Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH KOMPRES HANGAT REBUSAN AIR SERAI TERHADAP

PENURUNAN INTENSITAS NYERI PADA PENDERITA RHEUMATOID


ARTHRITIS DI PUSKESMAS KECAMATAN PAGAR MERBAU
TAHUN 2021

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:
ERMIKA SARI
NIM:17.11.052

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1) FAKULTAS


KEPERAWATAN DAN FISIOTERAPI INSTITUT
KESEHATAN MEDISTRA
LUBUK PAKAM
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Proposal penulisan yang berjudul “Pengaruh Kompres Hangat

Rebusan Air Serai Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Pada Penderita

Rheumatoid Arthritis Dipuskesmas Kecamatan Pagar Merbau Tahun 2021”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada

Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan MEDISTRA Lubuk

Pakam.

Dalam penyusunan dan penulisan proposal ini, penulis banyak

menghadapi kesulitan tetapi berkat bimbingan dan arahan dari semua pihak yang

terlibat secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal penulisan ini, pada kesempatan ini saya menyampaikan

ucapan terimakasih kepada:

1. Drs. Johannes Sembiring, M.Pd, M.Kes selaku Ketua Yayasan MEDISTRA

Lubuk Pakam

2. Rahmad Gurusinga, S.kep, Ns, M.Kep selaku Rektor Institut Kesehatan

MEDISTRA Lubuk Pakam

3. Kuat Sitepu, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan dan

Fisioterapi Institut MEDISTRA Lubuk Pakam

4. Tati Murni Karokaro, S.Kep,Ns, M.Kep selaku Ketua Program

StudiFisioterapi Fakultas Keperawatan dan Fisioterapi Institut Kesehatan

MEDISTRA Lubuk Pakam.

i
5. Iskandar Markus Sembiring, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku dosen pembimbing

yang senantiasa meluangkan waktu dan penuh kesabaran membimbing

penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penulisan ini

6. Bukti tulus penulis kepada kedua orangtua Ayahanda Arianto dan Ibunda

Katini beserta keluarga yang telah memberikan motivasi, dukungan secara

moril maupun material yang telah diberikan selama menjalani pendidikan

7. Kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan kerjasama yang

baik dalam penyelesaian proposal ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan, untuk itu penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan proposal ini. Akhir kata penulis berharap

proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Lubuk Pakam, 2021

Penulis,

ERMIKA SARI
NIM.17.11.052

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian .............................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................ 6

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin bertambahnya usia sistem kekebalan tubuh manusia tidak berfungsi

dengan baik, sehingga rentan terkena penyakit kronis, seperti penyakit rheumatoid

arthritis. Penyakit ini menyerang persendian dan anggota gerak. Rheumatoid

arthritis juga dapat terjadi pada semua golongan usia. Akan tetapi, lebih sering

terjadi pada usia produktif 20 hingga 40 tahun. Penyakit rheumatoid arthritis

(RA) adalah penyakit autoimmune dan sistem imun yang menyebabkan

peradangan kronis pada sendi. Rheumatoid arthritis akibat reaksi autoimun dalam

jaringan synovial melibatkan proses fagositosis. Penyebab rheumatoid arthritis

belum jelas sampai sekarang, namun faktor keturunan berpengaruh atas timbulnya

keluhan sendi ini. Nyeri rheumatoid arthritis umumnya sering di tangan, sendi

siku, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Nyeri dan bengkak pada sendi dapat

berlangsung terus menerus dan semakin lama gejala keluhannya akan semakin

berat (Chabib, L. dkk., 2016).

Rheumatoid arthritis merupakan gangguan peradangan kronis autoimun atau

respon autoimun, dimana imun seseorang bisa terganggu dan turun yang

menyebabkan hancurnya organ sendi dan lapisan synovial, terutama pada tangan,

kaki, dan lutut (Sakti, Muhlisin, 2019; Masruroh, Muhlisin, 2020). Sebagian besar

masyarakat Indonesia menganggap remeh penyakit rheumatoid arthritis, karena

sifatnya yang seolah-olah tidak menimbulkan kematian, padahal rasa nyeri yang

ditimbulkan sangat menghambat seseorang untuk melakukan aktivitas sehari- hari

(Nurwulan2017).

1
2

Penyakit Rematik sering kita dengar di masyarakat, Namun pemahaman yang

benar tentang Rematik di keluarga belum memuaskan (Siahaan et al., 2017). Oleh

karena itu, perlu mendapatkan perhatian yang serius karena penyakit ini

merupakan penyakit persendian sehingga akan mengganggu aktivitas seseorang

dalam kehidupan sehari- hari. Penelitian dari Mayo Clinic yang dilakukan di

Amerika Serikat menunjukkan antara 1995 - 2005, wanita penderita rheumatoid

arthritis mencapai 54.000 – 100.000 orang, sedangkan pria hanya 29.000 dari

100.000 orang (Situmorang, 2017).

Angka kejadian rheumatoid arthritis pada tahun 2016 yang disampaikan oleh

WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia, 5-10% adalah mereka yang

berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang berusia 55 tahun (Majdah,

Ramli, 2016; Putri, Priyanto, 2019). Di Indonesia prevelensi Arthritis Rheumatoid

pada tahun 2004 mencapai angka 2 juta jiwa, dengan angka perbandingan pasien

wanita tiga kali lipatnya dari laki-laki. Jumlah penderita Arthritis Rheumatoid di

Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan prevelensinya mencapai 29,35%, pada

tahun 2012 prevelensinya sebanyak 39,47%, dan tahun 2013 prevelensinya

sebanyak 45,59%. (Bawarodi & Malara 2017). Menurut Riskesdas (2018) jumlah

penderita rheumatoid arthritis di Indonesia mencapai 7,30%. Seiring

bertambahnya jumlah penderita rheumatoid arthritisdi Indonesia justru tingkat

kesadaran dan salah pengertian tentang penyakit ini cukup tinggi. Keadaan inilah

menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan masyarakat Indonesia khususnya

penderita untuk mengenal lebih dalam lagi mengenai penyakit rheumatoid

arthritis.
3

Selanjutnya prevalensi yang terjadi di Jawa Tengah berjumlah (6.78%).

Prevalensi berdasarkan diagnosis dokter tertinggi di Aceh (13,3%). Prevalensi

yang didiagnosa dokter lebih tinggi perempuan (8,5%) dibanding dengan laki-laki

6,1% (Riskesdas, 2018). Prevalensi jumlah penyakit di Jawa Tengah 25,5%

(Nurwulan, 2017). Prevalensi penyakit rematik berdasarkan diagnosis tenaga

kesehatan atau gejala di kota Magelang 28,9%, sedangkan di Kabupaten

Magelang 11,7% (Fajri, 2019).

Kebanyakan orang menganggap penyakit rheumatoid arthritis sebagai radang

sendi biasa, sehingga mereka terlambat melakukan pengobatan. Salah satu faktor

yang mempengaruhi tentang penatalaksanaan rheumatoid arthritis adalah

pengetahuan dan informasi. Nyeri yang timbul seringkali membuat penderita takut

bergerak sehingga mengganggu aktifitas sehari- hari. Disamping itu, dengan

mengalami nyeri, sudah cukup membuat pasien mengalami frustasi dalam

menjalani hidupnya sehari-hari sehingga dapat menganggu kenyamanan pasien.

Oleh karena itu terapi utama yang difokuskan adalah untuk menangani nyeri ini

(Lahemma, 2019).

Akibat dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya

menimbulkan gangguan kenyamanan dan masalah yang disebabkan oleh penyakit

rheumatoid arthritis, tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada

mobilitas hingga terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan

seperti kelumpuhan dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari (Silaban, 2016).

Penanganan nyeri pada rematik dapat dilakukan dengan dua metode yaitu dengan

farmakologi dan nonfarmakologi (Andri et al., 2019).


4

Dengan farmakologi bisa menggunakan obat- obatan seperti; analgesic,

antiimflamasi non-steroid, kortikosteroid, dan obat anti Rheumatoid. Akan tetapi

banyak aktivitas keperawatan non-farmakologi yang dapat digunkan untuk

menghilangkan rasa nyeri. Metode yang digunakan untuk penghilang rasa nyeri

non- farmakologi biasanya mempunyai resiko lebih rendah. Meskipun tindakan

tersebut bukan pengganti obat- obatan tindakan ini mungkin dapat mempersingkat

episode nyeri dan dapat meminimalisir resiko terjadinya komplikasi. Karena efek

yang ditimbulkan jika mengkonsumsi obat- obatan farmakologi dalam jangka

panjang mengakibatkan perdarahan pada saluran cerna, tukak peptik, perforasi

dan gangguan ginjal.

Salah satu tindakan untuk menghilangkan nyeri secara non- farmakologi

yaitu dengan cara menghangatkan persendian yang sakit. Mekanisme metode

ini sama dengan metode terapi pijat yang menggunakan terapi gate kontrol. Ada

bermacam-macam cara pemanasan yaitu kompres hangat dengan handuk, dengan

mendekatkan botol ke kedua sendi yang sakit dan bisa juga dengan berjemur di

bawah sinar matahari. Penggunaan panas mempunyai keuntungan meningkatkan

aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut menurunkan nyeri, panas

yang lembab dapat menghilangkan kekakuan di pagi hari akibat Arthritis.

Kompres hangat dapat digunakan pada pengobatan nyeri dan mereleksasikan otot-

otot yang tegang.

Serai (Cymbopogon citrates) adalah tumbuhan yang memiliki zat sebagai

penghangat, anti radang dan dapat memperlancarkan aliran darah. Pengolahannya

sangat sederhana seperti dengan kompres serai hangat. Cara ini merupakan

alternatif yang dapat dilakukan secara mandiri dan mempunyai resiko yang
5

rendah. Dalam buku herbal Indonesia disebutkan bahwa khasiat tanaman serai

mengandung minyak atsiri yang memilki sifat kimiawi dan efek farmakalogi yaitu

rasa pedas dan bersifat hangat sebagai anti radang dan menghilangkan rasa sakit

yang bersifat analgesik serta melancarkan sirkulasi darah dan diindikasikan untuk

mengurangi nyeri sendi, nyeri otot, badan pegelinu dan sakit kepala. (Hidayat &

Napitupilu, 2015).

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti

apakah ada pengaruh kompres hangat rebusan air serai terhadap penurunan

intensitas nyeri pada pasien rheumatoid arthritis di puskesmas kecamatan pagar

merbau.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diutarakan diatas maka adapun

rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah ada pengaruh kompres hangat

rebusan air serai terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien rheumatoid

arthritis di puskesmas kecamatan pagar merbau?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh kompres hangat rebusan air serai

terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien rheumatoid arthritis di

puskesmas kecamatan pagar merbau.


6

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengetahui rerata penurunan intensitas nyeri sebelum di berikan

intervensi kompres hangat rebusan air serai.

b. Mengetahui rerata penurunan intensitas nyeri sesudah di berikan

intervensi kompres hangat rebusan air serai.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi hal- hal berikut ini :

1.4.1 Bagi Responden

Untuk menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat kompres hangat

rebusan air serai dalam upaya menurunkan nyeri pada penderita rheumatoid

arthritis

1.4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan Puskesmas

Dapat dijadikan sebagai informasi dan menambah pengetahuan bagi

pelayanan keperawatan di puskesmas tentang pengaruh kompres hangat rebusan

air serai terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien rheumatoid arthritis.

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan referensi atau bacaan bagi mahasiswa di perpustakaan

Medistra Lubuk Pakam dan sebagai bahan masukan bagi pengembangan ilmu dan

penelitian selanjutnya.

1.4.4 Bagi Peneliti

Untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman penelitian

tentang pengaruh kompres hangat rebusan air serai terhadap penurunan intensitas

nyeri pada pasien rheumatoid arthritis.

Anda mungkin juga menyukai