MODUL UTAMA
NEUROOTOLOGI
MODUL VI.3
GANGGUAN NERVUS FASIALIS
EDISI II
KOLEGIUM
0
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
DAFTAR ISI
A. WAKTU ...................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI ...................................................................... 2
C. REFERENSI ......................................................................................... 2
D. KOMPETENSI ..................................................................................... 3
E. GAMBARAN UMUM ......................................................................... 4
F. CONTOH KASUS DAN DISKUSI ..................................................... 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN ............................................................... 4
H. METODE PEMBELAJARAN ............................................................. 5
I. EVALUASI .......................................................................................... 5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF .................. 7
K. INSTRUMEN PENILAIAN PSIKOMOTOR ...................................... 9
L. DAFTAR TILIK .................................................................................... 11
M. MATERI PRESENTASI ....................................................................... 12
N. MATERI BAKU .................................................................................... 12
1
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
A. WAKTU
B. PERSIAPAN SESI
1. Materi presentasi :
Modul gangguan saraf fasialis perifer (anatomi, fisiologi, patofisiologi,
etiologi, menentukan derajat kelumpuhan, tes penentuan lokasi lesi /site of
lesion testing, diagnosis dan tatalaksana)
Materi presentasi:
o Slide 1 :Anatomi dan Fisiologi Nervus Fasialis
o Slide 2 :Etiologi dan Patofisiologi Gangguan Nervus
Fasialis
o Slide 3 :Pemeriksaan Fungsi Nervus Fasialis
o Slide 4 :Derajat Paresis Nervus Fasialis (House-
Brackmann,Freyss)
o Slide 5 :Pemeriksaan Penunjang Lain
o Slide 6 :Diagnosis dan Tatalaksana Gangguan Nervus
Fasialis Perifer
C. REFERENSI
2
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
D. KOMPETENSI
Tingkat Keterampilan
Tindakan
1 2 3 4
1. Tes fungsi motorik saraf fasialis (sistem
House-Brackmann dan Freyss)
2. Tes Topognostik saraf fasialis
3. Pemeriksaan Elektrofisiologis fungsi saraf
Fasialis
Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi Nervus Fasialis
2. Menjelaskan penyebab berbagai jenis gangguan nervus fasialis dan
patofisiologinya
3
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
E. GAMBARAN UMUM
F. CONTOH KASUS
Diskusi :
Patogenesis terjadinya parese saraf fasialis
Tes Topognostik saraf fasialis
HB grading sistem
G. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mendiagnosis dan
menatalaksana gangguan n. fasialis perifer yang meliputi :
1. Mengetahui dan memahami anatomi, fisiologi sistem nervus/saraf fasialis
4
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
H. METODE PEMBELAJARAN
1. Interactive lecture
2. Small group discussion
3. Peer assisted learning
4. Bedside teaching
5. Task based medical education
6. Case simulation and investigating exercise
7. Equipment characteristic and operating instruction
8. Literature reading
9. Referat
10. Skills lab
11. Praktek lapangan
12. Journal reading
13. Mini lecture
14. Minicex
I. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-tes dalam bentuk essay dan oral
sesuai dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai
kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pre-tes terdiri atas:
5
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
6
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
Kuesioner meliputi :
1. Sebelum pembelajaran
Soal : Seorang wanita 33 tahun datang dengan mulut mencong ke kiri sejak 1
minggu yang lalu. Pasien mengeluh mata kanannya tidak bisa menutup
rapat. Tidak terdapat riwayat keluar cairan dari telinga, gangguan
pendengaran ataupun gangguan keseimbangan.
a. Jelaskan cara membedakan paresis n VII perifer dan paresis n VII
sentral dengan skema topografinya?
b. Gambarkan skema jaras nervus fasialis?
Jawaban :
a.
b.
2. Tengah pembelajaran
Soal : Seorang laki - laki usia 20 tahun datang dengan mulut mencong
ke kiri sejak 4 hari. Riwayat keluar cairan, gangguan pendengaran, dan
riwayat trauma tidak ada. Pemeriksaan otoskopi, telinga dalam batas
normal.
7
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
Jawaban :
o Paresis nervus fasialis kanan perifer ec Bell’s palsy dd/ zoster sine
herpete
o Pemeriksaan yang perlu dilakukan:
Pemeriksaan fungsi motorik dengan kriteria House-Brackmann dan
Freyss dengan mengevaluasi 10 otot wajah (m. Sourciliar, m. Frontalis,
m. Orbikularis okuli, m. Piramidalis, m. Zigomatikus, m. Triangularis,
m. Orbikularis oris, m. Revelar comuniss, m. Businator, m. Mentalis
Menilai tonus otot pada kelompok otot saat wajah diam dan bergerak
Menilai ada tidaknya sinkinesis dan hemispasme
Tes Topognostik
o Tes Schirmer
o Tes Refleks Stapedius
o Tes Uji Pengecapan / gustatometri
Tes Elektrofisiologis fungsi saraf fasialis
3. Akhir pembelajaran
Jawaban :
a. Paresis nervus fasialis kiri perifer ec Sindrom Ramsay Hunt
b. Tatalaksana
Antivirus (seperti Acyclovir 5x800 mg)
Kortikosteroid 1 mg/kgBB tapp off
Rehabilitasi mirror exercise, fisioterapi
Kontrol berkala
8
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR TOPOGNOSTIK SEDERHANA SARAF FASIAL PERIFER
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya
atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR TOPOGNOSTIK
Informed Choice & Informed Consent
Rencana Tindakan
Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR TOPOGNOSTIK
Pastikan kelengkapan peralatan, bahan untuk prosedur
sederhana topognostik saraf fasial perifer
III. PROSEDUR TOPOGNOSTIK
1. Pemeriksaan Fungsi Motorik
Perhatikan muka penderita simetris atau tidak
Perhatikan kerutan pada dahi, pejaman mata, plika
nasolabialis dan sudut mulut
Evaluasi fungsi motorik nervus fasialis dengan kriteria
House-Brackmann
2. Tes Schirmer
Kertas strip ditempatkan pada fornix konjungtiva
kedua mata
Setelah 5 menit panjang kedua kertas strip yang basah
dibandingkan
Hasil tes dievaluasi :
Abnormalitas signifikan : reduksi unilateral lebih besar
dari 30% jumlah total lakrimasi pada kedua mata atau
reduksi lakrimasi total minimal 25 mm setelah 5
menit.
9
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
10
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
L. DAFTAR TILIK
KEGIATAN NILAI
I. PERSIAPAN PROSEDUR TOPOGNOSTIK
Informed Choice & Informed Consent
Rencana Tindakan
Persiapan Sebelum Tindakan
Pastikan kelengkapan alat dan bahan
2. Tes Schirmer
Kertas strip ditempatkan pada fornix konjungtiva kedua mata
Setelah 5 menit panjang kedua kertas strip yang basah dibandingkan
Lalu pemeriksaan yang sama diulang 5 menit kemudian
Evaluasi hasil tes
3. Tes Stapedius
Evaluasi reflek stapedius melalui pemeriksaan akustik impedans pada
11
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
KEGIATAN NILAI
sisi ipsilateral
Lalu dilakukan pada sisi kontralateral
Evaluasi hasil tes
M. MATERI PRESENTASI
N. MATERI BAKU
12
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
13
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
1. Kriteria House-Brackmann
Grade Characteristics
I. Normal Normal facial function in all areas
II. Mild dysfunction Gross
Slight weakness noticeable on close
inspection. May have very slight synkinesis.
At rest, normal symetry and tone
Motion
Forehead: moderate to good function
Eye : complete closure with minimal effort
Mouth: slight asymetry
III. Moderate dysfunction Gross
Obvious but not disfiguring difference
between the two sides. Noticeable but not
severe synkinesis, contracture or hemyfacial
spasm. At rest, normal symmetry and tone
Motion
Forehead : slight to moderate movement
Eye : complete closure with effort
Mouth: slight weak with maximum effort
IV. Moderately severe Gross
14
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
2. Kriteria Freyss
Pada kriteria Freyss mengevaluasi fungsi motor dan tonus serta sinkinesis
dan hemispasme dari otot wajah. Sepuluh otot - otot wajah yang
bertanggung jawab terhadap mimik dan ekspresi muka.
15
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
Pada tiap gerakan dari ke sepuluh otot tersebut, kita bandingkan antara
kanan dan kiri:
a. Untuk gerakan yang normal dan simetris dinilai dengan angka tiga
(3).
b. Sedikit ada gerakan dinilai dengan angka satu (1).
c. Diantaranya dinilai dengan angka dua (2).
d. Tidak ada gerakan sama sekali dinilai dengan angka nol (0).
Seluruh otot ekspresi tiap sisi muka dalam keadaan normal akan
mempunyai nilai tiga puluh (30).
16
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
Tes Schirmer
Tes ini menilai fungsi saraf petrosal superficialis mayor yaitu produksi air
mata. Kertas strip ditempatkan pada fornix konjungtiva pada kedua mata.
Setelah 5 menit panjang kedua kertas strip yang basah dibandingkan.
Abnormalitas yang signifikan ialah reduksi unilateral lebih besar dari 30%
jumlah total lakrimasi pada kedua mata atau reduksi lakrimasi total minimal
25 mm setelah 5 menit.
Tes schirmer II merupakan modifikasi dari tes ini dengan penambahan
stimulasi mukosa cavum nasi dengan menghirup uap amonia. Hasil tes ini
tidak memberikan informasi topografi, tetapi menunjukkan evaluasi
mekanisme protektif mata.
Tes Stapedius
Refleks kontraksi otot stapedius terjadi ketika telinga kontralateral
dirangsang dengan bunyi yang keras akibatnya akan mengubah compliance
telinga tengah. Kejadian ini dapat diukur melalui audiometri impedans. Jika
lesi melibatkan cabang saraf proksimal yang mengarah ke otot stapedius,
otot tersebut tidak akan berkontraksi dan tidak ada perubahan impedans.
Untuk menilai refleks stapedius digunakan elektroakustik impedans meter,
(biasanya memakai MADSEN tipe Zo-72), yaitu dengan cara memberikan
rangsang pada m.stapedius yang bertujuan untuk mengetahui fungsi
N.stapedius cabang N.VII. Prinsip kerja : M.stapedius dapat kita rangsang
dengan mengunakan suara nada tinggi. M.stapedius bergerak pada
rangsangan 70 dB atau lebih, dua-dua bergerak pada rangsangan, tetapi pada
eksplorasi fungsi N.stapedius yang diukur adalah sisi yang kontra lateral
pada keadaan normal refleks terjadi dengan kuat pada rangsangan 80-100
dB. Pada kasus-kasus O.F Total refleks stapedius negatif, sedang pada
P.F.inkomplet kalau refleks positif maka beberapa ahli menganggap sebagai
tanda perbaikan.
17
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
Elektrogustometri
Krarup menemukan elektrogustometri untuk menentukan fungsi
pengecapan, maka kita dapat memeriksa fungsi nervus korda timpani
dengan mudah. Dewasa ini elektrogustometri MADSEN tipe Go-70
dianggap sebagai alat yang sederhana dan mudah di gunakan untuk
memeriksa fungsi pengecapan. Alat tersebut prinsipnya terbagi menjadi 37
skala tensiometer dimulai dari 2,5 uA – 370 uA. Prinsip kerja
elektrogustometri : Stimulasi elektrik terhadap lidah menyebabkan
terjadinya depolarisasi air liur (saliva). Yang kemudian terbentuk ion H dan
OH dimana ion tersebut bersama dengan elektroda yang ditempelkan pada
lidah menyebabkan rasa acid-metalic (logam asam). Rasa tersebut
merupakan suatu sensasi yang paling mudah dikenal oleh penderita.
Penderita harus diperiksa dalam ruangan yang tenang agar dapat
berkonsentrasi dengan baik. Penderita diberikan rangsang supra maksimal
sebagai pengenal, kemudian rangsangan diturunkan sampai penderita tidak
merasakan lagi rasa acid-metalic tersebut, dan stimulasi dilakukan pada tepi
lidah 1½ cm dari garis median selama 1-2 detik. Angka normal dari setiap
individu berbeda-beda dalam range yang cukup luas. Beberapa penulis
mendapat angka normal sbb :
- House : Variasi tidak melebihi 20 u.A
- Krarup : Variasi tidak melebihi 3 E.G.M
- Freyss : Variasi normal antara 10 – 60 u.A
Yang penting pada pemeriksaan fungsi n. korda timpani adalah perbedaan
ambang rangsang antara kanan dan kiri. Freyss menetapkan bahwa beda
50% antara kedua sisi adalah patologis.
Bell’s palsy
Parsial : Acyclovir, Steroid
Komplit : tentukan letak lesi
Lakukan tes elektrik tiap hari sampai :
1. Ambang respon dari sisi paralisis meningkat hingga 4 mA lebih
besar dari sisi normal
2. Ada perbaikan sebagian fungsi nervus fasialis
20
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
Traumatik
Onset lambat (parsial/komplit) : ikuti rencana penanganan Bell’s
palsy
Onset cepat (parsial/komplit) : eksplorasi nervus fasialis bila pasien
dalam keadaan stabil
21
Modul VI.3 - Gangguan Nervus Fasialis
22