Oleh :
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat- Nya, penulis dapat menyelesaian penulisan proposal ini dengan judul
penulisan proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis
Penulis
i
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
Remaja .................................................................................................................... 8
Seksualitas .............................................................................................................12
Definisi Sehat.................................................................................................13
Perilaku ..................................................................................................................15
Populasi ...............................................................................................................43
Sampel .................................................................................................................43
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................53
1
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa pancaroba yang pesat, baik secara fisik, psikis,
dan sosial. Modernisasi dan globalisasi zaman, menyebabkan remaja rentan terhadap
pengaruh yang merugikan ditambah dengan jumlah proporsi remaja yang mengalami
peningkatan.(1)
remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)
dan 521 juta (18-24 tahun). Proporsi remaja terendah terdapat pada kawasan
Amerika Latin dan Caribia dengan 66 juta (12-17 tahun) dan 74 juta (18-24 tahun).(2)
Indonesia merupakan salah satu negara dengan populasi tertinggi di kawasan Asia
sebesar 237,6 juta jiwa dan 63,4 juta diantaranya adalah remaja dengan persentase
laki-laki 50,70 % dan perempuan 49,30 %. Keadaan tersebut akan berpengaruh pada
pembangunan nasional baik dalam aspek sosial, ekonomi maupun demografi serta
seksual berisiko.(4)
budaya setempat. Pada beberapa negara, tindakan seksual dikatakan berisiko ketika
1
2
diinginkan, putus sekolah, dan pernikahan usia muda. Berdasarkan data WHO tahun
2008 menunjukkan 43,8 juta kasus aborsi terjadi di dunia dan sekitar 86%
diantaranya terjadi di negara berkembang. Pada wilayah Asia, sekitar 30% kasus
aborsi terjadi pada usia remaja. Data dari Centers for Disease Control tahun 2008
komplikasi persalinan. Kehamilan pada usia muda meningkatkan risiko kematian dua
atau empat kali lebih tinggi dibandingkan usia 20 tahun lebih. Demikian pula risiko
Hasil penelitian pada siswa SMA sederajat di Amerika Serikat tahun 2013,
ditemukan 47% pernah berhubungan seks dan 34% telah melakukan hubungan seks
selama tiga bulan sebelumnya. Sekitar 41% tidak menggunakan kondom dalam
berhubungan seks dan 15% telah melakukan hubungan seks dengan empat orang atau
lebih. Hampir 10.000 remaja (usia 13-24 tahun) didiagnosis dengan infeksi HIV.
Lebih kurang 72% dari semua infeksi HIV baru dan setengah dari 20 juta PMS baru
setiap tahun terjadi pada remaja yang berusia antara 15-24 tahun.(9)
Penelitian yang dilakukan di Cina tahun 2009 pada remaja umur 15-24 tahun
Survey melaporkan 22% remaja perempuan umur 20 tahun yang belum menikah
telah melakukan hubungan seksual dan setengahnya aktif seksual tanpa kondom.
Sehubungan dengan itu, Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012
3
tersebut karena “ingin tahu” (53,8%), terjadi begitu saja (23,6%), tekanan dari
pasangan (2,6%), ingin menikah (1,8%), pengaruh teman (1,2%) dan lain-lain
(16,0%).(11, 12)
Pengalaman seksual remaja pertama kali biasanya terjadi pada saat menjalani
berisiko. Berdasarkan data SDKI 2012, hanya 15% dari laki-laki dan perempuan
yang tidak pernah nemiliki pacar. Angka tersebut menurun dari hasil SDKI 2007
dengan 23% laki-laki dan 28% perempuan tidak pernah pacaran. Hal ini menjelaskan
semakin tingginya jumlah remaja yang berstatus pacaran. Hampir setengah dari
remaja perempuan dan laki-laki yang berumur 15-24 tahun, pertama kali pacaran
SDKI tahun 2007 dan 2012 diperoleh perbandingan sebagai berikut; pada tahun 2007
68,3% dan 69,0%, ciuman bibir 29,3% dan 41,2%, petting 9,1% dan 26,5%.
berpegangan tangan 71,6% dan 79,6%, ciuman bibir 29,3% dan 48,1%, petting 6,2%
penduduk remaja (15-24 tahun) yang bukan angkatan kerja terbesar di Indonesia
sebanyak 95,96%. Pada tahun 2012, proporsi remaja umur 15-24 tahun merupakan
golongan umur dengan jumlah tertinggi dibandingkan kelompok umur lain yaitu
4
jumlah remaja umur 15-24 tahun cenderung mengalami peningkatan. Untuk tahun
2015 diproyeksi jumlah remaja umur 15-24 tahun sebanyak 906.603 jiwa. (5, 14)
utama dalam tata dan pola berperilaku. Data Badan Pusat Statistik tahun 2010
Islam (97,42%) setelah Daerah Istimewa Aceh (98,19%) dan Gorontalo (97,81%).
Walaupun demikian, sekarang ini generasi muda Minangkabau sudah banyak yang
SMK dan MA) di Kota Padang dengan sampel sebanyak 200 orang, didapatkan hasil
bahwa sebanyak 27% responden melakukan tindakan seksual berisiko berat dan 73%
di antaranya tindakan seksual berisiko ringan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh
Nursal terhadap 350 pelajar SMA Negeri di Kota Padang. Hasil penelitian ini adalah
sebanyak 58 orang (16,6%) pelajar SMA Negeri Kota Padang melakukan tindakan
seksual.(17, 18)
Tindakan seksual remaja ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya
adalah faktor dalam diri/self-system seperti pengetahuan, sikap, umur, jenis kelamin,
perilaku/tindakan. Faktor utama yang memiliki alasan dan motivasi yang kuat
Uganda, faktor kunci yang berkontribusi terhadap tindakan seksual berisiko adalah
efektifitas kondom. Penelitian yang dilakukan oleh Umaroh tahun 2015 di Indonesia
terhadap pendidikan, pengetahuan, dan sikap dengan p-value = 0,000. Selain itu
hubungan umur terhadap perilaku seks pranikah dengan p-value = 0,03. (17, 19-21)
penelitian yang berjudul hubungan self-system dengan tindakan seksual berisiko pada
Perumusan Masalah
Tindakan seksual berisiko pada remaja merupakan permasalahan yang
dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan self-system (umur, pengetahuan,
sikap, konsumsi alkohol dan pendidikan) dengan tindakan seksual berisiko pada
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui hubungan self-system dengan tindakan seksual berisiko pada
Tujuan Khusus
1. Mengetahui gambaran tindakan seksual berisiko pada remaja di Provinsi
2012
6
Tahun 2012
2012
Tahun 2012
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menambah dan memperkaya khasanah
Manfaat Praktis
1. Bagi Pemerintah
lain-lain).
2. Bagi Masyarakat
tindakan seksual berisiko pada remaja di provinsi Sumatera Barat. Data yang
digunakan adalah data sekunder SDKI 2012 KRR (Survei Demografi dan Kesehatan
Remaja
Definisi Remaja
Remaja dalam ilmu psikologis, diperkenalkan dengan beberapa istilah, seperti
puberteit, adolescence, dan youth. Remaja atau adolescence (Inggris) berasal dari
kata latin adolescere yang artinya tumbuh kearah kematangan. Kematangan yang
dimaksud bukan hanya berarti kematangan fisik, tetapi juga termasuk kematangan
kegoncangan, taraf mencari identitas diri, dan periode yang paling berat. Bisri
yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan tanggung jawab.
Pieget mengemukakan pendapat bahwa secara psikologis, remaja adalah suatu usia
dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih
tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar. (8, 22)
Menurut WHO masalah yang dirasakan paling mendesak berkaitan dengan kesehatan
remaja adalah kehamilan dini. Berangkat dari masalah pokok tersebut, WHO
menetapkan usia 10-19 tahun sebagai usia batasan remaja (adolescence). Sementara
dalam terminologi lain, PBB menyebutkan anak muda (youth) adalah mereka yang
berusia 15-24 tahun. Sementara itu, menurut The Health Resources and Sevices
Administrations Guidelines, rentang usia remaja adalah 11-21 tahun dan terbagi
menjadi tiga tahap, yaitu remaja awal (11-14 tahun), remaja menengah (15-17
8
9
tahun), dan remaja akhir (18-21tahun). Pernyataan ini kemudian disatukan dalam
sebuah terminologi kaum muda (young people) yang mencakup usia 10-24 tahun.
Program BKKBN juga menyebutkan bahwa remaja adalah mereka yang berusia
1. Secara kronologis, remaja adalah individu yang berusia antara 11-12 tahun
2. Secara fisik, remaja ditandai dengan perubahan pada penampilan fisik dan
perubahan dalam aspek kognitif, emosi, sosial, dan moral dari anak-anak
menuju dewasa.(24)
lebih difokuskan pada remaja dengan rentang umur 15-24 tahun.kategori umur yang
antara lain dapat dilihat dari tiga dimensi, yaitu; dimensi logis, dimensi kognitif, dan
dimensi sosial.(8)
a) Dimensi Biologis
Pada masa seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan
menstruasi pertama pada remaja putri atau mimpi basah pada remaja putra, secara
biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar. Pubertas menjadikan seorang
menstruasi, sebagai pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu
10
terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai berkembang, panggul mulai
membesar, timbul jerawat dan tumbuh rambut pada daerah kemaluan. Anak laki-laki
akan mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, tumbuhnya kumis, jakun, alat
kelamin menjadi besar, otot-otot membesar dan terjadi perubahan fisik lainnya.
Perubahan fisik ini akan terjadi begitu cepat dan akan membawa mereka pada dunia
remaja.
b) Dimensi Kognitif
terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal
operations). Pada masa ini, remaja memiliki pola pikir sendiri dalam memecahkan
c) Dimensi Moral
fenomena yang terjadi di lingkungan sekitar. Para remaja mulai membuat penilaian
sebagainya.
Selain dari tiga dimensi perubahan diatas, pada masa remaja akan mengalami
1. Perubahan fisik
Perubahan fisik pada masa remaja terjadi sangat cepat untuk mencapai
(menarche) pada remaja perempuan dan mimpi basah pada remaja laki-
laki.
besar, dada lebih besar, badan berotot, tumbuh kumis diatas bibir,
2. Perubahan kejiwaan
sebagai berikut:
a. Perubahan emosi
b. Perkembangan inteligensia
memberikan kritik.
Seksualitas
Menurut WHO pada tahun 1998 seks merupakan karakteristik
perempuan atau laki-laki. Berbeda dengan seksual yaitu rangsangan atau dorongan
yang berhubungan dengan seks. Menurut Mastern, Johnson, dan Kolodny pada tahun
1992, seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, diantaranya adalah
dimensi biologis, psikologis, sosial, dan kultural. (4, 24, 26, 27)
a) Dimensi Biologis
Seksualitas berkaitan dengan anatomi dan fungsional alat reproduksi atau alat
kelamin manusia dan dampaknya bagi kehidupan fisik serta biologis manusia.
b) Dimensi Psikologis
dengan identitas jenis kelaminnya dan bagaimana dinamika aspek psikologis dari
c) Dimensi Sosial
peran dari lingkungan sosial serta bagaimana sosialisasi peran dan fungsi seksualitas
fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Beberapa
b) Sehat atau kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani),
jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
c) Sehat adalah fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (Self Care
Resources) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (Self Care Actions)
dan sikap. Self Care Actions merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan
Definisi Kesehatan
Menurut UU Kesehatan No. 23 Tahun 1992, kesehatan adalah keadaan
sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
Definisi Reproduksi
Istilah reproduksi berasal dari kata “re” yang artinya kembali dan kata
produksi yang artinya membuat atau menghasilkan. Jadi, reproduksi berarti suatu
sedangkan organ reproduksi adalah alat tubuh yang berfungsi untuk reproduksi
manusia.(8)
mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan
dengan sistem dan fungsi serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang
bebas dari penyakit dan kecacatan. Menurut Depkes, kesehatan reproduksi adalah
keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh, yang tidak semata-mata bebas
dari penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan sistem
keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan namun dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem
sehat dari sistem, fungsi, dan proses alat reproduksi yang dimiliki oleh remaja laki-
khususnya kesehatan reproduksi remaja yang biasa dikenal dengan sebutan “Triad
KRR”. “Triad KRR” terdiri dari tiga hal pokok yang mempunyai kaitan sebab akibat
Perilaku
Pengertian Perilaku
Menurut Robert Kwick, perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu
organisme yang dapat diamati bahkan dipelajari. Menurut Skiner tahun 1938
merumuskan perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organism (orang), namun dalam memberikan respon sangat
bergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Perilaku ini terjadi karena adanya stimulus terhadap organism dan kemudian
organism tersebut merespon. Teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau Stimulus-
Organisme-Respon.(28)
faktor personal dan faktor lingkungan. Artinya, perilaku tidak hanya ditentukan oleh
lingkungan namun ditentukan juga oleh faktor personal. Beda halnya dengan
pendapat Perilaku berbeda dengan sikap. Sikap adalah respon yang masih tertutup
Bentuk Perilaku
Perilaku dapat dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bentuk respons
Respon atau reaksi pada stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,
pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus
tersebut dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Misalnya, seorang ibu
hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang remaja tahu HIV/AIDS dapat
Respon atau reaksi terhadap stimulus dalam bentuk tindakan yang nyata atau
terbuka. Respon yang diberikan sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab
itu tindakan ini disebut over behaviour. Misalnya: seseorang remaja pergi ke
Determinan Perilaku
Perilaku tidak dapat berdiri sendiri. Meskipun perilaku merupakan reaksi atau
respon terhadap stimulus atau rangsangan, namun dalam memberikan respon sangat
Tindakan Seksual
Tindakan seksual merupakan tindakan yang bertujuan untuk menarik
perhatian lawan jenis. Menurut Sarwono dalam Banun tahun 2013, tindakan seksual
merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, sesama jenis
seksual.(31)
a) Berfantasi
seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. Jika hal ini dibiarkan
maka kegiatan produktif akan teralih kepada memanjakan diri. Tidak puas dengan
sekedar berfantasi, aktivitas seksual ini akan berlanjut kepada aktivitas lainnya,
b) Berpegangan tangan
Aktivitas ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan seksual yang kuat, namun
ada keinginan untuk mencoba aktivitas seksual lain (hingga tercapai kepuasan
c) Cium kering
Ciuman kering merupakan aktivitas seksual berupa sentuhan pipi dengan pipi
atau pipi dengan bibir. Aktivitas ini dapat berlanjut dengan tindakan seksual lainnya
d) Cium basah
bibir. Aktivitas ini membuat jantung lebih berdebar-debar dan menimbulkan sensasi
seksual yang kuat sampai tidak terkendali. Orang akan mudah melakukan aktivitas
seksual yang dapat berlanjut secara tidak disadari seperti cumbuan, petting
sampai hubungan intim. Risiko berciuman basah adalah tertularnya virus atau bakteri
dari lawan jenis. Penyakit tuberkolosis, hepatitis B, dan infeksi tenggorokan juga
e) Meraba
Kegiatan meraba bagian sensitif seperti payudara, leher, paha atas, vagina,
penis, dan pantat. Bila kegiatan ini dilakukan maka seseorang akan terangsang untuk
f) Berpelukan
g) Masturbasi
terutama klitoris dan vagina. Perilaku ini dapat membahayakan jika menggunakan
h) Oral
Tindakan ini dengan cara memasukkan alat kelamin kedalam mulut lawan
jenis. Tindakan oral ini tidak lazim oleh masyarakat Indonesia karena tidak sesuai
i) Petting
menempelkan alat kelamin). Masih banyak remaja yang menganggap petting tidak
j) Intercourse/senggama
laki-laki ke dalam alat kelamin perempuan. Banyak risiko yang timbul akibat
tindakan ini dari perasaan berdosa sampai risiko kehamilan, tertular PMS, HIV/AIDS
dll.
Maslan juga mengungkapkan bahwa bentuk tingkah laku seksual dimulai dari
perasaan tertarik, pacaran, kissing sampai intercourse. Tahap aktivitas seksual ini
bagian tubuh yang sensitif seperti payudara dan alat kelamin) dan intercourse
(bersatunya dua orang secara seksual yang dilakukan oleh pasangan laki-laki dan
perempuan dengan alat kelamin laki-laki masuk ke dalam alat kelamin perempuan
jenis yaitu tindakan seksual berisiko meliputi berciuman bibir, made out, meraba-
hubungan seks (senggama) serta tindakan seksual tidak berisiko meliputi berpacaran,
Sebagian dari tindakan seksual tersebut tidak berdampak apa-apa, akan tetapi
pada tindakan seksual lainnya akan menimbulkan dampak yang cukup serius, seperti
perasaan bersalah, kebingungan, ketegangan mental, depresi, dan marah. Akibat lain
yang lebih serius adalah risiko kehamilan dan ancaman gangguan kesehatan
reproduksi.(30)
Faktor Self-System
Menurut Kotchick tahun 2001, tindakan seksual berisiko disebabkan oleh
berbagai faktor. Faktor dominan yang mempengaruhi tindakan seksual berisiko salah
pengetahuan, sikap, dan perilaku yang dimiliki oleh seorang individu yang
berpengaruh langsung ataupun tidak langsung pada perilaku/tindakan. Dalam hal ini,
1. Biological factors
Indikator yang termasuk dalam faktor biologi adalah umur remaja, pubertas,
a. Umur
Tingkat keingintahuan remaja yang besar menjadi faktor pendorong dalam mencoba
hal-hal baru. Umur juga memberikan andil yang besar terhadap perkembangan pola
b. Masa pubertas
Masa pubertas yang lebih awal mendorong kematangan seksual remaja lebih
bekerja dalam diri seorang remaja menuju fase kematangan seksual. Peristiwa
tersebut normal terjadi pada anak perempuan umur 10-15 tahun dan umur 12-16
tahun untuk anak laki-laki. Masing-masing anak memiliki umur pubertas yang
c. Gender
dalam pengalaman seksual. Tingkah laku seksual terrsebut diawali oleh remaja laki-
laki dan remaja putri yang menentukan sampai batas mana hasrat laki-laki dapat
dipenuhi. Hal ini juga disebabkan karena remaja laki-laki mempunyai dorongan
seksual yang kuat dan aktif mencari obyek seksualnya serta permisif tehadap
tindakan seksual.(35)
d. Ras
Ras merupakan bagian dari variabel biologi yang memiliki hubungan dengan
aktivitas seksual remaja. Beberapa penelitian menemukan remaja ras Kulit Putih
demikian, remaja ras Kulit Hitam lebih melakukan tindakan seksual berisiko
daripada remaja Latina. Hou dan Basen-Engquist tahun 1997 menemukan remaja
Asia-Pasifik lebih banyak memiliki pasangan seks multiple tetapi cenderung rendah
dibandingkan ras Kulit Putih. Insiden tertinggi kasus kehamilan pada usia remaja
ditemukan pada perempuan ras Amerika Meksiko dan Amerika pribumi daripada
3. Pengetahuan
seksual pada remaja. Pengetahuan rendah pada remaja memiliki peluang besar untuk
berpengetahuan tinggi.(30)
4. Sikap
seksual berisiko dibandingkan dengan orang yang memiliki sikap positif (baik). (30)
5. Psychological factors
sikap, tingkah laku dan cara berpikir seseorang. Seorang remaja yang memiliki
kondisi psikologi yang tidak normal akan mudah terpengaruh dengan tindakan
seksual berisiko.(37)
6. Behavioral factors
adalah kenakalan remaja dan penggunaan zat (merokok, alkohol dan narkoba).(33)
ganja, dan alkohol. Faktor risiko pada remaja laki-laki dalam melakukan tindakan
seksual berisiko salah satunya adalah remaja yang mengkonsumsi narkoba dan
23
alkohol. Sedangkan pada kaum perempuan, merokok memiliki hubungan yang kuat
seksual pranikah. Hal ini dikarenakan NAPZA atau obat-obatan terlarang tersebut
dapat membuat hasrat seksual menjadi tinggi sehingga pengguna mencari sesuatu
1. Umur
Banyak tindakan seksual berisiko terjadi pada remaja. Hal ini disebabkan karena
semakin bertambah umur maka perkembangan organ seksual semakin meningkat. (34)
dan peran sosial yang sedang terjadi pada dirinya. Dalam upaya mengisi peran sosial
yang baru, seorang remaja memperoleh motivasi dari meningkatnya energi seksual
atau libido. Dalam kaitannya dengan kematangan fisik, Sanderowitz dan Paxman
informasi baik melalui media massa maupun antar pihak. Menurunnya usia
kematangan seksual ini akan diikuti oleh meningkatnya aktivitas seksual pada usia
dini.(22, 35)
24
Menurut Hurlock, pada masa remaja, minat remaja tentang seks mulai
meningkat seiring bertambahnya umur. Remaja juga cenderung mencari cara untuk
sudah memiliki informasi yang cukup seputar seks untuk memuaskan keingintahuan
dikatakan remaja adalah mereka yang berumur 15-24 tahun, yang terbagi menjadi 2
golongan umur, yaitu umur 15-19 tahun dan 20-24 tahun. Rentang umur 20-24 tahun
termasuk ke dalam kategori remaja akhir dan dewasa muda. Dalam fase ini banyak
cocok untuk jadi calon istri dikemudian hari. Begitu pula dengan wanita muda sering
berpacaran untuk menemukan laki-laki yang baik dalam kehidupan rumah tangganya
kelak.(39)
lebih tinggi dibandingkan remaja awal. Hal ini disebabkan salah satunya karena
remaja akhir memiliki banyak pengalaman dalam menjalin hubungan dengan lawan
tindakan seksual remaja dipengaruhi oleh umur dengan p-value = 0,03. Serupa
adanya hubungan faktor umur dengan perilaku seksual pranikah pada remaja dengan
p-value = 0,000. Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik remaja dalam perilaku
2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Hal ini terjadi setelah melakukan
diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan mempunyai enam tingkatan,
yaitu:(29)
a) Tahu (know)
Mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari
sebelumnya. Oleh sebab tahu ini merupakan tingkatan yang paling rendah dalam
pengetahuan. Ada beberapa kata kerja mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
sebagainya.
b) Memahami (comprehension)
menguraikan kembali dengan benar tentang suatu objek yang diketahui dan dapat
menginterpretasikan materinya secara benar. Orang yang telah paham terhadap suatu
dan sebagainya.
c) Aplikasi (aplication)
dipelajari pada situasi dan kondisi yang real (sebenarnya). Aplikasi yang dimaksud
dapat diartikan sebagai penggunaan ilmu hukum, rumus, metode, prinsip dan
d) Analisis (analysis)
Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
dan sebagainya.
e) Sintesis (synthesis)
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
yang ada.
f) Evaluasi (evaluation)
atau objek tertentu. Penilaian tersebut berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
yang baik terhadap kesehatan reproduksi maka diharapkan berdampak baik pada
tindakan seksual yang sehat. Pengetahuan yang kurang pada remaja tentang
= 0,022). Serupa dengan penelitian Andriani pada Mahasiswa Program Studi DIII
seksual pada remaja dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah dengan p-value =
0,01. Pengetahuan rendah memiliki peluang 3,16 kali melakukan tindakan seksual
3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat dilihat secara
langsung, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup.
Newcomb menyatakan sikap adalah kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan
bukan pelaksanaan motif tertentu. Oleh sebab itu, sikap belum merupakan suatu
karena itu, diperlukan aksi nyata dalam mencegah dan mengendalikan perilaku
a. Menerima (receiving)
yang diberikan (objek). Misalnya, sikap orang terhadap gizi dilihat dari kesediaan
b. Merespon (responding)
mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Hal ini adalah suatu indikasi
dari sikap.
c. Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Contoh: seorang remaja mengajak remaja
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko yang dihadapinya. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling tinggi
dalam sikap.
sikap seksualitas terhadap tindakan seksual pada remaja dengan p-value= 0,000.
Hasil penelitian Andriani tahun 2013 didapatkan bahwa sikap responden sebagian
besar (77,1%) adalah negatif pada tindakan seksual remaja. Sikap negatif tersebut
dapat diartikan responden mendukung tindakan seksual sebelum menikah. Hal ini
2013 remaja yang memiliki sikap permisif (serba boleh) terhadap seksualitas berisiko
29
untuk 4,98 kali melakukan tindakan seksual pranikah dibandingkan remaja yang
4. Konsumsi Alkohol
orang tua terhadap anaknya semakin besar kemungkinan perilaku menyimpang yang
akan menimpa remaja tersebut. Remaja akan mudah terpengaruh dengan hal-hal
yang akan merusak dirinya seperti, merokok, alkohol, narkoba, tawuran sampai
Penelitian yang dilakukan pada tahun 2014 menyebutkan bahwa dari 63 juta
remaja Indonesia, sebanyak 14,4 juta remaja sudah pernah mengkonsumsi alkohol.
Dengan kata lain ada 23% remaja Indonesia yang pernah minuman keras sedangkan
pada tahun 2007, remaja yang terlibat miras sebanyak 4,9%. Hal ini menunjukkan
ketegangan, dan rasa malu. Alkohol dengan dosis yang tinggi dapat menekan fungsi
berani yang berada di luar kendali sehingga cenderung terjerumus kedalam tindakan
seksual berisiko. Menurut Cooper tahun 2006, konsumsi alkohol dapat meningkatkan
berisiko.(42, 43)
dengan tindakan seksual berisiko pada remaja. Penelitian Farid tahun 2014 di
remaja baik pada remaja laki-laki (p-value < 0,001) maupun remaja perempuan (p-
value = 0,002).(44)
5. Pendidikan
tambah pada pola pikir sehingga membentuk wawasan yang lebih maju. Pendidikan
yang lebih tinggi diharapkan mampu memberikan kontrol terhadap tindakan seksual
karena dengan pendidikan dan pengetahuan yang tinggi, seseorang mampu berpikir
terhadap dampak buruk yang ditimbulkan jika melakukan tindakan seksual hingga
tahap intercourse yang meliputi kehamilan tidak diinginkan, aborsi, pernikahan dini,
pendidikan remaja dengan tindakan seksual berisiko lebih tinggi pada pendidikan
berisiko. Semakin tinggi pendidikan seorang remaja maka semakin baik pula
yang disertai dengan ketidaktahuan akan risiko yang akan dihadapi. Tentunya akan
Salah satu akibat dari tindakan seksual remaja adalah kehamilan yang tidak
pertama kali, hubungan seks jarang dilakukan, perempuan masih muda usianya atau
bila hubungan seks dilakukan sebelum atau sesudah menstruasi, kehamilan tidak
kehamilan dialami remaja sebesar 44% dari responden perempuan yang pernah
melakukan hubungan seksual pranikah. Sekitar 89% justru takut karena alasan moral
Risiko kehamilan dini yang terjadi pada usia remaja, antara lain: (46)
a) Risiko fisik, antara lain; mudah terjadi perdarahan selama hamil karena
sistem hormonal dalam tubuh belum stabil, mudah terjadi keguguran karena
otot-otot rahim belum kuat, gangguan selama masa hamil seperti keracunan
kesulitan dalam proses melahirkan, bayi lahir dengan berat badan rendah,
menjadi ayah atau ibu, perasaan malu dan bersalah, dikucilkan orangtua,
pertengkaran atau ditinggalkan oleh ayah dari anak yang dikandung, dan lain-
lain.
c) Risiko sosial berupa dikucilkan dan mendapat cemoohan dari orang lain,
tunggal (ayah dari anak yang dikandung pergi), cap buruk bagi ibu maupun
2. Aborsi
sekitar 750.000 dilakukan oleh remaja. bermula dari hubungan seks pranikah atau
seks bebas kemudian terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Untuk menghadapi
masalah ini ada dua hal yang bisa dilakukan oleh remaja, yaitu mempertahankan
aborsi maka akan berdampak negatif secara fisik, psikis, sosial, dan ekonomi.
(PKBI) menemukan bahwa lebih dari separuh (58%) dan 2.558 catatan kasus aborsi
dilakukan remaja putri berusia 15-24 tahun, mayoritas dari mereka 62% tidak
menikah. Sekalipun data tersebut bukanlah data terbaru, tergambar bahwa ternyata
pelaku aborsi yang kehamilannya akibat dari perzinaan (seks diluar nikah) dan
mengalami gangguan kejiwaan yang disebut dengan stres pasca trauma (post
disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur yang ditularkan dari satu orang ke
sangat cepat. Hal ini disebabkan karena pertambahan penduduk dan migrasi yang
bebas tanpa batas. Adapun penyakit menular seksual yang paling banyak dijumpai,
trichomoniasis.(8, 48-50)
pengaruh buruk dari hubungan seks pranikah pada remaja, adalah: (50)
1. Bagi remaja
d. Trauma kejiwaan (depresi, rendah diri, rasa berdosa, hilang harapan masa
depan)
kesempatan bekerja
2. Bagi keluarga
lingkungannya (ejekan)
34
3. Bagi masyarakat
masyarakat menurun
masyarakat menurun.
kelahiran, kematian, keluarga berencana dan kesehatan. Survei serupa dengan SDKI
juga dilaksanakan di negara-negara Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Timur Tengah.
SDKI 2012 merupakan survei ke tujuh yang dilaksanakan di Indonesia. Survei yang
pertama kali dilakukan adalah Survei Prevalensi Kontrasepsi Indonesia pada tahun
1987. Pada cakupan SDKI 2012 terdapat sedikit perbedaan dengan SDKI 2007,
yaitu mencakup semua perempuan usia subur (WUS) umur 15-49 tahun, laki-laki
menikah umur 15-54 tahun, dan remaja laki-laki belum menikah umur 15-24
tahun. Untuk remaja perempuan sudah tercakup dalam WUS. Oleh sebab itu, ada
mencakup perempuan pernah menikah saja. Untuk survei remaja disajikan dalam
Kegiatan SDKI 2012 dilaksanakan oleh BPS yang bekerja sama dengan
BKKBN dan KEMENKES. Bantuan teknis diberikan oleh United States Agency
Surveys yang dilaksanakan oleh ICF Macro yang berkantor pusat di Calverton,
seluruh Indonesia yang meliputi daerah perkotaan dan pedesaan. Kegiatan SDKI
2012 mulai dari persiapan kuesioner hingga penerbitan laporan selesai dimulai sejak
pemilihan unit sampling, yaitu pertama sampel dari pemilihan primary sampling
unit (PSU) yang diambil berdasarkan Susenas 2010, kemudian PSU yang terpilih
pemilihan blok sensus dari PSU yang telah terpilih secara PPS. Tahap terakhir adalah
memilih 25 rumah tangga disetiap blok sensus yang terpilih secara sistematik.
Sampel dalam data SDKI 2012 berjumlah sebanyak 1.840 blok sensus yang
terbagi atas 874 blok sensus di daerah perkotaan dan 966 blok sensus di daerah
sebanyak 25 rumah tangga perblok sensus. Untuk pemilihan rumah tangga adalah
rumah tangga biasa, tidak termasuk institutional household (panti asuhan, barak
polisi/militer, penjara, dsb). Pemilihan sampel rumah tangga dilakukan oleh BPS di
Hasil
Penulis Tahun Judul Desain Variabel
p-value OR/PR/RR
Ayu 2015 Hubungan Antara Faktor Cross sectional a. Pendidikan 0,001 0,541
Khoirotul Internal Dan Faktor b. Pengetahuan 0,001 0,635
Umaroh Eksternal Dengan Perilaku c. Sikap 0,001 2,129
Seksual Pranikah Remaja Di d. Perilaku berisiko 0,017 1,162
Indonesia (Analisis Data e. Media Informasi 0,001 0,749
SDKI 2012) f. Peran orang terdekat 0,001 0,700
g. Tempat tinggal
1. Urban dan rural 0,001 1,340
2. Jawa dan Luar Jawa 0,001 1,340
Ririn 2009 Faktor Yang Mempengaruhi Cross sectional a. Pengetahuan 0,022
Darmasih Perilaku Seks Pranikah Pada b. Pemahaman tingkat agama (religiusitas) 0,002
Remaja SMA Di Surakarta c. Sumber informasi (media) 0,022
d. Peran keluarga 0,001
Asep Syarief 2012 Analisis Perbedaan Cross sectional Variabel yang diteliti di Kalimantan
Hidayat, dkk. Pengaruh Faktor Individu Selatan:
dan Faktor Lingkungan a. Sikap 0,000
Terhadap Perilaku Seksual b. Teman 0,028
Pranikah Antara Remaja c. Tempat Tinggal 0,022
Kalimantan Selatan Dengan Variabel yang diteliti di Indonesia:
Indonesia secara Nasional a. Sikap 0,000
b. Teman 0,000
c. Media 0,044
d. Jenis kelamin 0,000
e. Umur 0,000
36
37
Githa 2013 Faktor Personal Hubungan Penelitian a. Harga diri 0,002 3,133
Andriani Dengan Perilaku Seksual deskriptif b. Sikap 0,015 3,077
Remaja Pada Mahasiswa dengan c. Perilaku berisiko 0.001 3,583
Program Studi DIII rancangan d. Pengetahuan 0,010 3,169
Kebidanan Fakultas Ilmu Cross sectional e. Religiusitas 0,001 5,865
Kesehatan Universitas f. Aktivitas luang 0,013 3,333
Respati Yogyakarta Tahun g. Kontrol diri 0,029 2,625
2013 h. Tempat tinggal 0,048 8,375
1. Variabel yang diteliti, yaitu umur, pengetahuan, sikap, konsumsi alkohol dan
38
BAB III
KERANGKA KONSEP
Kerangka Teori
dipengaruhi oleh berbagai sistem. Sistem yang sangat berpengaruh terhadap tindakan
seksual remaja terdiri dari family system, self system, dan ekstrafamilial system.(33)
Family System
1. Komunikasi
Orang Tua
2. Sosial
ekonomi
keluarga
3. Pendidikan
orang tua
Self System
1. Biological Factors
Umur*
Pubertas Tindakan
Gender seksual
Ras berisiko
2. Faktor Sosial
Demografi
Status pernikahan
Pendidikan*
3. Pengetahuan*
4. Sikap*
5. Behavioral factors
Merokok
Alkohol*
Narkoba
Extrafamilial
System
1. Media Massa
2. Teman Sebaya
3. Lingkungan
Sekolah
39
Keterangan: * = diteliti
Gambar 2.1 Kerangka teori modifikasi Kotchick (2001) dan Jun, dkk (2014)
Faktor Yang Mempengaruhi Tindakan Seksual Berisiko Pada Remaja(33, 36)
40
40
mempunyai hubungan kuat dengan tindakan seksual berisiko pada remaja yang dapat
Umur
Pengetahuan
Konsumsi Alkohol
Pendidikan
Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara umur dengan tindakan seksual berisiko pada remaja di
3. Ada hubungan antara sikap dengan tindakan seksual berisiko pada remaja di
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan analisis lanjut data SDKI (Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia) Tahun 2012. Jenis penelitian ini adalah Analitik Observasional
dengan desain Cross sectional Study. Dalam Cross sectional Study, variabel
independen (faktor risiko) dan variabel dependen (efek) dinilai secara simultan pada
satu saat. Variabel dependen yang diteliti adalah tindakan seksual berisiko pada
alkohol dan pendidikan yang diukur dalam satu waktu (point time). (52)
a – efek (+)
b – efek (-)
Faktor Risiko
c – efek (+)
d – efek (-)
Reproductive Health.
42
43
2015 hingga Juni 2016. Hal ini disebabkan karena data sudah tersedia sehingga dapat
diolah dan dianalisis lanjut. Lokasi penelitian dilakukan di provinsi Sumatera Barat.
(15-24 tahun) belum menikah yang ada di provinsi Sumatera Barat dan tercatat
Sampel
Unit sampel dalam penelitian ini adalah data remaja laki-laki dan perempuan
(15-24 tahun) belum menikah berjumlah 650 orang berada di provinsi Sumatera
Tahap pertama, memilih Primary Sampel Unit (PSU) dari kerangka sampel yang
adalah daftar blok sensus pada PSU terpilih yang dilengkapi dengan informasi
jumlah rumah tangga hasil listing Sensus Penduduk (SP) Tahun 2010. Tahap kedua,
memilih blok sensus secara PPS (Probability Proportional To Size) dengan size
jumlah rumah tangga hasil listing SP2010 di setiap PSU terpilih pada tahap pertama.
Tahap ketiga, memilih 25 rumah tangga di setiap blok sensus terpilih secara
Pemilihan sampel pada tahap pertama dan kedua dilakukan di BPS RI dan
sampel PSU di daerah perkotaan dan pedesaan dilakukan secara terpisah dalam
setiap provinsi.
Jumlah sampel dalam SDKI 2012 terdiri dari 1.840 blok sensus yang terbagi
atas 874 blok sensus di wilayah perkotaan dan 966 blok sensus di wilayah pedesaan.
Sekitar 46.000 rumah tangga menjadi sampel dalam SDKI 2012 yang mencakup
seluruh wilayah Indonesia (33 provinsi) namun rumah tangga sampel yang dipilih
belum menikah dan 12.381 remaja laki-laki (15-24 tahun) belum menikah memenuhi
perempuan dan 10.980 remaja laki-laki. Walaupun demikian, respons rate tahun
2012 (94% dan 89%) lebih tinggi dibandingkan tahun 2007 (90% dan 86%). Dalam
penelitian ini menggunakan data khusus remaja 15-24 tahun belum menikah yang
Missing = 14
Besar Sampel
Rumus beda 2 proporsi dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui nilai
Zβ, karena jumlah sampel sudah diketahui, dengan rumus sebagai berikut:(53)
n=
Keterangan:
n = ukuran sampel
berisiko (0,534)(43)
berisiko (0,465)(43)
P = (P1+P2)/2
650 =
Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
Data remaja laki-laki dan perempuan (15-24 tahun) yang belum menikah di
Provinsi Sumatera Barat pada data set SDKI 2012 sesuai dengan variabel
47
2. Kriteria Eksklusi
Data dengan variabel yang missing/menjawab tidak tahu pada saat survei
dilakukan.
Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional
1. Tindakan seksual Segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat Kuesioner SDKI12-WUS dan RP 1. Berisiko, pernah melakukan salah satu Ordinal
berisiko Pada seksual, meliputi ciuman bibir, saling bagian 17 nomor 1704 dan 1705. aktivitas seksual berciuman bibir, saling
Remaja menyentuh bagian sensitif dengan Sumber data SDKI-12 variabel menyentuh daerah sensitif dan
pasangannya sampai melakukan hubungan AY704B, AY704C dan AY705 intercourse
intercourse.(39) 2. Tidak berisiko, jika tidak satupun
aktivitas seksual yang dilakukan
Self-System Faktor dalam diri individu yang meliputi umur, pengetahuan, sikap, konsumsi alkohol dan pendidikan yang berpengaruh langsung ataupun tidak
langsung pada tindakan.
2. Umur Masa hidup mulai dari lahir hingga saat Kuesioner SDKI12-WUS dan RP 1. 20-24 tahun Nominal
pengambilan data SDKI 2012.(11) bagian 1 nomor 103. Sumber data 2. 15-19 tahun
SDKI-12 variabel AY103
3. Pengetahuan Informasi yang disadari dan diketahui tentang Kuesioner SDKI12-WUS dan RP 1. Pengetahuan rendah (skor < 60%) Ordinal
reproduktivitas reproduktivitas seksual yang mencakup bagian 13 nomor 1301, 1302, 2. Pengetahuan tinggi (skor ≥ 60%)
seksual pubertas, risiko hamil apabila berhubungan 1309, dan 1312. Sumber data
walaupun sekali dan alat kontrasepsi. (54) SDKI-12 variabel AY201, AY202,
AY210, AY216A, AY216B, dan
AY216C
4. Sikap Reaksi atau respon tertutup dari laki-laki Kuesioner SDKI12-WUS dan RP 1. Sikap negatif (skor ≥ 60%) Ordinal
maupun perempuan yang berkaitan dengan bagian 17 nomor 1714, 1715, 2. Sikap positif (skor < 60%)
seksualitas.(54) 1716, 1717 dan 1718. Sumber data
SDKI-12 variabel AY717A,
AY717B, AY718, AY719,
AY720A, AY720B, AY720C,
AY720D, AY720E, dan AY721
48
49
5. Konsumsi alkohol Perbuatan responden yang pernah minum Kuesioner SDKI12-WUS dan RP 1. Ya Nominal
alkohol.(11) bagian 16 nomor 1607. Sumber 2. Tidak
data SDKI-12 variabel AY510
6. Pendidikan Tingkat pendidikan formal (SD, SMP, SMA, Kuesioner SDKI12-WUS dan RP 1. Pendidikan rendah (SD,SMP/ sederajat) Ordinal
Akademi dan Perguruan Tinggi) tertinggi bagian 1 nomor 104 dan 105. 2. Pendidikan tinggi (SMA, Perguruan
yang pernah/ sedang dijalani saat Sumber data SDKI-12 variabel Tinggi/Akademi)
dilakukannya pengambilan data SDKI AY104 dan AY 105
2012.(34, 45)
Alat dan Cara Kerja
Penelitian ini merujuk pada data SDKI 2012 yang menggunakan kuesioner
sebagai instrumen dalam pengumpulan data. Proses pengambilan data berupa file
perizinan ini diawali dengan mendaftarkan diri menggunakan alamat e-mail beserta
mengisi judul, deskripsi, metode, dan lokasi penelitian yang akan diteliti serta
memilih jenis data hasil survei atau GIS (Geographical Information Surveys). Untuk
Indonesia data yang tersedia hanya dalam bentuk hasil survei saja. Setelah selesai
registrasi perizinan pengambilan data maka konfirmasi akan datang secepatnya dari
Surat konfirmasi yang dikirim ke e-mail berisi izin untuk pengambilan data
DHS, lampiran buku recode dan e-mail beserta password untuk men-download data
DHS. Download data dilakukan di website DHS menggunakan e-mail dan password
yang sudah dikonfirmasi. Data tersedia dalam bentuk SPSS, Stata, SAV dll yang
dapat diunduh dengan memilih data berdasarkan jenis aplikasi pengolahan yang
digunakan. Sebelumnya jenis data yang tersedia terdiri dari data perempuan, laki-laki
menikah, pasangan, kelahiran, anak, dan rumah tangga dan remaja. Untuk data
remaja (15-24 tahun) yang belum menikah tersedia khusus dalam satu set data yang
terpisah dengan data lainnya. Setelah memilih jenis data dan jenis aplikasi
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data khusus remaja
50
51
sampel inklusi dan ekslusi. Dari kegiatan tersebut didapatkan data yang sesuai dan
variabel missing/tidak tahu dikeluarkan dari analisis. Setelah itu dilakukan kegiatan
Analisa Data
Analisa Univariat
Analisis univariat dimaksudkan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi
Analisa Bivariat
Analisis ini dimaksudkan untuk melihat hubungan antara masing-masing
Statistical Program For Social Science (SPSS) versi 15.0. Hubungan dikatakan
Analisa Multivariat
Analisis multivariat merupakan analisis yang bertujuan untuk mempelajari
hubungan beberapa variabel (lebih dari satu variabel) independen dengan satu atau
digunakan untuk menganalisis set data dengan satu variabel dependen yaitu tindakan
seksual berisiko pada remaja sedangkan variabel independen terdiri dari umur,
digunakan adalah regresi logistik dengan model prediksi. Model prediksi ini
dengan variabel dependennya. Bila hasil uji bivariat mempunyai nilai p<
Hasil analisis dilihat bila ada variabel yang p-valuenya > 0,05 maka
4. Notoatmodjo S. Kesehatan Masyarakat: ILMU dan SENI. Jakarta: Rineka Cipta; 2007.
5. Rahmadewi DWd. Kajian Profil Penduduk Remaja (10-24 tahun) 2011 16/12/2015.
7. Israwati D. Perilaku Seks Pra-Nikah Mahasiswa Pada Sekolah Tinggi Manajemen Dan
Ilmu Komputer Bina Bangsa Kendari (Studi Kasus). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Hasanuddin Makassar; 2013.
9. CDC. Sexual Risk Behaviors: HIV, STD, & Teen Pregnancy Prevention 2015 [updated
14 Desember 2015].
Available from: http://www.cdc.gov/healthyyouth/sexualbehaviors/index.htm.
10. Mesce D. Abortion Fact and Figures. Washington DC: Population Reference Bureau;
2011.
12. Umaroh AK. Hubungan Antara Faktor Internal Dan Faktor Eksternal Dengan Perilaku
Seksual Pranikah Remaja Di Indonesia (Analisis Data SDKI 2012) [Skripsi]:
Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2015.
13. BKKBN, BPS, Kemenkes dan ICF International. Indonesia Demographic and Health
Survey 2007: Young Adult Reproductive Health Survey Jakarta: 2008.
53