Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN (NEFROTIK

SYNDROME)

Tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah

Keperawatan Anak Sakit Kronis dan Terminal

Dosen Pengampu : Ns. Yesita Ragil K, M.Kep

Disusun Oleh :

1. Laura Rosalina 2102043


2. Intan Nur Aliyah 2102045
3. Cahyo Wahyu Utomo 2102046
4. Anis Fatima 2102047

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS AN NUUR

PURWODADI

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Perkemihan (Nefrotik Syndrome)” Asuhan Keperawatan ini merupakan
salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Keperawatan Anak Sakit Kronis dan
Terminal

Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada
teknis penulisan, maupun materi. Kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan pembuatan makalah ini. Dalam penulisan makalah ini penulis
menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini, khususnya kepada Ibu Dosen yang telah
memberikan petunjuk kepada penulis.

Purwodadi, 11 September 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... iii

A. Latar Belakang ........................................................................................................... iii


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... iii
C. Tujuan ......................................................................................................................... iv

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 1

A. Definisi ........................................................................................................................ 1
B. Etiologi ........................................................................................................................ 2
C. Patofisiologi ................................................................................................................. 3
D. Manifestasi Klinis ....................................................................................................... 6
E. Penatalaksanaan ......................................................................................................... 6
F. Komplikasi .................................................................................................................. 7

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN SDKI, SLKI, SIKI.................. 7

A. Pengkajian .................................................................................................................. 7
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................................... 13
C. Intervensi Keperawatan ............................................................................................. 14

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 20

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 20
B. Saran ........................................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit ginjal yang paling sering
ditemukan pada anak, dan didefinisikan sebagai kumpulan gejala yang disebabkan
oleh adanya kerusakan glomerulus yang terjadi pada anak dengan karakteristik
proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan edema.(Wahyuni 2017).
Sejumlah anak dengan sidroma nefrotik yang mengalami kekambuhan dapat
berkurang secara bertahap sesuai dengan bertambahnya usia anak. Insiden yang
ditemukan pada Sindroma Nefrotik yaitu angka mortalitas dan prognosis anak
bervariasi berdasarkan penyebab, keparahan, tingkat kerusakan ginjal, usia anak serta
respon anak terhadap pengobatan. Penyakit ini sedikit lebih tinggi pada anak laki-laki
dari pada anak perempuan (Hidayat 2011).
Sindrom nefrotik dapat dibedakan menjadi sindrom nefrotik kongenital,
sindrom nefrotik primer, dan sindrom nefrotik sekunder. Pada umumnya sebagian
besar (±80%) sindrom nefrotik primer memberi respon yang baik terhadap
pengobatan awal dengan steroid, tetapi kira-kira 50% diantaranya akan relaps dan
sekitar 10% tidak memberi respon lagi dengan pengobatan steroid (Putra 2020).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah Definisi dari Nefrotik Syndrome?
2. Bagaimanakah Etiologi dari Nefrotik Syndrome?
3. Bagaimanakah Patofisiologi dari Nefrotik Syndrome?
4. Bagaimanakah pathway dari Nefrotik Syndrome?
5. Bagaimanakah Manifestasi Klinis dari Nefrotik Syndrome?
6. Bagaimanakah Penatalaksanaan dari Nefrotik Syndrome?
7. Bagaimanakah Komplikasi dari Nefrotik Syndrome?

iii
C. Tujuan
1. Mengetahui Definisi dari Nefrotik Syndrome
2. Mengetahui Etiologi dari Nefrotik Syndrome
3. Mengetahui Patofisiologi dari Nefrotik Syndrome
4. Mengetahui Pathway dari Nefrotik Syndrome
5. Mengetahui Manifestasi Klinis dari Nefrotik Syndrome
6. Mengetahui Penatalaksanaan dari Nefrotik Syndrome
7. Mengetahui Komplikasi dari Nefrotik Syndrome

iv
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Sindrom nefrotik adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan kadar
protein di dalam urine meningkat. Tingginya kadar protein tersebut disebabkan oleh
kebocoran pada bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah (glomerulus).
Sindrom Nefrotik adalah keadaan klinis yang disebabkan oleh kerusakan
glomerulus. Peningkatan permeabilitas glomerulus terhadap protein plasma
yang dapat menyebabkan terjadinya proteinuria, hipoalbuminemia, hiperlipidemia dan
edema (Wahyuni 2017).
Sindrom Nefrotik merupakan penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia. Kadang-kadang terdapat hematuria,
hipertensi dan penurunan fungsi ginjal (Johnson, Kendal, and Johnson 2018).
Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh
yang tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieleminasi) dari dalam
tubuh karena dapat menjadi racun. Proses eliminasi ini dapat dibagi menjadi elimanasi
(buang air kecil) dan eliminasi alvi (buang air besar). (Maharani 2017)
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra.
Ginjal, uretra, kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih.
Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme dan
mengeluarkannya sebagai urin (Suhanyanto 2013).
Proses ini berlangsung terus. Hanya pada kasus luka, infeksi atau penyakit
pada organ dari saluran kemih, fungsinya menjadi terganggu dan karenanya
mengganggu biokimia dari aliran bawah. Ginjal adalah organ vital penyangga
kehidupan.
Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung kemih atau uretra.
Ginjal, uretra,kandung kemih adalah organ-organ yang menyusun saluran kemih.
Fungsi utama dari saluran ini adalah untuk membuang air dan sisa metabolisme dan
mengeluarkannya sebagai urin.

1
B. Etiologi
Ngastiyah, (2014) mengatakan bahwa belum pasti diketahui penyebab Sindroma
Nefrotik, namun akhir-akhir ini dianggap sebagai penyakit autoimun. Umumnya,
etiologi Sindroma Nefrotik dibagi menjadi:
1. Sindroma Nefrotik Bawaan
Sindroma Nefrotik Bawaan diturunkan sebagai resesif autosomal, klien ini
biasanya tidak merespon terhadap pengobatan yang diberikan. Adapun gejala
yang biasanya terjadi yaitu edema pada masa neonatus. Umumnya, perkembangan
pada klien terbilang buruk dan klien akan meninggal pada bulan-bulan pertama
kehidupannya.
2. Sindroma Nefrotik Sekunder
Sindroma Nefrotik Sekunder bukan disebabkan oleh turunan kromosom, namun
disebabkan oleh beberapa masalah seperti:
1. Malaria kuartana atau parasit lainnya
2. Penyakit Lupus Eritematosus Diseminata, purpura dan anafilaktoid
3. Glomerulonefritis akut atau kronis, trombosis vena renalis
4. Penyakit sel sabit, dll
5. Sindrom Nefrotik Ideopatik
Belum diketahui penyebab Sindrom Nefrotik Ideopatik atau juga disebut
Sindroma Nefrotik Primer. Berdasarkan histopatologis yang tampak pada
biopsi ginjal dengan pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron,
Churg, dkk membagi Sindrom Nefrotik Ideopatik kedalam 4 golongan yaitu :
1. Kelainan minimal yaitu dengan mikroskop biasa glomerulus terlihat
normal, namun dengan mikroskop elektron terlihat foot prosessus sel epitel
berpadu.
2. Nefropati Membranosa yaitu terjadi penebalan dinding kapiler glomerulus
3. Glomerulonefritis Proliferatif
4. Glomerulonefritis fokal segmental
5. Pada Glomerulonefritis fokal segmental yang paling mencolok yaitu sklerosis
glomerulus yang disertai atrofi tubulus.

2
C. Patofisiologi
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan berakibat pada
hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi proteinuria. Kelanjutan dari
proteinuria akan dapat mengakibatkan hipoalbuminemia. Dengan menurunnya jumlah
albumin, terjadilah penurunan tekanan osmotik plasma sehingga cairan intravaskuler
akan berpindah ke interstisial. Perpindahan cairan tersebut mengakibatkan volume
cairan intravaskuler berkurang dan terjadilah kondisi hipovolemik pada pasien,
kondisi hipovolemik ini jika tidak segera diatasi akan berdampak pada hipotensi.
Rendahnya volume cairan pada intravaskuler ini akan mempengaruhi aliran
darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi dengan merangsang produksi renin
angiotensin dan peningkatan sekresi antidiuretik hormon (ADH) dan sekresi
aldosteron yang mengakibatkan retensi terhadap natrium dan air yang berdampak
pada edema. Penurunan daya tahan tubuh juga mungkin terjadi akibat
hipoalbuminemia, jika tidak segera diatasi pasien dengan Sindroma Nefrotik akan
rentan terhadap infeksi seperti peritonitis dan selulitis.
Anak dengan sindroma nefrotik dapat mengalami peningkatan kolesterol dan
trigliserida serum akibat peningkatan dari produksi lipoprotein karena penurunan
plasma albumin dan penurunan onkotik plasma. Selain itu, peningkatan produksi
lipoprotein didalam hepar akibat kompensasi hilangnya protein dapat mengakibatkan
terjadinya hiperlipidemia, dan akan ditemukan lemak didalam urine atau
lipiduria.
Menurunnya kadar natrium dalam darah anak dengan sindroma nefrotik
atau keadaan dehidrasi akibat retensi cairan akan merangsang sekresi hormon renin
yang berperan penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya renin mengubah
angiotensin yang disekresi hati menjadi angiotensin I. Sel kapiler paru selanjutnya
mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II yang mengonsentrasi otot polos
sekeliling arteriola. Hal inilah yang menyebabkan anak mengalami tekanan darah
tinggi. Dalam kondisi lain, ketidakseimbangan natrium akibat konsumsi natrium yang
terlalu sedikit akan mengakibatkan anak mengalami hipotensi (Masjoer 2010).

3
Pathway

4
5
D. Manifestasi Klinis
Walaupun gejala pada anak akan bervariasi seiring dengan perbedaan proses
penyakit, gejala yang paling sering berkaitan dengan sindroma nefrotik adalah:
a. Penurunan haluaran urine dengan warna gelap dan berbusa.
b. Retensi cairan dengan edema berat (edema fasial, abdomen, area genitalia dan
ekstremitas).
c. Distensi abdomen karena edema yang mengakibatkan sulit bernapas, nyeri
abdomen, anoreksia dan diare.
d. Pucat.
e. Keletihan dan intoleransi aktivitas.
f. Nilai uji laboratorium abnormal seperti proteinuria > 2gr/m2/hari, albumin
serum < 2gr/dl, kolesterol serum mencapai 450-1000mg/dl.

E. Penatalaksanaan
Menurut Betz & Sowden, (2009) penatalaksanaan medis untuk sindrom nefrotik
meliputi :
1. Pemberian kortikosteroid seperti prednison atau prednisolon untuk
menginduksi remisi. Dosis akan diturunkan setelah 4 sampai 8 minggu terapi.
Jika pasien mengalami kekambuhan, maka perlu diberikan kortikosteroid
dengan dosis tinggi untuk beberapa hari
2. Penggantian protein, hal ini dapat dilakukan dengan pemberian albumin
melalui makanan atau melalui intravena.
3. Pengurangan edema.
a. Terapi diuretik, hendaknya terapi ini diberikan lebih cermat
guna mencegah terjadinya penurunan volume intravaskuler,
pembentukan trombus maupun ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Membatasi pemberian natrium.
c. Mempertahankan keseimbangan elektrolit.
d. Pen
e. gobatan nyeri untuk mengatasi ketidaknyamanan yang berhubungan
dengan edema maupun tindakan medis yang dilakukan kepada pasien.

6
f. Pemberian antibiotik seperti penisilin oral atau jenis lain, mengingat
pasien dengan sindroma nefrotik rentan terkena infeksi akibat daya tahan
tubuhnya yang rendah.
g. Terapi Imunosupresif untuk anak yang gagal berespon dengan
terapi steroid.

F. Komplikasi
1. Infeksi
2. Tromboemboli
3. Komplikasi kardiovascular
4. Krisis hipovolemik
5. Anemia
6. Gagal ginjal akut
7. Busung
8. Perubahan hormonal, mineral dan intususepsi

I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN SDKI, SLKI, SIKI


A. Pengkajian
1. Identitas
a. Identitas Klien
b. Identitas penanggung Jawab
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan keluhan yang paling dirasakan klien, pada
masalahnya yang dapat dirasakan adalah adanya riwayat.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang merupakan keluhan yang dirasakan oleh
klien yang dimulai dari awal timbulnya gejala yang dirasakan samapai-sampai
klien mencari bantuan pelayanan kesehatan.

7
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang pernah diderita
oleh klien.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat kesehatan keluarga merupakan informasi tentang kesehatan
keluarga, termasuk penyakit kronik (Menahun/terus-menerus), seperti diabetes
mellitus dan jantung, infeksi seperti tuberculosis dan hepatitis.
3. Pengkajian Pola Fungsional
Menurut Virginia Henderson
a. Kebutuhan bernafas dengan normal
Bagaimana irama, kedalaman, frekuensi, keteraturan bernafas,
menggunakan alat bantu pernapasan atau tidak, adakah retraksi
intercostal, adakah sesak nafas.
b. Kebutuhan nutrisi adekuat
Bagaimana pola makan klien, kebiasaan makan, kebiasaan asupan
nutrisi.
c. Kebutuhan eliminasi
Bagaimana pola eminasi BAB, konsistensi faces, bau warna,
frekuensi BAB tiap hari. Bagaimana eliminasi BAK klien, frekuensi,
warna, volume, terpasang DC/tidak, adakah gangguan dalam BAK.
d. Kebutuhan keseimbangan dan gerak
Bagaimana keseimbangan dan gerakdan aktivitas klien.
e. Kebutuhan istirahat dan tidur
Jumlah dan kualitas tidur klien, adakah gangguan tidur, kebiasaan
tidur dan istirahat klien.
f. Kebutuhan mempertahankan temperature tubuh
Kebiasaan klien mempertahankan temperature tubuh, seperti
memakai pakaian tipis dan menyerap keringat bila udara panas, memakai
selimut saat udara dingin.

8
g. Kebutuhan personal hygiene
Bagaimana pemenuhan kebutuhan personal hygiene klien (mandi,
gosok gigi, keramas, potong kuku), berapa hari sekali/berapa minggu
sekali.
h. Kebutuhan berkomunikasi
Bagaimana komunikasi klien dengan orang lain, jenis komunikasi
yang dilakukan (Verbal/nonverbal).
i. Kebutuhan Spiritual
Bagaimana klien dalam menjalankan ibadahnya, agama atau
kepercayaan yang dianut oleh klien.
j. Kebutuhan berpakaian dan memilih pakaian
Bagaimana pola berpakaian klien (keserasian, waktu dan cara).
k. Kebutuhan rasa aman dan nyaman
Hal-hal yang membuat klien merasa aman (berhubungan dengan
hospitalisasi) dan nyaman (adakah nyeri).
l. Kebutuhan bekerja
Apa pekerjaan klien, apakah klien mampu melakukan pekerjaannya,
kapan waktu kerja ( Jam kerja).
m. Kebutuhan rekreasi
Hal-hal yang dilakukan klien untuk menghilangkan kebosanan
atau kejenuhan, apa yang dialkukan klien untuk mengisi waktu luang.
n. Kebutuhan belajar
Bagaimana persepsi klien terhadap kesehatannya, sejauh mana
pengetahuan klien tentang penyakitnya.

9
4. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaaan Umum
1) General Apprearance/penampilan umum:
2) Tingkat Kesadaran
Menurut Gonce (2002) kualitas kesadaran klien merupakan
merupakan parameter yang paling mendasar dan parameter yang
paling penting yang membutuhkan pengkajian. Tingkat
keterjagaan klien dan respom terhadap lingkungan adalah
indicator paling sensitive untuk disfungsi system pernafasan.
Beberapa system digunakan untuk membuat peringkat perubahan
dalam keawasan dan keterjagaan sebagai berikut:
a. Composmentis : Kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya,
baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dan
dapat menjawab pertanyaan yang dinyatakan pemeriksa
dengan baik.
b. Apatis : yaitu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh
tak acuh terhadap lingkungannya.
c. Derilium : yaitu kondisi seseorang yang mengalami
kekacauan gerakan,siklus tidur bangun yang terganggu dan
tampak gaduh gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-ronta.
d. Somnolen : yaitu kondisi seseorang yang mengantuk namun
masih dapat sadar bila rangsang, tetapi bila rangsang berhenti
akan tertidur kembali.
e. Sopor : yaitu kondisi sesesorang yang mengantuk yang dalam,
namun masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat,
misalnya rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun sempurna dan
tidak dapat menjawab pertanyaan dengan baik.
f. Semi-Coma : penurunan kesadaran yang tidak memberikan
resspon terhadap pertanyaan dan tidak dapat dibangunkan
sama sekali.

10
g. Coma : penurunan kesadaran yang sangat mendalam, tidak
ada gerakan, dan tidak ada respons terhadap rangsangan nyeri.

b. Tanda – Tanda Vital


1) Tekanan Darah : mmHg
2) Respiratory Rate : x/menit
3) Nadi : x/menit
4) Temperature : C
c. Pemeriksaan Antropometri
1) Tinggi Badan (TB) : cm
2) Berat Badan (BB) : kg
3) Lingkar Lengan Atas (LILA) :
4) Indeks Masa Tubuh (IMT) :
d. Kepala
1) Bentuk Kepala
Simetris atau tidak, bagaimana bentuknya, merata muka atau
tidak
2) Rambut
Bagaimana warna , penyebaran, ketebalan, kebersihan dan tekstur
rambutnya, bagaimana keadaan kulit kepalanya ada lesi atau tidak
3) Mata
Bagaimana konjungtivanya, ada sklera ikterik atau tidak,
bagaimana pupilnya, memakai alat bantu penglihatan atau tidak.
4) Hidung
Saluran hidung lapang / ada sumbatan, sputum hidung utuh atau
tidak, epistaksis, terpasang O2 atau tidak.
5) Telinga
Bentuk simetris atau tidak, terdapat penumpukan serumen atau
tidak, respon pendengaran baik apa tidak, memakai alat bantu
pendengaran atau tidak.

11
6) Mulut
Keadaan lidah lembab / tidak, kondisi lidah lembab atau tidak,
gigi, gusi, bibir, tonsil bagaimana.
7) Leher
Adakah pembesaran getah bening, kelenjar tiroid, adakah nyeri
tekan.

8) Dada/Thorax
a. Paru-paru
Inspeksi : simetris atau tidaknya bentuk dada
Palpasi : vocal fremitus, fibrasi, pengembangan paru simetris
atau tidak
Perkusi : Bagaimana bunyi sonornya
Auskultasi : bunyi nafas normal atau ada bunyi nafas tambahan
b. Jantung
Inspeksi : Bagaimana bentuk ekordium, ada tidaknya denyutan
di ICS II kanan dan kiri.
Palpasi : Pada keadaan norma iktus cordis dapat teraba pada
ruang interkosta kiri V
Perkusi : Lakukan perkusi dari arah lateral ke medial
Auskultasi : mur-mur / bising jantung ada atau tidak.
9) Abdomen
Inspeksi : Adakan benjolan umikulus, bentuk perut, gerakan
kulit pada abdomen saat inspirasi dan ekspirasi.
Auskultasi : Peristaltik usus berapa jumlah x/menit
Perkusi : Bunyi timpani, hipertimpani, redup
Perkusi : Ada nyeri tekan atau tidak, apakah ada massa
10) Genito Urinasi
Kebersihan, apakah terpasang DC/kateter
11) Anus
Adakah benjolan atau penonjolan pada anus

12
12) Ekstremitas
1) Superior
Kekuatan otot berapa, ada deformitas atau tidak ada kelainan
bawaan atau tidak, akral hangat atau dingin, ada varises atau
adakah oedom,
2) Inferior
Kekuatan otot berapa, ada deformitas atau tidak ada kelainan
bawaan atau tidak, akral hangat atau dingin, ada varises atau
adakah oedom.

13) Intelegumen
Kuku dan kulit
Warna, kelembaban, suhu, tekstur, turgor, adakah lesi, adakah
gangguan pigmentasi kulit
5. Data Penunjang
Dicantumkan hari & tanggal
a. Pemeriksaan laboratorium saat pengkajian dan hasil normalnya
b. Program terapi : ditulis jenis obat, dosis obat, cara pemberian obat
c. Pemeriksaan diagnostic ( Rontgen, EKG, USG,CT Scan)

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut (D.0077)
2. Risiko Infeksi (D.0142)
3. Hipervolemia (D.0022)

13
C. Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
(SDKI) (SLKI) (SIKI)
1 Nyeri Akut (D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen nyeri
Setelah dilakukan asuhan (1.08238)
keperawatan selama 3 x 24 jam Definisi :
diharapkan tingkat nyeri Mengidentifikasi dan
menurun : mengelola pengalaman
1. Keluhan nyeri menurun sensorik / emosional yang
2. Meringis menurun berkaitan dengan oneset
3. Gelisah menurun mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga
berat dan konstan.

Tindakan

Observasi :
1. Identifikasi lokasi,
karateristik, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri.
2. Identifikasi skala
nyeri
3. Monitor efek
samping pemberian
analgetik

Terapetik :
1. Berikan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri (mis. TENS,
hipnotis,
akupresur, terapi
musik,
biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres
hangat/dingin,
terapi bermain).
2. Control lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan,
pencahyaan,
kebisingan)

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri.
2. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
3. Ajarkan teknik non
farmakologis untuk
mengurangi rasa
nyeri.

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika
perlu

2 Risiko Infeksi Tingkat Infeksi (L.14137) Pencegahan Infeksi


(D.0142) Setelah dilakukan asuhan (I.14539)
keperawatan 3x24 jam Definisi :
diharapkan tingkat infeksi Mengidentifikasi dan
menurun dengan kriteria menurunkan risiko
hasil: terserang organisme
1. Demam Menurun patogenik.
2. Kemarahan Menurun
3. Nyeri Menurun Tindakan :
4. Bengkak Menurun
Observasi:
1. Monitor tanda
dan gejala infeksi
local dan
sistemik

Terapeutik:
1. Batasi jumlah
pengunjung
2. Berikan
perawatan kulit
pada area edema
3. Cuci tangan
sebelum dan
sesudah kontak
dengan pasien
dan lingkungan
pasien
4. Pertahankan
teknik aseptic
pada pasien
berisiko tinngi

Edukasi :
1. Jelaskan tanda
dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara
mencuci tangan
denagn benar
3. Ajarkan etika
batuk
4. Ajarkan cara
memeriksa
kondisi luka atau
luka operasi
5. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
6. Anjurkan
meningkatkan
asupan cairan

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
imunisasi, jika
perlu
3 Hipervolemia Keseimbangan Cairan Dukungan Ventilasi
(D.0022) (L.05020) (I.01002)
Setelah dilakukan asuhan Definisi :
keperawatan 3x24 jam Memfasilitasi dalam
diharapakan keseimbangan memepertahankan
cairan meningkat dengan pernapasan spontan
kriteria hasil; untuk memaksimalkan
1. Asupan cairan pertukaran gas di paru-
memingkat paru
2. Keluaran urin
meningkat Tindakan:
3. Kelembeban
membram mukosa Observasi:
meningkat 1. Identifikasi
4. Asupan makanan adanya kelainan
meningkat otot bantu napas
2. Identifikasi efek
perubahan posisi
terhadap status
pernapasan
3. Monitor status
respirasi dan
status oksigenasi
(mis. Frekuensi
dan kedalaman
napas,
penggunaan otot
bantu napas,
bunyi napas
tambahan,
saturasi oksigen)

Terapeutik:
1. Pertahankan
kepatenan jalan
napas
2. Berikan posisi
semi fowler atau
fowler
3. Fasilitasi
mengubah posisi
senyaman
mungkin
4. Berikan
oksigenasi sesuai
kebutuhan (mis.
Nasal kanul,
masker wajah,
masker
rebreathing atau
non rebreathing.
5. Gunakan beg-
valve mask, jika
perlu

Edukasi:
1. Ajarkan
melakukan teknik
relaksasi napas
dalam
2. Ajarkan
mengubah posisi
secara mandiri
3. Ajarkan teknik
batuk efektif

Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian
bronchodilator,
jika perlu
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Sindrom nefrotik adalah kerusakan pada ginjal yang menyebabkan kadar protein di
dalam urine meningkat. Tingginya kadar protein tersebut disebabkan oleh kebocoran
pada bagian ginjal yang berfungsi menyaring darah.
Sistem perkemihan merupakan sistem pengeluaran zat-zat metabolisme tubuh yang
tidak berguna lagi bagi tubuh yang harus dikeluarkan (dieleminasi) dari dalam tubuh
karena dapat menjadi racun. Gangguan saluran kemih adalah gangguan dari kandung
kemih atau uretra.

B. Saran
Dalam melakukan tulisan dan menjelaskannya kepada orang lain harus mudah
dimengerti sehingga tidak menimbulkan persepsi yang berbeda dari seharusnya.
Begitu juga dalam penulisan Asuhan keperawatan harus dapat dimengerti dan
menjelaskan secara lengkap apalagi menyangkut penyakit yang berbahaya. Tulisan
yang baik harus didasari atas kemampuan intelektual dan jiwa seni dalam menulis
sehingga pembaca dapat mengerti dari maksud dan tujuan. Semoga tulisan ini
bermanfaat bagi kita semua.

20
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2011. “Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2.” Salemba
Medika : Jakarta.
Johnson, Sindrom Steven, Muhammadiyah Kendal, and Sindrom Steven Johnson. 2018.
“Program Pendidikan Diploma Iii Kesehatan.”
Maharani, Linda Dwi. 2017. “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sindrom Nefrotik.”
Repository UMP, xxiii. http://repository.ump.ac.id/3917/3/LINDA DWI MAHARANI
BAB II.pdf.
Masjoer, Arif. 2010. “Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid II.” Media Aesculapius :
Jakarta.
Putra, Gilang Permana. 2020. “Studi Dokumentasi Hipervolemia Pada An. A Dengan
Nefrotik Sindrom (NS).” Akademi Keperawatan YKY Yogyakarta, 1–62.
http://repository.akperykyjogja.ac.id/281/1/KARYA TULIS ILMIAH GILANG
PERMANA PUTRA %28Repaired%29.pdf.
Suhanyanto, Toto. 2013. “Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan Sistem
Perkemihan.” Trans Info Media : Jakarta, 283.
Wahyuni, Betri. 2017. “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Sindroma Nefrotik Di
Ruangan Rawat Irna Kebidanan Dan Anak Rsup Dr. M. Djamil Padang.” Poltekkes
Kemenkes Padang, 48–51.

21

Anda mungkin juga menyukai