Anda di halaman 1dari 5

Resume BAB 5 Bagian A dan B

Oleh : Kelompok 3

A. Integrasi Sosial dalam Konflik Sosial


Integrasi berasal dari bahasa Inggris integration yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan.
Integrasi sosial dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara unsur-unsur yang saling
berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat
yang memiliki keserasian fungsi. Suatu integrasi sosial diperlukan agar masyarakat tidak
bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik berupa tantangan fisik maupun konflik
yang terjadi secara sosial budaya.
Integrasi sosial adalah bagian dari proses sosial yang berupa kecenderungan untuk saling
menarik, saling bergantung dan saling menyesuaikan diri. Seperti yang anda pelajari,
masyarakat selalu bergerak dinamis dan berubah. Perubahan itu terjadi karena masyarakat
berkembang semakin maju dan kompleks. Setiap orang dan setiap kelompok memerlukan
jasa pekerjaan orang lain. Kesadaran akan rasa saling membutuhkan itulah yang
memungkinkan terjadinya integrasi sosial.
Contoh, umumnya warga masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia bekerja di sektor
dunia mereka ada yang membuka toko penjualan barang kebutuhan sehari-hari hingga ada
yang menjadi kolom konglomerat dan pemilik jaringan usaha besar. sedangkan orang pribumi
pada umumnya bekerja di sektor pertanian.
1. Bentuk Bentuk Integrasi Sosial
Integrasi dapat terjadi secara vertical maupun secara horizontal. Integrasi vertikal terjadi
antara kelas kelas sosial, sedangkan integrasi horizontal terjadi antar kelompok kelompok
sosail di masyarakat. Berikut ini beberapa bentuk integrasi yang lazim terjadi di masyarakat.
a. Integrasi Atas Dasar Paksaan (coersion)
Integrasi sosial atas dasar paksaan adalah integrasi sosial dalam masyarakat yang terjadi
karena adanya suatu paksaan. Integrasi sosial pada bentuk ini cocok digunakan untuk
masyarakat yang bersifat radikal.
b. Integrasi Sosial Atas Dasar Saling Ketergantungan Ekonomi.
Faktor ekonomi merupakan faktor yang paling mengintegrasikan masyarakat. Setiap orang
atau kelompok, tidak mungkin lepas dari urusan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari
yang bersifat ekonomis. Semakin terspesialisasi bidang kehidupan yang dihayati oleh anggota
masyarakat, semakin tinggi ketergantungannya pada orang lain. Tidak ada seorang pun yang
mampu memenuhi kebutuhan ekonominya tanpa bantuan orang lain. Tidak ada kelompok
masyarakat yang mampu hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan kelompok masyarakat
lainnya, sehingga terjadi integrasi sosial
c. Solidaritas Mekanis
Solidaritas mekanis adalah integrasi sosial berdasarkan kesadaran kolektif. Kesadaran ini
bersumber dari kepercayaan dan sentimen yang ada dalam suatu masyarakat. Solidaritas
mekanis dapat dilihat dalam organisasi keagamaan. Namun, individu yang tergabung dalam
organisasi keagamaan tidak terikat oleh paksaan fisik atau harapan untuk mendapatkan
keuntungan karena adanya kepercayaan bersama, cita-cita dan komitmen moral.
d. Solidaritas Organis.
Solidaritas organis diikat oleh kesadaran saling ketergantungan di antara bagian-bagian dalam
masyarakat. Solidaritas organis bertujuan untuk memperkukuh pertahanan kelompoknya
dengan berbagai cara, seperti dengan membentuk organisasi sosial untuk kesejahteraan dan
pertahanan bersama, atau dengan mendirikan lembaga-lembaga pendidikan untuk
memperkuat ketahanan budaya.
2. Faktor Pendorong Integrasi Sosial
Berikut ini adalah hal - hal yang dapat memungkinkan terjadinya integrasi sosial.
a. Pola hubungan simbiosis mutualisme
b. Cross-Cutting Affiliations dan Cross Cutting Loyalties
c. Rasa saling memiliki (sense of belonging)
d. Konsensus
3. Konflik dan kekerasan sosial
Konflik adalah bagian dari interaksi sosial yang bersifat disasosiatif. Konflik atau
pertentangan diartikan sebagai suatu bentuk interaksi yang ditandai oleh keadaan saling
mengancam, menghancurkan, melukai, dan melenyapkan di antara pihak- pihak yang terlibat.
Konflik dapat melibatkan perorangan maupun kelompok.
Menurut teori konflik, masyarakat memang bersifat pluralistik dan di dalamnya terjadi
ketidakseimbangan distribusi kekuasaan (authority), artinya dalam suatu masyarakat
senantiasa terdapat kelompok-kelompok sosial yang saling bersaing dan berebut pengaruh.
Dari persaingan dan perebutan pengaruh itulah, kemudian muncul kelompok yang paling
berkuasa dan kelompok-kelompok lain yang berkedudukan sebagai pihak yang dikuasai.
Teori konflik yang dianggap mampu menjelaskan terjadinya konflik sosial terdiri atas dua
pandangan, yaitu sebagai berikut.
a. Pandangan pertama, digolongkan sebagai teori klasik yang dimunculkan oleh Karl Marx,
George Simmel, Lewis Coser, dan Ralf Dahrendorf. Mereka menganggap bahwa konflik
terjadi karena adanya perjuangan antarkelas sosial yang ada di masyarakat. Menurut Karl
Marx, perjuangan itu berupa pertentangan (konflik) antara kelas borjuis melawan kelas
proletar. Kelas borjuis adalah kelompok yang memegang kekuasaan mengatur masyarakat.
b. Pandangan kedua, dimunculkan oleh Taylor. Walton, dan Young. Teori mereka dianggap
sebagai pemikiran terbaru (kontemporer), meskipun secara mendasar intinya sama dengan
versi pertama. Terjadinya konflik sosial menurut mereka. juga berakar pada perbedaan
distribusi kekuasaan dalam masyarakat. Kaum elit yang berkuasa dianggap sebagai
pengontrol pembuatan peraturan dan hukum-hukum untuk menjamin keamanan kepentingan
kelompok mereka sendiri.

Berdasarkan penjelasan (teori) di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa konflik sosial adalah
pertentangan yang terjadi antara unsur-unsur yang ada di dalam masyarakat. Masyarakat
adalah suatu kesatuan yang memiliki struktur. Struktur masyarakat terdiri atas bagian-bagian
yang disebut dengan kelompok-kelompok sosial.
4. Perbedaan Konflik dengan Kekerasan
Keberadaan konflik di masyarakat adalah sebuah keniscayaan. Artinya, konflik akan selalu
ada dan pasti terjadi dalam masyarakat. Lebih-lebih kalau kita memahaminya dari sudut
pandang teori konflik klasik (Karl Marx). Berdasarkan pemahaman teori ini, konflik sosial
ternyata mengandung manfaat positif. yakni sebagai bagian dari proses perubahan sosial.
Namun, konflik sosial juga dapat bersifat negatif, karena konflik menempatkan warga
masyarakat dalam posisi saling bermusuhan. Dalam kompetisi, interaksi yang terjadi bersifat
disasosiatif, namun dalam suasana damai. Hal ini tentu saja berbeda dengan konflik, karena
konflik adalah interaksi sosial yang berlangsung dengan melibatkan atau kelompok-
kelompok yang saling menentang dengan ancaman kekerasan Konflik sosial yang didasari
oleh alasan untuk sekadar mempertahankan diri memang tidak begitu mengarah pada
kekerasan, karena konflik sosial seperti ini hanya bersifat defensif saja. Akan tetapi, ada
konflik sosial yang terang-terangan bertujuan untuk membinasakan pihak lain yang
dipandang sebaga ilawan. Konflik sosial jenis kedua inilah yang akan mengarah pada
kekerasan, seperti konflik sosial yang merebak di Sampit, Kalimantan yang melibatkan suku
Dayak dengan kaum pendatang dari Madura. Konflik sepeti ini bersifat merusak (negatif)
karena menimbulkan kerusakan harta benda dan bahkan nyawa manusia.
B. Penanganan Konflik Sosial
Setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki jenis dan bennik konfliknya sendiri-
sendiri. Setiap individu atau kelompok dalam masyarakat joga memiliki gaya tersendiri
dalam menghadapi dan menyelesaikan konflik tersebut.
Tiap orang mempunyai cara yang berbeda dalam menangani konflik. Cara ini dipelajari sejak
masih anak-anak dan tampaknya berfungsi secara otomatis. Dalam konflik selalu ada dua
kepentingan utama, yaitu sebagai berikut.
1. Kepentingan untuk mencapai tujuan pribadi. Harus mempunyai tujuan pribadi yang
bertentangan dengan tujuan orang lain.
2. Kepentingan senk tetap memelihara hubungan baik dengan orang lain. Harus mampu
bekerja sama secara efektif dengan orang tersebut pada masa yang akan datang.
Adanya dua kepentingan yang berbeda tersebut dapat memengaruhi cara bertindak dalam
suatu konflik. dalam melihat dua kepentingan tersebut, dapat diungkapkan lima cara dalam
menangani konflik, yaitu sebagai berikut.
1. Menghindar
Cara ini seolah-olah seperti kura-kura yang menarik diri dalam tempurungnya untuk
menghindari konflik. Tipe ini mengorbankan tujuan pribadi ataupun hubungannya dengan
orang lain. Orang yang menggunakan cara ini yakin bahwa tidak ada gunanya berusaha
menyelesaikan konflik yang merasa tak berdaya.
2. Memaksakan Kehendak
Orang dengan cara ini berusaha menguasai lawan-lawannya dengan memaksa mereka untuk
menerima penyelesaian konflik yang diinginkannya. Tujuan pribadinya dianggap sangat
penting, Tipe ini tidak peduli terhadap kebutuhan orang lain, ia tidak peduli apakah orang lain
menyukai dan menerima dirinya atau tidak, la menganggap bahwa konflik harus diselesaikan
dengan cara satu pihak menang dan pihak yang lain kalah. Ia berusaha menang dengan
menyerang, menguasai, mengatasi, dan melakukan intimidasi terhadap orang lain.
3. Menyesuaikan Pada Keinginan Orang Lain
Pada gaya ini, hubungan dengan orang lain sangat penting, Orang tipe ini ingin diterima dan
disakai orang lain. la merasa bahwa konflik harus dihindari demi keserasian (harmoni) dan ia
yakin babwe kundlik tidak dapat dibicarakan jika merusak hubungan baik.
4. Tawar Menawar
Tawar Menawar ini cukup memperhatikan tujuan pribadi dan hubungannya yang dengan
orang lain. Tipe ini mencari penyelesaian terhadap konflik menempatkan kedua belah pihak
memperoleh sesuatu, seolah-olah bertemu di tengah antara kedua kedudukan ekstrim
(mementingkan tujuan pribadi dan mementingkan hubungan dengan orang lain). la ingin
mengorbankan sebagian rajuan pribadi ataupun hubungannya dengan orang lain untuk
mencapai persetujuan ke arah kebaikan bersama.
5. Kolaborasi
Cara ini sangat menghargai tujuan pribadi dan hubungannya dengan orang lain. Orang tipe ini
memandang konflik untuk meningkatkan hubungan dengan cara mengurangi ketegangan
kedua belah pihak. Ia berusaha memulai sesuatu pembicaraan yang dapat mengenali konflik
sebagai suatu masalah. Tipe ini memelihara hubungan dengan cara mencari pemecahan yang
memuaskan kedua belah pihak. Ia tidak akan merasa puas sampai menemukan suatu
penyelesaian yang dapat mencapai tujuan pribadinya dan tujuan orang lain.

Berikut ini terdapat beberapa petunjuk yang bisa membantu untuk menangani sebuah konflik.
a. Apabila tujuan pribadi tidak begitu penting dan Anda juga merasa tidak perlu memelihara
hubungan dengan orang lain maka Anda dapat menghindar.
b. Jika tujuan pribadi sangat penting, tetapi hubungan dengan orang lain tidak begitu penting
maka Anda dapat bertindak dengan memaksakan kehendak.
c. Jika tujuan pribadi tidak begitu penting, tetapi hubungan dengan orang lain sangat penting
maka Anda dapat memakai cara menyesuaikan pada keinginan orang lain.
d. Jika tujuan pribadi ataupun hubungan dengan orang lain cukup penting bagi Anda dan
orang lain, itu sama-sama tidak akan memperoleh apa yang diinginkan bersama maka bisa
dilakukan cara tawar-menawar.
e. Jika tujuan pribadi dan hubungan dengan orang lain sangat penting, Anda bisa bertindak
dengan cara kolaborasi.

Anda mungkin juga menyukai