Anda di halaman 1dari 133

1

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KUNJUNGAN
WISATAWAN DI PANTAI CAHAYA, WELERI,
KABUPATEN KENDAL

SKRIPSI

Oleh
M. AKROM K.
NIM : C2B007035

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2014
2

PERSETUJUAN SKRIPSI

Nama Penyusun : Muhammad Akrom Khasani

Nomor Induk Mahasiswa : C2B007035

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/IESP

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KUNJUNGAN
WISATAWAN DI PANTAI CAHAYA,
WELERI, KABUPATEN KENDAL

Dosen Pembimbing : Fitrie Arianti SE, M.Si,

Semarang, 25 juni 2014


Dosen Pembimbing,

Fitrie Arianti SE, M.Si,


NIP. 19781116 200312 2003
3

PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN

Nama Mahasiswa : Muhammad Akrom Khasani

Nomor Induk Mahasiswa : C2B007035

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/IESP

Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG


MEMPENGARUHI KUNJUNGAN
WISATAWAN DI PANTAI CAHAYA,
WELERI, KABUPATEN KENDAL

Telah dinyatakan lulus ujian pada tanggal 30 Juni 2014


Tim Penguji

1. Fitrie Arianti SE, M.Si, (..................................................)

2. Achma Hendra Setiawan SE, M.Si (..................................................)

3. Hadi Sasana SE, MS,i (..................................................)

Semarang, 4 Juli 2014


Pembantu Dekan I,

Anis Chariri, SE., M.Com., Ph.D., Akt.


NIP. 19670809 199203 1001
4

PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya, Muhamad Akrom Khasani,


menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN DI PANTAI
CAHAYA, WELERI, KABUPATEN adalah hasil tulisan saya sendiri. Dengan
ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat
keseluruhan atau sebagian tulisan orang lain yang saya ambil dengan cara
menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang
menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya
akui seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri, dan/atau tidak terdapat bagian atau
keseluruhan tulisan yang saya salin itu, atau yang saya ambil dari tulisan orang
lain tanpa memberikan pengakuan penulis aslinya.
Apabila saya melakukan tindakan yang bertentangan dengan hal tersebut
di atas, baik disengaja maupun tidak, dengan ini saya menarik skripsi yang saya
ajukan sebagai hasil tulisan saya sendiri ini. Bila kemungkinan terbukti bahwa
saya melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah
hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah yang telah diberikan oleh
universitas batal saya terima.

Semarang, 30 juni 2014


Yang membuat pernyataan,

(Muhammad Akrom Khasani)


NIM : C2B007035
5

ABSTRACT

The tourism sector is a sector with the potential to be developed as a


source of local revenue. Increase local revenue effort, the program development
and utilization of resources and tourism potential of the region is expected to
contribute to economic development. Cahaya Beach is one tourist attraction
located in Kendal district. Factors thought to affect the number of tourists visiting
Cahaya Beach is tourist income, travel expenses, travel expenses to the other
attractions, long trips and facilities.
The sample used in this study were 100 tourists visiting Cahaya Beach
using accidental sampling technique. The data used is primary data based on
questionnaires. The analysis technique used is multiple linear regression.
According to analysis done can be seen that the earnings and positive
effect on the number of facilities of tourist arrivals Light Beach, while the travel
costs, travel costs to other attractions and travel time does not affect the number
of tourist visiting Cahaya Beach.

Key words: tourist income, travel expenses, travel expenses to the other
attractions, a long journey, the facilities, the number of tourist arrivals.
6

ABSTRAK

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan


sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan
asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan
potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi
pembangunan ekonomi. Pantai Cahaya adalah salah satu obyek wisata yang
terletak di kabupaten Kendal. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap
jumlah kunjungan wisatawan ke Pantai Cahaya adalah pendapatan wisatawan,
biaya perjalanan, biaya perjalanan ke obyek wisata lain, lama perjalanan dan
fasilitas.
Sampel yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 100 orang wisatawan
yang berkunjung ke Pantai Cahaya dengan menggunakan teknik accidental
sampling. Data yang digunakan adalah data primer berdasarkan kuesioner. Teknik
analisis yang digunakan adalah regresi linier berganda.
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan dapat diketahui bahwa
pendapatan dan fasilitas berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan
wisatawan Pantai Cahaya, sedangkan biaya perjalanan, biaya perjalanan ke obyek
wisata lain dan lama perjalanan tidak berpengaruh terhadap jumlah kunjungan
wisatawan Pantai Cahaya.

Kata kunci : pendapatan wisatawan, biaya perjalanan, biaya perjalanan ke obyek


wisata lain, lama perjalanan, fasilitas, jumlah kunjungan wisatawan.
7

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karunianya kepada

kita bersama dan khususnya bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Tesis ini diberi judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI KUNJUNGAN WISATAWAN DI PANTAI CAHAYA,

WELERI, KABUPATEN”.

Skripsi ini disusun guna memenuhi salah satu syarat dalam mencapai derajat

sarjana pada Universitas Diponegoro Semarang. Penulis menyadari bahwa

terselesainya penyusunan tesis ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan,

dukungan, petunjuk, dan saran dari semua pihak. Untuk itu, penulis dengan segala

kerendahan hati ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang

telah membantu dalam penyusunan tesis ini khususnya kepada :

1. Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat, taufik, hidayah

serta inayah-Nya.

2. Bapak PROF. SUDARTO P HADI, MES., PH.D. Selaku Rektor

Universitas Diponegoro Semarang.

3. Bapak Prof. Drs. Mohamad Nasir, M.Si, Akt, Ph.D. selaku Dekan

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Diponegoro Semarang.

4. Ibu Fitrie Arianti, S.E., M.Si. selaku Dosen pembimbing atas waktu

yang telah diluangkan untuk arahan, bimbingan, petunjuk, dan nasehat

dalam proses pembuatan skripsi sampai selesai.


8

5. Ibu Dra. Hj. Tri Wahyu R, M.Si. selaku Dosen wali atas bimbingan

dan ilmu yang bermanfaat.

6. Seluruh staf pengajar Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro Semarang yang telah memberikan bekal ilmu yang

bermanfaat.

7. Pengelola Pantai Cahaya Weleri yang telah mengijinkan penulis untuk

menjadikan sebagai objek penelitian serta semua bimbingan dan bantuan

dalam menyelesaikan tulisan ini.

8. Ayah dan Ibu tercinta atas doa, kasih sayang, pengorbanan, motivasi,

bimbingan, nasehat, bekal ilmu hidup, dan segalanya sehingga penulis

dapat melewati segala sesuatu dalam menjalankan hidup

9. Adikku Ana Mustafida yang terus memberikan doa dan semangat.

10. Seseorang yang telah menemaniku, sabar memberi nasehat, membantu

penyelesaian skripsi, doa, dan segalanya.

11. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu–persatu, semoga Allah SWT

memberikan balasan atas semua kebaikan dengan yang lebih baik.

Demikian penyusunan skripsi ini tidak lepas adanya kekurangan. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan masukan guna perbaikan selanjutnya serta
semoga bermanfaat.
Semarang, Juni 2014

Penulis
9

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN .................................... iii
PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI .................................................. iv
ABSTRACT ....................................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 8
1.4.1 Manfaat Praktis ................................................................................ 8
1.4.2 Manfaat Teoritis .............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 10
2.1 Landasan Teori .......................................................................................... 10
2.1.1 Pariwisata ........................................................................................ 10
2.1.2 Permintaan ....................................................................................... 18
2.1.3 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata ............................................. 41
2.1.4 Wisatawan, Pengunjung dan Karakteristik ...................................... 48
2.1.5 Pendapatan ....................................................................................... 53
2.1.6 Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method) ....................... 55
2.1.7 Lama Perjalanan (Travel Time) ....................................................... 58
2.1.8 Fasilitas Pariwisata .......................................................................... 59
2.2 Hubungan antara variable dependen dengan variable independen ........... 62
10

2.2.1 Hubungan Antara Pendapatan dengan Jumlah Kunjungan Wisatawan


......................................................................................................... 63
2.2.2 Hubungan Antara Biaya Perjalanan dengan Jumlah Kunjungan
Wisatawan ....................................................................................... 63
2.2.3 Hubungan Antara Biaya Perjalanan Ke Obyek lain dengan Jumlah
Kunjungan Wisatawan ..................................................................... 64
2.2.4 Hubungan Antara Lama Perjalanan dengan Jumlah Kunjungan
Wisatawan ....................................................................................... 65
2.2.5 Hubungan Antara Fasilitas dengan Jumlah Kunjungan Wisatawan 66
2.3 Penelitian Terdahulu ................................................................................. 66
2.4 Kerangka Pemikiran .................................................................................. 67
2.5 Hipotesis ................................................................................................... 69
BAB III METODOLOGI PENELITIAN......................................................... 71
3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ........................................... 71
3.2 Populasi dan Sampel ................................................................................. 72
3.2.1 Populasi ........................................................................................... 72
3.2.2 Sampel ............................................................................................. 72
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 73
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 73
3.5 Metode Analisis Data ................................................................................ 74
3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda .................................................... 74
3.5.2 Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 74
3.5.3 Pengujian Hipotesis ......................................................................... 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 81
4.1 Gambaran Umum Penelitian ...................................................................... 81
4.2 Statistik Deskriptif ..................................................................................... 82
4.2.1 Pendapatan ....................................................................................... 83
4.2.2 Biaya perjalanan .............................................................................. 83
4.2.3 Biaya perjalanan ke obyek wisata lain ............................................ 84
4.2.4 Lama perjalanan .............................................................................. 84
4.2.5 Fasilitas ............................................................................................ 84
11

4.2.6 Jumlah kunjungan wisatawan .......................................................... 85


4.3 Deteksi Penyimpangan Asumsi Klasik ..................................................... 85
4.3.1 Deteksi Multikolinieritas ................................................................. 85
4.3.2 Deteksi Heteroskedastisitas ............................................................. 87
4.3.3 Deteksi Normalitas .......................................................................... 88
4.4 Analisis Regresi Linier Berganda ............................................................. 90
4.5 Pengujian Hipotesis .................................................................................. 92
4.5.1 Uji Hipotesis Parsial (t Test) ........................................................... 92
4.5.2 Uji Kelayakan Model (Goodness Of Fit) ........................................ 94
4.6 Analisis Koefisien Determinasi ................................................................ 95
4.7 Pembahasan ............................................................................................... 96
4.7.1 Pengaruh Pendapatan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan........ 96
4.7.2 Pengaruh Biaya perjalanan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan 97
4.7.3 Pengaruh Biaya perjalanan ke obyek wisata lain terhadap Jumlah
kunjungan wisatawan ...................................................................... 98
4.7.4 Pengaruh Lama Perjalanan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan 98
4.7.5 Pengaruh Fasilitas terhadap Jumlah kunjungan wisatawan ............. 99
BAB V PENUTUP ........................................................................................... 101
5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 101
5.2 Saran ........................................................................................................... 102
5.3 Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 103
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104
LAMPIRAN A ................................................................................................. 106
LAMPIRAN B ................................................................................................. 111
LAMPIRAN C ................................................................................................. 113
LAMPIRAN D ................................................................................................. 121
12

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Target dan Realisasi Pendapatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Kabupaten Kendal tahun 2006 sampai dengan tahun 2013 ............................. 3
Tabel 1.2 Retribusi Obyek Wisata Dari Obyek-Obyek Wisata di Kabupaten
Kendal Tahun 2006-2013................................................................................. 5
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 66
Tabel 4.1 Hasil Analisis Deskriptif Statistik .................................................... 83
Tabel 4.2 Hasil Deteksi Multikolinearitas ....................................................... 86
Tabel 4.3 Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ....................................................... 89
Tabel 4.4 Persamaan Regresi Linier Berganda ................................................ 90
Tabel 4.5 Tabel Uji t ........................................................................................ 92
Tabel 4.6 Hasil Uji F ........................................................................................ 94
Tabel 4.7 Koefisien Determinasi...................................................................... 95
13

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Jumlah Pengunjung Obyek Wisata di Kendal .............................. 6


Gambar 2.1 Konsumsi dan Waktu Menganggur .............................................. 21
Gambar 2.2 Konsumsi Pariwisata dan Barang Lainnya................................... 23
Gambar 2.3 Tempat Tujuan Wisata Komplementer ........................................ 25
Gambar 2.4 Tempat Tujuan Wisata Substitusi ................................................ 26
Gambar 2.5 Pengaruh Kenaikan Pendapatan Terhadap Konsumsi Pariwisata 27
Gambar 2.6 Pengaruh Penurunan Harga Pada Konsumsi Pariwisata .............. 28
Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran Teoritis ....................................................... 69
Gambar 4.1 Deteksi Heterokedastisitas ........................................................... 87
Gambar 4.2 Deteksi Normalitas ....................................................................... 88
14

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Lembar Kuesioner Penelitian


Lampiran B Data Mentah
Lampiran C Hasil Analisis Regresi dengan Output SPSS
Lampiran D Data Pendukung Lainnya
15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan

sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan

asli daerah, maka program pengembangan dan pendayagunaan sumber daya dan

potensi pariwisata daerah diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

pembangunan ekonomi.

Secara luas pariwisata dipandang sebagai kegiatan yang mempunyai

multidimensi dari rangkaian suatu proses pembangunan. Pembangunan sector

pariwisata menyangkut aspek sosial budaya, ekonomi dan politik (Spillane,

2004:14). Hal tersebut sejalan dengan yang tercantum dalam Undang-Undang

Nomor 10 tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang menyatakan bahwa

Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan

nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat,

memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja,

mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek

dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan

mempererat persahabatan antar bangsa..

Salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah yang mempunyai peranan yang

sangat penting dalam membiayai Pemerintahan Daerah adalah pajak, yang mana
16

Pajak Daerah ini banyak jenisnya dan berbeda pemungutnya diantaranya adalah

jenis-jenis Pajak Daerah Tngkat 1 terdiri dari Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak

Bahan Bakar Kendaraan Bermotor dan Kendaraan diatas Air. Sedangkan Pajak

Penerangan Jalan, Pajak Parkir, Pajak Pengambilan dan Pamanfaatan Bahan

Galian Golongan C dan Pajak Air Bawah Tanah dan Air Permukaan.

Perkembangan pariwisata juga mendorong dan mempercepat pertumbuhan

ekonomi. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumsi maupun

investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan kegiatan produksi barang dan

jasa. Selama berwisata, wisatawan akan melakukan belanjaannya, sehingga secara

langsung menimbulkan permintaan (Tourism Final Demand) pasar barang dan

jasa. Selanjutnya Final Demand wisatawan secara tidak langsung menimbulkan

permintaan akan barang modal dan bahan baku (Investment Derived Demand)

untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan akan barang dan jasa

tersebut. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di

bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri

kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan

lain-lain (Spillane, 2004:20).

Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada

jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan

pemanfaatan Daerah Tujuan Wisata (DTW) sehingga industri pariwisata akan

berkembang dengan baik. Negara Indonesia yang memiliki pemandangan alam

yang indah sangat mendukung bagi berkembangnya sektor industri pariwisata di

Indonesia.
17

Kabupaten Kendal merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi

wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang dimiliki Kabupaten Kendal cukup

banyak dan bervariasi yang terdiri atas obyek wisata alam seperti air terjun

Curugsewu, Sendang Sekucing, pantai Ngebum, pantai Muara Kencan, goa

Kiskenda, curug Panglebur Gonso dan yang paling baru dan berkembang adalah

pantai Cahaya, wisata budaya seperti sedekah laut atau Nyadran Tanggul Malang,

agro wisata seperti kebun teh Medini dan Plantera serta obyek wisata religi seperti

Masjid Al Mutaqqin, Masjid Agung Kendal, Goa Maria, Makam Wali Gembyang

dan Makam Sunan Abinowo. Obyek wisata sebanyak itu belum mencakup atraksi

wisata, seperti yang berkembang di Kendal sejak beberapa tahun ini, yaitu atraksi

lumba-lumba. Namun pada tabel dibawah ini dapat kita lihat perkembangan target

dan realisasi pendapatan Dinas Kebudayaan Kebudayaan dan Pariwisata

Kabupaten Kendal:

Tabel 1.1

Target dan Realisasi Pendapatan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata


Kabupaten Kendal tahun 2006 sampai dengan tahun 2013

Tahun Target Realisasi Pendapatan %


Anggaran

2006 Rp.427.000.000 Rp 433.246.895 101,46

2007 Rp 443.000.000 Rp 514.284.131 116,09


18

2008 Rp 499.550.000 Rp 535.247.515 107,14

2009 Rp 525.000.000 Rp 566.542.610 107,91

2010 Rp 575.000.000 Rp 504.901.225 87,81

2011 Rp 527.000.000 Rp 477.798.400 90,66

2012 Rp 1.000.000.000 Rp 784.345.520 78,43

2013 Rp 1.096.921.000 Rp 945.682.854 86,21

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal, 2014

Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa dalam empat tahun terakhir yaitu

mulai tahun 2010 hingga tahun 2013, target pendapatan dari Dinas Kebudayaan

dan Pariwisata Kabupaten Kendal tidak pernah tercapai. Hal ini bertolak

belakang dengan semakin banyaknya pertumbuhan obyek wisata yang dibangun

di Kabupaten Kendal, terutama dengan obyek wisata yang sangat ramai

dikunjungi oleh wisatawan yaitu Pantai Cahaya yang investasi pembangunannya

sangat besar. Daya tarik obyek wisata pada Pantai Cahaya antara lain adalah

adanya atraksi lumba-lumba, wahana seperti kolam apung, terapi autis, kebun

binatang, ATV bagi penggemar balap, waterboom dan theatron. Selain itu di

antara obyek wisata lainnya di Kabupaten Kendal, retribusi terbesar dari obyek

wisata berasal dari Pantai Cahaya.

Berikut ini adalah retribusi obyek wisata dari obyek-obyek wisata di

Kabupaten Kendal Tahun 2006-2013:


19

Tabel 1.2

Retribusi Obyek Wisata Dari Obyek-Obyek Wisata di Kabupaten Kendal Tahun 2006-2013

(Rupiah)

Obyek
2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
Wisata
Sendang
171.760.000 80.187.000 88.841.000 79.879.500 92.553.000 100.105.000 193.367.000 189.058.000
Sekucing
Curugsewu 166.594.000 209.701.000 267.039.000 242.000.000 255.557.000 257.823.000 467.060.000 544.185.000
Kolam
64.000.000 95.119.000 75.601.000 74.500.000 59.571.000 80.956.000 143.489.000 155.223.000
Renang Boja
Pantai
- - 418.310.023 583.009.651 1.210.478.987 1.391.500.288 1.600.225.111 1.920.270.564
Cahaya
Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal, 2014
Berdasarkan tabel 1.2 di atas, terlihat Pantai Cahaya yang relatif baru

berdiri memiliki potensi untuk menjadi salah satu andalan pariwisata di

Kabupaten Kencdal, terbukti dari tingginya pendapatan dari tahun ke tahun..

Gambar 1.1

Jumlah Pengunjung Obyek Wisata di Kendal

180,000

160,000

140,000

120,000
Sikucing
100,000
Curugsewu
80,000
Kolam Renang Boja
60,000 Pantai Cahaya
40,000

20,000

-
2008 2009 2010 2011 2012 2013

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kendal, 2014

Dari gambar di atas, terlihat bahwa jumlah pengunjung di obyek wisata

pantai Cahaya mengalami perkembangan signifikan dari tahun ke tahun.

Berdasarkan pemikiran dan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun

skripsi dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kunjungan Wisatawan Di Pantai Cahaya, Weleri, Kabupaten Kendal”.

v
vi

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan pada obyek wisata kabupaten Kendal adalah sejak tahun

2010, target pendapatan dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata tidak pernah

tercapai. Permasalahan ini karena obyek wisata yang selama ini ada kurang

menarik bagi wisatawan untuk berkunjung. Berdasarkan permasalahan tersebut

diatas maka penulis dapat merumuskan masalah-masalah pokok yang akan diteliti

yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pendapatan wisatawan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan Pantai Cahaya?

2. Bagaimana pengaruh biaya perjalanan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan Pantai Cahaya?

3. Bagaimana pengaruh biaya perjalanan ke obyek wisata lain terhadap

jumlah kunjungan wisatawan Pantai Cahaya?

4. Bagaimana pengaruh lama perjalanan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan Pantai Cahaya?

5. Bagaimana pengaruh fasilitas terhadap jumlah kunjungan wisatawan

Pantai Cahaya?

1.3 Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengerti dan mengetahui sejauh

mana pengaruh jumlah kunjungan wisatawan Pantai Cahaya terhadap nilai

ekonomi yang diperoleh oleh masyarakat sekitar.

vi
vii

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan wisatawan terhadap jumlah

kunjungan wisatawan Pantai Cahaya.

2. Untuk menganalisis pengaruh biaya perjalanan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan Pantai Cahaya.

3. Untuk menganalisis pengaruh biaya perjalanan ke obyek wisata lain

terhadap jumlah kunjungan wisatawan Pantai Cahaya.

4. Untuk menganalisis pengaruh lama perjalanan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan Pantai Cahaya.

5. Untuk menganalisis pengaruh fasilitas terhadap jumlah kunjungan

wisatawan Pantai Cahaya.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari data dan informasi yang berhasil dikumpulkan, berdasarkan hasil

penelitian dan studi literatur dapat berguna bagi operasional maupun

pengembangan ilmu

1.4.1. Manfaat Praktis

a. Perusahaan

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

maupun masukan-masukan yang berharga bagi Pemerintah Daerah

Kabupaten Kendal sehingga memotivasi Pemerintah Daerah

Kabupaten Kendal untuk menggalakkan wisata di daerah Bandungan.

vii
viii

b. Pihak lain

Dapat dijadikan sebagai sumber informasi yang dapat bermanfaat bagi

pihak lain sehingga mengetahui seberapa besar peranan obyek wisata

khususnya Pantai Cahaya dalam meningkatkan pendapatan asli daerah

Kabupaten Kendal.

1.4.2. Manfaat Teoritis

a. Peneliti

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai

peranan pajak hotel, restoran dan hiburan dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah melalui penerapan ilmu dan teori yang penulis

peroleh dibangku perkuliahan dan mengaplikasikannya kedalam teori

penelitian ini sehingga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya.

b. Peneliti lain

Diharapkan dapat memberikan masukan dan bahan referensi maupun

bahan pertimbangan bagi mereka yang menjadikan penelitian lebih

lanjut khususnya mengenai peranan obyek wisata dalam meningkatkan

pendapatan asli daerah dan dapat dijadikan sumber pembanding dalam

penelitian dengan tema yang sama.

c. Perkembangan ilmu manajemen

Diharapkan dapat dijadikan sebagai pembanding antara ilmu-ilmu

manajemen (secara teori) dengan keadaan yang terjadi dilapangan

(praktek) sehingga dengan adanya pembanding tersebut akan dapat

viii
ix

lebih memajukan ilmu manajemen yang sudah ada untuk diterapkan

pada dunia usaha secara nyata serta dapat menguntungkan pihak lain.

ix
x

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pariwisata

2.1.1.1 Pengertian Pariwisata

Menurut definisi yang luas, pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat

ketempat lain, yang bersifat sementara dan dilakukan perorangan atau kelompok

sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan

lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu (Spillane, 1987 :

21).

Dalam kegiatan kepariwisataan ada yang disebut subyek wisata yaitu

orang – orang yang melakukan perjalanan wisata dan objek wisata yang

merupakan tujuan wisatawan. Bermacam - macam pendapat para ahli mengenai

pengertian pariwisata diantaranya :

1. Menurut Gamal Suwartono, SH

Kepariwisataan adalah suatu proses kepergian sementara dari seorang,

lebih menuju ketempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan

kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan baik karena kepentingan

ekonomi, sosial, budaya, polotik, agama, kesehatan maupun kepentingan

lain.

2. BPS 1981. 1984, 1991

x
xi

Pariwisata adalah seluruh rangkaian kegiatan yang berhubungan dengan

gerakan manusia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara

dari tempat tinggal, kesuatu atau beberapa tujuan diluar lingkungan tempat

tinggal yang didorong beberapa keperluan tanpa bermaksud mencari

nafkah tetap.

3. UU RI No. 9 tahun 1990 pasal 7 tentang kepariwisataan

Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata

termasuk pengusaha obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata,

dan usaha lain dibidang tersebut.

Definisi kepariwisataan ini sangat beragam, maka beragam pula definisi

wisatawan. Beberapa ahli membatasi pengertian wisatawan sebagai seseorang

yang melakukan perjalanan sejauh lebih dari 50 atau 100 mil (sekitar 80 atau 160

km) dari lokasi tempat tinggalnya. Sebagian definisi menyatakan bahwa hanya

mereka yang menginap di luar rumah terhitung sebagai wisatawan. Definisi yang

lebih sederhana menganggap bahwa setiap orang melakukan perjalanan untuk

kesenangan dapat dikategorikan wisatawan (The Dictionary of Tourism, 1981)

Menurut rumusan Internasional Union Of Official Travel Organization

(IUOTO) pada tahun 1963 subyek wisata atau pelaku perjalanan dapat dibedakan

dalam dua pengertian yaitu wisatawan (Tourist) dan pelancong (Excursonists).

Perbedaan wisatawan dan pelancong adalah :

1. Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal sekurang –

kurangnya 24 jam di negara yang dikunjungi dan perjalanannya dapat

digolongkan sebagai berikut :

xi
xii

a. Pesiar adalah untuk rekreasi, liburan, kesehatan, studi dan olah

raga.

b. Hubungan dagang, sanak saudara, konferensi dan misi

2. Pelancong adalah penunjung sementara yang tinggal di negara yang

dikunjungi kurang lebih 24 jam (termasuk pelancong dalam perjalanan

kapal pesiar termasuk yang sedang transit di pelabuhan).

Berdasarkan Smith, Stephen L.S. 1998, wisatwan dalam kepariwisataan

dapat digolongkan kedalam 5 bagian yaitu

1. Domestik Tourism adalah pariwisata yang ditimbulkan oleh orang yang

bertempat tinggal disuatu Negara yang mempunyai tempat di dalam

Negara yang bersangkutan

2. Inbound Tourism adalah pariwisata sebagai kunjungan orang – orang yang

bukan penduduk di suatu Negara

3. Outbound tourism adalah pariwisata sebagai kunjungan penduduk suatu

negara ke negara lain

4. Internal tourism adalah merupakan kombinasi antara domestik dan

outbound tourism

5. Internasional tourism adalah merupakan kombinasi inbound dan outbound

tourism. Wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi wisatawan Internasional

(mancanegara) adalah yang melakukan perjalanan wisata diluar

negerinya, dan wisatawan didalam negerinya. Wisatawan Nasional

menurut Biro Pusat Statistik adalah sebagai berikut :

xii
xiii

Wisatawan Nasional (Domestik) adalah penduduk Indonesia yang

melakukan perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya berdomisili, dalam

jangka waktu sekurang – kurangya 24 jam atau menginap untuk masuk apapun

kecuali kegiatan yang mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi (Direktorat

Jendral Pariwisata,1985;17).

World Tourism Organization (WTO) mendefinisikan Wisatawan Nasional

adalah sebagai berikut :

“orang – orang yang bertempat tinggal dalam satu Negara, terlepas dari

kebangsaannya, yang melakukan perjalanan kesatu tempat dalam Negara

tersebut diluar tempat tinggalnya sekurang – kurangnya selama 24 jam /

semalam, untuk tujuan apapun. Selain untuk mendapatkan penghasilan ditempat

yang dikunjunginya”.

2.1.1.2 Industri Pariwisata

Secara umum masyarakat melihat bahwa industri adalah identik dengan

bangunan pabrik secara kontinuitas melakukan proses produksi dengan

menggunakan mesin-mesin dan berbagai teknologi. Tetapi akan sangat jauh

berbeda ketika mengenal industri pariwisata. G. A. Schmool memberi batasan

tentang industri pariwisata sebagai „Tourist is a highly decentralized industry

consisting of enterprises different in size, location, function, type organization,

range of service provided and method used to market and sell them‟ (industry

pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu industry

yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa atau produk

yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang

xiii
xiv

dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat kedudukan,

bentuk organisasi yang mengelola dan metode atau cara pemasarannya (Tahwin,

2003).

Batasan pariwisata sebagai suatu industri diberikan secara terbatas, hanya

untuk sekedar menggambarkan apa sebenarnya pariwisata itu. Dengan demikian

dapat memberikan pengertian yang lebih luas. Jadi sebenarnya, ide memberikan

istilah industri pariwisata lebih banyak bertujuan memberikan daya tarik supaya

pariwisata dapat dianggap sebagai sesuatu yang berarti bagi perekonomian suatu

Negara, terutama pada Negara-negara sedang berkembang. Industri pariwisata

adalah keseluruhan rangkaian dari usaha menjual barang dan jasa yang diperlukan

wisatawan, selama ia melakukan perjalanan wisata sampai kembali ke tempat

asalnya.

Menurut Spillane (1987) dalam Badrudin (2001), ada lima unsur industry

pariwisata yang sangat penting, yaitu:

a. Attractions (daya tarik)

Attractions dapat digolongkan menjadi site attractions dan event

attractions. Site attractions merupakan daya tarik fisik yang permanen

dengan lokasi yang tetap yaitu tempat-tempat wisata yang ada di daerah

tujuan wisata seperti pantai, kebun binatang, keratin, dan museum.

Sedangkan event attractions adalah atraksi yang berlangsung sementara

dan lokasinya dapat diubah atau dipindah dengan mudah seperti festival-

festival, pameran, atau pertunjukan-pertunjukan kesenian daerah.

b. Facilities (fasilitas-fasilitas yang diperlukan)

xiv
xv

Fasilitas cenderung berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena

fasilitas harus terletak dekat dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat

tujuan wisata wisatawan memerlukan tidur, makan dan minum oleh karena

itu sangat dibutuhkan fasilitas penginapan. Selain itu ada kebutuhan akan

Support Industries yaitu toko souvenir, took cuci pakaian, pemandu,

daerah festival, dan fasilitas rekreasi (untuk kegiatan).

c. Infrastructure (infrastruktur)

Daya tarik dan fasilitas tidak dapat dicapai dengan mudah kalau belum ada

infrastruktur dasar. Perkembangan infrastruktur dari suatu daerah

sebenarnya dinikmati baik oleh wisatawan maupun rakyat yang juga

tinggal di sana, maka ada keuntungan bagi penduduk yang bukan

wisatawan. Pemenuhan atau penciptaan infrastruktur adalah suatu cara

untuk menciptakan suasana yang cocok bagi perkembangan pariwisata.

d. Transportations (transportasi)

Dalam pariwisata kemajuan dunia transportasi atau pengangkutan sangat

dibutuhkan karena sangat menentukan jarak dan waktu dalam suatu

perjalanan pariwisata. Transportasi baik transportasi darat, udara, maupun

laut merupakan suatu unsur utama langsung yang merupakan tahap

dinamis gejala-gejala pariwisata.

e. Hospitality (keramahtamahan)

Wisatawan yang berada dalam lingkungan yang tidak mereka kenal

memerlukan kepastian jaminan keamanan khususnya untuk wisatawan

asing yang memerlukan gambaran tentang tempat tujuan wisata yang akan

xv
xvi

mereka datangi. Maka kebutuhan dasar akan keamanan dan perlindungan

harus disediakan dan juga keuletan serta keramahtamahan tenaga kerja

wisata perlu dipertimbangkan supaya wisatawan merasa aman dan nyaman

selama perjalanan wisata.

2.1.1.3 Jenis dan Fungsi Pariwisata

Sesuai potensi alam yang dimiliki suatu negara, maka timbul bermacam-

macam pariwisata yang dikembangkan sebagai kegiatan, yang lama-kelamaan

mempunyai ciri tersendiri. Jenis- jenis pariwisata dapat dibedakan menurut letak

geografis yaitu: pariwisata lokal, pariwisata regional, dan pariwisata nasional yang

terdiri dari pariwisata dalam negeri dan pariwisata internasional.

Menurut pengaruhnya terhadap pembayaran yaitu: pariwisata aktif dan

pariwisata pasif. Dikatakan pariwisata aktif karena dengan masuknya wisatawan

asing tersebut, berarti dapat memasukkan devisa bagi negara yang dikunjungi,

yang dengan sendirinya akan memperkuat posisi neraca pembayaran negara

tersebut. Dan disebut pariwisata pasif, karena dilihat dari pemasukkan devisa,

kegiatan ini merugikan asal wisatawan, karena uang yang seharusnya

dibelanjakan di dalam negeri dibawa ke luar negeri.

Berdasarkan Instruksi Presiden No. 9/1969 mengenai tujuan

pengembangan pariwisata di Indonesia meliputi tiga aspek pokok yaitu segi

sosial, segi ekonomi, dan segi budaya. Dengan demikian fungsi pariwisata juga

mencakup tiga aspek tersebut. Hal ini seperti dikemukakan oleh Hartono

(1974:45) seperti berikut ini: “Peranan pariwisata dalam pembangunan Negara

pada garis besarnya, berintikan tiga segi yaitu segi ekonomi (sumber devisa dan

xvi
xvii

pajak), segi sosial (penciptaan kesempatan kerja), dan segi kebudayaan

(memperkenalkan kebudayaan kita pada wisatawan asing)”

Fungsi pariwisata dari segi ekonomi dapat dikemukakan bahwa dari sektor

pariwisata dapat diperoleh devisa, baik berupa pegeluaran para wisatawan asing

maupun sebagai penanam modal dalam industri pariwisata termasuk penerimaan

berupa retribusi bagi wisatawan.

Adapun jumlah penerimaan dari sektor pariwisata ditentukan oleh tiga

faktor utama, yaitu: Jumlah wisatawan yang berkunjung, jumlah pengeluaran

wisatawan, lamanya wisatawan yang menginap

Fungsi sosial yang paling dominan dari sektor pariwisata adalah perluasan

penyerapan tenaga kerja baik secara langsung maupun tidak langsung. Usaha

kepariwisataan dengan segala sesuatunya yang berhubungan dengan pariwisata

sangat membutuhkan tenaga kerja yang banyak sehingga dapat membantu

mengurangi persoalan pengangguran.

Penciptaan kesempatan kerja secara langsung dapat dikemukakan,

misalnya di bidang perhotelan, restoran, biro perjalanan, obyek wisata, dan kantor

pariwisata pemerintah. Sedangkan penyerapan tenaga kerja tidak langsung, seperti

meningkatnya hasil produksi di bidang pertanian dan kerajinan tangan karena

termotivasi dengan kunjungan wisatawan.

Dalam hal fungsi pariwisata dari segi budaya dapat diartikan sebagai

memperkenalkan dan mendayagunakan kebudayaan Indonesia. Seperti diketahui

bahwa sesungguhnya kebudayaan merupakan milik rakyat sebuah negara yang

merupakan manifestasi dari karya dan kreasi yang spiritual dari manusia yang

xvii
xviii

membentuk rakyat sebuah negara dan menjadi sasaran utama dari perasaan

keingintahuan dari seseorang yang asing bagi negara tersebut.

Seperti dimaklumi tentang alam Indonesia seperti panorama alam, iklim

tropis, daerah khatulistiwa yang dipadukan dengan aneka ragam koleksi seni

budaya dan tata kehidupan masyarakat yang khas adalah merupakan salah satu

sumber berkembangnya sektor industri pariwisata di Indonesia.

2.1.2 Permintaan

2.1.2.1 Pengertian Permintaan

Menurut Mc. Eachern (2000) permintaan pasar suatu sumber daya adalah

penjumlahan seluruh permintaan atas berbagai penggunaan sumber daya tersebut.

Permintaan adalah berbagai kombinasi harga dan jumlah suatu barang yang ingin

dan dapat dibeli oleh konsumen pada berbagai tingkat harga untuk suatu periode

tertentu.

Hukum permintaan menyatakan bahwa jumlah barang yang diminta dalam

suatu periode waktu tertentu berubah berlawanan dengan harganya, jika hal lain

diasumsikan tetap (Samuelson dan Nordhaus,1998). Semakin tinggi harganya

semakin kecil jumlah barang yang diminta atau sebaliknya semakin kecil

harganya maka semakin tinggi jumlah barang yang diminta (Mc. Eachern, 2000).

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan selain harga

menurut Mc. Eachern (2000), adalah sebagai berikut :

1. Pendapatan

xviii
xix

Biasanya kenaikan dalam pendapatan akan mengarah pada kenaikan dalam

permintaan. Ini berarti bahwa kurva permintaan telah bergeser ke kanan

menunjukkan kuantitas yang diminta yang lebih besar pada setiap tingkat

harga.

2. Selera dan Preferensi

Selera adalah determinan permintaan non harga, karena kesulitan dalam

pengukuran dan ketiadaan teori tentang perubahan selera, biasanya kita

mengasumsikan bahwa selera konstan dan mencari sifat-sifat lain yang

mempengaruhi perilaku. Selera dapat dilihat dari preferensi seseorang

terhadap jenis barang yang diminta atau diinginkan. Selera seseorang

dapat dipengaruhi oleh, misalnya umur, tingkat pendidikan, dan jenis

kelamin.

3. Harga Barang-barang yang berkaitan

Substitusi dan komplementer. Dapat didefinisikan dalam hal bagaimana

perubahan harga suatu komoditas mempengaruhi permintaan akan barang

yang berkaitan. Jika barang x dan y merupakan barang substitusi maka

ketika harga barang y turun maka harga x tetap, konsumen akan membeli

barang x lebih banyak sehingga kurva permintaan akan bergeser ke kiri.

Jika barang x dan y merupakan barang komplementer maka berlaku

sebaliknya, dimana penurunan harga barang y akan menaikkan permintaan

barang x dan kenaikan harga barang y akan menurunkan permintaan

barang x.

4. Perubahan Dugaan tentang Harga Relatif di Masa Depan

xix
xx

Dugaan tentang harga-harga relatif di masa depan memainkan peranan

yang penting dalam menentukan posisi kurva permintaan. Jika semua

harga naik 10% pertahun dan diduga akan terus berlangsung, laju inflasi

yang telah diantisipasi ini tidak lagi berpengaruh terhadap posisi kurva

permintaan (jika harga diukur dalam bentuk relatif sumbu vertikal).

5. Penduduk

Sering kali kenaikan jumlah penduduk dalam suatu perekonomian dengan

asumsi pendapatan perkapita konstan menggeser permintaan pasar ke

kanan ini berlaku untuk sebagian besar barang.

2.1.2.2 Permintaan Pariwisata

Permintaan pariwisata berpengaruh terhadap semua sektor perekonomian

yaitu lain perorangan (individu), usaha kecil menengah, perusahaan swasta, dan

sektor pemerintah (Sinclair and Stabler, 1997).

Data vital yang dapat dijadikan indikator permintaan wisatawan akan suatu

daerah wisata adalah (Melnish dan Goeldner, 1986 dalam Putik, 2008) :

1. Jumlah atau kuantitas wisatawan yang datang.

2. Alat transportasi apa saja yang digunakan sehubungan dengan kedatangan

wisatawan tersebut.

3. Berapa lama waktu tinggalnya dan berapa jumlah uang yang dikeluarkan.

Pilihan individu dan anggaran belanja merupakan determinan dari

permintaan pariwisata. Seseorang yang berkeinginan menghabiskan liburannya

jauh dari rumah, mempunyai sejumlah uang atau anggaran yang tersedia untuk

berwisata, berbelanja barang dan jasa lain. Besarnya anggaran tergantung dari

xx
xxi

jumlah jam yang dihabiskan untuk bekerja yang sifatnya dibayar setiap periode

waktu. Individu cenderung melakukan pertukaran antara kerja yang dibayar

dengan waktu menganggur. Beberapa orang lebih memilih tambahan pendapatan

yang dihasilkan dari penambahan waktu kerja dibayar, sementara pihak lain

memilih tambahan waktu menganggur untuk bersantai, melakukan kegiatan

rumah tangga dengan begitu konsekuensinya waktu kerja dibayar menjadi sedikit.

Jika mereka memilih untuk menghabiskan waktu kerja dibayar lebih lama

dan waktu menganggur lebih sedikit, maka tingkat pendapatan mereka bertambah

tetapi waktu senggang akan menjadi hilang. Dengan begitu, ada kecenderungan

bahwa pendapatan sering mengambil waktu menganggur, hal ini merupakan biaya

dari alternatif lain yang dikorbankan (opportunity cost). Setiap kombinasi dari

waktu kerja dibayar dengan waktu menganggur menghasilkan sejumlah

pendapatan atau anggaran yang dapat dibelanjakan pada barang dan jasa yang

berbeda. Kombinasi dari konsumsi dan waktu tidak dibayar yang mungkin

dimiliki individu digambarkan oleh garis CBU pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1

Konsumsi dan Waktu Menganggur

xxi
xxii

Sumber : Sinclair dan Stabler, 1997

Sumbu vertikal mengukur nilai konsumsi dan sumbu horisontal mengukur

pertambahan waktu menganggur, dari arah kiri ke kanan, atau pertambahan waktu

kerja dibayar, dari arah kanan ke kiri. Titik OC memperlihatkan konsumsi

maksimum yang merupakan hasil dari pengeluaran maksimum waktu yang

dimungkinkan untuk kerja dibayar. Seseorang yang tidak bekerja mempunyai

kombinasi konsumsi dan waktu menganggur B dan OC* merupakan nilai

konsumsi yang dicapai individu saat menganggur. Posisi antara C dan B

memperlihatkan kombinasi tengah-tengah. Garis CBU dikenal sebagai garis

anggaran (budget line). Kemiringan dari garis ini mengindikasikan tingkat upah.

Individu menerima kepuasan dari mengkonsumsi barang dan waktu

menganggur. Individu juga menerima kepuasan dari mengkonsumsi barang dan

waktu menganggur. Perbedaan kombinasi dari konsumsi dan waktu menganggur

digambarkan oleh kurva I1 dan I2. Kurva tersebut dinamakan kurva indiferen.

Kurva indiferen yang letaknya jauh dari titik origin menunjukkan kombinasi dari

xxii
xxiii

konsumsi dan waktu menganggur yang lebih tinggi dan kepuasan yang lebih

tinggi pula.

Ilmu ekonomi mengasumsikan bahwa individu menginginkan kepuasan

maksimum sebisa mungkin dengan memilih kombinasi dari barang konsumsi dan

waktu menganggur. Titik D pada Gambar 2.1. merupakan posisi yang mungkin

dipilih individu. Titik ini menunjukkan kombinasi optimal dari konsumsi sebesar

OC1 dan waktu menganggur OU1. Titik E mungkin juga dipilih individu, di mana

posisi optimal adalah konsumsi sebesar OC2 dan waktu menganggur OU2.

Permintaan pariwisata mengandalkan total anggaran yang tersedia untuk

belanja dan pada pilihan untuk relativitas pariwisata terhadap barang-barang dan

jasa lainnya. Pada satu titik ekstrim, seseorang dapat mengalokasikan seluruh

anggarannya untuk pariwisata dan pada titik ekstrim lain tidak ada alokasi sama

sekali untuk pariwisata atau semuanya untuk barang lain. Di antara kedua titik

ekstrim tersebut, ada sebuah rentang kombinasi antara pariwisata dan barang dan

jasa lainnya. Pilihan kombinasi pengalokasian anggaran untuk pariwisata dan

pembelanjaan barang lain digambarkan dalam budget line (slope yang

menunjukkan harga relatif barang dan jasa yang digambarkan oleh TG dalam

Gambar 2.2.). Titik OT adalah jumlah pariwisata yang akan dinikmati jika

seseorang membelanjakan seluruh anggarannya untuk berwisata dan OG adalah

jumlah barang lain yang akan dikonsumsi jika tidak ada pengeluaran untuk

pariwisata. Jumlah pariwisata dan barang lain yang dikonsumsi atau dinikmati

bergantung pada harga relatif pariwisata dan barang lain sehingga harga

xxiii
xxiv

pariwisata yang lebih rendah akan membuat lebih banyak konsumsi pariwisata,

begitupun sebaliknya (Sinclair dan Stabler, 1997).

Gambar 2.2

Konsumsi Pariwisata dan Barang Lainnya

Sumber : Sinclair dan Stabler, 1997

Kombinasi pariwisata dan barang lain yang diputuskan untuk dibeli

seseorang bergantung pada preferensi mereka. Kombinasi alternatif antara

pariwisata dan barang lain dapat memberikan tingkat kepuasan yang sama kepada

konsumen, misalnya, konsumsi yang rendah terhadap pariwisata dan konsumsi

yang tinggi terhadap barang lain memberikan kepuasan yang sama seperti

konsumsi pariwisata yang tinggi dan konsumsi barang lain yang rendah, seperti

diilustrasikan oleh kurva indiferen I pada Gambar 2.2. Seseorang dapat

mengalokasikan anggarannya antara untuk pariwisata dan barang lain dengan

memilih kombinasi yang memaksimalkan kepuasan. Pada titik D, dimana kurva

indiferen bersinggungan dengan budget line, menghasilkan konsumsi pariwisata

OT1 dan konsumsi OG1 dari barang lain. Kepuasan maksimum berada pada Titik

D karena pada titik tersebut kurve indiferen I menyinggung budget line TG.

Seseorang dengan preferensi yang lebih kuat terhadap pariwisata akan mengambil

xxiv
xxv

kombinasi sebelah kiri titik D, sedangkan seseorang yang lebih banyak

mengkonsumsi barang lain akan memiliki kurva indiferen yang bersinggungan

dengan TG ke arah kanan titik D (Sinclair dan Stabler,1997).

Secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat antara keputusan

untuk berwisata dengan harga mahal atau membeli perhiasan pada tingkat harga

yang sama. Jika konsumen tersebut lebih berminat terhadap perhiasan, maka

konsumen akan mengkombinasikan pembelian perhiasan dengan berkunjung ke

tempat wisata yang lebih murah atau bahkan menghabiskan seluruh uangnya

untuk membeli perhiasan.

Pada kasus tipe pariwisata yang berbeda, individu memilih kombinasi dari

tipe pariwisata yang dapat bersifat substitusi atau komplementer. Hal ini dapat

dilihat pada Gambar 2.3. dan 2.4.

Gambar 2.3

Tempat Tujuan Wisata Komplementer

Sumber : Sinclair dan Stabler, 1997

xxv
xxvi

Sebagai contoh, London dan Paris mungkin merupakan wisata yang

bersifat komplementer bagi sebagian turis Amerika. Dengan begitu, proporsi

pengeluaran untuk masing-masing adalah tetap. Dari garis anggaran TFTL

memperlihatkan kombinasi berbeda dari pengeluaran untuk wisata dapat

dialokasikan untuk dua tujuan wisata. Kurva indiferen berbentuk L

memperlihatkan proporsi alokasi yang tetap untuk masing-masing tujuan wisata

tersebut (Sinclair dan Stabler, 1997).

Gambar 2.4

Tempat Tujuan Wisata Substitusi

xxvi
xxvii

Sumber : Sinclair dan Stabler, 1997

Gambar 2.4. mengilustrasikan tempat tujuan wisata yang bersifat substitusi

dimisalkan dengan Sidney dan New York. Garis anggaran TSTNY

mengindikasikan harga relatif dari dua tujuan wisata. Kurva indiferen ISIS

memperlihatkan bahwa individu S menganggap dua tujuan wisata tersebut adalah

substitusi, dan memilih New York sebagai tujuan wisata yang lebih disukai.

Individu lain C juga menganggap dua tujuan wisata tersebut adalah

substitusi tetapi dengan kesukaan yang berbeda, diilustrasikan dengan kurva

indiferen ICIC dan lebih memilih Sidney daripada New York.

Para ekonom berpendapat bahwa permintaan pariwisata dipengaruhi oleh

pendapatan dan harga. Pada kasus kenaikan pendapatan dibanding dengan harga

relatif konstan, pengaruhnya terhadap sebagian besar jenis pariwisata dan daerah

tujuan wisata kemungkinan besar adalah positif. Hal ini berlaku untuk barang

normal. Tetapi dapat juga kenaikan pendapatan menyebabkan penurunan

permintaan, berlaku untuk barang inferior. Ganbar 2.5. mengilustrasikan dua

pengaruh tersebut.

Gambar 2.5

Pengaruh Kenaikan Pendapatan Terhadap Konsumsi Pariwisata

xxvii
xxviii

Sumber : Sinclair dan Stabler, 1997

Sumbu vertikal mengukur pariwisata dan sumbu horisontal mengukur

barang lain. Garis TG dan T1G1 adalah garis anggaran sebelum dan sesudah

kenaikan pendapatan, dengan asumsi harga pariwisata lain dan barang yang lain

relatif konstan. Jika pariwisata adalah barang normal, kurva indiferen adalah I2,

dengan begitu permintaan naik dari OT1 ke OT2 pada E. Jika pariwisata adalah

barang inferior, kurva indiferen adalah I3, kenaikan pendapatan membuat

penurunan pariwisata dari OT1 ke OT3 pada F. Jika permintaan berpengaruh

positif terhadap pendapatan dan kenaikan permintaan melebihi proporsinya,

barang ini dikenal sebagai barang mewah dan jika permintaan naik kurang dari

proporsinya, barang ini dikenal sebagai barang primer. Pada konsep elastisitas,

permintaan barang mewah, elastis dengan mengikuti perubahan pendapatan,

sementara untuk barang kebutuhan adalah inelastis.

Kasus kedua adalah pengaruh permintaan pariwisata jika terjadi perubahan

harga relatif dengan pendapatan konstan. Permintaan dan harga pada umumnya

berhubungan negatif, dengan demikian penurunan secara normal akan diikuti

xxviii
xxix

dengan peningkatan permintaan, dan sebaliknya. Pengaruh dari penurunan harga

pariwisata digambarkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6

Pengaruh Penurunan Harga Pada Konsumsi Pariwisata

Sumber : Sinclair dan Stabler, 1997

Pada saat pariwisata menjadi murah, anggaran individu untuk pariwisata

sekarang lebih maksimum sebesar OT‟. Sementara jumlah maksimum

barangbarang lain yang diperoleh adalah tetap pada OG. Kombinasi optimal dari

permintaan dan barang lain pada awal mula dan perubahannya ditunjukkan oleh

titik D dan E, dengan begitu penurunan harga pariwisata menyebabkan kenaikan

permintaan dan kepuasan, dimana individu memperoleh OT2 pariwisata dan OG2

barang-barang lain dibanding dengan OT1 dan OG1 saat harga belum turun.

2.1.2.3 Komponen Permintaan

Selain dilihat dari sediaan, Mc. Intosh juga mengemukakan bahwa

permintaan juga sangat penting dalam kepariwisataan. Jumlah permintaan untuk

xxix
xxx

perjalanan atau tujuan khusus merupakan perhatian besar bagi siapa saja yang

terlibat dalam kepariwisataan. Adapun data permintaan penting antara lain: berapa

banyak pengunjung yang datang, menggunakan alat transportasi apa, berapa lama

mereka tinggal dan apa jenis penginapan dan berapa banyak uang yang telah

dihabiskan atau dibelanjakan. Ada beberapa ukuran permintaan, permintaan

biasanya lebih mudah menghasilkan dan biasanya berasal dari minat umum

dibanding yang lain. Teknik – teknik juga penting untuk membuat ramalan dari

permintaan. Kadang – kadang usaha ini terfokus untuk meningkatkan permintaan

pada waktu – waktu tertentu, tapi tujuan dasar adalah sama untuk meningkatkan

permintaan (Mc.Intosh 1995 : 297).

Menurut Mc.Intosh bahwa suatu pemintaan dapat dikategorikan menjadi

beberapa komponen yaitu sebagai berikut :

1. Permintaan Menjadi Sebuah Tujuan

Permintaan dalam kepariwisataan dapat dijadikan sebuah tujuan,

contohnya telah terjadi dalam beberapa kasus bahwa permintaan

perjalanan tujuan khusus akan menjadi kecenderungan orang – orang

untuk jalan – jalan dan timbal balik dari hubungan berlawanan antara

tempat asal dan tempat tujuan. (Mc.Intosh 1995 : 297 - 298).

2. Jarak Ekonomi

Jarak ekonomi berhubungan dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan

dalam perjalanan dari tempat asal sampai ke tempat tujuan dan kembali

pulang. Semakin tinggi jarak ekonomi, semakin tinggi perlawanan untuk

tujuan tersebut, dan konsekuensinya permintaan semakin rendah, jika

xxx
xxxi

waktu dan biaya perjalanan dapat dikurangi maka permintaan akan naik.

(Mc.Intosh, 1995 : 298).

3. Jarak Budaya

Jarak budaya berhubungan dengan tingkat budaya dari wilayah asal

wisatawan berbeda dengan budaya tuan rumah. Umumnya semakin besar

jarak budaya, semakin besar ketidakinginan(Mc. Intosh, 1995 : 298).

4. Biaya Pelayanan

Semakin besar biaya pelayanan suatu tujuan, semakin besar ketidakinginan

untuk pergi ketempat tersebut untuk itu permintaan menjadi rendah. Faktor

ini menangkap hubungan terbalik antara harga dari sebuah barang atau

pelayanan dan permintaannya. (Mc. Intosh, 1995 : 298).

5. Kualitas Pelayanan

Semakin tinggi kualitas pelayanan suatu tujuan semakin kecil

ketidakinginan untuk pergi ketempat tersebut (Mc.Intosh, 1995 : 298).

6. Musim

Efek dari musim pada permintaan sangat nyata hubungan daya tarik yang

diberikan suatu tempat tergantung waktu dalan tahun dari perjalanan yang

direncanakan. (Mc.Intosh 1995 : 298).

Permintaan pada dasarnya sangat dipengaruhi dan dibatasi oleh persediaan.

Jika aspek suatu persediaan tidak diambil berdasarkan pertimbangan penggunaan

jumlah permintaan, perencana akan dituntun kepada asumsi yang salah terhadap

wilayah khusus, persediaan harus ditingkatkan untuk bertemu permintaan.

xxxi
xxxii

Peningkatan persediaan dibutuhkan lebih dari yang lainnya. Ada beberapa ukuran

dari permintaan (Mc.Intosh 1995 : 299 - 303) yaitu :

1. Kedatangan Pengunjung

Perhitungan sederhana dari jumlah orang yang datang ke tempat tujuan

adalah sebuah ukuran dan pernyataan, walaupun secara khusus tidak

mencukupi. Selain itu data juga sangat dibutuhkan walaupun pengunjung

itu datang dengan menggunakan kapal laut atau pesawat terbang.

2. Pengunjung Siang dan Pengunjung Malam

Keterangan tentang pengunjung siang dan pengunjung malam lebih

bernilai untuk perencana kepariwisataan, sehingga dapat keterangan

jumlah kedatangan para pengunjung yang datang. Perencana taman umum

dan meneger pantai tertarik pada jumlah pengunjung siang. Sedangkan

orang – orang hotel dan penginapan lainnya menginginkan ketenangan

tentang pengunjung malam.

3. Jumlah yang Dikeluarkan / Dibelanjakan

Jumlah yang dibelanjakan adalah ukuran yang berpengaruh terhadap

permintaan jika digambarkan secara akurat. Tetapi ini merupakan ukuran

yang paling sulit untuk diperoleh. Metoda yang paling umum untuk

memperkirakan pengeluaran belanja wisatawan adalah dengan melakukan

proses perkalian antara pengunjung siang dengan pengunjung malam

dengan rata – rata pengeluaran belanja pengunjung siang dan pengunjung

malam. Adapun pengeluaran belanja wisatawan melalui pajak yaitu

xxxii
xxxiii

dengan menggunakan pajak pada barang yang dikonsumsi misalnya pada

kamar hotel atau motel dikenakan pajak sebanyak 4%.

2.1.2.4 Komponen Sediaan

Dalam komponen sediaan yang dikemukakan oleh Mc. Intosh, bahwa

komponen sediaan dibagi kedalam 4 komponen (Mc.Intosh, 1995:269-270) yaitu :

1. Sumber – sumber alam

Kategori terdiri dari patokan dasar persediaan sumber alam dimana semua

areanya cocok digunakan dan memberikan kenyamanan bagi para pengunjng

(iklim dan udara, bunga, bentuk tanah, hewan dan keindahan alam).

2. Infrastruktur

Komponen ini terdiri dari konstruksi yang dikembangkan di bagian bawah

tanah dan permukaan tanah seperti sistem persediaan air bersih, sistem

komunikasi dan listrik, saluran pembuangan kotoran, sistem drainase, konstruksi

fasilitas seperti jalan raya, tempat parkir, hotel, shopping center (bersifat

struktural).

3. Transportasi

Sarana transportasi adalah pengangkutan yang dapat membawa para wisatawan

dari tempat dimana ia biasanya tinggal, ketempat yang merupakan daerah tujuan,

seperti kapal, pesawat, taksi dan fasilitas transportasi pengunjung lainnya.

4. Keramah tamahan dan aspek budaya

Pada suatu tempat, kekayaan budaya dapat menjai penarik pengunjung yang baik

seperti sambutan selamat datang, perlakuan penduduk lokal terhadap pengunjung,

seni tinggi, sejarah, musik, shopping dan tari – tarian.

xxxiii
xxxiv

Dalam Undang – undang No.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan pasal 7

pengelompokan obyek daya tarik wisata, usaha jasa pariwisata dan usaha sarana

pariwisata. Secara terpadu komponen – komponen pariwisata yang akan dikaji

dalam studi ini adalah obyek wisata, sarana pariwisata, dan jasa parwisata.

1. Obyek Wisata

Dalam rangka melakukan survey dan mengevaluasi obyek wisata sangat

penting untuk memahami jenis – jenis daya tarik dan aktivitas wisata yang

harus dipertimbangkan dalam pengembangan wisata, dan bagaimanan hal

ini dapat dikategorikan untuk tujuan analisis (Inskeep, 1991:76). Menurut

International Council of Societies of Industrial Design (ICSID, 1977), ada

beberapa komponen yang dapat menarik kedatangan para wisatawan ke

lokasi wisata, atau menarik minat penduduk setempat untuk turut

menikmati atraksi yang di tawarkan oleh obyek wisata tersebut yaitu :

1. Berpesiar, misalnya berkeliling daerah selama berhari – hari

dengan caravan, motor, mobil, sepeda, perahu dan kapal pesiar.

2. Aktivitas, misalnya kegiatan berburu, menembak, memancing,

selancar, mendaki gunung, bersepeda, berperahu kano, dan ski air.

3. Struktur buatan manusia, misalnya etnis dan agama, bangunan –

bangunan yang megah dan taman – taman yang indah, arsitektur

dan arkeologi, galeri dan museum.

4. Peristiwa atau acara khusus, misalnya kontes olah raga, pagelaran

seni dan budaya, pameran dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata

untuk periode yang singkat (Inskeep, 1991:88)

xxxiv
xxxv

5. Fisik Alam, biasanya merupakan obyek wisata alam serperti

gunung, sungai, laut, hutan, flora dan fauna, danau, pantai, lembah,

dan kawah.

2. Sarana Pariwisata

Adapun yang dimaksud dengan sarana kepariwisataan adalah perusahaan

yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung

maupun tidak langsung serta hidup dan kehidupannya tergantung kepada

kedatangan wisatawan. Akan ditinjau beberapa sarana kepariwisataan

yaitu :

1. Sarana Akomodasi

Bagi wisatawan yang datang dari jauh tentunya memerlukan

tempat tinggal sementara atau tempat untuk bermalam. Lamanya

mereka menetap disuatu lokasi wisata datang secara individu, grup,

keluarga atau rombongan, akan mempengaruhi pilihan jenis

akomodasi (Inskeep, 1991:108).

Dalam perencanaan akomodasi, informasi yang perlu

dipertimbangkan adalah lokasi, jumlah kamar atau jumlah unit

akomodasi, kualitas pelayanan, karakteristik khusus dari fasilitas

dan pelayanan yang ditawarkan, rata – rata hunian kamar, rata –

rata peluang menginap dalam periode 1 tahun, atau untuk periode

musiman. Penilaian terhadap penyediaan akomodasi harus

dilakukan baik terhadap rencana fisik dan jenis fasilitas dan

xxxv
xxxvi

pelayanan yang ditawarkan maupun kualitas pelayanannya

(Inskeep, 1991:115).

2. Tempat Makan

Tempat makan adalah fasilitas yang disediakan dalam rumah

makan dan restoran seperti sarana akomodasi, sarana rumah makan

juga perlu disediakan bagi wisatawan yang mengunjungi obyek

yang jauh maupun dekat dari tempat tinggalnya. Bagi obyek yang

tidak memilikinya dilakukan pendekatan dengan melihat jumlah

kursi atau daya tampung diwilayah kecamatan terdekat.

Usaha penyediaan makanan dan minuman merupakan usaha

pengelolaan, penyediaan dan pelayanan makanan dan minuman,

yang dapat dilakukan sebagai bagian dari penyediaan akomodasi

ataupun sebagai usaha yang berdiri sendiri (UU No. 9 Tahun 1990

Pasal 26).

Pertimbangan yang perlu dilakukan dalam penyediaan fasilitas

makanan dan minuman antara lain adalah jenis dan variasi

makanan yang ditawarkan, tingkat kualitas makanan dan minuman,

pelayanan yang diberikan, tingkat harga, tingkat higienis, hal – hal

lain yang dapat menambah selera makan seseorang, serta lokasi

tempat makan, biasanya dikaitkan dengan lokasi akomodasi dan

rute perjalanan wisata (Inskeep, 1991 : 116-117). Selain itu juga

masalah sebaran lokasi. Untuk memudahkan operasi penyaluran

makanan, sebaiknya disediakan beberapa pusat penyediaaan

xxxvi
xxxvii

makanan dalam satu kawasan wisata yang melayani tempat –

tempat makan dilokasi terdekat dengannya, sehingga

memungkinkan bahan makanan dan minuman dapat diantar dalam

kondisi yang segar, lezat, dan dingin (Lawson & Boud-

Bovy,1998:35).

3. Tempat Parkir

Sarana parkir, berpengaruh terhadap kelancaran lalu lintas maupun

sirkulasi pergerakan di lingkungan obyek wisata tersebut. Adanya

kemacetan lalulintas karena semrawutnya aturan parkir atau untuk

keluar masuk kendaraan. Perlu disediakan ruang parkir yang cukup

untuk menangani kendaraan – kendaraan yang berhenti di tempat

makan, penginapan atau tempat belanja supaya jalan tidak dipadati

oleh kendaraan yang diparkir, terutama pada jam – jam ramai

(Inskeep, 1991 : 317).

Tempat parkir dapat berupa parkir terbuka ataupun parkir tertutup,

dan berdasarkan letaknya, tempat parkir dapat berupa parkir

pinggir jalan dan parkir khusus pada lahan yang merupakan bagian

dari lahan bangunan fasilitas tertentu. Lokasi dan rancangan parkir

di luar jalan harus dapat menimbulkan perhatian khusus bagi

pemarkir yang akan menggunakannya (Ditjen Perhubungan Darat,

1995 : 116).

4. Fasilitas Belanja

xxxvii
xxxviii

Belanja merupakan salah satu aktivitas kegiatan wisata , dan

sebagian pengeluaran wisatawan didistribusikan untuk belanja.

Karena fasilitas terhadap aktivitas belanja perlu dipertimbangkan

dalam perencanaan dan pengembangan pariwisata, bukan hanya

sebagai pelayanan wisata, namun juga sebagai obyek wisata yang

memiliki daya tarik (Inskeep, 1991 : 86)

Fasilitas dan pelayanan belanja disediakan bagi pengunjung yang

akan membeli barang – barang seni, kerajinan tangan, souvenir,

barang – barang khas seperti pakaian, perhiasan, dan ketersediaan

barang – barang dengan pelayanan yang memadai, lokasinya yang

nyaman dan akses yang baik, serta tingkat harga yang relatif

terjangkau (Inskeep, 1991 : 117).

Pusat perbelanjaan atau toko cenderamata ini sebagai kenangan

bahwa wisatawan telah mengunjungi obyek yang menarik,

biasanya mereka membeli barang pelengkap daya tarik obyek,

dengan demikian wisatawan lebih banyak membelanjakan

uangnya.

5. Sarana Transportasi

Sarana transportasi adalah pengangkutan yang dapat membawa

para wisatawan dari tempat dimana ia biasanya tinggal, ketempat

yang merupakan daerah tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan

menggunakan pesawat udara untuk jarak jauh, kereta api, bis, taksi

dan kendaraan lainnya. Keterhubungan antara satu lokasi dengan

xxxviii
xxxix

lokasi lain merupakan komponen penting dalam sistem

kepariwisataan (Gunn, 1998 : 71). Untuk menciptakan saling

keterhubungan antar berbagai tempat dalam satu kawasan wisata

dan untuk memberi kemudahan dalam pergerakan dari satu tempat

ke tempat lain, perlu adanya sarana dan prasarana yang memadai.

Dalam kaitannya dengan kepariwisataan, sarana pergerakan

tersebut harus disesuaikan dengan keberadaannnya disuatu lokasi

wisata. Artinya elemen – elemen pergerakan tersebut harus

memiliki nilai daya tarik dan berperan dalam mendukung aktivitas

wisata. Menurut Inskeep, bahwa sarana transportasi yang menarik,

mengandung nilai historis, dan memiliki bentuk – bentuk khusus,

dapat dijadikan sebagai obyek dan daya tarik wisata (Inskeep, 1991

: 90).

6. Fasilitas Umum

Selain sarana yang telah di sebutkan diatas, obyek wisata juga

memerlukan fasilitas umum sebagai sarana umum yang biasa

tersedia di tempat – tempat rekreasi, yaitu :

i. WC umum

ii. Tempat Ibadah

iii. Telepon umum

3. Jasa Pariwisata

Jasa pariwisata, sebagaimana jasa lainnya memiliki sifat khas, yaitu tidak

bisa ditimbun dan dikonsumsi pada saat jasa tersebut dihasilkan (Yoeti,

xxxix
xl

1996:80). Dari sifat ini dapat pula dikatakan bahwa jasa pariwisata adalah

pelayanan wisata yang diberikan kepada wisatawan. Analisis terhadap

pelayanan wisata merupakan hal penting karena pengeluaran yang

dihabiskan oleh wisatawan untuk membayar pelayanan memberikan input

utama dalam analisa ekonomi kepariwisataan (Gunn,1988:71). Komponen

pelayanan jasa wisata terdiri dari :

1. Pusat informasi

Berfungsi untuk memberikan penerangan yang meliputi jenis

atraksi atau obyek menarik yang biasa dilihat atau pariwisata

penting yang terjadi di waktu – waktu tertentu di obyek pariwisata

dan sebagainya. Pusat informasi dan promosi merupakan

pelayanan yang sejalan.

Dengan adanya informasi, orang dapat memberikan penilaian yang

berkaitan dengan pengalaman dari perjalanan wisata yang akan

mereka lakukan, dan penilaian ini akan mempengaruhi keputusan

pilihan tujuan wisata mereka (Gunn, 1988 : 71).

Untuk menarik minat orang agar berwisata ke suatu tempat,

informasi yang diberikan harus memberikan nilai promosi yang

menggambarkan daya tarik obyek wisata. Untuk memudahkan

promosi tersebut, maka dapat digunakan jenis – jenis media

promosi seperti brosur, booklets, guide book, folder, leaflets

(Yoeti, 1996 : 192 - 193). Material promosi ini juga bisa

xl
xli

disediakan oleh biro perjalan wisata untuk menciptakan koordinasi

dan sinkronisasi antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya.

2. Penyediaan Perlengkapan Wisata

Salah satu bagian yang cukup penting dari permintaan pariwisata

adalah produk – produk dan pelayanan yang bersifat eceran. Obyek

wisata seperti memancing, berkemah, atau olahraga air,

memerlukan perlengkapan khusus. Dan pengunjung biasanya tidak

membawa perlengkapan yang mereka butuhkan sampai mereka

tiba di lokasi wisata (Gunn, 1988:134-135). Karena itu perlu

disediakan perlengkapan wisata dalam penyelenggaraan pariwisata,

agar memudahkan pengunjung untuk melakukan aktivitas wisata.

3. Pemandu Wisata

Untuk bentuk – bentuk tertentu, dalam sistem kepariwisataan

mungkin memerlukan jenis – jenis fasilitas pelayanan wisata

khusus. Untuk tiap area dan jenis pariwisata, fasilitas dan

pelayanan yang spesifik perlu diidentifikasikan

(Inskeep,1991:119). Berkaitan dengan wilayah studi yang memiliki

daya tarik wisata berupa aktivitas jelajah cagar alam, diperlukan

suatu jasa pemandu wisata yang berperan sebagai petunjuk jalan

bagi pengunjung yang melakukan aktivitas penjelajahan tersebut.

4. Pengawas Pantai

Pertimbangan terhadap perlunya penyediaan pengawas pantai ini

mengacu pada ketentuan yang ditetapkan dalam keputusan Dirjen

xli
xlii

Pariwisata (1991, pasal 2) yang menyatakan bahwa setiap usaha

pariwisata yang memiliki kawasan / resor dan obyek wisata di laut,

pantai darat termasuk danau, sungai, hotel berbintang / hotel melati

yang memiliki kolam renang, kesemuanya digolongkan

mengandung resiko kecelakaan tinggi yang dapat menimpa

wisatawan / pemakai jasa sehingga diwajibkan menyediakan

tenaga pemandu keselamatan wisata.

2.1.3 Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

2.1.3.1 Pengertian Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur penting dalam

dunia kepariwisataan. Dimana objek dan daya tarik wisata dapat menyukseskan

program pemerintah dalam melestarikan adat dan budaya bangsa sebagai asset

yang dapat dijual kepada wisatawan.

Objek dan daya tarik wisata dapat berupa alam, budaya, tata hidup dan

sebagainya yang memiliki daya tarik dan nilai jual untuk dikunjungi ataupun

dinikmati oleh wisatawan. Dalam arti luas, apa saja yang mempunyai daya tarik

wisata atau menarik wisatawan dapat disebut sebagai objek dan daya tarik wisata.

Produk pariwisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh,

dirasakan, dimiliki dan dinikmati oleh wisatawan sejak ia meninggalkan rumah,

tempat tinggal sampai ke daerah wisata yang dipilihnya hingga kembali ke tempat

asalnya. Adapun yang dimaksud dengan produk industri wisata adalah

keseluruhan pelayanan yang diperoleh oleh wisatawan.

xlii
xliii

Menurut UU No. 9 Tahun 1990 Bab III Pasal IV tentang kepariwisataan

menjelaskan perbedaan antara objek dan daya tarik wisata adalah :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang

berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam,

panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis serta

binatang-binatang langka.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,

peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, pertanian

(wisata agro), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan

tempat hiburan lainnya.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki gunung, gua,

industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan, sungai air deras, tempat-

tempat ibadah, tempat-tempat ziarah, dan lain-lain.

4. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata,

termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang

terkait di bidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi :

a. Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata.

b. Pengusahaan objek dan daya tarik wisata, seperti : kawasan wisata,

taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah (candi, makam),

museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan

masyarakat. Dan yang bersifat alamiah, seperti : keindahan alam,

gunung berapi, danau, pantai dan sebagainya.

Menurut SK Menparpostel No. KM 98 PW. 102 MPPT – 87 yaitu :

xliii
xliv

“Objek wista adalah suatu tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya

alam yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik yang

diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan”.

Dalam kepariwisataan faktor manfaat dan kepuasan wisatawan berkaitan

dengan “Tourism Resourch dan Tourist Service. Objek dan atraksi wisata adalah

segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang mempunyai daya tarik

tersendiri yang mampu mengajak wisatawan berkunjung. Hal-hal yang dapat

menarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah tujuan wisata antara lain :

1. Natural Amenities, adalah benda-benda yang sudah tersedia dan sudah ada

di alam. Contoh; iklim, bentuk tanah, pemandangan alam, flora dan fauna,

dan lain-lain.

2. Man Made Supply, adalah hasil karya manusia seperti benda-benda

bersejarah, kebudayaan, dan religi.

3. Way of Life, adalah tata cara hidup tradisional, kebiasaan hidup, adat-

istiadat seperti pembakaran mayat di Bali, upacara sekaten di Jogjakarta.

4. Culture, adalah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang tinggal di

daerah objek wisata.

2.1.3.2 Unsur Objek Wisata dan Daya Tarik Wisata

Tourist Service adalah segala fasilitas yang digunakan dan aktifitas yang

dilakukan dimana pengadaannya disediakan oleh perusahaan lain secara

komersial. Untuk dapat menjadi suatu daerah tujuan wisata yang baik maka kita

harus mengembangkan tiga hal yaitu :

1. Something to see, adalah segala sesuatu yang menarik untuk dilihat.

xliv
xlv

2. Something to buy, adalah segala sesuatu yang menarik atau mempunyai

ciri khas tersendiri untuk dibeli.

3. Something to do, yaitu suatu aktivitas yang dapat dilakukan di tempat

tersebut.

Ketiga hal itu merupakan unsur-unsur yang kuat untuk suatu daerah tujuan

wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata ada beberapa

hal yang harus diperhatikan antara lain :

1. Harus mampu bersaing dengan objek wisata yang ada di daerah lain.

2. Memiliki sarana pendukung yang memiliki cirri khas tersendiri.

3. Harus tetap tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali di bidang

pembangunan dan pengembangan.

4. Harus menarik.

Menurut Edward Inskeep (1991:27), mengatakan bahwa suatu objek

wisata harus mempunyai 5 unsur penting, yaitu:

1. Daya tarik

Daya tarik merupakan faktor utama yang menarik wisatawan mengadakan

perjalanan mengunjungi suatu tempat, baik suatu tempat primer yang

menjadi tujuan utamanya, atau tujuan sekunder yang dikunjungi dalam

suatu perjalanan primer karena keinginannya untuk menyaksikan,

merasakan, dan menikmati daya tarik tujuan tersebut. Sedangkan daya

tarik sendiri dapat diklasifikan kedalam daya tarik lokasi yang merupakan

daya tarik permanen.

2. Prasarana Wisata

xlv
xlvi

Prasarana wisata ini dibutuhkan untuk melayani wisatawan selama

perjalanan wisata. Fasilitas ini cenderung berorientasi pada daya tarik

wisata di suatu lokasi, sehingga fasilitas ini harus terletak dekat dengan

objek wisatanya. Prasarana wisata cenderung mendukung kecenderungan

perkembangan pada saat yang bersamaan. Prasarana wisata ini terdiri dari:

a. Prasarana akomodasi

Prasarana akomodasi ini merupakan fasilitas utama yang sangat

penting dalam kegiatan wisata. Proporsi terbesar dari pengeluaran

wisatawan biasanya dipakai untuk kebutuhan menginap, makan

dan minum. Daerah wisata yang menyediakan tempat istirahat

yang nyaman dan mempunyai nilai estetika tinggi, menu yang

cocok, menarik, dan asli daerah tersebut merupakan salah satu

yang menentukan sukses tidaknya pengelolaan suatu daerah wisata.

b. Prasarana pendukung

Prasarana pendukung harus terletak ditempat yang mudah dicapai

oleh wisatawan. Pola gerakan wisatawan harus diamati atau

diramalkan untuk menentukan lokasi yang optimal mengingat

prasarana pendukung akan digunakan untuk melayani mereka.

Jumlah dan jenis prasarana pendukung ditentukan berdasarkan

kebutuhan wisatawan.

3. Sarana Wisata

Sarana Wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

xlvi
xlvii

perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata

maupun objek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan

wisatawan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu, selera

pasar pun dapat menentukan tuntutan berbagai sarana yang dimaksud.

Berbagai sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata

antara lain biro perjalanan, alat transportasi, dan alat komunikasi, serta

sarana pendukung lainnya. Tidak semua objek wisata memerlukan sarana

yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus

disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan.

4. Infrastruktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi sarana dan prasarana

wisata, baik yang berupa sistem pengaturan maupun bangunan fisik diatas

permukaan tanah dan dibawah tanah, seperti: sistem pengairan, sumber

listrik dan energi, sistem jalur angkutan dan terminal, sistem komunikasi,

serta sistem keamanan atau pengawasan. Infrastruktur yang memadai dan

terlaksana dengan baik di daerah tujuan wisata akan membantu

meningkatkan fungsi sarana wisata, sekaligus membantu masyarakat

dalam meningkatkan kualitas hidupnya.

5. Masyarakat, Lingkungan, dan Budaya

Daerah dan tujuan wisata yang memiliki berbagai objek dan daya tarik

wisata akan mengundang kehadiran wistawan. Beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam kaitannya dengan masyarakat, lingkungan dan budaya

adalah sebagai berikut:

xlvii
xlviii

a. Masyarakat

Masyarakat di sekitar obyek wisatalah yang akan menyambut

kehadiran wisatawan tersebut, sekaligus akan memberikan layanan

yang diperlukan oleh para wisatawan. Layanan yang khusus dalam

penyajiannya serta mempunyai kekhasan sendiri akan memberikan

kesan yang mendalam. Untuk itu masyarakat di sekitar objek

wisata perlu mengetahui berbagai jenis dan kualitas layanan yang

dibutuhkan oleh para wisatawan.

b. Lingkungan

Disamping masyarakat di sekitar objek wisata, lingkungan alam di

sekitar objek wisata pun perlu diperhatikan dengan seksama agar

tidak rusak dan tercemar. Lalu-lalang manusia yang terus

meningkat dari tahun ke tahun dapat mengakibatkan rusaknya

ekosistim dari fauna dan flora di sekitar objek wisata. Oleh sebab

itu perlu adanya upaya untuk menjaga kelestarian lingkungan

melalui penegakan berbagai aturan dan persyaratan dalam

pengelolaan suatu objek wisata.

c. Budaya

Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alam di suatu objek

wisata merupakan lingkungan budaya yang menjadi pilar

penyangga kelangsungan hidup suatu masyarakat. Oleh karena itu

lingkungan budaya ini pun kelestariannya tak boleh tercemar oleh

budaya asing, tetapi harus ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat

xlviii
xlix

memberikan kenangan yang mengesankan bagi setiap wisatawan

yang berkunjung.

2.1.4 Wisatawan, Pengunjung dan Karakteristik

2.1.4.1 Wisatawan

Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-

Undang nomor 10 tahun 2009). Jadi menurut pengertian ini, semua orang yang

melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan. Apapun tujuannya yang

penting, perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah

ditempat yang dikunjungi.

Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan

sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24

jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu negeri yang bukan negeri di mana

biasanya ia tinggal, mereka ini meliputi:

1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-

senang, untuk keperluan pribadi atau untuk keperluan kesehatan.

2. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bisnis,

pertemuan, konferensi, musyawarah atau sebagai utusan berbagai

badan/organisasi.

3. Pejabat pemerintahan dan militer beserta keluarganya yang di tempatkan

di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan

perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan wisatawan.

Menurut Pendit (1994:38), wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi:

xlix
l

1. Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang melakukan

perjalanan wisata diluar negerinya dan wisatawan didalam negerinya.

2. Wisatawan Nasional (Domestic) adalah penduduk Indonesia yang

melakukan perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya berdomisili,

dalam jangka waktu sekurang-kurangya 24 jam atau menginap kecuali

kegiatan yang mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi Pendit

(1994:39)

2.1.4.2 Pengunjung dan Karakteristiknya

Bila diperhatikan, orang-orang yang datang berkunjung disuatu tempat

atau negara, biasanya mereka disebut sebagai pengunjung yang terdiri dari

beberapa orang dengan bermacam-macam motivasi kunjungan termasuk

didalamnya adalah wisatawan, sehingga tidak semua pengunjung termasuk

wisatawan.

Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO),

pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal

lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan

yang menerima upah.

Pengunjung digolongkan dalam dua kategori, yaitu:

1. Wisatawan (tourist)

Pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya selama 24 jam di

negara yang kunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan ke

dalam klasifikasi sebagai berikut:

l
li

i. Pesiar (leisure), untuk keperluan rekreasi, liburan,

kesehatan, studi, keagamaan dan olahraga.

ii. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi,

dan lain sebagainya.

2. Pelancong (exursionist)

Pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam

waktu kurang dari 24 jam.

Karakteristik pengunjung dapat dibedakan ke dalam dua jenis, yaitu

karakteristik sosial-ekonomi dan karakteristik perjalanan wisata Smith (1989:13).

Dalam hal ini karakteristik pengunjung memberikan pengaruh yang tidak

langsung terhadap pengembangan pariwisata. Tidak dapat diterapkan secara

langsung langkah-langkah yang harus dilakukan hanya dengan melihat

karakteristik pengunjung, melainkan perlu melihat keterkaitan dengan persepsi

pengunjung.

Pengunjung pada suatu objek wisata memiliki karakteristik dan pola

kunjungan, kebutuhan ataupun alasan melakukan kunjungan ke suatu objek wisata

masing-masing berbeda hal ini perlu menjadi pertimbangan bagi penyedia

pariwisata sehingga dalam menyediakan produk dapat sesuai dengan minat dan

kebutuhan pengunjung.

Adapun karakteristik pengunjung meliputi:

1. Jenis kelamin yang dikelompokkan menjadi laki-laki dan perempuan

2. Usia adalah umur responden pada saat survei

3. Kota atau daerah asal adalah daerah tempat tinggal responden

li
lii

4. Tingkat pendidikan responden

5. Status pekerjaan responden

6. Status perkawinan responden

7. Pendapatan perbulan responden

Sedangkan pola kunjungan responden merupakan alasan utama perjalanan adalah

motif atau tujuan utama dilakukannya perjalanan tersebut meliputi:

1. Maksud kunjungan yang merupakan tujuan utama melakukan perjalanan

wisata.

2. Frekuensi kunjungan adalah banyaknya kunjungan ke objek wisata yang

pernah dilakukan oleh responden.

3. Teman perjalanan adalah orang yang bersama-sama dengan responden

melakukan perjalanan wisata.

4. Lama Waktu kunjungan adalah jumlah waktu yang dihasilkan responden

selama berada di objek wisata.

5. Besar pengeluaran adalah jumlah pengeluaran atau biaya selama

melakukan perjalanan wisata.

2.1.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Perjalanan Wisata

Faktor-faktor utama yang mempengaruhi perjalanan wisata adalah sebagai

berikut Foster (1985:5):

a. Profil Wisatawan (Tourist Profile)

Profil wisatawan dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) kategori,

yaitu:

lii
liii

i. Karakteristik sosial ekonomi wisatawan (Sosio-economic

characteristic) yang meliputi umur, pendidikan dan

tingkat pendapatan.

ii. Karakteristik tingkah laku (behavioural Characteristic)

yang meliputi motivasi, sikap dan keinginan wisatawan.

b. Pengetahuan untuk melakukan perjalanan (travel awareness) yang

meliputi informasi tentang daerah tujuan wisata serta ketersediaan

fasilitas dan pelayanannya.

c. Karakteristik perjalanan (trip features) yang meliputi jarak, waktu

tinggal di daerah tujuan, biaya dan waktu perjalanan.

d. Sumber daya dan karakteristik daerah tujuan (resources and

characteristic of destination) yang meliputi jenis atraksi,

akomodasi, ketersediaan dan kualitas fasilitas pelayanan, kondisi

lingkungan dan sebagainya.

Keempat faktor di atas dirumuskan melalui unsur penawaran (supply) dan

unsur permintaan (demand). Adanya kedua unsur yang berlawanan ini melahirkan

berbagai jenis kegiatan rekreasi yang dapat dinikmati oleh pengunjung di suatu

kawasan wisata. Faktor yang mendorong suatu perjalanan wisata dari daya tarik

objek wisata diharapkan membentuk citra atau image. Citra wisata adalah

gambaran yang diperoleh wisatawan dari berbagai kesan, pengalaman dan

kenangan yang didapat sebelum, ketika dan sesudah mengunjungi objek wisata.

Dengan demikian untuk membentuk citra dari suatu kawasan wisata perlu

adanya suatu produk wisata yang dapat mempengaruhi perjalanan seorang

liii
liv

wisatawan. Produk tersebut dirumuskan dengan menampilkan objek yang menarik

dan sarana yang mendukung sehingga mempunyai nilai kompetisi.

2.1.5 Pendapatan

Menurut Gilarso (2002), pendapatan atau sering disebut dengan

penghasilan didefinisikan sebagai bentuk balas-karya yang diperoleh sebagai

imbalan atau balas jasa atas sumbangan seseorang terhadap proses produksi.

Jenis-jenis sumber pendapatan dapat berasal dari : (a) usaha sendiri (wiraswasta,

misalnya berdagang, mengerjakan sawah); (b) bekerja pada orang lain, misalnya

bekerja di kantor atau perusahaan sebagai pegawai atau karyawan (baik swasta

ataupun pemerintah); (c) hasil dari milik, misalnya mempunyai sawah yang

disewakan, punya rumah disewakan, punya uang dipinjamkan dengan bunga

tertentu.

Pendapatan dapat diterima berupa uang, dapat juga dalam bentuk barang

(misalnya tunjangan beras, hasil dari sawah atau pekarangan sendiri), atau

fasilitas-fasilitas (misalnya rumah dinas, pengobatan/ kesehatan gratis), selain hal

tersebut di atas masih dijumpai pendapatan yang berasal dari : uang pensiun bagi

mereka yang sudah lanjut usia dan dulu bekerja pada pemerintah atau instansi

lainnya; sumbangan atau hadiah, misalnya sokongan dari saudara/famili, warisan,

hadiah tabungan. Pinjaman atau hutang, ini memang merupakan uang masuk,

tetapi pada suatu saat akan harus dilunasi/dikembalikan.

Model pendapatan interregional merupakan perubahan pendapatan

regional dapat berasal dari beberapa sumber yang mungkin, tidak lagi semata-

liv
lv

mata berasal dari perubahan ekspor yang ditentukan secara eksogen. Sumber-

sumber ini meliputi (a) perubahan pengeluaran-pengeluaran otonom regional

(misalnya investasi, pengeluaran pemerintah); (b) perubahan tingkat pendapatan

suatu daerah (atau daerah-daerah) lain di dalam sistem yang bersangkutan yang

akan terlihat dalam perubahan ekspor daerah; (c) berubahnya salah satu di antara

parameter-parameter model (hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan

irregional atau tingkat pajak marginal) (Richardson, 2001).

Penting untuk dicatat bahwa apabila yang menjadi tujuan adalah

memaksimumkan pendapatan nasional, maka distribusi optimal dari pengeluaran

tidaklah tergantung pada nilai-nilai koefisien perdagangan interregional. Apabila

tujuan-tujuan yang hendak dicapai adalah lebih kompleks, misanya perubahan-

perubahan distribusi pendapatan yang dikehendaki bagi beberapa (atau semua),

maka nilai hasrat impor marginal pun menjadi relevan (Engerman, 1965 dalam

Richardson, 2001).

Pendapatan masyarakat yang merata, sebagai suatu sasaran merupakan

masalah yang sulit dicapai, namun berkurangnya kesenjangan adalah salah satu

tolok ukur keberhasilan pembangunan. Indikator yang cukup baik untuk

mengukur tingkat pemerataan pendapatan masyarakat adalah distribusi

pendapatan masyarakat diantara golongan penduduk (golongan pendapatan).

Pendapatan masyarakat sangat tergantung dari lapangan usaha, pangkat dan

jabatan pekerjaan, tingkat pendidikan umum, produktivitas, prospek usaha,

permodalan dan lain-lain. Faktor-faktor tersebut menjadi penyebab perbedaan

tingkat pendapatan penduduk.

lv
lvi

2.1.6 Pendekatan Biaya Perjalanan (Travel Cost Method)

Pada mulanya pendekatan biaya perjalanan ini digunakan untuk menilai

manfaat yang diterima masyarakat dari penggunaan barang dan jasa lingkungan.

Pendekatan ini juga mencerminkan kesediaan masyarakat untuk membayar barang

dan jasa yang diberikan lingkungan dibanding dengan jasa lingkungan dimana

mereka berada pada saat tersebut. Banyak contoh sumber daya lingkungan yang

dinilai dengan pendekatan ini berkaitan dengan jasa-jasa lingkungan untuk

rekreasi di luar rumah yang seringkali tidak diberikan nilai yang pasti. Untuk

tempat wisata, pada umumnya hanya dipungut harga karcis yang tidak cukup

untuk mencerminkan nilai jasa lingkungan dan juga tidak mencerminkan

kesediaan membayar oleh para wisatawan yang memanfaatkan sumber daya alam

tersebut. Untuk lebih sempurnanya perlu diperhitungkan pula nilai kepuasan yang

diperoleh para wisatawan yang bersangkutan (Suparmoko, 2000).

Dalam memperkirakan nilai tempat wisata tersebut tentu menyangkut

waktu dan biaya yang dikorbankan oleh para wisatawan dalam menuju dan

meninggalkan tempat wisata tersebut. Semakin jauh jarak wisatawan ke tempat

wisata tersebut, akan semakin rendah permintaannya terhadap tempat wisata

tersebut. Permintaan yang dimaksud tersebut adalah permintaan efektifnya yang

dibarengi dengan kemampuan untuk membeli. Para wisatawan yang lebih dekat

dengan lokasi wisata tentu akan lebih sering berkunjung ke tempat wisata tersebut

dengan adanya biaya yang lebih murah yang tercermin pada biaya perjalanan yang

dikeluarkannya. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa wisatawan mendapatkan

lvi
lvii

surplus konsumen. Surplus konsumen merupakan kelebihan kesediaan membayar

atas harga yang telah ditentukan. Oleh karena itu surplus konsumen yang dimiliki

oleh wisatawan yang jauh tempat tinggalnya dari tempat wisata akan lebih rendah

dari pada mereka yang lebih dekat tempat tinggalnya dari tempat wisata tersebut

(Suparmoko, 2000).

Pendekatan travel cost banyak digunakan dalam perkiraan nilai suatu

tempat wisata dengan menggunakan berbagai variabel. Pertama kali dikumpulkan

data mengenai jumlah pengunjung, biaya perjalanan yang dikeluarkan, serta factor

lain seperti tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan mungkin juga agama dan

kebudayaan serta kelompok etnik dan sebagainya. Data atau informasi tersebut

diperoleh dengan cara mewawancarai para pengunjung tempat wisata untuk

mendapatkan data yang diperlukan (Suparmoko, 2000).

Konsep dasar dari metode travel cost adalah waktu dan pengeluaran biaya

perjalanan (travel cost expenses) yang harus dibayarkan oleh para pengunjung

untuk mengunjungi tempat wisata tersebut yang merupakan harga untuk akses ke

tempat wisata (Garrod dan Willis, 1999 dalam Salma dan Susilowati, 2004).

Itulah yang disebut dengan willingness to pay (WTP) yang diukur berdasarkan

perbedaan biaya perjalanan.

Terdapat beberapa pendekatan yang di gunakan untuk memecahkan

permasalahan melalui metode travel cost menurut Garrod dan Willis (1999) dalam

Salma dan Susilowati (2004), yaitu:

1. Pendekatan Zona Biaya Perjalanan (A simple zonal travel cost approach).

lvii
lviii

Pendekatan ini menggunakan data sekunder dan pengumpulan data dari

para pengunjung menurut daerah asal. Diterapkan dengan mengumpulkan

informasi pada jumlah kunjungan ke suatu tempat dari jarak yang berbeda.

Karena biaya perjalanan dan waktu akan bertambah sesuai dengan

bertambahnya jarak, informasi ini memperkenankan peneliti untuk

menghitung jumlah kunjungan “yang dibeli” pada “harga” yang berbeda.

Informasi ini digunakan untuk membangun fungsi permintaan terhadap

suatu tempat dan memperkirakan surplus konsumen atau manfaat ekonomi

layanan rekreasi suatu tempat.

2. Pendekatan Biaya Perjalanan Individu (An individual travel cost

approach).

Penelitian dengan menggunakan metode biaya perjalanan individu

(individual travel cost method) biasanya dilaksanakan melalui survey

kuisioner pengunjung mengenai biaya perjalanan yang harus dikeluarkan

ke lokasi wisata, kunjungan ke lokasi wisata lain (substitute sites), dan

faktor-faktor sosial ekonomi (Suparmoko, 1997). Data tersebut kemudian

digunakan untuk menurunkan kurva permintaan dimana surplus konsumen

dihitung. Metode ini telah banyak dipakai dalam perkiraan nilai suatu

taman rekreasi dengan menggunakan berbagai variable (Suparmoko,

2000). Pertama kali dikumpulkan data, mengenai jumlah pengunjung

taman, biaya perjalanan yang dikeluarkan, serta faktor-faktor lain seperti

tingkat pendapatan, pendidikan, dan mungkin juga agama dan kebudayaan

serta kelompok etnik dan sebagainya. Data atau informasi tersebut

lviii
lix

mengenai jarak tempuh mereka ke lokasi taman rekreasi tersebut, biaya

perjalanan yang dikeluarkan, lamanya waktu yang digunakan, tujuan

perjalanam, tingkat pendapatan rata-rata, dan faktor sosial ekonomi

lainnya.

2.1.7 Lama Perjalanan (Travel Time)

Waktu perjalanan (travel time) didefinisikan sebagai total/keseluruhan

waktu yang dibutuhkan oleh suatu moda/kendaraan untuk menempuh suatu rute

perjalanan dari daerah asal menuju daerah tujuan (McShane, 2001). Untuk

mengetahui waktu yang diperlukan dalam perjalanan ini maka dibutuhkan

perhitungan nilai waktu perjalanan, dimana perhitungan ini menghasilkan data

berupa waktu yang dibutuhkan untuk menjalani suatu ruas jalan, kecepatan

kendaraan dan juga tundaan.

Waktu perjalanan adalah jumlah waktu yang diperlukan dari asal sampai

pada tujuan. Waktu perjalanan dapat berbeda dari setiap pengukuran, hal ini

dipengaruhi oleh keadaan jalan, seperti lamanya waktu terkena lampu merah,

terkena macet, berhenti karena ada kereta api yang melintas, dan sebagainya.

Waktu perjalanan akan dikatakan konsisten apabila waktu perjalanan yang

diperoleh setiap harinya sama atau tidak berbeda jauh dari sebelumnya. Bagi para

pengguna jalan, waktu perjalanan sangatlah penting dalam berpergian, karena

dengan adanya waktu perjalanan yang konsisten akan membantu para pengguna

jalan untuk merencanakan waktu perjalanannya (McShane, 2001). Waktu

lix
lx

perjalanan dapat diperoleh dengan rumus (McShane, 2001): Travel Time =

Arrival time – Departure time

Variabilitas waktu perjalanan menunjukkan ketidakpastian untuk para

pengguna jalan, sehingga mereka tidak tahu persis kapan mereka akan tiba di

tujuan, hal ini disebabkan oleh keadaan jalan yang berbeda setiap harinya.

Semakin tinggi variabilitas waktu perjalanan akan membuat para pengguna jalan

lebih sulit untuk memperkirakan waktu yang diperlukan untuk tiba di tujuan

(McShane, 2001).

2.1.8 Fasilitas Pariwisata

2.1.8.1 Pengertian Fasilitas Sarana dan Prasarana Pariwisata

1. Prasarana Obyek Wisata

Prasarana obyek wisata adalah sumber daya alam dan sumber daya buatan

manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di

daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, terminal,

jembatan, dan lain sebagainya, dan itu termasuk ke dalam prasarana

umum. Untuk kesiapan obyek wisata yang akan di kunjungi oleh

wisatawan di daerah tujuan wisata, prasarana wisata tersebut perlu di

bangun dengan disesuaikan dengan lokasi dan kondisi obyek wisata yang

bersangkutan.

Pembangunan prasarana wisata yang mempertimbangkan kondisi dan

lokasi akan meningkatkan aksesbilitas suatu obyek wisata yang pada

gilirannya akan dapat meningkatkan daya tarik obyek wisata itu sendiri. Di

lx
lxi

samping berbagai kebutuhan yang telah disebutkan di atas, kebutuhan

wisatawan yang lain juga perlu disediakan di daerah tujuan wisata, seperti

bank, apotek, rumah sakit, pom bensin, pusat-pusat perbelanjaan dan lain-

lain.

Dalam pembangunan prasarana wisata pemerintah lebih dominan, karena

pemerintah dapat mengambil manfaat ganda dari pembangunan tersebut,

seperti untuk meningkatkan arus informasi, arus lalu lintas ekonomi, arus

mobilitas manusia antara daerah, dan sebagainya, yang tentu saja

meningkatkan kesempatan berusaha dan lapangan pekerjaan bagi

masyarakat disekitarnya.

2. Sarana obyek

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang

diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati

perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata di daerah tujuan wisata

maupun obyek wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan

wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu selera

pasar pun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai

sarana wisata yang harus disediakan di daerah tujuan wisata adalah hotel,

biro perjalanan, alat transportasi, restoran, dan rumah makan serta sarana

pendukung lainnya. Tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang

sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut harus disesuikan

dengan kebutuhan wisatawan.

lxi
lxii

Sarana wisata secara kuantitatif menunjuk pada jumlah sarana wisata yang

harus disediakan, dan secara kualitatif menunjukkan pada mutu pelayanan

yang diberikan dan yang tercermin pada kepuasan wisatawan yang

memperoleh pelayanan. Dalam hubungannya dengan jenis dan mutu

pelayanan sarana wisata di daerah tujuan wisata telah di susun suatu

standar wisata yang baku baik secara nasional maupun internasional,

sehingga penyediaan sarana wisata tinggal memilih atau menentukan jenis

dan kualitas yang akan disediakan.

2.1.8.2 Komponen Fasilitas Sarana dan Prasarana Pariwisata

Komponen-komponen yang termasuk ke dalam sarana dan prasarana yaitu

1. Produk yang nyata (Tangible Product) terdiri dari :

Prasarana wisata adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana

kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan

pelayanan kepada wisatawan untuk dapat memenuhi kebutuhan selama

dalam perjalanan. Misalnya jaringan jalan, sarana pelabuhan (udara, laut,

darat), telekomunikasi, jaringan listrik, air bersih, rumah sakit dan lain

sebagainya. Sarana produk kepariwisataan yaitu semua bentuk perusahaan

yang dapat memberikan pelayanan kepada wisatawan. Misalnya :

a. Di bidang usaha jasa pariwisata, seperti : biro perjalanan wisata,

agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif

dan pameran, konsultan pariwisata, informasi pariwisata.

b. Di bidang usaha sarana pariwisata, yang terdiri dari : akomodasi,

rumah makan, bar, angkutan wisata dan sebagainya.

lxii
lxiii

2. Intangible Product ( produk yang tidak nyata )

Pelayanan yang dimaksud dalam hal ini adalah sumber daya manusia yang

bergelut dalam industri pariwisata dan pengetahuan teknik tentang

pelayanan terhadap wisatawan. Dan sapta pesona yang terdiri dari 7 K

(keamanan, ketertiban, kebersihan, keindahan, kesejukan, keramah

tamahan, kenangan) yang semuanya dilaksanakan secara total.

2.2 Hubungan antara variable dependen dengan variable independen

Hubungan antara variable independen dengan variable dependen

menjelaskan tentang adanya keterkaitan antara variable dependen dengan variable

independen.

2.2.1 Hubungan Antara Pendapatan dengan Jumlah Kunjungan

Wisatawan

Menurut Sinclair dan Stabler (1997), permintaan pariwisata dipengaruhi

oleh pendapatan dan harga. Pada kasus kenaikan pendapatan dibanding dengan

harga relatif konstan, pengaruhnya terhadap sebagian besar jenis pariwisata dan

daerah tujuan wisata kemungkinan besar adalah positif. Pendapatan sangat

berpengaruh terhadap keputusan wisatawan untuk melakukan kunjungan ke obyek

wisatawan. Kekuatan untuk melakukan pembelian pada kurva permintaan

ditentukan oleh tingkat hidup dan intensitas perjalanan, dimana dengan kara lain

semakin besar pendapatan seorang wisatawan yang dapat dipakai, maka besar

lxiii
lxiv

kemungkinan orang tersebut akan melakukan perjalanan wisata sesuai dengan

keinginannya. Hal ini membuat adanya hubungan yang signifikan dalam

hubungan antara jumlah pendapatan dengan jumlah kunjungan wisata, dimana

perubahan dari jumlah pendapatan akan menimbulkan perubahan pada kunjungan

wisatawan.

2.2.2 Hubungan Antara Biaya Perjalanan dengan Jumlah Kunjungan

Wisatawan

Jarak ekonomi berhubungan dengan waktu dan biaya yang dikeluarkan

dalam perjalanan dari tempat asal sampai ke tempat tujuan dan kembali pulang.

Semakin tinggi jarak ekonomi, semakin tinggi perlawanan untuk tujuan tersebut,

dan konsekuensinya permintaan semakin rendah, jika waktu dan biaya perjalanan

dapat dikurangi maka permintaan akan naik (Mc.Intosh, 1995 : 298). Biaya

perjalanan (travel cost) merupakan salah satu alasan dari wisatawan memilih

tujuan wisatanya. Wisatawan cenderung memperhatikan tingkat biaya ini sebelum

melakukan perjalanan. Hal ini karena tidak semua wisatawan memiliki bujet tidak

terbatas. Jika seorang wisatawan memiliki dana terbatas, maka wisatawan tersebut

dapat memilih lokasi yang dekat dengan tempat tinggalnya sehingga hal ini dapat

mengurangi travel costnya. Seorang wisatawan akan mengeluarkan sejumlah uang

dari pendapatannya untuk membayar berbagai macam kebutuhan (tourist

expenditures) seperti biaya transportasi (transportations), biaya makan dan

minum selama berkunjung (food and beverages), biaya menginap

(accomodations), biaya belanja (purchases) dan keperluan lain-lain (others),

sehingga mereka akan melakukan perbandingan untuk menentukan kunjungannya.

lxiv
lxv

2.2.3 Hubungan Antara Biaya Perjalanan Ke Obyek lain dengan Jumlah

Kunjungan Wisatawan

Obyek wisata lain merupakan pesaing langsung dari sebuah obyek wisata.

Salah satu factor yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisata adalah adanya

persaingan langsung dari obyek wisata lain dalam hal biaya perjalanan yang

kompetitif. Semakin besar biaya pelayanan suatu obyek wisata kompetitor,

semakin besar ketidakinginan untuk pergi ke obyek wisata kompetitor tersebut

untuk itu permintaan menjadi rendah. Faktor ini menangkap hubungan terbalik

antara harga dari sebuah barang atau pelayanan dan permintaannya.(Mc. Intosh,

1995 : 298). Dalam pariwisata, barang substitusi dan barang komplementer berupa

objek wisata lain yang dapat menggantikan atau melengkapi objek wisata yang

ada. Munculnya barang lain ini dapat terjadi karena bedanya fasilitas yang

ditawarkan atau bedanya biaya perjalanan yang harus dikeluarkan oleh wisatawan

untuk berkunjung.

2.2.4 Hubungan Antara Lama Perjalanan dengan Jumlah Kunjungan

Wisatawan

Lama perjalanan yang harus ditempuh oleh wisatawan untuk mengunjungi

obyek wisata merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kunjungan

wisatawan. Jarak obyek wisata berhubungan dengan lama perjalanan obyek wisata

dari wilayah asal wisatawan berbeda dengan obyek wisata tuan rumah. Umumnya

semakin besar jarak obyek wisata, semakin besar ketidakinginan kunjungan

wisatawan (Mc. Intosh, 1995 : 298). Salah satu sifat dari obyek wisata adalah

obyek wisata tidak dapar dipindahkan sehingga wisatawan yang harus mendatangi

lxv
lxvi

obyek wisata tersebut. Maka dari itu, aksesibilitas seperti jarak dari tempat asal

wisatawan ke lokasi objek wisata dan juga transportasi yang memadai juga

mempengaruhi permintaan untuk melakukan perjalanan wisata. Semakin jauh

jarak yang ditempuh maka akan memakan waktu perjalanan yang lebih lama, dan

para wisatawan diduga lebih memilih lokasi wisata yang lebih dekat untuk

dicapai. Prasarana untuk menuju ke lokasi wisata pun juga harus memadai, jika

jarak lebih jauh yang berarti lama perjalanan lebih memakan waktu, maka

wisatawan pasti menghendaki perjalanan yang aman, yang artinya hambatan

seperti jalan rusak, jalan tanpa pembatas atau belum diperlebar seharusnya

diperbaiki.

2.2.5 Hubungan Antara Fasilitas dengan Jumlah Kunjungan Wisatawan

Menurut Spillane (1987) dalam Badrudin (2001) fasilitas cenderung

berorientasi pada daya tarik di suatu lokasi karena fasilitas harus terletak dekat

dengan pasarnya. Selama tinggal di tempat tujuan wisata wisatawan memerlukan

tidur, makan dan minum oleh karena itu sangat dibutuhkan fasilitas. Wisatawan

akan sangat memperhatkan fasilitas yang tersedia pada obyek wisata yang

bersangkutan. Fasilitas yang dimaksud antara lain adalah fasilitas ibadah, restoran,

taman bermain, hiburan, kamar kecil dan fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas

merupakan unsure industri pariwisata yang sangat penting. Berapa pun besarnya

suatu daerah tujuan wisata, jika fasilitasnya tidak memadai, maka keinginan

wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut akan diurungkan. Seluruh

fasilitas itu dibangun dengan tujuan menimbulkan rasa betah dan nyaman kepada

lxvi
lxvii

wisatawan untuk tinggal lebih lama di objek wisata tersebut dan berniat untuk

kembali lagi kesana dalam lain kesempatan.

2.3 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No. Peneliti dan Variabel dan metode
Judul Hasil
Tahun analisis
1. Epi Syahadar Faktor-Faktor Yang Variabel bebas Pelayanan,
(2005) Mempengaruhi Pelayanan fasilitas, obyek
Kunjungan Fasilitas dan daya tarik
Wisatawan Di Obyek wisata tidak
Taman nasional Daya tarik wisata berpengaruh
Gede Pangrango Keamanan terhadap jumlah
(TNGP) Variabel terikat kunjungan
Jumlah kunjungan wisatawan.
wisatawan Keamanan
Metode analisis berpengaruh
Regresi berganda positif terhadap
jumlah
kunjungan
wisatawan.
2. Devanto Permintaan Variabel bebas GDP
Shasta Pariwisata Indonesia GDP berpengaruh
Pratomo : Studi Kasus Harga positif terhadap
(2009) Wisatawan Malaysia Variabel lain jumlah
Variabel terikat kunjungan
Jumlah kunjungan wisatawan, harga
wisatawan Malaysia berpengaruh
Metode analisis negative terhadap
Regresi berganda jumlah
kunjungan
wisatawan.
3. Husaen Hasan, Faktor-Faktor Yang Variabel bebas Bauran
Muhammad Mempengaruhi Bauran pemasaran pemasaran, social
Asdar, Jusni Keputusan Social budaya budaya dan
(2013) Wisatawan Dalam Psikologi psikologi
Melakukan Variabel terikat berpengaruh
Kunjungan Wisata di Jumlah kunjungan positif terhadap
Kota Tidore wisatawan jumlah
Kepulauan Metode analisis kunjungan
Regresi berganda wisatawan.

lxvii
lxviii

2.4 Kerangka Pemikiran Teoritis

Pendapatan sangat berpengaruh terhadap keputusan wisatawan untuk

melakukan kunjungan ke obyek wisatawan. Kekuatan untuk melakukan

pembelian pada kurva permintaan ditentukan oleh tingkat hidup dan intensitas

perjalanan, dimana dengan kara lain semakin besar pendapatan seorang wisatawan

yang dapat dipakai, maka besar kemungkinan orang tersebut akan melakukan

perjalanan wisata sesuai dengan keinginannya. Biaya perjalanan (travel cost)

merupakan salah satu alasan dari wisatawan memilih tujuan wisatanya.

Wisatawan cenderung memperhatikan tingkat biaya ini sebelum melakukan

perjalanan. Hal ini karena tidak semua wisatawan memiliki bujet tidak terbatas.

Jika seorang wisatawan memiliki dana terbatas, maka wisatawan tersebut dapat

memilih lokasi yang dekat dengan tempat tinggalnya sehingga hal ini dapat

mengurangi travel costnya. Obyek wisata lain merupakan pesaing langsung dari

sebuah obyek wisata. Salah satu factor yang mempengaruhi jumlah kunjungan

wisata adalah adanya persaingan langsung dari obyek wisata lain dalam hal biaya

perjalanan yang kompetitif. Dalam pariwisata, barang substitusi dan barang

komplementer berupa objek wisata lain yang dapat menggantikan atau

melengkapi objek wisata yang ada. Lama perjalanan yang harus ditempuh oleh

wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata merupakan salah satu factor yang

mempengaruhi kunjungan wisatawan. Salah satu sifat dari obyek wisata adalah

obyek wisata tidak dapar dipindahkan sehingga wisatawan yang harus mendatangi

obyek wisata tersebut. Maka dari itu, aksesibilitas seperti jarak dari tempat asal

lxviii
lxix

wisatawan ke lokasi objek wisata dan juga transportasi yang memadai juga

mempengaruhi permintaan untuk melakukan perjalanan wisata. Semakin jauh

jarak yang ditempuh maka akan memakan waktu perjalanan yang lebih lama, dan

para wisatawan diduga lebih memilih lokasi wisata yang lebih dekat untuk

dicapai. Wisatawan akan sangat memperhatkan fasilitas yang tersedia pada obyek

wisata yang bersangkutan. Fasilitas yang dimaksud antara lain adalah fasilitas

ibadah, restoran, taman bermain, hiburan, kamar kecil dan fasilitas pendukung

lainnya. Fasilitas merupakan unsure industri pariwisata yang sangat penting.

Berapa pun besarnya suatu daerah tujuan wisata, jika fasilitasnya tidak memadai,

maka keinginan wisatawan untuk mengunjungi tempat wisata tersebut akan

diurungkan. Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan kerangka

pemikiran dan hipotesis sebagai berikut :

Gambar 2.7
Kerangka Pemikiran Teoritis

Pendapatan (X1)

H1
Biaya Perjalanan
(X2) H2

Biaya Perjalanan H3
ke obyek lain (X3)
Jumlah Kunjungan
H4 Wisatawan (Y)
Lama Perjalanan
(X4)
H5

Fasilitas (X5)

lxix
lxx

2.5 Hipotesis

Ada pun hipotesis yang dapat diajukan berdasarkan permasalahan diatas

adalah:

Berdasarkan hubungan antara tujuan penelitian serta kerangka pemikiran

teoritis terhadap rumusan masalah penelitian ini, maka hipotesis yang diajukan

adalah sebagai berikut :

1) Diduga pendapatan wisatawan berpengaruh positif terhadap jumlah

kunjungan wisatawan Pantai Cahaya.

2) Diduga biaya perjalanan berpengaruh negatif terhadap jumlah

kunjungan wisatawan Pantai Cahaya.

3) Diduga biaya perjalanan ke obyek wisata lain berpengaruh positif

terhadap jumlah kunjungan wisatawan Pantai Cahaya.

4) Diduga lama perjalanan berpengaruh negatif terhadap jumlah

kunjungan wisatawan Pantai Cahaya.

5) Diduga fasilitas berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan

wisatawan Pantai Cahaya.

lxx
lxxi

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Untuk mengurangi dan menghindari terjadinya kekaburan dalam

pembahasan, perlu untuk memberikan pengertian atau definisi operasional dari

masing-masing variabel yang dibahas, variabel-variabel tersebut adalah :

1. Jumlah kunjungan wisatawan (Y) dalam penelitian ini adalah frekuensi

wisatawan dalam melakukan kunjungan ke obyek wisata (Berapa kali

setahun).

2. Pendapatan (X1) adalah pendapatan dari wisatawan (Rp. Per bulan).

3. Biaya perjalanan (X2) adalah nilai manfaat dari suatu situs/kawasan akan

setara dengan biaya perjalanan yang dilakukan oleh masyarakat untuk

mengunjungi obyek wisata tersebut (Rp. Per kunjungan).

4. Biaya perjalanan ke obyek lain (X3) adalah nilai manfaat dari suatu

situs/kawasan akan setara dengan biaya perjalanan yang dilakukan oleh

masyarakat untuk mengunjungi Curug Sewu (Rp. Per Kunjungan).

5. Lama perjalanan (X4) adalah lama waktu perjalanan yang dibutuhkan

untuk mencapai obyek wisata (Menit).

6. Fasilitas (X5) adalah sarana, prasarana dan kelengkapan obyek wisata

(Skala Likert 1-5).

lxxi
lxxii

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa,

hal, atau orang yang memiliki karakteristik serupa yang menjadi pusat perhatian

peneliti, karenanya dipandang sebagai semesta penelitian (Ferdinand, 2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan Pantai Cahaya, Weleri.

3.2.2 Sampel

Menurut Ferdinand (2006), sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari

beberapa anggota populasi. Dengan meneliti sampel, seorang peneliti dapat

menarik kesimpulan yang dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasinya.

Penentuan jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain tujuan

penelitian. Dalam penentuan jumlah sampel juga memerlukan beberapa

pertimbangan. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan accidental

sampling, yaitu pengambilan sampling yang didasarkan pada kebetulan semata.

Karena jumlah populasinya terhitung yaitu 12.950 wisatawan dalam 1

periode penelitian, maka dalam penentuan jumlah sampel digunakan rumus Slovin

sebagai berikut :

N .
n = 2
1 + Ne

Dimana :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
e = Batas kelonggaran kesalahan yang digunakan (10 %)

lxxii
lxxiii

Berdasarkan data jumlah wisatawan di Pantai Cahaya Weleri, jumlah

populasi adalah 12.950 karyawan. Berdasarkan rumus di atas sampel dapat

dihitung sebagai berikut :


12950 _____ .
n = 1 + 12950 . ( 0,1 ) 2

n = 99,23 dibulatkan 99
Dari perhitungan diatas, sampel yang diperoleh sebanyak 99 orang.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan jenis data kuantitatif, yaitu data yang

berbentuk angka dan data kualitatif yaitu data yang tidak berbentuk angka.

Sumber data pada penelitian ini adalah data primer yaitu data yang diperoleh

secara langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner yang disusun

berdasarkan variabel-variabel yang diteliti.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

metode kuesioner. Metode kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan memperoleh data dengan cara memberikan daftar pertanyaan

yang akan diisi atau dijawab oleh para responden (Sugiyono, 2004).

lxxiii
lxxiv

3.5 Metode Analisis Data

3.5.1 Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis ini digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

bebas yaitu: pendapatan, biaya perjalanan, biaya perjalanan ke obyek lain, lama

perjalanan dan fasilitas terhadap variabel terikatnya yaitu kunjungan wisatawan.

Persamaan regresi linier berganda adalah sebagai berikut :

Y = a + b1X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + b5 X5 + e

Keterangan :

a = Konstanta

b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien garis regresi

e = error / variabel pengganggu

Y = kunjungan wisatawan

X1 = pendapatan

X2 = biaya perjalanan

X3 = biaya perjalan ke obyek lain

X4 = lama perjalanan

X5 = fasilitas

3.5.2 Deteksi Asumsi Klasik

Untuk meyakinkan bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh adalah

linier atau BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) dan dapat dipergunakan

(valid) untuk mencari peramalan, maka akan dilakukan pengujian asumsi

multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan normalitas.

lxxiv
lxxv

1. Deteksi Multikolinearitas

Deteksi multikolinearitas adalah untuk menguji apakah pada model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen).

Apabila terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem

multikolinearitas (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk menuji ada atau

tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi adalah sebagai berikut:

 Multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance dan

lawannya (2) Variance Inflation Factor (VIF). kedua ukuran ini

menunjukkan setiap variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh

variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel

bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel bebas

lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF

yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cut off yang umum

dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai

tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 (Ghozali, 2011).

Apabila di dalam model regresi tidak ditemukan uji seperti di atas, maka

model regresi yang digunakan dalam penelitian ini bebas dari

multikolinearitas, dan demikian pula sebaliknya.

2. Deteksi Heteroskedastisitas

Deteksi heteroskedastisitas adalah untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan

lxxv
lxxvi

ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika varians

berbeda disebut heteroskedstisitas. Model regresi yang baik adalah yang

homokedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011).

Cara untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas adalah

dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat yaitu

ZPRED dengan residualnya SRESID. Uji ada tidaknya heteroskedastisitas

dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang

telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y

sesungguhnya) yang telah di studentized.

Dasar analisisnya adalah:

 Apabila terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang ada

membentuk pola tertentu (bergelombang, melebar kemudian

menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi

heteroskedastisitas.

 Apabila tidak terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di

atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi

heteroskedastisitas.

3. Deteksi Normalitas

Deteksi normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam model

regresi, kedua variabel (bebas maupun terikat) mempunyai distribusi

normal atau setidaknya mendekati normal (Ghozali, 2011). Pada

lxxvi
lxxvii

prinsipnya normalitas dapat diuji dengan melihat penyebaran data (titik)

pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari

residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah (Ghozali, 2011):

 Jika data (titik) menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti

arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi

normalitas.

 Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti

arah garis diagonal atau garfik histogram tidak menunjukkan pola

distribusi normal, maka model regrsi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

3.5.3 Pengujian Hipotesis

1. Uji Signifikasi Pengaruh Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan antara

variabel X dan Y, apakah variabel bebas benar-benar berpengaruh

terhadap variabel terikat secara terpisah atau parsial (Ghozali, 2011).

Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini adalah:

Ho : Variabel-variabel bebas (pendapatan, biaya perjalanan, biaya

perjalanan ke obyek lain, lama perjalanan dan fasilitas) tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (kunjungan wisatawan).

Ha : Variabel-variabel bebas (pendapatan, biaya perjalanan, biaya

perjalanan ke obyek lain, lama perjalanan dan fasilitas) mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (kunjungan wisatawan).

lxxvii
lxxviii

Dasar pengambilan keputusan (Ghozali, 2011) adalah dengan

menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu:

 Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka Ho diterima

dan Ha ditolak.

 Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka Ho ditolak

dan Ha diterima

Ho ditolak

Ha ditolak /
Ho diterima

ttabel

2. Uji Ketepatan model ( Uji Statistik F )

Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui tingkat

siginifikansi pengaruh variabel-variabel independen secara bersama-sama

(simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali, 2011). Dalam penelitian

ini, hipotesis yang digunakan adalah:

Ho : Variabel-variabel bebas yaitu pendapatan, biaya perjalanan, biaya

perjalanan ke obyek lain, lama perjalanan dan fasilitas tidak mempunyai

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel

terikatnya yaitu kunjungan wisatawan.

Ha : Variabel-variabel bebas yaitu, pendapatan, biaya perjalanan, biaya

perjalanan ke obyek lain, lama perjalanan dan fasilitas mempunyai

lxxviii
lxxix

pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel

terikatnya yaitu kunjungan wisatawan.

Dasar pengambilan keputusannya (Ghozali, 2011) adalah dengan

menggunakan angka probabilitas signifikansi, yaitu:

 Apabila probabilitas signifikansi > 0.05, maka Ho diterima dan Ha

ditolak.

 Apabila probabilitas signifikansi < 0.05, maka Ho ditolak dan Ha

diterima.

3. Analisis Koefisien Determinasi (R²)

Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali,

2011). Nilai Koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R²

yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel bebas (pendapatan, biaya

perjalanan, biaya perjalanan ke obyek lain, lama perjalanan dan fasilitas)

dalam menjelaskan variasi variabel terikat (kunjungan wisatawan) amat

terbatas. Begitu pula sebaliknya, nilai yang mendekati satu berarti

variabel-variabel bebas memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel terikat.

Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah

bisa terhadap jumlah variabel bebas yang dimasukkan kedalam model.

Setiap tambahan satu variabel bebas, maka R² pasti meningkat tidak

perduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap

variabel terikat. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk

lxxix
lxxx

menggunakan nilai Adjusted R² pada saat mengevaluasi mana model

regresi yang terbaik. Tidak seperti R², nilai Adjusted R² dapat naik atau

turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam model.

lxxx
lxxxi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

Kabupaten Kendal merupakan daerah yang giat mengembangkan potensi

wilayahnya untuk tujuan wisata dan menarik minat wisatawan untuk berkunjung.

Obyek dan daya tarik wisata (ODTW) yang dimiliki Kabupaten Kendal cukup

banyak dan bervariasi yang terdiri atas obyek wisata alam seperti air terjun

Curugsewu, Sendang Sekucing, pantai Ngebum, pantai Muara Kencan, goa

Kiskenda, curug Panglebur Gonso dan yang paling baru dan berkembang adalah

pantai Cahaya, wisata budaya seperti sedekah laut atau Nyadran Tanggul Malang,

agro wisata seperti kebun teh Medini dan Plantera serta obyek wisata religi seperti

Masjid Al Mutaqqin, Masjid Agung Kendal, Goa Maria, Makam Wali Gembyang

dan Makam Sunan Abinowo. Obyek wisata sebanyak itu belum mencakup atraksi

wisata, seperti yang berkembang di Kendal sejak beberapa tahun ini, yaitu atraksi

lumba-lumba.

The Sea Pantai Cahaya adalah Sebuah Obyek Wisata yang terletak di Desa

Sendang Sikucing, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal, yang berada

dibawah naungan PT. Wersut Seguni Indonesia (WSI). PT. WSI merupakan

lembaga konservasi satwa dan tumbuhan yang berdiri sejak tahun 1999 dan

pertama di Indonesia, yaitu sebuah lembaga yang bergerak dibidang penangkaran

lumba-lumba, namun seiring perkembangannya sekarang telah dibuka untuk

lxxxi
lxxxii

umum sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Tengah dan Indonesia dengan

keunikan dan perpaduan antara alam dan binatang supaya terjaga keseimbangan.

The Sea Pantai Cahaya mempunyai segmen pasar semua kalangan mulai

dari anak-anak, kawula muda sampai dengan orang dewasa, dan tentunya the sea

Pantai Cahaya di tunjang oleh wahana dan fasilitas yang sangat memadai antara

perpaduan hewan, laut dan tumbuhan juga dilengkapi dengan Pentas Lumba-

Lumba serta aneka satwa, Therapy Lumba-Lumba, Berenang bersama Lumba-

Lumba, Pemandangan Laut Lepas, Bon-Bin Mini Cahaya, dan Kolam Renang

Cahaya. Didalam Kolam Renang Cahaya terdapat kolam bermain untuk anak-

anak yang dilengkapi dengan Ember Tumpah dan Water Boom mini, Kolam

Tanding dengan air terjun Niagara, dan juga Kolam Apung (satu-satunya di Jawa

Tengah), Balkon Sunset, Wahana permainan anak seperti Mandi Bola, Perahu

Kano, ATV Jungle, Kereta Mini, dan Panggung Hiburan Theatron.

4.2 Statistik Deskriptif

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif, maka didalam tabel 4.1.

berikut akan ditampilkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian

ini meliputi jumlah sampel (N), rata-rata sampel (mean), nilai maksimum, nilai

minimum serta standar deviasi untuk masing-masing variabel. Hasil analisis

deskriptif data dapat dilihat pada tabel 4.1.

lxxxii
lxxxiii

Tabel 4.1
Hasil Analisis Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Kunjungan Wisatawan 100 1.00 5.00 2.4000 1.11916
Pendapatan 100 1000000 3000000 2080000.00 734159.314
Biaya Perjalanan 100 13000.00 450000.00 89858.0000 97174.03546
Biaya Perjalanan Ke Obyek 100 20000.00 400000.00 87775.0000 90184.10953
Lain
Lama Perjalanan 100 15.00 180.00 58.6800 46.06317
Fasilitas 100 1.00 5.00 3.3600 1.00020
Valid N (listwise) 100

Sumber : Data Primer diolah, 2014

4.2.1 Pendapatan

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata pendapatan wisatawan

adalah antara Rp. 2.080.000 per bulan. Pendapatan wisatawan paling kecil adalah

Rp. 1.000.000 per bulan dan terbesar adalah Rp. 3.000.000 per bulan. Standard

deviasi Rp. 734.159,3 yang lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan variasi

pendapatan yang tidak terlalu besar dan berada di dekat nilai rata-ratanya.

4.2.2 Biaya perjalanan

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata biaya perjalanan wisatawan

adalah Rp. 89.858 per kunjungan. Biaya perjalanan terbesar adalah Rp. 450.000

per kunjungan dan biaya perjalanan terkecil adalah Rp. 13.000 per kunjungan.

Standard deviasi Rp. 97.174 yang lebih besar dari nilai rata-rata menunjukkan

variasi yang besar dan adanya fluktuasi biaya perjalanan responden.

lxxxiii
lxxxiv

4.2.3 Biaya perjalanan ke obyek wisata lain

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata biaya perjalanan ke obyek

lain dalam hal ini Curug Sewu adalah sebesar Rp. 87.775 per kunjungan. Biaya

perjalanan ke obyek wisata lain terbesar adalah Rp. 400.000 per kunjungan dan

biaya perjalanan ke obyek wisata lain terendah adalah Rp. 20.000 per kunjungan.

Standard deviasi Rp. 90.184 yang lebih besar dari nilai rata-rata menunjukkan

variasi yang besar dan adanya fluktuasi biaya perjalanan responden.

4.2.4 Lama perjalanan

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata lama perjalanan adalah

58,68 menit atau mendekati 1 jam. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1,

perjalanan terlama adalah 180 menit atau 3 jam dan yang paling singkat adalah 15

menit. Standard deviasi 46,06 yang lebih kecil dari nilai rata-rata menunjukkan

variasi lama perjalanan yang tidak terlalu besar dan berada di dekat nilai rata-

ratanya.

4.2.5 Fasilitas

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata pendapat wisatawan tentang

fasilitas Pantai Cahaya adalah 3,36, yang berarti rata-rata wisatawan berpendapat

bahwa fasilitas di Pantai Cahaya cukup baik. Pendapat tentang fasilitas terbaik

menunjukkan angka 5 yang berarti sangat baik dan yang terjelek adalah 1 yang

berarti sangat buruk. Standard deviasi 1,00 yang lebih kecil dari nilai rata-rata

menunjukkan variasi yang tidak terlalu besar dan berada di dekat nilai rata-

ratanya.

lxxxiv
lxxxv

4.2.6 Jumlah kunjungan wisatawan

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa rata-rata jumlah kunjungan

wisatawan adalah 2 kali dalam setahun. Jumlah kunjungan wisatawan terbanyak

adalah 5 kali dalam setahun dan jumlah kunjungan wisatawan terendah adalah 1

kali dalam setahun. Standard deviasi 1,11 kali yang lebih kecil dari nilai rata-rata

menunjukkan variasi yang tidak terlalu besar dan berada di dekat nilai rata-

ratanya.

4.3 Deteksi Penyimpangan Asumsi Klasik

Sebelum melakukan analisis data maka data diuji sesuai asumsi klasik.

Untuk mendapatkan model regresi yang baik, model regresi tersebut harus

terbebas dari multikolinearitas dan heteroskedastisitas serta data yang dihasilkan

harus berdistribusi normal.

4.3.1 Deteksi Multikolinieritas

Pendeteksian multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen), Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel variabel ini tidak ortogonal.

Variabel ortogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama

variabel independen sama dengan nol (Ghozali, 2011). Untuk mengetahui ada

tidaknya multikolinieritas didalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance

dan lawannya Variance Inflation Faktor (VIF) yang terdapat pada masing-masing

variabel seperti terlihat pada tabel 4.3 :

lxxxv
lxxxvi

Tabel 4.2
Hasil Deteksi Multikolinearitas
Coefficientsa

Collinearity Statistics

Model Tolerance VIF

Pendapatan .840 1.190

Biaya perjalanan .718 6.797

Biaya perjalanan ke obyek wisata lain .135 8.267

Lama perjalanan .136 7.331

Fasilitas .904 1.106

Sumber : Data Primer diolah, 2013

Suatu model regresi dinyatakan bebas dari multikolinieritas jika

mempunyai nilai tolerance diatas 0,1 dan nilai VIF dibawah 10, Default SPSS

bagi angka tolerance adalah di atas 0,10, artinya bahwa semua variabel yang akan

dimasukkan dalam perhitungan model regresi harus mempunyai tolerance di atas

0,10. Apabila ternyata lebih rendah dari 0,10 maka dapat dikatakan terjadi

multikolinieritas. Sedangkan pada variable inflation faktor (VIF), pada umumnya

ditemukan kurang dari 10. Artinya apabila variabel tersebut lebih dari 10 maka

mempunyai persoalan multikolinieritas (korelasi yang besar di antara variabel

bebas) dengan variabel bebas yang lainnya (Ghozali, 2011:57).

Berdasarkan tabel koefisien di atas menunjukkan bahwa nilai toleransi

lebih besar dari nilai default yang ditentukan sebesar 0,10. Sedangkan untuk nilai

VIF juga menunjukkan di bawah angka 10, sehingga dapat disimpulkan bahwa

semua variabel telah memenuhi persyaratan ambang toleransi dan nilai VIF,

lxxxvi
lxxxvii

artinya bahwa tidak terjadi problem multikolinieritas, sehingga dapat dilakukan

pada pengujian selanjutnya.

4.3.2 Deteksi Heteroskedastisitas

Deteksi Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain, Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain

tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda akan disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi

heterokedastisitas (Ghozali, 2011). Berikut hasil pengujian heterokedastisitas :

Gambar 4.1
Deteksi Heterokedastisitas

Berdasarkan gambar 4.1, di atas menunjukkan bahwa tidak terjadi problem

heterokedastisitas. Hal ini dibuktikan dengan titik-titik yang menyebar secara acak

serta menyebar tinggi di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y dan di

kanan maupun kiri sumbu X yang tidak teratur dan tidak membentuk pola

lxxxvii
lxxxviii

tertentu, sehingga disimpulkan bahwa uji ini tidak terjadi problem

heterokedastisitas.

4.3.3 Deteksi Normalitas

Deteksi normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi,

variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi

normal atau tidak (Ghozali, 2001:83). Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi normal atau mendekati normal. Cara mendeteksi normalitas dilakukan

dengan dua cara yaitu dengan analisa grafik dan uji statistik, salah satu cara yang

termudah untuk melihat normalitas yaitu dengan melihat normal probability plot

yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Kaidah

pengambilan kesimpulan jika penyebaran data mengikuti garis normal, maka data

berdistribusi normal.

Berikut hasil uji normalitas pengaruh variabel independen (pendapatan,

biaya perjalanan, biaya perjalanan ke obyek wisata lain, lama perjalanan, dan

fasilitas) secara bersama-sama terhadap variabel dependen (keputusan kunjungan

wisatawan). Adapun grafik plot penelitian terlihat pada gambar 4.2.

lxxxviii
lxxxix

Gambar 4.2
Deteksi Normalitas

Pada gambar di atas menunjukkan bahwa dari grafik plot normal untuk

pengujian normalitas menunjukkan penyebaran plot berada di sepanjang garis 450,

artinya bahwa sebaran data dikatakan tersebar disekeliling garis lurus (tidak

terpencar jauh dari garis lurus), sehingga dapat disimpulkan bahwa persyaratan

normalitas bisa dipenuhi.

Uji Statistik yang dapat digunakan dalam uji normalitas adalah Uji

Kolmogorov Smirnov, secara multivarians pengujian normalitas data dilakukan

terhadap nilai residualnya. Data yang berdistribusi normal ditunjukkan dengan

nilai signifikansi diatas 0,05 (Ghozali, 2011). Hasil pengujian normalitas terlihat

pada tabel 4.4 berikut.

lxxxix
xc

Tabel 4.3
Hasil Uji Kolmogorov Smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual
N 100
a,b
Normal Parameters Mean .0000000
Std. Deviation .86554800
Most Extreme Differences Absolute .082
Positive .082
Negative -.046
Kolmogorov-Smirnov Z .823
Asymp. Sig. (2-tailed) .507

a. Test distribution is Normal.


Sumber : Data Primer diolah, 2014
b. Calculated from data.

Sampel hasil pada tabel 4.4 tersebut nampak bahwa data terdistribusi

normal, terbukti dengan nilai signifikansi yang lebih besar 0,05 artinya (p>0,05)

hal ini mengindikasikan data residual terdistribusi normal.

Hasil uji normalitas tersebut menunjukkan hasil dengan data yang

berdistribusi normal, sehingga sampel tersebut memenuhi syarat untuk dilakukan

penelitian lebih lanjut, Dengan demikian variabel independen tersebut dapat

digunakan untuk memprediksi jumlah kunjungan wisatawan.

4.4 Analisis Regresi Linier Berganda

Dari hasil perhitungan regresi linier berganda antara pendapatan, biaya

perjalanan, biaya perjalanan ke obyek wisata lain, lama perjalanan, dan fasilitas

terhadap jumlah kunjungan wisatawan dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

xc
xci

Tabel 4.4
Persamaan Regresi Linier Berganda
Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) .511 .378 1.354 .179

Pendapatan 3.627E-7 .000 .238 2.735 .007 .428 .271 .218 .840 1.190

Biaya Perjalanan -7.511E-6 .000 -.652 -1.348 .181 .544 .138 .108 .718 6.797

Biaya Perjalanan Ke Obyek Lain 3.601E-6 .000 .290 .684 .496 .520 -.070 -.055 .135 8.267

Lama Perjalanan -.002 .005 -.072 -.332 .740 .515 .034 .027 .136 7.331

Fasilitas .200 .094 .179 2.134 .035 .330 .215 .170 .904 1.106

a. Dependent Variable: Kunjungan Wisatawan

Sumber : Data Primer diolah, 2014

Y = 0,511 + 0,0000003627X1 - 0,0000007511X2 + 0,0000003601X3 - 0,002X4 +


0,200X5
Dari persamaan regresi linier berganda tersebut di atas menunjukkan bahwa :

a. a (nilai koefisien konstanta) sebesar 0,511 mempunyai arti jika semua

variabel bebas tidak memiliki nilai tertentu, maka nilai dari jumlah

kunjungan wisatawan adalah 0,511.

b. b1 (nilai koefisien regresi pendapatan) sebesar 0,0000003627 mempunyai

arti jika terdapat peningkatan variabel pendapatan sedangkan variabel

yang lain adalah tetap (konstan), maka jumlah kunjungan wisatawan akan

meningkat.

c. b2 (nilai koefisien regresi biaya perjalanan) sebesar -0,0000007511

mempunyai arti jika terdapat peningkatan variabel biaya perjalanan

sedangkan variabel yang lain adalah tetap (konstan), maka jumlah

kunjungan wisatawan akan menurun.

xci
xcii

d. b3 (nilai koefisien regresi biaya perjalanan ke obyek wisata lain) sebesar

0,0000003601 mempunyai arti jika terdapat peningkatan variabel biaya

perjalanan ke obyek wisata lain meningkat sedangkan variabel yang lain

adalah tetap (konstan), maka jumlah kunjungan wisatawan akan

meningkat.

e. b4 (nilai koefisien regresi lama perjalanan) sebesar -0,002 mempunyai arti

jika variabel lama perjalanan meningkat sedangkan variabel yang lain

adalah tetap (konstan), maka jumlah kunjungan wisatawan akan menurun.

f. b5 (nilai koefisien regresi fasilitas) sebesar 0,200 mempunyai arti jika

terdapat peningkatan fasilitas sedangkan variabel yang lain adalah tetap

(konstan), maka jumlah kunjungan wisatawan akan meningkat.

g. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan faktor yang paling dominan

dalam mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan adalah biaya

perjalanan, dibuktikan dengan nilai koefisien regresinya sebesar -0,652

yang lebih besar bila dibandingkan dengan variabel lainnya.

4.5 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesisi digunakan untuk menguji hipotesis tentang koefisien

regresi, yaitu untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang diperoleh tersebut

dapat dipertanggungjawabkan atau tidak.

xcii
xciii

4.5.1 Uji Hipotesis Parsial (t Test).

Uji t digunakan untuk membuktikan hipotesis serta untuk mengetahui

apakah variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan (nyata)

terhadap variabel dependen.

Tabel 4.5
Tabel Uji t

Variabel t Sig.
Pendapatan 2.735 0.007

Biaya perjalanan -1.348 0.181

Biaya perjalanan ke obyek wisata lain 0.684 0.496

Lama perjalanan -0.332 0.740

Fasilitas 2.134 0.035

Sumber : Data Primer diolah, 2014

a. Uji Hipotesis Pengaruh Pendapatan terhadap Jumlah kunjungan

wisatawan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,007 < 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat

pengaruh signifikan antara pendapatan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan. Sehingga dapat dikatakan hipotesis yang menyatakan

pendapatan berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan

diterima.

b. Uji Hipotesis Pengaruh Biaya perjalanan terhadap Jumlah

kunjungan wisatawan

xciii
xciv

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,181 > 0,05. Hal ini menunjukkan biaya

perjalanan tidak berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan.

Sehingga dapat dikatakan hipotesis yang menyatakan biaya perjalanan

berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ditolak.

c. Uji Hipotesis Pengaruh Biaya perjalanan ke obyek wisata lain

terhadap Jumlah kunjungan wisatawan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,496 > 0,05. Hal ini menunjukkan tidak

terdapat pengaruh signifikan antara biaya perjalanan ke obyek wisata

lain terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Sehingga dapat dikatakan

hipotesis yang menyatakan biaya perjalanan ke obyek wisata lain

berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan ditolak.

d. Uji Hipotesis Pengaruh Lama perjalanan terhadap Jumlah

kunjungan wisatawan

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,740 > 0,05. Hal ini menunjukkan lama

perjalanan tidak berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan.

Sehingga dapat dikatakan hipotesis yang menyatakan lama perjalanan

berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan ditolak.

e. Uji Hipotesis Pengaruh Fasilitas terhadap Jumlah kunjungan

wisatawan

xciv
xcv

Berdasarkan hasil perhitungan yang telah dilakukan, maka diperoleh

nilai signifikansi sebesar 0,035 < 0,05. Hal ini menunjukkan terdapat

pengaruh signifikan antara fasilitas terhadap jumlah kunjungan

wisatawan. Sehingga dapat dikatakan hipotesis yang menyatakan

fasilitas berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan diterima.

4.5.2 Uji Kelayakan Model (Goodness Of Fit)

Uji Statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama-sama terhadap variabel dependen. Untuk mengetahui pengaruh

antara pendapatan, biaya perjalanan, biaya perjalanan ke obyek wisata lain,

jenis kelamin, lama perjalanan, dan fasilitas terhadap jumlah kunjungan

wisatawan. Berikut hasil output SPSS Uji F :

Tabel 4.6
Hasil Uji F
b
ANOVA

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


a
1 Regression 49.832 5 9.966 12.631 .000

Residual 74.168 94 .789


Total 124.000 99

a.Sumber
Predictors:
: Data(Constant), Fasilitas,
Primer, diolah, 2014 Lama Perjalanan, Pendapatan, Biaya Perjalanan Ke Obyek
Lain, Biaya Perjalanan
b. Dependent Variable: Kunjungan Wisatawan

Berdasarkan tabel 4.9 tersebut di atas menunjukkan bahwa hasil perhitungan

yang telah dilakukan diperoleh nilai F hitung sebesar 12,631 dengan hasil

signifikasinya sebesar 0,000, sedangkan degree of freedom pada angka 5 dan 99

dalam tabel, F tabel diperoleh nilai sebesar 2,46 sehingga F hitung sebesar 12,631

xcv
xcvi

> nilai F tabel = 2,46 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hal ini menunjukkan

bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi jumlah kunjungan

wisatawan.

4.6 Analisis Koefisien Determinasi

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar

variabel pendapatan, biaya perjalanan, biaya perjalanan ke obyek wisata lain, jenis

kelamin, lama perjalanan, dan fasilitas mampu menjelaskan terhadap jumlah

kunjungan wisatawan, dimana ditunjukkan dengan nilai Adjusted R Square. Untuk

mengetahui seberapa besar jumlah kunjungan wisatawan mampu dijelaskan oleh

variable independen, berikut ini hasil output SPSS :

Tabel 4.7
Koefisien Determinasi
b
Model Summary

Change Statistics

Mode Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F Durbin-Wats

l R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change on

a
1 .634 .402 .370 .88827 .402 12.631 5 94 .000 2.165

Sumber
a. Predictors: : Data Primer,
(Constant), Fasilitas,diolah, 2014
Lama Perjalanan, Pendapatan, Biaya Perjalanan Ke Obyek Lain, Biaya Perjalanan

b. Dependent Variable: Kunjungan Wisatawan

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai koefisien

determinasi ditunjukkan oleh nilai Adjusted R Square yaitu sebesar 0,370, hal ini

berarti bahwa variasi jumlah kunjungan wisatawan mampu dijelaskan sebesar

37% oleh variabel independen.

4.7 Pembahasan

xcvi
xcvii

Hasil pengujian regresi linier berganda menunjukkan bahwa model regresi

baik untuk dipergunakan untuk memprediksi jumlah kunjungan wisatawan.

Sedangkan jumlah kunjungan wisatawan mampu dijelaskan oleh variabel

independen yaitu pendapatan, biaya perjalanan, biaya perjalanan ke obyek wisata

lain, lama perjalanan, dan fasilitas sebesar 37%.

4.7.1 Pengaruh Pendapatan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan

Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pendapatan

berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Nilai koefisien regresi

pendapatan sebesar 0,0000003627 mempunyai arti jika terdapat peningkatan

variabel pendapatan sedangkan variabel yang lain adalah tetap (konstan), maka

jumlah kunjungan wisatawan akan meningkat. Pendapatan sangat berpengaruh

terhadap keputusan wisatawan untuk melakukan kunjungan ke obyek wisatawan.

Kekuatan untuk melakukan pembelian pada kurva permintaan ditentukan oleh

tingkat hidup dan intensitas perjalanan, dimana dengan kara lain semakin besar

pendapatan seorang wisatawan yang dapat dipakai, maka besar kemungkinan

orang tersebut akan melakukan perjalanan wisata sesuai dengan keinginannya.

Hal ini membuat adanya hubungan yang signifikan dalam hubungan antara jumlah

pendapatan dengan jumlah kunjungan wisata, dimana perubahan dari jumlah

pendapatan akan menimbulkan perubahan pada kunjungan wisatawan.

4.7.2 Pengaruh Biaya perjalanan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan

Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa biaya

perjalanan tidak berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Nilai

koefisien regresi biaya perjalanan sebesar -0,0000007511 mempunyai arti jika

xcvii
xcviii

terdapat peningkatan variabel biaya perjalanan sedangkan variabel yang lain

adalah tetap (konstan), maka jumlah kunjungan wisatawan akan menurun. Jika

seorang wisatawan memiliki dana terbatas, maka wisatawan tersebut dapat

memilih lokasi yang dekat dengan tempat tinggalnya sehingga hal ini dapat

mengurangi travel costnya. Seorang wisatawan akan mengeluarkan sejumlah uang

dari pendapatannya untuk membayar berbagai macam kebutuhan (tourist

expenditures) seperti biaya transportasi (transportations), biaya makan dan

minum selama berkunjung (food and beverages), biaya menginap

(accomodations), biaya belanja (purchases) dan keperluan lain-lain (others),

sehingga mereka akan melakukan perbandingan untuk menentukan kunjungannya.

Namun dalam penelitian ini biaya perjalan tidak berpengaruh terhadap kunjungan

wisatawan. Hal ini dapat terjadi karena jika selera konsumen atau preferensi

konsumen terhadap suatu obyek wisata sangat tinggi atau terdapat keinginan yang

kuat untuk melakukan kunjungan, maka wisatawan akan tetap mengunjungi obyek

wisata tersebut tidak peduli berapapun biaya perjalanannya.

4.7.3 Pengaruh Biaya perjalanan ke obyek wisata lain terhadap Jumlah

kunjungan wisatawan

Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat

pengaruh signifikan antara biaya perjalanan ke obyek wisata lain terhadap jumlah

kunjungan wisatawan. Nilai koefisien regresi biaya perjalanan ke obyek wisata

lain sebesar 0,0000003601 mempunyai arti jika terdapat peningkatan variabel

biaya perjalanan ke obyek wisata lain meningkat sedangkan variabel yang lain

adalah tetap (konstan), maka jumlah kunjungan wisatawan akan meningkat.

xcviii
xcix

Obyek wisata lain merupakan pesaing langsung dari sebuah obyek wisata. Salah

satu factor yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisata adalah adanya

persaingan langsung dari obyek wisata lain dalam hal biaya perjalanan yang

kompetitif. Dalam pariwisata, barang substitusi dan barang komplementer berupa

objek wisata lain yang dapat menggantikan atau melengkapi objek wisata yang

ada. Munculnya barang lain ini dapat terjadi karena bedanya fasilitas yang

ditawarkan atau bedanya biaya perjalanan yang harus dikeluarkan oleh wisatawan

untuk berkunjung. Dalam penelitian ini tidak terdapat pengaruh antara biaya

perjalanan ke Curug Sewu dengan kunjungan ke obyek wisata Pantai Cahaya, hal

ini karena wisatawan menganggap bahwa Curug Sewu masih kurang menarik

dibandingkan dengan Pantai Cahaya, sehingga biaya perjalanan ke Curug Sewu

tidak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan.

4.7.4 Pengaruh Lama Perjalanan terhadap Jumlah kunjungan wisatawan

Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat

pengaruh signifikan antara lama perjalanan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan. Nilai koefisien regresi lama perjalanan sebesar -0,002 mempunyai arti

jika variabel lama perjalanan meningkat sedangkan variabel yang lain adalah tetap

(konstan), maka jumlah kunjungan wisatawan akan menurun. Lama perjalanan

yang harus ditempuh oleh wisatawan untuk mengunjungi obyek wisata

merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kunjungan wisatawan. Salah

satu sifat dari obyek wisata adalah obyek wisata tidak dapar dipindahkan sehingga

wisatawan yang harus mendatangi obyek wisata tersebut. Maka dari itu,

aksesibilitas seperti jarak dari tempat asal wisatawan ke lokasi objek wisata dan

xcix
c

juga transportasi yang memadai juga mempengaruhi permintaan untuk melakukan

perjalanan wisata. Semakin jauh jarak yang ditempuh maka akan memakan waktu

perjalanan yang lebih lama, dan para wisatawan diduga lebih memilih lokasi

wisata yang lebih dekat untuk dicapai. Namun dalam penelitian ini, lama

perjalanan tidak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan, hal ini karena

wisatawan jika ingin berkunjung ke suatu obyek wisata, maka mereka akan

meluangkan waktu dan tetap mau untuk menempuh jarak perjalanan untuk

mencapainya, sehingga lama perjalanan tidak berpengaruh terhadap kunjungan

wisatawan.

4.7.5 Pengaruh Fasilitas terhadap Jumlah kunjungan wisatawan

Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh positif antara fasilitas terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Nilai

koefisien regresi fasilitas sebesar 0,200 mempunyai arti jika terdapat peningkatan

fasilitas sedangkan variabel yang lain adalah tetap (konstan), maka jumlah

kunjungan wisatawan akan meningkat. Wisatawan akan sangat memperhatkan

fasilitas yang tersedia pada obyek wisata yang bersangkutan. Fasilitas yang

dimaksud antara lain adalah fasilitas ibadah, restoran, taman bermain, hiburan,

kamar kecil dan fasilitas pendukung lainnya. Fasilitas merupakan unsur industri

pariwisata yang sangat penting. Berapa pun besarnya suatu daerah tujuan wisata,

jika fasilitasnya tidak memadai, maka keinginan wisatawan untuk mengunjungi

tempat wisata tersebut akan diurungkan. Seluruh fasilitas itu dibangun dengan

tujuan menimbulkan rasa betah dan nyaman kepada wisatawan untuk tinggal lebih

c
ci

lama di objek wisata tersebut dan berniat untuk kembali lagi kesana dalam lain

kesempatan.

ci
cii

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa pendapatan

berpengaruh positif terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Kekuatan untuk

melakukan pembelian pada kurva permintaan ditentukan oleh tingkat hidup

dan intensitas perjalanan, dimana dengan kara lain semakin besar pendapatan

seorang wisatawan yang dapat dipakai, maka besar kemungkinan orang

tersebut akan melakukan perjalanan wisata sesuai dengan keinginannya.

2. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa biaya perjalanan

tidak berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisatawan. Hal ini dapat

terjadi karena jika selera konsumen atau preferensi konsumen terhadap suatu

obyek wisata sangat tinggi atau terdapat keinginan yang kuat untuk

melakukan kunjungan, maka wisatawan akan tetap mengunjungi obyek

wisata tersebut tidak peduli berapapun biaya perjalanannya.

3. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat

pengaruh signifikan antara biaya perjalanan ke obyek wisata lain terhadap

jumlah kunjungan wisatawan. Dalam penelitian ini tidak terdapat pengaruh

antara biaya perjalanan ke Curug Sewu dengan kunjungan ke obyek wisata

Pantai Cahaya, hal ini karena wisatawan menganggap bahwa Curug Sewu

cii
ciii

masih kurang menarik dibandingkan dengan Pantai Cahaya, sehingga biaya

perjalanan ke Curug Sewu tidak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan.

4. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tidak terdapat

pengaruh signifikan antara lama perjalanan terhadap jumlah kunjungan

wisatawan. Dalam penelitian ini, lama perjalanan tidak berpengaruh terhadap

kunjungan wisatawan, hal ini karena wisatawan jika ingin berkunjung ke

suatu obyek wisata, maka mereka akan meluangkan waktu dan tetap mau

untuk menempuh jarak perjalanan untuk mencapainya, sehingga lama

perjalanan tidak berpengaruh terhadap kunjungan wisatawan.

5. Hasil perhitungan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa terdapat

pengaruh positif antara fasilitas terhadap jumlah kunjungan wisatawan.

Wisatawan akan sangat memperhatkan fasilitas yang tersedia pada obyek

wisata yang bersangkutan. Fasilitas merupakan unsur industri pariwisata yang

sangat penting karena bertujuan menimbulkan rasa betah dan nyaman kepada

wisatawan untuk tinggal lebih lama di objek wisata tersebut dan berniat untuk

kembali lagi kesana dalam lain kesempatan.

5.2 Saran

Atas dasar kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, dapat diberikan

beberapa saran dan diharapkan dapat berguna bagi perusahaan di masa yang akan

datang. Adapun saran tersebut adalah :

1. Perusahaan hendaknya lebih memperhatikan perbaikan dan pembenahan

fasilitas dari Pantai Cahaya. Fasilitas yang dimaksud antara lain adalah

ciii
civ

fasilitas ibadah, restoran, taman bermain, hiburan, kamar kecil dan fasilitas

pendukung lainnya hendaknya lebih diperbanyak dan juga dijamin

kebersihannya karena wisatawan sangat memperhatikannya.

2. Perusahaan hendaknya berusaha untuk menariki lebih banyak wisatawan

dengan menambah sarana hiburan seperti adanya event atau pertunjukan

sirkus air atau air mancur untuk lebih menarik minat wisatawan untuk datang

ke Pantai Cahaya.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan antara lain

adalah :

1. Banyak responden yang tidak mau untuk mengisi kuesioner secara lengkap

sehingga waktu penelitian menjadi bertambah.

2. Data sekunder berupa data-data dari Dinas pariwisata kurang lengkap dan

tidak kooperatif.

civ
cv

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik.

Badrudin, Budi. 2001. Menggali Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) DIY
Melalui Pengembangan Industri Pariwisata. Jurnal Kompak. No. 3,
September 2001. hal 384-403

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2012.

Ferdinand, Augusty. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Edisi 2. BP


Universitas Diponegoro. Semarang.

Foster, Dennis L. 2002. Sales and Marketing For The Travel Profesional. Jakarta
: Raja Grafindo Persada.

Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
19. Edisi 5. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gilarso, T. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi Bagian Makro. Kanisius. Yogyakarta.

Gunn, C.A. 1998. Tourism Planning. Taylor and Francis. Wasington

Husaen Hasan, Muhammad Asdar, Jusni. 2013. Faktor-Faktor Yang


Mempengaruhi Keputusan Wisatawan Dalam Melakukan Kunjungan
Wisata di Kota Tidore Kepulauan.

Inskeep, Edward. 1991. Tourism Planning: An Integrated and sustainable


Approach. Van Nostrand Reinhold. New York, Inc.

International Council of Societies of Industrial Design

Lawson, F dan Baud-Bovy, M. 1998. Tourism Recreation Development.


Handbook Of Physical Planning. Boston : CBI. Publishing Company

cv
cvi

Mc.Eachern, William. 2000. Ekonomi Mikro, Salemba Empat, Jakarta,


Terjemahan Sigit Triandaru.

McIntosh, Robert. 1995. Tourism:Principles, Practices, Philosophies. Grid


Publishing Inc, Ohio USA.

Marpaung, Happy dan Bahar. 2000. Pengantar Pariwisata. Bandung. Alfabeta.

Pendit, N. S. 1994. Ilmu Pariwisata, Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta PT


Padnya Paramita.

Pitana, I Gede dan Putu Gede Gayatri. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta.
Andi.

Pratomo, Devanto Shasta. 2009. Permintaan Pariwisata Indonesia : Studi Kasus


Wisatawan Malaysia. Journal of Indonesian Applied Economics. Vol. 3
No. 2 Oktober 2009:200-209.

Putik Asriani. 2008. Analisis Permintaan Obyek Wisata Air Panas Guci,
Kabupaten Tegal Dengan Pendekatan Travel Cost.

Richardson, Harry W. 2001. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional (Terjemahan


Paul Sitohang). LPEE-UI, Jakarta.

Salma dan Susilowati. 2004. Analisis Permintaan Obyek Wisata Alam Curug
Sewu, Kabupaten Kendal Dengan Pendekatan Travel Cost. Jurnal
Dinamika Pembangunan Vol.1 No.2/Desember 2004, hal 153-165

Sinclair, M. Thea dan Stabler, Mike. 1997. Economics of Tourism, Routledge.


London.

Smith, Valene L. 1992. Tourism Alternative. USA : The University of


Ttennsylvania Press.

cvi
cvii

Spillane, JJ. 2004. Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya. Yogyakarta.


Kanisius.

Sugiyono, 2004. Statistika Untuk Penelitian, Prinsip Pemasaran I, Edisi Ketujuh,


Bandung : CV. Alfabeta.

Suparmoko, M. 2000. Ekonomika Lingkungan. BPFE-Yogyakarta, Edisi Pertama

Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta. Andi.

Syahadar, Epi. 2005. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan


Di Taman Nasional Gede Pangrango. Jurnal Pariwisata Indonesia, Vol. 3
No.1 : 13-34.
Tahwin, Muhammad. 2003. Pengembangan Obyek Wisata Sebagai Sebuah
Industri Studi Kasus Kabupaten Rembang. Jurnal Gemawisata. Vol. 1,
No.3/November 2003, hal 236-249.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 9 Tahun 1990.

Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.

cvii
cviii

No KunjunganWisatawan Pendapatan BiayaPerjalanan BiayaPerjalananKeObyekLain LamaPe


1 2 1000000 22000 25000 3
2 4 3000000 275000 248000 1
3 3 2000000 45000 42000 2
4 1 1000000 280000 330000 1
5 1 1000000 78900 81000 6
6 2 1000000 19000 23000 2
7 4 2000000 64000 70500 3
8 2 3000000 38000 39000 2
9 3 3000000 45000 51000 1
10 2 2000000 28000 28000 1
11 1 1000000 20000 22000 2
12 2 1000000 25000 30000 3
13 2 2000000 150000 157000 4
14 2 2000000 23000 21000 2
15 2 2000000 39000 30000 6
16 1 1000000 88000 85000 6
17 4 3000000 250000 200000 1
18 4 3000000 299000 320000 1
19 2 2000000 45000 51000 2
20 3 3000000 39000 40000 3
21 2 3000000 55000 51000 2
22 3 3000000 37000 38000 1
23 2 3000000 29000 31000 2
24 2 2000000 46000 42000 3
25 1 2000000 39000 40000 2
26 2 2000000 39000 44000 3
27 2 1000000 43000 47000 3
28 2 2000000 68000 71000 6
29 1 2000000 61000 55000 6
30 2 2000000 19000 21000 1
31 4 3000000 26000 28000 2
32 2 3000000 28000 31000 2
33 5 3000000 96000 84000 3
34 3 2000000 42000 40000 6
35 2 3000000 48000 49000 6
36 1 1000000 31000 30000 6
37 4 3000000 51000 50000 5
38 3 2000000 185000 180000 1
39 4 2000000 347000 321000 1
40 2 2000000 250000 200000 1
41 1 1000000 137000 150000 9
42 2 2000000 19000 21000 3
43 2 3000000 20000 22000 2
44 4 3000000 66000 68000 6
45 2 1000000 38000 39000 3
46 2 1000000cviii 34700 30000 1
47 2 1000000 25000 28000 2
48 1 2000000 23000 30000 2
49 2 2000000 13000 24000 3
cix

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Kunjungan Wisatawan 100 1.00 5.00 2.4000 1.11916

Pendapatan 100 500000 1000000 770000.00 183539.829

Biaya Perjalanan 100 13000.00 450000.00 89858.0000 97174.03546

Biaya Perjalanan Ke Obyek 100 20000.00 400000.00 87775.0000 90184.10953


Lain

Lama Perjalanan 100 15.00 180.00 58.6800 46.06317

Fasilitas 100 1.00 5.00 3.3600 1.00020

Valid N (listwise) 100

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Kunjungan Wisatawan 2.4000 1.11916 100

Pendapatan 770000.00 183539.829 100

Biaya Perjalanan 89858.0000 97174.03546 100

Biaya Perjalanan Ke Obyek 87775.0000 90184.10953 100


Lain

cix
cx

Lama Perjalanan 58.6800 46.06317 100

Fasilitas 3.3600 1.00020 100

Correlations

Biaya
Perjalanan
Kunjungan Pendapata Biaya Ke Obyek Lama
Wisatawan n Perjalanan Lain Perjalanan Fasilitas

Pearson Kunjungan Wisatawan 1.000 .428 .544 .520 .515 .330


Correlation
Pendapatan .428 1.000 .311 .284 .279 .277

Biaya Perjalanan .544 .311 1.000 .982 .929 .201

Biaya Perjalanan Ke .520 .284 .982 1.000 .908 .204


Obyek Lain

Lama Perjalanan .515 .279 .929 .908 1.000 .191

Fasilitas .330 .277 .201 .204 .191 1.000

Sig. (1-tailed) Kunjungan Wisatawan . .000 .000 .000 .000 .000

Pendapatan .000 . .001 .002 .002 .003

Biaya Perjalanan .000 .001 . .000 .000 .023

Biaya Perjalanan Ke .000 .002 .000 . .000 .021


Obyek Lain

Lama Perjalanan .000 .002 .000 .000 . .029

Fasilitas .000 .003 .023 .021 .029 .

N Kunjungan Wisatawan 100 100 100 100 100 100

Pendapatan 100 100 100 100 100 100

cx
cxi

Biaya Perjalanan 100 100 100 100 100 100

Biaya Perjalanan Ke 100 100 100 100 100 100


Obyek Lain

Lama Perjalanan 100 100 100 100 100 100

Fasilitas 100 100 100 100 100 100

Variables Entered/Removedb

Variables Variables
Model Entered Removed Method

1 Fasilitas, Lama . Enter


Perjalanan,
Pendapatan,
Biaya
Perjalanan Ke
Obyek Lain,
Biaya
Perjalanan

a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Kunjungan Wisatawan

Model Summaryb

Change Statistics

Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F


Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change

cxi
cxii

1 .634a .402 .370 .88827 .402 12.631 5 94 .000

a. Predictors: (Constant), Fasilitas, Lama Perjalanan, Pendapatan, Biaya Perjalanan Ke Obyek Lain, Biaya Perjalanan

b. Dependent Variable: Kunjungan Wisatawan

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 49.832 5 9.966 12.631 .000a

Residual 74.168 94 .789

Total 124.000 99

a. Predictors: (Constant), Fasilitas, Lama Perjalanan, Pendapatan, Biaya Perjalanan Ke Obyek


Lain, Biaya Perjalanan

b. Dependent Variable: Kunjungan Wisatawan

Coefficientsa

Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients Correlations Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Zero-order Partial Part Tolerance VIF

1 (Constant) .148 .458 .325 .746

Pendapatan 1.451E-6 .000 .238 2.735 .007 .428 .271 .218 .840 1.190

Biaya Perjalanan -7.511E-6 .000 -.652 -1.348 .181 .544 .138 .108 .027 6.797

Biaya Perjalanan Ke Obyek Lain 3.601E-6 .000 .290 .684 .496 .520 -.070 -.055 .035 8.267

Lama Perjalanan -.002 .005 -.072 -.332 .740 .515 .034 .027 .136 7.331

cxii
cxiii

Fasilitas .200 .094 .179 2.134 .035 .330 .215 .170 .904 1.106

a. Dependent Variable: Kunjungan Wisatawan

Collinearity Diagnosticsa

Variance Proportions

Biaya
Perjalanan
Mode Dimensio Eigenvalu Condition (Constant Pendapata Biaya Ke Obyek Lama Fasilita
l n e Index ) n Perjalanan Lain Perjalanan s

1 1 5.132 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 .739 2.636 .01 .01 .00 .00 .01 .02

3 .053 9.848 .05 .17 .00 .01 .07 .85

4 .044 10.860 .00 .14 .02 .06 .74 .05

5 .025 14.371 .84 .63 .00 .04 .04 .08

6 .008 25.038 .10 .06 .97 .88 .13 .00

a. Dependent Variable: Kunjungan Wisatawan

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1.2018 4.3761 2.4000 .70947 100

Std. Predicted Value -1.689 2.785 .000 1.000 100

cxiii
cxiv

Standard Error of Predicted .104 .470 .205 .074 100


Value

Adjusted Predicted Value 1.1384 4.2958 2.4003 .71552 100

Residual -1.57457 2.31840 .00000 .86555 100

Std. Residual -1.773 2.610 .000 .974 100

Stud. Residual -1.855 2.669 .000 1.006 100

Deleted Residual -1.94181 2.42404 -.00030 .92344 100

Stud. Deleted Residual -1.880 2.761 .002 1.016 100

Mahal. Distance .361 26.701 4.950 4.738 100

Cook's Distance .000 .223 .011 .027 100

Centered Leverage Value .004 .270 .050 .048 100

a. Dependent Variable: Kunjungan Wisatawan

Charts

cxiv
cxv

cxv
cxvi

cxvi
cxvii

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized
Residual

N 100

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .86554800

Most Extreme Differences Absolute .082

cxvii
cxviii

Positive .082

Negative -.046

Kolmogorov-Smirnov Z .823

Asymp. Sig. (2-tailed) .507

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

cxviii

Anda mungkin juga menyukai