Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH 3

KONSEP MEDIS DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

“RHEUMATOID ARTHRITIS DAN OSTEOARTRITIS”

Nama Kelompok :

1. Yuli triyani 2011102411001


2. Yola Yopinda 2011102411027

Dosen Pengampu :

DR. Hj. Nunung Herlina.,S,Kep.,M.Pd

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik. Shalawat dan salam
semoga tetap tercurah pada junjungan kita Nabi Agung Muhammad S.A.W.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pengetahuan tentang


Rheumatoid arthritis dan osteoartritis , sehingga pembaca dapat lebih waspada akan
penyakit ini. Atas terselesainya makalah ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
: Allah SWT atas ridho-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Bapak dan Ibu kami
yang telah memberikan dukungan moril maupun materi serta do’a.. DR. Hj. Nunung
Herlina.,S,Kep.,M.Pd selaku dosen Mata Kuliah Komunitas Medikal Bedah 3 .Serta semua
pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan makalah ini. Tak ada gading
yang tak retak, kami sadar bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena
itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan hati lapang.

Samarinda 12 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB 1....................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................4
Latar Belakang...................................................................................................................4
Rumusan Masalah..............................................................................................................4
Tujuan Penelian..................................................................................................................5
Manfaat...............................................................................................................................5
BAB 2....................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
Pengertian Rheumatoid arthritis dan osteoartritis..............................................................6
Etiologi...............................................................................................................................6
Klasifikasi...........................................................................................................................7
Patofisiologi.......................................................................................................................7
Pathway..............................................................................................................................9
Manifestasi klinis.............................................................................................................10
Komplikasi.......................................................................................................................11
Pemeriksaan Diagnostik...................................................................................................13
Penatalaksanaan...............................................................................................................14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN.............................................................................16
Pengkajian........................................................................................................................16
Diagnosis Keperawatan....................................................................................................18
Intervensi..........................................................................................................................18
Evaluasi............................................................................................................................24
BAB 3..................................................................................................................................26
PENUTUP............................................................................................................................26
KESIMPULAN................................................................................................................26
SARAN............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................27
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rheumatoid arthritis dan osteoartritis merupakan penyakit inflamasi kronis
destruktif autoimun yang ditandai oleh poliartritis perifer yang simetris serta dapat
diikuti dengan beberapa manifestasi ekstraartikular dan sistemik. Kerusakan sendi
dan jaringan periartikular terjadi sebagai akibat dari peradangan sendi sinovial,
yang menyebabkan gangguan fungsional. Beberapa manifestasi ekstraartikular
yang ditimbulkan dapat berupa nodul rheumatoid, gangguan pada paru-paru,
jantung, gastrointestinal, kelelahan dan kelainan hematologis
Penetapan klasifikasi Rheumatoid arthritis dan osteoartritis mengacu pada
kriteria diagnosis American College of Rheumatology/European League Against
Rheumatism (ACR/EULAR) dengan 4 kriteria penilaian, yaitu jumlah keterlibatan
sendi, hasil uji serologi, reaktan fase akut, dan durasi sakit. Presentasi klinis
Rheumatoid arthritis dan osteoartritis bersifat heterogen, dapat dimulai pada semua
usia dengan spektrum onset yang luas. Pasien paling sering datang pada usia 50
tahun atau lebih, dengan insiden puncak antara usia 70 dan 80 tahun. Wanita
dilaporkan lebih banyak mengalami Rheumatoid arthritis dan osteoartritis
dibandingkan pria.
Rheumatoid arthritis dan osteoartritis tahap awal sering tidak bergejala,
diikuti dengan perkembangan tanda dan gejala yang lambat, serta dapat bervariasi
dalam intensitas. Manifestasi klinis dapat berupa kekakuan pada satu atau lebih
sendi, biasanya paling jelas di pagi hari, disertai dengan ketidaknyamanan pada
gerakan dan nyeri sendi. Seiring berkembangnya penyakit, manifestasi klinis dapat
menjadi lebih persisten dan berkembang menjadi simetris dengan keterlibatan
poliartikular (lima atau lebih sendi) (Giannini, D., Antonucci, M., Petrelli, F., Bilia,
S., Alunno, A., & Puxeddu, I. 2020).

B. Rumusan Masalah
C. Apa pengertian dari Rheumatoid arthritis dan osteoartritis ?
D. Apa penyebab dari terjadinya Rheumatoid arthritis dan osteoartritis ?
E. Bagaimana manifestasi klinis penyakit Rheumatoid arthritis dan osteoartritis ?
F. Bagaimana patofisiologi penyakit Rheumatoid arthritis dan osteoartritis ?
G. Bagaimana patway penyakit Rheumatoid arthritis dan osteoartritis ?
H. Bagaimana komplikasi dari Rheumatoid arthritis dan osteoartritis ?
I. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis ?

C. Tujuan Penelian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui dan memahami pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada
penyakit Rheumatoid arthritis dan osteoartritis.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasikan masalah dan diagnose Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis.
b. Dirumuskannya diagnosa/masalah aktual yang terjadi dengan Rheumatoid
arthritis dan osteoartritis.
c. Mengembangkan rencana asuhan menyeluruh pada Rheumatoid arthritis
dan osteoartritiS

D. Manfaat
1. Mengerti apa itu Rheumatoid arthritis dan osteoartritis
2. Mengerti apa penyebab terjadinya Rheumatoid arthritis dan osteoartritis
3. Mengerti komplikasi dari Rheumatoid arthritis dan osteoartritis
4. Mengerti asuhan keperawatan pada pasien dengan Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Rheumatoid arthritis dan osteoartritis


Rheumatoid arthritis dan osteoartritis merupakan penyakit inflamasi sistemik
kronik atau penyakit autoimun dimana Rheumatoid arthritis dan osteoartritis ini
memiliki karakteristik terjadinya kerusakan pada tulang sendi, ankilosis dan
deformitas. Penyakit ini adalah salah satu dari sekelompok penyakit jaringan
penyambung difus yang diperantarai oleh imunitas (Smolen, J.2020).

B. Etiologi
Penyebab Rheumatoid arthritis dan osteoartritis belum diketahui secara
pasti walaupun banyak hal mengenai patogenesisnya telah terungkap. Faktor
genetik dan beberapa faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam
timbulnya penyakit ini. Kecenderungan wanita untuk menderita Rheumatoid
arthritis dan osteoartritis dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang
hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai
salah satu faktor yang berpengaruh terhadap penyakit ini. Walaupun demikian
karena pembenaran hormon esterogen eksternal tidak pernah menghasilkan
perbaikan sebagaimana yang diharapkan, sehingga kini belum berhasil dipastikan
bahwa faktor hormonal memang merupakan penyebab penyakit ini.
Infeksi telah diduga merupakan penyebab rheumatoid arthritis. Dugaan
faktor infeksi timbul karena umumnya omset penyakit ini terjadi secara mendadak
dan timbul dengan disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Walaupun
hingga kini belum berhasil dilakukan isolasi suatu organisme dari jaringan
synovial, hal ini tidak menyingkirkan kemungkinan bahwa terdapat suatu
komponen peptidoglikan atau endotoksin mikroorganisme yang dapat mencetuskan
terjadinya rheumatoid arthritis. Agen infeksius yang diduga merupakan penyebab
Rheumatoid arthritis dan osteoartritis Antara lain bakteri, mikoplasma atau virus.
Hipotesis terbaru tentang penyebab penyakit ini adalah adanya faktor
genetik yang akan menjurus pada penyakit setelah terjangkit beberapa penyakit
virus, seperi infeksi virus Epstein-Barr. Heat Shock Protein (HSP) adalah
sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh sel seluruh spesies
sebagai respon terhadap stress. Walaupun telah diketahui terdapa hubungan antara
Heat Shock Protein dan sel T pada pasien Rheumatoid arthritis dan osteoartritis
namun mekanisme hubungan ini belum diketahui dengan jelas (Alivernini,
S.2020).

C. Klasifikasi
Menurut Hallo Dokter (2022) mengklasifikasikan Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis menjadi 4 tipe, yaitu:
1. Rheumatoid arthritis dan osteoartritis klasik pada tipe ini harus terdapat 7
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
2. Rheumatoid arthritis dan osteoartritis defisit pada tipe ini harus terdapat 5
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
3. Probable Rheumatoid arthritis dan osteoartritis pada tipe ini harus terdapat
3 kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 6 minggu.
4. Possible Rheumatoid arthritis dan osteoartritis pada tipe ini harus terdapat 2
kriteria tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus,
paling sedikit dalam waktu 3 bulan

D. Patofisiologi
Sistem imun merupakan bagian pertahanan tubuh yang dapat membedakan
komponen self dan non-self. Pada kasus Rheumatoid arthritis dan osteoartritis
system imun tidak mampu lagi membedakan keduanya dan menyerang jaringan
synovial serta jaringan penyokong lain. Proses fagositosis menghasilkan enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membrane synovial dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah
menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan
turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Imflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi synovial seperti edema,
kongesti vascular, eksudat fibrin, dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, synovial menjadi menebal, terutama pada sendi articular kartilago
dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang
menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi
menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler,
sehingga kartilago menjadi nekrosis. Tingkat erosi dari kartilago menentukan
ketidakmampuan sendi.Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi
diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah
dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Keadaan seperti
ini akan mengakibatkan terjadinya nekrosis (rusaknya jaringan sendi), nyeri hebat
dan deformitas (Weyand, C. M.2020).
E. Pathway
F. Manifestasi klinis
Keluhan biasanya mulai secara perlahan dalam beberapa minggu atau
bulan. Sering pada keadan awal tidak menunjukkan tanda yang jelas. Keluhan
tersebut dapat berupa keluhan umum, keluhan pada sendi dan keluhan diluar sendi.
1. Keluhan umum
Keluhan umum dapat berupa perasaan badan lemah, nafsu makan menurun,
peningkatan panas badan yang ringan atau penurunan berat badan.
2. Kelainan sendi
Terutama mengenai sendi kecil dan simetris yaitu sendi pergelangan tangan,
lutut dan kaki (sendi diartrosis). Sendi lainnya juga dapat terkena seperti
sendi siku, bahu sterno-klavikula, panggul, pergelangan kaki. Kelainan
tulang belakang terbatas pada leher. Keluhan sering berupa kaku sendi di
pagi hari, pembengkakan dan nyeri sendi.
3. Kelainan diluar sendi
a. Kulit : nodul subukutan (nodul rematoid)
b. Jantung : kelainan jantung yang simtomatis jarang didapatkan, namun
40% pada autopsi RA didapatkan kelainan perikard
c. Paru : kelainan yang sering ditemukan berupa paru obstruktif dan
kelainan pleura (efusi pleura, nodul subpleura)
d. Saraf : berupa sindrom multiple neuritis akibat vaskulitis yang sering
terjadi berupa keluhan kehilangan rasa sensoris di ekstremitas dengan gejala
foot or wrist drop
e. Mata : terjadi sindrom sjogren (keratokonjungtivitis sika) berupa
kekeringan mata, skleritis atau eriskleritis dan skleromalase perforans
f. Kelenjar limfe: sindrom Felty adalah RA dengan spleenomegali,
limpadenopati, anemia, trombositopeni, dan neutropeni (Volkov, M.2020)

G. Komplikasi
Rheumatoid arthritis dan osteoartritis adalah penyakit sistemik yang dapat
mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi. Menurut Rheumatoid arthritis
dan osteoartritis dapat menimbulkan komplikasi pada bagian lain dari tubuh :
1. Sistem respiratori
Peradangan pada sendi krikoaritenoid tidak jarang dijumpai pada
rheumatoid arthritis. Gejala keterlibatan saluran nafas atas ini dapat berupa
nyeri tenggorokan, nyeri menelan, atau disfonia yang umumnya terasa lebih
berat pada pagi hari. Pada Rheumatoid arthritis dan osteoartritis yang lanjut
dapat pula dijumpai efusi pleura dan fibrosis paru yang luas.
2. Sistem kardiovaskuler
Seperti halnya pada sistem respiratorik, pada Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis jarang dijumpai gejala perikarditis berupa nyeri dada atau
gangguan faal jantung. Akan tetapi pada beberapa pasien dapat juga dijumpai
gejala perikarditis yang berat. Lesi inflamatif yang menyerupai nodul
rheumatoid dapat dijumpai miokardium dan katup jantung. Lesi ini dapat
menyebabkan disfungsi katup, fenomena embolisasi, gangguan konduksi,
aortitis dan kardiomiopati.
3. Sistem gastrointestinal
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptic yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease
modifying
4. Sistem persarafan
Komplikasi neurologis yang sering dijumpai Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis umumnya tidak memberikan gambaran yang jelas sehingga sukar
untuk membedakan komplikasi neurologis akibat lesi artikular dari lesi
neuropatik. Pathogenesis komplikasi neurologis pada umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat instabilitas vertebre, servikal, neuropai jepitan atau
neuropati iskemik akibat vasculitis.
5. Sistem perkemihan : ginjal
Berbeda dengan lupus eritematosus sistemik pada Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis jarang sekali dijumpai kelainan glomelural. Jika pada pasien
Rheumatoid arthritis dan osteoartritis dijumpai proteinuria, umumnya hal
tersebut lebih sering disebabkan karena efek samping pengobatan seperi
garam emas dan D-penisilamin atau erjadi sekunder akibat amiloidosis.
Walaupun kelainan ginjal interstisial dapat dijumpai pada syndrome sjogren,
umumnya kelainan tersebut lebih banyak berhubungan dengan penggunaan
OAINS. Penggunaan OAINS yang tidak terkontrol dapat sampai
menimbulkan nekrosis papilar ginjal.
6. Sistem hematologis
Anemia akibat penyakit kronik yang ditandai dengan gambaran eritrosit
normosistik-normokromik (hipokromik ringan) yang disertai dengan kadar
besi serum yang rendah serta kapasitas pengikatan besi yang normal atau
rendah merupakan gambaran umum yang sering dijumpai pada rheumatoid
arthritis. Enemia akibat penyakit kronik ini harus dibedakan dari anemia
defisiensi besi yang juga dapat dijumpai pada Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis akibat penggunaan OAINS atau DMARD yang menyebabkan
erosi mukosa lambung (MacDonald.2020).

H. Pemeriksaan Diagnostik
Rheumatoid arthritis dan osteoartritis (RA) akan menjadi sulit untuk di
diagnosis pada tahap awal karena tanda dan gejala awal mirip dengan penyakit lain.
Saat pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa apakah terdapat pembengkakan,
kemerahan dan rasa hangat pada sendi. Dokter juga akan memeriksa refleks dan
kekuatan otot. Serta melakukan pemeriksaan darah sebagai pemeriksaan
penunjang, di antaranya adalah:
• Pemeriksaan Hematologi lengkap yang termasuk didalamnya adalah jenis
pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) sebagai tanda umum adanya peradangan di
tubuh apabila terjadi peningkatan pada nilai rujukan.
• Pemeriksaan Asam Urat tetap dilakukan untuk mengetahui penyebab dari gejala
klinis yang sama.
• Pemeriksaan C-reactive protein (Kuantitatif) sebagai tanda umum adanya
peradangan di tubuh apabila hasil dari pemeriksaan menunjukkan hasil positif
dengan titer diatas nilai normal.
• Pemeriksaan Rheumatoid Factor dan anti-CCP (cyclic citrullinated peptide),
penanda khusus untuk penyakit Rheumatoid Arthritis.
Penanganan lebih cepat dan agresif dapat mencegah efek samping serius
dari Rheumatoid Arthritis. Hal ini juga dapat menurunkan risiko berkembangnya
penyakit menjadi lebih parah.Diagnosis Gout Arthritis
Gout Arthritis adalah peradangan sendi yang disebabkan oleh penumpukan
kristal asam urat pada sendi akibat peningkatan kadar asam urat. Gejala yang
ditimbulkan oleh penyakit ini hampir serupa dengan Rematik Arthritis.
Penegakkan Diagnosa Gout arthritis dapat ditegakkan melalui anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang antara lain pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan radiologis, dan cairan sendi. Pemeriksaan penunjang
membantu dokter mengetahui apakah seseorang memiliki gout atau sesuatu yang
lain dengan gejala serupa.
Pemeriksaan Laboratorium :
• Pemeriksaan Hematologi lengkap
• Pemeriksaan kadar asam urat. Tingkat asam urat yang tinggi tidak selalu berarti
gout, tetapi berarti terdapat risiko untuk mendapat gout.
Pemeriksaan cairan sendi
• Tes cairan sendi.
Cairan diambil dari sendi yang sakit dengan jarum, lalu dipelajari di bawah
mikroskop yang bertujuan untuk memeriksa apakah kristal ada di sana.
Pemeriksaan Radiologis :
• X-ray. Gambar dari sendi akan membantu mengesampingkan masalah lain.
• USG. Tes tanpa rasa sakit ini menggunakan gelombang suara untuk melihat area
asam urat.
Persiapan pasien dan bahan pemeriksaan
• Pemeriksaan Asam urat dianjurkan untuk melakukan puasa 10-12 jam sebelum
pengambilan darah
• Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah darah dari pembuluh darah vena (dr.
Melynda Elka Putri 2021).

I. Penatalaksanaan
Pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan dilakukan sehingga terjalin hubungan baik serta ketaatan pasien untuk tetap
berobat dalam jangka waktu yang lama (Giles, J.2020).
OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid ) diberikan sejak dini untuk
mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi yang sering dijumpai. OAINS yang
diberikan yaitu aspirin, pasien dibawah umur 65 tahun dapat dimulai dengan dosis
3-4 x 1g/hari, kemudian dinaikkan 0,3-0,6 perminggu sampai terjadi perbaikan atau
gejala toksik. Dosis terapi 20-30 mg/dl. Ibuprofen, naproksen, piroksikam,
diklofenak dan sebagainya (Aspiani, 2014).
DMARD (Disease Modifying Antirheumatoid Drugs) digunakan unuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proes destruksi akibat rheumatoid arthritis.
Keputusan penggunaannya bergantung pada pertimbangan risiko manfaat oleh
dokter. Umumnya segera diberikan setelah diagnosis Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis diegakkan, atau bila respon OAINS tidak ada. DMARD yang
diberikan: (Aspiani, 2014)
a. Klorokuin fosfat 250 mg/hari atau hidroksiklorokuin 400 mg/hari
b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalu enteric, digunakan dalam dosis 1
x 500 mg/hari, ditinggikan 500 mg/minggu, sampai mencapai dosis 4 x
500 mg.
c. D-penisilamin, kurang disukai karena bekerja sangat lambat. Digunakan
dalam dosis 250-300 mg/ hari, kemudian dosis ditingkatkan setiap 2-4
minggu sebesar 250-300 mg/hari untuk mencapai dosis total 4 x 20-300
mg/hari.
d. Garam emas adalah gold standart bagi DMARD.
e. Obat imunosupresif atau imonoregulator; metotreksat dosis dimulai 5-7,
mg setiap minggu. Bila dalam 4 bulan idak menunjukkan perbaikan, dosis
harus ditingkatkan.
f. Korikosteroid, hanya dipakai untuk pengobatan Rheumatoid arthritis dan
osteoartritis dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa seperti
vasculitis, karena obat ini memiliki efek samping yang sangat berat.
Rehabilitasi bertujuan meningkatkan kualitas harapan hidup pasien. Caranya antara
lain dengan mengistirahatkan sendi yang terlibat, latihan, pemanasan dan
sebagannya. Fisioterapi dimulai segera setelah rasa sakit pada sendi berkurang.
Bila tidak juga behasil, diperlukan pertimbangan untuk pertimbangan operatif.
Sering juga diperlukan alat-alat seperti pemakaian alat bidai, tongkat penyangga,
kursi roda, terapi mekanik, pemanasan baik hidroterapi maupun elekroterapi,
occupational therapy (Aspiani, 2014).
Jika berbagai cara pengobatan telah dilakukan dan tidak berhasil serta terdapat
alasan yang cukup kuat, dapat dilakukan tindakan pembedahan. Jenis pengobatan
ini pada pasien Rheumatoid arthritis dan osteoartritis umunya bersifat orthopedic,
misalnya sinovektomi, artrodesis, memperbaiki deviasi ulnar.
Kompres jahe hangat dapat menurunkan nyeri rheumatoid arthritis. Kompres jahe
merupakan pengobatan tradisional atau terapi alternative untuk mengurangi nyeri
rheumatoid arthritis. Kompres jahe hangat memiliki kandungan enzim siklo-
oksigenasi yang dapat mengurangi peradangan pada penderita rheumatoid arthritis,
selain itu jahe juga memiliki efek farmakologis yaitu rasa panas dan pedas, dimana
rasa panas ini dapat meredakan rasa nyeri, kaku, dan spasme otot atau terjadinya
vasodilatasi pembuluh darah, mamfaat yang maksimal akan dicapai dalam waktu
20 menit sesudah pengaplikasian.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional dan untuk

menentukan pola respon pasien. Hal yang perlu dikaji adalah:

a. Data demografi

b. Riwayat keluarga lengkap dengan genogram Riwayat pekerjaan yakni pekerjaan


sebelm sakit dan pekerjaan saat ini

c. Riwayat lingkungan hidup terdapat tipe tempat tinggal,kondisi tempat tinggal

d. Riwayat rekreasi yakni hobi, liburan atau perjalanan

e. Sistem pendukung yakni pelayanan kesehatan dirumah, perawatan sehari-hari

yang dilakukan keluarga

f. Status kesehatan yakni keluhan utama, aspek nyeri, obat-obatan yang

dikonsumsi, status imunisasi, riwayat alergi

g. Aktivitas hidup sehari-hari seperti mandi, berpakaian, makan, ke kamar kecil,

berpindah dan kontinen

h. Pemenuhan kebutuhan sehri-hari berisi tentang oksigenasi, cairan dan

elektrolit, nutrisi, eliminasi, aktivitas, istirahat dan tidur, personal hygiene,

seksual, rekreasi, psikologis

i. Tinjauan system berisi tentang keadaan umum, tingkat kesadaran, tanda-tanda

vital, kepala, mata, telinga, hidung, leher dada, punggung, abdomen,

pinggang, ekstremitas atas dan bawah, system immune, genetalia, reproduksi,

persarafan dan pengecapan k. Data penunjang berisi berisi hsil Laboratorim,

radiologi, EKG, USG, CT- Scan, dan lain-lain.

Beberapa aspek yang harus diperhatikan perawat dalam mengkaji nyeri antara

lain (Lin,Y.2020) :

1) Penentuan ada tidaknya nyeri


Hal terpenting yang dilakukan perawat ketika mengkaji adanya nyeri adalah

penentuan ada tidaknya nyeripada pasien

2) Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri


diantaranya usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas,
keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga dan sosial
3) Ekspresi nyeri

Amati cara verbal dan non verbal pasien dalam mengekspresikan nyeri

yang dirasakan. Meringis dan memegang salah satu bagian tubuh, merupakan

contoh ekspresi nyeri secara non verbal

4) Karakteristik nyeri

Pendekatan analisis symptomdapat dilakukan saat pengkajian. Karakteristik

nyeri dikaji dengan istilah PQRST sebagai berikut :

a) P (provokatif atau paliatif) merupakan data dari penyebab atau sumber

nyeri, pertanyaan yang ditujukan pada pasien berupa :

(1) Apa yang menyebabkan gejala nyeri ?

(2) Apa saja yang mampu mengurangi ataupun memperberat nyeri ?

(3) Apa yang dilakukan ketika nyeri pertama kali dirasakan ?

b) Q ( kualitas atau kuantitas ) merupakan data yang menyebutkan seperti

apa nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan yang dapat berupa :

(1) Dari segi kualitas, bagaimana gejala nyeri yang dirasakan ?

(2) Dari segi kuantitas, sejauh mana nyeri yang dirasakan pasien sekarang

dengan nyeri yang dirasakan sebelumnya. Apakah nyeri mengganggu

aktifitas ?

c) R ( regional atau area yang terpapar nyeri atau radiasi ) merupakan data

dimana lokasi nyeri yang dirasakan pasien, pertanyaan dapat berupa:

(1) Dimana gejala nyeri terasa ?


(2) Apakah nyeri dirasakan menyebar atau merambat ?

d) S ( skala ) merupakan data mengenai seberapa parah nyeri yang dirasakan


pasien, pertanyaan yang ditujukan pada pasien yakni :

(1) Seberapa parah nyeri yang dirasakan pasien jika diberi rentang angka

1-10?

e) T ( timing atau waktu ) merupakan data mengenai kapan nyeri dirasakan,

pertanyaan yang ditujukan kepada pasien dapat berupa :

(1) Kapan gejala nyeri mulai dirasakan ?

(2) Seberapa sering nyeri terasa, apakah tiba-tiba atau bertahap ?

(3) Berapa lama nyeri berlangsung ?

(4) Apakah terjadi kekambuhan atau nyeri secara bertahap ?

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosis keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons

pasien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik

yang berlangsung aktual mapun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk

mengidentifikasi resons klien individu, keluarga, dan komunitas terhadap situasi

yang berkaitan dengan kesehatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2020). Diagnosis

keperawatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

a. Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis (D.0077)

b. Gangguan mobilitas fisik b.d Kekakuan otot (D.0054)

c. Defisit perawatan diri b.d Ganguan muskuloskeletal (D.0109)

3. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI

1. a. Nyeri akut Setelah dilakukan Observasi :

b.d Agen tindakan keperawatan - Identifikasi

pencedera selama ...x24jam lokasi,

fisiologis diharapkan ekseptasi karakteristik,

membaik dengan durasi,


(D.0077) kriteria hasil : frekuensi,

i. Keluhan nyeri kualitas,

menurun (5) intensitar nyeri

ii. Meringis - Identifikasi

menurun (5) skala nyeri

iii. Ketegangan - Identifikasi

otot menurun responsi nyeri

(5) non verbal

- Identifikasi

faktor yang

memperberat

dan

memperimgan

nyeri

- Identifikasi

pengetahuan

dan keyakinan

tentang nyeri

- Identifikasi

pengaruh

budaya

terhadap

responsi nyeri

Terapeutik :

- Berikan teknik

nonfarmakolog

is
untukmengura

ngi rasa nyeri

(Miss Tens,

hipnosis

akupresur,terap

i musik)

- Kontrol

lingkungan

yang

memperberat

rasa nyeri (mis

suhu ruangan,

pencahayaan,

kebisingan)

- Fasilitas

istirahat dan

tidur

- Pertimbangan

jenis dan

sumber nyeri

dalam

pemilihan

stategi

meredakan

nyeri

Edukasi :

- Jelaskan
penyebab

periode dan

pemicu nyeri

- Jelaskan stategi

meredakan

nyeri

- Anjurkan

memonitor

nyeri secara

mandiri

Kolaborasi :

- Kolaborasi

pemeberian

analgetik, jika

perlu

2. a. Gangguan Setelah dilakukan Observasi :

mobilitas tindakan keperawatan - Identifikasi

fisik b.d selama ...x24jam adanya nyeri

Kekakuan diharapkan ekseptasi atau keluhan

otot meningkat dengan fisik lainnya

(D.0054) kriteria hasil : - Identifikasi

i. Pergerakan toleransi

ekstermitas toleransi fisik

meningkat (5) melakukan

ii. Kekuatan otot ambulasi

meningkat (5) - Monitor

iii. Rentang gerak frekuensi


(ROM) jantung dan

meningkat (5) tekanan darah

sebelum

memulai

ambulasi

- Monitor

kondisi secara

umum selama

melakukan

ambulasi

Terapeutik :

- Fasilitas

aktivitas

ambulasi

dengan alat

bantu (mis

tongkat,kruk)

- Fsilitas

melakukan

mobilitas fisik,

jika perlu

Edukasi :

- Jelaskan tujuan

dan prosedur

ambulasi

- Anjurkan

melakukan
ambulasi dini

- Ajarkan

ambulasi

sederhana yang

harus

dilakukan

(miss berjalan

dari tempat

tidur ke kursi

roda, berjalan

dari tempat

tidur ke kamar

mandi)

3 Defisit perawatan Setelah dilakukan Observasi :

diri b.d Ganguan tindakan keperawatan - Identifikasi

muskuloskeletal selama ...x24jam kebiasaan

(D.0109) diharapkan ekseptasi aktifitas

meningkat dengan perawatan diri

kriteria hasil : sesuai usia

i. Kemampuan - Monitor

mandi tingkat mandiri

meningkat (5) Terapeutik :

ii. Kemampuan - Sediakan

ke toilet lingkungan

(BAB/BAK)m yang terapeutik

eningkat (5) - Siapkan

iii. Verbalisasi keperluan


keinginan pribadi

melakukan - Fasiltasi untuk

perawatan diri menerima

meningkat (5) keadaan

Edukasi

- Anjurkan

melakukan

perawatan diri

secara

konsisten

sesuai

kemampuan

Tindakan keperawatan adalah perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan

oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi keperawatan (Tim Pokja

SIKI DPP PPNI, 2020).

4. Evaluasi

Evaluasi yang diharapkan dapat dicapai pada pasien Penyebab Rheumatoid


arthritis dan osteoartritis dengan pemberian kompres hangat jahe dalam
menurunkan nyeri kronis yaitu : S : Pasien Mengatakan adanya penurunan nyeri

O : - Skala nyeri menurun

- Pasien Nampak tenang

- Pasien mampu melakukan teknik penanganan nyeri

- Pasien mampu menggunakan terapi yang diberikan untuk

mengurangi nyeri
- Pasien mampu meningkatkan kemampuan fungsi fisik dan psikologis

yang dimiliki

A : - Tujuan tercapai apabila respon klien sesuai dengan tujuan dan kriteria

hasil yang telah ditentukan

- Tujuan tercapai sebagian apabila respon klien belum sepenuhnya

sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan

- Tujuan belum tercapai apabila respon klien tidak sesuai dengan

tujuan dan kriteria hasil yang telah ditentukan

P : Langkah perencanaan yang akan diambil oleh perawat agar ercapainya

suatu tujuan

BAB 3

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan peneliti
menyimpulkan bahwa: Intensitas nyeri sendi pada usia produktif sebelum
dilakukan senam rematik peneliti diketahui bahwa rata-rata intensitas nyeri
sendi adalah sebesar 5, Intensitas nyeri sendi pada usia produktif sesudah
dilakukan senam rematik rata-rata intensitas nyeri sendi sesudah dilakukan.

B. SARAN
Petugas kesehatan khususnya perawat komunitas dapat menggunakan
latihan senam rematik secara periode sebagai salah satu terapi non
farmakologis dalam menurunkan intensitas nyeri seni pada usia produktif
yang mengalami osteoarthritis. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat
melanjutkan penelitian dengan menggunakan Quasy-experiment. Yang
menggunakan kelompok kontrol dan kelompok intervensi dengan tempat
penelitian yang berbeda dan jumlah sampel yang lebih banyak, sehingga
waktu yang digunakan dalam pengumpulan dan pengolahan data dapat lebih
efektif.

DAFTAR PUSTAKA

Giannini, D., Antonucci, M., Petrelli, F., Bilia, S., Alunno, A., & Puxeddu, I.
(2020). One year in review 2020: pathogenesis of rheumatoid arthritis. Clin Exp
Rheumatol, 38(3), 387-97.
Volkov, M., van Schie, K. A., & van der Woude, D. (2020). Autoantibodies and
B Cells: The ABC of Rheumatoid arthritis dan osteoartritis pathophysiology.
Immunological reviews, 294(1), 148-163.
MacDonald, I. J., Huang, C. C., Liu, S. C., & Tang, C. H. (2020).
Reconsidering the role of melatonin in rheumatoid arthritis. International
journal of molecular sciences, 21(8), 2877.
Lin, Y. J., Anzaghe, M., & Schülke, S. (2020). Update on the pathomechanism,
diagnosis, and treatment options for rheumatoid arthritis. Cells, 9(4), 880.
PPNI (2018).Standar intervensi keperawatan indonesia : Defnisit dan Tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2016).Standar diagnosa keperawatan indonesia : Definisi dan Indikator
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018).Standar luaran keperawatan indonesia : Definisi dan kriteria hasil
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai