DENGAN AUTISME
Elsanina Purba
Kesiya Kristiani Tambun
Muhammad Iqbal Nst.
Rika Syafira
Sinta Fadhilah
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan limpahan serta rahmat-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Autisme“ dengan baik yang di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “
Keperawatan Anak II ” program studi Keperawatan di Institute Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam.
Dalam penulisan makalah ini tentunya kami berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yang telah membimbing, memotivasi penyusun
dalam pembelajaran. Kami menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi kalimat maupun
penyusunannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan kekurangan dari
makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang sudah turut serta dalam penyusunan
makalah, dan semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat serta
pembelajaran bagi kita semua.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Pengertian
2.2 Epidemiologi
Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala
seperti austik.
2.3 Etiologi
2
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak
3
Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres.
Kelainann lain adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat
menyelidiki kontak seksual pada orang asing.
4
(walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi
bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.
5
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara
tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang
tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol.
Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi
secara fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.
Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.
2.6 Pengobatan
6
memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi bicara,
terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT), terapi
keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang
tua, keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan
yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan
agresif dapat diubah dengan menagement perilaku. Latihan dan pendidikan
dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu dukungan
positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk
mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis.
Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat. Neuroleptik
dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang
mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri
dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin. Keadaan tidak dapat
tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi
dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan
berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet. Dapat
disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat
waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.
7
2.7 Prognosis
8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain
bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu
seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana
saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
Sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend
apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ
dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun
sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
Cidera otak
Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
c. Status perkembangan anak.
Anak kurang merespon orang lain.
Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.
9
Keterbatasan kognitif.
d. Pemeriksaan fisik
Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
Terdapat ekolalia.
Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
Peka terhadap bau.
e. Psikososial
Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
Perilaku menstimulasi diri
Pola tidur tidak teratur
Permainan stereotip
Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
Tantrum yang sering
Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
Kemampuan bertutur kata menurun
Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
f. Neurologis
Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
Refleks mengisap buruk
Tidak mampu menangis ketika lapar
10
Gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
keterlambatan dalam berbahasa.
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan sensitif terhadap penglihatan.
Resiko tinggi infeksi behubungan dengan mikroorganisme (jamur).
11
n sekitar
klien
2. Gangguan Agar Meng- Mandiri :
indiksi-
komunikasi pasien Mintalah Mengiden
kan pe-
pasien untuk tifikasi
verbal dan dapat mahama
mengucapkan adanya
n
non verbal meng- suara disatria
tentang
sederhana sesuai
berhubungan indikasi- masalah
seperti “sh” kompona
komuni-
dengan kan atau “pus” n motorik
kasi
dari
keterlamba pemaham Mem-
bicara (
buat
tan dalam -an seperti
metode
lidah,
berbahasa tentang komuni
gerakan
kasi di
maslah bibir,
mana
kontrol
komunika kebutuh
napas )
-an
si yang
dapat
dapat
diekspre
mem-
sikan
Meng- Kaji pengaruhi
tipe/derajat artikulasi
gunakan
disfungsi, dan
sumber-
seperti pasien mungkin
sumber
tidak tampak juga tidak
dengan
memahami desertai
tepat
kata atau afasia
mengalami motorik
kesulitan Membant
berbicara u
menentuk
an daerah
dan
derajat
kerusakan
serebal
yang
Perhatikan terjadi
kesalahan dan
dalam kesuliatan
komunikasi pasien
dan berikan dalam
umpan balik beberapa
atau
seluruh
tahap
komunika
12
si, dengan
mengucap
-kan kata-
kata
dengan
benar
Bicaralah Pasien
dengan nada mungkin
normal dan kehilanga
hindari n
percakapan kemampu
yang cepat, an untuk
berikan pasien memantau
jarak waktu ucapan
untuk yang
merespon keluar
dan tidak
menyadar
i bahwa
komunika
si yang
diucapkan
tidak
nyata
Pasien
tidak
perlu
merusak
pendengar
an dan
meninggi
kan suara
Hargai dapat
kemampuan menimbul
pasien -kan
sebelum marah
terjadi pasien/me
penyakit, n-
hindari “pem- yebabkan
bicaraan yang kepedihan
merendah- .
kan” pada Memfoku
pasien s-kan
respons
dapat
mengabit
kan
frustasi
13
dan
mungkin
menyebab
-kan
pasien
terpaksa
untuk
bicara
“otomatis
”, seperti
me-
mutarbali
kan kata,
berbicara,
kasar/koto
r
Kemampu
an pasien
untuk
merasaka
n harga
diri, sebab
kemampu
an
intelektua
l pasien
seringkali
tetap baik
14
an dan pandangan lingkunga
adanya ganda n dan
Men- mempelaj
trasikan ari
perilaku kembali
untuk keterampi
mengkom lan
Dekati pasien
pensasi sensorik
dari daerah
terhadap dan
defisit penglihatan meningka
hasil tkan
yang normal,
terjadinya
biarkan lampu cidera
Pemberia
menyala,
n
letakkan benda pengenala
n
dalam
terhadap
jangkauan adanya
oranag/be
lapang
nda dapat
penglihatan membant
u masalah
yang normal
persepsi,
mencegah
pasien
dari
Ciptakan terkejut.
lingkungan Pe-
yang nutupan
sederhana, mata
pindahkan mungkin
perabot yang dapat
membahayak menurunk
an an
kebingun
gan
karena
adanya
pandanga
n ganda
Menurunk
an atau
membatas
i jumlah
stimulus
Bicara penglihata
dengan n yang
15
tenang, per- mungkin
dapat
lahan dengan
menimbul
mengguna- kan
kebingun
kan kalimat
gan
yang pendek, terhadap
intepretasi
dengan
lingkunga
mempertahan n;
menurunk
kan kontak
an
mata terjadinya
kecelakaa
Anjurkan
n
pasien untuk
Pasien
mengamati
mungkin
kakinya bila
mengalam
perlu dan
i
menyadari
keterbatas
posisi bagian
an dalam
tubuh
rentang
tertentu
perhatiana
atau
masalah
pemaham
an
Pengguna
an
stimulus
penglihata
n dan
sentuhan
mem-
bantu
dalam
mengintre
gasi-kan
sisi yang
sakit dan
memungk
16
inkan
pasien
untuk
mengalam
i kelalaian
sensasi
dan pola
gerakan
normal
17
perkemba
ngan yang
selanjutny
a
memerluk
an
tindakan
dengan
segera
Menurunk
an
kemungki
nan
terjadinya
pertumbu
han
infeksi
mikroorga
nisme
18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang
secara klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang
dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang
dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas,
perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan
(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap
pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu
adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan
pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan
perilaku pada penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak
mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak
terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan
dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi
orang lain tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup
dengan normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ksususnya
bagi mahasiswa-mahasiswi STIK Makassar Yapma dapat memahami asuhan
keperawatan autisme pada anak dan khususnya bagi orang tua yang memiliki
anak autisme.
19
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih
Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta
Yupi Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
20