Anda di halaman 1dari 8

Makalah Pertentangan-Pertentangan Sosial dan Integrasi Masyarakat

October 17, 2016

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap tingkah laku individu satu dengan individu lain pasti berbeda. Individu bertingkah laku karena ada
dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Tapi apabila gagal dalam memenuhi kepentingannya akan
banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya. Dan suatu hal yang saling
berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka dan akan cenderung membuat sikap untuk
membeda-bedakan. Maka akan terjadi sikap bahwa kebudayaan dirinya lebih baik daripada kebudayaan
orang lain, sehingga timbullah konflik yaitu berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan.

Di dalam kelompok masyarakat Indonesia, konflik dapat disebabkan karena faktor harga diri dan
kebanggaan kelompok terusik, adanya perbedaan pendirian atau sikap, perbedaan kebudayaan,
benturan kepentingan (politik, ekonomi, kekuasaan). Adat kebiasaan dan tradisi yang hidup dalam
masyarakat merupakan tali pengikat kesatuan perilaku di dalam masyarakat. Suatu kelompok yang ada
dalam keadaan konflik yang berlangsung lama biasanya mengalami disintegrasi. Dan untuk
menyelesaikan semua itu melalui integrasi masyarakat. Integrasi dapat berlangsung cepat atau lambat
karena dipengaruhi oleh faktor homogenitas kelompok, besar kecilnya kelompok, mobilitas geografis,
dan efektifitas komunikasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja yang terjadi di dalam masyarakat?

2. Mengapa permasalahan itu terjadi?

C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui masalah apa saja yang terjadi di dalam masyarakat.

2. Mengetahui yang melatarbelakangi permasalahan itu muncul.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perbedaan Kepentingan

Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada
dorongan untuk memenuhi kepentingannya.[1] Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis
kepentingan dan kebutuhan sosial atau psikologis. Oleh karena itu individu mengandung arti bahwa
tidak ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun
rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan
kepentingan itu antara lain :

1. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.

2. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.

3. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.

4. Kepentingan individu untuk memperoleh potensi dan posisi.

5. Kepentingan individu untuk membutuhkan orang lain.

6. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.

7. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.

8. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.[2]

Permasalahan utama yang jelas tampak dalam tinjauan konflik ini adalah adanya jarak yang terlalu besar
antara harapan (Tujuan Sosial) dengan kenyataan pelaksanaan dan hasilnya. Disinilah tercermin adanya
perbedaan kepentingan dalam kerangka tinjauan politik.

B. Prasangka, Diskriminasi dan Ethnosentrisme

1. Prasangka dan Diskriminasi

Prasangka dan Diskriminasi adalah dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat
merugikan pertumbuhan, perkembangan dan bahkan integrasi masyarakat.[3] Perbedaan terpokok
antara prasangka dan diskriminasi adalah bahwa prasangka menunjukkan pada aspek sikap, sedangkan
diskriminasi pada tindakan. Dengan demikian diskriminasi merupakan tindakan yang realistis, sedangkan
prasangka tidak realistis dan hanya diketahui oleh diri individu masing-masing.

2. Sebab-Sebab Terjadinya Prasangka dan Diskriminasi

a. Dilatarbelakangi Oleh Perkembangan Sosiokultural dan Situasional

Suatu prasangka muncul dan berkembang dari suatu individu terhadap individu lain, atau terhadap
kelompok sosial tertentu manakala terjadi penurunan status atau terjadi pemutusan hubungan kerja
(PHK) oleh pimpinan perusahaan terhadap karyawannya.

b. Bersumber dari Faktor Kepribadian

Para ahli beranggapan bahwa prasangka lebih dominan disebabkan oleh kepribadian orang-orang
tertentu. Tipe authoritarian personality adalah sebagai ciri-ciri kepribadian seseorang yang penuh
prasangka.

c. Berlatar Belakang dari Perbedaan Keyakinan, Kepercayaan dan Agama

Dalam hal ini bisa ditambah lagi dengan perbedaan pandangan politik, ekonomi dan ideologi.
Prasangka yang berakar dari hal-hal tersebut dapat dikatakan sebagai prasangka yang bersifat universal.
3. Usaha Mengurangi / Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi

1. Perbaikan kondisi Sosial Ekonomi

2. Perluasan kesempatan belajar

3. Sikap terbuka dan sikap lapang

4. Ethnosentrisme

Ethnosentrisme yaitu suatu kecenderungan yang menganggap nilai-nilai dan norma-norma


kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik dan digunakan tolak ukur untuk menilai dan
membedakannya dengan budaya lain.

C. Pertentangan-Pertentangan Sosial/Ketegangan Dalam Masyarakat

Konflik (pertentangan) mengandung suatu pengertian tingkah laku yang lebih luas dari pada yang bisa
dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar dan perang. Konflik dapat
terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu individu sampai pada lingkup yang lebih luas yaitu
masyarakat. Para penulis seperti Berstein, Coser, Tollet dan Ryland ; Memandang konflik sebagai
sesuatu yang tidak dapat dicegah timbulnya, yang secara potensial dapat mempunyai kegunaan
fungsional dan konstrukftif. Konflik mempunyai potensi untuk memberikan pengaruh yang positif
maupun negatif dalam berbagai taraf interaksi manusia. Di dalam proses-proses pembuatan keputusan
terletak metode-metode pengadilan konflik yang dapat digunakan terhadap semua atau setiap konflik
(Wilson an Ryland, 1969).

Adapun cara-cara pemecahan konflik-konflik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Elimination yaitu pengunduran diri salah satu pihak yang telibat dalam konflik yang diungkapkan
dengan : kami mengalah, kami mendongkol, kami keluar, kami membentuk kelompok kami sendiri.

2. Subjugation atau domination, artinya orang atau pihak yang mempunyai kekuatan terbesar dapat
memaksa orang atau pihak lain untuk mentaatinya.

3. Majority Rule artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting akan menentukan keputusan,
tanpa mempertimbangkan argumentasi.

4. Minority Consent artinya kelompok mayoritas yang memenangkan, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan kegiatan bersama

5. Compromise artinya kedua atau semua sub kelompok yang telibat dalam konflik berusaha mencari
dan mendapatkan jalan tengah (Half way).

6. Integration artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan dan


ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak.[4]

Setelah perang dunia ke II selesai, sejumlah negara di Asia mendapat peluang menyatakan
kemerdekaannya, seperti India, Burma, Muangthai, Malaysia dan Indonesia. Pada umumnya negara-
negara tersebut dijajah oleh negara-negara barat dengan waktu yang sangat lama. Negara Indonesia
sebagai bagian dari negara di Asia tenggara menghadapi beberapa masalah atau problema, setelah
mencapai kemerdekaan pada tahun 1945. Pada dasarnya problema yang dihadapi oleh negara Indonesia
meliputi :

1. Problema Pemerintahan

Seakan-akan merupakan patokan, bahwa negara modern harus menggunakan sistem pemerintahan
model barat walaupun UUD 1945 memakai sistem pemerintahan dari barat sebagai modelnya, akan
tetapi pernyataan kepribadian bangsa dalam segala aspek nampak jelas semangat UUD 1945
disingkirkan, sementara kelompok yang menginginkan sistem liberalisme mencapai kemenangan tetapi
pada juli 1959 dengan dekrit presiden, UUD 1945 diberlakukan kembali.

2. Problema Ideologi Bangsa

Sebagai alternatif Indonesia lebih menekankan pencarian ideologi bangsa pada akar budaya bangsa.
Pancasila yang digali dari kebudayaan sendiri dapat diterima sebagai idelologi bangsa.

3. Problema Kedaerahan dan Minoritas

Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau dan berpuluh-puluh suku bangsa. Merupakan masalah tersendiri
dalam alam kemerdekaan. Minoritas di Indonesia yaitu suku asing keturunan cina, arab dan eropa
ternyata merupakan masalah, terutama dalam kehidupan ekonomi dan sosial.

D. Golongan-Golongan Yang Berbeda dan Integrasi Nasional

1. Masyarakat Majemuk dan Nasion Indonesia

Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk, yaitu suatu masyarakat negara yang
terdiri dari beberapa suku bangsa/golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan nasional, yaitu
berwujud negara indonesia.

2. Integrasi

Penduduk Indonesia yang menempati wilayah yang luas ini bukan hanya terikat oleh satu sistem
kebudayaan, tetapi banyak sistem kebudayaan. Berikut adalah sistem yang berlaku di Indonesia :

a. Sistem Kebudayaan Daerah

b. Sistem Kebudayaan Agama seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha

c. Sistem Kebudayaan Nasional

d. Sistem Kebudayaan Asing seperti Cina, Arab dan Eropa

Keempat sistem diatas merupakan unsur dari kebudayaan nasional. Karena itu harus memperjelas
dalam hubungan antara :

a. Kebudayaan atau Kekuatan nasional dengan kebudayaan suku-suku bangsa/daerah

b. Kebudayaan suku-suku bangsa/daerah dengan kebudayaan suku-suku bangsa/daerah lain

Variabel-variabel lain yang dapat menjadi penghambat dalam integrasi yaitu :

a. Klaim/Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya


b. Isu asli tidak asli

c. Isu agama

d. Prasangka dan Ethnosentrisme

3. Integrasi Sosial

Integrasi sosial (integrasi masyarakat) dapat diartikan adanya kerjasama dari seluruh anggota
masyarakat, mulai dari individu, keluarga, lembaga dan masyarakat secara keseluruhan sehingga
menghasilkan persenyawaan-persenyawaan berupa adanya konsesus nilai-nilai yang sama-sama
dijunjung tinggi.

E. Integrasi Nasional

Integrasi Nasional adalah merupakan masalah yang dialami oleh semua negara atau nation yang ada di
dunia, yang berbeda adalah bentuk permasalahan yang dihadapinya.

1. Beberapa Permasalahan Integrasi Nasional

Permasalahan utama yang dihadapi dalam integrasi nasional ini adalah adanya cara pandang yang
berbeda tentang pola laku duniawi dan cara untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain masalah integrasi
nasional ini pada prinsipnya bersumber pada perbedaan ideologi.

Permasalahan yang kedua yaitu permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi masyarakat majemuk, yang
terdiri dari berbagai kelompok etnis lain diantara penduduk pribumi maupun keturunan asing. Menurut
Harsya Bachtiar, kelompok etnis atau suku-suku bangsa yang ada di daerah merupakan nation-
nation pribumi yang telah terbentuk lama sebelum nation Indonesia diproklamasikan. Mereka memilih
ciri-ciri sendiri yang merupakan ciri-ciri suatu nation.

Permasalahan ketiga adalah masalah teritorial daerah yang sering kali berjarak cukup jauh. Lebih-lebih
Indonesia yang berbentuk negara kepulauan dan merupakan arus lalu lintas dua benua dan dua
samudera. Kondisi ini akan lebih mempererat rasa solidaritas kelompok etnis tertentu.

Permasalahan keempat ditinjau dari kehidupan dan pertumbuhan partai politik. Permasalahan politik di
Indonesia berpengaruh pula dalam mencapai integrasi nasional. Charles Lears Taylor dan Michael C.
Hudson mencatat beberapa indikator pertentangan politik di Indonesia yaitu terjadinya demonstrasi,
kerusuhan, meningkatnya angka kematian akibat kekerasan politik, pemindahan kekuasaan eksekutif
yang bersifat reguler.

2. Upaya Pendekatan

Di samping perbedaan golongan itu sendiri mempunyai potensi untuk menuju ke arah integrasi dengan
sistem silang menyilang. Usaha-usaha yang dilaksanakan untuk memperkecil dan menghilangkan
kesenjangan-kesenjangan itu antara lain :

a. Menggali kebudayaan daerah untuk dijadikan kebudayaan nasional dan membina penggunaan
bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

b. Melalui jalur-jalur formal seperti pendidikan perundang-undangan yang berlaku bagi seluruh warga
negara dan pendidikan formal lainnya.
3. Integrasi Nasional dalam Perspektif

Disamping itu berpedoman pada teori Walter T. Martin yang telah dikemukakan terdahulu bahwa
perbedaan golongan mempunyai dua kemungkinan yang sama besar untuk menjadi konflik (disintegrasi)
atau integrasi, maka kemungkinan integrasi nasional menjadi masalah, sama besar dengan tercapainya
integrasi.

Namun demikian integrasi nasional sebagai salah satu cita-cita nasional maupun cita-cita negara akan
dapat terwujud atau paling tidak menekan kemungkinan permasalahan potensi masyarakat untuk
mendukung agar berintegrasi sendiri secara alamiah dengan sistem Cross cutting affiliation.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Di setiap masyarakat pasti muncul pertentangan-pertentangan atau permasalahan-permasalahan,


diantaranya:

1. Perbedaan Kepentingan yang terdapat dalam diri individu ada 2, yakni kepentingan biologis dan
kepentingan sosial/psikologis.

2. Prasangka dan Diskriminasi: prasangka yang menunjukkan aspek sikap sedangkan diskriminasi pada
tindakan.

3. Sebab-sebab terjadinya prasangka dan diskriminasi

a. Dilatarbelakangi Oleh Perkembangan Sosiokultural dan Situasional

b. Bersumber dari Faktor Kepribadian

c. Berlatar Belakang dari Perbedaan Keyakinan, Kepercayaan dan Agama

4. Ethnosentrisme adalah kebudayaan darinya lebih unggul dari kebudayaan lainnya.

Usaha Mengurangi/Menghilangkan Prasangka dan Diskriminasi diantaranya :

1. Perbaikan kondisi Sosial Ekonomi

2. Perluasan kesempatan belajar

3. Sikap terbuka dan sikap lapang

B. Saran

Makalah yang ditulis ini tentunya sangat jauh dari nilai kesempurnaan. Meskipun demikian penulis tetap
menyarankan kepada para pembaca, agar dalam menjalani kehidupan sehari-hari selalu melihat konflik
maupun pertentangan-pertentangan yang bersumber dari perbedaan secara logis dan realistis, sehingga
tidak menimbulkan konflik yang lebih besar yang dapat mengarahkan kita pada perpecahan dalam
berbangsa. Semoga makalah yang sederhana ini memiliki manfaat bagi penulis khususnya dan seluruh
pembaca pada umumnya.

Anda mungkin juga menyukai