Anda di halaman 1dari 8

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Problem-Based Learning 1: Diagnosis Vertigo

Nama : Yehezkiel Alexander Eduard George


NPM : 1706982954
Kelompok : KD-16

DIAGNOSIS VERTIGO
A. Pendahuluan
Seorang perempuan berusia 42 tahun dibawa ke poliklinik dengan keluhan pusing.
Pusing yang dialaminya berulang selama beberapa kali dan sudah dirasakan sejak 6 bulan lalu.
Selain itu, pasien juga mengalami mual, muntah, dan keringat dingin. Pasien didiagnosis vertigo
dan diberikan obat vertigo selama 1 minggu. Setelah itu, pasien tidak lagi mengalami pusing
berputar, tetapi ia merasa melayang atau bergoyang. Setelahnya, pasien kontrol kembali ke
dokter dan tetap disarankan untuk melanjutkan obatnya.
Gejala yang dialami pasien terus terjadi ketika pasien hendak bangun. Lalu, pasien
dianjurkan untuk tidak melanjutkan obat vertigo dan hanya mengonsumsinya ketika mengalami
serangan pusing berputar. Setelahnya pasien didiagnosis mengalami stroke dan memiliki
riwayat diabetes melitus selama 3 tahun. Gejala tersebut terus dialami pasien sehingga membuat
pasien merasa cemas.
Berdasarkan masalah pada pemicu tersebut, perlu dibahas mengenai prosedur diagnosis
untuk vertigo sehingga pasien dapat didiagnosis dan diberikan tata laksana yang tepat.
B. Isi
Vertigo adalah suatu sindrom yang banyak ditemui di masyarakat. Saat ini, vertigo
dikenal sebagai suatu gangguan yang terjadi pada indera pengarahan atau kelainan spasial
persepsi tubuh. Vertigo dapat timbul sebagai gejala utama atau gejala tambahan pada gannguan
yang terjadi pada telinga bagian dalam, seperti infeksi, barotrauma, atau fraktur tulang
pendengaran.1 Jadi, vertigo merupakan suatu gejala klinis bukan suatu penyakit.
Dalam mendiagnosis pasien, seorang dokter harus memahami mengenai vertigo itu
sendiri. Vertigo diartikan sebagai gejala yang dikeluhkan pasien secara subjektif. Sedangkan,

1
secara objektif, tanda yang ditemukan pada pasien adalah nistagmus. Oleh karena itu, diagnosis
vertigo akan melibatkan pemeriksaan nistagmus.2
Diagnosis vertigo dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang jika diperlukan. Dalam melakukan anamnesis, selain memerhatikan
identitas dan kondisi sosial pasien, seorang dokter juga harus berusaha mengetahui apakah
vertigo yang dialami oleh pasien bersifat sentral atau perifer. Terdapat beberapa perbedaan
gejala dan tanda klinis antara pasien dengan vertigo sentral dan vertigo perifer (Tabel 1).
Tabel 1. Perbedaan Klinis Vertigo Sentral dan Perifer2

Gejala dan Tanda Perifer Sentral


Gejala vertigo Berat Ringan
Mual dan muntah Berat Ringan
Gangguan pendengaran Sering Jarang
Defisit neurologis - Sering
Nistagmus Unidireksional Bidireksional, vertikal, rotatoar
Head impulse test Positif Negatif
Kompensasi Cepat Lambat

Selain itu, kita juga harus menanyakan durasi terjadinya vertigo. Durasi juga dapat
membantu kita membedakan penyebab vertigo (Tabel 2). Semakin panjang durasinya, maka
kemungkinan pasien mengalami vertigo sentral dan sebaliknya. Setelahnya, kita juga dapat
menanyakan faktor apa yang membuat serangan vertigo terjadi. Hal tersebut juga membantu
membedakan apa yang menybebabkan vertigo pada pasien (Tabel 3). Pada umumnya, vertigo
perifer lebih banyak dipicu oleh faktor yang bersifat tiba-tiba dibandingkan vertigo sentral.
Sebagai contoh, vertigo yang muncul karena perubahan posisi tiba-tiba kemungkinan besar
merupakan vertigo perifer.1,3
Setelahnya, kita juga perlu menanyakan tentang keparahan gejala yang dialami oleh
pasien. Sebagai contoh, vertigo yang disebabkan neuronitis akut memiliki gejala yang parah
pada hari pertama dan berkurang selama beberapa hari. Sedangkan, vertigo pada penyakit
Meniere, vertigo terasa parah dan semakin parah, baru setelahnya derajat keparahannya
berkurang.1,3 Pada BPPV, vertigo yang dialami memiliki intensitas yang berat.2,3

2
Tabel 2. Durasi Vertigo dan Diagnosis Suspeknya3

Tabel 3. Faktor Pemicu dan Diagnosis Suspeknya3

Penyebab vertigo juga dapat dibedakan dengan gejala asosiasi yang dialami pasien
(Tabel 4). Gejala asosiasi pada pasien vertigo adalah gangguan pendengaran, rasa nyeri, mual,
muntah, atau kelainan neurologis. Sebagian besar pasien vertigo yang disertai gangguan
pendengaran mengalami vertigo perifer. Jika vertigo berkaitan dengan gejala nyeri, maka
penyebabnya adalah suatu infeksi atau iritasi pada meningeal atau telinga tengah.1,3 Sedangkan,
pada penyakit Meniere dan BPPV, vertigo sering disertai rasa mual dan muntah.2,3
Pada anamnesis, seorang dokter juga harus menanyakan mengenai riwayat kesehatan
pasien. Hal yang perlu ditanyakan terkait pasien vertigo adalah pengobatan yang pernah
diterima, kondisi trauma sebelumnya, atau kondisi keracunan sebelumnya. Selain itu, juga

3
penting untuk menanyakan umur, penyakit lain yang dideritanya, ataupun riwayat penyakit pada
keluarga. Sebagai contoh, pasien dengan umur yang cukup tua dan memiliki riwayat diabetes
atau hipertensi memiliki risiko yang tinggi mengalami vertigo.3
Tabel 4. Gejala Asosiasi dan Diagnosis Suspeknya3

Tahapan selanjutnya adalah pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dilakukan berupa
pemeriksaan neurologis, pemeriksaan fisik leher-kepala, dan pemeriksaan kardiovaskular.
Pemeriksaan neurologis tidak sepenuhnya dilakukan pada diagnosis vertigo. Pemeriksaan
neurologis yang dilakukan adalah pemeriksaan kranial untuk menemukan gangguan
pendengaran, tanda kelumpuhan, dan nistagmus. Menurut penelitian, prosedur ini hanya
memiliki sensitivitas sebanyak 17 persen pada diagnosis vertigo. Pemeriksaan fisik leher-kepala
dapat dilakukan manuver Valsava untuk mengidentifikasi apakah adanya kerusakan kanalis
semisirkularis anterior. Pemeriksaan kardiovaskular yang dilakukan adalah pemeriksaan TD dan
nadi saat perubahan posisi untuk mengidentifikasi kelainan pada disfungsi otonom.3
Salah satu alat diagnosis yang sering dilakukan kepada pasien vertigo adalah maneuver
Dix-Hallpike. Jika pasien, memiliki hasil positif pada tes ini kemungkinan pasien mengalami
BPPV yang kemudian memperkuat hasil anamnesis dalam menegakkan diagnosis. Cara
melakukannya adalah pasien duduk tegak di atas tempat tidur, lalu kepalanya dirotasikan ke
salah satu sisi dengan sudut 45 derajat, kemudian pasien dibaringkan dengan kepala
menggantung di tepi tempat tidur dengan sudut 20 derajat terhadap bidang horizontal secara
cepat. Setelahnya, diperhatikan ada atau tidaknya nistagmus. Pada BPPV kanalis semisirkularis

4
posterior, didapatkan upward nistagmus dan nistagmus torsional yang muncul setelah 1-2 detik
dan baru menghilang dalam 60 detik.2,3

Gambar 1. Manuver Dix-Hallpike3

Pada BPPV kanalis semisirkularis horizontal dilakukan head-roll test atau log-roll test
dalam menegakkan diagnosis. Tes ini dilakukan dengan memutar kepala pasien sebanyak 90
derajat ke kiri lalu ke kanan dan akan didapatkan nistagmus horizontal. Jika nistagmus ke arah
bawah disebut nistagmus geotropik, sedangkan ke arah atas disebut nistagmus ageotropik.2,4

5
Gambar 2. Log-roll test4

Jika hasil anamnesis menunjukkan pasien mengalami vertigo sentral dan tidak
mengalami defisit neurologis, maka dilakukan tiga pemeriksaan HINTS, yaitu head impulse
test, nistagmus, dan test of skew. Pasien vertigo sentral akan menunjukkan hasil negatif pada
head impulse test, hasil positif pada test of skew, dan nistagmus bidireksional.2
Tahapan pemeriksaan penunjang pada pasien vertigo jarang dilakukan. Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan laboratorium yang sering digunakan untuk
pasien suspek penyakit Maniere dan pemeriksaan radiologi untuk pasien yang memiliki risiko
penyakit serebrovaskular dan kelainan neurologis yang parah.3
Pasien vertigo biasanya sudah dapat ditangani oleh dokter umum. Namun, jika diagnosis
vertigo belum jelas, pasien dapat dirujuk ke dokter spesialis THT, bedah KL, syaraf, dan bedah
syaraf yang ditentukan dengan memerhatikan masalah pasien pada proses penegakan diagnosis.3

6
Gambar 3. Algoritma Diagnosis Vertigo3

C. Penutup
Pasien vertigo didiagnosis melalui 3 proses diagnosis, yaitu anamnesis, pemeriksaan
fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pada anamnesis, dilakukan penggalian informasi terkait
gejala vertigo yang dialami oleh pasien, meliputi durasi, faktor pemicu, derajat keparahan, dan
gejala asosiasinya yang membantu kita untuk menentukan penyebab vertigo. Selanjutnya,
dilakukan penegakkan diagnosis melalui pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan berbagai
manuver. Pasien vertigo jarang membutuhkan pemeriksaan penunjang. Oleh karena itu, pasien
vertigo juga jarang dilakukan perujukan ke dokter spesialis. Proses diagnosis harus dilakukan
dengan benar agar dapat menemukan penyebab asli vertigo karena vertigo merupakan gejala
subjektif yang dialami oleh pasien. Diagnosis ini akan menentukan ketepatan tata laksana yang
diberikan ke pasien pada tahap selanjutnya.

Referensi
7
1. Walther LE. Current diagnostic procedures for diagnosing vertigo and dizziness. 2017;16:1–29.
2. Anindhita T, Wiratman W. Buku ajar neurologi. Jakarta: Departemen Neurologi FKUI; 2017.
3. Labuguen RH. Initial evaluation of vertigo. Am Fam Physician. 2006 Jan 15;73(2):244-251.
4. Edward Y, Roza Y. Laporan kasus diagnosis dan tatalaksana benign paroxysmal positional
vertigo (BPPV) horizontal berdasarkan head roll test. 2014;3(1):77–82.

Anda mungkin juga menyukai