NEUROOTOLOGI
MODUL VI.2
GANGGUAN VESTIBULER
EDISI II
KOLEGIUM
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
1
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
DAFTAR ISI
A. WAKTU ............................................................................................. 2
B. TUJUAN PEMBELAJARAN ........................................................... 2
C. METODE PEMBELAJARAN .......................................................... 3
D. KOMPETENSI .................................................................................. 3
E. REFERENSI ...................................................................................... 5
F. GAMBARAN UMUM ...................................................................... 5
G. CONTOH KASUS ............................................................................. 6
H. EVALUASI…………………………………………………………. 6
I. INSTRUMEN PENILAIAN .............................................................. 7
J. PENILAIAN PSIKOMOTOR .......................................................... 9
K. MATERI PRESENTASI ................................................................... 13
2
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
A. WAKTU
B. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mendiagnosis dan
menatalaksana gangguan vestibuler perifer yang meliputi :
1. Mengetahui dan memahami anatomi, fisiologi sistem keseimbangan
(vestibuler) perifer.
2. Memahami patofisiologi dan mampu melakukan diagnosis dan tatalaksana
gangguan keseimbangan (vestibuler) perifer, seperti :
- Infeksi (OMSK, labirintitis, neuritis vestibuler)
- Vaskuler (sudden vertigo ec sudden deafness,hipotensi ortostatik)
- Trauma (trauma kepala)
- Degenerasi (Presbiastasis)
- Imunologi (Meniere’ deseases)
- Kongenital (vertigo pada anak)
- Tumor
- Ototoksik
- BPPV
- Superior canal dehiscent
3. Mampu melakukan pemeriksaan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan
keseimbangan sederhana dan Schellong test untuk hipotensi ortostatik
4. Mampu melakukan dan menginterpretasi hasil pemeriksaan keseimbangan
khusus seperti Visual Dinamic Acuity, Head Shaking test, Head Impuls
test, tes posisi untuk BPPV, terapi reposisi otolit, terapi rehabilitasi
vestibuler.
5. Mampu memeriksa dan menginterpretasi tes keseimbangan yang
advanced/lanjut seperti ENG, posturografi
3
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
C. METODE PEMBELAJARAN
1. Interactive lecture
2. Small group discussion
3. Peer assisted learning
4. Bedside teaching
5. Task based medical education
6. Case simulation and investigating exercise
7. Equipment characteristic and operating instruction
8. Literature reading
9. Referat
10. Skills lab
11. Praktek lapangan
12. Journal reading
13. Mini lecture
14. Minicex
D. KOMPETENSI
Mampu memeriksa dan menginterpretasi hasil pemeriksaan keseimbangan/
vestibuler, serta mendiagnosis dan menatalaksana gangguan
keseimbangan/vestibuler secara komperhensif.
4
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
Tingkat Keterampilan
Tindakan 1 2 3 4
1. Tes Koordinasi Sederhana
2. Tes Romberg
3. Stepping Test
4. Tes Nistagmus
5. Head Shaking Test
6. Head Impulse (Thrust) Test
7. Tes Hipotensi Ortostatik (Schellong Test)
8. Pemeriksaan Tes posisi (Dix Hallpike, side
lying, roll test)
9. Tes Dynamic Visual Acuity (DVA)
10.Terapi Reposisi Otolit dan terapi rehabilitasi
vestibuler (VRT)
11. PemeriksaanTes Kalori atau ENG (dengan
air atau udara)
Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Menjelaskan anatomi dan fisiologi keseimbangan
2. Menjelaskan penyebab berbagai jenis gangguan keseimbangan dan
patofisiologinya
3. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan fungsi
keseimbangan serta menginterpretasi hasilnya
4. Membuat diagnosis klinis gangguan keseimbangan, dan diagnosis bandingnya
Menentukan tatalaksana gangguan keseimbangan; konservatif, operatif, habilitatif
dan rehabilitatif.
E. REFERENSI
5
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
F. GAMBARAN UMUM
G. CONTOH KASUS
H. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk essay dan oral
sesuai dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai
kinerja awal, yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas : Anatomi, gambarana
klinik, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis,
penatalaksanaan dan prognosis
2. Small group discussion bersama fasilitator untuk membahas kekurangan
yang ada, hal-hal yang berkenaan dengan penuntun belajar dan proses
penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini mahasiswa diwajibkan untuk
mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar
dalam bentuk role play dengan teman-teman (peer assisted learning) atau
kepada standardized patient. Pada saat tersebut yang bersangkutan tidak
diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun belajar dpegang oleh
teman-temannya untuk melakukan evaluasi (peer assieted evaluation).
Setelah dianggap memeadai melalui metode bed side teaching dibawah
pengawasan fasilitator, peserta didik mengaplikasikan penuntun belajar dari
model anatomik dan setelah kompetensi tercapai peserta didik akan
diberikan kesempatan untuk melakukannya paqda pasien sesunggguhnya.
Pada saat pelaksanaan, evaluator melakukan pengawasan langsung (direct
observation) dan mengisi formulir penilaian berikut :
- Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah tidak
dilaksanakan
- Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misalnya
pemeriksaan terlalu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada pasien
- Baik : pelaksanaan benar dan baik (efisien)
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali untuk mendapatkan
penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan dibicarakan di depan
pasien, dan memberi masukan untuk memperbaiki kekurangan yang
ditemukan.
5. Self assesment dan peer assisted evaluation dengan mempergunakan
penuntun belajar
6. Pendidik / fasilitator :
7
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
Kuesioner meliputi :
1. Sebelum pembelajaran
2. Tengah pembelajaran
3. Akhir pembelajaran
8
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus
berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk
kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat
efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
KEGIATAN KASUS
I. PERSIAPAN PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN
Informed Choice & Informed Consent
Terangkan Rencana Tindakan
Persiapan Sebelum Tindakan
II. PROSEDUR PEMERIKSAAN FUNGSI VESTIBULER
A. TES KOORDINASI SEDERHANA
B. TEST ROMBERG
Penderita diminta untuk untuk berdiri tegak dengan kedua kaki
sejajar, lengan lurus disamping dengan mata terbuka selama 30
detik
Kemudian dengan mata tertutup selama 30 detik.
Nilai gerakan dan arah jatuh badan penderita.
Apabila penderita dapat melakukan test ini tanpa jatuh lanjutkan
“Sharpened Romberg Test”.
Penderita berdiri dengan tumit salah satu kaki berada di depan
ujung jari kaki yang lain
Kedua lengan dilipat di depan dada selama 30 detik dengan mata
terbuka dan dilanjutkan dengan mata tertutup selama 30 detik.
Nilai gerakan dan arah jatuhnya badan penderita
C. STEPPING TEST
9
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
KEGIATAN KASUS
Gambar lingkaran dengan radius 0,5 m, 1 m, dan 1,5 m di lantai.
Lingkaran ini dibagi dalam beberapa bagian dengan garis lurus
yang melalui titik pusat dengan sudut 30 derajat.
Penderita diminta untuk berdiri tegak pada titik pusat lingkaran.
Dengan mata ditutup, dan tangan direntangkan ke depan,
penderita disuruh berjalan di tempat sebanyak 50 langkah dengan
kecepatan seperti berjalan biasa.
Nilai hasil tes : Abnormal bila kedudukan akhir penderita
beranjak lebih dari 1 meter dari tempatnya semula, atau badan
berputar lebih dari 30 derajat.
D. TES NISTAGMUS LIRIKAN (Gaze Nystagmus)
Pasien duduk berhadapan dengan pemeriksa
Pasien diminta memandang titik fiksasi (telunjuk pemeriksa)
lurus sejajar mata pasien
Instruksikan pasien untuk mengikuti telunjuk pemeriksa dengan
gerakan berturur-turut lurus ke depan, 30o ke kanan, 30o ke kiri,
30o ke atas, dan 30o ke bawah.
Gerakan bola mata diamati selama 15 – 30 detik, adakah
nistagmus
E. HEADSHAKE NYSTAGMUS
Pasien diminta untuk menundukkan kepala 30 derajat
Goyangkan kepala pasien ke kanan dan ke kiri sejauh 45 derajat
secepat mungkin (2-3 Hz) selama 30 detik atau 20 – 30 kali
dengan mata terbuka
HASIL :
o Nistagmus horizontal arah ke sisi sehat pada beberapa
detik pertama
o Nistagmus horizontal arah ke sisi lesi terjadi 20 detik
setelah headshake
o HSN berkorelasi baik dengan kelainan vestibuler perifer
KEGIATAN KASUS
menurunnya fungsi kanalis semisirkularis ipsilateral (sisi lesi)
G. TES SCHELLONG
Pasien berada dalam posisi berbaring selama 10 menit
Dilakukan pengukuran tekanan darah dan denyut nadi
Pengukuran diulang pada menit ke 1, 5, dan 10 setelah pasien
berada dalam posisi berdiri
Hasil POSITIF (setelah 10 menit):
o penurunan tekanan sistolik 21 mmHg atau lebih
o penurunan tekanan nadi 16 mmHg atau lebih
o peningkatan denyut nadi 21 kali per menit atau lebih
H. TES HALLPIKE
Pasien diminta duduk dengan tenang
Kemudian kepala ditengokkan ke kanan/kiri 45°
Kemudian secara tiba-tiba jatuhkan badan pasien ke belakang
dengan cepat dari posisi duduk ke posisi berbaring dengan kepala
tergantung 30° miring ke kanan/kiri
Tiap posisi dipertahankan sekitar 45 detik
Dilihat apakah timbul nistagmus atau tidak, dan ditanyakan
adakah sensasi pusing berputar atau mual
Dilakukan hal yang sama pada sisi yang lainnya
Nilai hasil tes
J. TES KALORI
Pasien diberitahu tindakan yang akan dilakukan
Pasang pengalas perlak dan handuk pada bagian kepala tempat
tidur
Pasien ditidurkan pada tempat tidur khusus dengan sudut 30o
Periksa KU pasien
11
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
KEGIATAN KASUS
Lakukan otoskopi sebelum dilakukan penyemprotan
Pasang Franzel glasses (Bila tersedia)
Masukkan air dingin dicampur air panas ke dalam komb, ukur
suhunya sehingga mencapai 30oC
Pasang lampu kepala
Pasang bengkok di bawah telinga pasien
Semprotkan air ke dalam liang telinga secara hati-hati, tampung
pada bengkok, buang ke dalam ember
Penyemprotan dilakukan selama 40 detik menggunakan stop
watch
Perhatikan reaksi pasien, pada saat pusing hitung nistagmus
pasien berapa lamanya dan catat
Lakukan penyemprotan air 30o C pada telinga sebelahnya dengan
cara yang sama
Ganti air pada komb dengan suhu 44o C dan lakukan dengan cara
yang sama
Keaktivan vestibuler dihitung dengan rumus Unilateral
Weakness
12
Modul VI.2 – Gangguan Vestibuler
K. MATERI PRESENTASI
Materi presentasi:
o Slide 1 : Anatomi dan Fisiologi Keseimbangan
o Slide 2 : Etiologi dan Patofisiologi Gangguan Keseimbangan
o Slide 3 : Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan Dasar
o Slide 4 : Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan Khusus
o Slide 5 : Pemeriksaan Fungsi Keseimbangan Lanjutan
o Slide 6 : Diagnosis dan Tatalaksana Gangguan Keseimbangan
o Slide 7 : Algoritma Prosedur
13