Anda di halaman 1dari 46

BLOK VI : NEUROSENSORIS DAN INTEGUMENTUM

1. Pendahuluan
Blok akan dilaksanakan pada fase I semester II diselesaikan dalam 5 minggu,
dengan 4 minggu masa aktif dan 1 minggu masa ujian. Pada blok ini mahasiswa
akan belajar tentang dasar ilmu kedokteran yang terkait dengan systema
nervosum, organ sensoris, dan integumentum. Materi yang dibahas adalah
struktur systema nervosum centrale, struktur systema nervosum periphericum,
struktur organ sensoris, struktur integumentum, fisiologi organisasi sistem saraf ,
sel saraf, sensasi sensoris (mekanoreseptor dan nyeri), fisiologi batang otak,
korteks serebri, dan sistem saraf otonom, fisiologi indera khusus (pengecapan,
pendengaran, penglihatan, peraba, dan penghidu), fisiologi integumentum,
struktur, sifat dan fungsi senyawa di jaringan saraf (neurotransmitter), struktur
mikroskopik neuron, neuroglia, SSO (Sistem Saraf Otonom), SST (Sistem Saraf
Tepi), myelin, sinaps, dan reseptor kulit , Struktur mikroskopik mata, telinga,
pengecapan, dan penghidu, Struktur mikroskopik lapisan kulit, rambut, gld.
sudorifera & sebacea, proses kornifikasi, embriologi systema nervosum,
embriologi organ sensoris, embriologi integumentum, fisika optik, bioakustik, dan
biolistrik.
Untuk itu diperlukan pembelajaran keterampilan tentang pemeriksaan sensibilitas
dan refleks fisiologis, pemeriksaan visus dan buta warna, pemeriksaan saraf
cranialis, dan tes pendengaran (garpu tala). Mahasiswa juga akan mempelajari
sikap profesionalisme yang terkait dengan topik di atas.
Blok ini akan dipelajari dengan menggunakan strategi pembelajaran berupa
metode kuliah (lecture), praktikum, tutorial, dan skill lab.

2. Daftar Isi

3. Tujuan Blok
Pada akhir blok, mahasiswa kedokteran akan mampu:
- Menemukan tanda-tanda fisik yang berkaitan dengan sistem neurosensoris dan
integumentum
- Melakukan pemeriksaan laboratorium dasar yang berkaitan dengan sistem
neurosensoris dan integumentum
- Menjelaskan konsep dan prinsip ilmu biomedik baik secara molekular maupun
selular dalam pemahaman mekanisme normal sistem neurosensoris dan
integumentum:
Anatomi:
- Menjelaskan dan menunjukkan struktur systema nervosum centrale
- Menjelaskan dan menunjukkan struktur systema nervosum periphericum
- Menjelaskan dan menunjukkan struktur organ sensoris
- Menjelaskan struktur integumentum
Fisiologi:
- Menjelaskan fisiologi organisasi sistem saraf , sel saraf, sensasi sensoris
(mekanoreseptor dan nyeri)
- Menjelaskan fisiologi batang otak, korteks serebri, dan sistem saraf otonom
- Menjelaskan fisiologi indera khusus (pengecapan, pendengaran, penglihatan,
peraba, dan penghidu)
- Menjelaskan fisiologi integumentum

Biokimia:
- Menjelaskan struktur, sifat dan fungsi senyawa di jaringan saraf
(neurotransmitter)
Histologi:
- Menjelaskan dan menunjukkan struktur mikroskopik neuron, neuroglia, SSO
(Sistem Saraf Otonom), SST (Sistem Saraf Tepi), myelin, sinaps, dan reseptor
kulit
- Menjelaskan dan menunjukkan Struktur mikroskopik mata, telinga, dan
penghidu
- Menjelaskan dan menunjukkan Struktur mikroskopik lapisan kulit, rambut,
gld. sudorifera & sebacea
- Menjelaskan proses kornifikasi

Biologi:
- Menjelaskan embriologi systema nervosum
- Menjelaskan embriologi organ sensoris
- Menjelaskan embriologi integumentum

Fisika:
Menjelaskan fisika optik, bioakustik, dan biolistrik

Farmakologi:
Menjelaskan obat otonom

Etika:
Menerapkan kaidah dasar bioetika dan prima facie dalam penyelesaian kasus
hipotetik.

4. Topik yang Relevan


- Anatomi: systema nervosum, organ sensoris, dan integumentum
- Histologi: systema nervosum, organ sensoris, integumentum
- Biologi: Embriologi systema nervosum, organ sensoris, dan integumentum
- Fisiologi: Fisiologi sel saraf, sensasi sensoris (mekanoreseptor dan nyeri),
organisasi sistem saraf, fisiologi batang otak, korteks serebri, dan sistem saraf
otonom, indera khusus, dan integumentum
- Biokimia: struktur, sifat, dan fungsi senyawa di jaringan saraf (neurotransmitter)
- Fisika: Fisika optik, bioakustik (termasuk prinsip Doppler), dan biolistrik

5. Topik Tree
6. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan berupa:
- Kuliah (lecture) : 20 x pertemuan
- Tutorial : 4 x pertemuan
- Skill Lab : 4 x pertemuan
- Praktikum : 9 x pertemuan
- Mandiri
I. Kuliah:
1. Anatomi (3x50 menit)
- Systema nervosum centrale (1 x 50 menit)
- Systema nervosum periphericum (1 x 50 menit)
- Organ sensoris dan integumentum(1 x 50 menit)
2. Histologi (4x50 menit)
- Histologi jaringan saraf (1x50 menit)
- Histologi organ mata, telinga dan penghidu (2 x 50 menit)
-Histologi integumentum (1x50 menit)
3. Embriologi (3x50 menit)
- Systema nervosum (1x50 menit)
- organ sensoris(1x50 menit)
- integumentum(1x50 menit)
4. Fisiologi(5x50menit)
- Fungsi sel saraf (mekanisme potensial aksi) 1 x 50 menit
- Organisasi sistem saraf (fungsi) 1 x 50 menit
- Fungsi sistem saraf otonom 1 x 50 menit
- indera khusus dan integumentum (2 x 50 menit)
5. Biokimia (1x50 menit):
Senyawa di Jaringan Saraf (Neurotransmiter)
6. Fisika (2x50 menit)
-Bio-optik dan bioakustik (termasuk Doppler)
-Biolistrik
7. Farmakologi (1 x 50 menit)
- obat-obat otonom

II. Tutorial BBM:


1. Systema nervosum
2. Mata
3. Telinga
4. Integumentum
III. Skill lab:
- Pemeriksaan sensibilitas dan refleks fisiologis
- Pemeriksaan visus dan buta warna
- Pemeriksaan saraf cranialis
- Tes pendengaran (garpu tala)
IV. Praktikum:
- anatomi systema nervosum (3x150 menit)
1. Anatomi systema nervosum (2x)
2. Organ sensoris (1x)
- Fisiologi nyeri (1x150 menit)
- Histologi (3x150 menit)
1. Integumentum (1x)
2. Jaringan saraf (1x)
3. jaringan mata, telinga dan penghidu (1x)
- Biologi (1x150 menit): Embriologi systema nervosum
- Farmakologi (1x150 menit): Obat otonom
V. Mandiri

6. Sistem Penilaian
1. Formatif
a. Kehadiran:
1. Tutorial : 100%
2. Perkuliahan :80%
3. Praktikum : 100%
4. Skill lab : 100%
b. Penilaian tutorial:nilai cukup (>=60)
c. Praktikum: lulus ujian praktikum
d. Afektif skill lab: cukup (lihat penilaian sikap)
2. Sumatif
- Ujian tulis blok berupa soal MCQ (40%)
- OSCE (30%)
- Tutorial (knowledge) (20%)
- Tugas (10%).
Standard setting
Penilaian menggunakan sistem PAP, terdiri atas:
A = 80-100
B+ =75-79,99
B =70-74,99
C+ =65-69,99
C =60-64,99
D+ =55-59,99
D =50-54,99
E = 0-44,99
NBL blok: 60
NBL OSCE: 70
NBL ujian tulis: 60
Remediasi:
Jika nilai di bawah Nilai Batas Lulus (NBL) ujian tulis, dilakukan 1 kali remedial pada
minggu remedial pada akhir semester.apabila masih di bawah NBL, coba diremedial
tahap 2 pada akhir tahun (mirip seperti PAT). Jika masih gagal, maka harus mengulang
blok.
Blueprint Assessment

Bagian
Learning Jumlah Anatomi Fisika Farmakologi Histologi Fisiologi Biokimia biologi
Objective soal
Menjelaskan 5 5
struktur systema
nervosum
centrale
Menjelaskan 5 5
struktur systema
nervosum
periphericum
Menjelaskan 5 5
struktur organ
sensoris
Menjelaskan 5 5
struktur
integumentum
Menjelaskan 5 5
fisiologi
organisasi sistem
saraf , sel saraf,
sensasi sensoris
(mekanoreseptor
dan nyeri)

Menjelaskan 5 5 10
fisiologi batang
otak, korteks
serebri, dan
sistem saraf
otonom
Menjelaskan 5 5
fisiologi indera
khusus
(pengecapan,
pendengaran,
penglihatan,
peraba, dan
penghidu)
Menjelaskan 5 5
fisiologi
integumentum
Menjelaskan 5 5
struktur, sifat dan
fungsi senyawa di
jaringan saraf
(neurotransmitter
)
Menjelaskan dan 5 5
menunjukkan
struktur
mikroskopik
neuron,
neuroglia, SSO
(Sistem Saraf
Otonom), SST
(Sistem Saraf
Tepi), myelin,
sinaps, dan
reseptor kulit
Menjelaskan dan 5 5
menunjukkan
Struktur
mikroskopik
mata, telinga, dan
penghidu
Menjelaskan dan 5 5
menunjukkan
Struktur
mikroskopik
lapisan kulit,
rambut, gld.
sudorifera &
sebacea
Menjelaskan 5 5
proses kornifikasi
Menjelaskan 5 5
embriologi
systema
nervosum
Menjelaskan 5 5
embriologi organ
sensoris
Menjelaskan 5 5
embriologi
integumentum
Menjelaskan 10 10
fisika optik,
bioakustik, dan
biolistrik
Menjelaskan obat 10 10
otonom
Menerapkan
kaidah dasar
bioetika dan
prima facie dalam
penyelesaian
kasus hipotetik
Total 100 5 5 20 60 10

7. Tim Blok
Koordinator: Dr. Ahmad Husairi, M.Ag
Anggota:
- dr. H. Syamsul Arifin
- dr. Fahrurrazy, MKes
- dr. Edyson, M.Kes
- dr. Siti Kaidah
- dr. Husnul Khatimah

8. Daftar Kontributor blok


- Bagian Anatomi :
- Bagian Histologi: dr. Lena Rosida, MKes
- Bagian Fisiologi
- Bagian Biokimia
- Bagian Biologi
- Bagian Fisika
- Bagian Farmakologi
- Bagian Bioetika dan Hukum Kedokteran
9. Narasumber:
Sesuai isi materi dan nama dosen
10. Referensi
(dua pustaka utama tiap bagian)
1. Buku teks
Anatomi:
1. Burt AM 1993: Textbook of Neuroanatomy. WB Saunders Company,
Philadelphia
2. Drake RL, Vogl W, Mitchel AWM 2005: Gray’s Anatomy for Students.
Elsevier Churchill Livingstone, Philadelphia
3. Moore KL & Dalley AF 2006: Clinically Oriented Anatomy. Lippincott
William & Wilkins, Philadelphia
Histologi :
Junqueira LC, Carneiro J, and Kelly RO, 1992. Basic Histology 7th ed.
California : Appleton and Lande.
Leeson CR, Thomas SL, and Anthony AP, 1989. Buku Ajar Histologi (Text
Book of Histology). Penerjemah : S. Koesparti Sisworo dkk (Jan Tambajong
dan Sugito W. eds) Edisi V. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fisiologi:
1. Ganong
2. Guyton
Biokimia:
1. Biokimia Harper

Biologi:
1. Embriologi Langman
2. Moore KL: Embriologi
Fisika:
1. Fisika Kedokteran Gabriel
2.
Farmakologi:
1.
2.

2. Jurnal
1.
2.
3. CD software pembelajaran
4. Web/elctronic mail
5. Laboratory

11. Jadwal Kegiatan

Minggu I
MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
KE-

I Kuliah
08.00-09.00 Overview
Biologi/Embriologi
I (systema
nervosum)
09.00-10.00 BBM S1/T1 Kuliah Kuliah BBM S1/T2 Kuliah Histologi II
Anatomi II Histologi I (Mata, Telinga, dan
(SNP) (Jaringan Saraf) Penghidu)
10.00-11.00 BBM S1/T1 Kuliah Kuliah BBM S1/T2 Kuliah Histologi III
Anatomi III Histologi II (Mata, Telinga, dan
(organ sensoris (Integumentum) Penghidu)
dan
Integumentum)
11.00-12.00

12.00-13.00 Kuliah
Anatomi
I(SNC)
13.00-14.00 Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum
Anatomi Anatomi Anatomi Histologi
(SNC) (organ (Saraf)
sensoris)
14.00-15.00 Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum
Anatomi Anatomi Anatomi Histologi Histologi
(SNC) (Integumentum)
15.00-16.00 Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum
Anatomi Anatomi Anatomi Histologi Histologi
(SNC)
16.00-17.00 Praktikum
Histologi

Minggu II
MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
KE-

Kuliah Biologi II Kuliah Kuliah Fisiologi Kuliah non


08.00- blok
(Organ sensoris) Fisiologi I IV: indera
09.00
(Organisasi khusus dan
sistem saraf integumentum
(fungsi))
09.00- BBM S2/T1 Kuliah Biologi III Kuliah BBM Kuliah Fisiologi
10.00 S2/T2
(systema Fisiologi II: V: indera
Integumentum) Fungsi sel khusus dan
saraf integumentum
(mekanisme
potensial
aksi)
10.00- BBM S2/T1 Kuliah BBM Kuliah Biokimia
11.00 S2/T2
Fisiologi III: (neurotransmiter)
Fungsi
sistem saraf
otonom
11.00- Praktikum Biologi
12.00

12.00- Skills lab I Praktikum Biologi Skills


13.00
lab I
13.00- Skills lab I Praktikum Biologi Praktikum Skills
14.00
Histologi lab I
(Mata, telinga,
penghidu)
14.00- Skills lab I Praktikum Skills Praktikum
15.00
Histologi lab I Fisiologi
15.00- Praktikum Praktikum
16.00
Histologi Fisiologi
16.00- Praktikum
17.00
Fisiologi
17.00-
18.00

Minggu III
MINGGU KE- SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU

Kuliah Mandiri
08.00-09.00
Fisika I
(Biooptik,
bioakustik)
09.00-10.00 BBM S3/T1 Kuliah Kuliah BBM S3/T2 Mandiri
Farmakologi Fisika II
(obat (Biolistrik)
otonom)
10.00-11.00 BBM S3/T1 BBM S3/T2

11.00-12.00 Mandiri
12.00-13.00 Skills lab Mandiri Skills lab II
II
13.00-14.00 Skills lab Praktikum Skills lab II
II farmakologi
14.00-15.00 Skills lab Praktikum Skills lab II Ujian
II farmakologi praktikum
Anatomi
15.00-16.00 Praktikum Ujian
farmakologi praktikum
Anatomi
16.00-17.00 Ujian
praktikum
Anatomi

Minggu IV
MINGGU KE- SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU

Mandiri
08.00-09.00

09.00-10.00 BBM S4/T1 Mandiri Mandiri BBM S4/T2 Ujian


praktikum
Biologi
10.00-11.00 BBM S4/T1 Mandiri Mandiri BBM S4/T2 Ujian
praktikum
Biologi
11.00-12.00 Ujian
praktikum
Biologi
12.00-13.00 Skills lab Ujian Skills lab III
III praktikum
Histologi
13.00-14.00 Skills lab Remedial Skills lab III
III praktikum
Anatomi
14.00-15.00 Skills lab Remedial Skills lab III
III praktikum
Anatomi
15.00-16.00 Remedial
praktikum
Anatomi
17.00-18.00

Minggu V
MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
KE-

Ujian Teori
08.00-09.00 Blok
09.00-10.00 Temu Remedial Remedial Ujian Skill Lab Ujian Teori
pakar praktikum praktikum Blok
Histologi Biologi
10.00-11.00 Temu Remedial Ujian Skill Lab
pakar praktikum
Histologi
11.00-12.00 Remedial Ujian Skill Lab
praktikum
Histologi
12.00-13.00

13.00-14.00 Ujian Remedial


praktikum praktikum
Fisiologi Fisiologi
14.00-15.00

15.00-16.00

12. Evaluasi Blok


Blok dinyatakan berhasil apabila:
a. Kehadiran mahasiswa:
i. Kuliah : minimal 80%
ii. Tutorial, skills lab., praktikum : 100%
b. Kehadiran tutor, instruktur, dan narasumber: 100%
c. Tingkat kelulusan mahasiswa : 100%
d. Kualitas kelulusan : nilai blok 100% memenuhi NBL

11. Modul

Modul 1: Systema nervosum


1. Lerning objecive modul:
- Menjelaskan struktur systema nervosum centrale (anatomi)
- Menjelaskan struktur systema nervosum periphericum(anatomi)
- Menjelaskan fisiologi organisasi sistem saraf , sel saraf, sensasi sensoris
(mekanoreseptor dan nyeri) (fisiologi)
- Menjelaskan fisiologi batang otak, korteks serebri, dan sistem saraf
otonom(fisiologi)
- Menjelaskan struktur, sifat dan fungsi senyawa di jaringan saraf
(neurotransmitter) (biokimia)
- Menjelaskan struktur mikroskopik neuron, neuroglia, SSO (Sistem Saraf
Otonom), SST (Sistem Saraf Tepi), myelin, sinaps, dan reseptor kulit
(Histologi)
- Menjelaskan fisika biolistrik (fisika)

2. Skenario
Lenganku rasa kesetrum
Seorang mahasiswa kedokteran semester II menjadi heran setelah bagian dalam
ujung lengan atasnya terbentur benda keras. Dia merasakan sensasi seperti kesetrum
listrik yang menjalar sepanjang sisi dalam lengan bawah sampai telapak jari tangan IV
dan V. Beberapa menit kemudian, sensasi tersebut menjadi hilang.
3. Kata kunci : terbentur di bagian dalam ujung lengan
atas, sensasi seperti kesetrum listrik.
4. Pohon masalah

Anatomi Fisiologi
dan system
histology saraf
system
saraf

Neurotrans Fisika
miter biolistrik

5. Referensi:
1. Burt AM 1993: Textbook of Neuroanatomy. WB Saunders Company,
Philadelphia
2. Drake RL, Vogl W, Mitchel AWM 2005: Gray’s Anatomy for Students.
Elsevier Churchill Livingstone, Philadelphia
3. Moore KL & Dalley AF 2006: Clinically Oriented Anatomy. Lippincott
William & Wilkins, Philadelphia
4. .................

- OVERVIEW MASING-MASING TOPIK SESUAI DENGAN LEARNING


OBJECTIVE
ANATOMI SYSTEMA NERVOSUM
(kontributor: dr. Ahmad Husairi, MAg)
A. Pembagian Systema Nervosum
Systema nervosum secara anatomis dapat dibagi menjadi:
1. Systema nervosum centrale (SNC) atau Sistem Saraf Pusat (SSP), terdiri atas:
a. Encephalon (brain, otak)
b. Medulla spinalis (spinal cord)
2. Systema nervosum periphericum (SNP) atau Sistem Saraf Tepi (SST), terdiri atas:
a. Nervi craniales
b. Nervi spinales.
Systema nervosum secara fungsional dapat dibagi menjadi:

1. Systema nervosum autonomicum (SNA) atau Sistem Saraf Otonom (SSO), terdiri
atas:
a. Serabut saraf sympathis
b. Serabut saraf parasympathis
2. Systema nervosum somaticum atau Sistem Saraf Somatik.
Encephalon terletak di dalam dan hampir mengisi penuh cavitas cranii. Encephalon
berlanjut melalui foramen magnum menjadi medulla spinalis. Medulla spinalis
menempati tetapi tidak mengisi penuh canalis vertebralis. Serangkaian serabut saraf
muncul dari encephalon yang disebut nervi craniales dan biasanya berjumlah 12 pasang.
Tiga puluh satu pasang nervi spinales yang tersusun segmental muncul dari medulla
spinalis.

B. Systema Nervosum Centrale


Encephalon. Encephalon terdiri atas cerebrum (hemispherium cerebri),
cerebellum, dan truncus cerebri (truncus encephali). Cortex cerebri merupakan bagian
luar hemispherium cerebri dan tersusun dari substantia grissea, sedangkan bagian
dalamnya sebagian besar tersusun dari substantia alba. Substantia grissea sebagian besar
tersusun dari kumpulan badan sel saraf, sedangkan substantia alba sebagian besar
tersusun dari processus-prosessus atau serabut-serabut sel saraf.
Bagian dalam hemispherium cerebri (dan juga diencephalon), tidak hanya
mengandung substantia alba tetapi juga berisi massa substantia grissea yang berbatas
tegas yang disebut ganglia basalis. Ganglia basalis yang paling mencolok adalah nucleus
caudatus, nucleus lentiformis, dan thalamus.
Cortex cerebelli tersusun dari substantia grissea. Bagian dalam dari cerebellum
tersusun terutama dari substantia alba, tetapi juga mengandung nuclei dari substantia
grissea.
Truncus cerebri terdiri atas diencephalon, mesencephalon, pons, dan medulla
oblongata. Truncus cerebri mengandung nuclei dan massa substantia grissea yang difus
di bagian dalamnya. Ciri yang mencolok berupa campuran difus substantia laba dan
substantia grissea yang disebut formatio reticularis.
Bagian dalam encephalon juga mengandung rongga yang disebut ventriculi.
Ventriculi ini terisi dengan liqour cerebrospinalis.

Medulla spinalis. Medulla spinalis adalah massa jaringan saraf yang panjang,
hampir silinder, dan menempati sekitar 1/3 atas canalis vertebralis. Berbeda dengan
hemispherium cerebri, substantia grissea di medulla spinalis terletak di bagian dalam dan
substantia alba di bagian luar.
Sel-sel substantia grissea medulla spinalis meliputi:
1. Sel-sel motoris, axonnya keluar melalui radix ventralis dan menginnervasi otot
skelet
2. Sel-sel motoris, axonnya keluar melalui radix ventralis dan pergi ke ganglion
otonom
3. Sel-sel sensoris dan sel-sel intercalatus, berhubungan dengan mekanisme sensoris
dan mekanisme refleks.
Substantia alba mengandung tractus ascendens dan tractus descendens.
Meninx. Encephalon dan medulla spinalis dibungkus dan dilindungi oleh lapisan
jaringan non saraf yang disebut meninx. Meninx terdiri atas (dari luar ke dalam) dura
mater, arachnoidea mater, dan pia mater. Dura mater disebut pachymeninx.
Pachymeninx berasal dari bahasa Yunani yaitu pachys yang berarti tebal dan meninx
yang berarti membran. Arachnoidea mater dan pia mater disebut leptomeninx, berasal
dari kata leptos yang berarti tipis.
Dura mater adalah membran fibrosa yang kuat. Bagian cranial dura mater terletak
tepat internal dari tulang. Dura mater spinal terpisah dari tulang oleh celah yang disebut
spatium epidurale.
Arachnoidea mater adalah jaringan serabut-serabut retikuler yang halus.
Arachnoidea mater terpisah dengan dura mater oleh ruang yang disebut spatium
subdurale.
Pia mater adalah lapisan serabut-serabut elastis dan retikuler yang melekat erat ke
encephalon dan medulla spinalis. Ruang di antara arachnoidea mater dan pia mater
disebut spatium subarachnoidale. Spatium subarachnoidale berisi liqour cerebrospinalis.

C. Systema Nervosum Periphericum


Nervi craniales. Dua belas pasang nervi craniales merupakan nervi khusus yang
keluar dari encephalon. Tipe utama dan fungsi serabut-serabutnya diringkaskan di tabel 1.

Tabel 1. Komponen Utama dan Fungsi Nervi Craniales

Nervi Klasifikasi Fungsi Utama


I. N. olfactorius Special sensoris Penghiduan
II. N. opticus Special sensoris Penglihatan (visi)
III. N. oculomotorius Motoris Gerakan mata
Otonom Konstriksi pupil
IV. N. trochlearis Motoris Gerakan mata
V. N. trigeminus General sensoris Sensasi di kepala dan wajah
Motoris Gerakan rahang
VI. N. abduscen Motoris Gerakan mata
VII. N. facialis Special sensoris Pengecapan
Motoris Gerakan wajah
Otonom Sekresi air mata dan saliva
VIII. N. vestibulocochlearis
Pars cochlearis Special sensoris Pendengaran
Pars vestibularis Special sensoris Equilibrium
IX. N. glossopharyngeus Special sensoris Pengecapan
General sensoris Sensasi di pharynx
Otonom Gerakan pharynx
Visceral sensoris Refleks visceral
X. N. vagus Special sensoris Pengecapan
General sensoris Sensasi di pharynx, larynx, dan
tracheobronchial tree
Motoris Gerakan pharynx dan larynx
Otonom Gerakan dan sekresi viscera thoracis dan
viscera abdominis
Visceral sensoris Refleks visceral
XI. N. accessorius Motoris Gerakan pharynx, larynx, kepala, dan
bahu
XII. N. hypoglossus Motoris Gerakan lidah

Nervi spinales. Di setiap sisi medulla spinalis keluar serangkaian serabut saraf
yaitu radix dorsalis di bagian belakang dan radix ventralis di bagian depan. Selanjutnya,
radix dorsalis dan radix ventralis bergabung membentuk nervus spinalis. Pada umumnya
ada 31 pasang nervi spinales yang terdiri atas 8 pasang nervi cervicales, 12 pasang nervi
thoracales (thoracici), 5 pasang nervi lumbales, 5 pasang nervi sacrales, dan 1 pasang
nervi coccygeales. Setelah keluar dari foramen intervertebrale, nervus spinalis bercabang
menjadi ramus dorsalis dan ramus ventralis.

D. Systema Nervosum Autonomicum


Istilah systema nervosum autonomicum merujuk ke bagian systema nervosum
yang mengatur aktivitas otot jantung, otot polos, dan kelenjar. systema nervosum
autonomicum terdiri atas sistem sympathis dan sistem parasympathis.

HISTOLOGI JARINGAN SARAF


(kontributor: dr. Lena Rosida, MKes)

Jaringan saraf merupakan salah satu dari keempat jaringan utama yaitu jaringan
ikat, jaringan epitel, jaringan otot, dan jaringan saraf. Jaringan saraf terdiri dari sel-sel
saraf atau neuron dan neuroglianya. Protoplasma neuron mempunyai dua sifat yaitu :
1. Iritabilitas : kemampuan menimbulkan jawaban terhadap rangsangan fisik maupun
kimia
2. Konduktivitas : kemampuan menghantarkan rangsangan dari suatu tempat ketempat
lain
A. Di dalam tubuh kita jaringan saraf membentuk suatu sistem yaitu sistem saraf
sebagai suatu jaringan komunikasi terpadu. Sistem saraf pada manusia
mengandung paling tidak 10 milyar neuron.
Satuan terkecil atau unit strukturil dan fungsionil dari sistem saraf ialah neuron.
Semua neuron dapat merangsang neuron lain yang berhubungan dan hubungan khusus
antara neuron-neuron itu disebut sinaps. Unit terpadu dari neuron merupakan arkus
refleks. Arkus refleks yang sederhana terdiri hanya dari dua neuron saja, misalnya refleks
lutut (tendopatellae) yang melibatkan satu neuron aferen (sensoris) dan satu neuron
eferen (motoris) saja.

Struktur neuron
Neuron terdiri dari (Gambar 23):
1. Perikarion atau badan sel
2. Akson merupakan prosesus (juluran) sitoplasma perikarion
3. Dendrit

Gambar 23. Struktur sebuah neuron


Perikarion :
Bentuk dan ukurannya bermacam-macam, bulat, ovoid, pipih, piramid dan lain-
lain. Inti: biasanya besar, bulat, vesikuler dan letaknya ditengah. Warnanya pucat,
mengandung nukleolus yang besar satu atau lebih. Sitoplasma mengandung organel-
organel sitoplasma yang terdiri dari :
a. Plasma membrana atau selaput sel, yang tebalnya 70-60 A° dan menunjukkan
penebalan pada perlekatan interseluler dan sinaps.
b. Mitokhondria, yang biasanya kecil ovoid atau bulat dengan kristae tipe tubuler dan
lamelar
c. Golgi aparatus, yang dapat besar sekali dan lokasinya sering perinuklear atau
merupakan beberapa diktiosom (tumpukan lamel sisternae) yang tersebar dalam
perikarion.
d. Badan Nissl (substantia chromatofilica), tersebar dalam sitoplasma dan terdapat lebih
banyak dalam neuron motorik yang besar. Merupakan bentukan-bentukan basofilik,
dengan bahan warna toluidine blue, thionin atau bahan warna basis lainnya. Dengan
mikroskop elektron ini merupakan retikulum endoplasmik granular dengan ribosom
dan polisom dalam sitoplasmanya. Badan Nissl terdapat juga didalam dendrit, tapi
tidak terdapat dalam akson maupun akson Hillock (tempat akson keluar dari
perikarion).
Fungsinya, penting dalam pembentukan protein sitoplasma. Terutama pada neuron
menyebabkan hilangnya badan Nissl, kromatolisis.
e. Neurofibril, merupakan serabut-serabut halus tidak bercabang yang dapat merupakan
berkas-berkas yang bercabang. Terdapat dalam sitoplasma perikarion, dalam dendrit
maupun akson sampai keujung-ujungnya. Dengan mikroskop elektron terlihat bahwa
dalam berkas-berkas ini terdapat mikrotubulus-mikrotubulus dan mikrofilamen-
mikrofilamen. Fungsinya, penting dalam transpor ion-ion, metabolit-metabolit
intraseluler dan sebagai penyangga agar bentuk sel tetap.
f. Sentriol, tidak jelas dalam neuron yang memang tidak mengadakan pembelahan sel.
Inklusion-inklusion sitoplasma terdiri dari : 1) Butir butir lemak, biasanya terlihat
dan ini sebagai bahan cadangan atau merupakan hasil metabolisme fisiologis maupun
patologis, 2) glikogen (tidak terdapat pada neuron dewasa), 3) butir-butir pigmen,
misalnya lipofusin, berwarna kuning coklat, makin tua umurnya makin banyak terutama
terdapat pada neuron yang besar, dan melanin, berwarna coklat hitam, terdapat dalam
neuron di substantia nigra otak, ganglion spinal dan simpatis, dan 4) butir-butir yang
mengandung besi dapat diperlihatkan dengan pengecatan khusus (Prussian blue) dan ini
terdapat antara lain pada globus palidus

Prosessus sel saraf


Prosesus sel saraf atau serabut-serabut saraf merupakan juluran sitoplasma dari
perikarion dan ini terdiri dari satu akson dan dendrit satu atau lebih. Dendrit menghantar
rangsangan ke arah perikarion dan akson menjauhi perikarion.

Dendrit
Dendrit tunggal pada sel ganglion sensoris (ganglion spinalis) mirip akson dari
sistem saraf tepi. Dendrit ini merupakan bagian sel ganglion unipoler dan bipoler.
Pada neuron yang multipoler dendritnya pendek, banyak, bercabang-cabang dan
tidak berselubung mielin. Bentuk dan ukuran dendritnya bermacam-macam dan
kebanyakan permukaannya tidak rata tapi mempunyai banyak tonjolan-tonjolan yang
disebut “gemmules/gemmula/spina dendritica” dengan tebal 0,2 mm. Tonjolan ini
merupakan tempat sinaps antara dendrit dan akson-akson yang merangsangnya.
Organel-organel dendrit seperti pada perikarion kecuali badan Nissl tidak terdapat
sampai pada cabang-cabang akhirnya.

Akson
Akson merupakan juluran tunggal yang keluar dari bagian perikarion yang disebut
akson hilok. Bagian ini tidak mengandung badan Nissl, demikian juga aksonnya. Panjang
dan diameter akson sangat variabel.
Akson dapat bercabang yang disebut kolateral, yang arahnya biasanya tegak lurus
dan berakhir dengan akhiran-akhiran yang bercabang-cabang kecil yang disebut
telodendria yang dapat berhubungan dengan perikarion, dendrit, atau akson neuron lain
pada sinaps.
Didalam akson terdapat mitokondria, retikulum endoplasmik agranuler dan
banyak mikrotubul-mikrotubul dan mikrofilamen-mikrofilamen.

Tipe-tipe neuron
1. Menurut jumlah julurannya, terdapat :
a. Unipoler neuron : satu akson (pada embrio)
b. Pseudounipoler neuron : berbentuk T (ganglion spinal)
c. Bipoler neuron : satu akson dan satu dendrit (pada retina, ganglion vestibularis
dan koclearis, sel-sel sensoris epitel pembau)
d. Multipoler neuron : satu akson dan beberapa dendrit.
- berbentuk bintang (sel-sel motorik kornu anterior)
- berbentuk piramid (korteks serebri)
e. Sel Purkinje : satu akson dan satu dendrit yang bercabang banyak dalam satu
bidang (serebelum)
2. Menurut panjang aksonnya, terdapat :
a. Golgi tipe I : aksonnya panjang (motorik)
b. Golgi tipe II : aksonnya pendek (korteks serebri, serebeli, retina)
3. Menurut fungsinya, terdapat :
a. Neuron aferen : perikarionnya dalam ganglion spinal, dendrit panjang
b. Neuron eferen perikarionnya dalam SSP dendritnya pendek
Neuron konektor

SISTEM SARAF TEPI (SST)

A. Ganglia :
Merupakan kumpulan perikarion yang terdapat di luar SSP, walaupun tidak
semua ganglion terletak di luar SSP. Kumpulan perikarion di dalam SSP disebut
nukleus. Ganglia terdiri dari 2 macam :
1. Ganglion kranio-spinal (sensoris)
2. Ganglion otonomik (ganglion visceral dan motorik)
Besarnya ganglia sangat variabel dan masing-masing diliputi oleh jaringan
ikat dengan serabut-serabut kolagen dan retikuler. Di dalamnya terdapat juga
serabut-serabut saraf (akson dan dendrit) dengan selubungnya dan tiap sel ganglion
(perikarion) mempunyai sel kapsul yang terdiri dari selapis sel pipih atau kubis yang
disebut sel satelit atau sel kapsul.

B. Serabut-serabut saraf :
Semua serabut saraf dalam SSP maupun SST aksonnya mempunyai selubung
satu atau lebih. Terdapat 2 macam serabut saraf :
1. Serabut saraf tak bermielin
Dalam SSP serabut saraf tak bermielin ini hanya diliputi oleh sel-sel glia sebagai
akson kecil. Dalam SST serabut saraf tak bermielin ini diliputi oleh selubung (sel)
Schwann (neurolema atau neurilema) sebagai serabut sensoris yang halus, sebagai
serabut-serabut posganglioner sistem saraf otonomik dan akson neolfaktorius.
2. Serabut saraf bermielin
Dalam SSP diliputi oleh selubung myelin dan sel-sel glia. Dalam SST diliputi
oleh selubung myelin dan selubung (sel) Schwann.

Sel Schwann (neurolema)


Akson saraf perifer dimana saja diikuti oleh sel-sel yang merupakan
selubungnya kecuali pada ujung-ujungnya. Bila ia mengikuti perikarion misalnya
pada ganglion ini disebut sel satelit (amfisit). Bila ia mengikuti akson, sel-sel ini
disebut sel Schwann atau (sel) neurilema.
Embriologis sel-sel ini berasal dari Krista neuralis yang mengadakan migrasi
bersama keluarnya akson. Akson yang dikelilingi oleh sel Schwann tetap terpisah
oleh selaput selnya. Di daerah dimana kedua tepi sel Schwann bertemu disebut
mesakson.

Permukaan luar tiap sel Schwann diliputi oleh basal membran yang
memisahkannya dengan jaringan ikat sekitarnya. Serabut saraf yang diselubungi
dengan cara yang tersebut di atas merupakan serabut saraf tak bermielin.
Mikroskopis serabut-serabut ini sering tidak tampak, tapi bila dalam berkas-
berkas kadang-kadang tampak oleh adanya inti-inti sel Schwann yang memanjang
dan lapisan selubung jaringan ikat sekitarnya. Fungsi sel Schwann di sini belum
jelas, sebab perpindahan aksi potensial itu jasa dari aksolema (selaput akson).
Selubung myelin
Kebanyakan serabut saraf tepi yang diameternya lebih dari 1 mm diikuti oleh
selubung mielin, yang sebenarnya adalah selaput sel Schwann yang tersusun
melingkar-lingkar, kompak dan merupakan selubung yang terputus-putus sekitar
akson.
Terbentuknya selubung mielin ialah bahwa salah satu tepi selaput sel
Schwann pada mesakson tumbuh melingkari tepi yang lain sehingga merupakan
lapisan-lapisan ketika
mesaksonnya memanjang.
Lapisan-lapisan yang terbentuk inilah merupakan selubung mielin. Perlekatan
antara permukaan luar dari selaput sel yang melingkar disebut garis intraperiod dan
perlekatan antara permukaan dalam yang sudah hilang sitoplasmanya disebut major
dense lipe.
Tiap sel Schwann membentuk satu segmen atau internod selubung myelin
akson dengan inti sel Schwann terletak di tengah dan di luar lapisan yang kompak.
Pada akhir tiap internod terdapat celah yang disebut sebagai nodus Ranvier. Basal
membran meliputi tiap-tiap internod maupun nodus Ranvier. Pada selubung myelin
terdapat celah yang berbentuk corong yang disebut celah Schmidt-Lanterman dan
dengan mikroskop electron ini ternyata sisa-sisa sitoplasma di antara lapisan-lapisan
pada selubung myelin. Pada preparat rutin maka selubung myelin sebagian besar
larut, meninggalkan sisa proteolipid yang disebut neurokeratin.
Selebung myelin ini mengandung kadar lemak yang tinggi sehingga serabut
saraf bermielin tampak putih dibanding dengan serabut saraf tak bermielin tampak
abu-abu.
Selubung myelin pada serabut saraf pusat dibentuk oleh glia yaitu
oligodendrosit. Satu oligodendrosit dapat membentuk beberapa segmen atau
segmen-segmen beberapa akson.
Jaringan ikat dan basal membran tidak ada pada selubung myelin SSP. Cara
pembentukan selubung myelin pada serabut saraf pusat belum diketahui. Nodus
Ranvier tidak tampak jelas dengan mikroskop biasa.
Jaringan ikat pada serabut saraf tepi atau perifer

Epineurium :
Merupakan selubung jaringan ikat yang menyelubungi seluruh serabut saraf
perifer. Serabut saraf perifer ini biasanya terbentuk dari gabungan berkas-berkas
saraf atau fasikel-fasikel, dan diantara masing-masing berkas ini diliputi juga oleh
pelanjutan-pelanjutan epineurium.
Epineurium terdiri dari jaringan ikat tak teratur yang mengandung serabut-
serabut kolagen, elastis, sel-sel fibroblas dan histiosit serta pembuluh darah.

Perineurium :
Merupakan selubung yang menyelubungi berkas-berkas saraf atau fasikel-
fasikel saraf. Terdiri dari beberapa lapisan yang masing-masing merupakan sel-sel
pipih mirip fibroblas yang tersususn sebagai epitel selapis dengan hubungan
okludens (tight junction) yang melekat pada membrana basalisnya. Dengan adanya
perineurium ini maka terdapat suatu sawar (barrier) terhadap bahan yang ada di
dalam dan di luar berkas serabut saraf.

Endoneurium :
Merupakan jaringan ikat yang menyelubungi tiap serabut saraf dalam berkas
saraf yang terdiri dari serabut-serabut kolagen dan retikuler yang halus serta sel-sel
fibroblas. Endoneurium ini erat hubungannya dengan neurilema yang hanya
dipisahkan oleh membrana basalis.
Cairan dan jaringan ikat endoneurium terpisah dari jaringan ikat umum tubuh,
kecuali pada ujung-ujung sarafnya dan ini dapat merupakan jalan masuknya infeksi
virus atau bakteri-bakteri.

Gambar 24. Jaringan ikat pada serabut saraf tepi : F = Fasikulus,


P = Perneurium, E = Epineurium
Sinaps
Merupakan suatu kontak khusus antar membran dari sel saraf dan sel saraf
atau dari sel saraf dan organ efektor (otot atau kelenjar). Pada beberapa sinaps,
rangsangan listrik dapat dihantarkan langsung ke sel didekatnya melalui gap junction
atau nexus. Struktur semacam ini terdapat juga pada sel-sel epitel, otot polos dan
intercalated disc pada jantung, sehingga hubungan sinaps semcam ini disebut
electrical synapses, electronic junction atau ephapses.
Yang lebih umum terjadi ialah rangsangan diteruskan dari sel ke sel oleh
suatu mediator kimiawi atau bahan neurotransmitter yang berbentuk pada sinaps-
sinaps. Macam-macam hubungan sinaps :
1. Aksodendritik (akson dengan dendrit neuron lain
2. Aksosomik (akson dengan perikarion neuron lain)
3. Aksoaksonik (akson dengan akson neuron lain)
Fisiologis sinaps merupakan tempat transmisi transneural dari rangsangan.
Fungsionil sinaps mempunyai dua fungsi yaitu rangsangan atau menghambat yang
mengakibatkan morfologinya juga ada perbedaan, namun kedua-duanya mempunyai
kesamaan struktur umum, yaitu pada dasarnya sinaps dibentuk oleh :
1. elemen / terminal presinaptik (area sel yang dihubungi)
2. elemen postsinaptik (area sel yang dihubungi)
3. celah sinaptik (celah sinaps antara kedua elemen yang lebarnya antara 20-30 mm).
Akhirnya akson ujungnya agak membulat dan disebut bouton terminal atau
bouton termineaux, dan bila ini terdapat sepanjang aksonnya disebut bouton en
passage, dan ini berarti akson itu sinaps dengan banyak neuron lain. Terminal
presinaptik mengandung banyak mitokondria dan vesikel sinaptik yang kecil-kecil.
Membran presinaptik pada celah sinaps menebal.
Membran postsinaptik pada celah sinaps sering lebih tebal. Pada celah sinaps
terdapat filamen-filamen intersinaptik yang berguna untuk mengeratkan hubungan
membran pre dan post sinaptik. Di antara membran-membran ini tidak terdapat
lamina basalis.
Bentuk dan ukuran vesikal sinaptik menentukan macamnya neurotransmitter
yang akan keluar (exocytosis) dan ini dapat berupa acetylocholine (cholinegic
synapses), noradrenaline (adrenergic synapsis), aminobutiric acid, dan serotonin
Neurotransmitter yang keluar di celah sinaps dapat dipecah atau diambil
kembali atau bergabung dengan bagian-bagian reseptor membran postsinaptik yang
mempengaruhi permeabilitasnya terhadap ion-ion tertentu sehingga menimbulkan
aksi potensial sebagai rangsangan atau hambatan pada proses postsinaptik.
Berlainan dengan serabut saraf, sinaps hanya dapat meneruskan rangsangan
searah yaitu dari akson ke dendrit atau ke perikarion neuron lain.

C. Akhiran saraf
Terdiri dari :
1. Akhiran saraf eferen, mensarafi :
a. Efektor somatic : otot skelet untuk kontraksi
b. Efektor otonomik : usus, jantung, kelenjar
- yang parasimpatis merangsang aktivitas
- yang simpatis menghambat aktivitasnya
2. Akhiran saraf aferen, merupakan :
a. Akhiran saraf bebas dalam jaringan
b. Akhiran saraf dengan bentukan khusus

Akhiran saraf eferen


Akiran saraf eferen somatic
Perikarionnya terletak pada kornu anterior medulla spinalis atau dalam
nucleus motoris dari otak. Aksonnya bermielin dan dari radiks anterior melalui saraf
perifer berakhir pada otot skelet tubuh dan kepala. Setelah melalui perimisium ,
serabut-serabut saraf ini bercabang beberapa kali sehingga satu neuron dapat
mensarafi beberapa serabut-serabut otot bergaris.
Satu neuron motorik dengan serabut-serabut otot yang disarafi merupakan
satu motor unit. Motor unit pada otot mata perbandingannya 1 : 1, pada otot-otot lain
perbandingannya 1 : 1600.
Serabut-serabut saraf yang berakhir pada serabut-serabut otot bergaris dengan
struktur yang disebut motor end plate, merupakan sinaps antara akhiran saraf dengan
serabut otot.

Akhiran saraf eferen visceral (otonomik)


Serabut-serabut saraf eferen visceral yang postganglioner dari sel-sel
ganglion otonomik berakhir pada efektor : otot jantung (kardiomotor), otot polos
pada visera (viseromotor), pembuluh darah (vasomotor), pada rambut (pilomotor)
dan pada, dan epitel kelenjar (sekretoris)

Akhiran saraf aferen


Bagian tubuh yang menerima rangsangan dan mengandung akhiran eferen
disebut reseptor. Reseptor ini dapat dibagi menjadi a). Eksteroseptor, reseptor yang
menjawab rangsangan dari luar, (sentuhan, tekanan halus, rasa sakit, temperatur,
penciuman, penglihatan, dan pendengaran), b). Proprioseptor, reseptor yang
menjawab rangsangan dari dinding tubuh terutama posisi dan pergerakan tubuh, dan
c) Enteroseptor, reseptor yang menjawab rangsangan dari dalam visera
Berdasarkan bentuk ujung sarafnya, akhiran saraf aferen ini dikenal a).
akhiran saraf aferen bebas atau noncapsulated, dan b). akhiran saraf aferen dengan
bentukan khusus atau encapsulated

Akhiran saraf aferen bebas (noncapsulated)


Terdapat hampir pada seluruh epitel, jaringan ikat, dalam otot dan membrana
serosa. Pada epitel berlapis pipih akhiran saraf ini, setelah kehilangan selubung
mielinnya bercabang-cabang dan ujungnya membulat kecil dan berakhir diantara sel-
sel epitel.
Pada folikel rambut merupakan akhiran saraf peritrikhiral dimana akhiran
sarafnya melingkari folikel rambut dan berakhir terutama pada selubung jaringan ikat
dan membrana vitreusnya.
Pada lapisan epitel kulit, yang dalam terdapat akhiran-akhiran saraf yang
mirip daun yang membentuk meniscus atau diskus dan berhubungan dengan sel
Merkel yang merupakan sel epitel, tapi memberikan reaksi warna yang lain daripada
sel epitel lainnya. Hubungan akhiran saraf dan sel Merkel ini merupakan
korpuskulum dari Merkel, yang berfungsi sebagai mekanoreseptor.
Di dalam jaringan ikat akhiran saraf ini berakhir di antara serabut-serabut dan
sel-sel jaringan ikat, pada dermis, membrana serosa peritoneum. Dinding pembuluh
sel dan lain lain dan juga diantara serabut-serabut otot. Kebanyakan akhiran saraf ini
untuk rasa sentuhan dan sakit.

Akhiran saraf aferen encapsulated


Bentuk dan ukuran akhiran saraf ini tidak sama, tapi semuanya diliputi oleh
suatu kapsul.
1. Korpuskulum (badan) Vater Pacini
Terdapat dalam jaringan subkutan tapak tangan, kaki, jari-jari periosteum,
mesenterium, tendon, ligamen dan genetalia eksterna. Bentuknya bulat atau ovoid
mirip bawang. Tiap korpusculum mempunyai satu saraf yang besar bermielin
yang telah kehilangan selubung sel Schwannya pada tepi korpusculum, yang
kemudian masuk kedalam tanpa selubung myelin dan berakhir sebagai gelembung
yang memanjang. Akson ini diliputi oleh  60 lapisan sel-sel pipih yang tersusun
konsentris (Gambar 25) dan luarnya terdapat kapsul yang berlapis-lapis juga.
Korpusculum ini untuk rasa rangsangan tekanan dan getaran.

Gambar 25. Struktur Korpuscklum (badan) Vater Pacini


2. Korpuskulum dari Meissner
Terdapat pada papilla dermis terutama pada jari-jari, bibir, putting,
genetalia. Bentuknya lonjong dan terdiri dari susunan sel-sel pipih dengan kapsula
jaringan ikat yang tipis yang merupakan kelanjutan dari perineurium. Akhiran
saraf bermielin dan tidak bermielin tidak korpusculum ini dan bercabang-cabang
diantara susunan sel-sel pipihnya. Korpuskulum ini peka terhadap rangsangan
sentuhan.
3. Korpusculum dari Krause
Terdapat pada bibir dan genitalia eksterna dalam dermis. Bentuknya bulat
dengan kapsul yang tebal sebagai kelanjutan dari endoneurium. Di dalam
korpuskulum akhiran saraf kehilangan selubung mielinnya dan bercabang-cabang
tapi masih diliputi sel-sel Schwann dan berakhir dengan akhiran saraf yang
membulat. Korpuskulum ini peka terhadap rasa dingin atau sebagai
mekanoreseptor. Ada yang mengatakan ini merupakan akhiran saraf yang
mengalami proses degenerasi dan bukan reseptor yang sebenarnya.
4. Korpuskulum dari Ruffini
Terdapat dalam jaringan ikat, dermis, kapsula, persendian. Bentuknya
memanjang dan mempunyai kapsul jaringan ikat yang tipis. Didalam
korpuskulum terdapat akhiran saraf yang bercabang-cabang seperti memancar
dengan akhiran saraf yang membulat. Korpusculum ini untuk merangsang panas
atau sebagai mekanoreseptor seperti organ tendon Golgi (akhiran saraf tendon
dari Golgi) yang terdapat dalam tendon & otot.
Terdiri dari serabut-serabut tendon yang kecil yang diliputi kapsul yang
berlamel dengan akhiran saraf bebas tidak bermielin yang bercabang-cabang
mengelilingi serabut tendonnya. Akhiran saraf ini terangsang oleh konstraksi
maupun rentangan dari otot yang bersangkutan.
5. Neuromuscular spindle
Terdapat pada otot, sering dekat tendon. Terdiri dari beberapa serabut otot
kecil (serabut intrafusal) dan serabut-serabut saraf motorik dan sensorik yang
diliputi oleh kapsul jaringan ikat. Bentuknya gelendong (spindle) dan didalamnya
terdapat 2 macam serabut otot : “nuclear bag fibers”. Dengan banyak inti ditengah
dan sedikit miofibril ditepi dan “nuclear chain fibers” dengan satu rentetan inti
dan banyak miofibril-miofibril yang kecil.

SISTEM SARAF PUSAT (SSP)

A. Medulla spinalis (sumsum tulang belakang)


Terdiri dari :
1. substantia grisea (abu-abu)
2. substantia alba (putih)
3. meninges (selubung jaringan ikat)

Substantia grisea dari medulla spinalis terdiri dari :


a. Perikarion-perikarion dan dendrit-dendritnya
b. Serabut-serabut saraf tak bermielin dan beberapa yang bermielin
c. sel neuroglianya : *astrosit protoplasmic, *oligodendrosit, *mikroglia
d. Beberapa pembuluh darah kecil.
Perikarion-perikaroin besarnya tidak sama :
Pada kornu anterior perikarionnnya terbesar
Pada kornu postorior perikarionnya terkecil
Pada kornu lateralis perikarionnya ukurannya sedang
Didalam kornu anterior (root cells) yang memberikan akson-aksonnya sebagai
serabut-serabut saraf aferen

Substantia alba dari medulla spinalis terdiri dari :


a. Serabut saraf bermielin dan beberapa tidak bermielin
b. Sel neuroglianya : *astrosit fibrous, *oligodendrosit, *mikroglia
c. Beberapa pembuluh darah
Serabut-serabut saraf di dalam substansia alba menggerombol secara teratur dan
masing-masing gerombolan mempunyai fungsinya sendiri-sendiri.

B. Serebrum (otak besar)


Terdiri dari :
1. Korteks : substansia grisea otak besar
2. Medulla : substansia alba otak besar
3. Pusat-pusat subkortikal
4. Meninges
Korteks otak besar : Substantia grisea otak besar
Substantia grisea otak besar terdiri dari 6 lapisan yang batas-batasnya tidak jelas.
Lapisan-lapisan itu terdiri dari :
1. Lamina molecularis (molekuler layer/flexiformis)
Lapisan ini merupakan lapisan terluar, mengandung relatif sedikit perikarion
dan terutama terdiri dari prosesus-prosesus dari perikarion yang terletak di
bawah lapisan ini yang pada umumnya berjalan sejajar permukaan.
2. Lamina granularis externa (lapisan granuler luar/outer granuler layer)
Mengandung banyak perikarion-perikarion yang kecil sehingga lapisan ini
tampak granuler dengan pembesaran kecil pada mikroskop
3. Lamina pyramidalis externa (pyramidal cell layer/lapisan sel pyramid)
Mengandung perikarion yang berbentuk pyramid kecil
4. Lamina granularis interna (inner granuler layer /lapisan glanuler dalam)
Mengandung banyak perikarion-perikarion yang kecil
5. Lamina pyramidalis interna (internal pyramidal layer/lapisan pyramid dalam)
Mengandung banyak perikarion yang berbentuk pyramid. Pada bagian korteks
tertentu yaitu pada motor area sel pyramid ini besar-besar yang disebut sel-sel
dari Betz (sel Betz).
6. Lamina multiformis (polymorphic cells/Lapisan sel polimorf)
Mengandung perikarion yang bentuknya bermacam-macam.
Medulla otak besar : substansia alba
Terdiri dari serabut-serabut saraf bermielin yang berjalan ke segala
jurusan. Terdapat pula berkas-berkas saraf yang mempunyai arah dan fungsi yang
sama

C. Serebellum (otak kecil)


Terdiri dari :
1. Korteks : Substansia grisea otak kecil
2. Medulla : substansia alba otak kecil
3. Meninges

Korteks otak kecil : substantia grisea otak kecil


Terdiri dari 3 lapisan dengan batas-batas yang agak jelas:
1. Stratum moleculare (lapisan molekuler/plexiformis)
Merupakan lapisan terluar yang mengandung sedikit perikarion dan banyak
serabut saraf bermielin Terdiri dari perikarion yang berbentuk bintang, yang
terletak superficial dan dalam. Yang dalam disebut sel basket karena aksonnya
membungkus sel Purkinje dan dendritnya bercabang-cabang kearah lapisan
molekuler
2. Stratum neuronorum piriformium (lapisan sel-sel Purkinje)
Perikarion-perikarion ini besar berbentuk seperti piala, mempunyai beberapa
main dendrit yang bercabang-cabang seperti kipas melalui lapisan granuler
kemudian masuk ke substantia alba atau memberikan kolateral-kolateral yang
berhubungan dengan sel Purkinje lain.
3. Stratum granulosum (lapisan granuler)
Terdiri dari perikarion kecil yang mempunyai 3-6 dendrit pendek yang
berakhir didalam granuler sendiri. Aksonnya berjalan sejajar permukaan,
bercabang-cabang dan cabang-cabang ini berjalan sejajar dengan permukaan.
Medulla otak kecil : Susunan dan fungsinya seperti medulla otak besar

Neuroglia (sel glia)


Merupakan sel-sel dalam SSP yang berhubungan dengan neuron. Sel-sel ini
mempunyai morfologi dan fungsi yang berbeda-beda. Preparat rutin dengan
pewarnaan H.E tidak dapat dipakai untuk mempelajari neuroglia, karena hanya inti-
intinya saja terlihat diantara inti-inti sel saraf. Neuroglia sangat mempengaruhi fungsi
normal SSP Untuk mempelajari morfologi neuroglia digunakan prosedur khusus
termasuk teknik impregnasi dengan perak dan emas.
Macam-macam sel neuroglia :
1. astrosit makroglia
2. oligodendrosit
3. mikroglia
4. sel epindem

Meninges
Merupakan pembungkus jaringan ikat dari SSP. Terdiri dari lapisan :
1. Durameter : pakhimenings
2. Arakhnoid leptominengs = pia-arakhnoid
3. Pia mater

Durameter
Merupakan menings paling luar, terdiri dari jaringan ikat padat yang
berhubungan langsung dengan periosteum tulang tengkorak. Durameter yang
menyelubungi medulla spinalis dipisahkan dari periosteum vertebrata oleh ruang
epidural yang mengandung vena-vena kecil, jaringan ikat kendor dan lemak.
Durameter senantiasa terpisah dari arakhnoid oleh suatu ruang subdural
yang sempit. Permukaan dalam semua durameter dan juga permukaan luarnya pada
medulla spinalis dilapisi oleh epitel selapis yang berasal dari mesenkim.

Arakhnoid
Mempunyai 2 komponen : suatu lapisan yang berhubungan dengan
durameter dan suatu trabekula yang menghubungkan lapisan tersebut dengan pia
mater. Ruang diantara trabekula membentuk ruang aubarakhnoid yang berisi cairan
serebrospinal dan samasekali terpisah dari ruang subdural.
Arakhnoid terdiri dari jaringan ikat yang tidak mengandung pembuluh
darah. Permukaannya dilapisi oleh epitel selapis pipih sama dengan yang melapisi
duramater. Seperti selubung perineurium, sel-sel epitel permukaan luar arakhnoid
saling berhubungan dengan hubungan okludens, sehingga lapisan ini tak dapat
ditembus oleh cairan serebrospinal. Lapisan arakhnoid ini berhubungan dengan
perineurium pada saraf radiks, sehingga tentunya terdapat hubungan antara ruang
subarakhnoid dan endoneurium.
Di dalam beberapa daerah, arakhnoid melubungi duramater, dengan
membentuk penonjolan yang berakhir didalam sinus venosus duramater. Tonjolan
ini disebut vilus arakhnoidalis, fungsinya memindahkan cairan serebrospinal kearah
sinus venosus.

Piamater
Piamater mengandung banyak pembuluh darah, terletak sangat dekat
dengan jaringan saraf, tetapi ia tidak berhubungan langsung dengan sel atau serabut
saraf. Diantara pia mater dan unsure saraf tersebut terdapat suatu lapisan tipis dari
prosesus neuroglia yang melekat erat dengan pia mater.
Piamater mengikuti permukaan S.S.P dan menembus ke dalam sampai
kedalaman tertentu bersama-sama dengan pembuluh darah. Ia dilapisi oleh sel
selapis pipih yang berasal dari lapisan mesenkim.
Pembuluh darah menembus SSP melalui saluran-saluran yang dilapisi oleh
pia mater dan disebut ruang perivaskuler. Piamater ini lenyap sebelum pembuluh
darah tersebut berubah menjadi kapiler.
Modul 2 Mata
1. Learning objective
Menjelaskan struktur organ visus (anatomi)
Menjelaskan struktur mikroskopik mata (histologi)
Menjelaskan fisiologi indera khusus mata (fisiologi)
Menjelaskan fisika biooptik (fisika)

2. Skenario
Aduh, mataku terasa kabur
Seorang pelajar berusia 17 tahun mengeluh penglihatannya kabur pada saat
melihat bacaan di papan tulis. Setelah memakai kacamata, penglihatannya menjadi jelas
kembali.
3. Kata kunci: penglihatan kabur, kaca mata

4. Pohon masalah

Anatomi
dan
histology
mata

fisiology Biooptik
mata

5. Referensi

- OVERVIEW MASING-MASING TOPIK SESUAI DENGAN LEARNING


OBJECTIVE
SISTEM PENGLIHATAN
(Kontributor: dr. H. Syamsul Arifin)
Batasan
Sistem penglihatan disusun oleh 2 komponen :
- oculus, terdiri atas :
1. bulbus oculi
2. nervus opticus
- organum oculi accessoria, terdiri dari :
1. musculi bulbi
2. facsiae orbitales
3. supercilium
4. tunica konjungtiva
5. apparatus lacrimalis
6. palpebrae

Gambar 57. Struktur anatomi mata

Bulbus oculi
Bola mata berbentuk kurang lebih bulat dan terdiri dari dinding yang meliputi
suatu ruangan yang terisi humor akous serta humor vitreus (korpus vitreum), dengan
lensa yang terletak di tengahnya.
Dinding bola mata terdiri dari 3 lapisan, dari luar ke dalam terdiri dari :
1. tunica fibrosa terdiri dari sklera dan kornea
2. tunica vasculosa terdiri dari koroid, korpus ciliaris, dan iris
3. tunica interna (sensoria) yang berhubungan dengan sistem saraf pusat melalui
saraf optik.

Tunica Fibrosa Bola Mata


Lapisan ini terdiri dari sklera dan kornea. Sklera adalah lapisan sebelah luar dari
bola mata mulai dari limbus ke arah posterior ; kornea adalah lanjutan lapisan sklera
sebelah anterior. Bagian sklera bersambungan dengan kornea di sebut limbus yang sangat
vaskular.

Sklera
Lapisan ini tersusun dari jaringan berserabut padat yang terdiri dari serabut
kolagen yang arahnya tidak teratur. Di antara serabut kolagen terdapat serabut elastis, sel-
sel jaringan ikat serta sedikit pembuluh darah yang kecil. Ke arah luar banyak serabut
kolagen melanjutkan diri dengan lapisan yang sangat kendor, yang mengadung celah-
celah yang berisi cairan limfa yang di sebut ruang episkleral ( Tenon)..
Ke arah dalam susunan serabut kolagen tetap padat, serabut kolagennya lebih halus dan
di dapatkan sel-sel pigmen (melanocytus) . Bagian ini diberi nama lamina fusca.
Pada bagian posterior dari bola mata, bagian yang paling luar dari lapisan sklera
bersambungan dengan duramater dan biasanya juga dengan arakhnoid dari saraf optik,
sedang bagian paling dalam berhubungan dengan piamater. Pada tempat di mana serabut
saraf dari retina meninggalkan bola mata menjadi saraf optik. Lapisan dari sklera menjadi
sangat menipis dan di sebut lamina kribrosa.

Kornea
Lapisan yang transparan serta non vaskular merupakan bagian bola mata yang
permukaannya paling menonjol. Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :
1. Epithelium anterius
Terdiri dari epitel berlapis pipih tak bertanduk tipis, lapisan sel-selnya antara 5 –6
lapisan ephithelium stratificatum squamosum nonkeratinosum. Diantara sel-sel
epitel terdapat banyak akhiran saraf sehingga permukaan kornea sangat sensitif.
2. Basal membran anterior (Bowman)
Merupakan membran yang tebal serta homogen yang terletak di bawah epitel
kornea. Banyak mengandung serabut kolagen tanpa serabut elastis. Lapisan ini
merupakan lapisan pelindung terhadap trauma maupun kuman.
3. Substansia propria (Stroma)
Merupakan lapisan utama dari kornea ( 90% tebal seluruh kornea) , lapisan ini
bersambungan dengan sklera dan terdiri dari serabut kolagen yang arahnya sejajar
disebut lamela dan fibrolastus terdapat diantara lamela.
4. Basal membran posterior ( Descemet)
Lapisan ini mempunyai struktur yang homogen yang lebih tipis dari basal
membran anterior (Bowman), tersusun dari bahan elastin tetapi bukan serabut
elastik. Berperan sebagai membran basalis bagi epithelium posterius
5. Epithelium posterius
Epitelium simplex cuboideum ini meliputi permukaan dalam dari kornea, yang
berhubungan langsung dengan humor akuos.

Tunica Vasculosa Bola Mata


Tunica vasculosa ini (uvea) melapisi 2/3 bagian posterior mata di kenal sebagai
koroid, ke arah anterior mengalami perubahan yaitu menebal dan membentuk korpus
siliaris dengan processus siliarisnya yang menghadap ke arah humor vitreus.

Koroid
Koroid merupakan lapisan berpigmen yang sangat vaskular yang terletak sangat
rapat dengan bagian dalam dari sklera dan dipisahkan dari lamina fusca oleh ruang-ruang
limfa. Dari luar ke dalam terdiri dari 3 lapisan :
1. Lamina suprakoroid ( epikoroid)
Suatu membran tipis dari jaringan ikat halus yang terutama tersusun dari serabut
elastis dan mengandung sel-sel besar yang mengandung melanin dan bercabang-
cabang (kromatofor). Serabut elastis membentuk lamella elasticea, diantara
lamella tersebut terdapat septum perichoroidea. Lapisan ini tidak mengandung
pembuluh darah.
2. Lamina vaskulosa
Lapisan ini mengandung serabut elastis dan kolagen halus, di mana bagian
luarnya mengandung pembuluh darah arteri dan vena yang sedang dan besar dan
melanocytus.
3. Lamina choriocapillaris
Terdapat anyaman kapiler yang halus (stratum koriokapiler) yang memberi makan
dan oksigen untuk bagian luar retina.
4. Lamina Elastika ( Membran dari Bruch)
Suatu membran yang transparan yang memisahkan lamina koriokapilaris dengan
epitel pigmen retina. Membran ini di bentuk oleh komponen elastis serta kutikuler
dari lapisan koroid dan retina. Membran ini bersifat semipermeabel, dan dapat
dilalui oleh metabolit yang penting untuk reseptor cahaya.

Korpus Siliaris
Korpus siliaris merupakan bagian anterior dari lapisan koroid yang menebal dan
melingkari mata, terdiri atas 3 bagian yaitu : stratum musculare, stratum vasculosum dan
prosessus ciliaris.
Massa utama dari korpus siliaris ialah otot siliaris yang tersusun dalam lempengan
serabut otot yang bentuknya makin ke muka makin tebal dan berakhir dengan ujung yang
lebar pada dasar dari iris dan taji sklera.
Otot siliaris yang terdiri dari otot polos, menurut arah serabut-serabutnya di bagi dalam 3
kelompok :
1. Kelompok meridional : serabutnya terletak sejajar dengan permukaan dalam sklera
2. Kelompok radial : serabutnya terletak di sebelah dalam dari serabut kelompok
meridional dan ke arah posterior berbentuk kipas dengan permukaan yang lebar
melekat pada jaringan ikat dari lapisan koroid.
3. Kelompok sirkuler : terletak dekat pada basis dari iris. Serabut-serabut yang berarah
sirkuler
Di dalam stroma stratum vasculosum mengandung serabut kolagen banyak dan
didapatkan sel-sel pigmen dan pembuluh darah.
Processus siliaris berbentuk taju-taju menjulang ke arah rongga bola mata. Di lapisi oleh
2 lapisan sel kolumnar di mana sel-sel epitelnya pada sebelah dalam tampak terang
(epithelium nonpigmentosum) sebagai penghasil humor aquous, sedang sebelah luar
gelap karena mengandung melanin (epithelium pigmentosum). Sel-sel epitelnya semua
duduk pada membran yang bersambungan dengan lamina vitrea yang jadi pemisah antara
epitel dan stroma processus siliaris yang vaskuler.

Iris
Iris merupakan lanjutan dari lapisan koroid, dan berperan sebagai diafragma
.Susunannya terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan anterior (ephitelium anterius)
merupakan bagian dari uvea (mesodermal) mengandung sel pigmen dan fibroblast.
Lapisan posterior ektodermal (pars iridika) atau stroma jaringan ikat terdiri atas 2 lapisan
yaitu stratum non vasculosum berisi serabut kolagen, fibroblatus dan chromacytus berisi
pigmen penentu warna iris dan stratum vasculosum mengadung banyak pembuluh darah.
Pada iris didapatkan 2 kelompok otot polos ; otot yang berarah sirkuler daripada sfingter
pupil dekat tepi pupil dan otot yang berarah radial dari dilatator pupil yang terletak di
luarnya. Serabut otot ini berasal dari sel-sel sebelah anterior dari lapisan epitel yang
berpigmen. Oleh karenanya serabut-serabutnya tak merupakan serabut otot plolos yang
khas dan disebut sel mioepitel.
Sudut antara iris dan sclera dinamakan angulus iridocornealis. Di sini jaringan ikat
longgar membentuk anyaman trabeculae (reticulum trabeculare/ligamentum pectinatum).
Celah-celah antara trabecuklae disebut sinus venosus sclerae yang diklinik dikenal
sebagai canalis SCHLEMMI. Jika saluran ini tersumbat akan menimbulkan tekanan
intraokuler (GLAUCOMA)

Tunica Interna Bola Mata

Retina
Retina melapisi permukaan dalam daripada lapisan vaskuler dan dibagi dalam 4
bagian yaitu pars iridika, pars siliaris, ora serrata dan pars optik retina. Merupakan
tonjolan dari ensephalon pada waktu terjadi invaginasi dari vesikula optika menjadi piala
optik berlapis dua. Lapisan luar membentuk epitel pigmen dan lapisan dalam menjadi
retina saraf atau retina sebenarnya. Pars optica retina terdiri dari 10 lapisan, dari luar ke
dalam yaitu :
1. Lapisan epitel pigmen : lapisan ini tersusun dari sel-sel epitel kuboid yang memipih.
Sel-sel epitel ini mengandung pigmen lipofuksin. Berfungsi menyerap cahaya dan
mencegah pemantulan juga berperan dalam nutrisi fotoreseptor, tempat pembentukan
rhodopsin serta pergerakannya dengan menimbun dan melepas vitamin A (precursor
rhodopsin)
2. Lapisan kerucut dan batang : kerucut dan batang adalah bagian yang menerima cahaya
(fotosensorium) .
Sel batang terdiri atas 2 ruas yaitu segmentum externum dan segmentum internum.
Segmentum externum berisi vesikel bermembran penuh dengan pigmen rhodopsin,
dilengkapi cilium, dan berujung bulat. Segmentum internum kaya akan glikogen,
mitokondria dan ribosom.
Sel kerucut juga terdiri atas 2 ruas (segmentum externum dan internum). Berbeda
dengan sel batang, sel kerucut tidak memiliki vesikel bermembran dan mengandung
pigmen iodopsin. Sel kecucut peka hanya peka terhadap cahaya terang saja dan
ketajaman penglihatannya lebih baik dari sel batang.
3. Membran limitan eksterna : merupakan membran yang berbentuk saringan yang
dibentuk oleh lanjutan sel neuroglia dimana tiap lobangnya ditempati dan ditembus
oleh sel kerucut dan batang
4. Stratum nuklear externa : lapisan yang dibentuk oleh gabungan yang rapat dari inti
sel-sel kerucut dan batang
5. Lapisan pleksiform eksterna : merupakan lapisan terdapatnya akson-akson kerucut dan
batang dengan dendrit dari sel-sel bipoler.
6. Stratum nuklear interna : terdiri dari inti – inti neuronum yaitu horizontale, bipolare,
amacrinum dan gliocytus. Gliocytus berbentuk astrocytus dan microglia disebut juga
sel Muller
7. Stratum pleksiform internum : merupakan lapisan yang tersusun oleh lanjutan
neurocytus amacrinus, bipolaris dan ganglionaris
8. Lapisan sel-sel ganglion : lapisan dimana didapatkan selapis neurocytus multipolaris
9. Lapisan serabut saraf : terdiri dari lanjutan neurocytus multipolaris yang tidak
bermielum, pembuluh darah retina dan astrocytus protoplasmaticus berupa sel Muller.
10. Membran limitan interna : merupakan lapisan yang halus yang tersusun dari serabut-
serabut Muller.

Makula Lutea Dan Fovea Sentralis


Dekat kutub posterior dari mata didapatkan lekukan kecil dari retina yang disebut
makula lutea (bintik kuning) karena di sini didapatkan banyak pigmen kuning di hampir
semua Pusat daerah ini cekung disebut fovea centralis yang dilengkapi dengan lapisan
retina yang tipis dan hanya didapatkan sel-sel kerucut sehingga dimungkinkan tercapai
ketajaman penglihatan yang tepat sekali.

Papil Saraf Optik


Bila serabut saraf dari semua bagian retina bergabung untuk meningggalkan bola
mata, ia membentuk bagian yang disebut papil saraf optik. Bagian ini tidak mengandung
reseptor sehingga dinamakan titik buta = blind spot = optic disc.

Saraf Optik
Nervus opticus terbungkus oleh 3 selaput yaitu piamater, arakhnoid dan
duramater. Pada waktu memasuki bulbus oculi, serabut saraf menembus retina pada
discus nervi optici. Sesuai lokasi,saraf ini dibagi atas pars intracranialis (di rongga
cranium), pars orbitalis (di rongga orbita, di luar bola mata) dan pars intraocularis (masuk
dalam dinding bola mata ).

Pembuluh Darah Bola Mata


Pembuluh darah dari bola mata di bagi dalam 2 kelompok yaitu :
1. Pembuluh darah retina : memberi makan pada lapisan retina dimana arteri
sentralis memasuki bagian tengah saraf optik dan selanjutnya bercabang di dalam
lapisan serabut saraf ; anyaman kapiler meluas ke stratum nuklear interna sedang
lapisan sebelah luar mendapat aliran dari lapisan koroid. Vena keluar melalui
saraf optik.
2. Pembuluh darah siliaris : memberi makan pada lapisan koroid dengan korpus
siliaris dan iris serta lapisan sklera.

Isi Bola Mata

Humor Akueus
Merupakan cairan jernih seperti air yang terutama terdiri bahan yang susunannya
seperti serum darah. Cairan ini kemungkinan besar dibentuk oleh kapiler dari prosesus
siliaris. Setelah humor akueos, cairan ini akan dialirkan dari kamera mata posterior antara
lensa dan iris ke dalam kamera mata anterior kemudian diteruskan ke arah sudut iris,
yang sebagian besar akan memasuki ruang antar iridokorneal dan selanjutnya diabsobsi
ke dalam sinus venosus sklera yang akhirnya dialirkan ke sistem vena. Tekanan
intraokuler dari mata diatur oleh sirkulasi humor akueos.

Lensa
Lensa ini berasal dari ektoderm, dan merupakan struktur avaskuler. Lensa
berbentuk bikonveks, dengan permukaan posteriornya yang lebih cembung daripada
permukaan anteriornya. Lensa terutama terdiri dari lamina berserabut yang susunannya
sangat kompleks, dimana serabut-serabutnya berbentuk prisma yang panjang disebut
serabut lensa, yang dihubungkan oleh suatu bahan semen sehingga menyusun suatu
medium transparan. Serabut lensa tersusun secara perlahan dari sel epitel terutama sel
epitel dari lapisan posterior dari lensa janin. Bila sel epitel telah menjadi serabut lensa, ia
akan kehilangan inti sel. Sel-sel hidup didapatkan di bagian ekuator lensa, dan sel-sel ini
akan mengadakan proliferasi dan diferensiasi untuk memproduksi sarabut-serabut lensa
yang baru, yang dibutuhkan selama hidup. Permukaan anteriornya di luar substansi dari
lensa dilapisi oleh selapis sel kuboid atau kolumner, sedang pada permukaan posteriornya
lapisan ini tidak didapatkan. Pada sebelah anterior dan posterior dari selaput lensa
melekat suatu membran yang disebut ligamen suspensor ; ke arah luar membentuk suatu
membran tipis (zonula Zinni) yang berinsersi pada korpus siliaris. Pada akomodasi untuk
melihat benda pada jarak dekat, otot siliaris akan berkontraksi dengan akibat korpus
siliaris akan bergerak ke muka, sehingga ligamen suspensor dari lensa menjadi kendor
dan karena elastisitas lensa, lengkungan lensa sebelah anterior akan bertambah cembung.

Korpus Vitreum
Merupakan massa transparan yang gelatinous dari bahan interseluler yang amorf;
sel-sel yang membentuknya belum diketahui dengan pasti. Korpus vitreum dibatasi oleh
lamina limitan interna dari retina, lensa serta bagian posterior dari zonula Zinni.

KELOPAK MATA
Kelopak mata bagian luar diliputi kulit, sedang bagian dalam oleh konjungtiva
palpebrae.
Kulit. Meliputi bagian luar dari kelopak mata terdiri dari kulit tipis dengan papil yang
kecil-kecil. Di sini didapatkan kelenjar-kelenjar lemak dan rambut. Pada bagian tepi
didapatkan folikel-folikel yang besar dari bulu mata. Di antara folikel-folikel rambut dari
bulu mata dan bermuara padanya didapatkan kelenjar keringat yang besar bergelung
disebut kelenjar Moll, dan kelenjar lemak yang besar dinamakan kelenjar Zeis.
Konjungtiva Palpebrae. Adalah mukosa tipis yang transparan yang meliputi kelopak
mata bagian dalam, sedang yang meliputi ”putih” mata disebut Konjungtiva bulbi.
Peralihan dari konjungtiva palpebrae ke konjungtiva bulbi dinamakan forniks.
Epitel yang melapisi konjungtiva adalah epitel berlapis kolumnar dengan sel-sel piala dan
stroma yang banyak mengandung jaringan limfoid yang difus. Ke arah tepi dari kelopak
mata epitel akan berubah menjadi epitel berlapis pipih dari kulit. Dekat pada limbus,
epitel dari konjungtiva bulbi akan menjadi epitel berlapis pipih dan yang akhirnya
bersambungan dengan epitel dari kornea.
Lapisan tengah kelopak mata, bagian posteriornya terdiri dari jaringan ikat yang
mengandung tarsus dengan kelenjar tarsal (Meibomi); sedang pada bagian anterior
didapatkan otot bergaris dari m. Orbicularis. Tarsus adalah suatu lempengan jaringan
ikat padat yang memberi bentuk pada kelopak mata. Kelenjar-kelenjar tarsal (Meibomi)
merupakan kelenjar lemak yang terdiri dari alveoli yang besar, dengan saluran keluar
yang panjang dan bermuara pada tepi kelopak mata di belakang bulu mata ; sekresinya
berminyak membantu meminyaki tepi kelopak mata sehingga kedua kelopak mata tak
melekat satu sama lain.

APARATUS LAKRIMALIS
Masing-masing mata diperlengkapi oleh kelenjar lakrimalis dengan saluran keluarnya
yang memberi air mata pada mata dan dua duktus lakrimalis, sakus lakrimalis dan duktus
nasolakrimalis yang mengalirkan airmata ke dalam rongga hidung.
Kelenjar lakrimalis adalah kelenjar tubulo-alveolar berganda yang serous. Sel-sel
sekretorisnya berbentuk piramidal kolumnar dan mengandung tetesan-tetesan lemak dan
granula sekresi, yang dipisahkan dari membran basalnya oleh sel mioepitel. Jaringan
interstisialnya sangat elastis. Duktusnya yang terkecil di lapisi oleh sel-sel kuboid, sedang
yang terbesar oleh 2 lapis sel.
Duktus lakrimalisnya dilapisi oleh epitel berlapis pipih dengan membran basal dan
stroma elastis yang mengandung jaringan limfoid yang difus.
Sakus lakrimalis serta duktus lakrimalis mempunyai lapisan yang sama dengan duktus
lakrimalisnya, tepi epitelnya lebih kolumnar.

Modul 3 Telinga

1. Learning objective:
Menjelaskan struktur organ auditus
Menjelaskan struktur mikroskopik telinga
Menjelaskan fisiologi indera khusus telinga
Menjelaskan fisika bioakustik

2. Skenario
Telingaku tuli :
Seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh pendengaran telinga kanannya
sangat berkurang selama 1 bulan. Ternyata ada sumbatan kotoran telinga yang mengeras.
Beberapa saat setelah kotoran telinganya dikeluarkan dokter, pendengaran telinga
kanannya menjadi sangat sensitif, kemudian normal kembali.
3. Kata kunci: telinga, pendengaran

4. Pohon masalah :

Anatomi
dan
histology
telinga

Fisiologi Bioakustik
telinga

5. Referensi

- OVERVIEW MASING-MASING TOPIK SESUAI DENGAN LEARNING


OBJECTIVE
SISTEM VESTIBULOKOKLEARIS
(Kontributor: dr. Lena Rosida, Mkes)

Komponen
- Organum vestibulare, alat yang mampu membantu tubuh menanggapi perubahan
dan penyesuaian keseimbangan tubuh
- Organum cochleare, alat yang mampu mengubah gelombang suara menjadi suara
yang dapat didengar.

Klasifikasi
Telinga atau alat pendengaran terdiri dari 3 bagian :
1. Telinga bagian luar : bagian yang menerima gelombang suara
2. Telinga bagian tengah : bagian yang meneruskan getaran suara
3. Telinga bagian dalam : bagian yang menerima getaran suara dan
merupakan asal dari impuls saraf
Telinga Bagian Luar
Telinga bagian luar terdiri dari : daun telinga, meatus akustikus eksterna, dan
membran timpani

Daun Telinga
Daun telinga terdiri dari jaringan tulang rawan elastis yang bentuknya teratur,
yang diliputi oleh kulit tipis yang mengandung rambut, kelenjar lemak dan kelenjar
keringat yang kecil.

Meatus Akustikus Eksterna


Meatus akustik eksterna diliputi oleh kulit yang merupakan lanjutan daripada kulit
yang meliputi daun telinga, yang juga menutupi permukaan dari membran timpani. Di
bawah kulit, pada bagian luarnya diperkuat oleh tulang rawan elastis yang bersambungan
dengan tulang rawan daripada daun telinga, sedang bagian dalamnya dari MAE diperkuat
oleh tulang.Pada bagian luarnya kulit tersebut tebal dan sepertiga bagian luar didapatkan
rambut pelindung yang pendek, kelenjar lemak yang besar, dan kelenjar seruminous yang
berbentuk tubuler yang bergelung-gelung. Kelenjar ini modifikasi kelenjar keringat, dan
tubulusnya dilapisi oleh sel-sel kuboid atau kolumner. Campuran sekresi kelenjar lemak
dan kelenjar seruminous di sebut serumen yang berguna untuk mencegah kekeringan
kulit daripada MAE dan membran timpani serta mencegah masuknya serangga.

Membran Timpani
Merupakan membran tipis yang semitrasparan, yang memisahkan telinga bagian
luar dan telinga bagian tengah (cavum timpani), dimana manubrium dari maleus melekat
pada permukaan dalamnya. Bagian luar dilapisi kulit yang terdiri dari epitel berlapis pipih
yang bersambungan dengan kulit yang melapisi MAE. Bagian dalam dilapisi oleh sel
kuboid rendah yang bersambungan dengan epitel selaput lendir telinga bagian tengah.

Telinga Bagian Tengah


Telinga bagian tengah terdiri dari cavum timpani dengan isinya.
Cavum Timpani
Merupakan suatu rongga yang berisi udara dalam tulang pelipis. Ke arah lateral
dipisahkan dari MAE oleh membran timpani, ke arah posterior berhubungan melalui
antrum timpani dengan rongga-rongga udara dari mastoid, ke arah anterior pada bagian
dasarnya berhubungan dengan nasofaring melalui tuba auditiva (Eustachii), dinding
medialnya memisahkan telinga bagian tengah dengan telinga bagian dalam, pada dinding
bagian atas terletak fenestra ovalis (vestibulum) sedangkan bagian bawah terletak
fenestra rotundum (koklea). Di dalam rongga timpani didapatkan tiga osikel auditiva
yang berjalan dari membran timpani ke fenestra ovalis. Di dalamnya juga didapatkan otot
tensor timpani dan otot stapedius. Melintas di ruangan ini berjalan saraf (korda timpani).
Rongga timpani diliputi oleh selaput lendir yang tipis yang sebagian besar epitelnya
terdiri dari epitel selapis kuboid tak bersilia tanpa membran basal. Lamina propia terdiri
dari selapis jaringan ikat tipis yang sangat erta melekat pada periosteum dari tulang-
tulang yang mengelilinginya.

Osikel Auditiva
Cavum Timpani

Ketiga osikel daripada telinga bagian tengah terdiri dari :


1. maleus, dimana manibriumnya melekat pada membran timpani
2. inkus, korpusnya terartikulasi dengan kapitulum dari maleus
3. stapes, kapitulumnya berartikulasi dengan prossesus daripada inkus, sedang
basisnya tepat menutupi fenestra ovalis.
Osikel auditiva merupakan tulang panjang yang atypis. Permukaan persendiannya
diliputi oleh tulang rawan hialin. Berfungsi menghantarkan getaran dari membran timpani
ke cairan di dalam telinga bagian dalam.

Otot
Otot tensor timpani berfungsi mempertahankan tonus membran timpani,
sedangkan otot stapedius mempunyai hubungan dengan artikulasi daripada ketiga osikel.

Fenestra Ovalis
Memisahkan cavum timpani dari vestibulum yang berhubungan dengan skala
vestibuli dari koklea dan ditutupi oleh stapes.

Fenestra Rotunda
Memisahkan cavum timpani dari skala timpani daripada koklea.

Tuba Eusthacii
Lumennya sempit, bagian yang dekat cavum timpani dikelilingi tulang, bagian
lainnya diperkuat tulang rawan hialin berbentuk sabit. Pada bagian yang mengandung
tulang dilapisi epitel selapis kolumner bersilia, bagian ujung faring epitelnya menjadi
berlapis sampai berderet kolumner dengan silia dan sel piala. Pada stroma di bagian
bawahnya didapatkan infiltrasi limposit dan kelenjar-kelenjar mukus serta serous.
Berfungsi untuk mengatur tekanan udara di dalam telinga bagian tenhngah sesuai dengan
tekanan atmosfer, sehingga tekanan di kedua belah pihak dari membran timpani sama.

Telinga Bagian Dalam


Menurut pengertian anatomi , telinga bagian dalam terdiri dari seluruh labirin
yang dibagi menjadi labirin oseosa yang mengandung perilimfe serta labirin membranosa
yang mengandung endolimfe.

Labirinthus Oseosa
Menempati pars petrosa tulang pelipis dan terdiri dari kanalis semisirkularis,
vestibulum, dan koklea. Permukaannya dilapisi oleh epitel selapis pipih yang meliputi
periosteum. Berfungsi melindungi dan menyangga labirin membranacea.

Labirinthus Membranosa
Terdiri dari 2 bagian yaitu labirin koklearis yang mengandung indera
pendengaran, dan labirin vestibularis yang mengandung alat keseimbangan yaitu
utrikulus, sakulus, dan bangunan yang disebut sebagai indera keseimbangan. Pada labirin
oseasa terdiri atas 2 jenis rongga yaitu :
- spatium perilimpaticus yang berisi perilimpa terdiri atas 2 rongga : scala vestibuli
dan scala timpani
- spatium endolimpaticus berisi endolimpa (scala media = ductus cochlearis).
Labirin membranacea mengandung bangunan yang berfungsi sebagai indera
keseimbangan :
- macula yang dilengkapi 2 jenis sel yaitu epitheliocytus sustentans dan cellula
sensoria pilosa.
- Crista ampularis merupakan bangunan yang terdapat dalam ampula. Ampula
merupakan pelebaran salah satu pangkal ductus semicircularis pada utriculus.

Koklea (Rumah Siput)


Pada koklea bagian tulang, sumbu tulangnya disebut modiolus yang terdiri dari
tulang spongiosa. Di dalam tabung tulang koklea, dari modiolus menonjol selapis tulang
yang sebagian melintang, mengikuti perputaran koklea sebagai lamina spiralis ossea yang
dihubungkan membran basalis dengan bagian luar di sebut lamina spiralis. Membran
basalis terdiri dari serabut-serabut kolagen yang padat dan beberapa serabut elastis,
sedang ligamen spiralis merupakan periosteum fibrous yang menebal mengikuti arah
perputaran koklea. Dengan jalan ini, tabung tulang koklea dibagi menjadi 2 ruangan yang
bagian atas diberi nama skala vestibuli, dan yang bawah di beri nama skala timpani.
Kedua ruangan ini terisi perilimfe, yang satu sama lain dihubungkan oleh lobang disebut
helikotrema. Skala timpani berhubungan dengan rongga subarakhnoid melalui duktus
perilimfatik. Duktus koklearis (skala media) mengandung endolimfe terletak di bagian
tengah tabung tulang koklea, yaitu di antara skala timpani dan skala vestibuli. Membran
vestibularis (Reissneri) memisahkan duktus koklearis dengan skala vestibuli dan terdiri
dari jaringan ikat yang kedua sisinya dilapisi oleh sel-sel pipih selapis. Pada bagian atas
membran basalis didapatkan deretan reseptor-reseptor pendengaran yang bersama-sama
membentuk organ spiralis (Corti). Pada bagian bawahnya didpatkan selapis sel-sel
jaringan ikat dimana terletak arteri spiralis dari koklea.

Organ Spiralis
Organ spiralis atau organon corti bersandar pada dinding membran basalis ductus
cochlearis. Kedua dindingnya dibentuk oleh dua sel yang tercat gelap yang disebut tiang
dari Corti dalam dan tiang dari Corti luar. Disebelah luar tiang Corti luar terdapat sel-sel
rambut luar yang berjumlah tiga buah, di sebelah dalam tiang Corti sebelah dalam
didapatkan sel-sel reambut dalam yang jumlahnuya satu. Dibawah sel-sel rambut
didapatkan sel-sel penyangga (sel Deiters). Di sebelah lateral dari sel rambut luar
didapatkan sel Claudius yang merupakan sel-sel kolumner tinggi, yang dengan cepat
menjadi rendah dan bersambungan dengan sel-sel yang melapisi dinding luar dari skala
media. Di bawah sel kolumnere didapatkan sel-sel yang mengandung granula (sel
Boettcher). Kecuali pada daerah organ Corti, membran basalis dilapisi oleh sel-sel kuboid
rendah, Ke arah dalam organ spiralis periosteum dari permukaan atas dari lamina spiralis
ossea membentuk bagian yang disebut limbus spiralis. Tepi luar dari limbus
memperlihatkan lekukan yang disebut sulkus spiralis internus. Pada permukaan dari
sulkus didapatkanm membran yang disebut membran tektoria. Pada organ spirale terdapat
3 jenis terowongan yaitu cuniculus internus, culiculus media, dan cuniculus externus.

Vestibulum
Modul 4 Integumentum
1. Learning objective:
Menjelaskan struktur integumentum (anatomi)
Menjelaskan struktur mikroskopik lapisan kulit, rambut, gld. sudorifera &
sebacea (histologi)
Menjelaskan fisiologi integumentum (fisiologi)
2. Skenario :
Seorang wanita berusia 14 tahun memperhatikan wajahnya berminyak setiap pagi
waktu bangun tidur. Dia sering merasa tidak percaya diri karena bau badan. Dia juga
sering berkeringat jika tampil di depan kelas.
3. Kata kunci:kulit berminyak, berkeringat, bau badan
4. Pohon masalah

Anatomi Fisiologi
dan kulit
histology
kulit

:
5. Referensi

- OVERVIEW MASING-MASING TOPIK SESUAI DENGAN LEARNING


OBJECTIVE
STRUKTUR KULIT
(Kontributor: dr. Ahmad Husairi, Mag)

Lapisan Kulit
Istilah integumentum commune (bahasa Latin tegere berarti penutup) mencakup
kulit dan jaringan subcutan, pilus (rambut), unguintum (kuku), dan glandula mamma
(payudara). Ketebalan kulit bervariasi dari 0,5 mm sampai 3 mm. Kulit di permukaan
dorsal dan extensor lebih tebal daripada di permukaan ventral dan flexor. Kulit bayi lebih
tipis dibandingkan dengan kulit orang tua.
Kulit terdiri atas 2 lapisan, yaitu:
1. Epidermis, yaitu lapisan superficial berupa epithelium stratificatum yang
berkembang dai ectoderm
2. Dermis (corium), yaitu lapisan bawah berupa jaringan ikat yang sebagian besar
berasal dari mesoderm.
Epidermis yang paling tebal terdapat di telapak tangan (palmar) dan telapak kaki
(plantar).

Struktur Khusus di Kulit


Struktur khusus yang terdapat di kulit adalah glandula sudorifera, glandula
sebacea, pilus (rambut), dan unguintum (kuku).
Pilus (rambut). Setiap rambut muncul dari sebuah folikel atau indentasi pada
kulit. Pilus terdiri atas batang (corpus) dan akar (radix).
Batang rambut terdiri atas cuticula dan cortex dari keratin yang keras mengelilingi
keratin yang lunak (medulla). Rambut yang berpigmen mengandung melanin di cortex
dan medulla.
Akar rambut terletak di epidermal tube yang disebut folikel rambut. Folikel
rambut terbenam ke dalam dermis atau jaringan subcutan. Folikel rambut berdilatasi di
dasarnya dan membentuk bulbus atau matrix.
Di sudut tumpul antara akar rambut dan permukaan kulit, seberkas serabut otot
polos yang disebut musculus erector pilorum biasanya ditemukan. Otot ini berjalan dari
bagian profundal folikel rambut ke dermis. Kontraksi otot ini menyebabkan rambut
menjadi tegak. Musculus erector pilorum diinnervasi oleh serabut saraf sympathis dan
berkontraksi sebagai respon terhadap emosi dan dingin. Hal ini menimbulkan permukaan
kulit yang tidak rata yang disebut goose pimple atau goose skin.
Unguintum (kuku) merupakan pengerasan zona cornificata dari epidermis.
Unguintum terletak di atas permukaan dorsal phalanx distal. Unguintum tumbuh ke arah
distal.

HISTOLOGI INTEGUMENTUM
(Kontributor: dr. H. Syamsul Arifin)

BATASAN
a. Integumentum = penutup, yang terdiri atas kulit dan bangun tambahannya yang
berperan sebagai penutup seluruh permukaan luar tubuh.
b. Komponen terdiri dari :
1. Kulit
2. Bangun tambahan terdiri dari :
* Rambut
* kuku
*.Kelenjar-kelenjar kulit (kelejar keringat, kelenjar sebacea, kelenjar
mammae )

KULIT
Komponen kulit dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Gambar 37) :
a. epidermis :
- stratum corneum : tampak penandukan, tanpa sel
- stratum lucidum : jernih, tanpa sel
- stratum granulosum : * sel-sel pipih
* butir keratohyalina dalam sitoplasma sel
- stratum spinosum : sel berbentuk polyhedral
- stratum basale :
 sel kuboid atau kolumner
 terdapat melanosit diantara sel-sel tersebut, yang dapat menghasilkan melanin
(hitam). Tempat-tempat lain adanya melanosit : membran mukosa rongga
mulut dan faring, leptomenings pada ventral batang otak dan mata (retina, di
tunika vaskulurais, kecuali cornea), folikel rambut, dermis pada daerah sakral
anak kecil yang menyebabkan warna kebiruan (Mongolian spot) dan
menghilang pada bulan ke-5 kehidupan. Kadang-kadang disebut juga sebagai
stratum germinativum karena pada stratum ini mempunyai sel-sel yang sering
tampak dalam proses mitosis.

STRATUM BASALE + SPINOSUM = STARTUM MALPIGHI

b. dermis :
- stratum papillare berlipat-lipat sebagai papillae (dermal papil), mendesak lapisan di
atas.
Perhatikan akhiran saraf MEISSNER
- stratum reticulare : - jaringan ikat longgar
- serabut-serabut elastis
c. tela subcutanea :
tersusun oleh jaringan ikat longgar. :
- lyphocytus (sel lemak)
- glandula sudorifera : acini dilapisi epithelium columnare simplex
- corpusculum lamellosum sebagai reseptor saraf
Gambar 37. Struktur histologis kulit

RAMBUT

Distribusi :
1. Rambut vellus = pendek, halus dan berpigmen sedikit (sebagian besar permukaan
tubuh)
2. Rambut terminal = panjang, kasar dan berpigmen , seperti : a). kapili (rambut
kepala), b). supersilia (rambut alis), c). silia (bulu mata), d). barbae (rambut
jenggot), e). tragi (rambut di lubang telinga), f). vibrissae (rambut di lubang
hidung), g). hirsi (rambut di ketiak), dan h). pubes (rambut genitalia)

Komponen Rambut
• Medula = sel-sel yang lunak (epitheliocytus polyhedralis)
• Cortex = sel menanduk,kering dgn ranulum melanini
• Cuticula = epitheliocytus cuticularis
Komponen kantung rambut
fundus folliculi : dasar
- cervix folliculi : lebar
- canalis folliculi : epithelium merupakan selubung :
*vagina radicularis interna
*vagina radiculari externa
Gambar 38. Struktur rambut

KUKU
• Kuku semi transparan, warna merah jambu karena banyak vaskularisasi jaringan
di bawahnya
• Struktur histologis hampir sama dengan kulit tebal.

Gambar 39. Struktur kuku

KELENJAR CUTIS

Kelenjar Lemak/glandula Sebacea


• Tempat : diseluruh kulit, kecuali telapak tangan dan kaki (bagian kulit yang tidak
berambut)
• Struktur : portio terminalis terletak dalam dermis dilengkapi dengan sel
exocrinocytus sebaceus. Makin ke dalam makin besar, sel polihedral, pada
sekresi inti sel mngerut = jenis holocrin
• Ductus galndularis
 glandula sebacea pili bermuara dalam kantong rambut, contohnya pada
wajah, kulit kepala, bagian tengah buah dada dan punggung
 glandula sebecea libera bermuara ke permukaan kulit , contohnya : yang
terdapat pada bibir, permukaan oral pipi, puting susu, areola mammae,
glands penis dan permukaan dalam prepusium (kelenjar Tyson) ,
permukaan dalam labia minora serta kelenjar Meibom kelopak mata.

Kelenjar Keringat/glandula Sudorifera


• Tempat : tersebar dekat permukaan kulit, kecuali bibir, glands penis, bagian kulit
di bawah kuku
• Dikenal 2 macam, yaitu
A. apokrin = berbentuk alveolus , banyak pada aksila, daerah genitalis, meatus
acusticus eksterna, dipengaruhi oleh hormon sek (pubertas)., dengan struktur :
- kelenjar tubulosa simpleks dengan bagian sekretoriknya berkelok-kelok.
- epitel sekretoriknya terdiri atas sel-sel kubis atau kolumnar rendah dan
mempunyai inti bulat terletak di basal.
- diantara sel-sel sekretorik dan membrana basalis tampak sel brebtnuk
kumparan bercabang disebut mioepitel.
- pars exretorius terdiri atas dua lap[is sel epitel kubis.
- terletak di dermis atau pada bagian atas jaringan subkutan.
B. merocrin/ ekrin = berbentuk alveolus/acinus, banyak pada telapak tangan dan
kaki, dengan struktur sama sepertri kelenjar apokrin tetapi pada paras
sekretorik mempunyai dua jenis sel yaitu sel jernih (light cell) yang besar dan
sel gelap (drak cell) yang lebih kecil.

Gambar 40. Gambar skematis kelenjar lemak dan kelenjar keringat

Glandula mammaria pada stadium istirahat


a. lobulus : - batas : tidak jelas
- isi : *alveolus tenang tidak ada tanda kegiatan
*ductus lactifer : epithelium cuboideum simplex
b. septum interlobularis : - serabut kalogen padat
- ductus lactifer interlobularis :
epitel berlapis
- sel lemak banyak di luar lobulus
Glandula mammaria pada stadium kehamilan

 ductus excretorius : epitheliocytus memperbanyak diri


 pars secretorius : terbentuk alveolus tanpa lumen sekresi pada awal kehamilan dan
pada pertengahan klehamilan sel-sel epitel alveolus bertambah tinggi, melebar dan
membentuk lumen serta berisi kolostrum
 jaringan interstisium : - jaringan lemak sebagian besar menghilang
 infiltrasi sel lymphoid

Glandula mammaria pada stadium laktasi

- pars secretorius : gambaran berbagai tahap. Ada yang ditandai :


- lumen lebar, penuh air susu, sehingga dinding menipis
- lumen sempit, dinding tebal
- dinding tersusun oleh sel yang bentuknya mungkin :
* silindris : - apex menonjol, kadang-kadang terpisah dari sel sendiri
* pipih : - permukaan halus
- nucleus membulat, mengerut, sentral

Ciri khas tahap sekresi : pada permukaan sel tampak tetes-tetes lemak yang menonjol ke
arah lumen.
- ductus excretorius : lapisan dinding berturut-turut dari lumen ke luar :
= epithelium dengan sel berbentuk kubus atau silinder rendah
= myoepitheliocytus : berbentuk bintang
= membrana basalis
- ductus lactifer : dekat muara saluran pada papilla mammae dilengkapi dengan
epithelium
squamosum stratificatum.
- jaringan ikat interstisum : padat, membagi lobi menjadi lobuli

Anda mungkin juga menyukai