Anda di halaman 1dari 7

Manifestasi Klinis

Selain kepala terasa berputar, vertigo juga dapat disertai dengan gejala lain, seperti:1

 Mual
 Muntah
 Pergerakan bola mata yang tidak normal (nistagmus)
 Berkeringat
 Hilangnya pendengaran
 Tinnitus

Pada dasarnya, vertigo perlu mendapatkan penanganan dengan segera. Jika tidak, kondisi
yang ada dapat memburuk dan membahayakan penderitanya. Dianjurkan untuk segera di
lakukan penanganan jika terdapat tanda atau gejala berupa:

 Anggota tubuh terasa lemah


 Penglihatan berbayang
 Kesulitan berbicara
 Pergerakan mata yang tidak normal
 Penurunan kesadaran
 Respon melambat
 Kesulitan berjalan
 Demam

Diagnosis

Diagnosis ditegakan dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis


biasanya ditanyakan kepada pasien apa yang menjadi pemicu timbulnya pusing berputar,
misalnya ketika menggerakan mata, kepala, atau ketika pasien berbaring pada posisi tertentu.
Selain itu akan dilakukan pengamatan pada pergerakan mata.2

Tes lain juga perlu dilakukan untuk mencari tahu penyabab kondisi ini. Tes tersebut
dapat berupa:

 Elektroensefalografi (EEG). Salah satu penyebab utama vertigo adalah adanya


gangguan pada otak. Tes ini menggunakan alat berupa piringan berukuran kecil yang
diletakkan di sekitar kepala (elektrode), yang berfungsi untuk mengamati aktivitas
listrik di dalam otak.
 Tes pendengaran. Dalam tes pendengaran, pasien akan diminta untuk mendengarkan
suara yang diputar pada earphone. Volume dan nada suara akan diatur berbeda-beda.
Tes pendengaran berfungsi untuk mendeteksi adanya gangguan pada telinga, yang
dapat menimbulkan gejala hilang pendengaran atau vertigo.
 Tes darah. Dokter akan mengukur jumlah sel darah merah dan putih dalam tubuh
pasien. Apabila jumlah sel darah tidak normal, hal itu dapat menandakan adanya
gangguan pada tubuh, seperti peradangan atau infeksi yang dapat menjadi penyebab
vertigo.
 Posturography. Tes ini menggunakan alat khusus, di mana pasien akan berdiri pada
alat tersebut, tanpa alas kaki, dan menggunakan perlengkapan keselamatan.
Selanjutnya, alat akan menjalankan sebuah simulasi untuk mendeteksi bagian tubuh
yang bermasalah, yang memicu timbulnya vertigo.
 Pemindaian. Pada kasus tertentu, dokter akan menyarankan CT scan atau MRI, guna
mendeteksi masalah pada otak.

Pemeriksaan fisik perlu dilakukan, khususnya untuk menemukan kemungkinan


vertigo sentral (contoh: penyakit serebrovaskular dengan ditemukannya fibrilasi atrium).
Pemeriksaan telinga dengan otoskop dan pendengaran juga perlu dilakukan untuk
menemukan ada tidaknya gangguan pada telinga secara umum. Adanya vesikel di sekitar
telinga dapat menjadi klu sindroma Ramsay-Hunt yang juga dapat menyebabkan vertigo.3

Pemeriksaan HINTS
Pemeriksaan fisik yang dapat mengarahkan diagnosis vertigo dapat diringkas dalam
mnemonik HINTS (head impulse, nystagmus, test of skew), yang memberikan nilai
informasi sebagai berikut:
 Head impulse, adalah pemeriksaan dengan melakukan gerakan tiba-tiba dan
menghentak posisi kepala. Pasien dengan posisi duduk tegak, mata terfiksasi pada
hidung pemeriksa, kemudian pemeriksa secara tiba-tiba menggeleng kepala pasien ke
kanan, kemudian balik ke posisi asal, ke kiri dan kemudian balik ke posisi asal. Hasil
yang positif, dimana mata gagal terfiksasi pada pandangan lurus ke depan,
memberikan hasil yang sugestif vertigo perifer. Sebaliknya, bila mata terfiksasi
(refleks vestibulo-koklear) maka memberikan hasil yang sugestif vertigo sentral.
 Nystagmus, tanpa menggerakkan kepala, pandangan pasien diminta untuk mengikuti
jari pemeriksa untuk melihat ke arah kanan dan kiri. Nilai ada tidaknya nistagmus
horizontal, vertikal, atau rotasional
 Test of skew, pada posisi duduk, mata kanan dan kiri pasien ditutup dan dibuka secara
bergantian. Pada saat mata dibuka setelah ditutup, bila timbul deviasi vertikal, maka
sugestif vertigo sentral.

Nistagmus
Nistagmus horizontal dan rotasional yang diperberat dengan adanya faktor
provokasi umumnya ditemukan pada vertigo perifer. Nistagmus murni (horizontal,
vertikal atau rotasional) yang menetap umumnya menjadi petunjuk adanya vertigo
sentral. Pemeriksaan dengan manuver Hallpike dapat dilakukan untuk menginduksi
dan melihat nistagmus yang timbul.3

Pemeriksaan Fisik untuk Gangguan Intrakranial


Defisit neurologis lain yang penting untuk diperiksa adalah pemeriksaan
neurologis untuk fungsi batang otak dan serebelum, untuk melihat kemungkinan
adanya gangguan intrakranial. Contoh: tes tunjuk-jari-ke-hidung, pemeriksaan
disdiadokinesia dan Romberg.3

Tatalaksana
Penatalaksanaan vertigo berbeda tergantung dari penyebab vertigonya. Walau
demikian, penanganan gejala vertigo pada umumnya dapat ditangani mengunakan
medikamentosa yang sama, yaitu betahistine atau dimenhydrinate. Terapi
nonmedikamentosa yang dapat dilakukan di antaranya adalah terapi rehabilitasi
vestibular dan pembedahan.
Medikamentosa
Medikamentosa utama untuk vertigo adalah betahistine yang digunakan untuk
menangani vertigo perifer. Obat lain yang dapat digunakan di antaranya
adalah metoclopramide, dimenhydrinate, ondansetron, prometazine, atau golongan
benzodiazepine seperti diazepam dan lorazepam. Vertigo terkait migraine dapat
ditangani dengan pemberian metoprolol, flunarizine, asam valproat, dan topiramat.
[19,23]
Pada vertigo yang disebabkan oleh stroke, medikamentosa untuk stroke juga harus
diberikan berupa pemberian alteplase intravena, aspirin, atau clopidogrel pada stroke
iskemik atau pemberian antihipertensi pada stroke hemorrhagik.
Betahistine

Betahistine merupakan obat yang umum digunakan untuk meredakan gejala


vertigo, bekerja dengan cara menyekat reseptor histamin H3 (presinaps) dan H2
(postsinaps, lemah). Betahistine dapat meningkatkan sirkulasi mikro darah ke telinga
dalam (labirin). Efek terapeutik yang optimal tercapai dalam jangka waktu panjang,
sehingga dosis pemberian betahistine direkomendasikan sebesar 24 mg, 2 kali sehari,
selama 2-3 bulan. Betahistine umum digunakan pada vertigo dengan penyebab di
perifer seperti penyakit Meniere dan benign paroxysmal positional vertigo (BPPV).

Nonmedikamentosa

Rehabilitasi vestibular untuk tata laksana vertigo kronis (gejala yang timbul
persisten lebih dari 1 bulan) direkomendasikan untuk mengurangi gejala vertigo.
Rehabilitasi vestibular dapat dilakukan untuk pasien dengan lesi vestibular stabil, lesi
perifer atau campuran dengan sentral, pasca trauma, psikogenik, BPPV dan untuk
orang tua dengan vertigo. Rehabilitasi dan latihan ini dapat dilakukan di rumah
sehari-hari dan memiliki prinsip dan tujuan untuk menstabilkan pandangan dan
postur, mengurangi vertigo dan meningkatkan aktivitas sehari-hari. Manuver reposisi
dapat dilakukan untuk BPPV. Pada BPPV kanal posterior dapat dilakukan manuver
Epley dan manuver Semont. Pada BPPV kanal lateral, dapat dilakukan manuver
Lampert roll dan manuver Gufoni. Manuver ini dilakukan untuk mengembalikan
debris pada endolimfe ke vestibular, dimana yang menjadi penyebab vertigo.5

Pembedahan

Tata laksana pembedahan dipertimbangkan pada BPPV kanal posterior yang


tidak membaik dengan manuver reposisi. Neurektomi dan pembedahan pada oklusi
kanalis semisirkularis dapat dilakukan untuk vertigo perifer yang tidak membaik.5
Komplikasi

Vertigo bisa menjadi pertanda penyakit yang serius, vertigo yang tidak segera
ditangani dapat mengakibatkan komplikasi yang serius dan kerusakan permanen. Itu
sebabnya, penting untuk mengetahui penyebab vertigo sehingga bisa segera mendapat
penanganan yang tepat. Beberapa komplikasi yang bisa disebabkan oleh vertigo
diantaranya:4

 Kegelisahan

 Kerusakan otak

 Depresi

 Kesulitan melakukan tugas sehari-hari

 Menurunnya kualitas hidup secara keseluruhan

 Terganggunya keseimbangan dan koordinasi tubuh

 Masalah saraf yang menyebabkan nyeri, mati rasa atau kesemutan

 Kelumpuhan

 Gangguan pendengaran permanen

 Hilangnya sensasi secara permanen

 Penyebaran kanker

 Penyebaran infeksi

 Cedera traumatis karena jatuh

 Tidak sadar dan koma

Prognosis
Prognosis vertigo bergantung pada penyebabnya. Vertigo perifer
seperti benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) memiliki prognosis yang relatif
lebih baik dibandingkan sentral.4

Daftar Pustaka

1. Kim BK. Prognosis of benign paroxysmal positioning vertigo: long term


outcome and its prognostic fators. Journal of the neurological sciences,
2013;333:e590
2. Benecke H, Agus S, Kuessner D, et al. The Burden and Impact of Vertigo:
Findings from the REVERT Patient Registry. Front Neurol. 2013; 4:136.
3. Brandt, T., 2005. Vertigo and Dizziness, Springer-Verlag Press, USA
Greenberg, M.S., 2001. Handbook of Neurosurgery, 5th edition. Thieme, New
York
4. Harsono, 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Edisi ketiga. Gadjah Mada
University Press, Jogjakarta
5. Kamper, L., Rybacki, K., Mansour, M., Winkler, S.B., Kempkes, U., Haage,
P., 2008. Time management in acute vertebrobasilar occlusion. Cardiovasc
Intervent Radiol. 2008;32(2):226- 232

Anda mungkin juga menyukai