Anda di halaman 1dari 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN SINDROMA NEFROTIK

Pokok Bahasan : Sindroma Nefrotik


Sub Bahasan : Pengertian, Penyebab, Tanda dan Gejala, Patofisiologi, Pengobatan,
Pencegahan dan Komplikasi
Hari/Tanggal : Kamis/ 5 Oktober 2017
Waktu/Jam :
Tempat : Di Ruang Asoka (R.Anak) RSUD. Bangil
Sasaran : Keluarga Pasien

I. Tujuan Umum (TU)


Setelah diberikan penyuluhan diharapkan keluarga pasien dapat mengerti dan
memahami tentang Sindrom Nefrotik
II. Tujuan Khusus (TK)
1. Dapat mengetahui pengertian dari sindrom nefrotik.
2. Dapat mengetahui etiiologi dari sindrom nefrotik.
3. Dapat mengetahui patofisiologi dari sindrom nefrotik.
4. Dapat mengetahui tanda dan gejala dari sindrom nefrotik.
5. Dapat mengetahui pencegahan dari sindrom nefrotik.
6. Dapat mengetahui pengobatan dari sindrom nefrotik.
7. Dapat mengetahui komplikasi dari sindrom nefrotik.
III. Metode dan Teknik Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
IV. Media dan Alat Peraga
1. LCD
2. Leaflet
V. Kegiatan Penyuluhan
No Kegiatan Kegiatan Penyuluhan Peserta
1 Pembukaan a. Membuka kegiatan dengan a. Menjawab salam
(5 Menit) mengucap salam.
b. Memperkenalkan diri. b. Mendengarkan
c. Menjelaskan tujuan dari c. Memperhatikan
penyuluhan.
d. Kontrak waktu. d. Memperhatikan
e. Menyebut kanmateri yang e. Memperhatikan
akan diberikan.
f. Melakukanapersepsi f. Memperhatikan

2 Isi Memberi penjelasan tentang Peserta mendengarkan


(13Menit) Sindrom Nefritis mengenai: serta memperhatikan
a. Pengertian. penjelasan yang
b. Etiologi diberikan.
c. Tandadangejala
d. Pengobatan
e. Pencegahan
f. Komplikasi

3 Evaluasi a. Kesempatan peserta untuk a. Peserta bertanya


(7 Menit) bertanya.
b. Penyuluh bertanya pada b. Peserta menjawab
peserta

4 Terminasi a. Pembagian leaflet a. Menerima leaflet


(5 Menit) b. Kesimpulan b. Memperhatikan
c. Mengucap terimakasih ata c. Mendengarkan
sperhatian peserta
d. Mengucap salam penutup d. Menjawab salam
VI. Pengorganisasian
1. Moderator :
2. Penyaji :
3. Observer :
4. Fasilitator :

VII. Setting Tempat

Moderator
Penyaji

Fasilitator

Observer
VIII. Evaluasi
Setelah dilakukan ceramah di berikan dengan mengacu pada tujuan yang telah di
tetapkan kriteria evaluasi sebagai berikut :
1. Kriteria Struktur
1.1 Semua peserta penyuluhan hadir/ikut dalam kegiatan penyuluhan dengan jumlah
20 orang
1.2 Penyelenggara penyuluhan dilakukan di Ruang Asoka (R.Anak) di RSUD. Bangil
1.3 Tim pelaksana siap baik menyiapkan alat maupun kelengkapan lainnya, sehingga
kegiatan penyuluhan berjalan dengan lancar.
2. Kriteria Hasil
2.1 Seluruh materi sudah tersampaikan.
2.2 Peserta dapat mengerti tentang penyakit sindrom nefrotik.
2.3 Peserta dapat menyebutkan pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan,
pengobatan, dan komplikasi.
2.4 Peserta dapat menjawab pertanyaan dari pemateri tentang penyakit sindroma
nefrotik.

IX. Lampiran Materi


MATERI PENYULUHAN
SINDROM NEFROTIK

1. Definisi Sindrom Nefrotik


Sindrom Nefrotik adalah merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh
adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik; proteinuria,
hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan edema (Suriadi, 2006).
Sindrom Nefrotik adalah suatu sindroma yang ditandai dengan proteinuria,
hipoalbuminemia, hiperlipidemia, dan edema. Sindrom ini dapat terjadi karena adanya
faktor yang menyebabkan premeabilitas glomerulus (Hidayat, A.Aziz, 2011).

2. Etiologi
Penyebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, namun akhir-
akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi
antigen-antibodi. Berdasarkan etiologinya sindrom nefrotik dibagi menjadi 3 yaitu:
2.1 Primer/ Idiopatik
2.1.1 Yang berhubungan dengan kelainan primer glomerulus dengan sebab tidak
diketahui.
2.1.2 Banyak terjadi pada usia sekolah (74% pada usia 2 – 7 tahun).
2.1.3 Pria dan wanita 2 : 1.
2.1.4 Diawali dengan infeksi virus pada saluran nafas atas.
2.2 Sekunder
2.2.1 Disebabkan oleh kerusakan glomerulus (akut/kronik) karena penyakit
tertentu.
2.2.2 Karena infeksi, keganasan, obat-obtan, penyakit multisistem dan jaringan
ikat, reaksi alergi, bahan kimia, penyakit metabolik, penyakit kolagen, toksin,
transplantasi ginjal, trombosis vena renalis, stenosis arteri renalis, obesitas
masif, glomerulonefritis akut/kronis.
2.2.3 Banyak terjadi pada anak dengan penurunan daya tahan tubuh/ gangguan
imunitas, respon alergi, glomerulonefritis. Dikaitkan dengan respon imun
(abnormal immunoglobulin).
2.2.4 Pada orang dewasa SN skunder terbanyak disebabkan oleh dibetes melitus
2.3 Kongenital
2.3.1 Diturunkan sebagai resesif autosom atau karena reaksi fetomaterna
2.3.2 Herediter Resisten gen
2.3.3 Tidak resisten terhadap terapi malalui Transplantasi Ginjal
Beberapa penyakit yang dapat secara spesifik menyebabkan rusaknya
glomeruli ginjal dan sering mengakibatkan timbulnya proteinuria tentunya
mempercepat timbulnya Nefrotik syndrome:
a. Amiloidosis.
b. Congenital nephrosis.
c. Focal segmental glomerular sclerosis (FSGS).
d. Terjadi kerusakan pada jaringan glomeruli, sehingga merusak membran
pelindung protein.
e. Glomerulonephritis (GN).
f. IgA nephropathy (Berger's disease).
g. Minimal change disease (Nil's disease).
h. Pre-eclampsia
Terjadinya Sindroma Nefrotik juga tergantung usia kejadiannya:
a. Usia kurang dari 1 tahun
b. Usia kurang dari 15 tahun
c. Usia 15 sampai 40 tahun

3. Patofisiologi
Kondisi dari sindrom nefrotik adalah hilangnya plasma potein, terutama albumin
ke dalam urine. Meskipun hati mampu meningkatkan produksi albumin, namun organ
ini tidak mampu untuk terus mempertahankannya jika albumin terus-menerus hilang
melalui ginjal sehingga terjadi hipoalbuminemia.
Terjadinya penurunan tekanan onkotik menyebabkan edema generalisata akibat
cairan yang berpindah dari sistem vaskular ke dalam ruang cairan ekstraseluler.
Penurunan sirkulasi volume darah mengaktifkan sistem renin-angiotensin
menyebabkan retensi natrium dan edema lebih lanjut.
Manifestasi dari hilangnya protein dalam serum akan menstimulasi sintesis
lipoprotein di hati dan terjadi peningkatan konsentrasi lemak dalam darah
(hiperlipidemia).
Sindrom nefrotik dapat terjadi di hampir setiap penyakit renal intrinsik atau
sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini
dianggap menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang
dewasa termasuk lansia. Penyebab sindrom nefrotik mencakup glomerulonefritis
kronis, dibetes mellitus disertai glomerulosklerosis interkapiler, amiloidosis ginjal,
penyakit lupus erythematosus sistemik, dan trombosis vena renal.
Respons perubahan patologis pada glomerulus secara fungsional akan
memberikan berbagai masalah keperawatan pada pasien yang mengalami glomerulus
progresif cepat. (Arif Muttaqin, 2011).

4. DETEKSI DINI
4.1 Pembengkakan di bagian tubuh tertentu
Anak yang menderita sindrom nefrotik biasanya akan mengalami
pembengkakan (edema) di bagian kaki dan sekitar mata. Mata menjadi sembab dan
kaki membesar. Pembengkakan abnormal adalah pembengkakan yang tidak keras
melainkan lembek ketika kaki dipegang.
4.2 Kenaikan berat badan secara tiba-tiba
Anak juga akan mengalami kenaikan berat badan yang tidak normal. Namun,
kenaikan berat badan tersebut bukan disebabkan oleh nutrisi melainkan adanya
cairan yang menumpuk dalam tubuh.
4.3 Urin berbusa
Adanya kandungan protein yang tinggi pada urin menyebabkan urin yang
dikeluarkan anak menjadi berbusa. Waspadai gejala ini, karena urin berbusa adalah
indikator utama adanya masalah dalam ginjal.
4.4 Tidak nafsu makan
Gejala berikutnya ialah terganggunya nafsu makan anak. Seorang ibu harus
curiga ketika buah hatinya tidak mau makan karena bisa jadi anak menderita sakit
tertentu, misalnya sindrom nefrotik ini.

5. Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala yang muncul pada anak yang mengalami Sindrom nefrotik
adalah: (Ngastiyah, 2005)
5.1 Oedem umum ( anasarka ), terutama jelas pada muka dan jaringan periorbital.
5.2 Proteinuria dan albuminemia.
5.3 Hipoproteinemi dan albuminemia.
5.4 Hiperlipidemi khususnya hipercholedterolemi.
5.5 Lipid uria.
5.6 Mual, anoreksia, diare.
5.7 Anemia, pasien mengalami edema paru.

6. Pengobatan
6.1 Istirahat sampai edema tinggal sedikit
6.2 Makanan yang mengandung protein tinggi sebanyak 3 – 4 gram kgBB hari,
6.3 Bila edema tidak berkurang dengan pembatasan garam, dapat digunakan diuretik,
biasanya furosemid 1 mg kgBB/hari. Bergantung pada beratnya edema dan respon
pengobatan.
6.4 Dengan antibiotik bila ada infeksi

7. Pencegahan
Cara Pencegahan Sindrom Nefrotik yaitu dengan :
7.1 Imunisasi yang direkomendasikan adalah terhadap Streptococcus pneuminiae
7.2 Pemberian antibiotik
7.3 Mengontrol kondisi Nefrotik, mencegah asites, dan imunisasi

8. KOMPLIKASI
8.1 Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat
hipoalbuminemia.
8.2 Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang
menyebabkan hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
8.3 Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi
peninggian fibrinogen plasma.
8.4 Keseimbangan nitrogen menjadi pasif.
8.5 Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal
(Rauf, .2002 : .27-28).
REFERENSI

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Salemba
Medika.
Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba
Medika.
Suriadi .2006. Asuhan Keperawatan Anak Edisi 2. Jakarta: CV Sagung.
Sudoyo, Aru, Dkk. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Depertemen Ilmu penyakit Dalam
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai