BAB I
LITERASI MEDIA
A. Pengantar Literasi Media
Pesan media tidak jadi begitu saja, teteapi dibuat dan diciptakan oleh media massa dengan
tujuan tertentu. Media massa tidak hanya sekedar memberikan informasi dan hiburan semata,
teteapi juga mengajaka khalayak untuk melakukan perubahan perilaku. Melaaluii beragama
konten media yang khas dan unik sehingga pesan-pesan media itu terlihat sangat menarik,
menimbulkan rasa penasaran khalayak. Pembingkaian pesan melalui teks, gambar dan suara
merupakan aktivitas media untuk mempengaruhi pikiran dan perasaan khalayak
Hubungan antara media massa dan khalayak yang dibangun oleh pesan media, sedangkan
pesan media itu sendiri sesuatu yang khas. Oleh karena itu, sebagai langkah awal guna
memahami bagaimana hubungan antara media massa, pesanmedia dan khalayak dibentuk ,
dapat dijelaskan dari beberapa Prinsip Dasar Nasional Association for Media Literacy (2007),
yaitu:
1. Semua pesan media dibangun
2. Setiap media memiliki kararkteristik, kekuatan dan keunikan membangun bahasa yang
berbeda
3. Pesan media diproduksi untuk suatu tujuan
4. Semua pesan media berisi penanaman nilai dan tujuan yang ingin dicapai.
5. Manusia menggunakan kemampuan, keyakinan, dan pengalaman merekaa untuk
membangun arti pesan media
6. Media dan pesan dapat mempengaruhi keuakinan, dan pengalaman mereka untuk
membangun sendiri arti pesan media
Komunikasi massa adalah proses media massa mempengaruhi kehidupan kita sehari-hari
melalui pesan-pesan yang berisis informasi tentang cara kita atau orang lain memandang,
memahami dan membangun realitas dari sebuah dunia nyata. Komunikasi adalah dasar dari
kebudayaan kita. Orientasi budaya khalayak banyak sekali dipengaruhi oleh terpaan konten
media. Melalui pesan media kita banyak sekali mendapatkan pengetahuan tentang budaya baru,
bahkan sering kali budaya itu ditanamkan media massa dalam benak khalayak.
Misalnya dalam fashion dan mode yang setiap tahun trennya berubah, setiap kali ada
produk terbaru maka masyarakat ramai juga mengikuti model pakaian, rambut dan sebagainya.
Bagaimana mode kita bisa berubah? Tak lain merupakan hasil dari pengaruh konten media
yang kita dapatkan dari media massa, melalui aktivitas membaca surat kabar, mendengarkan
1
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
radio, menonton film dan televisi. Semua orang ingin meniru dan mengikuti perkembangan
kemajuan zaman, karena tidak ingin ketinggalan trend fashion.
Kondisi seperti ini dikemukakan Goffman (1979) bahwa iklan misalnya, merupakan
hyperritualized representations konten media yang disusun hanya menyoroti tindakan paling
bermakna saja. Iklan tersebut diedit sehingga hanya menyoroti tindakan yang paling bermakna
saja. Iklan yang menggunaka daya seksual wnita untuk menarik pria, tanpa sengaja dapat
mengajarkan atau mendorong perunjuk social yang memiliki dampak yang tidak sengaja,
namun serius (Baran, 2010:394).
Pada kondisi sini sering kali persepsi khalayak dibentuk oleh pesan media massa,
gambaran realita yang ditampilkan berita, iklan dan film kemudia membentuk persepsi
terhadap sebagian orang tentang cara dia memandang dunia nyata. Kondisi ini sesuai apa yang
dikemukakan Baran bahwa kebanyakan apa yang terjadi di otak kita tidak pernah disadari.
Walaupun aktivitas ini sering kali mempengaruhi ognitif lainnya. Kesadaran kita bertindak
sebagai pegawas tertinggi dari aktivitas kognitif ini, tetapi hanya mampu mengontrol secara
terbatas dan secara tidak langsung (Baran, 2010:311).
Apa yang mendasari pemikiran pentingnya literasi media? Ada beberapa poin penting daru
gerakan melek media (Baran & Davis, 2010:418-419):
1. Khalayak adalah aktif, tetapi mereka belum tentu sadar akan apa yang mereka lakukan
dengan media’
2. Kebutuhan, kesempatan, dan pilihan khalayak didororng secara tidak alamiah oleh akses
terhadap media dan konten media.
3. Konten media dapat secara implisit dan eksplisit memberikan tuntunan terhadap tindakan
4. Orang-orang harus secara reaalistis mengukur bagaimana interaksi mereaka dengan reks
media dapat menentukan tujuan bahwa interaksi tersebut mendukung mereka di dalam
lingkungan mereka.
5. Orang-orang memiliki tingkatan berbeda dalam pengolahan kognitif, dan hal ini dapat
secara radikal mempengaruhi bagaimana mereka menggunkan media dan apa yang gusa
mereka dapat dari media.
Pada surat kabar, Berelson(1965) menemukan bahwa banyak orang membaca karena
merasa hal itu berterima secara social, dan sebagian orang merasa bahwa surat kabar
merupakan hal yang tak tergantikan dalam mencari informasi mengenai berbafai persoalan
yang ada di dunia. Sebagian orang lain mencari bantuan untuk kehidupan sehari-hari mereka
dengan membaca materi berkenaan dengan mode, resep makanan, ramalan cuaca, maupun
informasi bermanfaat lainnya (Severin & Tankard, 2009:354). Televisi misalnya, dimana telah
2
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
3
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Christ & James (1998) mendefinisikan lirerasi media sebagai dampak yang ditimbulkan
pesan media, yaitu: sebagian besar konspetualisasi termasuk elemen-elemen berikut: yaitu
media dikontruksi dan mengontruksi realitas; media memiliki damoak komersial; media
memiliki dampak ideologis dan politis; bentuk serta kontennya terkait dengan masing-masing
medium, masing-masing memiliki elemen estetikam kode dan persetujuan yang unik; serta
khalayak menegosiasikan makna dalam media.
Baran & Dennis (2010) memandang literasi media sebagai suatu rangkaian gerakan melek
media, yaitu: gerakan melek media dirancang untuk meningkatkan control individu terhadap
media yang mereka gunakan untuk mengitim dan menerima pesan. Melek media dilihat sebagai
keterampilan yang dapat dikembangkan dan berada dalam sebuah rangkaian-kita tidak melek
media dalam semua situasi, setiap waktu dan terhdap semua media.
Lawrence Lessig memandang sebgaai kemaampuan individu dalam akticita nyaata ketika
berhubungan dengan media. Dia mengemukakan bahwa literasi media adalah kemampuan
untuk memahami, menganalisis dan mendekonstruksi pencitraan media. Kemampuan untuk
melakukan hal ini ditunjukkan agar pemirsa sebagai konsumen media (termasuk ank-anak)
menjadi sadar (melek) tentang cara media kontruksi (dibuat) dan diakses.
Tapio Varis mendefiniskan literasi media sebagai sarana dmokratisasi. Dia
mengemukakan bahwa: Media Literacy is the ability to communicate competenly in all media,
print and electronic, as well as to access, analyze ahd evaluate the powerful image, words and
sounds that make up our contemprorary mass media culture. These skills of media literacy are
assential dor our future as individuals and as members of a democratic society. Literasi media
adalah kemampuan itu untuk skomunikasikan dengan segenap kemampuan didalam semua
media, cetak dan elektronik, seperti gambar juga untuk mengakses, meneliti dang
mengevaluasi gambar-gambbaran, kata-kata, dan bunyi-bunyi yang membentuk kultur media
massa saat ini. Keterampilan-keterampilan dari ini literasi media penting bagi masa depan kita
sebagan bagian dari suatu masyarakat yang demokratis.
Culver, S., Hobbs, R. & Jensen, A. (2010) mengemukakan bahwa: However,media
literacy is distinct from simply using media and technology in the classroom, a distinction that
exemplified by the different between “ teaching with the media” amd “teaching with media”.
Bagaimana pun, pendidikan literasi media adalaga terpisah: jelas dari hanya menggunakan
media dan teknologi di dlaam kelas, suatu perbedaan yang memberikan contoh oleh perbedaan
antara “mengajar dengan media” dan “menagajar tentang media”.
2. Menurut isntitusi/lembaga literasi media, dianataranya:
4
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Definisi dari Aspen Media Literacy Leadership Institute (1992) bahwa: Media Literacy is
the ability to access, analyze, evaluate and create media in a variety of forms. Literasi media
adalah kemampuan itu untuk mengakses, meneiliti, mengevaluasi dan menciptakan media
didalam bermacam wujud-wujud. Hal ini terkait kemampuan tiap-tiap individu dalam
beragam tahapan aktivitas literasi media.
Committee of Public Education dalam pediatrics, menjelaskan bahwa: Media Literacy is
the study and analysis of mass media. Literas Media merupakan studi dan analisi mengenai
media massa. Dalam pandangan ini literasi media tidak lagi dipandang sekedar ativitas
kemampuan individual, tapi masuk dalam ranah kajian studi ilmiah komunikasi pada
perguruan tinggi.
Dalam perkembangannya literasi media kemudian menyenruh sebagai suatu kegiatan
terorganisir dalam bentuk pendidikan kepada masyarakat. CML (Center For Media Literacy)
kemudian menggunakan definisi yang diperluas: Media Literacy ia a 21 st century approach
to education. It provides a framework to access, analyze, evaluate, create and practice with
messages in a variety of forms—from print to video to the internet. Media Literacy builds an
understanding of the role of media in society as well as essential skills of inquiry and self-
expression necessary for citizens of a democracy.
Literasi media adalah suatu pendekatan abad ke-21 kepada pendidikan. Itu menyediakan
suatu kerangka untuk mengakses, meneliti, mengevalusi, menciptakan dan mengambil bagian
dengan pesan-pesan didalam bermacam wujud-wujud dari cetakan ke video sampai internet.
Media melek huruf membangun satu pemahaman peran dari media dalam keterampilan-
keterampilan masyarakat penting maupun dari pemeriksaan dan pernyataan diri (yang)
penting bagi para warganegara suatu demokrasi.
Pendekatan literasi media kini tidak hanya terbatas lagi pada kemampuan individu orang
dewasa atau sebatas kajian studi di perguruan tinggi, namun lebih jauh lagi mempersiapkan
generasi selanjutnya dalam aktivitas literasi media. Media Literacy Online Project B College
of Education University of Oregon at Eugene, mengemukakan bahwa: Media Literacy is
concerned with helping students develop an informed and ciritical understanding of the nature
of the mass media, the techniques used by them, and the impact of the techniques. More
spesifically, it is education that aims to increase students understanding and enyoyment of
how the media work, how they produce meaning, how they are organized, and how they
construct reality. Media literacy also aims provide students with the ability to create media
products.
5
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Literasi media mempunyai kaaitan dengan membantu para siswa mengembangkan satu
pemahaman kritis dan yang diberitahu sifat alami media massa, teknik-teknik yang digunakan
oleh mereka, dan dampak dari teknik-teknik. Lebih spesifik, itu adalah pendidikan bahawa
mengarahkan untuk meningkatkan pemahaman para siswa dan kesenangan dari bagaimana
media bekerja, bagaimana mereka membangun kenyataan. Media melek huruf juga tujuan-
tujuan untuk menyediakan para siswa dengan kemampuan itu untuk menciptakan produk-
produk media.
Dari definisi yang dikemukakan baik oleh para pakar komunikasi dan lembaga penggiat
literasi media, dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kurun waktu yang lama literasi media
yang terbatas hanya pada kajian studi di perguruan tinggi kini sudah bergerak lebih maju lebih
terorganisir/terlembaga dan generasi selanjutnya dalam menyentuh pada upaya
mempersiapkan kemampuan literasi media setiap individu di masa yang akan datang.
6
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
4. Kesadaran atas konten media sebagai sebuah teks yang memberikan pemahan kepada
budaya kita dan dari diri sendiri.
5. Pemahaman kesenangan, pemahaman dan apresiasi yang ditingkatkan terhadap konten
media.
Dari hal tersebut di atas dapat kita pahami bahwa literasi media merupakan sebuah
d\gerakan kesadaran melek media yang dilakukan khalayak media massa melalui pendekatan
proses penyampaian pesan media kepada konsumen media. Dengan mengetahui proses
tersebut, maka akan memberikan pemahaman tentang budaya yang ada dalam masyarakat
sebagai hasil proses komunikasi massa.
Sedangkan menurut Potter (1998) memperluas cakuoan kegiatan literasi media/ melek
media, yaitu:
1. Melek media adalah sebuah rangkaian, bukan pengelompokan.
2. Melek media perlu dikembangkan.
3. Melek media merupakan multidie=mensional, yaitu:
a. Kognitif, merujuk pada proses mental dan pemikirin.
b. Emosi, dimensi perasaan.
c. Estitika, kemampuan menikmati, memhami dan menghargai konten media secara
artistic.
4. Moral, kemampuan untuk mengungkapkan makna yang mendasari pesan.
5. Tujuan dari melek media adalah untuk memberikan kita lebih banyak control atas
penafsiran.
Dari apa yang dikemukakan di atas bahwa literasi media/ melek media bukanlah
pengelompokkan kegiatan, misalnya hanya focus serta terpisah-pisah pada satu kelompok
berdasarkan tingkatan sekolah, berdasarkan suku bangsa tertentu, atau hanya pada media massa
cetak atau elektronik.
Literasi media atau melek media harus mengembangkan kemampuan untuk
mengembangkan kemampuan khalayak baik secara intelek tual yaitu pendidikan literasi media
dalam emmahami pesan media yang khas.
Jelas bahwa literasi media atau melek media bukanlah pengetahuan atau pendidikan
tentang media semata, tetapi bergerak lebih jauh lagi yaitu melihat penaruh buruk yang dapat
ditimbulkan dari pesan-pesan media dan belajar mengantisipasinya.
Ahli komunikasi massa Art Silverbatt (2001) dalam Baran (2011: 32-35)
mengidentifikasikan tujuh elemen litersi media, kemudia ditambahkan saty elemen oleh
Stanley J.Baran sehingga menjadi delapan elemen literasi media, yakni:
7
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
8
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Word. Kesepakatan tersebut, seperti disampaikan Berteksmann dan AOL Time Warner (2002),
menyatakan bahwa literasi media mencakup:
1. Literasi teknologi; kemampuan memanfaatkan media baru seperti internet agar bisa
memiliki akses dan mengomunikasikan informasi secara efektif.
2. Literasi informaasi; kemampuan mengumpulkan, mengorganisasikan, menyaring =,
mengevaluasi dan membentuk opini berdasarkan hal-hal tadi.
3. Kreativitas media; kemampuan yang terus meningkat pada individu dimana pun berada
untuk membuat dan mendistribusikan isi kepada khalayak berapa pun ukuran khalayak.
4. Tanggung jawab dan kompetensi social; kompetensi untuk memperhitungkan
konsekuensi-konsekuensi publikasi secara on-line dan bertanggung jawan atas publikasi
tersebut, khususnya pada anak-anak.
Menurut Baran (2011:35) bahwa pengetahuan tentang konsumsi media membutuhkan
beberapa keaahlian:
1. Kemampuan dan keinginan keras untuk mengerti sebuah isi, memperhatikan, dan
menyaring gangguan.
2. Pemahaman dan penghargaan terhadap kekuatan pesan media
3. Kemampuan utnuk membedaakn reaksi alas an emosional ketika menanggapi isi dan
bertindak secara benar
4. Membangun harapan tinggi isi media
5. Ilmu pengetahuan tentang konvensi sebuah genre dan kemampuan untuk mengenali kapan
mereka sedang dicampur
6. Kemampuan untuk berpikir kritis tentang pesan di media, se-kredibel apa pun sumber
mereka.
7. Suatu pengetahuan tentang bahasa internal dari berbagai media dan kemampuan untuk
memahami efeknya, tidak peduli berapa rumitnya.
\Menurut Livingstone(2004) bahwa ada empat komponen literasi medoa yaitu: 1) Acces
(akses); 2) Analysis (analisis); 3) Evaluation (evaluasi); dan 4) Content Creation yang sama-
sama menyatu sebagai suatu skill-based (kemampuan dasar) melek media.
David Buckingham dalam Buku Media Education: Literacy, Learning, And Conteporary
Culture (2007) sudah sampai pada empat konsep utama yang terdiri dari: (1) Produksi; (2)
Bahasa; (3) Penyajian dan ; (4) Audience.
9
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB II
10
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
tahun 1997. Karena kurikulum ini bekerja keras untuk mencerminkan nilai-nilai dan prinsip-
prinsip daari suatu masyarakat yang domokratis.
Perkembangan literasi media di Negara-negara Eropa dalam beragam bentuk. Pendidikan
media mulai di perkenalkan dalam kurikulum pelajaran sekolah dasar di Finlandia tahun 1970
dan di sekolah menengah atas tahu 1977, namun bru serentak dilakukan pada sekitar tahun
1990-an. Di Negara Swedia baru dilaksanakan malai tahun 1980 dan di Denmark tahun 1970
dari kedua Negara itu pendidikan media dilibatkan secara menyeluruh pada sekitar tahun 1980
– 1990 sebagai pendidikan media secara bertahap berpindah dari sebagai suatu pendidikan
prilaku moral warga Negara menjadi pendidikan bagi murid-murid disekolah.
Dinegara Prancis sudah diperkenalkan pengajaran tentang studi film, namun hanya
terbatas pada kursus-kursus koferensi-koferensi dalam hal produksi media. Sedangkan Negara
Jerman telah dilakukan melalui penerbitan-penerbitan tulisan secara teoretis menyangkut
melek media antara tahun 1970-an – 1980-an, dengan suatu semakin banyaknya minat terhadap
pendidikan media didalam dan diluar system bidang pendidikan sekitar tahun 1980-1990-an.
Di Negara Belanda, pendidikan literasi media ditempatkan di dalam agenda pemerintahan
belanda pada tahun 2006 sebagai satu disiplin ilmu yang penting untuk buat masyarakat
Belanda.
Sejarah dari pendidikan media dari Rusia sendiri dimulai pada tahun 1920-an. Usaha-
usaha yang pertama untuk pendidikan media dalam media cetak, pers, dan film, dengan
penekanan ideology yang komunis. Pada akhir tahun 1905-an dan permulaan awal tahun 1960
merupakan era kebangkitan pendidikan media disekolah menenngah, universitas.
Perkembagan literasi media di belahan Amerika Utara, diawali dengan suatu pendekatan
melek media yang disusun sebagai suatu topic yang bahas pada tahun 1978 yang dibentuk
melalui Ontario-based association for literacy (AML). Sebelum masa itu, instruksi didalam
pendidikan media biasanya. Lapangan/bidang dari para guru dan pratiksi-pratiksi yang sifatnya
individu. Kanada adalah negeri yang pertama ni Amerika Utara yang melek media sebagai
kurikulum sekolah. Keberadaan pendidikan media dikanada yang terjadi sebagai akibat dari 2
hal. Pertama, perhatian terhadap penyebarnya budaya pop Amerika dan dipicu perlunya system
pendidikan untuk konteks paradigma-paradigma bidang pendidikan yang baru.
Pendidikan literasi media /melek media dinegara Amerika Serikat menjadi minat
tersendiri sejak tahun 1920-an ketika para guru menengah inggris Pertama memulai dengan
film untuk mengmbangkan pemikiran dan keahlian berkomunikasi siswa yang kritis.
Negara bagian Mortana (2004)telah mengembangkan standar bidang pendidikan melek
media terhadap para siswa yang diwajibkan bagi siswa kelas 4 dan 8. Demikian pula beberapa
11
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
sekolah distrik sudah mulai untuk mengembangkan kursus-kursus untuk analisis media dan
produksi.
Literasi media sebagai interdisiplin pengetahuan di dalam pendidikan media melek huruf
sedang muncul. Dalam tahun 2009, suatu jurnal yang ilmiah diluncurkan, jounal media literacy
education. Untuk mendukung pekerjaan dari sarjanah-sarjanah dan praktis-praktis dibidang ini.
Selain itu, pada tahun 2002 untuk pertama kalinya dilakukan penerapan literasi media
melalui jalur sekolah yang menjadi mata pelajaran tersendiri. Ujicoba ini dilaksanakan di SDN
percontohan johar baru 01 pagi Jakarta pusat oleh YKAL. Selanjutnya, yayasan pengembangan
media anak sejak 2006 hingga 2010 secara serius melakukan uji coba dan pengembangan
literasi media dengan dukungan UNICEF. Dalam uji coba tahun 2008, dilakukan evaluasi
program melalui pre and post-test yang dilakukan oleh Tim Jurusan Ilmu komunikasi
FISIPOLUniversitas Diponegoro.
3. Periode perkembangan lambat (2010- sekarang)
Tidak adanya forum ilmiah yang membahas masalah literasi media, barangkali menjadi
penyebab mengapa pemahaman terhadap konsep menjadi sangat beragam, dan hal ini kemudia
tercermin dalam program /kegiatan yang dilaksanakan oleh berbagai lembagai.
Hal lain yang cukup menarik adalah absennya perguruan tinggi dalam mengembangkan
isu ini. Program studi ilmu komunikasi tentunya memiliki relevansi yang tinggi untuk masalah
literasi media ini. Akibatnya, perkembangan literasi media di Indonesia terasa sangat lambat
baik dalam pemahaman konsep, ragam kegiatan, maupun cakupannya. Sementara itu, akses
anak-anak terhadap media menjadi semakin tinggi dan isi media tetap tidak aman dan tidak
sehat.
Oleh karena itu, Sudah saatnya berbagai instansi pemerintah melakukan langkah nyata
bagi perlindungan anak dari dampak media, mengotimalkan media sebagai salah satu sumber
belajar, dan berupaya mengurangi jumlah waktu yang digunakan untuk mengkonsumsi media
dengan menggantikannya dengan kegiatan lain yang lebih bermanfaat.
13
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
pengekangan kebebasan pers sejak orde baru menjadi bagian dari rendahnya partisipasi
public dalam memanfaatkan media massa sebagai media berdemokrasi.
Begitu pula ketika orde baru runtuh dan keran kebebasan pers dibuka seluas-luasnya, maka
ruang demokrasi di media menjadi lebih lepas kendali. Banyaknnya bermunculan yellow
paper menunjukkan respons terhadap kebebasan pers yang begitu luas. Masalahnya
khalayak mengalami suatu leapfrog (lompatan) yang sangat jauh dari suatu masyarakat
yang terkekang dengan demikrasi dalam media menjadi bermasalah karena lompatan yang
begitu jauh, sedangkan masyarakat belom disiapkan mengadapi perubahan demokrasi,
khususnya kebebasan dalam berekspresi di ruang media massa atau menanggapi akses dari
beragam konten media saat ini.
2. Konsumerisme Media
Ada kecenderungan sikap masyarakat Indonesia yang sangat konsumtif terhadap konten
media, sehingga mempengaruhi sikap kritis terhadap media. Bagaimana pun harus diakui
isu-isu penting dimasyarakat banyak dipengaruhi dari informasi yang diperoleh melalui
media namun tidak diimbangi dengan penyesuaian kebutuhan masyarakat akan media itu
sendiri. Pengaruh budaya pop pada generasi muda menunjukkan gaya hidup dari luar yang
didapatkan dari media. Terpaan media melalui iklan misalnya mempengaruhi fashion dan
mode dari masyarakat Indonesia, namun sedikit sekali waktu untuk memikirkan apa,
mengapa itu terjadi dan bagaimana menyikapi pesan-pesan media secara proporsional.
14
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
15
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB III
MEDIA MASSA
A. Media Massa dan Pers
Media massa atau biasa kita kenal dengan istilah Pers dimana mulai dipergunakan pada
tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media komunikasi massa yang secara khusus
didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Menurut Oemar Seno Adji, bahwa:
1. Pers dalam arti sempit, yaitu penyiaran-penyiaran pikiran, gagasan, atau berita-berita
dengan kata tertulis
2. Pers dalam arti luas, yaitu memasukkan di dalamnya semua media mass communications
yang memancarkan pikiran dan perasaan seseorang baik dengan kata-kata tertulis maupun
dengan lisan.
Menurut Kustadi Suhandang. Pers adalah seni atau ketrampilan mencari, mengumpulkan,
mengolah, menyusun, dan menyajikan berita tentang peristiwa yang terjadi sehari-hari secara
indah, dalam rangka memenuhi segala kebutuhan hati nurani khalayaknya.
Adapun karakteristik media massa (Cangara, 2010:126-127), antara lain:
1. Bersifat melembaga, artinya pihak yang mengelola media terdiri dari banyak orang, yakni
mulai dari pengumpulan, pengelolahan sampai pada pengajian informasi.
2. Bersifat satu arah, artinya komunikasi yang dilakukan kurang memungkinkan terjadinya
dialog antara pengirim dan penerima
3. Meluas dan serempak, artinya dapat mengatasi rintangan waktu dan jarak, larena ia
memiliki kecepatan.
4. Bersifat terbuka, artinya pesannya dapat diterima oleh siapa saja dan dimana saja tanpa
mengenal usia, jenis kelamin, dan suku bangsa.
B. Surat Kabar
Surat kabar/Koran merupakan media massa paling tua sebelum adanya film, radio dan
televisi. Sebagai media cetak kelebihan surat kabar adalah sebagai catatan tertulis yang mampu
merekam peristiwa/kejadian di masa lampau meskipun peristiwa itu sudah terjaadi beberpa
puluhan tahun yang lalu.
Rendahnya rasio orang Indonesia membaca Koran menjadi salah satu masalah
perkembangan surat kabar itu sendiri. Keberadaan radio dan televisi dengan varian berita yang
lebih atraktif dan menarik menyebabkan banyak orang menonton televisi untuk mendapatkan
berita actual.
16
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Meskipun begitu, saat ini surat kabar cetak juga berupa mentransformasikan dirinya
kedalam bentuk surat kabar online untuk menjangkau pengguna internet yang didominasi anak
muda.
C. Majalah
Keberadaan majalah di Indonesia dimulai pada masa menjelang dan awal kemerdekaan
Indonesia. Pada awal kemerdekaan, salah satu majalah bernama Revue Indonesia terbih di
bawah pimpinan Soemanang yang bertujuan untuk mengobarkan semangat perjuangan
melawan penjajah.
Salah satu kelebihan dari majalah yaitu untuk membentuk dan mempengaruhi budaya
masyarakat. Tidak seperti surat kabar, majalah merupakan yang paling tidak terikat pada
wilayah gregrafis tertentu, tetapi bukan berpusat pada kepentingan atau ceruk.
Majalah tidak hanya jeli dalam melihat segmentasi khalayak namun juga mampu secra
mendalam menjadi bagian dari khalayak itu sendiri. Cerita dimajalah lebih dari sekedar berita
surat kabar tetapi juga bukan kisah novel, namun perpaduan keduanya.
Seperti halnya dengan surat kabar cetak yang melakukan konvergensi ke surat kabar
online, maka majalah pun melakukan hal yang demikian dengan melakukan konvergensi ke
majalan online dengan istilah Webzine (majalah web) dimana sebagian besarb majalah kini
menawarkan fitur khusu yang tidak tersedia bagi pembaca majalah mereka.
D. Radio
Sejarah awal radio dimulai ketika Guglielmo Marconi menemukan alat yang mampu
mengirimkan sinyal melalui udara secara nirkabel (tanpa kabel). Seperti halnya media massa
lainnya, teknologi radio menjadi sebuah media penyiaran melalui berbagai perkemabngan
teknologi komunikasi.
Pasang surut perkembangan penyiaran di Indonesia juga mempengaruhi kegiatan
penyiaran radio itu sendiri. Hingga saat ini sudah banyak siaran radio swasta yang ada di
Indonesia, bahkan radio komunitas local berbahasa daerah juga ada.
Perubahan teknologi pada komunikasi juga membawa perubahan pada teknologi
penyiaran radio. Keberadaan internet dalam dunia penyiaran radio di satu sisi membawa
damppak positif bagi pengguna karena kualitas dan kemudahan yang ada, namun di satu sisi
membawa masalah yang terkait dengan piracy (pembajakan). Meskipun begitu masalah
industry rekaman dengan pengguna saat ini masih menjadi persoalan yang terus diperdebatkan.
17
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
E. Film
Pada awalnya film di putar di bioskop, namun kehadiran televisi membawa pengaruh yang
cukup besar terhadap perubahan khalayak. Kecenderungan orang lebih senang menonton di
rumah, karena selain praktis juga tidak perlu membayar.
Menurut Baran (2010:216) bahwa ada tiga komponen penting dalam industry film di AS
yakni: (1) produksi film, (2) distribusi film, (3) pemutaran film.
F. Televisi
Siaran Televisi pertama di Indonesia ditayangkan TVRI pada tanggal 17 Agusus 1962
dengan peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia. Televisi mampu menjangkau
daerah-daerah yang jauh secara geografis, ia juga hadir di ruang-ruang public hingga ruang
yang sangat pribadi.
Saat ini selain televisi terrestrial juga sudah ada televisi berlangganan yang dapat
dinikmati penonton. Meskipun dari segi kualitas televisi digital menjanjikan, namun
hambatannya adalah dibutuhkannya pesawat televisi spesifikasi baru yang memiliki perangkat
untuk mendekoding sinyal digital.
Selain perkembangan digitalisasi siara TV yng sederhana dilakukan, salah satu upaya
televisi menjangkau khalayak dengan menggunakan teknologi streaming video melalui
internet. Keberadaan internet bagi lembaga penyiaran televisi memberi kemudahan dalam
menjangkau pemirsa di media online.
18
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB IV
PERUBAHAN MEDIA
B. Internet
Apa yang dikemukakan Mc Luhan itu terbukti benar dengan kehadiran internet dewasa ini
hampir mendominasikan seluruh kegiatan manusia, bahkan internet bukan hanya tempat
mencari informasi tetapi kini menjadi sumber pendapatan baik individu atau lembaga.
Internet sendiri merupakan suatu network (jaringan) yang menghubungkan setiap
computer yang ada didunoa dan membentuk suatu komunitas maya yang dikenal sebagai
global village (desa global)
Perbedaan khas internet dengan media msaa lainnya adalah Interactivity I (interaktivitas)
yaitu kesempatan untuk berpartisipasi bagi pengguma media dengan media itu sendiri.
C. Jejaring Sosial
Salah satu bentuk dari keberadaan New Media adalah fenomena munculnya Sosial
Network (jejaring social). Ada banyak jejaring social, namun kali ini hanya beberapa saja
jejaring social yang cukup familiar antara lain: facebook, twitter, dan youtube.
1. Facebook
Didirikan oleh Mark Zuckerberg bersama mahasiswanya Eduardp Saverin, Dustin
Moskovitsz, dan Chris Hughes.
19
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Facebook telah menghadapi berbagai kontroversi. Situs ini dilarang di berbagai Negara di
dunia. Selain itu, facebook juga dilarang di beberapa perkantoran untuk mencegah karyawan
membuang-buang waktu.
2. Twitter
Ide twitter muncul dari sebuah diskusi yang diselenggarakan oleh anggota dewan dari
podcasting perusahaan Odeo. Pengguna media dapat menggunkan twitter sebagai sarana untuk
menciptakan konten media dengan memanfaatkan fitur-fitur yang ada didalamnya.
Di Indonesia, twitter sangat popular. Terlebih lagi, kemudahan yang disedaiakan oleh
telepon seluker yang ada serta aplikasi yang mendukung. Namun, beberapa pengguna meras
“terlalu” terhubungn, karena mereka selalu merima oesan yang tidak relevan dengan kebutuhan
mereka.
3. You Tube
You Tube adalah sebuah situs web video sharing (berbagi video) popular dimana para
pengguma dapat memuat, menonton, dan bebagi klip video secara gratis.
You Tube memungkinkan siapa saja dengan koneksi internet untuk mengunggah video
dan penonton dari seluruh penjuru dunia karena menikamtinya hanya beberapa menit.
20
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB V
KONTEN MEDIA
A. Berita
Berita berasal dari bahasa sansekerta Vrit yang berarti “ada” atau “terjadi”, namun dapat
pula dikatakan Vritta artinya “kejadian yang telah terjadi”. Berita sendiri berbeda menurut
media massa, bila berita itu dimuat dalam media cetak Koran dan majalah, maka ciri khasnya
tersendiri yang lebih menekankan pada kekuatan headline (judul) berita, kepadatan informasi
dalam bagan piramida terbalik, penempatan berita di halaman depan atau belakang, berita
dengan foto atau tanpa foto, berita di halaman bewarna atau tidak bewarna.
Menurut Suhandang (2010:115-130) bahwa keseluruhan bangunan naskah berita (surat
kabar) terdiri atas tiga unsur, yaitu:
1. Headline, merupakan intisari berita
2. Lead, selaku sari dari beritanya, merupakan kalaporan singkat yang bersifat klimaks dari
peristiwa yang di lporkan.
3. Body, pada bagian ini kita jumpai keterangan rinci dan dapat melengkapi serta
memperjelas fakta atau data yang disuguhkan.
Pada siaran berita televisi selain memainkan kekuatan audio seperti radio, maka dengaan
menggabungkan gambarv bergerak baik secra live (langsung) atau record (rekaman) membuat
penonton televisi seolah-olah ada dan hadir melihat ketika peristiwa itu terjadi.
B. Iklan
Istilah iklan bersal dari bahasa Inggris yaitu kata Advertising yang menunjukkan suatu
proses atau kegiatan komuniksi yang melibatkan suatu proses atau kegiatan komunikasi yang
melibatkan sponsor atau orang yang memasang iklan (advertiser).
Pada awalnya iklan terbatas hanya pada media cetak, namun seiring dengan
perkembangan teknologi informasi iklan juga memasuki media penyiaraan seperti radio dan
Televisi. Iklan mempengaruhi minat beli konsumen dalam tindkan dan keyakinannya akan
merek produk yang ditawarkan perusahaan.
21
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
C. Karikatur
Karikatur adalah gambar atau penggambaran suatu objek konkret dengan cara melebih-
lebihkan ciri khas objek tersebut. Karikatur dibedakan ari kartun, karena karikatur tidak
membentuk carita sebgaimana kartun, namun karikatur dapat menjadi unsur dalam kartun,
misalnya dalam kartun editorial (Suprana, J, 2009:14-15)
Karikatur ditempat berdampingan dengan tajuk rencana dan merefleksikan pandangan
redaksi surat kabar atau suatu isu yang actual.
Orang atau masyarakat lebih menyukai informasi bergambar jika dibandingkan dengan
berbentuk tulisan, karena melihat gambar jauh lebih mudah dan sederhana.
Karikatur merupakan salah satu bentuk karya komunikasi visual yang efekif dan mengena
dalam penyaampain pesan maupun kritik sosial.
Periodesasi kartun di Indonesia oleh Waluyanto (2000) terbagi beberapa periode yaitu: 1)
Orde Lama; 2) Orde Baru; dan 3) Orde Reformasi sebagai akibat dari situasi politik pada masa
itu.
Jadi untuk memahami makna di balik suatu karikatur adalah menghubungkan dengan
konteks situasi dimana sebuah era jarikatur iru dibuat, untuk mendapatkan pemahaman maksud
di balik ide karikaturis itu.
D. Fotografi
Kata fotografi diambil dari bahasa Yunani, yaitu kata Fotos yang berarti sinar atau cahaya,
dan Grafos yang berarti gambar atau proses pengambilan gambar dan cahaya pada film.
Sehingga dapat dikatakan fotografi itu sebenarnya merupakan aktivitas “melukis dengan
cahaya”.
Prinsip kerja kamera dalam karya fotografi sama dengan cara kerja mata manusia. Di mana
mata memiliki lensa yang menerima pantulan cahaya dari atu objek tertentu melalui ingatan
atau memori.
Istilah fotografi pertama kali di gunakan oleh Sir John Herschel (1893), melalui sebuah
lensa yang dapat menghasilkan bayangan nyata dan tertangkap oleh film (plastic transparan
yang dilapisi emulsi).
Fotografi merupakan alat visual efektif yang menampilkan gambar suatu objek secara
konkret dan akurat, selain itu juga dapat mengatasi ruang dan wakti yang dapat disimpan selam
berpuluh-puluhan tahun meski sang pembuatnya sudah tiada. Banyak rekaman sejarah yang
didokumentasikan melalui foto sekaligus dijadikan refrensi ilmiah dalam penelitian.
22
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Ketika kita memotret sesuatu objek, kita mengenal sudut pengambilan (angle). Pada saat
kita memotret dengan “low angle” misalnya, maka panorama yang tampak akan berbeda
dengan ketika memakai “high angle”.
Meski foto sebagai informasi visual yang mampu merekam kejadian dilapangan, namun
juga dapat direkayasa untuk menciptakan efek tertentu.
E. Film
Sejarah film tidak terlepas dari sejarah fotografi. Dan sejarah fotografi tidak lepas dari
peralatan pendukungnya, seperti kamera. Kamera pertama di dunia ditemukan oleh sorang
iluan Muslim, Ibnu Haitham. Fisikawan ini pertama kali menemukan kammera Obscura
dengan dasar kajian ilmu optic menggunakan bantuan energy cahaya matahari.
Dalam konteks khusus film diartikan sebagai lakon hidup atau gambar gerak yag biasanya
juga disimpen dalam media seluloid tipis dalam bentuk gambar negatif. Meskipun kini film
bukan hanya dapat disimpan dalam media selaput seluloid saja,. Film dapat juga disimpan dan
diputar kembali dalam media digital.
Film dapat dibagi berdasarkan:
1. Berdasarkan cerita, film dapat dibedakan antara film fiksi dan nonfiksi
2. Kemudian berdasarkan orientasi pembuatannya, film dapat digolongkan dalam film
komersial dan nonkomersial
3. Berdasarkan genre film
Sebuah film sebenarnya diambil gambar secara adegan per adegan, dan adegan diambil
gambar secara shot demi shot. Meskipun menggunakan banyak camera, sutradara bisa saja
membutuhkan banyak take untuk hasil yang maksimal.
23
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB VI
24
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Framing sebenarnya suatu gambaran dari pembingkai pesan yang diberi makna sehingga
timbul makna baru dari pesan. Merupakan metode penyajian realitas di mana kebenaran
tentang suatu kejadian tidak diingkari secara total, melainkan dibelokkan secara halus, dengan
memberikan penonjolan terhadap aspek-aspek tertentu, dengan menggunakan istilah-istilah
yang punya konotasi tertentu, dan dengan bantuan foto, karikatur, dan alat ilustrasi lainnya (
Sudibyo, 2001:186).
Teknik framing dalam pembuatan konten media sangat membantu bagi setiap orang yang
ingn berpatisipasi secara mandiri dalam membuat konten media, diamana dia memiliki ide,
gagasan yang sebenarnya penting namun belum diangkat oleh media mana pun.
3. Semiotika
Semiotika merupakan pengetahuan tentang segala sesuaatu yang berhubungan dengan
tanda menyangkutkan penggunanya, fungsinya dan hubungan antara tanda yang satu dengan
yang lain.
Semiotika akan sangat berguna bagi para pembuat konten media agar suatu pesan dapat
ditangkap maknanya secara jelas dan tidak kabur, pesannya sampai =, akan tetapi juga tetap
saja menarik dan menimbulkan rasa simpati.
25
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB VII
PERSAINGAN MEDIA
26
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB VIII
SURAT KABAR
27
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
2. Rekayasa Foto
Maka pada rekayasa foto merupakan bentuk yang lebih ekstrem selain menunjukkan
keberpihakan sikap pada posisi tertentu namun juga dapat menciptakan meaning (makna) baru
yang melakukan perubahan total sehingga perspektif orang yang memperoleh message (pesan)
tersebut yakni khalayak dapat sangat jauh bergeser.
Dalam sejarahnya ada banyak bentuk-bentuk rekayasa foto yang berhasil menciptakan
makna dan pesan baru, contohnya:
a. Jenderal Blair dalam Civil War (Perang Saudara) AS
b. Leon Trotsky dan Lev Kamenev Revolusi Rusia
c. Mary Ann dan Jeffrey Miller dalam Demo Vietnam
Apa yang harus dilakukan khalayak dalam menanggapi bias dan rekayasa yang dapat
ditemukan dalam foto? Ada baiknya jika khalayak mempertajam dan mengasah apa yang
disebut: AktivitasMembaca Foto yaitu kemampuan membaca makna di balik suatu foto.
Menghubungkan antara realitas yang ditampilkan oleh foto dengan lanjutannya, lainnya
sangat penting bagi khalayak agar mendapatkan gambaran secara utuh pesan sesungguhnya
dari foto yang ditampilkan.
28
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB IX
TAYANGAN TELEVISI
29
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Efek buruk adalah selain berdampak pada kerusakan kognitif masyarakat , terutama anak-
anak, bahaya terbesar dari tayangan mistik dan tahayul adalah pada kerusakan sikap dan
perilaku.
30
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
5. Social System, yaitu pengaruh ideology dari system social di mana gatekeeper berada,
berupa system formal dari makna, nilai, dan kepercayaan, sejumlah hal yang bisa
dikatakan sebagai cara memandang dunia
31
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB X
ANTARA LELUCON DAN REALITA
32
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
33
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB XI
PENYALAHGUNAAN JEJARING SOSIAL
34
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
1. Front Stage (panggung depan), merupakan wilayah dimana individu akan menampilkan
perannya secara formal sebagai seorang actor yang berada di “panggung depan”
pertunjukkan.
2. Back Stage (panggung belakang), merupakan wilayah dimana individu mempersiapkan
dirinya sebelum tampil di “panggung depan”. Tempat dimana actor merias diri, berlatih
untuk mempersiapkan penampilannya.
Goffman mengasumsikan bahwa ketika orang-orang berinteraksi, mereka ingin
menyajikan suatu gambaran diri yang akan di terima orang lain. Untuk menimbulkan kesan
tertentu, seseorang akan mempresentasikan dirinya dengan atribut, ataubtindakan tertentu,
termasuk pakaian, tempat tinggal, perobatan, rumah tangga, cara berjalan, gaya berbicara, dan
sebagainya (Kuswarno, 2009:116).
Dalam kasus-kasus penculikan dan penipuan di facebook bahwa penciptaan manajemen
kesan seorang penjahat sebagai actor cukup berhasil untuk mempengaruhi korban, karena dia
mampu membuat kesan yan menarik dan dapat di percaya.
Akun profil yang ditampilkan itu sesungguhnya merupakan Front Stage (panggung depan)
sedangkan Back Stage (penggung belakang) tidak seperti.
Bagaimana agar tidak tertipu? Maka kita tidak hanya boleh mengenal “panggung depan”
yang dimilikinya (foto profil, status, tempilan) tetapi kita juga harus mengetahui “panggung
belakang” yang dimilikinya. Jika tidak jelas lebih baik diabaikan saja.
35
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB XII
PORNOGRAFI DI INTERNET
A. Pornografi
Pornografi dari bahasa Yunani secara harfiah tulisan tentang atau gambar tentang pelacur
(kadang kala juga di singkat menjadi “porn, “pron”, atau “porno”) adalah penggambaran tubuh
manusia tau perilaku seksual manusia secara terbuka (eksplisit). Dapat dikatakan, pornografi
adalah bentuk ekstrem/vulgar dari erotika. Erotika sendiri adalah penjabaran fisik dari konsep-
konsep erotisme.
Menurut Bungin (2006:341-345) bahwa kemajuan teknologi komunikasi terus
berkemabang, maka konsep pornografi juga telah bergeser dan berkembang. Dalam wacana
porno atau penggambaran tindakan pencabulan (pornografi) kontemporer ada beberapa varian
pemahaman porno yang dapat dikonseptualisasikan, antara lain:
1. Pornografi, yaitu gambar-gambar perilaku pencabulan yang lebih banyak menonjolkan
tubuh dan alat kelamin manusia. Sifatnya yang seronok, jorok, vulgar, membuat orang
yang melihatnya terangsang secara seksual.
2. Pornoteks, yaitu karya pencabulan yang ditulis sebagai naskah cerita-cerita atau berita
dalam berbagai versi hubungan seksual dalam bentuk narasi, kontruksi cerita, testimonial,
atau pengalaman pribadi secara vulgar, termasuk pula cerita-cerita buku komik, sehingga
pembaca meras seakan-akan menyaksikan sendiri, mengalami atau melakukan sendri
hubungan seks itu.
3. Pornosuara, suara atau tuturan, kata-kata dan kalimat-kalimat yang diucapkan seseorang
yang langsung atau tidak lansung bahkan secara vulgar melakukan rayuan seksual, suara
atau tuturan objek seksual atau aktivitas seksual
4. Pornoaksi, yaitu penggambaran aksi, gerakan, lenggokan, liukan tubuh, penonjolan
bagian-bagian yang dominan memberi rangsangan seksual sampai dengan aksi
mempertontonkan payudaran dan alat vital yang tidak disengaja atau disengaja untuk
membangkitkan nafsu seksual bagi yang melihatnya
5. Porno media, dalam konteks media massa, pornografi, pornoteks, pornosuara, dan porno
aksi menjadi bagian yang saling terhubung. Dalam konteks pornografi (cetak-visual)
memiliki kedekatan dengan pornoteks, karena gambar dan teks disatukan delam media.
Sedangkan pornoaksi dapat bersamaan muncul dengan pornografi (elektronik) karena
ditayangkan di televisi
36
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Keberadaan pornografi sudah sejak lama ada pada dimdimh-dinding lukisan, misalnya
pamphlet dan brosur yang melukiskan gambar-gambar seronok. Sedangkan pada pornoteks
dapat dijumpai pada novel-novel picisan yang mengumbar kata-kata birahi, dengan
menggunakan narasi untuk membawa pembaca dalam alam seks. Sedangkan pornoaksi dapat
dijumpai misalnya dengan goyangan lekuk tubuh yang sangat mengandung birahi. Pornomedia
terjadi di media massa merupakan gabungan dari konsep porno sebelumnya yang di media
terkesan ditampilkan terang-terangan atau samar-samar.
B. Pornografi di Internet
Dengan munculnya internet, pornografi pun semakin mudah di dapat. Karena sifatnya
internasional, internet memberikan sarana yang mudah kepada konsumen yang tinggal di
Negara-negara di mana keberadaan pornografi dilarang sama sekali oleh hokum, atau setidak-
tidaknya mereka mudah mendapatkan bahan-bahan seperti itu dari Negara-negara lain dimana
pornografi legal atau mengakibatkan tuntunan hukum.
Kementrian Komunikasi dan Informatika (Komenkominfo) telah mencatat bahwa saat ini
banyak situs porno yang dapat fiakses pengguna internet oleh karena keberadaan situs porno
itu seperti deret ukur dan deret hitung, jika 100 situs porno diblokir maka akan muncul 1.000,
jika diblokir 1.000 makan akan muncul 10.000 dan seterusnya.
Salah satu cara yang dilakukan pemerintah saat ini adalah dengan melakukan pemblokiran
keyword (kata kunci) “pornografi” pada search engine seperti google atau yahoo.
Teknologi internet selalu memiliki celah untuk dapat ditembus oleh para pembuat konten
situs porno yang memahami teknologi ini.
Dampak yang paling berbahaya adalah pada anak-anak yang tanpa sengaja mendapatkan
informasi dari website kita melakukan surfing atau mendapatkan kiriman email berisi konten
pornografi, juga ketika melakukan chatting (diskusi) di jejaring social tanpa disengaja
mendapatkan kiriman link (jaringan) konten porno.
Sebagai tambahan, anda dapata menggunkan software antri porno lainnya, seperti:
1. Anti Porn. Software ini dapat memblokir situs, konten, atau gambar porno
2. Naomi. Software ini dapat memblokir situs porno, jika kita membuka istus porno, maka
akan secara otomtis broswerkita akan menutup.
3. Netdog. Softeare ini tidak seperti Naoimi ysng menutup browser saat kita membuka situs
porno. Kita dapat menambahkan keyword atau url situs porno pada software kita sebagai
database tambahan.
37
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Beberapa upaya penting yang harus dilakukan adalah penegakan hokum atau regulasi
terhadap penyedian konten porno di internet. Demikian pula teknologi software yang memfilter
konten porno di internet harus terus dikembangkan dan lebih maju agar dapat mengantisipasi
perubahan teknologi yang memungkinkan para penyedia konten porno di internet dapat ebih
mudak meyediakan akses kepada pengguna internet.
38
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
BAB XIII
PARTISIPASI KHALAYAK TERHADAP MEDIA
39
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Dalam konteks literasi media di mana salah satu kemampuan literasi media adalah
kesempatan yang dimiliki oleh khalayak dalam memanfaatkan akses terhadap media, namun
kadangkala sedikit orang yang mengetahui bahwa ada ruang untuk menggunakan ases tersebut
melalui press release , dan kalau pun diketahui secara teknis masih ada pula yang belum
memahami cara membuat dan mengirim konten press release ke media massa.
Ada beberapa hal penting yang terkait dengan penulisan dan pengiriman press release,
seperti disebutkan Zuhdi (2011:134-135) bahwa penulisan Press Release harus memperhatikan
hal-hal sebagai berikut:
1. Press Release ditulis dengan singkat, padat, dan jelas. Jangn terlalu panjang dan jangan
pula terlalu pendek.
2. Informasi dalam press release jawab terhadap unsur-unsur 5W+1H (what, when, where,
who, why, how).
3. Jika diperlukan lengkapi press release itu dengan ilustrasi foto, gambar, grafik, table, data,
dan sebagainya.
4. Supaya press release bener-bener resmi, tulislah press release dengan kertas yang
memiliki kop surat.
5. Di bagian paling bawahtuliskan nama terang dan jabatan orang yang bertanggung jawab
terhadap isi press release, serta bubuhkan tanda tangan.
6. Bila press release bersal dari perorangan (bukan lembaga) seperti artis, seniman dan
sebagainya sertakan fotokopi (missal KTP) dan bubuhkan tanda tangan.
7. Agar data dalam press release lebih kaya, press release dapat dilampiri dengan bahan-
bahan yang mendukung.
Dalam hal pengirimiman press release seyogianya memperhatikan hal-hal berikut:
1. Semakin actual informasi semakin penting nilai berita bagi media massa
2. Rilis dapat dikirimkan melalui kurir pos atau antar langsung di meja redaksi dan mintalah
tanda bukti penerimaan rilis
3. Jika peristiwa itu terjadi hari itu, kirimkan juga pada hari itu.
4. Minta lah nomor telepon kantor atau orang di bagian redaksi yang dapat dihubungi
5. Konfirmasi ulang ke redaksi media massa yang bersangkutan apakah press release sudah
diterima dan kapan dimuat.
Perkembanga teknologi internet menciptakan berbagai diversifikasi teknologi transmisi,
antara lain email. Lewat email, kita dapat mentransfer pesan-pesan secara cepat ke berbagai
tempat di dunia (Bungin, 2009:127).
40
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
Membuat berita bukanlah sekedar menulis biasa, melainkan kerja jurnalistik. Sehingga
diperlukan bakal pengetahuan yang sangat penting mengenai unsur-unsur berita itu sendiri,
syarat pemberitaan, Erika, dan jurnalistik serta peraturan perundang-undangan yang mengatur
tentang Pers dan Penyiaran.
Salah satu cara yang dapat dilakukan bergabung dengan beberapa asosiasi jurnalisme
pewarta online, untuk mendapatkan legalitas formal.
Meski sebenarnya banyak cara dalam pelaporan jurnalisme warga dengan menggunakan
media online, pada kesemopatan ini penulis berbagi caar dalam hal memberitakan informasi
kepada public dalam media online:
1. Create News (Membuat Berita)
Di media massa penulisan berita dilakukan dengan mengikuti kaidah jurnalistik. Menurut
Suhandang (2010: 115-137) bahwa berita disajikan dengan kontruksi tertentu, dalam hal ini
keseluruhan bangunan naskah berita terdiri atas tiga unsur, yaitu:
Headline (judul berita), merupakan intisaro berita yang idbuat dalam satu atau dua kalimat
pendek, tapi cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa dan dibuat menarik agar
menggugah pembaca
Lead (teras berita), merupakan sari dari berita yang melaporkan secara singkat yang
bersifat klimaks dari peristiwa yang dilaporkan dan dalam lead memuat unsur-unsur berita
5W+ 1H.
Body (kelengkapan berita), semua keterangan secara rinci dan dapat melengkapi serta
memperjelas fakta atau data yang disuguhkan, pada lead seringkali disebut sebagai sisa
berita dan cara penyajiannya dibuat menarik.
Masih banyak hal yang berkaitan dengan pemberitaan, untuk itu di perlukan kemamuan
mempelajari pengetahuan jurnalistik lebih lanjut.
42
Ilmu Komunikasi Universitas Buddhi Dharma
kontruksi berita dan unsur-unsur berita sudah lengkap, data pendukung sudah tersedia seperti:
ilustrasi, table, foto atau video.
Pemsangan data pendukung tersebut juga terkait dengan layout (tata letak) antara berita
dengan komponen lain agar terlihat menarik dan mudah bagi pembaca. Selanjutnya hal yang
palin penting yaitu mempertimbangkan akses dampak dari suatu berita yang akan
dipublikasikan. Fungsi penjaga gawang (gatekeeper) jurnalisme harus bekerja pada setiap
individu ketika melakukan aktivitas jurnalisme online.
3. Share News (Berbagi Berita)
Salah satu cara paling mudah yang dilakukan, bagi mereka yang kurang memiliki
kemampuan jurnalistik tetapi mendapatkan informasi penting yang patut diketahui public
adalah dengan berbagi berita. Berbagi berita merupakan salah satu proses jurnalistik. Saat ini
bagi mereka menggunakan jejaring social seperti facebook dan twitter dapat berbagi berita
kepada public dengan share berita-berita yang kita baca dari media surat kabar online atau
stasiun televisi yang menayangkan video live streaming.
Kegiatan berbagi dengan men-share status facebook mem-follow twitter, dan men-tag dari
informasi penting atau mengupload video You Tube dan membagikannya kepada public
merupakan bagian-bagian penting yang sebenarnya ada dalam kerja jurnalistik. Hal ini dapat
dilakukan ketika anda meras kurang memiliki keahlian jurnalistik namun ingin berbagi
informasi penting dengan orang lain atau anda kurang memiliki waaktu untuk membuat berita.
Selai itu, biasanya dalam jejaring social seperti facebook dan twitter terkendala oleh ruang
untuk menyampaikan berita secara utuh. Misalnya saja twitter dengan kapasitas maksimal 140
karakter tidak mungkin menulis berita dalam bentuk yang untuh menampilkan headline, lead
dan body berita. Hal yang dapat dilakukan hanyalah dengan menuliskan judul berita media
massa atau artikel blog dan mem-follow sumber berita yang dimaksud.
Hanya saja yang penting diketahuo adalah bahwa yang kita bbagikan itu adalah berita
yang benar-benar bermanfaat, bukan hoax (kabar bohong), fitnah dan menyingging SARA.
Salah satu tanggung jawab kegiatan jurnalistik adalah kemampuan menyaring informasi yaitu
memilih dan memiliah informasi yang dapat diberitakan dan tidak diberitakan. Bai para citizen
journalist wajib memilih dan memilaj informasi yang layak diinformasukan dan tidak.
Kepemilikan jejaring social facebook, twitter dan sebagainya bersifat individu, artinya
setiappemilik akun berhak untuk mengatur share informasi dari akun lainnya, kita dapat
membolehkan atau tidak membolehkan informasi yang dibagikan oleh orang lain dalam akun
yang dimiliki.
43