Anda di halaman 1dari 18

MODUL NEUROBEHAVIOR

BAGIAN III:
DEMENSIA

KOLEGIUM NEUROLOGI INDONESIA

PERHIMPUNAN DOKTER SPESIALIS SARAF INDONESIA

2008

1
PENYUSUN

Dr. Diatri Nari Lastri, Sp.S

PENYUSUN PEMBANTU

Prof. Dr. Sidiarto Kusumoputro, Sp.S(K)


Dr. Yustiani Dikot, Sp.S(K)
Dr. Sylvia Francina Lumampouw,Sp.S(K)
Dr. Paulus Anam Ong,Sp.S(K)

Modul ini telah dipresentasikan kepada seluruh Ketua Program


Studi Institusi Pendidikan Dokter Spesialis Saraf. Para Ketua
Program Studi tersebut adalah sebagai berikut:

Prof. DR.Dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) – KPS FK UNUD


Dr. Abdul Muis, Sp.S(K) – KPS FK UNHAS
Dr. Ahmad Asmedi, Sp.S., M.Kes – KPS FK UGM
Dr. Alwi Shahab, Sp.S(K) – KPS FK UNSRI
Dr. Endang Kustiowati, Sp.S(K) – KPS FK UNDIP
Dr. Jofizal Jannis, Sp.S(K) – KPS FK UI
Dr. Rusli Dhanu, Sp.S(K) – KPS FK USU
Dr. Saiful Islam,Sp.S(K) – KPS FK UNAIR
Dr. Thamrin Syamsudin,Sp.S(K), M.Kes – KPS FK UNPAD
Dr. Yuliarni Syafrita,Sp.S – KPS FK UNAND

2
1. ALOKASI WAKTU

PENGEMBANGAN KOMPETENSI WAKTU


Sesi di dalam kelas 4 X 2 jam (classroom session)
Sesi dengan fasilitasi pembimbing 1 minggu (coaching session)
Sesi praktik dan pencapaian kompetensi 3 minggu (facilitation, assessment,
psychomotor)

2. TUJUAN UMUM

Tujuan umum modul gangguan neurobihavior ini adalah sebagai berikut:


 Memberi tuntunan dan pengalaman klinik kepada peserta didik untuk mengenali
dan memahami prinsip-prinsip neurobehavior
 Memberi tuntunan dan pengalaman klinik kepada peserta didik untuk mengenali
dan memahami demensia dan jenis-jenisnya, termasuk tanda dan gejala kliniknya
 Melatih peserta didik untuk mengelola demensia secara komprehensif sesuai
dengan prinsip dan ruang lingkup kompetensi dokter spesialis saraf
 Menyiapkan peserta didik untuk memiliki professional behavior yang dicirikan
oleh kepakaran medik / pembuat keputusan klinik, komunikator, kolaborator,
manajer, advokasi kesehatan, kesarjanaan, profesional, dan performance
khususnya dalam bidang neurobehavior

3. TUJUAN KHUSUS

Tujuan khusus modul demensia ini adalah menyiapkan peserta didik melalui
program pelatihan / pengalaman klinik agar memiliki ketrampilan dalam hal pemeriksaan
klinik demensia secara komprehensif, dengan rincian sebagai berikut:
 Mampu melakukan anamnesis dan pemeriksaan klinik terhadap pasien demensia
 Melakukan analisis kritis terhadap hasil pemeriksaan klinik neurobehavior
 Mampu membuat diagnosis banding, diagnosis klinis dan diagnosis topik
demensia
 Mampu mengembangkan kemungkinan diagnosis etiologis dan diagnosis
patologis, serta membuat rencana pemeriksaan penunjang untuk mencari dan
menetapkan kedua jenis diagnosis tadi
 Mempunyai kompetensi menyeluruh dan utuh tentang demensia

4. STRATEGI DAN METODA PEMBELAJARAN


 Pembelajaran diselenggarakan di Rumah Sakit Pendidikan dan Rumah Sakit
Lahan / Jejaring Pendidikan
 Metoda pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran berbasis kasus (case-
based learning), bedside teaching, dengan memperhatikan aspek-aspek kognitif,
psikomotor, dan afektif dengan penekanan pada professional behavior.

3
 Pelatih memberi kuliah dengan topik yang relevan, mutakhir, dengan
memperhatikan evidence-based medicine
 Kuliah pakar diberikan oleh pakar yang berasal dari Departemen Neurologi dan /
atau dari luar Departemen Neurologi
 Pelatih memberi peluang / kesempatan kepada peserta didik untuk melakukan
diskusi, baik antara pelatih dengan peserta didik maupun antarpeserta didik
 Pembelajaran ini difasilitasi oleh seorang atau lebih pelatih yang bertanggung
jawab terhadap penyelesaian modul secara lengkap, sampai dengan evaluasi
pencapaian kompetensi
 Pelatih menyiapkan kasus-kasus yang relevan dengan tujuan pembelajaran
 Peserta didik mengerjakan pre-test, evaluasi ditengah-tengah proses
pembelajaran, dan ujian akhir yang berkaitan dengan kompetensi peserta didik
 Rincian proses pembelajaran, dengan mengacu pada tujuan pembelajaran, adalah
sebagai berikut:
o Tujuan-1: Mengenali keadaan demensia, gejala dan tanda klinik demensia
termasuk gejala dini
 Kuliah dan diskusi interaktif
 Pemutaran video
 Bedside teaching dan pemberian umpan balik
o Tujuan-2: Menunjukkan kecakapan dalam hal anamnesis dan berkomunikasi
dengan pasien demensia serta keluarganya berdasarkan nilai-nilai
humanisme
 Peserta didik melakukan anamnesis terhadap pasien demensia dan atau
keluarganya
 Peserta didik menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi gangguan
neurobehavior berdasarkan anamnesis
 Pelatih memberi umpan balik kepada peserta didik
o Tujuan-3: Menunjukkan kecakapan dan ketrampilan teknik pemeriksaan
neurobehavior secara efektif dan benar pada pasien demensia
 Pembimbing menjelaskan tatacara pemeriksaan neurobehavior pada pasien
demensia secara sistematik dan memperagakan kepada peserta didik
 Peserta didik melakukan pemeriksaan neurobehavior pada pasien
demensia dengan pengamatan pembimbing
 Peserta didik menunjukkan kemampuan untuk mengidentifikasi gangguan
neurobehavior berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan neurobehavior
 Pembimbing memberi umpan balik kepada peserta didik
o Tujuan-4: Menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik dan
pendekatan diagnostik
 Peserta didik menjelaskan gejala dan tanda klinik gangguan neurobehavior
yang dijumpai pada pasien demensia
 Peserta didik membuat rangkuman hasil anamnesis, pemeriksaan fisik
neurologis, dan pemeriksaan neurobehavior secara sistematik
 Peserta didik menjelaskan langkah-langkah pembuatan diagnosis banding
dan menjelaskan alasan diagnosis banding yang diusulkan atas hasil
rangkuman

4
 Peserta didik menjelaskan alasan usulan pemeriksaan penunjang untuk
penegakkan diagnostik etiologik
 Pembimbing memberi umpan balilk kepada peserta didik
o Tujuan 5: Membuat keputusan diagnostik dan terapetik yang tepat
 Peserta didik menjelaskan alasan keputusan diagnostik berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik neurologik, pemeriksaan neurobehavior ,dan
pemeriksaan penunjang lainnya
 Peserta didik menjelaskan alasan pemberian terapi farmakologik dan non
farmakologik yang berkaitan dengan diagnosis
 Peserta didik menjelaskan farmakologi obat-obat secara umum
 Pembimbing memberi umpan balik kepada peserta didik
o Tujuan 6: Memahami keterbatasan pengetahuan seseorang
 Peserta didik menjelaskan alasan untuk membuat rujukan kepada sejawat
lain di bidang neurologi maupun di luar bidang neurologi
 Peserta didik menginterpretasi hasil / jawaban rujukan dan
menjelaskannya apakah memberi nilai postif untuk penegakan diagnosis
dan / atau terapi
 Peserta didik mengambil keputusan diagnostik, terapetik dan prognosis
berdasarkan hasil konsultasi dengan sejawat lain
 Pembimbing memberi umpan balik kepada peserta didik
o Tujuan 7: Memperhatikan dan mempertimbangkan analisis risiko dan biaya
yang ditanggung oleh pasien
 Peserta didik menjelaskan alasan untuk melakukan atau meminta
pemeriksaan penunjang
 Peserta didik menjelaskan pentingnya pemeriksaan penunjang dan
biayanya kepada pasien dan atau keluarganya
 Peserta didik menjelaskan pemberian terapi sesuai dengan guideline dan
evidence-based medicine
 Peserta didik menjelaskan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien dan
atau keluarganya sehubungan dengan obat yang akan dibeli dan diminum
dalam jangka panjang
 Peserta didik menjelaskan efek samping obat kepada pasien dan atau
keluarganya
 Peserta didik menjelaskan alasan tindakan operatif dan risiko medik serta
biayanya kepada pasien dan atau keluarganya
 Pembimbing memberi umpan balik kepada peserta didik

5. PERSIAPAN SESI
 Ruang Kuliah
 Ruang pemeriksaan neurobehavior (klinik neurobehavior)
 Peralatan Audiovisual
 Kasus pembelajaran
 Materi presentasi oleh pembimbing termasuk VCD /DVD kasus neurobehavior
 Alat bantu latih :
o Video tentang pemeriksaan neurobehavior
o Computer Assisted Learning Material

5
o Status pemeriksaan neurobehavior
o Tools pemeriksaan neurobehavior:
 Mini Mental State Examination (MMSE)
 Tes Orientasi Amnesia Galvastone (TOAG)
 Pemeriksaan berdasarkan Strubb & Black
 Tes Keping
 Tes Afasia (TADIR)
 Consortium to Establish a Registry for Alzheimer’s Disease (CERAD)
 Restrictive Reminding Test (Buschke)
 Rey Auditoric Verbal Learning Test (RAVLT)
 Rey Ostrich Constructional Figure (ROCF)
 Trial Making Test A dan B
 Neuro Psychiatry Inventory
 Geriatric Depression Scale
 Hamilton Depression Rating Scale
 Global Dementia Scale (GDS)
 Dementia Rating Scale (DRS)
 Functional Activities Quetionare (FAQ)
 Pedoman Peserta Didik Pemeriksaan Neurobehavior
 Borang dan Daftar Tilik Kompetensi Pemeriksaan Neurobehavior

6. REFERENSI

Standar Kompetensi Dokter Spesialis Saraf 2006.

Cumming JL, Meega MS. Neuropsychiatry and Behavioral Neuroscience. Washington


DC. Martin Dunitz, 2003.
D’Esposito. Neurobehavior Examination for Practice Neurologist. American Academic
Neurology, 1998.
Feinbeerg TE, Farah MJ. Behavioral Neurology and Neuropsychology. New York. Mc
Graw-Hill, 1997.
Konsesus Demensia Vaskular
Lezak MD. Neuropsychological Assessment. Third edition. New York. Oxford
University Press, 1995.
Pritchard TC, Alloway KD. Medical Neuroscience. Madison Conecticut. Fence Creek
Publishing LLC, 1999.
Spreen O, Strauss E. A Compendium of Neuropsychological Tests. Second edition. New
York. Oxford University Press, 1998.
Strubb RL, Black FW. The Mental Status Examination in Neurology. Third edition.
PhilaDavis Company, 1993.
PERDOSSI. Pengenalan dini dan penatalaksanaan demensia vascular.Jakarta, 2006.

6
7. KOMPETENSI

Setelah menyelesaikan modul ini diharapkan para peserta didik memiliki


kemampuan melakukan pendekatan klinik, mendiagnosis dan melakukan
penatalaksanaan gangguan neurobehavior termasuk demensia secara benar. Pencapaian
kompetensi tersebut diselaraskan dengan prinsip kompetensi (Bab II angka 1) dan ruang
lingkup kompetensi (Bab II angka 9) yang tercantum di dalam Standar Kompetensi
Dokter Spesialis Saraf tahun 2006. Indikator hasil pembelajaran yang diharapkan setelah
menyelesaikan modul ini tercantum di dalam tujuan pembelajaran sebagaimana tersebut
pada angka 10 (Tujuan Pembelajaran).

8. GAMBARAN UMUM

Sebagai salah satu dampak keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya usia


harapan hidup yang pada akhirnya akan meningkatkan jumlah dan proporsi penduduk
usia lanjut. Peningkatan jumlah dan proporsi penduduk usia lanjut dari 11,3 juta atau
6,4% pada tahun 990, menjadi 15,3 juta atau 7,4% pada tahun 2000, dan diproyeksikan
pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi 8,4%.
Gangguan yang berkaitan dengan proses penuaan di otak terjadi pada sel-sel otak dan
system pembuluh darah otak. Gangguan pada proses ,menua otak adalah demensia
degenerative, demensia vascular, dan demensia campuran.
Gejala demensia adalah menurunnya kemampuan kognitif dan bisa berlanjut dengan
gangguan perilaku, yang dapat menyebabkan pasien tidak mampu mandiri, sehinga akan
menjadi beban bagi orang lain.
Pelatihan dengan modul ini dimaksudkan untuk memberi bekal pengetahuan dan praktik
ketrampilan identifikasi demensia melalui anamnesis dan pemeriksaan neurobehavior
serta menentukan terapi secara komprehensif dan benar melalui pendekatan pembelajaran
berbasis kasus.
.

9. CONTOH KASUS

Seorang wanita berusia 76 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga, cekat tangan
kanan, dirujuk ke dokter spesialis saraf karena mengalami penurunan kemampuan
memori sejak 4 tahun yang lalu.
Sebelumnya kesehatan pasien baik-baik saja. Masalah memori mulai muncul setelah ia
pensiun dari pekerjanannya padam usia 72 tahun yang semakin memburuk setelah itu.
Suami pasien mencatat pasien sering lupa menaruh barang, membuat masakan. Pasien
sering bertanya yang sudah ditanyakan beberapa menit sebelumnya. Lama kelamaan jika
pasien pergi sendiri, ia sering tersesat. Perilaku menjadi mudah tersinggung dan mudah
marah.

7
Pada pemeriksaan fisik umum dan neurologic tidak ditemukan kelainan. Pemeriksaan
neurobehavior menunjukkan, atensi cukup terpelihara, fngsi bahasa baik. Terdapat
gangguan pada pemeriksaan memori. Terdapat penurunan ADL.

Diskusi
1. Buatlah resume gangguan neurobehavior pada pasien ini
2. Tentukan lokasi lesi pada pasien ini berdasarkan gejala dan tanda di atas
3. Sebutkan diagnosis pada kasus ini
4. Penatalaksanaan kasus ini

Gangguan neurobehavior pada pasien ini:


 Gangguan recent memori progresif lambat
 Mudah tersesat
 Gangguan perilaku mudah tersinggung dan cepat marah

Deskripsi kasus
1. Gangguan recent memory dapat disebabkan oleh disfungsi lobus temporal medial
bilateral atau sistem memori diencephalic. Disorientasi geografis menunjukkan
disfungsi parieototemporal. Iritabilitas dan perubahan kepribadian kemungkinan
karena disfungsi sistem limbic atau korteks asosiasi.
2. Gejala ini berkembang progresiv lambat dimulai dengan gangguan memori,
diikuti dengan gangguan perilaku dan penurunan kemampuan ADL menyokong
pada diagnosis demensia Alzheimer.
3. Diagnosis klinis : Gangguan recent memory
Gangguan perilaku
Disorientasi spasial
Penurunan ADL
Diagnosis Topis :Lobus medial temporal, sistem limbik, parietotemporal
Diagnosis Etiologis :Degeneratif
Diagnosis Patologis :Gambaran patologis demensia Alzheimer

4. Penatalaksanaan farmakologis:
a. Simptomatis: asetilkolinesterase inhibitor
b. Gangguan perilaku: bila terdapat agitasi dapat diberikan neuroleptik
Penatalaksanaan nonfarmakologis:
a. Mempertahankan fungsi kognisi
b. Edukasi pengasuh
c. Intervensi lingkungan
d. Penanganan gangguan perilaku

8
Rangkuman studi kasus
Kompetensi pendekatan klinik dicapai dengan cara:
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik / neurologik dan neurobehavior
 Diagnosis banding
 Diagnosis (klinik, topik, etiologik, patologi-anatomik)
 Pemeriksaan penunjang (Lab, CTScan)
Penilaian kompetensi
 Hasil observasi selama alih pengetahuan dan ketrampilan (dengan daftar
tilik)

10. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan akhir dari pembelajaran, pencapaian kompetensi dan pengamalan ilmu


neurologi pada dasarnya adalah untuk menghasilkan spesialis di bidang ini untuk
memiliki professional behavior yang ditunjukkan dengan karakteristika sebagai berikut:
 Kepakaran medik / pembuat keputusan klinik
 Komunikator
 Kolaborator
 Manajer
 Advokasi kesehatan
 Kesarjanaan
 Profesional
 Performance

Setelah mengikuti sesi ini maka peserta didik diharapkan memiliki ketrampilan dalam
hal:
a. Mengenali keadaan neurobehavior normal dan tidak normal meliputi gejala dan
tanda klinik gangguan neurobehavior termasuk tanda dan gejala dini
b. Menunjukkan kecakapan dalam hal anamnesis dan berkomunikasi dengan pasien
serta keluarganya berdasarkan nilai-nilai humanisme
c. Menunjukkan kecakapan dan ketrampilan teknik pemeriksaan neurobehavior
secara efektif dan benar
d. Menunjukkan kecakapan dalam hal penalaran klinik dan pendekatan diagnostik
e. Membuat keputusan diagnostik dan terapetik yang tepat
f. Memahami keterbatasan pengetahuan seseorang
g. Memperhatikan dan mempertimbangkan analisis risiko dan biaya yang
ditanggung oleh pasien

11. EVALUASI
Kompetensi Kognitif:
 Pretest

9
 Essay
 MCQ
 Lisan

Kompetensi Psikomotor:
 Tutor review, Self assessment dan peer assissted (1,2,3) dengan daftar tilik
 Penilaian kompetensi (memuaskan, perlu perbaikan, tidak memuaskan)
 Kesempatan untuk perbaikan (task-based medical education)

Kompetensi Kognitif dan Psikomotor:


 Ujian akhir profesi dan uji kompetensi

12. PENUNTUN BELAJAR

13. DAFTAR TILIK PENILAIAN KINERJA


PROSEDUR INFORMED CHOICE

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala sebagai berikut.:
1 Perlu perbaikan: langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya atau
urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2 Mampu: langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya (jika harus berurutan).
Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau membantu untuk kondisi di luar normal
3 Mahir: langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja yang sangat efisien
4. T/D : Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu diperagakan)

NAMA PESERTA DIDIK: ...................................... TANGGAL: .................................

10
1. Sapa dengan hormat pasien anda 1 2 3 4
2. Kenalkan diri anda dan jelaskan tujuan anda dalam wawancara
3. Tanyakan apakah pasien telah tahu tentang kelainan yang ada dan apakah
sudah mendapat penjelasan tentang apa yang akan dilakukan
 Jika belum, jelaskan kelainan yang dialami dan upaya yang akan
dilakukan
 Jika sudah, nilai kembali apakah penjelasannya benar dan lengkap
4. Tunjukkan diagnosis dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan dan
penatalaksanaan untuk kelainan yang ada
5. Jelaskan berbagai pengobatan dan tindakan yang dapat diterapkan terhadap
pasien, termasuk efek samping, komplikasi dan risiko (sampaikan dengan
bahasa yang mudah dimengerti dan pastikan pasien telah mengerti)
6. Minta pasien untuk menentukan salah satu pengobatan yang menurut pasien
adalah paling sesuai, setelah mendapat penjelasan yang obyetif dan benar
dari dokter
7. Persilahkan pasien dan keluarganya untuk menyatakan dan menuliskan cara
pengobatan yang menjadi pilihannya pada status pasien atau formulir yang
telah disediakan

PROSEDUR PEMERIKSAAN KLINIK

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang diperagakan oleh peserta
pada saat melaksanakan statu kegiatan atau prosedur, dengan ketentuan seperti yang diuraikan
dibawah ini:
: Memuaskan: Langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan prosedur atau panduan
standar
: Tidak memuaskan: Langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai dengan prosedur
atau panduan standar
T/T: Tidak Ditampilkan: Langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan oleh peserta
selama proses evaluasi oleh pelatih

DAFTAR TILIK

11
KINERJA YANG MEMUASKAN TIDAK TIDAK
DIPERAGAKAN MEMUASKAN DITAMPILKAN

Anamnesis kepada pasien


Anamnesis kepada keluarga
Anamnesis awitan
Anamnesis keluhan utama
Anamnesis durasi keluhan
Anamnesis riwayat penyakit
lainnya
Anamnesis riwayat
pengobatan
Anamnesis riwayat keluarga
Pemeriksaan fisik secara
sistematik
Pemeriksaan neuroimaging
Interpretasi neuroimaging
Menjelaskan diagnosis
gangguan neurobehavior
Menjelaskan rencana terapi
Menjelaskan prognosis

14. MATERI BAKU

DEMENSIA ALZHEIMER

Definisi Demensia
Demensia adalah suatu sindroma penurunan kemampuan intelektual yang menyebabkan
deteriorasi kognisi dan fungsional, sehingga mengakibatkan gangguan fungsi sosial,
pekerjaan dan aktivitas sehari-hari yang dibuktikan dengan pemeriksaan klinik dan tes
neuropsikologi.

Kriteria diagnosis
Probable demensia Alzheimer
 Demensia ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan tes neuropsikologi
(algoritma penanganan demensia, MMSE, CDT, ADL, IADL, FAQ, CDR, NPI,
Skala Depresi Geriatrik, Trial Making Test A dan B)
 Defisit meliputi dua atau lebih area kognisi terutama perburukan memori yang
disertai gangguan kognisi lain yang progresif.
 Tidak terdapat gangguan kesadaran

12
 Awitan (onset) antara usia 40-90 tahun, sering setelah usia 65 tahun
 Tidak ditemukan gangguan sistemik atau penyakit otak sebagai penyebab
gangguan memori dan fungsi kognisi yang progresif tersebut.

Possible Demensia Alzheimer


 Penyandang sindroma demensia tanpa gangguan neurologis, psikiatris dan
gangguan sistemik lain yang dapat menyebabkan demensia
 Awitan, presentasi atau perjalanan penyakit yang bervariasi dibanding demensia
Alzheimer klasik
 Pasien demensia dengan komorbiditas (gangguan sistemik/gangguan otak
sekunder) tetapi bukan sebagai penyebab demensia
 Dapat dipergunakan untuk keperluan penelitian bila terdapat suatu defisit kognisi
berat, progresif bertahap tanpa penyebab lain yang teridentifikasi

Klinis
 Awitan penyakit perlahan-lahan
 Perburukan progresif memori (jangka pendek) disertai gangguan fungsi berbahasa
(afasia), ketrampilan motorik (apraksia), dan persepsi (agnosia) dan perubahan
perilaku penderita yang mengakibatkan gangguan aktivitas hidup sehari-hari
(ADL)
 Bisa didapatkan riwayat keluarga dengan penyakit yang serupa
 Kelainan neurologis lain pada tahap lanjut berupa gangguan motorik seperti
hipertonus, mioklonus, gangguan lenggang jalan (gait), atau bangkitan (seizure)
 Gejala openyerta lain berupa depresi, insomnia, inkotinensia, delusi, ilusi,
halusinasi, pembicaraan katastrofik, gejolak emosional atau fisikal, gangguan
seksual, dan penurunan berat badan

Pemeriksaan Penunjang
Radioimajing
CT sken : atrofo serebri terutama daerah temporal dan parietal
MRI : atrofi serebri dan atrofi hipokampus
SPECT : penurunan serebral blood flow terutama di kedua kortek temporoparietal
PET : penurunan tingkat metabolisme kedua kortek temporoparietal

Laboratorium
 Urinalisis
 Elektrolit serum
 Kalsium
 BUN
 Fungsi hati
 Hormon tiroid
 Kadar asam folat dan vitamin B12
 Absorpsi antibodi treponemal flouresen neurosifilis dan pemeriksaan HIV pada
pasien risiko tinggi
 Pemeriksaan cairan otak untuk biomarker

13
EEG
 Stadium awal: gambaran EEG normal atau aspesifik
 Stadium lanjut: dapat ditemukan perlambatan difus dan komplek periodik

Baku emas (pemeriksaan patologi anatomi)


 Ditemukan neurofibrilary tangles dan senile plaque

Diagnosis Banding
 Demensia Vaskular
 Demensia Lewy Body
 Demensia Lobus Frrontal
 Pseudodemensia

Penatalaksanaan
 Farmakologis
o Simtomatik
Asetilkolinesterase inhibitor
o Donopezil HC
o Rivastigmin
o Galantamin
o Gangguan perilaku
 Depresi
 Antidepresan golongan SSRI
 Golongan MAO inhibitor
 Delusi/halusinasi/agitasi
 Neuroleptik atipikal
 Neuroleptik tipikal
 Non farmakologis
o Mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual
 Orientasi realitas
 Stimulasi kognitif
 Reminiscene
 Olah raga gerak latih otak
o Edukasi pengasuh
 Training dan konseling
o Intervensi lingkungan
 Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
 Fasilitasi aktivitas
 Terapi cahaya
 Terapi musik
o Penangana gangguan Perilaku
 Mendorong untuk melakukan aktivitas keluarga
 Menghindari tugas yang kompleks
 Bersoisalisasi

14
DEMENSIA VASKULER

Definisi
Demensia Vaskuler (DVa) meliputi semua kasus demensia yang disebabkan oleh
gangguan serebrovaskuler dengan penurunan kognisi mulai dari yang ringan sampai yang
paling berat (tidak harus prominen gangguan memori), dapat/tidak disertai gangguan
perilaku sehingga menimbulkan gangguan aktivitas harian yang tidak disebabkan oleh
gangguan fisik karena stroke.

Klasifikasi Demensia Vaskuler


1. Demensia Vaskuler Pasca Stroke
 Demensia multi infark (tromboemboli makrovaskuler)
 Stroke single strategic ( satu lesi iskemik area kritis perilaku)
 Demensia Hemoragik (mekanisme: hipertensi maligna, angiopati
amiloid, defek vaskuler)
2. Demensia Vaskuler Sukortikal
 Stroke lakuner, multiple subkortikal
 Penyakit Binswanger
 Demensia pasca iskemik (tekanan darah turun dan perfusi serebral
turun dibawah ambang kritis)
 Gangguan vaskuler genetic (CADASIL, dll)
 Vaskulitis dan penyebab lainnya
3. Demensia Vaskuler – Alzheimer (Demensia Campuran)

Kriteria Diagnosis Demensia Vaskuler


Kriteria NINDS-AIREN (National Institute of Neurological Disorders and Stroke, and
L’Association Internationale pour la Recherche et L’Enseignement en Neurosciences).

Probable VaD
Diagnosa klinis probable Vascular Disease meliputi semua item dibawah ini:
1. Demensia
2. Bukti penyakit serebrovaskuler (CVD) yang ditandai dengan adanya
deficit neurologi fokal yang konsisten dengan stroke (bisa dengan atau
tanpa riwayat stroke), dan kejadiannya mempunyai relevansi dengan
pencitraan otak (CT Sken atau MRI)
3. Terdapat hubungan antara kedua gangguan diatas dengan satu atau lebih
keadaan dibawah ini:
a. Awitan demensia berada dalam kurun waktu 3 bulan pasca stroke
b. Deteriorasi fungsikognitif yang mendadak atau berfluktuasi,
deficit kognisi yang progresif dan bersifat stepwise

Gambaran klinis yang konsisten dengan probable Demensia Vaskuler meliputi:

15
1. Gangguan berjalan (langkah kecil-kecil atau marche a petits-pas,
magnetic, apraxic-ataxic or parkinsonian gait)
2. Riwayat tidak stabil saat berdiri dan sering jatuh tanpa sebab
3. Gangguan berkemih dini, “urgensi” dan keluhan berkemih yang tidak
disebabkan oleh penyakit urologi
4. Perubahan kepribadian dan suaana hati, abulia, depresi, inkontinensia
emosi, dan gejala deficit subkortikal lainnya seperti retardasi psikomotor
dan gangguan fugsi eksekutif.

Possible VaD
1. Demensia disertai deficit neurologi fokal, tanpa konfirmasi pencitraan
otak
2. Atau tidak adanya hubungan waktu yang jelas antara demensia dan
stroke
3. Atau awitan penyakit tidak jelas dengan perjalanan klinis yang
bervariasi seperti plateau atau perbaikan dari defisit kognitif

Definite VaD
1. Kriteria klinik probable Demensia Vaskuler
2. Konfirmasi pemeriksaan histopatologi penyakit serebrovaskuler
3. Adanya neurofibrillary tangles dan neuritic plaques sesuai umur
4. Tidak ditemukan adanya gangguan klinik patologik lainnya yang dapat
menyebabkan demensia

Gambaran Klinis yang tidak menyokong diagnose Demensia Vaskuler meliputi:


1. Defisit memori pada tahap dini, perburukan fungsi memori dan
gangguan kognisi lain seperti bahasa (afasia tanskortikal sensorik),
ketrampilan motorik (apraksia) dan persepsi (agnosia) tanpa adanya
lesi yang relevan pada pencitraan otak
2. Tidak ditemukannya deficit neurologic fokal sealin gangguan kognisi

KLINIS:
a. Episode gangguan lesi UMN ringan seperti drifting, refleks asimetri, dan
inkoordinasi
b. Gangguan berjalan pada tahap dini demensia
c. Riwayat gangguan keseimbangan, sering jatuh tanpa sebab
d. Urgensi miksi yang dini yang tidak berhubungan dengan kelainan urologi
e. Disartri, disfagi dan gejala ekstrapiramidal
f. Gangguan perilaku dan psikis seperti depresi, perubahan kepribadian, emosi labil, dan
retardasi psikomotor

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
 Darah: hematologi faktor resiko stroke
Radiologis:
 Foto thorak

16
 Radioimaging
Computed Tomography
 VaD pasca stroke
o Infark (kortikal dan/atau subkortikal)
o Perdarahan Intraserebral
o Perdarahan subarachnoid
 VaD subkortikal
o Lesi periventrikuler dan substansia alba luas
o Tidak ditemukan adanya: infark di kortikal dan kortiko-subkortikal dan
infark watershed; perdarahan pembuluh darah besar; hidrosefalus
tekanan normal (NPH) dan penyebab spesifik substansia alba (multiple
sklerosis, sarkoidosis, radiasi otak).
Magnetic Resonance Imaging VaD subkortikal
a. Lesi luas periventrikuler dan substansia alba atau multipel lakuner (>5) di
substansia gresia dalam dan paling sedikit ditemukan lesi substansia alba moderat
b. Tidak ditemukan infark di teritori non lakuner, kortiko-subkortikal dan infark
watershed, perdarahan, tanda-tanda hidrosefalus tekanan normal dan penyebab
spesifik lesi substansia alba (mis. multiple sklerosis, sarkoidosis, radiasi otak).

DIAGNOSA BANDING
 Demensia Alzheimer (dengan menggunakan Hachinski score/ terlampir)

PENATALAKSANAAN
Farmakologi
 Terapi medikamentosa terhadap faktor resiko vaskuler
 Terapi simptomatik terhadap gangguan kognisi simptomatik :
 Penyekat Asetilkolinesterase:
i. Donepezil Hcl tablet 5mg, 1x1 tablet/hari
ii. Rivastigmin tablet, interval titrasi 1 bulan, mulai dari 2x1,5 mg
sampai maksimal 2x 6 mg
iii. Galantamin tablet, interval titrasi 1 bulan mulai dari 2x 4mg
sampai maksimal 2x16 mg
 Gangguan perilaku:
 Depresi:
 Antidepresan golongan SSRI (pilihan utama): Sertraline tablet 1x
50mg , Flouxetine tablet 1x 20mg
 Golongan Monoamine Oxidase (MAO) Inhibitors: Reversible
MAO-A inhibitor (RIMA): Moclobemide
 Delusi/halusinasi/agitasi
 Neuroleptik atipikal
 Risperidon tablet 1x 0,5 mg – 2 mg / hari
 Olanzapin
 Quetiapin tablet: 2x25mg-100mg
 Neuroleptik tipikal
 Haloperidol tablet: 1x 0,5mg -2mg/hari

17
Non farmakologis
Untuk mempertahankan fungsi kognisi
Program adaptif dan restoratif yang dirancang individual :
 Orientasi realitas
 Stimulasi kognisi : memory enhancement program
 Reminiscence
 Olah raga Gerak Latih Otak
Edukasi pengasuh
 Training dan konseling
Intervensi lingkungan
 Keamanan dan keselamatan lingkungan rumah
 Fasilitasi aktivitas
 Terapi cahaya
 Terapi musik
 Pet therapy

18

Anda mungkin juga menyukai