DOSEN PENGAMPU :
Disusun Oleh :
NIM : 17114201148
KELAS : A3 SEMESTER 7
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Syok adalah setiap keadaan yang mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan
oksigen jaringan, baik karena suplainya berkurang atau kebutuhannya yang meningkat,
menimbulkan tanda-tanda syok. Diagnosa adanya syok harus didasarkan pada data-data baik
klinis maupun laboratorium yang jelas yang merupakan akibat dari berkurangnya perfusi
jaringan. Syok mempengaruhi kerja organ-organ vital dan penanganannya memerlukan
pemahaman tentang patofisiologi syok.
Syok neurogenik merupakan penyakit kegawatdaruratan berupa syok distribuif yang
menyebabkan penurunan tekanan darah , kegagalan perfusi dan hipoksia jaringan. Syok
neurogenik terjadi akibat hilangnya tonus otonom oleh kerusakan medulla spinalis , kondisi
ini umumnya terjadi setela cedera pada system saraf pusat , misalnya cedera medulla spinalis
atau cedera otak traumatic.
Tata laksana syok neurogenik difokuskan dalam mengatasi penurunan resistensi
vaskuler sistemik yang terjadi akibat peningkatan kapasitas vena . biasanya tata laksana
dilakukan dengan pemberian cairan isotonic intravena .
B. Rumusan Masalah
1. Untuk Mengetahui pengertian syok neurologic?
2. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis syok?
3. Untuk mengetahui etiologi syok neurogenik?
4. Untuk mengetahui Manifestasi klinik syok neurogenik?
5. Untuk mengetahui Patofisiologi dari syok neurogenik!
6. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang pada syok neurogenik ?
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan syok neurogenik !
8. Asuhan keperawatan syok neurogenik !
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Syok
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif. Kemudian diikuti
perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang akibat akhirnya gangguan metabolik
selular. Pada beberapa situasi kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi
kemungkinan syok. Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya
syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik, neurogenik, atau septik
syok). (Bruner & Suddarth,2002).
Syok neurogenik merupakan penyakit kegawatdaruratan berupa syok distribuif yang
menyebabkan penurunan tekanan darah , kegagalan perfusi dan hipoksia jaringan. Syok
neurogenik terjadi akibat hilangnya tonus otonom oleh kerusakan medulla spinalis , kondisi
ini umumnya terjadi setela cedera pada system saraf pusat , misalnya cedera medulla spinalis
atau cedera otak traumatic.
B. Jenis-Jenis Syok
1. Syok Hypovolemik adalah Syok yang merujuk pada suatu keadaan di mana terjadi
kehilangan cairan tubuh dengan cepat sehingga terjadinya multiple organ failure
akibat perfusi yang tidak adekuat. Syok hipovolemik ini paling sering timbul
setelah terjadi perdarahan hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut
akibat trauma tembus dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal
merupakan 2 penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok
hemoragik juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks
dan rongga abdomen
2. Syok kardiogenik adalah Syok yang disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa
jantung yang mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama
sekali . syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi
jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada
definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik
biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg,
atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau
penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih
dari 60 kali per menit dengan atau tanpa adanya kongesti organ. Tidak ada batas
yang jelas antara sindrom curah jantung rendah dengan syok kerdiogenik.
3. Syok distributif adalah Syok yang terjadi ketika volume darah secara abnormal
berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam
pembuluh darah perifer. Tipe tipe syok distributif ada 3 yaitu:
Syok neurogenik : syok spinal yang merupakan bentuk dari syok distributif,
syok neurogenik terjadi akibat kegagalan pusat vasomotor karena hilangnya tonus
pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh, sehingga terjadi hipotensi dan
penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Hasil dari
perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada
sistem saraf (seperti: trauma kepala, cedera spinal, atau general anestesi yang
terlalu dalam).
Syok anafilaktik : Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada
beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kutan dan gastro
intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya
alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi.
Syok sepsis : Syok septik adalah bentuk paling umum syok distributif dan
disebabkan oleh infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi
dengan melakukan praktik pengendalian infeksi, melakukan teknik aseptik yang
cermat .
Intervensi yang dapat dilakukan oleh perawat menurut Kenneth dkk (2007):
B. PENGKAJIAN
Pengkajian data dasar
a. Pemeriksaan fisik didasarkan pada survei umum (Apendiks F) dapat menunjukkan
manifestasi klasifikasi syok: hipotensi takikardia, pucat, kulit lembab dingin, sianosis
perifer, haluaran urine rendah, gelisah, perubahan sesorium (delirium, kacau mental,
agitasi, letargi, obtudansi, koma).
Selain itu, perhatikan manifestasi khusus terhadap tipe syok (manifestasi tersebut
diatas):
Syok neurogenik: hipotensi dengan penampilan merah hangat, reaksi refleks
simpatis khas dari syok tidak terjadi, seperti takikardia dan takipnea (Engram, 1998).
b. Penilaian masalah terhadap kasus syok neurologis :
1. Perubahan kesadaran
2. Perubahan mental
3. Status pernapasan, diperlukan alat bantu respirasi atau tidak
4. Perubahan tekanan intracranial
5. Kematian jaringan otak
c. Penanganan
Pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah
cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena,
maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan. Penatalaksanaan Syok
Neurogenik Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif
seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan
penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah
yang berkumpul ditempat tersebut.
1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi
Trendelenburg). Posisi Trendelenburg.
2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan
menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang
berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan.
Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi
distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong
menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-
otot respirasi.
3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi cairan.
Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya diberikan per
infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap
tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk menilai respon terhadap
terapi.
4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat
vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan seperti
ruptur lien) : Dopamin Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10
mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
Norepinefrin Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah.
Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin
gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat.
5. Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per
infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi
perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat
ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini
pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.
Epinefrin pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan
dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan
pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan
dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang
dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok
neurogenik Dobutamin Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh
menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui
vasodilatasi perifer. Pasien-pasien yang diketahui/diduga mengalami syok
neurogenik harus diterapi sebagai hipovolemia. Pemasangan kateter untuk
mengukur tekanan vena sentral akan sangat membantu pada kasus-kasus syok
yang meragukan. Kesimpulan Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung
dari kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi
penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit
pertama pasien mengalami syok.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan gangguan aliran
arteri dan vena
2. Penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan irama jantung
3. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
D. INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan/ Rencana Keperawatan
Masalah Kolaborasi
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Perfusi jaringan cerebral NOC : NIC :
tidak efektif b/d gangguan Circulation status Monitor TTV
aliran arteri dan vena Neurologic status Monitor AGD, ukuran
Tissue Prefusion : cerebral pupil, ketajaman,
DO : Setelah dilakukan asuhan selama 1x kesimetrisan dan reaksi
Gangguan status 24 jam ketidakefektifan perfusi Monitor adanya
mental jaringan cerebral teratasi dengan diplopia, pandangan
Perubahan perilaku kriteria hasil: kabur, nyeri kepala
Perubahan respon - Tekanan systole dan diastole Monitor level
motorik dalam rentang yang kebingungan dan
Perubahan reaksi pupil diharapkan orientasi
Kesulitan menelan - Tidak ada Monitor tonus otot
Kelemahan atau ortostatikhipertensi pergerakan
paralisis ekstrermitas - Komunikasi jelas Monitor tekanan
Abnormalitas bicara - Menunjukkan konsentrasi intrkranial dan respon