Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN An.

A DENGAN SINDROM NEFROTIK

DISUSUN OLEH :

1. Asnar Firoj Mu’tashi (201801095)


2. Oktavia Dharma Suryani (201801118)

S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKETO
JI.Raya jabon Km.06 mojoayar kabupaten PRODI mojokerto telp/fax: (0321)
390203
Email : stikes.ppni@yahoo.co.id Website : www.stikes-ppni.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT bahwasanya kami telah menyelesaikan


makalah yang berjudul Asuhan keperawatan An.A dengan Sindroma Nefrotik.
Makalah ini dibuat untuk melengkapi tugas ilmu keperawatan anak 2 dengan dosen
Tri Peni, Skep,Ns,Mkes. Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata
sempurna, untuk itu kami mohon masukan dan kritik bagi pembaca yang telah
membaca dan mengkritisi makalah ini. Pada kesempatan ini kami tak lupa
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1) Dr. M.Sajidin,Skp,Mkes selaku ketua STIKES Bina Sehat PPNI Mojokerto
yang telah memberi kesempatan pada saya untuk belajar meraih ilmu
2) Ana Zakiyah,Mkep selaku Kaprodi S1 Keperawatan STIKES Bina Sehat
PPNI Mojokerto yang telah memberi kesempatan pada saya untuk belajar
meraih ilmu
3) Tri Peni, Skep,Ns,Mkes selaku dosen keperawatan anak yang telah
membimbing kami dalam pembuatan makalah ini sampai selesai
4) Kelompok dan teman-teman satu kelas yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini sampai selesai.
Demikian kata pengantar dari kami, kritik dan saran kami harapkan, semoga
makalah ini bermanfaat bagi semuanya.

Mojokerto, Juli 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.................................................................................................5
1.2 Tujuan.............................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................................7
2.1 Konsep Teori...................................................................................................7
1. Definisi............................................................................................................7
2. Etiologi............................................................................................................7
3. Manifestasi Klinis............................................................................................8
4. Pathway..........................................................................................................9
5. Pemeriksaan Penunjang...............................................................................10
6. Komplikasi........................................................................................................10
7. Penatalaksanaan...........................................................................................10
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN...................................................................12
3.1 Pengkajian.....................................................................................................12
3.2 11 Pola Gordon.............................................................................................12
3.3 Diagnosa Keperawatan.................................................................................14
BAB IV TINJAUAN KASUS.............................................................................................15
4.1 Trigger Case...................................................................................................15
4.2 Asuhan Keperawatan....................................................................................15
4.3 Identitas keluarga pasien..............................................................................16
4.4 Riwayat Kesehatan........................................................................................16
4.5 Pemeriksaan Fisik Umum..............................................................................17

3
4.6 Pemeriksaan Fisik Khusus.............................................................................18
4.7 Analisa Data..................................................................................................19
4.8 Diagnosa Keperawatan.................................................................................21
4.9 Intervensi Keperawatan................................................................................21
4.10 Implementasi dan Evaluasi...........................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................28

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut data WHO nefrotik sindrom dapat terjadi akibat penyakit sistemik
yang mempengaruhi organ lain selain ginjal, seperti diabetes, amiolidosis dan lupus
eritematosus, yang terakhir peradangan pada glomelorus. Glomeronefritis merupakan
penyebab dari 78% sindrom nefrotik pada dewasa dan 93% pada anak – anak.
(Prodjosudjadi, 2007 dalam Yunita, 2015).
Menurut Rubeinstein (2007) lebih dari 75% sindrom nefrotik pada anak –
anak dan sisanya 25% terjadi pada orang dewasa. Hasil penelitian di Amerika Serikat
sindrom nefrotik merupakan salah satu penyebab gagal ginjal kronik dan merupakan
masalah kesehatan utama denganjumlah penderita mencapai 225 per tahun (11,86%)
dari 2015 orang yang berobat kerumah sakit.
Penyebab utama sindrom nefrotik biasanya digambarkan oleh histologi, yaitu
sindroma nefrotik kelainan minimal (SNKM) yang merupakan penyebab paling
umum dari sindrom nefrotik pada anak dengan umur rata-rata 2,5 tahun dan pada
umumnya penyakit ini banyak ditemukan pada anak-anak usia 1 sampai 5 tahun dan
kecenderungan penyakit ini dua kali lebih banyak menyerang anak laki-laki
disbanding anak perempuan.
Menurut Alatas, 2002 dalam Yunita 2015 penyakit sindroma nefrotik di
Indonesia mencapai 6 kasus pertahun dari 100.000 anak berusia kurang dari 14 tahun
dan untuk kejadian di Jawa Tengah sendiri mencapai 4 kasus terhitung mulai dari
tahun 2011. Hal ini di buktikan dari penelitian yang dilakukan secara dinamik di
Yogyakarta pada tahun 2011 yang menunjukan ada sebanyak 6 orang yang
menderita nefrotik sindrom dalam rentang usia 8-12 tahun.

5
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum Tujuan umum dari penulisan studi kasus ini adalah untuk
mengetahui Asuhan keperawatan yang benar pada pasien dengan sindrom
nefrotik.
2. Tujuan khusus Adapun tujuan khusus dari penulisan studi kasus ini adalah
agar penulis mampu : a. Melaksanakan pengkajian pada An. A dengan
sindroma nefrotik
b. Mendapatkan analisa data pada pasien sindrom nefrotik
c. Menegakkakan diagnosa keperawatan pada An. A dengan sindrom nefrotik
d. Merumuskan intervensi keperawatan pada pasien sindrom nefrotik
e. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien sindroma nefrotik

6
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
1. Definisi
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal ( Ngastiyah, 2005 dalam
Rahma, 2012).
Nefrotik sindrom adalah gangguan klinik yang ditandai dengan peningkatan
protein urine (proteinuria), edema, penurunan albumin dalam darah
(hipoalbuminemia), dan kelebihan lipid dalam darah (hiperlipidemia).
Kejadian ini diakibatkan oleh kelebihan pecahan plasma protein ke dalam
urine karena peningkatan permeabilitas membran kapiler glomerulus.
(dr.Nursalam, dkk. 2009).
Sindrom nefrotik adalah suatu kumpulan gejala gangguan klinis, meliputi
proteinuria masif > 3,5 gr/hr, hipoalbuminemia, edema, hiperlipidemia.
Manifestasi dari keempat kondisi tersebut yang sangat merusak membran
kapiler glomerulus dan menyebabkan peningkatan permeabilitas glomerulus
(Muttaqin, 2012).

2. Etiologi
Menurut Mansjoer, 2010 Penyebab sindrom nefrotik yang pasti belum
diketahui, akhir- akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun, yaitu
suatu reaksi antigenantibodi. Umumnya etiologi dibagi menjadi :
a. Sindrom Nefrotik Bawaan Diturunkan sebagai resesif autosomal atau
karena reaksi maternofetal. Resisten terhadap semua pengobatan.
Prognosis buruk dan biasanya pasien meninggal dalam bulan-bulan
pertama kehidupannya.

7
b. Sindrom Sefrotik Sekunder Disebabkan oleh: malaria kuartana atau
parasit lainnya, penyakit kolagen seperti lupus eritematosus
diseminata, purpura anafilaktoid, glumerulonefritis akut atau kronik,
trombosis vena renalis, bahan kimia seperti trimetadion, paradion,
penisilamin, garam emas, air raksa, amiloidosis, penyakit sel sabit,
hiperprolinemia, nefritis membranoproliferatif hipokomplementemik.
c. Sindrom nefrotik idiopatik Tidak diketahui sebabnya atau disebut
sindroma nefrotik primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak
pada biopsi ginjal dgn pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop
elektron. Churg dkk membagi menjadi 3 golongan yaitu kelainan
terpadu, nefropati membranosa, dan glomerolunefritis. (Ngastiyah,
2005 dalam Niken, 2014)

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang menyertai sindrom nefrotik (Ngastiyah, 2005) antara
lain :
a. Proteunuria
b. Edema
c. Penurunan jumlah urine, urine gelap dan berbusa
d. Hematuria
e. Anoreksia
f. Diare
g. Pucat

8
4. Pathway
Penyebab yang belum diketahui

Permeabilitas dinding glomerulus

Protein plasma

Proteinemia

Hipoalbumenia
Lipoprotein

Kolestrol dan Trigliserid

Osmotic plasma

Lipiduria

Cairan intravascular cairan interstitial

Edema

Hipovolemi

Kekurangan cairan dan elektrolit Resti Kerusakan Integritas Kulit

Kelebihan Volume Cairan Tubuh

volume darah ginjal

renin-angiotensin

9
Aldosteron dan ADH

Reabsorbsi air dan natrium

10
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Uji urine
1) Protein urin : >3,5 g/1,73 m2 luas permukaan tubuh
2) Berat jenis urin (normal : 285 mOsmol) 12
b. Uji darah
1) Albumin serum <3 g/dl
2) Kolesterol serum meningkat
3) Hemoglobin dan hematokrit meningkat
4) LED meningkat
c. Uji diagnostik
1) Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih
2) USG ginjal dan CT scan

6. Komplikasi
a. Penurunan volume intravascular
b. Pemburukan pernafasan
c. Kerusakan kulit
d. Infeksi sekunder akibat kadar immunoglobulin yang rendah karena
hipoalbumenia. (alimul aziz, 2009).
d. Uji diagnostik
1) Rotgen dada menunjukan adanya cairan berlebih
2) USG ginjal dan CT scan

7. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
1) Istirahatkan sampai edema berkurang, batasi asupan natrium 1g/hari
2) Diet protein tinggi sebanyak 2 – 3 g/kg BB dengan garam minimal bila
edema masihh beratdan bila edema berkurang dapat di beri sedikit
garam

11
3) Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam sapat
digunakan deuretik (furosemid 1mg/kg BB/hari)
4) Mencegah infeksi harus diperiksa, kemungkinan anak menderita
tuberkolosis
b. Penatalaksanaan keperawatan
1) Tirah baring: Menjaga pasien dalam keadaan tirah baring selama
beberapa harimungkin diperlukan untuk meningkatkan diuresis guna
mengurangi edema.
2) Berikan alas bantal pada kedua kakinya sampai pada tumit (bantal
diletakkan memanjang, karena jika bantal melintang maka ujung kaki
akan lebih rendah dan akan menyebabkan edema hebat).
3) Mempertahankan grafik cairan yang tepat, penimbnagan harian,
pencatatan tekanan darah dan pencegahan dekubitus.
4) Bila pasien seorang anak laki-laki, berikan ganjal dibawah skrotum
untuk mencegah pembengkakan skrotum karena tergantung (pernah
terjadi keadaan skrotum akhirnya pecah dan menjadi penyebab
kematian pasien). (Ngastiyah, 2005 dalam Niken, 2012).

12
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan yang dilakukan semua fase
pemecahan masalah dan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan. Pengkajian
menggunakan banyak keterampilan keperawatan dan terdiri atau pengumpulan
klasifikasi dan analisa data dari berbagai sumber untuk memberikan pengakajian
yang akurat dan konprehensif. Pengkajian yang harus di lakukan pada pasien nefrotik
sindrom adalah :

a. Kaji keadaan umum, termasuk pengkajian edema


b. Kaji riwayat kesehatan dengan cermat yang berhubungan dengan
penambahan berat badan
c. Observasi penambahan berat badan, edema pada wajah, ekstremitas dan
abdomen serta kaji ansietas pada pasien.
d. Observasi asupan cairan yang berlebih
e. Kaji pada sistem integumen apakah ada tandan – tanda kerusakan pada
kulit

3.2 11 Pola Gordon


1) Pola Persepsi Kesehatan
Orang tua pasien mengatakan tidak memahami tentang penyakit yang
diderita anaknya.
2) Pola Nutrisi
 Sebelum sakit Orang tua pasien mengatakan anaknya makan
sebanyak 3-4 kali dalam sehari. Makanan pokok yang di
makan adalah nasi putih. Pasien mengatakan menyukai semua
jenis makanan. Lauk pauk yang di konsumsi meliputi daging,

13
tahu/tempe, ikan, sayur dan buah-buahan. Pasien memiliki
alergi terhadap udang.
 Saat sakit Saat di rawat di RS pasien makan sebanyak 3x/hari
dengan porsi makan rumah sakit (10 sendok makan). Pasien
selalu menghabiskan makanan yang di berikan.
3) Pola Eliminasi
a. BAK
 Sebelum sakit Pasien BAK 5x/hari, warna urine kuning
jernih, jumlah urine ±1200 cc/hari. Pasien mengatakan
tidak ada keluhan saat berkemih.
 Saat Sakit Saat di RS pasien BAK 3x/hari, warna urine
kuning pekat, jumlah ±300 cc/hari.
b. BAB
 Sebelum sakit Pasien BAB 2x/hari dengan konsistensi
feses lembek, berwarna kuning kecoklatan, bau khas.
 Saat sakit Pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi lembek,
berwarna kecoklatan, bau khas.
4) Pola Aktivitas
 Sebelum sakit Akitivitas sehari-hari pasien adalah bersekolah
selama 5 jam, bermain sepeda dan lain-lain.
 Saat sakit Pasien saat ini hanya menghabiskan waktu di ruang
rawat RS dengan berbaring.
5) Pola Istirahat dan Tidur
 Sebelum sakit Waktu tidur malam pasien 8 jam dan siang 3
jam. Tidak ada gangguan dengan tidur pada pasien.
 Saat sakit Waktu tidur malam pasien 6 jam dan siang selama 2
jam. Pasien mengatakan suasana di rumah sakit membuat
pasien merasa tidak nyaman saat tidur.

14
6) Pola Kognitif Perseptual
Orangtua anak tidak mengerti tentang kondisi penyakit anak. Orangtua
menganggap gemuk karena adanya pembesaran pada bagian tubuh
tertentu (Kaki, tangan, wajah)

7) Pola Persepsi Diri


Pola interaksi dengan keluarga baik, kooperatif dengan tim kesehatan.
Pasien mengatakan tidak betah di rumah sakit, dan paisen terlihat
murung.
8) Pola Peran-HubunganOrang tua pasien mengatakan interaksi anaknya
dengan orang tua, saudara-saudaranya baik, tidak ada masalah.
9) Pola Seksualitas-Reproduksi
Anak belum mengalami menstruasi dan pola seksual tidak terkaji
10) Pola Koping
Anak mampu beradptasi dengan penyakit yang dialami, yaitu dengan
tidak mengeluh, tidak menangis, dan tidak ketakutan
11) Pola Nilai Kepercayaan
Orang tua pasien mengatakan menanamkan nilainilai religious dan
hal-hal positip di dalam kehidupan sosial pada anaknya

3.3 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawataan adalah penyebutan sekelompok petunjuk yang didapat
selama fase pengkajian (Wong, 2010). Diagnosa pengkajian yang akan
muncul pada pasien nefrotik sindrom adalah :
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan akumulasi cairan dalam
jaringan dan ruang ke tiga
b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih
dalam tubuh
c. Ansietas b.d. Hospitalisasi pada anak

15
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelelahan

16
BAB IV
TINJAUAN KASUS
4.1 Trigger Case
An. A dibawa ibunya ke RSUD Sidoarjo melalui IGD pada tanggal 23 juli 2020.
Pasien merupakan pasien rujukan dari RS Sidowaras Bangsal Mojokerto dengan
keluhan batuk, demam, kelemahan, dan keluhan badan anaknya bengkak-bengkak
pada wajah, abdomen, ekstremitas atas dan bawah. Pasien mengatakan kembung
didaerah abdomen. Turgor kulit pasien tidak elastis saat di tekan, kembali >5 detik,
derajat oedema III. Odema di alami pada saat pertama kali di rujuk dari RS Sidowaras
Bangsal Mojokerto. Orang tua pasien mengatakan dalam 1 tahun terakhir anaknya 6
kali mengalami demam dan 4 kali mengalami batuk/pilek.
Saat perawat melakukan pengkajian ditemukan data-data sebagai berikut :
a) Turgor kulit klien tidak elastic
b) Terdengar suara pekak pada abdomen saat dilakukan perkusi
c) Warna kulit terlihat pucat dan pigmentasi tidak merata
d) Kulit klien teraba kering
e) BB : 30 kg TB : 150 cm
f) TTV : TD : 90/60 S : 37,4 N : 90x/mnt RR : 23x/mnt

4.2 Asuhan Keperawatan


A. Pengkajian
1. Identitas pasien
a. Nama : An. A
b. Tanggal lahir/umur : 9 tahun
c. Jenis kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Pendidikan : Kelas 3 SD

17
f. Alamat : Perumahan Griya Majapahit G-17

4.3 Identitas keluarga pasien


Identitas Ayah
a. Nama ayah : Tn. H
b. Umur : 34 tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerjaan : PNS
e. Pendidikan : SMA

Identitas Ibu

a. Nama ibu : Ny.H


b. Umur : 32 tahun
c. Agama : Islam
d. Pekerajaan : IRT
e. Pendidikan : SMA

4.4 Riwayat Kesehatan


a. Riwayat Kesehatan Saat Ini
1. Alasan Masuk Rumah Sakit Pasien masuk ke RSUD Sidoarjo
melalui IGD pada tanggal 23 juli 2020 dengan keluhan batuk,
demam, tanda-tanda oedema dan kelemahan. Pasien merupakan
pasien rujukan dari RS Sidowaras Bangsal Mojokerto
2. Keluhan Utama : Odema Pasien mengalami oedema pada wajah,
abdomen, ekstremitas atas dan bawah. Turgor kulit pasien tidak
elastis saat di tekan, kembali >5 detik, derajat oedema III. Odema
di alami pada saat pertama kali di rujuk dari RS Sidowaras
Bangsal Mojokerto

18
b. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Penyakit yang pernah di alami Orang tua pasien mengatakan dalam
1 tahun terakhir anaknya 6 kali mengalami demam dan 4 kali
mengalami batuk/pilek. Selain itu anaknya tidak pernah
mengalami keluhan sakit apapun, seperti kejang atau mimisan.
2. Riwayat di rumah sakit/alergi/kecelakaan. Orang tua pasien
mengatakan anakanya pernah di rawat di RS Sidowaras Bangsal
Mojokerto selama 10 hari, dengan keluhan penyakit yang sama
yaitu pada bulan april yang lalu. Kemudian anaknya di rujuk ke
RSUD Sidoarjo pada tanggal 23 Juli 2020. Orang tua pasien
mengatakan anaknya tidak memiliki riwayat operasi dan riwayat
kecelakaan yang berat. Orang tua paien juga mengatakan anaknya
memliki alergi terhadap udang.
c. Riwayat Keluarga
1. Penyakit yang pernah di derita
Keluarga mengatakan di dalam keluarganya tidak memiliki riwayat
penyakit menular ataupun penyakit keturunan jenis apapun.

4.5 Pemeriksaan Fisik Umum


a. Pengukuran pertumbuhan
 Tinggi badan : 150 cm
 BB Sebelum sakit : 26 kg
 BB saat sakit : 30 kg
 Status gizi : 30/1,21 = 24,8
b. Perkembangan saat ini (tidak terkaji)
c. Reflek primitive (tidak terkaji)
d. Keadaan umum
 Kesadaran: composmentis
 TTV : TD = 90/60 mmHg

19
RR = 23x/menit
S = 37,4 C
N = 90x/menit

4.6 Pemeriksaan Fisik Khusus


a. Sistem penglihatan Fungsi penglihatan baik, posisi mata simetris, keadaan
kelopak mata baik, pergerakan bola mata baik, konjungtiva anemis, keaddan
kornea baik/putih, keadaan pupil baik, tidak ada tandatanda peradangan.
Pasien juga tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
b. Sistem pendengaran Fungsi pendengaran baik, posisi telinga simetris, keadaan
daun telinga baik dan bersih. Kondisi umum telinga baik, tidak cairan, tidak
mengalami tinitus, tidak ada serumen dan tidak mengalami peradangan serta
tidak menggunakan alat bantu mendengar.
c. Sistem pernafasan Pasien tidak mengalami pernafasan cuping hidung, jalan
nafas bersih, klien mengalami batuk tidak produktif, jenis pernafasan
vasikuler, bentuk dada normal, tidak ada tarikan dinding dada, irama nafas
teratur, suara nafas vasikuler dan pasien tidak terpasang selang O2. RR :
23x/menit.
d. Sistem kardiovaskuler
1. Sirkulasi perifer N: 90x/menit dengan irama teratur, temperature kulit
hangat, warna kulit pucat CPR : < 2detik, terlihat odema, tidak ada distensi
vena jogularis.
2. Sirkulasi jantung Kecepatan denyut apical 87x/menit, irama teratur, tidak
ada kelainan bunyi jantung dan pasien tidak mengalami nyeri dada.
e. Sistem syaraf pusat GCS : 15 (E:4, V:5, M:6). Respon pupil baik, pasien tidak
mengalami peningkatan TIK dan kejang.
f. Sistem pencernaan Keadaan mulut bersih, kemampuan menelan baik, pasien
tidak mual maupun muntah. Tidak ada nyeri pada perut, bising usus 8x/menit.

20
Pasien tidak mengalami pemebesaran hati dan limfa. Pasien menglami asites,
saat di lakukan perkusi terdengar suara pekak.
g. Sistem endokrin Tidak ada pemebesaran kelenjar tiroid.
h. Sistem urogenital Pola berkemih pasien mengalami perubahan dan pasien tidak
menggunakan kateter urine.
i. Sistem integument Rambut pasien mengalami kerontokan, kulit kepala bersih,
kuku pendek dan bersih. Turgor kulit tidak elastis, warna kulit pucat,
pigmentasi tidak merata, kulit teraba kering, pasien mengalami oedema
anasraka. Derajat oedema III.
j. Sistem musculoskeletal Pasien tidak mengalami keluhan. Kekuatan otot normal
5555 5555
5555 5555
k. Sistem imunologi Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

4.7 Analisa Data


No Data Masalah Etiologi
1. DS : Kelebihan volume Penyebab yang
 Pasien mengatakan cairan belum diketahui
kembung didaerah
abdomen Permeabilitas
DO: dinding
 Terlihat odema pada glomerulus
wajah, perut,
ekstremitas atas dan Protein plasma
bawah klien
 Turgor kulit klien Proteinemia
tidak elastis
 Terdengar suara Hipoalbumenia

21
pekak pada abdomen
saat dilakukan Osmotik plasma
perkusi
 Balance cairan klien Cairan
= +220cc Intravaskuler
 Derajat odema III
Cairan Interstitial

Odema

Kelebihan Volume
Cairan Tubuh
DS : Resiko tinggi Penyebab yang
 Klien mengatakan kerusakan integritas belum diketahui
badan anaknya kulit
bengkak-bengkak Permeabilitas
pada wajah, dinding
abdomen, glomerulus
ekstremitas atas dan
bawah Protein plasma
DO :
 Turgor kulit tidak Proteinemia
elastis
 Kulit klien teraba Hipoalbumenia
kering
 Terlihat odema pada Osmotik plasma

wajah, perut,
ekstremitas atas dan Cairan

bawah klien Intravaskuler

22
 Warna kulit terlihat
pucat dan Cairan Interstitial
pigmentasi tidak
merata Odema
 Derajat oedema III
Kelebihan Volume
Cairan Tubuh
4.8 Diagnosa Keperawatan
a. Kelebihan volume cairan b.d. Retensi albumin, protein, dan air
b. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Akumulasi cairan berlebih
dalam tubuh

4.9 Intervensi Keperawatan


No. Diagnose NOC NIC
1 Kelebihan volume Setelah dilakukan 1. Kaji masukan
cairan b.d. Retensi tindakan keperawatan cairan yg relatif
albumin, protein, dan selama 2x24 jam, terhadap keluaran
air diharapkan kelebihan secara adekuat
volume cairan pasien R/ Perlu unruk
dapat berkurang dengan menentukan
kriteria hasil : fungsi ginjal
1. Keseimbangan 2. Timbang BB
intake dan output setiap hari
dalam 24 jam R/ Mengkaji
stabil retensi cairan
2. Berat badan 3. Kaji perubahan
pasien stabil edema
3. Turgor kulit stabil R/ Untuk
4. Elektrolit serum mengkaji sisi
pasien stabil umum edema

23
4. Atur masukan
cairan secara
cermat
R/ Agar tidak
mendapatkan
lebih dari jumlah
cairan
5. Kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
kostekosteroid
R/ Untuk
mempertahankan
masukan yang di
resepkan
2 Resiko tinggi Setelah dilakukan 1. Berikan
kerusakan integritas tindakan keperawatan perawatan
kulit b.d Akumulasi selama 2x24 jam intensif pada kulit
cairan berlebih dalam diharapkan resiko R/ Untuk
tubuh kerusakan integritas kulit mencegah
tidak terjadi dengan kerusakan kulit
kriteria hasil : 2. Hindari
1. Integritas kulit pakaian ketat
yang baik dapat R/ Dapat
dipertahankan mengakibatkan
2. Turgor kulit area yg menonjol
elastis tertekan
3. Mampu untuk 3. Bersihkan dan
melindungi kulit berikan lotion

24
dan pada permukaan
mempertahankan kulit
kelembaban kulit R/ Untuk
dan perawatan mencegah iritasi
kulit ada kulit
4. Berikan tirah
baring secara
berkala
R/ Dapat
mencegah
terjadinya ulkus
5. Pertahankan
kelebaban kulit
R/ Menurunkan
resiko terjadinya
iritasi

25
4.10 Implementasi dan Evaluasi
No DX Hari dan Implementasi Evaluasi TTD
Tanggal
1. Kamis, 23 Juli 1. Mengkaji S:
2020 masukan yang - Pasien
relative terhadap mengatakan
keluaran secara perutnya masih
adekuat terasa kembung
R : pasien dan O:
keluarag - Pengeluaran
kooperatif belum adekuat
H : pengeluaran - BB Pasien 30kg
belum adekuat - Odema
2. Menimbang anasarka
BB setiap hari - TTV
R : pasien TD = 90/60
kooperatif mmHg
H : BB pasien RR = 23x/menit
30kg S = 37,4 C
3. Mengkaji N = 90x/menit
perubahan edema A:
R : pasien Masalah
kooperatif Kelebihan vol.
H: tidak ada tanda Cairan belum
– tanda teratasi
penurunan pada P:
edema lanjutkan
intervensi
- atur masukan

26
cairan secara
cermat
- kolaborasi
dengan dokter
dalam pemberian
kortikosteroid
2 Kamis, 23 Juli 1. Memberikan S:
2020 perwatan pada - Klien
kulit pasien mengatakan
R : klien bengkak-
kooperatif bengkak pada
H : klien tampak wajah dan
nyaman abdomen sudah
2. Memberikan sedikit
lotion pada menghilang
permukaan kulit O:
R : Pasien - Kulit pasien
kooperatif menjadi lembab
H : lotion merata - Resiko
3. Memberikan Kerusakan kulit
tirah baring berkurang
secara berkala - TTV
R : pasien TD = 90/60
kooperatif mmHg
H : pasien RR = 23x/menit
mengukuti S = 37,4 C
N = 90x/menit
A:
masalah

27
kerusakan kulit
belum teratasi
P:
Lanjutkan
intervensi
- Berikan lotion
pada kulit
- Berikan tirah
baring -
Pertahankan
kelembapan kulit
1 Jumat, 24 Juli 1. Mengkaji S:
2020 masukan yang - pasien
relative terhadap mengatakan
keluaran secara perutnya sudah
adekuat tidak kembung
R : pasien dan lagi
keluaraga O:
kooperatif - Pengeluaran
H : pengeluaran sudah adekuat
sudah adekuat - BB Pasien 30kg
2. Menimbang - Odema sudah
BB setiap hari berkurang
R : pasien - TTV
kooperatif TD = 90/60
H : BB pasien mmHg
30kg RR = 23x/menit
3. Mengkaji S = 36,6 C
perubahan edema N = 90x/menit

28
R : pasien A:
kooperatif Masalah
H: sudah ada Kelebihan vol.
tanda – tanda Cairan teratasi
penurunan pada sebagian
edema P:
Intervensi
dihentikan,
pasien
dipulangkan
2 Jumat, 24 Juli 1. Memberikan S:
2020 perwatan pada - Klien
kulit pasien mengatakan
R : klien bengkak-
kooperatif bengkak pada
H : klien tampak wajah dan
nyaman abdomen
2. Memberikan menghilang
lotion pada sebagian
permukaan kulit O:
R : Pasien - Kulit pasien
kooperatif menjadi lembab
H : turgor kulit - Turgor kulit
sudah kembali elastis
elastis - Resiko
3. Memberikan Kerusakan kulit
tirah baring berkurang
secara berkala - TTV
R : pasien TD = 90/60

29
kooperatif mmHg
H : pasien RR = 23x/menit
mengukuti S = 36,6 C
N = 90x/menit
A:
masalah
kerusakan kulit
teratasi sebagian
P:
Intervensi
dihentikan,
pasien pulang

30
DAFTAR PUSTAKA
Adin, A. (2009). Pendidikan kesehatan danperilaku masyarakat .Jakarta: PT.
Rineka Cipta

Adriana, D. (2011). Tumbuh kembang dan Terapi Bermain pada Anak. Jakarta:
Salemba Medika.
Daryo.(2007). Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan
Disiplin Diri. Jakarta : RINEKA CIPTA.
Depkes RI.(2010). Pedoman Nasional Tumbuh Kembang Anak .Jakarta : Gramedia
Djuwita, E. (2009). Peran Orangtua Dalam Mengasuh Anak. Jakarta : Sagung Seto.
Halimsyah. (2008). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Hidayat, A.A. (2009). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta : Salemba Medika.

Hurlock, E. (2007). Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentan


kehidupan. Jakarta :Erlangga.
Nursalam. (2005). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.

Setiawan, H. (2009). Keperawatan Anak dan Keluarga .Jakarta : EGC.


Soetjiningsih. (2005).Tumbuh kembanganak. Jakarta: EGC..
Suryadi. (2007). Cara Efektif Memahami Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta : EDSA
Mahkota.
Wong D. L.,Whaly (2004). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, Alih bahasa
Sunarno,Agus dkk.Edisi 6 Volume 1.Jakarta :EGC.

Wong D. L., Huckenberry M.J.(2008).Wong’s Nursing care of infants and children.


Mosby Company, St Louis Missouri.

31

Anda mungkin juga menyukai