Anda di halaman 1dari 15

PBL KELOMPOK 1

“Pusing Berputar”

Maura Sonia Larasati (19.P1.0001)


Florentina Dewi P (19.P1.0009)
Rahel Ayu W (19.P1.0011)
Megi Juliantini (19.P1.0018)
Preancyvanie Hutomo Putri (19.P1.0020)
Daniel Aryo Wibowo (19.P1.0029)
Maria Goreti Sara Triwidianing (19.P1.0030)
Catharine Fabiola Samirahayu B (19.P1.0038)
Gloria Widya Pangesti (19.P1.0042)
 
SKENARIO

Seorang laki-laki, 39 tahun datang ke poliklinik THT-KL diantar oleh istrinya dengan keluhan rasa
berputar bila mengerakkan secara tiba-tiba kepala ke arah kanan, disertai mual, dan muntah, serta
keringat dingin pada saat pusing datang. Keluhan mendadak dan dirasakan sejak 1 hari sebelumnya.
Keluhan dirasakan terutama saat perubahan posisi. Awalnya pasien sedang tiduran di tempat tidur
kemudian pada saat pasien beralih ke posisi duduk tiba-tiba merasakan sensasi pusing berputar
selama ± 10 menit, lalu setelah diam beberapa lama pusing mulai berkurang hingga menghilang.
4 hari sebelum sakit pusing berputar, pasien mengalami demam, batuk dan pilek tetapi kemudian
merasa sembuh setelah minum parasetamol dan istirahat. Keluhan pendengaran berkurang, telinga
terasa penuh, disangkal. Pasien juga menyangkal pernah terbentur pada daerah kepala, kejang dan
juga menyangkal adanya pandangan ganda. Pasien tidak merokok dan tidakmengonsumsi alkohol.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit ini sebelumnya. Pasien memiliki riwayat Hipertensi (+)

1. Pemeriksaan Fisik
KU: baik, composmentis
TD : 150/90 mmHg ; HR: 88 x/min; RR: 22 x/min; suhu 37,0 C
2. Status lokalis:
Otoscopy
• Auris Sinistra auricular : dalam batas normal
• Canalis acusticus externus : dalam batas normal
• Membrane timpani : intak (+) retraction (-), reflex cahaya (+) normal, pergerakan MT (+)
• Auris Dekstra auricular : dalam batas normal
• Canalis acusticus externus : discharge (+) serous
• Membrane timpani : intak (+), retraction (-), reflex cahaya (+) normal, pergerakan MT (+)

Rhinoscopy
Anterior
• Hypertrophy konka inferior (-)
• Hyperaemic mucosal cavum nasi (-)
• Septum nasi dalam batas normal
• Nasal secret +/+
Posterior: belum dapat dinilai

Oropharyng
• Granulasi (-) at posterior pharyngeal wall, post nasal drip (-), tonsil T1-T1

3.Pemeriksaan Neurologis: tidak didapatakan tanda deficit neurologis

 
Terminologi

Membran timpani Pandangan ganda


Defisit neurologis
intak (Diplopia)

01 02 03
SKEMA

Laki-Laki Usia 39 Tahun, Keluhan :rasa berputar bila


mengerakkan secara tiba-tiba kepala ke arah kanan,
disertai mual, dan muntah, serta keringat dingin pada
saat pusing datang.

Diagnosis (Anamnesis,
Pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang)

Vertigo

Vestibuler Non Vestibuler

Vestibuler sentral Vestibuler Perifer

Benign Paroxysmal
Position Vertigo (BPPV)

Etiologi
Patofisiologi Komplikasi Faktor resiko Tatalaksana
Sasaran Belajar

1. Mengetahui dan memahami tanda dan


gejala vertigo sentral dan perifer.
2. Mengetahui dan memahami etiologi BPPV.
3. Mengetahui dan memahami patofisiologi
BPPV.
4. Mengetahui dan memahami diagnosis (PF
PowerPoint
Presentation
dan PP) BPPV.
5. Mengetahui dan memahami tatalaksana
(Farmakologis dan non farmakologis)
BPPV.
6. Mengetahui dan memahami komplikasi
BPPV.
7. Mengetahui dan memahami faktor resiko
BPPV.
Tanda Dan Gejala Vertigo Sentral Dan Perifer.

A. Vertigo Vestibuler Perifer


Vertigo jenis ini biasanya diikuti gejala-gejala seperti:
Pandangan mata gelap, rasa lelah dan stamina menurun ,
jantung berdebar, hilang keseimbangan, tidak mampu
berkonsentrasi , perasaan seperti mabuk, otot terasa sakit ,
mual dan muntah, daya pikir menurun, berkeringat

B. Vertigo Vestibuler Sentral


Penglihatan ganda (diplopia), sukar menelan, kelumpuhan otot-
otot wajah, sakit kepala yang berat, kesadaran terganggu,
tidak mampu berkata-kata, mual dan muntah, tubuh terasa
lemah
Etiologi BPPV

• Benign Paroxysmal Position Vertigo


( BPPV) terjadi akibat perpindahan • BPPV sekunder dan sering dikaitkan
kristal kalsium-karbonat atau otokonia dengan patologi yang mendasari,
pada kanalis semisirkularis berisi cairan seperti trauma kepala, neuronitis
di telinga bagian dalam. Otoconia ini vestibular, labirinitis, penyakit
berperan untuk berfungsinya utrikulus Meniere, migrain, iskemia, dan
membran otolitik dengan membantu penyebab iatrogenik. Penyebab
membelokkan sel-sel rambut di dalam paling umum dari BPPV sekunder
endolimfe, yang menyampaikan adalah cedera kepala, sebanyak 7%
perubahan posisi kepala, termasuk - 17% dari kasus BPPV
memiringkan, memutar, dan akselerasi
linier.
• Sekitar 50% - 70% kasus BPPV terjadi
tanpa penyebab yang dikenal sebagai
BPPV primer atau idiopatik.
Patofisiologi BPPV

• Benign Paroxysmal Positional Vertigo


disebabkan ketika otolith yang terdiri dari
kalsium karbonat yang berasal dari makula
lepas dan bergerak dalam lumen dari salah satu
kanal semisirkular.
• Kalsium karbonat dua kali lebih padat
dibandingkan endolimfe, sehingga bergerak
sebagai respon terhadap gravitasi dan
pergerakan akseleratif lain. Ketika kristal
kalsium karbonat bergerak dalam kanal
semisirkular (kanalitiasis), mereka
menyebabkan pergerakan endolimfe yang
menstimulasi ampula pada kanal yang terkena,
sehingga menyebabkan vertigo.
Diagnosis BPPV

Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

• Tes Dix- • Pemeriksaan


Hallpike2 laboratorium rutin
Anamnesis • Tes Kalori atas darah dan urin
• Tes Supine Roll4 • Foto Rontgen
tengkorak, leher,
Stenvers (pada
neurinoma akustik).
• EEG, EMG, BAEP.
• Pencitraan CT- scan
• MRI
Tatalaksana BPPV
a. Tatalaksana Farmakologi • Manuver Semont
• Benzodiazepines dapat mengurangi sensasi berputar
namun dapat mengganggu kompensasi sentral pada
kondisi vestibular perifer.
• Antihistamine mempunyai efek supresif pada pusat
muntah sehingga dapat mengurangi mual dan muntah
karena motion sickness.

b. Tatalaksana non Farmakologi


• Manuver Epley
• Manuver Lempert

• Forced Prolonged Position


• Brandt-Daroff exercise
Komplikasi BPPV

BPPV yang sudah ditangani dengan baik tidak


jauh dari kemungkinan kekambuhan. Pada tatalaksana
operasi telinga dalam dapat menimbulkan komplikasi
gangguan pendengaran. BPPV meningkatkan
tingginya resiko jatuh dan dapat menyebabkan
kecacatan atau fraktur hingga kematian. Komplikasi
BPPV berupa penurunan kualitas hidup akibat
keterbatasan mobilisasi, gangguan keseimbangan,
psikologis seperti cemas dan depresi, dan
ketidakmampuan untuk bekerja serta kekambuhan
saat berkendara dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan.
Faktor risiko BPPV

• Trauma pada kepala atau leher


• Riwayat infeksi telinga tengah
• Riwayat operasi stapedektomi
• Usia lanjut (>50 tahun ) -> proses
degenerasi sistem vestibuler telinga
• Infeksi virus yang mempengaruhi telinga
seperti vestibular neuritis dan Meniere
disease
• Perempuan > laki-laki karena abnormal
hormone metabolism di wanita post-
menopausal
KESIMPULAN
Seorang laki-laki, 39 tahun datang ke poliklinik THT-KL diantar oleh istrinya
dengan keluhan seperti pada skenario terdiagnosa Benign Paroxymal Position
Vertigo (BPPV) yang merupakan vertigo vestibuler perifer. Hal ini disebabkan
perpindahan kristal kalsium-karbonat pada kanalis semisirkularis berisi cairan di
telinga bagian dalam. Ketika kristal kalsium karbonat (otoconia) bergerak dalam
kanal semisirkular (kanalitiasis), menyebabkan pergerakan endolimfe yang
menstimulasi ampula pada kanal yang terkena. Pemeriksaan fisik yang dilakukan
yaitu : test dix-hallpike , test kalori , test supine roll. Sedangkan untuk
pemeriksaan penunjang yaitu : pemeriksaan labolatrium,rontgen,EEG,EMG,CT
Scan dan MRI . Tatalaksana yang dapat dilakukan secara farmakologis adalah
pemberian benzodiazepine dan antihistamin sedangkan nonfarmakologis yaitu
dengan manuver epley , manuver semont , lempert , forced prolonged position
dan brandt-daroff exercise . Terdapat beberapa komplikasi yaitu penurunan
kualitas hidup akibat keterbatasan mobilisasi, gangguan keseimbangan,
psikologis seperti cemas dan depresi. Untuk faktor resiko dari BPPV adalah
trauma pada kepala atau leher,riwayat infeksi telinga tengah ,riwayat operasi
stapedektomi,usia lanjut ,virus.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai