Anda di halaman 1dari 6

NAMA : Zahra Pipit Maulida

NOMOR URUT : 26
KELAS : 8.8
KONFLIK DAN INTEGRASI DALAM KEHIDUPAN SOSIAL

A. KONFLIK SOSIAL

Konflik sosial merupakan suatu penyimpangan yang biasanya didasari oleh kesalahpahaman.
Pertentangan sosial dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari sebagai contohnya: tawuran, peperangan
antar suku dan juga kekerasan dalam rumah tangga. Semua itu hanya ingin memuaskan keegoisan
masing-masing yang ingin memenangkan dirinya sendiri.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya pertentangan sosial:

1. Rasa iri antara individu, negara, dan masyarakat.


2. Adanya rasa tidak puas masyarakat terhadap kepemerintahan.
3. Banyak adu domba antara politik, agama, suku serta budaya.

B. PERBEDAAN KEPENTINGAN

Kepentingan merupakan dasar dari timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku
karena adanya dorongan untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan ini sifatnya esensial bagi
kelangsungan hidup individu itu sendiri, jika individu berhasil memenuhi kepentingannya, maka ia
akan merasakan kepuasan dan sebaliknya kegagalan dalam memenuhi kepentingan akan menimbilkan
masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.

Dengan berpegang prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam
memenuhi kebutuhannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat
pada hakikatnya merupakan kepuasan pemenuhan dari kepentingan tersebut.

Oleh karena individu mengandung arti bahwa tidak ada dua orang yang sama persis dalam
aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka dengan sendirinya timbul perbedaan
individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa:
a. Kepentingan individu untuk memperoleh kasih sayang.
b. Kepentingan individu untuk memperoleh harga diri.
c. Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sama.
d. Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan posisi.
e. Kepentingan individu untuk dibutuhkan orang lain.
f. Kepentingan individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.
g. Kepentingan individu untuk memperoleh rasa aman dan perlindungan diri.
h. Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaan diri.

Perbedaan kepentingan ini tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi mengenal
beberapa fase yaitu:

a. Fase disorganisasi yang terjadi karena kesalahpahaman.


b. Fase disintegrasi yaitu pernyataan tidak setuju.
c. Fase disintegrasi ini memiliki tahapan (Menurut Walter W. Martin dkk):
1) Ketidaksepahaman anggota kelompok tentang tujuan yang dicapai.
2) Norma sosial tidak membantu dalam mencapai tujuan yang disepakati.
3) Norma yang telah dihayati bertentangan satu sama lain.
4) Sanksi sudah menjadi lemah.
5) Tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.

C. DISKRIMINASI DAN ETNOSENTRISME

a. Diskriminasi

Diskriminasi merujuk kepada pelayanan yang tidak adil terhadap individu tertentu, dimana
layanan ini dibuat berdasarkan karakteristik yang diwakili oleh individu tersebut. Diskriminasi
merupakan suatu kejadian yang biasa dijumpai dalam masyarakat manusia, ini disebabkan karena
kecenderungan manusia untuk membeda-bedakan yang lain.

Diskriminasi langsung, terjadi saat hukum, peraturan atau kebijakan jelas-jelas menyebutkan
karakteristik tertentu, seperti jenis kelamin, ras, dan sebagainya, dan menghambat adanya peluang
yang sama.

Diskriminasi tidak langsung, terjadi saat peraturan yang bersifat netral menjadi diskriminatif
saat diterapkan di lapangan.

b. Etnosentrisme

Etnosentrisme adalah kecenderungan untuk melihat dunia hanya melalui sudut pandang
budaya sendiri, maksudnya Etnosentrisme yaitu suatu kecendrungan yang menganggap nilai-nilai dan
norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik, mutlak, dan dipergunakannya
tolak ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.

Etnosentrisme memiliki dua tipe yang satu sama lain saling berlawanan, yakni :

a. Tipe pertama adalah etnosentrisme fleksibel. Seseorang yang memiliki etnosentrisme ini
dapat belajar cara-cara meletakkan etnosentrisme dan persepsi mereka secara tepat dan
bereaksi terhadap suatu realitas didasarkan pada cara pandang budaya mereka serta
menafsirkan perilaku orang lain berdasarkan latar belakang budayanya.
b. Tipe kedua adalah etnosentrisme infleksibel. Etnosentrisme ini dicirikan dengan
ketidakmampuan untuk keluar dari perspektif yang dimiliki atau hanya bisa memahami
sesuatu berdasarkan perspektif yang dimiliki dan tidak mampu memahami perilaku orang lain
berdasarkan latar belakang budayanya.

D. PERTENTANGAN DAN KETEGANGAN DALAM MASYARAKAT

Konflik mengandung pengertian tingkah laku yang lebih luas daripada yang biasa
dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasar. Terdapat tiga elemen
dasar yang merupakan ciri dasar dari suatu konflik, yaitu:

a. Terdapat dua atau lebih unit-unit atau bagian yang terlibat dalam konflik.
b. Unit-unit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan, tujuan,
masalah, sikap, maupun gagasan-gagasan.
c. Terdapat interaksi diantar bagian-bagian yang mempunyai perbedaan tersebut.

Konflik merupakan suatu tingkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering
dihubungkan dengan kebencian atau permusuhan, konflik dapat terjadi pada lingkungan diri
seseorang, kelompok, dan masyarakat. Adapun cara pemecahan konflik tersebut, yaitu:

a. Elimination, pengunduran diri dari salah satu pihak yang terlibat konflik.
b. Subjugation atau Domination, pihak yang mempunyai kekuasaan terbesar dapat memaksa
pihak lain untuk mengalah.
c. Majority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting.
d. Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas
tidak merasa dikalahkan dan menerima keputusan serta kesepakatan untuk melakukan
kegiatan bersama.
e. Compromise, artinya semua sub kelompok yang terlibat dalam konflik berusaha mencari dan
mendapatkan jalan tengah.
f. Integration, artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkan, dan
ditelaah kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua
pihak.
E. GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSIAL

Masyarakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk yang terdiri dari berbagai
suku bangsa dan golongan sosial yang dipersatukan oleh kesatuan nasional yang berwujudkan Negara
Indonesia. Masyarakat majemuk dipersatukan oleh sistem nasional yang mengintegrasikannya melalui
jaringan-jaringan pemerintahan, politik, ekonomi, dan sosial. Aspek-aspek dari kemasyarakatan
tersebut, yaitu Suku Bangsa dan Kebudayaan, Agama, Bahasa, Nasional Indonesia.

Masalah besar yang dihadapi Indonesia setelah merdeka adalah integrasi diantara masyarakat
yang majemuk. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakat majemuk tetap
berada pada kemajemukkannya, mereka dapat hidup serasi berdampingan (Bhineka Tunggal Ika),
berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penghambat dalam
integrasi:

1. Tuntutan penguasaan atas wilayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya.


2. Isu asli tidak asli, berkaitan dengan perbedaan kehidupan ekonomi antar warga negara
Indonesia asli dengan keturunan (tionghoa, arab).
3. Agama, sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan kesukuan.
4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu.

Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian diantara unsur-unsur yang saling berbeda
dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memilki
keserasian fungsi.

Definisi lain mengenai integrasi adalah suatu keadaan dimana kelompok-kelompok etnik
beradaptasi dan bersikap komformitas terhadap kebudayaan mayoritas masyarakat, namun masih tetap
mempertahankan kebudayaan mereka masing-masing. Integrasi memiliki 2 pengertian, yaitu:

1. Pengendalian terhadap konflik dan penyimpangan sosial dalam suatu sistem sosial
tertentu. Membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur tertentu
2. Sedangkan yang disebut integrasi sosial adalah jika yang dikendalikan, disatukan, atau
dikaitkan satu sama lain itu adalah unsur-unsur sosial atau kemasyarakatan.

Suatu integrasi sosial diperlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai
tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya. Integrasi
sosial akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas
teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
1. Faktor Internal

 Kesadaran diri sebagai makhluk sosial.


 Tuntutan kebutuhan.
 Jiwa dan semangat gotong royong.

2. Faktor Eksternal

 Tuntutan perkembangan zaman.


 Persamaan kebudayaan.
 Terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama.
 Persaman visi, misi, dan tujuan.
 Sikap toleransi.
 Adanya kosensus nilai.
 Adanya tantangan dari luar.

Anda mungkin juga menyukai