BAGIAN III:
DEMENSIA
(PANDUAN PESERTA)
PENYUSUN
Dr. Diatri Nari Lastri, Sp.S
PENYUSUN PEMBANTU
Prof. Dr. Sidiarto Kusumoputro, Sp.S(K)
Dr. Yustiani Dikot, Sp.S(K)
Dr. Sylvia Francina Lumampouw,Sp.S(K)
Dr. Paulus Anam Ong,Sp.S(K)
1. ALOKASI WAKTU
PENGEMBANGAN KOMPETENSI
Sesi di dalam kelas
Sesi dengan fasilitasi pembimbing
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi
WAKTU
4 X 2 jam (classroom session)
1 minggu (coaching session)
3 minggu (facilitation, assessment,
psychomotor)
2. TUJUAN UMUM
Tujuan umum modul gangguan neurobihavior ini adalah sebagai berikut:
Memberi tuntunan dan pengalaman klinik kepada peserta didik untuk mengenali
dan memahami prinsip-prinsip neurobehavior
Memberi tuntunan dan pengalaman klinik kepada peserta didik untuk mengenali
dan memahami demensia dan jenis-jenisnya, termasuk tanda dan gejala kliniknya
Melatih peserta didik untuk mengelola demensia secara komprehensif sesuai
dengan prinsip dan ruang lingkup kompetensi dokter spesialis saraf
Menyiapkan peserta didik untuk memiliki professional behavior yang dicirikan
oleh kepakaran medik / pembuat keputusan klinik, komunikator, kolaborator,
manajer, advokasi kesehatan, kesarjanaan, profesional, dan performance
khususnya dalam bidang neurobehavior
3. TUJUAN KHUSUS
Tujuan khusus modul demensia ini adalah menyiapkan peserta didik melalui
program pelatihan / pengalaman klinik agar memiliki ketrampilan dalam hal pemeriksaan
klinik demensia secara komprehensif, dengan rincian sebagai berikut:
Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinik terhadap pasien demensia
Melakukan analisis kritis terhadap hasil pemeriksaan klinik neurobehavior
Mampu membuat diagnosis banding, diagnosis klinis dan diagnosis topik
demensia
Mampu mengembangkan kemungkinan diagnosis etiologis dan diagnosis
patologis, serta membuat rencana pemeriksaan penunjang untuk mencari dan
menetapkan kedua jenis diagnosis tadi
Mempunyai kompetensi menyeluruh dan utuh tentang demensia
5. PERSIAPAN SESI
Ruang Kuliah
Ruang pemeriksaan neurobehavior (klinik neurobehavior)
Peralatan Audiovisual
Kasus pembelajaran
Materi presentasi oleh pembimbing termasuk VCD /DVD kasus neurobehavior
Alat bantu latih :
o Video tentang pemeriksaan neurobehavior
o Computer Assisted Learning Material
o Status pemeriksaan neurobehavior
o Tools pemeriksaan neurobehavior:
Tes Keping
6. REFERENSI
Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf 2006.
Cumming JL, Meega MS. Neuropsychiatry and Behavioral Neuroscience. Washington
DC. Martin Dunitz, 2003.
DEsposito. Neurobehavior Examination for Practice Neurologist. American Academic
Neurology, 1998.
Feinbeerg TE, Farah MJ. Behavioral Neurology and Neuropsychology. New York. Mc
Graw-Hill, 1997.
Konsesus Demensia Vaskular
Lezak MD. Neuropsychological Assessment. Third edition. New York. Oxford University
Press, 1995.
Pritchard TC, Alloway KD. Medical Neuroscience. Madison Conecticut. Fence Creek
Publishing LLC, 1999.
Spreen O, Strauss E. A Compendium of Neuropsychological Tests. Second edition. New
York. Oxford University Press, 1998.
Strubb RL, Black FW. The Mental Status Examination in Neurology. Third edition.
PhilaDavis Company, 1993.
PERDOSSI. Pengenalan dini dan penatalaksanaan demensia vascular.Jakarta, 2006.
8. GAMBARAN UMUM
Sebagai salah satu dampak keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya usia
harapan hidup yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah dan proporsi penduduk
usia lanjut. Peningkatan jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut dari 11,3 juta atau
6,4% pada tahun 990, menjadi 15,3 juta atau 7,4% pada tahun 2000, dan diproyeksikan
pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi 8,4%.
Gangguan yang berkaitan dengan proses penuaan di otak terjadi pada sel-sel otak dan
system pembuluh darah otak. Gangguan pada proses ,menua otak adalah demensia
degenerative, demensia vascular, dan demensia campuran.
Gejala demensia adalah menurunnya kemampuan kognitif dan bisa berlanjut dengan
gangguan perilaku, yang dapat menyebabkan pasien tidak mampu mandiri, sehinga akan
menjadi beban bagi orang lain.
Pelatihan dengan modul ini dimaksudkan untuk memberi bekal pengetahuan dan praktik
ketrampilan identifikasi demensia melalui anamnesis dan pemeriksaan neurobehavior
serta menentukan terapi secara komprehensif dan benar melalui pendekatan pembelajaran
berbasis kasus.
.
8. CONTOH KASUS
Seorang wanita berusia 76 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, cekat tangan
kanan, dirujuk ke dokter spesialis saraf karena mengalami penurunan kemampuan
memori sejak 4 tahun yang lalu.
Sebelumnya kesehatan [pasien baik-baik saja. Masalah memori muli muncul setelah ia
pension dari pekerjanannya padam usia 72 tahun yang semakin memburuk setelah itu.
Suami pasien mencatat pasien sering lupa menaruh barang, membuat masakan. Pasien
sering bertanya yang sudah ditanyakan beberapa menit sebelumnhya. Lama kelamaan
jika pasien pergi sendiri, ia sering tersesat. Periolaku menjadi mudah tersinggung dan
mudah marah.
Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologic tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan
neurobehavior menunjukkan, atensi cukup terpelihara, fngsi bahasa baik. Terdapat
gangguan pada pemeriksaan memori. Terdapat penurunan ADL.
Diskusi
1. Buatlah resume gangguan neurobehavior pada pasien ini
2. Tentukan lokasi lesi pada pasien ini berdasarkan gejala dan tanda di atas
3. Sebutkan diagnosis pada kasus ini
4. Penatalaksanaan kasus ini
Gangguan neurobehavior pada pasien ini:
Gangguan recent memori progresif lambat
Mudah tersesat
Gangguan perilaku mudah tersinggung dan cepat marah
Deskripsi kasus
1. Gangguan recent memory dapat disebabkan oleh disfungsi lobus temporal medial
bilateral atau sistem memori diencephalic. Disorientasi geografis menunjukkan
disfungsi parieototemporal. Iritabilitas dan perubahan kepribadian kemungkinan
karena disfungsi sistem limbic atau korteks asosiasi.
2. Gejala ini berkembang progresiv lambat dimulai dengan gangguan memori,
diikuti dengan gangguan perilaku dan penurunan kemampuan ADL menyokong
pada diagnosis demensia Alzheimer.
3. Diagnosis klinis
: gangguan recent memory
Gangguan perilaku
Disorientasi spasial
Penurunan ADL
Diagnosis Topis
:Lobus medial temporal, sistem limbik, parietotemporal
Diagnosis Etiologis :Degeneratif
Diagnosis Patologis :gambaran patologis demensia Alzheimer
4. Penatalaksanaan farmakologis:
a. Simptomatis: asetilkolinesterase inhibitor
b. Gangguan perilaku: bila terdapat agitasi dapat diberikan neuroleptik
Penatalaksanaan nonfarmakologis:
a. Mempertahankan fungsi kognisi
b. Edukasi pengasuh
c. Intervensi lingkungan
d. Penanganan gangguan perilaku
Rangkuman studi kasus
Kompetensi pendekatan klinik dicapai dengan cara:
Anamnesis
Pemeriksaan fisik / neurologik dan neurobehavior
Diagnosis banding
9. TUJUAN PEMBELAJARAN
Tujuan akhir dari pembelajaran, pencapaian kompetensi dan pengamalan ilmu
neurologi pada dasarnya adalah untuk menghasilkan spesialis di bidang ini untuk
memiliki professional behavior yang ditunjukkan dengan karakteristika sebagai berikut:
Kepakaran medik / pembuat keputusan klinik
Komunikator
Kolaborator
Manajer
Advokasi kesehatan
Kesarjanaan
Profesional
Performance
Setelah mengikuti sesi ini maka peserta didik diharapkan memiliki ketrampilan dalam
hal:
a. Mengenali keadaan neurobehavior normal dan tidak normal meliputi gejala dan
tanda klinik gangguan neurobehavior termasuk tanda dan gejala dini
b. Menunjukkan kecakapan dalam hal anamnesis dan berkomunikasi dengan pasien
serta keluarganya berdasarkan nilai-nilai humanisme
c. Menunjukkan kecakapan dan ketrampilan teknik pemeriksaan neurobehavior
secara efektif dan benar
d. Menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik dan pendekatan diagnostik
e. Membuat keputusan diagnostik dan terapetik yang tepat
f. Memahami keterbatasan pengetahuan seseorang
g. Memperhatikan dan mempertimbangkan analisis risiko dan biaya yang
ditanggung oleh pasien
10. EVALUASI
Kompetensi Kognitif:
Pretest
Essay
MCQ
9
Lisan
Kompetensi Psikomotor:
Tutor review, Self assessment dan peer assissted (1,2,3) dengan daftar tilik
Penilaian kompetensi (memuaskan, perlu perbaikan, tidak memuaskan)
Kesempatan untuk perbaikan (task-based medical education)
Kompetensi Kognitif dan Psikomotor:
Ujian akhir profesi dan uji kompetensi
11. PENUNTUN BELAJAR
Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
4.
T/D : Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)
2
10
DAFTAR TILIK
11
KINERJA YANG
DIPERAGAKAN
MEMUASKAN
TIDAK
MEMUASKAN
TIDAK
DITAMPILKAN
12