1. Pendahuluan
Blok akan dilaksanakan pada fase I semester II diselesaikan dalam 5 minggu,
dengan 4 minggu masa aktif dan 1 minggu masa ujian. Pada blok ini mahasiswa
akan belajar tentang dasar ilmu kedokteran yang terkait dengan systema
nervosum, organ sensoris, dan integumentum. Materi yang dibahas adalah
struktur systema nervosum centrale, struktur systema nervosum periphericum,
struktur organ sensoris, struktur integumentum, fisiologi organisasi sistem saraf ,
sel saraf, sensasi sensoris (mekanoreseptor dan nyeri), fisiologi batang otak,
korteks serebri, dan sistem saraf otonom, fisiologi indera khusus (pengecapan,
pendengaran, penglihatan, peraba, dan penghidu), fisiologi integumentum,
struktur, sifat dan fungsi senyawa di jaringan saraf (neurotransmitter), struktur
mikroskopik neuron, neuroglia, SSO (Sistem Saraf Otonom), SST (Sistem Saraf
Tepi), myelin, sinaps, dan reseptor kulit , Struktur mikroskopik mata, telinga,
pengecapan, dan penghidu, Struktur mikroskopik lapisan kulit, rambut, gld.
sudorifera & sebacea, proses kornifikasi, embriologi systema nervosum,
embriologi organ sensoris, embriologi integumentum, fisika optik, bioakustik, dan
biolistrik.
Untuk itu diperlukan pembelajaran keterampilan tentang pemeriksaan sensibilitas
dan refleks fisiologis, pemeriksaan visus dan buta warna, pemeriksaan saraf
cranialis, dan tes pendengaran (garpu tala). Mahasiswa juga akan mempelajari
sikap profesionalisme yang terkait dengan topik di atas.
Blok ini akan dipelajari dengan menggunakan strategi pembelajaran berupa
metode kuliah (lecture), praktikum, tutorial, dan skill lab.
2. Daftar Isi
3. Tujuan Blok
Pada akhir blok, mahasiswa kedokteran akan mampu:
- Menemukan tanda-tanda fisik yang berkaitan dengan sistem neurosensoris dan
integumentum
- Melakukan pemeriksaan laboratorium dasar yang berkaitan dengan sistem
neurosensoris dan integumentum
- Menjelaskan konsep dan prinsip ilmu biomedik baik secara molekular maupun
selular dalam pemahaman mekanisme normal sistem neurosensoris dan
integumentum:
Anatomi:
- Menjelaskan dan menunjukkan struktur systema nervosum centrale
- Menjelaskan dan menunjukkan struktur systema nervosum periphericum
- Menjelaskan dan menunjukkan struktur organ sensoris
- Menjelaskan struktur integumentum
Fisiologi:
- Menjelaskan fisiologi organisasi sistem saraf , sel saraf, sensasi sensoris
(mekanoreseptor dan nyeri)
- Menjelaskan fisiologi batang otak, korteks serebri, dan sistem saraf otonom
- Menjelaskan fisiologi indera khusus (pengecapan, pendengaran, penglihatan,
peraba, dan penghidu)
- Menjelaskan fisiologi integumentum
Biokimia:
- Menjelaskan struktur, sifat dan fungsi senyawa di jaringan saraf
(neurotransmitter)
Histologi:
- Menjelaskan dan menunjukkan struktur mikroskopik neuron, neuroglia, SSO
(Sistem Saraf Otonom), SST (Sistem Saraf Tepi), myelin, sinaps, dan reseptor
kulit
- Menjelaskan dan menunjukkan Struktur mikroskopik mata, telinga, dan
penghidu
- Menjelaskan dan menunjukkan Struktur mikroskopik lapisan kulit, rambut,
gld. sudorifera & sebacea
- Menjelaskan proses kornifikasi
Biologi:
- Menjelaskan embriologi systema nervosum
- Menjelaskan embriologi organ sensoris
- Menjelaskan embriologi integumentum
Fisika:
Menjelaskan fisika optik, bioakustik, dan biolistrik
Farmakologi:
Menjelaskan obat otonom
Etika:
Menerapkan kaidah dasar bioetika dan prima facie dalam penyelesaian kasus
hipotetik.
5. Topik Tree
6. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran yang digunakan berupa:
- Kuliah (lecture) : 20 x pertemuan
- Tutorial : 4 x pertemuan
- Skill Lab : 4 x pertemuan
- Praktikum : 9 x pertemuan
- Mandiri
I. Kuliah:
1. Anatomi (3x50 menit)
- Systema nervosum centrale (1 x 50 menit)
- Systema nervosum periphericum (1 x 50 menit)
- Organ sensoris dan integumentum(1 x 50 menit)
2. Histologi (4x50 menit)
- Histologi jaringan saraf (1x50 menit)
- Histologi organ mata, telinga dan penghidu (2 x 50 menit)
-Histologi integumentum (1x50 menit)
3. Embriologi (3x50 menit)
- Systema nervosum (1x50 menit)
- organ sensoris(1x50 menit)
- integumentum(1x50 menit)
4. Fisiologi(5x50menit)
- Fungsi sel saraf (mekanisme potensial aksi) 1 x 50 menit
- Organisasi sistem saraf (fungsi) 1 x 50 menit
- Fungsi sistem saraf otonom 1 x 50 menit
- indera khusus dan integumentum (2 x 50 menit)
5. Biokimia (1x50 menit):
Senyawa di Jaringan Saraf (Neurotransmiter)
6. Fisika (2x50 menit)
-Bio-optik dan bioakustik (termasuk Doppler)
-Biolistrik
7. Farmakologi (1 x 50 menit)
- obat-obat otonom
6. Sistem Penilaian
1. Formatif
a. Kehadiran:
1. Tutorial : 100%
2. Perkuliahan :80%
3. Praktikum : 100%
4. Skill lab : 100%
b. Penilaian tutorial:nilai cukup (>=60)
c. Praktikum: lulus ujian praktikum
d. Afektif skill lab: cukup (lihat penilaian sikap)
2. Sumatif
- Ujian tulis blok berupa soal MCQ (40%)
- OSCE (30%)
- Tutorial (knowledge) (20%)
- Tugas (10%).
Standard setting
Penilaian menggunakan sistem PAP, terdiri atas:
A = 80-100
B+ =75-79,99
B =70-74,99
C+ =65-69,99
C =60-64,99
D+ =55-59,99
D =50-54,99
E = 0-44,99
NBL blok: 60
NBL OSCE: 70
NBL ujian tulis: 60
Remediasi:
Jika nilai di bawah Nilai Batas Lulus (NBL) ujian tulis, dilakukan 1 kali remedial pada
minggu remedial pada akhir semester.apabila masih di bawah NBL, coba diremedial
tahap 2 pada akhir tahun (mirip seperti PAT). Jika masih gagal, maka harus mengulang
blok.
Blueprint Assessment
Bagian
Learning Jumlah Anatomi Fisika Farmakologi Histologi Fisiologi Biokimia biologi
Objective soal
Menjelaskan 5 5
struktur systema
nervosum
centrale
Menjelaskan 5 5
struktur systema
nervosum
periphericum
Menjelaskan 5 5
struktur organ
sensoris
Menjelaskan 5 5
struktur
integumentum
Menjelaskan 5 5
fisiologi
organisasi sistem
saraf , sel saraf,
sensasi sensoris
(mekanoreseptor
dan nyeri)
Menjelaskan 5 5 10
fisiologi batang
otak, korteks
serebri, dan
sistem saraf
otonom
Menjelaskan 5 5
fisiologi indera
khusus
(pengecapan,
pendengaran,
penglihatan,
peraba, dan
penghidu)
Menjelaskan 5 5
fisiologi
integumentum
Menjelaskan 5 5
struktur, sifat dan
fungsi senyawa di
jaringan saraf
(neurotransmitter
)
Menjelaskan dan 5 5
menunjukkan
struktur
mikroskopik
neuron,
neuroglia, SSO
(Sistem Saraf
Otonom), SST
(Sistem Saraf
Tepi), myelin,
sinaps, dan
reseptor kulit
Menjelaskan dan 5 5
menunjukkan
Struktur
mikroskopik
mata, telinga, dan
penghidu
Menjelaskan dan 5 5
menunjukkan
Struktur
mikroskopik
lapisan kulit,
rambut, gld.
sudorifera &
sebacea
Menjelaskan 5 5
proses kornifikasi
Menjelaskan 5 5
embriologi
systema
nervosum
Menjelaskan 5 5
embriologi organ
sensoris
Menjelaskan 5 5
embriologi
integumentum
Menjelaskan 10 10
fisika optik,
bioakustik, dan
biolistrik
Menjelaskan obat 10 10
otonom
Menerapkan
kaidah dasar
bioetika dan
prima facie dalam
penyelesaian
kasus hipotetik
Total 100 5 5 20 60 10
7. Tim Blok
Koordinator: Dr. Ahmad Husairi, M.Ag
Anggota:
- dr. H. Syamsul Arifin
- dr. Fahrurrazy, MKes
- dr. Edyson, M.Kes
- dr. Siti Kaidah
- dr. Husnul Khatimah
Biologi:
1. Embriologi Langman
2. Moore KL: Embriologi
Fisika:
1. Fisika Kedokteran Gabriel
2.
Farmakologi:
1.
2.
2. Jurnal
1.
2.
3. CD software pembelajaran
4. Web/elctronic mail
5. Laboratory
Minggu I
MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
KE-
I Kuliah
08.00-09.00 Overview
Biologi/Embriologi
I (systema
nervosum)
09.00-10.00 BBM S1/T1 Kuliah Kuliah BBM S1/T2 Kuliah Histologi II
Anatomi II Histologi I (Mata, Telinga, dan
(SNP) (Jaringan Saraf) Penghidu)
10.00-11.00 BBM S1/T1 Kuliah Kuliah BBM S1/T2 Kuliah Histologi III
Anatomi III Histologi II (Mata, Telinga, dan
(organ sensoris (Integumentum) Penghidu)
dan
Integumentum)
11.00-12.00
12.00-13.00 Kuliah
Anatomi
I(SNC)
13.00-14.00 Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum
Anatomi Anatomi Anatomi Histologi
(SNC) (organ (Saraf)
sensoris)
14.00-15.00 Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum
Anatomi Anatomi Anatomi Histologi Histologi
(SNC) (Integumentum)
15.00-16.00 Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum Praktikum
Anatomi Anatomi Anatomi Histologi Histologi
(SNC)
16.00-17.00 Praktikum
Histologi
Minggu II
MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
KE-
Minggu III
MINGGU KE- SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
Kuliah Mandiri
08.00-09.00
Fisika I
(Biooptik,
bioakustik)
09.00-10.00 BBM S3/T1 Kuliah Kuliah BBM S3/T2 Mandiri
Farmakologi Fisika II
(obat (Biolistrik)
otonom)
10.00-11.00 BBM S3/T1 BBM S3/T2
11.00-12.00 Mandiri
12.00-13.00 Skills lab Mandiri Skills lab II
II
13.00-14.00 Skills lab Praktikum Skills lab II
II farmakologi
14.00-15.00 Skills lab Praktikum Skills lab II Ujian
II farmakologi praktikum
Anatomi
15.00-16.00 Praktikum Ujian
farmakologi praktikum
Anatomi
16.00-17.00 Ujian
praktikum
Anatomi
Minggu IV
MINGGU KE- SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
Mandiri
08.00-09.00
Minggu V
MINGGU SENIN SELASA RABU KAMIS JUM’AT SABTU
KE-
Ujian Teori
08.00-09.00 Blok
09.00-10.00 Temu Remedial Remedial Ujian Skill Lab Ujian Teori
pakar praktikum praktikum Blok
Histologi Biologi
10.00-11.00 Temu Remedial Ujian Skill Lab
pakar praktikum
Histologi
11.00-12.00 Remedial Ujian Skill Lab
praktikum
Histologi
12.00-13.00
15.00-16.00
11. Modul
2. Skenario
Lenganku rasa kesetrum
Seorang mahasiswa kedokteran semester II menjadi heran setelah bagian dalam
ujung lengan atasnya terbentur benda keras. Dia merasakan sensasi seperti kesetrum
listrik yang menjalar sepanjang sisi dalam lengan bawah sampai telapak jari tangan IV
dan V. Beberapa menit kemudian, sensasi tersebut menjadi hilang.
3. Kata kunci : terbentur di bagian dalam ujung lengan
atas, sensasi seperti kesetrum listrik.
4. Pohon masalah
Anatomi Fisiologi
dan system
histology saraf
system
saraf
Neurotrans Fisika
miter biolistrik
5. Referensi:
1. Burt AM 1993: Textbook of Neuroanatomy. WB Saunders Company,
Philadelphia
2. Drake RL, Vogl W, Mitchel AWM 2005: Gray’s Anatomy for Students.
Elsevier Churchill Livingstone, Philadelphia
3. Moore KL & Dalley AF 2006: Clinically Oriented Anatomy. Lippincott
William & Wilkins, Philadelphia
4. .................
1. Systema nervosum autonomicum (SNA) atau Sistem Saraf Otonom (SSO), terdiri
atas:
a. Serabut saraf sympathis
b. Serabut saraf parasympathis
2. Systema nervosum somaticum atau Sistem Saraf Somatik.
Encephalon terletak di dalam dan hampir mengisi penuh cavitas cranii. Encephalon
berlanjut melalui foramen magnum menjadi medulla spinalis. Medulla spinalis
menempati tetapi tidak mengisi penuh canalis vertebralis. Serangkaian serabut saraf
muncul dari encephalon yang disebut nervi craniales dan biasanya berjumlah 12 pasang.
Tiga puluh satu pasang nervi spinales yang tersusun segmental muncul dari medulla
spinalis.
Medulla spinalis. Medulla spinalis adalah massa jaringan saraf yang panjang,
hampir silinder, dan menempati sekitar 1/3 atas canalis vertebralis. Berbeda dengan
hemispherium cerebri, substantia grissea di medulla spinalis terletak di bagian dalam dan
substantia alba di bagian luar.
Sel-sel substantia grissea medulla spinalis meliputi:
1. Sel-sel motoris, axonnya keluar melalui radix ventralis dan menginnervasi otot
skelet
2. Sel-sel motoris, axonnya keluar melalui radix ventralis dan pergi ke ganglion
otonom
3. Sel-sel sensoris dan sel-sel intercalatus, berhubungan dengan mekanisme sensoris
dan mekanisme refleks.
Substantia alba mengandung tractus ascendens dan tractus descendens.
Meninx. Encephalon dan medulla spinalis dibungkus dan dilindungi oleh lapisan
jaringan non saraf yang disebut meninx. Meninx terdiri atas (dari luar ke dalam) dura
mater, arachnoidea mater, dan pia mater. Dura mater disebut pachymeninx.
Pachymeninx berasal dari bahasa Yunani yaitu pachys yang berarti tebal dan meninx
yang berarti membran. Arachnoidea mater dan pia mater disebut leptomeninx, berasal
dari kata leptos yang berarti tipis.
Dura mater adalah membran fibrosa yang kuat. Bagian cranial dura mater terletak
tepat internal dari tulang. Dura mater spinal terpisah dari tulang oleh celah yang disebut
spatium epidurale.
Arachnoidea mater adalah jaringan serabut-serabut retikuler yang halus.
Arachnoidea mater terpisah dengan dura mater oleh ruang yang disebut spatium
subdurale.
Pia mater adalah lapisan serabut-serabut elastis dan retikuler yang melekat erat ke
encephalon dan medulla spinalis. Ruang di antara arachnoidea mater dan pia mater
disebut spatium subarachnoidale. Spatium subarachnoidale berisi liqour cerebrospinalis.
Nervi spinales. Di setiap sisi medulla spinalis keluar serangkaian serabut saraf
yaitu radix dorsalis di bagian belakang dan radix ventralis di bagian depan. Selanjutnya,
radix dorsalis dan radix ventralis bergabung membentuk nervus spinalis. Pada umumnya
ada 31 pasang nervi spinales yang terdiri atas 8 pasang nervi cervicales, 12 pasang nervi
thoracales (thoracici), 5 pasang nervi lumbales, 5 pasang nervi sacrales, dan 1 pasang
nervi coccygeales. Setelah keluar dari foramen intervertebrale, nervus spinalis bercabang
menjadi ramus dorsalis dan ramus ventralis.
Jaringan saraf merupakan salah satu dari keempat jaringan utama yaitu jaringan
ikat, jaringan epitel, jaringan otot, dan jaringan saraf. Jaringan saraf terdiri dari sel-sel
saraf atau neuron dan neuroglianya. Protoplasma neuron mempunyai dua sifat yaitu :
1. Iritabilitas : kemampuan menimbulkan jawaban terhadap rangsangan fisik maupun
kimia
2. Konduktivitas : kemampuan menghantarkan rangsangan dari suatu tempat ketempat
lain
A. Di dalam tubuh kita jaringan saraf membentuk suatu sistem yaitu sistem saraf
sebagai suatu jaringan komunikasi terpadu. Sistem saraf pada manusia
mengandung paling tidak 10 milyar neuron.
Satuan terkecil atau unit strukturil dan fungsionil dari sistem saraf ialah neuron.
Semua neuron dapat merangsang neuron lain yang berhubungan dan hubungan khusus
antara neuron-neuron itu disebut sinaps. Unit terpadu dari neuron merupakan arkus
refleks. Arkus refleks yang sederhana terdiri hanya dari dua neuron saja, misalnya refleks
lutut (tendopatellae) yang melibatkan satu neuron aferen (sensoris) dan satu neuron
eferen (motoris) saja.
Struktur neuron
Neuron terdiri dari (Gambar 23):
1. Perikarion atau badan sel
2. Akson merupakan prosesus (juluran) sitoplasma perikarion
3. Dendrit
Dendrit
Dendrit tunggal pada sel ganglion sensoris (ganglion spinalis) mirip akson dari
sistem saraf tepi. Dendrit ini merupakan bagian sel ganglion unipoler dan bipoler.
Pada neuron yang multipoler dendritnya pendek, banyak, bercabang-cabang dan
tidak berselubung mielin. Bentuk dan ukuran dendritnya bermacam-macam dan
kebanyakan permukaannya tidak rata tapi mempunyai banyak tonjolan-tonjolan yang
disebut “gemmules/gemmula/spina dendritica” dengan tebal 0,2 mm. Tonjolan ini
merupakan tempat sinaps antara dendrit dan akson-akson yang merangsangnya.
Organel-organel dendrit seperti pada perikarion kecuali badan Nissl tidak terdapat
sampai pada cabang-cabang akhirnya.
Akson
Akson merupakan juluran tunggal yang keluar dari bagian perikarion yang disebut
akson hilok. Bagian ini tidak mengandung badan Nissl, demikian juga aksonnya. Panjang
dan diameter akson sangat variabel.
Akson dapat bercabang yang disebut kolateral, yang arahnya biasanya tegak lurus
dan berakhir dengan akhiran-akhiran yang bercabang-cabang kecil yang disebut
telodendria yang dapat berhubungan dengan perikarion, dendrit, atau akson neuron lain
pada sinaps.
Didalam akson terdapat mitokondria, retikulum endoplasmik agranuler dan
banyak mikrotubul-mikrotubul dan mikrofilamen-mikrofilamen.
Tipe-tipe neuron
1. Menurut jumlah julurannya, terdapat :
a. Unipoler neuron : satu akson (pada embrio)
b. Pseudounipoler neuron : berbentuk T (ganglion spinal)
c. Bipoler neuron : satu akson dan satu dendrit (pada retina, ganglion vestibularis
dan koclearis, sel-sel sensoris epitel pembau)
d. Multipoler neuron : satu akson dan beberapa dendrit.
- berbentuk bintang (sel-sel motorik kornu anterior)
- berbentuk piramid (korteks serebri)
e. Sel Purkinje : satu akson dan satu dendrit yang bercabang banyak dalam satu
bidang (serebelum)
2. Menurut panjang aksonnya, terdapat :
a. Golgi tipe I : aksonnya panjang (motorik)
b. Golgi tipe II : aksonnya pendek (korteks serebri, serebeli, retina)
3. Menurut fungsinya, terdapat :
a. Neuron aferen : perikarionnya dalam ganglion spinal, dendrit panjang
b. Neuron eferen perikarionnya dalam SSP dendritnya pendek
Neuron konektor
A. Ganglia :
Merupakan kumpulan perikarion yang terdapat di luar SSP, walaupun tidak
semua ganglion terletak di luar SSP. Kumpulan perikarion di dalam SSP disebut
nukleus. Ganglia terdiri dari 2 macam :
1. Ganglion kranio-spinal (sensoris)
2. Ganglion otonomik (ganglion visceral dan motorik)
Besarnya ganglia sangat variabel dan masing-masing diliputi oleh jaringan
ikat dengan serabut-serabut kolagen dan retikuler. Di dalamnya terdapat juga
serabut-serabut saraf (akson dan dendrit) dengan selubungnya dan tiap sel ganglion
(perikarion) mempunyai sel kapsul yang terdiri dari selapis sel pipih atau kubis yang
disebut sel satelit atau sel kapsul.
B. Serabut-serabut saraf :
Semua serabut saraf dalam SSP maupun SST aksonnya mempunyai selubung
satu atau lebih. Terdapat 2 macam serabut saraf :
1. Serabut saraf tak bermielin
Dalam SSP serabut saraf tak bermielin ini hanya diliputi oleh sel-sel glia sebagai
akson kecil. Dalam SST serabut saraf tak bermielin ini diliputi oleh selubung (sel)
Schwann (neurolema atau neurilema) sebagai serabut sensoris yang halus, sebagai
serabut-serabut posganglioner sistem saraf otonomik dan akson neolfaktorius.
2. Serabut saraf bermielin
Dalam SSP diliputi oleh selubung myelin dan sel-sel glia. Dalam SST diliputi
oleh selubung myelin dan selubung (sel) Schwann.
Permukaan luar tiap sel Schwann diliputi oleh basal membran yang
memisahkannya dengan jaringan ikat sekitarnya. Serabut saraf yang diselubungi
dengan cara yang tersebut di atas merupakan serabut saraf tak bermielin.
Mikroskopis serabut-serabut ini sering tidak tampak, tapi bila dalam berkas-
berkas kadang-kadang tampak oleh adanya inti-inti sel Schwann yang memanjang
dan lapisan selubung jaringan ikat sekitarnya. Fungsi sel Schwann di sini belum
jelas, sebab perpindahan aksi potensial itu jasa dari aksolema (selaput akson).
Selubung myelin
Kebanyakan serabut saraf tepi yang diameternya lebih dari 1 mm diikuti oleh
selubung mielin, yang sebenarnya adalah selaput sel Schwann yang tersusun
melingkar-lingkar, kompak dan merupakan selubung yang terputus-putus sekitar
akson.
Terbentuknya selubung mielin ialah bahwa salah satu tepi selaput sel
Schwann pada mesakson tumbuh melingkari tepi yang lain sehingga merupakan
lapisan-lapisan ketika
mesaksonnya memanjang.
Lapisan-lapisan yang terbentuk inilah merupakan selubung mielin. Perlekatan
antara permukaan luar dari selaput sel yang melingkar disebut garis intraperiod dan
perlekatan antara permukaan dalam yang sudah hilang sitoplasmanya disebut major
dense lipe.
Tiap sel Schwann membentuk satu segmen atau internod selubung myelin
akson dengan inti sel Schwann terletak di tengah dan di luar lapisan yang kompak.
Pada akhir tiap internod terdapat celah yang disebut sebagai nodus Ranvier. Basal
membran meliputi tiap-tiap internod maupun nodus Ranvier. Pada selubung myelin
terdapat celah yang berbentuk corong yang disebut celah Schmidt-Lanterman dan
dengan mikroskop electron ini ternyata sisa-sisa sitoplasma di antara lapisan-lapisan
pada selubung myelin. Pada preparat rutin maka selubung myelin sebagian besar
larut, meninggalkan sisa proteolipid yang disebut neurokeratin.
Selebung myelin ini mengandung kadar lemak yang tinggi sehingga serabut
saraf bermielin tampak putih dibanding dengan serabut saraf tak bermielin tampak
abu-abu.
Selubung myelin pada serabut saraf pusat dibentuk oleh glia yaitu
oligodendrosit. Satu oligodendrosit dapat membentuk beberapa segmen atau
segmen-segmen beberapa akson.
Jaringan ikat dan basal membran tidak ada pada selubung myelin SSP. Cara
pembentukan selubung myelin pada serabut saraf pusat belum diketahui. Nodus
Ranvier tidak tampak jelas dengan mikroskop biasa.
Jaringan ikat pada serabut saraf tepi atau perifer
Epineurium :
Merupakan selubung jaringan ikat yang menyelubungi seluruh serabut saraf
perifer. Serabut saraf perifer ini biasanya terbentuk dari gabungan berkas-berkas
saraf atau fasikel-fasikel, dan diantara masing-masing berkas ini diliputi juga oleh
pelanjutan-pelanjutan epineurium.
Epineurium terdiri dari jaringan ikat tak teratur yang mengandung serabut-
serabut kolagen, elastis, sel-sel fibroblas dan histiosit serta pembuluh darah.
Perineurium :
Merupakan selubung yang menyelubungi berkas-berkas saraf atau fasikel-
fasikel saraf. Terdiri dari beberapa lapisan yang masing-masing merupakan sel-sel
pipih mirip fibroblas yang tersususn sebagai epitel selapis dengan hubungan
okludens (tight junction) yang melekat pada membrana basalisnya. Dengan adanya
perineurium ini maka terdapat suatu sawar (barrier) terhadap bahan yang ada di
dalam dan di luar berkas serabut saraf.
Endoneurium :
Merupakan jaringan ikat yang menyelubungi tiap serabut saraf dalam berkas
saraf yang terdiri dari serabut-serabut kolagen dan retikuler yang halus serta sel-sel
fibroblas. Endoneurium ini erat hubungannya dengan neurilema yang hanya
dipisahkan oleh membrana basalis.
Cairan dan jaringan ikat endoneurium terpisah dari jaringan ikat umum tubuh,
kecuali pada ujung-ujung sarafnya dan ini dapat merupakan jalan masuknya infeksi
virus atau bakteri-bakteri.
C. Akhiran saraf
Terdiri dari :
1. Akhiran saraf eferen, mensarafi :
a. Efektor somatic : otot skelet untuk kontraksi
b. Efektor otonomik : usus, jantung, kelenjar
- yang parasimpatis merangsang aktivitas
- yang simpatis menghambat aktivitasnya
2. Akhiran saraf aferen, merupakan :
a. Akhiran saraf bebas dalam jaringan
b. Akhiran saraf dengan bentukan khusus
Meninges
Merupakan pembungkus jaringan ikat dari SSP. Terdiri dari lapisan :
1. Durameter : pakhimenings
2. Arakhnoid leptominengs = pia-arakhnoid
3. Pia mater
Durameter
Merupakan menings paling luar, terdiri dari jaringan ikat padat yang
berhubungan langsung dengan periosteum tulang tengkorak. Durameter yang
menyelubungi medulla spinalis dipisahkan dari periosteum vertebrata oleh ruang
epidural yang mengandung vena-vena kecil, jaringan ikat kendor dan lemak.
Durameter senantiasa terpisah dari arakhnoid oleh suatu ruang subdural
yang sempit. Permukaan dalam semua durameter dan juga permukaan luarnya pada
medulla spinalis dilapisi oleh epitel selapis yang berasal dari mesenkim.
Arakhnoid
Mempunyai 2 komponen : suatu lapisan yang berhubungan dengan
durameter dan suatu trabekula yang menghubungkan lapisan tersebut dengan pia
mater. Ruang diantara trabekula membentuk ruang aubarakhnoid yang berisi cairan
serebrospinal dan samasekali terpisah dari ruang subdural.
Arakhnoid terdiri dari jaringan ikat yang tidak mengandung pembuluh
darah. Permukaannya dilapisi oleh epitel selapis pipih sama dengan yang melapisi
duramater. Seperti selubung perineurium, sel-sel epitel permukaan luar arakhnoid
saling berhubungan dengan hubungan okludens, sehingga lapisan ini tak dapat
ditembus oleh cairan serebrospinal. Lapisan arakhnoid ini berhubungan dengan
perineurium pada saraf radiks, sehingga tentunya terdapat hubungan antara ruang
subarakhnoid dan endoneurium.
Di dalam beberapa daerah, arakhnoid melubungi duramater, dengan
membentuk penonjolan yang berakhir didalam sinus venosus duramater. Tonjolan
ini disebut vilus arakhnoidalis, fungsinya memindahkan cairan serebrospinal kearah
sinus venosus.
Piamater
Piamater mengandung banyak pembuluh darah, terletak sangat dekat
dengan jaringan saraf, tetapi ia tidak berhubungan langsung dengan sel atau serabut
saraf. Diantara pia mater dan unsure saraf tersebut terdapat suatu lapisan tipis dari
prosesus neuroglia yang melekat erat dengan pia mater.
Piamater mengikuti permukaan S.S.P dan menembus ke dalam sampai
kedalaman tertentu bersama-sama dengan pembuluh darah. Ia dilapisi oleh sel
selapis pipih yang berasal dari lapisan mesenkim.
Pembuluh darah menembus SSP melalui saluran-saluran yang dilapisi oleh
pia mater dan disebut ruang perivaskuler. Piamater ini lenyap sebelum pembuluh
darah tersebut berubah menjadi kapiler.
Modul 2 Mata
1. Learning objective
Menjelaskan struktur organ visus (anatomi)
Menjelaskan struktur mikroskopik mata (histologi)
Menjelaskan fisiologi indera khusus mata (fisiologi)
Menjelaskan fisika biooptik (fisika)
2. Skenario
Aduh, mataku terasa kabur
Seorang pelajar berusia 17 tahun mengeluh penglihatannya kabur pada saat
melihat bacaan di papan tulis. Setelah memakai kacamata, penglihatannya menjadi jelas
kembali.
3. Kata kunci: penglihatan kabur, kaca mata
4. Pohon masalah
Anatomi
dan
histology
mata
fisiology Biooptik
mata
5. Referensi
Bulbus oculi
Bola mata berbentuk kurang lebih bulat dan terdiri dari dinding yang meliputi
suatu ruangan yang terisi humor akous serta humor vitreus (korpus vitreum), dengan
lensa yang terletak di tengahnya.
Dinding bola mata terdiri dari 3 lapisan, dari luar ke dalam terdiri dari :
1. tunica fibrosa terdiri dari sklera dan kornea
2. tunica vasculosa terdiri dari koroid, korpus ciliaris, dan iris
3. tunica interna (sensoria) yang berhubungan dengan sistem saraf pusat melalui
saraf optik.
Sklera
Lapisan ini tersusun dari jaringan berserabut padat yang terdiri dari serabut
kolagen yang arahnya tidak teratur. Di antara serabut kolagen terdapat serabut elastis, sel-
sel jaringan ikat serta sedikit pembuluh darah yang kecil. Ke arah luar banyak serabut
kolagen melanjutkan diri dengan lapisan yang sangat kendor, yang mengadung celah-
celah yang berisi cairan limfa yang di sebut ruang episkleral ( Tenon)..
Ke arah dalam susunan serabut kolagen tetap padat, serabut kolagennya lebih halus dan
di dapatkan sel-sel pigmen (melanocytus) . Bagian ini diberi nama lamina fusca.
Pada bagian posterior dari bola mata, bagian yang paling luar dari lapisan sklera
bersambungan dengan duramater dan biasanya juga dengan arakhnoid dari saraf optik,
sedang bagian paling dalam berhubungan dengan piamater. Pada tempat di mana serabut
saraf dari retina meninggalkan bola mata menjadi saraf optik. Lapisan dari sklera menjadi
sangat menipis dan di sebut lamina kribrosa.
Kornea
Lapisan yang transparan serta non vaskular merupakan bagian bola mata yang
permukaannya paling menonjol. Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar ke dalam :
1. Epithelium anterius
Terdiri dari epitel berlapis pipih tak bertanduk tipis, lapisan sel-selnya antara 5 –6
lapisan ephithelium stratificatum squamosum nonkeratinosum. Diantara sel-sel
epitel terdapat banyak akhiran saraf sehingga permukaan kornea sangat sensitif.
2. Basal membran anterior (Bowman)
Merupakan membran yang tebal serta homogen yang terletak di bawah epitel
kornea. Banyak mengandung serabut kolagen tanpa serabut elastis. Lapisan ini
merupakan lapisan pelindung terhadap trauma maupun kuman.
3. Substansia propria (Stroma)
Merupakan lapisan utama dari kornea ( 90% tebal seluruh kornea) , lapisan ini
bersambungan dengan sklera dan terdiri dari serabut kolagen yang arahnya sejajar
disebut lamela dan fibrolastus terdapat diantara lamela.
4. Basal membran posterior ( Descemet)
Lapisan ini mempunyai struktur yang homogen yang lebih tipis dari basal
membran anterior (Bowman), tersusun dari bahan elastin tetapi bukan serabut
elastik. Berperan sebagai membran basalis bagi epithelium posterius
5. Epithelium posterius
Epitelium simplex cuboideum ini meliputi permukaan dalam dari kornea, yang
berhubungan langsung dengan humor akuos.
Koroid
Koroid merupakan lapisan berpigmen yang sangat vaskular yang terletak sangat
rapat dengan bagian dalam dari sklera dan dipisahkan dari lamina fusca oleh ruang-ruang
limfa. Dari luar ke dalam terdiri dari 3 lapisan :
1. Lamina suprakoroid ( epikoroid)
Suatu membran tipis dari jaringan ikat halus yang terutama tersusun dari serabut
elastis dan mengandung sel-sel besar yang mengandung melanin dan bercabang-
cabang (kromatofor). Serabut elastis membentuk lamella elasticea, diantara
lamella tersebut terdapat septum perichoroidea. Lapisan ini tidak mengandung
pembuluh darah.
2. Lamina vaskulosa
Lapisan ini mengandung serabut elastis dan kolagen halus, di mana bagian
luarnya mengandung pembuluh darah arteri dan vena yang sedang dan besar dan
melanocytus.
3. Lamina choriocapillaris
Terdapat anyaman kapiler yang halus (stratum koriokapiler) yang memberi makan
dan oksigen untuk bagian luar retina.
4. Lamina Elastika ( Membran dari Bruch)
Suatu membran yang transparan yang memisahkan lamina koriokapilaris dengan
epitel pigmen retina. Membran ini di bentuk oleh komponen elastis serta kutikuler
dari lapisan koroid dan retina. Membran ini bersifat semipermeabel, dan dapat
dilalui oleh metabolit yang penting untuk reseptor cahaya.
Korpus Siliaris
Korpus siliaris merupakan bagian anterior dari lapisan koroid yang menebal dan
melingkari mata, terdiri atas 3 bagian yaitu : stratum musculare, stratum vasculosum dan
prosessus ciliaris.
Massa utama dari korpus siliaris ialah otot siliaris yang tersusun dalam lempengan
serabut otot yang bentuknya makin ke muka makin tebal dan berakhir dengan ujung yang
lebar pada dasar dari iris dan taji sklera.
Otot siliaris yang terdiri dari otot polos, menurut arah serabut-serabutnya di bagi dalam 3
kelompok :
1. Kelompok meridional : serabutnya terletak sejajar dengan permukaan dalam sklera
2. Kelompok radial : serabutnya terletak di sebelah dalam dari serabut kelompok
meridional dan ke arah posterior berbentuk kipas dengan permukaan yang lebar
melekat pada jaringan ikat dari lapisan koroid.
3. Kelompok sirkuler : terletak dekat pada basis dari iris. Serabut-serabut yang berarah
sirkuler
Di dalam stroma stratum vasculosum mengandung serabut kolagen banyak dan
didapatkan sel-sel pigmen dan pembuluh darah.
Processus siliaris berbentuk taju-taju menjulang ke arah rongga bola mata. Di lapisi oleh
2 lapisan sel kolumnar di mana sel-sel epitelnya pada sebelah dalam tampak terang
(epithelium nonpigmentosum) sebagai penghasil humor aquous, sedang sebelah luar
gelap karena mengandung melanin (epithelium pigmentosum). Sel-sel epitelnya semua
duduk pada membran yang bersambungan dengan lamina vitrea yang jadi pemisah antara
epitel dan stroma processus siliaris yang vaskuler.
Iris
Iris merupakan lanjutan dari lapisan koroid, dan berperan sebagai diafragma
.Susunannya terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan anterior (ephitelium anterius)
merupakan bagian dari uvea (mesodermal) mengandung sel pigmen dan fibroblast.
Lapisan posterior ektodermal (pars iridika) atau stroma jaringan ikat terdiri atas 2 lapisan
yaitu stratum non vasculosum berisi serabut kolagen, fibroblatus dan chromacytus berisi
pigmen penentu warna iris dan stratum vasculosum mengadung banyak pembuluh darah.
Pada iris didapatkan 2 kelompok otot polos ; otot yang berarah sirkuler daripada sfingter
pupil dekat tepi pupil dan otot yang berarah radial dari dilatator pupil yang terletak di
luarnya. Serabut otot ini berasal dari sel-sel sebelah anterior dari lapisan epitel yang
berpigmen. Oleh karenanya serabut-serabutnya tak merupakan serabut otot plolos yang
khas dan disebut sel mioepitel.
Sudut antara iris dan sclera dinamakan angulus iridocornealis. Di sini jaringan ikat
longgar membentuk anyaman trabeculae (reticulum trabeculare/ligamentum pectinatum).
Celah-celah antara trabecuklae disebut sinus venosus sclerae yang diklinik dikenal
sebagai canalis SCHLEMMI. Jika saluran ini tersumbat akan menimbulkan tekanan
intraokuler (GLAUCOMA)
Retina
Retina melapisi permukaan dalam daripada lapisan vaskuler dan dibagi dalam 4
bagian yaitu pars iridika, pars siliaris, ora serrata dan pars optik retina. Merupakan
tonjolan dari ensephalon pada waktu terjadi invaginasi dari vesikula optika menjadi piala
optik berlapis dua. Lapisan luar membentuk epitel pigmen dan lapisan dalam menjadi
retina saraf atau retina sebenarnya. Pars optica retina terdiri dari 10 lapisan, dari luar ke
dalam yaitu :
1. Lapisan epitel pigmen : lapisan ini tersusun dari sel-sel epitel kuboid yang memipih.
Sel-sel epitel ini mengandung pigmen lipofuksin. Berfungsi menyerap cahaya dan
mencegah pemantulan juga berperan dalam nutrisi fotoreseptor, tempat pembentukan
rhodopsin serta pergerakannya dengan menimbun dan melepas vitamin A (precursor
rhodopsin)
2. Lapisan kerucut dan batang : kerucut dan batang adalah bagian yang menerima cahaya
(fotosensorium) .
Sel batang terdiri atas 2 ruas yaitu segmentum externum dan segmentum internum.
Segmentum externum berisi vesikel bermembran penuh dengan pigmen rhodopsin,
dilengkapi cilium, dan berujung bulat. Segmentum internum kaya akan glikogen,
mitokondria dan ribosom.
Sel kerucut juga terdiri atas 2 ruas (segmentum externum dan internum). Berbeda
dengan sel batang, sel kerucut tidak memiliki vesikel bermembran dan mengandung
pigmen iodopsin. Sel kecucut peka hanya peka terhadap cahaya terang saja dan
ketajaman penglihatannya lebih baik dari sel batang.
3. Membran limitan eksterna : merupakan membran yang berbentuk saringan yang
dibentuk oleh lanjutan sel neuroglia dimana tiap lobangnya ditempati dan ditembus
oleh sel kerucut dan batang
4. Stratum nuklear externa : lapisan yang dibentuk oleh gabungan yang rapat dari inti
sel-sel kerucut dan batang
5. Lapisan pleksiform eksterna : merupakan lapisan terdapatnya akson-akson kerucut dan
batang dengan dendrit dari sel-sel bipoler.
6. Stratum nuklear interna : terdiri dari inti – inti neuronum yaitu horizontale, bipolare,
amacrinum dan gliocytus. Gliocytus berbentuk astrocytus dan microglia disebut juga
sel Muller
7. Stratum pleksiform internum : merupakan lapisan yang tersusun oleh lanjutan
neurocytus amacrinus, bipolaris dan ganglionaris
8. Lapisan sel-sel ganglion : lapisan dimana didapatkan selapis neurocytus multipolaris
9. Lapisan serabut saraf : terdiri dari lanjutan neurocytus multipolaris yang tidak
bermielum, pembuluh darah retina dan astrocytus protoplasmaticus berupa sel Muller.
10. Membran limitan interna : merupakan lapisan yang halus yang tersusun dari serabut-
serabut Muller.
Saraf Optik
Nervus opticus terbungkus oleh 3 selaput yaitu piamater, arakhnoid dan
duramater. Pada waktu memasuki bulbus oculi, serabut saraf menembus retina pada
discus nervi optici. Sesuai lokasi,saraf ini dibagi atas pars intracranialis (di rongga
cranium), pars orbitalis (di rongga orbita, di luar bola mata) dan pars intraocularis (masuk
dalam dinding bola mata ).
Humor Akueus
Merupakan cairan jernih seperti air yang terutama terdiri bahan yang susunannya
seperti serum darah. Cairan ini kemungkinan besar dibentuk oleh kapiler dari prosesus
siliaris. Setelah humor akueos, cairan ini akan dialirkan dari kamera mata posterior antara
lensa dan iris ke dalam kamera mata anterior kemudian diteruskan ke arah sudut iris,
yang sebagian besar akan memasuki ruang antar iridokorneal dan selanjutnya diabsobsi
ke dalam sinus venosus sklera yang akhirnya dialirkan ke sistem vena. Tekanan
intraokuler dari mata diatur oleh sirkulasi humor akueos.
Lensa
Lensa ini berasal dari ektoderm, dan merupakan struktur avaskuler. Lensa
berbentuk bikonveks, dengan permukaan posteriornya yang lebih cembung daripada
permukaan anteriornya. Lensa terutama terdiri dari lamina berserabut yang susunannya
sangat kompleks, dimana serabut-serabutnya berbentuk prisma yang panjang disebut
serabut lensa, yang dihubungkan oleh suatu bahan semen sehingga menyusun suatu
medium transparan. Serabut lensa tersusun secara perlahan dari sel epitel terutama sel
epitel dari lapisan posterior dari lensa janin. Bila sel epitel telah menjadi serabut lensa, ia
akan kehilangan inti sel. Sel-sel hidup didapatkan di bagian ekuator lensa, dan sel-sel ini
akan mengadakan proliferasi dan diferensiasi untuk memproduksi sarabut-serabut lensa
yang baru, yang dibutuhkan selama hidup. Permukaan anteriornya di luar substansi dari
lensa dilapisi oleh selapis sel kuboid atau kolumner, sedang pada permukaan posteriornya
lapisan ini tidak didapatkan. Pada sebelah anterior dan posterior dari selaput lensa
melekat suatu membran yang disebut ligamen suspensor ; ke arah luar membentuk suatu
membran tipis (zonula Zinni) yang berinsersi pada korpus siliaris. Pada akomodasi untuk
melihat benda pada jarak dekat, otot siliaris akan berkontraksi dengan akibat korpus
siliaris akan bergerak ke muka, sehingga ligamen suspensor dari lensa menjadi kendor
dan karena elastisitas lensa, lengkungan lensa sebelah anterior akan bertambah cembung.
Korpus Vitreum
Merupakan massa transparan yang gelatinous dari bahan interseluler yang amorf;
sel-sel yang membentuknya belum diketahui dengan pasti. Korpus vitreum dibatasi oleh
lamina limitan interna dari retina, lensa serta bagian posterior dari zonula Zinni.
KELOPAK MATA
Kelopak mata bagian luar diliputi kulit, sedang bagian dalam oleh konjungtiva
palpebrae.
Kulit. Meliputi bagian luar dari kelopak mata terdiri dari kulit tipis dengan papil yang
kecil-kecil. Di sini didapatkan kelenjar-kelenjar lemak dan rambut. Pada bagian tepi
didapatkan folikel-folikel yang besar dari bulu mata. Di antara folikel-folikel rambut dari
bulu mata dan bermuara padanya didapatkan kelenjar keringat yang besar bergelung
disebut kelenjar Moll, dan kelenjar lemak yang besar dinamakan kelenjar Zeis.
Konjungtiva Palpebrae. Adalah mukosa tipis yang transparan yang meliputi kelopak
mata bagian dalam, sedang yang meliputi ”putih” mata disebut Konjungtiva bulbi.
Peralihan dari konjungtiva palpebrae ke konjungtiva bulbi dinamakan forniks.
Epitel yang melapisi konjungtiva adalah epitel berlapis kolumnar dengan sel-sel piala dan
stroma yang banyak mengandung jaringan limfoid yang difus. Ke arah tepi dari kelopak
mata epitel akan berubah menjadi epitel berlapis pipih dari kulit. Dekat pada limbus,
epitel dari konjungtiva bulbi akan menjadi epitel berlapis pipih dan yang akhirnya
bersambungan dengan epitel dari kornea.
Lapisan tengah kelopak mata, bagian posteriornya terdiri dari jaringan ikat yang
mengandung tarsus dengan kelenjar tarsal (Meibomi); sedang pada bagian anterior
didapatkan otot bergaris dari m. Orbicularis. Tarsus adalah suatu lempengan jaringan
ikat padat yang memberi bentuk pada kelopak mata. Kelenjar-kelenjar tarsal (Meibomi)
merupakan kelenjar lemak yang terdiri dari alveoli yang besar, dengan saluran keluar
yang panjang dan bermuara pada tepi kelopak mata di belakang bulu mata ; sekresinya
berminyak membantu meminyaki tepi kelopak mata sehingga kedua kelopak mata tak
melekat satu sama lain.
APARATUS LAKRIMALIS
Masing-masing mata diperlengkapi oleh kelenjar lakrimalis dengan saluran keluarnya
yang memberi air mata pada mata dan dua duktus lakrimalis, sakus lakrimalis dan duktus
nasolakrimalis yang mengalirkan airmata ke dalam rongga hidung.
Kelenjar lakrimalis adalah kelenjar tubulo-alveolar berganda yang serous. Sel-sel
sekretorisnya berbentuk piramidal kolumnar dan mengandung tetesan-tetesan lemak dan
granula sekresi, yang dipisahkan dari membran basalnya oleh sel mioepitel. Jaringan
interstisialnya sangat elastis. Duktusnya yang terkecil di lapisi oleh sel-sel kuboid, sedang
yang terbesar oleh 2 lapis sel.
Duktus lakrimalisnya dilapisi oleh epitel berlapis pipih dengan membran basal dan
stroma elastis yang mengandung jaringan limfoid yang difus.
Sakus lakrimalis serta duktus lakrimalis mempunyai lapisan yang sama dengan duktus
lakrimalisnya, tepi epitelnya lebih kolumnar.
Modul 3 Telinga
1. Learning objective:
Menjelaskan struktur organ auditus
Menjelaskan struktur mikroskopik telinga
Menjelaskan fisiologi indera khusus telinga
Menjelaskan fisika bioakustik
2. Skenario
Telingaku tuli :
Seorang laki-laki berusia 40 tahun mengeluh pendengaran telinga kanannya
sangat berkurang selama 1 bulan. Ternyata ada sumbatan kotoran telinga yang mengeras.
Beberapa saat setelah kotoran telinganya dikeluarkan dokter, pendengaran telinga
kanannya menjadi sangat sensitif, kemudian normal kembali.
3. Kata kunci: telinga, pendengaran
4. Pohon masalah :
Anatomi
dan
histology
telinga
Fisiologi Bioakustik
telinga
5. Referensi
Komponen
- Organum vestibulare, alat yang mampu membantu tubuh menanggapi perubahan
dan penyesuaian keseimbangan tubuh
- Organum cochleare, alat yang mampu mengubah gelombang suara menjadi suara
yang dapat didengar.
Klasifikasi
Telinga atau alat pendengaran terdiri dari 3 bagian :
1. Telinga bagian luar : bagian yang menerima gelombang suara
2. Telinga bagian tengah : bagian yang meneruskan getaran suara
3. Telinga bagian dalam : bagian yang menerima getaran suara dan
merupakan asal dari impuls saraf
Telinga Bagian Luar
Telinga bagian luar terdiri dari : daun telinga, meatus akustikus eksterna, dan
membran timpani
Daun Telinga
Daun telinga terdiri dari jaringan tulang rawan elastis yang bentuknya teratur,
yang diliputi oleh kulit tipis yang mengandung rambut, kelenjar lemak dan kelenjar
keringat yang kecil.
Membran Timpani
Merupakan membran tipis yang semitrasparan, yang memisahkan telinga bagian
luar dan telinga bagian tengah (cavum timpani), dimana manubrium dari maleus melekat
pada permukaan dalamnya. Bagian luar dilapisi kulit yang terdiri dari epitel berlapis pipih
yang bersambungan dengan kulit yang melapisi MAE. Bagian dalam dilapisi oleh sel
kuboid rendah yang bersambungan dengan epitel selaput lendir telinga bagian tengah.
Osikel Auditiva
Cavum Timpani
Otot
Otot tensor timpani berfungsi mempertahankan tonus membran timpani,
sedangkan otot stapedius mempunyai hubungan dengan artikulasi daripada ketiga osikel.
Fenestra Ovalis
Memisahkan cavum timpani dari vestibulum yang berhubungan dengan skala
vestibuli dari koklea dan ditutupi oleh stapes.
Fenestra Rotunda
Memisahkan cavum timpani dari skala timpani daripada koklea.
Tuba Eusthacii
Lumennya sempit, bagian yang dekat cavum timpani dikelilingi tulang, bagian
lainnya diperkuat tulang rawan hialin berbentuk sabit. Pada bagian yang mengandung
tulang dilapisi epitel selapis kolumner bersilia, bagian ujung faring epitelnya menjadi
berlapis sampai berderet kolumner dengan silia dan sel piala. Pada stroma di bagian
bawahnya didapatkan infiltrasi limposit dan kelenjar-kelenjar mukus serta serous.
Berfungsi untuk mengatur tekanan udara di dalam telinga bagian tenhngah sesuai dengan
tekanan atmosfer, sehingga tekanan di kedua belah pihak dari membran timpani sama.
Labirinthus Oseosa
Menempati pars petrosa tulang pelipis dan terdiri dari kanalis semisirkularis,
vestibulum, dan koklea. Permukaannya dilapisi oleh epitel selapis pipih yang meliputi
periosteum. Berfungsi melindungi dan menyangga labirin membranacea.
Labirinthus Membranosa
Terdiri dari 2 bagian yaitu labirin koklearis yang mengandung indera
pendengaran, dan labirin vestibularis yang mengandung alat keseimbangan yaitu
utrikulus, sakulus, dan bangunan yang disebut sebagai indera keseimbangan. Pada labirin
oseasa terdiri atas 2 jenis rongga yaitu :
- spatium perilimpaticus yang berisi perilimpa terdiri atas 2 rongga : scala vestibuli
dan scala timpani
- spatium endolimpaticus berisi endolimpa (scala media = ductus cochlearis).
Labirin membranacea mengandung bangunan yang berfungsi sebagai indera
keseimbangan :
- macula yang dilengkapi 2 jenis sel yaitu epitheliocytus sustentans dan cellula
sensoria pilosa.
- Crista ampularis merupakan bangunan yang terdapat dalam ampula. Ampula
merupakan pelebaran salah satu pangkal ductus semicircularis pada utriculus.
Organ Spiralis
Organ spiralis atau organon corti bersandar pada dinding membran basalis ductus
cochlearis. Kedua dindingnya dibentuk oleh dua sel yang tercat gelap yang disebut tiang
dari Corti dalam dan tiang dari Corti luar. Disebelah luar tiang Corti luar terdapat sel-sel
rambut luar yang berjumlah tiga buah, di sebelah dalam tiang Corti sebelah dalam
didapatkan sel-sel reambut dalam yang jumlahnuya satu. Dibawah sel-sel rambut
didapatkan sel-sel penyangga (sel Deiters). Di sebelah lateral dari sel rambut luar
didapatkan sel Claudius yang merupakan sel-sel kolumner tinggi, yang dengan cepat
menjadi rendah dan bersambungan dengan sel-sel yang melapisi dinding luar dari skala
media. Di bawah sel kolumnere didapatkan sel-sel yang mengandung granula (sel
Boettcher). Kecuali pada daerah organ Corti, membran basalis dilapisi oleh sel-sel kuboid
rendah, Ke arah dalam organ spiralis periosteum dari permukaan atas dari lamina spiralis
ossea membentuk bagian yang disebut limbus spiralis. Tepi luar dari limbus
memperlihatkan lekukan yang disebut sulkus spiralis internus. Pada permukaan dari
sulkus didapatkanm membran yang disebut membran tektoria. Pada organ spirale terdapat
3 jenis terowongan yaitu cuniculus internus, culiculus media, dan cuniculus externus.
Vestibulum
Modul 4 Integumentum
1. Learning objective:
Menjelaskan struktur integumentum (anatomi)
Menjelaskan struktur mikroskopik lapisan kulit, rambut, gld. sudorifera &
sebacea (histologi)
Menjelaskan fisiologi integumentum (fisiologi)
2. Skenario :
Seorang wanita berusia 14 tahun memperhatikan wajahnya berminyak setiap pagi
waktu bangun tidur. Dia sering merasa tidak percaya diri karena bau badan. Dia juga
sering berkeringat jika tampil di depan kelas.
3. Kata kunci:kulit berminyak, berkeringat, bau badan
4. Pohon masalah
Anatomi Fisiologi
dan kulit
histology
kulit
:
5. Referensi
Lapisan Kulit
Istilah integumentum commune (bahasa Latin tegere berarti penutup) mencakup
kulit dan jaringan subcutan, pilus (rambut), unguintum (kuku), dan glandula mamma
(payudara). Ketebalan kulit bervariasi dari 0,5 mm sampai 3 mm. Kulit di permukaan
dorsal dan extensor lebih tebal daripada di permukaan ventral dan flexor. Kulit bayi lebih
tipis dibandingkan dengan kulit orang tua.
Kulit terdiri atas 2 lapisan, yaitu:
1. Epidermis, yaitu lapisan superficial berupa epithelium stratificatum yang
berkembang dai ectoderm
2. Dermis (corium), yaitu lapisan bawah berupa jaringan ikat yang sebagian besar
berasal dari mesoderm.
Epidermis yang paling tebal terdapat di telapak tangan (palmar) dan telapak kaki
(plantar).
HISTOLOGI INTEGUMENTUM
(Kontributor: dr. H. Syamsul Arifin)
BATASAN
a. Integumentum = penutup, yang terdiri atas kulit dan bangun tambahannya yang
berperan sebagai penutup seluruh permukaan luar tubuh.
b. Komponen terdiri dari :
1. Kulit
2. Bangun tambahan terdiri dari :
* Rambut
* kuku
*.Kelenjar-kelenjar kulit (kelejar keringat, kelenjar sebacea, kelenjar
mammae )
KULIT
Komponen kulit dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Gambar 37) :
a. epidermis :
- stratum corneum : tampak penandukan, tanpa sel
- stratum lucidum : jernih, tanpa sel
- stratum granulosum : * sel-sel pipih
* butir keratohyalina dalam sitoplasma sel
- stratum spinosum : sel berbentuk polyhedral
- stratum basale :
sel kuboid atau kolumner
terdapat melanosit diantara sel-sel tersebut, yang dapat menghasilkan melanin
(hitam). Tempat-tempat lain adanya melanosit : membran mukosa rongga
mulut dan faring, leptomenings pada ventral batang otak dan mata (retina, di
tunika vaskulurais, kecuali cornea), folikel rambut, dermis pada daerah sakral
anak kecil yang menyebabkan warna kebiruan (Mongolian spot) dan
menghilang pada bulan ke-5 kehidupan. Kadang-kadang disebut juga sebagai
stratum germinativum karena pada stratum ini mempunyai sel-sel yang sering
tampak dalam proses mitosis.
b. dermis :
- stratum papillare berlipat-lipat sebagai papillae (dermal papil), mendesak lapisan di
atas.
Perhatikan akhiran saraf MEISSNER
- stratum reticulare : - jaringan ikat longgar
- serabut-serabut elastis
c. tela subcutanea :
tersusun oleh jaringan ikat longgar. :
- lyphocytus (sel lemak)
- glandula sudorifera : acini dilapisi epithelium columnare simplex
- corpusculum lamellosum sebagai reseptor saraf
Gambar 37. Struktur histologis kulit
RAMBUT
Distribusi :
1. Rambut vellus = pendek, halus dan berpigmen sedikit (sebagian besar permukaan
tubuh)
2. Rambut terminal = panjang, kasar dan berpigmen , seperti : a). kapili (rambut
kepala), b). supersilia (rambut alis), c). silia (bulu mata), d). barbae (rambut
jenggot), e). tragi (rambut di lubang telinga), f). vibrissae (rambut di lubang
hidung), g). hirsi (rambut di ketiak), dan h). pubes (rambut genitalia)
Komponen Rambut
• Medula = sel-sel yang lunak (epitheliocytus polyhedralis)
• Cortex = sel menanduk,kering dgn ranulum melanini
• Cuticula = epitheliocytus cuticularis
Komponen kantung rambut
fundus folliculi : dasar
- cervix folliculi : lebar
- canalis folliculi : epithelium merupakan selubung :
*vagina radicularis interna
*vagina radiculari externa
Gambar 38. Struktur rambut
KUKU
• Kuku semi transparan, warna merah jambu karena banyak vaskularisasi jaringan
di bawahnya
• Struktur histologis hampir sama dengan kulit tebal.
KELENJAR CUTIS
Ciri khas tahap sekresi : pada permukaan sel tampak tetes-tetes lemak yang menonjol ke
arah lumen.
- ductus excretorius : lapisan dinding berturut-turut dari lumen ke luar :
= epithelium dengan sel berbentuk kubus atau silinder rendah
= myoepitheliocytus : berbentuk bintang
= membrana basalis
- ductus lactifer : dekat muara saluran pada papilla mammae dilengkapi dengan
epithelium
squamosum stratificatum.
- jaringan ikat interstisum : padat, membagi lobi menjadi lobuli