Anda di halaman 1dari 3

NAMA : Yahya Hadi K

KELAS : BPiI 3C
NIM : 2201016090
MATKUL : Literasi Media

1. Apa yang dimaksud literasi?


Literasi adalah kemampuan mengakses, menganalisis, mengevaluasi, dan mengomunikasikan
pesan dalam berbagai bentuk.
Sumber : Dyna Herlina S.M.Sc, “ Literasi Media Teori dan Fasilitas “ (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya:2019) hal. 8
b. Apa yang dimaksud dengan Media?
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), bahwa media dapat diartikan sebagai: (1) alat,
dan (2) alat atau sarana komunikasi seperti majalah, radio, televisi, film, poster, dan spanduk.
Association For Education And Communication Technologi (AECT) mendefinisikan sebagai
benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrument
yang dipergunakan dengan baik. Sehingga dapat dikatakan media merupakan perantara dari suatu
proses komunikasi seperti ketika seorang menulis surat, maka media yang digunakan adalah kertas
atau Ketika menelepon menggunakan media telepon.
Sumber : Tamburaka, A. (2013) “ Literasi Media Cerdas Bermedia Khalayak Media Massa ”
(Jakarta : PT Rajagrafindo Persada)
c. Apa yang dimaksud dengan Literasi Media?
Literasi media merupakan upaya untuk membantu orang-orang mengembangkan pemahaman
mereka terhadap pesan media massa, Teknik yang digunakan dalam pemahaman ini, dan dampak
dari Teknik ini. Secara literasi media merupakan Pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman kita terhadap cara kerja media, proses produksi makna yang dilakukan oleh media,
bagaimana media diorganisasikan, dan bagaimana mereka mengkontruksi realitas.
Sumber : Herry Hermawan, “ Literasi Media kesadaran dan Analisis” (Yogyakarta,
Calpulis:2017) hal.56

2. Sejarah Literasi Media


Pemikiran mengenai literasi media mulai muncul menjelang abad ke-20 ketika
berbagai penemuan media massa dari rekaman suara, film, radio, dan televisi membuat khalayak
media terbentuk. Media tersebut menciptakan satu entitas baru yang disebut khalayak massa.
Mereka berada di tempat-tempat berjauhan, namun menerima terpaan informasi yang sama diwaktu
hamper bersamaan. Lebih lanjut mereka digambarkan sebagai kumpulan orang yang memiliki
pengetahuan terbatas dan mudah mengikuti isi

media. Media massa mulai jadi bagian hidup sehari-hari yang disukai sekaligus dikhawatirkan
membawa dampak negative. Tonggak khusus mengenai media dimulai Ketika Marshall McLuhan
menerbitkan buku Understanting Media (1964) melalui buku itu McLuhan menyampaikan dua
gagasan penting, yaitu “ medium is the message ” dan “ hot and cold media ” buku McLuhan
tersebut menginspirasi sahabatnya, John Culkin,SJ untuk menulis kurikulum kajian film (film
studies) sebagai bagian dari disertasinya di School Of Education Harvard University (1964).
Inisiatif literasi media secara khusus dimulai pada tahun 2000-an oleh beberapa organisasi
masyarakat sipil (Herlina,2012). Rumah sinema pada tahun 2004 melakukan pelatihan literasi media
untuk remaja dibeberapa sekolah. Berbagai Lembaga sejenis kemudian bermunculan diberbagai
daerah seperti PKMBP, KIPPAS, LeSPI, MPM, Yayasan sahabat cahaya, Center for LEAD, dan
Remotivi melakukan beragam program literasi media melalui program pemberdayaan komunitas,
konferensi, publikasi, workshop, serupa dengan Rumah Sinema dan YPMA organisasi leterasi
media tersebut melakukan kegiatan berskala kecil dan sporadic.
Sumber : Dyna Herlina S.M.Sc, “ Literasi Media Teori dan Fasilitas “ (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya:2019) hal. 2-7

3. Pentingnya literasi bagi seseorang


Literasi media bertujuan untuk memberikan kuasa kepada individu untuk
mengontrol penyusunan program atau pemograman oleh media. Penyusunan program disini bukan
berarti turut serta membuat program televisi atau pesan-pesan media. Kita tidak memiliki banyak
pengaruh untuk mengubah pembuatan pesan-pesan media massa. Kita tidak akan pernah bisa
berbuat banyak untuk mengendalikan semua yang ditawarkan kepada public, tetapi kita dapat
mengendalikan pikiran kita.
Literasi media bertujuan untuk memberikan kuasa kepada individu untuk mengontrol penyusunan
program atau pemograman oleh media. Penyusunan program disini bukan berarti turut serta
membuat program televisi atau pesan-pesan media. Kita tidak memiliki banyak pengaruh untuk
mengubah pembuatan pesan-pesan media massa. Kita tidak akan pernah bisa berbuat banyak untuk
mengendalikan semua yang ditawarkan kepada public, tetapi kita dapat mengendalikan pikiran kita.
Sumber : Herry Hermawan, “ Literasi Media kesadaran dan Analisis ” ( Yogyakarta,
Calpulis:2017) hal 57.

4. Pendekatan-pendekatan dalam literasi media


• Pendekatan pertama, kuasa media a la Postman memandang bahwa media
(televisi khususnya) memegang kuasa terhadap penonton (televisi) yang pasif. Pesan media itu
sangat menyita waktu dan perhatian masyarakat, dampaknya luar biasa.
• Pendekatan kedua, Pendidikan seni media maksudnya pembelajaran konstruksi pesan media
perlu ditekankan dalam literasi media.
• Pendekatan ketiga, Gerakan literasi media ialah upaya memperluas pengertian literasi tidak
terbatas pada baca-tulis, tapi juga mencakup budaya populer diberbagai media (musik, video,
internet, iklan, dan seterusnya). Pendekatan ini banyak dikerjakan di Inggris.
• Pendekatan keempat, literasi media kritis merupakan kombinasi dari ketiga pendekatan tersebut,
dengan menitikberatkan pada kritik ideologi dan politik terhadap representasi dimensi krusial
seperti jender, ras, kelas, seksualitasi. Sumber : Dyna Herlina S.M.Sc, “ Literasi Media Teori dan
Fasilitas “ (Bandung : PT Remaja Rosdakarya:2019) hal. 17-18

5. Metode-metode dalam literasi media


Program literasi media dikerjakan diberbagai tempat berbeda, sehingga metode yang
dilakukan juga berbeda hal ini yang membuat penggerak pendidik literasi media memilih
pendekatan berbeda pula :
1. Sekolah
Ada dua cara yang bisa dilakukan, yaitu menjadi mata pelajaran sendiri seperti “Pendidikan media”
/”media” dan terintegrasi dalam mata pelajaran Bahasa/sosial/alam. Jika Pendidikan media berdiri
sendiri sebagai mata pelajaran,pembelajarannya memang dikhususkan untuk memahami media.
2. Ekstakurikuler
Program literasi media melalui ekstrakulikuler dilakukan dalam berbagai bentuk diantaranya:
Pertama klub film yang melibatkan kegiatan seperti apresiasi dan produksi film.
Kedua radio sekolah yang bertujuan memproduksi program berbasis audio dalam berbagai format
seperti lagu, secara bincang-bincang iklan layanan masyarakat dan sebagainya.
Ketiga televisi sekolah berbasis pesan audio visual.
Keempat majalah/bulletin sekolah yang membuat informasi berkaitan dengan berita dan karya fiksi
siswa.
3. Komunitas
Ada dua metode terkait program media dan komunikasi : komunitas bermedia dan media literasi di
komunitas

Sumber : Dyna Herlina S.M.Sc, ” Literasi Media Teori dan Fasilitas ” (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya:2019)hal 20-27.

Anda mungkin juga menyukai