SISTEM REPRODUKSI
KONTRIBUTOR
dr. Alfaina Wahyunu., Sp.OG., M.Kes
dr. Supriyatiningsih., Sp.OG., M.Kes
dr. Brian Prima Artha., SP.OG
dr. Alfun Dhiya An., Sp.OG., M.Kes
dr. Muhammad Kurniawan., M.Sc
EDITOR
dr. Maria Ulfa, MMR
Blok Reproduksi adalah blok ke-18 dari 24 blok pada kurikulum preklinik Program
Studi Pendidikan Dokter - FKIK UMY. Topik yang terdapat dalam blok ini mulai dari tahap
preklinik, klinik, serta integrasi kedokteran keluarga, kedokteran Islam, dan Evidance
Based Medicine (EBM). Di dalam blok ini terdapat beberapa aktivitas pembelajaran dian-
taranya small group discussion atau tutorial, skills lab, dan praktikum di labortorium.
Secara umum, blok ini membicarakan kelainan dan penyakit yang mengenai sis-
tem areproduksi, patofisiologi penyakit, diagnosis, dan penatalaksanaan. Di akhir blok,
mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan konsep dasar proses kelainan dan penyakit
yang terjadi pada sistem reproduksi serta mampu menjelaskan penatalaksanaannya.
Modul ini dibagi menjadi 3 bagian : modul kehamilan dan persalinan normal,
Modul patologi kehamilan dan persalinan dan modul infeksi organ reproduksi. Dalam
blok kesehatan reproduksi, ada 7 skenario yang dibutuhkan untuk didiskusikan dalam 7
minggu. Setiap skenario harus diselesaikan dalam 2 pertemuan di satu minggu, kecuali
untuk skenario dalam bahasa Inggris yang harus diselesaikan dalam satu kali pertemuan.
Dalam diskusi tutorial masing-masing kelompok akan dibimbing oleh seorang tutor se-
bagai fasilitator. Hal ini diharapkan bahwa setelah selesai modul, mahasiswa mampu
memahami konsep dasar dan gangguan system reproduksi dilihat dari aspek klinis dan
aspek komunitas biomedik.
Kita berterima kasih kepada berbagai sumber, instansi yang terkait dan semua
pihak yang membantu terciptanya buku ini. Kritik yang membangun dan saran untuk
lebih bagusnya modul ini masih dipersilahkan.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. AREA KOMPETENSI
Area kompetensi yang dapat dicapai pada blok ini adalah :
1. Area 1 : Komunikasi Efektif
2. Area 2 : Keterampilan Klinis
3. Area 3 : Ilmu Kedokteran Dasar
4. Area 4 : Manajemen Penyakit atau Kelainan
5. Area 5 ; Manajemen Informasi
6. Area 7 : Pengelolaan masalah kesehatan
B. RENCANA PEMBELAJARAN
1. Kompetensi Blok
Pada akhir blok peserta didik diharapkan mampu menjelaskan konsep dasar
kelainan dan penyakit SISTEM REPRODUKSI dan mampu menentukan pe-
natalaksanaannya.
2. Karakteristik Peserta Didik
Peserta didik yang menempuh blok endokrin merupakan peserta didik yang te-
lah melewati 17 blok sebelumnya sehingga mereka merupakan peserta didik
pada semester 6 di tahun ke-3. Mereka diharapkan sudah menguasai ilmu
kedokteran dasar sehingga pada blok ini mampu mengaplikasikan ilmu dasar
tersebut ke kedokteran klinis. Peserta didik pada tahun ke-3 diharapkan
mampu mengembangkan clinical thinking dan clinical reasoning serta mampu
mempertahankan kemampuan belajar mandiri yang mendalam terutama da-
lam menghadapi kasus penyakit dalam sistem reproduksi.
3. Tujuan Instruksional
Pada akhir blok, peserta didik diharapkan mampu :
a) Area 1 : Komunikasi Efektif
▪ Berkomunikasi dengan pasien serta anggota keluarganya
▪ Berkomunikasi dengan sejawat
▪ Berkomunikasi dengan masyarakat
b) Area 2 : Keterampilan Klinis
▪ Memperoleh dan mencatat informasi yang akurat serta penting
tentang pasien dan keluarganya
▪ Melakukan prosedur klinik dan laboratorium
c) Area 3 : Ilmu Kedokteran Dasar
▪ Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip ilmu biomedik,
klinik, perilaku, dan ilmu kesehatan masyarakat sesuai dengan
pelayanan kesehatan tingkat primer
▪ Merangkum dari anamnesis, pemeriksaan fisik, serta inter-
pretasi uji laboratorium dan prosedur yang sesuai
▪ Menentukan efektivitas suatu tindakan
C. HASIL PEMBELAJARAN
1. Standar Kompetensi Kedokteran
Pada akhir Blok Sistem Reproduksi, mahasiswa akan mampu :
a) Area 1. Komunikasi Efektif
Mampu mengeksplorasi dan bertukar informasi verbal dan non verbal
dengan pasien dari berbagai umur, anggota keluarga, komunitas, ko-
lega dan para professional lainnya.
b) Area 2. Keterampilan Klinis
Melaksanakan prosedur klinis berdasar pada masalah dan kebutuhan
pasien, dan akreditasi dokter.
c) Area 3. Ilmu Kedokteraan berbasis ilmiah
Menjelaskan prinsip dan konsep anatomi, histologi, fisiologi, patofisi-
ologi dan farmakologi yang berhubungan dengan masalah system re-
produksi, gangguan dan penyakitnya
d) Area 4. Manajemen masalah kesehatan
Mengelola masalah sistem reproduksi, gangguan dan penyakitnya
e) Area 5. Manajemen Informasi
Akses, pengelolaan dan penilaian kritis yang valid dan informasi yang
bisa diaplikasikan untuk menjelaskan dan memecahkan masalah atau
membuat keputusan dalam kaitannya dengan layanan kesehatan pri-
mer.
E. TIM PENGAJAR
1. Prof.Dr. Sulchan Soefoewan, SpOG (K)
2. Prof. DR. Dr. Ibnu Pranoto, SpOG (K), Sp.And
3. Dr. Heru Pradjatmo, SpOG (K)
4. dr. Ani Ashari, SpOG (K)
5. dr. Ahmad Hidayat, SpOG
6. dr. Retnowati Sulistriati, SpOG
7. dr. Alfaina Wahyuni, M.Kes, SpOG
8. dr.Suprihatiningsih , Mkes, SpOG
9. dr. Brian Prima Artha, SpOG
10. dr. Alfun Dhiya An, M.Kes., SpOG
11. Dr. SN. Nurul Makiyah, S.Si, M.Kes
12. Prof. Dr. Sri Kadarsih, M.Sc. PhD
13. Dr. Endy Paryanto, PH,MPH,SpA(K)
14. dr. Ardi Pramono, SpAn, M.Kes
15. dr. Agus Suharto, SpPA
16. Sri Sumaryani, S.Kep, Ners, Sp.Mat
17. dr. Dirwan S.,SpF
18. dr. Adang M. Gugun.Mkes. SpPK
Perawatan An- Distosia Infeksi
tenatal
Dismaturitas Tumor Non Neoplastik
Persalinan
Kehamilan dengan penyakit Neoplasma*
Masa Nifas
Gangguan plasenta dan amnoin Gangguan Konginetal
Manajemen Menyusui
Gangguan pertumbuhan fetal Turunnya kandungan dari
organ genital
Fisiologi dalam Kehamilan Perdarahan tidak normal
Incontinensia
Sistem Reporoduksi
F. KERANGKA TOPIK
G. TOPIK
Strategi: Kuliah,
Area Inti Kompetensi Praktikum, Ket-
Topik
Kometensi (SKD) rampilan Klinis,
Tutorial
Peawatan antenatal
Mampu menggali dan ber-
tukar informasi secara ver- Pemeriksaan Ginekologi
bal dan non verval dengan
Ketrampilan Edukasi dalam teknik menyusui
AREA 1 pasien pada semua usia,
Klinis
anggota keluarga,
masyarakat, kolega dan
profesi lain
Radiologi obstetric
Penghentian kehamilan, induksi
dan stimulasi
Kuliah
Operasi obstetric
Anestesi dalam obstetric dan
Melakukan prosedur klinis ginekologi
sesuai masalah, kebu- Tes HCG dan deteksi sederhana
AREA 2
tuhan pasien dan sesuai Praktikum dalam pembuahan
kewenangannya
Mengakses, mengelola,
menilai secara kritis kesa-
hihan dan kemam-
puterapan informasi untuk
menjelaskan dan me-
AREA 5 Tutorial
nyelesaikan masalah, atau
mengambil keputusan da-
lam kaitan dengan pela-
yanan kesehatan di ting-
kat primer
.
A.
H. TINGKAT KOMPETENSI
TINGKAT KOMPETENSI
TINGKAT KOMPETENSI DASAR
KETRAMPILAN MENURUT
PENYAKIT DI DALAM SKDI
PIRAMID MILLER
Tingkat Kompentensi Ketrampilan 1
Kompetensi Tingkat 1
Mengetahui dan Menjelaskan
Dokter akan mampu menemukan gambaran Dokter memiliki informasi ilmiah mengenai
klinis penyakit dari literature, dalam kore- keterampilan ini, lebih lanjut, dokter mampu
spondensi rujukan, dokter mengetahui gam- menjelaskan pada klinisi lainnya, pasien atau
baran klinis dan tahu bagaimana mendapat- klien tentang konsep, teori, prinsip-prinsip
kan informasi lebih lanjut. Level ini di- atau indikasi, teknik, kompilkasi dan lainnya.
namakan overview level. Bila dokter bertemu
masalah ini dan membuat sebuah diagnosis
berbeda, dokter akan merujuk ke spesialis
Tingkat Kompetensi 2
Kompetensi Tingkat 2
Pernah Melihat atau Praktek
Dokter mampu membuat sebuah diagnosis Dokter mempunyai pengetahuan teoritis ten-
klinik berdasar pada pemeriksaan fisik dan tang ketrampilan ini (konsep, teori, prinsip
pemeriksaan tambahan yang diminta dokter atau indikasi cara melakukan, komplikasi dan
(seperti pemeriksaan laboratorium sederhana lain-lain). Dokter pernah melihat atau me-
atau x-rays). Dokter segera merujuk pasien ke demostraksikan keterampilan ini paling tidak
spesialis yang relevan, dan menindaklanjuti sekali dalam masa pendidikannya.
sesudahnya.
.
A.
Jadwal
Minggu 1
Topik Strategi Bagian Dosen Durasi
dr. Alfaina,
Anatomi Klinis Kuliah Anatomi 2
M.Kes.,SpOG
Nurul Makiyah, S.Si.
Organ genital feminin Kuliah Histologi 2
M.Kes
Nurul Makiyah,S.Si,
Organ genital maskulin Kuliah Histologi 1
M.Kes
Perdarahan di trimester
Tutorial Tim 2x2
pertama dalam kehamilan
Ketrampi-
Perawatan antenatal Skill Tim 2
lan 1
Minggu 2
Topik Strategi Bagian Dosen Durasi
Manajemen dalam me-
nyusui & inisiasi me- Kuliah Obgyn dr Bambang Edi S, SpA 2
nyusui
Prak-
Organ genital feminin Histologi Tim 2,5
tikum1
Tes HCG dan metode se-
Prak-
derhana dalamdeteksi Fisiologi Tim 2,5
tikum 2
pembuahan
Topik Strategi Bagian Dosen Durasi
Minggu 3
Minggu 4
patologi
Patologi plasenta Kuliah dr. Agus Suharto, SpPA 1
anatomi
Manajemen menyusui,
Skills 4 Skill lab Tim 2
masa nifas, edukasi
Minggu 5
To Strate
pik gi Bagian Dosen Durasi
Clinical
Presbo, distosia bahu Skill lab Tim 2
skills 5
Minggu 6
Strat Duras
Topik egi Bagian Dosen i
Mikroorganisme
dr. Inayati Habib,
penyebab infeksi dalam Kuliah Mikrobiologi 2
M.Kes
genital perempuan
Pemeriksaan Ketrampilan
Skill lab Tim 2
Ginekologi, swab vagina klinis 6
Minggu 7
To Strate Dur
pik gi Bagian Dosen asi
Tuto-
rial
dalam
Leukorea Tim 2
Ba-
hasa
Inggris
In- Prak-
hal/tes tikum Tim
J. FASILITAS
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY memiliki fasilitas yang mendukung proses
pembelajaran di antaranya:
1. 3 ruang ampiteater yang dilengkapi dengan komputer yang tersambung internet
dan LCD proyektor, audio recorder.
2. 15 tutorial dengan kapasitas 12-15 mahasiswa dengan TV, DVD player, serta kom-
puter yang tersambung internet.
3. 2 ruang skills lab
4. 6 ruang laboratorium untuk praktikum
5. 1 ruang perpustakaan
6. 1 laboratorium Teknologi Informasi
7. Hot-Spot area
K. EVALUASI
Asesmen ditentukan dengan menggunakan ujian sumatif dan formatif . Formoatif
asesmen dilakukan pada kegiatan pembelajaran dengan menggunakan cheklis, kuis, tugas
dll. Sumativ asesmen dengan mengunakan MCQ dan OSCE. Nilai kelulusan akhir blok diten-
tukan sebagai berikut:
1. 50% nilai MCQ
2. 30 % nilai Tutorial
3. 20 % nilai OSCE dan praktikum dilaboratorium.
Mahasiswa akan dinyatakan lulus blok jika:
1. Nilai MCQ minimal 60
2. Nilai OSCE minimal 60
3. Nilai akhir blok minimal 65
L. SUMBER BELAJAR
1. Textbook
a. Williams PI, 2005, Gray’s Anatomy the Anatomical Basics of Medicine & Sur-
gery, ELBS with Churchil Livingstone, Great Britain
b. Moore, K.L., Clinically Oriented Anatomy, Williams & Wilkins
c. Sobotta, Atlas Berwarna Anatomi Manusia 1 dan 2 , EGC
d. Luis C. Jungueiria, Jose Conzeiro and Alexander N Contopoulus, 2005, Basic
Histology, Lange Medical Publication
e. Mariano SR DiFiore, 2003, Atlas of Human Histology, 15st Ed, Lea & Fabiger,
Philadelphia
f. Ganong, WP, 2004, Review of Medical Physiology, 17th Ed, Prentice-
Hall International Englewood, New Jersey
g. Guyton, AC & Hall, JE, 2004, Textbook of Medical Physiology, WB Saunders
Co, USA
h. Markel, EK, Voge M, John, DT, 1986, Medical Parasitology 6th Ed, WB Saun-
ders & Co, Philadelphia
i. Katzung, BG, 2004, Basic & Clinical Pharmacology, 7TH Ed,
Appleton&Lange, Connticut
j. Sutton, 1994, Texbook Organa Radiology and Medical Imaging
k. Amstrong & Wastie, 1992, Diagnostic Imaging
l. Ilmu Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jakarta,
1993
m. Williams Obstetrics, 2003, McGraw Hill
n. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Perinatal, POGI –
Yayasan Bina Pustaka sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2001
o. Fitz Patrick, Dermatology in General Medicine
p. Andrews , Disease of the Skin
2. Journals
www.freemedicaljournals.com
www.guidelines.gov
www.pubmed.com
www.highwire.stanford.edu.com
www.bmj.com (BMJ)
www.nejm.com (NEJM)
www.rcog.org.uk
BAB II
ANATOMI DAN HISTOLOGI
1. Ovari
Organ ini adalah sebuah gonad, terdiri dari folikel yang mendukung pertumbuhan ovum
yang dikandungnya. Ovarium juga memproduksi estrogen. Setelah folikel matang, ovum dilepas-
kan, sedangkan bagian folikel yang tersisa membentuk korpus luteum menghasilkan estrogen dan
progesteron.
Ovarium berbentuk seperti badan almon kira-kira panjang kira-kira 3 cm, lebar 1.5 cm dan
tebalnya 1 cm melekat pada mesovarium ligamentum utama.Ovarium berada pada kavum pelvik.
Meskipun permukaan bagian ovarium yang dibungkus dengan epitel germinal, epitel germinal ini
tidak memproduksi oosit, terdiri atas epitel kuboid yang berasal dari peritoneum. Dibawah
epitelgerminal, stroma berbentuk tunika albuginea, yang terdiri dari jaringan ikat padat.
Masing-masing ovarium, dibagi menjadi wilayah kortikal di bagian periperal, di mana folikel
ovarium yang mengandung oosit mendominasi dan wilayah meduler di tengah, yang berisi vas-
kular bed yang kaya dalam jaringan ikat longgar selular.
Setiap folikel terdiri dari oosit dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan dari sel folikel, sel
granulosa. Ada beberapa tahap perkembangan folikel, terdiri dari:
1. Folikel Primordial. Pada stadium awal folikel primer, folikel yang tidak aktif dan hanya
folikel utama yang bisa bertahan pada masa pubertas. Setiap folikel terdiri dari oosit
utama (paling banyak adalah di stadium diploten pada profase meiosis 1) yang dikeli-
lingi oleh satu lapisan yang ada di sel folikel
2. Folikel berkembang. Perkembangan folikular melibatkan sel-sel folikular, selain itu juga
oosit utama dan stroma yang ada di sekeliling folikel, hal ini didorong oleh FSH dari
hipofisis. Oosit ini membesar mencapai diameter maksimum 125-150 um. Bentuk sel-sel
folikel menjadi sebuah lapisan sel kuboid dan folikel tersebut disebut folikel primer un-
laminar. Sel folikular berkembang biak dengan mitosis dan membentuk sebuah epitel
folikular bertingkat atau lapisan granulosa. Folikel yang sekarang dinamakan folikel mul-
tilaminar primer dan sebuah celah persimpangan ditemukan antar sel folikular.Sebuah
lapisan tebal, di zona pelusida, terdiri dari setidaknya 3 glikoprotein, mengelilingi
oosit.Diperkirakan bahwa baik oosit dan sel-sel folikular berkontribusi pada sintesis di
zona pelusida. Filopodia sel-sel folikular dan mikrovilli dalam oosit berpenetrasi di zona
pelusida dan membuat hubungan satu dengan yang lainnya bertemu melalui celah-ce-
lah. Sementara modifikasi ini berlangsung stroma segera mengelilingi folikel yang lain
membentuk teka folikel. Lapi san ini kemudian berubah menjadi teka interna dan teka
eksterna. Sel-sel dari teka interna ketika berubah memiliki karakteristik ultra, sama sep-
erti sel-sel yang memproduksi hormon steroid. Karakteristik ini meliputi banyaknya
retikulum endoplasma halus, mitokondria dengan krista tubular dan tetesan lipid. Sep-
erti semua organ dari fungsi endokrin, teka interna kaya akan vaskularisasi. Teka ek-
sterna terdiri atas jaringan ikat utama .
3. Folikel Sekunder. Ketika folikel tumbuh, terutama karena peningkatan ukuran dan
jumlah sel granulosa, akumulasi cairan folikular (liquor folikuli)) muncul diantara sel-
sel.Rongga yang berisi cairan ini menyatu dan membentuk sebuah rongga yang disebut
anthrum. Folikel ini adalah folikel sekunder (vesikuler). Cairan folikular meliputi transu-
dates plasma dan hasilnya disekresi oleh sel-sel folikular. Glukosaminoglikan, beberapa
protein (termasuk protein yang mengikat steroid) dan konsentrasi tinggi dari steroid
(progesteron, androgen, dan estrogen) juga diberikan. Sel-sel dalam lapisan granulosa
yang jumlahnya lebih banyak pada titik tertentu pada dinding folikel, membentuk se-
buah bukit kecil dari sel, kumulus oophorus, yang berisi oosit. Kumulus oophorus men-
jorok menghadap anthrum interior. Setelah itu oosit tumbuh tidak banyak.
4. Folikel matang. Matangnya folikel (graafian) kira-kira diameternya 2,5 cm dan dapat
dilihat sebagai suatu tonjolan transparan dari permukaan ovarium. Sebagai hasil akumu-
lasi cairan, rongga folikular meningkat ukurannya, dan oosit melekat pada dinding folikel
melalui pedikel yang dibentuk oleh sel granulosa. Pada saat sel-sel granulosa tidak
berkembang biak dalam bagian pengumpulan cairan tersebut, maka lapisan granulosa
menjadi lebih tipis.Sel-sel granulosa yang membentuk lapisan pertama mengelilingi
ovum dan oleh karena itu, menjadi memanjang dan membentuk korona radiata yang
menyertai ovum ketika meninggalkan ovarium. Korona radiata masih ada ketika sper-
matozoa menyuburkan ovum, hal itu dipertahankan untuk beberapa waktu selama per-
jalanan sel telur melalui saluran telur.
5. Folikular atresia Meskipun terdapat kira-kira 400.000 folikel pada saat lahir, hanya 450
folikel yang menjadi matang. Sekitar 95% menjadi atretikum/atresia, folikel itu men-
galami degenerasi melalui autolisis dan oosit mati dan dibuang oleh fagositik pada setiap
tingkat perkembangan folikel. Atresia terjadi di folikel primer meninggalkan ruang dan
segera diisi oleh stroma.Sisa autolisis folikel primer dan folikel sekunder dibawa oleh
makrofag dan dirubah, digantikan oleh stroma bersama dengan serat kolagen yang ber-
gelombang Sisa ini sedikit demi sedikit diambil dan diperbaharui ke dalam jaringan
stroma yang normal.Proses tersebut ditandai dengan berhentinya mitosis pada sel gran-
ulosa, detasemen sel granulosa dari lamina basal dan matinya oosit.Meskipun folikular
atresia berlan gsung dari sebelum kelahiran sampai beberapa tahun setelah menopause,
ada saat-saat dimana sangat kuat. Hal ini sangat ditekankan hanya setelah lahir, ketika
efek dari hormon berhenti dan selama pubertas dan kehamilan, ketika ditandai modifi-
kasi hormonal kualitatif berlangsung. Meskipun sel -sel granulosa dan oosit mengalami
degenerasi selama folikular atresia, sel teka interna sering bertahan dan menjadi sekre-
tor steroid yang aktif. Sel teka yang aktif ini dinamakan sel interstitial. Kejadian dari kecil
hingga menopause, sel-sel ini mengeluarkan sejumlah kecil androgen.
Ovulasi
Biasanya, ovulasi terjadi kira-kira pertengahan siklus menstruasi, siklus sekitar hari ke-
14 dari 28 hari. Ovulasi melibatkan robeknya/pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum.
Ovulasi terjadi mendahului dan tiba-tiba merangsang dalam produksi hormon luteinizing (LH)
yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. Volume cairan folikuli dalam peningkatan folikel
antrum, ovum bersama dengan korona radiata yang membungkus, memisahkan diri dari kumu-
lus oophorus dan mengapung di folikel antrum. Stroma menjadi rata mungkin karena kegiatan
kolagenase dan menjadi iskemia antara folikel pra ovulasi dan permukaan ovarium yang menun-
jukkan sisi mulainya pecah atau dikenal dengan stigma. Selama pemecahan, sel telur bersama
dengan utuhnya korona radiata, melepaskan dari ovarium dan ditangkap oleh tuba uterin.
Ketika ovum tidak mengalami pembuahan apapun dalam waktu 24 jam, maka akan mengalami
degenerasi.
KORPUS LUTEUM
Setelah ovulasi, sel-sel granulosa dan teka interna itu dibentuk di ovarium yang mem-
bentuk sebuah kelenjar endokrin yang dinamakan korpus luteum (badan kuning).
Perkembangan korpus luteum. Setelah ovulasi, folikel runtuh dan sel-sel granulosa
membungkus menjadi lipatan. Perdarahan ini diobservasi tetapi dalam jumlah kecil dari pemec-
ahan menabrak di bagian tengah. Sel-sel dalam lapisan granulosa dan teka folikuli interna
meluas dan menunjukkan atau muncul sebagai hormon steroid yang memproduksi sel-sel. Sel-
sel granulosa lutein yang ukuran selnya besar, pucat dan seperti sel penghasil progesteron, yang
berasal dari sel granulosa. Sel teka lutein yang mensekresi estrogen, dalam ukuran kecil, digam-
barkan kuat dan berasal dari teka folikuli interna.
Korpus Luteum menstruaticum. Pada saat fertilisasi tidak berlangsung, korpus luteum
mengalami degenerasi sekitar 14 hari.
Korpus luteum dalam kehamilan. Pada saat fertilisasi terjadi, korpus luteum meluas.
Korpus luteum ini bertahan kira-kira 6 bulan, meskipun menurun sedikit demi sedikit, ada kor-
pus yang tetap ada sampai akhir kehamilan. Korpus luteum dalam kehamilan juga memproduksi
relaksin, hormon polipeptida yang melembutkan jaringan ikat simfisis pubica, jadi memudahkan
panggul selama persalinan (memfasilitasi nifas)
Korpus Albicans. Bekas luka dari jaringan ikat padat pengganti korpus luteum men-
galami degenerasi oleh otolisis. Dibandingkan dengan korpus luteum menstruaticum, korpus
luteum dalam kehamilan lebih luas. Jaringan ikat padat ini menyerupai folikel atretitus dan
akhirnya dibawa oleh makrofag.
Hormon dan Fungsi Ovari
Hormon FSH dari dorongan hipofisis folikel tumbuh selama pertengahan siklus
menstruasi. Pertumbuhan folikel memproduksi estrogen. Tingkatan yang tinggi
pada pertengahan siklus dan hal ini menjadi umpan balik negatif dalam produksi
FSH.
Dorongan ini berakhir dalam gelombang produksi LH yang mengawasi berakhirnya
pematangan folikel, dorongan ovulasi dan pengawasan perkembangan dan terlihat setelah kor-
pus luteum.
Korpus luteum itu sendiri memproduksi progesteron dan estrogen. Progesteron men-
galihkan produksi LH, menyebabkan korpus luteum mengalami degenerasi setelah sekitar 14
hari, kecuali ketika fertilisasi sedang berlangsung. Pada saat ovum mengalami pembuahan dan
sarang di dalam Rahim, chorionic gonadotropin yang diproduksi oleh plasenta itu tumbuh, men-
jadi korpus luteum dengan tidak adanya hormon LH.
2. Tuba uterin
Saluran telur menangkap pelepasan sel telur, bertindak sebagai tempat utama untuk
fertilisasi dan membawa sel telur ke uterus, kedua ovum yang sudah mengalami pembuahan
dan yang belum mengalami pembuahan. Ini lebih dikenal sebagai saluran telur dan tuba falopi.
Ada sepasang dari itu, dan itu adalah silinder otot dengan panjang 12 cm.Lumen masing-masing
tabung yang dekat dengan proximal diteruskan ke kavum uteri. Masing-masing tuba melebar-
kan dari uterus ke arah ovari dengan distatip membuka ke arah kavum peritoni dekat ovarium.
Tuba uterin bergerak menutup ovarium setelah ovulasi dan menangkap ovum
setelah ovulasi. Tuba Uterin menyediakan area untuk ini, dan hal ini adalah tempat untuk ferti-
lisasi dan transportasi zigot (atau ovulasi yang tidak dibuahi) ke uterus. Memulai dari bagian
proximal (melengket di uterus) ke arah uterus, ada 4 bagian:
a. Bagian interstitialis (atau bagian intramular), adalah sebuah bagian yang berjalan
menuju dinding uterus. Bagian ini terdiri dari mukosa dengan sedikit lipatan dan
myometrium yang didukung tunika muskularis. Ismus. Bagian sempit yang
mengelilingi dinding uterus, meliputi beberapa lipatan mukosa. Ampula. Bagian
pertengahan yang luas, terdiri dari mukosa yang melipat dan bercabang dan ini
adalah tempat berlangsungnya fertilisasi, dan Infundibulum. Kebanyakan bagian
distal yang berbentuk corong terbuka di dekat ovarium. Selanjutnya lapisan-lapisan
mukosa yang berbentuk jari-jari yang dinamakan fimbria, memproyeksikan dari
pintu terbuka menuju ovarium. Dinding uterin mempunyai 3 lapisan, mereka ada-
lah:
Tunika mukosa. Terdiri dari lamina propria dan lapisan epitel. Paling luas dan
banyak terdapat lipatan mukosa ditemukan di ampula, berkurang ukurannya
dan jumlahnya di tuba uterin menuju uterus. Lapisan ini berbentuk epitelium
kolumnar simplek dan menunjukkan 2 sel-sel utama, yaitu:
Sel kolumnar dengan silia. Silia bertemu di apex yang ditunjukkan
gerakan berirama. Kebanyakan silia bergerak ke arah uterus dan menjadi alat
angkut ovum menuju ovarium dan mendukung transportasi sperma.
Sel-sel peg. Sel-sel yang berukuran kecil dan mengeluarkan lendir
terbanyak diantara sel silia lainnya. Lapisan tebal mucus yang produksi tersebut
bergerak ke arah uterus dengan silia, mendukung transportasi ovum dan blok
bakteri masuk ke cavum peritoni. Tunika Muskularis. Lapisan ditunjukkan
adanya serabut otot halus berbentuk sirkuler dan serabut otot longitudinal. Kon-
traksi dari otot ini menggerakkan ovum menuju uterus.
Tunika serosa. Lapisan paling luar dari tuba uterin dan disebut lamina
peritoni viskeralis.
3. Uterus
Uterus yang diselimuti oleh mukosa (endometrium), yang mengalami periode peru-
bahan struktur yang diawasi oleh hormon ovary. Perubahan ini menyiapkan uterus berkaitan
dengan perannya sebagai implantasi dan tempat pengisian untuk ovum yang mengalami ferti-
lisasi.
Uterus adalah organ muscular yang yang muncul dan ditemukan di samping kavum pel-
vis.
Organ ini disamping untuk implantasi embrio dan perkembangan awal. Menurut
anatomi, uterus dibagi menjadi 3 area:
Badan atau korpus. bagian paling besar, bundar dan berada di tengah.
Fundus adalah perluasan dari korpus di atas muara tuba uterin.
Servik atau leher, sempit dan hasil perluasan uterus menuju ke bawah dan masuk
menuju kanalis vaginalis.
Fundus dan korpus yang dikomposisikan menjadi 3 lapisan dinamakan endometrium,
miometrium dan perimetrium (tunika serosa atau adventitia).
a. Endometrium
Tunika mukosa uterus yang dikomposisikan epitel kolumnar simplek didukung oleh lam-
ina propria. Glandula tubular simplek melebar dari permukaan menuju lamina propria. En-
dometrium menerima vaskularisasi ganda yang dibagi menjadi 2 bagian yaitu:
Stratum fungsionale. Juga dikenal sebagai pars fungsionalis, disebut lapisan superfisial
sementara. Sangat peka pada hormon ovarium dan mengalami pengecilan dan siklus
pengelupasan. Lapisan ini kemudian dibagi dalam zona compacta (di bagian superfisial) dan
lapisan dalam yaitu zona spongiosa.
Stratum basal. Lapisan ini lebih tebal, berada di dalam dan lapisan ini adalah sebuah
lapisan permanen yang terdiri dari bagian kelenjar endometri dan didukung selama men-
struasi. Stratum basal sebuah epitel yang dibungkus kelenjar melebur dan terbungkus per-
mukaan keras dikelupas selama menstruasi.
Vaskularisasi: sepasang uterin arteria membuat cabang membentuk arteri arkuata yang
menyediakan dua set arteria dinamakan arteria rekta ke stratum basal dan arteria konvo-
luta menuju pars fungsionale.Vaskularisasi ganda dari endometrium sangat penting dalam
siklus pengelupasan pars fungsionalis. Arteria konvulata tidak muncul lagi, sedangkan arte-
ria rekta tetap bertahan.
b. Miometrium
Tunika muskularis paling tebal, dibagi dalam 4 lapisan muskula sederhana yang
mempunyai batasan tidak jelas. Pertengahan lapisan meliputi beberapa arteria arkuata
dimana endometrium bervaskularisasi. Muskula sederhana dari myometrium berkem-
bang cepat selama kehamilan, keduanya hipertropi dan hyperplasia. Pada saat persalinan,
hormon oksitosin dari dorongan hipofisis berkontraksi sangat kuat dan berkewajiban un-
tuk melepaskan bayi.
c. Tunika serosa dan adventitia.
Lapisan tunika ini menghubungkan jaringan yang membungkus uterus. Fundus
dibungkus oleh kapsul serosa, sedangkan korpus uteri dibungkus oleh tunika adventitia
dan bebas menghubungkan jaringan.
4. Vagina
Organ seperti tabung ini membantu sperma mendorong melalui leher Rahim, sebuah
pintu di bawah uterus. Cairan di lumen vagina memberikan banyak sperma motilitis. Di bawah
pengaruh estrogen, tebalnya epitel vagina dan sel-sel lapisan glikogen yang dilepaskan menuju
lumen selama proses pengelupasan.
Vagina adalah tabung/otot silinder yang meluas dari servik uteri ke genital luar. Dinding ini
tidak berkelenjar dan vagina lubrikasi terlibat pengeluaran yang diproduksi oleh glandula
servikalis dan glandula bartolini dan glandula mukosa kecil didalam vestibulum. Dinding vagina
mempunyai 3 lapisan:
1. Tunika Mukosa
Lapisan ini terdiri dari epitelium stratificatum squamosum, kaya akan glikogen dan yang
didukung oleh lamina propria meliputi banyak fiber elastis. Metabolisme bakteri glikogen dari
sel pembungkus mengelupas masuk ke lumen vagina menyebabkan tersimpannya asam laktasit
dan menyebabkan vagina mempunyai sedikit pH/keasaman. Pembuluh darah kapiler ke-
banyakan ditemukan di lamina propria yang merupakan sumber cairan melimpah membocor
menuju lumen selama rangsangan seksual. Vaginal mukosa hanya terdiri dari sedikit tips saraf
sensorik.
2. Tunika muskularis
Keutamaannya terdiri dari ikatan longitudinal dari serat otot halus. Tunika muskularis ini
dibungkus beberapa ikatan melingkar, terutama di dalam (selanjutnya menuju mukosa).
3. Tunika adventitia
Tunika adventitia sebagian besar pembungkus luar zat padat yang menghubungkan jaringan
vagina. Tunika ini kaya dalam serat elastis dan terdiri banyak pembuluh darah venosus, ikatan
saraf dan kelompok sel saraf yang bagus.
Glandula mammae.
Saat glandula mammae juga mengalami perubahan histologi dalam hubungannya dengan si-
klus reproduksi, kehamilan, hipofisis dan hormon ovarium, glandula mammae termasuk di da-
lam bab ini.
Siklus Menstruasi
Endometrium mengalami perubahan periode yang dikontrol oleh hormon ovarium yaitu estro-
gen dan progesteron. Kebalikannya, produksi hormon ovarium dikontrol oleh FSH dan hormon
LH dari hipofisis dan terhubung dengan tumbuhnya folikel untuk proses ovulasi. Rata-rata siklus
menstruasi diperkirakan 28 hari dan dapat diilustrasikan dalam 3 fase. Permulaan perdarahan
menstruasi biasanya di hari pertama siklus.
1. Tahap menstrual. Dalam tahap ini terjadi pada 3-5 hari pertama dalam siklus.
a. Perubahan pada endometrium Penurunan produksi korpus luteum menstruaticum me-
nyebabkan kontraksi singkat dari areteria convulata. Hal ini menyebabkan iskemia, de-
generasi dan pengelupasan pars fungsionalis. Potongan jaringan dari pars fungsionalis
bersama dengan darah dan jaringan uterus melepaskan diri melalui vagina sebagai
cairan menstrual. Karena arteria recta dimana vaskularisasi lamina basal tidak bereaksi
dengan perubahan hormonal, lamina basal tetap sama. Perubahan yang terkait dengan
ovarium. Tidak adanya chorionic gonadotropin dari embrio, korpus luteum mengalami
degenerasi dan produksi progesteron berhenti.
Fase proliferasi/fase folikular. Fase ini terjadi di 4-6 dari 14 hari.
a. Perubahan endometrium dibawah pengaruh tingkat perubahan estrogen, endome-
trium digenerasi mulai dari sisa lamina basalis/stratum basal. Saat pars fungsionale
menebal, kelenjar memperpanjang dan relatif lurus.
Perubahan berkaitan dengan ovarium. Dibawah pengaruh hormon FSH dari hipofisis,
folikel tumbuh dan memproduksi estrogen. Pengaruh LH di hari ke-14 menyebabkan
ovulasi dan mendukung perkembangan korpus luteum.
Sekresi/fase luteal. Stadium ini terjadi di hari ke-14 sampai ke-28.
Perubahan endometrium. Di bawah pengaruh hormon progesteron dari korpus lu-
teum yang berkembang, menyebabkan kelenjar tumbuh, lumen membesar dengan
endometrium dikeluarkan. Jaringan penghubung adalah oedem dan menyebabkan
menebalnya endometrium. Kelenjar menjadi lebih bengkok, menunjukkan seperti
gigi di persiapan longitudinal, meningkatnya pengeluaran glikoprotein (nutrisi ma-
kanan untuk Arteria menjadi bengkok dan memanjang dan tumbuh menuju per-
mukaan luminal. Di hari ke-20 siklus menstruasi, endometrium yang maksimal dis-
iapkan untuk menerima implantasi embrio. Dengan tidak mengimplantasi embrio,
siklus menstruasi dimulai lagi.
b. Perubahan dihubungkan dengan ovarium. Hormon LH didukung perkembangan kor-
pus lutein. Sel granulosa lutein mulai memproduksi progesteron dan sel teka lutein
memproduksi estrogen. Pada akhir fase ini, dengan adanya chorionic gonadotropin
dari embrio diimplantasi, korpus luteum mengalami degenerasi dan produksi pro-
gesteron berhenti.
Serviks uteri
Permukaan luar serviks uteri menabrak kedalam lumen vagina. Dinding yang utama terdiri dari
jaringan penghubung yang keras dan hanya berisi jumlah kecil otot sederhana. Mukosa yang
meliputi epitel kolumnar simplex dan banyak kelenjar servikalis tersebut adalah lapisan per-
mukaan serviks interna (kanalis servikalis). Sedangkan lapisan serviks uteri di permukaan ek-
sternal dilapisi dengan epitelium stratificatum squamosum (bagian permukaan vagina). Mes-
kipun serviks mukosa tidak mengelupas selama menstruasi, periode perubahan terjadi di da-
lam jumlah dan mengeluarkan viskositi. Untuk contohnya, selama ovulasi, pengeluaran yang
berisi berkurangnya air berpenetrasi menjadi sperma; sedangkan di fase luteal dan selama ke-
hamilan, selama ovulasi pengeluaran berlebih dan viscus. Dilatasi serviks persalinan terdahulu
disebabkan aktivitas kuatnya kolagen didalam dinding serviks uteri.
Plasenta
Plasenta adalah sebuah organ sementara yang mulai berkembang selama implantasi. Plasenta
yang terdiri dari jaringan embrio (chorion frondusum) dan jaringan ibu (desidua basal).
Plasenta mengirim nutrisi dan oksigen dari ibu ke embrio, membersihkan darah dan menge-
luarkan hormon.
Tahap pembentukan plasenta:
Lakuna. Sinsitiotropoblastus membungkus dan membentuk banyak kelompok jaringan endome-
trium yang terdiri dari pembuluh darah. Enzim yang dikeluarkan oleh sinsitiotropoblastus dari
jaringan ibu, meninggalkan ruangan (lacuna) dan merusak pembuluh darah. Kerusakan pem-
buluh darah mengisi lacuna dengan darah ibu.
Vili primarius. Vili primarius adalah sebuah zat padat atau penghalang pertumbuhan masuk ke
lacuna. Vili primarius ini terdiri dari sinsitiotropoblastus dan sitotropoblastus.
Vili sekunder. Mesenkim dibawah embrional tambahan mengaliri vili primaries, membentuk
vili sekunder, meliputi sinsitiotropoblastus, sitotropoblastus dan mesenkim inti embrional
tambahan.
Vili tertius. Mesenkim embrional tambahan didalam vili sekunder menunjukkan perbedaan di
pembuluh darah yang akan kemudian membentuk penghubung pembuluh umbikulus. Vili ter-
tius yang terdiri atas sinsitiotropoblastus, sitotropoblastus, dan mesenkim embrional tamba-
han vili sekunder dan pembuluh darah di pertengahan.
Fungsi Plasenta
Fungsi utama adalah untuk menggerakan nutrisi dan substansi tak terpakai dari satu tempat ke
tempat lain. Pada hari ke 23 kehamilan, pembuluh darah fetus mulai berputar melalui vili ter-
tius. Nutrisi dari darah ibu di lacuna mencapai perputaran fetalis disampaikan melalui sinsi-
tiotropoblastus. Sitotropoblastus yang kemudian tidak tampak setelah semua sel memimpin
peleburan dengan sinsitiotropoblastus, lamina basalis tropoblastus, mesenkim embrional tam-
abhan, membrana basalis sel endothelial dari pembuluh darah didalam vili tertius dan endo-
thelial fetalis. 6 lapisan berbentuk lorong plasenta yang hanya boleh dipilih substansinya
mendapatkan jalan dan dari perputaran ibu-anak. Batasan antara maternal dan jaringan fetal
ditandai dengan fibrinoid, lapisan hasil nekrosis. Lapisan ini dapat mengembangkan lorong an-
tigenik, yang dapat digambarkan sebagai salah satu toleransi maternal dari fetal antigen (vi-
ceversa).
Pengeluaran hormon plasenta. Plasenta memproduksi chorionic gonadotropin, chorionic
tirotropin, chorionic kortisotropin, estrogen, progesteron, prolaktin dan laktogen plasenta.
Didalam testis tubulus seminiferous, bila ini tidak dipotong horizontal, ada 6 kelompok sel,
masing-masing kelompok berbeda struktur spermatogenik.
Dalam kelompok 6 strukturnya adalah:
(Dari lumen basal)
Spermatogenema tipe A
Spermatositus zigot I
Spermatositus pociten I
Meiosis spermatositus
Spermatositosis II
Spermatidium (spermiogenesis)
<> Membran limitan di epitel luar terdiri dari:
Stratum basal, didalamnya banyak stratum, sebuah penghubung jaringan. Stratum mi-
oideum, Terdiri dari jaringan kontraktil yang terhubung seperti zonula occluden. Stratum fi-
brosum. Lapisan paling luar. Testis intersitium, jaringan yang berada diantara tubulus sem-
inifer convolutus. Di sini tempat dimana kita dapat menemukan sel penghasil hormon andro-
gen dinamakan endokrin interstitialis di mana dinamakan LEYDIG. Tubulus senimiferus
rektus, bergerak lurus kedalam testis rete.
Pentingnya karakteristik adalah:
Spermatogenesis tidak terjadi di tubulus
Bilik ini dilengkapi oleh: Epitelium cuboideum
Sel pendukung (celluae sustentacularis) Rete testis, dibungkus oleh epitelium cuboideum,
Ductuli efferentes bergerak ke caput epidimidis.
Ruangnya adalah:
Epitelium kolumnar simplek dengan silia didukung spermatozoa menuju epididimidis
Epitelium simplek cuboideum, menyerap keluaran dari tubulus seminiferous. Membran
basalis Stratum fibromuskularis, dikomposisikan oleh otot non striatus dan jaringan
penghubung tebal. Ductus epididimidis, melengkung dan ditutupi dengan menghub-
ungkan jaringan, sehingga membentuk korpus dan kauda epididimidis. Ruangan ini
dibungkus oleh epitelium pseudostratifikatum dengan 2 jenis sel: Epiteliositus basalis:
paling sedikit, di dasar epitel Epiteliositus mikrovilosus: tinggi, permukaan sel bebas
dilengkapi dengan mikrovilus, yang dikenal dengan stereosilia. Sel ini mengeluarkan
glikeropospokolin yang diasumsikan mencegah kapasitasi dan glikoprotein dimana
fungsinya belum diketahui.
DUCTUS DEFERENS
Tunika imukosa, melipat membentuk mukosa plicae, dengan:
▪ Epitelium pseudostratifikatum: tidak muncul lagi pada ampula stereosilia.
▪ Lamina propria meliputi serat elastis.
▪ Tunica muskularis, kuat,khusus, mempunyai 3 stratum, dinamakan:
▪ Stratum longitudinal internum
▪ Stratum sirkular, tebal dan Stratum longitudinal externum
▪ Tunica adventitia, hilangnya penghubung jaringan, elastis, meliputi pembuluh darah,
limpa, saraf, dan muskulus kremaster.
Di bagian ampula:
Luasnya lumen, tunika muskularis menjadi tebal dan Mukosa sangat berlipat seperti vesikula
seminalis.
C. Kelenjar Pendukung
Fungsi kelenjar penghubung adalah untuk menghasilkan keluaran yang berfungsi sebagai me-
dia untuk mengaktifkan gerakan.
1. Vesikula seminalis
Ini adalah sebuah pembuluh yang sangat lengkung. Struktur dan fungsi pembuluh
ini diawasi oleh hormon. Tunika mukosa, dilipat menjadi bisa meningkat lebar permukaan
yang meliputi sel sekretonik dan bisa berkembang bila dikeluarkan semua. Ini berisi epitel
columnar pseudostratifikatum kaya butiran sekretori yang memiliki karakteristik ul-
trastruktur dari sel syntesizing protein.
Lamina propria dari vesikula seminalis yang kaya serat elastis dan dikelilingi oleh
lapisan tipis dari otot halus. Lekatan, kental kekuningan dari vesikula seminalis mengandung
spermatozoa-mengaktifkan zat-zat seperti fruktosa, sitrat, inositol, prostaglandin, dan be-
berapa protein.
Karbohidrat diproduksi oleh kelenjar dihubungkan dengan system reproduksi laki-
laki dan dikeluarkan di cairan seminal yang menjadi sumber energy dari motilitas sperma.
Fruktosa monosakarida adalah bagian yang paling melimpah dari karbohidrat. 70% ejakulasi
manusia mula-mula di vesikula seminalis. Tingginya sel epitel dari vesikula seminalis dan de-
rajat dari aktivitas proses sekretori adalah bergantung testosteron.
Kelenjar Prostat
Kumpulan 30-50 kelenjar tubuloalveolar bercabang bermuara di saluran uretra
prostat. Kelenjar ini memproduksi cairan prostat dan meyimpannya di dalam untuk penge-
luaran selama ejakulasi. Proetate dikelilingi oleh sebuah seratan kapsul yang kaya di dalam
otot halus. Septa dari kapsul ini kaya akan otot polos. . Septa dari kapsul ini menembus
kelenjar dan membagi menjadi cuping yang tak jelas di laki-laki dewasa. Menjadi sangat luar
biasa sebuah stroma fibromuskular sangat kaya mengelilingi kelenjar.
Prostat mempunyai 3 zona terang. Yang pertama zona sentral. Zona ini mempunyai
sebuah epitelium pseudostratified dan menduduki 25% dari volume kelenjar. Zona kedua
adalah zona peripheral, 70% dari kelenjar yang mempunyai banyak epitelium teratur dan
sisi utama dari kanker prostat. Yang ketiga adalah zona transisi, memiliki kepentingan medis
karena adalah sisi di mana tumor prostat paling jinak berasal.
3. Glandula bulbouretralis
Tubuloalveolar dengan diameter 3-5 mm, ditutupi oleh tunika mukosa dengan
epitelium cuboid simplex. Skeletal dan otot sel halus yang diberikan di dalam septa yang
membagi masing-masing kelenjar kedalam cuping.
A. PENIS
Penis terdiri dari sepasang korpus cavernosum dan satu korpus spongiosum.
1. Korpus cavernosum penis
Disamping dorsal, dibungkus oleh tunika albuginea; tebal kira-kira 0,5 mm, kompo-
sisinya terdiri dari serat kolagen sirkuler (bagian dalam) dan longitudinal (bagian luar).
Ada trabecular terdiri dari textus connectivus elasticus, otot non striatus, ini ditutup
oleh endothelium di samping dekat cavernae. Cavernae adalah suatu tempat berlubang
(seperti coral) dimana menjadi lebih besar ketika menutup di tengah.
2. Corpus spongiosum penis
Disamping ventral, diameter lebih kecil dan tunika albuginea paling tipis. Kavernae lebih
padat, kecil. Di tengah menembus melalui uretra.
B. URETRA
Uretra diklasifikasikan kedalam:
a) Pars prostatika, terdiri dari:
1. Tunika mukosa
Ditutupi oleh epitelium transisional, pseudostratifikatum, stratifikatum kolumnar
(bagian terbesar)
2. Lamina propria, dikomposisikan oleh serat elastis penghubung jaringan.
3. Tunika muskularis:
▪ Stratum longitudinal
▪ Stratum sirkular
b) Pars membraneka. Tunika mukosa ditutupi oleh epitelium pseudostratifikatum; lamina
propria terdiri dari otot striatus dan muskulus spinter eretra.
c) Pars spongiosa/pars cavernosa. Tunika mukosa meliputi epitelium pseudostratifikatum
dan stratifikatum kolumnar; lamina propria. Tutupnya ujung penis, lebarnya lumen
uretra dan bentuk fossa navikularis ditutup oleh epitelium squamosum stratifikatum
dengan sel penutup (sel piala) berfungsi sebagai
PETUNJUK KELAS PRAKTIKUM
SISTEM GENITAL FEMININA
Perhatikan karakteristiknya.
Miometrium: tunika muskularis mempunyai stratum:
• Stratum submukosum otot horizontal, melingkar dan beberapa miring.
• Stratum vascular: tebal, penuh dengan pembuluh darah.
• Stratum supravaskular: serat, melingkar dan otot horizontal.
• Stratum subserosum: serat otot horizontal, tipis.
c. Perimetrium: berdasar pada tunika serosa
VAGINA
Persiapan:SG-12; H E Penga-
matan:
- Tunika Mukosa
*Epitelium squamosum nonkomifikatum. Sel-sel itu berbentuk:
Stratum superfisial: sel kubus
Stratum intermedium: sel polyhedral
Stratum basal: sel kolumnar
*Lamina propria: bebasnya penghubung jaringan dengan pembuluh darah dan limpositil.
- Tunika muskularis: otot nonstriatus yang membentuknya
> Stratum sirkular
> Stratum longitudinal: paling banyak, khususnya di pertengahan bagian luar
PLASENTA
Persiapan: SG-17; H E
Pengamatan:
Pars maternal endometrium basal dengan selulae
b. Pars fetalis villi chorialis
Dilapisi oleh epitelium yang terdiri dari 2 macam sel:
a. Sitotropoblastus : bagian dalam
b. Sinsitio tropoblastus : bagian luar
▪ Meliputi:
c. Jaringan mesenkim
d. Pembuluh darah
c. Spetum intervilosum: darah ibu terisi di ruang antara pars fetalis dan pars maternalis. Juga
diamati struktur dari tropoblastus.
▪ Selluale gigantika: sel besar
Subtantia fibronoidea sebagai hasil degenerasi.
PERTANYAAN;
1. Bagaimana bisa folikuli ovarici terjadi?
2. Bandingkan gambaran histologis ovarium setelah persalinan bayi dan setelah meno-
pause!
3. Jelaskan gambaran histologi endometrium berdasar dari siklus sekularis!
4. Apa yang terjadi pada sel otot uterus selama kehamilan?
PETUNJUK KELAS PRAKTIKUM UNTUK SISTEM GENITAL MASKULIN
1. TESTIS
Persiapan: SG-2; H E
Mengamati rendahnya Pembesaran
Kapsula testis: berkumpul di mediastinum testis
Tebalnya tunika albuginea textus penghubung fibrosus.
Tunika vaskulosa dibawah tunika albuginea, dipenuhi pembuluh darah
Tubulus seminifer convolutes
Duktuli eferen: lumen yang penuh spermatozoa
Interstitium: diantara tubulus seminifer convoluta
Mengamati tingginya pembesaran
Tubulus seminifer convolute. Di dinding ini bisa dikategorikan ke dalam 2 sel:
• Gametositi; berdasar pada tahap, perkembangan diketahui sebagai spermatogonium
spermatozoa primer, spermatositus sekunder, spermatidium spermatozoa.
Subtentacularis selulae (SERTOLI) sebagai sel pendudkung, besar.
Duktuli efferent dengan epitelium pseudostratifikatum siliatum
Interstitium dengan hormon androgen yang memproduksi dinamakan:
Endokrisitus (LEYDIG):
- besar, tidak teratur, sering ditemukan di kelompok.
nukleus bundar.
2. DUKTUS DEFEREN
Persiapan: SG-3; H E Pengamatan:
Tunika mukosa : lipatan, berbentuk plicae mukos
Epitelium pseudostratifikatum kolumnar
Tunika muskularis: diamati seberapa tebal stratum pada otot non sriatus ini:
▪ Stratum longitudinal internum.
▪ Stratum sirkular
▪ Stratum longitudinal eksternum
Tunika adventitia: tipisnya pembuluh darah
3. GLANDULA PROSTATA
Persiapan: SG-4; H E
Mengamati kelenjar tipe tubulus alveolar komposita.
- Kapsula:
*Bentuk septa
*Meliputi: - Jaringan penghubung tebal
a. Otot fibrosa horizontal
▪ Alveolus : disini mengamati :
Tunika mukosa dengan cuboideum atau epitelium squamosum, lebih sering mempunyai pseu-
dostratifikatum.
Karakteristik dengan membran basal tipis dan lamina propria terdiri jaringan fibromuskular
dengan kolagen dan serat elastis, otot halus.
4. SEMINAL VESICLES
Persiapan: SG-5; H E
Tunika mukosa dengan garis epitelium kolumnar pada permukaannya, adanya rendahnya sel
basal yang melingkar.
Tunika muskularis terdiri dari otot halus yang ditempatkan pada beberapa petunjuk, serat pre-
dominat sirkular pada lapisan dalam dan serat longitudinal pada lapisan luar.
Tunika adventitia, dikelilingi oleh jaringan penghubung areolar yang dipegang sebuah ren-
dahnya pembuluh darah kecil.
5. PENIS
Persiapan: SG-6
Pengamatan:
Sepasang korpora kavernosa, sebuah tempat yang berkaitan dengan punggung, dibungkus oleh
lapisan resisten dari jaringan penghubung tebal, tunika albuginae, mempunyai sebuah cabang
sebagai trabekulai, kavernae fulfill korpora ini dengan kayanya pembuluh darah.
Satu korpus spongiosum, sebuah tempat yang mengenai perut dan mengelilingi uretra, mempu-
nyai cavernae terkecil.
- Epidermis tipis dan bungkus dermis di luar penis.
PERTANYAAN
1. Sebutkan perbedaan antara struktur tubulus seminifer convolutes, duktus epidimidis
dan duktus deferen!
2. Sebutkan peranan sel SERTOLI dan LEYDIG!
3. Sebutkan tanda morfolofi praktik untuk mengidentifikasi dan membedakan antara
spermatogonium, spermatositus primer, spermatositus sekunder, spermatidium
dan spermatozoa!
ANATOMI PATOLOGI
PETUNJUK PRAKTIKUM
KASUS 1
Seorang wanita 40 tahun mempunyai darah menstruasi yang tidak berhenti-henti.Dalam
pemeriksaan klinik, ada sebuah konjunktiva bulbi anemic, pengobatan tidak bekerja, kuretase
dilakukan dan hasilnya dikirim ke lab.
Lemah dan Kuatnya Pembesaran secara makroskopik
Ada sebuah jaringan endometrial dengan hyperplasia dari kelenjar epitel, stroma seluler.
Kelenjar epitel yang hiperplasianya terdiri dari beberapa lapisan dari sel epitel, beberapa kelen-
jar lumen asinus melebar.
KASUS 2
Seorang wanita berumur 70 tahun mempunyai riwayat leukorea sejak 2 tahun lalu dan pro-
lapse uterus yang juga terjadi. Histerektomi pervaginam dilakukan, di dalam serviks, ada se-
buah keputihan dan permukaan agak keras, dan preparat mikroskopik yang dibuat dari serviks.
KASUS 3
Seorang wanita tua berumur 75 tahun mempunyai prolapse uteri, tanpa gejala klinis lainnya.
KASUS 4
Seorang wanita berumur 30 tahun mempunyai perut besar, dalam sebuah operasi, kista coklat
ditemukan di bagian kiri ovari.
KASUS 6
Adanya sebuah gumpalan di perut kanan; setelah operasi, ada sebuah tumor di ovarium
kanan.
KASUS 7
Seorang wanita berumur 30 tahun komplain tentang sakitny diperut kiri. Setelah diperiksa oleh
dokter, ada sebuah gumpalan di perut kiri. Laparotomy sudah dilakukan dengan diangkatnya
gumpalan.
Makroskopik
Kista lengkap berukuran 5x10x15, halus di luar dinding ketika dipotong, cairan transparan
berasal dari kista. Disebut kista multilokular.Dinding ukuran 0.1 – 0.2 cm.
KASUS 8
Seorang wanita berumur 45 tahun menderita dari pembesaran uterus, adanya gumpalan di
rahimnya. Histerektomi sudah dilakukan.
Pembesaran kuat dan lemah secara makroskopik
Sel-sel otot yang berbadan tegap di berkas. Sel-sel ini relative monomorf. Nukleus yang mere-
gangkan, mereka terlihat paralel dan membentuk lingkaran dan mereka pada akhirnya
mengeras. Beberapa bagian yang terdiri atas sebuah degenerasi hialin kecil.
Diagnosis: Leiomyoma
KASUS 9
Seorang wanita Indonesia mempunyai tumor yang sama besarnya dengan telur merpati di sin-
istra mammae di atas papillae mammae selama 6 bulan. Permukaanya halus dan tak terbatas.
Makroskopik
Sampel diperiksa menjadi 2 jaringan yang sama besarnya dengan jagung dan buah
kemiri.Gelindingan normal, permukaan putih, mempunyai zat padat konsisten.
Diagnosis: Fibroadenoma
KASUS 10
Seorang wanita berumur 55 tahun mempunyai kista ovary, dengan diisi oleh bubur seperti sub-
stansi.
KASUS 11
Pasien berumur 42 tahun dengan gumpalan di lateral atas kuadran payudara, tepi gumpalan
tidak jelas dan tidak mampu bergerak.
BAB III
PRAKTIKUM FISIOLOGI
Pendahuluan
Human chorionic Gonadotropin (HCG) adalah hormon glikoprotein yang disintesis oleh
sel-sel dari sinsiotrofoblas plasenta. Fisiologinya, 24 jam setelah implantasi zigot, HCG mampu
dideteksi di serum darah peripheral. Demikian, bila terjadi pembuahan, hCG bisa dideteksi
dari serum kewanitaan (periode siklusnya 28 hari) di hari 22 periode hari pertama, atau 8 hari
detelah ovulasi. Ovulasi biasanya terjadi 14 hari utama ke periode selanjutnya.
Deteksi pada hCG menjadi penting untuk kehamilan awal. Menggunakan teknik tes
imunologi kehamilan, dimana disandarkan pada ikatan antigen-antibodi, hCG bisa dideteksi
sebelum periode selanjutnya terjadi. Akan tetapi urin hCG kadang-kadang tidak bisa dideteksi
Sari hCG meningkat sampai mencapai tingkat tertinggi kira-kira 60-80 hari (minggu ke 10).
Human Chorionic Gonadotropin, seperti hormon glikoprotein, biasanya terdiri dari 3
sub unit, mereka adalah sub unit α dan sub unit β. Sub unit αhCG mempunyai struktur sama
dan karakteristik sebagai sebuah sub unit dari semua hormon glikoprotein dan bisa me-
nyebabkan reaksi silang antara hormon itu. Sub unit β-hCG menunjukkan spesifik, keduanya
imunologi dan biologis untuk hormon hCG, seperti sub unit α dari hormon glikoprotein
lainnya. Oleh karena itu, dalam mendeteksi hormon glikoprotein, ini penting untuk mengukur
β sub unit.
Selama kehamilan, intisari dari sub unit α-hCG adalah bebas, tinggi di plasenta, plasma
dan urin. Sedangkan konsentrat dari sub unit β-hCG sangat terbatas.
Konsentrat dari sub unit α kira-kira 10 kali dari konsentrat sub unit β, keduanya di dalam
plasenta atau serum.
Gambaran dari struktur molekul, sub unit β-hCG sama dengan sub unit β-LH, jadi aktivi-
tas biologis dari hormon itu sangat sama. Di tahap folikular, hCG mendorong sel ovarium in-
terstisial, mendorong ovulasi, mendorong luteinization dari sel granulosa. Sedangkan pada
tahap luteal, khususnya ketika mulai kehamilan, hCG dari sinsiotrofoblas sel plasenta akan
mempertahankan umur dan fungsi dari korpus luteum, dan meningkatkan sekresi proges-
teron dan estrogen oleh korpus luteal, sel luteum mempunyai fungsi penting saat mulainya
kehamilan.
dalam manusia, hCG dibutuhkan di kehamilan awal. hCG membuat umur korpus luteum
lebih panjang dan mendorong korpus luteum mengeluarkan progesteron, berfungsi
mempertahankan fungsi endometrium dimana zigot itu ditanam dan tumbuh, dan menstruasi
tidak terjadi. Demikian, hCG mempunyai pengaruh langsung untuk mencegah gonadotropin
melepaskan hormon (GNRH) yang kemudian mencegah sekresi FSH dan LH dari hipofisis
anterior jadi folikel tidak ada dan ovulasi tidak terjadi selama kehamilan.
Beberapa pengukuran biologis sudah melaksanakan deteksi hCG. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hCG mempunyai kemampuan untuk mendorong produksi antibiotik khu-
sus, oleh teknik pengukuran imunologi dibangun naik sekarang. Penemuan dalam teknik pen-
gukuran dalam subunit β-hCG dan isolasi dari monoclonal anti antibody β-hCG dalam
tikus/kelinci berkontribusi signifikan di dalam pengukuran β-hCG, khususnya sensitivitas dan
spesifikasi pengukuran.
Dasar Penggumpalan
Kaca mikroskop uji monoklonal E-hCG ini baik untuk metode aglutinasi lateks
langsung atau tidak langsung yaitu untuk mendeteksi adanya hCG urin.
Uji hCG langsung
Bila sampel urin meliputi sedikitnya hCG yang sama banyak Eksistensi dari aglutinasi
menunjukkan bahwa tes itu dipertimbangkan positif. Oleh karena itu ketika kandungan
hCG dari sampel urin lebih sedikit dari tes sensitivitas, campuran dengan antibody latex
tidak akan berbentuk ikatan komplek dari antigen-antibodi dan aglutinasi tidak ter-
jadi.Jenis ini menghasilkan
Prosedur
Uji hCG langsung
a. Tempatkan semua reagen dan spesimen di suhu kamar sebelum digunakan.
b. Tempatkan setiap rangkaian kontrol positif hCG, sampel urin, kontrol negative
hCG di kaca geser bersih.
c. Tambahkan setiap set dengan satu tetes antiserum E-hCG-lateks dan aduk hingga lem-
but.
d. Goyang kaca mikroskop secara lembut dan menunggu selama 2 menit sebelum
hasilnya dibaca.
e. Hasil tes harus dibaca sebelum 3 menit.
TES KROMATOGRAFI
Lihat brosur terlampir
Tes Semi-kuantitatif
Uji deteksi hCG di atas adalah kualitativ, hal itu tidak dimaksudkan untuk mengetahui isi dari
hCG yang terkandung dalam urin. Untuk mengetahui isi, uji semi kuantitatif dengan
menggunakan salah satu dari diagnostik hCG di atas dapat digunakan. Prosedurnya adalah se-
bagai berikut:
1. Urin yang diperiksa adalah urin yang dikumpulkan selama 24 houres (satu hari)
2. Encerkan dengan fisiologi larutan NaCl dengan beberapa pengenceran (1:2, 1:4, 1: 8, dll).
3. Melakukan tes sebagai tes kualitatif untuk mnegencerkan ach.
4. Pengenceran tertinggi adalah pengenceran urin tertinggi yang masih memberikan hasil yang
positif.
Catatan
Pengeluaran hCG meningkat dua kali untuk masing-masing 1,7-2 hari dan pada akhir trimester
pertama (sampai 100 hari) kehamilan hCG yang dikeluarkan bisa mencapai 250 IU / mL, tetapi
biasanya hanya 5-50 IU / mL.
Bila pengeluaran hCG semakin lebih dan mencapai lebih dari 250 IU / mL setelah kehamilan 110
hari, ini menunjukkan adanya hidatidosa atau Koriokarcinoma.
BAB IV
PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
BAHAN
PEMERIKSAAN SIFILIS NON TREPONEMAL ANTIGEN
Pada spirochetes memiliki banyak karakteristik struktural ditandai Treponema pal-
lidum.Mereka panjang, ramping, seperti bentuk sekrup bergulung, berbentuk spiral atau pem-
buka botol, basil gram negatif. Treponema pallidum memiliki lapisan luar atau lapisan glikosa-
minoglikan. Di dalam sarung adalah membran luar, yang berisi peptidoglikan dan menjaga
integritas struktural organisme. Endoflagella adalah flagella seperti organel dalam ruang
periplasmik terbungkus oleh membrane luar.
Struktur Antigenik
Profil protein Treponema pallidum bisa dibedakan, lebih dari 100 protein antigen telah
dicatat. Endoflagella ini terdiri dari tiga protein inti yang homolog dengan protein flagellin bak-
teri lain, ditambah protein yang tidak terhubung sarung. Cardiolipin merupakan komponen
penting antigen treponema. Manusia terhadap sifilis mengembangkan antibodi yang mampu
mencemari T pallidum dengan immunorescence tidak langsung, melumpuhkan dan membunuh
motil hidup Treponema pallidum dan memperbaiki komplemen dengan adanya suspensi Trep-
onema pallidum atau spirochetes terkait.Spirochetes juga menyebabkan perkembangan anti-
bodi berbeda seperti zat, memulihkan kembali, yang memberikan CF positif dan tes flokulasi
dengan suspensi berair cardiolipin diekstrak dari jaringan mamalia normal. Kedua reagen dan
antibodi antitreponemal dapat digunakan untuk diagnosis serologi sifilis.Infeksi alami Trepo-
nema pallidum terbatas pada rombongan manusia.Infeksi pada manusia biasanya ditularkan
melalui hubungan seksual, dan lesi infeksius pada kulit atau selaput lendir alat kelamin.
Treponema pallidum mungkin dapat menembus selaput lendir utuh, atau mungkin masuk
melalui ruang istirahat di epidermis.
Pemeriksaan darkfield
Setetes cairan jaringan atau eksudat yang berada pada slide dan coverslip ditekan di atasnya
untuk membuat lapisan tipis. Persiapan tersebut kemudian diperiksa di bawah minyak imersi
dengan pencahayaan darkfied untuk spirochetes motil khas.
Tes aglutinasi partikel Treponema pallidum menunjukkan spesifisitas yang sangat baik dan sen-
sitivitas untuk antibodi sifilis jika serum pasien telah diserap dengan spirochetes Reiter soni-
cated sebelum tes FTA. Tes dilakukan dalam percobaan mikrodilusi dengan partikel sensitized
gelatin. Sebuah kesetan diaglutinasi partikel mengindikasi sebuah hasil positif. .Tes ini sama
dengan tes FTA-ABS dalam spesifikasi dan sensitivitasnya.
Dasar: Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh mikroorganisme T.pallidum spiro-
keta. Sebagai organisme tidak dapat dikultur pada media buatan diagnosis sifilis tergantung
pada korelasi data klinis dengan deteksi antibodi spesifik melalui uji serologis. Tes skrining se-
rologis untuk sifilis menggunakan cardiolipin dan lesitin sebagai antigen yang sederhana untuk
melakukan tetapi mungkin menimbulkan sebagian kecil hasil positif palsu karena tes
menggunakan antigen non treponema. Alpha Shield uji antigen adalah bentuk modifikasi dari
VDRL Antigen yang mengandung karbon mikroparticular yang membantu pembacaan hasil mak-
roskopik Hasil reaktif ditunjukkan dengan aglutinasi yang mudah terlihat tanpa bantuan mikros-
kop. Hasil lemahnya reaksi dapat dengan mudah dan jelas dibedakan dari pola non-reaktif yang
menampilkan penampilan makroskopik halus dan bahkan. Hasil pengujian didapat 8 menit.
Substansi
Alpha perisai Tes Antigen.
Kontrol serum positif dan negatif.
Kartu tes, kartu ini adalah untuk penggunaan dengan suspensi antigen RPR dan khusus dis-
iapkan kartu dilapisi plastik. Lingkaran dari kartu tes tidak boleh disentuh dengan jari, karena
hal ini dapat membatalkan hasil tes. Masing-masing area uji seharusnya hanya digunakan
sekali dan kemudian kartu harus dibuang atau diajukan untuk referensi di masa mendatang.
Spesimen: serum atau plasma.
Metode kualitatif
Pegang pipet diantara ibu jari dan jari telunjik. Tekan sedang masukkan ujung ke dalam speci-
men. Kemudian lepaskan tekanan jari untuk menarik, mengambil sampel untuk tidak men-
transfer elemen seluler.
Pegang pipet diatas lingkaran kartu tes dan menekan puting susu untuk memungkinkan satu
tetes jatuh ke kartu. Hal ini penting untuk menjaga alat penetes dalam posisi vertikal semen-
tara pengeluaran sampel yang akan diuji.
Menggunakan ujung luas pengaduk. Penyebaran sampel dari seluruh area lingkaran uji.
Melampirkan bagian jarum pada botol plastik. Menarik permukaan antigen untuk sejumlah tes
yang dilakukan. Menjaga jarum dalam posisi vertical, memberikan satu tetes dijatuhkan ke masing-
masing sampel tes. Jangan diaduk lagi.
Hasil interpretasi
Daerah reaktif menampilkan karakteristik aglutinasi mulai dari sedikit (reaktif lemah) untuk in-
tens (reaktif) hasil reaktif sangat lemah dicirikan oleh agglutinasi kecil di sekitar pinggiran daerah
uji. Negatif tidak menunjukkan reaksi ini dan menampilkan penampilan makroskopik halus dan
bahkan kelihatan.
BAB V
KETERAMPILAN KLINIS
I. LATAR BELAKANG
A. Keterbatasan
Perawatan prenatal adalah penilaian sistematis dan hati-hati menindaklanjuti pada
wanita hamil untuk memastikan kesehatan terbaik dari ibu dan janin. Tujuan dari perawa-
tan ini adalah:
Untuk mencegah, mengidentifikasi/atau ameliorasi maternal atau ketidaknormalan
fetal.
Untuk mengedukasi pasien dan keluarganya mengenai kehamilan, kelahiran-persali-
nan dan pengasuhan yang baik dan obstetric.
Untuk mempromosikan dukungan psikologis yang memadai dari keluarga pasan-
gannya dan pengasuh. Jadi dia dapat berhasil beradaptasi dengan kehamilan dan tan-
tangan yang dikemukakan pada bertambahnya anggota keluarga.
The American College of Obstetricias and gynecologist (ACOG) merekomendasikan
bahwa wanita hamil akan dilihat untuk kunjungan awal ekstensif pada awal kehamilan dan
kemudian 4 minggu sampai 28 minggu, setiap 2-3 minggu sampai 36 minggu dan
kemudian mingguan sampai pengiriman. Ini mungkin kunjungan yang terlalu banyak bagi
perempuan yang sehat. Ada Rekomendasi lain, untuk kehamilan risiko rendah disarankan
7 kunjungan untuk multigravida (di 6-8, 14-16, 24-28, 32,36, 39, 41 minggu) dan 9 kunjun-
gan untuk primigravida (tambahan kunjungan di 10-12 dan 40 minggu).Untuk kehamilan
resiko tinggi jadwal harus individual dan biasanya akan memerlukan lebih banyak kunjun-
gan.
Beberapa informasi harus dicatat pada kunjungan awal adalah (selalu dimulai dengan
ucapan):
Umur, keseimbangan, masa menstruasi terakhir (LMP), riwayat perawatan antenatal
sebelumnya, riwayat obstetrik, riwayat kesuburan (+/-), riwayat penggunaan kon-
trasepsi,
Pengobatan: untuk contoh hipertensi, diabetes mellitus, asma, dsb.
Bedah utama (khususnya untuk bedah obstetric dan ginekologi
Riwayat keluarga
Latar belakang psikologi.
Wanita disuruh meletakkan di bawah di mana bahunya dan kepala posisinya sedikit demi
sedikit meninggi (menggunakan bantal) dan tangan pemeriksa di sisi kanan.Dan kemudian,
pasien disugesti menekuk kakinya pada paha dan lutut jadi abdomen terasa relaks.
Leopold I (menentukan tingginya fundus uteri, apakah temuan bagian janin pada fundus).
Leopold II (menentukan sisi di bagian punggung janin).
Leopold III (menentukan apakah bagian janin terendah dan apakah badan kutub janin
dipimpin menuju ke pelvik dan diikutsertakan).
Leopold IV (menentukan seberapa jauh bagian presentasi janin dideskensi menuju ke pel-
vis).
D. Prosedur Pemeriksaan
Ada berbagai langkah palpasi, seperti Leopold, Ahlfield, Budin dan Knebel.Sebagian besar
penebalan digunakan salah satunya Leopold, hampir sama ditutupnya suatu benda. Setelah
pasien diletakan, Rahim dicek bila mengalami kontraksi. Bila kontraksi, tunggu sampai tidak
muncul lagi. Dinding perut harus relaks jadi pemeriksaan bisa dilakukan hati-hati. Oleh karena
itu, kaki bisa ditekuk ke pangkal paha dan lutut. Ini lebih baik pada suhu teratur tangan si
pemeriksa dengan pasien supaya kontraksi dinding perut dapat dicegah.Demikian,tindakan pal-
pasi paling utama, tangan bisa dipalpasi sebelumnya. Pemeriksaan leopold dibagi menjadi 4
tahap. Pada Leopold I, II, III, pemeriksa posisinya berhadapan dengan pasien. Sedangkan pada
Leopold IV, pemeriksa melihat kaki pasien.
Tujuan dari pemeriksaan leopold I adalah menentukan tingginya fundus uteri.Demikian,
periode kehamilan bisa ditentukan, dimana dicocokan dengan hari pertama sampai periode
terakhir. Bila tidak cocok, metode patologi bisa menjadi alternatif. Disamping itu, bagian fetus
berada pada fundus uteri bisa juga ditentukan.
Bila itu kepala, akan dirasa bulat dank eras, sedangkan bila pantat, akan dirasa seperti se-
buah susunan yang tidak bundar, tidak terasa keras. Leopold II diletakkan dari atas ke bawah,
dihubungkan pantat dan kepala. Pada posisi horizontal, kepala dari janin bisa juga ditentukan.
Pada Leopold III, bagian yang berada di bawah bisa ditentukan, Apakah badan kutub janin be-
rada dibawah, bisa juga ditentukan seberapa jauh kepala dimasukkan menuju aperture pelvis
superior. Bila tidak masuk lagi, balotemen kepala bisa dideteksi. Dari posisi janin, denyut jan-
tung janin bisa didengar untuk 1 menit. Pada posisi defleksi, denyut jantung bisa didengar pada
area kecil dimana fetus berada. Pelaksanaan pemeriksaan singkat, bisa dideteksi 1) tingginya
fundus uteri; 2) posisi fetal; 3) bila bagian terendah fetus dibawa menuju aperture pelvis supe-
rior; 4) posisi punggung janin; 5) denyut jantung fetal. Dalam pemeriksaan, kemungkinan ab-
normalitas bisa ditemukan, seperti kepala benjol pada simfisis. Hal lain yang mungkin ada
kepala janin lain pada gemeli. Benjolan bisa dicek dengan meletakkan tangan sejajar pada sim-
fisis. Pada kasus mencurigakan, melakukan ronsen dan memakai ronsen pelvimetri.
Penggunaan system Doppler diatas masih pada permulaan dan hanya bisa dilakukan oleh orang
berketrampilan lebih. Pemeriksaan obstetrik selanjutnya meliputi ukuran uterus dan menen-
tukan apakah sesuai dengan masa kehamilan.
Posisi fetus harus ditentukan pada rahim. Posisi ideal
adalah vertikal dengan kepala terbalik, kepala, posisi ba-
dan adalah fleksi (dimana rangkaian tertutup oleh dada,
sedangkan badan bending/”membengkok”. Hasil dari
pemeriksaan obstetric adalah: tunggal/kembar/bayi
ganda,membujur/melintang letaknya, kepala/presentasi
sungsang, kepala/pantat disengaged atau belum,
FHR…denyut/menit, kontraksi uterin (+/-).
Apakah ada ketidaknormalan antara ukuran badan
dan pelvis, apakah ada kehamilan ganda (=gemelli, tri-
plet, dsb), apakah ada kondisi khusus seperti hidram-
nion, atau tumor pada kanal persalinan, apakah ada
keputusan atau pemberian indikasi. Menemptakan pada punctum maksimum dari denyut jan-
tung bisa digunakan untuk mengetahui presentasi fetus.
Presentasi badan normal adalah fleksi pada semua tulang sendi. Fleksi kepala juga dihub-
ungkan dengan dada. Pantat belakang ke depan, kedua tangan dan kaki disilang ke depan fe-
tus.Pemeriksaan dilaksanakan secara lembut dan menginformasikan pasien dan menyimpan
dengan hati-hati.
Setelah kehamilan mencapai 36 minggu, jaringan pelvik bagian dalam lebih lembut dan
perkiraan jalan persalinan bisa diprediksi saat kejadian. Pasien harus buang air kecil dan buang
air besar lebih dahulu untuk pemeriksaan internal. Dia harus diletakkan dengan kaki ditekuk ke
pangkal paha dan lutut Genital luar dan area sekitarnya dibersihkan menyeluruh menggunakan
kapas lisol, sublimal, krim Dettol, atau antiseptic lainnya. Vulva dibuka menggunakan 2 jari kiri
dan dipalpasi secara lembut menggunakan kapas tanpa menyentuh area yang paling sensitive.
Ketidaknormalan dan varises diamati. Jari telunjuk dan tangan kanan menggunakan sarung tan-
gan yang dibasahi dengan krim Dettol atau antiseptic serupa dan dimasukkan ke dalam vagina
naik ke forniks vaginae. Dinding vagina diperhatikan untuk menemukan apakah ada penyem-
pitan dan ini lembut.
KALA I PERSALINAN
Prosedur pemeriksaan
Kala I
Pada kala I, tugas dokter, bidan, atau pembantu persalinan mengamati in partu
ibu dan mengecek bila semua siap dilakukan. Berikan pengobatan atau tindakan bila
hanya ada indikasi.
Pada aterm primigravida, umumnya kepala janin diikutsertakan (masuk ke pelvik
inlet) di minggu 36 kehamilan, sedangkan pada multigravida pada minggu 38 kehamilan.
Pada kala I, bila kepala sebagian diikutsertakan menuju pelvik inlet dan membran janin
yang masih utuh, ibu direkomendasikan untuk duduk di bawah atau berjalan mengelilingi
ruang persalinan. Tetapi biasanya, ibu lebik suka meletakkan di kasur, karena kontraksi
menyakitkan. Meletakkan di bawah dianjurkan untuk menggantung kesamping [ada
punggung fetal. Metode ini mudah dideskensi pada kepala dan rotasi di dalam. Bila kepala
tidak berdeskensi menuju plevi inlet, ibu harus diletakkan pada posisi telentang, karena
bila membrane fetal dipecah, ada kemungkinan terjadinya komplikasi, seperti prolapse
tali pusat, prolapse tangan, dsb. Bila kontraksi menjadi frekuensinya lebih dan membran
dipecah, ibu harus diletakkan.
Pemeriksaan eksternal memastikan posisi fetal dan desken kepala harus dil-
akukan pengamatan majunya labor, daripada vaginal dan pemeriksaan rektal. Pemerik-
saan vaginal (atau pemeriksaan bimanual) harus didukung dan dikhususkan pemeriksaan
eksternal. Ini harus dilakukan pada setiap pemeriksaan bimanual yang mempunyai resiko
infeksi dan penyakit pada pasien.
Tetapi, benda itu tidak perlu menjadi halangan dalam tindakan pemeriksaan bi-
manual menuju taksiran:
▪ Vagina, khususnya di dinding, bila ada penyempitan.
▪ Dilatasi masaknya servik.
▪ Kapasitas pelvik.
▪ Hambatan selama kanal kelahiran (contoh tumor).
▪ Karakteristik dari fluor albus, peradangan local; bartolinitis, urethritis cystitis.
▪ Ruptur membrane janin.
▪ Presentasi bayi.
▪ Penurunan kepala.
▪ Ukuran kepala pelvis.
▪ Kala dalam persalinan.
Pemeriksaan rektal bisa digunakan untuk menilai turunnya kepala, tetapi untuk menilai ruptur
membran, kondisi servik, posisi dan presentasi kepala tidak memenuhi syarat. Membenarkan
bahwa pemeriksaan rektal menurunkan infeksi eksogenous tetapi bisa menyebabkan infeksi en-
dogenous bila pemeriksa tidak memperhatikan masalah bakteri, jadi bakteri bisa bergerak
menuju servik. Pada pemeriksaan bimanual, kemungkinan infeksi eksogenous bisa dikurangi bila
pemeriksa sungguh-sungguh memperhatikan masalah aseptik dan anti septik.
Mengingatkan bahwa ada kemungkinan penyebab infeksi, pemeriksaan bimanual hanya
dilakukan bila ada indikasi dari ibu terhadap bayi atau prosedur yang dibutuhkan disamping
pengamatan proses labor.
Pada kala I, ibu dilarang menekan. Lebih baik diberikan clismanya (enema) untuk men-
gosongkan rektumnya. Biasanya 20-40 ml gliserin diinjeksi ke rectum dengan spuit clisma. Bila
clisma tidak diberikan, scibala pada rectum bisa mencegah rotasi kepala.
Kala II
Kala II dimulai ketika dilatasi servik kompleks, umumnya pada akhir kala I atau mulainya
kala II, dengan kepala janin pada rongga pelvik, Bila membrane tidak pecah lagi, membaran
harus dipecahkan. Kadang-kadang pada tahap awal kala ini, ibu merasa mual atau muntah, ber-
samaan dengan perasaan menekan. Kontraksi akan berfrekuensi lebih dan sebuah kekuatan
dorongan dari bayi. Sebagai ganti kontraksi, wanita harus langsung menekan ketika kontraksi
terjadi. Denyut jantung janin harus diamati juga.
Ada 2 metode dorongan:
Pasien diletakkan telentang dengan lututnya ditekuk. Kepala diangkat, dagu didekatkan
ke dada, jadi dia bisa melihat perutnya.
Posisi di atas, tetapi diletakkan lateral kiri atau kanan, menggantungkan punggung janin. Hanya
kaki atas ditekuk.
Bila kepala janin setengah dipaksa menunjukkan keluarnya vagina, vulva mulai dibuka.
Rambut janin muncul. Perineum dan anus mengalami ketegangan. Perineum mulai berat dan
anus dibuka. Kemudian, anus akan berbentuk D akhirnya dan bagian dinding rectum anterior
mempresentasikan. Bila perineum tidak ditekan, bisa pecah (pecahnya perineal), khususnya
pada primigravida. Perineum ditekan oleh tangan kanan, dengan kasa steril.
ini direkomendasikan untuk dilakukannya episiotomy pada primigravida atau pada peri-
neum keras. Episiotomi dilakukan ketika perineum ditipiskan dan kepala janin tidak bergerak
balik menuju vagina. Ketika kepala dibelokkan dengan bagian sub occipital dibawah simfisis se-
bagai hipomoclion, tangan kiri ditekan punggung kepala jadi belokan tidak menjadi cepat.
Untuk mengamati posisi perineum samping (posisi Sims) lebih baik daripada posisi telen-
tang. Tetapi, bila perineum sangat tipis dan adanya tanda rupture, episiotomy harus dilakukan.
a. Episiotomi medial dipotong pada garis tengah; dan b. episiotomi medio lateral, dipotong
pada garis tengah mendekat menuju otot spingter ani dan menyampaikan periper.
Keuntungan dari medial episiotomy adalah perdarahan lebih sedikit dan lebih mudah di-
jahit, jadi luka bisa diobati per primam dan tidak ada bekas luka. Bahanyanya, pecahnya seluruh
perineal, mungkin terjadi. Pada kondidi ini, otot sphincter ani luar dan rectum juga dipecah.
Manajemen dari pecahnya seluruh perineal harus dilakukan perawat dan tidak boleh digagalkan
atau akan menyebabkan membesarnya alvi. Untuk mencegah ruptur perineal, maneuver Ritgen
dilakukan. Bila perineum menegang dan menipis, pegang tangan kiri dan tekan punggung kepala
menuju anus; tangan kanan di perineum.
Dengan ujung jari kanan, melalui kulit perineal dicoba untuk disangkutkan di dagu janin
dan ditekan menuju simfisis dengan hati-hati.
Setelah kepala sudah dikeluarkan, amati bila tali pusat umbilical menggulung atau
membelit di leher janin. Bila terjadi, lepaskan belitan, atau bila sulit, lepaskan guntingan pada
tali pusat dengan dua apitan. Setelah kepala dikeluarkan, kepala akan dilakukan rotasi eksternal
menuju punggung janin. Tahap selanjutnya adalah mengirimkan bahu. Pertama, kirimkan bahu
anterior. Tempatkan tangan di kiri dan sisi kanan dari kepala; tarik kepala pelan-pelan menuju
anus jadi bahu anterior bisa keluar. Jangan tarik terlalu keras dan kasar, dapat dibasahi otot
sterno kleidomastoideus. Kemudian, angkat kepala menuju simfisis menuju pengiriman bahu
posterior. Setelah kedua bahu dikirimkan, tahap selanjutnya adalah pengiriman badan, anterior
trokanter dan kemudian trokanter posterior.
Tahap ini tidak sama sulitnya dengan persalinan kepala dan bahu karena ukurannya lebih
kecil. Dengan kedua tangan di bawah ketiak janin, dan sebagian muncul di punggung, dengan
teratur persalinan badan anterior trochanter dan posterior trochanter. Setelah bayi lengkap
dikirimkan, bayi yang sehat dan normal langsung bernafas dan menangis seketika. Kemudian,
tempatkan bayi dengan kepala di bawah, membentuk sudut 30 o dengan permukaan datar.
Menghirup getah pada jalan udara dengan pengisap. Potong tali pusat umbilical dengan 2 jepi-
tan dengan gunting tumpul. Menjepit titik ujung dari tali pusat pada pinggang janin. Perhatikan
ini, ikatan longgar bisa membahayakan bayi. Cek kandung kemih ibu, bila penuh, segera
kosongkan. Bila memungkinkan menyuruh ibu kencing sendiri. Kandung kemih penuh bisa me-
nyebabkan uterin atoni dan mengganggu persalinan plasenta dan bisa menyebabkan perdara-
han postpartum.
Kala III
Kala III juga disebut kala plasental.. Kala ini penting dengan kala Idan II. Kesalahan dalam
berlangsungnya kala II bisa menyebabkan kematian dari perdarahan. Kala plasenta mulai dari
saat bayi lengkap dikirimkan sampai plasenta dikirimkan lengkap.
Ada 2 tahap pengiriman plasenta: 1) plasenta dilepaskan dari implantasi tempat-
nya uterus. Dan pengiriman plasenta dari uterus.
Seperti anjuran sebelumnya, setelah bayi dikirimkan, uterus masih berkontraksi
dan permukaan uterus sempit, dimana tempat sisipan plasenta. Pengeluaran dapat dim-
ulai dari tengah, berdasarkan schultze atau dari sebagian kecil menurut Mathews Duncan
atau kebersamaan dari tengah dan sisi kecil plasenta. Langkah pertama ditandai dengan
panjangnya tali pusat yang keluar dari vagina (anjuran dari Ahifeld) tanpa perdarahan
vagina, ketika langkah kedua ditandai dengan perdarahan vaginal ketika plasenta
dilepaskan. Umumnya perdarahan tidak lebih 400 ml, bila berlebih ini patologik.
Bila plasenta dikirimkan, otot uterus berhenti berkontraksi, pembuluh darah akan
dijepit ke bawah dan perdarahan akan dihentikan.
Dalam kondisi normal, meliputi Caldeyiro Barcia, plasenta akan dikirim spontan
kira-kira 6 menit setelah bayi dikirimkan. Untuk mengetahui bila plasenta dilonggarkan
dari implantasi, kita menggunakan beberapa maneuver seperti :
Manuver kustner. Turunkan tangan kanan atau tarik tali pusat umbilical.Tangan kiri menekan
simfisis. Bila tali pusat bergerak kembali ke vagina, itu berarti plasenta tidak melepaskan diri
dari dinding rahim. Bila tali pusat tidak bergerak kembali ke vagina, itu berarti plasenta dilepas-
kan. Bila plasenta tidak lengkap dalam pelepasan, perdarahan berlebih bisa terjadi.
Manuver straamann. Turunkan tangan kanan atau tarik tali pusat umbikulus. Tangan kiri
mengetok fundus uterin. Bila bergetar dalam penurunan tali pusat, itu berarti plasenta tidak
dilepaskan dari dinding uterin. Bila tidak ada getaran, plasenta dilepaskan dari dinding uterin.
Manuver Klein. Ibu disuruh mengejan. tali pusat umbilical terlihat bergerak menurun. Bila
dorongan berhenti dan tali pusat bergerak kembali ke vagina, itu berarti plasenta tidak dilepas-
kan dari dinding uterin.
Kombinasi dari 3 manuver bisa dilakukan dengan hati-hati setelah 6-15 menit setelah bayi
dikeluarkan. Bila plasenta dilepaskan secara spontan, itu bisa dilihat bahwa kontraksi dan
dorongan ke atas oleh vagina yang meliputi plasenta. Dengan tekanan cahaya dari fundus uteri,
plasenta bisa dikirimkan dengan mudah tanpa menyuruh pasien mengejan.
Manuver Crede. Dengan pengiriman uterus seperti memeras jeruk untuk melonggarkan
plasenta. Manuver direkomendasikan hanya dalam kondisi terpaksa, seperti dalam perdara-
han. Manuver ini bisa menyebabkan perdarahan postpartum. Pada wanita gemuk, maneuver
sulit dilakukan. Setelah plasenta dikirimkan, cek cotyledonnya. Bila mereka lengkap atau be-
berapa dari mereka masih bersisa di uterus. Tepi plasenta harus terhubung satu dengan yang
lainnya. Pembentukan oleh uterus. BIla kontraksi tidak bagus, uterotunika seperti pitosin, me-
thergin, ermethrin, dsb bisa diberikan.Bila ini baik, luka episiotomy atau bila ada ruptur perineal
harus diamati, dijahit dan diperbaiki.
Kala IV
Kala IV terjadi 2 jam setelah plasenta sudah dikirim lengkap. Maksud dari dokter, bidan
atau asisten pembantu hanya menemani ibu paling sedikit 2 jam setelah proses persalinan.
Kecuali komplikasi itu dari perdarahan postpartum bisa dikurangi atau dicegah. Sebelum
meninggalkan si ibu, 7 nasehat pentingnya:
▪ Kontraksi uterin harus bagus
▪ Tidak ada perdarahan dari vagina atau perdarahan lainnya dari organ genital.
▪ Plasenta dan membran janin harus dikirimkan lengkap.
▪ Kandung kemih harus kosong
▪ Luka di perineum diobati bagus, dan tidak ada hematomi
Latihan Pemeriksaan
Memimpin Persalinan Normal, Kala I
Informed consent
a. Perkenalkan diri Anda sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap pasien.
b. Jelaskan prosedur pemeriksaan
c. Jelaskan risiko tindakan medis
d. Pastikan bahwa suami/ keluarga mengerti semua aspek di atas
e. Isi informed consent dan catat didalam rekam medi pasien
▪ Mengevaluasi warna cairan amnion jika selaput ketuban robek (atau sengaja
memecah selaput ketuban)
▪ Mengevaluasi moulage kepala janin Menentukan fetal distress atau tidak
Persiapan
▪ Cek dan siapkan instrument.
▪ Perangkat persalinan steril
Kaos tangan steril : 2 pasang
Gunting episiotomi : 1 buah
Gunting tali pusat umbililak : 1 buah
Clamp arteri : 2 buah
Half kocher cunam: 1 Buah
Thread/ cord band/ clip : 1 Buah
Kain kasa steril: 5 buah
Sterile drapes : 4 Buah
5 cc dengan 1% lidocain
Benang untuk menjahit luka episiotomi
Obat
Oksitosin
Ergometrin
Perangkat lainnya
Lampu ginekologi
Stetoskop, spigmomanometer
Stetoskop monaural (pinard/laenec)
Oksigen dengan regulator
Antiseptik (chlorhexydin, povidone lodine 10%, iodofor)
Catheter (nelaton, folley)
b. Graduate silinder
c. Bent disk
d. Ember
e. Cairan dekontaminasi
f. Tempat sampah
g. Perangkat resusitasi bayi
Suction dan spatula : 1 set
Kain untuk membersihakn wajah dan badan bayi
Pampers dan selimut
Meja yang kering, bersih dan hangat
h. Inkubator
i. Cutter dan pembalut tali pusat umbilikal: 1 set
j. Spuit no 23 dapat dibuang
▪ Wing needle atau kateter intravena
▪ Obat-obatan:
Cairan natrium bikarbonat 7,5% atau 8,4%
naloxin (narcan) 0,01 mg/kg
Epinephrine 0,01%
Antibiotik
Aqua bidestilata
Cairan dextrosa 10%
Menjelaskan kepada pasien untuk mengambil letak posisi telentang dengan posisi kaki
setengah menekuk.
▪ Menjelaskan kepada pasien, bila refleks mendorong terjadi, dia bisa mendorong bersama-
sama dengan kontraksi.
▪ Menjelaskan pada pasien untuk tidak mendorong pada fase relaksasi antara dua kontraksi.
Disinfeksi
k. Basuh tangan termasuk siku dengan sabun dibawah air yang mengalir
l. Keringkan tangan dan lengan dengan handuk DTT
m. Kenakan baju khusus bedah, plastic pelindung, makser, kacamata, dan sepatu
n. Memakai kaos tangan steril
o. Perangkat posisi pasien
x Posisi pasien disesuaikan dengan fasilitas yang tersedia
Posisi Jongen, lengan pasien mengait erat pada kepala dan bebas pada sisinya
Melakukan prosedur aseptik terhadap bagian-bagian: perut bagian bawah, vulva,
perineum, anus dengan antiseptic dua kali
Letakkan kain penutup pantat, kaki dan bagian bawah perut, kemudian kencangkan
dengan penjepit
Pertolongan persalinan
p. Penolong berdiri di depan vulva (posisi litotomi) atau di sisi kanan pasien (posisi
Jongen).
▪ Menjelaskan pasien bagaimana mendorong dengan benar
▪ Tekankan waktu yang tepat untuk mendorong
Pasien ingin mendorong secara terus menerus perineum tegang
Anus terbuka, bagian mucosal anus terlihat
Kepala janin mendorong pelebaran luaran vagina dengan diameter 3-4 cm
b. Melakukan episiotomy medial/medio lateral bila diperlukan
Dalam primipara atau multipara dengan vagina introitus kaku
Suntikkan anestesi local pada wilayah episiotomy dengan 3-4 ml Lidokain 1%
Ketika perineum sangat tipis atau vulva membuka 4-5 cm, bertepatan dengan kon-
traksi, episiotomy dilakukan
Episiotomi dilakukan dengan menempatkan telunjuk kiri dan jari tengah, berdektan
satu sama lain, antara kepala bayi dan dinding vagina sambil menghadap dokter.
Gunting episiotomi dipegang dengan tangan dan tempatkan secara terbuka di
bawah perlindungan telunjuk kiri dan jari tengah.
c. Selama kontraksi, ibu diminta untuk mengambil napas dalam, menutup mulut rapat,
kemudian dorong ke perut sekuat mungkin Dokter membantu mengeluarkan kepala
janin menggunakan Ritgen Maneuver
▪ Selama kontraksi dan ibu mendorong kepala bayi di vulva diameter 5 cm, tangan
kanan dokter ditutupi kain steril menekan dagu anterior bayi melalui perineum
(kira-kira setinggi coxygeus).
▪ Menggunakan ibu jari, telunjuk dan jari tengah tangan kiri, dokter memegang
kepala atas bayi dengan tegas dan menarik perlahan menuju simfisi sampai
dahi, mata, hidung, mulut, dan dagu keluar semua..
▪ Bersihkan mucus dan cairan dari mulut dan hidung bayi. Keluarkan kepala bayi
dengan metode klasik.
▪ Menggunakan ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah tangan kanan yang ditutupi
kain steril, tekan perineum menuju cranial.
Tangan kiri memegang defleksi kepala, mata, hidung, mulut dan dagu dikeluarkan
dengan respektif.
Bersihkan mucus dan cairan dari mulut dan hidung bayi
Dokter membiarkan bayi melakukan rotasi luar. Jika diperlukan, bantu rotasi luar.
Bila ada tali pusar yang melilit leher bayi:
▪ Bila tali pusar kendor, kendorkan dan lepaskan dengan bantuan jari dokter.
▪ Bila tali pusar erat melilit leher, sebaiknya dijepit ganda dan potong diantara jepi-
tan dengan gunting.
Mengeluarkan bahu bayi dengan cara memegang kepala bayi dengan jari melengkung dan
menarik kuat ke arah posterior untuk mengeluarkan bahu anterior, kemudian dengan lem-
but menarik anterior untuk mengeluarkan bahu posterior.
Mengeluarkan Mengeluarkan seluruh tubuh bayi dengan cara memegang kepala bayi bipa-
rietally, lembut menarik dengan arah yang sama dengan kurva pinggul ibu sampai seluruh
tubuh bayi dikeluarkan sepenuhnya, jika itu terasa berat, asisten dapat membantu dengan
cara melakukan dorongan lembut pada fundus uteri atau dokter bisa memegang ketiak
bayi dan tarik bayi perlahan sampai seluruh tubuh bayi dikeluarkan. Dokter meletakkan
bayi di atas kain steril pada perut ibu.
Menentukan skor APGAR dan resusitasi jika diperlukan (mengacu pada Manual Resusitasi Bayi
Baru Lahir)
Klip tali pusat dengan klem Kocher 5 cm dari perut bayi, kemudian kosongkan tali dengan mem-
ijat tali menuju plasenta. Kemudian klip dengan penjepit Kocher kedua 2-3 cm dari Kocher per-
tama menuju plasenta. Potong tali diantara 2 klem. Batang tali pada perut bayi dipotong dengan
klip tali atau dengan benang / band 2 kali, regangkan ke sisi berlawanan (menghindari regangan
tali dari insertion). Bungkus tali dengan kain kasa steril yang telah direndam dengan antiseptik
ringan (berhati-hati ketika menggunakan antiseptik yang iritatif).
Pengaturan posisi
Meminta ibu ibu untuk menenukan posisi paling nyaman ketika dia sedang melahirkan. Dia
mungkin bisa berjalan, duduk, berlutut, atau tiduran. Aktivitas tersebut bisa membantu proses
penurunan kepala janin. Sarankan ibu untuk tetap berjaln dan bergerak. Minta Ibu untuk TIDAK
berbaring menghadap ke atas. Alasannya: uterus menekan pembuluh darah akan mengurangi
persediaan oksigen dalam darah bagi janin.
Cairan
Minta ibu minum nutrisi atau air mineral selama proses persalinan. Cairan akan memberi en-
ergi dan mencegah dehidrasi yang akan mempengaruhi kontraksi. Alasannya: Dehidrasi akan
membuat ibu lelah dan kontraksi lemah atau membuat kontraksi menjadi tidak terkontrol.
Kebersihan
Infeksi yang mungkin terjadi selama proses persalinan bisa menyebabkan kematian
atau penyakit bagi ibu dan bayi. Perempuan hamil sebaiknya selalu 90 mandi dan menggunakan
pakain bersih selama persalinan. Bidan penolong seharusnya membasuh tangan secepat mung-
kin dan menggunakan alat-alat steril atau DTT. Alasannya: Pencegahan infeksi sangat penting
untuk ibu, bayi dan bidan penolong.
MENGGUNAKAN PARTOGRAF
Partograf WHO telah dimodifikasi untuk membuatnya sederhana dan mudah digunakan. Fase
laten telah dihapus dan perencanaan partograf dimulai pada fase aktif ketika serviks melebar
4 cm. Disertakan sebuah contoh Partograf. Perhatikan bahwa partograf harus diperbesar
hingga ukuran penuh sebelum digunakan. Catat berikut pada partograf:
Informasi pasien: masukkan nama, gravida, para, nomor rumah sakit, tanggal, dan waktu
masuk, dan waktu selaput pecah.
Cairan Amnion: catat warna cairan amnion pada setiap pemeriksaan vaginal
I: Selaput utuh;
C: Selaput robek, cairan jelas;
M : Bercampur cairan mekonium;
B: Cairan bercampur darah
Moulding:
1: Jahitan berlawanan;
2: Jahitan tumpang tindih tapi bisa direduksi;
3: Jahitan . tumpang tindih tapi tidak bisa direduksi
Dilatasi serviks: Evaluasi pada setiap pemeriksaan vaginal dan tandai dengan tanda si-
lang (X) mulai merencakana partograf pada 4 cm
Garis peringatan: Sebuah garis dimulai pada 4 cm dari dilatasi serviks ke titik dilatasi yang
diharapkan penuh pada tingkat 1 cm per jam
Penurunan dinilai: dengan palpasi perut: mengacu pada bagian kepala (dibagi menjadi 5
bagian) yang teraba di atas simfisi pubis; dcatat sebagai sebuah lingkaran
(O) pada setiap pemeriksaan vaginal. Pada 0/5 ubun-ubun
Jam : mengacu pada waktu yang telah berlalu sejak fase aktif dmulai (diamati atau
diekstrapolasi).
Kontraksi : buat grafik setiap setengah jam. Raba jumlah kontraksi dalam 10 menit dan lama
masing-masing dalam detik
Oksitosin: Catat jumlah cairan oksitosin per volume IV dalam tetes per menit setiap
30menit saat digunakan.
Obat yang diperlukan: Catat setiap obat tambahan
Partograf adalah alat yang digunakan untuk mencatat informasi berdasar pada observasi/ ri-
wayat dan kondisi fisik ibu dalam kemajuan persalinan, dan menjadi instrument utama dalam
mengambil keputusan klinis, khususnya pada kala I persalinan.
Untuk mendeteksi apakah kemajuan persalinan berjalan dengan normal, dan bisa
mendeteksi kemungkinan partus lama sejak dini. Ini merupakan hal yang sangat pent-
ing dalam proses pengambilan keputusan klinik dalam kala persalinan.
Menggunakan partograf, semua data pengamatan dimasukkan pada lembar partograf dari
waktu ke waktu. Proses pembuatan keputusan klinis harus dilakukan setelah semua data
terkumpul. Hal ini akan membantu bidan memonitor kemajuan persalinan dan mendeteksi
ketidaknormalan serta melakukan intervensi yang diperlukan untuk 93 menyelamatkan ibu dan
bayi baru lahir. Berikut adalah skema proses pembuatan keputusan klinis.
Pengumpulan data → diagnosis → Evaluasi → Pengelolaan harus selalu dilakukan setiap kali
proses monitoring partograf.
Bagian partograf
Rekam medis pada partograf terdiri dari penemuan-penemuan hasil pengamatan yang
dilakukan selama kala I persalinan yang meliputi :
Kemajuan persalinan
▪ Dilatasi serviks
▪ Penurunan kepala janin
▪ Kontraksi uterus
Kondisi janin
▪ Denyut jantung janin
▪ Cairan
▪ Moulase tulang tengkorak janin
Kondisi ibu
▪ Tekanan darah, nadi dan suhu
▪ Urin: volume, protein dan acetanol
▪ Obat dan cairan IV
A. Kemajuan Persalinan
Dilatasi serviks
Kala I persalinan dibagi menjadi fase laten dan fase aktif. Fase laten terjadi ketika dilatasi
serviks adalah 0-3 cm, sedangkan fase aktif adalah ketika dilatasi serviks 4-10 cm. Catatan Par-
tograf dimulai pada fase aktif. Yang dimulai ketika dilatasi serviks dibaca pada catatan partograf
dalam garis peringatan berdasar pada dilatasi.Sepanjang sisi kiri adalah nomor 0-10 berla-
wanan dengan persegi: masing-masing persegi melambangkan dilatasi 1 cm. Sepanjang sisi
bawah grafik adalah nomor 0-16: masing-masing persegi melambangkan 1 jam.
Dilatasi serviks dicatat dengan “x” pada garis peringatan. Hal ini dilakukan setiap 4 jam,
kecuali ada kontraindikasi.
Catatan Catatan diiatasi serviks, ibu datang pada fase laten.
Jika ibu datang pada fase laten, temuan observasi dan dilatasi serviks serta waktu di KMS dari
ibu sendiri atau pada kertas lain.
Setelah kontraksi menurun 1-2 dari pemeriksaan pertama (saat datang), ibu boleh pu-
lang ke rumah. Kemungkinan ini adalah inpartu
Tetapi, jika kontraksi meningkat frekuensinya dan tetap seperti itu beberapa saat dan dii-
kuti oleh dilatasi serviks 4 cm atau lebih, maka ini dicatat pada partograf.. Perhatikan con-
toh partograf pada halaman 56.
Waktu datang adalah 13.00, dilatasi serviks 3 cm → fase laten (tidak
dicatat pada partograf)
Pada waktu 17.00, dilatasi serviks 5 cm → Fase final
(dicatat pada partograf)
Dilatasi serviks segera dialihkan ke “garis peringatan” dan dicatat dibawah “x” tanda pada
kolom waktu.
Pada fase aktif, dilatasi serviks adalah 4-10 cm→ NORMAL paling tidak 1
cm/jam.
Ketika kemajuan persalinan NORMAL → dilatasi seharusnya TIDAK berge-
rak ke arah kanan dari GARIS PERINGATAN.
Ketika masuk rumah sakit masuk fase laten, catatan pengamatan tidak
dilakukan pada partograf.
Dilatasi serviks pada fase aktif dimulai pada garis peringatan.
3. Kontraksi uterus
Supaya persalinan mengalami kemajuan dengan baik, harus ada kontraksi uterus yang baik.
Pada persalinan normal biasanya menjadi lebih sering dan bertahan lebih lama sebagai
kemajuan persalinan
Kontraksi harus dilakukan setiap jam pada fase laten dan setiap setengah jam pada fase
aktif untuk mengetahui:
▪ Frekuensi - seberapa sering mereka merasakan setiap 10 menit?
▪ Durasi - berapa lama berakhir di setiap detik?
4321
0
1 2 3
Kontraksi uterus
Pada setengah jam kontraksi pertama:
Pada fase aktif, partograf sebaiknya dimulai ketika ada satu atau lebih kon-
traksi dalam 10 menit, masing-masing berakhir lebih dari 20 detik
B. Kondisi Janin
Denyut jantung janin dicatat pada bagian atas partograf. Hal ini dicatat setiap setengah jam
dan masing-masing kolom mewakili setangah jam. Jumlah denyut jantung sama dengan jumlah
pada diagram sebelah kiri. Denyut jantung normal adalah 120-160 kali/menit.
Bila denyut jantung tidak normal terdengar, disarankan ibu untuk tiduran ke sisi kiri. Pada
persalinan kala I, dengarkan denyut jantung setiap 15 menit untuk paling tidak 1 menit
segera setelah kontraksi. Jika denyut jantung tetap tidak normal lebih dari 3 pengamatan,
seharusnya dilakukan tindakan kecuali persalinan sangat dekat (lihat juga table 3.3 mon-
itoring dan pengelolaan pada persalinan kala I yang sulit, halaman 62).
Bila ftal distress terjadi pada persalinan kala II, lihat pengelolaan komplikasi halaman 86
Detak jantung jantung 100 atau dibawahnya, atau 180 atau lebih lebih mengindikasikan
distress yang parah dan tindakan harus dilakukan saat itu juga..
Bila meconium tebal di setiap waktu atau cairan kosong pada saat selaput robek, dengarkan
jantung janin lebih sering, karena ini mungkin tanda fetal distress.
C. Kondisi ibu
Semua catatan kondisi ibu dimasukkan pada kaki partograf, dibawah catatan kontraksi uterus.
1. Nadi – Tekanan darah –Suhu
Nadi : Setiap setengah jam
Tekanan darah : Setiap 4 jam sekali, atau lebih sering jika ada indikasi
Suhu : Setiap 4 jam sekali atau lebih sering, bila ada indikasi
Untuk mendokumentasikan kemajuan persalinan, dari kala I sampai kala IV, serta ke-
lahiran.
Untuk mendeteksi apakah kondisi ibu, khususnya dalam monitoring kala IV, kema-
juan bagus.
Menyediakan data untuk memonitor apakah pengelolaan persalinan sesuai dengan standar
APN.
Catatan persalinan di belakang partograf berisi hal-hal di bawah ini:
▪ Data utama
▪ Kala I
▪ Kala II
▪ Bayi baru lahir
▪ Kala III
▪ Kala IV
Data utama
Data primer terdiri dari tanggal, nama bidan, tempat kerja, alamat, catatan, alasan rujukan,
tempat rujukan, dan asisten ketika melakukan rujukan. Data diisi pada tempat yang sudah dise-
diakan, atau dengan memberi tanda 3 pada jawaban yg sesuai. Untuk pertanyaan nomor 5,
lingkari jawaban yang benar, dan untuk nomor 8, dimungkinkan untuk mempunyai jawaban
lebih dari satu.
Kala I
Kala I terdiri atas item partogram yang melewati garis. Masalah lain, pengelolaan, dan hasil
pengelolaan. Untuk pertanyaan nomor 9, lingkari jawaban yang sesuai. Pertanyaan lain
dilengkapi pada kasus masalah lain ditemukan dalam kemajuan persalinan.
Kala II
Kala II berisi item episiotomi. Mereka adalah pendamping persalinan, fetal distress, distokia
bahu, masalah lain, pengelolaam dan hasil. beri tanda 3 pada kotak yang berisi jawaban yang
sesuai. Untuk pertanyaan nomor 13, jika jawaban “Ya”, beri indikasi tindakan. Untuk pertan-
yaan nomor 14, ini memungkinkan memiliki jawaban lebih dari 1 jawaban. “Masalah lain” ada-
lah jika terdapat masalah lain pada kala II sebelumnya.
Pertanyaan pada kala II adalah
Episiotomi
{ } Ya, Indikasi: ...
{ } Tidak
Yang hadir saat kelahiran (siapa yang mendampingi dalam proses persalinan):
{ } suami { } dukun
{ } keluarga { } tidak ada seorangpun
{ } teman
Distosia
{ } Ya, dilakukan tindakan a. ....
b. ....
c. ....
{ } Tidak
Kala III
Kala III melibatkan periode kala III, jumlah perdarahan, plasenta tidak keluar > 30 menit, Laseri-
sasi, atonia uteri, masalah lainnya, pengelolaan dan hasil. Isikan jawaban pada tempat yang
tersedia dan beri tanda 3 pada kotak yang berisi jawaban yang sesuai. Nomor 26 dan 28, lingkari
jawaban yang benar.
▪ Laserasi :
{ } Ya, dimana : ...
{ } Tidak
Data bayi baru lahir terdiri dari berat badan, panjang, jenis kelamin/ seks dan hasil evaluasi bayi
tersebut. Berikan jawaban pada tempat yang sudah disediakan dan beri tanda 3 pada kotak
yang berisi jawaban yang sesuai. Untuk pertanyaan nomor 36 dan 37, lingkari jawaban yang
sesuai, sedangkan nomor 38 kemungkinan memiliki jawaban lebih dari 1.
Pertanyaan adalah:
Berat : ... gram
Panjang : ... cm
Jenis kelamin : L / P
Evaluasi bayi baru lahir ; bagus/ komplikasi { } Me-
nyusui, waktu : ... Jam setelah bayi lahir { } Tidak,
alasan : ...
Bayi baru lahir:
{ } Normal, tindakan :
{ } mengeringkan
{ } pemanasan
{ } stimulus aktif
{ } selimuti bayi dan letakkan di samping ibu
{ } Asfiksia/pucat/biru/lemah, tindakan :
{ } mengeringkan { } mengeluarkan jalan lahir
{ } stimulus aktif { } pemanasan
{ } mengeluarkan system pernapasan { } lain-lain
{ } Bungkus bayi baru lahir dan letakkan disamping ibu { }
Cacat bawaan, sebutkan : ...
{ } Hipotermi, tindakan :
a. ...
b. ...
c. ...
{ } Lain-lain, sebutkan : ...
{ } Hasil : …. Kala IV
Kala IV terdiri dari data tekanan darah, nadi, suhu, tinggi fundus, kontraksi uterus, kandung
kemih dan perdarahan. Monitoring pada Kala IV sangat penting, khususnya untuk menilai
apakah perdarahan terjadi mengikuti persalinan. Monitoring pada Kala IV diisi setiap 15 menit
pada satu jam pertama setelah bayi lahir, dan setiap setengah jam pada jam berikutnya. Isi
pada setiap kolom dengan hasil dan jawaban pertanyaan pada Kala IV di tempat yang tersedia.
Bagian yang diarsir tidak perlu diisi.
Pengamatan PARTOGRAF
Berdasarkan data yang bernomor pendaftaran R-1-20398 yang dikumpulkan pada jam 13.00,
bidan Ita kemudian mendiagnosa persalinan Ibu Rohati masuk fase laten. Semua temuan dicatat
pada KMS dan diberitahukan kepada Ibu Rohati yang memilih untuk tinggal di klinis selama dia
merasa kontraksi uterus.
Pada jam 17.00 Ibu Rohati merasakan kontraksi lebih sering. Hasilnya adalah penurunan kepala
janin 3/5, kontraksi uterus 4 kali dalam 10 menit selama 40 detik, dan denyut jantung bayi
134/menit. Dilatasi serviks 5 cm, tidak ada moulding, selaput utuh. Tekanan darah ibu 120/70
mmHg, suhu 370 C dan nadi 88/ menit. Sebelumnya ibu mengeluarkan urin 100 cc.
Mengamati PARTOGRAF
Pada jam 17.00 Ibu Rohati masuk fase aktif. Tanda dilatasi serviks diletakkan pada garis
peringatan. Kontraksi uterus, denyut jantung bayi, dan nadi ibu dilihat setiap setengah jam,
dan data dicatat sebagai berikut:
Pada jam 17.30 DJJ 144/ menit, kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik, nadi 80/
menit.
Pada 18.00 DJJ 144/ menit, kontraksi 4 kali dalam10 menit selama 45 detik, nadi 88/ menit.
Pada jam18.30 DJJ 140/ menit, kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik, nadi 90/
menit.
Pada jam 19.00 DJJ 134/ menit, kontraksi 4 kali dalam10 menit selama 45 detik, nadi 97/
menit.
Pada jam 19.30 DJJ 128/ menit, kontraksi 4 kali dalam 10 menit selama 45 detik, nadi 88/
menit.
Pada jam 20.00 DJJ 128/ menit, kontraksi5 kali dalam 10 menit selama 45 detik, nadi 88/
menit.
Pada jam 20.30 DJJ 128/ menit, kontraksi 5 kali dalam 10 menit selama 45 detik, nadi 90/
menit
Temuan pada jam 21.00 adalah:
Penurunan kepala janin 1/5, kontraksi dalam 10 menit, dan terasa 45 detik; denyut jantung
janin 130/ menit. Dilatasi serviks 10 cm, tidak moulding, selaput robek, dan cairan jernih.
Tekanan darah 120/70 mmHg; suhu 37 o C, dan nadi 80/ menit.
Pada jam 21.30 seorang bayi perempuan lahir dengan baik, berat badan 3000 gram, pan-
jang 48 cm. Bayi baru lahir menangis secara spontan.
Oksitosin segera disuntikkan dan manajemen aktif untuk kala III dilakukan. Plasenta dikeluar-
kan 5 menit setelah janin. Episiotomi tidak dilakukan, dan rupture prienum tidak terjadi.
Perdarahan 150 ml.
Selama 10 menit tidak ada kelainan Kala IV (bahkan sampai jam 21.45). Monitoring dilakukan
setiap 15 menit pada jam-jam awal (pada 22.00, 22.15, 22.30, 22.45) tekanan darah (dalam
rangka): 120/70 mmHg, 120/70 mmHg, 110/70 mmHg, 110/70 mmHg. Frekuensi nadi 80 de-
tak/ menit, 76 detak/ menit, 76 detak/ menit, 76 detak/ menit.
Suhu 38o c. Tinggi fundus uteri 3 jari, 3 jari, 3 jari, 2 jari dibawah pusar, dengan kontraksi kuat
fundus uteri, tidak ada perdarahan.
Monitoring setiap setengah jam (23.14 dan 23.45) catat tekanan darah 110/70 mmHg dan
110/70 mmHg, nadi 80 detak/ menit dan 80 detak/menit, suhu 37,8 o C, tinggi fundus uteri 2 jari
dibawah pusar, dan kontraksi bagus fundus uteri dan tidak ada perdarahan.
BAB VI
TUTORIAL
S
k
o
r
dinilai
Kemampuan
RANAH KOGNITIF
penguasaan materi
diskusi kelompok
5 Pelaporan materi
yang dipelajari
Kerjasama dalam
tim
Nilai < 60
Kemampuan indiviu
orang lain
11 Kemampuan
memberikan
penilaian terhadap
orang lain
12 Kemampuan
melakukan refleksi
13 Kemampuan Terlambat
menerima tanggung
diberikan
datang setelah
tutor masuk
Nilai < 60
25
Bagus mahasiswa yang memiliki performa dalam grup di atas rata-rata(skor: 70-80).
Tidak dapat dinilai mahasiswa tidak datang terlalu sering (skor: 0).
tahap selanjutnya
Menetapkan masa-
2. lah x Meminta kelompok untuk x Tulis istilah-
kemungkinan definisi masalah istilah
Kelompok dalam x Berkontribusi menguraikan di
tutorial mendefinisi-
kan anggota kelompok tersebut
masalah dalam satu
set x Mengecek bila masing-masing
sudah puas dengan definisi masa-
pertanyaan lah
x Menyimpulkan dan memproses ke
tahap selanjutnya
Menganalisis masa- M
4. lah x Memastikan bahwa semua poin x em
bu
at
untuk berkontribusi
Tulis defin-
5. Menetapkan tujuan x Meminta untuk kemungkinan x isi-
belajar tujuan belajar definisi
2. Tahap
Pelaporan
x Meminta tambahan
pertanyaan,mempromosikan
secara mendalam dalam
x diskusi
Mendorong anggota ke-
lompok
untuk menemukan hubungan
antar topik
SKENARIO 1
Trigger 1:
Seorang perempuan, usia 20 tahun mengeluh perdarahan dari vagina tanpa disertai
kontraksi perut sejak 1 hari. pasien mengeluhkan tidak haid sekitar 2 bulan yang lalu,
namun 3 minggu setelah haid terakhir , keluar perdarahan dari jalan lahir tetapi hanya
flek-flek selama 2 hari kemudian berhenti. Siklus haid sebelumnya teratur, lamanya 5-7
hari. Dia juga mengeluh payudaranya membengkak dan badannya lemas terutama pada
pagi hari serta disertai rasa mual. Riwayat jatuh & minum obat-obatan disangkal. riwayat
Hipertensi, Jantung, Asma, Diabetes dan alergi disangkal, riwayat trauma disangkal.
SKENARIO 2
Triger satu
Seorang perempuan, usia 23 tahun, G1P0A0 hamil 38 minggu, datang ke puskesmas
pada tanggal 30 April 2016 pukul 13.00. dengan keluhan mulas-mulas dan dirasakan
sejak pukul 05.00, kontraksi teratur, Pasien merasa hail 9 bulan, gerakan janin aktif,
belum keluar air air, lendir darah (-). Pasien melakukan kontrol rutin dengan bidan
selama kehamilan tidak ada keluhan. Riwayat hipertensi, jantung, asma, diabetes meli-
tus dan alergi disangkal.
SKENARIO 3
Triger Satu
Seorang perempuan, usia 40 tahun, G4P3A0, Umur kehamilan 39 minggu, datang
dengan rujukan dari bidan dengan keterangan kala II tak maju. Pasien merasa hamil
9 bulan, pasien mengeluhkan perut terasa sakit, kenceng-kenceng teratur sudah
dirasakan, gerakan janin masih dirasakan, air ketuban rembes sejak 24 jam yang lalu.
lendir darah (+), riwayat hipertensi, jantung, diabetes melitus, asma dan alergi
disangkal
Trigger 1:
Seorang perempuan, G4P2A1, 38 tahun umur kehamilan 34 minggu, datang ke Ru-
mah Sakit PONEK dengan keluhan kaki bengkak sejak 5 hari yang lalu. Selama hamil
pasien kontrol di bidan dan tekanan darah diketahui meningkat sejak umur kehami-
lan 5 bulan. Akhir-akhir ini berat badannya meningkat 1 kg/minggu. Riwayat
hipertensi sebelum hamil, DM, asma disangkal. Riwayat keluarga sakit hipertensi
disangkal. Riwayat fertilitas baik. Keluhan nyeri kepala,nyeri ulu hati, mual muntah
dan pandangan kabur disangkal
Petunjuk belajar untuk mahasiswa :
◉ Mahasiswa memahami patofisiologi preeklampsia
◉ Mahasiswa mengetahui penaganan awal preeeklampsia
◉ Mahasiswa mengetahui komplikasi preeklampsia
SKENARIO 5
Seorang P2A0, 30 tahun datang ke puskesmas untuk konsultasi KB. Wanita terse-
but masih menyusui bayinya yang sekarang berusia 16 bulan. awalnya pasien
menggunakan KB suntik namun karena haid menjadi tidak teratur, banyak jerawat
dan berat badan bertambah maka sejak anaknya umur 12 bulan menggunakan KB
pil. Namun timbul masalah juga karena sejak menggunakan pil KB ASI semakin
berkurang. Selain itu juga sering mengeluh mual dan nyeri kepala. Oleh karena itu
pasien ingin mencoba metode KB lain yaitu pantang berkala namun belum tahu
caranya. Siklus haid selama memakai Pil KB teratur, lama siklus haid 28 hari.
SKENARIO 6
Seorang wanita, P4A0, 40 tahun mengeluh haid lama dan banyak. Siklus haid tera-
tur, setiap bulan pasti haid dan biasanya maju 7 hari dari haid bulan yang lalu. Men-
arche terjadi usia 12 tahun, semula lamanya haid 7-8 hari tanpa disertai nyeri. Sejak
6 bulan terakhir lamanya haid menjadi 15-20 hari, darah banyak bergumpal-gumpal
dan disertai nyeri. Perutnya terasa tidak nyaman, seperti ada yang mengganjal dan
tampak membesar. Kadang disertai mual, muntah dan akhir-akhir ini sering sulit
biang air kecil dan buang air besar. Sudah menikah sejak 8 tahun yang lalu, sudah
dikaruniai anak. Selama 8 tahun pernikahannya, menggunakan KB suntik 3 bulanan.
Diskusikan kasus diatas dengan metode Seven Jumps
SKENARIO 7
(TUTORIAL DALAM BAHASA INGGRIS)
Seorang wanita berumur 40 tahun, P2A0, mengalami keputihan yang hilang timbul,
gatal, berbau dalam vaginanya selama sebulan, sudah pernah diobati dan menjaga
hiegine dengan pembersih vagina serta minum antibiotik tapi belum ada perubahan.
seminggu terakhir ini keluar darah dari jalan lahir . Riwayat hipertensi, jantung, dia-
betes melitus, asma dan alergi disangkal.