disusun oleh :
Kelompok II
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sindrom nefrotik (SN) adalah salah satu penyakit glomerulus yang sering
ditemukan pada anak, yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, dan
edema dengan atau tanpa hiperkolesterolemia. Diperkirakan enam kasus per
tahun tiap 100.000 anak kurang dari 14 tahun di Indonesia dengan
perbandingan antara laki-laki dan perempuan 2:1.
Angka kejadian SN di Amerika dan Inggris berkisar antara 2-7 per 100.000
anak berusia di bawah 18 tahun per tahun, dengan perbandingan anak lakilaki
dan perempuan 2:1. Di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Andalas (FKUI) / Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)
Jakarta, SN merupakan penyebab kunjungan sebagian besar pasien di
Poliklinik Khusus Nefrologi dan merupakan penyebab tersering gagal ginjal
anak yang dirawat antara tahun 1995-2000.
Pasien SN biasanya datang dengan edema palpebra atau pretibia. Bila lebih
berat akan disertai asites, efusi pleura, dan edema genitalia. Kadang-kadang
disertai oliguria dan gejala infeksi, nafsu makan berkurang, dan diare. Bila
disertai sakit perut, hati-hati terhadap kemungkinan terjadinya peritonitis atau
hipovolemia. Dalam laporan ISKDC (International Study for Kidney Diseases
in Children), pada sindrom nefrotik kelainan minimal (SNKM) ditemukan 22%
dengan hematuria mikroskopik, 15-20% disertai hipertensi, dan 32% dengan
peningkatan kadar kreatinin dan ureum darah yang bersifat sementara.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan acuan yang akan menjadi bahasan. Adapun
beberapa rumusan masalah adalah sebagai berikut.
1. Apa definisi dari sindrom nefrotik?
2. Bagaimana etiologi dari sindrom nefrotik?
3. Bagaimana patofisiologi dari sindrom nefrotik?
4. Bagaimana pathway dari sindrom nefrotik?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari sindrom nefrotik?
1
2
3
4
C. Patofisiologi
Kelainan pokok pada sindrom nefrotik adalah peningkatan permeabilitas
dinding kapiler glomerulus yang menyebabkan proteinuria masif dan
hipoalbuminemia. Pada biopsi, penipisan yang luas dari prosesus kaki podosit
(tanda sindrom nefrotik idiopatik) menunjukkan peran penting podosit.
Sindrom nefrotik idiopatik berkaitan pula dengan gangguan kompleks pada
sistem imun, terutama imun yang dimediasi oleh sel T. Pada focal segmental
glomerulosclerosis (FSGS), faktor plasma, diproduksi oleh bagian dari limfosit
yang teraktivasi, bertanggung jawab terhadap kenaikan permeabilitas dinding
kapiler. Selain itu, mutasi pada protein podosit (podocin, α-actinin 4) dan
MYH9 (gen podosit) dikaitkan dengan focal segmental glomerulosclerosis
(FSGS) (Behrman, 2000).
Jika glomerulus terus dibiarkan meloloskan molekul-molekul yang lebih
besar dari normalnya lewat seperti protein, glukosa, dan yang lainnya maka
glomerulus akan mengalami kerusakan dan mengarah ke glomerulosklerosis.
Perubahan yang terjadi dapat berupa perubahan struktur sel-sel tertentu yang
digantikan oleh fibroblas, kolagen, deposit lemak, dan matriks mesangial.
Akibat lain nefron yang tersisa akan melakukan penyesuaian terhadap keadaan
tersebut sehingga beban nefron yang tersisa makin berat sampai pada akhirnya
akan berubah menjadi jaringan parut dan terjadi kehilangan nefron yang lebih
banyak. Hal inilah yang membuat prognosis sindrom nerfotik mengarahkan
penderitanya mengalami gagal ginjal (Rachmandi, 2010).
Proses pengeluaran zat-zat sisa pada ginjal terdiri dari fase filtrasi oleh
glomerulus, fase reabsorbsi melalui tubuli dan terakhir fase ekskresi oleh tubuli
kolektivus. Pada penderita sindrom nefrotik, nefron yang rusak lambat laun
akan mengalami kerusakan, untuk sementara waktu mungkin masih bisa diatasi
oleh nefron yang lainnya. Namun, jika ini terus berlanjut maka nefron yang
lainnya pun akan ikut mati atau kehilangan fungsinya dan tumbuh jaringan
parut sehingga ginjal mengalami pengurangan massa ginjal (nefron) dan
penurunan fungsi ginjal, yang akan menyebabkan gangguan dalam proses
fisiologik ginjal terutama dalam hal ekskresi zat-zat sisa, salah satunya asam
5
urat. Jika dibiarkan terlalu lama menumpuk, maka asam urat akan mengkristal
khusus nya di sendi (Pardede, 2017).
D. Pathway
Etiologi
↑ Permebialitas
- Idiopatik Edema
glomerulus
- Reaksi auto
Lecet
imun
- Infeksi
Molekul – molekul tidak Penekanan pada area
virus/bakteri tersaring sempurna tubuh edema
6
↑ Asam urat Hipoalbuminemia ↓ Respon imun
Mendesak rongga
Nyeri atau sakit ↑ ADH lambung Ketidakseimbangan
badan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh
Kelebihan Volume
Cairan
7
8
E. Manifestasi Klinis
Menurut Behrman (2000), manifestasi klinis sindrom nefrotik terbagi atas:
1. Proteinuria
Protenuria merupakan kelainan utama pada sindrom nefrotik.
Apabila ekskresi protein ≥ 40 mg/jam/m2 luas permukaan badan disebut
dengan protenuria berat. Hal ini digunakan untuk membedakan dengan
protenuria pada pasien bukan sindrom nefrotik.
2. Hipoalbuminemia
Abnormalitas sistemik yang paling berkaitan langsung dengan
proteinuria adalah hipoalbuminemia. Salah satu manifestasi pada pasien
sindrom nefrotik pada anak terjadi hipoalbuminemia apabila kadar albumin
kurang dari 2,5 g/dL.
3. Edema
Terdapat beberapa teori yang menjelaskan tentang timbulnya edema
pada sindrom nefrotik. Underfilled theory merupakan teori klasik tentang
pembentukan edema. Teori ini berisi bahwa adanya edema disebabkan oleh
menurunnya tekanan onkotik intravaskuler dan 6menyebabkan cairan
merembes ke ruang interstisial.
4. Hiperkolesterolemia
Hampir semua kadar lemak (kolesterol, trigliserid) dan lipoprotein
serum meningkat pada sindrom nefrosis. Hal ini dapat dijelaskan dengan
penjelasan antara lain yaitu adanya kondisi hipoproteinemia yang
merangsang sintesis protein menyeluruh dalam hati, termasuk lipoprotein.
Selain itu katabolisme lemak menurun karena terdapat penurunan kadar
lipoprotein lipase plasma, sistem enzim utama yang mengambil lemak dari
plasma
F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Chris (2014), pemeriksaan penunjang untuk mendukung diagnosa
sindrom nefrotik, yaitu:
9
1. Pemeriksaan proteinuria
Dipstik (≥ 2+), urinalisis, serta urin tampung selama 24 jam.
Dianjurkan untuk mengambil sample urine pada pagi hari untuk pengukuran
protein total dan kreatinin. Sugestif sindrom nefrotik apabila rasio protein
terhadap kreatinin >0,5.
2. Pemeriksaan kadar elektrolit serum, BUN, kreatinin (hitung bersihan
kreatinin), protein total, albumin, dan kolesterol
3. Pengukuran steroptozyme, dan ANA jika dicurigai sindrom nefrotik
sekunder.
4. Urinalisis dan bila perlu biakan urin
Biakan urin dilakukan apabila terdapat gejala klinik yang mengarah pada
infeksi saluran kemih (ISK).
5. Pemeriksaan darah
a. Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis leukosit,
b. Trombosit, hematokrit, LED)
c. Albumin dan kolesterol serum
d. Ureum, kreatinin, dan klirens kreatinin
6. Biopsi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa
G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan sindrom nefrotik meliputi terapi spesifik untuk kelainan
dasar ginjal atau penyakit penyebab (pada sindrom nefrotik sekunder),
mengurangi atau menghilangkan proteinuria, memperbaiki hypoalbuminemia,
serta mencegah dan mengatasi komplikasi nefrotiknya. (Wilson, 1995).
Pengobatan sindrom nefrotik terdiri dari obat-obatan kortikosteroid dan
imunosuprensif yang ditujukan terhadap lesi pada ginjal, diet tinggi protein,
dan rendah garam, diuretic, infus albumin intravena, pembatasan aktifitas
selama fase akut, serta menjauhkan pasien dari sumber-sumber infeksi.
Penatalaksanaan dalam jangka panjang sangat penting karena banyak penderita
akan mengalami remisi berulang selama bertahun-tahun, tetapi dengan
semakin lanjutnya hialinisasi glomerulus maka proteinuria akan semakin
berkurang sedangkan azotemia semakin berat. (Wilson, 1995).
10
19
20
A. RIWAYAT KESEHATAN
I. Keluhan Utama
Pasien mengeluh badan bengkak dan terasa nyeri.
II. Riwayat Penyakit Sekarang
Sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh penurunan nafsu makan sejak
seminggu yang lalu dan badan bengkak sejak 2 minggu serta badan terasa
nyeri. Nyeri terjadi dari pangkal paha dengan skor nyeri 3-4. Tungkai kiri
lebih bengkak. Nyeri dirasakan apabila digerakkan.
III. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1. Prenatal
Konsumsi obat Tidak Ya, ............................
selama kehamilan
Adakah ibu jatuh Tidak Ya, ............................
selama hamil
2. Natal
Cara melahirkan Spontan SC Dengan alat bantu
Penolong persalinan Dokter Bidan Bukan tenaga kesehatan
3. Postnatal
22
V. Pengkajian Fisiologis
1. OKSIGENASI
Perilaku
Ventilasi Frekuensi : □Teratur □Tidak teratur
□ Trakeostomi □ penggunaan Oksigen ……..x/mnt
□ Sekret :
Respirasi □ sesak Nafas □ Nafas Cuping hidung □ Retraksi
dada
□ Vesikuler □ Ronchi □ Wheezing □ Krakles
□ Batuk □ lain-lain…..
Pertukaran Gas AGD tgl ….. pH : PaO2: PCO2:
HCO3 BE : Sat O2:
Transport Gas Nadi : 72 x/mnt □ regular □ ireguler TD :
Akral : □ hangat □ dingin □ anemis □ pucat
24
4. SENSASI
PERILAKU
Penglihatan □ Adekuat □ Menurun [R L]
□ Buta [R L] □ Katarak [R L]
Mata □ Kotoran mata [R L]
Pupil □ Simetris □ Tidak Simetris : R < L atau L < R
□ Reaktif □ Non Reaktif [R L]
Pengecapan □ Baik □ Tidak baik
26
6. ELIMINASI
PERILAKU
Buang air kecil Frekuensi :…..x/hr □ oliguri □ disuria □anuria
□ incontinensia □ retensi
Eliminasi urin □ spontan □ dower kateter □ cistostomi
□nefrostomi
Nyeri saat berkemih □ ada □ tidak
Warna urin Kecoklatan terkadang jernih
buang air besar Frekuensi :……..x/mnt □ normal □ diare □
konstipasi
Warna feses □ kuning □ hijau □ merah
Karakteristik feses □ lembek □ cair □ padat □ berlendir
Anus □ ada lubang □ tidak berlubang
Hasil laboratorium
7. AKTIVITAS DAN ISTIRAHAT
PERILAKU
Postur tubuh □ normal □ tidak normal
Berjalan □ normal □ tidak normal
Aktivitas anak □ hiperaktif □ aktif □ pasif □ leterbatasan
□ pembatasan
Gerakan □ aktif □ tidak aktif
Paralise □ ada □ tidak □ tangan kanan/kiri/keduanya
□ kaki kanan/kiri/ keduanya
Tonus otot □ normal □ atrofi □ hipertrofi
Mobilisasi □ bedrest total □ ditempat tidur
Gangguan
neuromuscular
Mobilisasi
Jumalh jam tidur Tidur siang : jam tidur malam : jam
28
Frekuensi
(waktu)
Konsistensi
Kesulitan/nye
ri
Pemakaian
obat
Bowel status
Bowel LUQ RUQ LLQ RLQ
sounds :
Present
Absent
Hyperactive
Hypoactive
4. Aktivitas / Sebelum sakit Selama sakit
istirahat
Lama tidur Siang (<2-3 jam; >3 jam) Siang (<2-3 jam; >3 jam)
Malam(<6-7 jam; >7 jam) Malam(<6-7 jam; >7 jam)
Kebiasaan ............................................... .............................................
sebelum tidur ... .....
............................................... .............................................
... .....
Kesulitan
tidur
Alat bantu
aktifitas
Kesulitan ............................................... .............................................
pergerakan ... .....
31
............................................... .............................................
... .....
5. Cairan & Sebelum sakit Selama sakit
elektrolit
Frekuensi Tidak terkaji 1000-1200 cc
minum
Cara
pemenuhan
PEMERIKSAAN KECEMASAN
No Item yg dinilai Penilaian Skoring
0 1 2 3 4
1 Perasaan Kekhawatiran yang
berlebihan
2 Ketegangan Perasaan tegang,
kelelahan, , gemetar,
perasaan gelisah,
ketidakmampuan untuk
bersantai.
3 Ketakutan Gelap, orang asing, dari
ditinggal sendirian,
hewan, lalu lintas, dari
orang banyak.
4 Insomnia Sulit tidur, tidur tidak
memuaskan dan
kelelahan
pada bangun, mimpi,
mimpi buruk.
32
Masalah Keperawatan
Fokal Kontekstual Residual
X. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium Tanggal 12/04/16
Hb : 12,3 gr/dl
Hct : 36,7%
Leukosit : 12100/l
Trombosit :369000/UL
Ureum : 134 mg/dl
Kreatinin : 1,983 mg/dl
Natrium : 130 mg/dl
Kalium : 4,6 mEq/L
Klorida : 114 mEq/L
Asam urat : 9,2 mg/dl
Albumin : 1,2 g/dl
GDS : 125 mg/dl
Laju endap darah : 83 mmhg
35
Tanggal 14/04/16
ASTO : 121 IU/ml
ANA : Negatif
Anti ds DNA : 1,6 IU/ml
Urinalisis : Warna kuning keruh
pH : 6,0
Protein : 3+
Darah : 1+
Urabilinogen : 3,2
Epitel : 1+
Leukosit : 5-7
Eritrosit : 3-4
Silinder hialin : 0-2
Bakteri : +
USG
Rontgen
XII. THERAPI
1. Furosemid 3x40 mg IV
2. Aldacton 2x50 mg
3. Cefotaxime 3x1 gr IV
C. ANALISA DATA
Data Fokus Etiologi Masalah
Keperawatan
DS: Sindrom Nefrotik Kelebihan volume
Pasien mengatakan cairan
mengalami badan Volume
bengkak sejak 2 minggu intravaskuler
yang lalu
DO: ADH
- Terdapat asites
(lingkar perut 72
Asites
cm)
- Tungkai kiri lebih
Kelebihan volume
bengkak
cairan
- Terdapat edema
palpebral bilateral
(derajat 2) dan di
skrotalis
37
- Terdapat pitting
edema derajat 3 di
ekstremitas
- Hemoglobin
menurun (12.3
gr/dl)
- Hematocrit
menurun (36,7 %)
- Albumin menurun
(1,2 g/dl)
- Shiting dullnes
- BB anak 70 Kg
- Output 4000
cc/24jam
- IWL 700 cc/24jam
- Keseimbangan
cairan negative
1585 cc/12jam
- Diuresis 2,4
cc/kgBB/jam
- Diet kalori rendah
garam, protein,
RDA protein 70 g
DS: Kerusakan glomerulus Nyeri Akut
- Pasien
mengeluhkan badan fungsi nefron
terasa nyeri
- Nyeri bila fungsi ginjal
digerakkan
Gagal filtrasi
38
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS: Faktor penyebab Kerusakan Integritas
- Pasien mengalami Kulit
bengkak mulai Permeabilitas
dari mata glomerulus
kemudian
menjalar ketangan Edema
dan kaki lalu
keseluruh tubuh Penekanan pada area
DO: tubuh edema
- Terdapat edema
palbebra bilateral
Sirkulasi darah tertekan
derajat 2
tidak adekuat
- Terdapat edema
diskrotalis
Lecet
- Terdapat pitting
edema
Kerusakan integritas
diekstremitas
kulit
derajat 3
- Terdapat lecet
digenitalia
- Mendapat terapi
furomisined zalf
4x oles pada
genitalia
Kompres Nacl 0,9
% pada genitalia
40
D. PRIORITAS MASALAH
1. Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi ginjal
2. Nyeri akut b.d agens fisik
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kurang
asupan nutrisi
4. Kerusakan Integritas Kulit b.d immobilitas akibat adanya edema
5. Resiko infeksi b.d menurunnya imunitas tubuh
E. Nursing Care Plan (NCP)
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1 Kelebihan Volume Cairan b.d Setelah tindakan keperawatan 1. Pertahankan asupan 1. mencegah
Gangguan Mekanisme Regulasi 3x24 jam diharapkan cairan sesuai indikasi bertambahnya edema
Ginjal kelebihan volume cairan 2. Timbang berat badan menjadi lebih parah
terkontrol dengan kriteria setiap hari 2. untuk mengetahui
hasil: 3. Pantau pembatasan penurunan edema
1. Penurunan pitting asupan natrium sesuai pada tubuh
edema dari +3 menjadi dengan indikasi 3. agar tidak
+2 4. Pantau output aciran, memperparah retensi
2. Penurunan acites catat warna dan jumlah natrium yang dapat
3. Tidak terjadi 5. Terapi farmakologi meningkatkan edema
peningkatan berat - furosemide 3x40 4. untuk mengetahui
badan mg keberhasilan dari
4. Keseimbangan intake - alddacton terapi yang diberikan
output dalam 24 jam (spironolactone) 5. untuk mengurangi
2x50 mg cairan dalam tubuh
dan bengkak
41
2 Nyeri Akut b.d Agens Fisik Setelah tindakan keperawatan 1. Lakukan pengkajian 1. Untuk mengetahui
3x24 jam diharapkan nyeri nyeri secara daerah, kualitas,
akut berkurang dengan kriteria komprehensif kapan, serta berat
hasil: 2. Gunakan teknik ringannya dari nyeri
1. Skala nyeri pada komunikasi terapeutik 2. Untuk mengetahui
pangkal paha untuk mengetahui rasa nyeri yang sedang
berukurang dari skala pengalaman nyeri atau sudah dirasakan
3-4 menjadi 2 dalam 3. Kurangi faktor pencetus 3. Untuk meningkatkan
NRS (Numeric Ratting nyeri kenyamanan pasien
Scale) 4. Ajarkan tentang teknik 4. Untuk mengurangi
2. Nyeri berkurang saat non farmakologi faktor yang dapat
digerakkan menyebabkan nyeri
3. Menyatakan rasa menjadi timbul
nyaman setelah nyeri
berkurang
3 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah tindakan keperawatan 1. Monitor kalori dan 1. Membantu dalam
kurang dari kebutuhan tubuh 3x24 jam diharapkan nutrisi asupan makanan mengindentifikasi
b.d kurang asupan nutrisi terkontrol dengan kriteria kebutuhan diet
hasil:
42
1. Nafsu makan 2. Anjurkan pasien 2. Pasien dapat
meningkat dengan kebutuhan diet melakukan apa yang
2. Porsi makan yang untuk kondisi sakit dianjurkan
diberikan dihabiskan 3. Bantu pasien terkait 3. Mulut yang bersih
dengan perawatan dapat meningkatkan
mulut sebelum makan nafsu makan
4. Pastikan makanan meningkat
disajikan dengan 4. Untuk meningkat
menarik untuk selera makan
dikonsumsi secara 5. Untuk menentukan
optimal diet yang tepat untuk
5. Kolaborasi dengan ahli meningkatkan status
gizi untuk mengatur nutrisi
diet yang diperlukan
4 Kerusakan Integritas Kulit b.d Setelah tindakan keperawatan 1. Inspeksi seluruh 1. Untuk mengetahui
immobilitas akibat adanya 3x24 jam diharapkan permukaan kulit apakah terdapat
edema kerusakan integritas kulit 2. Anjurkan pasien untuk luka pada kulit
teratasi dengan kriteria hasil: merubah posisi tidur pasien akibat
1. Integritas kulit terjaga setiap 4 jam
43
2. Tidak terjadi kerusakan 3. Anjurkan pasien edema dan terlalu
kulit menggunakan alas yang lama tertekan
lunak 2. Untuk menghindari
4. Lakukan massage pada timbulnya luka
daerah yang tertekan yang disebabkan
oleh terlalu lama
berbaring
3. Untuk mengurangi
penekanan pada
kulit yang edema
4. Untuk mengurangi
edema pada daerah
yang tertekan dan
mengurangi nyeri
5 Resiko Infeksi b.d menurunnya Setelah tindakan keperawatan 1. Monitor tanda-tanda 1. Agar mengetahui
imunitas tubuh 3x24 jam diharapkan anak vital pada anak tanda-tanda vital
tidak menunjukkan tanda- 2. Jauhkan anak kontak pada anak dalam
tanda infeksi dengan kriteria dengan orang yang batas normal
hasil: terinfeksi
44
1. Tidak ada tanda-tanda 3. Anjurkan keluarga dan 2. Untuk menghindari
infeksi kerabat/pengunjung penyebaran
2. Leukosit dalam batas untuk selalu cuci tangan virus/bakteri pada
4500-13500 sel/mm3 setelah berkegiatan anak yang dapat
3. Suhu tubuh dalam dengan baik dan benar menyebabkan
batas normal 36,5-37,5 sesuai prosedur infeksi
C 4. Berkolaborasi dengan 3. Untuk
dokter untuk pemberian meminimalisir
antibiotic pada anak penyebaran
bakteri/virus
terhadap anak
4. Untuk menekan
perkembangan
bakteri atau
mikroorganisme
dan untuk menceah
terjadinya infeksi
45
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik (SN) adalah salah satu penyakit glomerulus yang sering
ditemukan pada anak, yang ditandai dengan proteinuria, hipoalbuminemia, dan
edema dengan atau tanpa hiperkolesterolemia. Penyebab pasti sindrom nefrotik
belum diketahui, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit
autoimun. Para ahli membagi etiologinya menjadi 3 yaitu sindrom nefrotik
bawaan, sekunder, dan ideopatik. Salah satu tanda dan gejala nya adalah
terdapat edema/udim serta proteinuria dan albuminemia. Pemeriksaan
penunjang pada sindrom nefrotik salahsatunya adalah biopsy ginjal untuk
memperkuat diagnose. Pada penderita sindrom nefrotik dianjurkan untuk
melakukan diet rendah protein serta pengaturan cairan intake.
B. Saran
Penyusun mengaharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan bisa menambah
wawasan bagi yang membacanya, meskipun makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu kami menerima kritik dan saran agar makalah ini
terus berkembang menjadi lebih baik.
46
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, K. &. (2000). Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15, Vol 3. Jakarta:
Kedokteran EGC.
Chris Tanto, F. l. (2014). Kapita Selekta Kedokteran . Jakarta: Media Aesculapius.
Donna L Wong, M. d. (2008). Wong Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 2.
Jakarta: Kedokteran EGC.
Masjoer,Arif,dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 2. Media Aesculapius
FKUI : Jakarta
Rachmadi, Dedi. (2010). Aspek Genetik Sindrom Nefrotik Resisten Steroid.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung, Volume 42, No. 1
Pardede, S. O. (2017). Tata Laksana Non Imunosupresan Sindrom Nefrotik pada
Anak. Sari Pediatri , Vol. 19, No. 1, 53-62.
Robin S. Mamesah, A. U. (2016 ). Hubungan Aspek Klinis dan Laboratorik Dengan
tipe Sindrom Nefrotik Pada Anak. Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 4 Nomor
1, 349-353.