BLOK NEOPLASMA
FACULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
BUKU PANDUAN
BLOK NEOPLASMA
Editor:
Editor
dr. Nur Hayati
dr. Ikhlas Muhammad Jeni
dr Indrayanti Sp.PA
Dr Agus Suharto Sp.PA
Departments Involved:
Histology Surgery Public Health
Clinical Pathology Internal Medicine Radiology
Pharmacology Neurology English
Ear, Nose & Throat Dermatology &venerology
Center for Islamic Medicine Studies (PSKI)
Center for Family Medicine Studies (PSKK)
PENGANTAR
BLOK NEOPLASMA
Blok Neoplasma adalah blok dua puluh satu th (21th) pada tahun 4 kurikulum blok PBL di
Fakultas Kedokteran UMY. Blok ini terdiri dari dua modul, yaitu Modul yang Dasar neoplasia
(karsinogenesis) dan Neoplasma persistem. Kegiatan belajar di blok ini adalah kelompok diskusi
kecil atau tutorial, kuliah, keterampilan klinis dan praktis di laboratorium.
Lima kasus atau topik skenario dalam modul ini akan dibahas oleh siswa dalam tutorial untuk 5,5
minggu. Skenario ini terdiri dari tumor payudara, tumor kelamin Wanita, tumor saluran kemih
/Genital, , tumor saluran cerna dan Tumor pernapasan di mana siswa akan difasilitasi oleh
fasilitator. Diharapkan setelah menerapkan modul siswa secara komprehensif akan memahami
konsep dasar neoplasma, proses Neoplasma Pengobatan diagnostik dan Basic.
Tim
Blok Neoplasma
DAFTAR ISI
Halaman muka
Pengantar
Daftar Isi
Topic tree
Petunjuk Teknis Diskusi Tutorial
Tujuan instruksional
skenario
Referensi
Jadwal Kegiatan & Kuliah Ahli
Area kompetensi pada Standar Kompetensi untuk Dokter (SKD) yang akan dicapai pada blok yaitu:
Area 1: Komunikasi yang efektif
Area 7: Etika, moral, medico-aspek hukum dan profesionalisme, dan keselamatan pasien
RENCANA PEMBELAJARAN
KOMPETENSI BLOK
Pada akhir blok ini mahasiswa akan dapat menjelaskan konsep dasar, belajar ilmu kedokteran dasar klinis dan
dasar penyakit patologis pada tahun ke 4. Dalam blok ini, mahasiswa mempelajari dasar neoplasia dan neoplasma
persistem
A. Karakteristik Mahasiswa
Mahasiswa yang terdaftar di Blok Neoplasma adalah mahasiswa tahun ke4 di Fakultas Kedokteran
UMY. Mereka telah belajar ilmu kedokteran dasar klinis dan dasar penyakit patologis pada tahun ke4.
Dalam blok ini, mereka dimaksudkan untuk mempelajari dasar neoplasia dan neoplasma persistem
B. Hasil Pembelajaran
Setelah menyelesaikan Blok Neoplasma, para mahasiswa akan dapat membuat diagnosis dan menentukan
Mampu menggunakan pertanyaan terbuka dan pertanyaan tertutup dalam memperoleh informasi
(bergerak dari pertanyaan terbuka ke pertanyaan tertutup)
Meminta klarifikasi dari pasien tentang salah satu pernyataannya yang tidak dapat dimengerti
dengan jelas
Gunakan penalaran klinis dalam menanyakan riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit
keluarga, dan riwayat penyakit dahulu
Melakukan eksplorasi data secara logis dan efisien
Tidak memberikan edukasi dan penjelasan prematur selama mengumpulkan informasi
a. Menghormati keyakinan pasien dalam segala hal yang berhubungan dengan penyakit yang
dideritanya
b. Ungkapkanlah kebutuhan, kekhawatiran, dan harapan pasien
c. Bereaksi profesional untuk ekspresi emosi pasien (marah, takut, malu, sedih, bingung,
gembira) dan pasien dengan masalah komunikasi misalnya tuli, bisu gangguan, psikologis
d. Menanggapi secara profesional dengan bahasa pasien verbal dan non-verbal
e. Jadilah sensitif terhadap biologis, psikologis, sosial, faktor budaya dan norma-norma lokal
dalam rangka menerapkan dan memelihara terapi holistik, dan untuk mempertahankan hubungan
profesional dokter-pasien
f. Gunakan bahasa yang sopan dan mudah dipahami (termasuk bahasa lokal) yang sesuai dengan
usia pasien dan tingkat pendidikan, dalam mengajukan pertanyaan, meringkas informasi, dan
menjelaskan diagnosis, penatalaksanaan yang dipilih dan prognosis
9. Meringkas interpretasi yang tepat dari riwayatnya, pemeriksaan fisik, dan tes laboratorium
a. Menjelaskan (menggunakan pendekatan patofisiologi atau lainnya) data klinik dan
laboratorium untuk menentukan diagnosis
b. Menjelaskan alasan untuk diagnosis dengan mengacu pada kedokteran berbasis bukti
Area 7: Luas etika, moral, medico-aspek hukum dan profesionalisme, dan keselamatan pasien
22. Memiliki sikap profesional
a. Berperilaku tepat, berdasarkan Kode Etik Kedokteran Indonesia
b. Menjaga kerahasiaan pasien dan kepercayaan
c. Tampilkan kepercayaan dan rasa hormat dalam hubungan pasien dokter
d. Menunjukkan empati melalui pendekatan holistik
e. Pertimbangkan masalah keuangan dan hambatan lain untuk penyediaan layanan kesehatan,
dan implikasinya
f. Berperilaku etis dalam manajemen pasien, berdasarkan standar profesional
g. Kenali pilihan alternatif dalam menghadapi masalah etis yang sulit
h. Analisa sistematis dan tetap melaksanakan etika dipilih tindakan dalam manajemen pasien
24. Melakukan praktek medis secara tepat dalam masyarakat multikultural di Indonesia
a. Menghormati pasien dan kolega karakteristik pribadi, gaya hidup, dan budaya
b. Memahami heterogenitas persepsi karena perbedaan usia, jenis kelamin, orientasi seksual,
kelompok etnis, kecacatan, dan status sosial ekonomi
C. Topik
Strategy
Area Kompetensi Competensi utama Kuliah, Topik
(SKD) Practikum,
Clinical Skills,
Tutorial
Mampu
mengeksplorasi dan
bertukar informasi
secara verbal dan
AREA 1 non-verbal dengan Clinical skills Breaking bad news
pasien dari segala
usia, anggota
keluarga,
masyarakat, kolega
dan profesional
lainnya.
Strategy
Area Kompetensi Competensi utama Kuliah, Topik
(SKD) Practikum,
Clinical Skills,
Tutorial
AREA 2 Melakukan Clinical skills Pemeriksaan payudara,
prosedur klinis AJH(Aspirasi jarum halus)
berdasarkan Dan / pap smear
masalah pasien dan
kebutuhan, dan
akreditasi dokter.
D. Pre-assessment
Week 2
Topics Strategy Department Duration
Relevansi klinis tumor system saraf Kuliah Neurology 2
Faktor Risiko Kanker untuk sumber data dan tren Kuliah IKM 2
Geografis dan distribusi usia
Sepuluh besar peringkat kanker. Keturunan dan Kuliah Pathologi 2
gangguan pra-neoplastik didapat
Onkogen dan gen yang mengatur perbaikan DNA Kuliah Pathologi 2
gen penekan Kanker dan gen yang mengatur
apoptosis
Molekul Dasar perubahan karsinogenesis, dan
kariotypic tahapan dalam tumor, dan peran
telomeres dalam kanker
Viral dan mikroba karsinogenesis Kimia dan Kuliah Pathologi 2
Kinetika radiasi karsinogenesis pertumbuhan sel
tumor, tumor Angio-genesis, perkembangan
tumor dan heterogenitas, dan mekanisme invasi
dan metastasis
Tumor saluran kencing dan genitalia laki-laki Kuliah Pathologi 2
Tumor Gastrointestinal Kuliah Pathologi 2
Week 3
Topics Strategy Department Duration
Histopathology & Cytopathology Kuliah Pathologi 2
Skin tumors and lymphoma Kuliah Pathologi 2
Tumors system Neuromuscular , tulang dan jaringan Kuliah Pathologi 2
lunak
Tumor payudara Kuliah Pathologi 2
Tumors sistem reproduksi wanita Kuliah Pathologi 2
Tumor Saluran nafas Kuliah Pathologi 2
tumor sistem Endokrin Kuliah Pathologi 2
Serologi: tumor marker Kuliah Pathologi Klinik 2
Diagnostik Fisik and biopsi: prinsip dan pratek (tumor Kuliah Bedah 2
spill, Sentinel biopsy)
Endoscopy (gastroscopy, colonoscopy, and Kuliah Ilmu Penyakit Dalam 2
bronchoscopy)
Week 4
Topics Strategy Department Duration
Prinsip dasar bedah onkologi Kuliah Bedah 2
Prinsip dasar dan algoritma Kemoterapi Kuliah Ilmu Penyakit Dalam 2
Farmakologis aplikasi hormon pada kanker:
kanker payudara dan resistensi terhadap terapi
endokrin
Kemoterapi agen Antineoplastik Efek obat Kuliah Farmakologi 1
terhadap tumor: toksisitas obat dan resistensi obat
Week 5-7
Topics Strategy Department Duration
PLENARY DISCUSSION
PREPARING EXAMINATION
EXAMINATION
A. Fasilitas
Fakultas kedokteran UMY memiliki fasilitas penunjang proses belajar mengajar. Fasilitas
tersebut adalah :
1. 3 Amphitheater untuk perkuliahan dilengkapi dengan komputer/notebook & LCD
proyektor, audio recorder, internet
2. 15 ruang tutorial untuk diskusi kelompok kecil dengan kapasitas 12-15
mahasiswa/ruangan, dilengkapi dengan TV, DVD media player, CCTV, internet
3. 2 ruangan skills lab.
4. 6 ruang praktikum
5. 1 Laboratorium fakultas
6. 1 laboratorium Information Technology
7. hot-spot area
A. Penilaian
Penilaian menggunakan metode penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif
diperoleh dari nilai harian : check list, ujian tertulis, kuis, dll. Penilaian sumatif menggunakan
ujian tertulis (MCQ) and OSCE. Nilai akhir blok ditentukan dari :
50% dari MCQ
30 % dari Tutorial
10 % dari kegiatan ketrampilan klinis (skills lab) dan OSCE
10 % dari Praktikum dan responsi.
Mahasiswa dinyatakan lulus blok bila memenuhi kriteria berikut :
Nilai minimal MCQ adalah 60
Nilai minimal OSCE adalah 60
Nilai akhir minimal adalah 60
B. Learning Resources
Text Book
SUPLEMEN
BLOK NEOPLASMA
PETUNJUK TEKNIS TUTORIAL
BLOK NEOPLASMA
Dalam modul penyakit tropis ini terdapat 5 skenario termasuk 1 skenario in english yang
harus didiskusikan oleh mahasiswa dalam waktu 5 minggu. Setiap skenario diselesaikan dengan
dua kali pertemuan selama satu minggu.
Mahasiswa akan dibagi dalam kelompok-kelompok kecil, setiap kelompok terdiri dari
sekitar 10 mahasiswa dan dibimbing oleh satu orang tutor sebagai fasilitator. Dalam diskusi
tutorial perlu ditunjuk satu orang sabagai ketua diskusi dan satu orang sebagai sekretaris, di
mana keduanya akan bertugas sebagai pemimpin diskusi. Ketua diskusi dan sekretaris ditunjuk
secara bergiliran untuk setiap skenarionya agar semua mahasiswa mempunyai kesempatan
berlatih sebagai pemimpin dalam diskusi. Oleh karena itu perlu difahami dan dilaksanakan peran
dan tugas masing-masing dalam tutorial sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Sebelum diskusi dimulai tutor akan membuka diskusi dengan perkenalan antara tutor
dengan mahasiswa dan antara sesama mahasiswa. Setelah itu tutor menyampaikan aturan main
dan tujuan pembelajaran secara singkat. Ketua diskusi dibantu sekretaris memimpin diskusi
dengan menggunakan 7 langkah atau seven jumps untuk mendiskusikan masalah yang ada
dalam skenario. Seven jumps meliputi :
Setiap skenario akan diselesaikan dalam satu minggu dengan dua kali pertemuan.
Langkah 1 s/d 5 dilaksanakan pada pertemuan pertama, langkah 6 dilakukan di antara pertemuan
pertama dan kedua. Langkah 7 dilaksanakan pada pertemuan kedua.
Tutor yang bertugas sebagai fasilitator akan mengarahkan diskusi dan membantu
mahasiswa dalam cara memecahkan masalah tanpa harus memberikan penjelasan atau kuliah
mini.
Ketua diskusi memimpin diskusi dengan memberi kesempatan setiap anggota kelompok
untuk dapat menyampaikan ide dan pertanyaan, mengingatkan bila ada anggota kelompok yang
mendominasi diskusi serta memancing anggota kelompok yang pasif selama proses diskusi.
Ketua dapat mengakhiri brain storming bila dirasa sudah cukup dan memeriksa skretaris apakah
semua hal yang penting sudah ditulis. Ketua diskusi dibantu sekretaris yang bertugas menulis
hasil diskusi dalam white board atau flipchart.
DEALING
WITH WORK
1. Preparation Prior knowledge tdk ada PK ada tapi belum betul, PK ada sudah betul dan
of task sama sekali perlu klarifikasi tidak berlu klarifikasi
Hasil belajar mandiri Hasil belajar mandiri ada, lebih lanjut
tidak ada jelas tetapi belum Hasil belajar mandiri
sempurna sempurna merupakan
konsep sebab akibat
2. Completenes Tidak melaksanakan Melaksanakan tugas Melaksanakan tugas
s in tugas dengan baik dengan baik dengan baik dan
performing (pengumpulan jurnal tdk (pengumpulan jurnal, sempurna
task sesuai kriteria) relevan dan valid) (pengumpulan jurnal,
relevan, valid dan
terbaru)
3. Brainstormin Analisa sebab Analisa sebab Analisa sebab
g task akibat/clin.reasoning/pen akibat/clin.reasoning/pen akibat/clin.reasoning/pe
alaran tidak betul alaran betul sebagian nalaran betul semua
4. Active Blocking/minimal / tidak Ikut aktif dalam sebagian Selalu aktif dalam
participation aktif dalam diskusi diskusi dan baik seluruh proses diskusi
in a group penyampaian dan betul dan baik penyampaian
substansinya dan betul substansinya
5. Report back Respon / tanggapan salah, Respon / tanggapan betul, Respon / tanggapan,
laporan hasil belajar laporan hasil belajar laporan hasil belajar
mandiri salah mandiri betul sebagian mandiri semua betul
DEALING
WITH
OTHERS
6. Working in a Kerja sama tidak bagus, Kerja sama bagus, Kerja sama amat bagus,
team tidak memperhatikan, memperhatikan, saling selalu memperhatikan,
tidak saling merespon merespon atau saling merespon atau
atau menanggapi menanggapi menanggapi
13. Dealing with Tidak menepati janji pada Menepati janji pada hasil Menepati janji pada
appointment hasil belajar tidak ada belajar nampak ada hasil belajar nampak ada
perubahan perbaikan perubahan perbaikan perubahan perbaikan
bermakna
14. Being in time Terlambat lebih dari 10 Terlambat kurang dari Tepat waktu
menit atau sama dengan 10
menit
SKENARIO TUTORIAL
Skenario 1
Seorang wanita berusia 38 tahun datang dengan suatu benjolan pada payudara
kanan dan kadang terasa nyeri. Ada riwayat keluarga yang punya penyakit serupa.
Pemeriksaan fisik menunjukkan suatu benjolan bulat teraba padat pada kuadran
dalam atas dari payudara kanan. , berbatas tidak tegas , terfiksasi dengan jaringan
diibawahnya. Tidak ada cairan dari puting dan tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi
aksila.
Laki-laki 74-tahun pensiunan datang dengan keluhan kencing berdarah Dia juga
menderita gangguan kencing, sering buang air kecil terutama pada malam hari, dan air kencing
menetes setelah buang air kecil. Dia merasa luar biasa lelah dan kehilangan nafsu makan.
Pemeriksaan colok dubur mengungkapkan pembesaran prostat dan teraba keras
Scenario 4
2. Juan Rosai, MD, , Ackerman`s Surgical Pathology Ed MosbySt Louis London Philadelphia
Sydney Toronto
3. Katzung, BG, , Basic & Clinical Pharmacology, Ed, Appleton & Lange, Connticut
8. Neoplasm ……….etc
APPENDIX
TOPIK KULIAH, PRAKTIKUM, SKILLS LAB, SKENARIO DAN
KONSULTASI AHLI:
BLOK NEOPLASMA
[BLOK 21 TAHUN IV , 7.5 MINGGU]
A. General Comprehension
1. dr. Agus Suharto, SpPA 1 Pengantar Blok Neoplasma
2. dr. Agus Suharto, SpPA Pathology 2 Pengantar: Perspektif & Biologi Tumor
,Definisi & Nomenclature
3. dr.Agus Suharto Sp.PA Pathology Elearning(2) Karakteristik Tumor Jinak dan Ganas
4. dr. H.Rikyanto SpKK, M.Kes Dermato & 2 Relevansi klinis tumor kulit
venerology
5. dr. Bambang Uji Joko, Sp.THT ENT 2 Relevansi klinis tumor THT
6. Prof. dr. Marijata, Sp.B.Digest. Surgery 2 Relevansi klinis tumor Gastrointestinal
7. dr. Yusrizal, Sp.P. Internal 2 Relevansi klinis tumor system pernafasan
Medicine
8. dr. Danarto, Sp.B.Urol. Surgery 2 Relevansi klinis tumor saluran kencing
9. dr. Alfaina, Sp.O.G. Obsteri & 2 Relevansi klinis tumor system reproduksi
Gynaecology
10. dr. Tri Wahyuliati, SpS Neurology 2 Relevansi klinis tumor system saraf
B. Epidemiology of Cancer
1. dr Titik Hidayati M.Kes Public Health 2 Faktor Risiko Kanker untuk sumber data
dan tren
Geografis dan distribusi usia
2. dr. Agus Suharto, SpPA Pathology 2 Sepuluh besar peringkat kanker.
Keturunan dan gangguan pra-
neoplastik didapat
D. Pathology of tumors
1. dr. Agus Suharto, SpPA Pathologi 2 Tumor saluran kencing dan genitalia laki-laki
7. dr. Agus Suharto, Sp.PA Pathologi 2 Tumors system Neuromuscular , tulang dan
jaringan lunak
G.
B. PRACTICUM TOPICS FOR BLOCK OF NEOPLASM (BLOCK 21)
EXPERTS/ CONSULTANTS:
dr. H.Rikyanto SpKK, M.Kes
dr. Bambang Uji Joko, Sp.THT
Prof. dr. Marijata, Sp.B.Digest.
dr. Yusrizal, Sp.P.
dr. Danarto, Sp.B.Urol.
MATERI PRAKTIKUM
1. . TUMOR PAYUDARA
1. Fibrocystic change
2. Fibroadenoma of the breast
3. Phyloides Tumor
4. Gynecomartia
5. Paget`s Disease
6. Breast Carcinoma
.
2. TUMOR GENETALIA FEMININA
1. Condiloma accuminata
2. CIN
3. Cervical Carcinoma
4. Endometrial hiperplasia
5. Endometrial carcinoma
6. Dermoid Cyste
7. Mucinous cystadenocarcinoma of the ovary
8. Hydatifor mole
9. Choriocarcinoma
7. TUMOR SARAF
1. Schwanoma
2. Meningioma
3. Retinoblastoma
4. . Ependymoma
5. oligodendroglioma
PATHOLOGY ANATOMIC
Lesi ini penting karena frekeunsinya banyak, dan mungkin dapat menjadi
karsinoma . Kausa yang pasti tidak diketahui, namun mungkin faktor hormonal ikut
berperan, yaitu hormon estrogen yang berlebihan. Dapat terjadi bilateral, dengan usia
antara 25-45 tahun, jarang ditemukan pada masa setelah menopause. Berdasarkan
proliferasinya oleh PAGE dibagi menjadi: Page I (lesi tanpa proliferasi epitel) , Page II
(lesi dengan proliferasi tanpa atipi sel), Page III ( lesi proliferasi dengan atipi ).
Klinik:
Wanita 35 tahun, dengan benjolan sebesar rambutan pada payudara kiri, mudah
digerakkan dari sekitarnya. Seluruh benjolan diangkat.
Makroskopik:
Jaringan ukuran 4x3,5x3 cm tak berkapsul, konsistensi kenyal Penampang putih
dengan bercak-bercak kuning dan beberapa kista kecil-kecil.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
Tampak jaringan payudara dengan proliferasi duktuli kelenjar, sebagian sampai
papilar.
Duktuli ada yang melebar kistik berisi massa merah homogen.
Tampak epitel duktus yang mengalami metaplasi apokrin.
Jaringan fibrosa interlobuler bertambah.
Di antara tubuli kelenjar dijumpai sebukan limfosit.
2.FIBROADENOMA PAYUDARA
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak yang terdiri atas epitel kelenjar dan jaringan ikat yang terjadi
pada kelenjar payudara. Bersimpai dengan permukaan licin dan mudah digerakkan.
Tumor tampak sebagai masa berkapsul, kenyal padat, lobular, biasanya multipel.
Penampang putih, melendir. Tumor banyak dijumpai pada wanita remaja dan dewasa
muda.
Perempuan 20 tahun, Indonesia, sejak 6 bulan terdapat tumor sebesar telur merpati
pada mammae sinistra di atas papilla mammae. Permukaan licin, lepas dari sekitarnya.
Makroskopis :
Yang diterima untuk diperiksa adalah 2 buah jaringan masing-masing sebesar jagung
dan kemiri. Simpai baik, penampang putih , konsistensi keras.
3. Phyloides Tumor
Clinical information:
A 35 year old female was admitted to the hospital because she had been feeling a lump in
her right breast. On palpation the lump is felt rubbery solid and mobile. She underwent
operation, and the specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
A firm mass, 13 cm in diameter, sharply demarcated from surrounding tissue,
encapsulated. The cut surface is smooth, grayish white.
Macroscopic:
A firm encapsulated mass.
Microscopic picture:
Phyloides Tumor in appearance the proportion of benign glandular element and stromal
connective tissue hipercellularity . Cellular stroma without atypical feature concetrated in
periductal areas.
4. Gynecomartia
A 25 year old male was admitted to the hospital because she had been feeling a lump in her right
breast. On palpation the lump is felt rubbery solid and mobile. She underwent operation, and the
specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
A firm mass, 3 cm in diameter, sharply demarcated from surrounding tissue,
uncapsulated. The cut surface is smooth, grayish white .
Macroscopic:
A firm solid mass.
Microscopic picture:
Microscopic change are related to the duration tend to have a prominent stromal
fibrosis. Cases of short duration tend to have prominent hiperpastic epithelial component
and stromal edema. In cases of long duration have prominent stromal fibrosis.
5. Paget`s Disease
A 45 year old male was admitted to the hospital because she had been feeling eczema like lesion
are centered in the nipple. She underwent operation, and the specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
A mass, 3 x 1 x 0.4 cm in , not clearly demarcated from surrounding dermis, .
Macroscopic:
A firm black mass.
Microscopic picture:
In the epidermis founded paget`s Cells. .
Makroskopis
Kulit payudara memberi gambaran peau d'orange. Gambaran ini disebabkan karena
kulit di sekitar folikel rambut dan kelenjar keringat edema berat. Edema ini disebabkan
tersumbatnya pembuluh limfe bagian dalam. Puting payudara retraksi karena fibrosis
jaringan ikat di bawahnya. Pada pembelahan terdapat masa putih batas tak tegas
dengan fokus-fokus kecil nekrosis berwarna putih kekuningan. Bila masa tumor
menginfiltrasi puting ke kulit di atasnya dapat menimbulkan ulkus.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
Tampak tumor epitelial sebagian solid, sebagian bentuk komedo tumbuh
menyebuk/infiltratif diantara jaringan ikat sekitarnya.
Komedo adalah tumor duktus yang di tengah-tengahnya terdapat jaringan
nekrosis.
Sel-sel tumor atipi, polimorfi, sitoplasma eosinofil cukup.
Inti basofil gelap dengan kondensasi kromatin sangat tidak teratur dengan anak
inti jelas. Mitosis cukup banyak ditemukan.
HISTOLOGY
Glandula mammaria
No. Sediaan : IN-4
Teknik pewarnaan : HE
Ditunjukkan kelenjar yang sedang tidak melakukan kegiatan
Pada perbesaran lemah dan kuat perhatikanlah :
Lobulus
- batas : tidak jelas
- isi : - alveolus tenang, tidak ada tanda kegiatan
- ductus lactiferous : epithelium cuboideum simplex
septum interlobularis
serabut kolagen padat
ductus lactiferous interlobularis : epithel berlapis
sel lemak banyak di luar lobulus
2. CIN 2
Wanita, 70 tahun, dengan leukorrhoe, sejak 2 tahun yang lalu, dan terjadi prolapsus uteri, , pada
bagian cervik dijumpai permukaan putih agak keras, periksa ke Dokter Obsgin pada inspikulo
tampak serviks erosi dan berbejol-benjol Dilakukan biopsi cervik.oleh Dokter Spesialis Obsgin,
3. Karcinoma serviks
Karsinoma servix uteri infiltrasi difus oleh masa tumor yang meluas dari ectocervix
sampai canalis cervicalis. Sebagian besar tumor adalah karsinoma epidermoid.
Makroskopis karsinoma epidermoid dikenal dalam 3 bentuk: ekskavasi dengan ulkus,
nodular-papilar (eksofitik/"bloom kool"), dan infiltrasi mendatar (endofitik).
Wanita, 60 tahun, dengan leukorrhoe, sejak 2 tahun yang lalu, dan sejak 1minggu ini
keluar disertai darah, pada, periksa ke Dokter Obsgin pada inspikulo tampak serviks
erosi dan berbejol-benjol rapuh dan mudah berdarah Dilakukan biopsi cervik. Uteri
oleh Dokter Spesialis Obsgin, hasil kirim ke laboratorium Patologi Anatomi.
Makroskopis.
Jaringan pecah belah + 3/4 cc coklat sebagian tampak rapuh sebagian konsistensi
kenyal.
Klinik:
Wanita 55 th, dengan kiste indung telur, unilokuler isi massa seperti mentega dan
rambut.
Makroskopis.
kista monolokular dengan dinding yang tipis. Lumen berisi rambut dan bahan
sebaseus berwarna kekuningan. Pada bagian yang padat dapat ditemukan
jaringan dewasa yang berasal dari ektodermal, endodermal, atau mesodermal,
misalnya: kulit, epitel, tulang, kartilago dan gigi.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
Dinding kista dilapisi epitel gepeng berlapis.
Di bawahnya terlihat jaringan yang asalnya dari berbagai tipe jaringan, yaitu :
jaringan ikat
jaringan syaraf
jaringan lemak
kelenjar peluh dll.
7. Kistadenokarsinoma Mucinosum ovarium
Klinis :
Seorang wanita 60 tahun dirawat di rumah sakit akibat pembesaran perut dalam tiga tahun
terakhir. Bagian perut berfluktuasi. Dia menjalani operasi dan spesimen dikirim ke laboratorium
patologi.
Makroskopis:
Sebuah kista ovarium diameter 23 cm, permukaan halus, dengan konsistensi padat dan kistik.
Penampang potongan tampak multilocular dengan kista diisi oleh bahan mucinous. Di beberapa
bagian ditemukan jaringan yang solid dan nekrotik.
Mikroskopis :
Tumor kistik dibatasi oleh,, sel kolumnar tinggi tak bersilia , sel-sel tampak atipik dan polimorfi
dan sebagian proliferasi sel tampak padat. Sebagian tumor dengan pola papiler dan solid,
infiltrative pada jaringan di sekitarnya dan kapsul dari kista. Inti sel dengan kromatin inti
irregular dan menonjol. Mitosis banyak ditemukan.
8.Mola Hidatidosa
Khas ditandai oleh pembengkakan progresif dari stroma villi choriales yang
berhubungan dengan hilangnya atau gagalnya perkembangan sistema vaskular janin
dan disertai proliferasi trofoblas pada berbagai tingkatan. Corpus uteri tampak
membesar dengan dinding yang tipis dan lunak. Pada pembelahan cavum uteri terisi
oleh gelembung-gelembung menyerupai anggur. Gelembung-gelembung ini adalah
villi choriales yang membengkak kistik. Pada mola parsial masih tampak sebagian
plasenta yang normal
Pembengkakan sel sebagai manifestasi pertama pada hampir semua bentuk jejas
pada sel, sebagai akibat pergeseran air dari ekstraseluler ke dalam sel karena
mekanisme gangguan pengaturan ion dan volume disebabkan kehilangan ATP. Bersifat
reversibel dan biasanya tanpa dampak fungsional yang berarti. Dahulu disebut juga
sebagai degenerasi albuminosa / degenarasi parenchymatosa / degenarasi bengkak
keruh / cloudy swelling. Secara makroskopis lebih tampak nyata pada seluruh alat
tubuh bila menyerang seluruh sel organ, menyebabkan organ kepucatan, turgor dan
berat organ bertambah.
Klinis :
Seorang wanita berusia 35 tahun dirawat di rumah sakit karena pendarahan vagina . Sekitar tiga
tahun lalu ia menjalani kuretase karena pendarahan juga. Sekarang dia dilakukan kuretase dan
hasilnya dikirim ke laboratorium patologi Anatomi.
Makroskopis:
Jaringan pecah belah + 20 cc sebagian besar bergelembung.
Mikroskopis :
Menunjukkan villi koriales dibatasi oleh sel syncitiotrophoblast dan sel sititrophoblastic dengan
proliferasi ringan sel sitotrofoblas. Pada bagian tengah stroma mencair(degenerasi
8.koriokarsinoma
Tumor ganas yang sangat agresif, berasal dari epitel khorion, atau yang lebih jarang
berasal dari sel tutipotensial di dalam gonad atau tempat lain. Kejadiannya meningkat
pada usia < 20 tahun, dan meningkat lagi pada usia 40 tahun atau lebih. Kira-kira 50%
khoriokarsinoma timbul dari mola hidatidosa, kira-kira 25% timbul setelah abortus, dan
sisanya timbul setelah kehamilan normal. Kadar HCG darah dan urin pada
khorikarsinoma lebih tinggi dari mola hidatidosa. Penyebaran tumor kebanyak an
melalui vasa darah, menyebar ke paru , vagina, otak, hati dan ginjal.
Klinik:
Wanita, 34 tahun dengan riwayat : Pernah mengeluarkan gelembung-gelembung
mola, sesudah itu tidak ada perdarahan. Kemudian haid tidak teratur lagi dan
lamanya 10-15 hari.. Lima bulan kemudian penderita mengeluarkan darah
pervagiman. Dilakukan kerokan dan hasil kerokan menunjukkan
khorioepithelioma. Kemudian dilakukan histerektomi.
Makroskopik:
Uterus 10x8x6 cm lunak, pada penampang tampak bagian hitam, rapuh dengan
bercak-bercak perdarahan.
Mikroskopik:
perbesaran lemah
Terlihat adanya jaringan myometrium, jaringan nekrotik dan bekuan darah.
Di antaranya ada jaringan tumor yang terdiri atas sel-sel besar baik dengan inti
gelap maupun yang agak jernih.
Perbesaran kuat
Sel-sel besar dari jaringan tumor tersebut jelas terdiri atas sel-sel sitotrofoblast
maupun sincitiotrofoblast dan menunjukkan gambaran polimorfi, dengan
banyak mitosis, di antaranya ada yang patologis
Kelompok-kelompok sel ini dapat ditemukan baik bebas dalam darah maupun
menempel pada atau di dalam jaringan nekrotik.
Yang terpenting: adanya sel-sel tumor yang menempel atau infiltrat di antara
myometrium.
HISTOLOGY SYSTEMA GENITALIA FEMININA
Ovarium
No. sediaan : SG-7a
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan pada :
a. Ovarium lengkap :
- Epithelium superficialis : sel kuboid selapis
- Tunica albuginea : jaringan ikat fibroelastis padat, kurang teratur, terletak di
bawah epitel
- Cortex : * sel serupa sel otot
* folliculi ovarici dengan berbagai tahap perkembangan
- medulla : jaringan ikat fibromuskuler dengan pembuluh darah
Folliculi ovarici. Coba tunjukkan :
Folliculus ovaricus primordialis dengan :
- ovogonium
- epithelium squamosum simplex
Folliculus ovaricus primarius dengan :
- ovogonium
- epithelium cuboideum simplex
Folliculus ovaricus secundaris dengan :
- ovocytus
- stratum granulosum : dinding tersusun oleh cellulae granulosae berlapis-lapis
- theca folliculi interna
- theca folliculi externa
- liquor
Folliculus ovaricus maturus (GRAAF) dengan :
- cumulus oophorus, terdiri atas :
Ovocytus
Zona pellucida
Corona radiata
- antrum folliculare berisi liquor follicularis
- stratum granulosum
- theca folliculi : jaringan ikat fibrovaskuler
2. Uterus
No. Sediaan : Sg-10
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan : a. Endometrium : tunica mucosa ini terdiri atas :
epithelium columnare simplex, mengandung :
cellula ciliata
cellula nonciliata
muara glandulare uterinae
lamina propria sebagai stroma endometrialis
3. Placenta
No. Sediaan : SG-17
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan pada :
pars materna : endometrium basale dengan cellulae decidualis
pars fetalis : villi chorialis :
dilapisi epitelium tersusun oleh 2 jenis sel :
cytotrophoblastus : di sebelah dalam
syncytio trophoblastus : di sebelah luar
berisi :
jaringan mesenchym
pembuluh darah
septum intervillosum : darah ibu mengisi celah antara pars fetalis dan pars maternalis
PRAKTIKUM KE 3
1. TUMOR GENITALIA MASCULINA
2SEMINOMA TESTIS
Merupakan tumor testis yang paling sering dijumpai (kira-kira 40% dari neoplasma testis),
berasal dari epitel germinativum atau epitel tubulus seminiferi. Tumor ini cenderung
tumbuh cepat sebagai masa yang besar, berwarna putih keabuan., namun masih dibatasi oleh
selubung tunika vaginalis. Tumor ini bersifat radiosensitif.
Klinik:
Laki-laki 30 th, dengan pembesaran testis kanan yang dirasa sejak 2 bulan, waktu
diperiksa testis kanan diameter 7 cm tidak sakit. Setelah dioperasi jaringan dikirim ke PA
Makroskopik:
Pada pengirisan nampak tumor putih keabu-abuan, batas tegas konsistensi keras.
Mikroskopik:
perbesaran lemah
Terlihat tumor solid terdiri dari sel-sel bulat uniform, tumor tersusun dalam bidang-bidang
yang terpisah oleh jaringan ikat fibrous yang mengandung limfosit
perbesaran kuat
Tumor tersusun atas sel yang menyerupai spermatogoneum. Sitoplasma cukup, pucat
dengan inti besar bulat tercat pucat, yang tersusun solid terpisah dari jaringan ikat yang
mengandung limfosit. Mitosis jarang. (Tumor menyerupai disgerminoma ovarii).
3. Teratoma testis
Teratoma mengandung unsur-unsur yang mewakili lebih dari satu lapisan germinal.
Kira-kira 90% mengalami diferensiasi ektodermal. Teratoma kebanyakan jinak,
hanya sedikit yang menjadi teratoma imatur . Kira-kira 80% terjadi pada usia 20-30
tahun. Biasanya unilateral, meskipun dapat juga bilateral. Perubahan menjadi
ganas biasanya hanya salah satu unsur jaringan, kebanyakan berupa karsinoma sel
skuamosa.
Klinik:
Laki-laki 55 th, dengan massa kistik ditestis kiri
Makroskopis
Kista isi massa seperti mentega dan rambut.
Mikroskopik:
perbesaranlemah dan kuat
Dinding kista dilapisi epitel gepeng berlapis.
Di bawahnya terlihat jaringan yang asalnya dari berbagai tipe jaringan, yaitu :
jaringan ikat
jaringan syaraf
jaringan lemak
kelenjar peluh dll.
Klinik:
Bayi, 2 tahun, + 6 bulan perut membesar dan di sebelah kanan teraba benjolan sebesar
kelapa-gading, kenyal. Pada pemeriksaan pielografi ginjal kanan tidak berfungsi sama
sekali, sedang ginjal kiri baik.Ginjal kanan diangkat
Makroskopik:
Tampak tumor menyatu dengan ginjal, warna abu-abu lunak meluas dari cortex ke
medulla, banyak didapat daerah perdarahan dan nekrose
Mikroskopik:
perbesaran lemah
Terlihat gambaran tumor yang terdiri atas 2 macam elemen:
bagian sarcomatous, nampak sebagian jaringan ikat dengan sel-sel atipi umumnya bulat
bagian epitelial dengan bagian-bagian tubuler dan bagian yang padat/solid dengan sel-
sel atipi, polimorfi dan mitosis banyak.
perbesaran kuat
Bagian jaringan mesenkhimal ternyata suatu jaringan sarkoma yang telah mengalami
deferensiasi dan sel-sel terdiri atas sel-sel yang bulat dan pada bagian ini ditemukan:
banyak pembuluh darah dan bagian-bagian perdarahan
mitosis banyak ditemukan.
terlihat pula bagian-bagian yang degenerasi sampai nekrotis
NB. Tulang rawan dan otot polos kadang-kadang didapatkan pada jaringan tumor seperti ini.
1. Testis
No. Sediaan : SG-2
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan pada perbesaran lemah :
capsula testis : berkumpul pada mediastinum testis
tunica albuginea : textus connectivus fibrosus tebal
tunica vasculosa : di bawah tunica albuginea, penuh pembuluh darah
tubulus seminifer convolutus
ductuli efferentes : lumen penuh spermatozoa
interstitium : di antara tubulus seminifer convolutus
Perhatikan pada perbesaran kuat :
1. Tubulus seminifer convolutus
Pada dindingnya dapat dibedakan 2 jenis sel :
a. Gametocyti, sesuai dengan tahap perkembangannya dikenal :
spermatogonium
spermatocytus primarius
spermatocytus secundarius
spermatidium
spermatozoon
b. Cellula subtentacularis (SERTOLI) sebagai sel penunjang, besar.
2. Ductuli efferentes dengan epithelium pseudostratificatum ciliatum
3. Interstitium dengan sel penghasil hormon androgen dinamakan :
endocrinocrinocytus (LEYDIG) : - besar, tidak teratur, sering berkelompok
- nucleus bulat
2. Glandula prostata
No. Sediaan : SG-4
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan typus kelenjar : tubulualveolaris composita.
Capsula : - membentuk septa
mengandung : - jaringan ikat padat
- otot seran lintang
Alveolus : perhatikan disini
Tunica mucosa : - epithelium cuboideum atau squamosum; kebanyakan bersifat
pseudostratificatum
- membrana basalis : tipis
- lamina propria berupa textus fibromus-cularis dengan
Serabut kolagen dan elastis
Otot polos
Lumen : berisi concretio prostatatica (corpora amylacea)
PRAKTIKUM KE IV
1. POLIP ADENOMATOSA
Pengertian umum :
Polip merupakan istilah makroskopis untuk setiap lesi yang membuat penonjolan di atas
permukaan mukosa. Polip adenomatosa merupakan neoplasma yang sifatnya jinak .
Ada kecenderungan predisposisi genetik pada polip adenomatosa oleh karena pada
silsilah keluarga tertentu ditemukan frekuensi yang tinggi untuk penyakit ini. Bagian
distal usus besar merupakan tempat utama untuk pertumbuhan polip pada usia muda.
Tapi dengan bertambahnya umur perkembangan polip sering terjadi pada calon kanan
sehingga pada usia tua ditemukan 40-45 % ditemukan di daerah rektosigmoid dan
relatif lebih sering ditemukan dicolon kanan 25 %.
Pria 25 tahun dengan keluhan sering keluar lendir dari anus, terutama saat buang air besar. Pada
pemeriksaan rectoskopi terlihat benjolan di rectum putih kemerahan mengkilap, bertangkai.
Dilakukan pengambilan masa tersebut.
Makroskopis :
Jaringan bertangkai sembab licin, kenyal.
3. Carcinoid tumor.
Klinis :
Laki-laki 50 tahun dating dengan keluhan diare kronis kadang disertai darah. Dilakukan
colonoscopy dan ditemukan benjolan soliter multiple. Dilakukan biopsy material kirim PA
Makroskopis:
Jaringan diameter 2 mm coklat kenyal.
Mikroskopis:
Jaringan mukosa colon, pada submukosa ditemukan sarang-sarang tumor struktur tubuler sampai
solid. Sel-sel tumor ukuran relative kecil dengan inti hiperkromatis dan sitoplasma sedang
sampai cukup. Mitosis tidak jelas adanya.
Pleomorphic adenoma.
Pengetian umum :
Tumor jinak, tumbuh lambat, paling banyak ditemukan di antara tumor kelenjar liur,
tersering mengenai kelenjar parotis, 9 kali lebih sering dari pada submandibuler dan
jarang pada kelenjar sublingual, dapat saja terjadi pada semua kelenjar liur. Tumor tak
nyeri lebih sering pada wanita biasanya usia 40 -60 % . Berkapsul tapi dapat ditemukan
pertumbuhan menembus capsul dan sering kambuh setelah diangkat dan menjadi invasif,
serta destruktif dan menjadi ganas, dalam hal ini tidak berkapsul lagi. Jika mengenai saraf
otak VII dapat timbul paralisis fasialis. Atau menimbulkan nyeri jika mengenai saraf ke
V. Pada perabaan ditemukan bagian-bagian yang keras dan lunak/ cystic. Secara
mikroskopis tampak gambaran yang saling bercampur. Taampak susunan seperti kelenjar-
kelenjar, daerah seperti berlendir, jaringan seperti tulang rawan, jaringan seperti limfoid,
jaringan seolah-olah tak bercampur jaringan yang berasal dari ectoderm dan mesoderm
sehingga disebut tumor campur / mixed tumor. Tapi dengan pulasan khusus tampak
bukan berasal dari jaringan embrional melainkan hanya dari jaringan ektodermal atau
epitelial yaitu sel yang disebut sel myoepitel. Banyak terjadi pada laki-laki.
Klinis:
Penderita perempuan 13 tahun, Indonesia. Tumor pada glandula submandibularis, konsistensi
keras.
Makroskopis :
Penampang jaringan tumor putih mengkilat, konsistensi kenyal.
1. DENS
1.1. Tahap odontogenesis lanjut (tahap lonceng)
Sediaan : SD-3; Pewarnaan H E
Perhatikan : - epithelium oralis
- organum dentis epithelialis
- enamelum
- dentinum
- predentinum
- odontoblastus
- pulpa dentalis
- sacculus dentalis
2. LINGUA
Latihan ini terutama ditujukan untuk melihat papillae
Papilla vallata dan organum gemma gustatoria
Sediaan : SD-5; Pewarnaan H E
Perhatikan pada perbesaran lemah :
- papilla vallata dikelilingi sulcus papillae
- epithelium squamosum stratificatum noncornificatum
- lamina propria : jaringan ikat longgar
- gemma gustatoria pada dinding sulcus papillae
- tunica muscularis otot seran lintang
- glandula serosa (VON EBNER) : di antara serabut otot, bermuara dalam sulcus papillae
Perhatikan pada perbesaran kuat :
- gemma gustatoria pucat, berpadatan, di antara sel epitel, berbentuk ovoid. Di permukaan
epitel tampak lobang muara, dinamakan porus gustatorius.
- berbagai jenis sel
* cellula gustatoria : agak gelap, langsing; sel ini dilengkapi microvilli. Ini sel indera.
* cellula sustentacularis : sel penunjang, pucat, bulat atau fusiformis,
mengapit sel indera, berpadatan di bagian luar.
* cellula basalis
n.b.: Papilla Filiformis dan Papilla Fungiformis
Sediaan : SD-6; Pewarnaan H E.
3 OESOPHAGUS
Sediaan : SD-7; Pewarnaan H.E.
4. PYLORUS/ DUODENUM
5. HEPAR
1. Lobulus hepatis dan canalis Portalis
Sediaan : SD-17; Pewarnaan H E.
Perhatikan perbesaran lemah dan kuat pada :
a. LOBULUS HEPATIS
- vena centralis : di pusat
- hepatocytus : sel hepar tersusun radial mengelilingi vena centralis.
Sifat-sifatnya :
*bentuk : polygonal
*cytoplasma kemerah-merahan berbutir banyak
*nucleus besar, bulat di pusat, kadang-kadang dalam satu sel terdapat lebih dari
satu.
- vasa sinusoideum : antara deretan sel hepar. Sinusoid ini dilapisi epitel pipih.
b. CANALIS PORTALIS
Ini merupakan daerah di antara lobulus berisi jaringan ikat padat.
Dalam daerah ini dijumpai :
- arteria dan vena interlobularis
- ductus interlobularis bilifer
- ductus lymphaticus
Berkas jaringan ikat padat mengelilingi lobulus
6. GLANDULA SUBLINGUALIS
Sediaan : SD-22; Pewarnaan H E.
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat
- gambaran kelenjar tobulo-acinosa
- lobulus dibatasi jaringan ikat longgar
- bagian kelenjar :
- pars terminalis pelajari di sini
* mucocytus berbentuk piramid cytoplasma jernih, basophilus nucleus pipih, di dasar sel
* serocytus berbentuk piramid atau. bulat cytoplasma berbutir kasar nucleus
bulat atau ovoid di pusat
* myoepitheliocytus
* semiluna serosa (GIANUZZI) seperti bulan sabit
- ductus intralobularis yang memiliki
* epithelium coluxanare simplex : inti bulat di pusat
* myoepitheliocytus
- ductus interlobularis yang memiliki
* lumen lebih besar dilapisi dua lapis sel piramid
* myoepitheliocytus
PRAKTIKUM KE V.
1 POLIP NASI
Pengertian Poli nasi bukan suatu neoplasma. Timbulnya polip nasi berhubungan
dengan proses inflamasi atau alergi. Klinis berupa masa polipoid yang lunak.
hipersensitif atau reaksi alergi pada mukosa hidung dapat mengakibatkan
terbentuknya polip nasi. Pada tingkat permulaan ditemukan edema mukosa yang
kebanyakan terdapat di daerah meatus medius. Kemudian stroma akan terisi
cairan interseluler, sehingga mukosa yang sembab makin membesar dan
kemudian akan turun ke dalam rongga hidung sambil membentuk tangkai
sehingga terbentuk polip
Umumnya terjadi bilateral. Dapat sering kambuh, mungkin karena faktor
penyebab yang menetap.
Klinis
Pria, 30 tahun dengan keluhan pilek dan hidung buntu sejak 1 tahun yang lalu. Terdapat
riwayat alergi. Pada pemeriksaan rongga hidung (rhinoscopy) didapatkan masa berwarna
putih kemerahan, mengkilap, bertangkai. Dilakukan pengambilan masa tersebut oleh unit
THT.
Makroskopis :
Jaringan terpecah belah, terdiri atas jaringan sembab, licin, kenyal, putih kemerahan,
sebagian bertangkai.
2. Leukoplakia
Pengertian bercak putih keratosis merupakan lesi premalignant,Ditemukan perubahan
hyperkeratosis, hyperplasia sel epitel skuamous dan perubahan diplasia
Klinis
Pria, 73 tahun dengan keluhan bercak putih di pipi kiri bagian dalam sejak 1 tahun yang lalu.
Mudah berdarah.. Dilakukan pengambilan biopsi oleh unit THT.
Makroskopis :
Jaringan terpecah belah, terdiri atas jaringan sembab, licin, kenyal, putih kemerahan,
Bronkogenik karsinoma
Definition
Bronchogenic carcinoma is a malignant neoplasm of the lung arising from the
epithelium of the bronchus or bronchiole.
Pathology
Bronchogenic carcinomas begin as a small focus of atypical epithelial cells within the
bronchial mucosa. As the lesion progresses, the atypia becomes frankly malignant and
the neoplasm grows in size. The neoplasm may grow into the bronchial lumen, along
the mucosa or into the bronchial wall and adjacent lung parenchyma. Eventually the
neoplasm spreads to regional lymph nodes and distant organs such as the liver, brain
and bone. Most bronchogenic carcinomas form a mass in or near the hilus. Some
neoplasms, especially the adenocarcinomas, form a mass in the periphery of the lung.
Refer to Figure 15-42 in your textbook. The following classification scheme represents
the major histologic types of bronchogenic carcinoma. Refer to Table 15-10 in your
textbook.
Small cell carcinoma: The neoplasm is composed of small cells containing dark
blue, round nuclei and sparse cytoplasm. These cells resemble (but are not)
lymphocytes and are arranged in clusters. Refer to Figure 15-43 in your textbook.
Electron microscopy reveals that these cells contain neurosecretory granules,
indicating their origin from neuroendocrine cells. Refer to Figure 15-44 in your
textbook. CLINICAL NOTE: This neoplasm is strongly related to smoking. It is a
very aggressive neoplasm, generally having metastasized at the time of
diagnosis.
Bronchogenic carcinoma may present with a variety clinical manifestations but the
major findings are cough, weight loss, chest pain and dyspnea. These
neoplasms also have the capacity to secrete hormones or hormone-like
substances which have a variety of clinical effects.
5. KARSINOMA BRONCHIOLOALVEOLAR
Neoplasma epitelial ganas yang berasal dari sel epitel bronchial yang mensekresi
musin dan sel alveolar yang tidak mensekresi musin. Lokasinya biasanya di paru
perifer, berbeda dengan karsinoma bronchogenik yang biasanya lebih ke tengah.
Tidak pernah tumbuh pada bronchus utama. Kejadiannya sangat jarang, kira-kira 2-
5% dari seluruh karsinoma paru primer. Sering bersifat kurabel, dan prognosisnya
baik.
Klinis :
Seorang wanita 65 tahun dikirim ke rumah sakit karena batuk berat, hemoptisis, dan nyeri dada
sejak 6 bulan lalu. Foto dada diambil dan menunjukkan beberapa nodul menyebar pada bagian
perifer paru-paru.
Lobektomi dilakukan dan spesimen itu dikirim ke Laboratorium Patologi.
Mikroskopis gambar:
Spesimen menunjukkan jaringan tumor epitelial papiler, infiltratif ke jaringan sekitarnya. Tumor
tersusun atas, , sel epitel kuboid sampai kolumnar tinggi , yang berbaris di sepanjang alveolar
septa dan masuk ke dalam ruang alveolar membentuk struktur papiler bercabang. Sel tumor
sering mengandung sekresi mucinous berlimpah. Tingkat anaplasia adalah bervariasi, tetapi
beberapa sel berdifferensiasi baik . Ada beberapa mitosis sel abnormal.
6. Tumor karsinoid
Definition
Neuroendocrine neoplasm of low grade malignancy includes typically centrally located Classic
carcinoid (Grade I NEC) and usually peripheral Atypical carcinoid (Grade II NEC).
Clinical Features
Usually:
adult
slow-growing
hemoptysis
pulmonary infection2
Occasionally:
MEN I7
Usually:
asymptomatic
discovered incidentally
Pathogenesis
Close histogenetic link between peripheral lung carcinoid, thymic carcinoid, and thyroid
medullary carcinoma
May represent link between typical carcinoid tumor and small cell carcinoma:13
Gross Pathology
Central Carcinoid Tumor
Fig. 2: Central
carcinoid tumor showing well-circumscribed quality and connection with a
large bronchus.
Fig. 3: Whole mount of central carcinoid tumor showing polypoid endobronchial growth.
)
Predominantly intrabronchial
May:
rarely ulcerated
Peripheral lung
Tends to be multiple
Histopathology
Central Carcinoid Tumor
Central nuclei
Cytoplasm:
moderate amount
finely granular
exceptionally optically clear18
rarely:
Vascularity pronounced
Stroma:
Some bone may represent osseous metaplasia by entrapped bronchial cartilage (Fig. 6
Fig. 6: Osseous metaplasia of bronchial cartilage induced by central carcinoid tumor. This
is a relatively common finding.
this feature by itself is not sufficient to place tumor in atypical carcinoid category
Mucin stains:
usually negative
Exceptionally:
Ultrastructurally:
):
Spindle cells:
Fig. 9: Spindle
cell appearance of peripheral carcinoid tumor, which may simulate
a mesenchymal neoplasm.
)
not unusual for misdiagnosis as leiomyoma27
Some pleomorphism28
Stroma:
can be prominent:
May:
nuclear hyperchromasia
Malignant Mesothelioma
Definition
Malignant tumor of the pleura with a mesothelial origin.
Clinical Features
Typically:
chest pain
pleural effusion
both pleurae
interlobular septa
pericardium
chest wall
diaphragm
peritoneum3
May be intraparenchymal spread,4 but nodular masses within lung parenchyma favor primary
lung cancer with prominent pleural spread
Distant metastases:
Usually multiple gray or white ill-defined nodules in a diffusely thickened pleura (Figs 1 and 2
Histopathology
papillae (Fig. 3
pseudoacini
solid nests10
Cytoplasm:
abundant
acidophilic
necrosis11
Klinis :
Seorang pria berusia 75 tahun menderita sesak nafas, nyeri dada, dan penurunan berat badan
sejak 1 tahun lalu. Dia adalah seorang perokok berat rokok sejak ia masih muda. Foto Ro
Dada menunjukkan sebuah massa besar di lobus kanan bawah dari paru-paru.
Lobektomi dilakukan, dan spesimen itu dikirim ke Departemen Patologi.
Mikroskopis gambar:
Spesimen terdiri dari jaringan paru-paru dengan tumor epitel menyebar dan padat, infiltrasi
ke jaringan sekitarnya. Sel-sel tumor atipikal, polimorfik, dengan hyperchromatism atau inti
jelas dan sitoplasma banyak. Jumlah sel mitosis yang abnormal cukup. Di daerah padat, ada
beberapa massa keratin kecil dan jembatan antar sel.
SYSTEMA RESPIRATORIA
CAVUM NASI
Sediaan : SR-1; HE
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :
a. Vestibulum nasi :
- tunica mucosa
*epithelium squamosum stratificatum non cornificatum.
*membrana basalis
*lamina propria : <>jaringan ikat padat
<>glandula sebacea
<>glandula sudorifera
b. Area respiratoria :
- tunica mucosa :
- epithelium pseudostratificatum ciliatum, diantaranya banyak terdapat cellula
caliciformis (sel piala)
- membrana basalis
- lamina propria:
> jaringan ikat yang mengandung banyak serabut kolagen
> leucocytus
> lymphocytus
> kumpulan jaringan lymphoid
> glandula seromucosa
- concha :
Sepanjang dinding lateral cavum nasi, permukaannya tidak teratur karena adanya 3 tonjolan
tulang yang disebut concha yang berfungsi menghangatkan udara pernafasan, banyak
mengandung plexus venosus (anyaman vena) :
-concha inferior
-concha intermedium.
-concha superior
EPIGLOTTIS
Sediaan: SR-2; H E
Perhatikan pada perbesaran lemah dan kuat :
a. Facies lingualis: dataran yang menghadap ke arah lidah
- tunica mucosa:
* epithelium squamosum stratificatum: sel pipih berlapis
* membrana basalis
* lamina propria : - textus connectivus areolaris : longgar
- lymphocyti tersebar
- tela submucosa :
* textus connectivus fibrosus irregularis: padat kurang teratur
* glandula seromucosa
* textus connectivus adiposus : jaringan lemak
- textus cartilagenius.
Pada sediaan ini dapat dibandingkan :
- cartilago pada epiglottis: elastis kemerah-merahan
- cartilago pada trachea: hyalina: kebiru-biruan
b. Facies laryngis: dataran yang menghadap ke arah larynx
- tunica mucosa: epithelium. Perhatikan di dua bagian yang berbeda :
* proximal : sel kolumner semu berla pis membentuk epithelium
pseudostratificatum
* distal : sel pipih berlapis membentuk epithelium squamosum stratificatum
- lamina propria :
- textus connectivus areolaris yang kelihatan longgar
- lymphocyti tersebar
- tela submucosa : - textus connectivus areolaris: longgar
- glandula seromucosa
TRACHEA
Sediaan: SR-3; H E
Perhatikan :
- tunica mucosa :
* epithelium : sel kolumner semu berlapis epithelium pseudostratificatum dengan sel piala
antara sel epitel
* membrana basalis
* lamina propria: textus connectivus elasticus glandula trachealis
- tela submucosa : jaringan ikat elastis lebih padat
- tunica fibromusculocartilaginea.
Perhatikan di sini :
* ligamenta annularia
* cartilago trachealis : hyalina, berbentuk huruf C.
* m.trachealis: otot polos melekat pada ujung bebas cartilago
- tunica adventitia: jaringan ikat di sini. longgar.
PULMO
Sediaan: Perhatikan pada sediaan SR-4; H E
Bronchus
<>tunica mucosa :
- epithelium :
sel kolumner semu berlapis dengan cilia;
epithelium pseudostratificatum ciliatum
- membrana basalis
- lamina propria :
*textus connectivus elasticus
*nodus lymphaticus
<>tunica musculocartilaginea.
Perhatikan :
- musculus spiralis: otot polos
- cartilago bronchialis : hyalina
<>tunica adventitia: jaringan ikat longgar dengan glandula seromucosa
b. B r o n c h i o l u s r e s p i r a t o r i u s (terminalis):
SR-4; H E
- tunica mucosa :
*epithelium: sel selapis dengan cilia: epithelium colum nare simplex ciliatum
* membrana basalis
* lamina propria : - textus connectivus elasticus
- lymphocytus
- tunica muscularis: otot polos membentuk m.spiralis
- tunica adventitia: jaringan ikat longgar
c. D u c t u s a 1 v e o r a 1 i s :
SR-5; HE
Pada sediaan ini perhatikan :
1. ductus alveolaris :
- epithelium squamosum simplex : sel pipih selapis
- berkas-berkas elastis
- sisa-sisa m.spiralis sebagai otot polos
2. alveolus pulmonaris.
Perhatikan :
- septum interalveolare
- cellula : * respiratoria
* magna atau granularis phagocytus
PRAKTIKUM KE 6
GLANDULA THYROIDEA
Sediaan : EN-2; H B
Perhatikan :
a. Stroma : dengan anyaman kapiler rete capillare folliculare
b. Parenchyma tersusun oleh folliculi
- tidak sama besar
- dinding tersusun oleh sel kuboid
- berisi bahan koloid
Cellulae parafolliculares pada teknik pemulasan sediaan ini tidak tampak.
GLANDULA PARATHYROIDEA
Sediaan : EN-3; H E
a. Textus connectivus memisahkan ini dari glandula thyroidea.
b. Cellula
1. Principalis. Tampak banyak dengan kapiler darah di antaranya. Sel ini
sebenarnya ada 2 jenis tetapi sukar dibedakan.
<>cellula principalis lucida : jernih
<>cellula principalis densa : gelap
2. Oxyphilica atau acidophilica, tersebar di sana-sini, sedikit bersifat acidophillus.
INSULA PANCREATICA
Sediaan : EN-6; Victoria blue
Perhatikan
insulae yang tampak memucat sebagai pulau-pulau di dalam jaringan pancreas.
a. Cellulae alpha = merah, beta = biru, delta = pucat.
Kerap kali : * cellulae alpha: ditepi pulau
* cellulae beta: dekat sinusoideum
b. Rete capillare : kapiler membentu
6. ENDOCRINE GLAND`S AND LYMPHOID TUMORS
The most common cause of hyperpituitarism is an adenoma arising in the anterior lobe.
Pituitary adenomas are classified on the basis of hormone(s) produced by the neoplastic cells,
which are detected by immunohistochemical stains (Table 24-1). Some pituitary adenomas can
secrete two hormones (GH and prolactin being the most common combination), and rarely,
pituitary adenomas are plurihormonal. Pituitary adenomas can be functional (i.e., associated with
hormone excess and clinical manifestations thereof) or nonfunctioning (i.e.,
immunohistochemical and/or ultrastructural demonstration of hormone production at the tissue
level, without clinical symptoms of hormone excess). Less common causes of hyperpituitarism
include pituitary carcinomas and some hypothalamic disorders. Large pituitary adenomas, and
particularly nonfunctioning ones, may cause hypopituitarism as they encroach on and destroy
adjacent anterior pituitary parenchyma.
* Note that nonfunctional adenomas in each category typically present with mass effects accompanied by
hypopituitarism due to destruction of normal pituitary parenchyma. These features are particularly common with
gonadotroph adenomas.
Pituitary adenomas are usually found in adults, with a peak incidence from 35 to 60 years of age.
They are designated, somewhat arbitrarily, microadenomas if they are less than 1 cm in diameter
and macroadenomas if they exceed 1 cm in diameter. Silent and hormone-negative adenomas are
likely to come to clinical attention at a later stage than those associated with endocrine
abnormalities and are therefore more likely to be macroadenomas. A meta-analysis of autopsy
studies estimates the population prevalence of pituitary adenomas to be about 14%, although the
vast majority of these lesions are incidentally diagnosed microadenomas ("pituitary
incidentaloma").[1]
With recent advances in molecular techniques, substantial insight has been gained into the
genetic abnormalities associated with pituitary adenomas[2] (Table 24-2):
• G-protein mutations are possibly the best-characterized molecular abnormalities in pituitary adenomas. G
proteins are described in Chapter 3; here we will review their function in the context of endocrine neoplasms.
G proteins play a critical role in signal transduction, transmitting signals from particular cell surface receptors
(e.g., GHRH receptor) to intracellular effectors (e.g., adenyl cyclase), which then generate second messengers
(e.g., cyclic adenosine monophosphate, cAMP). These are heterotrimeric proteins, composed of a specific α-
subunit that binds guanine nucleotide and interacts with both cell surface receptors and intracellular effectors
(Fig. 24-3); the β- and γ-subunits are noncovalently bound to the specific α-subunit. Gs is a stimulatory G
protein that has a pivotal role in signal transduction in several endocrine organs, including the pituitary. The α-
subunit of Gs (Gsα) is encoded by the GNAS gene, located on chromosome 20q13. In the basal state, Gs
exists in an inactive state, with guanosine diphosphate (GDP) bound to the guanine nucleotide-binding site of
Gsα. On interaction with the ligand-bound cell surface receptor, GDP dissociates, and guanosine triphosphate
(GTP) binds to Gsα, activating the G protein. The activation of Gsα results in the generation of cAMP, which
acts as a potent mitogenic stimulus for a variety of endocrine cell types (such as pituitary somatotrophs and
corticotrophs, thyroid follicular cells, parathyroid cells), promoting cellular proliferation and hormone
synthesis and secretion. The activation of Gsα, and resultant generation of cAMP, are transient because of an
intrinsic GTPase activity in the α-subunit, which hydrolyzes GTP into GDP. A mutation in the α-subunit that
interferes with its intrinsic GTPase activity will therefore result in constitutive activation of G sα, persistent
generation of cAMP, and unchecked cellular proliferation (see Fig. 24-3). Approximately 40% of somatotroph
cell adenomas bear GNAS mutations that abrogate the GTPase activity of Gsα. In addition, GNAS mutations
have also been described in a minority of corticotroph adenomas; in contrast, GNAS mutations are absent in
thyrotroph, lactotroph, and gonadotroph adenomas, since their respective hypothalamic release hormones do
not mediate their action via cAMP-dependent pathways.
• The overwhelming majority of pituitary adenomas are sporadic in nature, and only approximately 5% of cases
arise as a result of an inherited predisposition. Four genes have been identified thus far as a cause of familial
pituitary adenomas: MEN1, CDKN1B, PRKAR1A, and AIP.[3] Germline inactivating mutations of the MEN1
gene on chromosome 11q13 are responsible for multiple endocrine neoplasia syndrome, type 1 (MEN-1,
discussed in detail below). The gene product of MEN1 is the tumor suppressor protein menin, and individuals
with MEN-1 syndrome develop tumors in multiple endocrine organs, including the pituitary. Approximately a
third of patients with MEN-1 develop pituitary adenomas, most commonly GH-, prolactin-, or ACTH-
secreting tumors. In contrast, somatic mutations of MEN1 are rare in sporadic pituitary tumors. The gene
product of CDKN1B on chromosome 12p13 is the cell cycle checkpoint regulator p27 or KIP1; germline
mutations of CDKN1B are responsible for a subset of patients with a "MEN-1 like" syndrome who lack
MEN1 abnormalities.[4] The protein kinase A regulatory subunit 1α (PRKAR1A) gene on chromosome 17q24
is mutated in patients with Carney complex, an autosomal-dominant disorder characterized by pituitary and
other endocrine tumors. This gene encodes a tumor suppressor that regulates the activity of protein kinase A, a
downstream mediator of cAMP-dependent signaling. Thus, loss of PRKAR1A protein function leads to
inappropriate activation of cAMP cellular targets, further underscoring the importance of this second-
messenger pathway in pituitary neoplasia. The aryl hydrocarbon receptor interacting protein (AIP) on
chromosome 11q is a recently described pituitary adenoma predisposition gene. Patients with germline AIP
mutations often present with acromegaly due to an underlying GH-secreting adenoma, and are typically
younger (<35 years of age) at the time of diagnosis than sporadic GH adenoma patients.[5] The precise
mechanism by which the AIP protein acts as a tumor suppressor in the pituitary is not known. Not all persons
with germline AIP mutations have a positive family history of pituitary tumors, as a result of incomplete
penetrance. Immunohistochemistry for AIP is recommended in GH adenomas arising in younger patients, as
mutations associated with adenoma typically cause absence of protein expression. Somatic mutations of these
four genes are rarely encountered in sporadic pituitary adenomas.
• Molecular abnormalities associated with aggressive behavior include aberrations in cell cycle checkpoint
genes, such as overexpression of cyclin D1, mutations of p53, and epigenetic silencing of the retinoblastoma
gene (RB1). In addition, activating mutations of the HRAS oncogene are observed in rare pituitary carcinomas
(see below).
FIGURE 24-3 G-protein signaling in endocrine neoplasia. Mutations that lead to G-protein
hyperactivity are seen in a variety of endocrine neoplasms, including pituitary, thyroid, and
parathyroid adenomas. G proteins play a critical role in signal transduction, transmitting signals
from cell surface receptors (GHRH, TSH, or PTH receptor) to intracellular effectors (e.g., adenyl
cyclase), which then generate second messengers (cAMP, cyclic adenosine monophosphate). GDP,
guanosine diphosphate; GTP, guanosine triphosphate; Pi, inorganic phosphate. See Figure 24-1 for
other abbreviations.
Morphology. The typical pituitary adenoma is a soft, well-circumscribed lesion that may be
confined to the sella turcica. Larger lesions typically extend superiorly through the diaphragm
sella into the suprasellar region, where they often compress the optic chiasm and adjacent
structures, such as some of the cranial nerves (Fig. 24-4). As these adenomas expand, they
frequently erode the sella turcica and anterior clinoid processes. In as many as 30% of cases, the
adenomas are not grossly encapsulated and infiltrate neighboring tissues such as the cavernous
and sphenoid sinuses, dura, and on occasion, the brain itself. Such lesions are termed invasive
adenomas. Not unexpectedly, macroadenomas tend to be invasive more frequently than smaller
tumors. Foci of hemorrhage and necrosis are also more common in these larger adenomas.
Histologically, typical pituitary adenomas are composed of relatively uniform, polygonal cells
arrayed in sheets or cords. Supporting connective tissue, or reticulin, is sparse, accounting for the
soft, gelatinous consistency of many of these lesions. Mitotic activity is usually sparse. The
cytoplasm of the constituent cells may be acidophilic, basophilic, or chromophobic, depending
on the type and amount of secretory product within the cells, but it is generally uniform
throughout the tumor. This cellular monomorphism and the absence of a significant reticulin
network distinguish pituitary adenomas from non-neoplastic anterior pituitary
parenchyma (Fig. 24-5). The biologic behavior of the adenoma cannot always be reliably
predicted from its histologic appearance. A subset of pituitary adenomas demonstrates brisk
mitotic activity and staining of greater than 3% of the nuclei with the proliferation marker Ki-67;
these tumors typically also demonstrate extensive nuclear p53 immunoreactivity in the neoplastic
cells, a feature that correlates with the presence of p53 mutations. It is recommended that
adenomas with this profile be classified as atypical adenomas, since these tumors have a higher
propensity for aggressive behavior, including invasion and recurrence.
FIGURE 24-4 Pituitary adenoma. This massive, nonfunctional adenoma has grown far beyond
the confines of the sella turcica and has distorted the overlying brain. Nonfunctional adenomas
tend to be larger at the time of diagnosis than those that secrete a hormone.
FIGURE 24-5 Pituitary adenoma. The monomorphism of these cells contrasts markedly with
the mixture of cells seen in the normal anterior pituitary. Note also the absence of reticulin
network.
Clinical Course.
The signs and symptoms of pituitary adenomas include endocrine abnormalities and mass
effects. The effects of excessive secretion of anterior pituitary hormones are mentioned below,
when the specific types of pituitary adenoma are described. Local mass effects may be
encountered in any type of pituitary tumor and have been discussed previously under clinical
manifestations of pituitary disease. Briefly, these include radiographic abnormalities of the sella
turcica, visual field abnormalities, signs and symptoms of elevated intracranial pressure, and
occasionally hypopituitarism. Acute hemorrhage into an adenoma is sometimes associated with
pituitary apoplexy, as was noted above.
With this general introduction to pituitary adenomas, we proceed to a discussion of the individual
types of tumors.
PROLACTINOMAS
Prolactinomas (lactotroph adenomas) are the most frequent type of hyperfunctioning pituitary
adenoma, accounting for about 30% of all clinically recognized cases. These lesions range from
small microadenomas to large, expansile tumors associated with substantial mass effect.
Microscopically, the overwhelming majority of prolactinomas are composed of weakly
acidophilic or chromophobic cells (sparsely granulated prolactinoma); rare prolactinomas are
strongly acidophilic (densely granulated prolactinoma) (Fig. 24-6). Prolactin can be
demonstrated within the secretory granules in the cytoplasm of the cells using
immunohistochemical stains. Prolactinomas have a propensity to undergo dystrophic
calcification, ranging from isolated psammoma bodies to extensive calcification of virtually the
entire tumor mass ("pituitary stone"). Prolactin secretion by functioning adenomas is usually
efficient (even microadenomas secrete sufficient prolactin to cause hyperprolactinemia) and
proportional, in that serum prolactin concentrations tend to correlate with the size of the
adenoma.
Hyperprolactinemia may result from causes other than prolactin-secreting pituitary adenomas.
Physiologic hyperprolactinemia occurs in pregnancy; serum prolactin levels increase throughout
pregnancy, reaching a peak at delivery. Prolactin levels are also elevated by nipple stimulation, as
occurs during suckling in lactating women, and as a response to many types of stress. Pathologic
hyperprolactinemia can also result from lactotroph hyperplasia, such as when there is
interference with normal dopamine inhibition of prolactin secretion. This may occur as a result of
damage to the dopaminergic neurons of the hypothalamus, damage to the pituitary stalk (e.g.,
due to head trauma), or drugs that block dopamine receptors on lactotroph cells. Any mass in the
suprasellar compartment may disturb the normal inhibitory influence of the hypothalamus on
prolactin secretion, resulting in hyperprolactinemia. Therefore, a mild elevation in serum
prolactin in a person with a pituitary adenoma does not necessarily indicate a prolactin-
secreting tumor. Other causes of hyperprolactinemia include several classes of drugs (such as
dopamine antagonists), estrogens, renal failure, and hypothyroidism. Prolactinomas are treated
by surgery or, more commonly, with bromocriptine, a dopamine receptor agonist that causes the
lesions to diminish in size.
GH-secreting tumors are the second most common type of functioning pituitary adenoma.
Somatotroph cell adenomas may be quite large by the time they come to clinical attention
because the manifestations of excessive GH may be subtle. Histologically, pure GH cell-
containing adenomas are also classified into two subtypes: densely granulated and sparsely
granulated. The densely granulated adenomas are composed of cells that are monomorphic and
acidophilic in routine sections, retain strong cytoplasmic GH reactivity on
immunohistochemistry, and demonstrate cytokeratin staining in a perinuclear distribution. In
contrast, the sparsely granulated variants are composed of chromophobe cells with considerable
nuclear and cytologic pleomorphism and focal, weak staining for GH. Bihormonal
mammosomatotroph adenomas that express both GH and prolactin are being increasingly
recognized with the availability of better immunohistochemical reagents; morphologically, most
bihormonal adenomas resemble the densely granulated pure somatotroph adenomas.
Persistently elevated levels of GH stimulate the hepatic secretion of insulin-like growth factor 1
(IGF-1 or somatomedin C), which causes many of the clinical manifestations. If a somatotrophic
adenoma appears in children before the epiphyses have closed, the elevated levels of GH (and
IGF-1) result in gigantism. This is characterized by a generalized increase in body size with
disproportionately long arms and legs. If the increased levels of GH are present after closure of
the epiphyses, patients develop acromegaly. In this condition, growth is most conspicuous in
skin and soft tissues; viscera (thyroid, heart, liver, and adrenals); and bones of the face, hands,
and feet. Bone density may be increased (hyperostosis) in both the spine and the hips.
Enlargement of the jaw results in protrusion (prognathism), with broadening of the lower face.
The hands and feet are enlarged with broad, sausage-like fingers. In most instances gigantism is
also accompanied by evidence of acromegaly. These changes develop for decades before being
recognized, hence the opportunity for the adenomas to reach substantial size. GH excess is also
correlated with a variety of other disturbances, including gonadal dysfunction, diabetes mellitus,
generalized muscle weakness, hypertension, arthritis, congestive heart failure, and an increased
risk of gastrointestinal cancers.
The diagnosis of pituitary GH excess relies on documentation of elevated serum GH and IGF-1
levels. In addition, failure to suppress GH production in response to an oral load of glucose is
one of the most sensitive tests for acromegaly. The underlying pituitary adenoma can be either
removed surgically or treated via pharmacologic means. The latter includes somatostatin analogs
(recall that somatostatin has an inhibitory effect on pituitary GH secretion) or the use of GH
receptor antagonists, which prevent hormone binding to target organs such as the liver. When
effective control of high GH levels is achieved, the characteristic tissue overgrowth and related
symptoms gradually recede, and the metabolic abnormalities improve.
Corticotroph adenomas are usually small microadenomas at the time of diagnosis. These tumors
are most often basophilic (densely granulated) and occasionally chromophobic (sparsely
granulated). Both variants stain positively with periodic acid–Schiff (PAS) because of the
presence of carbohydrate in POMC, the ACTH precursor molecule; in addition, they demonstrate
variable immunoreactivity for POMC and its derivatives, including ACTH and β-endorphin.
Pituitary adenomas may elaborate more than one hormone. For example, prolactin may be
demonstrable by immunolabeling of somatotroph adenomas. In other cases, unusual
plurihormonal adenomas are capable of secreting multiple hormones; these tumors are usually
aggressive. A few comments are made about several of the less frequent functioning tumors.
Thyrotroph (TSH-producing) adenomas are rare, accounting for approximately 1% of all pituitary
adenomas. Thyrotroph adenomas are a rare cause of hyperthyroidism.
3.Adenoma thyroid
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal dari jaringan epitel yaitu epitel kelenjar, bersimpai. Kadang-kadang
pada suatu adenoma sel-selnya mengeluarkan sekret sehingga kelenjarnya melebar kistik. Dalam
hal ini tumor tersebut dinamai kistadenoma.
Benjolan di leher sebesar telur ayam teraba kenyal, ikut bergerak pada waktu menelan.
Klinik:
Wanita 30 tahun, sejak 2 tahun di leher terdapat benjolan sebesar telur ayam, konsistensi
keras dan permukaan berbenjol-benjol.
Makroskopik:
Jaringan ukuran 5x4x4 cm, konsistensi kenyal, pada penampang berwarna putih dengan
bagian-bagian yang kehitaman.
Mikroskopik:
perbesaran lemah dan kuat
Pada bagian tepi sediaan terlihat adanya sebagian dari kelenjar gondok normal, yang
dibatasi oleh jaringan ikat fibrosa sebagai simpai tumor
Tumor berbentuk kistik, tumbuh papilar dengan dilapisi epitel kubik sampai silindrik yang
bervariasi dari 1 lapis atau lebih
Sel-sel tumor satu sama lain tidak begitu menunjukkan polimorfi
Di dalam septum dan simpai dapat ditunjukkan pertumbuhan sel-sel tumor
Di dalam septum (harap lihat pada bagian tengah dari preparat) terdapat pembuluh darah
yang berisi jaringan tumor yang papiler.
Pendapat:
Karena adanya infiltrasi tumor kedalam pembuluh darah dari simpai, maka diagnosis dari
tumor ini adalah kistadenokarsinoma papilliferum, walaupun sel-sel tumor belum
menunjukkan anaplasia yang menyolok (harap baca text book).
Usually elderly
≈ 10% show familial aggregation consistent with a genetic susceptibility6 and at least five
such syndromes
Presentation:
carcinoma of head of pancreas:
Significant pancreatitis:
delays diagnosis
Metastases
hepatoduodenal ligament
posterior pancreaticoduodenal
para-aortic
anterior pancreaticoduodenal13-15
liver
peritoneum
lung
adrenal
bone
skin
Pathogenesis
Risk factors:
exposure to β-naphthylamine or benzidine20
cigarette smoking5,21,22
Carcinoma in situ and atypical hyperplasia (now grouped under the term pancreatic
intraepithelial neoplasia or PanIN) are regarded as precursors26 because:
molecular genetic analysis shows that they frequently harbor many of the same
genetic alterations present in invasive cancer
Structural rearrangements (or loss) of genes on 1p, 3p, 6p, 8p, and 17p seem to be of
importance in pancreatic carcinogenesis28
p53 accumulation in the in-situ component in 67% suggests that this represents an early
genetic event in pancreatic carcinogenesis29
Gross Pathology
Location:
Multiple in ≈ 20%
Usually:
poorly delineated
firm
Fig. 1: Gross
appearance of typical invasive ductal carcinoma of the head of the
pancreas. The tumor is protruding into the duodenal lumen.
Pancreatic ducts:
Extrapancreatic extension:
common
when extensive, may be difficult to determine pancreatic origin:
extensive atrophy
chronic inflammation
fibrosis
ductal dilatation
Histopathology
Graded into:
well differentiated
moderately differentiated
poorly differentiated
Well-differentiated
at high-power the lining epithelium will show one or more features indicative of
malignancy:
loss of polarity
prominent nucleoli
mitotic activity
disparity between the high degree of cytologic atypia (Fig. 3
Fig. 3: Pancreatic
ductal adenocarcinoma. It is typical of this tumor type to show
marked cytologic atypia.
perineurial invasion (in 90% and can extend from the intrapancreatic nerves into the
extrapancreatic neural plexus36,37), but note:
Carcinoma in situ:
sometimes at a distance from the main tumor mass and even at the point of surgical
transection40,41
Prevalence of squamous metaplasia, pyloric gland metaplasia, mucous hypertrophy, and focal
epithelial hyperplasia is not significantly different from controls44,47
Lobular tissue may be completely destroyed because of ductal occlusion by the carcinoma
Islet tissue:
3. Mikosis fungoides
Klinis :
Seorang pria berusia 60 tahun menderita plak eritematosa besar dan kulit bersisik umum lesi
sejak setahun lalu. Sebuah biopsi exicisional dilakukan oleh dokter.
Makroskopik Pemeriksaan:
diterima Sebuah jaringan kulit bentuk elips.2x1x0, 5 cm, berwarna coklat dengan sebuah plakat
cokelat di tengah kulit dipotong
Mikroskopis gambar:
Jaringan kulit pada epidermis dan dermis dengan sel T neoplastik. Sel-sel menyerang dalam
epidermis membentuk microabscess Pautrier, atau bahkan lebih sering, untuk berbaris secara
individual sepanjang lapisan basal epidermis.
Sel-sel T memiliki limfosit berukuran kecil atau sedang dengan inti cerebroid, dan kromatin inti
tidak teratur . Sejumlah mitosis dapat ditemukan.
Hasil pewarnaan imunohistokimia:
LCA pewarnaan: positif
CD 3 pewarnaan: positif
CD 20 pewarnaan: Negatif
CD 4 pewarnaan: positif
Makroskopik:
Sebuah jaringan diameter 2 cm, putih kecoklatan padat .
Mikroskopik:
Jaringan kelenjar getah bening mengandung sarang-sarang tumor epitelial, yang
terdiri atas sel-sel besar dengan inti vesikular, jernih, dengan satu atau lebih
anak inti yang jelas
Sitoplasma relatif sedikit dan jernih pula.
Mitosis kadang-kadang banyak, kadang-kadang sedikit
Di antara sel-sel tumor ini, baik di dalam parenkhim maupun di dalam stroma didapat
limfosit
Dengan pengecatan retikulin, ternyata sel-sel tumor tidak membuat retikulin.
NB. Tumor ini ( No. 3 & 4) dulu dikenal dengan istilah Limfoepitelioma
NODUS LYMPHATICUS
Sediaan : SL-1; HE
Perhatikan :
a. capsula : Jaringan ikat ini mengandung :
- serabut-serabut kolagen.
- vasa lymphatica afferentia
b. hilum : serabut kolagen tampak lebih tebal.
c. cortex : ciri khas ialah
noduli lymphatici yang berderet-deret. Di pusat noduli ada centrum. germinale
d. trabeculae: berasal dari capsula, meluas ke arah pusat nodus lymphaticus
di antara noduli lymphatici dan medulla.
e. medulla
f. sinus lymphaticus. Ada berbagai jenis :
- sinus lymphaticus capsularis (marginalis) bawah capsula
- sinus corticalis
- sinus medullaris
THYMUS
Sediaan: SL-3; HE
Perhatikan :
a. capsula : lanjut sebagai septum interlobare yang membagi thymus menjadi lobus thymi dan
septum interlobulare yang membatasi lobuli.
b. cortex : penuh dengan lymphocytus thymicus atau thymus 1 berpadatan, kebiru-biruan.
c. medulla :
- berwarna lebih pucat.
- lymphocytus lebih sedikit.
- corpusculum thymicum. mengandung:
* sel epitel. teratur konsentris.
* cellula gigantica : sel raksasa.
Ganglion spinale
No. Sediaan : N-1
Teknik pewarnaan : HE
Teknik pewarnaan : HE
potongan membujur.
Medulla spinalis
No. Sediaan : N-3
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan : Untuk melihat bentuk kasar alat ini, amatilah sediaan dengan mata
- axon
ependymocytus.
Nervus periphericus?saraf perifer (penampang melintang)
No. Sediaan : N-4
Teknik pewarnaan : HE
endoneurium
perineurium
epineurium
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan : Carilah bangunan ini di lapisan agak dalam (tela subcutanea).
Perhatikan : Carilah lapisan luar kulit (epidermis yang terwarnai biru tua dan
Cerebellum
No. Sediaan : N-7
Teknik pewarnaan : HE
7. NERVOUS TUMORS
1. Schwanoma.
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak yang berasal dari sel schwan , berkapsul dan berbatas tegas, soliter.
Letaknya eksentris pada syaraf proksimal atau akar syaraf spinal. Schwannoma ditandai dengan
daerah yang kaya akan sel yang disebut daerah antoni A. Dimana dapat dijumpai focus inti yang
tersusun palisade berjajar seperti kipas yang disebut badan verocay. Selain itu terdapat daerah
yang miskin / sedikit selnya disebut daerah antoni B dengan sel-sel yang tersusun lebih longgar
dengan sel-sel berbuih.
Penderita perempuan 45 tahun, Indonesia, semenjak 1,5 tahun di regio legan bawah terdapat
benjolan sebesar biji kacang.
Makroskopis :
Yang diterima untuk pemeriksaan adalah jaringan sebesar 3,5 x4,5x0,15 cm. Jaringan berwarna
putih melendir, simpai jelas, konsistensi kenyal, penampang putih mengkilat melendir dengan
terlihat seperti serabut.
2. . Ependymoma
Definition
Well circumscribed glial tumor with primarily ependymal features (WHO grade II or III).
Clinical Features
spinal cord:
usually:
present with:
gait disturbances
cranial nerves3
ovary4
uterosacral ligament5
mediastinum6
lung7
Usually:
expand slowly
remain circumscribed
Occasionally symptomatic CSF-borne metastasis
Pathogenesis
Female genital tract and mediastinal cases may represent ‘lopsided' (i.e. monodermal)
teratomas
Gross Pathology
Often:
cystic change
focal calcification8,9
Intramedullary variants:
produce fusiform widening of involved segments
commonly precipitate:
syrinx formation
Histopathology
rounded or spindled
generally:
lack nucleoli
uniform
occasionally:
‘giant cells':
in cranial compartment11
in filar region12
3.. oligodendroglioma(
Definition
Diffusely infiltrative glial tumor with predominantly oligodendroglial features.
Clinical Features
Characteristically:
Pathogenesis
could explain frequency with which oligodendrogliomas are colonized by tumor cells
showing transition to fibrillary astroglial morphology2,3
Gross Pathology
accounts of:
Usually:
Histopathology
permeative or
Usually:
contain scattered calcospherites:
myxoid changes
microcyst formation
preserve the rounded profiles of tumor cell nuclei, which appear either
naked or irregularly encircled by pale eosinophilic cytoplasm in
modest quantity
distinct cytoplasmic expanses and cell membranes are also appreciable
in paraffin sections prepared from promptly fixed surgical material
Perinuclear halos:
4. RETINOBLASTOMA
Pengertian Umum :
Neuroblastoma yang mengenai retina. Tumor maligna yang merupakan tumor embrional,
tumor ganas pada anak - anak yang biasanya kongenital. Tumbuh cepat, dan bila ditemukan
pada bayi usia dibawah satu tahun hampir selalu berupa bentukan masa yang terbatas, pada
anak usia lebih dari satu tahun, tumor ini biasanya sudah menyebar..
Klinis :
Anak laki-laki 8 bulan dengan gejala mata kanan nampak membesar dan lebih menonjol
dibanding mata kiri sejak 2 bulan yang lalu.
Makroskopik :
konsistensi lunak, dengan area hemorrhagi dan nekrosis.
infiltrasi ke jaringan sekitarnya dengan metastase.
Mikroskopik :
Jaringan terdiri dari sel-sel bulat/oval dengan inti yang relatif besar dan hiperkhromatis
sel-sel tersusun sebagai roset.
Meningioma
Pengertian Umum :
Tumor jinak, tumbuh lambat menunjukkan bukti morfologi atau immunophenotypic berasal
dari sel meningothelial.
Gambaran klinis :
Dapat terjadi pada semua usia , terbanyak ditemukan pada usia dewasa muda sampai dewasa tua.
wanita > laki-laki ( terutama pada medulla spinalis )
• Multifocal terkait dengan tipe 2 (saraf pusat ) neurofibromatosis ( NF - 2 )
o genetik lokus kromosom 22q12
o meningioma di masa kecil atau remaja harus dilakukan investigasi untuk NF - 2, juga contoh
familial diluar klasik NF - 2797. Gambaran Meningioma konvensional biasanya jinak
dan tumbuh lambat. Terjadinya Lokal kambuh kembali terutama karena kegagalan pengobatan
• Jika agresif dapat menyebar melalui CSF atau melewati extraneural seperti : paru, hati, tulang,
dan limfonodi.
Makroskopik
• Biasanya padat, lobulated , atau massa bulat melekat pada dura mater .
Mikroskopis:
Jaringan tumor lobuler sebagian struktur melingkar seperti konde, tersusun atas sel-sel bulat,
oval dan spindle.
6. Ganglion Cyst
Pengertian Umum :
Lesi kistik jinak akibat degenerasi myxoid dan pelunakan fibrosis dari jaringan ikat kapsul sendi
atau tendon sheat.
Gambaran klinis:
• Terkait dengan terlalu sering menggunakan pergelangan tangan dan jari (Overuse)
• Mungkin riwayat cedera sebelumnya
• Terjadi disekitar: sendi , tidak biasa pada selubung tendon
• Dapat menyebabkan:
o nyeri
o kelemahan
o cacat sebagian dari sendi
o perubahan tulang
o kompresi saraf peroneal biasa terjadi pada fossa poplitea, mengakibatkan rasa sakit atau
kelumpuhan kaki (drop foot)
Klinis laki-laki 18 tahun dengan gejala benjolan pada pergelangan tangan kanan nampak
membesar dan lebih menonjol sejak 3 bulan yang lalu ,kadang terasa nyeri sejak 2 bulan yang
lalu. Dilakukan operasi hasil kirim PA.
Makroskopik : lesi kistik pada daerah dorsal karpal tangan mendedsak menuju permukaan antara
tendon ekstensor indicis proprius dan ekstensor karpi radialis
Jaringan kistik berisi massa jernih seperti jelly.
.
Mikroskopik :
Jaringan berupa ruangan kistik dengan dinding terdiri dari jaringan ikat padat tanpa lapisan
sinovial
MESENCHYMAL TUMORS I
3. OSTEOSARCOMA
Pengertian umum :
Tumor ini berasal dari sel mesenkim, yang ditandai dengan diferensiasi osteoblastik dari sel
neoplasma atau pembentukan langsung osteoid oleh sel tumor. Merupakan tumor ganas
tulang primer yang paling sering ditemukan. Disebut juga Sarkoma Osteogenik. Frekuensi
tertinggi antara usia 10 - 20 tahun, pria lebih sering terkena daripada wanita. Bila ditemukan
di atas usia 40 tahun, biasanya berhubungan dengan penyakit Paget. Lokalisasi paling
banyak ialah pada metafisis tulang panjang, terutama ujung distal femur, ujung proksimal
tibia, ujung proksimal humerus. Osteosarkoma yang biasa, berlawanan dengan varian
juxtakortikal (parosteal atau yang berasl dari permukaan luar tulang), osteosarcoma timbul
sentral dan dalam perkembangannya meluas serta menyebuk jaringan di sekitarnya.
Klinik:
Laki-laki 16 tahun, Indonesia, pada tungkai bawah, di bawah patella terdapat pembengkanan
yang cepat menjadi besar. Kulit di atas pembengkakan ini mengkilat dengan vena yang
membesar. Permukaan pembengkaan ini disertai dengan adanya rasa nyari.
X-foto : tumor telah mengadakan kerusakan-kerusakan berat pada bagian atas tibia.
2. Synovial sarcoma
Synovial sarcoma is rare and aggressive soft tissue sarcoma that appears as deep, painless, slowly
growing masses. Most frequently the tumor affects the legs, especially the knees, and the arms.
Less frequently, this disease develops in the trunk, head and neck region, or the abdomen.
Although synovial sarcoma does not have a clearly defined cause, genetic factors are believed to
influence the development of this disease. Cells in these tumors are usually characterized by the
presence of a translocation involving chromosomes X and 18. This translocation is specific to synovial
sarcoma and is often used to diagnose this cancer. Although this condition generally affects
adults, about 30% of reported cases occur in children and adolescents.
Definition
Malignant mesenchymal tumor with variable dual, epithelial and mesenchymal spindle cell
differentiation.
Clinical Features
Location:
typically about:
knee joint
ankle joint2-7
shoulder
hip
neck:
retroperitoneum11
mediastinum12
blood vessels13,14
nerves15
oral cavity16
lung17
prostate18
May:
recur locally
lung
lymph nodes
incidence 10-15%
Pathogenesis
epithelial rests, or
Gross Pathology
Usually:
well-circumscribed
firm
Often:
focal calcification:
joints
tendon sheaths
bursae
Extremely rare:
invasion of:
joint space
synovial membrane
Histopathology
):
usually:
can be:
exceptionally:
squamous features23
sarcomatous component:
spindle cells:
fibroblast-like appearance
plump nuclei
hemangiopericytoma-like areas
usually:
hypercellular
may be:
hyalinization
calcification:
Fig. 6: Calcifying
synovial sarcoma. Radiographic
appearance of tumor located in popliteal space. (From
Varela-Duran J, Enzinger FM. Calcifying synovial
sarcoma. A clinicopathologic study of 32 cases. Cancer
1982, 50: 345-352)
Fig. 7: Calcifying synovial sarcoma. Microscopic
appearance.
osseous metaplasia
):
usually spindle cell sarcomatous component
increasingly recognized
greater:
cellularity
atypia
mitotic activity31-33
spindle
small
large
clear34
Ultrastructurally:
4. Ewing sarcoma
Ewing's sarcoma is a 'primary bone cancer'
Ewing's sarcoma is a rare cancer that can form in bone and soft tissue. It belongs to a group of tumours
known as the Ewing's Sarcoma Family of Tumours.
Ewing's sarcoma,
Ewing's sarcoma is the second most frequent primary malignant bone cancer found in young
people after osteosarcoma and the third most frequent bone cancer overall. The cancer can occur
anywhere in body but is mostly found in the pelvis, ribs and long bones, see figure 1.
Tumour cells can break away from the primary tumour and enter the blood supply or lymphatic
(lim-FAT-ick) system. These tumour cells can travel to other parts of the body where they can
form new tumours called secondary tumours or metastases (met-AS-tasis). The tumour can also
spread through the bone.
The most common sites for secondary tumours are the
Lungs,
Other bones.
Bone marrow
12. Chondrosarcoma
Definition
Malignant cartilage-producing mesenchymal neoplasm which is varied morphologic types:
conventional and variant types including clear cell, mesenchymal, myxoid and dedifferentiated.
Conventional chondrosarcoma is subdivided by location into central, peripheral, and
juxtacortical (periosteal) forms.
Clinical Features
conventional chondrosarcoma
chondrosarcoma variants
Conventional Chondrosarcoma
central
peripheral
juxtacortical (periosteal)4
Chondrosarcoma Variants
Mesenchymal Chondrosarcoma
Pathogenesis
Chondrosarcoma Variants
Dedifferentiated Chondrosarcoma
Mesenchymal Chondrosarcoma
Proposed to be:
malignant neoplasm with small round basic cells that differentiate into various
mesenchymal structures and sometimes even epithelial tissues
Makroskopis :
Jaringan putih mengkilat, ukuran 12 x 10 x 5 cm konsistensi keras, permukaan
berbenjol-benjol.
Mikroskopis
Tampak tumor selular, atipi dan polimorfi,sebagian berupa pulau-pulau dan matrik kartilago
yang matur. Ditemukan bentukan tulang kompakta dari tumor.
7. Fibroma
Clinical information:
A 40 year old female came to the hospital complaining on the swelling of lower
abdomen. By physical examination and USG a tumor of the left oary was suspected. The left
ovary was operated and sent to pathology lab.
Gross examination:
A large solid encapsulated mass was found within the left ovary specimen. The mass
measured about 10cm in diameter. On cut surface, the tumor is white, lobulated, and sometime
with myxoid changes.
Microscopic picture:
The mesenchymal tumor composed of closely packed spindle stromal cell aranged in
‘feather-stitched' or storiform pattern, surrounded by complete fibrous capsule. Hyaline bands
and edema maybe present. The tumor cells are monomorphic, without any abnormal mitoses.
8. Fibrosarcoma
Definition
Malignant, collagen-forming non pleomorphic, fibroblastic cell tumor, mainly of adulthood, with
spindle cells organized in fascicle in a herringbone pattern.
Clinical Features
Any age:
mainly adults
occasionally congenital1-4
Arises from superficial and deep connective tissues such as:
fascia
tendon
periosteum
scar
Gross Pathology
Usually soft
necrosis
hemorrhage
Histopathology
If well-differentiated:
Fig. 2: Low-power
appearance of well-differentiated fibrosarcoma. The tumor has
a monotonous hypercellular look.
If undifferentiated (Fig. 3
Fig. 3: Fibrosarcoma showing a moderate degree of nuclear pleomorphism.
):
Ultrastructurally:
1. Osteogenesis desmalis
No. Sediaan : B-1
Organ yang dipakai : Kepala embryo
Teknik pewarnaan : H.E
Perhatikan :
Os membranaceum mirip "pulau- pulau", kemerah-merahan dengan matriks yang disebut
osteoid. Osteoblastocytus, berderet-deret di permukaan pulau. Cytoplasma bersifat agak basofil.
Osteocytus terletak lebih di pusat pulau .dengan cytoplasma yang bersifat agak asidofil. Carilah
osteoclastocytus atau cellula gigantica (sel raksasa), berinti banyak, terletak pada lekukan
jaringan tulang yang disebut lacuna Howship.
2. Osteogenesis cartilaginea.
No. Sediaan : B-2
Organ yang dipakai : Tibia
Teknik pewarnaan : Orcein-Anilin biru
Perhatikan :
Pelajarilah proses pembentukan tulang ini pada cartilago epiphysialis. Dari epiphysis ke arah
diaphysis berturut-turut perhatikanlah:
- zona reservata, penuh chondrocytus yang bersifat embryonal.
- zona proliferativa, chondrocytus teratur rapi sebagai columella chondrocyti,
berjajar membujur sejajar permukaan.
- zona hypertrophica, chondrocytus besar, mengalami hipertrofi menjadi
chondrocytus hypertrophicus.
- zona resorbens, matrix yang telah mengapur mengalami resorbsi di sana-sini,
sehingga dapat terlihat :
*cartilago calcificata
*cavitas cartilaginea, rongga yang dibatasi balok-balok akibat resorbsi.
*trabecula cartilaginea, balok-balok pembatas rongga makin ke arah diaphysis,
sel-sel mengalami atrofi.
- zona ossificationis, merupakan daerah penulangan.
*trabecula ossea primaria
*trabecula ossea secundaria
*lamella ossea di daerah ini terjadi osendochondrale lamellosum.
Perhatikan :
- periosteum rusak akibat penggosokan. lamella circumferentialis eksterna, dibawah
periosteum. osteonum, tersusun oleh :
* lamella osteoni dengan lacuna ossea, osteocytus rusak.
* canalis centralis
* canalis perforans, terpotong kecil-kecil dengan arah tegak lurus canalis centralis.
* canaliculi ossei, merupakan saluran-saluran halus keluar dari lacuna ossea.
- lamella interstitialis
- lamella circumferentia interna, lapisan-lapisan sejajar dengan permukaan
dalam jaringan tulang.
- endosteum melapisi bagian terdalam jaringan tulang hanya tampak sebagai sisa.
1. Cartilago embryonale
No. Sediaan : C-1
Organ yang dipakai : Embryo
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan :
Chondrocytus masih berbentuk fusiformis (seperti kumparan), tersebar dalam matrix yang
homogen. Jaringan ini dibungkus oleh lapisan jaringan ikat fibrous disebut perichondrium.
2. Cartilago hyalina
No. Sediaan : C-2a
Organ yang dipakai : Trachea
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan :
Daerah pars cartilaginea trachea
<>Perichondrium terdiri atas :
*stratum fibrosum di luar, berserabut banyak.
*stratum chondrogenicum atau stratum cellulare, di sebelah dalam, mengandung
banyak sel.
<>Chondrocytus
*di pusat, sel berbentuk bundar atau ovoid. Seringkali dua sel atau lebih
berkelompok, membentuk aggregatio cellularis.
*di bagian permukaan, sel lebih pipih, dengan sumbu panjang sejajar dengan
permukaan, terletak di dalam lacuna cartilaginea.
<>Matrix cartilaginea dapat dibedakan:
*substantia fundamentalis car tilaginea (substansi dasar), warna kebiru-biruan
seperti kaca.
*matrix territorialis cellularis tampak lebih biru, mengitari lacuna cartilaginea.
*matrix interterritorialis, di antara lacuna.
3. Cartilago hyalina
No. Sediaan : C-2b
Organ yang dipakai : Trachea
Teknik pewarnaan : Metilen-biru
Perhatikan :
Matrix cartilaginea (matriks teritorial, interteritorial & kapsula) berwarna ungu kemerahan (sifat
metakromasi), struktur lain berwarna biru sesuai dengan zat pewarna.
4. Cartilago elastica
No. Sediaan : C-3
Organ yang dipakai : Daun telinga
Teknik pewarnaan : Hematoksilin (Verhoeff)
Perhatikan :
Susunan kartilago ini mirip dengan cartilago hyalina, dengan perbedaan, bahwa cartilago elastica
mengandung serabut elastis di dalam matriks. Serabut tersebut pada teknik pewarnaan yang
spesifik Hematoksilin-Eosin (Verhoeff) berwarna ungu kehitam-hitaman, sedangkan matriks dan
serabut kolagen berwarna merah.
PERHATIAN/PERLU DIINGAT :
pada sediaan kerapkali di jumpai sel-sel teriris tanpa nucleus, sehingga seakan-akan sel tampak
kosong.
Teknik pewarnaan : HE
9. Lipoma
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal jaringan mesoderm yang terdiri atas jaringan lemak. Banyak
ditemukan didaerah subcutis leher, bahu, punggung, bokong. Lipoma bersimpai, tidak melekat
pada kulit di atasnya sehingga dapat digerakkan dengan bebas.
Klinis
Suatu benjolan dibawah kulit sebesar duku, mudah digerakan. Pada operasi didapatkan tumor
benigna di dalam sub-cutis. Penampang berwarna kuning.
10. Liposarcoma
Klinis
Laki-laki 40 tahun dengan benjolan di perutt sebesar kelapa, mudah digerakan. Pada operasi
didapatkan tumor intraperitoneal. Penampang berwarna kuning.
Diagnosa : Liposarcoma
11. Leiomyoma
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal jaringan mesoderm yaitu dari otot polos. Banyak terdapat pada
uterus, dan biasanya timbul pada masa reproduksi, tidak pernah timbul sebelum puber atau
sesudah menopouse. Bersimpai.
Klinis
Wanita 45 tahun, dengan pembesaran uterus, berbenjol-benjol, dilakukan histerektomi.
12. . Leiomyosarcoma
Clinical information:
A 65 year old female patient was admitted to the hospital for swelling of her lower
abdomen. About 30 years ago she had history of incidental vaginal bleeding, some time as
spotting, meno or metrorrhagy alternately, and she underwent enucleation operation of the
uterine mass. By physical and USG enlargement of the uterus was found. The patient underwent
hysterectomy and the specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
Grossly the specimen showed a large, solid, soft or fleshy poorly circumscribed mass of
the uterus, with necrotic and hemorrhagic areas.
Microscopic picture:
This is a hypercellular tumor with necrotic and hemorrhagic area. Tumor cells infiltration
into surrounding myometrium. The tumor is composed of oval to spindle, atypical cells, with
hyperchromatic nuclei and some multinucleated cells. There are more than 10 mitotic cells per
10 high-fields view.
13. Rhabdomyosarcoma
Clinical information:
A 75 year old male suffered from swelling of the left thigh, no pain was identified. The
man underwent operation and the specimen was sent to pathology lab.
Gross examination:
A part of muscle with a soft and fleshy, beef red-brown coloured mass was received by
the pathology lab. The mass of 10 cm in diameter is poorly circumscribed.
Microscopic picture:
This tumor is hypercellular, composed of bizzare small and undifferentiated
rhabdomyoblast cells, with some tumor giant cells. Rhabdomyoblast cells are large cells with
dark or vesicular nuclei and abundant acidophilic cytoplasm ( cross striations may not seen).
Many mitoses and necroses areas can be found.
14. Capillary hemangioma Penderita laki-laki, 3 bulan, dengan ‘toh' di kulit wajah (dekat dengan
bibir), warna kebiruan.
Firm
Nodular
Nonencapsulated
Often pigmented
Chiefly on extremities
Single or multiple
Pathogenesis
neoplastic
evidence of clonality
reactive
Gross Pathology
Usually solid
Not encapsulated
fibrous tissue
fat
hemosiderin
Histopathology
most contain:
hemosiderin (Fig. 2
Fig. 2: Benign
fibrous histiocytoma of skin. The tumor is mainly composed
of hemosiderin-laden macrophages.
)
can be prominent
responsible for:
May be:
Overlying epidermis:
):
keloid-like changes
myxoid changes
granular cells
clear cells
May be:
Fig. 4: Aneurysmal
benign fibrous histiocytoma. Low-power appearance.
The empty space in the center of the lesion was occupied by blood.
Fig. 5: Aneurysmal
benign fibrous histiocytoma. Higher-power view,
showing recent and old hemorrhage.
) or angiomatoid
Diagnosa : Osteoma
sarcolemma).
Teknik pewarnaan : HE
Perhatikan :- pada penampang melintang :
membujur.
INTEGUMENTUM COMMUNE
1. Kulit telapak tangan :
Sediaan : IN-1; HE
Dari sebelah luar ke dalam perhatikanlah :
a. epidermis:
- stratum corneum; tampak penandukan, tanpa sel
- stratum lucidum: jernih, tanpa sel
- stratum granulosum : - sel-sel pipih
- butir keratohyalina
- stratum spinosum : sel berbentuk polyhedral
- stratum basale : sel kuboid atau kolumner
b. dermis :
- stratum papillare berlipat-lipat sebagai papillae, mendesak lapisan di atas.
Perhatikan akhiran saraf MEISSNER
- stratum reticulare : - jaringan ikat longgar
- serabut-serabut elastis
c. tela subcutanea : tersusun oleh jaringan ikat longgar.
Perhatikan :
- lyphocytus (sel lemak)
- glandula sudorifera : acini dilapisi epithelium columnare simplex
- corpusculum lamellosum sebagai reseptor saraf
FOLLICULUS PILI.
Sediaan: IN-2; H E.
Potongan tegak lurus pada permukaan kulit
Perhatikan pada kantong rambut ini :
- glandula sebacea
- musculus arrector pili dengan : - origo dalam corium
- insertio, pada akar rambut
- bagian kantong rambut : - fundus folliculi : dasar
- cervix folliculi : lebar
- canalis folliculi. Epithelium merupakan selubung :
* vagina radicularis interna
* vagina radicularis externa
- pilus atau rambut. Perhatikan : medulla dan cortex
3. Kulit kepala
Sediaan: IN-3,- H E
Perhatikan :
- susunan lengkap kantong rambut dan rambutnya sendiri
- jaringan ikat padat, kurang teratur, dilengkapi :
* berkas kolagen
* serabut elastis, lebih tebal, berjalan sendiri-sendiri.
2. Fibroepithelial polyp
3. Papilloma
Pengertian umum :
Merupakan tumor jinak asal jaringan epitel yaitu epitel skuamosa, bersimpai. Sering tumbuh
pada kulit seperti juga terjadi pada mulut, larynx dan permukaan ini dilapisi oleh epitel gepeng
berlapis.
Klinis
Benjolan kecil bertangkai pada kulit leher.
.
5. Basal cell carcinoma
Pengertian umum :
Ini merupakan suatu varian dari Ca epidermoid, tumbuh lambat, jarang bermetastase jauh tapi
sangat infiltratif, merusak jaringan sekitar sehingga terjadi ulcus yang dalam dan luas maka
sering disebut ulcus rodens. Tumor ini diferensiasi buruk, sangat radiosensitif, kecuali jika sudah
invasi ke tulang. Lokasi biasanya di muka bagian atas seperti pipi, hidung, daun telinga. Diduga
sianar matahari yang cerah merupakan penyebabnya.
Wanita dengan ulkus pada dahi.
Makroskopis :
Diterima kulit dengan ukuran 5 x 3 x 2 cm, dengan ulkus yang dasarnya kotor, diameter
1,5 cm. Penampang massa tidak meluas ke dasar operasi.
Pengertian umum :
Merupakan tumor ganas yang terjadi pada tempat-tempat yang diliputi sel epitel gepeng berlapis
seperti pada kulit, mulut, lidah, faring, servik uteri atau sel transisional seperti pada kandung
kemih. Paling sering pada wajah terutama bibir bawah dan leher. Biasanya terjadi pada tempat
yang mengalami rangsang menahun, misalnya ulkus kronis. Tumor mula-mula tumbuh sebagai
tonjolan kecil di kulit, kemudian terjadi ulkus yang sulit sembuh, dengan tepi tebal dan keras.
Karsinoma epidermoid menyebar secara limfogenik sehingga kelenjar getah bening regional
menjadi besar. Penyebaran hematogen jarang terjadi, hanya pada stadium akhir.
Pengertian umum :
Tumor ini merupakan salah satu jenis dari ca epidermoid. Pada dasarnya ca epidermoid dibagi
dua jenis :
Ca plan cornificans
Ca plan non cornificans
Pembagian ini berdasar derajat diferensiasi yaitu adanya
pertandukan. Yang cornoficans menunjukkan pertandukan, berarti
diferensiasinya baik. Tumbuhnya lebih lambat dibanding yang non
cornificans.
Laki-laki 50 tahun. Ulkus di sudut mulut, pinggir keras, tidak rata dengan dasar berbenjol-benjol,
keras dan tertutup oleh pus. Sekitar ulkus ada abses yang kecil-kecil yang mengeluarkan pus.
7. Melanoma maligna
Pengertian umum :
Merupakan tumor ganas, berpigmen melanin berasal dari melanoblast pada nevus yang terletak
di kulit atau mata. Kadang secara klinis tak didahului oleh nevus selain pada kulit seperti juga
terjadi pada selaput lendir rektum, hidug, selaput otak. Suatu nevus (jenis juntional dan
compond) baru jadi ganas setelah penderita dewasa. Kehamilan berpengaruh pada Melanoma
maligna.
Penderita perempuan 70 tahun Indonesia. Sudah 7 bulan pada telapak kaki kanan terdapat tahi
lalat sebesar ujung ibu jari kaki. Kemudian tidak beberapa lama tahi lalat ini pecah dan menjadi
luka. Lama-kelamaan menjadi benjolan yang makin lama makin besar dengan warna kehitam-
hitaman, keluar cairan yang mudah berdarah, berbau busuk. Pada kelenjar getah bening inguinal
terdapat benjolan-benjolan dengan permukaan berbenjol-benjol, berwarna hitam.
SCORE
No SKILLS STANDAR
0 1 2 3
1. S=Persiapan Salam &Salam, memperkenalkan diri (bila perlu) mempersilahkan duduk, sambung rasa
sambutan dilakukan dengan ramah dan keterbukaan
2 Persepsi Dokter melakukaan pengecekan terhadap tingkat pengetahuan klien terhadap
penyakit/problemnya
3 I= Invitation Dokter mengetahui seberapa besar keingintahuan klien terhadap
penyakit/problemnya
4 K= Knowledge Dokter menyampaikan berita buruk dimulai dengan:
- fire warning shot , ada jeda waktu untuk memperhatikan respon verbal dan non
verbal
5 - Berita buruk disampaikan dengan secara lembut, jelas, mudah dimengerti, dan tidak
terlalu banyak
6 E=Emotion danRespon empati dokter (verbal dan nonverbal) dilakukan dengan :
Empathic - akurat (refleksi perasaan), natural (refleksi isi), kehangatan, kesejatian (sesuai)
7. S = Strategy andDokter memberikan informasi yang dibutuhkan klien dengan pengetahuan yang
Summary memadai
8 Dokter dapat membantu klien untuk bisa mengambil keputusan yang terbaik untuk
dirinya
9 Dokter membuatan rangkuman atas diskusi yang telah dilakukan
10 Penutup Dokter memberikan kesempatan untuk bertanya, dan kesediaan untuk berkonsultasi
lagi
JUMLAH 30
No Aspek yang dinilai Nilai
0 1 2 3
1. Salam, perkenalkan diri, jelaskan maksud, tujuan, cara pemeriksaan
2. Meminta ijin dan mempersilahkan pasien melepas baju dan bra
3. Inspkesi Mammae à Memberitahu posisi pasien untuk duduk/ berdiri dgn tangan di samping badan &
membungkuk
4. Lihat ada tidaknya perbedaan kedua payudara, simetrisitas, ada tidaknya benjolan
5. Perhatikan warna kulit payudara dan areola mammae (hiperpigmentasi, hipopigmentasi, inflamasi, tanda-
tanda lesi, discharge)
6. Lihat ada tidaknya tarikan/ retraksi pada kulit payudara & areola mammae
7. Inspeksi kedua aksilla à Memberitahu pasien untuk mengangkat tangannya keatas. Perhatikan ada
tidaknya benjolan
8. Palpasi Mammae à Pasien diminta berbaring, meminta ijin untuk memeriksa secara palpasi yang
dilakukan dengan jari-jari secara halus pada semua kuadran kedua payudara
9. Untuk mengetahui ada tidaknya discharge maka dilakukan palpasi dari tepi payudara ke arah areola dengan
tekanan secukupnya
10. Palpasi diteruskan ke axilla (pasien diminta mengangkat tangannya) dan dilanjutkan pada regio
supraklavikular. Perhatikan ada tidaknya benjolan
11. Bila ditemukan massa, deskripsikan lokasi, batas tepi (tegas/ tidak), ukuran, konsistensi (lunak, kenyal,
keras, kistik, solid), permukaan, mobilitas/ fixed, nyeri tekan. Menyampaikan hasil kepada pasien dan
menentukan tindak lanjut (SADARI/mammografi/AJH/rujuk)
JUMLAH 33
PAPSMEAR
NO ASPEK YANG DINILAI NILAI
0 1 2 3
I Menjelaskan tujuan dan cara pengambilan:
1 Menjelaskan dengan singkat kepentingan papsmear
2 Menjelaskan dgn singkat cara pengambilan papsmear
3 Mempersilahkan pasien ketempat pengambilan(Gyn-bed)
II Persiapan Alat dan Bahan dan Mengenakan sarung tangan
4 Persiapkan alat dan bahan (spatula ayre/ cytobrush, object glass, speculum, duk steril, alcohol 95%/dryfix, label
nama/pensil intan)
5 Mengenakan sarung tangan secara aseptik
III Pengambilan specimen
6 Pasien posisi litotomi tutup dengan kain steril (duk berlubang) dan Memasang speculum
7 Melakukan apusan servical
8 Mengoleskan apusan pada kaca obyek serta fiksasi dengan alkohol 95 %/dryfix
9 Menulis pengantar permintaan papsmear
IV Menjelaskan hasil papsmear
10 Menjelaskan hasil papsmear kepada pasien
JUMLAH 30
Disini Jadwal blok 21