VERTIGO
Laporan ini dibuat untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III
OLEH :
1811312011
DOSEN PEMBIMBING :
ESI AFRIYANTI, S.Kp.M.Kes
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2020
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Vertigo adalah halusinasi gerakan lingkungan sekitar serasa berputar
mengelilingi pasien atau pasien serasa berputar mengelilingi lingkungan sekitar.
Vertigo tidak selalu sama dengan dizziness. Dizziness adalah sebuah istilah non
spesifik yang dapat dikategorikan ke dalan 4 subtipe tergantung gejala yang
digambarkan oleh pasien. Dizziness dapat berupa vertigo, presinkop (perasaan
lemas disebabkan oleh berkurangnya perfusi cerebral), light-headness,
disequilibrium (perasaan goyang atau tidak seimbang ketika berdiri)
(Newell,2010).
Vertigo berasal dari bahasa Latin vertere yang artinya memutar merujuk
pada sensasi berputar sehingga mengganggu rasa keseimbangan seseorang,
umumnya disebabkan oleh gangguan pada sistim keseimbangan ( Labuguen,
2006).
Vertigo adalah keluhan yang sering dijumpai dalam praktek yang
digambarkan sebagai rasa berputar, pening, takstabil (giddiness, unsteadiness)
atau pusing (dizziness). Vertigo dapat dianggap sebagai suatu perasaan hilang
keseimbangan, yang disebabkan karena alat keseimbangan tidak dapat
memelihara keseimbangan tubuh (Mardjono, 2009).
B. ETIOLOGI
Vertigo merupakan suatu gejala,sederet penyebabnya antara lain akibat
kecelakaan,stres, gangguan pada telinga bagian dalam, obat-obatan, terlalu
sedikit atau banyak aliran darah ke otak dan lain-lain. Tubuh merasakan posisi
dan mengendalikan keseimbangan melalui organ keseimbangan yang terdapat di
telinga bagian dalam. Organ ini memiliki saraf yang berhubungan dengan area
tertentu di otak. Vertigo bisa disebabkan oleh kelainan di dalam telinga, di dalam
2
saraf yang menghubungkan telinga dengan otak dan di dalam otaknya sendiri
(Mardjono, 2008).
Keseimbangan dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi
tentang posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata.
Penyebab umum dari vertigo (Marril KA,2012):
Obat-obatan : alkohol, gentamisin.
Kelainan telinga : endapan kalsium pada salah satu kanalis semisirkularis
di dalam telinga bagian dalam yang menyebabkan benign paroxysmal
positional
vertigo, infeksi telinga bagian dalam karena bakteri, labirintis, penyakit
maniere,
peradangan saraf vestibuler, herpes zoster.
Kelainan Neurologis : Tumor otak, tumor yang menekan saraf vestibularis,
sklerosis multipel, dan patah tulang otak yang disertai cedera pada labirin,
persyarafannya atau keduanya.
Kelainan sirkulasi : Gangguan fungsi otak sementara karena berkurangnya
aliran darah ke salah satu bagian otak ( transient ischemic attack ) pada
arteri vertebral dan arteri basiler.
Penyebab vertigo dapat berasal dari perifer yaitu dari organ vestibuler
sampai ke inti nervus VIII sedangkan kelainan sentral dari inti nervus VIII
sampai ke korteks. Berbagai penyakit atau kelainan dapat menyebabkan vertigo.
Beberapa obat ototoksik dapat menyebabkan vertigo yang disertai tinitus
dan hilangnya pendengaran.Obat-obat itu antara lain aminoglikosid, diuretik
loop, antiinflamasi nonsteroid, derivat kina atau antineoplasitik yang
mengandung platina. Streptomisin lebih bersifat vestibulotoksik, demikian juga
gentamisin; sedangkan kanamisin, amikasin dan netilmisin lebih bersifat
ototoksik. Antimikroba lain yang dikaitkan dengan gejala vestibuler antara lain
sulfonamid, asam nalidiksat, metronidaziol dan minosiklin. Terapi berupa
penghentian obat bersangkutan dan terapi fisik, penggunaan obat supresan
vestibuler tidak dianjurkan karena jusrtru menghambat pemulihan fungsi
3
vestibluer. Obat penyekat alfa adrenergik, vasodilator dan antiparkinson dapat
menimbulkan keluhan rasa melayang yang dapat dikacaukan dengan vertigo.
C. MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada klien dengan vertigo yaitu Perasaan berputar yang
kadang-kadang disertai gejala sehubungan dengan reak dan lembab yaitu mual,
muntah, rasa kepala berat, nafsu makan turun, lelah, puyeng (dizziness), nyeri
kepala, penglihatan kabur, tinitus, mulut pahit, mata merah, mudah tersinggung,
gelisah, lidah merah dengan selaput tipis.
Pasien Vertigo akan mengeluh jika posisi kepala berubah pada suatu
keadaan tertentu. Pasien akan merasa berputar atau merasa sekelilingnya berputar
jika akan ke tempat tidur, berguling dari satu sisi ke sisi lainnya, bangkit dari
tempat tidur di pagi hari, mencapai sesuatu yang tinggi atau jika kepala
digerakkan ke belakang. Biasanya vertigo hanya berlangsung 5-10 detik.
Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita
biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan
tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan vertigo. Vertigo tidak akan
terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa ekstensi, pada
hampir sebagian besar pasien, vertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti
secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang-kadang
dapat juga sampai beberapa tahun.
Pada anamnesis, pasien mengeluhkan kepala terasa pusing berputar pada
perubahan posisi kepala dengan posisi tertentu. Secara klinis vertigo terjadi pada
perubahan posisi kepala dan akan berkurang serta akhirnya berhenti secara
spontan setelah beberapa waktu. Pada pemeriksaan THT secara umum tidak
didapatkan kelainan berarti, dan pada uji kalori tidak ada paresis kanal.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
4
Pemeriksaan penunjang pada vertigo meliputi tes audiometric, vestibular
testing, evalusi laboratories dan evalusi radiologis, Tes audiologik tidak selalu
diperlukan. Tes ini diperlukan jika pasien mengeluhkan gangguan pendengaran.
Namun jika diagnosis tidak jelas maka dapat dilakukan audiometric pada semua
pasien meskipun tidak mengelhkan gangguan pendengaran (Chain,2009).
Vestibular testing tidak dilakukan pada semau pasieen dengan keluhan dizziness .
Vestibular testing membantu jika tidak ditemukan sebab yang jelas. Pemeriksaan
laboratories meliputi pemeriksaan elekrolit, gula darah, funsi thyroid dapat
menentukan etiologi vertigo pada kurang dari 1 persen pasien (Chain,2009).
5
demikian selama 20-30 detik. Harus dipastikan bahwa penderita tidak
dapat menentukan posisinya (misalnya dengan bantuan titik cahaya
atau suara tertentu). Pada kelainan vestibuler hanya pada mata tertutup
badan penderita akan bergoyang menjauhi garis tengah kemudian
kembali lagi, pada mata terbuka badan penderita tetap tegak.
Sedangkan pada kelainan serebeler badan penderita akan bergoyang
baik pada mata terbuka maupun pada mata tertutup.
2. Tandem Gait
penderita berjalan lurus dengan tumit kaki kiri/kanan diletakkan pada
ujung jari kaki kanan/kiri ganti berganti. Pada kelainan vestibuler
perjalanannya akan menyimpang, dan pada kelainan serebeler
penderita akan cenderung jatuh.
3. Unterberger's stepping test (Pasien disuruh untuk berjalan spot dengan
mata tertutup – jika pasien berputar ke salah satu sisi maka pasien
memilki lesi labirin pada sisi tersebut) (Neuhausen,2009).
Berdiri dengan kedua lengan lurus horisontal ke depan dan jalan di
tempat dengan mengangkat lutut setinggi mungkin selama satu menit.
Pada kelainan vestibuler posisi penderita akan menyimpang/berputar
ke arah lesi dengan gerakan seperti orang melempar cakram; kepala
dan badan berputar ke arah lesi, kedua lengan bergerak ke arah lesi
dengan lengan pada sisi lesi turun dan yang lainnya naik. Keadaan ini
disertai nistagmus dengan fase lambat ke arah lesi.
6
4. Past-pointing test (Uji Tunjuk Barany)
E. PENATALAKSANAN
1. PENATALAKSANAAN MEDIS
Medikasi
Karena penyebab vertigo beragam, sementara penderita seringkali
merasa sangat terganggu dengan keluhan vertigo tersebut, seringkali
menggunakan pengobatan simptomatik. Lamanya pengobatan bervariasi.
Sebagian besar kasus terapi dapat dihentikan setelah beberapa minggu.
Beberapa golongan yang sering digunakan :
Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti vertigo.
Antihistamin yang dapat meredakan vertigo seperti obat
dimenhidrinat, difenhidramin, meksilin, siklisin. Antihistamin yang
mempunyai anti vertigo juga memiliki aktivitas anti-kholinergik di
7
susunan saraf pusat. Mungkin sifat anti-kholinergik ini ada kaitannya
dengan kemampuannya sebagai obat antivertigo. Efek samping yang
umum dijumpai ialah sedasi (mengantuk). Pada penderita vertigo yang
berat efek samping ini memberikan dampak yang positif.
Betahistin
Senyawa Betahistin (suatu analog histamin) yang dapat meningkatkan
sirkulasi di telinga dalam, dapat diberikan untuk mengatasi gejala
vertigo. Efek samping Betahistin ialah gangguan di lambung, rasa
enek, dan sesekali “rash” di kulit.
- Betahistin Mesylate (Merislon)
Dengan dosis 6 mg (1 tablet) – 12 mg, 3 kali sehari per oral.
- Betahistin di Hcl (Betaserc)
Dengan dosis 8 mg (1 tablet), 3 kali sehari. Maksimum 6 tablet
dibagi dalam beberapa dosis.
Dimenhidrinat (Dramamine)
Lama kerja obat ini ialah 4 – 6 jam. Dapat diberi per oral atau
parenteral (suntikan intramuscular dan intravena). Dapat diberikan
dengan dosis 25 mg – 50 mg (1 tablet), 4 kali sehari. Efek samping
ialah mengantuk.
Difhenhidramin Hcl (Benadryl)
Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg
(1 kapsul) – 50 mg, 4 kali sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping mengantuk.
Antagonis kalsium
Dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo. Obat antagonis
kalsium Cinnarizine (Stugeron) dan Flunarizine (Sibelium) sering
digunakan. Merupakan obat supresan vestibular karena sel rambut
vestibular mengandung banyak terowongan kalsium. Namun,
antagonis kalsium sering mempunyai khasiat lain seperti anti
8
kholinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini
berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
Cinnarizine (Stugerone)
Mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Dapat mengurangi
respons terhadap akselerasi angular dan linier. Dosis biasanya ialah 15
– 30 mg, 3 kali sehari atau 1 x 75 mg sehari. Efek samping ialah rasa
mengantuk (sedasi), rasa cape, diare atau konstipasi, mulut rasa kering
dan “rash” di kulit.
Fenotiazine
Kelompok obat ini banyak mempunyai sifat anti emetik (anti
muntah). Namun tidak semua mempunyai sifat anti vertigo.
Khlorpromazine (Largactil) dan Prokhlorperazine (Stemetil) sangat
efektif untuk nausea yang diakibatkan oleh bahan kimiawi namun
kurang berkhasiat terhadap vertigo.
Promethazine (Phenergan)
Merupakan golongan Fenotiazine yang paling efektif mengobati
vertigo. Lama aktivitas obat ini ialah 4 – 6 jam. Diberikan dengan
dosis 12,5 mg – 25 mg (1 draze), 4 kali sehari per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular atau intravena). Efek samping yang sering
dijumpai ialah sedasi (mengantuk), sedangkan efek samping
ekstrapiramidal lebih sedikit disbanding obat Fenotiazine lainnya.
Khlorpromazine (Largactil)
Dapat diberikan pada penderita dengan serangan vertigo yang
berat dan akut. Obat ini dapat diberikan per oral atau parenteral
(suntikan intramuscular atau intravena). Dosis yang lazim ialah 25 mg
(1 tablet) – 50 mg, 3 – 4 kali sehari. Efek samping ialah sedasi
(mengantuk).
Obat simpatomimetik
9
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Salah
satunya obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan
vertigo ialah efedrin.
Efedrin
Lama aktivitas ialah 4 – 6 jam. Dosis dapat diberikan 10 -25 mg, 4
kali sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi dengan
obat anti vertigo lainnya. Efek samping ialah insomnia, jantung
berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah – gugup.
Obat Penenang Minor
Dapat diberikan kepada penderita vertigo untuk mengurangi
kecemasan yang diderita yang sering menyertai gejala vertigo.efek
samping seperti mulut kering dan penglihatan menjadi kabur.
- Lorazepam
Dosis dapat diberikan 0,5 mg – 1 mg
- Diazepam
Dosis dapat diberikan 2 mg – 5 mg.
Obat Anti Kholinergik
Obat antikolinergik yang aktif di sentral dapat menekan aktivitas
sistem vestibular dan dapat mengurangi gejala vertigo.
- Skopolamin
Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau
efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin
ialah 0,3 mg – 0,6 mg, 3 – 4 kali sehari.
2. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN
a. Karena gerakan kepala memperhebat vertigo, pasien harus dibiarkan
berbaring diam dalam kamar gelap selama 1-2 hari pertama.
10
b. Fiksasi visual cenderung menghambat nistagmus dan mengurangi
perasaan subyektif vertigo pada pasien dengan gangguan vestibular
perifer, misalnya neuronitis vestibularis. Pasien dapat merasakan bahwa
dengan memfiksir pandangan mata pada suatu obyek yang dekat,
misalnya sebuah gambar atau jari yang direntangkan ke depan, temyata
lebih enak daripada berbaring dengan kedua mata ditutup.
c. Karena aktivitas intelektual atau konsentrasi mental dapat memudahkan
terjadinya vertigo, maka rasa tidak enak dapat diperkecil dengan relaksasi
mental disertai fiksasi visual yang kuat.
d. Bila mual dan muntah berat, cairan intravena harus diberikan untuk
mencegah dehidrasi.
e. Bila vertigo tidak hilang. Banyak pasien dengan gangguan vestibular
perifer akut yang belum dapat memperoleh perbaikan dramatis pada hari
pertama atau kedua. Pasien merasa sakit berat dan sangat takut mendapat
serangan berikutnya. Sisi penting dari terapi pada kondisi ini adalah
pernyataan yang meyakinkan pasien bahwa neuronitis vestibularis dan
sebagian besar gangguan vestibular akut lainnya adalah jinak dan dapat
sembuh. Dokter harus menjelaskan bahwa kemampuan otak untuk
beradaptasi akan membuat vertigo menghilang setelah beberapa hari.
F. KOMPLIKASI
Komplikasi penyakit vertigo biasanya adalah penyakit trauma telinga dan
labiriminitis,epidemic atau akibat otitis kronika. Vertigo juga dapatdisebabkan
karena penyakit pada saraf akustikus cerebrum atau system kardiovaskular.
G. WOC (terlampir)
11
H. ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
12
1) Identitas
Data klien, mencakup; nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama,
pekerjaan, suku bangsa, status perkawinan, alamat, diagnosa medis, No
RM/CM, tanggal masuk, tanggal kaji, dan ruangan tempat klien dirawat.
Data penanggung jawab, mencakup nama, umur, jenis kelamin, agama,
pekerjaan, suku bangsa, hubungan dengan klien dan alamat.
13
S: Severity :derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut. Pusing yang dirasakan seperti berputar dengan skala nyeri
(0-5)
T: Time : waktu dimana keluhan dirasakan, time juga menunjukan
lamanya atau kekerapan. Keluhan pusing pada klien dengan
vertigo dirasakan hilang timbul.
b) Pola nutrisi
- Mengkaji intake makanan dan cairan klien.
- Mengkaji gambaran komposisi makan.
- Mangkaji makanan kesukaan, pantangan atau alergi yang ada.
- Mengkaji apakah menggunakan suplemen makanan.
- Mengkaji apakah menggunakan obat diet tertentu.
- Mengkaji perubahan berat badan yang terjadi.
- Kaji adanya mual, muntah
14
c) Eliminasi
- Mengkaji pola miksi yang meliputi: frekuensi, warna, dan bau.
- Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine.
- Mengkaji apakah menggunakan alat bantu untuk berkemih.
- Mengkaji pola defekasi yang meliputi: frekuensi, warna,dan
karakteristiknya.
- Apakah menggunakan alat bantu untuk defekasi.
- Mengkaji pengeluaran melalui IWL .
- kaji adanya riwayat ISK kronis; Obstruksi sebelumnya (kalkulus).
Penurunan haluan urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat
BAK.Keinginan/dorongan ingin berkemih terus, oliguria, henaturia,
piuri atau perubahan pola berkemih.
d) Aktivitas/latihan
- Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah
pasien terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas, misalnya karena
penyakit yang kronis atau adanya cedera pada medula spinalis.
- klien dengan vertigo akan merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas
karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralisis serta merasa
mudah lelah, susah beristirahat karena nyeri kepala
15
- Biasanya klien dengan vertigo akan mengalami gangguan istirahat tidur
karena adanya nyeri kepala yang hebat
h) Peran – Hubungan
- Mengkaji pekerjaan klien.
- Apakah hubungan yang dijalin klien dengan rekan kerja, keluarga dan
lingkungan sekitar berjalan dengan baik.
- Apa yang menjadi peran klien dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana penyelesaian konflik dalam keluarga.
- Mengkaji bagaimana keadaan ekomoni klien.
- Apakah dalam lingkungan klien mengikuti kegiatan social.
- Biasanya klien dengan vertigo merasa terganggu dalam melaksanaan
tugas dan peran tersebut karena penyakitnya sekarang.
16
i) Seksualitas dan Reproduksi
- Mengkaji bagaimana hubungan klien dengan pasangan.
- Mengkaji apakah klien menggunakan alat bantu atau alat pelindung saat
melakukan hubungan seks.
- Mengkaji apakah terdapat kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan seks.
- Biasanya pada wanita, siklus menstruasinya tidak teratur, karena
terjadinya perdarahan.
k) Nilai- Kepercayaan
- Mengkaji agama klien.
- Sejauh mana ia taat pada agama yang ia anut.
- Mengkaji sejauh mana agama/ nilai yang ia percayai mempengaruhi
kehidupannya.
- Mengkaji apakah agama atau nilai kepercayaan merupakan hal yang
penting dalam kehidupan klien.
4) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Dikaji mengenai tingkat kesadaran. Klien dengan vertigo biasanya dalam
keadaan sadar, kadang tampak lemas.
Tingkat kesadaran
17
Compos mentis
Samnolen
Stupor
Apatis
18
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Tidak ada suara tambahan
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS 4 – 5
midclavicula
Perkusi : Pekak
Auskultasi : Irama teratur
2. Abdomen
a. Inspeksi : Tidak simetris, dan edema, striae
b. Palpasi : Nyeri tekan
c. Perkusi : Suara redup
d. Auskultasi : adanya Bising usus
3. Ekstremitas : adanya keterbatasan dalam beraktivitas atau tidak,
adanya kekakuan, adanya nyeri atau tidak pada seluruh bagian
ekstremitas.
Pada klien dengan vertigo biasanya ditemukan terjadinya
gangguan fungsi motoris yang dapat berakibat terjadinya mobilisasi,
pusing atau kerusakan pada motor neuron mengakibatkan perubahan
pada kekuatan otot tonus otot dan aktifitas reflek .
d) Data Penunjang
o Farmakoterafi
Dikaji obat yang diprogramkan serta jadwal pemberian obat
o Prosedur Diagnostik Medik
o Pemeriksaan Laboratorium
19
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul :
o Nyeri akut b.d agen cidera biologi
o Intoleransi aktivitas b.d imobilisasi
o Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan menelan makanan
o Defisiensi Pegetahuan b.d kurang pengetahuan
o Gangguan pola tidur b.d pola tidur tidak menyehatkan
20
dilaporkan - Gali bersama pasien factor-
Ekspresi nyeri faktor yang dapat menurunkan
wajah atau memperberat nyeri.
Panjangnya - Berikan informasi mengenai
episode nyeri nyeri, seperti penyebab
Mengeluarkan nyeri,berapa lama nyeri akan
keringat dirasakan, antisipasi dari
Tidak bisa ketidaknyamanan akibat
beristirahat prosedur.
- Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyeri dengan tepat.
b. Pemberian analgesik
Aktifitas :
- Tentukan lokasi,
karakteristik,mutu dan
intensitas nyeri sebelum
mengobati klien
- Periksa order medis untuk
obat , dosis dan frekuensi
yang diresepkan.
- Cek riwayat alergi obat
- Tentukan pilihan obat
analgesic.
- Monitor tanda vital sebelum
dan setelah memebrikan
obat analgesik
2. Intoleransi Setelah dilakukan tindakan a. Terapi aktivitas
keperawatan selama 1x24
aktivitas b.d Aktivitas :
jam, klien menunjukkan
- Pertimbangkan kemampuan
21
imobilisasi perbaikan pada : klien dalam berpartisipasi
- Toleransi terhadap
melalui aktivitas fisik
aktifitas
- Pertimbangkan komitmen
Indikator :
klien untuk meningkatkan
Saturasi oksigen
frekuensi dan jarak aktivitas.
dengan aktivitas
- Bantu pasien unutk
Frekuensi nadi
mengeksplorasikan tujuan
dengan aktivitas
personal dari aktivitas-
Frekuensi
aktivitas yang dilakukan.
pernapasan dengan
- Bantu klien unutk memilih
aktivitas
aktivitas dan pencapaian
Tekanan darah
tujuan melalui aktivitas yang
sistolik dengan
konsisten.
aktivitas
- Bantu klien unutk
Kemudahan
mengidentifikasi aktivitas
aktivitas hidup
yang diinginkan.
sehari-hari ( ADL )
- Bantu klien untuk
melakukan
mengidentifikasi aktivitas
Indikator :
Melakukan b. Manajemen energi
22
berkurang menggunakan kombinasi
antara farmakologi dan
kategori nonfarmakologi,
untuk ketepatan
- Tentukan apa dan berapa
banyak aktivitas yang
diperlukan untuk menjaga
ketahanan.
- Monitor intake nutrisi untuk
memastikan sumber energi
yang adekuat
- Monitor pasien untuk
menunjukkan fisik
berlebihan dan kelelahan
emosional
- Monitor respon aktivitas
kardiorespiratori (takikardi,
disritmia lainnya, dispnea,
diaphoresis, sianosis, TD,
frekuensi pernapasan)
- Monitor/catat pola tidur
pasien dan jumlah jam tidur
- Monitor lokasi dan dasar
dari ketidaknyamanan atau
nyeri selama
bergerak/aktivitas
- Kurangi ketidaknyamanan
fisik yang dapat
mengganggu dengan fungsi
kognitif dan monitor
23
diri/peraturan beraktifitas
24
dibutuhkan untuk memenuhi
persyaratan gizi.
- Berikan makanan pilihan
sambil menawarkan
bimbingan terhadap pilihan
yang lebih sehat , jika perlu
- Atur diet yang diperlukan
( yaitu , menyediakan
makanan berprotein tinggi,
menyarankan menggunakan
bumbu dan rempah-rempah
sebagai alternatif untuk
garam, menyediakan
pengganti gula ,
meningkatkan atau
menurunkan kalori,
menambah atau mengurangi
vitamin , mineral , atau
suplemen )
b. Terapi nutrisi
Aktivitas :
- Monitor intake
makanan/cairan dan
menghitung intake kalori
harian, jika diperlukan
- Monitor instruksi diet untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi
harian
- Menetapkan dalam
25
kolaborasi dengan ahli
diet,banyaknya kalori dan
tipe kebutuhan nutrisi untuk
memenuhi kebutuhan
nutrisi.
- Menentukan jimlah kalori
dan jenis zat makanan yang
diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi, ketika
berkolaborasi dengan ahli
gizi sesuai kebutuhan.
- Kaji referensi makanan
sesuai dengan budaya dan
agama
- Pilih suplemen nutrisi,
sesuai kebutuhan.
- Dorong pasien untuk
memilih makanan setengah
lunak, jika pasien
mengalami kesulitan
menelan karena menurunnya
jumlah saliva.
- Motivasi pasien untuk
mengkonsumsi makanan
yang tinggi kalsium, sesuai
kebutuhan.
4. Defisiensi Setelah dilakukan tindakan Pengajaran : Proses Penyakit
Pegetahuan keperawatan selama 1x24 Aktivitas :
b.d kurang jam, klien menunjukkan -Kaji tingkat pengetahuan pasien
pengetahuan terkait dengan proses penyakit yang
26
perbaikan pada : spesifik
Pengetahuan : Proses -Jelaskan patofisiologi penyakit dan
Penyakit bagaimana hubungannya dengan
Kriteria Hasil anatomi dan fisiologi, sesuai
- Karakter spesifik kebutuhan
penyakit (5) -Review pengetahuan klien
-Faktor-faktor penyebab mengenai kondisinya
dan faktor yang - Jelaskan tanda dan gejala umum
berkontribusi (5) penyakit, sesuai kebutuhan
-Faktor resiko (5) -Jelaskan mengenai proses
-Efek fisiologis penyakit penyakit, sesuai kebutuhan
(5) -Berikan informasi pada pasien
-Tanda dan gejala penyakit mengenai kondisinya, sesuai
(5) kebutuhan
-Proses perjalanan -Diskusikan perubahan gaya hidup
penyakit biasanya (5) yang mungkin diperlukan untuk
-Strategi untuk mencegah komplikasi di masa yang
meminimalkan akan datang dan/mengkontrol
perkembangan penyakit proses penyakit
(5) -Diskusikan pilihan terapi/
-Manfaat manajemen penanganan
penyakit (5) -Jelaskan alasan dibalik
-Sumber-sumber informasi manajemen/terapi/penanganan yang
penyakit spesifik yang direkomendasikan
terpercaya (5) -Edukasi pasien mengenai tindakan
mengkontrol/meminimalkan gejala,
sesuai kebutuhan
-Perkuat informasi yang diberikan
dengan anggota tim kesehatan lain,
27
sesuai kebutuhan
5. Gangguan Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur
pola tidur b.d keperawatan selama 1x24 1. Tentukan pola tidur/aktivitas
pola tidur jam, klien menunjukkan pasien
tidak perbaikan pada : 2. Perkirakan tidur/siklus bangun
menyehatkan Tidur pasien di dalam perawatan
Kriteria Hasil : perencanaan.
1. Jam tidur (5)
3. Tentukan efek obat (yang
2. Pola tidur (5)
dikonsumsi) pasien terhadap pola
3. Kualitas tidur (5)
tidur.
4. Efisiensi tidur (5)
4. Monitor/catat pola tidur pasien,
5. Tidur dari awal sampai
dan catat kondisi fisik.
habis di malam hari secara
5. Anjurkan psien untuk memantau
konsisten (5)
pola tidur.
6. Perasaan segar setelah
6. Dorong pasien untuk menetapkan
tidur (5)
rutinitas tidur untuk memfasilitasi
perpindahan dari terjaga menuju
hs
ghtidur.
7. Fasilitasi untuk mempertahankan
rutinitas waktu tidur pasien yang
biasa, tanda-tanda sebelum tidur.
8. Monitor makanan sebelum tidur
dan intake minuman dapat
memfasilitasi/ mengganggu tidur.
9. Ajarkan pasien bagaimana
melakukan relaksasi otot autogenic
atau bentuk nin-farmakologi lainnya
untuk memancing tidur.
10. Bantu meningkatkan jumlah jam
28
tidur, jika diperlukan.
11. Ajarkan pasien dan orang
terdekat mengenai factor yang
berkontribusi terjadinya gangguan
pola tidur.
DAFTAR PUSTAKA
29
Chain, TC.2009. Practical Neurology 3rd edition: Approach to the Patient with
Dizziness and Vertigo. Illnois:wolter kluwerlippincot William and wilkins)
Kovar, M, Jepson, T, Jones, S. 2006. Diagnosing and Treating: Benign Paroxysmal
Positional Vertigo in Journal Gerontological of Nursing. December:2006
Labuguen, RH. 2006. Initial Evaluation of Vertigo ini Journal American Family
Physician January 15, 2006 Volume 73, Number 2
Lempert, T, Neuhauser, H. 2009. Epidemiology of vertigo, migraine and vestibular
migraine in Journal Nerology
Mardjono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat; 2008
Sura, DJ, Newell, S. 2010. Vertigo- Diagnosis and management in primary care
Swartz, R, Longwell, P. 2005. Treatment of Vertigo in Journal of American Family
Physician
Turner, B, Lewis, NE. 2010. Symposium Neurology :Systematic Approach that
Needed for establish of Vetigo.
Herdman,T.H, Shigemi Kamitsuru. 2017. NANDA Internasional Diagnosis
Keperawata : Definisi dan Klasifikasi Edisi ke-11. Jakarta: EGC
30