Anda di halaman 1dari 23

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN AUTISME

DI SUSUN OLEH: KELOMPOK VIII

 Elsanina Purba
 Kesiya Kristiani Tambun
 Muhammad Iqbal Nst.
 Rika Syafira
 Sinta Fadhilah

Dosen: Arfah May Syarah S.Kep, Ns, M. Kep

INSTITUT KESEHATAN MEDISTRA L. PAKAM


FAKULTAS KEPERAWATAN & FISIOTERAPI
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN (S1)
T.A 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan limpahan serta rahmat-Nya sehingga penyusun dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “ Asuhan Keperawatan pada Anak
dengan Autisme“ dengan baik yang di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah “
Keperawatan Anak II ” program studi Keperawatan di Institute Kesehatan
Medistra Lubuk Pakam.

Dalam penulisan makalah ini tentunya kami berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yang telah membimbing, memotivasi penyusun
dalam pembelajaran. Kami menyadari bahwa sepenuhnya dalam penyusunan
makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi kalimat maupun
penyusunannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak untuk menyempurnakan kekurangan dari
makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang sudah turut serta dalam penyusunan
makalah, dan semoga makalah ini dapat memberikan banyak manfaat serta
pembelajaran bagi kita semua.

Lubuk Pakam, 14 September 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Setiap tahun di seluruh dunia, kasus autisme mengalami peningkatan. Dalam


penelitian yang dirangkum Synopsis of Psychiatry awal 1990-an, kasus autisme
masih berkisar pada perbandingan 1 : 2.000. Angka ini meningkat di tahun 2000
dalam catatan Sutism Research Institute di Amerika Serikat sebanyak 1 dari 150
anak punya kecenderungan menderita autis. Di Inggris, datanya lebih
mengkhawatirkan. Di sana berdasarkan data International Congress on Autism
tahun 2006 tercatat 1 dari 130 anak punya kecenderungan autis.
Di Indonesia sering kali cukup sulit mendapatkan data penderita auitis, ini
karena orangtua anak yang dicurigai mengidap autisme seringkali tidak menyadari
gejala-gejala autisme pada anak. Akibatnya, mereka merujuknya ke pintu lain di
RS. Misalnya ke bagian THT karena menduga anaknya mengalami gangguan
pendengaran dan ke Poli Tumbuh Kembang Anak karena mengira anaknya
mengalami masalah dengan perkembangan fisik.
“Tapi kita memang merasakan makin banyak kasus autisme ini di Indonesia dari
tahun ke tahun,” papar dia.
SASANTI dalam bagian lain tidak bisa menjelaskan apa penyebab makin
banyaknya kasus autisme di Indonesia. Yang bisa dilacak adalah faktor yang
terkait dengan autisme, misalnya genetis dan biologis. Secara biologis, ada
kemungkinan autisme berkaitan dengan gangguan pencernaan, alergi, gangguan
kandungan, maupun polusi.(edy).( suarasurabaya.net. 13 desember 2008)

1.2 Rumusan Masalah

“ Bagaiman asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit autis ? “

1.3 Tujuan Makalah


“Mahasiswa mampu menerapkan konsep keperawatan pada anak dengan
autisme.”

1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian

 Autisme masa kanak-kanak dini adalah penarikan diri dan kehilangan


kontak dengan realitas atau orang lain. Pada bayi tidak terlihat tanda dan
gejala. (Sacharin, R, M, 1996 : 305)
 Autisme Infantil adalah Gangguan kualitatif pada komunikasi verbal dan
non verbal, aktifitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik yang
terjadi sebelum usia 30 bulan. (Behrman, 1999: 120)
 Autisme menurut Rutter 1970 adalah Gangguan yang melibatkan
kegagalan untuk mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30
bulan), hambatan dalam pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena
ritualistik dan konvulsif. (Sacharin, R, M, 1996: 305)
 Autisme pada anak merupakan gangguan perkembangan pervasif (DSM
IV, sadock dan sadock 2000)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa autisme adalah gangguan


perkembangan pervasif, atau kualitatif pada komunikasi verbal dan non
verbal, aktivitas imajinatif dan interaksi sosial timbal balik berupa kegagalan
mengembangkan hubungan antar pribadi (umur 30 bulan), hambatan dalam
pembicaraan, perkembangan bahasa, fenomena ritualistik dan konvulsif serta
penarikan diri dan kehilangan kontak dengan realitas.

2.2 Epidemiologi

Prevalensi 3-4 per 1000 anak. Perbandingan laki-laki dari wanita 3-4:1.
Penyakit sistemik, infeksi dan neurologi (kejang) dapat menunjukan gejala
seperti austik.

2.3 Etiologi

Penyebab Autisme diantaranya :

2
1. Genetik (80% untuk kembar monozigot dan 20% untuk kembar dizigot)
terutama pada keluarga anak austik (abnormalitas kognitif dan
kemampuan bicara).
2. Kelainan kromosim (sindrom x yang mudah pecah atau fragil).
3. Neurokimia (katekolamin, serotonin, dopamin belum pasti).
4. Cidera otak, kerentanan utama, aphasia, defisit pengaktif retikulum,
keadaan tidak menguntungkan antara faktor psikogenik dan
perkembangan syaraf, perubahan struktur serebellum, lesi hipokompus
otak depan.
5. Penyakit otak organik dengan adanya gangguan komunikasi dan
gangguan sensori serta kejang epilepsi.
6. Lingkungan terutama sikap orang tua, dan kepribadian anak

Gambaran Autisme pada masa perkembangan anak dipengaruhi oleh


Pada masa bayi terdapat kegagalan mengemong atau menghibur anak, anak
tidak berespon saat diangkat dan tampak lemah. Tidak adanya kontak mata,
memberikan kesan jauh atau tidak mengenal. Bayi yang lebih tua
memperlihatkan rasa ingin tahu atau minat pada lingkungan, bermainan
cenderung tanpa imajinasi dan komunikasi pra verbal kemungkinan
terganggu dan tampak berteriak-teriak. Pada masa anak-anak dan remaja,
anak yang autis memperlihatkan respon yang abnormal terhadap suara anak
takut pada suara tertentu, dan tercengggang pada suara lainnya. Bicara dapat
terganggu dan dapat mengalami kebisuan. Mereka yang mampu berbicara
memperlihatkan kelainan ekolialia dan konstruksi telegramatik. Dengan
bertumbuhnya anak pada waktu berbicara cenderung menonjolkan diri
dengan kelainan intonasi dan penentuan waktu. Ditemukan kelainan persepsi
visual dan fokus konsentrasi pada bagian prifer (rincian suatu lukisan secara
sebagian bukan menyeluruh). Tertarik tekstur dan dapat menggunakan secara
luas panca indera penciuman, kecap dan raba ketika mengeksplorais
lingkungannya.

Pada usia dini mempunyai pergerakan khusus yang dapt menyita


perhatiannya (berlonjak, memutar, tepuk tangan, menggerakan jari tangan).

3
Kegiatan ini ritual dan menetap pada keaadan yang menyenangkan atau stres.
Kelainann lain adalh destruktif , marah berlebihan dan akurangnya istirahat.
Pada masa remaja perilaku tidak sesuai dan tanpa inhibisi, anak austik dapat
menyelidiki kontak seksual pada orang asing.

2.4 Cara Mengetahui Autisme Pada Anak

Anak mengalami autisme dapat dilihat dengan:


1. Orang tua harus mengetahui tahap-tahap perkembangan normal.
2. Orang tua harus mengetahui tanda-tanda autisme pada anak.
3. Observasi orang tua, pengasuh, guru tentang perilaku anak dirumah,
diteka, saat bermain, pada saat berinteraksi sosial dalam kondisi normal.

 Tanda autis berbeda pada setiap interval umumnya:


1. Pada usia 6 bulan sampai 2 tahun anak tidak mau dipeluk atau menjadi
tegang bila diangkat ,cuek menghadapi orangtuanya, tidak
bersemangat dalam permainan sederhana (ciluk baa atau kiss bye),
anak tidak berupaya menggunakan kat-kata. Orang tua perlu waspada
bila anak tidak tertarik pada boneka atau binatan gmainan untuk bayi,
menolak makanan keras atau tidak mau mengunyah, apabila anak
terlihat tertarik pada kedua tangannya sendiri.
2. Pada usia 2-3 tahun dengan gejal suka mencium atau menjilati benda-
benda, disertai kontak mata yang terbatas, menganggap orang lain
sebagai benda atau alat, menolak untuk dipeluk, menjadi tegang atau
sebaliknya tubuh menjadi lemas, serta relatif cuek menghadapi kedua
orang tuanya.
3. Pada usia 4-5 tahun ditandai dengan keluhan orang tua bahwa anak
merasa sangat terganggu bila terjadi rutin pada kegiatan sehari-hari.
Bila anak akhirnya mau berbicara, tidak jarang bersifat ecolalia
(mengulang-ulang apa yang diucapkan orang lain segera atau setelah
beberapa lama), dan anak tidak jarang menunjukkan nada suara yang
aneh, (biasanya bernada tinggi dan monoton), kontak mata terbatas

4
(walaupun dapat diperbaiki), tantrum dan agresi berkelanjutan tetapi
bisa juga berkurang, melukai dan merangsang diri sendiri.

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang ditemuai pada penderita Autisme :


1. Penarikan diri, Kemampuan komunukasi verbal (berbicara) dan non
verbal yang tidak atau kurang berkembang mereka tidak tuli karena dapat
menirukan lagu-lagu dan istilah yang didengarnya, serta kurangnya
sosialisasi mempersulit estimasi potensi intelektual kelainan pola bicara,
gangguan kemampuan mempertahankan percakapan, permainan sosial
abnormal, tidak adanya empati dan ketidakmampuan berteman. Dalam tes
non verbal yang memiliki kemampuan bicara cukup bagus namun masih
dipengaruhi, dapat memperagakan kapasitas intelektual yang memadai.
Anak austik mungkin terisolasi, berbakat luar biasa, analog dengan bakat
orang dewasa terpelajar yang idiot dan menghabiskan waktu untuk
bermain sendiri.
2. Gerakan tubuh stereotipik, kebutuhan kesamaan yang mencolok, minat
yang sempit, keasyikan dengan bagian-bagian tubuh.
3. Anak biasa duduk pada waktu lama sibuk pada tangannya, menatap pada
objek. Kesibukannya dengan objek berlanjut dan mencolok saat dewasa
dimana anak tercenggang dengan objek mekanik.
4. Perilaku ritualistik dan konvulsif tercermin pada kebutuhan anak untuk
memelihara lingkungan yang tetap (tidak menyukai perubahan), anak
menjadi terikat dan tidak bisa dipisahkan dari suatu objek, dan dapat
diramalkan .
5. Ledakan marah menyertai gangguan secara rutin.
6. Kontak mata minimal atau tidak ada.
7. Pengamatan visual terhadap gerakan jari dan tangan, pengunyahan benda,
dan menggosok permukaan menunjukkan penguatan kesadaran dan
sensitivitas terhadap rangsangan, sedangkan hilangnya respon terhadap
nyeri dan kurangnya respon terkejut terhadap suara keras yang mendadak
menunjukan menurunnya sensitivitas pada rangsangan lain.

5
8. Keterbatasan kognitif, pada tipe defisit pemrosesan kognitif tampak pada
emosional
9. Menunjukan echolalia (mengulangi suatu ungkapan atau kata secara
tepat) saat berbicara, pembalikan kata ganti pronomial, berpuisi yang
tidak berujung pangkal, bentuk bahasa aneh lainnya berbentuk menonjol.
Anak umumnya mampu untuk berbicara pada sekitar umur yang biasa,
kehilangan kecakapan pada umur 2 tahun.
10. Intelegensi dengan uji psikologi konvensional termasuk dalam retardasi
secara fungsional.
11. Sikap dan gerakan yang tidak biasa seperti mengepakan tangan dan
mengedipkan mata, wajah yang menyeringai, melompat, berjalan berjalan
berjingkat-jingkat.

 Ciri yang khas pada anak yang austik :


1. Defisit keteraturan verbal.
2. Abstraksi, memori rutin dan pertukaran verbal timbal balik.
3. Kekurangan teori berfikir (defisit pemahaman yang dirasakan atau
dipikirkan orang lain).

 Menurut Baron dan kohen 1994 ciri utama anak autisme adalah:
1. Interaksi sosial dan perkembangan sossial yang abnormal.
2. Tidak terjadi perkembangan komunikasi yang normal.
3. Minat serta perilakunya terbatas, terpaku, diulang-ulang, tidak
fleksibel dan tidak imajinatif.
4. Ketiga-tiganya muncul bersama sebelum usia 3 tahun.

2.6 Pengobatan

Orang tua perlu menyesuaikan diri dengan keadaan anaknya, orang


tua harus memeberikan perawatan kepada anak temasuk perawat atau staf
residen lainnya. Orang tua sadar adanaya scottish sosiety for autistik children
dan natinal sosiety for austik children yang dapat membantu dan dapat

6
memmberikan pelayanan pada anak autis. Anak autis memerlukan
penanganan multi disiplin yaitu terapi edukasi, terapi perilaku, terapi bicara,
terapi okupasi, sensori integasi, auditori integration training (AIT), terapi
keluarga dan obat, sehingga memerlukan kerja sama yang baik antara orang
tua, keluarga dan dokter.
Pendekatan terapeutik dapat dilakukan untuk menangani anak austik tapi
keberhasilannya terbatas, pada terapi perilaku dengan pemanfaatan keadaan
yang terjadi dapat meningkatkan kemahiran berbicara. Perilaku destruktif dan
agresif dapat diubah dengan menagement perilaku. Latihan dan pendidikan
dengan menggunakan pendidikan (operant konditioning yaitu dukungan
positif (hadiah) dan hukuman (dukungan negatif). Merupakan metode untuk
mengatasi cacat, mengembangkan ketrampilan sosial dan ketrampilan praktis.
Kesabaran diperlukan karena kemajuan pada anak autis lambat. Neuroleptik
dapat digunakan untuk menangani perilaku mencelakkan diri sendiri yang
mengarah pada agresif, stereotipik dan menarik diri dari pergaulan sosial.
Antagonis opiat dapat mengatasi perilaku, penarikan diri dan stereotipik,
selain itu terapi kemampuan bicara dan model penanganan harian dengan
menggunakan permainan latihan antar perorangan terstruktur dapt digunakan.
Masalah perilaku yang biasa seperti bising, gelisah atau melukai diri sendiri
dapat diatasi dengan obat klorpromasin atau tioridasin. Keadaan tidak dapat
tidur dapat memberikan responsedatif seperti kloralhidrat, konvulsi
dikendalikan dengan obat anti konvulsan. Hiperkinesis yang jika menetap dan
berat dapat ditanggulangi dengan diit bebas aditif atau pengawet. Dapat
disimpulkan bahwa terapi pada autisme dengan mendeteksi dini dan tepat
waktu serta program terapi yang menyeluruh dan terpadu.

 Penatalaksanaan anak pada autisme bertujuan untuk:


1. Mengurangi masalah perilaku.
2. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama
bahasa.
3. Anak bisa mandiri.
4. Anak bisa bersosialisasi.

7
2.7 Prognosis

Anak terutama yang mengalami bicara, dapat tumbuh pada kehidupan


marjinal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi, hidup dalam masyarakat,
namun pada beberapa anak penempatan lama pada institusi mrp hasil akhir.
Prognosis yang lebih baik adalah tingakt intelegensi lebih tinggi, kemampuan
berbicara fungsional, kurangnya gejala dan perilaku aneh. Gejala akan
berubah dengan pertumbuhan menjadi tua. kejang-kejang dan kecelakaan diri
sendiri semakin terlihat pada perkembangan usia.

8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku
bangsa, tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa,
keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi
dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain
bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu
seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana
saja dia pergi. Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya.
Sebagai anak yang senang kerapian harus menempatkan barang tertentu
pada tempatnya. Menggigit, menjilat atau mencium mainan atau bend
apa saja. Bila mendengar suara keras, menutup telinga. Didapatkan IQ
dibawah 70 dari 70% penderita, dan dibawah 50 dari 50%. Namun
sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.
 Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal.
 Cidera otak
 Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit
serupa dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau
keturunan. Biasanya pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
c. Status perkembangan anak.
 Anak kurang merespon orang lain.
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh.
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar.
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal.

9
 Keterbatasan kognitif.
d. Pemeriksaan fisik
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
 Terdapat ekolalia.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
 Peka terhadap bau.
e. Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun
 Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
f. Neurologis
 Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar

3.2 Diagnosa Keperawatan


 Kelemahan interaksi sosial berhubungan dengan ketidakmampuan untuk
percaya pada orang lain.

10
 Gangguan komunikasi verbal dan non verbal berhubungan dengan
keterlambatan dalam berbahasa.
 Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan sensitif terhadap penglihatan.
 Resiko tinggi infeksi behubungan dengan mikroorganisme (jamur).

3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Kriteria Rasional


NO Tujuan Intervensi
keperawatan hasil
1. Kelemahan Klien  Memulai Mandiri : Mandiri :
interaksi
interaksi mau  Batasi jumlah  Memberik
dengan
pengasuh pada an kepada
sosial memulai pengasu
anak. klien
h
berhubungan interaksi untuk
nya
memperm
dengan dengan  Tunjukan rasa
udah
kehangatan/ke
ketidakmamp pengasuh dalam
ramahan dan
interaksi
uan untuk nya penerimaan
 Menunjuk
pada anak.
percaya pada kan rasa
 Tingkatkan
kehangata
orang lain. pemeliharaan
n akan
dan hubungan
membuat
kepercayaan.
klien
mudah
 Motivasi anak percaya
untuk pada
berhubungan pengasuh
dengan orang  Memeliha
lain. ra
kepercaya
an akan
memperea
t interaksi
antara
klien
dengan
pengasuh
nya
 Membuat
klien akan
beirnterak
si dengan
lingkunga

11
n sekitar
klien
2. Gangguan Agar  Meng- Mandiri :
indiksi-
komunikasi pasien  Mintalah  Mengiden
kan pe-
pasien untuk tifikasi
verbal dan dapat mahama
mengucapkan adanya
n
non verbal meng- suara disatria
tentang
sederhana sesuai
berhubungan indikasi- masalah
seperti “sh” kompona
komuni-
dengan kan atau “pus” n motorik
kasi
dari
keterlamba pemaham  Mem-
bicara (
buat
tan dalam -an seperti
metode
lidah,
berbahasa tentang komuni
gerakan
kasi di
maslah bibir,
mana
kontrol
komunika kebutuh
napas )
-an
si yang
dapat
dapat
diekspre
mem-
sikan
 Meng-  Kaji pengaruhi
tipe/derajat artikulasi
gunakan
disfungsi, dan
sumber-
seperti pasien mungkin
sumber
tidak tampak juga tidak
dengan
memahami desertai
tepat
kata atau afasia
mengalami motorik
kesulitan  Membant
berbicara u
menentuk
an daerah
dan
derajat
kerusakan
serebal
yang
 Perhatikan terjadi
kesalahan dan
dalam kesuliatan
komunikasi pasien
dan berikan dalam
umpan balik beberapa
atau
seluruh
tahap
komunika

12
si, dengan
mengucap
-kan kata-
kata
dengan
benar
 Bicaralah  Pasien
dengan nada mungkin
normal dan kehilanga
hindari n
percakapan kemampu
yang cepat, an untuk
berikan pasien memantau
jarak waktu ucapan
untuk yang
merespon keluar
dan tidak
menyadar
i bahwa
komunika
si yang
diucapkan
tidak
nyata
 Pasien
tidak
perlu
merusak
pendengar
an dan
meninggi
kan suara
 Hargai dapat
kemampuan menimbul
pasien -kan
sebelum marah
terjadi pasien/me
penyakit, n-
hindari “pem- yebabkan
bicaraan yang kepedihan
merendah- .
kan” pada Memfoku
pasien s-kan
respons
dapat
mengabit
kan
frustasi

13
dan
mungkin
menyebab
-kan
pasien
terpaksa
untuk
bicara
“otomatis
”, seperti
me-
mutarbali
kan kata,
berbicara,
kasar/koto
r
 Kemampu
an pasien
untuk
merasaka
n harga
diri, sebab
kemampu
an
intelektua
l pasien
seringkali
tetap baik

3. Perubahan Agar  Memulai Mandiri :


atau mem-
persepsi pasien  Evaluasi  Munculny
pertahan-
adanya a
sensori dapat kan
gangguan gangguan
tingkat
behubungan peka penglihatan, penglihata
kesadaran
catat n dapat
dengan terhadap dan fungsi
penurunan berdampa
per-
sensitif penglihata lapang k negatif
septual
pandang, terhadap
terhadap n  Mengakui
perubahan kemampu
perubah-
penglihatan ketajaman an pasien
an dalam
persepsi dan untuk
kemampu
adanya menerima

14
an dan pandangan lingkunga
adanya ganda n dan
 Men- mempelaj
trasikan ari
perilaku kembali
untuk keterampi
mengkom lan
 Dekati pasien
pensasi sensorik
dari daerah
terhadap dan
defisit penglihatan meningka
hasil tkan
yang normal,
terjadinya
biarkan lampu cidera
 Pemberia
menyala,
n
letakkan benda pengenala
n
dalam
terhadap
jangkauan adanya
oranag/be
lapang
nda dapat
penglihatan membant
u masalah
yang normal
persepsi,
mencegah
pasien
dari
 Ciptakan terkejut.
lingkungan Pe-
yang nutupan
sederhana, mata
pindahkan mungkin
perabot yang dapat
membahayak menurunk
an an
kebingun
gan
karena
adanya
pandanga
n ganda
 Menurunk
an atau
membatas
i jumlah
stimulus
 Bicara penglihata
dengan n yang

15
tenang, per- mungkin
dapat
lahan dengan
menimbul
mengguna- kan
kebingun
kan kalimat
gan
yang pendek, terhadap
intepretasi
dengan
lingkunga
mempertahan n;
menurunk
kan kontak
an
mata terjadinya
kecelakaa
 Anjurkan
n
pasien untuk
 Pasien
mengamati
mungkin
kakinya bila
mengalam
perlu dan
i
menyadari
keterbatas
posisi bagian
an dalam
tubuh
rentang
tertentu
perhatiana
atau
masalah
pemaham
an

 Pengguna
an
stimulus
penglihata
n dan
sentuhan
mem-
bantu
dalam
mengintre
gasi-kan
sisi yang
sakit dan
memungk

16
inkan
pasien
untuk
mengalam
i kelalaian
sensasi
dan pola
gerakan
normal

4. Risiko tinggi Risiko  Mem- Mandiri :


pert
infeksi infeksi
ahankan  Berikan  Cara
behubungan pada klien perawatan pertama
nomoter
dengan dapat anti-sesptik, untuk
dari pertahankan menghind
mikro- teratasi cuci tangan ari infeksi
tanda-
organisme yang baik
tanda  Observasi
(jamur) daerah yang
infeksi
mengalami
 Men- kerusakan
capai
penyemb
uhan
luka
pada  Deteksi
waktu- dini
nya perkemba
ngan
infeksi
memungk
inkan
 Pantau suhu untuk
tubuh secara melakuka
teratur n
tindakan
dengan
segera
dan
pencegah
an
tehadap
komplikas
inya
 Berikan  Dapat
perawatan mengindi
parienal kasikan

17
perkemba
ngan yang
selanjutny
a
memerluk
an
tindakan
dengan
segera
 Menurunk
an
kemungki
nan
terjadinya
pertumbu
han
infeksi
mikroorga
nisme

18
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Autis suatu gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang
secara klinis ditandai oleh gejala – gejala diantaranya kualitas yang kurang
dalam kemampuan interaksi sosial dan emosional, kualitas yang kurang
dalam kemampuan komunikasi timbal balik, dan minat yang terbatas,
perilaku tak wajar, disertai gerakan-gerakan berulang tanpa tujuan
(stereotipik). Selain itu tampak pula adanya respon tak wajar terhadap
pengalaman sensorik, yang terlihat sebelum usia 3 tahun. Sampai saat ini
penyebab pasti autis belum diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu
adanya perubahan genetika dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang
berhubungan dengan kejadian autis pada anak, perkembangan otak yang tidak
normal atau tidak seperti biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan
pada neurotransmitter, dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan
perilaku pada penderita. Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak
mengalami keterbelakangan, tetapi pada hubungan sosial dan respon anak
terhadap dunia luar, anak sangat kurang. Anak cenderung asik dengan
dunianya sendiri. Dan cenderung suka mengamati hal – hal kecil yang bagi
orang lain tidak menarik, tapi bagi anak autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup
dengan normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca ksususnya
bagi mahasiswa-mahasiswi STIK Makassar Yapma dapat memahami asuhan
keperawatan autisme pada anak dan khususnya bagi orang tua yang memiliki
anak autisme.

19
DAFTAR PUSTAKA

Marilynn E.1999.rencana asuhan keperawatan.Edisi tiga.Jakarta:EGC

Sacharin, r.m, 1996, Prinsip Keperawatan Pediatrik Edisi 2, EGC, Jakarta

Behrman, Kliegman, Arvin, 1999, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Edisi 15, Alih
Bahasa Prof. DR. Dr. A. Samik Wahab, Sp. A (K), EGC, Jakarta

Soetjiningsih (1994). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: FK Udayana.

Yupi Supartini, 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.

Hidayat, Aziz Alimul.2006. pengantar ilmu keperawatan 2. Edisi pertama. Jakarta


:Salemba Medika

20

Anda mungkin juga menyukai