A. Definisi
sering ditemui, dengan gejala rasa pusing berputar diikuti mual muntah dan keringat
dingin, yang dipicu oleh perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi tanpa adanya
B. Etiologi
otokonia kristal (kristal karbonat Ca yang biasanya tertanam di sakulus dan utrikulus).
menciptakan ilusi gerak. Batu-batu kecil yang terlepas (kupulolitiasis) didalam telinga
karbonat yang normalnya terikat pada kupula. Kupula menutupi makula, yang adalah
struktur padat dalam dinding dari dua kantong kantong (utrikulus dan sakulus) yang
membentuk vestibulum. Ketika batu-batu terlepas, mereka akan mengapung dalam kanal
telinga bagian dalam pasien pasien yang menderita BPPV memperlihatkan batu-batu
C. Klasifikasi
terjadi, dimana tercatat bahwa BPPV tipe ini 85 sampai 90% dari kasus BPPV.
Penyebab paling sering terjadi yaitu kanalitiasis. Hal ini dikarenakan debris
endolimfe yang terapung bebas cenderung jatuh ke kanal posterior karena kanal ini
adalah bagian vestibulum yang berada pada posisi yang paling bawah saat kepala
diperkenalkan oleh McClure tahun 1985 dengan karakteristik vertigo posisional yang
diikuti nistagmus horizontal berubah arah. Arah nistagmus horizontal yang terjadi
dapat berupa geotropik (arah gerakan fase cepat ke arah telinga di posisi bawah) atau
apogeotropik (arah gerakan fase cepat kearah telinga di posisi atas) selama kepala
dipalingkan ke salah satu sisi dalam posisi telentang. Nistagmus geotropik terjadi
karena adanya otokonia yang terlepas dari utrikulus dan masuk ke dalam lumen
terjadi karena otokonia yang terlepas dari utrikulus menempel pada kupula kanalis
Pada umumnya BPPV melibatkan kanalis posterior, tetapi beberapa tahun terakhir
terlihat peningkatan laporan insiden BPPV kanalis horizontal. Pasien dengan keluhan
dan gejala yang sesuai dengan BPPV, namun tidak sesuai dengan kriteria diagnostik
BPPV kanalis posterior harus dicurigai sebagai BPPV kanalis horizontal (Edward dan
Roza, 2014).
Alasan terlepasnya kristal kalsium dari makula belum diketahui secara pasti.
Debris kalsium sendiri dapat pecah karena beberapa penyebab seperti trauma atupun
infeksi virus, tapi pada banyak keadaan dapat terjadi tanpa didahului trauma atau
penyakit lainnya. Mungkin dapat juga disebabkan oleh perubahan protein dan matriks
gelatin dari membrane otolith yang berhubungan dengan usia. Lepasnya otokonia dapat
juga sejalan dengan demineralisasi tulang pada umumnya (Purnamasari, 2013). Salah
satu faktor risiko yang berperan pada kejadian BPPV adalah hipertensi. Hipertensi adalah
suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik
lebih dari 90 mmHg (Anggraini et al., 2009). Hipertensi sendiri terbagi atas beberapa
kelompok menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII), yaitu:
Black, 2009)
primer atau esensial dan hipertensi sekunder. Menurut (Skuta et al., 2010) dalam (Eka,
2014), hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan
meliputi kurang lebih 90-95% dari seluruh penderita hipertensi. Sedangkan hipertensi
sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain atau kelainan organik
yang jelas diketahui dan meliputi 2-10% dari seluruh penderita hipertensi. Hipertensi
primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus, tetapi disebabkan oleh berbagai
faktor yang saling berkaitan. Faktor-faktor tersebut meliputi pola hidup (merokok,
asupan garam berlebih, obesitas, aktivitas fisik, dan stress), faktor genetika dan usia,
angiotensin, dan aldosteron. Hipertensi sekunder disebabkan oleh faktor primer yang
diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat tertentu, stress akut, kerusakan
diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II memiliki peran utama dalam menaikkan
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa
haus. ADH sendiri diproduksi oleh hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur
osmolalitas dan volume urin. Ketika ADH meningkat, akan sedikit urin yang
diekskresikan ke luar tubuh, sehingga menjadi pekar dan tinggi osmolalitasnya. Sehingga
menarik cairan dari bagian intraseluler. Hal tersebut yang menyebabkan volume darah
Aksi kedua adalah stimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
adalah hormon steroid yang memiliki peran penting pada ginjal. Untuk mengatur volume
mereabsorbsi dari tubulus ginjal. Kenaikan konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali
dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang akan meningkatkan volume
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang kadang-
kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual, muntah, rasa
kepala berat, nafsu makan turun, lelah, lidah pucat dengan selaput putih lengket, nadi
lemah, puyeng (dizziness), nyeri kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata
merah, mudah tersinggung, gelisah, lidah merah dengan selaput tipis. Pasien Vertigo
akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu keadaan tertentu. Pasien akan
merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar jika akan ke tempat tidur, berguling
dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu
yang tinggi atau jika kepala digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung
5-10 detik. Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa
dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan
terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada hampir
sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti secara spontan
dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang dapat juga sampai
beberapa tahun.
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara spontan
setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak didapatkan kelainan
Uji posisi dapat membantu mendiagnosa vertigo, yang paling baik adalah dengan
melakukan manuver Hallpike : penderita duduk tegak, kepalanya dipegang pada kedua
sisi oleh pemeriksa, lalu kepala dijatuhkan mendadak sambil menengok ke satu sisi. Pada
1. Penderita vertigo akan merasakan sensasi gerakan seperti berputar, baik dirinya
a. Radiografi
Gambaran yang didapatkan tidak terlalu berguna untuk diagnosa rutin dari BPPV
karena BPPV sendiri tidak memiliki karakteristik tertentu dalam gambaran radiologi.
Tetapi radiografi ini memiliki peran dalam proses diagnosis jika gejala yang muncul
tidak khas, hasil yang diharapkan dari percobaan tidak sesuai, atau jika ada gejala
b. Vestibular Testing
BPPV kanalis, karena komponen torsional dari nistagmus tidak bisa diketahui dengan
horizontal, nistagmus hadir saat dilakukan tes. Tes vestibular ini mampu
memperlihatkan gejala yang tidak normal, yang berkaitan dengan BPPV, tetapi tidak
spesifik contohnya vestibular hypofunction (35% dari kasus BPPV) yang umumnya
c. Audiometric Testing
Tes ini tidak digunakan untuk mendiagnosa BPPV, tapi dapat memberikan
informasi tambahan dimana diagnosa klinis untuk vertigo masih belum jelas.
d. Pemeriksaan laboratorium rutin atas darah dan urin, dan pemeriksaan lain sesuai
indikasi.
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Beberapa terapi yang dapat diberikan adalah terapi dengan obat-obatan seperti :
1. Anti kolinergik
2. Simpatomimetika
Golongan antihistamin
- Terapi kausal
- Terapi simtomatik
- Terapi rehabilitatif
b. Penatalaksanaan Keperawatan
pandangan mata pada suatu obyek yang dekat, misalnya sebuah gambar atau jari
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi mental
4. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk mencegah
dehidrasi.
5. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular perifer akut
yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari pertama atau kedua.
Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat serangan berikutnya. Sisi
penting dari terapi pada kondisi ini adalah pernyataan yang meyakinkan pasien
lainnya adalah jinak dan dapat sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa
beberapa hari.
6. Latihan vestibular dapat dimulai beberapa hari setelah gejala akut mereda.
Latihan ini untuk rnemperkuat mekanisme kompensasi sistem saraf pusat untuk
partikel-partikel yang bergerak kembali ke posisi semula yaitu pada makula utrikulus.
untuk berbagai jenis BPPV. Keberhasilan dari tatalaksana sendiri bergantung pada
pemilihan pergerakan yang tepat dalam mengatasi BPPV. Beberapa penderita dapat
merasakan gejala-gejala seperti pusing, mual, berkeringat, dan muntah saat melakukan
pergerakan untuk terapi. Dalam kasus seperti ini, obat-obat penekan vestibulum dapat
digunakan sebagai tambahan yang tidak hanya meringankan vertigo yang muncul akibat
gerakan yang akan dilakukan tetapi juga mengatur gejala-gejala yang terjadi hingga
prosedur dapat dilakukan kembali. Obat-obat golongan terapi tersebut meliputi meclizin,
a. Manuver Epley
Manuver ini merupakan yang paling sering digunakan pada kanal vertikal.
Penderita berada dalam posisi tegak kemudian kepala menoleh ke sisi yang sakit.
sisi sebaliknya, dan posisi supinasi berubah menjadi lateral dekubitus dan dipertahan
b. Manuver Semont
Jika kanal posterior yang terkena, maka penderita didudukkan dalam posisi tegak,
kemudian kepala penderita dimiringkan 45 derajat berlawanan arah dengan bagian
yang sakit dan secara cepat bergerak ke posisi berbaring. Nistagmus dan vertigo
dapat diperhatikan. Dan posisi ini dipertahankan selama 1 sampai 3 menit. Setelah
itu pasien pindah ke posisi berbaring di sisi yang berlawanan tanpa berhenti saat
c. Manuver Lempert
Manuver ini biasa digunakan sebagai terapi dari BPPV kanalis horizontal. Pada
manuver ini penderita berguling 360 derajat, dimulai dari posisi supinasi lalu
menghadap 90 derajat berlawanan dari sisi yang sakit, posisi kepala dipertahankan,
penderita telah menghadap ke bawah dan badan dibalikkan lagi ke arah ventral
dekubitus. Kemudian kepala penderita diputar 90 derajat, dan tubuh berada pada
posisi lateral dekubitus. Secara bertahap, tubuh penderita kembali lagi dalam posisi
supinasi. Setiap langkah dilakukan selama 15 detik untuk migrasi lambat dari
adalah mepertahankan tekanan dari posisi lateral dekubitus pada telinga yang sakit
selama 12 jam.
e. Brandt-Daroff Exercises
terapi tambahan untuk pasien yang tetap simptomatik, bahkan setelah melakukan
H. Komplikasi
a. Canal Switch
lateral, dalam 6 sampai 7% dari kasus. Pada kasus ini, nistgamus yang bertorsional
b. Canalith Jam
beberapa gejala, seperti vertigo yang menetap, mual, muntah dan nistagmus.
Asuhan Keperwatan
1. Pengkajian
1.1 Biodata
klien dengan vertigo biasanya klien mengeluh pusing bila klien banyak
Q: Qualitas: Kualitas dari suatu keluhan atau penvakit yang dirasakan. Pada
2. Pemenuhan Kebutuhan
napsu makan, serta diet yang diberikan. Makanan yang mengandung kolesterol
tinggi, biasanya pada klien dengan vertigo terdapat mual-mual selama fase akut
Dikaji mengenai pola BAK dan BAB klien, pada BAK yang dikaji mengenai
frekuensi berkemih, jumlah, warna, bau serta keluhan saat berkemih, sedangkan
pada pola BAB yang dikaji mengenai frekuensi, konsistensi, warna dan bau serta
Dikaji pola tidur klien, mengenai waktu tidur, lama tidur, kebiasaan
mengantar tidur serta kesulitan dalam hal tidur. Biasanya klien dengan vertigo
akan mengalami gangguan istirahat tidur karena adanya nyeri kepala yang hebat.
2.4 Pola Aktivitas
Dikaji perubahan pola aktivitas klien, klien dengan vertigo akan merasa
paralisis serta merasa mudah lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala.
(mandi, oral hygiene, gunting kuku, keramas). Klien dengan vertigo akan
tergantung pada orang lain dalam memenuhi personal hygiene karena adanya
3. Pemeriksaan Fisik
kesadaran dimana klien sadar dapat terlihat linglung atau tidak dapat
terarah.
4. Dignosa Keperawatan
4.4 Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d hilangnya nafsu makan, mual dan
muntah
No Diagnosa Tujuan Intervensi Intervensi keperawatan
keperawatan
kulit, keletihan,
Kriteria hasil: malaise,sekresi, penampilan
klien infeksi
meningkatkan risiko
terhadap infeksi
benar
kontaminasi silang
berat badan
efektif daripada
ketidaknyamanan dengan
melakukan pengalihan
radio,dll
8. Observasi ketidaknyamanan
mengkomunikasikannya
secara efektif.
menginformasikan kepada
mengenai pengobatan
dikonsumsi, frekuensi
dll
c. Mempertahankan massa BB
penggunaan energi
DAFTAR PUSTAKA
Chobanian, AV., Bakris, GL., Black, HR., Cushman, WC., Green, LA., Izzo, JL. et al. 2009.
and Treatment of High Blood Pressure : The JNC 7 Report. JAMA, 289 : 2560-72
Edward Y., Roza Y., 2014. Diagnosis dan Tatalaksana Benign Paroxysmal Positional
Skuta GL. Cantor L.B Weiss Js, 2010, Basic and Clinical Science Course Glaukoma.