Anda di halaman 1dari 127

ANALISIS PENGARUH BAURAN PRODUK

TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN WISATAWAN

(STUDI KASUS MUSEUM TEKSTIL, JAKARTA)

THESIS
Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar
Magister Manajemen Pariwisata Pada Program Studi Magister Manajemen

OLEH:

RUSTINI
2007.2.113.8.017

MAGISTER MANAJEMEN PARIWISATA

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SAHID

JAKARTA

2010
i

ABSTRAK

Studi mengenai bauran produk tidak terlalu banyak yang membahas.


Obyek penelitian kali ini adalah Museum Tekstil Jakarta, di mana peneliti ingin
sekali melihat pengaruh bauran produk (product mix) terhadap motivasi
kunjungan wisatawan. Penelitian ini juga ingin menunjukkan minat peneliti
terhadap wisata museum yang tidak terlalu diminati masyarakat Indonesia, yang
kontras sekali dengan masyarakat Eropa misalnya. Penelitian ini diharapkan
mampu meningkatkan motivasi masyarakat untuk lebih mencintai dunia
permuseuman sehingga akhirnya datang berkunjung. Penelitian ini meneliti 5
variabel bauran produk (X), yaitu, Jenis, Kualitas, Pengemasan, Positioning dan
Pelayanan serta 2 variabel motivasi (Y), yaitu, Faktor Pendorong (Push Factor)
dan Faktor Penarik (Pull Factor). Dari Metode Stepwise, diperoleh hasil bahwa
variabel X yang paling berpengaruh terhadap variabel Y adalah Pengemasan.

Kata kunci : Bauran Produk, Jenis, Kualitas, Pengemasan, Positioning,


Pelayanan, Faktor Pendorong, Faktor Penarik.
i

ABSTRACT

There were few studies concerning product mix. The research object of
this study was Museum Textile Jakarta, where researcher was enthusiastic to
observe the influence of product mix towards motivation of tourists visit. The
research showed the researcher desire as well to museum tourism which
Indonesian did not interest much to visit them, it was contrary with European for
instance. Hopefully, this research was able to enhance Indonesian motivation to
love more museum world thus coming to visit them eventually. The research
reviewed 5 product mix variables (X), i.e., Type, Quality, Packaging, Positioning
and Service and 2 motivation variables (Y), i.e., push factors and pull factors.
From Stepwise method, result obtained was the most influence variable of X
variable towards Y variable was Packaging.

Keywords: Product Mix, Type, Quality, Packaging, Positioning, Service, Push


Factors and Pull Factors.
i

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS TESIS

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Rustini

NPM : 2007.2.113.8.017

Program Studi : Magister Manajemen / Manajemen Pemasaran Pariwisata

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH BAURAN PRODUK


TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN WISATAWAN
(STUDI KASUS MUSEUM TEKSTIL, JAKARTA)

Alamat Rumah : Jl. H. Solihun No. 56E Rt. 003/03 Kebon Jeruk
Jakarta Barat 11530

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa hasil penelitian dari tesis saya ini,
merupakan hasil pekerjaan saya sendiri dan orisinal. Sekiranya pernyataan saya
ini bertentangan dengan kode etik ilmiah dan hukum yang berlaku, Saya bersedia
dan sanggup mempertanggungjawabkannya.

Jakarta, 5 Maret 2010

Pembuat Tesis,

Rustini

Tembusan:
1. Ketua Program Studi MM Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid
2. Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sahid Jakata
3. Arsip
i

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH BAURAN PRODUK


TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN WISATAWAN
(STUDI KASUS MUSEUM TEKSTIL, JAKARTA)

Nama : RUSTINI
NIM : 2007.2.113.8.017

Program Studi : Magister Manajemen


Konsentrasi : Manajemen Pemasaran Pariwisata

Lembar Persetujuan Tesis

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. M. Yuwana Mardjuka, MSi Dra. Susiana Ratih Dewi, MM

Mengetahui:

Ketua Program Studi MM Direktur Program Pasca Sarjana

Dr. Ketut Arnaya, SE, MM Prof. Dr. Nindyom Suwarno, M.Phil


i

LEMBAR PENGESAHAN TESIS

Judul Tesis : ANALISIS PENGARUH BAURAN PRODUK


TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN WISATAWAN
(STUDI KASUS MUSEUM TEKSTIL, JAKARTA)
Nama : Rustini
NIM : 2007.2.113.8.017

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran Pariwisata

Halaman Pengesahan Tesis

Ketua Sidang : Prof. Dr. M. Yuwana Mardjuka, MSi ………………

Penguji Utama : Dr. Ketut Arnaya, SE, MM ………………

Anggota Penguji : Dra. Susiana Ratih Dewi, MM ………………

Tanggal Lulus : 5 Maret 2010


i

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim. Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT

karena berkat RahmatNya peneliti dapat menyelesaikan penelitian tesis ini dengan

baik. Tesis ini merupakan syarat kelulusan pada program Pasca Sarjana Magister

Manajemen, Sekolah Pascasarjana Sahid, Jakarta. Tesis ini berjudul "Analisis

Bauran Produk Terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum

Tekstil, Jakarta)" yang memberikan suatu gambaran tentang variabel-variabel

bauran produk apa saja yang mempengaruhi motivasi pengunjung untuk

berkunjung ke Museum Tekstil Jakarta.

Seluruh daya upaya yang dicurahkan dalam pembuatan tesis ini tidak akan

ada artinya tanpa bimbingan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan tanpa

pamrih oleh berbagai pihak. Untuk itu hanya rasa syukur dan terima kasih yang

sedalam-dalamnya yang dapat peneliti haturkan kepada:

1. Menteri Pendidikan Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan

kepada peneliti untuk memperoleh Program Beasiswa Unggulan Pasca Sarjana

di Sekolah Pasca Sarjana Sahid.

2. Prof. Dr. Yuwana Mardjuka, Msi, sebagai dosen pembimbing utama yang

telah membantu kelancaran dalam proses penelitian tesis ini serta telah

bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan

memperbaiki alur berpikir dalam penelitian tesis ini.

3. Dra. Susiana Dewi Ratih, MM, sebagai dosen pembimbing yang sangat

membantu kelancaran dalam proses penelitian tesis ini serta telah bersedia
i

meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memperbaiki alur

berpikir dalam penelitian tesis ini.

4. Dr. Ketut Arnaya, SE, MM, sebagai Ketua Program Magistem Manajemen

Pariwisata Sekolah Pasca Sarjana Sahid.

5. Prof. Dr. Ir. Kohar Sulistyadi, MSIE, selaku mantan Ketua Program Magister

Manajemen Pariwisata Sekolah Pascasarjana Sahid beserta segenap dosen-

dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat berguna bagi

peneliti.

6. Pihak Museum Tekstil Jakarta yang sangat terbuka dalam memberikan data

dan informasi kepada peneliti serta memberi kesempatan kepada peneliti

untuk meneliti di Museum Tekstil.

7. Suamiku tercinta Budi Suharriansyah serta anak-anakku tersayang Panji

Akbar Aslam dan Malik Kalam Madani yang selalu memberikan bantuan,

dukungan, semangat dan do’a serta kesabaran selama peneliti menyusun tesis

ini.

8. Mama, Bapak dan saudara-saudaraku (Iyus, Lala, Dewi dan Indra), terima

kasih atas doa, dukungan, bantuan dan kasih sayang yang selalu diberikan.

9. Para karyawan dan staf Sekolah Pascasarjana Sahid (Axel, Pak Kiman, Pak

Nelson, Pak Toni, Pak Dedy, Bu Lika, Bu Ida, dll) atas segala kerjasama dan

bantuannya selama peneliti menuntut ilmu.

10. Teman-teman Program MM Pariwisata Sekolah Pascasarjana Sahid bactch-3

(Dwi, Alma, Lany, Wida, Ida, Ati, Tika, Tj, Indah, Mira, Rina, Dewi, Riko,
i

Farhan, Sam, Nikko, Abi, Setyo, Yuki), terima kasih atas kebersamaan kita

selama ini.

11. Teman-teman di Daun Production: Iqbal, Dita, Evi, Bu Syida, Pak Dwi, Latif,

Gendis, Andri, Wina, Harum, Pak Imawan, Pak Ruli, Pak Nanda (Keep up the

good work and light to the world always...)

12. Para toyzhunters: Eko, Kiky, Dian, Tri, Delfi, Maseko (We had such a great

time, guys...).

13. Teman-teman seperjuangan: Siska, Mba Elvina, Cumi Kece, Pak Fahri, Ibu

Upay, Pak Sodiq, Pak Rifqi, Fahri, Fatur, Zaki, Khiar, dan lain-lain (We’ll

keep on fighting ‘till the end, my men...!).

14. Pihak-pihak lain yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Akhir kata, peneliti menyadari bahwa dalam penelitian tesis ini masih

banyak terdapat kekurangan, oleh sebab itu peneliti mengharapkan saran dan

kritik yang membangun untuk perbaikan tulisan ini. Semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi pembaca, serta dapat dijadikan masukan positif bagi ilmu

pengetahuan di bidang pariwisata pada umumnya.

Jakarta, 25 Februari 2010

Peneliti

Rustini
i

DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
ABSTRAK ......................................................................................................... ii
ABSTRACT ........................................................................................................ iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iv
DAFTAR ISI ...................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ...................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................. 10
1.3. Pembatasan Masalah ............................................................. 12
1.4. Perumusan Masalah ............................................................... 12
1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 13
1.5.1. Tujuan Penelitian ................................................... 13
1.5.2. Manfaat Penelitian ................................................. 13
1.5.3. Hipotesis Penelitian ............................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................ 16
2.1. Konsep Teoritis ..................................................................... 16
2.2. Konsep Produk ..................................................................... 16
2.3. Konsep Bauran Produk Wisata ............................................. 18
2.3.1. Konsep Produk Wisata ........................................... 18
2.3.2. Konsep Bauran Produk ........................................... 20
2.3.3. Konsep Lini Produk ............................................... 21
2.4. Konsep Motivasi ................................................................... 25
2.5. Museum ................................................................................. 30
2.5.1. Konsep Museum ..................................................... 31
2.5.2. Fungsi Museum ...................................................... 32
i

2.5.3. Peran Museum ........................................................ 33


2.5.4. Strategi Pengembangan Museum
Sebagai Tujuan Wisata ................................................ 34
2.5.5. Menjual Museum ................................................. 38

2.5.6. Penelitian Terdahulu .............................................. 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 45

3.1. Metodologi Penelitian ........................................................... 45

3.2. Pendekatan Penelitian ........................................................... 45

3.3 Definisi Operasional Variabel ............................................... 46


3.4. Kerangka Pemikiran/Konseptual .......................................... 49
3.5. Metode Penelitian ................................................................. 51
3.5.1. Lokasi Penelitian ................................................... 51
3.5.2. Populasi dan Sampel .............................................. 51
3.5.3. Prosedur Penarikan Sampel dari
Populasi (Sampling Design) ....................................... 52
3.5.4. Teknik Pengumpulan Data .................................... 53
3.5.5. Instrumen Penelitian .............................................. 54
3.5.6. Validitas Instrumen ............................................... 56
3.5.7. Reliabilitas Instrumen ............................................ 57
3.5.8. Ujicoba Instrumen ................................................. 58
3.5.9. Teknis Analisis Data ............................................. 59
3.5.9.1. Analisis Regresi Berganda ..................... 59
3.5.9.2. Pengujian Hipotesis Dengan Uji Secara
Serempak Atau Uji F .............................. 60
3.5.9.3. Pengujian Hipotesis Dengan Uji Parsial
Atau Uji T .....................,......................... 61
3.5.9.4. Koefisien Korelasi ................................... 62
3.5.9.5. Analisis Koefisien Determinasi
Berganda ................................................. 63
i

3.6. Hipotesis Penelitian .............................................................. 63


BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................... 66
4.1. Museum Tekstil Jakarta ........................................................ 66
4.1.1. Sejarah Gedung Museum Tekstil Jakarta .............. 66
4.1.2. Konsep Museum Tekstil Jakarta – Pemerintah
DKI Jakarta ................................................................ 67
4.1.3. Tugas-Tugas Pokok Museum Tekstil .................... 69
4.1.4. Fungsi Dan Tujuan Museum Tekstil ..................... 69
4.1.5. Koleksi Museum Tekstil ........................................ 71
4.1.6. Fasilitas Dan Aktivitas ........................................... 71
4.1.7. Sistem Koleksi Museum Tekstil ............................ 72
4.1.8. Cara Pendekatan .................................................... 73
A. Pendekatan Teknis .................................................. 73
B. Pendekatan Ragam Hias Untuk Batik .................... 74
C. Pendekatan Sejarah ................................................. 75
4.1.9. Alat Dan Perlengkapan ........................................... 75
4.1.10. Produk Museum Tekstil ....................................... 77
4.1.11. Struktur Organisasi Museum Tekstil .................... 78
A. Sub Bagian TU ................................................ 79
B. Tugas Seksi Koleksi Dan Perawatan ............... 79
C. Tugas Seksi Edukasi Dan Pameran ................. 80
4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan .......................................... 80
4.2.1. Hasil Pengujian Validitas Data .............................. 80
4.2.2. Hasil Pengujian Reliabilitas Data .......................... 82
4.2.3. Profil Responden ................................................... 83
4.2.4. Analisis Regresi Berganda .................................... 86
4.2.5. Interpretasi Regresi Koefisien ............................... 87
4.2.6. Uji Hipotesis .......................................................... 89
4.2.6.1. Pengujian Secara Serempak (Uji F) ....... 89
4.2.6.2. Pengujian Secara Parsial (Uji T) ............ 90
i

4.2.6.3. Pengujian Koefisien Korelasi Parsial ..... 91


4.2.6.4. Pengujian Koefisien Korelasi
Berganda ................................................ 92
4.2.6.5. Pengujian R2 (Koefisien
Determinasi) ........................................... 93
4.2.6.6. Pengujian Variabel Dominan
Berpengaruh ........................................... 94
4.2.7. Analisa Frekuensi Yang Paling Dominan ............. 96
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................ 102
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 102
5.2. Saran .................................................................................... 104
5.3. Rekomendasi Untuk Penelitian Lanjutan ............................ 105
DAFTAR PUSTAKA
i

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1.1. Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
dan Jakarta (2003- 2007) ................................................................ 2
Tabel 1.2. Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Wisatawan

Nusantara ke Jakarta (2003-2007) .................................................. 3

Tabel 1.3. Data Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan

Mancanegara ke Museum Tekstil (2003-2007)............................... 7

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu ...................................................................... 40

Tabel 3.1. Operasional Variabel ..................................................................... 48

Tabel 3.2. Tingkat Korelasi ............................................................................ 63

Tabel 4.1. Daftar Alat-Alat Tenunan .............................................................. 76

Tabel 4.2. Daftar Alat Perlengkapan Proses Membatik ................................. 76

Tabel 4.3. Pernyataan Validitas Butir Pertanyaan .......................................... 81

Tabel 4.4. Pernyataan Reliabilitas Butir Pertanyaan ...................................... 82

Tabel 4.5. Deskripsi Profil Responden ........................................................... 83

Tabel 4.6. Analisis Regresi Berganda ............................................................ 85

Tabel 4.7. Pernyataan Regresi Koefisien ....................................................... 87

Tabel 4.8. Uji T .............................................................................................. 90

Tabel 4.9. Hasil Olah Data Koefisien Korelasi Parsial .................................. 90

Tabel 4.10. Hasil Olah Data Koefisien Korelasi Berganda .............................. 91


i

Tabel 4.11. Koefisien Determinasi ................................................................... 92

Tabel 4.12. Analisis Regresi Berganda Dengan Metode Stepwise ................... 93

Tabel 4.13. Analisa Frekuensi Pengemasan (X3) ............................................. 96


i

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Strategi Produk ........................................................................ 22
Gambar 2.2. Karakteristik Bauran Prod ....................................................... 24
Gambar 2.3. Teori Motivasi Maslow ............................................................ 27
Gambar 3.1 Kerangka Konseptual/Pemikiran ............................................. 50
Gambar 3.2. Model Hubungan Antar Variabel .....................................,....... 51
Gambar 4.1. Struktur Organisasi Museum Tekstil ........................................ 78
i

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini pariwisata merupakan suatu industri global yang melibatkan

ratusan juta orang yang melakukan perjalanan internasional maupun lokal. World

Tourism Organization (WTO) memperkirakan bahwa ada 698 juta orang yang

melakukan perjalanan internasional pada tahun 2001 (lebih kurang 10 persen dari

penduduk dunia) (Mason, 2006). Meskipun beberapa dari kegiatan tersebut bisa

mencakup traveler yang sama di lebih dari satu perjalanan setiap tahunnya,

karenanya skala pariwisata yang tepat sebagai suatu industri masih diragukan

(Leiper dalam Mason, 2006). Puluhan juta orang secara global bekerja secara

langsung di dalam industri ini dan banyak orang lagi bekerja secara tidak

langsung. Ratusan juta orang menerima kegiatan pariwisata sebagai bagian

kehidupan mereka yang diistilahkan sebagai wilayah tujuan (destination areas)

dan disebut masyarakat ’tuan rumah’. Jutaan dolar dihabiskan setiap tahunnya

untuk mengiklankan dan mempromosikan produk liburan dan produk-produk

pariwisata lainnya.

Di Indonesia, sektor pariwisata menunjukkan perkembangan yang cukup

baik untuk dijadikan alternatif dalam memperbaiki kondisi perekonomian yang

mengalami krisis pada saat ini. Bahkan sektor ini menjadi salah satu sumber

pendapatan dalam penerimaan devisa, perluasan tenaga kerja, kesempatan kerja


i

dan kesempatan berusaha, serta mendorong pembangunan di daerah. Hal ini

karena sektor pariwisata merupakan sektor yang produknya tetap dan tidak akan

pernah habis terjual.

Perkembangan sektor pariwisata ini dapat dilihat dengan semakin

gencarnya pemerintah menyebarkan informasi tentang kawasan-kawasan obyek

wisata di Indonesia. Kawasan obyek wisata tersebut terwujud dalam bentuk

kekayaan alam yang indah, keragaman flora dan fauna, kemajemukan tradisi dan

budaya serta peninggalan sejarah. Obyek-obyek wisata itu perlu dijaga keaslian

dan kelestariannya sehingga dapat menarik perhatian para wisatawan, baik

domestik maupun mancanegara. Dengan kekayaan dan sumber daya pariwisata

tersebut, Indonesia memiliki modal dasar yang kuat untuk tumbuh dan

berkembang sebagai daerah tujuan wisata (DTW) penting di dunia.

Berikut adalah tabel jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman)

ke Indonesia dan khususnya ke Jakarta selama lima tahun (2003-2007).

Tabel 1.1. Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara

ke Indonesia dan Jakarta (2003-2007)

Jumlah Wisman Jumlah Wisman


Tahun Share(%)
ke Indonesia ke Jakarta
2003 4.467.021 1.125.168 29,19
2004 5.321.165 1.065.495 20,02
2005 5.002.101 1.168.656 23,36
2006 4.871.351 1.216.132 24,96
2007 5.570.000 1.216.057 21,83
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) Propinsi DKI Jakarta, diolah
Dinas Pariwisata Jakarta (Sulistyowati, 2008).
i

Tabel di atas menunjukkan adanya pertumbuhan jumlah kunjungan

wisman pada tahun 2007 ke Indonesia dan terlihat sedikit penurunan untuk

kunjungan wisman ke Jakarta pada tahun yang sama. Tabel ini juga bisa berarti

bahwa dari seluruh wisman yang berkunjung ke Indonesia, 1/5 (seperlima)nya

mengunjungi Jakarta pada tahun 2007 tersebut.

Untuk memperlihatkan bahwa Jakarta memiliki potensi pariwisata yang

sangat menjanjikan, di bawah ini disajikan suatu tabel yang menunjukkan jumlah

kunjungan wisman dan wisatawan nusantara (wisnus) ke Jakarta dari tahun 2003

hingga 2007.

Tabel 1.2. Data Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan

Wisatawan Nusantara ke Jakarta (2003-2007)

Jumlah Jumlah
Pertumbuhan Pertumbuhan
Tahun Wisman ke Wisnus
(%) (%)
Jakarta ke Jakarta
2003 1.125.168 (11,2) 20.244.168 (7,12)
2004 1.065.495 (5,3) 19.807.743 (2,16)
2005 1.168.656 9,68 17.491.417 (11,69)
2006 1.216.132 4,06 18.385.492 5,11
2007 1.216.057 0,82 21.584.947 17,40
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) Propinsi DKI Jakarta, diolah
Dinas Pariwisata Jakarta (Sulistyowati, 2008).

Walaupun sempat mengalami penurunan jumlah kunjungan wisman pada

tahun 2003 hingga minus 11,2%, namun pada tahun 2005 mengalami kenaikan

hingga mencapai 9,68%. Di tahun 2007 pertumbuhan jumlah kunjungan wisman

kembali mengalami penurunan hingga 0,82%. Untuk kunjungan wisnus, meskipun

sempat mengalami penurunan hingga minus 11,69% di tahun 2005, namun pada
i

tahun 2007 cukup menggembirakan karena terjadi kenaikan pertumbuhan sebesar

17,40%. Artinya, potensi wisnus untuk datang ke Jakarta cukup besar.

Museum sebagai salah satu komponen dari Attraction Sector (sektor obyek

dan daya tarik pariwisata), memang belum terlalu menarik dibandingkan dengan

obyek wisata lain seperti wisata alam sehingga perlu dibenahi. Namun sebagai

obyek wisata, museum diharapkan dapat membantu Kantor Menteri Negara

Pariwisata, Seni dan Budaya dalam mencapai target dan sasaran jumlah

kunjungan wisata dengan cara menciptakan event-event yang menarik wisatawan

untuk berkunjung. Kalau ini berhasil berarti tercapai peningkatan devisa negara.

Di awal perkembangannya, museum merupakan tempat penyimpanan

khusus kaum bangsawan yang ingin menyimpan dan memamerkan bukti-bukti

kebesaran mereka. Pada saat itu museum lebih menyerupai kuil yang hanya bisa

dikunjungi oleh kalangan berkelas tertentu saja. Namun dalam era modern

sekarang ini, museum menjadi terbuka untuk umum.

Di negara-negara maju, museum memegang peranan yang sangat penting

terhadap penguatan identitas masyarakat sekitarnya. Kepedulian akan identitas

masyarakat atau bangsa di negara maju terhadap lingkungannya tercermin dari

banyaknya minat orang untuk mengunjungi museum. Di Indonesia, persepsi

masyarakat terhadap museum antara lain masih sebagai tempat penyimpanan

benda-benda kuno dan bersejarah, sebagai tempat untuk mengenal sejarah dan

belum sebagai tempat untuk berwisata. Kita juga dapat melihat bahwa sebagian

besar museum di Indonesia saat ini bangunannya lebih bersifat formal seperti
i

gedung perkantoran yang kurang terawat sehingga kurang memiliki daya tarik

bagi masyarakat atau wisatawan untuk termotivasi berkunjung ke museum.

Menurut Schouten (1995), ada beberapa alasan mengapa museum masih

dianggap sebagai ’bukan untuk orang awam’, yaitu:

1. Dunia yang disajikan oleh museum bukanlah dunia yang dirasakan oleh

masyakat umum. Profesional museum cenderung untuk melupakan bahwa apa

yang jelas bagi mereka adalah tidak jelas bagi orang lain, terutama orang awam.

2. Dalam suatu museum semua obyek cenderung terlihat sama dan tidak ada yang

khusus, terutama jika mereka dikumpulkan dalam jumlah besar.

3. Komunikasi dalam museum agak konvensional, setiap orang dianggap mulai

dari titik yang sama dan mengalami pengalaman di masa yang sama.

4. Ada mitos bahwa pengunjung datang untuk mempelajari sesuatu di museum.

Perilaku mereka di galeri museum lebih kepada window shopping di Sabtu sore

ketimbang untuk mendapatkan pengetahuan baru.

5. Berkaitan dengan mitos di atas, salah satu alasan utama berkunjung ke museum

adalah kesempatan untuk interaksi sosial dengan orang yang belum dikenal.

Tetapi faktanya, pengunjung biasanya datang secara berkelompok sehingga

museum menjadi tempat sosial, dan

6. Museum jarang menyediakan layanan yang berkualitas kepada para

pengunjungnya, misalnya kurang sigapnya guide dalam melayani para

pengunjung.

Fungsi museum di Indonesia saat ini masih terbatas hanya untuk

mengumpulkan, meregistrasi, mengkonservasi dan menyimpan saja, belum


i

sampai pada tahap menginformasikan dan memamerkan untuk kepentingan

pemahaman dan apresiasi komunitas masyarakat sekelilingnya. Sehingga sangat

disayangkan apabila museum sebagai jendela budaya dikembangkan, dikelola dan

dinikmati hanya untuk dirinya sendiri. Yang lebih menyedihkan, museum hingga

saat ini belum memperlihatkan orientasi memberikan manfaat kepada para

pemangku kepentingan lintas sektor dan disiplin misalnya pemerintah, swasta dan

masyarakat atau komunitas termasuk para pengunjung yang bergerak antara lain

di bidang pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi, pemasaran, serta

pengetahuan dan teknologi yang berkembang.

Di DKI Jakarta terdapat kurang lebih 62 (enam puluh dua) museum, baik

yang dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Departemen

Pertahanan dan Keamanan, maupun yang dikelola oleh Pemerintah Daerah

(pemda) DKI Jakarta serta Yayasan. Museum Tekstil merupakan salah satu dari

beberapa museum yang dikelola oleh Pemda DKI Jakarta. Walaupun Museum

Tekstil secara struktur organisasi berada di bawah naungan Pemda DKI Jakarta,

tapi keberadaannya menunjang devisa negara di bidang pariwisata.

Peradaban manusia berkembang seiring dengan perkembangan pakaian

(tekstil) yang fungsinya untuk melindungi tubuh manusia dari perubahan cuaca

dan alam, sehingga tekstil termasuk kebutuhan sandang bagi manusia. Jadi,

keberadaan tekstil itu sama dengan usia peradaban manusia itu sendiri. Menyadari

pentingnya tekstil bagi sejarah dan kebudayaan bangsa serta amal untuk

mengembangkannya dengan tantangan ruang dan waktu membentuk pribadi yang

Indonesia, maka Pemerintah DKI Jakarta, dengan memperhatikan persoalan-


i

persoalan permuseuman di Indonesia, merintis pendirian Museum Tekstil

Indonesia. Museum yang terletak di Jl. KS Tubun No. 4 Jakarta Barat ini

diresmikan oleh Ibu Tien Soeharto pada tanggal 28 Juni 1976.

Berikut ini disajikan tabel yang memperlihatkan jumlah kunjungan

wisman dan wisnus ke Museum Tekstil pada tahun 2003-2007.

Tabel 1.3. Data Kunjungan Wisatawan Nusantara dan Wisatawan

Mancanegara ke Museum Tekstil (2003-2007)

Tahun 2003 2004 2005 2006 2007


Jumlah Wisnus 12.940 15.571 24.160 18.269 32.667
Jumlah Wisman 2.564 2.177 854 803 588
Sumber: Museum Tekstil Jakarta, 2007.

Untuk wisnus, meskipun terjadi penurunan di tahun 2006 tetapi meningkat

kembali di tahun 2007 hampir dua kali lipatnya. Untuk wisman dari tahun ke

tahun menunjukkan penurunan. Adanya perubahan jumlah kunjungan dari tahun

ke tahun ini menarik perhatian peneliti untuk diteliti lebih lanjut.

Dalam suatu kegiatan pariwisata, selain produk, ia juga melibatkan

wisatawan sebagai pelaku utama. Jumlah wisatawan yang berkunjung merupakan

tolok ukur suatu destinasi wisata diminati. Motivasi wisatawan untuk berkunjung

sangat dipengaruhi oleh keinginan dan kebutuhan masing-masing individu yang

berbeda dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat. Jika wisatawan

mendapatkan sesuai dengan harapannya, wisatawan akan merasa puas sehingga

mereka akan mengulangi kunjungannya atau bahkan akan menyebarkan atau

mengajak wisatawan lain untuk berkunjung.


i

Bicara mengenai motivasi, biasanya diawali dengan pertanyaan “Why do

people travel?” Mengapa orang-orang melakukan perjalanan? Banyak jawaban

dari pertanyaan tersebut, antara lain (Yoeti, 1996):

1. Motivasi pendidikan dan kebudayaan.

2. Motivasi santai, kesenangan dan petualangan.

3. Motivasi kesehatan, olah raga dan rekreasi.

4. Motivasi keluarga, negeri asal dan tempat bermukim.

5. Motivasi bisnis, sosial, politik dan konferensi.

6. Motivasi persaingan dan hadiah.

Pada dasarnya ada dua faktor di dalam diri seseorang untuk memutuskan

mengapa ia melakukan perjalanan, yaitu push factors (faktor pendorong) dan pull

factors (faktor penarik). Push factors adalah faktor-faktor yang diinginkan bagi

seseorang untuk melakukan perjalanan (misalnya, melarikan diri dari rutinitas,

nostalgia), yang berasal dari dalam diri seseorang (internal factors). Sedangkan

pull factors adalah faktor-faktor yang menarik wisatawan ke destinasi tertentu

(misalnya, matahari, pantai, museum) dan nilai yang ada di balik obyek wisata

tersebut, yang berasal dari luar diri seseorang (external factors). Dari kedua

konsep itu, push factors lah yang biasanya dianggap sebagai faktor dominan

(Dann, 1977).

Seperti dikatakan sebelumnya di atas bahwa dalam kegiatan pariwisata

produk memegang peranan sangat penting untuk menarik minat wisatawan, maka

suatu destinasi wisata harus mengemas dan menawarkan produk-produknya

sedemikian rupa sehingga menarik. Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan
i

kepada konsumen yang mencakup obyek fisik, jasa, tempat, organisasi serta

gagasan dan digunakan untuk menarik perhatian, akusisi, atau konsumsi yang

dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan konsumen. Sedangkan bauran produk

dalam pariwisata adalah kombinasi yang terpadu antara barang dan jasa dalam

cara penjualan suatu daerah tujuan wisata tertentu.

Seorang wisatawan bila melakukan perjalanan wisata biasanya selalu

mendapatkan penawaran yang terpadu, ia tinggal memilih penawaran mana yang

sesuai dengan keinginan dan kebutuhannya. Hal ini semakin jelas bila wisatawan

tersebut membeli paket wisata yang bersifat inklusif. Bagi suatu organisasi

kepariwisataan nasional, bauran produk (product mix) bisa meliputi daerah

peristirahatan pantai, daerah pegunungan, tempat-tempat rekreasi atau pusat olah

raga. Untuk obyek wisata museum, bauran produk bisa berupa pameran khusus,

pameran bersama pelukis-pelukis ternama, pensucian benda-benda kuno,

demonstrasi pembuatan patung, batik, kerajinan tangan dan lain-lain.

Tekstil sebagai suatu produk dari Museum Tekstil merupakan salah satu

hal yang paling penting yang menarik minat wisatawan. Keanekaragaman dari

produk di Museum Tekstil itu sendiri yang membuat Museum Tekstil menjadi

lebih menarik untuk dikunjungi. Produk-produk yang ada di Museum Tekstil

Jakarta antara lain: Ruang Pamer, Toko Seni, Galeri Tekstil Kontemporer, Taman

Pewarna Alam, serta Kursus dan Pelatihan (batik, konservasi tekstil, aplikasi

pewarna alami pada tekstil dan aplikasi payet).

Untuk mengetahui apakah bauran produk (product mix) berpengaruh

terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta),


i

maka dilakukanlah penelitian dan penyusunan tesis dengan judul ”ANALISIS

PENGARUH BAURAN PRODUK TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN

WISATAWAN (STUDI KASUS

MUSEUM TEKSTIL, JAKARTA)”.

1.2. Identifikasi Masalah

Peneliti menemukan beberapa masalah yang dihadapi dunia permuseuman

Indonesia pada khususnya dan Museum Tekstil pada khususnya, sehingga peneliti

mengidentifikasi permasalahan tersebut sebagai berikut:

1. Secara umum, museum di Indonesia mempunyai kekurangan dalam arti

kuantitas dan kualitas dilihat dari kebutuhan dan kepuasan masyarakat jika

dibandingkan dengan museum-museum di luar negeri, seperti di Eropa. Di

Museum Tekstil pun mengalami hal serupa, di mana secara kuantitas (jumlah

koleksi produknya kurang bervariatif) dan kualitas (apa yang disajikan

sepenuhnya belum bisa dipahami oleh masyarakat umum) masih kurang bisa

menjangkau kebutuhan dan kepuasan masyarakat.

2. Kekurangan jenis dan variasi museum (produk). Di Museum Tekstil sendiri,

peneliti melihat bahwa produk yang ditampilkan memang belum semuanya

mewakili seluruh propinsi yang ada di Indonesia. Yang paling banyak dipajang

adalah produk batik yang notabene berasal dari tanah Jawa.

3. Kekurangan tenaga ahli. Salah satu contoh dari kurangnya tenaga ahli di

Museum Tekstil adalah kurang sigapnya (bersikap pasif) guide dalam melayani
i

para pengunjung. Guide baru akan menemani pengunjung berkeliling dan

memberi penenjelasan jika pengunjung meminta langsung.

4. Kesulitan dalam hal keuangan. Pihak pengelola museum sendiri mengatakan

bahwa budget yang disediakan Pemda DKI untuk Museum Tekstil kurang

memadai, sehingga akhirnya mereka mencari dana dengan salah satunya

mengadakan kursus batik di mana terlihat animo masyarakat untuk mengikuti

kursus tersebut cukup besar.

5. Tidak tersedianya pusat informasi dan fasilitas informasi yang canggih seperti

internet di Museum Tekstil yang bisa diakses untuk mengetahui lebih banyak

tentang museum tersebut.

6. Kurangnya sarana pendukung yang memadai bagi pengunjung, seperti toilet

yang bersih dan kafetaria. Apakah hal ini disebabkan karena harga tiket yang

murah sehingga pihak pengelola merasa dengan harga tersebut dirasa cukup

memberikan pelayanan seperti yang ada sekarang.

7. Promosi dan pemasaran yang masih terbatas baik jenis maupun cakupannya

untuk menyediakan sarana informasi yang memadai tentang lokasi dan obyek

wisata Museum Tekstil.

8. Banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di depan Museum Tekstil

sehingga merusak tampilan museum bagi pengunjung yang baru datang. Banyak

orang tidak mengetahui bahwa itu sebenarnya adalah museum, mereka berpikir

bahwa itu hanyalah gedung tua.

9. Terjadinya penurunan jumlah wisnus di tahun 2006 (setelah sebelumnya naik)

tetapi meningkat kembali di tahun 2007. Sementara untuk wisman sendiri, dari
i

tahun ke tahun menunjukkan penurunan. Adanya perubahan jumlah kunjungan

dari tahun ke tahun ini menarik perhatian peneliti untuk diteliti lebih lanjut.

1.3. Pembatasan Masalah

Berdasarkan berbagai permasalahan di atas peneliti membatasi

permasalahan hanya untuk melihat apakah ada pengaruh bauran produk terhadap

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

Batasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bauran produk yang akan diteliti adalah jenis, kualitas,

pengemasan, positioning dan pelayanan (Kotler, 1995 dan Yoeti, 2006).

2. Produk yang akan diteliti adalah Ruang Pamer, Toko Seni, Galeri Tekstil

Kontemporer, Taman Pewarna Alam, serta Kursus dan Pelatihan di Museum

Tekstil.

3. Variabel motivasi yang akan dilihat adalah push factors dan pull factors.

4. Yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah wisatawan yang

berkunjung ke Museum Tekstil pada di bulan Oktober - November 2009.

1.4. Perumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh antara bauran produk terhadap Motivasi Kunjungan

Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)?

2. Seberapa besar pengaruh masing-masing variabel bauran produk terhadap

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)?


i

3. Variabel bauran produk apakah yang paling dominan mempengaruhi

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)?

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh antara bauran produk terhadap

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh masing-masing variabel bauran

produk terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum

Tekstil, Jakarta).

3. Untuk mengetahui variabel bauran produk apakah yang paling dominan

mempengaruhi Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum

Tekstil, Jakarta).

1.5.2. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan manfaat

bagi:

a. Praktisi (Tourism Industry)

Memberikan informasi untuk para praktisi yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengambilan keputusan jangka panjang di bidang terkait.

b. Pengembangan ilmu/teori yang akan datang


i

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi

perkembangan ilmu penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang

masih harus diuji kebenarannya. Beberapa hipotesis yang dikembangkan di dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh bauran produk terhadap Motivasi Kunjungan

Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

a. Ada pengaruh Jenis terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi

Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

b. Ada pengaruh Kualitas terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi

Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

c. Ada pengaruh Pengemasan terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan

(Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

d. Ada pengaruh Positioning terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan

(Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

e. Ada pengaruh Pelayanan terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan

(Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

2. Seberapa besar pengaruh masing-masing variabel bauran produk terhadap

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

a. Jenis berpengaruh besar terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi

Kasus Museum Tekstil, Jakarta)


i

b. Kualitas berpengaruh besar terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan

(Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)

c. Pengemasan berpengaruh besar terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan

(Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)

d. Positioning berpengaruh besar terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan

(Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)

e. Pelayanan berpengaruh besar terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan

(Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)

3. Variabel bauran produk apakah yang paling dominan mempengaruhi Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

a. Variabel Jenis paling dominan mempengaruhi Motivasi Kunjungan

Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

b. Variabel Kualitas paling dominan mempengaruhi Motivasi Kunjungan

Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

c. Variabel Pengemasan paling dominan mempengaruhi Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

d. Variabel Postioning paling dominan mempengaruhi Motivasi Kunjungan

Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).

e. Variabel Pelayanan paling dominan mempengaruhi Motivasi Kunjungan

Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta).


i

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Teoritis

Bab ini membahas konsep-konsep teori yang berhubungan dengan produk,

bauran produk, strategi bauran produk dan lini produk, serta motivasi kunjungan

wisatawan yang meliputi faktor pendorong (push factors) dan faktor penarik (pull

factors). Konsep-konsep ini akan memberikan pemahaman yang lebih luas

tentang konsep yang akan mengarahkan penelitian ini.

Supranto (2004) merumuskan variabel sebagai sesuatu yang nilainya

berubah-ubah menurut waktu atau berbeda menurut elemen/tempat. Umumnya

nilai karakteristik merupakan variabel, diberi simbol huruf X.

Pada penelitian ini tercatat 2 variabel (X dan Y) yang diukur atau

diobservasi. Variabel bebas (Independent Variable/X) adalah variabel yang

mempengaruhi variabel Y (dependent variable). Dalam penelitian ini, variabel

bebasnya adalah Bauran Produk. Sedangkan Variabel terikat (Dependent

Variable/Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (X). Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus

Museum Tekstil, Jakarta).


i

2.2. Konsep Produk

Menurut Kotler (2006), produk didefinisikan sebagai:

“anything that can be offered to a market for attention, acquisition, user or


consumption that might satisfy a want or need. It includes physical objects,
services, places, organizations and ideas”.

Segala sesuatu yang ditawarkan kepada konsumen yang mencakup baik itu

obyek fisik, jasa, tempat, organisasi serta gagasan dan digunakan baik untuk

menarik perhatian, akusisi, atau konsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau

kebutuhan konsumen bisa dianggap sebagai produk.

Lebih lanjut, Kotler membagi produk menjadi 4 (empat) tingkat, yaitu:

1. Produk Inti (Core Product)

Produk inti adalah tingkatan yang paling mendasar, yang merupakan

jawaban bagi pertanyaan: apa yang sebenarnya dibeli pembeli?. Produk inti dari

Museum Tekstil adalah: koleksi kain, antara lain koleksi batik klasik dan koleksi

baju kulit kayu.

2. Produk untuk Mempermudah (Facilitating Product)

Produk untuk mempermudah adalah barang atau jasa yang harus disajikan

kepada tamu saat tamu tersebut menggunakan produk inti. Produk untuk

mempermudah dari Museum Tekstil meliputi interpretasi dari produk itu sendiri,

seperti: penjelasan dari guide tentang produk inti, brosur, katalog, dsb.

3. Produk Pendukung (Supporting Product)

Produk pendukung merupakan produk ekstra yang ditawarkan untuk

menambah nilai produk inti dan membedakannya dari pesaing. Produk pendukung
i

dari Museum Tekstil adalah ruang pamer, galeri tekstil kontemporer, kursus dan

pelatihan, perpustakaan dan tatanan dari museum itu sendiri.

4. Produk Gabungan (Augmented Product)

Produk gabungan meliputi kemudahan akses, suasana, interaksi pelanggan

dengan organisasi jasa, partisipasi pelanggan dan interaksi antarsesama

pelanggan. Seluruh elemen itu jika digabung dengan produk inti, produk untuk

mempermudah dan produk pendukung akan menjadi produk gabungan. Yang

menjadi produk gabungan dari Museum Tekstil antara lain aksesibilitas, lighting

(tata cahaya), interaksi dengan pengunjung, dsb.

Sementara itu Bull (1995) membedakan produk menjadi dua, yaitu:

1. Non tradable product, yaitu produk yang tidak dapat diperjualbelikan, seperti

bangunan bersejarah.

2. Tradable product, yaitu produk yang dapat diperjualbelikan, seperti jasa travel

yang diperlukan untuk mencapai lokasi yang diinginkan dan akomodasi

selama berada di lokasi kunjungan.

2.3. Konsep Bauran Produk Wisata

2.3.1. Konsep Produk Wisata

Menurut Medlik (1991), produk wisata adalah sebagai berikut:

“the tourist product may be seen as a composite product, as an amalgam or

attractions, transport, accommodations and of entertainment”.

Menurutnya, produk campuran/gabungan seperti atraksi, transportasi,

akomodasi dan hiburan bisa dianggap sebagai produk wisata.


i

Produk wisata juga memiliki sifat atau karakter yang menonjol (Yoeti,

1996), yaitu:

1. Tidak dapat dipindahkan.

Produk wisata tidak dapat dipindahkan dari produsen kepada konsumen yang

memesannya. Jadi kalau wisatawan ingin membeli dan mengkonsumsinya

maka wisatawan harus datang ke tempat di mana proses produksi berlangsung.

2. Tidak bisa ditimbun.

Produk wisata tidak bisa ditimbun atau disimpan seperti biasanya dilakukan

terhadap barang hasil manufaktur, karena itu fungsi gudang untuk menyimpan

juga tidak dikenal dalam industri pariwisata

3. Proses produksi dan konsumsi pada waktu bersamaan.

Proses produksi terjadi dalam waktu yang bersamaan, karena itu wisatawan

harus datang sendiri pada produsen supaya proses produksi dapat berlangsung

sesuai yang diinginkan.

4. Tidak dapat dicoba sebelum transaksi dilakukan.

Produk wisata tidak dapat dicoba seperti halnya kita membeli mobil atau

pakaian. Konsumen yang mau melakukan pembelian hanya perlu dipelihara

dengan baik. Wisatawan hanya dapat melihat melalui video atau brosur yang

dicetak untuk itu.

5. Transaksi jual beli yang terjadi tidak memindahkan hak milik.

Bila kita membeli sebuah rumah atau barang apapun yang sifatnya berwujud,

setelah transaksi selesai dilakukan maka barang tersebut akan menjadi milik si

pembeli. Lain halnya dengan produk pariwisata, setelah transaksi terjadi,


i

timbul kewajiban penjual untuk memberikan pelayana purna jual. Hal ini

merupakan suatu keharusan, karena konsumen (wisatawan) tidak bisa

mengkonsumsi sendiri produk yang baru saja dibelinya tanpa bantuan penjual.

6. Tidak punya standar.

Produk wisata itu tidak mempunyai standar atau ukuran yang obyektif, seperti

halnya dengan industri barang manufaktur biasanya, seperti ukuran, kualitas,

panjang, lebar, pendek, atau tahan lama dan sebagainya. Para produk

pariwisata hanya ada patokan atau penilaian: bagus, jelek, puas, tidak puas,

menarik atau tidak menarik dan sebagainya.

7. Pasokan terpisah sedangkan permintaan terpusat.

Produk wisata itu pemasoknya terpisah, satu dengan yang lainnya berbeda

dalam kepemilikan, fungsi, manajemen, kegunaannya atau lokasi, tetapi

permintaannya terpusat karena biasanya konsumen (wisatawan) membelinya

dalam bentuk paket wisata.

2.3.2. Konsep Bauran Produk

Produk menduduki peranan yang khas, karena merupakan aspek yang

pertama kali diperhatikan oleh konsumen sebelum sampai pada aspek-aspek

lainnya. Aspek ini mencakup usaha penyediaan produk yang tepat bagi pasar yang

dituju. Produk meliputi barang-barang fisik dan atau jasa-jasa. Yang menjadi

pokok disini adalah menyediakan sesuatu yang memuaskan kebutuhan konsumen.

Komponen-komponen dari aspek bauran produk dalam penelitian ini antara lain:

jenis, kualitas, pengemasan, positioning dan pelayanan.


i

Salah satu faktor kesuksesan dalam mengelola atraksi wisata, selain

organisasi dan sumber daya, pasar serta manajemen atraksi, adalah produk.

Produk memegang peranan yang sangat penting di dalamnya (Swarbrooke, 1996).

Kesuksesan produk sangat bergantung pada pendekatan baru ataupun ide yang

unik dalam pengembangannya. Berbagai upaya dilakukan untuk menarik

pengunjung ke atraksi wisata di antaranya melalui keragaman atraksi, hiburan dan

lingkungan yang berkualitas serta pelayanan yang baik. Hal ini membantu

memenuhi harapan dan kepuasan pengunjung dalam menikmati atraksi wisatanya.

Adapun beberapa kegagalan pengelola dalam memenuhi kepuasan dan harapan

pengunjung atraksi wisata (Yoeti, 1996), antara lain:

a. Harga

b. Adanya peraturan untuk tidak membawa makanan ke dalam tempat atraksi

wisata, sehingga pengunjung dipaksa untuk membeli makanan di dalam

lokasi.

c. Produk yang ditawarkan kurang menarik bagi beberapa segmen pasar.

d. Kualitas pelayanan yang kurang baik.

Belajar dari kegagalan tersebut, maka perlu untuk memadupadankan

produk yang akan ditawarkan kepada konsumen, sehingga produk yang

ditawarkan sesuai dengan keinginan konsumen. Ide ini dikenal dengan bauran

produk (product mix), yang didefinisikan oleh Kotler (1999) yaitu:

“product mix is the set of all product lines and items that a particular seller offers

for sale to buyers”.


i

Wearne dan Morisson dalam Setiasih (2003) juga mendefinisikan bauran

produk sebagai berikut:

“a product mix is the range of facilities and the quality level services that an

establishment offer to its customer”.

Kedua definisi tersebut menjelaskan bahwa bauran produk itu merupakan

kombinasi dari lini produk, fasilitas dan layanan berkualitas yang ditawarkan

kepada pembeli atau pelanggannya.

2.3.3. Konsep Lini Produk

Sementara itu Kotler (1999) merumuskan Lini Produk adalah:

“a group of products that are closely related because they perform a similar
function, are sold to the same customer groups, are marketed through the same
channels, or fall within given price ranges”.

Jadi, suatu bauran produk terdiri dari berbagai lini produk di mana lini

produk itu merupakan sekumpulan produk yang saling terkait karena mereka

memiliki fungsi yang sama, dijual ke pelanggan yang sama dan dipasarkan

melalui saluran pemasaran yang sama dengan kisaran harga tertentu. Agar lini

produk itu berhasil, maka kita harus mengetahui setiap profil pasar dari masing-

masing produk tersebut.

Strategi produk yang mencakup keputusan-keputusan untuk tiap produk,

lini produk dan bauran produk ditunjukkan dalam Gambar 1 berikut ini.
i

Gambar 2.1. Strategi Produk

Perbaikan Mengubah
Produk Strategi
Pengurangan
Biaya Pemasaran

Menghapuskan
Menambah Strategi Lini Produk-produk
Produk Baru Produk Khusus

Strategi Menambah
Menghapuskan
Bauran Produk Baru
Lini Produk
Produk

Mengubah Prioritas
Lini Produk

Sumber: Cravens (Pemasaran Strategis, 1994).

Tindakan-tindakan lini produk dapat berupa penambahan suatu produk

baru, mengurangi biaya, memperbaiki produk, mengubah strategi pasar, dan

membuang suatu produk. Strategi bauran produk dapat mencakup penambahan

sebuah lini produk, menghapuskan suatu lini atau mengubah prioritas suatu lini

(misalnya, meningkatkan anggaran pemasaran untuk satu lini dan mengurangi

anggaran untuk lini lain) (Cravens, 1994).

Bauran produk perlu memperhatikan dan mempertimbangkan kebutuhan

dan keinginan konsumen, sehingga produk yang ditawarkan sesuai dengan apa

yang dibutuhkan konsumen. Bauran produk dalam hal ini memiliki besaran,
i

kedalaman dan konsistensi, serta lini produk yang merupakan kelompok item

produk yang memiliki fungsi dan tujuan yang hampir sama dengan bauran

produk. Untuk tujuan pemasaran, bauran produk wisata sebaiknya dideskripsikan

menurut lebar dan kedalamannya. Konsep ini diilustrasikan pada Gambar 2

berikut ini.

Gambar 2.2. Karakteristik Bauran Produk

PRODUCT MIX WIDTH

Historical Cultural Outdoor-Recreational Event Attraction


L Museum National Park Art Festival
E
N Fort Forest Trail Horse Show
G
T Mill Marina Fair
H
Opera House Fishing Parade

Theatre

Sumber: Heath dan Wall dalam Setiasih (2003).

Dari bagan tersebut, bauran produk dapat ditentukan. Bauran produk dapat

diperlebar dengan menambah produk lininya. Lini produk yang ada juga bisa

diperpanjang dengan menambahkan misalnya acara olahraga, festival, acara

bertema, yang ditambahkan pada lini produk acara dan atraksi. Dalam
i

pelaksanaannya, produk-produk tersebut bisa merupakan core, primary atau

secondary product ataupun lainnya.

Bauran produk memiliki lebar, panjang, kedalaman dan konsistensi

(Kotler dalam Setiasih, 2003), di mana:

a. Lebar (width) dari bauran produk memiliki lini produk yang berbeda-beda.

b. Panjang (length) dari bauran produk mengacu pada total jumlah item dalam

bauran. (Dari Gambar 2 di atas, terdapat 13 panjang lini, dengan rata-rata

panjang lini adalah 4, yakni dengan membagi panjang lini dengan lebar lini).

c. Kedalaman bauran produk mengacu pada banyaknya jenis produk yang

ditawarkan dalam lini produk.

d. Konsistensi bauran produk mengacu pada kedekatan kaitan lini produk pada

pengguna akhir.

2.4. Konsep Motivasi

Robbins (2007) mendefinisikan motivasi sebagai berikut:

“the processes that account for individual’s intensity, direction and persistence of

effort toward attaining a goal”.

Sementara itu, Richardson (2006) dalam Sulistyowati (2008) merumuskan

motivasi sebagai sebuah proses internal yang bersifat psikologis pada pikiran dan

tubuh seseorang yang disebabkan oleh kondisi yang tidak begitu nyaman. Kondisi

ini menyebabkan dorongan untuk melepaskannya dan memenuhi rasa puas.

Dari beberapa pendapat para ahli tentang motivasi, maka pada dasarnya

pengertian motivasi adalah suatu proses yang menjelaskan maksud, arah dan
i

persistensi seseorang dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang

disebabkan faktor-faktor yang ada dalam diri maupun di luar diri seseorang yang

menggerakkan dan mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu tersebut.

Motivasi telah dikenal sebagai kebutuhan dan keinginan

psikologis/biologis, yang mencakup kekuatan integral yang muncul, mengarahkan

dan mengintegrasikan perilaku dan aktivitas seseorang. Karena paradigma

pariwisata selalu terkait dengan manusia dan hakikat manusia, maka merupakan

proposisi yang kompleks untuk menyelidiki mengapa orang melakukan perjalanan

dan apa yang ingin mereka nikmati (Yoon & Uysal, 2003).

Karena perjalanan merupakan kegiatan manusia yang mempunyai

keinginan bermacam-macam, maka umumnya motivasi orang melakukan

perjalanan disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor sosiologi dan faktor psikologi.

Faktor sosiologi meliputi disposable income (pendapatan yang lebih) dan leisure

time (waktu senggang). Sedangkan faktor psikologi adalah adanya kemauan untuk

mengadakan perjalanan. Faktor psikologi ini tergantung dari banyak hal hingga

sampai pada suatu keputusan guna meninggalkan rumah untuk sementara waktu

(Yoeti, 1996).

Dalam penelitian pariwisata, konsep motivasi dapat digolongkan menjadi

dua kekuatan, yang menunjukkan bahwa orang melakukan perjalanan karena

mereka didorong dan ditarik untuk melakukannya oleh “sejumlah kekuatan” atau

faktor (Dann, 1977, 1981). Menurut Uysal dan Hagan (1993), kekuatan-kekuatan

ini menguraikan bagaimana individu-individu didorong oleh variabel-variabel


i

motivasi dalam membuat keputusan untuk melakukan perjalanan dan bagaimana

mereka ditarik oleh atribut-atribut destinasi.

Adapun teori-teori motivasi antara lain, yaitu:

● Teori Motivasi Maslow

Abraham Maslow berusaha menjelaskan mengapa orang didorong oleh

kebutuhan–kebutuhan tertentu pada waktu–waktu tertentu. Jawaban Maslow

adalah karena kebutuhan manusia tersusun dalam hirarkhi, dari yang paling

mendesak sampai yang paling kurang mendesak. Gambar dari Teori Maslow

diperlihatkan di bawah ini.

Gambar 2.3. Teori Motivasi Maslow

Self-
actualization

Esteem

Social

Safety
Physiological

Sumber: Robbins & Jugde (Organizational Behavior, 2007).

Menurut Maslow, di dalam setiap diri manusia terdapat hirarki lima

kebutuhan, yaitu:

1. Physiological: meliputi rasa lapar, haus, tempat tinggal, seks dan kebutuhan

jasmani lainnya.

2. Safety: meliputi keamanan dan perlindungan dari bahaya fisik dan emosional.

3. Social: meliputi afeksi, kepemilikan, penerimaan dan pertemanan.


i

4. Esteem: meliputi faktor-faktor esteem eksternal seperti penghargaan-diri,

otonomi dan prestasi; dan faktor-faktor esteem internal seperti status,

pengakuan dan perhatian.

5. Self-actualization: dorongan untuk menjadi apa seseorang itu; meliputi

pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang dan pengisian-diri (self-

fullfillment).

● Teori Motivasi G. M. Dann

Dann (1977) berpendapat bahwa pada dasarnya ada dua faktor atau tahap

dalam memutuskan untuk melakukan perjalanan, yaitu:

1. Push motivation (motivasi dorongan) terkait dengan keinginan wisatawan

(internal atau aspek emosional), misanya melarikan diri dari rutinitas

(escape) dan nostalgia.

2. Pull motivation (motivasi tarikan) adalah faktor-faktor yang menarik

wisatawan ke resor atau destinasi tertentu (misalnya, matahari, pantai).

Motivasi tarikan ini terkait dengan atribut pilihan destinasi (aspek eksternal,

situasional atau aspek kognitif).

Sebagai akibatnya, Dann berhipotesis bahwa motivasi untuk melakukan

perjalanan didasarkan pada dua konsep ini, meskipun push motivation biasanya

dianggap sebagai faktor dominan.

● Teori Motivasi J.L. Crompton

Motivasi menurut Crompton (1979) adalah gaya dorong di dalam diri

seorang individu yang memaksa individu itu untuk bertindak. Motivasi tidak dapat
i

dengan mudah dirumuskan atau dinyatakan, akan tetapi, individu-individu

sendirilah yang menyadari rencana-rencana mereka.

Masih menurut Crompton, setiap individu yang hidup di dalam

ekuilibrium sosial-psikologi dapat menjadi tidak seimbang sepanjang waktu, yang

menyebabkan keadaan tegang, tidak seimbang, yang memicu timbulnya

kebutuhan di dalam seorang individu. Pengakuan adanya kebutuhan menyebabkan

individu untuk memilih sekumpulan tindakan dalam usaha untuk membangun

kembali keseimbangan tersebut.

Crompton mengajukan kerangka kerja dari ‘push’ and ‘pull’ motivations

yang mencakup sembilan motif khusus, yaitu:

• Melarikan diri dari lingkungan biasa;

• Mengeksplorasi dan mengevaluasi diri;

• Relaksasi;

• Prestise;

• Regresi/penurunan (menjadi berperilaku dewasa atau seperti anak kecil);

• Memperkuat hubungan;

• Interaksi sosial;

• Pembaharuan; dan

• Pendidikan.

Crompton (1979) juga berpendapat bahwa push factors tidak hanya dapat

digunakan untuk menguji munculnya keinginan atau dorongan untuk pergi

berlibur, tetapi juga memiliki “potensial langsung untuk mengarahkan wisatawan

ke destinasi tertentu”.
i

Dari beberapa teori motivasi di atas, untuk penelitian ini peneliti akan

menggunakan teori motivasi yang digagas oleh Crompton, karena paling sesuai

dengan variabel-variabel yang akan diteliti. Namun dalam penelitian ini, peneliti

hanya mengambil lima motif khusus dari sembilan motif yang digagas Crompton

tersebut, yaitu: Melarikan diri dari lingkungan biasa (rutinitas), Relaksasi,

Prestise, Interaksi Sosial, dan Pendidikan. Mengapa peneliti hanya mengambil

lima variabel saja, yaitu karena dalam proses pre-survey yang dilakukan sebelum

penelitian sebenarnya, peneliti telah melihat dan bertanya baik kepada pengunjung

maupun pihak pengelola museum bahwa kelima motif itulah yang dominan

menjadi alasan mengapa orang berkunjung ke Museum Tekstil.

2.5. Konsep Variabel Operasional Dalam Penelitian

Supranto (2004) merumuskan variabel sebagai sesuatu yang nilainya

berubah-ubah menurut waktu atau berbeda menurut elemen/tempat. Umumnya

nilai karakteristik merupakan variabel, diberi simbol huruf X.

Variabel penelitian ini dikemukakan dalam rangka membantu

menjelaskan pokok subyek dan batasan pengertian untuk variabel-variabel

tersebut.

Pada penelitian ini tercatat 2 variabel (X dan Y) yang diukur atau

diobservasi, yaitu:

1. Variabel bebas (Independent Variable/X)


i

Adalah variabel yang mempengaruhi variabel Y (dependent variable).

Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah Bauran Produk. Komponen dari

variabel X yang diukur atau diobservasi, yaitu:

1. Jenis

Apa saja produk yang ada di Museum Tekstil.

2. Kualitas

Adalah kesesuaian dengan spesifikasi atau standar (Cravens, 1994).

Bagaimana kualitas dari tiap jenis produk yang ada di Museum Tekstil, apakah

rendah, sedang atau tinggi.

3. Pengemasan

Format atau pola bagaimana produk disajikan dan ditampilkan untuk

menarik minat konsumen. Dalam hal ini bagaimana pengelola Museum Tekstil

mengemas produk-produk tersebut untuk ditampilkan sehingga bisa menarik

wisatawan untuk berkunjung.

4. Positioning

Cara produk didefinisikan oleh konsumen pada atribut-atribut yang

penting – bagaimana suatu produk menempati pikiran konsumen terhadap produk

pesaing. Karena konsumen dipenuhi dengan informasi tentang produk dan jasa

maka konsumen tidak setiap waktu mengevaluasi kembali produk dalam membuat

keputusan pembelian (Kotler, 2006).

5. Pelayanan
i

Bagaimana pelayanan yang diberikan pihak pengelola museum secara

keseluruhan (dari berbagai fungsi) akan memberikan kesan yang mendalam

sehingga wisatawan merasa puas dan ingin berkunjung kembali.

2. Variabel terikat (Dependent Variable/Y)

Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (X). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus

Museum Tekstil, Jakarta). Berikut di bawah ini disajikan operasional variabel dari

penelitian ini.

2.6. Museum

Menurut Schouten, 1995, kebanyakan orang tidak pernah mengunjungi

museum karena mereka tidak merasa memiliki keterkaitan dengan kehidupan

mereka dan tidak tertarik dengan koleksi yang disajikan. Oleh karenanya, lanjut

Schouten, museum harus berinovasi untuk membuat tampilannya dapat diterima

pengunjung dan menstimulasi dengan berusaha lebih keras untuk memahami

posisi orang awam, dengan cara mengajak partisipasi aktif dari pengunjung dan

menggunakan lebih banyak gambar bergerak, dengan cara menyediakan fasilitas

berkualitas yang lebih baik dan dengan cara membolehkan kemungkinan yang

lebih besar untuk interaksi sosial.

Di masa lampau, museum hanya berfungsi sebagai tempat untuk

mengkoleksi, mengkonservasi, meneliti, memamerkan dan merupakan suatu

institusi pendidikan. Museum gaya-lama terutama hanya bertanggung jawab


i

terhadap koleksinya, bukan kepada pengunjungnya. Tetapi, kini museum tidak

hanya bertujuan untuk mencapai jumlah pengunjung yang lebih besar dan

membangun permintaan di antara kelompok-kelompok baru saja namun juga

secara proaktif merancang penataan, layanan dan penawaran yang akan

menghasilkan kepuasan dan hasil positif untuk para pengunjungnya (Kotler and

Kotler, 2000).

2.6.1. Konsep Museum

Definisi baru mengenai museum dari Australia Museum adalah suatu

institusi yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Museum membantu orang-orang untuk memahami dunia dengan

menggunakan obyek-obyek dan gagasan untuk menginterpretasikan masa lalu

dan sekarang serta mengeksplorasi masa depan.

2. Museum menyimpan dan meneliti koleksi-koleksi serta membuat obyek-

obyek dan informasi dapat diakses di dalam lingkungan aktual dan virtual.

3. Museum dibangun untuk kepentingan umum seperti bangunannya permanen,

merupakan organisasi non-profit yang menyumbangkan nilai-nilai jangka

panjang bagi masyarakat.

Menurut Ambrose dan Crispin dalam Rifdaleni (2008), museum dapat

diklasifikasikan dalam beberapa kelompok antara lain, yaitu:

1. Berdasarkan koleksi, sebagai contoh museum kesenian, museum sejarah,

museum geologi, museum teknologi dan sebagainya.


i

2. Berdasarkan pengelola, sebagai contoh museum pemerintah, museum swasta,

museum perorangan, museum angkatan bersenjata dan sebagainya.

3. Berdasarkan wilayah, sebagai contoh museum nasional, museum daerah,

museum lokal dan sebagainya.

4. Berdasarkan pengunjung, sebagai contoh museum pendidikan, museum umum

dan sebagainya.

5. Berdasarkan cara penyajian koleksi, sebagai contoh museum tradisional,

museum terbuka dan sebagainya.

Menurut Yoeti (2006), orang yang datang ke museum dapat dikategorikan

ke dalam kelompok yang bertujuan untuk:

1. Pendidikan

2. Rekreasi

3. Penelitian

2.6.2. Fungsi Museum

Menurut ICOM (International Council of Museum) dalam Materi

Komunikasi, Informasi, Edukasi Tentang Museum Tekstil (2007), fungsi museum

adalah:

1. Pusat dokumentasi dan penelitian sejarah.

2. Pusat menikmati seni budaya bangsa.

3. Sebagai sarana penyalur ilmu pengetahuan.

4. Sebagai media pendidikan dan pengetahuan.

5. Sebagai tempat perkenalan dan pembauran kebudayaan antar daerah, antar


i

bangsa.

6. Sebagai tempat rekreasi dan obyek wisata.

7. Sebagai salah satu sarana untuk bertakwa serta bersyukur kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

Dalam kaitannya dengan fungsi museum nomor 2, diperlukan suatu

interpretasi. Interpretasi menurut Prentice (1995) adalah:

”a process of communicating to people the significance of a place so that they can


enjoy it more, understand its importance and develop a positive attitude to
conservation. Interpretation is used to enhance the enjoyment of place, to convey
symbolic meaning and to facilitate attiudinal or behavioural change”.

Interpretasi merupakan suatu proses mengkomunikasikan kepada orang

lain mengenai pentingnya suatu tempat sehingga mereka dapat menikmatinya dan

mengembangkan sikap positif untuk pemeliharaan tempat tersebut. Interpretasi

juga digunakan untuk menikmati suatu tempat, menyampaikan arti simbolis dan

untuk mempermudah perubahan sikap atau perilaku. Pada akhirnya tujuan utama

dari interpretasi adalah untuk mendorong minat dan mengembangkan pemahaman

dalam berkunjung (Stewart et al. dalam Mason, 2006).

Sedangkan Yoeti (2006), museum berfungsi untuk:

1. Melindungi dan menjaga kelestarian benda-benda bukti material hasil budaya

manusia serta alam dan lingkungannya.

2. Mengkomunikasikan dan menyebarkan informasi mengenai benda-benda

tersebut kepada masyarakat melalui publikasi, bimbingan edukatif kultural

dan permanen.
i

2.6.3. Peran Museum

Para ahli kebudayaan meletakkan museum selain sebagai bagian dari

pranata sosial, juga sebagai wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik

perkembangan alam dan budaya manusia kepada komunitas dan publik (ICOM,

2005). Dalam paradigma baru, museum juga dipandang sebagai sebuah forum,

tempat terjadinya perdebatan dan kontroversi mengenai materi dan muatan yang

disajikan.

Di masa kini, menurut Yoeti (2006), museum berperan sebagai:

1. Pusat Budaya, dan karenanya program-program budaya (pertunjukan seni

budaya, seminar, dsb.) perlu terus dikembangkan.

2. Pusat Informasi, sehingga keberadaan perpustakaan dan penyebaran informasi

melalui publikasi dan terbitan-terbitan lainnya semakin terasa penting.

3. Sentra pengembangan sosial-ekonomi lingkungan sekitarnya, terutama tingkat

kunjungan dapat terus dikembangkan.

Selanjutnya, Yoeti menambahkan bahwa dalam perspektif pariwisata,

museum tidak lagi hanya berfungsi sebagai obyek penelitian dan pendidikan,

namun juga berperan sebagai tujuan dan penyelenggaraan rekreasi. Oleh sebab

itu, seyogyanya museum adalah tempat yang terancang permanen, yang dikontrol

dan dikelola demi memenuhi unsur kenikmatan (enjoyment), kesenangan

(amusement), hiburan (entertainment) dan pendidikan (education) bagi para

pengunjungnya.
i

2.6.4. Strategi Pengembangan Museum Sebagai Tujuan Wisata

Dewasa ini pariwisata mencakup hampir ke semua aspek kehidupan

masyarakat dan pendekatan dari berbagai disiplin ilmu sebagai suatu masukan

dalam mendukung bidang pariwisata menjadi sangat penting, termasuk ilmu di

bidang museum dan budaya. Oleh karena itu dalam mengembangkan museum

sebagai tujuan wisata yang memiliki daya tarik budaya, maka perlu

dipertimbangkan beberapa hal yaitu:

1. Trend dan Isu

Maju mundurnya pariwisata yang multidisiplin, multi sektoral dan terkait

erat dengan aspek supply dan demand pada dasarnya tidak lepas dari berbagai isu-

isu ilmu pengetahuan dan teknologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan

dan keamanan. Pengembangan pariwisata yang berorientasi pada pengembangan

produk wisata masal (Mass Tourism), secara perlahan sudah bergeser ke

pengembangan produk wisata minat khusus (niche market/special interest) seperti

ekowisata dan wisata budaya. Artinya bahwa dengan segmentasi wisatawan minat

khusus, fokus sudah bukan pada jumlah wisatawan, tetapi sudah lebih kepada

kepuasan wisatawan dalam memilih wisata yang memberikan kualitas edukasi,

pengalaman, otentisitas dan alami (dalam Rifdaleni, 2008).

Pada dasarnya bahwa motivasi wisata seseorang adalah untuk

menghilangkan kepenatan atau kejenuhan dari aktivitas rutin baik yang bersifat

fisik, pikiran maupun jiwa. Kecenderungannya sekarang dalam melakukan

perjalanan tidak mengutamakan lagi pada berapa besar uang yang dikeluarkan,

namun lebih kepada nilai atau manfaat apa yang dapat diperoleh dari destinasi
i

atau tujuan wisata yang dikunjungi. Perjalanan bersifat hiburan semata berubah

menuju perjalanan yang memberikan pengalaman unik, otentik, dapat dinikmati,

dirasakan dan sekaligus memberikan pemahaman. Biasanya destinasi yang dapat

mengakomodasi hal tersebut adalah yang memiliki daya tarik sejarah dan budaya,

seperti museum.

2. Pendekatan

Informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini menggunakan

pendekatan kuantitatif. Menurut Veal (2006),

“the quantitative approach to research involves statistic analysis. It relies on


numerical evidence to draw conclusions or to test hypotheses. To be sure of the
reliability of the results it is often necessary to study relatively large numbers of
people and to use computers to analyze the data”

yaitu suatu pendekatan yang menggunakan analisa statistik. Pendekatan ini

bersandar pada bukti angka untuk menarik kesimpulan atau untuk menguji

hipotesis. Untuk menjamin reliabilitas hasil, pendekatan ini sering digunakan

untuk mempelajari sejumlah besar orang dan untuk menggunakan komputer guna

menganalisa data.

Sebagai suatu lembaga, museum melalui koleksinya mempunyai

kewajiban memberikan gambaran dan pemahaman yang merefleksikan proses

sejarah yang dicapai oleh suatu masyarakat, sekaligus menjadikan museum

sebagai tempat tujuan wisata budaya. Oleh karena itu sebagai lembaga yang

memiliki peran kunci dalam pemahaman identitas, museum yang dikembangkan

harus dapat mencerminkan tujuan jangka panjang dalam upaya pelestarian, di

samping harus dapat berperan menjaga dan menyampaikan hubungan benang

merah memori kolektif antara masa lalu dan masa sekarang untuk kepentingan
i

masa depan masyarakat. Dalam hal ini pariwisata dimungkinkan berfungsi

sebagai wahana untuk mendukung cita-cita museum melalui beberapa pendekatan

yang mencakup:

a. Pariwisata berkelanjutan

Museum sebagai daya tarik wisata erat kaitannya dengan pelestarian

warisan budaya, maka penerapan konsep pariwisata berkelanjutan akan menjadi

sinkron dan saling memperkuat, mengingat nilai-nilai dari pariwisata

berkelanjutan adalah perlindungan lingkungan alam dan budaya serta

pemberdayaan masyarakat secara berkesinambungan.

b. Pariwisata budaya

Menjadikan museum sebagai tempat tujuan wisata dengan daya tarik

berupa koleksi warisan budaya, tentunya diperlukan suatu pendekatan pariwisata

yang selain dapat memotivasi kunjungan, memberikan pembelajaran sekaligus

hiburan, juga dapat memberikan kepuasaan dalam memperoleh pengalaman

otentik bagi para pengunjung khususnya yang termasuk dalam kelompok

wisatawan minat khusus. Kegiatan pariwisata budaya meliputi berbagai jenis

pengalaman yang berbeda.

Hal ini jelas bahwa pariwisata budaya menawarkan kepada wisatawan atau

pengunjung berupa pengalaman otentik, situs, layanan dan peristiwa dari suatu

budaya, yang identik dengan memperoleh pengayaan dan pemahaman dari

pengalaman perjalanan. Lebih jauh lagi, sebagai alat pertukaran dan pemahaman

budaya, pariwisata budaya dapat memberikan pengalaman kepada pengunjung

berupa gabungan hiburan dan edukasi tentang suatu budaya. Oleh karena itu, sejak
i

pengalaman otentik menjadi penting, maka segala kebutuhan terhadap sesuatu

yang asli membawa kepada upaya konservasi dan pelestarian warisan budaya.

Keberhasilan suatu museum (AHC dalam Rifdaleni, 2008) ditentukan

oleh:

a. Penerapan sistem pengelolaan terhadap sumberdaya museum menjadi suatu

atraksi unik mencakup koleksi, aktifitas dan fasilitas museum.

b. Pengemasan (packaging) dari sumberdaya museum yang didesain sedemikian

rupa untuk dapat memberikan gabungan pengalaman dengan atraksi dalam satu

kunjungan dan biaya yang terpadu kepada wisatawan atau pengunjung museum.

c. Diversifikasi pengemasan produk museum baik dengan sesama produk

museum, dengan produk wisata budaya, atau dengan produk wisata minat khusus.

2.6.5. Menjual Museum

Keberadaan sebuah museum akan sirna bila ia sepi pengunjung. Museum

akan mampu bertahan hidup jika ia bisa menjual dan memasarkan dirinya dengan

baik. Tanpa kesanggupan seperti itu, ia tak akan pernah dapat menumbuhkan

dirinya pada perkembangan sektor pariwisata di wilayahnya.

Menurut Yoeti (2006), dalam pengelolaan sebuah museum terdapat

sejumlah komponen dasar yang harus dipenuhi agar senantiasa menarik

pengunjung, sehingga pada akhirnya memudahkan proses “menjualnya”. Untuk

itu perlu diperhatikan antara lain:


i

1. Penampilan (appearance) pintu masuk, ruang kedatangan utama dan tanda-

tanda petunjuk arah bagi pengunjung, termasuk informasi yang tersedia di

bagian karcis.

2. Pola arus (sirkulasi) pengunjung yang mengikuti tata letak (lay-out) yang

logis.

3. Display, presentasi dan informasi yang memadai dan tersedia dengan mudah,

termasuk daya dukung bahan audio, visual, tape, guide dan sebagainya.

4. Penempatan dan tata letak kegiatan atraksi penunjang di lokasi.

5. Lokasi serta tata letak berbagai fasilitas yang tersedia di museum (toilet, café,

mushola, toko souvenir, bangku duduk dan sebagainya).

Di museum, dapat digunakan alat manajemen yang secara efektif

menawarkan suatu kerangka kerja untuk analisa dan intervensi dalam berbagai

domain (Fronville, 1985):

1. Untuk program pendidikan: analisis pasar akan memudahkan pembuatan

rangkaian aktivitas yang museum tujukan untuk kelompok masyarakat yang

berbeda (kunjungan sekolah, konferensi, tur yang dipandu, film, buku).

2. Untuk program keanggotaan dan penggalangan dana: pendekatan pemasaran

akan digunakan untuk meningkatkan jumlah anggota museum dan pengajuan

program kemitraan dengan perusahaan swasta.

3. Untuk meningkatkan pendapatan museum: didapat dari toko museum, program-

program komersil yang berhubungan dengan pameran sementara, penyewaan

premis, lisensi atau konsesi.


i

4. Dalam bidang hubungan masyarakat: tujuan mereka akan menjadi konsisten

dengan eksploitasi dari setiap program lama melalui berbagai media,

publisitas dan teknik-teknik komunikasi sponsor.


2.6.6. Penelitian Terdahulu

Berikut ini disajikan tabel penelitian terdahulu untuk mengetahui penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya yang sedikit banyak memberikan sumbangan terhadap pemikiran peneliti dalam melakukan penelitian ini serta untuk

membandingkan dan membedakan antara penelitian-penelitian sebelumnya dengan penelitian yang sekarang sedang peneliti lakukan.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Tahun Peneliti Judul Penelitian Variabel Metodologi Hasil Penelitian


Penelitian Penelitian
1. 1997 Ahmad Analisis Pengaruh Bauran Metode Hubungan antara bauran pemasaran
Junaedi Bauran Pemasaran pemasaran korelasi hotel berbintang dengan karakteristik
Abas Terhadap konsumen hotel berbintag berkisar
Keputusan antara sedang sampai lemah.
Pemilihan Jenis
Hotel Berbintang
oleh Konsumen di
DKI Jakarta
2. 2000 R. Teguh Strategi Produk dan Metode - Dari analisa lingkungan internal,
Satriawan Pengembangan Pasar deskriptif digambarkan bahwa Kebun Binatang
Produk Dalam dengan analisis Ragunan mempunyai kekuatan dalam
Upaya SWOT hal pengalaman untuk mengelola,
Meningkatkan SDM yang besar, dukungan
Jumlah Pengunjung pembiayaan dari pemerintah, wilayah
Pada Kebun yang luas, spesimen satwa dan pohon
Binatang Ragunan yang banyak; Kelemahannya:

1
60

Jakarta kurangnya kebersihan, sarana dan


prasarana pengunjung, sarana produk
utama (hewan), anggaran terbatas,
teknologi yang usang, serta brosur dan
materi promosi.
- Dari analisa eksternal, Kebun
Binatang masih mempunyai proposal
sebagai ruang publik terbuka hijau,
peraturan dan kebijakan pemerintah
yang mendukung konservasi, tingkat
pertumbuhan penduduk dan tingkat
pendidikan dan teknologi konservasi
yang semakin baik; Ancamannya:
krisis ekonomi dan faktor keamanan
dari situasi politik yang belum stabil,
banyaknya substitusi rekreasi yang
lebih variatif, perkembangan kota
yang pesat dan menjauhkan publik
dari lingkungan.
3. 2001 Dessy Strategi Produk wisata Metode analisa - Pengaruh pengembangan produk
Sunarsi Pengembangan kualitatif TMII periode 1989-1999 terhadap
Produk Wisata deskriptif dan peningkatan jumlah wisatawan yang
Taman Mini analisa berkunjung adalah sangat kecil.
Indonesia Indah kuantitatif - Nilai koefisien korelasi r = 0,18,
Periode Tahun artinya korelasi antara pengembangan
1989-1999 produk yang dilakukan oleh TMII
dengan peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan adalah lemah atau tidak ada
61

hubungannya.
- Dari Uji-T (α = 0,05) diketahui
bahwa nilai T-hitung (to) adalah 0,55
dan nilai T-tabelnya adalah 1,83. T-
hitung (to) lebih kecil daripada T-
tabel, artinya hipotesis nol (H0)
diterima. Hal ini berarti bahwa tidak
ada hubungan yang kuat dan positif
antara strategi pengembangan produk
yang dilakukan TMII dengan
peningkatan jumlah kunjungan
wisatawan.
4. 2002 Charles M. Analisis SWOT Fasilitas/ Metode - Hubungan antara fasilitas/produk
Sihombing Strategi Pemasaran produk, deskriptif dengan jumlah pengunjung adalah
Museum Saluran dengan kuat dan positif (r = 0,90).
Kebangkitan distribusi, Analisis - Hubungan antara saluran distribusi
Nasional Dalam Promosi dan korelasi, dengan jumlah pengunjung adalah
Usaha Harga tiket analisis kuat dan positif (r = 0,61).
Meningkatkan koefisien - Hubungan antara promosi dengan
Jumlah Pengunjung determinasi jumlah pengunjung adalah kuat dan
Museum dan Analisis positif (r = 0,98).
SWOT - Hubungan antara harga tiket dengan
jumlah pengunjung adalah kuat tetapi
dan negatif (r = - 0,77).
5. 2002 I Gusti Ayu Strategi Pemasaran Strategi Metode - Pengunjung wanita lebih banyak
Ngurah Atraksi Dan Daya pemasaran dan deskriptif dibanding pengunjung pria, yakni
Singamurni Tarik Wisata atraksi dan eksploratif berturut-turut antara 67,68% dan
Bahari PT. Sea pemasaran dengan 33,32%.
62

World Indonesia wisata pendekatan - Pekerjaan pengunjung terbanyak


Dalam Upaya cross sectional adalah pelajar (75,75%).
Meningkatkan - Pengunjung terbanyak berusia antara
Jumlah Pengunjung 15-24 sebesar (73,74%).
- Tujuan terbanyak dari pengunjung
adalah berekreasi (85%).
6. 2003 Yulia Strategi Bauran Bauran produk Metode - Responden didominasi oleh
Setiasih Produk (Product (permainan, deskriptif pengunjung berusia 20-24 tahun,
Mix) Dalam Upaya pendidikan, kualitatif- bekerja sebagai pelajar/mahasiswa dan
Meningkatkan universalisasi, kuantitatif pegawai swasta, berasal dari DKI
Kepuasan seni dan Jakarta dan berpenghasilan menengah
Pengunjung Di budaya, serta ke atas.
Dunia Fantasi personal - Tujuan terbesar pengunjung adalah
Ancol service) menghilangkan stres (40,6%).
- Responden puas dengan keberadaan
wahana di Dufan (keragaman wahana
dan keberadaan wahana baru).
- Pelayanan (kebersihan, keamanan,
kesopanan/keramahtamahan)
memuaskan; antrian dan daya tanggap
petugas dinilai tidak memuaskan.
- Keberadaan acara, makanan dan
minuman, kios cinderamata kurang
memuaskan.
- Fasilitas penunjang (kondisi tempat
istirahat, tempat informasi, telepon
umum, toilet, musholla, tempat parkir)
tidak memuaskan.
63

- Dari 42 atribut yang diteliti untuk


mengetahui tingkat kepuasan
pengunjung, 8 atribut sangat penting
tapi tidak memuaskan, 12 atribut
sangat penting dan sangat memuaskan,
15 atribut kurang penting dan kurang
memuaskan, 7 atribut kurang penting
tapi sangat memuaskan.
7. 2008 Caecilia Pengaruh Produk Brand Image, Metode 1. Produk wisata kuliner secara
Fitriasih Dan Promosi produk dan deskriptif simultan memiliki pengaruh terhadap
Heniyati Wisata Kuliner promosi kuantitatif Brand Image Kota Solo.
Terhadap Brand dengan alat 2. Promosi wisata kuliner secara
Image Kota Solo analisis SEM simultan belum memiliki pengaruh
Sebagai Destinasi terhadap Brand Image Kota Solo.
Pariwisata
8. 2010 Rustini Analisis Pengaruh Bauran produk Metode Ada pengaruh Bauran Produk terhadap
Bauran Produk dan motivasi deskriptif Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi
Terhadap Motivasi kuantitatif Kasus Museum Tekstil, Jakarta),
Kunjungan dengan alat hubungannya positif dengan koefisien
Wisatawan (Studi analisis regresi regresi 49,422, bahwa jika variabel
Kasus Museum linier berganda Jenis (X1), Kualitas (X2), Pengemasan
Tekstil, Jakarta) (X3, Positioning (X4), dan Pelayanan
(X5) = 0, maka Motivasi Kunjungan
Wisatawan (Y) adalah 49,422 dengan
asumsi semua variabel adalah konstan
(ceteris paribus). Sedangkan
korelasinya adalah sedang (0,582).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metodologi Penelitian

Bab ini menguraikan metode yang digunakan untuk mengumpullkan,

menganalisa dan menginterpretasikan data. Selain itu, bab ini juga memberikan

informasi tentang pendekatan penelitian, definisi operasional, kerangka

pemikiran, metode penelitian dan hipotesis penelitian.

3.2. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini disusun untuk mengevaluasi sejauh mana bauran produk

mempengaruhi Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil,

Jakarta), sehingga peneliti menggunakan pendekatan studi kasus agar peneliti

menjadi lebih terbiasa dengan kondisi fisik tempat penelitian. Pendekatan ini juga

dimaksudkan untuk mengarahkan peneliti agar berfokus di satu tempat penelitian.

3.3. Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian ini dikemukakan dalam rangka membantu

menjelaskan pokok subyek dan batasan pengertian untuk variabel-variabel

tersebut.

Pada penelitian ini tercatat 2 variabel (X dan Y) yang diukur atau

diobservasi, yaitu:

66
67

1. Variabel bebas (Independent Variable/X)

Adalah variabel yang mempengaruhi variabel Y (dependent variable).

Dalam penelitian ini, variabel bebasnya adalah Bauran Produk. Komponen dari

variabel X yang diukur atau diobservasi, yaitu:

1. Jenis

Apa saja produk yang ada di Museum Tekstil.

2. Kualitas

Adalah kesesuaian dengan spesifikasi atau standar (Cravens, 1994).

Bagaimana kualitas dari tiap jenis produk yang ada di Museum Tekstil, apakah

rendah, sedang atau tinggi.

3. Pengemasan

Format atau pola bagaimana produk disajikan dan ditampilkan untuk

menarik minat konsumen. Dalam hal ini bagaimana pengelola Museum Tekstil

mengemas produk-produk tersebut untuk ditampilkan sehingga bisa menarik

wisatawan untuk berkunjung.

4. Positioning

Cara produk didefinisikan oleh konsumen pada atribut-atribut yang

penting – bagaimana suatu produk menempati pikiran konsumen terhadap produk

pesaing. Karena konsumen dipenuhi dengan informasi tentang produk dan jasa

maka konsumen tidak setiap waktu mengevaluasi kembali produk dalam membuat

keputusan pembelian (Kotler, 2006).


68

5. Pelayanan

Bagaimana pelayanan yang diberikan pihak pengelola museum secara

keseluruhan (dari berbagai fungsi) akan memberikan kesan yang mendalam

sehingga wisatawan merasa puas dan ingin berkunjung kembali.

2. Variabel terikat (Dependent Variable/Y)

Adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (X). Variabel terikat

dalam penelitian ini adalah Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus

Museum Tekstil, Jakarta). Berikut di bawah ini disajikan operasional variabel dari

penelitian ini.

Tabel 3.1. Operasional Variabel

Variabel Dimensi Indikator Skala Sumber

Bauran Jenis 1. Produk yang Skala nominal Kotler dan


Produk disajikan sangat dengan Oka A.
(X) bervariasi. menggunakan Yoeti
2. Produk yang skala Likert
disajikan sangat dengan bobot
lengkap. nilai:
3. Produk yang 1: Sangat Tidak
disajikan Setuju
mencerminkan 2: Tidak Setuju
kebudayaan dan 3: Tidak Tentu
sejarah Indonesia. 4: Setuju
Kualitas 1. Koleksi dari 5: Sangat Setuju
Museum Tekstil
mempunyai nilai
sejarah yang tinggi
2. Koleksi yang ada
di Museum Tekstil
sangat sesuai dengan
keinginan anda.
3. Koleksi tekstil,
taman pewarna alam
dan kursus membatik
69

sangat sesuai untuk


menambah
pengetahuan.
Pengemasan 1. Cara pemajangan
koleksi tekstil sudah
sangat baik.
2. Kain-kain di
dalam etalase
terpajang dengan
sangat rapi.
3. Kain-kain sudah
dipajang dengan
sangat teratur.
Positioning 1. Setelah anda
berkunjung ke
Museum Tekstil,
anda merasakan
kesan yang sangat
baik.
2. Kursus membatik
yang diselenggarakan
Museum Tekstil
sangat berkesan.
3. Orang membeli
cinderamata untuk
mengenang
kunjungannya ke
Museum Tekstil.
Pelayanan 1. Guide dapat
memberikan
penjelasan dengan
sangat baik.
2. Penerangan di
Museum Tekstil
untuk
memperlihatkan
produk sudah sangat
baik.
3. Lingkungan di
Museum Tekstil
sangat bersih.
70

Motivasi Push Factors 1. Melarikan diri dari Skala nominal J.L.


(Y) (faktor lingkungan biasa dengan
pendorong) 2. Relaksasi menggunakan Crompton
3. Prestise skala Likert
4. Interaksi Sosial dengan bobot
5. Pendidikan nilai:
1: Sangat Tidak
Setuju
2: Tidak Setuju
3: Tidak Tentu
4: Setuju
5: Sangat Setuju
Pull Factors 1. Melarikan diri dari Skala nominal J.L.
(faktor lingkungan biasa dengan
penarik) 2. Relaksasi menggunakan Crompton
3. Prestise skala Likert
4. Interaksi Sosial dengan bobot
5. Pendidikan nilai:
1: Sangat Tidak
Setuju
2: Tidak Setuju
3: Tidak Tentu
4: Setuju
5: Sangat Setuju

3.4. Kerangka Konseptual/Pemikiran

Kerangka koseptual merupakan hasil identifikasi yang sistematis dan

analisis yang kritis dari peneliti berdasarkan hasil kajian kepustakaan dan

pengamatan awal.

Menurut Azahari dalam Kusmayadi (2000), tujuan menyusun kerangka

konseptual adalah: (1) Untuk memberikan arah strategis dan pendekatan penulis

untuk memecahkan masalah. (2) Menggambarkan secara menyeluruh konsep-

konsep yang digunakan dalam penelitian. (3) Menghindari kesalahan yang pernah

dilakukan peneliti sebelumnya.

Gambar di bawah ini memperlihatkan kerangka konseptual penelitian ini.


71

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual/Pemikiran

Apakah ada pengaruh antara bauran produk terhadap motivasi


kunjungan wisatawan di Museum Tekstil?

Eksplorasi variabel berdasarkan dimensi bauran


produk dan motivasi ditambah informasi dari
penelitian terdahulu

Jenis Kualitas Pengemasan Positioning Pelayanan Push Pull


factors factors

- Variasi - Koleksi - Pemajang - Museum - Guide - Melari - Melari


produk bernilai an sudah Tekstil menjelaska kan diri kan diri
- Keleng- tinggi baik berkesan n sangat dari dari
kapan - Koleksi - Pemajang baik baik rutinitas rutinitas
produk sesuai an sudah - Kursus - Penerang - Relaksasi - Relaksasi
- Cermin- dengan rapi membatik an cahaya - Prestise - Prestise
an produk keinginan - Pemajang sangat sangat baik - Interaksi - Interaksi
- Produk an sudah berkesan - Lingkung sosial sosial
menambah teratur - Membeli an sangat - Pendidik - Pendidik
pengetahu- cindermata bersih an an
an untuk
kenangan

ANALISIS REGRESI
LINIER BERGANDA

HASIL PENELITIAN

KESIMPULAN DAN SARAN


72

Gambar 3.2. Model Hubungan Antar Variabel

Jenis
Push Factors

Kualitas

Bauran Motivasi
Pengemasa
Produk

Positioning

Pull Factors
Pelayanan

3.5. Metode Penelitian

3.5.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kawasan Obyek Wisata Museum Tekstil Jakarta

pada bulan Oktober - November 2009.

3.5.2. Populasi dan Sampel

Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis

akan tetapi dapat dibedakan karena karakteristiknya (simbolnya N). (Supranto,

2004). Dengan kata lain, populasi adalah (Kusmayadi, 2000):

1. Keseluruhan unsur-unsur yang memiliki satu atau beberapa ciri/karakteristik

yang sama.

2. Kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.

3. Kumpulan dari ukuran-ukuran tentang sesuatu yang akan diteliti.


73

Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah semua wisatawan

yang berkunjung ke Museum Tekstil pada bulan Oktober-November 2009.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan suatu gambaran

secara keseluruhan dari populasi tersebut (Setiawinata, 2007). Sedangkan ukuran

sampel sebagaimana dalam metode-metode statistik akan menghasilkan dasar

untuk mengestimasi kesalahan sampling, sebab sampel penelitian memegang

peranan penting dalam estimasi dan interpretasi hasil-hasil regresi korelasi.

Sampel yang digunakan sebagai obyek penelitian ini adalah orang yang

telah atau pernah berkunjung ke Museum Tekstil. Sampel dipilih tidak secara acak

(nonprobability sampling), sehingga tidak semua populasi memperoleh peluang

yang sama untuk dijadikan sampel. Jumlah sampel ditentukan berdasarkan

perbandingan 1:3 antara jumlah variabel terhadap jumlah sampel (Simamora,

2003). Dalam penelitian ini terdapat 5 variabel sehingga jumlah sampel sebanyak

15. Karena populasi terakhir (2007) jumlah wisnus dan wisman sebanyak 33.255

orang, maka jumlah sampel akan digunakan sebanyak 100 sampel, karena jika 15

sampel terlalu sedikit.

3.5.3. Prosedur Penarikan Sampel dari Populasi (Sampling Design)

Dalam penelitian ini digunakan Non Probability Sampling, yaitu penarikan

sampel ditentukan oleh kebutuhan peneliti dalam menjawab masalah

penelitiannya (bukan berdasarkan peluang). Teknik yang digunakan adalah

Purposive Sampling, yaitu berdasarkan pertimbangan tertentu dalam menetapkan

sampel sesuai dengan tujuan penelitian. Pertimbangan tertentu ini yaitu bahwa
74

yang dijadikan sampel adalah benar-benar pengunjung (wisatawan) yang

mengunjungi Museum Tekstil Jakarta. Besarnya sampel yang dapat ditarik dari

populasi sangat tergantung pada tujuan penelitian, jenis instrumen yang

digunakan, biaya dan waktu.

3.5.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan jenis data yang kita

butuhkan. Dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan melalui:

1. Pengumpulan Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh dengan jalan dikumpulkan sendiri

oleh peneliti dan langsung dari obyek yang diteliti. Pengumpulan data primer

yang dilakukan dalam penelitian ini melalui:

a. Pengamatan/observasi, adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan

jalan mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung.

Tujuannya agar diperoleh data faktual dan aktual. Dalam hal ini peneliti

mendatangi secara langsung obyek penelitian (Museum Tekstil).

b. Cara angket (self-administered questionnaire), adalah cara mengumpulkan

data dengan menyebarkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri. Angket sendiri

mengacu pada kumpulan dari pertanyaan yang diajukan secara tertulis kepada

responden dan jawaban yang diperoleh juga dalam bentuk tertulis. Alat bantu

yang akan digunakan antara lain adalah daftar cocok (check list) dan skala

Likert.
75

c. Wawancara, merupakan proses interaksi dan komunikasi antara pengumpul

data dengan responden. Sehingga wawancara dapat diartikan sebagai cara

mengumpulkan data dengan bertanya langsung kepada responden melalui

kuesioner dan apabila ada kesulitan, responden bisa bertanya langsung kepada

peneliti. Peneliti juga mewawancarai para pejabat terkait di Museum Tekstil

guna mendapatkan bahan-bahan serta pandangan-pandangan mereka

mengenai permasalahan yang ada. Namun wawancara dengan pihak museum

dilakukan hanya sebagai penunjang dan pelengkap informasi saja.

2. Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang merupakan hasil pengumpulan orang atau

instansi lain dalam bentuk publikasi, seperti laporan tahunan, company profile dan

sebagainya. Dalam penelitan ini dilakukan pengumpulan data sekunder melalui:

1. Studi Kepustakaan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari aspek-aspek teoritis,

dilakukan dengan mengumpulkan bahan-bahan tertulis seperti buku-buku, jurnal-

jurnal serta tulisan-tulisan lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

2. Laporan Internal dan Dokumen

Laporan internal dan dokumen Museum Tekstil yang akurat dan terbaru

seperti data pengunjung, data koleksi dan jurnal-jurnal internal. Data-data yang

telah diperoleh akan diolah dan dianalisis secara deskriptif untuk menganalisis

secara strategis.
76

3.5.5. Instrumen Penelitian

Untuk data primer, instrumen penelitian yang digunakan adalah:

a. Kuesioner dengan pertanyaan tertutup (Fixed-Alternative Question). Adalah

kuesioner yang disajikan dalam bentuk pertanyaan yang kemungkinan

jawabannya telah disediakan, sehingga responden tinggal memilih jawaban yang

ada dengan melingkari (O), mencentang (ν), menyilang (X) atau memindahkan

jawaban ke dalam kotak jawaban yang telah disediakan. Jenis dari kuesioner yang

akan peneliti gunakan adalah:

1. Daftar Cocok (Check List).

Adalah sebuah instrumen tipe pertanyaan tertutup yang penyusunannya

relatif sederhana di mana responden memberikan lebih dari satu kemungkinan

jawaban atas satu pertanyaan. Pada umumnya instrumen ini digunakan untuk

memeriksa keadaan atau ketidakadaan suatu gejala.

2. Pilihan Ganda (Determinant Choice Question/Multiple Choice Alternative)

Merupakan suatu tipe pertanyaan tertutup dimana responden diminta untuk

menjawab hanya satu jawaban dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan.

Terdapat pula jawaban dari pilihan ganda yang berupa frekuensi, sehingga tipe

pertanyaan sering disebut Frequency Determinant Choice Question. Model ini

sering digunakan untuk menanyakan suatu frekuensi atas kejadian yang sama

pada kurun waktu tertentu.

3. Instrumen Skala Penilaian Sikap (Attitude Rating Scale).

Merupakan alat pengumpul data yang bentuknya identik dengan daftar

cocok (check list), namun alternatif jawaban yang disediakan nilainya berjenjang.
77

Instrumen skala digunakan untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian atau

motivasi responden. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan Skala

Likert, di mana skala ini merupakan alat untuk mengukur sikap dari keadaan yang

sangat positif ke jenjang yang sangat negatif, untuk menunjukkan sejauh mana

tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan terhadap pernyataan yang diajukan oleh

peneliti, dengan bobot nilai sebagai berikut:

1 = Sangat tidak setuju

2 = Tidak setuju

3 = Tidak tentu

4 = Setuju

5 = Sangat setuju

b. Data-data pengelola Museum Tekstil

c. Dokumen, jurnal-jurnal dan buku-buku perpustakaan baik perpustakaan Pasca

Sarjana Sahid, perpustakaan Museum Tekstil maupun perpustakaan lainnya.

3.5.6. Validitas Instrumen

Menurut Kusmayadi (2000), validitas instrumen penelitian adalah suatu

hasil penilaian yang menggambarkan bahwa suatu instrumen benar-benar mampu

mengukur variabel-variabel yang akan diukur di dalam penelitian yang

bersangkutan.

Berikut merupakan langkah-langkah uji validitas yang dilakukan

(Stanislaus, 2006):

1. Menentukan hipotesis.
78

Ho : Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya.

H 1 : Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya.

2. Menentukan nilai r tabel.

 = 0,05 df = n – 2 = 30 – 2 = 28 r tabel = 0,374

3. Mencari r hasil

Di sini r hasil untuk tiap item (variabel) bisa dilihat pada kolom

CORRECTED ITEM-TOTAL CORRELATION.

4. Mengambil Keputusan

- Jika r hasil positif, serta r hasil > r tabel, maka butir atau variabel tersebut valid.

- Jika r hasil tidak positif, serta r hasil < r tabel, maka butir atau variabel tersebut

tidak valid.

3.5.7. Reliabilitas Instrumen

Masih menurut Kusmayadi (2000), realibilitas adalah

ketepatan/keakuratan (accuracy) dan kemantapan (consistency) suatu instrumen.

Ketepatan suatu instrumen ditunjukkan oleh bagaimana kemampuan instrumen

dapat mengukur dengan cepat. Sedangkan kemantapan akan dapat memberikan

hasil yang sama apabila dipenuhi syarat kondisi saat pengukuran tidak berubah.

Apabila mengukur dengan alat ukur tepat, maka instrumen yang kita gunakan juga

dapat diandalkan (dependability) dan hasilnya bisa diramalkan (predictability).

Berikut merupakan langkah-langkah uji reliabilitas yang dilakukan

(Stanislaus, 2006):

1. Menentukan hipotesis.
79

Ho : Skor butir berkorelasi positif dengan komposit faktornya.

H 1 : Skor butir tidak berkorelasi positif dengan komposit faktornya.

2. Menentukan nilai r tabel.

 = 0,05 df = n – 2 = 30 – 2 = 28 r tabel = 0,374

3. Mencari r hasil.

Di sini r hasil adalah angka ALPHA (terletak di akhir output).

4. Mengambil Keputusan.

- Jika r alpha positif dan r alpha > r tabel, maka butir atau variabel tersebut

reliabel.

- Jika r alpha tidak positif dan r alpha < r tabel, maka butir atau variabel tersebut

tidak reliabel.

3.5.8. Ujicoba Instrumen

Untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen yang disusun

peneliti, maka perlu dilakukan ujicoba intrumen. Lebih lanjut, ujicoba instrumen

dimaksudkan untuk:

1. Mengetahui sejauh mana pemahaman calon responden terhadap butir-butir

pertanyaan yang diajukan peneliti.

2. Mengetahui ketepatan pelaksanaan pengumpulan data atau ditujukan untuk

mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin akan terjadi di lapangan.

3. Mengetahui tingkat reliabilitas instrumen yang telah disusun. (Kusmayadi,

2000).
80

Dalam pelaksanaanya, ujicoba instrumen dapat dilakukan dengan

memberikan kuesioner kepada beberapa orang calon responden atau kepada orang

lain yang mempunyai ciri-ciri obyek relatif seragam. Dari jawaban yang

diperoleh, peneliti dapat memperoleh gambaran bagaimana tingkat kesukaran

responden dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam kuesioner.

3.5.9. Teknik Analisis Data

Kebanyakan penelitian pariwisata mempunyai dimensi yang sangat

kompleks, sehingga analisis data penelitian semakin rumit. Bagi peneliti, masalah

yang begitu kompleks dapat dianalisis dan disederhanakan dengan menggunakan

analisis statistik bivariat ataupun multivariat.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis statistik multivariat

yaitu analisis yang melibatkan banyak variabel (lebih dari dua), dengan metode

dependensi yaitu metode yang bertujuan untuk menjelaskan atau meramalkan nilai

variabel terikat berdasarkan lebih dari satu variabel bebas yang

mempengaruhinya. Hanya dengan menggunakan analisis multivariat, maka

hubungan banyak variabel bisa diteliti untuk memperoleh pemahaman/pengertian

yang lengkap dan realistis untuk dasar pembuatan keputusan.

3.5.9.1. Analisis Regresi Berganda

Lebih lanjut, peneliti akan menggunakan analisis regresi linier berganda

(multiple linear regression analysis), yang merupakan pengembangan dari analisis

regresi sederhana di dalam analisis multivariat. Regresi linier berganda


81

merupakan teknik statistik yang secara simultan meneliti pengaruh dari dua atau

lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat yang berskala interval atau rasio

(Kusmayadi, 2000).

Menurut Supranto (2004), tujuan dari analisis linier berganda adalah untuk

memperkirakan nilai Y, kalau semua variabel bebas X sudah diketahui nilainya,

dengan menggunakan persamaan regresi linier berganda yang dibentuk dengan

menggunakan metode kuadrat terkecil (least square method). Di samping itu juga

untuk mengetahui besarnya pengaruh setiap variabel bebas yang terdapat dalam

persamaan.

Persamaan regresi berganda dalam penelitian ini adalah:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Persamaan (1)

dimana:

Y = Motivasi Kunjungan Wisatawan

X 1 = Jenis

X 2 = Kualitas

X 3 = Pengemasan

X 4 = Positioning

X 5 = Pelayanan

a = Konstanta regresi

b 1 , b 2 , b 3 , b 4 , b 5 = koefisien regresi

e = error (tingkat kesalahan dalam penelitian)


82

3.5.9.2. Pengujian Hipotesis Dengan Uji Secara Serempak Atau Uji F

1. Membuat formulasi hipotesis

Ho : b1 ≠ b2 ≠b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0

Artinya, tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen (X) secara

bersama-sama terhadap variabel dependen (Y).

2. Menentukan level signifikasi dengan F tabel.

3. Mencari F hitung dengan :

F hitung = R2 / ( k – 1 )

( 1 – R2 ) / ( n – k )

4. Mengambil keputusan

- Jika f hitung ≤ f tabel, maka Ho diterima

- Jika f hitung > f tabel, maka Ho ditolak

3.5.9.3. Pengujian Hipotesis Dengan Uji Parsial Atau Uji t

1. Membuat formulasi hipotesis

Ho : b1 = 0 ( hipotesis nihil )

Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel independen (x) terhadap

variabel dependen (y).

Ha : b1 ≠ 0 ( hipotesis alternatif )

Artinya ada pengaruh yang signifikan dari varibel independen (x) terhadap

variabel dependen (y).

2. Menentukan level signifikasi dengan menggunakan t – tabel.

3. Menghitung nilai t statistik dengan rumus :


83

1
ry 2   2 n  1  k
t statistik = 1
1
1 r2 y2  1  2
y

4. Mengambil keputusan

- Jika t hitung ≤ t tabel, maka Ho diterima

- Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak

3.5.9.4. Koefisien Korelasi

Salah satu syarat penggunaan teknik korelasi adalah terdapatnya hubungan

antara variabel X dan Y yang bersifat linier. Hubungan yang linier dapat dianalisis

secara diagramatis dengan cara menggambarkan apakah dari titik pada diagram

pencar bisa ditarik garis lurus yang mewakili semua titik yang berpencar tersebut

atau tidak. Apabila dari diagram pencar tersebut dapat ditarik garis yang sesuai

dengan pola diagram pencar tersebut, berati variabel-variabel itu memiliki

hubungan yang linier. Sebaliknya, jika pada diagram pencar tersebut tidak dapat

digaris yang mengandung pola tertentu, hubungan yang terjadi adalah non linier.

Ukuran yang menentukan terpencarnya titik-titik itu, jika antara variabel-

variabel itu mempunyai hubungan linier, dinamakan koefisien korelasi. Dengan

kata lain, koefisien korelasi merupakan ukuran besar kecilnya atau kuat tidaknya

hubungan antara variabel-variabel apabila bentuk hubungan tersebut adalah linier.

Nilai koefisien ini paling sedikit -1 dan paling besar 1. Sehingga bila

koefisien korelasi kita nyatakan dengan r, maka nilai r dapat dinyatakan sebagai

berikut: -1 ≤ r ≤ 1
84

di mana:

● r = 1 ( mendekati 1 ) berati hubungan X dan Y sempurna dan positif.

● r = -1 ( mendekati -1 ) berati hubungan X dan Y sempurna dan negatif.

● r = 0 berati hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak ada hubungan

(independen).

Kriteria untuk menentukan koefisien korelasi ditunjukkan pada Tabel 3.2. di

bawah ini:

Tabel 3.2. Tingkat Korelasi

Koefisien Korelasi Ketentuan


Kurang dari 0,20 Tidak ada korelasi
0,20 - < 0,40 Korelasi rendah
0,40 - < 0,70 Korelasi sedang
0,70 - < 0,90 Korelasi tinggi
090 - <1,00 Korelasi tinggi sekali
1,00 Korelasi sempurna
Sumber: Guilford (dalam Gunawan, 2009)

3.5.9.5. Analisis Koefisien Determinasi Berganda

Digunakan untuk mengetahui kuatnya pengaruh dari seluruh variabel

independen ( X ) terhadap variabel dependen ( y ). Rumus yang digunakan adalah:

R2= n(b1.23ΣX1+b12.3+ΣX1X2+b13.2ΣX1.X3)-(ΣX1)2

nΣX21-(ΣX1)2

Nilai R2 ( koefisien determinasi ) terletak antara 0 dan 1. Jika nilai R2 = 1

berarti 100 persen total variasi variabel dependen diterangkan oleh variabel

independen. Jika R2 = 0 berarti tidak ada variasi Y yang di terangkan oleh X1, X2,

X3, X4 maupun X5.


85

3.6. Hipotesis Penelitian

Menurut Veal (2006), ada dua jenis hipotesis, yaitu Ho (hipotesis nol) dan

H1 (hipotesis alternatif). Hipotesis nol adalah jika tidak ada perbedaan atau

hubungan yang signifikan, sedangkan hipotesis alternatif (H1) menunjukkan

adanya perbedaan atau hubungan yang signifikan.

Dalam penelitian ini akan diuji beberapa hipotesis mengenai bauran produk

terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)

sebagai berikut:

1. H 0 : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = b 5 = 0 → Tidak ada pengaruh antara variabel Bauran

Produk (Jenis, Kualitas, Pengemasan, Positioning, Pelayanan) terhadap

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 0

diterima).

H 1 : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = b 5 ≠ 0 → Ada pengaruh antara variabel Bauran

Produk (Jenis, Kualitas, Pengemasan, Positioning, Pelayanan) terhadap

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 1

diterima).

2. H 0 : b 1 = 0 → Tidak ada pengaruh antara variabel Jenis terhadap Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 0 diterima).

H 1 : b 1 ≠ 0 → Ada pengaruh antara variabel Jenis terhadap Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 1 diterima).

3. H 0 : b 2 = 0 → Tidak ada pengaruh antara variabel Kualitas terhadap Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 0 diterima).


86

H 1 : b 2 ≠ 0 → Ada pengaruh antara variabel Kualitas terhadap Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 1 diterima).

4. H 0 : b 3 = 0 → Tidak ada pengaruh antara variabel Pengemasan terhadap

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 0

diterima).

H 1 : b 3 ≠ 0 → Ada pengaruh antara variabel Pengemasan terhadap Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 1 diterima).

5. H 0 : b 4 = 0 → Tidak ada pengaruh antara variabel Positioning terhadap

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 0

diterima).

H 1 : b 4 ≠ 0 → Ada pengaruh antara variabel Positioning terhadap Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 1 diterima).

6. H 0 : b 5 = 0 → Tidak ada pengaruh antara variabel Pelayanan terhadap Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 0 diterima).

H 1 : b 5 ≠ 0 → Ada pengaruh antara variabel Pelayanan terhadap Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (H 1 diterima).

Untuk melakukan uji hipotesa di atas pengujian dilakukan dengan uji F(uji

serempak) dan uji T (uji parsial) yang telah dijelaskan di atas. Pengujian ini

menggunakan standar signifikasi α = 0,05, dimana H 0 = tidak terdapat perbedaan

yang signifikan atau tidak ada pengaruh dan H 1 = terdapat perbedaan yang

signifikan atau ada pengaruh. Sedangkan kriteria yang dipergunakan adalah

sebagai berikut:

a. jika t hitung lebih besar dari t tabel (t hitung>t tabel), maka Ho ditolak.
87

b. jika t hitung lebih kecil dari t tabel (t hitung<t tabel), maka Ho diterima.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Museum Tekstil Jakarta

4.1.1. Sejarah Gedung Museum Tekstil Jakarta

Gedung tua yang terletak di Jl. Jati Petamburan No. 4 Jakarta Barat

(sekarang Jl. KS. Tubun) adalah gedung milik orang Perancis yang dibangun pada

abad ke-19. Selang beberapa puluh tahun kemudian, gedung tersebut dibeli oleh

Konsul Turki yang bernama Abdul Azis Al Musawi Al Katiri yang menetap di

Indonesia.

Kemudian menjelang tahun 1942, rumah tersebut dijual kepada Vermeulan

(Dr. Karel Christian Cruq), seorang bujangan penjual barang antik. Ketika kota

Jakarta diliputi kehangatan semangat perjuangan menyongsong kemerdekaan

terutama dari kalangan pemuda, Gedung Jati Petamburan No. 4 tersebut ikut

dijadikan Markas Barisan Pelopor dan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) di

sekitar tahun 1945.

Pada tahun 1947, gedung tersebut dibeli oleh Lie Sion Phin dan pada tahun

itu juga oleh beliau gedung tersebut dikontrakkan kepada Dinas Perumahan

Departemen Sosial sebagai tempat tinggal dan penampungan orang-orang lanjut

usia.
88

Selama berlangsungnya kontrak, gedung ini berpindah tangan kepada

keluarga Bu Tjon Nio. Pada tanggal 11 Februari 1952, gedung ini dibeli kembali

oleh keturunan langsung Sayid Abdullah bin Alwi Alatas, yaitu Abbas bin Abu

Bakar Alatas. Namun pada tanggal 11 Juni 1952, gedung ini dibeli oleh negara

(Departemen Sosial) dan dijadikan Kantor Djawatan Sosial, kemudian pada tahun

1966 dijadikan asrama pegawai.

Gedung ini berakhir riwayatnya setelah sekian lama berpindah tangan dan

secara resmi diserahkan kepada Bapak Ali Sadikin selaku Gubernur DKI Jakarta.

Untuk pengelolaan lebih lanjut, melalui instruksi gubernur, gedung ini

difungsikan sebagai Museum Tekstil dan secara resmi diresmikan oleh Ibu Tien

Soeharto sebagai Museum Tekstil pada tanggal 28 Juni 1976.

4.1.2. Konsep Museum Tekstil Indonesia – Pemerintah DKI Jakarta

Sejarah tekstil merupakan sejarah peradaban manusia sejak zaman

Neolithic. Tekstil atau kain merupakan keperluan hidup tiga serangkai di samping

makanan dan perumahan. Sesudah manusia berhasil menggeser kulit binatang

sebagai pakaian, maka tekstil menjadi salah satu unsur terpenting dalam dunia

ekonomi dan kebudayaan.

Melalui tekstil terungkaplah latar belakang kebudayaan, gambaran suka

duka, kemahiran berseni, kemampuan bertukang, adat serta susunan alam

lingkungan suatu bangsa. Bahkan tekstil menunjukkan tingkatan sosial melalui

susunan warna dan ragam hiasnya serta kehalusan bahan yang ditenun.
89

Tekstil Indonesia yang adati merupakan gubahan seni yang mewakili

daerah lingkungan dengan kemampuan bertukang yang selaras dengan ragam

hias, mengungkapkan latar belakang kebudayaan, sehingga terciptalah kekayaan

tekstil yang klasik.

Dunia luas mengenal serta menikmati tekstil Indonesia yang klasik, karena

kergaman serta ketinggian bertukang dan menggubah, sehingga dunia

mempergunakan nama yang beragam untuk teknik pengolahan serta ragam hias

yang berasal dari seni tekstil Indonesia, serta mengabadikannya dalam tulisan,

museum dan kumpulan benda seni.

Menyadari betapa pentingnya tekstil adati bagi sejarah dan kebudayaan

bangsa serta amal untuk mengembangkannya dengan tantangan ruang dan waktu

membentuk pribadi yang Indonesia, maka pemerintah DKI Jakarta dengan

memperhatikan persoalan-persoalan permuseuman di Indonesia, merintis

pendirian Museum Tekstil Indonesia.

Museum ini diusahakan untuk kepentingan umum dengan tujuan untuk

memelihara, menyelidiki, mengembangkan dan memperbanyak pada umumnya,

khususnya memamerkan kepada umum untuk penikmatan dan pendidikan,

kumpulan-kumpulan obyek dan barang-barang berharga bagi kebudayaan berupa

koleksi benda-benda, alat-alat, naskah-naskah tekstil Indonesia dilihat dari segi

historis, ragam hias maupun teknis.

Museum ini termasuk dalam kelompok museum sejarah dan kebudayaan

dengan menitikberatkan kumpulan koleksinya pada tingkat nasional. Adanya

museum ini besar sekali manfaatnya bagi pengembangan dan peningkatan


90

partisipasi masyarakat terhadap nilai-nilai sejarah, seni dan kebudayaan dari

tekstil adati Indonesia.

4.1.3. Tugas-Tugas Pokok Museum Tekstil:

a. Mengumpulkan, merawat, mencatat, menerbitkan dan memperbanyak benda-

benda dan data-data tekstil adati yang penting bagi sejarah, kebudayaan dan

ilmu pengetahuan.

b. Secara khusus memamerkan kepada umum kumpulan terpilih tekstil, bahan

dan pengolahan untuk kepentingan pendidikan dan penikmatan.

c. Secara khusus menyelenggarakan kuliah, ceramah, peragaan praktika

mengenai pengetahuan seni dan desain tekstil, sejarah serta teknologinya.

d. Menyelenggarakan perpusatakaan, literatur tekstil pada khususnya dan

pengetahuan kesenian pada umumnya yang saling berhubungan.

e. Menyelenggarakan tukar-menukar informasi dan koleksi dengan lembaga-

lembaga yang berhubungan dengan tekstil di dalam dan di luar negeri.

f. Meskipun penekanan dalam museum ini adalah penyuluhan dan penerangan

dalam bidang sejarah dan kebudayaan, unsur lain yang mendukung perlu ada,

seperti halnya unsur rekreasi, kepariwisataan dan sebagainya.

4.1.4. Fungsi Dan Tujuan Museum Tekstil:

I. Sebagai pusat penelitian dan pengembangan, Museum Tekstil menyediakan:

1) Sarana penelitian berupa koleksi tekstil Indonesia.

2) Laboratorium penelitian dan perawatan.

3) Laboratorium fotografi dan reproduksi.


91

4) Perpustakaan.

5) Kegiatan tukar-menukar informasi dengan museum di dalam dan di luar

negeri.

II. Sebagai pusat penerangan dan dokumentasi, Museum Tekstil melakukan

kegiatan:

1) Pameran tetap dan temporer yang terpelihara.

2) Penguraian dari benda-benda tekstil secara menarik dalam pemeragaan

(display).

3) Katalog dokumentasi, dikelompokkan

a. Menurut asal daerah.

b. Menurut teknis pengerjaan kain.

c. Menurut ragam hias (khusus batik).

d. Menurut asal sejarah.

4) Menerbitkan brosur, surat-surat pemberitahuan, kartu pos, kartu

perkenalan, dsb. untuk para kolektor, peminat dan massa museum.

5) Menyelenggarakan kursus dan latihan untuk para peminat seni kain serta

mengusahakan latihan keterampilan (upgrading) teknis dan artistik untuk

pengrajin tekstil.

6) Mengundang para ahli seni/budayawan yang berhubungan dengan tekstil.

4.1.5. Koleksi Museum Tekstil


92

Secara garis besarnya, koleksi-koleksi yang disimpan di Museum Tekstil

adalah benda-benda koleksi yang ada hubungannya dengan dunia pertekstilan

khususnya tekstil tradisional yang berasal dari kawasan nusantara.

Adapun jenis koleksi dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu:

1. Kelompok koleksi kain tenun.

2. Kelompok koleksi kain batik.

3. Kelompok koleksi peralatan.

4. Kelompok koleksi campuran (tidak termasuk tenun dan batik).

5. Kelompok busana.

4.1.6. Fasilitas dan Aktivitas

Sejalan dengan fungsi dan tugasnya sebagai lembaga edukatif-kultural,

Museum Tekstil menyediakan fasilitas dan menggelar berbagai aktivitas yang

ditujukan bagi masyarakat luas, yakni:

1. Gedung pameran, digunakan sebagai sarana untuk pameran, diskusi/seminar,

peragaan busana, kegiatan lomba, pentas seni, dsb.

2. Taman pewarna alam, digunakan sebagai sarana untuk memberikan

informasi kepada publik tentang tanaman-tanaman yang dapat dipergunakan

untuk bahan perwarna tekstil.

3. Laboratorium konservasi, digunakan sebagai sarana untuk perawatan

koleksi.

4. Storage, digunakan untuk menyimpan koleksi museum yang tidak sedang

dipamerkan.
93

5. Perpustakaan, digunakan sebagai sarana pelayanan bagi masyarakat yang

membutuhkan bahan-bahan pustaka khususnya tentang tekstil.

6. Pendopo, digunakan sebagai sarana berbagai pelatihan (batik, jumputan, warna

alam, lukis sutra, dsb.).

7. Toko Cinderamata, digunakan sebagai sarana pelayanan bagi para

pengunjung yang memerlukan cinderamata yang berkaitan dengan tekstil/kain

serta buku-buku tentang tekstil Indonesia.

4.1.7. Sistem Koleksi Museum Tekstil

Garis besar koleksi terdiri dari 4 kelompok utama, yaitu:

1. Kain tenunan, terdiri dari:

a. Tenunan ikat

b. Tenunan polos

c. Tenunan songket

d. Tenunan campuran

2. Kain batik dan ikat celup, terdiri dari:

2.1. Batik

a. Batik ragam hias matematik

b. Batik ragam hias alam

c. Batik ragam hias campuran a + b

d. Batik ragam hias bebas/abstrak

2.2. Ikat celup

- Kain pelangi
94

3. Kain sulaman dan lukisan, terdiri dari:

a. Kain sulaman polos

b. Kain sulaman pelengkap

c. Kain sulaman dengan manik-manik

4. Kain rajutan, terdiri dari:

a. Rajutan primitif

b. Rajutan biasa

4.1.8. Cara Pendekatan

A. Pendekatan Teknis

Pendekatan teknis pada kain tenun atau pendekatan asal daerah adalah

jalan yang paling mudah. Kurator tekstil pada museum dan universitas di Amerika

Serikat dan Eropa, yang banyak mengkoleksi seni tekstil Indonesia, mulai dengan

pengelompokan menurut teknis pembuatan dan asal daerah.

Berbeda dengan pandangan mereka ialah pendekatan yang dilakukan oleh

Adams, M. “System and Meaning in East Sumbar Textile Design: a study in

traditional Indonesia art”, 1962. Ia mendekati masalahnya melalui pandangan

yang antropologis, hingga bisa dijawab: mengapa orang Sumba menenun serta

menciptakan ragam hias yang tinggi nilainya? Mengapa ragam hias itu lahir di

Sumba dan mengapa tidak di tempat lain?

Pendekatan teknik menghendaki jawaban: alat apa yang dipakai,

bagaimana caranya menenun? Lingkungan dan tata adat yang menjadi pendorong

terciptanya karya seni tenun itu – akan menjadi pelengkap apresiasi yang utuh
95

terhadap seni tenun klasik Indonesia. Bahwa antara alat – tata cara kerja –

manusia – lingkungan – adat istiadat – pantun dan tembang menjadi satu kesatuan

dunia penciptaan.

Tata susun koleksi dan pameran (peragaan) harus mampu menerangkan

segi-segi tersebut dalam bagian-bagiannya, maupun keseluruhannya secara utuh.

B. Pendekatan Ragam Hias Untuk Batik

Bagi orang Indonesia, batik tidak hanya sekedar proses (lilin malam dan

celupan), seperti pandangan kritikus Barat selama ini. Batik bagi kita ialah proses

dan penciptaan ragam hias. Bahkan kejadiannya jadi: ragam hias terlebih dulu

sebagai materi penciptaan, sedangkan proses hanya sebagai alat untuk mencapai

wujud daya cipta itu. Itulah sebabnya mengapa batik sangat kaya akan ragam hias

yang sudah turun-menurun yang setiap saat digubah dan diungkapkan kembali,

menurut daya kreasi penganggitnya.

“Nama” untuk setiap gubahan diterapkan menurut ragam hias yang

tertuangkan. Timbullah beribu-ribu nama batik terutama untuk gubahan yang

termasuk semen. Bahkan tidak jarang penganggit batik menuangkan ungkapan

peristiwa yang terjadi di sekitarnya seperti “Irian runtuh”, “Panca Sila”, “Pekan

Olah Raga” dll. “Nama” itu penting artinya untuk bahan penelitian serta tinjauan

seni; mengapa pola-pola tersebut bisa lahir? Karena seni batik ataupun seni

tenunan lahir dari tangan seniman pengrajin.


96

Seyogyanya pendekatan yang dilakukan oleh Museum Tekstil melalui

tinjauan seni, mengapa suatu gubahan itu lahir? Untuk itulah dunia mancanegara

menghargai gubahan seni tekstil Indonesia.

C. Pendekatan Sejarah

Pendekatan sejarah terhadap alat tenun perlu juga diungkapkan. Mulanya

dengan tangan, sebentuk jarum dan segulung tali atau serat, maka lahirlah kain

rajutan. Celup dan warna adalah pemberian alam, manusia berlaku sebagai

penggubah.

Kemudian timbul alat tenun papan tanpa gun, diteruskan oleh gedogan

yang sederhana, yang hanya terdiri dari beberapa bilah papan, bambu atau mistar,

dilengkapi dengan beberapa kelosan dan alat pintal. Semua alat itu dengan

pengrajinnya bisa masuk ke dalam rumah di dekat dapur atau tempat tidur, bahkan

di kolong rumah sekalipun. Berkarya dan berseni adalah bagian dari arus hidup

yang tiada terpisahkan.

Alat tenun kayu atau alat tenun bukan mesin (ATBM) dengan sikap duduk

merupakan alat tenun tangan yang terakhir, sebelum deburan mesin modern

menggantikannya.

4.1.9. Alat dan Perlengkapan

Berikut ini disajikan tabel alat dan perlengkapan di Museum Tekstil:

Tabel 4.1. Daftar Alat-Alat Tenunan

DAFTAR ALAT-ALAT TENUNAN


Nama Alat Susunan Alat Keterangan
97

I. Gedogan 1. Bobot 8. Pendalam - Rata-rata berukuran panjang


(asal Jawa 2. Usek 9. Walira 90 cm.
Barat/Tengah) 3. Persialangan 10. Tropong - Diperagakan lengkap dengan
gun 11. Loroggan benang lungsi terpasang.
4. Incing 12. Sumbi
5. Suri 13. Por
6. Pengantil 14. Kaki
7. Lego apit pendalam
II. Alat tenun Lengkap dengan 5. Mata gun Diperagakan lengkap dengan
bukan mesin alat: 6. Kelosan lungsi terpasang
(ATBM) 1. Tropong (macam-macam)
2. Palet 7. Alat menghani
3. Benang 8. Kincir
4.Sisir (macam-
macam)

Sumber: Museum Tekstil, 1976.

Tabel 4.2. Daftar Alat Perlengkapan Proses Membatik

DAFTAR ALAT PERLENGKAPAN PROSES MEMBATIK


Nama Alat Macamnya Banyaknya
1. Canting tulis Rupa-rupa ukuran canting
2. Canting cap Rupa-rupa ukuran ragam hias
3. Lilin malam Rupa-rupa lilin malam
4. Bahan celup rempah-rempah
5. Proses pemalaman 5.1 Nganji
5.2 Nemplong Setiap tahap dibuat 3 kali
5.3 Nglowong dengan ukuran 100x115cm
5.4 Ngetrem
5.5 Medel
5.6 Ngerok
5.7 Mbironi
5.8 Nyoga
5.9 Mbabar (melorod)

6. Putihan 6.1. Blacu


6.2. Biru Setiap macam kualitas
6.3. Prima putihan ukuran 100x115cm
6.4. Primisima
Sumber: Museum Tekstil, 1976.

4.1.10. Produk Museum Tekstil:

1. Ruang Display

Ruang display digunakan untuk memamerkan tekstil Indonesia baik tekstil

koleksi museum, koleksi para desainer maupun masyarakat pecinta tekstil.


98

2. Toko Seni

Toko seni merupakan sarana bagi para pengunjung untuk memperoleh

cendera mata yang dapat dijadikan busana dan aksesorisnya sesuai kebutuhan.

3. Galeri Tekstil Kontemporer

Galeri ini adalah ruang pameran temporer yang ditujukan sebagai wadah

partisipasi masyarakat yang akan memamerkan koleksinya. Gedung berasitektur

art deco yang terkesan mewah ini sesuai untuk latar belakang pengambilan

gambar lukisan, foto, film ataupun video klip.

4. Taman Pewarna Alam

Taman dengan luas 2000m2 yang terletak di belakang gedung utama

berfungsi untuk melestarikan dan mengenalkan kepada pecinta tekstil tentang

pohon-pohon yang dapat digunakan sebagai bahan baku pewarna alam.

Belakangan ini bahan pewarna alam digantikan dengan bahan pewarna

kimia (buatan). Namun demikian, pergeseran penggunaan bahan dan penerapan

alat tidak mengurangi arti sesungguhnya.

5. Kursus dan Pelatihan

Berbagai kursus dan pelatihan juga digelar di museum tekstil dengan

maksud agar budaya pembuatan tekstil tradisional Indonesia tidak punah dan tetap

lestari.

5.1. Kursus Batik

Pelatihan batik sebagai proyek percontohan pelatihan ini mendapat

tanggapan yang sangat baik dari masyarakat. Mereka yang telah mengikuti

pelatihan batik di Museum Tekstil mampu mengembangkan karyanya dengan


99

lebih profesional selain sebagai hobi. Selain pelatihan batik, Museum Tekstil juga

mengembangkan berbagai ienis pelatihan lainnya seperti:

 Pelatihan konservasi khususnya tekstil

 Pelatihan aplikasi pewarna alami pada tekstil

 Pelatihan aplikasi payet

4.1.11. Struktur Organisasi Museum Tekstil

Adapun struktur organisasi serta tugas-tugasnya bisa dilihat di bawah ini:

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Museum Tekstil

Kepala Museum

Kasubag TU

Kasie Koleksi Kasie Edukasi


dan Perawatan dan Pameran

sumber: Museum Tekstil, 2007.

A. Tugas Sub Bagian TU:

1. Menghimpun, meneliti, mengelola dan menyusun program dan rencana

kegiatan operasional.

2. Mengelola surat-menyurat, pengetikan, penggandaan serta pendistribusian.


100

3. Melaksanakan urusan perlengkapan dan kerumahtanggaan.

4. Melakukan urusan kepegawaian.

5. Melaksanakan urusan keuangan.

6. Melaksanakan pengelolaan perpustakaan museum.

7. Melaksanakan urusan keamanan, ketertiban dan kebersihan kantor.

8. Mengkoordinasikan penyajian data dan informasi.

9. Mengkoordinasikan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional.

B. Tugas Seksi Koleksi dan Perawatan:

1. Menyusun program dan rencana kegiatan operasional.

2. Mengadakan inventarisasi dan pengkajian terhadap seluruh koleksi.

3. Melaksanakan penelitian koleksi dan etnografi.

4. Menyelenggarakan penyajian koleksi baik bersifat permanen maupun temporer.

5. Membuat deskripsi dan catatan tentang identifikasi dan kategorisasi koleksi.

6. Melakukan seleksi dan menentukan suatu benda untuk diusulkan menjadi

koleksi museum.

7. Melaksanakan pembuatan dokumentasi atas koleksi yang diterima baik proses

pembuatannya maupun kegunaan dan fungsinya dalam lingkungan sosial

budaya.

8. Melakukan inventarisasi koleksi yang rusak dan menyusun rencana perbaikan.

9. Melaksanakan pemeliharaan dan perawatan koleksi.

10. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional.


101

C. Tugas Seksi Edukasi dan Pameran:

1. Menyusun program dan rencana kegiatan operasional.

2. Menyelenggarakan pameran koleksi di museum.

3. Mengadakan kerjasama, baik dengan institusi pemerintah maupun badan

swasta/masyarakat untuk menyelenggarakan pameran.

4. Melaksanakan bimbingan edukatif kultural dan memberikan informasi ilmiah.

5. Mengadakan bimbingan teknis di lembaga-lembaga pendidikan dan tempat lain

dalam rangka menyebarluaskan arti dan fungsi museum.

6. Melaksanakan kegiatan hubungan masyarakat dan pemasaran museum.

7. Melaksanakan evaluasi dan penyusunan laporan kegiatan operasional.

4.2. Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.2.1. Hasil Pengujian Validitas Data

Setelah dilakukan dua putaran pengujian, butir pertanyaan yang awalnya

berjumlah 45 butir berubah menjadi 35 butir pertanyaan yang valid (lihat

Lampiran 1). Pengujian ini meliputi masing-masing variabel jenis, kualitas,

pengemasan, positioning dan pelayanan. Hasil pengujian dapat dilihat pada bagian

Item-Total Statistics, Corrected Item – Total Correlation. Corrected Item – Total

Correlation (r hitung ), yang merupakan korelasi antara skor item dengan skor total

item yang dapat digunakan untuk menguji validitas. Selanjutnya untuk

mengetahui validitas butir pertanyaan tersebut harus dibandingkan dengan r tabel.


102

Dari r tabel terlihat bahwa pada  = 0,05 dengan df (degree of freedom) =

jumlah kasus – 2, pada penelitian ini jumlah responden untuk validitas adalah 30

sehingga df-nya adalah 28, maka r tabel (0,05; 28) pada uji dua arah = 0,374.

Pengambilan keputusan :

1. Jika r hitung positif dan r hitung > r tabel maka butir pertanyaan tersebut valid.

2. Jika r hitung negatif atau r hitung < r tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.

Daerah kritis:

1. Jika r hasil  r tabel maka Ho diterima.

2. Jika r hasil < r tabel maka Ho ditolak.

Berdasarkan hasil output pada lampiran 1 dapat dilihat butir pertanyaan

mana saja yang valid dan dapat digunakan dalam analisis selanjutnya dan butir

pertanyaan mana saja yang harus dikeluarkan dan tidak dilakukan analisis. Hasil

butir yang valid dan tidak valid secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 4.3. di

bawah ini.

Tabel 4.3. Pernyataan Validitas Butir Pertanyaan

Jumlah Butir Jumlah Butir Tidak


VARIABEL Valid Valid
Jenis (X1) 3 -
Kualitas (X2) 2 1
Pengemasan (X3) 3 -
Positioning (X4) 1 2
Pelayanan (X5) 2 1
Push Factors/Faktor Pendorong
14 1
(Y)
Pull Factors/Faktor Penarik (Y) 10 5
TOTAL 35 10
Sumber: Data diolah, 2010.
103

4.2.2. Hasil Pengujian Reliabilitas Data

Setelah selesai melakukan uji validitas maka dilakukan uji reliabilitas data.

Adapun cara mengambil keputusannya adalah sebagai berikut:

1. Jika r Alpha positif dan r Alpha > r tabel maka data dianggap reliabel.

2. Jika r Alpha negatif atau r Alpha < r tabel maka data dianggap tidak reliabel.

Daerah kritis:

1. Jika r hasil  r tabel maka Ho diterima.

2. Jika r hasil < r tabel maka Ho ditolak.

Dari r tabel terlihat bahwa pada  = 0,05 dengan df = jumlah kasus – 2,

pada penelitian ini jumlah responden untuk validitas adalah 30 sehingga derajat

bebas adalah 28, maka r tabel (0,05; 28) pada uji dua arah = 0,374. Ringkasan

hasil reliabilitas dapat dilihat pada Tabel 4.4. berikut ini.

Tabel 4.4. Pernyataan Reliabilitas Butir Pertanyaan

VARIABEL Alpha Cronbach (r alpha ) R tabel


Jenis (X1) 0,737 0,374
Kualitas (X2) 0,761 0,374
Pengemasan (X3) 0,837 0,374
Positioning (X4) 0,513 0,374
Pelayanan (X5) 0,610 0,374
Push Factors/Faktor
0,903 0,374
Pendorong (Y)
Pull Factors/Faktor
0,849 0,374
Penarik (Y)
Sumber: Data diolah, 2010.

Interpretasi:
104

Berdasarkan hasil output pada lampiran 1 dapat dilihat bahwa semua

variabel adalah reliabel karena r alpha (alpha cronbach)nya semuanya lebih besar

dari r tabel, yaitu r alpha berkisar dari 0,513 – 0,903 lebih tinggi dari r tabel

(0,374).

4.2.3. Profil Responden

Responden dalam penelitian ini berjumlah 100 orang dengan profil

responden meliputi jender (jenis kelamin), pekerjaan, umur, pengeluaran,

pengenalan, sumber, frekuensi kunjungan, dengan siapa berkunjung, transportasi,

harga tiket, motivasi, atraksi dan waktu kunjungan. Untuk lebih jelasnya, bisa

dilihat dari tabel deskripsi responden berikut ini.

Tabel 4.5. Deskripsi Profil Responden

Jender
Frekuensi Persen
Valid Laki-laki 35 35
Perempuan 65 65
Total 100 100

Pekerjaan
Frekuensi Persen
Valid Pelajar/Mahasiswa 82 82
Seniman 2 2
PNS 1 1
Pegawai Swasta 11 11
ABRI 2 2
Pensiunan 1 1
Lain-lain 1 1
Total 100 100
105

Umur
Frekuensi Persen
Valid < 15 tahun 25 25
15-24 tahun 63 63
25-45 tahun 10 10
46-60 tahun 2 2
Total 100 100

Pengeluaran
Frekuensi Persen
Valid < Rp. 1.000.000 79 79
Rp. 1.000.001-Rp.3.000.000 13 13
Rp. 3.000.001-Rp.5.000.000 7 7
> Rp. 5.000.000 1 1
Total 100 100

Pengenalan
Frekuensi Persen
Valid Sudah 93 93
Belum 7 7
Total 100 100

Sumber
Frekuensi Persen
Valid Guru/sekolah 41 41
Teman/keluarga 43 43
Internet/website 9 9
Majalah/Koran 2 2
Televisi/radio 5 5
Total 100 100

Frekuensi kunjungan
Frekuensi Persen
Valid 1 kali 26 26
2-5 kali 49 48
6-10 kali 5 5
> 10 kali 20 20
Total 100 100

Dengan siapa
Frekuensi Persen
Valid Sendiri 1 1
Keluarga 6 6
Sekolah 23 23
106

Teman 65 65
Rombongan 5 5
Total 100 100

Transportasi
Frekuensi Persen
Valid Kendaraan pribadi 16 16
Kendaraan sewa 5 5
Angkutan umum 22 22
Jalan kaki 57 57
Total 100 100

Harga Tiket
Frekuensi Persen
Valid Mahal 2 2
Sedang 29 29
Murah 69 69
Total 100 100

Motivasi
Frekuensi Persen
Valid Bosan dengan
16 16
rutinitas
Relaksasi 16 16
Studi/penelitian 35 35
Prestise 2 2
Kesenangan 27 27
Lain-lain 4 4
Total 100 100

Atraksi
Frekuensi Persen
Valid Koleksi tekstil 49 49
Toko seni/cinderamata 10 10
Taman pewarna alam 8 8
Kursus batik 32 32
Lain-lain 1 1
Total 100 100

Waktu Kunjungan
Frekuensi Persen
Valid < 2 jam 64 64
3 - 5 jam 34 34
> 6 jam 2 2
107

Total 100 100


Sumber: Data diolah, 2010.

Interpretasi dari tabel di atas adalah sebagai berikut:

Kebanyakan pengunjung adalah perempuan (65%) disusul laki-laki (35%).

Mereka kebanyakan merupakan pelajar/mahasiswa (82%). Oleh karena itu, usia

terbesar yang paling banyak berkunjung adalah 15-24 tahun (63%), dengan

pengeluaran paling banyak sebesar kurang dari 1 juta rupiah/bulan (79%).

Sebagian besar yang berkunjung sudah mengenal Museum Tekstil sebelumnya

(93%).

Biasanya mereka mengenal Museum Tekstil ini dari teman/keluarga

(43%) disusul dari guru/sekolah (41%). Sekitar 2-5 kali kunjungan sudah mereka

lakukan (49%) dengan teman yang paling banyak, yaitu sebesar 65%. Karena

umumnya yang berkunjung adalah penduduk sekitar, maka mereka melakukannya

kebanyakan dengan berjalan kaki (57%). Menurut pengunjung, harga tiketnya

relatif murah (69%).

Motivasi sebagian besar pengunjung adalah untuk studi/penelitian (35%),

terutama mereka menyukai koleksi tekstil (49%) dengan lama kunjungan terlama

kurang dari 2 jam (64%).

4.2.4. Analisis Regresi Berganda

Hal selanjutnya yang dilakukan setelah melakukan uji validitas dan uji

reliabilitas serta mendapatkan gambaran umum tentang pofil responden melalui

analisa deskriptif adalah melakukan analisis regresi berganda.


108

Tabel 4.6. Analisis Regresi Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 49,422 6,777 7,292 0,000
x1 0,306 0,671 0,054 0,457 0,649
x2 1,502 0,852 0,189 1,763 0,081
x3 1,384 0,669 0,270 2,069 0,041
x4 2,237 1,061 0,206 2,108 0,038
x5 0,297 0,689 0,050 0,432 0,667
a. Dependent Variable: Variabel_Y

F Tabel Penjelasan Arti


R
Square 0,338
Adjusted
R Square 0,303
F- statistik 9,610 2,29 Lebih besar Ho ditolak Berpengaruh
N 100
Sumber: Data diolah, 2010.

Tabel di atas menentukan persamaan regresi berganda sebagai berikut:

Y = 49,422+ 0,306X 1 + 1,502X 2 + 1,384X 3 + 2,237X 4 + 0,297X 5

Kaitan Variabel X dengan Teori

Salah satu faktor kesuksesan dalam mengelola atraksi wisata, selain

organisasi dan sumber daya, pasar serta manajemen atraksi, adalah produk.

Produk memegang peranan yang sangat penting di dalamnya (Swarbrooke, 1996).

Kesuksesan produk sangat bergantung pada pendekatan baru ataupun ide yang

unik dalam pengembangannya. Berbagai upaya dilakukan untuk menarik

pengunjung ke atraksi wisata di antaranya melalui keragaman atraksi, hiburan dan


109

lingkungan yang berkualitas serta pelayanan yang baik. Hal ini membantu

memenuhi harapan dan kepuasan pengunjung dalam menikmati atraksi wisatanya.

Dalam hal ini peneliti akan memadupadankan produk yang akan

ditawarkan kepada konsumen, sehingga produk yang ditawarkan sesuai dengan

keinginan konsumen. Ide ini dikenal dengan bauran produk (product mix), yang

merupakan kombinasi dari lini produk, fasilitas dan layanan berkualitas yang

ditawarkan kepada pembeli atau pelanggannya. Variabel Independen (X) yang

merupakan Variabel Bauran Produk dalam penelitian ini ada 5, yaitu, Jenis,

Kualitas, Pengemasan, Positioning dan Pelayanan.

4.2.5. Interpretasi Regresi Koefisien

Selanjutnya akan ditunjukkan regresi koefisien pernyataan untuk setiap

variabel dalam tabel di bawah ini (mengacu pada nilai B dari Unstandardized

Coefficients dari Tabel 4.6. Analisis Regresi Berganda di atas).


88

Tabel 4.7. Pernyataan Regresi Koefisien

Variabel Regresi Interpretasi


Koefisien
Konstanta 49,422 Jika variabel Jenis (X1), Kualitas (X2), Pengemasan (X3,
Positioning (X4) dan Pelayanan (X5) = 0, maka Motivasi
Kunjungan Wisatawan (Y) adalah 49,422 dengan asumsi bahwa
semua variabel adalah konstan (ceteris paribus).
Jenis (X1) 0,306 Ada hubungan positif antara Jika regresi koefisien untuk variabel Jenis (X1) adalah 0,306, ini
Jenis dengan Motivasi artinya bahwa jika X1 naik 1 unit, maka Motivasi Kunjungan
Kunjungan Wisatawan Wisatawan akan meningkat sebesar 0,306.
Kualitas (X2) 1,502 Ada hubungan positif antara Jika regresi koefisien untuk variabel Kualitas (X2) adalah 1,502,
Kualitas dengan Motivasi ini artinya bahwa jika X2 naik 1 unit, maka Motivasi Kunjungan
Kunjungan Wisatawan Wisatawan akan meningkat sebesar1,502.
Pengemasan (X3) 1,384 Ada hubungan positif antara Jika regresi koefisien untuk variabel Pengemasan (X3) adalah
Pengemasan dengan 1,384, ini artinya bahwa jika X3 naik 1 unit, maka Motivasi
Motivasi Kunjungan Kunjungan Wisatawan akan meningkat sebesar 1,384.
Wisatawan
Positioning (X4) 2,237 Ada hubungan positif antara Jika regresi koefisien untuk variabel Positioning (X4) adalah
Positioning dengan Motivasi 2,237, ini artinya bahwa jika X4 naik 1 unit, maka Motivasi
Kunjungan Wisatawan Kunjungan Wisatawan akan meningkat sebesar 2,237.
Pelayanan (X5) 0,297 Ada hubungan positif antara Jika regresi koefisien untuk variabel Pelayanan (X5) adalah
Pelayanan dengan Motivasi 0,297, ini artinya bahwa jika X5 naik 1 unit, maka Motivasi
Kunjungan Wisatawan Kunjungan Wisatawan akan meningkat sebesar 0,297.
Sumber: Data diolah, 2010.
89

4.2.6. Uji Hipotesis

Uji F dan uji t digunakan untuk membuktikan pengaruh bauran produk

(jenis (X1), kualitas (X2), pengemasan (X3), positioning (X4) dan pelayanan

(X5)) terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil,

Jakarta) secara serempak (uji F) dan secara individual (uji t) dengan asumsi

bahwa variabel yang lain tetap atau konstan. Kemudian dilanjutkan dengan

pengujian koefisien korelasi parsial, koefisien korelasi berganda, koefisien

determinasi dan variabel yang paling berpengaruh (dominan). Berdasarkan hasil

perhitungan dengan menggunakan program statistik komputer SPSS for Windows

Release 12.00 diperoleh hasil sebagai berikut:

4.2.6.1. Pengujian Secara Serempak (Uji F)

Uji F adalah uji serempak yang digunakan untuk mengetahui pengaruh

variabel bauran produk secara serempak terhadap motivasi kunjungan wisatawan.

 Perumusan hipotesis

Ho : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = b 5 = 0 (Tidak ada pengaruh antara variabel jenis

(X1), kualitas (X2), pengemasan (X3), positioning (X4) dan pelayanan (X4)

terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)

(Y) secara serempak).

H 1 : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = b 5 ≠ 0 (Ada pengaruh antara variabel jenis (X1),

kualitas (X2), pengemasan (X3), positioning (X4) dan pelayanan (X4) terhadap

Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (Y)

secara serempak).
90

 Kriteria pengujian

Jika F -statistik > F -tabel , maka Ho ditolak, artinya secara serempak variabel

jenis (X1), kualitas (X2), pengemasan (X3), positioning (X4) dan pelayanan (X5)

berpengaruh terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum

Tekstil, Jakarta) (Y).

Jika F -statistik ≤ F -tabel , maka Ho diterima, artinya secara serempak variabel

jenis (X1), kualitas (X2), pengemasan (X3), positioning (X4) dan pelayanan (X5)

tidak berpengaruh terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus

Museum Tekstil, Jakarta) (Y).

 Dengan level of significant (α) 5 % dan df pembilang = 5 dan penyebut n-k =

100-2 = 98, diperoleh F -tabel = 2,29.

 Statistik uji F = 9,610 (bisa dilihat pada tabel 4.6. di atas, yaitu F statistik)

 Dari nilai F -statistik = 9,610 > F -tabel = 2,29, maka Ho ditolak, artinya secara

serempak variabel jenis (X1), kualitas (X2), pengemasan (X3), positioning (X4)

dan pelayanan (X5) berpengaruh terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan

(Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (Y).

4.2.6.2. Pengujian Secara Parsial (Uji T)

Dengan level of significant (α) 5 % dan df pembilang = 5 dan penyebut n-k

= 100-2 = 98, diperoleh T -tabel = 1,984. Untuk melihat hasil dari Uji T bisa dilihat

dari Tabel berikut.


91

Tabel 4.8. Uji T

Variabel Uji T T Tabel Penjelasan Arti


Jenis (X1) 0,457 1,984 Lebih kecil Ho diterima Tidak
berpengaruh
Kualitas (X2) 1,763 1,984 Lebih kecil Ho diterima Tidak
berpengaruh
Pengemasan 2,069 1,984 Lebih Ho ditolak Berpengaruh
(X3) besar
Positioning (X4) 2,108 1,984 Lebih Ho ditolak Berpengaruh
besar
Pelayanan (X5) 0,432 1,984 Lebih kecil Ho diterima Tidak
berpengaruh
Sumber: Data diolah, 2010.

Interpretasi:

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa ternyata hanya variabel pengemasan

(X3) dan Positioning (X4) saja yang berpengaruh terhadap variabel motivasi (Y).

Hal ini berbeda dengan hasil pengujian secara serempak (uji F), dimana semua

variabel X berpengaruh terhadap variabel motivasi (Y).

4.2.6.3. Pengujian Koefisien Korelasi Parsial

Analisis koefisien korelasi parsial dijabarkan untuk mengetahui besarnya

pengaruh atau hubungan antara variabel X dengan variabel Y secara parsial

(Algifari dalam Gunawan, 2009). Berikut ini tabel hasil olah data.

Tabel 4.9. Hasil Olah Data Koefisien Korelasi Parsial


Persamaan R Keterangan
Y = f (X 1 ) 0,413 Korelasi sedang
Y = f (X 2 ) 0,457 Korelasi sedang
Y = f (X 3 ) 0,474 Korelasi sedang
Y = f (X 4 ) 0,398 Korelasi rendah
Y = f (X 5 ) 0,390 Korelasi rendah
Sumber: Data diolah, 2010.
92

Interpretasi:

Berdasarkan hasil olah data di atas terlihat bahwa koefisien korelasi antara

variabel jenis (X 1 ) dengan Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum

Tekstil, Jakarta) (Y) sebesar 0,413, ini berarti korelasinya sedang. Koefisien

korelasi antara variabel kualitas (X 2 ) dengan Motivasi Kunjungan Wisatawan

(Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (Y) sebesar 0,457, ini berarti korelasinya

sedang. Koefisien korelasi antara variabel pengemasan (X 3 ) dengan Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) (Y) sebesar 0,474,

ini berarti korelasinya sedang. Koefisien korelasi antara variabel positioning (X 4 )

dengan Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta)

(Y) sebesar 0,398, ini berarti korelasinya rendah. Koefisien korelasi antara

variabel pelayanan (X 5 ) dengan Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus

Museum Tekstil, Jakarta) (Y) sebesar 0, 390 , ini berarti korelasinya rendah.

4.2.6.4. Pengujian Koefisien Korelasi Berganda

Analisis koefisien korelasi berganda dijabarkan untuk mengetahui

besarnya pengaruh atau hubungan antara variabel X dengan variabel Y secara

keseluruhan. Berikut ini tabel hasil olah data:

Tabel 4.10. Hasil Olah Data Koefisien Korelasi Berganda


Persamaan R xy Keterangan
Y = f (X 1 , X 2 , X 3 , X 4 dan X 5 ) 0,582 Korelasi Sedang
Sumber: Data diolah, 2010.

Interpretasi:

Berdasarkan hasil olah data di atas terlihat bahwa koefisien korelasi antara

variabel jenis (X 1 ), kualitas (X 2 ), pengemasan (X 3 ), positioning (X 4 ) dan


93

pelayanan (X 5 ) dengan Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum

Tekstil, Jakarta) (Y) adalah sebesar 0,582, hal ini berarti korelasinya sedang.

4.2.6.5. Pengujian R2 (Koefisien Determinasi)

R2 (Koefisien Determinasi) ini digunakan untuk mengetahui seberapa

besar kemampuan variabel independen (X) dalam menjelaskan secara

komprehensif terhadap variabel dependen (Y). Nilai R2 (Koefisien Determinasi)

berkisar antara 0 - 1. Semakin besar R2 mengindikasikan semakin besar

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.

Koefisien Determinasi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.11. Koefisien Determinasi

Model R R Square Adjusted R


Square
Predictors:
(Constant), x5, x4, 0,582a 0,338 0,303
x1, x2, x3
Sumber: Data diolah, 2010.

Interpretasi:

Hasil dari analisis regresi (lihat Tabel 4.6.) diperoleh R2 (Koefisien

Determinasi) sebesar 0,303, artinya variabel dependen Y (Motivasi Kunjungan

Wisatawan) dapat dijelaskan dengan variabel independen (X) yaitu Jenis (X 1 ),

Kualitas (X 2 ), Pengemasan (X 3 ), Positioning (X 4 ) dan Pelayanan (X 5 ) sebesar

30,3%, sedangkan sisanya sebesar 69,7% dapat dijelaskan oleh faktor lain yang

tidak dimasukkan di dalam model.


94

4.2.6.6. Pengujian Variabel Dominan Berpengaruh

Untuk mengetahui variabel mana yang paling dominan pengaruhnya,

peneliti menggunakan metode stepwise. Metode ini memasukkan variabel

independen secara berurutan (sequentially) didasarkan pada kemampuanya untuk

mendiskriminasikan antar kelompok. Metode ini sangat penting jika ingin

menyeleksi variabel mana yang mempunyai kemampuan membedakan yang

besar. Hasil dari analisis regresi berganda dengan metode stepwise ditampilkan

dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.12. Analisis Regresi Berganda Dengan Metode Stepwise

Variables Entered/Removeda
Variables Variables
Model Entered Removed Method
Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-
Pengemasan
1 . enter <= .050, Probability-of-F-to-
(X3)
remove >= 0,100).
Stepwise (Criteria: Probability-of-F-to-
Positioning
2 . enter <= .050, Probability-of-F-to-
(X4)
remove >= 0,100).
a. Dependent Variable: Y

Model Summaryc
Change Statistics
Std.
Adjusted R
R Error of F Sig. F
Model R R Square df1 df2
Square the Change Change
Square Change
Estimate
1 0,474a 0,224 0,217 7,287 0,224 28,360 1 98 0,000
b
2 0,555 0,308 0,294 6,920 0,083 11,696 1 97 0,001
a. Predictors: (Constant), X3
b. Predictors: (Constant), X4
c. Dependent Variable: Y
95

Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients

B Std. Error Beta


1 (Constant) 64,102 5,529 11,593 0,000
Pengemasan (X3) 2,430 0,456 0,474 5,325 0,000
2 (Constant) 55,824 5,781 9,656 0,000
Pengemasan (X3) 2,049 0,447 0,399 4,579 0,000
Positioning (X4) 3,239 0,947 0,298 3,420 0,001
a. Dependent Variable: Y

Excluded Variablesb
Model Beta In T Sig. Partial Collinearity
Correlation Statistics
Tolerance
1 Positioning (X4) 0,298a 3,420 0,001 0,328 0,938
a. Predictors in the Model: (Constant),
-Positioning (X4)
b. Dependent Variable: Y
Sumber: Data diolah, 2010.

Predictor dalam hal ini adalah variabel independen yang mempunyai

korelasi (hasil uji t) dengan motivasi kunjungan wisatawan (Y). Variabel

independennya yaitu Pengemasan (X3) dan Positioning (X4).

Interpretasi:

Dari hasil metode stepwise ini, dapat disimpulkan bahwa variabel yang

paling signifikan mempengaruhi motivasi kunjungan wisatawan dengan tingkat

signifikansi 0,000 < 0,05 dan Ajdusted R Square (koefisien determinasi yang

disesuaikan (21,7%) adalah variabel Pengemasan (X3). Ini berarti bahwa jika kita

ingin meningkatkan motivasi kunjungan wisatawan maka faktor yang harus

ditingkatkan adalah variabel Pengemasan (X3), karena koefisien regresinya

positif, yaitu, β = 0,474.


96

4.2.7. Analisa Frekuensi Variabel Yang Paling Dominan

Tabel di bawah ini dibuat dengan tujuan untuk menjelaskan variabel yang

paling dominan dari bauran produk, yaitu, pengemasan (X3) yang mempengaruhi

motivasi (Y) kunjungan wisatawan ke Museum Tekstil. Berikut ini disajikan tabel

analisa frekuensi variabel yang paling dominan tersebut.


97

Tabel 4.12. Analisa Frekuensi Pengemasan (X3)

Cara pemajangan (%) Kerapihan (%) Keteraturan (%)


ITEM Kategori
STS TS TT S SS Total STS TS TT S SS Total STS TS TT S SS Total
Laki-laki 0 0 7 23 5 35 0 1 2 25 7 35 0 0 5 18 12 35
Jender
Perempuan 0 3 12 43 7 65 0 0 10 39 16 65 0 2 10 41 12 65
Pelajar/Mahasiswa 0 2 15 57 8 82 0 1 8 54 19 82 0 1 12 50 19 82
Seniman 0 0 0 1 1 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 1 1 2
PNS 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
Pekerjaan Pegawai Swasta 0 0 3 6 2 11 0 0 2 6 3 11 0 0 2 7 2 11
ABRI 0 1 0 1 0 2 0 0 1 1 0 2 0 1 0 1 0 2
Pensiunan 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 1
Lainnya 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1 0 0 1
< 15 tahun 0 0 1 16 8 25 0 0 3 13 9 25 0 0 3 10 12 25
15 - 24 tahun 0 2 14 44 3 63 0 1 5 44 13 63 0 1 9 42 11 63
Umur 25 - 45 tahun 0 1 4 5 0 10 0 0 4 5 1 10 0 1 3 5 1 10
46 - 60 tahun 0 0 0 1 1 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 2
> 60 tahun 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
< Rp. 1.000.000 0 2 17 49 11 79 0 0 8 52 19 79 0 1 10 48 20 79
Rp. 1.000.001-Rp. 3.000.000 0 0 2 10 1 13 0 0 2 8 3 13 0 0 3 9 1 13
Pengeluaran
Rp. 3.000.001-Rp.5.000.000 0 1 0 6 0 7 0 1 2 3 1 7 0 1 2 2 2 7
> Rp. 5.000.000 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1
Sudah 0 3 19 60 12 94 0 1 12 60 21 94 0 2 15 56 21 94
Pengenalan
Belum 0 0 0 6 0 6 0 0 0 4 2 6 0 0 0 3 3 6
Guru/sekolah 0 1 6 27 7 41 0 0 2 26 13 41 0 0 2 26 13 41
Teman/keluarga 0 1 11 26 5 43 0 1 9 27 6 43 0 1 9 27 6 43
Sumber Internet/website 0 1 1 7 0 9 0 0 1 6 2 9 0 0 1 6 2 9
Majalah/Koran 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 2
Televisi/radio 0 0 1 4 0 5 0 0 0 3 2 5 0 0 0 3 2 5
Frekuensi 1 kali 0 1 6 17 2 26 0 0 6 13 7 26 0 0 5 13 8 26
kunjungan 2-5 kali 0 1 12 29 7 49 0 0 5 32 12 49 0 1 9 25 14 49
98

6-10 kali 0 0 0 3 2 5 0 0 0 4 1 5 0 0 0 5 0 5
> 10 kali 0 1 1 17 1 20 0 1 1 15 3 20 0 1 1 16 2 20
Sendiri 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 4 22 15 41
Keluarga 0 0 0 5 1 6 0 0 0 4 2 6 0 1 10 27 5 43
Dengan Siapa Sekolah 0 0 5 17 1 23 0 0 0 15 8 23 0 1 1 5 2 9
Teman 0 2 12 41 10 65 0 1 11 40 13 65 0 0 0 2 0 2
Rombongan 0 1 2 2 0 5 0 0 1 4 0 5 0 0 0 3 2 5
Kendaraan pribadi 0 1 1 13 1 16 0 0 3 10 3 16 0 1 3 7 5 16
Kendaraan sewa 0 0 1 4 0 5 0 0 0 5 0 5 0 0 0 4 1 5
Transportasi Angkutan umum 0 1 4 14 3 22 0 0 6 10 6 22 0 1 4 12 5 22
Jalan kaki 0 1 13 35 8 57 0 1 3 39 14 57 0 0 8 36 13 57
Mahal 0 0 1 1 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 1 1 2
Harga Tiket Sedang 0 1 6 21 1 29 0 0 5 20 4 29 0 1 6 15 7 29
Murah 0 2 12 44 11 69 0 1 7 42 19 69 0 1 9 43 16 69
Bosan dengan rutinitas 0 0 7 8 1 16 0 1 6 7 2 16 0 0 6 9 1 16
Relaksasi 0 0 2 13 1 16 0 0 2 12 2 16 0 0 3 11 2 16
Studi/penelitian 0 2 5 25 3 35 0 0 1 25 9 35 0 1 4 22 8 35
Motivasi
Prestise 0 0 1 1 0 2 0 0 1 1 0 2 0 0 1 1 0 2
Kesenangan 0 1 3 16 7 27 0 0 2 17 8 27 0 1 1 15 10 27
Lain-lain 0 0 1 3 0 4 0 0 0 2 2 4 0 0 0 1 3 4
Koleksi tekstil 0 1 10 34 4 49 0 0 7 35 7 49 0 1 7 28 13 49
Toko seni/cinderamata 0 0 1 5 4 10 0 0 0 3 7 10 0 0 1 3 6 10
Atraksi Taman pewarna alam 0 0 1 6 1 8 0 0 1 6 1 8 0 0 1 7 0 8
Kursus batik 0 2 7 20 3 32 0 1 4 19 8 32 0 1 6 20 5 32
Lain-lain 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1
< 2 jam 0 2 14 38 10 64 0 0 10 37 17 64 0 1 11 36 16 64
Waktu 3 - 5 jam 0 1 5 26 2 34 0 1 2 25 6 34 0 1 4 21 8 34
Kunjungan
> 6 jam 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 2 0 0 0 2 0 2
Sumber: Data diolah, 2010.
1. Butir Pertanyaan: Cara pemajangan koleksi tekstil sudah sangat baik.

Sebagian besar responden perempuan menjawab Setuju (S), yaitu, 43%,

berpekerjaan pelajar/mahasiswa (57%), dengan usia terbesar 15-24 tahun (44%)

dan berpengeluaran kurang dari 1 juta rupiah/bulan (49%). Mereka umumnya

sudah mengenal Museum Tekstil sebelumnya (60%) dari guru/sekolah (27%)

dengan frekuensi kunjungan 2-5 kali (29%). Biasanya mereka pergi ke Museum

Tekstil bersama teman (41%) dengan berjalan kaki (35%). Untuk tiket sendiri

mereka menilai harganya murah (44%). Sementara itu, alasan/motivasi mereka

datang ke Museum Tekstil adalah untuk studi/penelitian (25%) dan atraksi yang

paling menarik adalah melihat koleksi tekstil (34%) serta lama kunjungan terlama

kurang dari 2 jam (38%).

Interpretasi:

Dari data di atas, bisa disimpulkan bahwa cara pemajangan koleksi tekstil

sudah sangat baik, terlihat dari kebanyakan responden menjawab setuju. Jika cara

pemajangan semakin ditingkatkan maka pasti akan lebih memotivasi wisatawan

untuk berkunjung sehingga akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke

Museum Tekstil.

2. Butir Pertanyaan: Kain-kain di etalase terpajang dengan sangat rapi.

Sebagian besar responden perempuan menjawab Setuju (S), yaitu, 39%,

berpekerjaan pelajar/mahasiswa (54%), dengan usia terbesar 15-24 tahun (44%)

dan berpengeluaran kurang dari 1 juta rupiah/bulan (52%). Mereka umumnya

sudah mengenal Museum Tekstil sebelumnya (60%) dari teman/keluarga (27%)

45
46

dengan frekuensi kunjungan 2-5 kali (32%). Biasanya mereka pergi ke Museum

Tekstil bersama teman (40%) dengan berjalan kaki (39%). Untuk tiket sendiri

mereka menilai harganya murah (42%). Sementara itu, alasan/motivasi mereka

datang ke Museum Tekstil adalah untuk studi/penelitian (25%) dan atraksi yang

paling menarik adalah melihat koleksi tekstil (35%) serta lama kunjungan terlama

kurang dari 2 jam (37%).

Interpretasi:

Dari data di atas, bisa disimpulkan bahwa kain-kain di dalam etalase sudah

terpajang dengan sangat rapi (kerapihan), terlihat dari kebanyakan responden

menjawab setuju. Jika kerapihan pemajangan di etalase semakin ditingkatkan

maka pasti akan lebih meningkatkan motivasi wisatawan untuk berkunjung

sehingga akan meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Tekstil.

3. Butir Pertanyaan: Kain-kain sudah dipajang dengan sangat teratur

Sebagian besar responden perempuan menjawab Setuju (S), yaitu, 41%,

berpekerjaan pelajar/mahasiswa (50%), dengan usia terbesar 15-24 tahun (42%)

dan berpengeluaran kurang dari 1 juta rupiah/bulan (46%). Mereka umumnya

sudah mengenal Museum Tekstil sebelumnya (56%) dari teman/keluarga (27%)

dengan frekuensi kunjungan 2-5 kali (25%). Biasanya mereka pergi ke Museum

Tekstil bersama keluarga (27%) dengan berjalan kaki (36%). Untuk tiket sendiri

mereka menilai harganya murah (43%). Sementara itu, alasan/motivasi mereka

datang ke Museum Tekstil adalah untuk studi/penelitian (22%) dan atraksi yang
47

paling menarik adalah melihat koleksi tekstil (28%) serta lama kunjungan terlama

kurang dari 2 jam (36%).

Dari data di atas, bisa disimpulkan bahwa kain-kain sudah dipajang

dengan sangat teratur (keteraturan), terlihat dari kebanyakan responden menjawab

setuju. Jika keteraturan pemajangan semakin ditingkatkan maka pasti akan lebih

meningkatkan motivasi wisatawan untuk berkunjung sehingga akan meningkatkan

jumlah kunjungan wisatawan ke Museum Tekstil.


48

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Dari hasil metode stepwise diperoleh bahwa variabel yang paling

signifikan mempengaruhi Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum

Tekstil, Jakarta) dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05 dan Ajdusted R Square

(koefisien determinasi yang disesuaikan (21,7%) adalah variabel Pengemasan

(X3). Ini berarti bahwa jika kita ingin meningkatkan Motivasi Kunjungan

Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) maka faktor yang harus

ditingkatkan adalah variabel Pengemasan (X3), karena koefisien regresinya

positif, yaitu, β = 0,474.

5.2 SARAN

Dari metode stepwise diketahui bahwa variabel yang paling dominan

berpengaruh terhadap Motivasi Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum

Tekstil, Jakarta) adalah variabel Pengemasan (X3), sehingga peneliti akan

menitikberatkan pemberian saran terutama pada variabel ini tanpa mengabaikan

variabel yang lain.

1. Pihak pengelola Museum Tekstil diharapkan bisa meningkatkan pengemasan

yang sudah ada di mana peneliti melihat bahwa pengemasannya masih bersifat
49

konvensional. Peningkatan itu misalnya dengan memberikan pengemasan berupa

tampilan audio visual untuk dapat menjelaskan detil lebih lanjut dari koleksi-

koleksi yang ada di Museum Tekstil.

2. Sebagai alat pengenalan (sumber informasi) kepada masyarakat, pihak

pengelola Museum Tekstil diharapkan agar mengupdate situsnya di jejaring dunia

maya, di mana dari situ bisa dilihat juga mengenai pengemasan koleksi-koleksi

tekstil yang terdapat di Museum Tekstil.

5.3 REKOMENDASI UNTUK PENELITIAN LANJUTAN

Karena secara keseluruhan pengaruh bauran produk dengan Motivasi

Kunjungan Wisatawan (Studi Kasus Museum Tekstil, Jakarta) berkorelasi sedang,

diharapkan para peneliti selanjutnya yang akan meneliti tentang Museum Tekstil

menitikberatkan pada aspek marketing mix yang lain, misalnya pada aspek price

(harga dan biaya jasa lainnya), place (tempat/distribusi dan waktu), promotion

(promosi dan edukasi), packaging (pengemasan), people (sumber daya manusia),

process, physical evidence (bukti fisik), partnership (kemitraan), programming

(program) dan productivity/quality (produktivitas/kualitas).


50

DAFTAR PUSTAKA

Bull, A. 1995. The Economics Of Travel And Tourism. Longman Australia Pty
Ltd, Australia.

Cravens, David W. 1994. Pemasaran Strategis. Jilid 2 edisi keempat.


Dialihbahasakan oleh Lina Salim, M.B.A. Penerbit Erlangga, Jakarta.

Ferdinand, A, 2005. Structural Equation Modelling dalam penelitian Manajemen.


BP UNDIP, Semarang.

Kotler, P. 1995. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan


Pengendalian. Dialihbahasakan oleh Ancella Anitawati Hermawan SE,
MBA, Buku I Edisi VIII, Jakarta.

Kotler, P., Ang, Swee A., Leong, Siew M., and Tan, Chin T. 1999. Managing
Product Lines, Brands, and Packaging. Second Edition. Pearson
Education, Pte. Ltd., Singapore.

Kotler, P, Bowen, John T., and Makens, James C. 2006. Marketing for Hospitality
and Tourism. Fourth Edition. Pearson Education, Inc., New Jersey.

Kusmayadi dan Sugiarto, E. 2000. Metodologi Dalam Bidang Kepariwisataan.


PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Mason, P. 2006. Tourism Impacts, Planning and Management. Elsevier


Butterworth-Heinemann, Oxford.

Medlik, S. 1991. Managing Tourism. Elsevier Buttenworth-Heinemann, Oxford.

Robbins, Stephen P. and Judge, Timothy A. 2007. Organizational Behavior.


Twelfth Edition. Pearson Education, Inc., New Jersey.

Setiawinata, A.B. 2007. Tourism Research. Pustaka Mandiri, Jakarta

Simamora, B., 2003. Memenangkan Pasar, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Stanislaus, S. Uyanto, P. D. (2006). Pedoman analisis data dengan SPSS, Graha Ilmu,
Yogyakarta

Supranto, J. 2004. Analisis Multivariat, Arti & Interpretasi. PT. Rineka Cipta,
Jakarta.
51

Swarbrooke, J. 1996. Marketing Tourism, Hospitality, and Leisure in Europe.


International Thomson Business Press, London.

Veal, A.J. 2006. Research Methods For Leisure and Tourism A Practical Guide.
Pearson Education Limited, United Kingdom.

Yoeti, Oka A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata. Penerbit Angkasa, Bandung.

Yoeti, Oka A. 1996. Pemasaran Pariwisata Terpadu. Penerbit Angkasa, Bandung.

Yoeti, Oka A. 2006. Pariwisata Budaya: Masalah dan Solusinya. PT. Pradnya
Paramita, Jakarta.

Jurnal

Crompton, J.L. 1979. Motivations of pleasure vacation. Annals of Tourism


Research, 6, p. 408-424.

Dann, G. M. S. 1977. Anomie, Ego-Enhancement in Tourism. Annals of Tourism


Research 4(4), p. 184-194.

Dann, G. M. S. 1981. Tourist Motivation: An Appraisal. Annals of Tourism


Research 8(2), p. 189-219.

Fronvile, C. L. 1985. Marketing for museums: for-profit techniques in the non-


profit worl. The Journal of Curator, 28/3.

Iso-Aloha, S. 1982. Toward a social psychology theory of tourism motivation.


Annals of Tourism Research, 12, p. 256-262.

Kotler, N. and Kotler, P. 2000. Can Museums be All Things to All People?:
Missions, Goals, and Marketing’s Role. The Journal of Museum
Management and Curatorship, Vol. 18, No. 3 p. 271-287.

McGehee, N. G., Loker-Murphy, L., and Uysal, M. 1996. The Australian


international pleasure travel market: Motivations from a gendered
perspective. The Journal of Tourism Studies, 7(1), p. 45-47.

Prentice, R.C. 1995. Tourism as Experience. Tourist as Consumers. Insight and


Enlightenment. Inaugural Lecture Queen Margaret College, Edinburgh, p.
55.

Schouten, F. 1995. Improving visitor care in heritage attractions. Journal of


Tourism Management, Vol. 16 No. 4, p, 259-261.
52

Uysal , M. and Hagan, L.R. 1993. Motivation of pleasure to travel and tourism. In
M. A. Khan, M.D. Olsen, nad T. Var (Eds.), VNR’S Encyclopedia of
Hospitality and Tourism , p. 798-810.

Yoon, Y. and Uysal, M. 2005. An Examination Of The Effects Of Motivation And


Satisfaction On Destination Loyalty: A Structural Model. Journal of
Tourism Management Vol 26, p. 45-56.

Skripsi/Tesis

Gunawan, Eka W. 2009. Pengaruh Program Acara Wisata Kuliner Terhadap


Motivasi Khalayak Dalam Melakukan Wisata Kuliner (Studi Kasus Pada
Program Acara Wisata Kuliner Di Trans TV). Tesis pada Program
Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta.

Rifdaleni. 2008. Analisis Pengaruh Produk dan Kualitas Pelayanan terhadap


Kepuasan dan Loyalitas Pengunjung (Study Kasus Museum Balaputera
Dewa Palembang). Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Sahid,
Jakarta.

Setiasih, Y. 2003. Strategi Bauran Produk (Product Mix) Dalam Upaya


Meningkatkan Kepuasan Pengunjung Di Dunia Fantasi – Ancol. Tesis
pada Program Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta.

Sihombing, C.M. 2002. Analisis SWOT Strategi Pemasaran Museum


Kebangkitan Nasional Dalam Usaha Meningkatkan Jumlah Pengunjung
Museum. Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta.

Sulistyowati, R. 2008. Analisis Pengaruh Destinasi Heritage Terhadap Kepuasan


Wisatawan Di Taman Fatahillah Kawasan Cagar Budaya Kotatua Jakarta.
Tesis pada Program Pascasarjana Universitas Sahid, Jakarta.

Dokumen Internal

Badan Pusat Statistik Propinsi DKI Jakarta. 2008. Dioleh oleh Dinas Pariwisata
Jakarta.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI. 2006. Pengolahan data Pusat data
dan Informasi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Jakarta.
53

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta. 2007. Materi


Komunikasi, Informasi, Edukasi Tentang Museum Tekstil. UPT Museum
Tekstil, Jakarta.

Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1976. Museum Tekstil Indonesia.


Perpustakaan Museum Tekstil, Jakarta.

Brosur

Dinas Kebudayaan dan Permuseuman Propinsi DKI Jakarta. 2004.


Museum Tekstil. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai