Anda di halaman 1dari 18

Pandagan Terkini mengenai Terapi Vertigo dan Pusing Kepala

Abstrak

Berdasarkan literatur terkini, terapi vertigo dan pusing kepala tergantung

pada asalnya. Perhatian tertarik pada penyebab paling umum dari vertigo dan

diagnosis banding awal antara vertigo sentral dan perifer. Terdapat tiga metode

utama pengobatan vertigo: farmakoterapi, rehabilitasi, dan terapi bedah.

Farmakoterapi dalam pengobatan vertigo memiliki peran terutama pada fase akut

serangan. Rehabilitasi adalah salah satu metode yang paling penting dari bantuan

kompensasi vestibular, direkomendasikan dalam terapi vertigo setelah resolusi

gejala akut pada kebanyakan kasus. Vertigo posisional paroksismal benigna

biasanya hilang setelah manuver reposisi seperti manuver Epley. Pada beberapa

diagnosis, seperti penyakit Ménière atau migrain terkait vertigo, diet yang tepat

dapat membantu untuk mencegah serangan. Pembedahan digunakan dalam

beberapa kasus di mana tidak ada perbaikan setelah farmakoterapi dan juga pada

lesi tumor, vaskular dan lesi spina servikal. Pada beberapa pasien dengan vertigo,

keberhasilan terapi bergantung pada kerja sama multidisiplin: ahli otolaringologi,

fisioterapis, internis, ahli bedah vaskular, ahli bedah saraf atau psikiater.

Kata kunci: Vertigo; Pusing; Terapi; Uji diagnostik

Pendahuluan

Data epidemiologi menunjukkan bahwa di antara semua pasien yang datang

ke Dokter Umum (GP), mereka yang menderita vertigo dan gangguan

keseimbangan bertanggung jawab atas 5-7% kasus. Mereka juga diperkirakan


sebanyak 10-12% dari pasien THT. Vertigo dapat timbul pada pasien pada segala

usia; Namun, menjadi keluhan yang lebih sering seiring bertambahnya usia pasien.

Di antara orang yang berusia di atas 65 tahun, vertigo merupakan urutan ketiga

sebagai penyebab paling umum kunjungan ke dokter.

Terapi yang efektif tergantung pada diagnosis yang akurat dari penyebab

keluhan, meskipun hal ini tidak mudah pada kasus vertigo. Langkah pertama dan

paling penting dalam diagnosa pasien dengan vertigo adalah wawancara medis

yang terarah, disertai dengan pertanyaan tentang penyakit dan pengobatan penyerta,

mendapatkan informasi tentang durasi dan frekuensi gejala, adanya faktor

pemicu/pereda, tanda yang menyertainya, mencari tahu sifat dari gejala yang

dilaporkan, namun tidak mengarahkan ke jawaban tertentu. Wawancara yang baik

dengan pasien akan membantu memperjelas dan merinci karakteristik keluhan

tersebut, yang seringkali berbeda antara pasien dan dokter, meskipun menggunakan

istilah yang sama. Dokter harus menentukan apakah pasien melaporkan vertigo,

pusing, kepala ringan atau presyncope.

Pada gangguan keseimbangan tipe vertigo, perasaan subjektif dari gerakan

mendominasi, paling umum berupa lingkungan yang berputar. Kondisi ini disertai

dengan mual, muntah, atau keringat mendadak.

Gangguan keseimbangan tipe vertigo harus dibedakan dari jenis lain,

seperti:

• Pusing (dizziness), yang berarti perasaan tidak stabil yang berhubungan

dengan gerakan (misalnya ketika duduk di atas bangku). Pusing sering


menyertai vertigo, tetapi bisa juga muncul secara tersendiri. Pusing dan

gangguan berjalan muncul di usia tua (disequilibrium-presbyastatis).

• Kepala ringan (lightheadedness) digambarkan sebagai stupor, penurunan

kesadaran, atau disorientasi.

• Presyncope adalah perasaan akan pingsan dengan pandangan gelap atau

telinga berdenging, tanpa kehilangan kesadaran.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Tacikowska dan Kubieczk-Jagielska,

50% gangguan keseimbangan disebabkan oleh patologi telinga bagian dalam, 5%

disebabkan oleh gangguan neurologis, 5% termasuk pusing ortostatik dan efek

samping obat, sekitar 15% disebabakan psikologis. dan psikiatris, dan sekitar 25%

dari vertigo dan etiologi pusing tidak diketahui [1]. Perlu diingat bahwa, terutama

pada orang tua, pusing/vertigo mungkin memiliki ciri-ciri yang bercampuran dan

beberapa dapat tumpang tindih.

Penyebab vertigo yang paling umum adalah vertigo posisional paroksismal

benigna, neuritis vestibular akut atau labyrinthitis, penyakit Ménière, migrain dan

migrain servikal, serta gangguan kecemasan. Penyebab yang kurang umum

termasuk iskemia vertebrobasilar, tumor telinga jinak atau ganas. Membedakan

antara vertigo perifer dan sentral biasanya dimungkinkan hanya setelah

pemeriksaan klinis pasien, sedangkan keputusan terapeutik dapat dibuat pada

langkah awal diagnostik. Pada kebanyakan kasus pasien dengan vertigo, diagnostik

klinis lanjutan tidak diperlukan, karena mereka dapat berhasil diobati pada tingkat

GP dengan hanya kontrol THT berkala. [1].


Fungsi Sistem Vestibular versus Vertigo

Gangguan keseimbangan tipe vertigo disebabkan disfungsi vestibular satu-

sisi akut dari karakter perifer (labirin telinga bagian dalam - reseptor vestibular,

nervus vestibular, dan ganglion vestibular) atau karakter sentral (nukleus vestibular

dari batang otak, pusat saraf lainnya dan jalur vestibular, bidang vestibular dalam

korteks serebral).

Hal ini berbeda dengan kasus tumor atau intoksikasi obat-obatan ototoksik

berkepanjangan. Gangguan fungsi sistem vestibular berlangsung lambat, bisa

unilateral, tetapi juga dapat bilateral. Keadaan seperti ini yang menyebabkan

kerusakan pada organ vestibular yang berlangsung lambat, simetris, kerusakan dua

sisi dari organ vestibular biasanya tidak menyebabkan gangguan keseimbangan tipe

vertigo. Pemeriksaan pasien dengan vertigo harus mencakup manuver Hallpike

untuk membedakan asal gejala apakah perifer atau sentral [2].

Diagnosis Vertigo

Dengan mempertimbangkan kemungkinan penyebab vertigo yang berbeda

(terutama pada pasien lansia), penegakkan diagnosis yang tepat bisa menjadi sulit.

Data yang dikumpulkan dalam anamnesis akan digunakan untuk melakukan

diagnosa banding yang tepat (Tabel 1) [3].

Penyebab Vertigo Durasi Gejala Gangguan Vertigo


Pendengaran Sentral/Perifer
BPPV Detik Tidak Perifer
Neuritis vestibular Hari Tidak Perifer
Fistula perilimfe Detik Ya Perifer
(PLF)
Penyakit Meniere Jam Ya Perifer
Konkusio labirin Hari Ya Perifer
Labirintitis Hari Ya Perifer
Neurioma akustik Bulan Ya Perifer
Penyebab iskemik Detik-jam Biasanya tidak Perifer atau sentral,
tergantung lokasi
iskemia
Migraine Jam Tidak Sentral
Kerusakan Bulan Tidak Sentral
serebellum/tumor
Sklerosis multipel Bulan Tidak Sentral
Tabel 1: Diagnosis Vertigo.

Pemeriksaan fisik harus meliputi otoskopi dan pemeriksaan nistagmus. Kita

juga harus melakukan pemeriksaan neurologis yang mudah yang dikenal sebagai

tes cerebellar - tes jari-ke-hidung, tes gerakan cepat untuk distaksia dan dismetria

(disdiadokokinesia) dan tes statis dan dinamis untuk menilai efisiensi postur dan

gaya berjalan (tes Romberg, tes melangkah Unterberger). Pada tes Romberg, pasien

berdiri dengan kaki berdekatan dan tungkai atas diulur. Kemudian pasien diamati

menjadi goyah dan arah insiden dapat terlihat. Pada tes Unterberger, pasien diminta

untuk berjalan di tempat dengan mata tertutup. Jika pasien berputar ke satu sisi ia

mungkin memiliki disfungsi vestibular di sisi tersebut, tetapi tes ini tidak boleh

digunakan untuk mendiagnosis lesi tanpa didukung tes lain.

Tes lain yang harus kita lakukan adalah pengukuran tekanan darah dan

denyut nadi pada posisi horizontal, posisi duduk dan berdiri (diagnostik untuk

hipotensi ortostatik).

Untuk membedakan antara vertigo perifer dan sentral, manuver Hallpike

harus dilakukan. Pemeriksaan dilakukan dengan gerakan cepat tubuh pasien, ketika

kepalanya dalam posisi "menggantung" yaitu 10 derajat deviasi dari vertikal. Tes

ini memicu vertigo atau nistagmus pada seseorang yang menderita BPPV.
Terjadinya vertigo dan nistagmus yang tertunda (2-40 detik), gejala berintensitas

tinggi, dan pemulihan cepat setelah sekitar 60 detik mengarah ke lokalisasi perifer

dari penyebab vertigo. Tidak ada penundaan pada terjadinya vertigo dan nistagmus,

intensitas gejala yang ringan, dan persistensi gejala di atas 1 menit menunjukkan

gangguan pusat.

Diagnosis vertigo sentral juga didukung dengan kesulitan berjalan dan

adanya defisit neurologis lain di luar gangguan keseimbangan. Hipoakusis atau

tinnitus menunjukkan vertigo perifer [4,5]. Dalam kasus seperti itu diagnosis

audiologis tambahan harus dilakukan – audiometri nada murni dan audiometri

impedansi, emisi otoakustik dan Brain Steam Evoked Response Audiometry

(BERA). Tes ini dapat menemukan lokasi gangguan pendengaran dan membantu

dalam diferensiasi lebih lanjut (misalnya neuroma akustik).

Adanya kecurigaan neuroma akustik harus dikonfirmasi dengan

pemeriksaan pencitraan Magnetic Resonance Imaging (MRI). MRI juga merupakan

metode yang direkomendasikan dalam diagnosis konflik nervovaskular, sklerosis

multipel, perubahan asal vaskular, meningen dan perubahan inflamasi otak dan

dalam evaluasi patologi spina servikal. Apabila terdapat patologi telinga

tengah/dalam (perubahan kongenital, inflamasi, neoplastik dan traumatik) –

Computer Tomography (CT) dari tulang temporal harus dipertimbangkan.

Kini lebih mudah untuk mengakses ke laboratorium otoneurologi yang

dilengkapi dengan tes khusus seperti Electronystagmography (ENG),

Videonystagmography (VNG), posturografi statis dan dinamis, Vestibular

Myogenic Evoked Potentials (VEMP).


ENG adalah studi objektif berdasarkan rekaman gerakan mata (nistagmus)

dengan menggunakan pengukuran potensi kornea-retina. Pemeriksaan terdiri dari 3

langkah dasar: evaluasi okulomotor, uji posisi, dan stimulasi kalori dari sistem

vestibular. Perbandingan hasil dari langkah-langkah penelitian berikut ini

membantu untuk menentukan apakah gangguan keseimbangan bersifat perifer

(vestibular) atau sentral. Untuk rincian pengamatan dan analisis gerakan mata ini,

digunakan Video Nystagmography (VNG), untuk mengamati nistagmus dengan

kamera video inframerah aktif yang sensitif [6].

Posturografi adalah tes Romberg yang obyektif. Tes ini mengevaluasi

refleks vestibulo-spinal, dengan registrasi Center of Gravity (COG) dari gerakan

tubuh. COG bergerak dari tubuh adalah refleksi dari kompensasi, gerakan postural,

dilakukan dalam posisi berdiri. Posturografi statis dilakukan dengan menempatkan

pasien dalam posisi berdiri pada platform instrumen tetap yang terhubung ke

detektor sensitif, yang mampu mendeteksi osilasi kecil tubuh. Posturografi dinamis

diberdakan dari posturografi statis secara umum dengan menggunakan apparatus

khusus dengan platform horisontal yang dapat digerakkan [6].

Suatu teknik baru yang memungkinkan menilai refleks vestibulo-spinal

adalah Vestibular Evoked Myogenic Potentials (VEMP). Tidak ada respon atau

latensi berkepanjangan pada VEMP menunjukkan kegagalan dalam refleks.

Rekaman VEMP yang salah kadang-kadang terlihat pada penyakit Meniere,

neuroma akustik, neuritis vestibular, kerusakan vestibulum ototoksik.

Terapi Vertigo
Farmakoterapi

Tidak ada obat ideal dalam pengobatan vertigo dan pusing. Farmakoterapi

dapat dibagi menjadi simtomatik dan kausal atau menjadi pengobatan vertigo

insidental dan kronis. Terapi simtomatik harus diterapkan hanya dalam kasus-kasus

serangan vertigo akut disertai dengan gejala vegetatif (fase syok vertigo) dan pasien

biasanya memerlukan rawat inap. Digunakan neuroleptik, anxiolitik dan

antihistamin generasi pertama, yang bekerja pada struktur di medulla, hipotalamus

dan sistem limbik untuk mengurangi gejala neurovegetatif (mual, muntah, jantung

berdebar, berkeringat, dan kecemasan). Neuroleptik meliputi klorpromazin

(Fenactil 25-50 mg setiap 6 jam), promazine (50 mg setiap 6-8 jam iv atau im),

thiethylperazine (Torecan 6.5 mg setiap 8 jam iv, im, sc atau pr). Obat-obatan ini

adalah anxiolitik ampuh karena efeknya pada reseptor dopamin (antagonis reseptor

D2) dalam sistem limbik, hipotalamus dan korteks. Selain itu mereka bekerja

sebagai antiemetik dan sedatif. Penting untuk mempertimbangkan terjadinya efek

samping dari neuroleptik, seperti kejang, diskinesia, aritmia jantung, dan hipotensi.

Oleh karena itu, penting untuk memilih rute pemberian obat yang tepat dan hati-

hati dalam mempertimbangkan pemberiannya terutama pada lansia [7-9].

Benzodiazepin adalah kelompok anxiolitik yang paling sering digunakan,

seperti diazepam (Relanium, Valium - 15-20 mg setiap 12 jam), dan jarang, bekerja

sama dengan ahli anestesi, midazolam (Dormicum). Efek samping, yang harus

diingat, adalah kemungkinan kecanduan cepat dan gangguan ingatan.

Antihistamin generasi pertama memiliki aktivitas antikolinergik,

memblokir reseptor muskarinik dan menghambat efek pada sistem saraf pusat. Di
antara mereka, dalam kasus syok vestibular, digunakan promethazine (Diphergan

50 mg setiap 12 jam iv atau im). Pada vertigo ringan dan motion sickness -

dimenhydrinate (Aviomarin), hydroxyzine dan clemastine dapat digunakan [8,9].

Dalam terapi simtomatik dari vertigo akut, prokinetik seperti

Metoclopramide (MTC) dapat digunakan, yang juga bekerja dengan blokade

reseptor Dopamin (D2) di sistem saraf pusat dan memiliki efek penenang dan

antiemetik, menghambat mual. Antiemetik lainnya adalah ondansetron (Atossa),

yang dikenal sebagai obat untuk muntah selama kemoterapi, yang memblokir

reseptor serotonin dalam sistem saraf pusat dan tidak memiliki efek sedatif.

Farmakoterapi kausal digunakan bila terdapat bukti kuat dari etiologi

vertigo. Kami menghadapi situasi seperti ini dalam kasus pasien dengan vertigo

yang didiagnosis sebagai komplikasi otitis media atau inflamasi telinga bagian

dalam, yang mana diberikan antibiotik.

Pengobatan kausal potensial yang digunakan dalam pengobatan vertigo

jangka panjang meliputi kelompok obat-obatan: vasodilator serebral seperti:

antagonis kalsium (sinarizin, flunarizin, nimodipin), turunan dari methylxanthines

(pentoxifylline- Trental, Polfilin, Pentohexal), derivat histamin (betahistine-

Betaserc, Histigen, Polvertic, Lavistina, Vestibo), alfa-bloker (nicergolina-

Sermion), obat antiplatelet, ekstrak Ginkgo biloba, dan juga obat-obatan

sitoprotektif, steroid dan diuretik [8]. Studi berskala besar yang membuktikan

keefektifan banyak obat di atas pada pasien dengan vertigo dan pusing masih

kurang dan obat-obatan ini seharusnya tidak diresepkan secara rutin kepada pasien
tersebut. Politerapi harus dihindari. Terapi kausal, terutama farmakoterapi jangka

panjang harus terindividualisasi sesuai dengan pasien.

Saat ini, peran penting dalam terapi vertigo kronis memiliki obat yang relatif

aman dari salah satu obat yang paling manjur, yaitu betahistin. Betahistin

memblokir reseptor histamin H3 presinaps dan menstimulasi lemah H1 postsinaps,

tetapi tidak menunjukkan afinitas yang signifikan untuk H2. Akibatnya, terjadi

peningkatan pelepasan histamin di ujung saraf. Obat ini memberikan efek relaksan

pada sfingter precapilar dalam mikrosirkulasi telinga bagian dalam, yang mengarah

ke peningkatan aliran darah stria vaskularis dari labirin. Obat ini menghambat

aktivitas neuron vestibular. Betahistine menurunkan frekuensi dan intensitas

vertigo dan tinnitus. Obat ini disetujui untuk pengobatan penyakit Meniere.

Terlebih, obat ini tidak menekan proses kompensasi [10]. Beberapa mengklaim

bahwa obat ini mempercepat efektivitas fisioterapi. Efek terapeutik yang optimal

hanya terlihat setelah beberapa bulan, sehingga dianjurkan untuk digunakan selama

2-3 bulan, 24 mg 2 kali sehari. Keuntungan lain dari betahistine adalah ia tidak

mengurangi aktivitas psikofisik pasien. Satu-satunya kontraindikasi terhadap

penggunaan betahistin adalah feokromositoma. Obat harus digunakan dengan hati-

hati pada pasien dengan asma, hipotensi berat dan ulkus peptikum.

Pada kasus terapi TIA- terapi antiplatellet direkomendasikan: asam

asetilsalisilat (Aspirin, Acard, Polocard 75-150 mg/hari), ticlopidine (Ticlo,

Aclotin, Ifapidin 500 mg/hari dalam 2 dosis terbagi), atau clopidogrel (Plavix,

Areplex, Trombex 75 mg/hari). Jika riwayat TIA cenderung berkembang menjadi

gangguan sirkulasi kronisbertebro-basilar, betahistin harus diinfuskan dalam dosis


2 × 24 mg/hari. Obat-obatan lain yang jarang digunakan adalah cinnaryzyna dan

flunarizine. Pengobatan sitoprotektif juga direkomendasikan pada insufisiensi

vertebro-basilar kronis: piracetam (Memotropil, Nootropil, Lucetam) - turunan dari

γ-aminobutyric acid (GABA) dalam dosis 3×800 mg/hari selama 8 minggu,

trimetazidine (Metazydyna, Preductal, Cyto-Protectin), ekstrak Ginkgo biloba

(Bilobil, Ginkofar). Terapi sitoprotektif mempengaruhi metabolisme energi dalam

sel-sel CNS, meningkatkan utilisasi oksigen dan glukosa, sintesis senyawa energi

tinggi, meningkatkan cadangan energi, mempercepat sintesis neurotransmiter,

meningkatkan metabolisme pada neuron CNS, terutama di lokasi dengan

penurunan aktivitas. Proses-proses ini bertanggung jawab untuk meningkatkan

fungsi CNS di tingkat atas, meningkatkan kognitif (belajar, memori, perhatian,

kesadaran), peningkatan aktivitas psikofisik. Akan tetapi, obat-obatan sitoprotektif

harus diresepkan secara wajar. Piracetam yang diberikan pada malam hari

menyebabkan kesulitan tidur. Obat ini dapat menyebabkan kejang, hiperkinesia,

penambahan berat, dan kegelisahan. Trimetazidine dapat menyebabkan atau

memperburuk gejala parkinsonian. Efek samping umum lainnya dari trimetazidine

adalah sakit perut, diare, gangguan pencernaan [8,9].

Pada presbiastasia - pusing terkait dengan usia yang lebih tua, dianjurkan

bagi pasien untuk berjalan dengan tongkat, kinesioterapi, dan dalam beberapa kasus

dianjurkan terapi ekstrak Ginkgo biloba dan betahistine [9]. Kelompok obat lain

yang digunakan pada pasien dengan vertigo adalah steroid, yang digunakan

misalnya pada neuritis vestibular, sklerosis multipel, dan kadang-kadang pada

penyakit Meniere [6].


Penyakit Ménière

Penyakit Ménière (hidrops endolimfatik dari labirin) ditandai dengan

vertigo, tinnitus, gangguan pendengaran berfluktuasi frekuensi rendah dan rasa

penuh di telinga. Pada penyakit ini ketidakseimbangan antara absorpsi dan sekresi

dan komposisi yang tidak tepat dari endolimfe menyebabkan peningkatan volume

endolimfe dan distensi labirin membranosa. Terapi harus mengarah pada penurunan

tekanan endolimfe. Penurunan gejala vertigo dapat dicapai dengan menerapkan diet

rendah garam (kurang dari 1-2 gram garam per 24 jam) dan diuretik (misalnya

hidroklorotiazid 25-50 mg setiap hari atau asetazolamide 500 mg setiap hari). Efek

dari terapi tersebut untuk gangguan pendengaran dan tinnitus secara signifikan

lebih kecil [11,12]. Di antara semua terapi obat yang digunakan dalam penyakit

Meniere dan disfungsi vestibular perifer lainnya, betahistine adalah yang paling

sering dipilih di Eropa. Setelah 40 tahun penggunaan klinis betahistine telah

terbukti efektif dalam penyakit Ménière. Keuntungan klinis utama dari betahistine

dibandingkan dengan banyak obat yang digunakan dalam bidang ini adalah

kurangnya sifat sedatif yang tidak mengganggu kompensasi vestibular. Rehabilitasi

juga memiliki perang penting dalam pengobatan penyakit [10]. Pada kecurigaan

penyebab imun dari penyakit Meniere (gejala bilateral), kortikosteroid dapat

digunakan (prednison dalam dosis oral 1 mg/kg/hari selama 5-10 hari) [8].

Migraine Associated Vertigo (MAV)

Data epidemiologis menunjukkan hubungan yang signifikan antara vertigo

dan migrain. Diagnosis vertigo yang dilakukan dengan baik berperan penting
karena dengan pengobatan yang tepat migrain dapat mereda lebih cepat daripada

setelah penerapan prosedur lain [13,14]. Terapi MAV primer dilakukan sebagai

terapi migrain. Terdapat tiga aspek utama dari pengobatan migrain: faktor pencetus,

kontrol gejala akut, dan pencegahan farmakologis. Rekomendasi harus mencakup

perubahan dalam kebiasaan makan, gaya hidup, melakukan latihan rehabilitasi

vestibular dan menggunakan terapi farmakologis. Perubahan dalam diet termasuk

pengurangan atau eliminasi aspartame, coklat, kafein dan alkohol. Obat-obatan

seperti triptans atau ergotamine lebih efektif jika digunakan pada awal serangan.

Terlalu sering menggunakan obat-obatan ini dapat menyebabkan sakit kepala, di

mana sakit kepala menjadi lebih parah dan lebih sering. Farmakoterapi digunakan

dalam pencegahan serangan migrain meliputi: linipertama-β-bloker: metoprolol

(50-100 mg/hari), flunarizin (5-10 mg/hari), antikonvulsan: asam valproat

(Depakine Chrono 500-800 mg 2 kali satu hari) dan topiramate (50-100 mg/hari,

mulai dari 12,5 mg), dan sebagai lini kedua-amitriptyline, venlafaxine, naproxen,

bisoprolol [15].

Dalam pengobatan vertigo yang terjadi antara serangan nyeri migrain dan

juga pada profilaksis, disarankan untuk menggunakan obat-obatan dari kelompok

antivertiginosa, contohnnya betahistin atau flunarizine dalam dosis biasa [9,16].

Vertigo Fisiologis

Motion sickness disebabkan dari berbagai informasi yang datang ke

reseptor: vestibulum, penglihatan, dan reseptor somatosensorik. Motion sickness

terjadi pada beberapa orang yang bepergian dengan berbagai sarana transportasi:
dengan mobil, kapal atau pesawat ketika potongan informasi yang kontradiktif

dihantarkan ke sistem saraf pusat, organ penglihatan, pusat vegetatif yang

mengganggu perasaan gerak. Obat simtomatik dan pelatihan yang sesuai (habituasi

dan adaptasi) memainkan peran utama dalam pengobatan [17].

Vertigo Psikogenik

Vertigo sering dikaitkan dengan gangguan kecemasan, neurosis atau

depresi. Terapi pasien ini membutuhkan perhatian seorang psikolog dan psikiater.

Apa yang harus diobati adalah penyakit yang mendasari, dengan menyingkirkan

penyebab perifer dari vertigo [18,19].

Latihan Rehabilitasi Vertigo

Latihan fisik telah digunakan dalam rehabilitasi vertigo selama lebih dari 60

tahun. Resolusi vertigo dan gangguan keseimbangan dalam kasus kerusakan organ

vestibular tergantung pada ekualisasi aktivitas bioelektrik antara dua vestibulum -

proses kompensasi. Sebagai akibat dari kerusakan vestibulum, terdapat kehilangan

suplai impuls unilateral dalam sistem saraf pusat atau terjadi distorsi impuls.

Kompensasi berarti penghambatan reaksi berlebihan dari vestibulum yang tidak

terpengaruh dan menstimulasi reaksi pada sisi yang cedera. Kinesiterapi dengan

latihan berulang membuat gambaran baru dari situasi vestibulum dalam sistem saraf

pusat sebagai hasil dari pembelajaran, mendapatkan informasi, dan mengingat.

Setelah menstabilkan pasien pada fase akut vertigo dengan farmakoterapi, terapi
yang menekan fungsi vestibulum harus dikurangi untuk memungkinkan habituasi

yang lebih cepat [20-22].

Benign Paroxysmal Positional Vertigo (BPPV)

Kondisi ini bukan merupakan gejala kompensasi vestibular yang tidak

sempurna, tetapi terjadi sebagai akibat kerusakan mekanis organ otolitik di telinga

bagian dalam. Vertigo biasanya bermanifestasi sendiri saat pasien memutar

kepalanya, menundukkan kepala ke bawah atau mengangkatnya. Fragmen dari

otolitit berkumpul di arkus dari kanalis semisirkularis posterior. Pada posisi kepala

tertentu, oleh gaya gravitasi, endapan fragmen-fragmen tersebut bergerak cepat di

endolimfe. Hal ini menyebabkan tarikan hidrodinamik pada cupula, deformasinya,

dan menyebabkan vertigo. Terapi farmakologi dalam hal ini tidak dianjurkan.

Namun, perbaikan dapat dicapai dengan memutar kepala pasien yang

memungkinkan pergerakan endapan melalui ujung non-cupula dari vestibulum.

Manuver Epley

Kepala pasien ditempatkan di posisi standar Hallpike, dengan sedikit miring

ke belakang dan menoleh 45 derajat. Posisi ini menyebabkan pergerakan fragmen

otolit di kanal sehingga mengurangi vertigo. Pasien tetap dalam posisi ini selama 3

menit. Setelah itu, kepala pasien diputar perlahan 90 derajat ke arah telinga yang

berlawanan, sehingga menciptakan sudut 45 derajat dengan bidang vertikal. Hal ini

menyebabkan endapan bergerak ke apertura non-cupular dari kanal. Setelah 3

menit, kepala bersama dengan trunkus diputar jauh ke telinga yang tidak
terpengaruh, sehingga wajah mengarah ke lantai pada 135 derajat terhadap bidang

vertikal. Deposit memasuki apertura kanal. Pasien kembali ke posisi duduk. Deposit

memasuki vestibulum [20]. Pasien harus tetap dalam posisi duduk selama beberapa

jam berikutnya untuk mencegah dislokasi lain dari deposit. Adanya stenosis arteri

karotis, penyakit jantung iskemik aktif atau mobilitas terbatas di spina servikal

dianggap sebagai kontraindikasi untuk metode ini [23]. Manuver reposisi

merupakan metode yang efektif dan mudah digunakan. Efikasi manuver Epley,

menurut berbagai sumber, mencapai dari 50 hingga 100% [24-26].

Terapi Pembedahan untuk Vertigo

Terapi bedah untuk vertigo dapat dibagi menjadi bedah telinga, bedah saraf

dan bedah angio. Pasien dapat memerlukan bedah telinga bila patologi yang

menyebabkan vertigo terdapat pada struktur telinga bagian dalam dan/atau tengah,

termasuk fistula, otosklerosis, inflamasi, perubahan traumatik dan proliferatif dan

juga pada penyakit Meniere. Tatalaksana tumor nervus auditorius tergantung pada

ukuran tumor, usia dan kondisi umum pasien. Pada pasien usia lanjut yang dibebani

dengan komorbiditas dengan risiko operasi yang tinggi, biasanya metode "wait and

scan" digunakan. Stereotactic radiosurgery dipilih pada pasien dengan tumor

dengan diameter lebih dari 3 cm. Untuk tumor yang lebih kecil, bedah mikro

dianggap metode yang paling aman. Berbagai akses operasi berikut dapat

digunakan: 1 - translabyrinithine - terutama digunakan oleh ahli otolaringologi, 2 -

- retrosigmoid (di bawah oksipital) - dilakukan terutama oleh ahli bedah saraf dan

digunakan juga untuk memotong saraf vestibular dan konflik vaskular-saraf yang
di sekitar sudut cerebellopontine, 3 - melalui fossa kranial tengah pada kasus

neuroma kecil. Kedua metode terakhir ini memungkinkan untuk menyelamatkan

pendengaran [9].

Terapi bedah saraf dipilih dalam lesi lain seperti hematoma, tumor, lesi

vaskular, patologi spina servikal (spondilopati servikal). Perhatian operasi vaskular

pada kasus-kasus tertentu dari patologi karotis [6]. Peristensi gejala penyakit

Meniere meskipun dengan farmakoterapi merupakan indikasi untuk perawatan

bedah. Yaitu: pemberian obat transtympanic di round window (gentamisin,

deksametason, lignocaine), pemasangan drain ventilasi di rongga timpani untuk

menggunakan sistem ekualisasi tekanan (Terapi Meniette- terapi micropressure),

operasi kantung endolimfa (insisi, dekompresi), membuat fistula endolimfa-

perilimfa (PLF) atau terapi yang menyebabkan kerusakan organ vestibular melalui

pembedahan (selective vestibular neurectomy, labirinektomi) atau secara kimia

(aminoglikosida). Pemilihan metode yang tepat sangat tergantung pada tingkat

gangguan pendengaran [6,27].

Ringkasan

Diagnosis dan terapi vertigo tetap menjadi tantangan bagi banyak dokter.

Dalam artikel ini, dijelaskan kajian pedoman literatur yang tersedia mengenai terapi

vertigo. Penting untuk diingat bahwa adanya kemungkinan untuk mencegah

serangan vertigo pada beberapa pasien. Rehabilitasi harus direkomendasikan pada

kebanyakan pasien baik pada gangguan keseimbangan perifer maupun pusat.

Penting untuk menekankan farmakoterapi rasional yang direncanakan dengan hati-


hati, menghindari polifarmasi, dan terindividualisasi sesuai dengan pasien.

Perbaikan pada pasien dengan gangguan keseimbangan setelah terapi tidak

membebaskan dokter dari menentukan penyebab gejala. Diperlukan kerjasama

interdisiplin pada kasus-kasus sulit dari gangguan keseimbangan.

Anda mungkin juga menyukai