Anda di halaman 1dari 12

Pengantar Kewirausahaan

KARAKTERISTIK WIRAUSAHA

1. Those to whom things happen (seseorang yang


hanya mampu menerima kejadian tanpa
kepedulian khusus)
2. Those who watch things happen (seseorang yang
hanya mampu melihat dan mengamati suatu
kejadian tanpa mampu berbuat apa2 yang
produktif)
3. Those who don’t even know things are happening
(seseorang yang benar2 naif dan tidak menyadari
keadaan sekelilingnya)
4. Those who make things happen ( seseorang yang
mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
sesuatu, dimana orang lain tidak mampu bahkan
untuk memikirkannya apalagi mewujudkannya

(Louis Gerstner, mantan CEO IBM)

IV - 1
Pengantar Kewirausahaan

Belajar dari Keberhasilan Wirausaha


MOHAMMAD NADJIKH, Sosok Entrepreneur Muda Sukses

Pria kelahiran Gresik, 8 Juni 1962 ini sukses mengembangkan


bisnis seafood dan termasuk salah satu putra terbaik Jawa
Timur serta alumni IPB yang berprestasi. Setelah
menyelesaikan pendidikan SMA di Gresik, Nadjikh memutuskan
mendaftar ke IPB lewat jalur tanpa tes. Akhirnya diterima di
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi
Pertanian. Masa kuliah di IPB diselesaikan dalam tempo 3 tahun 9 bulan dengan
IPK 3,77.

Padahal sejak awal menjalani perkuliahan, Nadjikh dihadapkan pada kondisi


keterbatasan ekonomi orang tua untuk membiayai sekolahnya dan adik-adiknya.
Faktor inilah yang mendorongnya untuk menguatkan tekad dan kerja keras
demi keinginan bisa kuliah, sehingga selain memperoleh beasiswa, sambil
kuliah Nadjikh memberi les privat dan menjadi asisten dosen.

BOENJAMIN SETIAWAN: Pendiri PT Kalbe Farma Tbk

Pendiri dan Komisaris Utama PT Kalbe Farma Tbk, Boenjamin


Setiawan yang akrab dipanggila Dr. Boen dedikasinya bagi
kemajuan industri farmasi nasional tak diragukan lagi. Di
tangan Boen, perusahaan sekelas garasi “disulap” menjadi
grup farmasi terbesar di Tanah Air: PT Kalbe Farma Tbk.
Warta Ekonomi menobatkannya menjadi salah seorang Tokoh
Bisnis Paling Berpengaruh 2005.
Bicara tentang industri farmasi nasional, sulit melupakan Boenjamin Setiawan.
Kecintaannya terhadap dunia farmasi mengantarnya sebagai salah satu tokoh
industrialisasi farmasi modern nasional. Pria yang akrab disapa Dr. Boen ini tak
lain adalah pendiri sekaligus pemilik PT Kalbe Farma Tbk., sebuah grup farmasi
besar yang terintegrasi. Perusahaan farmasi lokal ini ditaksir memiliki aset di
atas Rp5 triliun. Lengan bisnis grup ini meliputi obat-obatan, makanan
kesehatan, bisnis pengepakan, distribusi, pergudangan, dan sarana riset
modern.
Boen memiliki labar belakang akademis, khususnya di bidang farmakologi dan
farmakinetik. Sebelum sepenuhnya menerjuni bisnis, peraih gelar dokter dari
Universitas Indonesia dan Ph.D. bidang farmakologi dari University of
California, AS, ini sempat beberapa tahun menjadi dosen. Sepulang dari sekolah
di AS, ia banting setir, mencoba peruntungan dengan menggeluti bisnis farmasi.
Tepatnya, pada 1966, cikal bakal Grup Kalbe resmi berdiri.
Keberhasilan Grup Kalbe memang tak luput dari kepemimpinan pria kalem ini.
Sebagai ahli farmasi, Dr. Boen paham betul bagaimana perkembangan farmasi
global. Ia terjun langsung mengembangkan jenis obat-obatan maupun makanan
kesehatan Kalbe. Lompatan sukses Grup Kalbe terutama ditopang oleh
kejeliannya membaca ceruk pasar dengan memproduksi dan memasarkan obat
generik.

IV - 2
Pengantar Kewirausahaan

Kesuksesan Kalbe tak membuat Dr. Boen cepat berpuas diri. Kali ini ia kembali
membuat gebrakan lewat langkah merger internal. Tiga perusahaan publik,
Kalbe Farma, Dankos Laboratories, dan perusahaan distribusinya, PT Enseval
Putera Megatrading, dilebur menjadi satu. Boleh jadi ini merupakan aksi
merger internal terbesar yang pernah terjadi di bursa.
Boen tampak cukup cerdik meneropong perkembangan pasar. Merger ini akan
memperkuat posisi Grup Kalbe di industri farmasi nasional. Mereka juga
menciptakan sinergi yang kokoh antar-unit usaha untuk memperbesar pasar, di
samping tentunya menghasilkan efisiensi dalam proses kegiatan usaha.
Di luar itu, Kalbe juga melakukan sejumlah langkah strategis. Mereka
mendirikan PT Innogene Kabiotect Pte. Ltd., sebuah perusahaan riset dan
pengembangan. Kalbe juga menjalin kerja sama strategis dengan Morinaga
untuk mendirikan pabrik susu dengan investasi sekitar Rp 500 miliar. Dengan
sejumlah terobosan inilah maka pantas jika Dr. Boen menjadi tokoh bisnis
tahun ini.

Sumber: http://thesuccesspartner.wordpress.com diakses pada 3 Februari 2011

MOORYATI SOEDIBYO : “KETEKUNAN KERJA PENJUAL JAMU”


Adalah DR. Bra Mooryati Soedibyo, M Hum, yang mungkin
lebih banyak diketahui, cucu Raja Surakarta Susuhunan
Paku Buwono X. Pribadi mandiri yang sejak usia tiga
tahun telah digembleng neneknya, tinggal bersama di
Keputren Keraton. Sebagai wanita pengusaha, Mooryati
adalah produsen berbagai ragam jamu dan kosmetika
tradisonal, plus sekian banyak usaha bisnis lainnya.

Mooryati sangat bersemangat dalam memajukan usahanya. Sesuatu yang wajar.


Bahkan sesungguhnya harus menjadi jati diri setiap pengusaha. Apalagi karena
sifat bisnisnya sebuah produk, menjadi tidak relevan tuduhan menerima
fasilitas. Sebab dalam hal ini, tingkat keberhasilan justru akan tergantung
kepada penerimaan masyarakat pengguna produknya. Sekalipun menikmati
fasilitas berlimpah, banyak produk sejenis juga bertebaran di masyarakat.
Pandangan masyarakat menjadi batu ujian, kualitas produknya baik atau jelek,
punya daya saing atau tidak.

Ada ungkapan klasik. Nabi tidak dikenal di kampungnya sendiri. Tahun lalu.
Mooryati meraih penghargaan dari The Asian Institute of Management (AIM) di
Manila. Philipina. Mooryati terpilih selaku seorang wanita pengusaha. Asia yang
berhasil menerapkan prinsip manajemen modern (meski produknya tradisonal)
dalam bisnis. Penghargaan ini membuktikan, sebagai wanita pengusaha, lewat
penilaian para ahli manajemen Asia, Mooryati terbukti telah berada di jalur
yang benar.”

Mooryati sekarang ini paling tidak tercatat sebagai direktur utama dari empat
perusahaan raksasa. Bisnis utamanya, produsen jamu dan kosmetika tradional,
tetap menjadi andalan. Alumni jurusan bahasa Inggris. Universitas Saraswati
Solo dan pemilik ijazah tingkat V Aliance Francaise ini, pada kenyataannya juga
memimpin perusahaan yang bergerak dalam bidang gedung perkantoran serta

IV - 3
Pengantar Kewirausahaan

hotel berbintang. Malahan bulan lalu, di tengah kinerja berbagai bank merosot,
Mooryati malahan menguasai sebuah bank papan atas. “Ah…tapi bank tersebut
tidak saya beli sendirian. Saya tetap hanya dodol jamu, berjualan jamu saja,”
katanya berkilah.

Roma memang tidak dibangun dalam sehari. Demikian pula kerajaan bisnis
Mooryati tidak tercipta dalam sekejap. Segala macam sukses pada hari ini,
bertolak belakang dengan suasana ketika pertengahan tahun 1973 Mooryati
dengan modal Rp. 25.000,- merintis bisnis dengan meramu sendiri minuman
beras kencur di garasi rumah, bersama dua orang pembantunya. “Saya sengaja
membikin beras kencur, karena paling gampang. Bisa dikerjakan malam hari,
paginya langsung saya bawa ke arisan atau ditawarkan dari rumah ke rumah…”.

Untuk menjamin mutu, bahan bakunya dibeli dari Solo, Jawa Tengah. Masa itu
Mooryati harus pulang balik Jakarta-Solo sekali seminggu naik bis malam,
karena modal terbatas. Dia juga harus membawa uang kontan, karena para
penjual bahan (jamu) belum mengenalnya. “Semuanya saya jalani dengan
ikhlas…”.

Ketekunannya berusaha bisa menjadi teladan. Tanpa menyerah, Mooryati


secara cermat terus mengembangkan industrinya, terus memperluas pasar dan
menapak ke atas. Dua tahun setelah produk beras kencurnya dimasyarakatkan,
dengan pembantu berkembang menjadi sepuluh orang, produknya berjumlah
enam macam. Tetapi baru setelah lima tahun berjalan, dengan karyawan
sekitar 50 orang, produksinya mulai masuk ke salon-salon kecantikan.

Berkembangnya produksi penyebab munculnya konflik situasi. Para


karyawannya harus bekerja sampai malam, mereka ikut tidur di rumah
pribadinya yang sempit di Jalan Sawo. “Privacy keluarga mulai terganggu.” Di
setiap tempat banyak tumpukan botol atau bahan mentah jamu berserakan, di
segala sudut rumah ada orang bekerja. Maka saya segera putuskan, membikin
pabrik di Ciracas. Diresmikan pada tanggal 8 April 1987 oleh Menteri Kesehatan
Soewardjono Soeryaningrat..” Hingga akhirnya tumbuh menjadi perusahaan
besar dengan bendera PT Mustika Ratu.

Berbareng dengan tumbuhnya kesadaran untuk kembali ke alam, jamu dan


kosmetika tradisional buatan Mooryati mulai berkembang pesat. Produksinya
tidak hanya dikonsumsi oleh masyarakat setempat, namun juga telah diterima
luas sejak dari Jepang sampai negara-negara di Timur Tengah. Jamu tradisional
tidak lagi sekedar hanya merupakan industri rumah tangga, melainkan sudah
tumbuh menjadi industri sekaligus eksportir raksasa.

Lahir di Solo pada tanggal 5 Januari 1928, usianya yang sudah mulai senja sama
sekali tidak pernah menyurutkan langkahnya. Mooryati masih selalu tangkas,
setangkas tokoh wayang Srikandi idamannya. Apa resepnya meraih
keberhasilan?

Matanya langsung bersinar. Cepat sekali jawaban Mooryati, “Singkat saja, tekun
dan sabar. Kalau itu bisa dihayati, semua impian akhirnya pasti terwujudkan…”.
’’Iklim bisnis kadang up and down, ini akan menjadi challenge dimana kita
harus bisa survive dan melakukan inovasi yang lebih baik,’’ papar doktor Ilmu
Manajemen Strategik.

IV - 4
Pengantar Kewirausahaan

Kiprah Mooryati Sudibyo sebagai peneliti tumbuhan herbal mampu


menghasilkan minuman herbal yang bermanfaat bagi kesehatan dan telah
banyak digunakan oleh konsumen baik didalam negeri maupun di luar negeri.
Selain itu, di bawah bendera PT Mustika Ratu, dia mampu mengangkat jamu
sebagai warisan budaya asli Indonesia yang telah diakui di dunia.

Sumber: elqorni.wordpress.com dan Kendari News diakses 3 Februari 2011

Karakteristik wirausaha
Ada anggapan yang salah mengenai
seorang wirausahawan. Seringkali
wirausaha dipersepsikan menjadi
monopoli etnis atau suku tertentu. Di
Indonesia misalnya dikuasai oleh etnis
Bugis, Padang atau Tionghoa saja.
Seolah-olah seorang wirausahawan
sukses hanya milik dari suku tersebut.
Atau ada persepsi lain bahwa
wirausahawan sukses hanya lahir dari
orang-orang yang kurang beruntung secara ekonomi atau gagal dalam
bidang akademik.

Sejarah kewirausahaan menunjukkan bahwa wirausahawan di seluruh


dunia tidak terikat oleh etnis, tingkat pendidikan, ataupun gender.
Wirausahawan sukses berasal dari berbagai warga negara di seluruh
dunia, berbagai tingkat pendidikan dari lulusan sekolah dasar hingga
doktor, laki-laki maupun perempuan. Namun demikian, mereka yang
berhasil dalam wirausaha mempunyai kesamaan karakter atau ada
karakteristik umum yang dimiliki oleh mereka. Kemudian pertanyaannya
adalah, apakah karakter seorang wirausahawan sukses itu? Berikut ini
adalah karakter umum yang dimiliki oleh wirausahawan sukses
(Zimmerrer dan Scarborough, 2002) :

IV - 5
Pengantar Kewirausahaan

1. Keinginan untuk berprestasi.


Motivasi utama seorang wirausahawan sukses adalah kebutuhan
untuk berprestasi. Keinginan berprestasi bisa berbentuk membuat
idea atau produk, mengembangkan sesuatu yang baru, atau
membuat sesuatu terjadi. Kebutuhan berprestasi ini didefinisikan
sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang yang
memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan
menjadi tantangan bagi seorang wirausahawan. Wirausahawan
tidak memandang uang sebagai tujuan utama. Tapi uang hanya
sebagai indikator dari tercapainya prestasi.

2. Preferensi kepada risiko menengah.


Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko yang tidak
dapat diperhitungkan. An entrepreneur is neither a gambler nor a
speculator. Wirausahwan bukanlah seperti seorang penjudi
ataupun spekulator. Mereka memilih risiko yang besar namun
realistis bahwa hal itu dapat dicapai. Wirausahawan akan
memperhitungkan tingkat resiko dengan matang dan memiliki
kemampuan untuk menilai risiko dan menimbang bahayanya.
Wirausahawan terlihat sebagai seorang pengambil resiko besar
karena mereka melihat dengan cara pandang yang berbeda
dengan orang lain pada umumnya dan percaya bahwa sasaran
mereka masuk akal dan dapat dicapai. Seorang wirausahawan
adalah pengambil resiko yang dapat diperhitungkan (calculated
risk).

3. Keyakinan untuk berhasil.


Wirausahawan memiliki keyakinan akan mencapai keberhasilan.
Mereka mempelajari fakta-fakta yang ada kemudian
memperhitungkannya. Ketika semua fakta tidak sepenuhnya
tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri yang tinggi
akan berhasil melakukan itu semua. Tingkat keyakinan

IV - 6
Pengantar Kewirausahaan

(optimisme) yang tinggi ini menjadi penjelas mengapa kebanyakan


wirausahawan yang berhasil pernah gagal dalam dalam bisnis—
kadang-kadang lebih dari sekali—sebelum akhirnya berhasil.

4. Rangsangan oleh umpan balik.


Wirausahawan ingin mengetahui bagaimana hal yang mereka
kerjakan, apakah umpan baliknya baik atau buruk. Mereka
dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi dengan
mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

5. Tingkat energi tinggi.


Wirausahawan memiliki energy yang jauh lebih tinggi
dibandingkan orang rata-rata. Mereka bersikap aktif serta
memiliki proporsi waktu yang besar dalam mengerjakan tugas
dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan waktu dan
kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam
pada pekerjaan yang mereka lakukan.

6. Orientasi ke masa depan


Wirausahawan melakukan perencanaan dan berfikir ke depan.
Mereka mencari dan mengantisipasi kemungkinan yang akan
terjadi jauh di masa depan. Wirausahawan bukanlah tipe orang
yang menunggu peluang datang menghampiri, namun mereka
berlari untuk menciptakan peluang baru.

7. Keterampilan dalam pengorganisasian


Wirausahawan memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan
pekerjaan dan orang-orang yang bekerja dalam mencapai tujuan.
Mereka sangat objektif dalam memilih individu-individu untuk
tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan bukannya
teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.

IV - 7
Pengantar Kewirausahaan

Selain karakter wirausahawan di atas, Gray (1996), Zimmerrer (2002) dan


Saiman (2009) mengidentifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat
dilihat dari perilakunya sehari-hari sebagai berikut:
1. Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus
memiliki kedisiplinan yang tinggi. Maksudnya adalah ketepatan
komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya.
Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan
terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya.
Ketepatan terhadap waktu dapat dibina dalam diri seseorang
dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan tepat sesuai dengan
waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan
berbagai macam alasan merupakan kendala yang dapat
menghambat seorang wirausahawan dalam meraih keberhasilan.
Wirausahawan harus taat asas. Hal tersebut dapat tercapai jika
wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem
kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan
kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari
kedisiplinan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.

2. Komitmen tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat
oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain.
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus
memiliki komitmen yang jelas, terarah dan berorientasi pada
kemajuan. Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat
dengan mengidentifikasi cita-cita, harapan, dan target-target
yang direncanakan dalam hidupnya. Modifikasi terhadap tujuan
dan cita-cita bisa saja terjadi tetapi tujuan utama masih
dipertahankan. Sedangkan komitmen wirausahawan terhadap
orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang

IV - 8
Pengantar Kewirausahaan

berorientasi pada kepuasan konsumen serta kualitas produk yang


sesuai dengan harga.

3. Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang terkadang dilupakan
oleh seorang wirausahawan. Kejujuran mengenai karakteristik
produk yang ditawarkan, kejujuran dalam promosi, kejujuran
layanan purna jual yang dijanjikan, dan kejujuran mengenai
segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang
dilakukan oleh wirausahawan.

4. Kreatif dan inovatif


Daya kreatifitas dan daya inovasi dilandasi oleh cara berfikir yang
maju dan penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda
dengan yang telah ada dalam menciptakan produk-produk yang
sudah ada di pasar, menemukan cara baru untuk mengatur bisnis
lama, supaya lebih efektif, atau kreasi baru untuk
menyempurnakan produk atau cara lama. Untuk menghadapi
persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya
kreatifitas yang tinggi. Gagasan-gagasan kreatif umumnya tidak
bisa dibatasi oleh ruang, bentuk dan waktu. Justru sering kali ide-
ide brilian yang memberikan terobosan-terobosan baru dalam
dunia usaha awalnya dilandasi oleh gagasan-gagasan yang
kelihatannya mustahil.

5. Mandiri
Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh
seorang wirausahawan. Seseorang dikatakan mandiri apabila orang
tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya
ketergantungan pada pihak lain dalam mengambil keputusan atau
bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa
adanya ketergantungan dengan pihak lain. Pada prinsipnya

IV - 9
Pengantar Kewirausahaan

seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam


melakukan kegiatan usahanya.

6. Realistis
Seseorang dikatakan realistis apabila orang tersebut mampu
menggunakan fakta atau realita sebagai landasan berfikir yang
rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan
atau perbuatannya. Banyak calon wirausahawan yang berpotensi
tinggi, namun akhirnya mengalami kegagalan hanya karena tidak
bersikap realistis, tidak objektif, dan tidak rasional dalam
pengambilan keputusan bisnisnya.

7. Toleransi terhadap ketidakpastian


Lingkungan bisnis merupakan lingkungan yang penuh
ketidakpastian dan terkadang tidak bisa diprediksi. Oleh sebab
itu, seorang wirausaha harus mampu menyesuaikan diri dengan
segera dan mampu bersikap arif terhadap ketidakpastian akan
lingkungan bisnisnya. Seorang wirausahawan harus mampu
menerima ketidakpastian sebagi bagian penting dari bisnis.

8. Fleksibel
Wirausahawan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan. Mau menerima perubahan dan memiliki kemampuan
untuk meyesuaikan kembali tujuan dan kegiatan berdasarkan atas
informasi ataupun kenyataan baru. Kepribadian yang kaku dan
konservatif bukanlah ciri seorang wirausahawan yang sukses.

9. Berani
Wirausahawan sukses seringkali berhenti dari pekerjaan mereka
untuk memulai sebuah bisnis baru. Memutuskan atas suatu resiko
yang belum diketahui dengan mengorbankan jaminan gaji teratur
dan fasilitas seperti asuransi kesehatan, rencana pensiun, liburan,

IV - 10
Pengantar Kewirausahaan

memerlukan keberanian. Sebagai tambahan, calon wirausahawan


sering kali menghadapi teman-teman, keluarga, pasangan, yang
tidak selalu mengerti atau mendukung keinginannya untuk
berusaha sendiri, dengan semua resiko dan ketidakpastian.

Zimmerrer dan Scarborough (2002) mengutip sebuah hasil penelitian oleh


Winslow dan Solomon (1995) yang membandingkan profil wirausahawan
yang berhasil dengan manajer umum. Mereka menemukakan beberapa
karakteristik yang berbeda. Mereka menyimpulkan bahwa secara
kejiwaan para wirausahawan secara umum menyimpang dari orang
kebanyakan, agak aneh dan bertentangan dengan para manajer
konvensional. Sebaliknya, wirausahawan justru memiliki kesamaan
dengan kaum penganut anti kemapanan (kaum hippy).

Perbedaan antara Manajer Konvensional dan Wirausahawan


Manajer konvensional Wirausahawan
1. Sangat sadar akan aturan dan 1. Memandang aturan hanya
larangan sebagai petunjuk
2. Peka terhadap masa depan 2. Konsep masa depan
dan bersedia menunda berdasarkan angan-angan.
imbalan Ambang batas prustasi rendah
3. Memiliki keinginan kuat untuk 3. Tidak jelas dalam
diterima pengendalian, keberhasilan,
dan tanggung jawab. Dapat
bersifat manipulative dan
exploitative terhadap orang
lain.
4. Mampu mengidentifikasi 4. Tidak sabar dengan diskusi dan
masalah dalam segala arah teori. Cepat bertindak dan
tindakannya. Membuat menuruti kata hati.
perencanaan terperinci.
Sumber: Zimmerrer dan Scarborough (2002)

IV - 11
Pengantar Kewirausahaan

Seorang wirausahawan memiliki keyakinan (credo) yang ditulis oleh


Thomas Paine dalam Common Sense, 1776, sebagai berikut:

Entrepreneur’s CREDO

I do not choose to be a common man,


it is my right to be uncommon…if I can.

I seek opportunity… not security.

I do not wish to be a kept citizen,


humble and dulled by having the state look after me,
I want to take the calculated risk,
to dream and to build, to fail and to be succeed.

I refuse to barter incentive for a dole,


I prefer the challenges of life, to the guaranteed existence,
the trill of fulfillment, to the stale calm of utopia.

I will not trade freedom for beneficence,


nor for my dignity for handout.

I will never cower before any master, nor bend to any threat.

It is my heritage to stand erect, proud and unafraid,


to think and act for myself,
to enjoy the benefit of my creations
and to face the world boldly and say:

This, with God’s help, I have done.


All this is what it means
to be an Entrepreneur.

Referensi

Gray, Douglas A. 1996. Anda siap sebagai wiraswasta?. Alih bahasa, Maria
C. Phan Ju Lan. Arcan. Jakarta.

Saiman, Leonardus. 2009. Kewirausahaan, Teori, Praktik, dan Kasus-


kasus. Salemba Empat. Jakarta.

Thomas Paine. 1776. Entrepreneur’s Credo dalam Common Sense.

Zimmerrer, Thomas W. dan Scarborough, Norman M. 2002. Pengantar


Kewirausahaan dan Manajemen Bisnis Kecil. Alih bahasa Yanto
Sidik Pratiknyo dan Edina Cahyaningsih Tarmidzi. Ed. 2.
Prenhallindo. Jakarta.

IV - 12

Anda mungkin juga menyukai