Anda di halaman 1dari 29

A.

LATAR BELAKANG

Isu gender sesungguhnya telah masuk dalam pelataran diskursus akademik


di Indonesia sejak tahun 90-an hingga sekarang. Namun demikian, isu dan
persoalan gender nampaknya belum menjadi perhatian penting bagi semua
kalangan. Banyak orang menilai bahwa, yang mayoritasnya beragama islam
menolak wancana dianggap berasal dari barat tersebut1. Sikap masyarakat
terhadap isu gender, dapat dikelompokkan menjadi tiga; pertama, kelompok
yang menerima ide-ide barat secara utuh tanpa menolak reservasi, termasuk
isu gender ; kedua, kelompok yang menolak ide-ide Barat karena dianggap
hegemoniknya ; ketiga, kelompok yang mengakomodasi ide-ide yang berasal
dari barat namun dengan penuh reservasi, baik reservasi keagamaan maupun
sosio-kultural.
Dalam era modernisasi keadilan suatu kesetraan antara kaum laki-laki dan
perempuan sangat diperlukan, Apalagi dalam suatu negara demokrasi,
fenomena ini sudah tertera dalam Garis-garis Besar Haluan Negara RI 1999
sebetulnya telah memperhatikan keadilan gender dalam pembangunan.Sebagai
refleksi dari GBHN 1999 ini, Undang-Undang pemilu No. 12 tahun 2003
dengan jelas menyebutkan bahwa komposisi anggota parlemen yang
dicalonkan sekurang-kurangnya 30% dari perempuan. (Azyumardi Azra,2004)
Isu gender ini menarik untuk dihubungkan dengan suatu peran organisasi
di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang karena adanya Organisasi ini yang
dianggap sebagai wadah dalam aspirasi baik mahasiswa atau mahasiswi yang
ikut aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Namun apakah semua organisasi
di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang menerapkan sistem kesetaraan gender
ini atau tidak? Masalah ini perlu untuk diamati agar jelas akan penting atau
tidaknya suatu keesetaraan gender tersebut.

1
Sumbulah, Umi. 2008. Spektrum Gender Kilasan Inklusi Gender di Perguruan Tinggi.
Malang:UIN-MALANG PRESS

1|Keadilan dan Kesetaraan Gender


B. Rumusan Masalah :

1. Apa pengertian dari kesetaraan gender?


2. Bagaimana pandangan Islam dengan adanya kesetaraan gender?
3. Bagaimana wujud kesetaraan gender di Indonesia?
4. Bagaimana peranan suatu organisasi (HTI,HMI,KAMMI,PMII) dalam
masalah keadilan dan kesetaraan gender?

C. Tujuan :

1. Memahami apa itu Keseteraan gender


2. Mengetahui kesetaraan gender dalam pandangan islam
3. Mengetahui beberapa wujud kesetaraan gender yang terjadi di Indonesia.
4. Mengetahui suatu peranan suatu organisasi dalam keadilan dan kesetaraan
gender

2|Keadilan dan Kesetaraan Gender


D. Kajian Pustaka

1) Pengertian Gender

Istilah gender dibedakan dari istilah Seks. Ann Oakley, ahli sosiologi
Inggris, merupakan orang yang mula-mula memberikan pembedaan dua
istilah itu (Saptari & Halzner, 1997 : 89). Istilah gender merujuk kepada
perbedaan karakter laki-laki dan perempuan berdasarkan konstruksi sosial
budaya, yang berkaitan dengan sifat, status, posisi, dan perannya dalam
masyarakat. Istilah seks merujuk kepada perbedaan jenis kelamin laki-laki
dan perempuan secara biologis terutama yang terkait dengan prokreasi dan
reproduksi. Laki-laki dicirikan dengan adanya sperma dan penis serta
perempuan dicirikan dengan adanya sel telur, rahim, vagina, dan payudara.
Ciri jenis kelamin secara biologis tersebut bersifat bawaan, permanen, dan
tidak dapat dipertukarkan (Susilaningsih, 2004 : 11).
Istilah feminisme (gender) telah banyak menjadi bahan perdebatan
serius di kalangan pemikir postmodernis. Feminisme adalah merupakan
pemikir postmodernis. Feminisme merupakan suatu pendekatan untuk
melihat posisi perempuan dalam ruang politik, budaya, ekonomi. Oleh
karena itu feminisme adalah cara baru sebagai penemapatan posisi sejajar
dengan laki-laki (Azis, 2007 : 99).
Gender adalah pemisihan jenis kelamin yang dipaksakan secara sosial
dan sebagai suatu hasil relasi seksualitas yang bersifat social (Rubin,
1975 : 179) (Jackson, 2009 : 229).
Hubungan gender adalah berlangsungnya proses interaksi social yang
komples yang masih diperkuat oleh bahasa yang digunakan. Dalam
hubungan gender karakteristik, kemampuan perempuan dan lelaki
dijadikan asimetris. Akibatnya, memulai hubungan gender terciptalah dua
pribadi dengan ciri khas bagi perempuan dan lelaki (Sadli, 2010 : 25).

Perbedaan gender yang juga disebut sebagai perbedaan jenis kelamin


secara sosial budaya terkait erat dengan perbedaan secara seksual, karena
dia merupakan produk dari pemaknaan masyarakat pada sosial budaya
tertentu tentang sifat, status, posisi, dan peran laki-laki dan perempuan

3|Keadilan dan Kesetaraan Gender


dengan ciri-ciri biologisnya. Laki-laki sebagai pemilik sperma dianggap
mempunyai sifat kuat dan tegas, menjadi pelindung bertugas menjadi
pencari nafkah dan menjadi pemilik dunia kerja (publik), dan sebagai
orang pertama. Perempuan sebagai pemilik sel telur dan rahim dan
kemampuan melahirkan dianggap bersifat lemah sekaligus lembut, perlu
dilindungi, mendapat pembagian tugas sebagal pengasuh anak dan tugas
domestik lainnya, dan dianggap sebagai orang nomor dua (Fakih, 1996 :
8). Karena sifat dan peran gender merupakan produk dari konstruk sosial
budaya maka bersifat tidak permanen dan dapat dipertukarkan
(Susilaningsih , 2004 : 11).

2) Pandangan Islam Adanya Kesetaraan Gender

Dalam Al-Quran surah An-Nisa’ ayat 32 dan 34 sudah dijelaskan


bahwa :

a) Surah An-Nisa’ ayat 32

Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang dilebihkan


Alloh kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi
laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi
perempuan ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah
kepada Alloh sebagian dari karunia-Nya. Sunnguh Alloh maha
mengetahui segala sesuatu.

b) Surah An-Nisa’ ayat 34


Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri) karena Alloh
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas yang lain
(perempuan) dank arena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah
dari hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh, adalah mereka
yang taat (kepada Alloh) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada
karena Alloh telah menjaga (mereka).Perempuan-perempuan yang
kamu khawatirkan akan Nusyuz. Hendaklah kamu beri nasihat kepada
mereka tinggalkanlah mereka ditempat tidur (ranjang terpisah) dan
(kalau perlu) pukullah mereka, tetapi jika mereka menaatimu janganlah

4|Keadilan dan Kesetaraan Gender


kamu mencari-cari alas an untuk menyusahkannya. Sungguh Alloh
maha tinggi maha besar.

Nusyuz yaitu meninggalkan kewajiban seorang istri seperti


meninggalkan rumah tanpa izin suaminya.

3) Wujud Kesetaraan Gender di Indonesia

a) Konsep Seks dan Gender


Perbincangan masalah gender, seringkali menimbulkan suasana
yang kurang nyaman bahkan konfrontatif, baik dalam forum
perempuan saja maupun forum yang melibatkan peria dan wanita.
Persoalan gender sebenarnya adalah problem bersama laki-laki dan
perempuan, karena menyangkut peran, fungsi dan relasi antara kedua
jenis kelamin tersebut, baik kehidupan ranah domestik maupun public
(Umi Sumbulah, 2008 : 4).
Kesalahpahaman atau kekurangatahuan masyarakat terhadap kedua
istilah yang secara konseptual maupun implikasinya berbeda ini, bisa
disebabkan oleh beberapa hal: pertama, istilah gender tergolong
bahasa asing. Kata gender bukanlah istilah baku yang muncul dalam
kosakata kamus bahasa indonesia, namun dari kosa kata bahasa
inggris, gender, yang berarti jenis kelamin. Kedua, fenomena dan
problem gender, dianggap sebagai suatu fenomena yang tidak di sisi,
tetapi di sana. Padahal sesungguhnya fenomena gender terdapat
disekitar kita, baik fenomena keadilan maupun ketidakadilan gender.
Ketiga, kondisi di atas menjadikan tidak adanya sesitivitas baik laki-
laki maupun perempuan dalam masalah tersebut. Keempat, rendahnya
daya asertifitas terhadap persoalan gender, mengakibatkan kaum
perempuan terutama, merasa kurang mampu menyuarakan
problemnya, baik kepada sesama perempuan maupun kepada laki-laki
(Umi Sumbulah, 2008 : 5).
Dalam diskursus akademis, seks diartikan sebagai atribut biologis
yang melekat secara given/kodrati, misalnya laki-laki adalah mahluk
yang memiliki penis, jakun, dan memperoduksi sperma. Sedangkan
perempuan adalah mahluk yang mempunyai alat reproduksi seperti

5|Keadilan dan Kesetaraan Gender


rahim, sel telur, vagina, dan alat menyusui. Sedangkan gender adalah
atribut yang melekat pada laki-laki dan perempuan yang dikontruksi
secara sosial maupun kultural. Sehingga dikenal bahwa laki-laki itu
kuat dan, rasional, jantan, dan perkasa. Sedangkan perempuan
dianggap lemah lembut, emosional dan cerewet (Umi Sumbulah, 2008
: 5).

Kendati secara literal kedua tema itu memiliki makna leksial yang
sama, yakni jenis kelamin, tetapi secara mendasar gender berbada
dengan jenis kelamin. Jika jenis kelamin (ssex) merupakan penafsiran
atau pembagian jenis kelamin tertentu secara permanen yang
mengambil bentuk laki-laki dan perempuan, maka gender lebih
merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan
perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural yang
kemudian mengambl bentuk feminim bagi perempuan, dan maskulin
bagi laki-laki (Umi Sumbulah, 2008 : 6).

b) Gender dan Kontruksi Sosial


Historitas adanya pembedaan gender ini terjadi melalui proses
yang sangat panjang dan beragam. diantarana adalah karena dibentuk,
disosialisasikan, diperkuat, baik melalui interpretasi teks-teks
keagamaan ataupun oleh negara. Di sinilah sebenarnya akar penyebab
utama dianggapnya perbedaan gender sebagai kodrat Tuhan yang
tidak bisa dirubah dan dipertaruhkan antara kedua jenis mahluk
tersebut, sehingga melahirkan ketidakadilan gender (gender
inequalities), baik kaum laki-laki maupun perempuan (Umi
Sumbulah, 2008 : 12).

Adapun bentuk-bentuk ketidakadilan gender dimaksud adalah


stereotipe, marjinalisasi, subordinasi, diskriminasi, tindak kekerasan,
dan beban kerja. Pembagian kerja secara seksual juga menjadi
persoalan gender. Seperti seorang isteri harus di rumah (memasak,
mencuci, merawat anak, bersolek, dan sebagainya) sementara seorang

6|Keadilan dan Kesetaraan Gender


suami harus ke kantor atau bekerja di luar rumah (Umi Sumbulah,
2008 : 13).

c) Patriakhi dan Kontrol Sosial terhadap Perempuan


Kendati patriakhi memberikan kontribusi besar bagi pelanggengan
dominasi laki-laki atas perempuan, sebenarnya sistem ini juga
membatasi ruang gerak laki-laki, yang dipaksa selalu harus tampil
rasional, maskulin, dan petualang publik. Secara historis, munculnya
ideologi patriakhi berasal dari Mesopotamia Kuno pada zaman
neolitikum, seiring dengna munculnya negara-negara kota. Bahkan
menurut para feminis (gerakan wanita yang menuntut hak persamaan
sepenuhnya antara wanita dan laki-laki), munculnya hegemoni
(kekuasaan) laki-laki atas perempuan sesungguhnya terjadi jauh
sebelum era neolitikum, yang menandai lahirnya negara-negara kota
tersebut (Umi Sumbulah, 2008 : 16).

Dalam konteks di atas, seksualitas perempuan menjadi aset dan


kekayaan laki-laki, yang pertama milik ayah (sebelum menikah) dan
kedua milik suami (setelah menikah). Kesucia seksualitas perempuan
memperoleh nilai ekonomi, yang bisa dijadikan model tawar-menawar
bagi ayahnya. Tampaknyaa budaya seperti ini juga terserap walam
praktik keagamaan di dunia islam. Uang jemputan dalam kasus
peminangan perempuan Makassar atau Aceh merupakan contoh
konkretnya. Dalam konteks ini harga seorang perawan ditentukan oleh
status sosial ayahnya (Umi Sumbulah, 2008 : 17).

4) Gender dan Partisipasi Perempuan di Indonesia


Pada tahun 1990 sekitar 38 orang perempuan aktif di pasar kerja
dari tiap 100 orang perempuan yang termasuk usia kerja (38%).
Dalam 15 tahun yang akan datang akan mendapat tambahan sebanyak
10 orang perempuan yang aktif dipasar kerja. Bahkan di tahun 2025
jumlah tersebut menjadi 56 orang tiap 100 orang perempuan usia
muda. Jumlah angkatan kerja perempuan usia produktif (15-49) akan
meningkat dari 20,85 juta pada tahun 1990 menjadi 25,25 juta di
tahun mendatang, tahun 2005, jumlah mereka menjadi kira-kira

7|Keadilan dan Kesetaraan Gender


sebanyak 30,11 juta. Di tahun 2025 jumlah angkatan kerja perempuan
usia 30-39 tahun dalam lima tahun mendatang akan bertambah kira-
kira 3 juta orang atau dua kali pertambahan mereka yang berusia 15-
29 tahun (Rachmat Syafa’at,1998) (Relawati, 2011 : 239).
Dan pada saat itu juga, tujuan-tujuan politik feminis terfokus pada
penentuan wanita agar sederajat dengan laki-laki. Setelah berabad-
abad diabaikan, disingkirkan dan diremehkan oleh disiplin-didiplin
patriarkis, wanita berusaha masuk menjadi obyek penyelidikan. Teori-
teori tradisional kerap dimodifikasi kaum feminis untuk menerangkan
penindasan wanita. Dengan memusatkan pada pencantuman persamaan
wanita ke dalam kerangka teoritis masa lalu itu, kesamaan-kesamaan
wanita dengan laki-laki ditekankan (Gross, 1986) (Ollenburger, 1996 :
20).
Para teoritis feminis telah mendekati isu mengenai keluarga dengan
asumsi, kesimpulan, dan tindakan. Feminisme dan tindakan.
Feminisme liberal memfokuskan pada masuknya wanita ke dalam
pasar tenaga kerja upahan, dan kemampuan untuk bersaing dengan
laki-laki di dalam lingkungan ini. Teori feminis liberalis tidaklah
memperhatikan penempatan nilai wanita di dalam keluarga sebagai isu
ekonomi, tetapi terutama memfokuskan pada perubahan-perubahan
peran jenis kelamin. Jadi teoritis-teoritis liberal menguji perkembangan
sifat-sifat keluarga, dari suatu struktur patriarkis ke struktur keluarga
egalitarian atau demokratik. Mereka memasukkan isu tentang tenaga
kerja yang tidak dibayar dirumah terutama sebagai suatu tawar-
menawar individual untuk pembagian waktu yang lebih senggang
dengan pasangan-pasangannya. Nilai ekonomi tenaga kerja yang tidak
dibayar, yang ditetapkan oleh struktur patriarki dan atau/ kapitalisme,
sebagian besar diabaikan. (Ollenburger, 1996 : 38).
Secara historis, wanita telah disingkirkan dari- dan disepelekan
dalam analisis hukum, dan pelaksanaan hukum. Hal ini kerapkali
dihubungkan dengan kenyataan, bahwa hanya sedikit wanita yang
menjadi praktisi hukum, pembuat undang-undang, dan penjahat.
Namun, terdapat bukti kuat yang menunjukkan bahwa kehidupan, hak-

8|Keadilan dan Kesetaraan Gender


hak, dan kedudukan wanita dalam masyarakat telah dipengaruhi serta
mempengaruhi perkembangan hukum. (Ollenburger, 1996 : 194).
Kehidupan sehari-hari wanita berada dalam suatu konteks beban
ganda. Beban untuk memberikan pengasuhan yang tak dibayar dalam
pelayanan-pelayanan rumah tangga, seta beban untuk memberikan
kelangsungan hidup perekonomian melalui kerja upahan, memberikan
norma bagi wanita. Tak ada pemisahan yang rasional dari keduanya :
Dua hal itu merupakan aktivitas yang tak terpisahkan bagi wanita,
kecuali di bawah kapitalisme, kolonialisme, dan patriarki. Interseksi
nilai tukar dan nilai guna ini telah disoroti oleh wanita, namun
sejumlah pertanyaan tetap ada : Berapakah kerugian sesungguhnya
bagi wanita yang menyediakan pengasuhan dan pelayanan di rumah ?
Berapa besar hal ini telah menyumbang pada struktur pertukaran pasar
dan posisi subordinat wanita di dalamnya ? Apa manfaat pengganti
kerugian pekerjaan nonupahan wanita dalam menciptakan lingkungan
yang sehat bagi pemeliharaan para tetangganya dan menjamin
kelangsungan hidup serta keamanan individu? Apakah kewajiban
sosial dan ekonomi pria terhadap pengasuhan dan pelayanan dalam
suatu masyarakat ? (Ollenburger, 1996 : 266).
Peningkatan partisipasi angkatan kerja perempuan yang meningkat
ini perlu mendapat perhatian karena mempunyai dampak ekonomi
yang besar baik secara mikro maupun makro. Secara mikro, naiknya
partisipasi kerja perempuan dapat meningkatkan pendapatan keluarga.
Secara makro, keadaan ini dapat meningkatkan kapasitas produksi
Negara. Namun demikian secara global nasib perempuan di dunia
kerja tidak sebanding dengan peran yang dimainkannya. Dari
keterangan yang didapat World Survey on Women in Development
terdapat gambaran mengenai kedudukan perempuan yang sebenarnya.
Pertama, ternyata kontribusi di bidang ekonomi cukup besar. Satu
diantara empat karyawan industri, dan empat diantara 10 tenaga kerja
di bidang pertanian dan jasa adalah perempuan. Akan tetapi banyak
bukti memperlihatkan bahwa sebenarnya peran wanita hanya menjadi
objek untuk melayani kepentingan ekonomi politik semata. Kedua,

9|Keadilan dan Kesetaraan Gender


perempuan memberikan 66% dari jam kerjanya akan tetapi hanya
mendapat 10% dari upahnya. Perempuan bertanggung jawab pada
produksi pangan dunia, akan tetapi hanya menguasai 1% dari material
yang ada. Ketiga, perempuan menikmati lebih sedikit dari pria sebagai
hasil kontribusinya pada produksi nasional rata, upah kerjanya lebih
rendah dari pria, wanita terbatas kerjanya pada buruh kasar dengan
bayaran rendah, akses produksi lebih kecil dari pria dan sebagainya
(Relawati, 2011 : 240).
Pekerja perempuan tersebar pada berbagai sektor, namun yang
terbanyak adalah pada sektor pertanian. Keterlibatan perempuan pada
pekerjaan di sektor pertanian baik sebagai buruh tani maupun sebagai
pengelola usaha. Banyak juga diantara usaha agribisnis yang
pengelolaannya dipegang oleh perempuan (Relawati, 2011 : 240).
Diawal abad 20, sebetulnya strategi telah dirintis dan
dikembangkan ke arah pembangaunan yang lebih berkeadilan gender,
walaupun hasilnya secara makruh masih belum begitu
menggembirakan. Menurut prespektif kaum pejuang hak-hak
perempuan, strategim perjuangan untuk mewujudkan pembangunan
yang lebih berkeadilan. Gender pada dasrnya telah ditempuh melalui
beberapa pendekatan. Dalam istilah lain,model ini disebut juga stategi
melibatkan kaum perempuan lebih banyak dalam kegiatan dan agenda
pembangunan. Strategi ini mulai tahun 1990-an, dan menjadi model
strategi pembangunan pada tahun itu. Ketika perserikatan bangsa-
bangsa atau PBB menetapkan titik awal pembangunan yang
berprespektif perempuan, hampir semua negara merintis dan
mengembangkan kantor kementerian wanita sebagai realisasi dari
model strategi dia atas. Pusat-pusat studi berpusat-pusat studi di
perguruan tinggi negara terutama di barat dibentuk bahkan mereka
mulai menawarkan program studi baik bergelar atau ni-gelar. Terlepas
dari nuansa perbedaan yang ada, segala bentuk institusi pengkajian,
pengembangan, dan advokasi gender terutama LSM, terus berupaya
merumuskan model pilihan analisis dan pendekatan yang dipandang

10 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
keamanan relevan, tajam dan akurat untuk pencermatan masalah-
masalah tersebut (Fauzia, 2004 : 25).
Secara politis, sosial, dan kultural terutama, perempuan sangat
dibatasi di pentas dan rana publik. Sumberdaya perempuan diabaikan
dalam proses produksi. Strategi pertama ini sebetulnya sangat ditopang
dalam logika dengan logika liberalisme yang kemudian memfokuskan
diri secara khusus dengan proyek pengembangan potensi sumber daya
perempuan sendiri. Dalam bingkai isu sumber daya ini, logika
liberalisme melihat hukum menjadi kendala formal terhadap
optimalisasi peran perempuan dlam pembangunan (tiara).Perlu dicatat
bahwa peningkatan peran perempuan dalam pembangunan tidak
cukup dengan cara memberikan kemudahan akses kepada kaum
perempuan untuk ikut terlibat dlam aktivitas pembangunan (Fauzia,
2004 : 26).

11 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
E. Temuan Observasi

1. Kesetaraan Gender dalam Pandangan Himpunan Mahasiswa Islam


HMI)

a) Mas Taufiq
Mahasiswa UIN Maulana Malik Ibrahim, jurusan BSI, angkatan
2012, pengurus cabang HMI Malang.
1. Menurut mas taufiq apa pengertian dari gender?
Gender menurut bahasa adalah jenis kelamin, akan tetapi secara
istilah gender berarti status social antara laki-laki dan perempuan .
Secara teori, gender maskulinisme dan feminimisme bukan antara laki-
laki dan perempuan. Feminisme adalah sifat yang tidakselalu dimiliki
seorang perempuan, laki-lakipun juga mempunyai sifat tersebut. Intinya
semua manusia baik laki-laki dan perempuan adalah feminism. Adanya
sifat maskulinisme dikarenakan feminism. Kita tidak bisa mengatakan
seseorang itu apakah dia maskulin atau feminism. Feminism sendiri
berarti lembut. Akan tetapi laki-laki mempunyai sifat kasar dikarenakan
factor eksternal. Perempuan tetap berhati lembut karena pada
hakikatnya perempuan menggunakan perasaan. Menurut Bu Mufida
(Pembina LKT2I) dalam bukunya, gender adalah antara laki-laki dan
perempuan sama kebebasannya dan dalam semua hal, bahkan
perempuan lebih banyak perannya daripada laki-laki. Dalam pandangan
humaniora laki-laki jelas lebih kuat dari permpuan dalam hal fisik.
Feminism ada 5 bagian. Feminism umum, feminism ekstremis, dll.
2. Apakah anda setuju dengan adanya kesetaraan gender?
Setuju. Tetapi bukan berarti antara laki-laki dan perempuan 50:50
jika dianalogikan dengan angka 100. Antara laki-laki dan perempuan
60:40. Jika seorang perempuan menjadi pemimpin boleh saja, tetapi
harus tetap mengingat fitrahnya sebagai seorang perempuan. Setara
bukan berarti perempuan bisa berambisi menjadi sama seperti laki-laki.
Adapun jika dalam pekerjaan seorang istri menjadi atasan dan suami
menjadi bawahan. Tetapi hal itu seharusnya dihilangkan jika sudah di
rumah dan menjalankan kewajiban dan menerima hak masing-masing.

12 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
3. Bagaimana jika dalam islam tidak ada kesetaraan gender?
Dalam islam kesetaraan gender itu tidak ada karena kita mengacu
pada hadits nabi “arrijalu qowwamuna ala nisa”. Kita tidak bisa
menyetarakan laki-laki dan perempuan meskipun 60:40. Tidak bisa
dikatakan perempuan lebih tinggi dari laki-laki. Perempuan kembali
pada fitrahnya sebagai seorang ibu dirumah melakukan tugasnya dan
suami juga sesuai dengan jobnya yaitu menafkahi keluarga. Itu menurut
hadist nabi. Tergantung kita mengikuti pendapat siapa. Sejatinya, semua
manusia baik laki-laki maupun perempuan adalah feminis. Orang keras
atau pemberontak itu tidak ada, yang ada hanya orang yang lembut.
Karena secara fitrah semua manusia feminis. Penyebab mereka berubah
menjadi keras atau pemberontak dikarenakan oleh factor eksternal
sepertilingkungan, geografis dan keadaan. Kenapa dikatakan feminis?
Karena bayi lahir dalam keadaan suci, karena seorang ibu mengandung
dan melahirkan. Itulah mengapa perempuan dikatakan feminis.
4. Bagaimana pendapat anda dengan kesetaraan gender dalam dunia
pendidikan?
Kesetaraan gender dalam dunia pendidikan sudah ada di Indonesia.
Karena sekarang sudah banyak yang menjadi rector, dekan dan lain-lain
adalah perempuan. Hal itu dikarenakan adanya kesetaraan gender. Jika
tidak ada kesetaraan gender berarti mau tidak mau yang menjadi rector,
dekan dan lain-lain harus laki-laki. Kenapa di Amerika Serikat yang
terpilih menjadi presiden adalah Donald Trump bukannya Hillary
Clinton? Karena banyak warga Amerika yang berpegang teguh bahwa
wanita itu dibawah laki-laki. Itu adalah alasan simple secara agama
gereja dan itu yang diyakini. Jika di Indonesia kesetaraan gender sudah
terlihat , di kampus UIN saja sudah terlihat dari jumlah dosen
perempuan dan laki-laki . malah sekarang banyak guru yang dicari
adalah perempuan, karena perempuan itu feminis. Itu adalah salah satu
bukti adanya kesetaraan gender. Di SD 80% terdiri dari guru perempuan
dan 20% guru laki-laki. Apakah hal tersebut termasuk kesetaraan
gender? Ya betul, karena di SD dan TK adalah tempat anak-anak kecil
yang mana membutuhkan kasih sayang seorang ibu. Jika dalam

13 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
pendidikan dasar dibimbing oleh guru laki-laki, maka tidak menutup
kemungkinan nantinya anak tersebut menjadi kasar. Maka dari itu kelas
1,2 dan 3 biasanya dibimbing oleh perempuan. Oleh karena itu, saya
setuju dengan adanya kesetaraan gender dalam dunia pendidikan.
b) Mas Munif
Mahasiswa UIN Maliki, Jurusan Fisika, pengurus HMI rayon.
1. Menurut anda apa pengertian gender?
Kesetaraan gender adanya masih baru. Adanya kesetaraan gender
pastinya diawali karena adanya ketimpangan dalam kehidupan social.
2. Apakah anda setuju dengan adanya kesetaraan gender?
Dilihat dari konteksnya terlebih dahulu, apabila dalam konteks
rumah tangga, hal itu sudah diatur dalam islam sesuai aturan. Dalam
konteks social, harus sama antara laki-laki dan perempuan kalau dilihat
dari kondisi pemerintahan negara atau lebih sempitnya di kampus uin.
Ada berapa persen perempuan yang ada di kampus. Apakah
dikarenakan oleh faktor patriakisme dalam pemilihan pemimpin.
Patriakisme yaitu sistem sosial yang menganut bahwa laki-laki
statusnya diatas perempuan. Tapi untuk zaman sekarang yang diangkat
menjadi rektor, dekan dan lain-lain bukan berarti harus laki-laki namun
dilihat dari kemampuan dan kecakapan serta kelayakan menjadi
seorang pemimpin. Manusia dibumi adalah sebagai khalifah. Khalifah
berarti pemimpin . nah, perempuan juga termasuk manusia. Sehingga
dia juga berhak untuk menjadi pemimpin . tetapi tetap saja, jika dalam
rumah tangga tidak boleh ada kesetaraan gender. Tapi dalam hal bantu
membantu, boleh saja. Namun harus mengingat akan tugas masing-
masing. Seorang istri boleh saja menjadi wanita karir, namun juga ada
batasannya karena mengingat suami yang mempunyai tugas mencari
nafkah.
3. Bagaimana wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan?
Wujud kesetaraan gender di dunia pendidikan bisa dilihat di
kampus itu sudah ada. Jika tidak ada, sudah pasti semua dosen, dekan
dan lain-lain adalah laki-laki. Pemilihan tenaga pengajar kan juga bukan
dari segi jenis kelaminnya, melainkan dari kemampuannya untuk
mengajar.
c) Mas Agung
Mahasiswa UIN Maliki, jurusan Kimia, ketua HMI cabang Malang.

14 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
1. Apa pengertian gender menurut anda
Gender adalah pembentukan status fungsional dari pada seorang
laki-laki dan perempuan. Pengertian gender tidak sebatas perbedaan
jenis kelamin atau fisik dari laki-laki dan perempuan melainkan
tentang status fungsional atau tugas dari seorang laki-laki dan
perempuan setara dan sama itu tidak sama. Perempuan setara dengan
laki-laki apakah harus mengerjakan pekerjaan yang sama seperti laki-
laki ? Kan tidak seperti itu substansi dari pada peran perempuan itu
sama dengan laki-laki seperti mendidik anak dirumah, itu menurut
saya sudah setara. Jika perannya dalam masyarakat apabila untuk suatu
keperluan, untuk kemaslahatan masyarakat, kita tidak bisa mengkotak-
kotakkan gender. Sebagai contoh dalam suatu kota ada 2 calon
gubernur laki-laki dan perempuan tetapi calon gubernur laki-laki
tersebut kwalitasnya masih dibawah perempuan. Kalau dilihat dari
konteks ini, perempuan bisa menjadi pemimpin. Tetapi kalau melihat
ayat Al-Quran yang artinya laki-laki diatas perempuan kita bisa
menggunakan ayat tersebut sebagai acuan dalam keadaan tertentu.
2. Apakah anda sepakat dengan adanya ketaraan gender ?
Saya sepakat dengan adanya ketaraan gender. Terutama dalam hal
pendidikan. Semua manusia berhak mendapatkan pendidikan yang
tinggi. Begitupun juga dengan seorang ibu karena peran ibu dalam
keluarga sangat vital salah satunya untuk memenejemen keuangan
keluaaarga. Pendidikan dasar seorang anak juga berasal dari ibu. Tapi
saya kurang sepakat jika pekerjaan seorang perempuan harus sama
seperti pekerjaan laki-laki itu menurut saya menyalahi nurani jika ada
hal seperti itu, maka menyalahi aturan.
3. Bagaimana wujud kesetaraan gender dalam organisasi ini?
Dalam organisasi ini sudah ada bidangnya tersendiri untuk
perempuan, malah kedudukannya sangat dimuliakan disini. Para
perempuan dalam organisasi tergabung dalam korps HMI wati yaitu
lembaga semi otonomi.
2. Kesetaraan Gender menurut KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa
Muslim Indonesia)
Wawancara ini dilakukan dengan salah satu anggota KAMMI yang
bernama Abdul Haris Syafi’i dari jurusan Fisika Fakultas SAINTEK

15 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
Universitas Maulana Malik Ibrahim Malang. Dia sebagai anggota
KAMMI yang berkedudukan di tingkat cabang Kota Malang wilayah
ruang lingkupnya sepertii wilayah Jawa Timur.
1. Seperti apakah organisasi KAMMI itu ?

“... ya sama seperti organisasi lainnya, ya kegiatannya tentunya


tentang keislaman (wajib), pembinaan yang palind krusial itu kalau di
KAMMI itu memiliki pembinaan. Jadi sistemnya itu ada pembinaan
yang terdiri dari kelompok-kelompok yang berisi 4-6 orang dan disitu
kita dibina keislamannya.”

Berdasarkan RUU tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender


mungkin dinamikanya sudah ada di masyarakat dan mungkin sudah ada
sejak zaman nenek moyang dulu. Meskipun kapasitasnya lebih banyak
tetapi lelaki dipandang lebih unggul dibandingkan dengan laki-laki.
Biasanya pada zaman dahulu itu perempuan hanya boleh sekolah hanya
sampai bangku SD dan laki-laki kerja keras hingga menyelesaikan
pendidikannya hingga jenjang lebih tinggi. Dan sekarang diterapkan RUU
tentang Kesetaraan dan Keadilan Gender serta bagaimana menurut
KAMMI ?

“ Baiklah, ini pandandangan saya dari KAMMI, kalau RUU tentang


Kesetaraan dan Keadilan Gender saya sepakat. Tetapi sepakat yang
mana dulu, disini saya membaginya berdasarkan fungsi dan ada juga
yang berdasarkan sosial masyarakat. KAMMI itu sepakat jika laki-laki
itu dengan perempuan setara, dalam hal apa ? Tidak semuanya setara,
ada beberapa yang setara, contohnya kalau kita berlandaskan Al Quran
itu sama, jadi yang membedakan hanyalah keimanan dan ketaqwaan.
Kemudian masalah ilmu, bagaimanakah pendidikannya ? jelas dimata
Allah itu sama. Kaum muslimin atau muslimah itu diwajibkan untuk
menuntut ilmu, itu setara dalam hal kondifikan dan sebagainyadalam
hal kesehatan dan sebagainya. Nah, yang kita perlu tau sebgai wanita
itu berpendidikan tinggi bukan untuk menyaingi laki-laki tetapi untuk
menjadi madrasah bagi keluarganya. Dari situ kita sepakat kesetaraan

16 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
gender sampai disitu. Pendidikan tinggi seorang wanita bertujuan
untuk menciptakan generasi yang unggul.”

Terus yang kedua, ada tidak kesepakatan KAMMI terhadap


kesetaraan yang lain. Contohnya, yang ditekankan kaum orientalis bukan
masalah pendidikan sebenarnya, tetapi juga kesetaraan dalam masyarakat
misalnya masalah pemimpin. Kalau KAMMI tidak sepakat jika wanita itu
bisa sama dalam hal menjadi pemimpin. Pada Surat An-Nisa ayat 34 telah
dijelaskan bagaimana Allah berfirman bahwa laki laki adalah pemimpin
bagi seorang wanita karena Allah telah memberikan kelebihan kepada
merekan dari kelebihan yang lainnya dan banyak juga hadist-hadist yang
mendukung bahwa laki-laki itu diberi kelebihan. Kemudian tentang kaum
barat yang setuju dengan argumen bahwa wanita tulang punggung
keluarga dan itu yang tidak disetujui oleh KAMMI. Karena dilihat dari
sudut pandang keluarga wanita itu sudah melayani suami, anak dan juga
tulang punggung itu semua lucu. Diibaratkan seperti sekumpulan singa
yang jantan malas dan yang betina mencari makan.”
2. Apakah ada perbedaan kepengurusan di KAMMI antara laki-laki dan
perempuan ?

“ Jika di KAMMI sendiri jelas ada perbedaan antara laki-laki dan


perempuan. Di organisasi KAMMI sendiri dilarang ada wanita yang
memimpin kecuali tidak ada laki-laki. Di KAMMI sendiri ada
pebedaan tentang kesetaraan, seperti halnya dalam kajian, diskusi.
KAMMI dalam satu program tidak pernah campur antar ikhwan dan
akhwan. Yang ikhwan di depan dan dibatasi oleh sekat dan yang
akhwan dibelakang. KAMMI iitu sendiri menekankan untuk selalu
menutup aurat bagi perempuan sengan memakai kerudung yang
panjang menutupi bagian dada.”

“Peran wanita dalam organisasi tidak dibedakan dalam segi


intelektual, wamita tetap bisa menjadi pemimpin dalam arti di baeah
laki-laki, seperti ketuanya laki-laki dan sekretarisnya perempuan,
ketua bidangnya laki-laki kemudian sekretarisnya perempuan”

17 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
3. Kesetaraan dan Keadilan Gender Menurut “HTI”

Interview ini kami lakukan bersama narasumber yang bernama mas Rifky selaku
wakil penanggung jawab aktifis HTI UIN Maulana Malik Ibrahim, mahasiswa
semester akhir. Bertempat di Masjid At Tarbiyah pada pukul 16.00 WIB tanggal
11 bulan Desember tahun 2016.

1) Menurut Mas apa itu gender?

Gender ialah perbedaan peran dan status antara laki-laki dan perempuan
yang tidak bisa disamakan karena mempunyai peranan sendiri. Karena
manusia baik laki-laki dan perempuan itu terlahir dengan fitrahnya masing-
masing

2) Apa peran wanita dalam agama Islam?

Islam tidak pernah mendeskreditkan wanita. Wanita diberi kebebasan yang


sama dengan laki-laki, misal wanita mau jadi Profesor, Doktor, Rektor,
Pemilik Perusahaan atau yang lain-lain Islam tidak melarang, karena Wanita
dalam Islam diberi hak yang sama. Namun wanita tidak dibolehkan menjadi
Khalifah/Penguasa/Hukkam, ini menurut kesepakatan Ulama sebagaimana
dalam kisah dimasa Rasulullah SAW, dikisahkan Putri Kisrah dalam
kerajaan Mesir yang akan menjadi pemimpin kerajaan tersebut. Kemudian
Rasulullah SAW bersabda:

‫ل يفلح القوم ولو أمرهم إمرآت‬


Artinya : Tidak akan beruntung suatu kaum kalau menjadikan
perempuan itu pemimpin
Pemimpin disini dibagi menjadi tiga tingkatan yang wanita tidak
boleh memegangnya, yaitu 1. Kholifah/Amirul Mu’minin (setingkat
Presiden), 2. Wali (setingkat Gubernur) dan 3. Amil (setingkat
Bupati/Walikota) Dalam konteks masa kini, wanita boleh menjadi Rektor,
Ketua Kelas, Ketua Oraganisasi
Sistem yang membatasi wanita hanya untuk mengurusi bagian
sumur, dapur dan kamar, itu adalah sistem dari konsep orang barat/non
muslim yang dibawa oleh para penjajah ke Indonesia. Hakikatnya Wanita
dan laki-laki sama-sama mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Misal:
pria dan wanita mempunyai kewajiban dakwah, dalilnya:
‫طلب العلم واجب على كل مسلم ومسلمة‬

18 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
Artinya: Mencari Ilmu itu wajib bagi muslim laki-laki dan muslim
perempuan
Ini membuktikan bahwa Islam memandang pria dan wanita memiliki
kewajiban yang sama, yaitu menuntut ilmu dan mengajarkannya.

Hukum wanita bekerja adalah “boleh”, bukan “harus/wajib”, sehingga


wanita boleh menjadi perkerja, namun atas persetujuan dan izin suami.

3) Apa pengertian Setara yang dimaksud, dan bagaimana kita bisa menemukan
kata setara dalam Gender?
Tidak bisa kita setarakan antara laki-laki dan wanita, karena
keduanya sama-sama mempunya kelebihan dan kekurangan yang sama, dan
keduanya sama-sama saling melengkapi, keduanya mempunyai porsi
masing-masing.
Pengertian setara dalam Gender itu tidak mungkin antara laki-laki
dan wanita, itu dalam pandangan Islam, sedangkan Adil dalam Gender itu
diharuskan/diwajibkan dalam Islam karena manusia, baik itu laki-laki
maupun wanita mempunyai hak dan kewajiban yang sama, tapi adil disini
tidak berarti sama porsinya dan proposional

Apresiasi Islam pada wanita sangat besar, Islam memberi kedudukan yang
tinggi untuk wanita, dalilnya: dalam suatu kisah sahabat nabi bertanya
kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, siapakah orang yang harus aku paling
hormati?, Rasulullah menjawab: “ ibumu” kemudian sahabat bertanya lagi “
kemudian siapa lagi yaa Rasulullah?, tidak seperti pandangan orang-orang

4. Keadilan dan Kesetaraan Gender Menurut “PMII”

Menurut pandangan anggota PMII yang bernama Muhabin yang kami


wawancarai pada hari Sabtu tanggal 10 Desember pukul 16.30 di Rayon
Hatta (Fakultas Ekonomi, , Gender adalah status sosial laki-laki dan
perempuan yang dilihat dari segi sosial bukan dilihat dari segi biologis.

Kesetaraan gender dalam dunia pendidikan sekarang telah berlaku


buktinya tidak ada porsi pendidikan antara laki-laki dan perempuan.
Intinya laki-laki dan perempuan sederajat. Hal ini sangat berbeda dengan
masa lalu, Dahulu wanita mempunyai tugas hanya 3M ( Masak,
Manak,Macak), tapi itu sekarang tidak berlaku, wanita boleh mengenyam

19 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
pendidikan dalam tingkat apapun. Salah satu penyebab kesetaraan gender
yang telah terwujud saat ini yaitu perjuangan Ibu Kita Kartani yang
memprakarsai terbentuknya “Garwani” yaitu Gerakan waniya Indonesia.

Saat ini islam di Indonesia dalam mayoritas masyarakatnya yaitu Islam


yang diIndonesiakan bukan Indonesia yang diIslamkan, oleh karena itu
peristiwa wanita hanya dikurung didalam rumah itu tidak berlaku di
Indonesia. Melihat ke dalam Sejarah Islam, dahulu Kyai Hasyim Asyari
yang merupakan tokoh pendiriorganisasi NU, Beliau menginginkan
istrinya pergi keluar rumah untuk mengajar, kesawah, dsb.

Agama juga berperan dalam kesetaraan gender, Contohnya Pada


saat ketika Fir’aun menjadi raja di mesir. Ia memerintahkan kepada
kaumnya untuk mengubur bayi perempuan hidup-hidup, namun dengan
adanya islam budaya tersebut telah hilang. Baik bayi perempuan maupun
laki-laki meeka mempunyai hak untuk hidup. Maka dari itu islam disebut
dengan “teologi kebesaran”.

Di indonesia, wujud kesetaraan gender berlangsung saat Megawati


mejadi presiden ke-4. Kemudian dalam lingkup kecil di UIN Malang
sendiri Ketua HMJ perbankan syariah adalah wanita dan Ketua rayon
PMII “Penakluk Adawiyah” adalah wanita. Kemudian PMII sendiri
memiliki KOPRI (Korps Putri PMII). Hal itu PMII bukan membedakan
anatra laki-laki dan perempuan, Namun PMII memberi wadah untuk
kaum perempuan untuk bebas berkarya, dan lebih produktif.

Menurut Narasumber sendiri, mereka sangat setuju adanya keseteraan


gender, tidak peduli permepuan atau laki-laki asalkan wanita itu mampu ,
maka wanita bisa setara dengan laki-laki bahkan bisa menjadi pemimpin.

F. Analisis

Berdasarkan hasil observasi kami, terdapat beberapa pandangan yang


berbeda dari objek-objek pengamatan yang telah kami dapat. Adapun objek
pengamatan dalam observasi kali ini antara lain dari organisasi aktifis di lingkungan
UIN Maulana Malik Ibrahim yaitu Hisbut Tahrir Indonesia (HTI), Himpunan

20 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
Mahasiswa Islam (HMI), Kesatuan Aksi Muslim Mahasiswa Indonesia (KAMMI),
dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Masing-masing mempunyai
pandangan yang berbeda mengenai keadilan dan kesetaraan gender.

Kesetaraan dan Keadilan Gender Menurut “HMI”

Setelah kami melakukan wawancara dengan beberapa anggota aktifis di


HMI, bahwa istilah gender menurut mereka ialah perbedaan status dan peranan laki-
laki dan perempuan dalam hal sosial. Berdasarkan hasil yang kami dapat mereka
setuju apabila kesetaraan dan keadilan diberlakukan kepada wanita dan pria. Sebab
kedua-duanya mempunyai keterikatan yaitu sama-sama manusia. Manusia ini
diartikan bahwa laki-laki dan perempuan pertama kali dilahirkan sama-sama dalam
keadaan suci. Penyebab mereka dikatakan keras atau pemberontak dikarenakan oleh
faktor eksternal seperti lingkungan, geografis, dan keadaan, begitulah yang di
katakan oleh Mas Taufiq secara garis besar. Dalam HMI juga sepakat bahwa
kesetaraan gender dan keadilan juga perlu diwujutkan dalam artian memenuhi porsi
dan hak-hak mereka dalam peranannya di lingkungansekitarnya. Seperti halnya
pendidikan. “kesetaraan gender dalam dunia pendidikan sudah ada di Indonesia”,
seperti yang dikatakan oleh Mas Taufiq. Yang beliau maksudkan adalah perubahan
bangsa kita sejak pada waktu dulu lamanya yang kita kenal dengan tindakan atau
sistem patriarkhi dimana perempuan dianggap lebih rendah derajat ataupun
kedudukannya dibanding pria. Sehingga ruang lingkupnya pun dibatasi. Slah satu
contohnya adalah perempuan pada zaman dahulu hanya dibebankan mengecam
pendidikan SD, selebihnya mereka tidak diperkenankan. Berbeda dengan sekarang
ini, dimana perempuan sudah berkecimpung dalam seluruh segi pendidikan, dunia
kerja, maupun yang lainnya.

Praktik kepemimpinan yang mungkin biasa kita lihat selama ini telah banyak
dipegang oleh kaum laki-laki. Tetapi menurut konteks di HMI perempuan juga
diperkenankan (jika dinilai layak dan sanggup) mengusulkan diri sebagai pemimpin
maupun ketua. Tetapi dalam HMI sendiri berpendapat peran wanita dengan laki-laki
itu di ibaratkan bukan 50:50, melainkan 40:60. Maksudnya wanita itu tidak harus
melakukan segala aktifitas yang di geluti oleh pria. Begitu juga sebaliknya.
Bukannya tidak diperkenangkan melainkan dititikberatkan kondisi lingkungannya.
“Jika seorang perempuan menjadi pemimpin boleh saja, tetapi harus tetap
mengingat fitrahnya sebagai seorang perempuan. Setara bukan berarti
perempuan bisa berambisi menjadi sama seperti laki-laki. Adapun jika dalam

21 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
pekerjaan seorang istri menjadi atasan dan suami menjadi bawahan. “Tetapi
hal itu seharusnya dihilangkan jika sudah di rumah dan menjalankan
kewajiban dan menerima hak masing-masing”, begitulah yang dikatakan Mas
Taufiq. Jadi antara hak dan kewajiban juga berbeda, dan kewajiaban selain
berdasarkan atas statusnya juga berdasarkan atas jenis kelaminnya, karena hal
tersebut secara alamiah atau kodrathi akan menurunkan secara langsung

Dikatakannya setara menurut HMI sendiri itu sesuai dengna


substansinya. Jadi apakah perempuan jika sudah mengerjakan peran laki-laki
dikatakan setara? “Kan tidak seperti itu substansi dari pada peran perempuan
itu sama dengan laki-laki seperti mendidik anak dirumah, itu menurut saya
sudah setara”, begitulah jawaban dari Mas Agung selaku ketua cabang HMI.
Didalam HMI sendri pada struktur kpengurusan.nya perempuan mempunyai
kelembagaan otonom yang mempunyai porsi sederajat yang namanya adalah
Korps HMI. Hal tersebut adalah menurut mereka adalah untuk menunjukan
wujud kesetaraan gender dalam organisasi HMI sendiri.

Kesetaraan dan Keadilan Gender Menurut “KAMMI”

Berbeda pula menurut hasil wawancara kami dengan anggota aktifis


KAMMI di UIN Maliki Malang. Beliau bernama Abdul Haris Syafi’i dari
jurusan Fisika UIN Maulana Malik Ibrahim yang sekarang ini berkedudukan
di tingkat Wilayah Kota Malang .

Berdasarkan yang dapat kami simpulkan bahwasannya gender itu


adalah perbedaan menurut sosial. Beliau mengatakan bahwa sannya dalam
KAMMI sendiri terdapat perbedaan gender. Artinya antara laki-laki dan
perempuan itu terdapat pereannya masing-masing, tetapi mereka sepakat
bahwasannya kesetaraan dan keadilan gender itu memang harus diberikan.
Tetapi mereka membatasi dalam hal-hal tertentu saja. “Tidak semuanya setara,
ada beberapa yang setara, contohnya kalau kita berlandaskan Al Quran itu sama, jadi
yang membedakan hanyalah keimanan dan ketaqwaan”, begitulah yang dikatakan
oleh Mas Haris. Menurut KAMMI sendiri perempuan boleh setara tapi tidak
didalam segala hal. Seperti dalam kepemimpinan, dalam KAMMI sendiri
tidak setuju jika perempuan menjadi pemimpin. Dengan berdasarkan pada

22 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
dalil Al-Quran dari surat An-Nisa ayat 34 yang menjelaskan bahwa laki-laki
adalah pemimpin bagi kaum laki-laki. Karena Allah telah memberikan
kelebihan bagi mereka dari kelebiha yang lainnya dan banyak juga hadist
yang mendukung bahwa laki-laki itu diberi kelebihan. Dalam
penempatannya, perempuan Berbeda dalam hal menuntut ilmu karena jelas
menurut agama islam ”setiap orang muslim wajib untuk menuntut ilmu”.
Mereka tidak setuju dengan budaya patriarki atau pun dikatakan bahwa
perempuan itu lebih rendah dari kaum laki-laki. Dalam KAMMI perempuan
dipandang istimewa dan dimuliakan. Dikatakan oleh beliau bahwa pada saat
diskusi perempuan dan laki-laki terdapat sekat yang memisahkan keduanya.
Hal tersebut diperuntukan untuk menghormati kaum wanita. Mereka juga
menekannkan untuk perempuan agar lebih menutup aurotnya dengan
memakai kerudung yang panjang menutupi bagian dada. Itu juga untuk
melindungi keistimewaan perempuan sendiri. Di dalam strukturalnya sendiri
wanita juga mendapat perannya dalam segi intelektual dan kepengurusan
dalam organisasi. “Peran wanita dalam organisasi tidak dibedakan dalam segi
intelektual, wamita tetap bisa menjadi pemimpin dalam arti di bawah laki-laki,
seperti ketuanya laki-laki dan sekretarisnya perempuan, ketua bidangnya laki-laki
kemudian sekretarisnya perempuan” tutur beliau. Dalam pogram kerjanya sendiri,
cukup dipisahkan antara wanita dan laki-laki. Selain yang tadi, perempuan seaan-
akan mempunyai otonom tapi bukan dalam hal memiliki lembaganya sendiri di
dalam organisasi KAMMI. Melainkan bergerak sesaui mereka sendiri, seperti
kegiatan yang diadakan oleh para pengurus atau anggota KAMMI yaitu, seminar
tentang hijab, pendidikan, dan lainnya.

Kesetaraan dan Keadilan Gender Menurut “PMII”

Setelah pencarian yang panjang dalam menyusuri jejak HMI dan KAMMI.
Kami muali dipusingkan dengna minimnya para pengurus PMII yang ingin
kami wawancarai seputar KKG tersebut, malahan kebanyakan dari
anggotanya bahkan para pengurus pun kurang berkenan meluangkan
waktunya untuk diwawancarai. Sampai kami menemui Mas Muhabin selaku
anggota PMII rayon Moh. Hatta dari fakultas Ekonomi.

23 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
Menurut beliau gender ialah status sosial laki-laki dan perempuan yang
dilihat dari segi sosial bukan dilihat dari segi biologis. Dalam hal ini dapat
kita garis bawahi tanpa melihat segi biologis. Jadi apa-apa yang dilakukan
perempuan dan apa-apa yang dilakukan laki-laki itu selama tidak melanggar
norma-norma dan hukum yang berlaku tidak dapat disalahkan. Intinya laki-
laki dan perempuan itu sederajat. Menurut beliau PMII sendiri sangat setuju
akan adanya kesetaraan dan keadilan gender tidak peduli perempuan atau
laki-laki asalkan wanita itu mampu, amak wanita bisa setara dengan laki-laki
bahkan dalam hal memimpin pun.

Di dalam Indonesia sendiri, menurut mereka sudah memeraktikan sistem


KKG sendiri tetapi belum merata. Untuk itu dalam PMII wanita dan laki-laki
mempunyai kesamaan baik porsi dan peran sehingga tidak ada diskriminasi
salah satu pihak. Dalam programnya sendiri juga tidak memandang status
apakah itu perempaun atau laki-laki, sehingga semuanya turut saling bantu
membantu demi terwujutnya hubungan sesama manusia.

Kesetaraan dan Keadilan Gender Menurut “HTI”

Disamping sulitnya mencari keberadaan HTI di lingkungan UIN Maliki, kami


juga disibukkan dengan padatnya aktifitas dan deadhline yang sangat dekat.
Sehingga kami dipertemukan dengan salah seorang wakil penanggung jawab
aktifis HTI UIN Maulana Malik Ibrahim, beliau bernama Mas Rifqy, ia
adalah seorang mahasiswa UIN Maliki di jujrusan Syari’ah.

Menurut HTI gender didefinisikan sebagai peranan dan status antara lai-laki
dan perempuan yang tidak bisa disamakan karena mempunyai peranan
sendiri. Jadi dapat dikatakan mereka setuju apabila keadilan gender itu
diterapkan kepada perempuan dan laki-laki. Sedangkan laki-laki dan
perempuan tidak bisa dikatakan setara sebab laki-laki dan perempuan itu
tealah diberikan fitrahnya sendiri oleh Allah SWT. Dalam islam kesetaraan
dan keadilan gender menurut mereka telah terlaksana, bahkan sudah sesuai
dengan kaidah-kaidah yang selama ini digembor-gemborkan. Menurut
mereka, istilah gender di Indonesia itu tidak ada, melainkan semua itu berasal
dari Barat. Menurut mereka terjadinya deskriminasi terhadap kaum wanita

24 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
khususnya itu terjadi bukan karena ketidak sesuaiannya perannan atau tatanan
struktur sosial pada saat itu di Indonesia, melainkan karena ketidak
berpegangan pada hukum-hukum islam. “Islam tidak pernah mendeskreditkan
wanita. Wanita diberi kebebasan yang sama dengan laki-laki, misal wanita mau jadi
Profesor, Doktor, Rektor, Pemilik Perusahaan atau yang lain-lain Islam tidak
melarang, karena Wanita dalam Islam diberi hak yang sama” demikian lah menurut
beliau. Ia juga menuturkan bahwa dahulu ada putri Kisrah dalam kerajaan Mesir
yang berkeinginan menjadi pemimpin di negara tersebut, lalu Rosulullah bersabda

‫ل يفلح القوم ولو أمرهم إمرآت‬

Artinya : Tidak akan beruntung suatu kaum kalau menjadikan perempuan itu
pemimpin

Dalam HTI perempuan boleh menjadi kepala atau pemimpin selama bukan dalam
HAMKAM, artinya mereka tidak boleh menjadi Kholifah atau semacamnya, wali
(Gubernur), Amil (Bupati/ walikota). Sedangkan selebihnya diperbolehkan. Dalam
HTI sendiri juga mempunyai program kerja yang berbeda antara laki-lai dan
perempuan. Hal ini terbukti dengan ketika kami menanyai salah seorang beberapa
anggota HTI wanita, dan ternyata mereka tidak mengetahui anggota dari kaum pria.
Kegiatan.nya pun dipidah antara laki-laki dan permpuan. “Apresiasi Islam pada
wanita sangat besar, Islam memberi kedudukan yang tinggi untuk wanita” tuturnya.
Jadi kesimpulannya dalam pereanannya itu permpuan dan laki-laki sudah
mempunyai perannanya sendiri. Dan tidak perlu lagi untuk disetarakan, karena hak
dan kewajiban telah diatur sebenarnya, sedangkan yang namanya adil tidak harus
setara.

G. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dalam hasil observasi kali ini, Dari Hasil wawancara
yang kami dapatkan, Hampir semua Organisasi yaitu PMII,HMI,KAMMI
setuju dengan adanya kesetraan gender. Sedangkan HTI setuju dalam
keadilan saja, Namun jika mengenai kesetaraan mereka tidak menyetujuinya,
Karena menurut mereka permaslahan gender sendiri akibat tidak berpegang
pada hukum-hukum islam. Contohnya dalam pemerintahan wanita tidak dapat
ikut menjadi HAMKAM. Berbeda dengan label PMII, HMI,KAMMI,

Mereka lebih cenderung

25 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
H. Saran
Penulisan hasil observasi yang bertema Konsep Keadilan dan Kesetaraan
Gender Menurut Pandangan Aktifis masih jauh dari sempurna. Hal ini
disebabkan karena beberapa faktor seperti kekurangan para penulis laporan
atau pun kendala-kendala lain sewaktu observasi. Sehingga dari para penulis
laporan hasil observasi meminta saran yang membangun sebagai seorang
akademis.
Pesan yang kami samapaikan agar lebih dipersiapkan lagi kedepannya baik
pertanyaan yang diajukan, pengenalan objek observasi, pematangan bahan
yang diujikan, dan peralatan-peralatan yang kerap dibutuhkan pada waktu
observasi jika kedepannya terdapat kesamaan topik observasi yang dilakukan.
Mudah-mudahan dengan adanya saran dan keritik dari pembaca akan
menambah wawasan kami untuk selalu memperbaiki diri. Selain itu, dari para
penulis sendiri mengajak untuk mengambil manfaat dari setiap perbedaan
yang ada disekitar kita. Karena ada banyak jalan menuju Roma.

26 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
I. Dokumentasi

Dokumentasi saat wawancara dengan anggota KAMMI

Dokumentasi saat wawancara anggota HMI

Dokumentasi saat wawancara


dengan ketua HMI

Dokumentasi saat wawancara


dengan anggota PMII di Rayon Moh
Hatta (Fakultas Ekonomi)

27 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
Dokumentasi saat wawancara dengan anggota HTI

28 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r
DAFTAR PUSTAKA

Azis, Asmaeny. 2007. Feminisme Profetik.Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Fauzia, Amelia. 2004. Realita dan Cita Kesetaraan Gender di UIN Jakarta.
Jakarta: Mc Gill IAIN-Indonesia Social Equity Project.

Jackson, Stevi Jackie Jones.2009. Pengantar Teori-Teori Feminis Kontemporer.


Bandung: Jalasutra.

Ollenburger, Jane C dan Hallen A.Moore. 1996. Sosiologi Wanita. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Relawati, Rahayu. 2011. Konsep dan Aplikasi Penelitian Gender. Bandung: Muara
Indah.

Sadli, Saparinah. 2010. Berbeda Tapi Setara. Jakarta: PT Kompas Media


Nusantara.

Sumbulah, Umi. 2008. Spektrum Gender Kilasan Inklusi Gender di Perguruan


Tinggi. Malang: UIN Malang press

Susilaningsih, dkk. 2004. Kesetaraan Gender di Pergruan Tinggi Islam


Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

29 | K e a d i l a n d a n K e s e t a r a a n G e n d e r

Anda mungkin juga menyukai