Anda di halaman 1dari 25

ASKEP

SYOK HIPOVOLEMIK

Disusun oleh :

Kelompok 3 :
OCVIANUS KEVIN KAKALANG

HILLERY TULANDI

NI KADEK E.MEGASARI

YOHANA LAADA

MIKSELA SAFKAUR

IVANA E.PONGSUMBEN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2019
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
perkenanannya kami Kelompok 7 (tujuh) dapat menyelesaikan makalah askep ini
yang berjudul “Syok Hipovolemik”.

Semoga dengan adanya makalah askep ini dapat menambah pengetahuan


mahasiswa serta bisa mengaplikasikannya.

Kami menyadari dalam penyulisan makalah ini, masih banyak kekurangan


maupun kesalahan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan masukan berupa
kritik dan saran yang membangun.

Kami mengucapkan banyak terima kasih.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................

DAFTAR ISI..............................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Latar
Belakang....................................................................................... 1.2.
Tujuan penulisan...................................................................................
1.3. Manfaat Penulisan.................................................................................

BAB II : PEMBAHASAN

2.1. Definisi Syok Hipovolemik...................................................................

2.2. Etiologi.................................................................................................

2.3. Manifestasi Klinis................................................................................

2.4. Pemeriksaan Penunjang......................................................................

2.5. Penatalaksanaan Syok Hipovolemik...................................................

2.6. Patofisiologi.........................................................................................

2.7. Pathway...............................................................................................

BAB III : ANALIS DATA

3.1. Pengkajian.........................................................................................

3.2. Program Terapi.................................................................................

BAB IV : INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

4.1. Diagnosa..............................................................................................

4.2. Implementasi.......................................................................................
BAB V : EVALUASI

5.1. Evaluasi................................................................................................

BAB VI : PENUTUP

6.1. Kesimpulan..........................................................................................

6.2. Saran....................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Syok adalah suatu sindroma klinis dimana terdapat kegagalan dalam hal
mengatur peredaran darah dengan akibat terjadinya kegagalan untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh. Kegagalan sirkulasi biasanya
disebabkan oleh kehilangan cairan (hipovolemik) karena kegagalan pompa
atau karena perubahan resistensi vaskular perifer. Setiap keadaan yang
mengakibatkan tidak tercukupinya kebutuhan oksigen jaringan, baik karena
suplainya berkurang atau kebutuhannya yang meningkat, menimbulkan
tanda-tanda syok. Syok mempengaruhi kerja organ-organ vital dan
penanganannya memerlukan pemahaman tentang patofisiologi syok. Syok
juga dapat diakibatkan karena hilangnya cairan dalam jumlah yang banyak.
Dalam menanggulangi syok, hal yang harus diketahui yaitu kemungkinan
penyebab syok tersebut. Pada pasien trauma, pengenalan syok berhubungan
langsung dengan mekanisme terjadinya trauma.
Syok dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi yang
menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Bahaya
syok adalah tidak adekuatnya perfusi ke jaringan atau tidak adekuatnya
aliran darah ke jaringan. Jaringan akan kekurangan oksigen dan bisa cedera.
Menurut WHO, cedera akibat kecelakaan tiap tahunnya menyebabkan
terjadinya 5 juta kematian diseluruh dunia. Angka kematian pada pasien
trauma akibat syok hipovolemik di rumah sakit dengan pelayanan lengkap
mencapai 6%, sedangkan di rumah sakit dengan peralatan kurang memadai
mencapai 36%.
Di Indonesia sendiri, angka kematian penderita syok hipovolemik akibat
demam berdarah yang disertai pendarahan yaitu berkisar 56-66 jiwa ditahun
2014.
1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini yaitu :
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien syok hipovolemik
2. Tujuan Khusus
 Pengkajian, analisa data dan perumusan diagnosa keperawatan
yang terjadi pada pasien syok hipovolemik
 Menetapkan rencana asuhan keperawatan yang tepat pada
pasien syok hipovolemik
 Implementasi dan melakukan evaluasi keperawatan pada pasien
syok hipovolemik
 Mendokumentasikan asuhan keperawatan kepada pasien syok
hipovolemik

1.3. Manfaat Penulisan


 Bagi penulis :
- Membantu untuk lebih memahami tentang asuhan keperawatan
pada pasien syok hipovolemik
- Mengetahui asuhan keperawatan pada pasien syok hipovolemik
dengan baik dan benar
 Bagi intitusi pendidikan :
Merupakan salah satu masukan untuk sumber informasi, bacaan
serta acuan tentang pengetahuan asuhan keperawatan pada pasien
syok hipovolemik.
 Bagi masyarakat :
Sebagai pedoman atau acuan dalam memberikan pelayanan
kesehatan pada masyarakat khususnya mereka yang mengalami
syok hipovolemik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Definisi Syok Hipovolemik


Syok hipovolemik adalah kondisi darurat dimana jantung tidak
mampu memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume
darah yang kurang. Penyebab syok hipovolemik ini diantaranya adalah
diare, luka bakar, muntah, dan trauma maupun pendarahan.
Pendarahan dapat terjadi akibat cedera atau luka (pendarahan luar) dan
pendarahan dalam misalnya akibat pendarahan saluran pencernaan.
Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume darah ≥ 15%
sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi
ke jaringan dan penumpukan sisa-sisa metabolisme sel. Berkurangnya
volume intravaskular dapat diakibatkan oleh kehilangan cairan tubuh
secara akut atau kronik misalnya karena oligemia dan hemoragi. Syok
hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum yang ditandai
dengan penurunan volume intravaskular. Tingkat keparahan gejala
syok hipovolemik oleh seberapa cepat dan seberapa banyak volume
darah atau cairan berkurang dari tubuh.
Diagnosis syok hipovolemik didapatkan dari hasil pemeriksaan fisik
pasien, terutama jika ditemui gejala syok hipovolemik berupa tekanan
darah rendah, suhu menurun, atau detak jantung cepat dengan denyut
nadi yang lemah. Syok hipovolemik merupakan kondisi gawat darurat
yang harus segera ditangani ketika gejala dan tanda klinis tersebut
ditemukan, terutama pada orang-orang yang mengalami trauma atau
cedera.
2.2. Etiologi
1. Absolut
a. Kehilangan darah dan seluruh komponennya
 Trauma
 Pembedahan
 Pendarahan gastrointestinal
b. Kehilangan plasma
 Luka bakar
 Lesi luas
c. Kehilangan cairan tubuh lain
 Muntah hebat
 Diare berat
 Diuresis masisve
2. Relatif
a. Kehilangan integritas pembuluh darah
 Ruptur limpa
 Fraktur tulang panjang atau pelvis
 Pankreatitis hemoragi
 Hemothorax/hemoperitoneum
 Diseksi arteri
b. Peningkatan permeabilitas
 Membran kapiler
 Sepsis
 Anaphylaxis
 Luka bakar
c. Penurunan tekanan osmotik koloid
 Pengeluaran sodium hebat
 Hypopituitarism
 Cirrhosis
 Obstruksi intestinal
2.3. Manifestasi Klinis
Gejala syok hipovolemik bervariasi tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Pasien muda dapat dengan mudah mengkompensasi kehilangan cairan
dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia. Kehilangan
volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi pada
pasien usia lanjut masih dapat ditolerir juga dalam waktu yang cepat
atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
1. Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan
pengisian kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi
jaringan.
2. Takikardi : peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah
respon homeotastis penting untuk hipovolemia.
3. Hipotensi : karena tekanan darah adalah produk resistensi
pembuluh darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer
adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan tekanan darah.
4. Oliguria : produksi urin umumnya akan berkurang pada saat
seseorang mengalami syok hipovolemik.
5. Perfusi : kulit pucat, dingin, basah
6. Hiperventilasi
7. Gelisah, kesadaran menurun
8. Sianosis perifer
9. Pusing
10. Keluar keringat secara berlebihan
11. Nyeri dada
12. Denyut nadi lemah
13. Sesak
14. Bibir dan kuku tampak berdebar
15. Badan lemas
2.4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Pemeriksaan fungsi dan struktur jantung dengan ekokardiografi
3. Tes pemindaian dengan foto Rontgen, USG, atau CT scan pada
organ yang dicurigai mengalami pendarahan
4. Pemeriksaan saluran pencernaan dengan endoskopi
5. Pemeriksaan sejumlah zat kimia pada darah untuk menilai fungsi
ginjal dan apakah ada kerusakan pada otot jantung

2.5. Penatalaksanaan Syok Hipovolemik


a. Penangan sebelum dirumah sakit
 Baringkan korban dan longgarkan pakaian yang ketat
 Topang dan tinggikan kaki korban setinggi mungkin
 Tangani semua penyebab syok, seperti pendarahan dan
lain-lain
 Selimuti korban agar tidak kedinginan dan pertahankan
suhu tubuh
 Jangan tinggalkan korban sendiri tanpa pengawasan
 Tetap lakukan pemeriksaan sampai bantuan datang.
Pencegahan cedera lebih lanjut dilakukan pada kebanyakan
pasien trauma. Vertebra servikalis harus dimobilisasi dan
pasien harus dibebaskan jika mungkin dan dipindahkan ke
tandu. Fiksasi fraktur meminimalisir kerusakan
neurovaskuler dan kehilangan darah.
b. Penanganan lanjutan
 Pemantauan
Parameter berikut ini harus dipantau selama stabilisasi dan
pengobatan : denyut jantung, frekuensi pernapasan, tekanan
darah, tekanan vena central, (CVP) dan pengeluaran urin.
 Penatalaksanaan pernapasan
Pasien harus diberikan aliran oksigen yang tinggi melalui
masker atau kanula. Jalan nafas yang bersih harus
dipertahankan dengan posisi kepala dan mandibula yang
tepat dan aliran pengisapan darah serta sekret sempurna.
 Pemberian cairan
Penggantian harus dilakukan dengan memasukan larutan
ringer laktat atau larutan garam fisiologis secara cepat.
Kecepatan pemberian dan jumlah aliran intravena yang
diperlukan bervariasi tergantung beratnya syok.umunya
paling sedikit 2 liter larutan ringer laktat harus diberikan
dalam 45-60 menit pertama atau bisa lebih cepat lagi
apabila dibutuhkan.
 Vasopresor
Pemakaian vasopresor pada penanganan syok hipovolemik
diberikan sebagai tindakan sementara untuk meningkatkan
tekanan darah sampai didapatkan cairan pengganti yang
adekuat. Hal ini terutama bermanfaat bagi pasien yang
lebih tua dengan penyakit koroner atau penyakit pembuluh
darah otak berat.
c. Bidang kegawatdaruratan
1. Memaksimalkan pengantaran oksigen dilengkapi dengan
ventilasi yang adekuat, peningkatan saturasi oksigen darah,
dan memperbaiki aliran darah.
- Jalan napas pasien sebaikanya dibebaskan segera
dan stabilisasi jika perlu. Kedalaman dan frekuensi
pernapasan serta suara napas harus diperhatikan.
- Sebaiknya dibuat dua jalur intravena berdiameter
besar. Sehingga keteter infus intravena yang pendek
dan diameternya lebar. Diameter lebih penting
daripada penjangnya.
- Pengadaan infus arteri perlu dipertimbangkan pada
pasien dengan pendarahan hebat. Infus arteri akan
memonitoring tekanan darah secara berkala dan
juga analisa darah.
- Jika tanda vital sudah kembali normal, pasien
diawasi agar tetap stabil.
- Posisi pasien dapat digunakan untuk memperbaiki
sirkulasi.
2. Mengontrol kehilangan darah lebih lanjut
- Kontrol pendarahan tergantung sumber pendarahan
dan sering memerlukan intervensi bedah. Pada
pasien dengan trauma, pendarahan luar harus diatasi
dengan menekan sumber pendarahan secara
langsung.
- Pada pasien dengan nadi tidak teraba di unit gawat
darurat atau awal tiba dapat diindikasikan
torakotomi emergency dengan klem menyilang pada
aorta diindikasikan untuk menjaga suplai darah ke
otak.
- Pada pasien dengan pendarahan gastrointestinal,
vasopressin intravena dan H2 bloker telah
digunakan.
3. Resusitasi cairan
- Banyak cairan telah diteliti untuk digunakan pada
resusitasi yaitu larutan natrium klorida isotonis,
larutan ringer laktat, albumin, fraksi protein murni
saline hipertonis dan lainnya.
- Pada dasarnya penyebab pendarahan akut pada
sistem reproduksi (seperti kehamilan ektopik,
keguguran, ruptur kista, plasenta previa)
memerlukan intevensi bedah.
2.6. Patofisiologi
Tubuh manusia berespon terhadap pendarahan akut dengan
mengaktivasi sistem fisiologi utama sebagai berikut.
Sistem hemotologi, kardiovaskuler, ginjal dan sistem neuroendokrin.
Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan
akut dengan mengaktivasi kaskade koagulasi dan vasokonstriksi
pembuluh darah (melalui pelepasan tromboksan A2 lokal). Selain itu,
platelet diaktivasi (juga melalui pelepasan tromboksan A2 lokal), dan
membentuk bekuan darah immatur pada sumber pendarahan.pembuluh
darah yang rusak menghasilkan kolagen yang selanjutnya
menyebabkan penumpukan fibrin dan menstabilkan bekuan darah.
Dibutuhkan waktu sekitar 24 jam untuk menyempurnakan fibrinasi
dari bekuan darah dan menjadi bentuk yang sempurna.
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok
hipovolemik dengan meningkatkan denyut jantung, meningkatkan
kontraktilitas miokard dan vasokontriksi pembuluh darah perifer.
Respon ini terjadi akibat penngkatan pelepasan norepineferin dan
penurunan ambang dasar tonus nervus vagus. Sistem kardiovaskuler
juga berespon dengan mengalirkan darah ke otak, jantung, ginjal,
dengan mengurangi perfusi kulit, otot, dan traktus gastrointestinal.
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan
sekresi renin. Renin akan mengubah angiotensinogen menjadi
angiotensinogen I, yang selanjutnya akan dikonversi menjadi
angiotensinogen II di paru-paru dan hati.
Sistem neuroendokrin berespon terhadap syok dengan meningkatkan
antidiuretik hormon (ADH) dalam sirkulasi. ADH dilepaskan dai
glandula pituitari posterior sebagai respon terhadap penurunan tekanan
darah dan terhadapa penurunan konsentrasi natrium. Secara tidak
langsung ADH menyebabkan peningkatan reabsorpsi air dan garam
(NaCl) pada tubulus distalis, duktus kolektivitus, dan lengkung Henle.
2.7. Pathway
BAB III
ANALISA DATA

3.1. Pengkajian
1. Data demografi/identitas
a. Nama : Tn.A
b. Umur : 21 tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Alamat: Boyolali
e. Agama : Islam
f. Diagnosa Medis : Syok hipovolemik
g. Tanggal Masuk : 15 AGUSTUS 2020
h. Tanggal Pengkajian : 16 AGUSTUS 2020, pukul
07.00
2. Pengkajian Primer
a) Airway (status jalan nafas)
Terpasang NRM 10L/m, tidak ada sumbatan jalan nafas
b) Breathing (status pernafasan)
Sesak nafas, frekuensi pernafasan 28x/menit SaO2 99%
c) Circulation (status sirkulasi)
Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 36,3°C, Heart Rate
59x/menit, akral hangat
d) Disability
Kesadaran compos mentis, GCS 15 (E4 M6 V5), terdapat
reaksi cahaya pada pupil mata kanan dan mata kiri. Post
ORIF H3, fr.Crusis sinistra
e) Eksposure
Luka post op ORIF H3
3. Pengkajian Sekunder
1. Riwayat kesehatan
Data diperoleh dari klien dan keluarga
a. Keluhan utama
Klien mengatakan merasa sesak nafas
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan mengalami kecelakaan pada hari
sabtu 14 januari 2017 dan dibawa ke IGD RS Ken
Saras dan menjalani operasi ORIF fr. Crusis sinistra.
Pada hari minggu pasien mengalami sesak nafas dan
penurunan KU dengan diagnosa syok hipovolemik.
c. Riwayat keperawatan keluarga
Keluarga klien mengatakan bahwa tidak ada yang
menderita penyakit jantung, diabetes melitus, HIV,
TBC dan hipertensi maupun penyakit kronis lainnya.
d. Diagnosa
Syok hipovolemik

4. Pengkajian fisik
1. Sistem pernafasan
Bentuk dada simetris, klien tidak batuk, pernafasan dangkal
dan cepat. Klien dapat bernafas dengan spontan. Suara
nafas vesikuler dan klien menggunakan Nonrebreathing
Mask dengan aliran oksigen lpen.
2. Sistem kardiovaskular
Tekanan darah 130/80 mmHg, suhu 36,3°C, Heart Rate
59x/menit, akral hangat, ICS tampak, dan tidak ditemukan
suara bising jantung.
3. Sistem persyarafan
Kesadaraan compos mentis, GCS 15 (E4 M6 V5), pupil
berespon terhadap cahaya
4. Sistem penginderaan
Klien tidak mengalami gangguan penginderaan.
5. Sistem perkemihan
Klien menggunakan kateter, saat dikaji tertampung 1000 cc
urin. Urin berwarna kuning dan berbau khas.
6. Sistem pencernaan
Tidak ada gangguan pada sistem pencernaan, terdapat nyeri
tekan di abdomen, tidak ada distensi.
7. Sistem musculoskeletal
Fraktur cruris sinistra, dislokasi manus sinistra. Skala
kekuatan otot ekstrimitas atas dan bawah dextra-sinistra 4.
Klien bedrest. Klien dibantu saat beraktivitas.

3.1. Program Terapi


1. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
2. Ranitidine 50 mg/12 jam
3. Metronidazole 500 mg/12 jam
4. Ketorolac 30 mg/12 jam
5. Vit K 2x 1 ampul (10mg)
6. Asam traneksamat 500 mg/8 jam
7. Methyl prednisolone 125 mg/ 8 jam
8. Transfuse PRC 2 kolf, WB 2 kolf
9. RL 60 cc/jam
10. Meropenem 500 mg/ 8 jam
Data Etiologi Masalah

Ds : Tubuh kekurangan darah dan Pola nafas


Klien mengatakan sesak cairan
tidak efektif
nafas ↓
Hipovolemia b/d penurunan
Do :

- Frekuensi ekspansi paru
Hipoperfusi alveoli
pernafasan ↓
28x/menit SaO2 Tachipnea
99% ↓
- TD 130/80 Pola nafas tidak efektif
mmHg
- Suhu 36,3°C
- Terpasang NRM
8L/m
- Tampak
infiltrasi pada
basal paru kanan
bertambah luas
dan tebal
- Contusio pulmo
basal kanan
bertambah lebat
dan luas

Ds : Tubuh kekurangan suplai oksigen Kekurangan


Klien mengatakan tubuh dan darah volume cairan
terasa lemas ↓ berhubungan
Do : Hipovolemia dengan
- Pasien tampak ↓ kehilangan
lemas Daya tahan tubuh menurun cairan yang
- Mukosa mulut ↓ mutlak.
kering Keadaan umum lemah
- TD : 13/80 ↓
mmHg
- Suhu 36,3°C Kekurangan volume cairan
- Frekuensi
pernafasan
28x/menit
- Hb : 6,9 gr/dl

BAB IV
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

4.1. DIAGNOSA
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan ekspansi paru.
2. Kehilangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
yang mutlak.

4.2. INTERVENSI

Tanggal/Jam Diagnosa Tujuan Intervensi


Keperawatan

16 agustus Pola nafas tidak Setelah dilakukan 1. Monitor


2020/ 07.00 efektif tindakan keperawatan TTV
WIB berhubungan selama 2x24 jam, 2. Posisikan
dengan diharapkan pola nafas pasien untuk
penurunan klien kembali efektif memaksimal
ekspansi paru. dengan kriteria : kan ventilasi
1. Status respirasi 3. Catat
dalam batas pergerakan
normal dada dan
2. Klien tidak adanya
mengeluh sesak retraksi
nafas 4. Monitor pola
3. Tidak ada tanda nafas
dan gejala 5. Berikan alat
sianosis bantu
pernafasan
16 agustus Kekurangan Setelah dilakukan 1. Mengevaluas
2020 07.40 volume cairan tindakan keperawatan i tanda-tanda
WIB berhubungan selama 2x24 jam, vital
dengan diharapkan volume 2. Evaluasi
kehilangan cairan cairan klien seimbang kebutuhan
yang mutlak. dengan kriteria : cairan
1. Balance cairan 3. Penuhi
baik kebutuhan
2. TTV normal cairan dan
3. Tidak ada tanda- elektrolit
tanda dehidrasi 4. Tingkatkan
4. Elastisitas turgor asupan
baik, mukosa nutrisi pasien
lembab 5. Kolaborasi
dengan
dokter dalam
pemberian
obat

4.3. IMPLEMENTASI

No. Tanggal/Jam Diagnosa Implementasi Paraf

1. 16agustus 2020/ Pola nafas tidak - Monitor TTV


08.12 efektif - Memposisikan
berhubungan pasien untuk
dengan memaksimalkan
penurunan ventilasi
ekspansi paru - Memberikan alat
bantu pernafasan
- Mencatat pergerakan
dada dan adanya
retraksi

2. 16 agustus2020/ Pola nafas tidak - Memonitor pola


12.22 WIB efektif nafas
behubungan - Monitor TTV
dengan
penurunan
ekspansi paru

1. 16agustus 2020/ Kekurangan - Memonitor TTV


08.29 WIB volume cairan - Mengevaluasi
berhubungan kebutuhan cairan
dengan - Mengevaluasi
kehilangan kebutuhan nutrisi
cairan yang
mutlak

2. 16agustus 2020/ Kekurangan - Memenuhi


12.35 WIB volue cairan kebutuhan cairan
berhubungan dan elektrolit
dengan cairan - Meningkatkan
yang mutlak asupan nutrisi pasien
- Kolaborasi dengan
dokter dalam
pemberian obat.

BAB V
5.1. EVALUASI

No. Tanggal/Jam Diagnosa Evaluasi Paraf


1. 17 oktober Pola nafas tidak S : Klien mengatakan
2020/ 13.05 efektif berhubungan sesak nafas berkurang
WIB dengan penurunan O : SaO2 : 100%, TD :
ekspansi paru. 120/60 mmHg, N : 64x/m,
RR : 20x/m, S : 37°C
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi

2. 17oktober Kekurangan cairan S : Klien mengatakan


2020/ 13.45 berhubungan dengan tubuh terasa lebih baik
WIB kehilangan cairan O :
mutlak. - Terapi PRC 2 kolf dan
WB 2 kolf telah diberikan
- Asupan makanan
meningkat
- Turgor baik
- Mukosa lembab
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi

BAB VI
PENUTUP

6.1. Kesimpulan
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan
mengenal gejala, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok
hipovolemik serta efektivitas dan efiensi kerja kita pada saat pertama
pasien mengalami syok.
Syok hipovolemik adalah kondisi darurat dimana jantung tidak mampu
memasok darah yang cukup ke seluruh tubuh akibat volume darah yang
kurang. Syok hipovolemik terjadi apabila ada defisit volume darah ≥ 15%
sehingga menimbulkan ketidakcukupan pengiriman oksigen dan nutrisi ke
jaringan dan penumpukan sisa-sisa metabolisme sel. Penyebab syok
hipovolemik diantaranya adalah diare, luka bakar, muntah, dan trauma
maupun pendarahan. Diagnosis syok hipovolemik didapatkan dari hasil
pemeriksaan fisik pasien, terutama jika ditemui gejala syok hipovolemik
berupa tekanan darah rendah, suhu menurun, dan detak jantung cepat
dengan denyut nadi yang lemah.

6.2. Saran
Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya
menjadi seorang perawat profesional agar lebih peka terhadap tanda dan
gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syok sehingga dapat
melakukan pertolongan segera. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-
tindakan emergency untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien
yang mengalami syok.

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito,2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Praktek Klinis, alih


bahasa : Tim PSIK UNPAD Edisi-6, EGC, Jakarta.
Hudak & Gallo, 1994. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik , edk.6, vol.2,
trans. Sumarwati,M.dkk,EGC, Jakarta.
Bewes, Petter.2001. Bedah Primer : Trauma . Jakarta : EGC
Cole, Elaine. 2009. Trauma Care. UK : Wiley-Blackwell
Rab, tabrani. 2000. Pengatasan Shock. Jakarta. EGC
Asuhan Keperawatan pada pasien shock hipovolemik, dilihat 18 februari
2013.darurat/_asuhan_keperawatan_pada_pasien_dengan_shock_hipovolemik.pdf

Anda mungkin juga menyukai