak atau adanya lapisan warna tipis yang
terapung pada permukaan air yang berada di bak air yang di berikan pada pelat berlebihan. Untuk
mendapatkan hasil cetakan yang baik, dalam arti ketebalan tinta cukup dan warnanya stabil pada cetak
offset, maka harus senantiasa diusahkan agar keseimbangan air dan tinta tetap terkontrol dengan baik.
Sistem pembasahan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
2.1 Sistem Konvensional
Sistem pembasahan ini menggunakan rol karet yang dilapisi dengan kain multon dan letak rol-
rolnya berdiri sendiri, tidak ada hubungan langsung dengan rol tinta. Karena itu susunan unit
pembasahan terdiri dari : bak air, rol baik air, rol jilat air, rol pembagi air, dan rol penghantar air.
Pada umumnya rol-rol unit pembasah dibagi menurut tugas dan fungsinya masing-masing yaitu :
Bak air : berfungsi penampung air
Rol bak air : berfungsi meneruskan air dari bak air ke rol jilat air
Rol jilat air : berfungsi mengambil air dari rol bak air dan
meneruskan ke rol pembagi air
23
23
tinta tergantung dari kontruksi peralatan tinta, ukuran pelat cetak, dan jenis kerja yang dilakukan mesin
cetak yang bersangkutan.
Untuk penghantaran dan pengakutan tinta yang baik, rol-rol tinta harus mempunyai permukaan
seperti beludu (tidak mengkilap) serta mempunyai kekenyalan yang tepat dan dan stabil sesuai dengan
fungsinya.Derajat kekenyalan (kekerasan) karet dinyatakan dengan ukuran Amerika, dibagi dari 0-100
derajat shore, yang angka seratusnya menunjukan kekenyalan/kekerasan terbesar.
Contoh kekenyalan rol rata-rata adalah sebagai berikut
a. Rol hantar : 25-27 derajat shore
b. Rol jilat : 30-37 derajat shore
c. Rol angkut : 35-37 derajat shore
d. Rol bagi : 40-43 derajat shore
e. Rol pembasah : 20-22 derajat shore
a. Silinder Pelat
Silinder pelat berfungsi sebagai tempat untuk memasang pelat yang akan dicetak. Silinder pelat
24
disini dilengkapi dengan alat penjepit pelat dan alat prngatur naik turunya pelat atau kelurusan
Page
24
Silinder tekan berfungsi untuk menekan kertas ke silinder kain karet agar gambar/tinta yang ada
pada kain karet berpindah pada kertas. Silinder tekan ini dilengkapi dengan penjepit kertas
(griper) yang berfungsi sebagai pembawa kertas yang dicetak.
Proses pencetakannya adalah sebagai berikut : mula-mula gambar cetak/teks dialihkan dari
pelat ke kain karet sewaktu melintas diantara silinder blanket dan silinder tekan yang
memberikan tekanan cetak.
5. UNITPENGELUARAN
Pada mesin cetak offset, unit pengeluaran ini merupakan unit terakhir yang menampung hasil
cetakan. Dalam unit pengeluaran kertas dibawa oleh gripper penjepit kertas lalu kertas itu secara
dirapihkan oleh perata kertas kanan dan kiri, dan perata kertas bagian belakang.
pigmen anorganik sebagai kebalikan dari pigmen organik. Proses mendapatkannya melalui olahan
pabrik.
Page
25
3. Bahan additive sebagai penyempurna tinta yang digunakan
Bahan ini disebut juga dengan bahan penolong. Beberapa jenisnya adalah bahan pengering,
plastizier, anti set-off serta bahan pelarut. Untuk mendapatkan manfaat terbaik dari tinta cetak offset
ini, maka diperlukan keseimbangan antara faktor kecepatan mesin cetak, sifat reologi tinta cetak,
tekanan rol tinta, serta kualitas bidang cetakan atau jenis kertas yang digunakan. Kombinasi yang
seimbang akan menghasilkan proses maksimal dan hasilnya memuaskan. Sekian informasi mengenai
pengertian tinta cetak offset dan sifatnya.
1. Pigmen
Bahan tinta offset haruslah memiliki sifat tahan air, dan pigmen adalah salah satunya. Pigmen
organik, pigmen anorganik, dan pigmen carbon black adalah 3 jenis pigmen yang biasanya
dijadikan sebagai bahan tinta offset.
2. Pigmen Organik
Pigmen organik adalah pigmen yang terbuat dari bahan-bahan seperti tanaman, batu bara, dan
minyak bumi. Bahan-bahan tersebut diolah menjadi suatu material pigmen yang nantinya akan
menjadi bahan tinta offset. Efek yang dapat dihasilkan dari pigmen organik terhadap tinta offset
adalah tinta akan menjadi lebih gampang mengalir dan lebih stabil. Selain itu, pigmen ini ada
dalam bentuk bubuk.
3. Pigmen Anorganik
Pigmen selanjutnya adalah pigmen anorganik. Pigmen anorganik sepertinya merupakan bahan
terkuat yang terdapat dalam komposisi tinta percetakan offset. Banyak kelebihan yang dapat
dilakukan dengan menggunakan pigmen anorganik sebagai bahan pembuat tinta, seperti
mampu bertahan dari bahan kimia serta cahaya matahari yang panas.
4. Pigmen Carbon Black
Pigmen yang satu lagi adalah pigmen carbon black. Untuk mendapatkan pigmen carbon black,
diperlukan aktivitas pembakaran gas alam maupun minyak. Kelebihan yang juga adalah tujuan
dari dibuatnya pigmen carbon black adalah sebagai antisipasi kekurangan warna.
5. Vernis
Vernis sebagai bahan kimia yang kedua adalah bahan pengikat dalam pembuatan tinta offset.
Berfungsi sebagai pengikat antara partikel-partikel pigmen, vernis akan sangat berguna pula
untuk menjadi pengikat bahan pewarna agar gampang untuk dicetak di permukaan bahan cetak.
Ada 2 jenis vernis, yaitu oil based ink dan liquid ink.
6. Oil Based Ink
Oil based ink teksturnya kental, dan komposisi dari vernis yang satu ini adalah minyak dan resin.
Resin sendiri adalah getah yang digunakan dalam vernis sebagai pengikat partikel-partikel yang
dihasilkan dari pigmen sebagai bahan tinta offset.
7. Liquid Ink
Meskipun bukan bahan yang digunakan dalam pembuatan tinta offset, penting pula mengerti
apa itu liquid ink yang menjadi bahan tinta cetak rotogravure. Liquid ink memiliki tekstur cair
seperti air.
8. Additive
26
Yang terakhir adalah bahan yang sangat dibutuhkan untuk membuat tinta percetakan. Bahan
tersebut adalah bahan additive atau yang biasa disebut juga sebagai bahan penolong. Tinta
Page
cetak offset dalam pembuatannya harus ditambahkan bahan-bahan kimia lainnya agar kualitas
dan daya tahan tinta menjadi sangat-sangat baik. Bahan-bahan penolong yang digunakan dalam
membuat tinta percetakan offset adalah bahan-bahan seperti plastizier, bahan pengering,
bahan pelarut atau reducer, dan anti set-off.
Agar tinta menjadi lebih elastis, plastizier diperlukan. Bahan pengering, seperti namanya,
dimasukan sebagai bahan pembuat tinta agar tinta menjadi lebih cepat kering. Yang menjadi
26
penjaga tinta agar tetap stabil saat digunakan di mesin cetak adalah bahan pelarut atau reducer.
Dan yang terakhir, untuk tinta offset, bahan anti set-off menjadi sangat diperlukan untuk
mengurangi terjadinya set-off.
C. Mesin Cetak Web / OFFSET GULUNGAN
Mesin cetak offset gulungan memiliki prinsip perlintasan kertas yang akan dicetak, dilipat, dan
dipotong tetap terbentang dalam satu lembar plano. Hal ini dikarenakan kertas yang digunakan berupa
gulungan.
Beberapa jenis konstruksi dari mesin cetak offset gulungan, adalah sebagai berikut :
1. Sistem Blanket to Blanket
Sistem ini memiliki 4 buah silinder, yaitu dua silinder pelat dan 2 silinder blanket pada tiap
unitnya. Hasil cetakan akan berupa 1 warna pada 2 sisi bahan cetak dengan cara saling
menekankan dua blanket tadi. Sistem blanket to blanket sendiri terbagi atas dua jenis, yaitu:
1. Penghantar Kertas Vertikal
Kertas dihantarkan dengan alat tegak/vertikal. Beberapa contoh mesin yang
menggunakan sistem ini adalah Crabtree, Suburban, Spearhead, dan Urbanit.
2. Penghantar Kertas Horizontal
Kertas/bahan cetak dilintaskan secara mendatar. Mesin-mesin yang
menggunakan sistem ini adalah Roland, Solna, Wifag, Fairchild, Frankenthal, dll.
2. Sistem Satelit
Sistem ini dilengkapi dengan 4 pasang silinder pelat, 4 pasang silinder blanket, dan sebuah
silinder impresion yang diameternya dibuat tiga kali lebih besar dari silinder pelat dan silinder
blanket. Keempat pasang silinder pelat dan silinder blanket akan mengelilingi silinder
impresion. Sistem jenis ini memiliki keuntungan dalam mencetak warna, karena pada saat
pencetakan diantara unit-unit cetaknya, kertas hanya berada pada 1 buah silinder impresion,
sehingga tidak ada getaran kertas yang mempengaruhi keregisteran cetak yang disebabkan
oleh perpindahan kertas diantara unit-unit cetak.
27
Page
Beberapa jenis mesin yang menggunakan sistem satelit adalah Man Haller dan Ha
27
V. CETAK DALAM
A. Prinsip kerja cetak dalam
Pada cetak dalam gambarnya didalamkan ke dalam logam acuan cetak. Bagian yang didalamkan
harus mengalihkan tintapada kertas (atau bahan lain yang dicetaki) sedang permukaan logam yang tidak
digarap harys menghasilkan bagian putih pada cetakan. Dengan sendirinya sewaktu menerima tinta,
tetapi juga permukaannya. Jadi supaya dapat memperoleh bagian putih pada cetakan, setelah
penintaan tinta harus dihilangkan dari permukaan. Ini antara lain berupa ukiran tembaga dan baja serta
etsa.
Pada ukiran (gravur), gambarnya yang terdiri dari garis dan atau titik, diukirkan pada pelat logam
yang datar dan licin. Tergantung dari dalam dan luasnya pengukiran dalam logam, terjadi garis-garis
yang kurang atau lebih dalam, dan yang kurang atau lebih lebar, yang menurut perbandingan dapat
memuat tinta lebih sedikit atau lebih banyak, jadi juga dapat memberikan tinta kepada kertas lebih
sedikit atau lebih banyak. Juga karena kerapatan penggoresan garis terjadi perbedaan nada pada
cetakan, dan perbedaan itu dapat pula terjadi karena lebar dan dalamnya garis.
G
28
Keterangan:
a. Bak tinta
b. Tinta cetak
c. Silinder gravure
d. Bahan cetak
e. Silinder tekan
28
f. Penampang acuan cetak
g. Doctor blade / Rakel
C. Cetak Fotografur
Setelah penemuan fotografi maka pemindahan huruf teks dan gambar ke atas plat dapat
dikerjakan secara foto kimiawi.
Acuan cetak pada cetak fotografur selalu sebuah silinder tembaga.
Proses pembuatan silinder tembaga
Semua yang akan dicetakkan, teks dan gambar, harus dibuatkan film positifnya dahulu dan
kemudian dimontase.
Untuk memindahkan hasil montase itu ke atas silinder dibutuhkan sejenis kertas tertentu (kertas
pigmen).
Pada muka kertas pigmen yang beremulsi (peka cahaya) pertama-tama dikopikan dahulu
selembar raster. Kertas pigmen yang beraster itu dimontase dan setelah disinari, menjadi acuan cetak.
Kemudian kertas pigmen yang telah disinari dipindahkan kepada silinder tembaga. Setelah
pemindahan ini (secara fotografis) menyusul proses etsa silindernya. Proses etsa ini merupaka bagian
tersulit pada proses pembuatan silinder cetak dan dikerjakan beberapa langkah.
Setelah dibersihkan, silinder tersebut sudah siap untuk cetak percobaab. Mungkin hanya sedikit
koreksian dibutuhkan. Pada cetak offset huruf teks tidak diraster dan gambar-gambar terdiri dari ttitik-
29
titik besar dan titik-titik kecil untuk mewujudkan bagian-bagian yang lebih terang.
Pada cetak fotografur seluruh acuan cetak, baik huruf-huruf teks maupun gambar-gambar, dilindungi
Page
(dan karena itu menjadi) raster. Lubang titik-titik punya ukuran yang sama, tetapi kedalamannya
berbeda – titik-titik yang lebih dalam akan menjadi titik-titik yang lebih gelap, dan titik-titik yang kurang
dalam kurang menjadi titik yang kurang gelap atau lebih terang lagi, pada kertas cetakannya.
Keseluruhan silinder harus diselubungi dengan saringan raster untuk membimbing pisau
pembersih ketika membersihkan silinder dari tinta yang berada di luar.
29
Cetak fotogratur, seperti halnya dengan cetak offset, menggunakan cara pemberian kertas
secara lembar demi lembar ataupun secara gulungan.
Proses cetak adalah sama. Silinder pencetak berputar di dalam tempat tinta, yang kemudian
dibersihkan dengan pisau pembersih; kertas (yang harus dicetak) lewat diantara silinder pencetak dan
silinder penekan, dan karena tekanan yang tinggi ini tinta tertekan keluar dari lubang-lubang dan
membekas pada permukaan kertas sebagai hasil cetakan.
Untuk mencetak dalam jumlah yang lebih banyak, terutama untuk pekerjaan-pekerjaan dengan
halaman-halaman yang luas dan tebal, dengan banyak gambar-gambar dan warna-warna, dipakai cetak
rotasi yang menggunakan kertas gulungan.
Terjadinya proses cetak pada cetak dalam sebagai berikut:
Pada bak tinta (a) terdapat tinta yang encer (b). Di dalam bak tinta terdapat silinder gravure (c). Tugas
silinder gravur (c) tersebut mengambil tinta dari bak tinta dan diteruskan ke bahan cetak (d), dantinta
yang tidak terpakai diambil oleh doctor blade (g) dikembalikan ke bak tinta. Silinder tekan (e) akan
membawa kertas gulungan (d) bertemu dengan silinder gravure, dan dengan adanya tekanan dari
silinder tekan terjadilah cetakan pada bahan tersebut.
Teknik cetak rotogravure ini banyak digunakan untuk mencetak kemasan permen, rokok, kotak
karton lipat, alumunium foil, kemasan yang fleksibel, plastik tipis seperti PE, PP, PET, PA, bahkan sampai
mencetak produk-produk dengan tingkat keamanan yang tinggi dari upaya pemalsuan, misalnya pita
cukai, uang, dan surat-surat berharga lainnya.
Proses cetak rotogravure dapat membuat gambar dengan kualitas yang tinggi, kepadatan warna
yang sangat baik, dan bidang padat (solid area) yang baik pula. Proses ini pada umumnya digunakan
untuk mencetak produk dengan jumlah yang sangat banyak (long-run). Pada umumnya, mesin
rotogravure mempunyai 4 – 8 silinder cetak. Masing-masing silinder menghasilkan satu warna. Karena
proses pengerjaan silinder cetak cenderung lama dan mahal, oleh karena itu proses cetak rotogravure
baru menguntungkan kalau untuk mencetak dengan jumlah yang sangat banyak (long run). Majalah
yang diterbitkan di Amerika Serikat yang bertiras jutaan eksemplar yaitu majalah Reader’s Digest dan
National Geographic dicetak dengan cetak rotogravure. Tinta yang digunakan adalah jenis tinta yang
mudah mongering dan biasanya mengkilat serta tahan gesekan. Hal ini disebabkan karena produk-
produk yang dihasilkan sebagian besar bersentuhan langsung dengan tangan, misalnya bungkus
permen, rokok, uang dan lain sebagainya. Berbagai macam varnish dan tinta emas dapat dicetakkan
dengan cetak rotogravure.
E. TINTA GRAVURE
Page
Tinta Gravure harus bersifat non abrasive dan bebas debu. Tinta abrasive dapat digunakan jika
proses percetakan menggunakan doctor blade dan silinder. Tinta gravure mengandung solvent volatile
dan non volatil yang memiliki titik didih rendah,sehingga mudah kering oleh proses evaporasi.
Salah satu jenis tinta gravure adalah tinta rotogravure
30
VI. CETAK DIGITAL
A. Teknik Cetak Digital
Teknologi cetak dewasa ini telah mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Berawal dari
cetak konvensional (CK) berkembang kearah cetak digital (CD) yang hanya mengenal data on (1) dan off
(0) yaitu yang pertama dikembangkan adalah teknologi pembuatan film atau Computer to Film (CTF),
pembuatan pelat atau Computer to Plate (CTP) dan kini telah diciptakan Computer to Print atau Digital
Printing.
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan seakan tidak ada media yang tidak dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kebutuhan manusia. Contohnya adalah untuk cetak digital sendiri yang
telah menggunakan banyak teknologi yang memiliki ciri dan kelebihan sendiri-sendiri seperti fotokopi
termasuk digital printing yang menggunakan teknologi Xeroxgraphy, kemudian ada yang menggunakan
teknologi Magnetography dan Ionography. Teknologi cetak semi digital juga dikembangkan oleh
Heidelberg yaitu Direct Imaging Plate yang telah menggunakan teknologi sinar laser untuk pembentukan
image pada plat khusus yang berupa gulungan.
Dan satu teknologi lagi yang telah dimanfaatkan oleh Hp Indigo yaitu teknologi
Elektrophotography. Teknologi ini dari namanya sudah jelas yaitu elektro atau electron menggunakan
sifat elektrostatis dalam prinsip cetaknya. Baik pelat maupun blangket maupun tintanya dialiri tegangan
elektrostatis untuk menimbulkan gambar pada substraite (bahan cetak). Menurut Herman, sales
manager PT. Samafitro pengertian digital itu sendiri adalah gambar (image) yang tercetak pada media
cetak, diproses langsung dari data digital, dengan kata lain bahwa baik desain, teks maupun gambar
diproses secara elektronis melalui program DTP (desk top publishing). Tidak seperti pada proses cetak
konvensional, disini tidak terdapat proses pra cetak (intermediate prepress process) dari file digital
langsung ke hasil cetak. Dengan kata lain disini memerlukan film, tidak melibatkan mesin separasi film
(Image Setter), tidak ada plate (tidak ada platesetter), tanpa menggunakan chemical, dan juga hamper
tidak ada media cetak yang terbuang (waste). Disamping itu juga proses persiapan cetak yang relative
singkat, karena tidak ada proses “make ready”, tidak ada proses montage pada plat, tidak ada proses
penyesuaian register (register adjustment), dan juga tidak ada penyetelan warna secara manual. Proses
keseluruhannya dilakukan secara digital, dan karena prosesnya sepenuhnya digital maka memungkinkan
untuk mencetak berbeda pada tiap lembarnya, sehingga memungkinkan untuk memberikan informasi
yang berbeda (bervariasi) pada tiap lembarnya.
Cetak digital adalah semua teknologi reproduksi yang menerima data elektronik dan
menggunakan titik (dot) untuk replikasi. Semua mesin cetak yang memanfaatkan komputer sebagai
sumber data dan proses cetak memanfaat prinsip titik; dimana gambar atau image pada material
(kertas, plastik, tekstil dll) tersusun dari kumpulan titik-titik (kertasgrafis.com).
Copier atau mesin fotokopi, dicirikan dengan alat scanner; menghasilkan cetakan turunan
kedua. Mesin fotokopi dapat menggandakan cetakan turunan pertama. Tinta yang umum dipakai
Page
Dalam perkembangan mesin cetak aplikasi digital, dari ke tiga kelompok tersebut berkembang
mesin campuran.
1. Printer Press
2. Press Printer
3. Scanner Printer
Printer Press, sering disebut sebagai alat cetak printer (dokumen turunan pertama) kualitas tinggi baik
hitam putih atau warna. Kecepatan mesin printer mencapai 50 lembar per menit atau lebih, yang
dilengkapi dengan belt untuk mempercepat "delivery" dan menahan kertas dengan efek elektrik statik.
Belt menggantikan fungsi roller yang sering menimbulkan masalah jamming untuk kecepatan tinggi. Alat
printer ini memungkinkan membuat image yang dinamis / berubah pada photoconductor belt atau
drum untuk setiap 50 lembar cetakan. Tak jarang alat printer ini dilengkapi dengan fasilitas penjilidan
dan finishing.
Press Printer,
alat mesin cetak offset press dengan proses pembuatan penghantar image langsung diatas mesin offset
– tanpa proses prepress diluar mesin cetak, yang ditambahkan dengan alat cetak printer pada bagian
akhir untuk memberikan informasi yang dinamis / berubah. Biasanya alat cetak printer tambahan ini
menggunakan teknologi tinta inkjet.
Scanner Printer, alat cetak printer yang dilengkapi dengan peralatan scanner. Mesin cetak ini dilengkapi
jaringan yang berhubungan dengan RIP, raster image processor, memungkinkan untuk melakukan
modifikasi image hasil dari scanning. Jenis informasi adalah dokumen turunan pertama, ini berbeda
dengan mesin copier yang serin rancu karena sama-sama menggunakan peralatan scanner.
32
C. Reproduksi Informasi
Untuk lebih memahami konsep digital printing, maka secara garis besar ada 2 kelompok
Page
reproduksi informasi;
1. Static printing
2. Dynamic Printing.
Static Printing, proses menggandakan informasi yang sama dan tetap dalam jumlah yang besar.
Untuk merubah informasi dari satu hasil cetakan harus mengeluarkan daya upaya, biaya dan jumlah
32
cetakan yang besar yang sebenarnya tidak dibutuhkan. Kita mengacu pada proses cetak tradisional
seperti mesin cetak offset, dimana image carrier yaitu blanket memuat informasi yang sama dan tetap
untuk sejumlah lembar cetakan.
Dynamic Printing, proses menggandakan suatu informasi yang bisa berubah-ubah untuk setiap
lembar cetakan. Kita bisa mengacu pada mesin copier atau fotokopi, yang dapat menggandakan setiap
lembar kertas dengan informasi berbeda tergantung pada informasi yang ingin dikopi. Berdasarkan ciri
dan sifat umum diatas maka dynamic printing banyak ditemukan pada peralatan, metoda dan teknologi
digital printing. Kemampuan memberikan dinamika informasi terkait erat dengan penggunaan file
dan/atau komputer itu sendiri. Komputer merupakan tonggak utama digital printing.
33
Kualitas cetak, kertas dan ukuran dipengaruhi oleh perkembangan teknologi diatas dan sekaligus
mempengaruhi segmen pasar cetak yang ada.
suhu 165° C. Fungsinya adalah untuk mengeringkan tinta yang telah dialihkan ke substrite sehingga
dalam penumpukan warnanya (trapping) baik dan juga untuk menguatkan tinta menempel di subtrait.
Page
34
satu warna separasi (contoh : yellow) dibuat dan dicetak, berikutnya (warna yang berbeda, contoh
magenta) juga akan dibuat dan dicetak pada bagian yang sama.
Hal ini memungkinkan, dikarenakan blanket akan benar-benar memindahkan image/warna
sebelumnya secara keseluruhan, tanpa meninggalkan bekas pada blanket itu sendiri. Single station ini
mempunyai beberapa keuntungan antara lain lebih sederhana, harga mesin yang lebih murah,
ketepatan teknis yang lebih baik yang dapat diterjemahkan antara lain sebagai ketepatan registrasi yang
lebih baik.
untuk diaplikasikan di berbagai macam industri cetak baik untuk komersil maupun industri, seperti pada
Cetak Komersial (Comersial Printer), Cetak Label (Label Printer), Cetak Kartu (Card Printer), dan lain-lain.
Dengan mengaplikasikan system ini memungkinkan untuk mencetak pada bermacam-macam variasi
permukaan media cetak dengan ketebalan (gsm) yang bervariasi, contoh mulai dari bahan kertas, PVC,
PE, PET, BOPP, Teslin dan lain-lain). Terdapat suatu perbedaan yang signifikan antara offset
35
konvensional dengan teknologi offset hp Indigo yaitu karakteristik dari HP ELECTROINK yang akan
sepenuhnya terpindahkan dari blangket ke media cetak tanpa meninggalkan sisa tinta pada blanket (ink
splitting). Hal ini berarti bahwa dalam setiap rotasi atau putaran pada proses cetak, memungkinkan
untuk mencetak warna yang berbeda, dalam hal ini disebut “ on the fly colour switching”.
Gambar. Mesin cetak digital merk. Ultra 720 Lite 8H/
36
Page
36
DAFTAR PUSTAKA
https://solusiprinting.com/pengertian-teknik-cetak-flexografi/
www.sentralindo.com/web/read/291/Teknik-Cetak-Flexography
http://iwowcrew.blogspot.com/2013/05/tinta-cetak-fleksografi.html
sekiolahgrafikadesaputera70.blogspot.com
HS Endro Santoso,”Teknik Cetak Tinggi dan Cetak Dalam”, Semarang, Dirjen Penma
Kemendikbud,2013.
Wasono Antonius Bowo,”Teknik Grafika dan Industri Grafika Jilid 2”, Jakarta, Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan, 2008.
37
Page
37