3 November 2017
Email: ahdianygina93@gmail.com
ABSTRACT
One of the psychological impact suffered by PLWHA after HIV-AIDS was death anxiety.
Excessive death anxiety would cause emotional function disorder such as neurotisma,
depression, and psychosomatic disorders. The purpose of research was to describe the
level of death anxiety in PLWHA in cilincing Puskesmas North Jakarta. The research was
quantitative descriptive. The population was PLWHA in Puskesmas Cilincing. The samples
were 30 respondents with consecutive sampling technique. The instruments used were
Templer Death Anxiety Scale had done the validity test with the results of a range of values
from 0.30 to 0.74 and test the reliability of 0.734. Univariat data were analyzed by
frequency distribution. The results of this analysis, it is known that more than half of
respondents (56.7%) had high death anxiety, and almost half of respondents (43.3%) had
low. It could be concluded that the newly diagnosed PLWHA over the past year to
experience anxiety about the high mortality.
Keywords: anxiety, death Anxiety, PLWHA
ABSTRAK
Salah satu dampak psikologis yang dialami ODHA setelah mengidap HIV-AIDS yaitu
kecemasan terhadap kematian. Kecemasan terhadap kematian yang berlebih akan
menimbulkan gangguan fungsi emosional seperti neurotisma, depresi, dan gangguan
psikosomatis. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan tingkat kecemasan terhadap
kematian pada ODHA di Puskesmas Kecamatan Cilincing Jakarta Utara. Rancangan
penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah ODHA di
Puskesmas Kecamatan Cilincing. Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 responden
dengan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Instrumen yang digunakan yaitu
Templer Death Anxiety Scale yang sudah dilakukan uji validitas dengan hasil rentang nilai
0,30-0,74 dan uji reliabilitas sebesar 0,734. Analisis data univariat dilakukan dengan
menggunakan distribusi frekuensi. Hasil dari penelitian ini yaitu diketahui bahwa lebih dari
setengah responden (56,7%) mengalami kecemasan terhadap kematian yang tinggi, dan
hampir setengah responden (43,3%) lainnya mengalami kecemasan terhadap kematian
yang rendah. Dapat disimpulkan bahwa ODHA yang baru di diagnosa dalam satu tahun
terakhir mengalami kecemasan terhadap kematian tinggi.
Kata kunci: Kecemasan, Kematian, ODHA
199
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
200
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
201
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
202
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
203
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
204
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
205
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
dilewati oleh setiap orang, tidak lama, bahkan tidak sedikit ODHA yang
mengenal usia, jenis kelamin, kondisi menjadi mengalami komplikasi penyakit,
fisik atau apapun latar belakangnya, dan keadaan ini akan memungkinkan ODHA
kematian itu sendiri akan datang pada menderita sakit sampai datang waktu
waktu yang tidak kita ketahui. Sampai kematiannya. Ini menjadi beban
sekarang belum ada penjelasan secara pemikiran ODHA, yang bila tidak
ilmiah yang dapat menjelaskan kepastian ditangani dapat menyebabkan tekanan
datangnya kematian pada seseorang psikologis pada ODHA yang bisa
(Zubair, 2008 dalam Wijayanti & memperburuk kondisi kesehatannya.
Lailatushifah 2012). Hal tersebut Penelitian ini sesuai dengan asumsi dari
sependapat dengan Shibab (2007) Abdel-Khalek (2005) yang mengatakan
mengatakan bahwa kecemasan bahwa kecemasan terhadap kematian
terhadap kematian dirasakan oleh berhubungan dengan kesakitan atau
seseorang karena belum ada penderitaan individu yang mungkin
pengalaman tentang kematian pada diri disertai dengan datangnya kematian dan
individu dan tidak adanya kepastian juga cara kematian dari individu tersebut.
mengenai datangnya hari kematian pada Faktor ketiga yaitu kematian
individu tersebut (Wijayanti & berhubungan dengan pemikiran terdiri
Lailatushifah, 2012). Individu yang dari pernyataan nomor 3, 10, dan 14.
mengalami kecemasan tidak dapat Faktor ketiga memiliki jumlah skor 38,
menjelaskan dengan pasti objek dari maka kurang dari setengah responden
rasa ketidaknyamanan yang dirasakan, (42,3%) merasakan kecemasan
termasuk pada individu yang mengalami kematian karena pemikiran mereka
kecemasan terhadap kematian. Individu tentang kematian. Lingkungan sebagai
tersebut hanya dapat menunjukkan faktor eksternal sangat berpengaruh
tanda gejala mengalami kecemasan pada mekanisme koping manusia. Jika
terhadap kematian seperti jantung suatu lingkungan tersebut terdapat
berdebar-debar, keringat dingin, banyak kasus kematian ataupun
gemetar, merinding, bahkan sampai penyebab-penyebab kematian akan
pingsan saat mendengar atau meningkatkan kecemasan terhadap
membayangkan hal-hal yang berkaitan kematian. Ditambah lagi dengan
dengan kematian misalnya bencana atau pengetahuan individu mengenai
kabar kematian dari kerabat. kematian yang kurang akan berpengaruh
Faktor kedua yaitu ketakutan pada kecemasan terhadap kematian
dari kegelisahan dan nyeri, yang terdiri yang dirasakan dan tak jarang justru
dari pernyataan nomor 4, 6, 9 dan 11. akan meningkatkan kejadian kecemasan
Pada penelitian yang sudah dilakukan terhadap kematian. Saat individu tidak
faktor kedua ini memiliki jumlah skor 69 mengetahui makna dari hidup dan mati,
(57,5%), sehingga diketahui bahwa lebih individu tersebut akan menimbulkan
dari setengah responden merasakan kecemasan terhadap kematian.
ketakutan dari kegelisahan dan rasa Sependapat dengan yang dikemukakan
nyeri. Penyakit HIV-AIDS yang ODHA oleh Lehto dan Stein (2009) bahwa
derita akan menyebabkan dirinya manusia memiliki emosional negatif,
rentang terhadap penyakit terutama sehingga hanya dengan memikirkan atau
pada infeksi oportunistik dan waktu membayangkan kematian atau melihat
kesembuhan pada ODHA menjadi lebih mayat saja dapat menimbulkan
206
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
207
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 12, No.3 November 2017
Chan, L. C., & Yap, C. C. (2009). Age, Sari, M. D. I., & Hayati, E. N. (2015).
gender, and religiosity as related Regulasi emosi pada penderita
to death anxiety. Sunway HIV/AIDS. EMPATHY Jurnal
Academic Journal, 6, 1-16. Fakultas Psikologi, 3(1), 23-30.
Diatmi, K., & Fridari, D. (2014). Wijayanti, A., & Lailatushifah, S. N. F.
Hubungan Antara Dukungan (2012). Kebermaknaan Hidup
Sosial dengan Kualitas Hidup dan Kecemasan terhadap
pada Orang Dengan HIV dan Kematian pada Orang dengan
AIDS (ODHA) Di Yayasan Spirit Diabetes Melitus. Jurnal
Paramacitta. Jurnal Psikologi INSIGHT, 10(1), 49-63
Udayana, 1(2), 353-362.
Tavakoli, M, A & Behrooz, A. (2011).
Miller, A. K., Lee, B. L., & Henderson, C. Investigation of validity and
E. (2012). Death anxiety in reliability of templer death
persons with HIV/AIDS: a anxiety scale. Throught &
systematic review and meta- behaviour in clinical psychology
analysis. Death studies, 36(7), 6 (21), 72-80.
640-663. Templer, D. I. (1970). The Construction
Irawati, D., Subandi, M. A., & and Validation of a Death
Kumolohadi, R. (2011). Terapi Anxiety Scale. The Journal of
Kognitif Perilaku Religius untuk General Psychology, 82, 165-
Menurunkan Kecemasan 177.
terhadap Kematian pada
Viedebeck, S.L. (2008). Buku Ajar
Penderita HIV/AIDS. Jurnal
Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC
Intervensi Psikologi, 3(2), 169-
186. Wahyu, S., Taufik, T., & Ilyas, A. (2012).
Konsep Diri dan Masalah yang
Kemenkes RI. (2014). Situasi dan Dialami Orang Terinfeksi
analisis HIV AIDS. Jakarta: HIV/AIDS. Konselor, 1(2), 1-12.
Pusat data dan informasi
Kemenkes RI. Yuliana. (2015). Mengatasi kecemasan
terhadap kematian pada pasien
Lehto, R. H., & Stein, K. F. (2009). Death sakit parah melalui konseling
Anxiety: An Analysis of an kelompok. Psychology Forum
Evolving Concept. Research and UMM, 978-979-796-324-8, 458-
Theory for Nursing Practice: An 463.
International Journal,
10.189/1541-6577.23.1.23, 23- Ziapour, S.S., Dusti, Y.A., & Asfajir, A.A.
41. (2014). The Correlation Between
Happines And Death Anxiety: A
Wahjudi, N. (2008). Keperawatan Case Study In Health Personel
Gerontik dan Geriatrik. Jakarta:
Of Zareh Hospital Of Sari.
EGC.
European Journal of
Nursalam, D. K., & Dian, N. (2007). Experimental Biology, 4(2), 172-
Asuhan keperawatan pada 177.
pasien terinfeksi HIV. Jakarta:
Salemba Medika.
208