SINDROM NEFROTIK
Disusun Oleh :
SEMARANG
TA 2019/2020
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan nikmatnya, sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul Sindrom
Nefrotik.
Tak lupa kami sampaikan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
membimbing kami dalam penyusunan makalah ini, serta semua pihak yang turut
berpartisipasi dalam proses penyusunan tugas makalah ini, karena kami sadar sebagai
makhluk sosial kami tidak bisa berbuat banyak tanpa ada interaksi dengan orang lain dan
tanpa adanya bimbingan, serta rahmat karunia dari-Nya.
Penulis memohon maaf apabila terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam
pembuatan makalah ini. Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penyusun dan umumnya bagi yang membutuhkan, Aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN PENULISAN
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar medis pada klien dengan penyakit
sindrom nefrotik.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
menimbukan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema.(Betz,2009)
2.2 ETIOLOGI
3
ginjal dengan pemeriksaan mikroskopi biasa dan mikroskopi electron.(Nurarif &
Kusuma,2013)
2.4 PATOFISIOLOGI
Akumulasi cairan dalam ruang interstisial yang terliht pada wajah atau udem
anasarka, merupakan gejala kardinal pada anak dengan sindrom nefrotik.Udema
pada sindrom nefrotik umumnya akibat dari proteinuria masif yang kemudian
menyebabkan hipoalbuminemia,retensi natrim dan air untuk mengkompensasi
kukurangan volume intravaskular. (Gbadegesin, 2009)
4
vasopressin arginin, dengan hasilna restensi ntrium dan air oleh ginjal. (Gbadegesin,
2009)
o Istirahat sampai edema tinggal sedikit. Batasi asupan natrium sampai kurang lebih
1 gram/hari secara praktis dengan menggunakan garam secukupnya dan
menghindari makanan yang diasinkan. Diet protein 2-3 gram/kgBB/hari.
o Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg/kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan. Bila edema refrakter, dapat digunakan hididroklortiazid (25-50
mg/hari) selama pengobatan diuretic perlu dipantau kemungkinan hipokalemi,
alkalosis metabolic dan kehilangan cairan intravaskuler berat.
o Dengan anti biotic bila ada infeksi harus diperiksa kemungkinan adanya TBC.
o Diuretikum, Boleh diberikan diuretic jenis saluretik seperti hidroklorotiasid,
klortahidon, furosemid atau asam ektarinat. Dapat juga diberikan antagonisal
dosteron seperti spironolakton (alkadon) atau kombinasi saluretik dan antagonisal
dosteron.
o Kortikosteroid, International Cooperative Study of Kidney Disease in Children
(ISKDC) mengajukan cara pengobatan sebagai berikut :
a) Selama 28 hari prednisone diberikan per oral dengan dosis 60 mg/hari/luas
permukaan badan (lpb) dengan maksimum 80 mg/hari.
b) Kemudian dilanjutkan dengan prednison per oral selama 28 hari dengan dosis
40 mg/hari/lpb, setiap 3 hari dalam satu minggu dengan dosis maksimum 60
mg/hari. Bila terdapat respons, maka pengobatan ini dilanjutkan secara
intermitten selama 4 minggu.
c) Tapering-off: prednisone berangsur-angsur diturunkan, tiap minggu: 30 mg,
20 mg, 10 mg sampai akhirnya dihentikan.
5
2.6 PEMERIKSAN PENUNJANG
1. Urinalis
Volumenya biasanya kurang dari 400ml/24 jam yang terjadi dalam 24-48 jam
setelah ginjal rusak,warna kotor,sdimen kecoklatan menunjukkan adanya darah ,
Hb,monoglobin,porfirin. Berat jenis kurang dari 1,020 menunjukkan penyakit
ginjal.
Pemeriksaan sedimen akan memberikan gambaran oval fat bodies: epitel sel
yang mengandung butir-butir lemak,kadang-kadang dijumpai
eritosit,leokosit,torak hialin dan totak eritrosit.
A. Data Subjektif
Lihat Glomeulonefritis
B. Data Objektif
7
4. Kebiasaan yang dapat mempertahankan kesehatan umum : menghindari
sumber infeksi,nutrisi yang adekuat,istirahat dan tidur yang cukup.
5. Pewatan lanutan unuk pemantauan fungsi ginjal.
( Mary,2009)
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sindrom nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus karena ada peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein
plasma menimbukan proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema.
Etiologi sindrom nefrotik ada 3 yaitu : Sidrom nefrotik bawaan, sindrom nefrotik
seunder, dan sindrom nefrotik idiopatik atau primer. Manifestsi sindrom nefrotik
adalah kurangnya hipoalbuminemia, kelebihan proteinuria , dan hiperlipidemia
atau hiperkolesrolemia.
Akumulasi cairan dalam ruang interstisial yang terliht pada wajah atau udem
anasarka, merupakan gejala kardinal pada anak dengan sindrom nefrotik.Udema
pada sindrom nefrotik umumnya akibat dari proteinuria masif yang kemudian
menyebabkan hipoalbuminemia,retensi natrim dan air untuk mengkompensasi
kukurangan volume intravaskular. Penalaksnaan medis dapat kita lakukan dengan
istirahat sampai edema tinggal sedikit. Pemerikaan penunjang dengaan urinalis,
pemeriksaan sedimen uine, dan pengukuran protein urine. Pengkajiaan
keperawatan dapat dilihat dari data subjektif dan objektif. Diagnosa keperawatan
dengan adanya nutrisi kurang dari kebutuhannya, resiko infeksi yang berhubungan
dengan penurunan daya tahan tubuh, dan defisit pengetahuan terhadap informasi
yang diperlukan. Intervensi keperwatan adalah dengan peningkatan nutrisi,
pencegahan infeksi, dan penuuhan kepada keluarga maupun pasien terkait dengan
informasi yag diperlukan.
3.2 SARAN
9
DAFTAR PUSTAKA
10