Anda di halaman 1dari 257

MODUL

SISTEM ENDOKRIN

UNTUK MAHASISWA S-1 KEPERAWATAN

PENYUSUN

Nixson Manurung, S.Kep.,Ns.,M.Kep

S E KO L A H T I N G G I I L M U K E S E H ATA N I M E L D A
P R O G RA M S T U D I S - 1 K E P E RAWATA N
2014
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunya modul
pembelajaran Keperawatan Sistem Endokrin ini. Panduan belajar ini merupakan tuntunan bagi
mahasiswa untuk mencapai kompetensi pada Mata Kuliah Keperawatan Sistem Endokrin.
Pendekatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran ini adalah pendekatan
Student Centered Learning (SCL) dengan metode pembelajaran, kuliah, penugasan, diskusi dan
seminar, dimana mahasiswa dituntut secara aktif untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan.
Panduan belajar inilah yang akan memandu mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang
ditetapkan. Dosen yang semula sebagai sumber utama, dalam pendekatan Student Centered
Learning (SCL) hanya sebagai fasilitator saja. Dalam mempelajari Keperawatan Sistem Endokrin
ini, mahasiswa tidak hanya mencapai kompetensi yang bersifat hard skill tetapi juga soft skill,
sesuai dengan visi institusi STIKes Imelda Medan. Kompetensi utama hard skill yang ingin
dicapai oleh mahasiswa meliputi kemampuan menyusun asuhan keperawatan yang berkaitan
dengan berbagai permasalahan sesuai dengan kasus medikal bedah (Sistem Respirasi, Sistem
Pencernaan, Sistem Kardiovaskuler, Sistem Persepsi Sensori). Kami berharap panduan belajar
ini dapat mengantarkan mahasiswa mencapai kompetensi yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan.

Medan, Agustus 2014


Penyusun

Nixson Manurung, S.Kep.,Ns.,M.Kep


PENDAHULUAN

Endokrinologi merupakan ilmu yang memiliki konsep yang luas dan terus berkembang.
Pada dasarnya sistem endokrin menggunakan hormon untuk menyampaikan informasi antar
jaringan yang berbeda. Hormon dilepaskan oleh kelenjar endokrin dan ditranspor melalui
aliran darah ke jaringan kemudian menempel ke molekul reseptor dan mengatur fungsi
jaringan target tersebut. Hormon dapat bekerja secara lokal dengan terikat ke reseptor yang
diekspresikan oleh sel yang dekat dengan tempat dilepaskannya hormon, tetap dalam
membran dari satu sel, bekerja pada reseptor yang terletak pada sel yang sama, atau dapat
bekerja di dalam sel tanpa dilepaskan. Cara kerja hormon ini disebut paracrine, juxtacrine,
autocrine atau intracrine. Keperawatan sistem endokrin merupakan salah satu mata ajar yang
harus dicapai oleh mahasiswa program S1 Keperawatan karena seorang perawat lulusan S1
Keperawatan diharapkan mampu melaksanakan peran dan fungsinya untuk memberikan
pertolongan pada klien yang mengalami kondisi gangguan sistem endokrin.
Kompetensi yang akan dicapai pada mata ajar ini adalah : Melakukan simulasi asuhan
keperawatan dengan kasus gangguan sistem endokrin pada berbagai tingkat usia dengan
memperhatikan aspek legal dan etis, Melakukan simulasi pendidikan kesehtan dengan kasus
gangguan sistem endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan
etis, Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan sistem endokrin
dan menggunakan hasil penelitian dlm mengatasi masalah sistem respirasi, Melakukan simulasi
pengelolaan asuhan pada sekelompok klien dengan gangguan sistem endokrin pada berbagai
tingkat usia dengan memperhatikn aspek legal dan etis, Melaksanakan fungsi advocasi pada
kasus dengan gangguan sistem endokrin pada berbagai tingkat usia dan Mendemonstrasikan
intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem endokrin pada berbagai tingkat
usia sesuai dengan standar yang berlaku,dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga
menghasilkan pelayanan yg efisien dan efektif.
Pada mata ajar ini, dipelajari tentang dasar sintesis hormon, pelepasan dan cara
kerjanya, dilanjutkan dengan diskusi keterkaitan hormon dengan metabolisme dalam tubuh
manusia serta gangguan yang menyertainya. Beberapa gangguan yang dibahas diantaranya
adalah hiperlipoproteinemia, diabetes melitus, obesitas, hipertirod adrenal cortex failure dan
gangguan hormon lainnya. Masa pembelajaran menerapkan situasi pembelajaran kuliah,
diskusi kelompok, belajar mandiri dan latihan ketrampilan klinik. Pada akhir masa
pembelajaran dilakukan ujian dengan metode pilihan ganda.
Bahan ajar ini disusun agar mahasiswa dapat menjadikan sebagai bahan pedoman dan
panduan belajar dalam melakukan asuhan keperawatan sistem endkrin baik dilaboratorium
maupun dipraktek klinik keperawatan.
Bahan ajar ini dapat dipelajari dengan cara membaca, menelaah prinsip-prinsip,
membahas soal latihan, melakukan praktek laboratorium dan melakukan praktek klinik dengan
bimbingan.
Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa S1 Keperawatan. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan bahan ajar ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Medan, ......Januari 2014


Tim penyusun Sistem Endokrin

Nixson Manurung, S.Kep.,Ns.,M.Kep


Learning Objektif :

1. Mampu membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis sistem endokrin
2. Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem endokrin
3. Mampu melakukan pengkajian sistem endokrin
4. Mampu menjelaskan beberapa prosedur pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan
pada klien dengan gangguan sistem endokrin
5. Mampu menjelaskan penyakit yang berhubungan dengan peningkatan sekresi kelenjar
endokrin
6. Mampu merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami gangguan sistem endokrin
7. Mampu melaksanakan evaluasi terhadap proses keperawatan yang diberikan
8. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
9. Mampu melaksanakan pencegahan primer, sekunder dan tersier pada masalah sistem
endokrin
10. Mampu melakukan penelitian yang terkait dengan sistem endokrin
11. Mampu melakukan manajemen kasus
12. Mampu memberikan advocay terkait pada penderita sistem endokrin
13. Mampu melakukan prosedur keperawatan pada penderita gangguan sistem endokrin
BAB – 1
PENDAHULUAN

A. DESKRIPSI MATA AJAR


Fokus mata ajar ini membahas tentang sistem endokrin dimana dasarnya sistem
endokrin menggunakan hormon untuk menyampaikan informasi antar jaringan yang
berbeda. Capaian pembelajaran dalam RPS ini akan dicapai melalui pendekatan Student
Center Learning dengan metode pembelajaran, kuliah, penugasan, diskusi dan seminar.
Bahan diskusi dapat diperoleh dari buku sumber yang telah direkomendasikan oleh
masing-masing dosen maupun referensi lain yang relevan. Proses pembelajaran
difokuskan pada diskusi dan ceramah di kelas dan pengalaman belajar praktikum di
laboratorium. Penugasan individu dan kelompok dalam bentuk seminar dan membuat
pelaporan tentang praktikum

B. PRASYARAT
Dalam mengikuti mata kuliah ini maka setiap mahasiswa wajib telah berhasil melalui atau
mengikuti mata kuliah anatomi dan fisiologi.

C. TUJUAN MATA AJAR


Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan mahasiswa mampu membahas tentang
prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis keperawatan sistem endokrin dalam
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai tingkat usia manusia mulai dari pembentukan
dalam kandungan sampai lansia.

D. KOMPETENSI MATA AJAR


1. Mampu membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis sistem
endokrin
2. Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem endokrin
3. Mampu melakukan pengkajian sistem endokrin
4. Mampu menjelaskan beberapa prosedur pemeriksaan diagnostik yang lazim
dilakukan pada klien dengan gangguan sistem endokrin
5. Mampu menjelaskan penyakit yang berhubungan dengan peningkatan sekresi
kelenjar endokrin
6. Mampu merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami gangguan sistem endokrin
7. Mampu melaksanakan evaluasi terhadap proses keperawatan yang diberikan
8. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
9. Mampu melaksanakan pencegahan primer, sekunder dan tersier pada masalah sistem
endokrin
10. Mampu melakukan penelitian yang terkait dengan sistem endokrin
11. Mampu melakukan manajemen kasus
12. Mampu memberikan advocay terkait pada penderita sistem endokrin
13. Mampu melakukan prosedur keperawatan pada penderita gangguan sistem endokrin

E. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL


1. Pelajari daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat dan teliti. Karena
dalam skema modul akan nampak kedudukan modul yang sedang Anda pelajari
dengan modul-modul yang lain.
2. Kerjakan soal-soal dalam cek kemampuan untuk mengukur sampai sejauh mana
pengetahuan yang telah Anda miliki
3. Apabila Anda dalam mengerjakan soal cek kemampuan mendapat nilai ≥7,00, maka
Anda dapat langsung mempelajari modul ini. Tetapi apabila Anda mendapat nilai
<7,00, maka Anda harus mengerjakan soal cek kemampuan lagi sampai mendapat
nilai ≥7,00.
4. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar untuk
mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan.
5. Pahami setiap materi teori dasar yang akan menunjang dalam penguasaan suatu
pekerjaan dengan membaca secara teliti. Kemudian kerjakan soal-soal evaluasi
sebagai sarana latihan.
6. Untuk menjawab tes formatif usahakan memberi jawaban yang singkat, jelas dan
kerjakan sesuai dengan kemampuan Anda setelah mempelajari modul ini
7. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bilamana perlu
konsultasikan hasil tersebut pada guru/pembimbing
8. Catatlah kesulitan yang Anda dapatkan dalam modul ini untuk ditanyakan pada
guru/pembimbing pada saat kegiatan tatap muka. Bacalah referensi lainnya yang
berhubungan dengan materi modul agar Anda mendapatkan tambahan pengetahuan
F. PENJELASAN BAGI MAHASISWA
1. Ketentuan Umum
a. Setiap mahasiswa mematuhi peraturan yang telah ditentukan institusi seperti:
- Memakai seragam atas putih, bawah putih. Sepatu warna hitam atau
putih dan tidak menimbulkan suara. Kerudung/kap sesuai dengan yang
sudah diseragamkan. Tidak diperkenankan menggunakan perhiasan,
kaos. Lengkap dengan tanda pengenal
- Displin dalam menggunakan atribut
- Tidak menggunakan make up secara berlebihan (rambut palsu, bulu
mata palsu, pewarna rambut, soft lens berwarna, pewarna kuku,
perhiasan berlebihan dan bros berlebihan)
b. Persiapan buku-buku sebagai materi pendukung
c. Kehadiran (presensi)
Setiap mahasiswa wajib memenuhi kehadiran 75% pada jumlah pertemuan
mata kuliah
d. Izin/Ketidakhadiran
Izin dapat dilakukan mahasiswa jika ada kepentingan yang tidak bisa ditinggal*)
dengan diketahui langsung oleh dosen pengajar dan wali kelas, maksimal 3
hari. Ijin harus disampaikan kepada wali kelas, sekretaris program studi dan
ketua program studi. Bagi mahasiswa yang ijin >3 hari wajib diketahui oleh
Ketua STIKes Imelda Medan. Secara keseluruhan ijin maksimal 6 hari dengan
ketentuan penggantian. Ketidakhadiran lebih dari 6 hari mahasiswa dinyatakan
mengundurkan diri dari departemen yang sedang dijalani.

2. Ketentuan Lain
a. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh ketentuan tata tertib
b. Mahasiswa wajib mengisi presensi, buku panduan, dan seluruh ketentuan
program yang dijalankan
c. Mahasiswa wajib mengumpulkan seluruh makalah atau dokumen yang telah
diisi pada setiap persentase sebelum mengikuti ujian akhir semester
d. Ketentuan lain yang belum termasuk di dalam peraturan ini akan diselesaikan
berdasarkan keputusan yang akan datang.
Keterangan :
*) Jenis yang dipertimbangkan :
1. Keluarga meninggal dunia
2. Sakit
3. Masalah administrasi (bukti dilampirkan)

G. PERAN DOSEN
1. Role model
Mahasiswa belajar melalui observasi tindakan dan clinical reasoning dari dosen. Role
model disini adalah sebagai klinisi dan life-long leraner (pembelajaran sepanjang
hayat).
2. Fasilitator
Orang yang memfasilitasi, mendorong mahasiswa dalam proses pembelajaran
3. Motivator
Mampu membangkitkan motivasi mahasiswa. Berbagaimacam cara untuk
membangkitkan minat mahasiswa yaitu dengan menyusun instruksional disain atau
metode ACRS
4. Evaluator
Evaluasi performan mahasiswa, dengan memberikan feedback. Serta sebagai evaluator
dalam ujian sumatif
5. Manager
Sebagai manejer individual adalah membantu mahasiswa mencapai tugas dan tujuan
pembelajaran. Sebagai manejer environment adalah mengatur lingkungan fisik, sosial,
individu atau personal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai manejer group
yaitu meningkatkan efektif kelompok..
6. Konselor
Memberikan konseling secara formal dan informal.
7. Research
Sebagai peneliti dan pengobservasi yang hasil penelitian tersebut dapat dijadikan
bahan rujukan dalam pembelajaran, praktek dan ilmu.

H. STRATEGI PERKULIAHAAN
1. Mini lecturer
2. Case study
3. Fokus Group Disscusion (FGD)
4. Small Group Disscusion (SGD)
5. Cooperative Learning
I. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan mengunakan penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif
adalah penilaian aktifitas dan proses selama proses pembelajaran. Penilaian sumatif
mengunakan ujian tertulis pada pertengahan dan akhir semester. Penilaian formatif dan
sumatif berdasarkan pada pembobotan yang telah dilakukan pada Rancangan
Pembelajaran Kredit Per Semester (RPKPS). Peserta didik dikatakan lulus jika nilai minimal
adalah C.

Nilai Angka Nilai Mutu


85 < 100 A
80 < 85 A-
75 < 80 B+
70 < 75 B
65 < 70 B-
60 < 65 C+
55 < 60 C
50 < 55 C-
40 < 50 D
0 < 40 E

J. BAHAN BACAAN
1. Arlene, (1996) Care Prinsiples and Practice of Medical Surgical Nursing, WB
Saunders Company, Philadelphia
2. Black, (2005) Medical Surgical Nursing Clinical Management for Contiunity of
Care, 5 th ed. WB Saunders Company, Philadelphia.
th
3. Brunner & Suddarth’s (1996) Texbook of Medical Surgical Nursing,8 ed,
Lippincot-Raven Pub, Philadelpia
4. Chew SL, Leslie David. (2006): Clinical Endocrinology and Diabetes, an illustrated
colour text. Churchill livingstone
5. Gardner D.G, Shoback D. (2007): Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology 8 th
Edition. Mc Graw Hill.
BAB – 2
MATERI PEMBELAJARAN PERKULIAHAN

A. RENCANA PEMBELAJARAN MAHASISWA


Materi perkuliahan sistem endokrin dilaksanakan selama satu semester sebanyak 14 kali
pertemuan dan 1 pertemuan untuk ujian tengah semester dan 1 pertemuan untuk ujian
akhir semester. Adapun rancangan topik pembelajaran dapat dilihat dalam matrik jadwal
perkuliahan per semester

Tabel 2.1. Matriks Jadwal Perkuliahan Per Semester

Mata Kuliah : Sistem Endokrin


Kode : MKKB 05.a
Semester : Tingkat II Semester IV
Beban Kredit : 3 SKS (T=2, P=1)  (T = 14 mgg x 100 menit, P = 14 mgg x 100
menit)

Hari / Tanggal
Capaian Pembelajaran Metode / Pertemuan
Waktu
1. Menjelaskan jenis-jenis dan fungsi organ  Mini lecturer,
endokrin (kelenjar hormon) dan sistem  Case study,
stimulasi represi hormon  FGD,
2. Menjelaskan masalah-masalah pada
 Cooperative
organ-organ endokrin (kelenjar hormon)
Learning
dan sistem stimulasi represi hormon :
hypofise/pituitary, tiroid, paratiroid,
pancreas, adrenal, ovarium, testis,
plasenta, gaster
1. Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi  Mini lecturer,
hormon reproduksi dan sex  Case study,
2. Menyebutkan masalah-masalah pada  FGD,
gangguan hormon reproduksi dan sex :  Cooperative
Hypogonadism (gangguan menstruasi), Learning
menopause, gangguan fertilisasi pada pria
dan wanita
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi  Mini lecturer,
hormon pertumbuhan  Case study,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada  FGD,
gangguan hormon pertumbuhan :  Cooperative
gigantism, akromegali Learning
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi  Mini lecturer,
hormon thyroid  Case study,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada  FGD,
gangguan hormon thyroid  Cooperative
;hipertiroiditis/goiter dan graves Learning
disease,hypotiroid
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi  Mini lecturer,
hormon glucocortiroid dan  Case study,
mineralocorticoid  FGD,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada  Cooperative
gangguan hormon glucocortiroid Learning
(Syndrome Cushing/peningkatan addison)
dan masalah pada gangguan hormon
mineralocorticoid (addison
disease/hyperadrenalism)
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi  Mini lecturer,
hormon pengaturan rasa haus  Case study,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada  FGD,
gangguan hormon pengaturan rasa  Cooperative
haus(diabetes insipidus syndrome SIADH Learning
(Syndrome Inappropriate Antydiuretic
Hormon)
Menjelaskan kelainan gangguan metabolic  Mini lecturer,
dan endokrin : Dibetes Mellitus  Case study,
 FGD,
 Cooperative
Learning
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi  Mini lecturer,
hormon pengaturan tekanan darah  Case study,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada  FGD,
gangguan hormon pengaturan tekanan  Cooperative
darah : hipertensi, krisis hipertensi Learning

JADWAL PRAKTIKUM
Hari / Tgl /
Capaian Pembelajaran (tujuan) Metode Pertemuan
waktu /Pertemuan
1 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan hiperpituitarisme
2 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Hipertiroidisme
3 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Hypogonadism
4 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Osteoporosis
5 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Rickets
6 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Oseomalacia
7 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Penyakit Addison
8 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Sindrom Cushing
9 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Hipertensi
10 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Pheochromocytoma
11 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Diabetes Insipidus
12 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Hypopitutiarism
13 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Akromegali
14 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Akromegali sindrom sekresi
hormone antidiuretik

B. KEGIATAN BELAJAR
1. Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menjelaskan jenis-jenis dan fungsi organ endokrin (kelenjar hormon) dan sistem
stimulasi represi hormon
b. Uraian Materi
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa
pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang
selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan.
Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah,
kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran,
yang menyalurkan sekresi hormonnya langsung ke dalam darah. Hormon
tersebut memberikan efeknya ke organ atau jaringan target. Beberapa hormon
seperti insulin dan tiroksin mempunyai banyak organ target. Hormon lain
seperti kalsitonin dan beberapa hormon kelenjar hipofisis, hanya memiliki satu
atau beberapa organ target.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin
umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.

Struktur
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin
melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit,
atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin
termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan
kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan
sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin termasuk :1. Pulau
Langerhans pada Pankreas 2. Gonad (ovarium dan testis) 3. Kelenjar adrenal,
hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timus

Hormon dan Fungsinya


Kata hormon berasal dari bahasa Yunani hormon yang artinya membuat
gerakan atau membangkitkan. Hormon mengatur berbagai proses yang
mengatur kehidupan.
Adapun susunan kimia hormone adalah sebagai berikut :
1. Amina: hormon sederhana ini merupakan variasi susunan asam amino
tirosin. Kelompok ini meliputi tiroksin dari kelenjar tiroid, epinefrin dan
norepinefrin dari medula adrenal
2. Protein: hormon ini merupakan rantai asam amino.Insulin dari pankreas,
hormon pertumbuhan dari kelenjar hipofisis anterior, kalsitonin dari
kelenjar tiroid semuanya merupakan protein. Rantai pendek asam amino
disebut peptida. Hormon antidiuretik dan oksitosin yang disintesis oleh
hipotalamus, merupakan hormon peptida.
3. Steroid: kolesterol merupakan prekursor hormon steroid, yang meliputi
kortisol dan aldosteron dari korteks adrenal, estrogen dan progesteron dari
ovarium, dan testosteron dari testis.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik. Loop umpan balik dapat
positif atau negatif dan memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam
situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular. Hormon
tidak mengawali perubahan biokimia. Hormon hanya mempegaruhi sel-sel yang
mengandung reseptor yang sesuai, yang melalukan : fungsi spesifik. Hormon
mempunyai fungsi dependen dan interdependen. Pelepasan hormon dari satu
kelenjar sering merangsang pelepasan hormone dari kelenjar lainnya. Hormone
secara konstan di reactivated oleh hepar atau mekanisme lain dan diekskresi
oleh ginjal.
Pengaturan Sekresi Hormon :
Kadar Glukosa meningkat/ hiperglikemia  Merangsang sekresi insulin
 Insulin disekresikan dan beredar dalam darah. Keadaan ini membuat sel
mampu mengeluarkan glukosa dalam darah yang digunakan untuk produksi
energi dan memampukan hati menyimpan glukosa sebagai glikogen  Glukosa
darah menurun  Membalikkan rangsangan untuk menghentikan sekresi
insulin
Skema di atas hanya merupakan salah satu mekanisme pengaturan
sekresi hormone, selain itu ada beberapa macam sekresi hormone diantaranya
adalah ;
1. Sekresi diurnal (pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam), conoh :
kartisol. Kadar kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam
hari.
2. Sekresi pulsatif dan siklik naik turun sepanjang waktu tertentu, seperti
bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan puncak dan lembahnya
menyebabkan siklus menstruasi.
3. Sekresi hormonal variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya.
Hormon paratiroid disekresi dalam berespons terhadap kadar kalsium
serum.
Sistem endokrin memiliki lima fungsi yang paling umum, yaitu :
1. Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
2. Menstimulasi urutan perkembangan.
3. Mengkoordinasi sistem reproduktif.
4. Memelihara lingkungan internal optimal.
5. Melakukan respons korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat
System endokrin terdiri dari beberapa kelenjar diantaranya adalah ;
hipotalamus, pancreas, gonad, adrenal, hipofise, tyroid, dan parathyroid.

HIPOTALAMUS
Hipotalamus (bahasa Inggris: hypothalamus) adalam bagian dari otak
yang terdiri dari sejumlah nukleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka
terhadap steroid dan glukokortikoid, glukosa dan suhu. Salah satu di antara
fungsi hipotalamus yang paling penting karena terhubung dengan sistem syaraf
dan kelenjar hipofisis yang merupakan salah satu homeostasis sistem endokrin,
adalah fungsi neuroendokrin yang berpengaruh terhadap sistem syaraf otonomi
sehingga dapat memelihara homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu
tubuh dan perilaku konsumsi dan emosi.
Hipotalamus juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke
korteks otak besar. Akson dari berbagai sistem indera berakhir pada
hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan ke
korteks otak besar.
Hipotalamus berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai
aktivitas dari tubuh yang sangat banyak.Hipotalamus mengirim suatu signal ke
kelenjar adrenal yaitu epinephrine dan neropinephrine.
Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di dienchepalon, dekat
dengan ventrikel otak ketiga (ventrikulus tertius) Hipotalamus sebagai pusat
tertinggi sistem kelenjar endokrin yang menjalankan fungsinya melalui humoral
(hormonal) dan saraf. Hormon yang dihasilkan hipotalamus sering disebut
faktor R dan I mengontrol sintesa dan sekresi hormon hipofise anterior
sedangkan kontrol terhadap hipofise posterior berlangsung melalui kerja saraf.
Pembuluh darah kecil yang membawa sekret hipotalamus ke hipofise disebut
portal hipotalamik hipofise. Hormon-hormon hipotalamus antara lain:
1) ACTH : Adrenocortico Releasing Hormonb.
2) ACIH : Adrenocortico Inhibiting Hormonc.
3) TRH : Tyroid Releasing Hormpnd.
4) TIH : Tyroid Inhibiting Hormone.
5) GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon.
6) GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon.
7) PTRH : Paratyroid Releasing Hormon.
8) PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon.
9) PRH : Prolaktin Releasing Hormon.
10) PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon.
11) GRH : Growth Releasing Hormon.
12) GIH : Growth Inhibiting Hormon.
13) MRH : Melanosit Releasing Hormon.
14) MIH : Melanosit Inhibiting Hormon
Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan
sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja
hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf. Aktivitas
endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang
menghubungkan sistem persarafan dengan sistem endokrin. Dalam merespons
terhadap input dari area lain dalam otak dan dari hormon dalam darah, neuron
dalam hipotalamus mensekresi beberapa hormon realising dan inhibiting.
Hormon ini bekerja pada sel-sel spesifik dalam kelenjar pituitary yang mengatur
pembentukan dan sekresi hormon hipofise. Hipotalamus dan kelenjar hipofise
dihubungkan oleh infundibulum. Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar
endokrin dan kerja dari masing-masing hormon. Perhatikan bahwa setiap
hormon yang mempengaruhi organ dan jaringan terletak jauh dari tempat
kelenjar induknya. Misalnya oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior
kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi uterus. Hormon hipofise yang
mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon tropik. Kelenjar
yang dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target.
Sistem umpan balik Kadar hormon dalam darah juga dikontrol oleh
umpan balik negatif manakala kadar hormon telah mencukupi untuk
menghasilkan efek yang dimaksudkan, kenaikan kadar hormon lebih jauh
dicegah oleh umpan balik negatif. Peningkatan kadar hormon mengurangi
perubahan awal yang memicu pelepasan hormon. Misalnya peningkatan sekresi
ACTH dari kelenjar pituitari anterior merangsang peningkatan pelepasan kortisol
dari korteks adrenal, menyebabkan penurunan pelepasan ACTH lebih banyak.
Kadar substansi dalam darah selain hormon juga memicu pelepasan hormon
dan dikontrol melalui Sistem umpan balik. Pelepasan insulin dari pulau
langerhan di pankreas didorong oleh kadar glukosa darah. Aktivasi sel-sel target
Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara sel
berfungsi dengan satu atau dua metoda, pertama melalui penggunaan
mediator intraselular dan kedua mengaktifkan gen-gen di dalam sel. Salah satu
mediator intraselular adalah cyclic adenosine monophosphate (cAMP), yang
berikatan dengan permukaan dalam dari membran sel. Ketika hormon melekat
pada sel, kerja sel akan mengalami sedikit perubahan. Misalnya, ketika hormon
pankreatik glukagon berikatan dengan sel-sel hepar, kenaikan kadar AMP
meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa. Jika hormon mengaktifkan
sel dengan berinteraksi dengan gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA)
dan pada akhirnya protein (mis., enzim, steroid). Substansi ini mempengaruhi
reaksi dan proses selular.
HIPOFISE
Kelenjar hipofise dapat menghasilkan hormon yang mampu merangsang
hormon yang dapat merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan hormon lain.
Contohnya : hipofisa anterior  TSH = tyrosomatotropic hormone 
merangsang kelenjar thyroid  untuk menghasilkan thyroksin  thyroksin
digunakan untuk metabolisme tubuh (kh, protein, lipid)  berarti jln menuju
hipofisa anterior akan terhambat dst.
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii.
Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus Lobus
anterior, merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari
hipofise. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior,
merupakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut
juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus
posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus
anterior dan posterior, fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa
referensi yang ada mengatakan lobus ini mungkin menghasilkan melanosit
stimulating hormon (MSH). Secara histologis, sel-sel kelenjar hipofise
dikelompokan berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:
1. Sel-sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula sekretori,
berdiameter 350-500 nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah
yang menghasilkan hormon somatotropin atau hormon pertumbuhan.
2. Sel-sel lactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-
350 nm, menghasilkan prolaktin atau laktogen.
3. Sel-sel Tirotroph berbentuk polihedral, mengandung granula sekretori
dengan diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH.
4. Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula
sekretori, menghasilakan FSH dan LH. Ssel-sel kortikotrof diameter sel kira-
kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar, menghasilkan ACTH.
5. Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% “sel kelenjar
hipofise tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan
karena itu disebut sel-sel kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah
carmosin dan erytrosin. Sel foli-kular adalah sel-sel yang berfolikel.Hipofise
menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hormon tropik akan
mengontrol sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan
hormon nontropik akan bekerja langsung pada organ sasaran. Kemampuan
hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar
endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland. Kelenjar hipofise
terdiri atas kelenjar hipofise anterior, medulla, dan porterior.

Hipofise anterior diantaranya adalah :


Hormon pertumbuhan= Growth Hormone= SOMATOTROPIN = GH yang
bekerja pada tulang, otot, kulit & bekerjanya sangat terbatas. Pada pria
hormone ini bekerja dari lahir hingga usia 21 th. Pertumbuhan drastic terjadi
pada usia 13-16 tahun. Pada wanita, hormone ini bekerja sejak lahir hingga usia
18 tahun. Pertumbuhan drastic terjadi pada usia 9-12 tahun.
GH sangat dipengaruhi kadar glukosa dalam darah. Bila selesai makan,
kadar gula dalam darah akan meningkat, GH tidak mau bekerja; bila kadar gula
darah menurun, GH bekerja secara maksimal. Bila GH bekerja normal maka
tubuh akan normal, bila hipersekresi maka akan tumbuh menjadi manusia
raksasa (GIANT), bila hiposekresi maka akan tumbuh menjadi manusia
kerdil/cebol, (LORAIN) pendek & kurus, atau (FROLICH) pendek, gendut, perut
buncit.
Thyrotropic Hormone = Thyrosomatotropic Hormone = TSH 
mempengaruhi kelenjar thyroid untuk menghasilkan Thyroksin (T4), liotironin
(T3) & kalsitonin. Adreno Cortico Tropic Hormone (ACTH)terdiri dari tiga
kelompok besar yaitu :
1. Glukokortikoid  penghasil gula.
2. Mineralokartikoid  mengatur keseimbangan cairan antara ion Na & ion K;
3. Gonad-Kartikoid untuk wanita estrogen & progesteron;  untuk pria
 testrone.
Prolactine = Lactogenic Hormone = LUTEOTROPIC HORMONE = LTH
merupakan hormone yang berfungsi untuk persiapan produksi air susu Ibu (ASI)
pada saat seorang wanita dinyatakan hamil. Ketika masih gadis, seorang wanita
tidak mengeluarkan ASI karena ada hormon yang menghambat yaitu estrogen.
Gonadotropin Hormone (GTH) terdiri dari:
1. Follicle Stimulating Hormone (FSH) & Luteinizing Hormone (LH) = ICSH =
Interstitial cell stimulating hormone.
• Pada wanita, FSH membantu mematangkan telur dalam folikel
Ovarium mulai dari folikel awal – primer – sekunder – tersier – de graf
(matang) ; LH berfungsi menebalkan dinding rahim &
mempertahankan implantasi janin.
• Pada pria, FSH membantu mematangkan spermatogonium
spermatozoa melalui spermatogenesis, Spermatogenesisi,
transformasi; LH = ICSH menghasilkan sel yang memproduksi hormon
testosteron.

Hipofise Medulla
Menghasilkan Melanocytes Stimulating Hormone (MSH) yang akan
menghasilkan pigmen melanin untuk warna kulit. Semakin banyak melanin
makin hitam pigmen kulit, makin sedikit melanin makin putih pigmen kulit.
Orang bule menjemur kulit tubuh pada saat ultraviolet matahari (jam 9 pagi s/d
3 sore) tidak baik karena dapat mengakibatkan kulit pecah dan dapat
menimbulkan bercak pecah berwarna coklat seperti noda pada kulit.

Hipofise Posterior
Hormone Oxytosin : regulasi kontraksi rahim setiap 3 jam, 2,5 jam, 2 jam,
1,5 jam, 1 jam sekali s/d 10 menit sekali; serta membantu dalam proses
pengeluaran air susu Ibu setelah melahirkan setelah kelenjar mammae Ibu
dihisap oleh bayi. Hormone Relaxing : membukanya simphisis pubis (tulang
kemaluan) sehingga bayi mudah di lahirkan. Kedua hormon tersebut harus
bekerja sama agar bayi mudah di keluarkan. Anti Diuretika Hormone (ADH) =
pitressin = Vasopressin : mencegah agar urine yang keluar tidak terlalu banyak
( IN PUT = OUT PUT) bila tidak akan menyebabkan diabetes incipidus.

ADRENAL
Pada mamalia, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah
kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat"
atau "di" + renes, "ginjal"). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan
respon stress pada sintesis kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol
dan hormon adrenalin.
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi
anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak
sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah
dari arteri adrenalis. Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan
korteks. Bagian medula merupakan sumber penghasil katekolamin hormon
adrenalin epinefrin dan norepinefrin. Sedangkan bagian korteks menghasilkan
kortisol. Sel penghasil kortisol dapat pula menghasilkan homron androgen
seperti testosteron.
Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian
medulla. Keduanya menunjang dalam ketahanan hidup dan kesejahteraan,
namun hanya korteks yang esensial untuk kehidupan.
1. Korteks adrenal. Korteks adrenal esensial untuk bertahan hidup.
Kehilangan hormon adrenokortikal dapat menyebabkan kematian. Korteks
adrenal mensintesa tiga kelas hormon steroid yaitu mineralokortikoid,
glukokortikoid, dan androgen.
2. Mineralokortikoid. Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah
aldosteron) dibentuk pada zona glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini
mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium
dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dalam
mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi
mineralokortikoid (penyakit Addison’s) mengarah pada hipotensi,
hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok.
Kelebihan mineralokortikoid mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
3. Glukokortikoid. Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol
merupakan glukokortikoid utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek
pada tubuh antara lain dalam: metabolisms glukosa (glukosaneogenesis)
yang meningkatkan kadar glukosa darah; metabolisme protein;
keseimbangan cairan dan elektrolit; inflamasi dan imunitas; dan terhadap
stresor.d. Hormon seksKorteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid
seks dari zona retikularis. Umumnya adrenal mensekresi sedikit androgen
dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah besar hormon seks yang
disekresi oleh gonad. Namun produksi hormon seks oleh kelenjar adrenal
dapat menimbulkan gejala klinis. Misalnya, kelebihan pelepasan androgen
menyebabkan virilisme. sementara kelebihan pelepasan estrogen (mis.,
akibat karsinoma adrenal menyebabkan ginekomastia dan retensi natrium
dan air.

PANKREAS
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama: menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti: insulin yang dihasilkan sel beta, GHS yang dihasilkan sel epsilon, GHIH
yang dihasilkan sel delta
Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan
terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm
dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mensenterika superior
dan splenikus.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Beberapa fungsi dari pankreas adalah :
1. Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glucagon, yang
menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat
pelepasan dari hati.
2. Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang
mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot.
Insulin juga merangsang hati untuk merubah glukosa menjadi glikogen dan
menyimpannya di dalam sel-selnya.
Pankreas juga berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya
sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau
Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang
menghasilkan glukoagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel deltha
yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.
Organ sasaran glucagon dan insulin adalah hepar, otot dan jaringan
lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah
sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling
bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah
sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan
glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek
glukoagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam
meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam
amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari
yang bukan karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan
lipolisis (pemecahan lemak).Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin
sebagai hormon anabolik terutama akan meningkatkan difusi glukosa melalui
membran sel di jaringan. Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin
adalah sebagai berikut:a. Efek pada hepar1) Meningkatkan sintesa dan
penyimpanan glukosa2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan
ketogenesis3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di
heparb. Efek pada otot1) Meningkatkan sintesis protein2) Meningkatkan
transportasi asam amino3) Meningkatkan glikogenesisc. Efek pada jaringan
lemak : 1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas, 2)
Meningkatkan penyimpanan trigliserida, dan 3) Menurunkan lipolisis.

KELENJAR TYROID
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin
dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini
adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang
dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif
ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini
disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP-ase, ion klorat dan ion
sianat.
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin
yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan
Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT
yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan
membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini
dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid,
dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma
dalam bentuk PBI (protein binding Iodine). Fungsi hormon-hormon tiroid antara
adalah:
1. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya
meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan
produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan
testes.
2. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam
intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya
tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit
jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan
dari folikel kelenjar.
3. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang.
4. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin.
5. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.f. Merangsang
pembentukan sel darah merahg. Mempengaruhi kekuatan dan ritme
pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen
akibat metabolisme. Bereaksi sebagai antagonis insulinTirokalsitonin
mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan
kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang.
Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium
serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran
tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan
merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet
kalsium dan sekresi gastrin di lambung.

KELENJAR PARATYROID
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua
lobus kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah.
Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells
merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi
hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH.
Parahormon mengatur metabolisme kalsium dan posfat tubuh. Organ
targetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang,
PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum :neningkat. Di
tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan
terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon
inipun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal,
meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium
disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Factor yang
mengontrol sekresi PTH adalah kadar kalsium serum di samping tentunya PTSH
KELENJAR GONAD
Kelenjar Gonad terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan
tampak jelas pada minggu kelima. Difrensiasi jelas dengan mengukur kadar
testosteron fetal terlihat jelas pada minggu ke tujuh dan ke delapan gestasi.
Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya
sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisi steroid
1. Testis
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan dan manusia. Manusia
(pria) mempunyai dua testis yang dibungkus dengan skrotum.
Pada mamalia, testis terletak di luar tubuh, dihubungkan dengan tubulus
spermatikus dan terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta bahwa
proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu lebih
rendah dari suhu tubuh (< 37 °C).
Pada tubulus spermatikus terdapat otot kremaster yang apabila
berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan
diturunkan, otot kremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh.
Fenomena ini dikenal dengan refleks kremaster.
Hewan selain mamalia tidak memiliki testis di luar. Burung, yang
mempunyai suhu tubuh yang tinggi, memiliki testis di dalam tubuhnya.
Menurut teori para ahli, mereka menggunakan kantong udaranya untuk
menjaga suhu optimal testis, namun pada penelitian berikutnya disebutkan
bahwa testis burung berfungsi baik pada suhu tubuh.
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai
spermatogenesis. Ukuran testis bergantung pada produksi sperma (banyaknya
spermatogenesis), cairan intersisial, dan produksi cairan dari sel Sertoli. Pada
umumnya, kedua testis tidak sama besar. Dapat saja salh satu terletak lebih
rendah dari yang lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan struktur anatomis
pembuluh darah pada testis kiri dan kanan.
Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ
reproduksi. Menghasilkan hormone testosteron dan estradiol dibawah
pengaruh LH. Testosteron diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis
sementara FSH diperlukan untuk memulai dan mempertahankan
spermatogenesis.Estrogen mempunyai efek menurunkan konsentrasi
testosteron melalaui umpan balik negatif terhadap FSH sementara kadar
testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Fungsi
testis sebagai organ reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus. Efek
testosteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke
arah pria.
Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-
tanda seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan
perkembangan alat genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan
penebalan pita suara serta perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon
anabolik, akan merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise tulang.
2. Ovarium
Ovarium atau indung telur adalah kelenjar kelamin betina pada hewan
dan manusia.
Pada makhluk vertebrata termasuk manusia, mempunyai dua buah
ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon.
Sebagian besar burung hanya memiliki satu ovarium yang dapat berfungsi
dengan baik, dan ular memiliki dua ovarium yang tersusun berbaris.
Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Di
dalam proses ini sel telur akan disertai dengan suatu kelompok sel yang disebut
sel folikel. Pada manusia, perkembangan oogenesis dari oogonium menjadi
oosit terjadi pada embrio dalam kandungan dan oosit tidak akan berkembang
menjadi ovum sampai dimulainya masa pubertas. Pada masa pubertas, ovum
yang sudah matang akan dilepaskan dari sel folikel dan dikeluarkan dari
ovarium. Proses pelepasan dari ovarium disebut ovulasi. Sel ovum siap untuk
dibuahi oleh sel spermatozoa dari pria, yang apaabila berhasil bergabung akan
membentuk zigot.
Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti
estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas
wanita dan ciri-ciri seks sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam
persiapan dinding rahim untuk implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu
juga berperan dalam memberikan sinyal kepada hipotalamus dan pituitari
dalam mengatur sikuls menstruasi.
Setelah sel telur diovulasikan, maka akan masuk ke tuba fallopi dan
bergerak pelan menuju rahim. Jika dibuahi oleh sperma di (tuba fallopi), sel
telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan brkembang menjadi
sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi di tuba fallopi, maka
dapat terjadi kehamilan ektopik, di mana kehamilan tidak terjadi di rahim.
Perkembangan janin pada kehamilan ektopik, dapat terjadi di tuba fallopi
sendiri, bibir rahim, bahkan ovarium.
Seperti halnya testes, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan
organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan
ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya siap
untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi
perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil
konsepsi serta mempertahankan proses laktasi.
Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus
luteum. Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum. Patofisiologi
Umum Gangguan Sistem Endokrin Untuk memudahkan pengertian kita tentang
patofisiologi pada berbagai kelainan kelenjar endokrin, berikut akan
dihantarkan gambaran sepintas tentang patofisiologi umum gangguan endokrin,
mengingat fungsi sistem endokrin yang kompleks dan rumit mencakup
mekanisme kerja hormonal dan adanya mekanisme umpan balik negatif yang
jelas akan mempengaruhi perjalanan penyakit.
Seperti lazimnya kelainan-kelainan pada organ tubuh, pada kelenjar
endokrin pun berlaku hal yang sama dimana gangguan fungsi yang terjadi dapat
diakibatkan oleh: Peradangan atau infeksi, Tumor atau keganasan, Degenerasi,
Idiopatik.
Dampak yang ditimbulkan oleh kondisi patologis diatas terhadap kelenjar
endokrin dapat berupa: Perubahan bentuk kelenjar tanpa disertai perubahan
sekresi hormonalPeningkatan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin sering diistilahkan dengan hiperfungsi kelenjar. Penurunan sekresi
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, dan diistilahkan dengan
hipofungsi kelenjar.
Adanya hubungan timbal balik antara kelenjar hipofise sebagai master of
gland dengan kelenjar targetnya, hipofise terhadap hipotalamus serta jaringan
atau organ sasaran dengan kelenjar target, memungkinkan penyebab dari suatu
kasus dapat lebih dari satu; artinya mungkin saja penyebab ada pada
jaringan/organ sasaran, atau pada kelenjar target, ataupada kelenjar hipofise
atau hipotalamus. Oleh karena itu, untuk tujuan kemudahan dalam
penanggulangannya maka dalam setiap kasus akan di dipaparkan kemungkinan
penyebabnya baik yang bersifat primer, sekunder,atau tertier.
penyebab yang bersifat primer bila penyebabnya ada pada kelenjar
penghasil hormon itu sendiri. Bersifat sekunder, bila penyebabnya ada pada
kelenjar di atasnya. Bersifat tertier, bila penyebabnya di luar primer dan
sekunder seperti penggunaan obat-obatan tertentu ataupun kelainan pada
organ tubuh tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi kelenjar.Seperti bila
terjadi peningkatan ACTH (hormon hipofise) pada serum yang akan
menyebabkan hiperfungsi kelenjar adrenal sehingga terjadi hipersekresi
hormon-hormon adrenal maka penyebabnya disebut sekunder.Disebut
penyebab primer bila penyebapnya ada pada kelenjar adrenal sendiri. Disebut
tertier bila penyebabnya diluar kedua penyebab diatas. Misalnya, pengunaan
obat-obatan yang dapat merangsang ACTH atau merangsang sekresi hormon
adrenal. Untuk pemahaman yang lebih baik tentang patofisiologi berbagai
kelainan endokrin, ada dua hal utama yang harus dipahami dengan baik.Efek
dari setiap hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin terhadap jaringan
endokrin dan terhadap jaringan atau organ sasarannya. Fungsi organ/jaringan
sasaran dari setiap hormon.
2. Kegiatan Belajar 2
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menjelaskan masalah-masalah pada organ-organ endokrin (kelenjar hormon)
dan sistem stimulasi represi hormon : hypofise/pituitary, tiroid, paratiroid,
pancreas, adrenal, ovarium, testis, plasenta, gaster

B. Uraian Materi
Macam-macam Kelenjar Endokrin Dan Hormon Yang dihasilkan Serta Fungsinya
1. Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan bermacam-macam
hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Oleh karena itu, kelenjar hipofisis disebut
kelenjar pengendali ( master of gland). Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian anterior, bagian tengah, dan bagian posterior. Hormon yang dihasilkan kelenjar
hipofisis bagian anterior dan fungsinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
a) Macam-Macam Fungsi Hormon yang Dihasilkan oleh Kelenjar Hipofisis Bagian Anterior
dan Fungsinya
b) Hipofisis bagian tengah
Kelenjar ini menghasilkan hormon perangsang melanosit atau melanosit stimulating
hormone (MSH). Apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit menjadi
hitam. Sekresi MSH juga dirangsang oleh faktor pengatur yang disebut faktor perangsang
pelepasan hormon melanosit dan dihambat oleh faktor inhibisi hormon melanosit (MIF).
c) Hipofisis bagian posterior
Hipofisis bagian posterior menghasilkan oksitosin dan vasopresin. Oksitosin berperan
dalam merangsang otot polos yang terdapat di uterus, sedangkan vasopresin disebut juga
hormon antidiuretik (ADH) berpengaruh pada proses reabsorpsi urine pada tubulus distal
sehingga mencegah pengeluaran urine yang terlalu banyak.

2. Tiroid (kelenjar gondok)


Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan di antara keduanya
terdapat daerah yang tersusun berlapis seperti susunan genting pada atap rumah. Kelenjar ini
terdapat di bawah jakun di depan trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroksin yang
memengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu tubuh.
Tiroksin mengandung banyak yodium. Kekurangan yodium dalam makanan dalam waktu
panjang mengakibatkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar ini harus bekerja keras
untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin menurunkan kecepatan metabolisme sehingga
pertumbuhan lambat dan kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan
kretinisme, yaitu kelainan sik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot.
Kekurangan yodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan menambahkan garam yodium
di dalam makanan. Produksi tiroksin yang berlebihan menyebabkan penyakit eksoftalmik tiroid
(Morbus Basedowi) dengan gejala sebagai berikut; kecepatan metabolisme meningkat, denyut
nadi bertambah, gelisah, gugup, dan merasa demam. Gejala lain yang nampak adalah bola
mata menonjol keluar (eksoftalmus) dan kelenjar tiroid membesar.

3. Paratiroid/kelenjar anak gondok


Paratiroid menempel pada kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan parathormon yang
berfungsi mengatur kandungan fosfor dan kalsium dalam darah. Kekurangan hormon ini
menyebabkan tetani dengan gejala: kadar kapur dalam darah menurun, kejang di tangan dan
kaki, jari-jari tangan membengkok ke arah pangkal, gelisah, sukar tidur, dan kesemutan.
Tumor paratiroid menyebabkan kadar parathormon terlalu banyak di dalam darah. Hal ini
mengakibatkan terambilnya fosfor dan kalsium dalam tulang, sehingga urine banyak
mengandung kapur dan fosfor. Pada orang yang terserang penyakit ini tulang mudah sekali
patah. Penyakit ini disebut von Recklinghousen.

4. Kelenjar adrenal/suprarenal/anak ginjal


Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap ginjal terdapat
satu kelenjar suprarenal yang dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian luar (korteks) dan bagian
tengah (medula). Kelenjar bagian korteks menghasilkan hormon kortison yang terdiri atas
mineralokortikoid yang membantu metabolisme garam natrium dan kalium serta menjaga
keseimbangan hormon seks; dan glukokortikoid yang berfungsi membantu metabolisme
karbohidrat.
Kelenjar bagian medula menghasilkan hormon adrenalin dan hormon noradrenalin.
Hormon adrenalin menyebabkan meningkatnya denyut jantung, kecepatan pernapasan, dan
tekanan darah (menyempitkan pembuluh darah). Hormon noradrenalin bekerja secara
antagonis terhadap adrenalin, yaitu berfungsi menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.
Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan penyakit Addison dengan gejala-gejala:
timbul kelelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntah-muntah, terasa sakit di dalam tubuh.
Dalam keadaan ketakutan atau dalam keadaan bahaya, produksi adrenalin meningkat sehingga
denyut jantung meningkat dan memompa darah lebih banyak. Gejala lainnya adalah
melebarnya saluran bronkiolus, melebarnya pupil mata, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti
dengan rambut berdiri.
5. Pankreas
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau Langerhans.
Bagian ini berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon insulin. Hormon ini
berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah. Kelebihan glukosa akan dibawa ke sel
hati dan selanjutnya akan dirombak menjadi glikogen untuk disimpan. Kekurangan hormon ini
akan menyebabkan penyakit diabetes yang ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa dalam
darah. Kelebihan glukosa tersebut dikeluarkan bersama urine. Tanda-tanda diabetes melitus
yaitu sering mengeluarkan urine dalam jumlah banyak, sering merasa haus dan lapar, serta
badan terasa lemas.
Selain menghasilkan insulin, pankreas juga menghasilkan hormon glukagon yang bekerja
antagonis dengan hormon insulin.

6. Hormon yang dihasilkan kelenjar gonad


Pada manusia, gonad atau kelenjar seks berbeda antara laki-laki dan perempuan. Pada
laki-laki disebut testis, sedangkan pada perempuan disebut ovarium. Testis dan ovarium
mensekresikan hormon seks yang berperan dalam produksi sel-sel kelamin.
a) Ovarium
Ovarium merupakan organ reproduksi wanita. Selain menghasilkan sel telur, ovarium juga
menghasilkan hormon. Ada dua macam hormon yang dihasilkan ovarium yaitu:
b) Estrogen
Hormon ini dihasilkan oleh Folikel de Graaf. Pembentukan estrogen dirangsang oleh FSH.
Fungsi estrogen adalah menimbulkan dan mempertahankan tanda-tanda kelamin
sekunder pada wanita. Tanda-tanda kelamin sekunder adalah ciri-ciri yang dapat
membedakan wanita dengan pria tanpa melihat kelaminnya. Contohnya, perkembangan
pinggul, payudara, dan kulit menjadi bertambah halus.
c) Progesteron
Hormon ini dihasilkan oleh korpus luteum. Pembentukannya dirangsang oleh LH.
Progesteron berfungsi menyiapkan dinding uterus agar dapat menerima telur yang sudah
dibuahi.
d) Testis
Seperti halnya ovarium, testis adalah organ reproduksi khusus pada pria. Selain
menghasilkan sperma, testis berfungsi sebagai kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormon androgen, yaitu testosteron. Testosteron berfungsi menimbulkan dan memelihara
kelangsungan tanda-tanda kelamin sekunder. Misalnya suara yang membesar, mempunyai
kumis, dan jakun.

Berikut macam kelenjar endokrin dan hormon yang dihasilkan:


1. Kelenjar Hipofisis, terdiri dari : Hipofisis anterior menghasilkan hormon
adrenokortikotropik, hormon tiroid, hormon somatotrof, hormon gonadotropin (FSH dan
LH). Hipofisis intermediat hanya terdapat pada bayi. Hipofisis posterior menghasilkan
hormon antidiuretik (ADH) dan oksitosin.
2. Kelenjar tiroid (kelenjar gondok), menghasilkan hormon tiroksin, triodotironin, dan
kalsitonin
3. Kelenjar paratiroid (kelenjar anak gondok), menghasilkan hormon parathormon
4. Kelenjar epifisis, belum diketahui hormon yang dihasilkan
5. Kelenjar timus, berfungsi menimbun hormon somatotrof
6. Kelenjar adrenal bagian korteks, menghasilkan mineralokortikoid, glukokortikoid, dan
androgen Kelenjar adrenal bagian medulla, menghasilkan hormon adrenalin dan
noradrenalin
7. Kelenjar testis menghasilkan hormon testosteron. Kelenjar ovarium menghasilkan hormon
estrogen dan progesterone
8. Kelenjar pankreas, menghasilkan hormon insulin dan glucagon

MACAM HORMON YANG DIHASILKAN SISTEM ENDOKRIN


Sistem endokrin terdiri dari kelenjar endokrin yang bekerjasama dengan sistem saraf yang
berfungsi mengontrol dan memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja
untuk mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling berhubungan,
namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu, Bila sistem endokrin umumnya bekerja
melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui neurotransmiter yang dihasilkan oleh
ujung-ujung saraf. Yang membedakan antara sistem saraf dengan hormonal yaitu pada omset
dan waktunya. Pada sistem saraf, cepat bereaksi dan cepat berakhir pula. Sedangkan pada
sistem hormonal, omsetnya lama dan lambat. Sistem saraf dan hormonal memiliki interaksi
timbal balik yang berfungsi dalam menjaga keseimbangan homeostatis tubuh. Homeostatis
merupakan suatu kemampuan tubuh untuk menjaga keadaan tetap kostan atau stabil.

DEFENISI HORMON
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin . Kelenjar endokrin ini
merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran keluar, sehingga sekresinya akan masuk
aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu
organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh
hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan
perubahan yang memerlukan waktu panjang. Hormon berperan dalam pengaturan
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan homeostasis,
reaksi terhadap stress, dan tingkah laku. Hormon umumnya mempunyai ciri -ciri tertentu
yaitu : Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah
tertentu, Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target, Memiliki
pengaruh mengaktifkan enzim khusus, dan Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel
target, tetapi dapat juga mempengaruhi beberapa sel target berlainan.

RESEPTOR HORMON Seperti yang kita ketahui, bahwa hormon akan di salurkan ke sel target
melalui pembuluh darah, untuk dapat sampai ke sel target, hormon haruslah terlebih dahulu
terikat dengan reseptor yang terdapat pada sel target. Reseptor Hormon adalah Molekul
pengenal spesifik dari hormon sebelum berikatan dengan sel target sebelum hormon memulai
efek biologiknya pada sel target. Umumnya pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel
dan nonkovalen. Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau
pun intraselluler. Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal
pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger (hormon sendiri dianggap
sebagai first messenger) Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-
sel target, maka peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler dimulai. Hal ini dapat melibatkan
reaksi modifikasi seperti fosforilasi dan dapat mempunyai pengaruh pada ekspresi gen dan
kadar ion. Peristiwa-peristiwa ini hanya memerlukan dilepaskannya zat-zat pengatur. gambar
jenis-jenis hormon dalam tubuh manusia

KLASIFIKASI HORMON
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat
kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel :
Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya - Golongan Steroid, yang
termasuk golongan ini adalah : Turunan dari kolestrerol yaitu androgen ,estrogen dan
adrenokortikoid - Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat - Golongan derivat Asam
Amino dengan molekul yang kecil, yang termasuk golongan ini adalah Thyroid, Katekolamin,
epinefrin dan tiroksin - Golongan Polipeptida/Protein : Insulin, Glukagon, GH, TSH, oksitosin
vasoperin , hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain –lainnya. Berdasarkan sifat
kelarutan molekul hormonLipofilik : - Kelompok hormon yang dapat larut dalam
lemak,contohnya : hormon golongan steroid (estrogen, progesteron,testosteron,
glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin) - Hidrofilik : kelompok hormon yang
dapat larut dalam air, contohnya insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin
dan katekolamin (mis: dopamin, norepinefrin,epinefrin) Berdasarkan lokasi reseptor hormon -
Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler Hormon yang berikatan
dengan reseptor permukaan sel (plasmamembran) Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai
kerja hormon didalam sel yaitu kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second
messenger senyawa cAMP,cGMP,Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator
intraseluler Berdasarkan pola siklus sekresi hormon, maka di bedakan atas : - Sekresi diurnal
adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam, contohnya Kortisol , dimana kadar
kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari. - Pola sekresi hormonal pulsatif
dan siklik naik turun sepanjangwaktu tertentu, seperti bulanan, contohnya Estrogen dimana
merupakan non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. - Tipe
sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya,
contohnya Hormon paratiroid dimana proses sekresinya tergantung respons terhadap kadar
kalsium serum. Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis,
tiroid, paratiroid, kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis. Kelenjar
hipofisis (kelenjar pituitari) Kelenjar ini terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan
bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Oleh karena itu kelenjar
hipofisis disebut master gland. Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
anterior, bagian tengah, dan bagian posterior. 1. Hipofisis lobus anterior yaitu menghasilkan
hormon - Hormone tirotropin (Tiroid stimulating hormone, TSH) berfungsi memelihara
pertumbuhan dan perkembangan kelenjar targetnya (tiroid kelenjar gondok) dan merangsang
tiroid untuk mensekresikan hormone tiroksin. - Andrenocorticotrophic (corticotropia, ACTH)
berfungsi memelihara pertumbuhan dan perkembangan normal korteks adrenal dan
merangsang untuk mengsekresikan kortisol dan glucocorticoid yang lain. - Gonadotropin, yang
terdiri dari Follicle stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) - Somatotropic
hormone (Ghowth hormone, GH) yaitu hormone yang menyebabkan pertumbuhan dari semua
jaringan tubuh yang dapat tumbuh. - Prolaktin (Luteotropic hormone, LTH) berfungsi untuk
merangsang sekresi kelenjar susu (glandula mamae). gambar hipofisis anterior dan organ
target 2. Hipofisis lobus intermedia yaitu hormon perangsang melanosit atau melanosit
Stimulating Hormon MSH). Apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit
menjadi hitam.
Gambar regulasi ADH

3. Hipofisis lobus posterior, hormon yang dihasilkan yaitu ; - Hormone vasopressin atau
antidiuretik hormone (ADH) yaitu berfungsi untuk mencegah pembentukan urine dalam jumlah
banyak dan berpengaruh dalam pengaturan tekanan darah. - Hormon oksitosin yang berfungsi
merangsang kontraksi yang kuat pada uterus sehingga penting dalam membantu proses
kelahiran. Kelenjar Tiroid (Kelenjar Gondok) Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di
leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting
ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3). Hormonhormon ini mengawal metabolisma
(pengeluaran tenaga) manusia. Kelenjar langerhans (pancreas) Pulau langerhans mempunyai
sel-sel alfa dan beta. a) Sel-sel alfa menghasilkan glukogon yang berfungsi meninggikan gula
darah b) Sel-sel beta menghasilkan hormone insulin yang berfungsi mengubah gula darah
menjadi gula otot (menurunkan gula darah) d) Sel D yang berfungsi mensekresi somatostatin
yang berfungsi sebagai penghambat sekresi insulin dan glukagon e) Sel F yang berfungsi untuk
menghasilkan polipeptida pankreas Selain itu pancreas juga menghasilkan kelenjar
pencernaan.
Gambar hipofisis posterior dan organ target
Kelenjar paratiroid Kelenjar ini menghasilkan hormone paratormon (PTH), yang terletak
menempel pada permukaan kelenjar tiroid dan berjumlah 4 buah. Hormon paratormon (PTH)
berperan dalam metabolisme kalsium dan fosfot di dalam darah. Kekurangan hormone
paratiroid dapat mengakibatkan gejala kekejangan otot. Kelenjar anak ginjal (kelenjar adrenal,
suprarenalis) Kelenjar anak ginjal terletak menempel di atas ginjal, yang terdiri atas 2 bagian,
yaitu : a) Bagian korteks yang merupakan 80% dari kelenjar adrenal. Korteks adrenal
mensintesa tiga kelas hormonsteroid yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen. b)
Bagian medula yang Menghasilkan adrenalin (epinefrin), noeepinefrin dan katekolamin.
Kelenjar kelamin a) Kelenjar kelamin pria (testis) Testis mempunyai 2 fungsi utama
menghasilkan sel-sel mani (sperma) oleh tubulus seminifelus dan sekresi hormone jantan
(androgen) yaitu hormone testosterone oleh sel-sel leyding. Hormon testosterone berfungsi
untuk mempengruhi spermatogenesis (pembentukan sperma) dan menimbulkan sifat-sifat seks
sekunder pada pria seperti suara yang besar, tumbuh cambang, dan lain-lain. b) Kelenjar
kelamin wanita (ovarium) Ovarium dapat menghasilkan ovum (sel telur) dan hormone-hormon
ekstrogen dan progesterone.
Estrogen berpengaruh pada : wanita. - Pematangan sel-sel kelamin - Pertumbuhan alat kelamin
- Pemeliharaan sistem reproduksi - Menimbulkan tanda-tanda seks sekunder pada Progesteron
dihasilkan oleh korpus leuteun yaitu badan kuning di dalam ovarium. Progesteron berfungsi : -
Mempengaruhi kontraksi otot rahim - Pada endometrium uterus berfungsi mempersiapkan
untuk nidasi bloktostocyst dan mempercepat pertumbuhan kelenjar pada endonetrium uterus.
secara garis besar mengenai jenis dan macam hormon yang terdapat pada tubuh manusia
dapat di perhatikan pada tabel berikut :

Tabel klasifikasi macam hormon dan fungsinya

http://www.slideshare.net/septianraha/macam-hormon-yang-dihasilkan-sistem-endokrin-
27695031,

diakses pada 16 februari 2015, pukul 22:33


Sistem endokrin terdiri dari kelenjar yang mengeluarkan zat kimia yang disebut ‘hormon’ ke
dalam aliran darah atau jaringan sekitarnya. Bersama dengan sistem saraf dan sistem kekebalan
tubuh, sistem endokrin membantu tubuh untuk mengatasi berbagai aktivitas dan tekanan.
Sistem endokrin meliputi kelenjar pituitari, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, kelenjar adrenal,
pankreas, ovarium, dan testis.
Kelenjar endokrin membuat bahan kimia yang disebut hormon dan menyebarkannya mereka
langsung ke dalam aliran darah. Hormon dapat dianggap sebagai pesan kimia. Dari aliran
darah, hormon berkomunikasi dengan tubuh dengan menuju sel target mereka untuk
membawa perubahan tertentu atau efek ke sel itu. Hormon ini juga dapat membuat
perubahan pada sel-sel dari jaringan sekitarnya (efek parakrin). Sistem endokrin bekerja
dengan sistem saraf dan sistem kekebalan tubuh untuk membantu tubuh mengatasi berbagai
aktivitas dan tekanan.
Cabang ilmu kedokteran – yang berkaitan dengan studi tentang sistem endokrin – disebut
endokrinologi dan dipraktekkan oleh ahli endokrin. Bidang ini berkembang pesat karena
pemahaman tentang jalur selular yang merangsang hormon dan penemuan hormon baru dan
tindakan mereka.

Kelenjar eksokrin
Sebuah kelenjar eksokrin, seperti kelenjar endokrin, adalah kelenjar yang mengeluarkan zat
(elektrolit, protein atau enzim) langsung ke situs target melalui saluran atau tabung. Beberapa
contoh termasuk :
 kelenjar ludah
 kelenjar keringat
 kelenjar sebaceous

Pankreas.
Pankreas adalah baik sebagai endokrin dan organ eksokrin. Ia melepaskan enzim tertentu
untuk membantu pencernaan dikirim ke usus melalui saluran pankreas. Endokrin pankreas juga
melepaskan hormon seperti insulin dan glukagon, hormon yang sebagian besar berhubungan
dengan metabolisme glukosa, ke dalam aliran darah.

Fungsi dari sistem endokrin. Beberapa peran sistem endokrin meliputi:


 Pertumbuhan
 Perbaikan
 Reproduksi seksual
 Pencernaan
 Homeostasis (keseimbangan internal konstan).

Bagaimana hormon bekerja


Hormon hanya akan bertindak pada bagian tubuh jika itu ‘cocok ‘. Hormon dapat dianggap
sebagai kunci, dan situs target (seperti organ) telah membentuk gembok pada dinding sel
khusus. Jika hormon sesuai dengan dinding sel, maka akan bekerja.
Hormon-hormon dapat memicu kaskade jalur sinyal lain dalam sel menyebabkan efek langsung
(misalnya, sinyal insulin menyebabkan penyerapan yang cepat glukosa ke dalam sel-sel otot)
atau efek yang lebih tertunda (glukokortikoid mengikat unsur-unsur DNA dalam sel untuk
beralih pada produksi protein tertentu, yang membutuhkan waktu untuk menghasilkan).
Sistem endokrin adalah sistem yang diatur secara ketat yang membuat hormon dan efek
mereka pada tingkatan yang tepat. Salah satu cara ini dicapai adalah melalui ‘loop umpan
balik’. Pelepasan hormon diatur oleh hormon lain, protein atau sinyal saraf.
Hormon dilepaskan kemudian berpengaruh pada organ-organ lain. Efek ini pada organ yang
diumpan (feed) kembali ke sinyal asli untuk mengendalikan pelepasan hormon lebih lanjut.
Kelenjar pituitari terkenal dengan loop umpan baliknya.

Organ Kelenjar endokrin


Kelenjar utama dan organ-organ sistem endokrin meliputi:
Kelenjar pituitari – di dalam otak. Ini mengawasi kelenjar lain dan menjaga tingkat hormon
terjaga. Hal ini dapat membawa perubahan pada produksi hormon di tempat lain dalam sistem
dengan melepaskan hormon ‘merangsang’ sendiri. Kelenjar pituitari juga terhubung ke sistem
saraf melalui bagian otak yang disebut hipotalamus. Hormon-hormon yang dikeluarkan oleh
kelenjar hipofisis adalah gonadotropin (LH dan FSH), hormon pertumbuhan (GH), thyroid
stimulating hormone (TSH), hormon adrenokortikotropik (ACTH), prolaktin, hormon
antidiuretik dan oksitosin.
Kelenjar tiroid – terletak di leher di bagian depan tenggorokan. Ia melepaskan hormon tiroid
(T4 dan T3) yang diperlukan untuk metabolisme dan homeostasis tubuh. Hal ini dikendalikan
oleh TSH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis melalui loop umpan balik.
Kelenjar paratiroid – biasanya ada empat kelenjar paratiroid yang terletak di samping kelenjar
tiroid. Kelenjar paratiroid terlibat dalam kalsium, fosfat dan regulasi vitamin D.
Kelenjar adrenal – ada dua kelenjar adrenal yang duduk di atas masing-masing ginjal. Mereka
membuat sejumlah hormon yang berbeda. Bagian luar kelenjar (adrenal korteks) membuat
hormon kortisol, aldosteron dan jenis kelamin. Pusat kelenjar adrenal (adrenal medulla)
membuat adrenalin. Adrenalin adalah contoh hormon yang berada di bawah kendali sistem
saraf.
Pankreas – organ pencernaan yang ada di dalam perut. Itu membuat insulin, yang mengontrol
jumlah gula dalam aliran darah. Hal ini juga membuat hormon-hormon lain seperti glukagon
dan somatostatin.
Ovarium – berada di dalam panggul perempuan. Mereka membuat hormon seks wanita seperti
estrogen.
Testis – mereka menggantung di kantong skrotum laki-laki. Mereka membuat hormon seks pria
seperti testosteron.
Organ endokrin lainnya yang kurang dikenal meliputi:
Jaringan adiposa (jaringan lemak) – dikenal menjadi metabolik penting. Ia melepaskan hormon
seperti leptin, yang mempengaruhi nafsu makan, dan juga merupakan tempat produksi
estrogen. Insulin juga bekerja pada jaringan adiposa.
Ginjal – menghasilkan eritropoietin (EPO) yang merangsang produksi sel darah merah,
memproduksi renin yang diperlukan untuk regulasi tekanan darah dan menghasilkan bentuk
aktif vitamin D (1-25 dihidroksi vitamin D3)
Gut – peningkatan jumlah hormon dalam usus sedang diteliti dan dipahami untuk
mempengaruhi metabolisme dan nafsu makan. Termasuk glukagon- seperti peptide 1 (GLP-1),
ghrelin yang merangsang nafsu makan, dan somatostatin.

Masalah dari sistem endokrin


Banyak masalah dapat terjadi dalam sistem endokrin. Ini dapat dianggap sebagai produksi
hormon berlebihan atau kekurangan. Organ endokrin juga rentan terhadap tumor (adenoma)
yang dapat menghasilkan hormon berlebih. Beberapa masalah dari sistem endokrin meliputi:
Diabetes – terlalu banyak gula dalam darah yang disebabkan oleh masalah dengan produksi
insulin. Ini termasuk diabetes tipe 1 (defisiensi insulin) dan Jenis diabetes tipe 2 (awalnya
berlebihan, kemudian kekurangan, insulin).
Kelainan menstruasi – haid tidak teratur atau kurangnya menstruasi. Beberapa penyebab
sindrom ini termasuk polikistik ovarium (PCOS), adenoma hipofisis atau kegagalan ovarium
primer (POF).
Masalah tiroid – ketika kelenjar terlalu aktif (hipertiroidisme) atau kurang aktif (hipotiroidisme).
Nodul tiroid umum, tetapi kanker tiroid jarang terjadi.
Masalah paratiroid – pembesaran atau satu di antara lebih dari kelenjar paratiroid dapat
menyebabkan kadar kalsium tinggi dalam darah (hiperkalsemia).
Adenoma hipofisis – ini adalah tumor dari kelenjar pituitari yang dapat membuat terlalu
banyak hormon tertentu atau menyebabkan kekurangan hormon. Tumor ini dapat kecil
(mikroadenoma) atau besar (makroadenoma).
Tumor neuro-endokrin – ini jarang untuk tumor kelenjar endokrin tertentu (biasanya kelenjar
adrenal, pankreas atau usus kecil). Ini dapat termasuk terlalu banyak adrenalin dilepaskan oleh
kelenjar adrenal (feokromositoma), atau terlalu banyak hormon 5-HIAA dari tumor karsinoid
yang menyebabkan diare dan pembilasan.
Hal yang perlu diingat
Kelenjar endokrin mensekresi hormon langsung ke dalam aliran darah.
Hormon membantu untuk mengontrol banyak fungsi tubuh, seperti pertumbuhan, perbaikan
dan reproduksi.
Sistem endokrin melibatkan banyak sistem organ dan hormon, banyak yang masih diselidiki
dan dipahami.
3) Kegiatan Belajar 3
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi hormon reproduksi dan sex

b. Uraian Materi
FUNGSI HORMON REPRODUKSI WANITA
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek
tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Hormon seks merupakan zat yang
dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Mereka
secara sebagian bertanggung jawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi
perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai pubertas dan kemudian
memainkan peran dalam pengaturan perilaku seksual.
Hormon seks utama pada wanita adalah estrogen, wanita memproduksi 0,5 mg estrogen
setiap hari. Estrogen juga ada pada kedua jenis kelamin, namun dalam jumlah yang lebih besar
pada wanita.
B. Hormon seks pada wanita

Pada wanita hormon seks bekerja secara bersama dalam suatu pola rumit, agar fungsi
siklus reproduksi berjalan lancar. Wanita memiliki beberapa hormon pada organ seksnya yaitu:
1. Estrogen

Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting
untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk
penetrasi sperma.
Estrogen adalah hormon seks yang umumnya diproduksi oleh rahim wanita yang
merangsang pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya payudara dan rambut
kelamin, dikenal sebagai karakteristik seks sekunder. Estrogen juga mengatur siklus menstruasi.
Pada kebanyakan wanita, hormon indung telur tidak memainkan peran yang penting dalam
gairah seks mereka. Dalam sebuah penelitian pada wanita dibawah usia 40 tahun, 90%
melaporkan tidak adanya perubahan dalam nafsu seks atau fungsi setelah hormon seks
diturunkan karena pengangkatan kedua rahim.
Estrogen penting dalam menjaga kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam
memproduksi cairan yang melembabkan vagina. Mereka juga membantu untuk menjaga
tekstur dan fungsi payudara wanita. Pada pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang diketahui.
Namun, kadar yang terlalu tinggi dapat mengurangi selera seksual, menyebabkan kesulitan
ereksi, pembesaran payudara, dan kehilangan rambut tubuh pada beberapa pria.
Estrogen adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon
seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita, kandungannya jauh
lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini menyebabkan perkembangan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, seperti payudara, dan juga
terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid. Pada saat
menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan beberapa efek, di
antaranya hot flash, berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang berlebihan.
Pada minggu I & II kehidupan didunia luar masih ada pengaruh Estrogen dari ibu, krn itu
uterus baru lahir agak lebih besar daripada anak kecil juga menimbulkan pembengkakan
payudara pada bayi wanita maupun laki-laki selama 10 hari dan kadang-kadang disertai sekresi
cairan seperti air susu, sekitar 10 – 15 % bayi wanita dpt timbul perdarahan pervaginam dalam
mgg pertama Terdapat tiga hormon estrogen utama, yaitu yang disebut estradiol, estrone, dan
estriol.
1. Estradiol adalah estrogen terkuat, diproduksi oleh ovarium dan bertanggung jawab
terhadap tumbuh kembangnya payudara.
2. Estrone, estrogen yang lebih lemah, diproduksi oleh ovarium dan jaringan lemak.
3. Estriol, estrogen terlemah dari ketiga estrogen utama, dibuat di dalam tubuh dari
estrogen-estrogen lain.
Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki aktivitas bersifat mirip
estrogen. Zat buatan yang bersifat seperti estrogen disebut xenoestrogen, sedangkan bahan
alami dari tumbuhan yang memiliki aktivitas seperti estrogen disebut fitoestrogen.
Seorang gadis pertama kali memproduksi estrogen pada usia antara 8 sampai 13 tahun. Hal
ini merupakan tanda dimulainya masa pubertas. Estrogen mengakibatkan rahim (uterus),
vagina, tubai Fallopii (saluran dari indung telur atau ovarium ke rahim) berkembang. Pada saat
itu rambut di ketiak dan kemaluan mulai tumbuh serta memacu tumpukan lemak di bagian
bawah tubuh (pantat, paha) dan yang pasti membuat payudara kita tumbuh. Pada saat
estrogen mencapai level yang cukup tinggi, ovulasi pun terjadi pertama kali. Ketika itu sel telur
yang telah masak lepas dari ovarium dan mulailah siklus menstruasi.
Sebagai seorang yang telah dewasa, level estrogen naik turun sesuai dengan siklus
menstruasi. Pada awal siklus level hormon sangat rendah. Ketika kelenjar hypothalamus (di
otak kecil) menangkap tanda level estrogen rendah, kelenjar ini merangsang ovarium untuk
mulai memproduksi lebih banyak estrogen. Estrogen bertanggungjawab pada pemasakan sel
telur selama rentang waktu dua minggu siklus menstruasi. Ketika estrogen mencapai level
puncak sekitar hari ke-12, ovulasi terjadi.
Usia tua, sakit, dan beberapa perawatan kanker dapat mempengaruhi keseimbangan
hormon tubuh kita yang rapuh, menyebabkan perubahan dalam fungsi dan gairah seksual.
Yang paling dikenal adalah perubahan yang terjadi saat wanita mengalami menopause.
Produksi estrogen menurun pada saat ini dimana wanita meninggalkan tahun-tahun dimana ia
dapat mengandung anak.
Pengaruh seksual paling utama dari penurunan kadar estrogen adalah pengecilan vagina
dan penipisan dinding vagina, bersamaan dengan hilangnya elastisitas dan kurangnya
pembasahan vagina saat rangsangan seksual. Beberapa wanita mengalami hanya sedikit
perubahan dalam fungsi seksual, dimana yang lain dapat mengalami kekeringan dan nyeri saat
berhubungan, atau luka pada alat kelamin selama beberapa hari setelah berhubungan bila
mereka tidak menggunakan minyak pelumas vagina atau sejenis pengganti hormon.
Para peneliti yang sedang menyelidiki efek-efek dari terapi pengganti hormon pada fungsi
seksual wanita telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi estrogen seringkali menyebabkan
fungsi seksual kembali seperti asal. Ditambah lagi, androgen telah diresepkan bagi wanita
pasca menopause untuk meningkatkan nafsu seksualnya
Kadar estrogen yang tinggi ini, selain memicu aktivitas sel-sel otak berlebihan, juga
menyebabkan terjadinya retensi cairan tubuh, seperti di payudara, tungkai, dan juga di otak.
Wanita mengeluh payudara sakit, kaki terasa berat, dan sakit kepala yang berlebihan.
Karena penyebabnya disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi, maka pengobatannya
adalah dengan pemberian hormon anti estrogen, hormon anti estrogen yang terkenal adalah
progesteron.
Biasanya progesteron diberikan dengan dosis 10 mg/hari, dari hari ke 16-ke 25 siklus haid.
Untuk mengeluarkan cairan dari jaringan tubuh, dapat diberikan obat diuretika sampai
menjelang haid berikutnya.
Perlu disadari, bahwa pengobatan dengan hormon progesteron memerlukan waktu lama,
sehingga sangat dituntut kesabaran dari pihak wanita. Efek samping yang ditimbulkan oleh
progesteron sangat sedikit. Jenis progesteron yang dianjurkan adalah jenis progesteron
alamiah, seperti didrogesteron, atau medroksi progesteron asetat (MPA), karena jenis hormon
ini memiliki khasiat antidepresif. Jenis progesteron sintetik justru menyebabkan depresif
(ringan). Akhir-akhir ini telah dicoba pengobatan dengan menekan cara keseluruhan fungsi dari
ovarium, yaitu dengan menggunakan Gn-RH, analog, dan hasilnya jauh lebih baik, bila
dibandingkan dengan pemberian progesteron saja.
Cuma saja pengobatan cara ini relatif mahal, dan dapat menimbulkan keluhan seperti pada
wanita menopause, sehingga selama pemberian Gn-RH-analog harus selalu diberikan
tambahan hormon estrogen dan progesteron.
Dengan berkurangnya estrogen pada saat menopause maka tubuh wanita menjadi rentan
terhadap risiko penyakit jantung. Terapi estrogen (Estrogen Replacement Therapy) bertujuan
agar hormon estrogen yang semakin berkurang ini dapat terisi kembali. Adanya hormon
estrogen pada wanita yang masih aktif menstruasi akan menekan Lp(a) atau lipoprotein(a).
Kadar Lp(a) rata-rata adalah 2 mg/dl, dan apabila Lp(a) meningkat sampai 20-30 mg/dl maka
akan muncul risiko penyakit jantung koroner. Lp(a) ini berperan sebagai penggumpal yang
kemudian bersama-sama plak yang ada dalam pembuluh arteri akan menyumbat aliran darah
sehingga muncul serangan jantung.
Estrogen sebenarnya bukan sekedar hormon pada wanita, karena diketahui bahwa
estrogen juga dapat menjalankan fungsi sebagai antioksidan. Kolesterol LDL lebih mudah
menembus plak di dalam dinding nadi pembuluh darah apabila dalam kondisi teroksidasi.
Peranan estrogen sebagai antioksidan adalah mencegah proses oksidasi LDL sehingga
kemampuan LDL untuk menembus plak akan berkurang. Apabila seorang wanita pada awalnya
mempunyai kadar trigliserida darah tinggi (250 mg/dl) maka pemakaian terapi estrogen (pil)
dapat merangsang peningkatan trigliserida. Terdapat keterkaitan metabolisme antara
trigliserida dengan kolesterol HDL (baik).
Apabila trigliserida tinggi maka HDL cenderung turun. Oleh karena itu sebelum menjalani
terapi estrogen disarankan melakukan pemeriksaan profil lipid darah.
Peranan estrogen yang lain adalah sebagai pelebar pembuluh darah jantung sehingga
aliran darah menjadi lancar dan jantung memperoleh suplai oksigen secara cukup. Pada tahun
1993 National Education Cholesterol Program di AS mengakui pentingnya peranan terapi
estrogen di dalam memperbaiki profil lipid (kolesterol) dan memperkecil risiko penyakit
jantung.

2. Progesterone

Progesteron adalah hormon steroid yang berperan dalam siklus menstruasi wanita,
mendukung proses kehamilan, dan embriogenesis. Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum.
Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi
zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG.
Progesteron tergolong kelompok hormon progestogen, dan merupakan hormon
progestogen yang banyak terdapat secara alami.
Pada manusia dan beberapa binatang, progesteron diproduksi di ovarium (khususnya
setelah ovulasi di corpus luteum), pada otak, selama kehamilan, dan pada plasenta.
Tanaman Dioscorea mexicana mengandung senyawa steroid diosgenin, yang dapat diubah
menjadi progesteron di laboratorium. Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan untuk
mensintesis progesteron adalah Dioscorea pseudojaponica dan Dioscorea villosa.

Progesteron memiliki efek fisiologis sebagai berikut:


Efek pada sistem reproduksi
 menyiapkan uterus (rahim) untuk kehamilan
 selama kehamilan, progesteron juga menurunkan respon kekebalan tubuh ibu, untuk
menerima janin.
 menurunkan pergerakan otot halus uterus (rahim)
 menghambat laktasi selama kehamilan
 penurunan kadar progesteron selama masa kehamilan mungkin menjadi awal mula
proses kelahiran bayi.
Efek pada sistem syaraf
 progesteron termasuk hormon neurosteroid, berperan meningkatkan kemampuan
belajar dan daya ingat
Efek pada sistem lainnya
 menurunkan kejang otot polos
 menururunkan kerja empedu dan kandung kemih
 memiliki efek antiinflamasi dan mengatur respon kekebalan tubuh
 menormalkan pembekuan darah, kadar seng dan tembaga, kadar oksigen sel, dan
lemak yang disimpan untuk energi.
 mempengaruhi kesehatan gusi, meningkatkan risiko gingivitis dan kerusakan gigi.
 mencegah kanker endometrium, dengan cara mengatur efek estrogen.
Oleh karena ketersediaan hayati progesteron sangat buruk ketika digunakan secara oral,
maka hormon ini banyak disintesis sebagai progestin, akan tetapi progestin tidak mampu
menggantikan peran progesteron alami karena pada banyak kasus progestin hanya diproduksi
untuk menyerupai efek progesteron pada uterus.
3. Gonadotropin Releasing Hormone / luliberin

GnRH adalah hormon stimulator bagi sekresi hormon FSH dan LH, merupakan hormon
yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl
stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
Neuron GnRH merupakan sel neuroendokrin yang sangat unik karena tidak berasal dari
perkembangan jaringan otak. Sekitar satu dekade yang lain, sejumlah ilmuwan menyebutkan
penemuan neuron GnRH pada hidung seekor embrio tikus yang sedang berkembang. Saat ini
telah terbukti bahwa pada manusia, neuron GnRH juga berasal dari luar otak, tepatnya dari
bagian medial olfactory placode pada hidung. Beberapa ribu neuron GnRH bermigrasi menuju
hipotalamus saat masa janin dengan waktu tempuh sekitar 16 hari untuk tikus, 70 hari untuk
domba dan 16 minggu untuk manusia.
Neuron GnRH bergerak sepanjang akson nervus terminalis dan saraf vomeronasal seakan
dapat mengendus arah tujuan dan di mana harus berhenti.
Tidak adanya migrasi neuron GnRH pada masa embrio, akan mengakibatkan sindrom
Kallmann yang disebabkan tidak terjadinya sekresi hormon terkait. Penyebab kedua adalah
sekresi yang tidak mencapai sasaran, sehingga kedua hormon gonadotropin yang diperlukan
bagi perkembangan guna mencapai pubertas tidak tersekresi dengan baik.
Ritme sirkadia
GnRH juga merupakan hormon yang disekresi pulsatik oleh neuron GT1 - GT7 yang mempunyai
ekspresi gen ritme sirkadia, sebagai stimulasi terhadap SCN (bahasa Inggris: suprachiasmatic
nucleus), salah satu area pada pusat saraf otonomi, guna menyesuaikan ritme metabolisme
berdasarkan sinyal pulsatik yang dikirimkan.
4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)

Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat
rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang
matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan
dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
FSH adalah hormon yang dikeluarkan oleh gonadotrop. FSH berfungsi untuk memacu
pertumbuhan sel telur dalam ovarium. Pada pria, FSH mengatur dan memelihara proses
pembentukan sperma. Jumlah FSH sedikit ketika kecil dan tinggi setelah menopause.
5. HCG (Human Chorionic Gonadotropin)

Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah sejenis Glikoprotein yang dihasilkan oleh
plasenta dalam kehamilan. Namun selama plasenta belum terbentuk, hormon ini dihasilkan
sel-sel fungsi tropoblas. Setelah umur kehamilan memasuki 12-13 minggu, hormon HCG ini
dihasilkan oleh plasenta. Di dalam tubuh, hormon ini bersifat mempertahankan korpus luteum,
yakni jaringan di ovarium yang menghasilkan progesteron. Hormon progesteron ini berfungsi
untuk memelihara atau mempertahankan proses kehamilan, sedangkan korpus luteum ini
ditunjang keberadaannya oleh HCG.
cara mendeteksi HCG dan waktu yang tepat untuk menguji tes kehamilan
Dengan menggunakan uji kehamilan home pregnancy test (HPT) yang biasa dikenal dengan test
pack. Pengecekan kualitatif ini cukup mudah yakni dengan mencelupkan ujung alat ke dalam
urin, biasanya alat uji ini memiliki indikator berupa dua buah garis. Waktu yang tepat untuk
melakukan tes urin biasanya adalah 4-5 hari atau 1 minggu setelah terlambat haid, karena
sebagian besar test pack sudah dapat mendeteksi HCG dengan kadar 50 IU/ml. Dengan
pengecekan lewat darah. Pengecekan kuantitatif ini lebih akurat tentunya karena biasanya yang
diukur adalah jumlah subunit beta hormon HCG (ß-hCG).
Pemeriksaannya menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Tes melalui darah ini lebih cepat dibandingkan dengan urin, karena sebenarnya kadar HCG
sudah ada dalam darah sejak implantasi terjadi, atau sejak terjadi pembuahan pada hari ke 8
sudah terdapat beta HCG sehingga bisa terdeteksi lewat darah. Hanya saja pemeriksaan lewat
darah masih sangat jarang karena harganya relatif mahal.
Kadar hormon HCG yang ideal untuk ibu hamil

Jumlah kadar HCG yang ideal bisa berubah atau berbeda-beda tergantung pada usia kehamilan.
Kadar HCG yang ideal adalah tidak terlalu rendah, maupun tidak terlalu tinggi. Jumlah hormon
HCG tidak ditentukan oleh umur, jadi yang benar-benar mempengaruhi jumlah kadar HCG
adalah usia kehamilan
Kadar HCG minimal yang bisa terdeteksi
Kadar beta HCG yang bisa terdeteksi pada kehamilan 5 minggu yakni sekitar 22 IU/ml. Bila
kadar HCG-nya rendah bisa menyebabkan keguguran. Sedangkan kalau kadar HCG-nya terlalu
tinggi harus dicurigai karena bisa menyebabkan hamil anggur.
6. Prolaktin hormon

Prolaktin adalah proteohormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria anterior. Kelenjar
tersebut merangsang permulaan laktasi (laktogenesis) pada kelenjar susu. Prolaktin disebut
juga laktogen, luteotrpin, galaktin, dan mammotropin. Di dalam sel-sel epitel terdapat enzim-
enzim yang esensial yang menggertak sel-sel dalam mengubah susunan darah menjadi susu.
Fungsi prolaktin ialah merangsang aktivitas enzim dan enzim tersebut selanjutnya menggertak
sekresi susu. Sel kelenjar susu tidak berdaya menghasilkan susu bila tidak ada prolaktin. Pada
masa kehamilan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang
oleh estrogen.

Proses Pembentukan Laktogen


Proses pembentukan laktogen melalui tahapan-tahapan berikut:
1. Laktogenesis I
2. Laktogenesis II
3. Laktogenesis III
Laktogenesis I
Merupakan fase penambahan dan pembesaran lobulus-alveolus. Terjadi pada fase terakhir
kehamilan. Pada fase ini, payudara memproduksi kolostrum, yaitu berupa cairan kental
kekuningan dan tingkat progesteron tinggi sehingga mencegah produksi ASI. Pengeluaran
kolustrum pada saat hamil atau sebelum bayi lahir, tidak menjadikan masalah medis. Hal ini
juga bukan merupakan indikasi sedikit atau banyaknya produksi ASI.

Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar hormon progesteron,
esterogen dan HPL (Human placental lactogen) . Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap
tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran. Apabila payudara dirangsang, level
prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali
ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel
di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri.
Penelitian mengemukakan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI
lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun
peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang
produksi ASI sebenarnya tidak langsung keluar setelah melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih
dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah
kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama
setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.

Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari
pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI banyak.
Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan
meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa
sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:
 Kurang sering menyusui atau memerah payudara
 Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat: struktur mulut
dan rahang yang kurang baik; teknik perlekatan yang salah.
 Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
 Jaringan payudara hipoplastik
 Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
 Kurangnya gizi ibu

C. Tahap fungsi reproduksi dan produksi hormon


Dalam setiap tahapan kehidupan wanita, fungsi dan produksi hormon seks ini juga
bervariasi.
Prapubertas
Folikel primordial (bakal telur) dikedua ovarium telah lengkap, yakni sebanyak 750.000
butir dan tidak bertambah lagi pada kehidupan selanjutnya. Alat kelamin luar dan dalam sudah
terbentuk. Pada minggu pertama dan kedua, bayi masih mengalami pengaruh estrogen dari
ibunya.
Masa kanak-kanak
Meski hormon baru aktif pada usia pubertas, sebenarnya hormon sudah memengaruhi
tubuh sejak di dalam kandungan. Apabila kita perhatikan, sering kali bayi yang baru lahir (laki-
laki atau perempuan) memiliki payudara yang terlihat besar, terkadang juga diikuti dengan
keluarnya sedikit susu.
Hal tersebut terjadi karena mengalirnya hormon estrogen dari tubuh ibu ke janin
selama kehamilan. Namun, kondisi ini hanya bersifat sementara dan menghilang dalam
beberapa minggu. Meski pada beberapa bayi perempuan pembesaran payudara ini mungkin
masih akan tinggal hingga anak berusia 2 tahun sebelum akhirnya benar-benar menghilang.
Pubertas
Pada usia ini pelepasan hormon seks akan mempengaruhi perkembangan seksual,
karateristik seksual, dan kesuburannya. Tonggak penting masa pubertas pada anak perempuan
adalah bertumbuhnya tunas payudara, munculnya rambut di daerah pubik dan ketiak, serta
haid. Proses pubertas ini berlangsung sekitar 4 tahun.
Selama masa pubertas, kelenjar pituitari seorang gadis mulai meningkatkan sekresi dua
hormon kunci, yaitu folicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua
jenis hormon ini berperan penting terhadap terjadinya pelepasan sel telur dan menstruasi.
Usia dewasa
Di samping membantu mengontrol ovulasi, pembuahan, dan kehamilan, estrogen
memelihara kekuatan tulang dan membantu mengatur kolesterol. Progesteron bekerja sama
dengan estrogen untuk mempersiapkan tubuh wanita menghadapi pembuahan, kehamilan,
dan membantu mengatur siklus haid.
Hormon ini juga memegang peran penting dalam pertumbuhan dan mengatur
distribusi lemak dalam tubuh perempuan sehingga lebih banyak deposit lemak di bagian paha,
bokong, dan pinggul. Sementara itu, testosteron membantu pembentukan otot dan tulang.

Kehamilan
Jika sel telur dapat dibuahi dan terjadi kehamilan, terjadi perubahan hormon secara
dramatis dalam tubuh seorang perempuan. Biasanya penurunan kadar estrogen dan
progesteron yang lazim terjadi pada akhir siklus haid tidak terjadi. Sebagai gantinya, hormon
baru, human chorionic gonadotrohin (HCG), diproduksi untuk perkembangan plasenta,
merangsang ovarium menghasilkan lebih banyak estrogen dan progesteron yang diperlukan
selama kehamilan.
Pada usia kehamilan 4 bulan, plasenta mengambil alih tugas ovarium sebagai penghasil
utama estrogen dan progesteron. Hormon ini membuat dinding rahim lebih tebal,
meningkatkan volume sirkulasi darah, dan melemaskan otot di rahim sehingga tersedia lebih
banyak ruang untuk bayi.
Menjelang kelahiran, hormon lain mengambil alih peran untuk membantu rahim
berkontraksi selama dan setelah persalinan. Hormon ini juga merangsang produksi air susu ibu.

Setelah melahirkan
Setelah persalinan, kadar estrogen, progesteron, dan hormon lainnya menurun drastis
sehingga terjadi perubahan fisik. Rahim akan kembali ke ukuran semula sebelum kehamilan,
otot panggul meningkat, dan volume sirkulasi darah kembali normal. Perubahan hormon yang
dramatis ini sering kali menyebabkan depresi pasca-melahirkan.

Klimakterium
klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium,
yang bukan merupakan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang
normal. Masa ini berlangsung sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause. Masa
premenopause, menopause dan pasca menopause dikenal sebagai masa klimakterium.
Klimakterium dapat dikatakan mulai sekitar 6 tahun sebelum menopause dan berakhir kira-kira
6-7 tahun sesudah menopause. Pada wanita dalam masa ini, terjadi juga keluhan-keluhan yang
disebut sindroma klimakterik. Keluhan-keluhan ini dapat bersifat psikis seperti mudah
tersinggung, depresi, kelelahan, semangat kurang dan susah tidur. Gangguan neurovegetatif
dapat berupa hot flashes, keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, dll.

Menopause
Perubahan hormon yang signifikan lainnya terjadi saat perempuan memasuki usia
menopause. Pada 3-5 tahun sebelum akhir siklus menstruasi, fungsi normal ovarium mulai
menurun. Hal ini membuat siklus menstruasi lebih pendek atau lebih lama. Terkadang ovarium
menghasilkan estrogen sedikit sehingga dinding rahim tidak menebal hingga akhirnya tidak
terjadi menstruasi.
Dalam keseluruhan hidup perempuan, estrogen membantu melindungi jantung dan
tulang, selain juga menjaga agar payudara, rahim, dan vagina dalam kondisi sehat. Itu
sebabnya, penurunan kadar estrogen selama dan setelah menopause bisa memengaruhi
kesehatannya, selain juga memicu gejala yang tidak nyaman.
Kehilangan sejumlah besar estrogen menyebabkan perempuan lebih berisiko terkena
penyakit jantung dan osteoporosis. Masalah lainnya adalah vagina menjadi kering dan tidak
nyaman ketika berhubungan seksual. Pra menopause adalah masa 4-5 tahun sebelum
menopause dan pascamenopause adalah 3-5 tahun setelah menopause.
Sedangkan ooporopause adalah terhentinya fungsi ovarium , berarti terhentinya produksi
estrogen, estron yang terjadi pada usia 55 – 56 tahun.

Masa Senile
Pada masa ini telah tercapai keseimbangan hormonal yang baru sehingga tidak ada lagi
gangguan vegetatif maupun psikis. Yang mencolok pada masa ini adalah kemunduran alat-alat
tubuh dan kemampuan fisik sebagai proses menjadi tua. Dalam masa ini pula osteoporosis
terjadi pada wanita dengan intensitas yang berbeda. Walaupun sebab-sebabnya belum jelas
betul, namun berkurangnya hormon steroid dan berkurangnya aktivitas osteoblast memegang
peranan dalam hal ini. Ganggguan-gangguan lain yang dapat timbul antara lain vagina menjadi
kering sehingga timbul rasa nyeri pada waktu bersetubuh, nyeri pada waktu berkemih dan
terasa ingin terus buang air kecil.

D. KELAINAN GENETIK (menopause dini)


Jika hormon-hormon seks berkurang di usia produktif atau lebih dini, penyebabnya adalah
faktor kelainan genetik. Itu bisa dilihat dari bentuk tubuh Misalnya, payudara yang tak
berkembang. Karena adanya kelainan kromosom, karena pengaruh makanan yang tak sehat,
misalnya kebiasaan konsumsi makanan tak seimbang.
Selain itu juga dipengaruh oleh kebiasaan-kebiasaan hidup, seperti merokok, kelelahan,
pengaruh dari polusi, dan sebagainya, yang bisa menghancurkan jaringan dan sel sehingga sel
akan keropos dan berkarat.
E. Fisiologi haid

Haid adalah perdarahan dari uterus yang keluar melalui vagina selama 5-7 hari, dan terjadi
setiap 22 atau 35 hari. Waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Yang
merangsang menimbulkan haid adalah hormon FSH dan LH, prolaktin dari daerah otak dan
hormon estrogen serta progesteron dari sel telur yang dalam keseimbangannya menyebabkan
selaput lendir rahim tumbuh dan apabila sudah ovulasi terjadi dan sel telur tidak dibuahi
hormon estrogen dan progesteron menurun terjadilah pelepasan selaput lendir dengan
perdarahan terjadilah haid.
Turunnya hormon estrogen secara fisiologi dimulai pada masa klimakterium (usia 40-65
tahun). Penurunan ini menyebabkan keluhan-keluhan yang mengganggu, diawali umumnya
dengan gangguan haid yang yang tadinya teratur, siklik, menjadi tidak teratur tidak siklik dan
jumlah darah dapat berkurang atau bertambah.
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel
dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin
(proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan
kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari siklus menstruasi merupakan
salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada
2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan
menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak
mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-
ovarium.

Siklus Menstruasi Normal

Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung
telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus
folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi
(pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim
terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot
rahim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium
adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut
desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai
desidua basalis.

Haid Dipengaruhi berbagai hormon GnRH (Gonadotropin Releasing Hormon) yang


dikeluarkan oleh hipothalamus dan memicu hipofisis anterior mengeluarkan hormon FSH
(Folikel Stimulating Hormon) memicu pematangan folikel diovarium, sehingga Terjadi sintesis
estrogen dalam jumlah besar Estrogen akan mengakibatkan proliferasi sel endometrium
(penebalan dari endometrium)
Estrogen yang tinggi memberi tanda kepada hipofisis untuk mengeluarkan hormon LH
(Luteinizing hormon). LH akan mengakibatkan ovulasi dan memicu korpus luteum untuk
mensintesis progesteron. Progesteron sendiri menyebabkan perubahan sekretorik pada
endometrium sehingga terjadi Fase sekresi / fase luteal. Fase sekresi selalu tetap 14 hari,
meskipun siklus haid bervariasi, yang berbeda adalah fase proliferasinya, sehingga harus
berhati2 untuk menentukan masa subur
Gangguan haid dan siklusnya, bisa berupa
 Ritme (irama haid)
 Banyaknya darah haid yang keluar
 Lamanya darah haid yang keluar
 Perdarahan tidak teratur , dimana interval datangnya haid tidak tentu
 Perdarahan bercak (spotting) prahaid, pertengahan siklus dan pasca haid
Ritme haid abnormal
 Polimenore : haid terlalu sering, < 21 hari
 Oligomenore, haid terlalu jarang, > 35 hari
 Tidak terjadi haid : Amenore
 Metroragia : Perdarahan tidak teratur diluar siklus haid
Kelaianan Haid berdasarkan Banyaknya darah haid abnormal
 Hipermenore : darah haid banyak, ganti pembalut > 6x perhari
 Hipomenore : darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut < 2x perhari
 Perdarahan bercak (spotting)
Kelainan Haid berdasarkan Lamanya darah haid yang keluar
 Menoragia : Darah haid keluar > 6 hari
 Brakimenore : Darah haid yang keluar < 2 hari
Perdarahan uterus disfungsional (PUD)
PUD adalah Perdarahan uterus abnormal, dimana terjadi gangguan fungsional mekanisme
kerja hipotalamus-hipofisis-ovarium-endometrium. Yang bukan disebabkan kelainan organik
alat reproduksi seperti mioma uteri atau kista pada ovarium. Dapat ditemukan pada usia
perimenars, usia reproduksi, usia perimenopause
PUD usia perimenars
 Usia menars : usia mulai terjadinya haid (rata - rata 11 tahun) hingga memasuki usia
reproduksi
 3-5 tahun
 Siklus haid tidak teratur baik lama maupun jumlah
 PUD terjadi karena siklus anovulatorik (95-98%)
 D/ anovulasi & analisis hormonal (-)
PUD usia reproduksi
 Siklus yang berovulasi (65%) dan siklus yang tidak berovulasi (35%)
 Analisis hormonal biasanya normal
 Diduga akibat gangguan di sentral (disregulasi) akibat adanya gangguan psikis
 Pastikan dulu adanya ovulasi dengan suhu basal badan, sitologi vagina atau analisis
hormonal
 Usia > 35 tahun sebaiknya dilakukan kuret untuk menyingkirkan adanya keganasan
pada endometrium
PUD usia perimenopause
 Usia antara pramenopause dan pasca menopause
 Sekitar usia 40-50 tahun
 95% siklus tidak berovulasi
 Analisis hormonal : FSH, LH, estradiol, prolaktin
 Kadar FSH > 35Miu/ml
FUNGSI HORMON REPRODUKSI PRIA
Defenisi Hormon
Hormon adalah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk ke dalam
peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara spesifik. Jaringan yang
dipengaruhi umumnya terletak jauh dari empat hormon tersebut dihasilkan, misalnya hormon
pemacu folikel (FSH, follicle stimimulati hormone ) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis
anterior hanya merangsang jaringan tertentu di ovarium. Dalam hal hormon pertumbuahn
lebih dari satu organ menjadi terget sebab hormon pertumbuahan mempengaruhi sebagai
jenis jaringan dalam badan. Jaringan target suatu hormon sangat spesifik karena sel-selnya
mempunyai reseptor untuk hormon tersebut. Sumber hormon alami adalah ternak sapi, babi
dan biri-biri. Tetapi beberapa hormon demikian khas sifatnya sehingga yang berasal dari
binatang tidak efektif pada manusia misalnya hormon pertumbuahan, FSH dan LH9 (luteinizing
hormone). Hormon yang berasal dari hewan dapat menimbulkan reaksi imunologis.
Saat ini uintuk menghasilkan hormon alami dipakai cara rekayasa genetika. Melalui
rekayasa genetika, DNA mikroba dapat di arahkan untuk memproduksi rangkayan asam amino
yang urutnya sesui hormon manusia yang diinginkan. Dengan cara ini dapat dibuat hormon
alami dalam jumlah banyak dan dalam waktu singkat. Hormon hasil rekayasa genetika tidak
menimbulkan reaksi imunologi karena sama dengan hormon manusia asli. cara ini sangat
membantu pengadaan hormon yang dialam ini jumlahnya sangat sedikit misalnya hormon
pertumbuhan.

B. Kelenjar Kelamin ( Gonad )


Kelenjar kelamin disebut pula dengan gonad. Meskipun fungsi utamanya adalah
memproduksi sel-sel kelamin, namun kelenjar kelamin juga memproduksi hormon. Kelenjar
kelamin laki-laki terdapat pada testis, sementara kelenjar kelamin perempuan berada pada
ovarium.
Gonad (hormon kelamin) merupakan kelenjar endokrin yang dipengaruhi oleh
gonadotropin hormon (GtH) yang disekresikan kelenjar pituitari .Hipofisis mengsilkan 2 jenis
gonadotropin yang mengatur fungsi alat reproduksi yaitu hormon pemacu folikel (FSH=folicle
stimulating hormone dan LH= lutenizing hormone). Pada setiap spesies tertentu hipofisis
penting selama kehamilan, sedangkan umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis.
Gonadotropin hipofisis adalah hormon glikoprotein (peptida) dan hanya efektif bila
diberikan dalam bentuk suntikan. Kadar gonadotropin dalam urin dapat diukur
radioimmunoasay, berdasarkan antibodi spesifik terhadap gugus yang membeda-bedakan
dengan masing-masing hormon hipofisis.
Di dalam testis terdapat sel Leydig yang menghasilkan hormone testosteron atau
androgen. Hormon testosteron sangat berpengaruh terhadap proses spermatogenesis (proses
pembentukan sperma) dan pertumbuhan sekunder pada laki-laki. Pertumbuhan sekunder pada
anak laki-laki ditandai dengan suara menjadi besar, bahu dan dada bertambah bidang, dan
tumbuh rambut pada bagian tubuh tertentu misalnya kumis, janggut, cambang, ketiak, dan
sekitar kemaluan.
Sementara itu, hormon estrogen dan progesteron disekresikan oleh ovarium. Estrogen
dihasilkan oleh folikel de Graf dan dirangsang oleh hormon FSH. Hormon estrogen berfungsi
saat pembentukan kelamin sekunder wanita, seperti bahu mulai berisi, tumbuhnya payudara,
pinggul menjadi lebar, dan rambut mulai tumbuh di ketiak dan kemaluan. Di samping itu,
hormon enstrogen juga membantu dalam pembentukan lapisan endometrium.
Bagi wanita, hormon progesteron berfungsi menjaga penebalan endometrium,
menghambat produksi hormon FSH, dan memperlan-car produksi laktogen (susu). Hormon ini
dihasilkan oleh korpus luteum dan dirangsang oleh LH.
FSH pada wanita menyebabkan perkembangan folikel primer menjadi folikel graaf. Di
bawah pengaruh LH, folikel yang telah berkembang mensekresi estrogen dan progesteron. LH
menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk mensekresi
estrogen dan progesteron. Proses terakhir dikenal sebagai aktivitas laktogenik, yang pada
beberapa spesies berada dibawah pengaruh proklatin. Sedangkan FSH pada pria berfungsi
menjamin terjadinya spermatogenesis, antara lain dengan mempertahankan fungsi tubulus
seminiferus, LH merangsang sel leydig mensekresi testoteron.

C. Mekanisme Kerja Kelenjar Gonad


Mekanisme kerja hormon tropik adenohipofisis misalnya hormon Gonadotropin
(hormon kelamin) merupakan mekanisme kerja hormon pada taraf selular tergantung jenis
hormonnya, mengikuti salah satu mekanisme berikut:
Hormon berinteraksi dengan reseptornya mengakibatkan perangsangan atau
penghambatan mengubah kecepatan sintesis siklik AMP dari ATP ,selanjutnya siklik AMP
berfungsi sebagai mediator intrasel untuk hormon tersebut dan seluruh sistem ini berfungsi
sebagai suatu mekanisme spesifik sehingga efek spesifik suatu hormon dapat terjadi.
Siklik AMP mempengaruhi berbagai proses dalam sel,dan efek akhirnya bergantung
dari kapasitas serta fungsi dari sel tersebut.siklik AMP menyebabkan aktivasi enzim-enzim
protein kinase yang terlibat dalam proses fosforilasi pada sintesis protein dalam sel.siklik AMP
mempengaruhi kecepatan proses ini.metabolisme siklik AMP menjadi 5,AMP dikatalisis oleh
enzim fosfodiesterase yang spesifik.dengan demikian zat-zat yang menghambat enzim
fosfodiesterase dapat menyebabkan timbulnya efek mirip hormon.

D. Hormon-Hormon Reproduksi pada Pria


1. Hormon Testosteron
Hormon laki-laki, testosterone, dan hormon-hormon perempuan terbentuk dari bahan
dasar yang sama yaitu kolesterol.
Testosteron adalah zat androgen utama yang disintesis dalam testis, ovarium, dan anak
ginjal. Testosteron (C19H28O2) adalah molekul yang dibentuk dari atom-atom karbon,
hidrogen dan oksigen. Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil
utamanya adalah testis pada jantan dan indung telur pada wanita. Sel-sel Leydig dari testis
distimulasi oleh LH untuk menghasilkan testosteron sbanyak 2,5-11 mg sehari. Produksi
testosteron mencapai puncaknya sekitar usia 25 tahun, lalu menurun drastic pada usia 40
tahun . DHEA (dehidro-epi-androsteron) dan androstendion merupakan prekursor testosteron
yang dibentuk oleh anak ginjal.
Testosteron dihasilkan oleh hormon LH yang dilepaskan kelenjar pituitari. Tetapi, hormon
LH dikendalikan oleh testosteron sebagaimana testosteron dikendalikan oleh LH. Saat
jumlahnya di dalam darah meningkat, molekul testosteron melakukan tekanan pada kelenjar
pituitari yang menyebabkan kelenjar itu menghentikan produksi LH. Hanya ketika jumlah
testosteron menurun produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan zakar dan
memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.

 Fungsi Hormon Testosteron


Baik bagi jantan atau betina, testosteron memiliki peranan penting pada kesehatan.
Fungsinya adalah meningkatkan libido, fungsi imun, energi, dan perlindungan dari
osteoporosis.
Namun pengaruh testosteron bagi pria lebih besar sebab pria memproduksi hormon
testosteron lebih banyak, yakni sekira 20 kali lipat dari testosteron pada wanita. Bagi pria,
testosteron merupakan hormon seks yang punya peran penting dalam fungsi seksual,produksi
sperma, pembentukan otot, dan intonasi suara.
Riset membuktikan bahwa hormon testosteron dalam jumlah yang normal sangat penting
untuk mengurangi resiko diabetes dan penyakit kardiovaskular/peredaran darah. Selain itu,pria
yang kadar hormon testosteronnya normal lebih panjang umur daripada pria yang kadar
hormon testosteronnya rendah.
Kadar testosteron yang normal adalah berada di kisaran 12 nmol/1 sampai 40 nmol/1. Jika
kurang dari itu,maka mengidap sindrom kekurangan testeron ( Testosterone Deficiency
Syndrome/TDS ). Pada pria, testosteron menyebabkan otot tubuh pria bisa terbentuk dan
tumbuhnya rambut di sekitar tubuh, juga meningkatkan libido dan agresivitas. Sementara
estrogen diproduksi secara signifikan dalam jumlah yang lebih tinggi pada wanita, meskipun
para peneliti percaya bahwa pria atau orang yang kurang produksi estrogennya, memiliki libido
rendah.
Testosteron memiliki sejumlah khasiat fisiologi yang penting sebagai berikut :
1. Efek virilisasi. Testosteron bertanggung jawab atas cirri kelamin pria primer dan sekunder
serta memegang peranan penting dalam spermatogenesis. Hormon ini juga berperan dalam
mempenagruhi hasrat seks (libido) dan daya ereksi (potensi).
2. Efek anabol. Testosteron membnatu meningkatkan pembentukan protein dan pertumbuhan
sel-sel otot.
3. Efek tulang. Pada anak laki-laki, selama pubertas produksi terstosteron meningkat dengan
kuat yang mengakibatkan mereka tumbuh lebih panjang dalam beberapa waktu.

 Faktor yang Mempengaruhi Tinggi Rendahnya Kadar Testosteron


Male menopause atau late-onset hypogonadism dialami 2% pria setengah baya. Pria
yang mengalami menopause biasanya mempunyai kadar testosteron rendah yang dikaitkan
dengan ereksi pagi yang buruk, gairah seks rendah dan disfungsi ereksi.
Hormon testosteron pria menurun sekitar 1-15 % per tahun, dimulai pada usia 45 tahun.
Meski menopause pada pria bisa terjadi, menopause pada pria bisa dibilang langka. Kadar
testosteron rendah ini juga terkait dengan simptom lain seperti depresi, lelah, dan tak bisa
berhubungan intim. Selain itu juga terdapat simptom yang tidak terkait dengan testosteron
rendah. Simptom antara lain terdiri dari gangguan pola tidur, konsentrasi buruk, merasa
tidak berharga dan merasa sangat cemas.
Namun jangan salah meng-istilahkan male menopause, karena artinya bisa menyesatkan,
menganggap bahwa semua pria akan mengalaminya. Penurunan testosteron pada pria tua
benar-benar alamiah dan proses normal yang akan dialami pria ketia menua.
1. Penyebab menopause pada pria / andropause adalah :
a. Faktor lingkungan. Bisa berupa pencemaran/ polusi lingkungan, pengaruh bahan kimia
(termasuk bahan pengawet makanan, limbah), kurang tersedianya air bersih, suasana
lingkungan, kebisingan, ketidaknyamanan tempat tinggal, diet, dan pola makan.
b. Faktor organik. Perubahan hormon, seperti testosteron, DHEA
(dehydroepiandrosteron), DHEA-S (Dehydroepiandrosteron Sulfat), melatonin, GH
(Growth Hormone), IGF-1 (Insulin-like Growth Factor-1), prolaktin.
c. Faktor psikogenik. Misalnya: stres psikis dan fisik, pensiun, tujuan hidup yang tak
realistis, penolakan terhadap kemunduran tubuh, kemampuan berpikir, disertai
perasaan takut (takut: tua, ditinggalkan istri, pendapatan berkurang, sakit, mati).
d. Terlalu banyak lemak meningkatkan kadar estrogen yang menurunkan kadar
testosteron, sebagai hasilnya hubungan seksual Anda akan menderita kinerja rendah
dan dorongan seks dan libido berkurang.

2. Gejala pria yang akan mengalami menopause adalah:


a. Produksi testosteron melemah
Produksi testosteron semakin melemah seiring dengan berbagai penyakit yang
menemani masa andropause pada pria. Penyakit seperti depresi, obesitas, atau kondisi lain
mempengaruhi produksi testosteron. Bedanya, saat menopause wanita kehilangan hormon
estrogen secara total, dan kesempatan mendapati anak mulai berkurang. Andropause pada
pria tidak lantas berarti produksi testosteron berhenti total. Meski menunjukkan gejala
endropause, saat usia semakin menua pria masih bisa memiliki anak.
b. Tubuh panas dingin
Sama seperti gejala pada wanita, pria juga mengalami panas-dingin. Tubuh panas dan
berkeringat secara esktrem, lalu mulai dingin. Gejala ini diikuti dengan pusing dan mual. Gejala
seperti ini hanya bertahan beberapa menit, dan terjadi dalam 2 hingga 4 jam.
c. Perubahan mood
Perubahan mood merupakan hasil dari fluktuasi pada hormon saat menopause. Hormon
mempengaruhi level serotonin dalam otak, yang kemudian mempengaruhi mood. Mood akan
positif dengan jumlah serotonin yang tinggi, dan menjadi negatif jika levelnya sedikit.
Perubahan mood pada pria memang tidak terlalu intens seperti pada wanita. Meski begitu,
mood pada pria bisa terlihat berubah saat merespons kondisi tertentu. Bahkan gejala seperti
ini jika bertahan lama akan menjadi depresi.
d. Mudah lupa
Kemampuan konsentrasi dan mengingat akan berkurang saat pria memasuki masa
andropause, meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara tingkat hormon dengan
penurunan memori.
Kombinasi gejala panas-dingin, perubahan mood, penurunan libido dan berat badan,
merupakan gejala andropause yang mengarah kepada stres dan penurunan kemampuan
mentalitas. Cepat lupa, misalnya, namun ini juga terkait dengan usia. Namun hanya karena lupa
menyimpan kunci, misalnya, bukan berarti lantas dikatakan andropause.
e. Gairah seks menurun
Gejala paling umum dari andropause adalah penurunan libido. Hampir 80 persen pria
mengalami gejala ini. Perawatan medis bisa mengatasi disfungsi ereksi yang disebabkan
andropause ini.

 Akibat Kelebihan dan Kekurangan Testosteron


Rendahnya kadar hormon ini menyebabkan seseorang mengalami kelelahan
kronis,gangguan ereksi,depresi,dan postur tubuh yang kurang tegap maupun berkurangnya
kemampuan atletik.
Kekurangan testosteron dalam jumlah yang besar dapat menyebabkan turunnya gairah
seks, dan kelebihan testosteron dapat meningkatkan gairah seks, baik pada pria maupun
wanita. Namun, kadar testosteron tidak begitu mempengaruhi daya tarik dan gairah seks saat
mereka berada pada batas rata-rata. Gairah seks cenderung dipengaruhi oleh perangsang dari
luar (gambar, suara, sentuhan) daripada oleh variasi hormon seks, kecuali dalam beberapa
kasus langka. Pada pria, terlalu sedikit testosteron dapat menyebabkan sulit mendapat atau
menjaga ereksi, namun tidak jelas apakah kekurangan testosteron mempengaruhi fungsi
seksual wanita selain menurunkan gairah.
Setelah sekitar usia 40, kadar testosteron mulai menurun sekitar satu persen per tahun.
Penurunan ini pada awalnya hampir tidak terlihat. Tapi seiring tahun-tahun berlalu, Anda akan
mulai mendapat ekstra beberapa kilo yang tidak diinginkan, mengalami kehilangan otot, dan
pada usia 60 bahkan ada risiko impotensi dan penyakit tulang rapuh (osteoporosis). Pada pria
yang lebih muda kadar testosteron rendah dapat disebabkan oleh masalah kesehatan
mendasar seperti kerusakan testis, gangguan kelenjar hipofisis atau bahkan dari efek samping
obat resep.
1. Gonadotropin hormone (GnRH), dihasilkan oleh kelenjar pituitary anterior (hipofisis
anterior) yang terdiri dari:
a. Luteinizing Hormone (LH), berfungsi merangsang sel-sel Leydig testis untuk
menghasilkan tostesteron
b. Folicle Stimulating Hormone (FSH), berfungsi merangsang perkembangan
spermatosit dalam proses spermatogenesis, khususnya merangsang sel-sel sertoli
pada perubahan spermatid menjadi sperma. Perhatikan animasi dibawah ini!

2. Androgen
Merupakan hormone steroid. Salah satu hormone ini adalah tostesteron. Tostesteron
disekresikan oleh sel-sel Leydig testis. Tostesteron berfungsi dalam perkembangan sel germinal
dalam proses spermatogenesis. Selain itu, tostesteron sangat penting dalam menentukan sifat
kelamin sekunder para pria, contohnya tumbuhnya rambut pada area tertentu, perbesaran
suara dan perkembangan otot yang terjadi ketika masa pubertas.

3. Estrogen
Dibentuk oleh sel sertoli ketika ada stimulus oleh FSH. Hormon ini berperan dalam proses
pematangan sperma.
4) Kegiatan Belajar 4
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1) Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon reproduksi
dan sex : Hypogonadism (gangguan menstruasi), menopause,
gangguan fertilisasi pada pria dan wanita
b. Uraian Materi
HYPOGONADISM
Sistem dan Kelenjar Reproduksi Pria

Organ reproduksi luar


1. Penis (zakar)
Penis terdiri dari:
a) Akar (menempel pada didnding perut)
b) Badan (merupakan bagian tengah dari penis)
c) Glans penis (ujung penis yang berbentuk seperti kerucut).
Lubang uretra (saluran tempat keluarnya semen dan air kemih) terdapat di umung glans
penis. Dasar gland penis disebut korona. Pada pria yang tidak disunat (sirkumsisi), kulit depan
(preputium) membentang mulai dari korona menutupi glans penis.

Badan penis terdiri dari 3 rongga silindris (sinus) jaringan erektil:


a) Rongga yang berukuran lebih besar disebut korpus kavernosus, terletak bersebelahan.
b) Rongga yang ketiga disebut korpus spongiosum, mengelilingi uretra. Jika rongga tersebut
terisi darah, maka penis menjadi lebih besar, kaku dan tegak (mengalami ereksi).
Penis pria berbentuk batang dan merupakan organ untuk senggama bagi pria yang
berfungsi untuk menyalurkan cairan mani (semen) yang mengandung sel-sel spermatozoa ke
dalam vagina wanita. Penis terdiri atas jaringan otot. Jaringan otot, jaringan spons yang
lembut, pembuluh darah dan jaringan saraf. Penis digantung dibagian tengahnya oleh ligamen
suspensorium penis ke arah simpis pubis dan pangkalnya disebut bulbopenis melekat otot-
otot serta ligamen yang menghubungkannya dengan otot pantat di dekat anus. Penis yang
berada diluar tubuh, pada bagian luarnya melekat kulit yang elastis, hanya bagian ujung
penis (gland penis ). Kulit ini tidak melekat dan ujungnya berlubang. Sehingga bisa dilipat ke
belakang. Selubung ini di sebut Preputium. Rangsang seksual akan menimbulkan impuls saraf
parasimfatis yang efeknya akan melebarkan ( dilatasi) arteri penis dan pada saat yang sama
akan mengecilkan (kontriksi) vena penis. Akibatnya akan terjadi pengisian jaringan erektil
yang berada di antara ke dua pembuluh darah tersebut dengan aliran darah bertekanan
tinggi sampai penuh dan hal ini menyebabkan penis menjadi ereksi.

2. Skrotum (kantung buah pelir )


Merupakan dua buah kantung tempat testis disimpan yang berada di bawah batang
penis. Skrotum merupakan kantung berkulit tipis yang mengelilingi dan melindungi testis.
Skrotum juga bertindak sebagai sistem pengontrol suhu untuk testis, karena agar sperma
terbentuk secara normal, testis harus memiliki suhu yang sedikit lebih rendah dibandingkan
dengan suhu tubuh. Otot kremaster pada dinding skrotum akan mengendur atau mengencang
sehinnga testis menggantung lebih jauh dari tubuh (dan suhunya menjadi lebih dingin) atau
lebih dekat ke tubuh (dan suhunya menjadi lebih hangat).

Organ reproduksi dalam


1. Testis
Lokasi testes berada pada skrotum yang memiliki lingkungan suhu lebih rendah beberapa
derajat daripada suhu tubuh. Pada kasus cryptorchidism (testes yang masih ada di rongga
peritoneum, tidak turun ke skrotum), lingkungan testes menjadi lebih panas yang
mengakibatkan tidak dapat menghasilkan sperma yang viabilitasnya baik, karena sperma
sangat sensitif terhadap suhu. Sel Leydig di testes memproduksi hormon testosteron dengan
distimulasi oleh hormon LH.
Testis berjumlah 2 buah yang berfungsi sebagai penghasil spematozoa dan hormon
testoteron. Untuk memproduksi sperma diperlukan suhu yang sedikit lebih rendah dari suhu
tubuh. Karena menjelang kelahiran testis turun dari rongga tubuh (abdomen) menuju
scrotum melalui canalis inguinalis. Scorotum dapat menjaga testes. Jika suhu dingin scrotum
akan mengkerut sehingga testis akan lebih hangat, dan jika suhu terlalu panas scrotum
akan mengembang. Suhu rata-rata testes di dalam scrotum 2,2 derajat celcius. Di dalam
testes terdapat saluran halus yang disebut saluran penghasil sperma (tubulus seminiferus)
tempat terjadinya proses spermatogenesis. Dinding sebelah dalam saluran tersebut terdiri
dari jaringan epitelium dari jaringan ikat. Di jaringan epitelium terdapat;
a. Sel induk sperma (spermatogonium), yaitu calon sperma
b. Sel Sartoli yang berfungsi memberi makan pada sperma
c. Sel Leydig yang berfungsi menghasilkan hormon testoteron
2. Vas eferentia
Saluran ini berjumlah 10-15 buah yang akan membawa spermatozoa dari testes menuju
epididimis
3. Epididimis
Berjumlah 2 buah, di dalam scrotum kiri dan kanan. Saluran ini berfungsi untuk proses
pematangan spermatozoa, sehingga dapat bergerak dengan flagelnya (bersifat motil), serta
memberikan nutrisi pada spematozoa dalam perjalannya menuju vas diferentia. Saluran
epididimis bentuknya berkelok-kelok rapat sekali yang panjangnya 20 kaki ( ± 6 meter).
4. Vas diferentia
Berjumlah 2 buah di sebelah kiri dan kanan. Panjangnya ± 45 cm, seperempatnya berada
dalam scrotum. Vas diferentia ke luar dari scrotum bersama-sama pembuluh darah,
pembuluh limfe dan serabur saraf membentruk satu berkas yang disebut funiculus
spermaticus (talimani), dan melalui canalis inguinalis masuk ke rongga tubuh (abdomen).
Spermatozoa yang telah matang mampu bergerak 2-4 mm per menit, dan sepanjang vas
eferentia ditempuhnya dalam waktu 21 hari barulah sampai di ampula yang telah matang
mampu bergerak 2-4 mm per menit, dan sepanjang vas eferentia ditempuhnya dalam
waktu 21 hari barulah sampai di amula di dalam ampula yang merupakan pelebaran dari
vas eferentia, spermatozoa beristirahat serta memulihkan tenaganya dengan nutrisi
fruktosa daan zat gisi lain yang terkandung dalam sekrit kelenjar vesica seminalis yang
ductusnya bermuara dalam ampula.

5. Ductus Ejukulatus
Berjumlah 2 buah. Berfungsi untuk menyalurkan sperma saat ejakulasi ke dalam saluran
uretra. Ke dua saluran ini ujung bersatu dan bermuara di uretra tepat dibawah kelenjar
prostat.
6. Saluran Uretra
Berjumlah 1 buah. Berfungsi untuk menyalurkan semen dan saluran urine. Saluran ini
terletak dalam batang penis di bagain bawah di kelilingi oleh korpus spogiosum.

Kelenjar kelamin pria


1. Vesicula Seminalis
Merupakan sepasang kelenjar yang terletak diantara kantong kemik dengan rectum.
Masing-masing kelenjar ini panjangnya 5 cm. Komposisi sekrit kelenjar ini terdiri dari fruktosa
dan zat gizi lain khususnya vitamin C, Prostagladin, flavinx, fosforilkolin dan ergotionein.
Prostagladin memiliki fungsi membantu mengencerkan lendir pekat yang menutupi lubang
di leher rahim, agar mudah diterobos oleh gerakan spermatozoa, menyebabkan kontraksi
otot secara ritmis dan serentak dalam vagina, uterus, serta tuba fallopi ke arah dalam
(menimbulkan daya sedot). Keadaan ini terjadi pada waktu wanita mengalami orgamus, yang
mampu meningkatkan pergerakan spermatozoa beberapa kali lipat. Fibrinogen berfungsi
untuk mengumpulkan cairan semen sehingga dapat disemprotkan lebih jauh pada waktu
ejakulasi. Sekrit kelenjar ini menyumbangkan ± 60 % dari keseluruhan cairan semen.
Sedangkan sisanya 5 % sekrit kelenjar Litteri dan kelenjar Cowper, dan 5 % lagi disumbangkan
oleh sekrit testes (berupa spermatozoa) serta sekrit epididimis.

2. Kelenjar Prostat
Berjumlah sebuah yang ukurannya 4x2x3 cm terletak dibawah vesica urinaria (kantung
kemih). Sekret kelenjar ini menyumbang 30 % dari seluruh cairan semen. Komposisi sekret
kelenjar prostat terdiri dari NaHCO3, asam fosfat, asam sitrat, kolesterol, Ca, Zn, Mg, Spermin,
Inositol, Fosfolipid dan enzim. Enzim seminim dan fibrinolisin ejakulasi di dalam vagina wanita
sehingga spermatozoa bebas bergerak. Warna sekret kelenjar prostat keputihan seperti air
susu, dan baunya seperti air jeruk (asam sitrat).

3. Kelenjar Cowperi (kelenjar Bulfouretra)


Bermuara 2 buah, terletak di kiri dan kanan bulbo penis serta bermuara di uretra.
Kelenjar ini berfungsi menghasilkan secret seromucous (lendir agak kental) yang alkalis
(NaHCO3) untuk menetralkan asam yang ada dalam saluran uretra pria atau vagina wanita.
4. Kelenjar litteri
Terletak pada dinding saluran uretra, berukuran kecil-kecil dan menghasilkan cairan
serous (lendir cair) yang berfungsi untuk melumasi gland penis pada saat ereksi yang
disebabkan oleh rangsangan yang kuat.

Spermatogenesis
Sperma dihasilkan oleh tubulus seminiferus yang memiliki panjang 250 cm dalam testes.
Sel-sel yang berada di tubulus seminiferus berupa sel germinal dengan bermacam-macam
tahap perkembangan dan sel Sertoli yang memberikan dukungan penting pada
spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses kompleks sel germinal prmordial
spermatogonia (46 kromosom) berproliferasi dan dikonversi menjadi spermatozoa motil (23
kromosom). Prosesnya memerlukan waktu 64 hari dengan 3 tahap: mitosis, meiosis, dan
spermiogenesis. Spermatozoa memiliki 4 bagian, yaitu kepala, akrosom, midpiece, dan ekor.
Kepala terdiri dari nukleus yang terdapat informasi genetik. Akrosom adalah vesikel pada
kepala yang terdapat enzim yang digunakan untuk penetrasi sperma. Akrosom dibentuk
dengan agregasi vesikel dihasilkan oleh retikulum endoplasmik/ kompleks golgi. Mobilitas
spermatozoa dapat terjadi karena adanya ekor yang panjang yang tumbuh dari sentriol.
Pergerakan ekor terjadi hasil dari pergerakan mikrotubul yang menggunakan energi (ATP) dari
mitokondria yang berada pada bagian midpiece sperma.
Proses spermatogenesis ini dapat terjadi karena dukungan dari sel Sertoli. Fungsi penting
sel Sertoli selama proses spermatogenesis antara lain:
1. Sel Sertoli membentuk tight junction sebagai barrier spermatozoa dengan darah sehingga
dapat mencegah pembentukan antibodi yang dapat menyerang sel spermatozoa (dianggap
sebagai zat asing karena haploid, sel tubuh bersifat diploid).
2. Memberikan makanan.
3. Sel Sertoli berfungsi untuk memfagosit sitoplasma dari spermatid yang berubah menjadi
spermatozoa dan menghancurkan sel germinal yang rusak.
4. Sel Sertoli membentuk lumen cairan tubulus seminiferus sehingga sperma dapat
dilepaskan dari tubulus ke epididimis untuk disimpan dan diproses lebih lanjut.
5. Sel Sertoli mensekresi androgen-binding protein (ABP). ABP berfungsi untuk
mempertahankan testosteron tetap berada dalam tubulus seminiferus, karena testosteron
berupa lipid yang mudah keluar dari membran plasma dan meninggalkan lumen.
6. Menghasilkan hormon inhibin sebagai umpan balik negatif yang mengontrol sekresi FSH.

Meskipun testosteron merupakan hormon pada pria dan estrogen merupakan hormon
pada wanita, namun ditemukan sejumlah kecil estrogen yang dihasilkan oleh korteks adrenal.
Sejumlah kecil testosteron dikonversi menjadi estrogen di testes oleh enzim aromatase, yang
terdistribusi dalam saluran reproduksi. Estrogen juga berada pada jaringan adiposa. Reseptor
estrogen diidentifikasi berada di testes, prostat, tulang, dan bagian lain pada pria. Penelitian
terbaru membuktikan bahwa estrogen berperan penting dalam spermatogenesis, berkontribusi
pada seksualitas normal, dan homeostasis tulang. Mekanisme kerja estrogen belum banyak
terungkap. Demikian juga pada wanita, terdapat hormon DHEA (androgen lemah) yang
dihasilkan oleh korteks adrenal. Selain itu, sejumlah kecil testosteron dihasilkan pada ovarium
wanita.
Prostaglandin pertama kali diidentifikasi berada di semen. Produksi dan aktifitasnya tidak
hanya terdapat di sistem reproduksi. Protaglandin berbentuk derivat 20 karbon asam lemak.
Mereka dihasilkan pada semua jaringan dari asam arakhidonat, suatu asam lemak bagian
phospholipid dalam membran plasma. Derivat asam arakhidonat yang lain yang termasuk
kategori prostaglandin antara lain: prostacyclins, thromboxanes, dan leukotriens. Prostaglandin
didesain membentuk 3 kelompok: PGA, PGE, dan PGF dengan struktur yang bervariasi pada
cincin 5 karbon pada bagian akhir. Pada sistem reproduksi, prostaglandin berfungsi untuk
meningkatkan trasnsport sperma dengan aktifitasnya pada otot polos saluran reproduksi pria
dan wanita, berperan pada menstruasi, ovulasi, berkontribusi pada persiapan bagian plasenta
ibu, dan berkontribusi pada saat melahirkan (partus).

Hormon pada Sistem Reproduksi Pria


Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu testoteron, LH
(Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon
pertumbuhan.

1. Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus.
Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma,
terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
Testosteron adalah zat androgen utama yang disintesis dalam testis, ovarium, dan anak
ginjal. Testosteron (C19H28O2) adalah molekul yang dibentuk dari atom-atom karbon, hidrogen
dan oksigen. Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil utamanya
adalah testis pada jantan dan indung telur pada wanita. Sel-sel Leydig dari testis distimulasi
oleh LH untuk menghasilkan testosteron sbanyak 2,5-11 mg sehari. Produksi testosteron
mencapai puncaknya sekitar usia 25 tahun, lalu menurun drastic pada usia 40 tahun . DHEA
(dehidro-epi-androsteron) dan androstendion merupakan prekursor testosteron yang dibentuk
oleh anak ginjal.
Testosteron dihasilkan oleh hormon LH yang dilepaskan kelenjar pituitari. Tetapi, hormon
LH dikendalikan oleh testosteron sebagaimana testosteron dikendalikan oleh LH. Saat
jumlahnya di dalam darah meningkat, molekul testosteron melakukan tekanan pada kelenjar
pituitari yang menyebabkan kelenjar itu menghentikan produksi LH. Hanya ketika jumlah
testosteron menurun produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan zakar dan
memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.
Testosteron memiliki sejumlah khasiat fisiologi yang penting sebagai berikut :
1) Efek virilisasi. Testosteron bertanggung jawab atas ciri kelamin pria primer dan
sekunder serta memegang peranan penting dalam spermatogenesis. Hormon ini
juga berperan dalam mempenagruhi hasrat seks (libido) dan daya ereksi (potensi).
2) Efek anabol. Testosteron membnatu meningkatkan pembentukan protein dan
pertumbuhan sel-sel otot.
3) Efek tulang. Pada anak laki-laki, selama pubertas produksi terstosteron meningkat
dengan kuat yang mengakibatkan mereka tumbuh lebih panjang dalam beberapa
waktu.

Fungsi hormon testosteron antara lain:


a) Sebelum lahir:
 Maskulinisasi saluran reproduksi dan genitalia eksterna
 Meningkatkan turunnya testes ke skrotum
b) Pada jaringan seks spesifik:
 Meningkatkan pertumbuhan dan maturasi sistem reproduksi pada saat puber
 Penting untuk spermatogenesis
 Mempertahankan saluran reproduksi remaja seluruhnya
c) Bagian reproduksi lain:
 Mengontrol perkembangan seks pada pubertas
 Mengontrol sekresi hormon gonadotropin.
d) Dampak pada karakteristik seksual sekunder:
 Menginduksi pola pertumbuhan rambut pria (seperti: jenggot)
 Menyebabkan suara menjadi lebih dalam karena mengecilnya tali vokal
 Meningkatkan pertumbuhan otot yang bertanggung jawab pada konfigurasi
tubuh pria
e) Pada organ non reproduksi:
 Menghasilkan efek anabolik protein
 Meningkatkan pertumbuhan tulang pada pubertas dan kemudian menutup
lempeng epifisis
 Menginduksi perilaku agresif.

2. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig
untuk mensekresi testoteron.
3. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-
sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan
terjadi.

4. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga
mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta
membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia
untuk pematangan sperma.

5. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.

6. DHEA
Disekresi dari retikularis kelenjar adrenal. Sinyal pensekresi berupa ACTH.
Dehidroepiandrosteron mempunyai bebrapa fungsi yaitu dalam berbagai efek protektif,
merupakan androgen lemah, dapat dikonversi menjadi estreogen, menghambat enzim glukosa-
6-fosfat dehidrogenase (G6-PDH), dan juga mengatur koenzim NAD+.

7. 17-estradiol
Disekresi dari folikel ovarium, korpus luteum (sel sertoli). Sinyal pensekresi berupa FSH.
Estradiol berfungsi pada wanita untuk mengatur sekresi gonadotropin pada siklus ovarian dan
pada laki-laki untuk umpan balik negatif pada sintesis testesteron oleh sel Leydig.

Penentuan Jenis Kelamin Anak Hasil Fertilisasi


Pembentukan jenis kelamin anak hasil fertilisasi tergantung ada atau tidak adanya
determinan maskulin selama periode kritis perkembangan embrio. Perbedaan terbentuknya
anak dengan jenis kelamin pria atau wanita dapat terjadi setelah melalui 3 tahap, yaitu tahap
genetik, gonad, dan fenotip (anatomi) seks. Tahap genetik tergantung kombinasi genetik pada
tahap konsepsi. Jika sperma yang membawa kromosom Y bertemu dengan oosit, terbentuklah
anak laki-laki, sedangkan jika sperma yang membawa kromosom X yang bertemu dengan oosit,
maka yang terbentuk anak perempuan. Selanjutnya tahap gonad, yaitu perkembangan testes
atau ovarium. Selama bulan pertama gestasi, semua embrio berpotensi untuk menjadi pria
atau wanita, karena perkembangan jaringan reproduksi keduanya identik dan tidak berbeda.
Penampakan khusus gonad terlihat selama usia 7 minggu di dalam uterus, ketika jaringan
gonad pria membentuk testes di bawah pengaruh sex-determining region kromosom Y (SRY),
sebuah gen yang bertanggung jawab pada seks determination. SRY menstimulasi produksi
antigen H-Y oleh sel kelenjar primitif. Antigen H-Y adalah protein membran plasma spesifik yang
ditemukan hanya pada pria yang secara langsung membentuk testes dari gonad. Pada wanita
tidak terdapat SRY, sehingga tidak ada antigen H-Y, sehingga jaringan gonad baru mulai
berkembang setelah 9 minggu kehamilan membentuk ovarium.
Tahap fenotip tergantung pada tahap genetik dan gonad. Diferensiasi membentuk sistem
reproduksi pria diinduksi oleh androgen, hormon maskulin yang disekresi oleh testes. Usia 10-
12 minggu kehamilan, jenis kelamin secara mudah dapa dibedakan secara anatomi pada
genitalia eksternal.
Meskipun perkembangan genitalia eksterna pria dan wanita tidak berbeda pada jaringan
embrio, tetapi tidak pada saluran reproduksi. Dua sistem duktus primitif, yaitu duktus Wolffian
dan Mullerian menentukan terbentuknya pria atau wanita. Pada pria duktus Wolffian
berkembang dan duktus Mullerian berdegenerasi, sedangkan pada wanita duktus Mullerian
yang berkembang dan duktus Wolffian berdegenerasi. Perkembangannya tergantung ada atau
tidak adanya dua hormon yang diproduksi oleh testes fetus yaitu testosteron dan Mullerian-
inhibiting factor. Testosteron mengiduksi duktus Wolffian menjadi saluran reproduksi pria
(epididimis, duktus deference, duktus ejakulatorius, dan vesika seminalis). Testosteron diubah
menjadi dihydrotestosteron (DHT) yang bertanggung jawab membentuk penis dan skrotum.
Pada wanita, duktus Mullerian berkembang menjadi saluran reproduksi wanita (oviduct,
uterus, dan vagina), dan genitalia eksterna membentuk klitoris dan labia.
Kadang-kadang terjadi ketidakcocokan antara genetik seks dengan penampakan seks
setelah pubertas yang menghasilkan dampak psikologis traumatik gender krisis identitas.
Contoh: Maskulinisasi genetik wanita dengan ovarium, tetapi memiliki genitalia eksterna pria,
yang pada masa pubernya terjadi pembesaran payudara. Dengan demikian penting sekali
diagnosis jenis kelamin pada bayi baru lahir.

Kesehatan Reproduksi Pria


Kesehatan reproduksi secara umum didefinisikan sebagai kondisi sehat dari sistem.
Dengan pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi, diharapkan remaja dapat
memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung mengenai proses reproduksi pada dirinya
Pengetahuan dasar yang harus dimiliki agar seseorang, khususnya remaja memiliki
kesehatan reproduksi adalah ;
1. Mengenal sistem, proses dan fungsi organ reproduksi
2. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
3. Penyakit menular seksual/HIV
4. Perlu mendewasakan usia perkawinan, merencanakan dan mengatur kehamilan
5. Memperkuat keyakinan dan kepercayaan pada ajaran agama serta terbuka dalam hal
berkomunikasi dalam masalah kesehatan reproduksi.

Andrologi Klinik
Andrologi Klinik adalah proses pemeriksaan dalam labolatorium untuk mengetahu
seorang proa dalam keadaan fertil atau steril yang dilakukan dengan menyelidiki cairan
semen. Semen yang dikeluarkan pria pada waktu ejakulasi terdiri atas spermatozoa dan
plasma semen.
Plasma semen merupakan gabungan sekrit beberapa kelenjar epididimis, vas
diferentia. Vesica seminalis, kelenjar prostat, kelenjar cowper dan kelenjar listteri. Plasma ini
penting artinya dalam menentukan semen pria yang sufertil (kurang subur).
Spermatozoa manusia panjangnya sekitar 50 mikron, terdiri atas kepala, leher dan
ekor (flagelum). Bentuk kepala lonjong dan mengandung inti, ujungnya mengandung (corona
penetraling Enzyme). Semua enzim tersebut berguna dalam penetrasi spermatozoa ke dalam
sel telur. Bagian tengah/leher terdapat mitokondria tempat berlangsungnya aksodasi sel untuk
membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif. Sedangkan ekor sebagai alat gerak
sperma agar mencapai ovum.
Analisis semen yang normal biasanya mempunyai komposisi sebagai berikut:
1. volume semen sekali ejakulasi : 2-5 ml
2. konsentrasi sel spermatozoa : 20 Juta/ml
3. jumlah sel spermatozoa : 50-400 juta per ejakulasi
4. persentase sel spermatozoa motil : 50 %
5. persentase bentuk sel spermatozoa yang : 60 %
Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan terhadap hal-hal lain untuk menentukan
fertilasi seorang pria sebagai berikut:
1. keadaan penis harus dapat berereksi secara penuh
2. keadaan konsentrasi hormon testoren harus normal, sebab libido seksualitas pria
terhadap wanita ditentukan oleh hormon ini
3. tidak menderita penyakit kelamin
4. pada ejakulasi ereksi minimal 5 cm dari ujung penis.

Andropause pada pria


Male menopause atau late-onset hypogonadism dialami 2% pria setengah baya. Pria
yang mengalami menopause biasanya mempunyai kadar testosteron rendah yang dikaitkan
dengan ereksi pagi yang buruk, gairah seks rendah dan disfungsi ereksi.
Hormon testosteron pria menurun sekitar 1-15 % per tahun, dimulai pada usia 45
tahun. Meski menopause pada pria bisa terjadi, menopause pada pria bisa dibilang langka.
Kadar testosteron rendah ini juga terkait dengan simptom lain seperti depresi, lelah, dan tak
bisa berhubungan intim. Selain itu juga terdapat simptom yang tidak terkait dengan
testosteron rendah. Simptom antara lain terdiri dari gangguan pola tidur, konsentrasi buruk,
merasa tidak berharga dan merasa sangat cemas.
Namun jangan salah mengistilahkan male menopause, karena artinya bisa
menyesatkan, menganggap bahwa semua pria akan mengalaminya. Penurunan testosteron
pada pria tua benar-benar alamiah dan proses normal yang akan dialami pria ketika menua.

1. Penyebab menopause pada pria / andropause adalah :


a. Faktor lingkungan. Bisa berupa pencemaran/ polusi lingkungan, pengaruh bahan
kimia (termasuk bahan pengawet makanan, limbah), kurang tersedianya air bersih,
suasana lingkungan, kebisingan, ketidaknyamanan tempat tinggal, diet, dan pola
makan.
b. Faktor organik. Perubahan hormon, seperti testosteron, DHEA
(dehydroepiandrosteron), DHEA-S (Dehydroepiandrosteron Sulfat), melatonin, GH
(Growth Hormone), IGF-1 (Insulin-like Growth Factor-1), prolaktin.
c. Faktor psikogenik. Misalnya: stres psikis dan fisik, pensiun, tujuan hidup yang tak
realistis, penolakan terhadap kemunduran tubuh, kemampuan berpikir, disertai
perasaan takut (takut: tua, ditinggalkan istri, pendapatan berkurang, sakit, mati).
d. Terlalu banyak lemak meningkatkan kadar estrogen yang menurunkan kadar
testosteron, sebagai hasilnya hubungan seksual Anda akan menderita kinerja rendah
dan dorongan seks dan libido berkurang.

2. Gejala pria yang akan mengalami menopause adalah:


a. Produksi testosteron melemah
Produksi testosteron semakin melemah seiring dengan berbagai penyakit yang menemani
masa andropause pada pria. Penyakit seperti depresi, obesitas, atau kondisi lain
mempengaruhi produksi testosteron. Bedanya, saat menopause wanita kehilangan hormon
estrogen secara total, dan kesempatan mendapati anak mulai berkurang. Andropause pada
pria tidak lantas berarti produksi testosteron berhenti total. Meski menunjukkan gejala
endropause, saat usia semakin menua pria masih bisa memiliki anak.

b. Tubuh panas dingin


Sama seperti gejala pada wanita, pria juga mengalami panas-dingin. Tubuh panas dan
berkeringat secara esktrem, lalu mulai dingin. Gejala ini diikuti dengan pusing dan mual. Gejala
seperti ini hanya bertahan beberapa menit, dan terjadi dalam 2 hingga 4 jam.

c. Perubahan mood
Perubahan mood merupakan hasil dari fluktuasi pada hormon saat menopause. Hormon
mempengaruhi level serotonin dalam otak, yang kemudian mempengaruhi mood. Mood akan
positif dengan jumlah serotonin yang tinggi, dan menjadi negatif jika levelnya sedikit.
Perubahan mood pada pria memang tidak terlalu intens seperti pada wanita. Meski begitu,
mood pada pria bisa terlihat berubah saat merespons kondisi tertentu. Bahkan gejala seperti
ini jika bertahan lama akan menjadi depresi.

d. Mudah lupa
Kemampuan konsentrasi dan mengingat akan berkurang saat pria memasuki masa
andropause, meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara tingkat hormon dengan
penurunan memori.
Kombinasi gejala panas-dingin, perubahan mood, penurunan libido dan berat badan,
merupakan gejala andropause yang mengarah kepada stres dan penurunan kemampuan
mentalitas. Cepat lupa, misalnya, namun ini juga terkait dengan usia. Namun hanya karena lupa
menyimpan kunci, misalnya, bukan berarti lantas dikatakan andropause.

e. Gairah seks menurun


Gejala paling umum dari andropause adalah penurunan libido. Hampir 80 persen pria
mengalami gejala ini. Perawatan medis bisa mengatasi disfungsi ereksi yang disebabkan
andropause ini.

Penyakit pada organ reproduksi pria


a. Hipogonadisme, merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan oleh gangguan
interaksi hormon, seperti hormon androgen dan estrogen. Gangguan ini menyebabkan
infertilitas, impotensi, dan tidak adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganannya dapat
dilakukan dengan terapi hormon.
b. Kriptorkidisme, merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun dari rongga
abdomen ke dalam scrotum pada waktu bayi. Penangannya dapat dilakukan dengan
pemberian hormon human chorionic gonadotropin untuk merangsang testoteron.
c. Uretritis, peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan sering buang air kecil.
Penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis, Ureplasma urealyticum, atau virus herpes.
d. Prostatitis, merupakan peradangan prostat. Penyebabnya adalah bakteri Escherichia
coliataupun bukan bakteri.
e. Epididimitis, merupakan infeksi yang sering terjadi pada saluran reproduksi pria.
Penyebabnya adalah E. coli dan Chlamydia.
f. Anorkidisme adalah penyakit dimana testis hanya bejumlah satu atau tidak ada sama sekali.
g. Hyperthropic prostat adalah pembesaran kelenjar prostat yang biasanya terjadi pada usia-
usia lebih dari 50 tahun. Penyebabnya belum jelas diketahui.
h. Hernia inguinalis merupakan protusi/penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah
dari dinding rongga yang bersangkutan.
i. Kanker testis adalah pertumbuhan sel-sel ganas di dalam testis (buah zakar), yang bisa
menyebabkan testis membesar atau menyebabkan adanya benjolan di dalam skrotum
(kantung zakar).
j. Impotensi yaitu ketidakmampuan ereksi ataupun mempertahankan ereksi penis pada pada
hubungan kelamin yang normal.
k. Infertilitas (kemandulan) Yaitu ketidakmampuan menghasilkan ketururan. Infertilitas dapat
disebabkan faktor di pihak pria maupun pihak wanita. Pada pria infertilitas didefinisikan
sebagai ketidakmampuan mengfertilisasi ovum. Hal ini dapat disebabkan oleh:
 Gangguan spermatogenesis, misalnya karena testis terkena sinar radio aktif, terkena
racun, infeksi, atau gangguan hormon
 Tersumbatnya saluran sperma
 Jumlah sperma yang disalurkan terlalu sedikit
l. Orkitis, merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus parotitis. Jika terjadi
pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas. Kelainan ini dialami oleh laki-laki, yaitu
suatu keadaan penis yang tidak dapat melakukanereksi (tegang), sehingga sulit untuk
melakukan kopulasi (fertilisasi). Biasanya impotensi disebabkan oleh faktor hormonal, yaitu
terhambatnya fungsi hormon reproduksi, bisa juga disebabkan oleh faktor psikologis atau
emosional seseorang.
m. Gonorhoe (kencing nanah) Penyakit gonorhoe adalah penyakit kelamin yang disebabkan
oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penyakit kelamin ini bisa menular melalui seks bebas.
Gejalanya adalah keluar cairan berwarna putih, rasa nyeri pada saat buang air kecil, pada
pria mulut uretra bengkak dan agak merah.
n. Sifilis (Raja singa) Penyakit sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Penyakit ini
menular melalui hubungan seksual. Gejala yang timbul adalah luka pada kemaluan, bintik
atau bercak merah di tubuh, kelainan saraf, jantung, pembuluh saraf, dan kulit.
o. Kanker Prostat Kanker prostat adalah kanker yang menyerang kelenjar prostat pada pria.
Kanker ini menyebabkan sel-sel dalam kelenjar prostat tumbuh abnormal dan tidak
terkendali. Kanker prostat biasanya menyerang pria usia 60 tahun ke atas.
p. Herpes merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus herpes. Gejalanya tidak tampak
secara langsung. Umumnya, ditandai dengan timbulnya bintik-bintik merah, rasa sakit ketika
urinasi, clan (buang air kecil) gatal-gatal di sekitar alai kelamin. Lama-kelamaan, penyakit ini
dapat membuat kelelahan pada otot dan menyerang jaringan saraf pusat.
q. HIV/AIDS Tentu Anda sudah tidak asing lagi dengan penyakit AIDS. Banyak orang
menghubungkan penyakit AIDS dengan kondisi tubuh yang menjadi kurus dan bercak-
bercak merah, padahal hal tersebut belum tentu benar, penyakit AIDS hanya dapat
menyebar melalui kontak cairan tubuh secara langsung, seperti transfusi darah dan
hubungan seksual. AIDS akan menyerang sistem kekebalan tubuhsehingga dalam waktu
yang lama, penderita tidak memiliki sistem kekebalan tubuh. Akibatnya, penderita dapat
terbunuh oleh infeksi penyakit ringan, seperti flu atau tifus.

Pencegahan untuk mencegah penyakit pada reproduksi pria


Sistem reproduksi pria juga perlu dijaga untuk mencegah infertilitas (ketidaksuburan).
Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan pada sistem reproduksi pria
adalah sebagai berikut:
1. melakukan pemeriksaan organ reproduksi secara rutin agar kelainan dapat segera ditangani
lebih awal.
2. melindungi testis selama beraktifitas, misalnya dengan tidak menggunakan pakaian teralu
ketat sehingga testis tidak kepanasan.

A. MENOPAUSE
1. Defenisi Monopause
Monopause berasal dari bahasa yunani yaitu “Mens” yang artinya siklus mentruasi dan
“pausis” yang artinya penghentian. Dapat disimpulkan menopause merupakan masa
berhentinya siklus mentruasi seorang wanita. Monopause merupakan pengertian dari
berhentinya masa kesuburan dan masa reproduksi wanita ditandai dengan berhentinya masa
menstruasi atau siklus bulanan seiring bertambahnya usia dan penurunan hormon. Diagnosis
menopause dibuat setelah terdapat amenovera sekurang-kurangnya satu tahun atau tidak
mengalami mentruasi selama satu tahun.
Monopause dalam bahasa biologis merupakan akhir dari siklus kehidupan mentruasi
seorang wanita yang terjadi dipertengahan usia 40 tahun ke atas. Selama masa transisi ini,
ovarium mulai melemah sehingga tingkat gairah seksual pun semakin menurun secara alami
dari horman esterogen dan progesteron.
Hormon esterogen berfungsi sebagai pengawas siklus ovulasi yakni saat induk telur mulai
melepas sel telur ke dalam tuba falopi dan menggembangkan payudara wanita serta rahim.
Hormon estrogen memiliki pengaruh yang cukup besar dalam tingkat kesehatan wanita baik
fisik maupun psikologis (emosional). Hormon progesteron bertugas mengawasi mentruasi dan
mempersiapkan rahim untuk menerima sel telur yang telah dibuahi.
Monopause rupanya ada hubungannya dengan menarch. Makin dini menarch terjadi,
maka lambat menopause timbul. Sebaliknya makin lambat menarch terjadi, makin cepat
menopause timbul. Pada abad ini umumnya Nampak bahwa menarch makin dini timbul dan
menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang. Walaupun
demikian di negara-negara maju rupaya menarch tidak lagi bergeser ke umur yang lebih
mudah, tampaknya batas maksimal telah tercapai. Monopause yang artificial karena operasi
atau radiasi pada umumnya menimbilkan keluhan yang lebih banyak dibandingkan menopause
alamiah.

B. Jenis-jenis Monopause
Monopause dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu menopause alamiah dan
menopause premature (dini).
1. Monopause Alamiah
Monopause ini terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45-55 tahun. Monopause alamiah
terjadi pada wanita yang masih mempunyai indung telur. Durasinya sekitar 5-10 tahun.
Meskipun seluruh prose situ kadang-kadang memerlukan waktu tiga belas tahun. Selama itu
mentruasi mungkin akan berhenti beberapa bulan kemudian akan kembali lagi. Mentruasi
dating secara fluktuatif. Lama intensitasnya dan alirannya mungkin bertambah atau berkurang.
Wanita yang mengalami menopause alamiah mungkin membutuhkan perawatan atau mungkin
tidak membutuhan perawatan apapun. Hal ini karena kesehatan mereka secara menyeluruh
cukup baik. Selain itu proses menopause berjalan sangat lambat sehingga tubuhnya dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada saat menopause.

2. Monopause Dini
Monopause dini ini terjadi sebelum usia 45 tahun dianggap sebagai menopause yang cepat,
tetapi menopause dini biasanya didefenisikan sebagai menopause yang terjadi sebelum usia 40
tahun. Kadang-kadang, menopause dini juga disebut sebagai kegagalan ovarium dini
(premature ovarian failure, POF), karena hal tersebut adalah masalah yang telah menyebabkan
menopause dating lebih cepat. Namun demikian, sangat penting untuk mencatat bahwa POF
dan menopause dini tidak selalu merupakan hal yang sama. Tidak semua kasus POF adalah
permanen pada beberapa kasus, fungsi ovarium dapat dipulihkan dan mentruasi dapat
berlangsung kembali. Seperti yang kita ketahui, menopause ditentukan oleh masa mentruasi
yang paling akhir, dan hal ini hanya dapat terjadi jika POF bersifat permanen.
Monopause ini disebabkan oleh gaya hidup, seperti merokok, kebiasaan minum minuman
beralkohol, makanan yang tidak sehat, dan kurang berolahraga. Gejala menopause dini dengan
menopause biasa tidak ada bedanya, walaupun setiap orang mengalami gejala dalam waktu
yang sama. Tetapi dari segi perubahan fisik penderita menopause biasanya tampak lebih
parah. Ini terlihat dari keluhan-keluhan yang mereka alami, yaitu osteoporosis dan penyakit
jantung koroner yang dating lebih cepat. Oleh karena itu datangnya menopause dini perlu
diwaspadai.

C. Tahap-Tahap Monopause
Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa pramenopause,
menopause, dan pasca menopause.
1. Pramenopause
Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika wanita mulai merasakan gejala
menopause (biasanya pada pertengahan atau akhir usia 40 tahun) dan masa siklus haid
benar-benar terhenti (rata-rata 51 tahun). Pada masa pramenopause akan terjadi
perubahan fisik yang berarti.
2. Monopause
Masa monopause menandakan menandakan haid terakhir. Penentuan masa menopause
hanya bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi selama 1 tahun.
3. Pascamenopause
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata lain,
pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya keadaan fisik dan
psikologisnya sudah dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan hormonalnya.

D. Gejala-Gejala Monopause
Haid adalah peristiwa yang terjadi secara khas pada individu, baik dalam awal pertama
kali terjadi dalam siklus,jumlah darah yang keluar, maupun dalam gejala-gejala yang menyertai.
Demikian pula ketika terjadi menopause akan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda pada
setiap orang.. Meskipun demikian, dapatlah dikatakan bahwa gejala-gejala menopause dapat
berupa antara lain: insomnia, rasa panas (hot flash), banyak berkeringat, depresi, berkurangnya
daya ingat, sulit menahan dorongan untuk kencing (inkontinensia).
Gejala-gejala dari menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan
progesterone. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit
estrogen/progesterone dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami
sedikit gejala, sedangkan wanita yang lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan
sampai berat. Hal ini adalah normal. Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap
menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi
pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan
gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan
ovarium.
Adapun gejala-gejala lain dari menopause adalah:
1. Gejala-gejala fisik
a) Hot flushes/rasa panas (pada wajah, leher, dan dada yang berlangsung selama beberapa
menit, pusing,lemah, atau sakit.
b) Rasa panas
c) Berkeringat dimalam hari
d) Susah tidur
e) Sakit kepala
f) Keinginan buang air kecil menjadi lebih sering
g) Berdebar-depar (detak jantung meningkat atau mengencang)
h) Tidak nyaman ketika buang air kecil
i) Ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil (inkontinensia)
j) Perubahan kulit
k) Kerapuhan tulang

2. Gejala-gejala psikologis
a) Mudah tersinggung
b) Depresi
c) Cemas
d) Suasana hati (mood) yang tidak menentu
e) Sering lupa
f) Susah berkonsentrasi

3. Gejala-gejala seksual
a) Kekurangan vagina, mengakibatkan rasa tidak nyaman selama berhubungan seksual
b) Menurunnya libid

E. Tanda Awal Monopause


1. Perubahan kejiwaan
Perubahan yang dialami oleh wanita dengan menjelang menopause adalah merasa tua,
mudah tersinggung, mudah kanget sehingga jantung berdebar, takut tidak bisa memenuhi
kebutuhan seksual suami, rasa takut bahwa suami akan menyeleweng. Keinginan seksual
menurun dan sulit mencapai kepuasan, dan juga merasa tidak berguna dan tidak menghasilkan
sesuatu.
2. Perubahan fisik
Pada perubahan fisik seorang wanita mengalami perubahan kulit. Lemak bawah kulit
menghilang sehingga kulit mengendor, sehingga jatuh dan lembek. Kulit mudah terbakar sinar
matahari dan menimbulkan pigmentasi dan menjadi hitam. Pada kulit tumbuh bintik-bintik
hitam, kelenjer kulit kurang berfungsi sehingga kulit menjadi kering dan keriput. Karena
menurunnya estrogen dapat menimbulkan perubahan kerja usus menjadi lambat, dan
mereabsorbsi sari makanan makin berkurang. Kerja usus halus yang semakin berkurang maka
akan menimbulkan gangguan buang air besar berupa obstipasi.

F. Gangguan pada saat menopause


Gangguan menopause ialah jadwal menopause.
1. Monopause premature
Terhentinya haid pada umur 40 tahun. Terdapat gejala premonopause hot flushes (rasa
panas), dan gonadotropin.
2. Monopause terlambat
Pada kira-kira usia 45 tahun, empat dari lima wanita akan mengalami menopause. Akan
tetapi, jika menopause tertunda sampai setelah usia 55 tahun, maka hal tersebut dianggap
terlambat. Kemungkinan disebabkan oleh kelebihan berat badan.
Seperti yang kita ketahui, sebagian besar estrogen juga dibuat didalam ovarium. Akan tetapi,
sejumlah kecil estrogen juga dibuat dibagian dibagian tubuh lain, termasuk di sel-sel lemak.

G. Komplikasi Monopause
Banyak wanita melewati menopause tanpa perlu nasihat atau pengobatan medis untuk
menghilangkan gejala-gejalanya. Akan tetapi,perubahan kadar hormone (khususnya estrogen)
yang member ciri menopause dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi dikemudian hari.
Komplikasi yang menyertai menopause seperti berikut:
1. Osteoporosis
Merupakan pengeroposan tulang yang membuat rasa nyeri dan berpotensi mengalami
patah tulang.
2. Masalah urogenital
Merupakan masalah seksual, ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil
(inkontinensia), dan infeksi dalam saluran kemih selama masa perimonopause, tetapi tidak
seperti gejala menopause lainnya, hal ini mungkin menjadi masalah kesehatan jangka
panjang setelah munculnya menopause, oleh karena itu perlu ditangani dengan baik.

3. Penyakit Kardiovaskular
Merupakan permasalahan yang meliputi jantung dan sistem pembuluh darah yang memasok
darah keseluruh tubuh. Di dalamnya termasuk permasalahan seperti vangina, serangan
jantung, dan stroke. Dan kemungkinan bisa juga mengalami peningkatan kadar kolesterol
setelah menopause, dan penumpukan kolesterol LDL (dikenal sebagai kolesterol ‘jahat’) yang
dapat mempersempit dan menyumbat pembuluh arteri sehingga meningkatkan resiko terkena
penyakit kardiovaskuler.
4. Obesitas
Memasuki menopause mengubah cara tubuh untuk menyimpan lemak. Sebelum
menopause, wanita biasanya menyimpan kelebihan lemak di sekitar panggul dan paha, yang
menyebabkan bentuk tubuh wanita seperti “buah pear”. Namun demikian, setelah
menopause kelebihan lemak disimpan di sekitar pinggang dan perut, yang menyebabkan
bentuk tubuh seperti “buah apel”. Bentuk tubuh seperti “buah apel” ini diikuti dengan
peningkatan resiko terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker tertentu (misalnya
kanker payudara).
5. Demensia
Hubungan antara menopause dengan masalah memori tidak sepenuhnya jelas, tetapi
tampaknya hormon-hormon wanita memainkan beberapa peran dalam fungsi otak yang
normal. Meskipun demensia secara normal tidak mempengaruhi wanita sampai mereka
berada pada masa pascamenopause, munculnya menopause bisa jadi memiliki peran dalam
kemunduran memori.

H. Pengobatan Monopause
Pengobatan yang paling sering digunakan untuk menghilangkan gejala-gejala menopause
dan mengurangi resiko masalah kesehatan dimasa depan adalah terapi sulih hormon (hormone
replacement therapy, HRT). Akan tetapi, seperti yang mungkin pernah didengar, ada beberapa
resiko yang menyertai pengobatan HRT ini, khususnya jika digunakan untuk jangka waktu yang
lama.
Efek-efek yang berpotensi terjadi dalam pengobatan jangka panjang dengan HRT adalah:
1. Peningkatan resiko tersamar
a. Kanker payudara
b. Masalah penyumbatan
c. Pembuluh darah (misalnya stroke)
d. Penyakit jantung koroner

2. Penurunan resiko tersamar


a. Kanker kolorektal (usus besar)
b. Osteoporosis dan patah tulang

Beberapa pilihan pengobatan untuk menopause adalah:


1. Perubahan gaya hidup
a) Pola makan yang sehat dan seimbang
b) Olahraga (misalnya latihan ketahanan tubuh seperti jalan kaki atau jogging, olahraga
dengan menggunakan beban).
c) Menghindari hal-hal yang dapt memicu timbulnya gejala.

2. Pengobatan berbasis hormon


a) HRT (terapi estrogen tunggal, yang dikombinasikan secara sekuensial atau
berkelanjutan.
b) Tibolone (livial)
c) Fitoestrogen (zat kimia alami yang diperoleh dari makanan herbal.
d) Testosteron.

3. Obat-obatan untuk mengurangi hot flushes (rasa panas) dan keringat


a) Clonidine (Dixarit, Catapres)
b) Selective serotonin receptor inhibitor (SSRI)

4. Terapi komplementer
a) Obat-obatan herbal
b) Homeopati
c) Refleksiologi
d) Hipnosis
e) Akupuntur
f) Aromaterapi
g) Yoga

5. Pengobatan untuk monorrhagia (mentruasi teratur tetapi sangat bnnyak, yang dialami oleh
banyak wanita pada masa menjelang menopause)
a) Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS)
b) Tranexamic acid (Cyklokapron)
c) Etamsylate (Diccynene, Dicynone)
d) Terapi progestogen-tunggal (Mirena)
e) Pembedahan (Misalnya histerektomi)

6. Pengobatan untuk gejala psikologis


a) Psikoterapi, konseling
b) Obat-obatan antidepresan

7. Pengobatan untuk gejala urogenital (gejala fisik yang mempengaruhi sistem saluran kemih
dan organ genital).
a) Pelicin/pelembab vagina (KY Jelly atau Replens)
b) Obat-obatan untuk mengatasi ketidakmampuan untuk mengendalikan
(inkontiinensia)
c) Antibiotika untuk infeksi kandung kemih.

I. Pola makan sehat menuju menopause


Monopause merupakan peristiwa alami dalam siklus kehidupan wanita. Untuk mencegah
berbagai keluhan yang mungkin terjadi dimasa menopause yang disebabkan oleh kekurangan
hormone estrogen, pengaturan menu makanan yang tepat sedini mungkin adalah salah satu
jawaban yang tepat untuk mengatasi kekurangan hormone estrogen pada tubuh. Hal ini
merupakan alternative alamiah, yaitu dengan mengkonsumsi ekstra estrogen yang banyak
terkandung pada sejumlah bahan pangan.
Sebuah menopause diet adalah waktu yang baik untuk membatasi makanan yang tidak
begitu bagus untuk seorang wanita menuju masa menopause karena ransel dikalori dapat lebih
mudah selama fase kehidupan ini dan factor resiko jenis penyakit tertentu bisa naik. Tidak
mengkonsumsi lemak berlebih dan tidak tidak mengkonsumsi minuman berakohol juga
minuman berkafein, akan memelihara hati dan sistem kardiovaskuler yang sehat dan
membantu untuk mengurangi resiko kondisi seperti kanker dan diabetes.
Mengganti pilihan dengan pilihan yang lebih sehat seperti air mineral dan the hijau tanpa
kafein. Sayuran dan buah-buahan segar selalu penting untuk disertakan dalam setiap diet.
Seorang wanita harus menjauhi makanan berlemak dan manis serta yang menggandung kafein
atau apapun yang benar-benar tidak memiliki nilai gizi.
Ada senyawa alamiah dalam tumbuh-tumbuhan dan kacang-kacangan yang struktur
kimianya mirip dengan hormone estrogen dan disinyalir akan menghasilkan efek seperti kerja
estrogen. Senyawa tersebut disebut fitoestrogen. Bahan pangan yang kaya akan fitoestrogen
adalah jenis kacang-kacangan terutama kacang kedelai, serta dapat ditemukan pada hampir
semua jenis sereal sayuran, papaya, dan tanaman lain yang kaya akan kalsium.
Bahan pangan kaya fitoestrogen yang cocok digunakan untuk minuman segar antara lain
tahu sutera. Bahan yang terbuat dari kacang kedelai ini memiliki tekstur yang sangat lembut,
seperti krim kental, dapat menjadi pengganti aneka produk dari daging sapi dan minyak
hewanI, Dan susu kedelai. Susu yang terbuat dari kacang kedelai ini kaya zat fitoetrogen, sangat
fleksibel diolah menjadi dessert yang menggugah selera. Dianjurkan pula mengkomsumsikan
bengkuang, dan agar-agar rumput laut.

J. Olahraga teratur menjelang menopause


Berolahraga secara teratur banyak manfaatnya. Berolahraga memungkinkan untuk
membakar lemak yang berlebih dengan lebih efisien. Dengan demikian, olahraga membantu
mengandalikan berat badan. Selain itu olahraga mempunyai manfaat sebagai berikut:
a) Meningkatkan fungsi kekebalan tubuh, serta kemampuan tubuh untuk menjaga kadar gula
darah.
b) Menjaga kepadatan tulang.
c) Menjaga masa otot.
d) Membakar kalori lemak
e) Mengurangi stress
f) Mengurangi gejala menopause misalnya meriang
g) Membantu menjaga fleksibilitas dan kelenturan sendi sejalan dengan bertambahnya usia.
GANGGUAN FERTILISASI PADA PRIA DAN WANITA
A. GANGGUAN FERTILITAS - WANITA
Awal kehidupan baru berasal dari sel telur yang dibuahi oleh sel sperma.

Ovulasi terjadi sekitar 14 hari menjelang haid saat mana sel telur keluar indung telur dan
berjalan di dalam tuba falopii menuju rahim.
Bila dalam perjalanan tersbut sel telur bertemu dan bersatu dengan sel sperma dan
selanjutnya hasil pertemuan tersebut tumbuh dan berkembang dalam rahim maka terjadilah
proses kehamilan. 20% pasangan usia subur yang mengadakan sanggama sekitar masa ovulasi
akan mendapatkan kehamilan. Pasangan tidak di anggap menderita masalah gangguan
kesuburan sampai dia berusaha selama satu tahun dan belum berhasil memperoleh kehamilan.
20% pasangan usia subur akan mengalami gangguan masalah kesuburan.
Pada sebagian kasus, pasangan memerlukan tehnik reproduksi berbantu – assisted
reproductive technology. 40% masalah gangguan kesuburan berada di pihak wanita. Masalah
gangguan kesuburan pada wanita antara lain adalah tidak terjadinya ovulasi dan masalah pada
uterus serta saluran tuba falopii.

1. Masalah Ovulasi
Siklus haid merupakan hasil dari satu orkestra yang dimainkan oleh sejumlah kelenjar dan
hormon yang bekerja sama secara harmonis. Agar terjadi ovulasi, hipotalamus memicu
hipofisis yang berada didekatnya untuk men sekresi hormon yang bertugas untuk
mematangkan sel telur primordial. Peristiwa tidak datang haid atau haid yang tidak teratur
menandakan bahwa ovulasi tidak selalu terjadi pada setiap siklus atau malah sama sekali tak
terjadi ovulasi.
Usia wanita adalah salah satu faktor penting yang menentukan derajat kesuburan seorang
wanita. Kesempatan hamil bagi seorang berusia 40 tahun keatas adalah 5% pada setiap siklus
haid dan diduga ini adalah akibat usia sel telur yang sudah “tua”. Seorang wanita terlahir
dengan pasokan sekitar 400.000 sel telur dan dengan berlalunya waktu sel telur yang dapat
diperoleh menjadi semakin sedikit. Masalah kehamilan lain pada wanita usia “tua” adalah
meningkatnya resiko abortus dan kelainan genetik

2. Sindroma 0varium Polikistik


Dalam proses ovarium menghasilkan sejumlah kista kecil yang disebut folikel dam
umumnya hanya satu sel telur yang dapat mencapai tahap matur dan dilepaskan oleh indung
telur (ovarium ). Pada sindroma ovarium polikistik, terjadi kegagalan ovulasi dan sejumlah sel
folikel yang akan mencapai tahap matur berada di tepi ovarium dan melepaskan hormon seks
wanita

3. Masalah di Tuba Falopii


Sel sperma dapat mengadakan fertilisasi terhadap sel telur yang sedang dalam poerjalanan
dalam tuba falopii menuju rahim. Tuba falopii yang buntu atau kondisinya tidak normal akan
menghambat pertemuan antara sperma dengan sel telur atau perjalanan dari sel telur yang
telah dibuahi.
Gangguan pada tuba falopii dapat diperiksa dengan pemeriksaan radiologi- histerosalpingografi
atau dengan laparoskop.

4. Masalah rahim
Sel telur yang telah dibuahi ( hasil konsepsi ) akan tumbuh dan berkembang di endometrium
rahim. Sejumlah keadaan patologi rahim yang mengganggu proses tersebut antara lain :
 Mioma uteri
 Polip endometrium

5. Masalah servik
Pada bagian puncak dari vagina ( proksimal ) terdapat leher yang merupakamn pintu masuk
kedalam rahim dan disebut sebagai servik. Servik memiliki dua buah lubang kecil muara dari
sebuah saluran dalam servik yang disebut kanalis servikalis. Kanalis ini merupakan saluran
keluar dari darah haid dan sekresi lain keluar dari uterus. Dan melalui kanalis ini pula sel
sperma masuk rahim yang selanjutnya akan menuju tuba falopii untuk menemui sel telur.
Servik menghasilkan lendir yang sekitar ovulasi konsistensinya encer sehingga sperma
dapat berenang melaluinya. Kualitas lendir servik dapat mempengaruhi kemampuan sperma
untuk masuk kedalam uterus.

6. Endometriosis
Endometriosis adalah satu keadaan dimana sel endometrium uterus mengadakan migrasi
keluar dari rahim menuju ke organ panggul lain atau ke lokasi di luar panggul. Keadaan ini
dapat mengganggu kesuburan seorang wanita.

Infertiliti idiopatik
10% pasangan infertiliti tidak menunjukkan adnya kelainan tertentu dan in disebut sebagai
golongan infertiliti idiopatik atau “unexplained”
Metode diagnostik
Pemeriksaan infertilti pada wanita antara lain
 Pemeriksaan darah – untuk memeriksa kadar hormon yang terkait dengan ovulasi
 Laparoskopi
 Ultrasonografi – untuk melihat kemungkian adanya mioma uteri
Analisa sperma dilakukan pada pasangan pria untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
masalah pada sperma pasangannya.

7. Pilihan terapi
Terapi tergantung pada penyebab, pilihan terapi antara lain :
 Terapi hormon – untuk memicu ovulasi.
 Pembedahan – untuk membebaskan perlekatan tuba falopii, terapi endometriosis atau
mengangkat mioma uteri.
 Assisted reproductive technologies – termasuk “in vitro fertilisation” (IVF), dimana
konsepsi dilangsungkan di laboratorium dan hasil fertilisasi ditanamkan ke rahim yang
sudah dipersiapkan sebelumnya.

8. Kesimpulan
 40% masalah infertilitas terletak pada wanita
 Masalah infertilitas pada wanita antara lain gangguan ovulasi, blokade tuba falopii dan
kelainan uterus seperti mioma uteri dan polip endometrium.
 Pilihan terapi : hormonal dan pembedahan
B. GANGGUAN FERTILITAS - PRIA
Awal kehidupan terjadi tatkala sel telur dibuahi oleh sel sperma.

Sekurangnya sekitar 20 juta sperma per mililiter saat terjadi ejakulasi dengan mobilitas
serta kekuatan yang memadai untuk berenang menuju tuba falopii dimana peristiwa konsepsi
akan terjadi. Kemungkinan terjadinya kehamilan pada pasangan usia reproduktif yang
melakukan sanggama sekitar masa ovulasi adalah 20% setiap bulannya. Pasangan baru akan
diangap memiliki masalah fertilitas manakala sudah melakukan usaha memperoleh kehamilan
dengan ber sanggama secara teratur selama satu tahun dan tak membuahkan hasil.
Sekitar 20% pasangan usia reproduktif mengalami masalah gangguan fertilitas dan pada
banyak kasus mereka akanterbantu dengan tehnologi reproduksi berbantu – assisted
reproductive tecchnologies. Sekitar 40% masalah gangguan fertilitas berada pada pasangan
pria. Gangguan kesuburan pada pria antara lain kualitas sperma yang buruk atau terjadi
blokade dalam sistem reproduksi.

1. OBSTRUKSI
Sperma dibuat dalam testis. Saat ejakulasi, sperma keluar karena adanya kontraksi otot
yang berada sepanjang epidedimis dan bercampur dengan cairan vesica seminalis. Kelenjar
prostate juga menghasilkan cairan yang bercampur dengan semen. Semen akan terdorong
sepanjang vas deferen kedalam urethra dan keluar melalui penis. Blokade atau tidak adanya
vas deferen akan menyebabkan ganguan fertilitas dan keadaan tersebut dapat disebabkan oleh
tindakan vasektomi atau cedera.

2. Masalah sperma
Masalah jumlah dan kualitas sperma diduga disebabkan oleh faktor genetik. Penelitian
memperlihatkan bahwa hilangnya satu bagian kecil pada kromosome pria akan menyebabkan
terjadinya gangguan kualitas sperma.
Berbagai masalah pada sperma :
 Tidak terdapat sperma ( azoospermia ) – cairan semen tidak mengandung sperma ;
keadaan ini dapat disebabkan oleh sumbatan atau kegagalan testis.
 Jumlah sperma sedikit ( oligospermia ) – cairan ejakulasi tidak mengandung jumlah
sperma yang cukup agar dapat terjadi konsepsi
 Bentuk sperma abnormal – bentuk abnormal sperma akan menyebabkan hilang atau
terganggunya kemampuan untuk menembus sel telur
 Gangguan motilitas – sperma sehat memiliki ekor yang memberikan kemampuan
sperma untuk berenang di dalam saluran reproduksi wanita. Gangguan motilitas
sperma akan mengganggu kesuburan.

3. Gangguan fungsi
 Impotensia – ketidak mampuan penis untuk ereksi secara memadai agar dapat
melakukan penetrasi saat sanggama .
 Masalah pada testis – dapat disebabkan oleh cedera , infeksi atau kemoterapi
 Prostatektomi – efek samping akibat prostatektomi adalah infertiliti , impotensia dan
inkontinensia
 Gangguan tertentu – sklerosis multiple , diabetes yang menyebabkan gangguan ereksi
dan ejakulasi
 Antibodi – sistem kekebalan pada pria dapat menyebabkan terganggunya aktivitas
sperma antara lain hilangnya kemampuan untuk menembus sel telur.

4. Masalah Hormonal
Kadar hormon seks diregulasi oleh sejumlah kelenjar dan hormon yang dihasilkan. Hipofisis
di otak mempengaruhi hormon seksual yang di produksi testis atas pengaruh hipotalamus.
Penyebab infertiliti pada pria yang relatif jarang adalah kegagalan pembentukan hormon
gonadotropin.
Pada sekitar 10% pasangan infertil yang diperiksa tidak ditemukan penyebab yang jelas.
Keadaan ini disebut sebagai gangguan kesuburan : unexplained” atau “ idiopatik “.

5. Metode Diagnostik
Investigasi pada kasus yang diduga gangguan kesuburan terdiri dari sejumlah pemeriksaan
pada pria dan pasangannya.
Pemeriksaan gangguan kesuburan pada pria :
 Analisa sperma - sediaan sperma diperiksa di laboratorium dan dicari adanya kelainan
sperma dan antibodi
 Pemeriksaan darah – menentukan kadar hormon
 Biopsi testis
 Pemeriksaan ultrasonografi – untuk memeriksa organ reproduksi antara lain kelenjar
prostat

6. Pilihan terapi
Tidak ada terapi untuk memperbaiki kualitas sperma akan tetapi terdapat sejumlah cara
untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan dengan kualitas sperma yang sudah
ada. Terapi yang diberikan tergantung penyebabnya, antara lain :
 Terapi hormon – bila kuantitas sperma rendah disebabkan oleh rendahnya hormon
gonadotropin
 Inseminasi artifisial – semen dikumpulkan dan di pekatkan dan kemudian dimasukkan
kedalam uterus
 Fertilisasi in-vitro – konsepsi dilakukan di laboratorium dan sel telur hasil konsepsi
tersebut di masukkan kembali ke dalam uterus

7. Kesimpulan
 Sekitar 40% masalah gangguan kesuburan terletak pada pria
 Masalah gangguan kesuburan pada pria antara lain buruknya kualitas sperma, jumlah
sperma yang rendah dan blokade dalam sistem reproduksi pria
 Pilihan terapi untuk kualitas sperma yang buruk antara lain dengan inseminasi artifial
menggunakan semen yang sudah di pekatkan
5) Kegiatan Belajar 5
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi hormon pertumbuhan
b. Uraian Materi

A. HORMON ADENOHIPOFISIS
Sintesis dan sekresi hormon hipofisis anterior selain dikontrol oleh hipotalamus,
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain oleh obat yaitu hormon alamiah, analog dan
hormon. Hormon hipofisis anterior mengatur sintesis dan sekresi hormon dan zat – zat kimia
di sel target; sebaliknya hormon yang disekresi tersebut juga sekresi hipotalamus. Intraksi
berbagai hormon ini juga menjelaskan mekanisme terjadinya efek samping beberapa jenis
obat.
Hormon hipofisis anterior sangat esensial untuk pengatauran pertumbuhan dan
perkembanagan, reproduksi, metabolisme dan respon terhadap setres. Hormon – hormon
yang dihasilkan oleh hipofisis anterior dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
1. Hormon somatropik yang meliputi hormone pertumbuhan (GH = somatotropin), prolaktin
(PRL), laktogen plasenta (PL).
2. Glikoprotein yaitu tirotropin (TSH);luteinizing hormone (LH),hormone pemacu folikel (FSH), dan
gonadotropin plasenta manusia (HCG). Hormon glikoprotein terdiri dari 2 subnit yaitu α dan β,
yang masing – masing mempunyai gugus karbohidrat dan asam sialat.
3. Kortikotropin (ACTH), melanotropin (MSH), lipotropin (LPH) dan hormon – hormon lain.
Pada umumnya hormon hipofisis spesifik untuk tiap sepesies, sehingga di masa
lalusumber untuk penggunaan klinis yang memenuhi syrat hanya mungkin didapat dari ekstrak
hipofisis manusia post-mortem. Hormon manusia ini menimbulkan masalah karena
terkontaminasi penyebab penyakit creutzfled-jacob dan kini tidak lagi digunakan.saat ini telah
ditemukan cara rekayasa ginetik untuk memproduksi hormon pertumbuhan dengan relatife
besar disertai kemungkinan untuk melakukan modifikasi kimiawi.
a. HORMON PERTUMBUHAN (GH = SOMATOTROPIN)
Hormon pertumbuhan berupa polipeptida dengan berat molekul besar yaitu 22.000. hormone
ini merupakan 10% dari berat kelenjar hipopfisis kering.
PERTUMBUHAN
Fungsi hormone pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap pertumbuhan.
Kekurangan hormone ini menyebabkan kekerdilan (dwarfisme),sedang kelibihan hormone ini
menyebabkan gigantisme pada anak dan akromegali pada orang dewasa.beberapa hormone
lain juga dalam berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan normal yaitu
hormone tiroid, insulin, androgen, dan estrogen.

EFEK TERHADAP METABOLISME


Hormone pertumbuhan terutama mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan lemak,
dengan mekanisme belum jelas. Hormone lain yaitu insulin, glukokortikoid,katekolamin dan
glucagon juga berpengarauh terhadap pengaturan zat-zat ini. Pengaruh hormone ini pada
metabilisme karbohidrat saling berkaitan sehinggga sukar dirinci satu persatu. Hormone
pertumbuhan memperlihatkan efek antiinsulin yaitu meningkatkan kadar gula darah, tetapi
disamping itu juga berefek seperti insulin yaitu mengambat pengelepasan asam lemak dan
merangsang ambilan asam amino dalam sel. Efek ini sebagian besar mungkin diperantai oleh
somatomedin c atau didisebut juga IGF – 1 (insulin like growth factor 1) dan sebagian kecil oleh
insulin like growth factor 2 (IGF – 2).
Hormone pertumbuhan terbukti berpengaruh pada penyakit diabetes militus. Pasien
diabetes sangat sensitive terhadap terjadinya hiperglikemia oleh hormone pertumbuhan. Pada
pasien bukan diabetes militus hormone ini dapat diberikan dengan dosis besar tanpa
menyebabkan hiperglikimia, bahkan sebaliknya dapat menyebabkan hipoglikimia pada
pemberian akut karna mempermudah glikoginesis.
Hormone pertumbuhan memperlihatkan keseimbangan positif untuk N, P NA, K, Ca dan Cl,
unsure – unsure terpenting untuk membangun jaringn baru. Nitrogen terutama terdapat pada
asam amino ; dibawah pengaruh hormone pertumbuhan jumlah asam amino yang dibawa ke
dalam jaringan untuk membentuk protein meningkat, sehingga kadar N dalam darah (urea)
menurun, sesuai dengan efek anaboliknya.
Efek GH terhadap pertumbuhan terutama terjadi melalui peningkatan produksi IGF – 1 ,
terutama dibentuk dalam hepar. Selain itu juga GH merangsang produksi IGF – 1 di tulang,
tulang rawan, otot dan ginjal.GH merangsang pertumbuhan longitudinal tulang samping
epifisis menutup, hamper saat akhir pubertas.
Baik pada anak – anak maupun dewasa GH mempunyai efek anaboli pada otot dan
katabolik pada sel – sel lemak sehingga terjadi peningkatan massa otot dan pengaruh jaringan
lemak terutama didaerah pinggang. Terhadap metaolisme karbohidrat , GH dan IGF – 1
mempunyai efek berlawanan pada sensitivitas terhadap insulin.
PENGATURAN
Sekresi hormone pertumbuhan secara fisiologis diatur oleh hipotalamus. Hipotalamus
menghasilkan factor pengelepas hormone pertumbuhan (GHRF = growth hormone releasing
factor) yang merangsang sekresi hormone pertumbuhan. Selain itu dalam hipotalamus juga
dijumpai somatostatin (GH-RIH =growth hormone releasing inhibitory hormone) yang
menghambat sekresi.demikian hipotalamus memegang peran dwifungsi dalam pengaturan
hormone ini.
Pada waktu istirahat sebelum makan pagi kadar hormone pertumbuhan 1-2
ng/mL,sedangkan pada keadaan puasa sampai 60 jam, meningkat perlahan mencapai 8
ng/mL.kadar ini selalau meningkat setelah seseorang tertidur lelap.pada orang dewasa kadar
hormone pertumbuhan meningkat terutama pada waktu tidur; sedangkan pada remaja
meningkat pada waktu bangun.kadar anak dan remaja lebih tinggi dibandingkan kadar pada
dewasa dan kadar puncak terjadi pada saat remaja, kadar hormone pertumbuhan dapat
mencapai 50 ng/mL.
Beberapa obat dan neutransmiter dapat mempengaruhi sekresi hormone pertumbuhan,
sekresi hormone pertumbuhan dapat ditekan dengan pemberian agonis dopamin. Dopamine
diketahui dapat merangsang sekresi hormone pertumbuhan pada orang
normal.bromoktripin,suatu agonis dopamin derovat ergot, dipakai untuk menekan sekresi
hormone pertumbuhan pada pasien tumor hipofisis. Efek bromoktripin tidak segera terlihat,
penurunan kadar hormone dalam darah terjadi setelah pengobatan dalam jangka panjang .
sekresi hormon pertumbuhan kembali meningkat setelah pemberian bromokriptin dihentikan.
Bimokriptin juga menekan sekresi prolaktin yang berlebihan yang terjadi pada tumor hipofisis.
Antagonis serotonin (5-HT) misalnya siproheptadin dan metergolin,antagonis adrenergic
misalnya fentolamin, juga dapat menghambat sekresi hormon pertumbuhan, tetapi efeknya
lemah dan tidak konsisten. Somastostatin meskipun dapat menghambat sekresi hormon
pertumbuhan, tidak digunakan untuk pengobatan akromegali terutama karena menghambat
sekresi hormone-hormon lain.

INDIKASI.
Selama ini indikasi hormone pertumbuhan hanya dibatasi untuk mengatasi akibat
hipopituitarisme. Perlu pertimbangan manfaat resiko yang lebih luas yaitu bukan hanya
mempertimbangkan resiko efek samping serius misalnya akromegali, gangguan kadiovaskuler,
gangguan metabolisme glukosa yang terjadi pada kelebihan hormone endogen; tetapi juga
resiko kejiwaan pada kegagalan terapi (perubahan persepsi pendek normal menjadi abnormal).
Pada mencit justru GH dan IGF-1 analog secara konsisten memperpendek umur. Terapi
hormone GH telah di setujui di USA untuk pasien kekurangan berat (wasting) karena AIDS,
terapi ini bermanfaat untuk sebagian pasien tersebut.
Hormone pertumbuhan harus diberikan 3 kali seminggu selama masa pertumbuhan. Pada
saat pubertas perlu ditambahkan pemberian hormone kelamin agar terjadi pematangan organ
kelamin yang sejalan dengan pertumbuhan tubuh.

SEDIAAN
Hormone pertumbuhan yang digunakan dalam klinik saat ini adalah hasil rekayasa
ginetik.penggunaan hormone hasil rekayasa ginetik memperkecil kemungkinan efek samping
yang ditimbulkan leh bahan protein manisia yang belum tentu bebas penyakit. Hal ini menjadi
masalah setelah ditemukannya khasus penyakit Creutzfeld-jacob, yaitu degenerasi susunan
saraf yang disebabkan oleh virus Creutzfeld-jacob yang sulit dideteksi,sehingga
kontaminasinyadalam sari hipofisis manusia tidak dapat dihindari. khasus yang sangat jarang ini
ditemukan pada pasien yang mendapat sediasan hormone pertumbuhan ekstraksi hipofisis
manusia.
Ada 2 GH rekombinan (rhGH) yang saat ini digunakan yaitu somatropin yang identik
dengan GH manusia yang alamiah dan somatrem yang memiliki tambahan residu metionin.
Keduanya memiliki potensi yamg sama.
1. Somatrem
Hormon pertumbuhan yang dihasilkan dengan cara rekayasa ginetik ini memiliki 1 gugus
metionin tambahan pada terminal-N. Hal ini mungkin menjadi penyebab timbulnya antibody
dalam kadar rendah terhadap sediaan ini pada ± 30% pasien,efek biologisnya sama dengan
somatropin. Satu milligram somatrem setara dengan 2.6 IU hormone partumbuhan.
KEGUNAAN KLINIK. Diindikasikan untuk defisiensi hormone pertumbuhan pada anak. Suntikan
lepas lambat yang melepas obat perlahan-lahan dapat diberikan subkutan sebulan sekali. Ada
pula yang diberikan 3-6 kali per minggu. Kadar puncak dicapai dalam 2-4 jam dan kadar terapi
bertahan 36 jam. Bila terapi tidak berhasil pengobatan harus dihentikan.
Dosisnya harus disesuaikan dengan kebutuhan perorangan, dan diberikan oleh spesialis.
Dosis total seminggu dapat juga dibagi 6-7 kali pemberian, beberapa penelitian menunjukan
bahwa respon lebih baik bila obat diberikan setiap hari. Pengobatan diteruskan sampai
terjadinya penutupan epifisis atau bila tidak ada lagi respons.
EFEK SAMPING. Hiperglekimia dan ketosis (diabetoginetik) bisa terjadi dengan pasien dengan
riwayat diabetes mellitus.
2. Somatropin.
Secara kimia identik dengan hormone pertumbuhan manusia, tetapi dibuat dengan
rekayasa ginetik. Efek biologic sama tetapi tidak ada resiko kontaminasi virus penyebab
penyakit Creutzfeldt-jacob. Satu milligram obat ini setara 2,6 IU hormone pertumbuhan.
KEGUNAAN KLINIK. Sama dengan somatrem.
EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT. Pembentukan antibodi hanya pada 2% pasien, antebodi
ini juga tidak menghambat efek perangsangan pertumbuhan. Glukokortikoid diduga dapat
menghambat perangsangan pertumbuhan oleh hormone ini.
CARA PEMBERIAN. IM dan SC seperti somatrem, begitu pula lama pengobatan. Dosis
maksimum dibagi tiga kali pemberian dalam seminggu, atau 6-7 kali pemberian dalam
seminggu. Ada juga pemberian dosis sama dengan somatrem. Suatu penelitian menunjukan
penaikan dosis pada saat respon menurun dapat kembali meningkatkan respon, tampa efek
samping pada metabolism karbohidrat maupun lipid. Penurunan respon disebabkan oleh
penutupa efipisis atau ada masalah lain, misal malnutrisi atau hipotiroidisme. Saat penyuntikan
mungkin mempengaruhi hasil. Penyuntikan malam hari kurang mempengaruhi metabolisme
(asam lemak rantai medium, serum alanin, laktat) dibandingkan pada siang hari.

3. Somatomedin C (Igf-1).
Somatomedin adalah sekelompok mediator faktor pertumbuhan mula-mula ditemukan
dalam seru tikus normal. In vitro, somatomedin meningkat inkorporasi sulfat kedalam jaringan
tulang rawan, karna itu dulu zat ini disebut sulfation factor. Kemudian ternyata banyak efek lain
yang ditimbulkannya sehingga zat ini disebut somatomedin.
Somatomedin terdapat dalam serum manusia;zat ini bertambah pada akromegali dan
menghilang pada hipopituitarisme. In vitro, zat ini juga merangsang DNA, RNA dan protein oleh
kondrosit. Ternyata efek somatomedin sangat luas, mencakup bebagai efek hormone
pertumbuhan. Meskipun demikian, telah terbukti tidak semua efek hormone pertumbuhan
diperantai oleh somatomedin.
Somatomedin dibuat terutama di hepar,selain itu juga di ginjal dan otot. Zat-zat ini
disitesis sebagi respon terhadap hormone pertumbuhan dan tidak disimpan. Somatomedin
menghambat sekresi hormone pertumbuhan melalui mekanisme umoan balik. Sejumlah kecil
dengan gangguan pertumbuhan familia tak memiliki cakup somatomedin meskipun kadr
hormone pertumbuhan normal,dan pemberian hormone pertumbuhan pada pasien ini tidak
memperbaiki pertumbuhan.
4. Mekasermin
Diindikasikan untuk kasus defisiensi IGF-1 yang tidak responsive terhadap GH karna terjadi
mutasi pada reseptor dan terbentuknya antibody yang menetralisir GH.
Mekasermin adalah kompleks rhlGF-1 dan recombinant human IGF-binding protein 3
(rhlGFBP-3).
Efek sampingnya yang utama hipoglikimia, untuk mencegah efek samping ini harus
makan dulu 20 menit sebelum atau sesudah pemberian mekasermin subkutan.
Beberapa pasien menderita peningkatan tekanan intrktranial dan peningkatan enzim
hepar.

5. Antagonis Gh.
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gigantisme dan akromegali. Oktreotid adalah
analog somatostatin yang pontensinya 45 kali lebih besar dalam menghambat GH, tetapi hanya
2 kali dalam penurunan insuilin. Bromokriptin menurunkan oroduksi GH. Pegvisoman
menghambat kerja GH di reseptor dan di paki untuk kasus akromegali.
TOKSITAS DAN KONTRAINDIKASI.
Anak-anak mempunyai toleransi yang tinggi terhadap terapi dengan GH. Jarang terjadi
peningkatan tekanan intrkranial dengan gejala sakit kepala, gangguan penglihatan, mual, dan
muntah. Pada anak akan timbul skoliosis pada saat percepatan pertubuhan. Perlu pemeriksaan
tiroid karna pengobatan pada GH dapat muncul hipotiroidisme, pankreatitis, ginekomastia, dan
pertumbuhan nepus.
Pasien dewasa lebih sering menderita gejala-gejala efek samping atau toksistas missal
edema, perifer, mialgia, artralgia tangan dan pergelang yang hilang dengan pengurangan dosis.
Dapat juga muncul Carpal Tunnel Syndrome. Sitokrom P450 mengkat aktifitasnya sehingga
kadar obat yang dimetabolisme oleh enzim ini menurun.
Keganasan merupaka kotraindikasi, meskipun demikian tidak ada peningkatan kejadian
keganasan pada terpi GH. Terapi pada pasien pada sakit berat meningkatkan mortalitas.
Suntikan somatropin lepas lambat yang bekerja long acting meninmbulkan nodul
ditempat suntikan yang bertahan 5-7 hari, edema, artralgia,transient fatigue, mual dan sakit
kepala

b. PROLAKTIN
Walaupun peranan prolaktin pada berbagai sepsis telah lama diketahui, baru belakang
terbuktinya terdapat prolaktin pada manusia. Kini telah diakui prolaktin pada manusia
berperan dalam fungsi fisiologik dan keadan patologik tertentu. Rumus kimia prolaktin sangat
mirip hormone pertumbuhan,sebagian rantai polipeptidanya identik dengan hormone
tersebut, begitu pula mirip laktogen plasenta. Prolaktin burung 80% identik dengan prolaktin
manusia yang juga sangat mirip dengan prolaktin biri-biri.

FAAL
Pada manusia, satu-satunya fungsi prolaktin yang jelas adalah dalam laktasi. Prolaktin
mempengaruhi fungsi kelenjar susu dalam mempersiapkan, melalui dan mempertahankan
laktasi. Fungsi laktasi ini juga dipengaruhi oleh kortikostiroid, tirod dan hormone kelamin yang
semuanya tergantung pada hormone tropic hipofisis.
In vitro prolaktin mengancarkan proliferasi dan deferensiasi saluran dan epitel alveolar kelenjar
susu, juga terjadi peningkatan sitensis RNA dan pernangsangan sintesis protein susu serta
enzim untuk sintesis laktosa.
Pengaruh prolakyin pada ovarium belum jelas, selama ini hasil penelitian sangat berbeda,
tergantung sepesies yang digunakan. Pada manusia prolaktin menghambat sekresi
gonadotropin dan kerjanya pada gonad. Hisapan bayi pada menyusui (suckling) merupakan
perangsang sekresi prolaktin selama masa menyusui. Meningginya kadar prolaktin
mengakibatkan hambatan terhdap gonadotropin yang selanjutnya mempengaruhi fungsi
ovarium. Hal tersebut menjelaskan infertitas sementara pada ibu yang menyusui. Laktogen uri
insan (human placental lactogen). Zat ini terdapat pada urin serta memiliki efek laktogen dan
aktivitas hormone pertumbuhan. Secara imunologik zat ini mirip hormone pertumbuhan
manusia. Nama lainnya ialah somatomamotropin korion. Fungsinya pada manusia diduga
berhubungan dengan nutrisi fetus, serta pertumbuhan dan perkembangannya.

PENGATURAN
Pengaturan sekresi prolaktin berada dibawah pengaruh hipotalamus, uniknya factor
pengambat (Prolactin Relese Inhibitoring Hormon = PRIH) lebih beperan dari pada factor
perangsang (Prolacting ReleasingFactor = PRF). Diduga hambatan tersebut diprantarai oleh zat
dopaninergrik.
Obat yang mempengaruhi kadar prolaktin dalam darah ialah reserpin, haloperidol,
imipramin, klorpromazin, dan amitriptilin, yang sebagian merupakan antagonis dopamin.
Peningkatan kadar prolaktin oleh obat ini dapat disertai galaktore, sedangka derivate ergot dan
I-dopa menghambat sekresi prolaktin.
Kadar normal prolaktin dalam darah 5-10 ng/mL,pada pria sedikit lebih rendah. Kadarnya
meningkat pada masa hamil dan mencapai puncak pada saat partus (200 ng/mL), juga pada
setres fisik dan mental, hipoglikimia dan fluktusi kadar estrogrn.
IMPLIKASI KLINIK
Berdasarkan terdapatnya kadar prolaktin pada keadaan patologik tertentu, maka
diharapkan penurunan kadar prolaktin pada keadaan tersebut dapat memperbaiki keadaan.
Pengedalian prolaktin dapat dilakukan dengan pemberian I-dopa atau
bromokripin.bromokripin lebih efektif untuk tujuan ini dan dapat mengatasi glaktore, amenore
sekunder dan hambatan ovulasi pada pasien tumor hipofisis anterior. Beberapa tumor
penghasil prolaktin mengecil pada pengobatan dengan brokriptin. Bila pengobatan dihentikan
tumor akan tumbuh kembali.
Menghentikan laktasi pasca persalinan. Setelah melahirkan, kadar prolaktin masih tinggi
selama 2-3 minggu. Bila oleh suatu sebab laktasi harus segera dihentikan, bromoktripin
diberikan selama 14 hari pascapersalinan.

c. GONADOTROPIN
Hipofisis menghasilkan 2 jenis hormone gonodatropin yang mengatur fungsi alat
reproduksi, yaitu hormone pemacu folikel (FSH = follicle stimulating hormone ) dan luteinizing
hormone (LH). Pada sepesies tertentu hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan pada
umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis. Dalam kehamiln plsenta dapat
mengeluarkan hormone chorionic gonadotropin (HCG) yang mempunyai efek pada alat
reproduksi juga.
Gonadotropin hipofisis maupun plasenta adalah hormone glikoprotein (peptida) dan
hanya efektif bila di berikan dalam bentuk suntikan. Kadar gonadotropin dalam urin dapat
diukur dengan radioimmunoassay berdasarkan antibodi spesifik terhadap gugus yang
membeda-bedakan masing-masing hormone hipofisis.
Selain FSH dan LH, akan disinggung juga gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang
mengatur sekresinya.

KIMIA
FSH, LH, HCH dan TSH (thyroid stimulasing hormone) merupaka kelompok hormone
peptide yang berbentuk glikoprotein. Hormone ini terdiri atas subnit α FSH hamper sama
dengan subnit α LH dan TSH; sedangkan subnit β sepesifik untuk masing-masing hormone.
Aktifitas hormone terletak pada subnit β. Subnit β terdiri dari asam amino yang mirip terhadap
1 hormon dengan yang lain tetapi gugus karbohidratnya berbeda. LH yang pada pria disebut
juga interstitial call stimulation hormone (ICSH), sifat kimianya sangat mirip FSH.
FAAL
FSH pada wanita menyebabkan perkembangan folikel frimer menjadi Graaf. Dibawah
pengaruh LH, folikel yang telah berkembang mensekresi estrogen dan progestron. LH
menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk mengsekresi
estrogen dan progestron. Proses trakhir sering dikenal sebagai aktifitaslaktogenik,yang pada
beberapa spesies dibawah pwngaruh prolaktin.
FSH pada pria berfungsi menjamin terjadinya spermatoginesis dalam testis, antara lain dengan
mempertahankan fungsi tubulus seminiferus. LH merangsang sel leydig mensekresi
testosterone.testosteron dibutuhkan dalam spermatoginesis di testis.

PENGATURAN
Sintesis dan sekresi gonadotropin hipofisis diatur oleh hipotalamus melluai hormone
penglepas (relasing hormone) dan oleh hormone seks stroid melalui mekanisme umpan balik.
Hormone penglepas dapat dimurnikan, diidentifikasi struktur kimianya, dan disitesis. Zat
itumerupakam suatu dekapeptida yang tidak bersifat spesifikuntuk spesies.
GnRH alam cepat terhidrolisis denagn plsma dalam paruh 4 menit. GnRH sintetik sangat
efektif, pemberian 10-100 µg IV menyebabkan peninggian kadar gonadotropin plasma dengan
cepat. Hormone ini dapat merangsang ovulasi dan spermatoginesis baik pada hewan
percobaan maupun manusia. Keuntungan penggunaan hormone GnRH untuk merangsang
ovulasi dan kehamilan pada wanita amenore adalah tidak timbulnya efek samping ovulsi ganda
dengan akibat kehamilan ganda seperti pada perangsangan ovulasi dengan
gegnodatropin.GnRH telah digunakan untuk maksud diatas, baik secara tunggal maupun
dikombinasikan dengan HMG (human menopausalgonadotropin).
Dengan cara subtitusi komponen asam amino rantai peptida, dapat dibentuk analog
dengan potensi 10-60 kali LHRH serta masa kerja yang panjang. Dari penelitian klinis ternyata
bahwa, LHRH dan analognya berguna untuk terapi kiptrokisme maupun indikasi pubertas
ovulasi pada pasien dengan definisi LHRH. Sebaliknya pengguna jangka panjang menghambat
sekresi gondotropin dan hormone steroid seks, sehingga dapat dimanfatkan untuk terapi
pubertas prekoks dan kelainan serupa. Beberapa analog digunakan secara oral, intranasal atau
rektal.

INDIKASI
1. Infertilitas. Gonadotropin berguna untuk menginduksi ovulasi pada wanita yang
kekurangan gonadotropin. Ovulasi terjadi pada 90% pasien yang diobati dengan
menotropin dan CG, dan 50% diantaranya menjadi hamil; 30% berupa kehamilan ganda;
20%-30% dari yang hamil mengalami keguguran. Komplikasi utama adalah pembesaran
ovarium karna pematangan ganda denganakibat kehamilan ganda. Perlu penelitian lanjut
kapan diperlikan klomifen (satu antiestrogen) atau GnRH sebagai perangsang ovulasi,
sebab keduanya memberikan hasil yang sama.
Gonadotropin juga memberikan kesuburan pada pria yang mandul akibat
hipopituitarisme. Efaluasi untuk efek ini baru terliat setelah 12 minggu. Untuk vetilisasi in
vitro hormon-hormon ini dipakai sama dengan perinsip diatas.

2. Kriptorkisme. Diberikan dosis 500-4.000 IU gonadotropin, 2-3 kali seminggu dengan


pengobatan dihentikan setelah efek terapi tercapai. Bila terapi obat tidak sukses perlu
tindakan operasi sebab insidens tumor testis tinggi pada kriptorkisme.

SEDIAAN
Menotropin (pergonal) ialah sediaan gonadotropin yang berasal dari urin wanita mati
haid/menopause (HMG), mengandung aktifitas FSH dan LH sama banyak. Untuk indikasi ovulasi
harus dibrikan brsama HCG yaitu masing-masing sebanyak 75 IU IM per hari selama 9-12 hari
diikuti dengan 10.000 IU. HCG bila belum berhasil bias diulang dalam beberapa siklus. Mungkin
pula diperlukan dosis lebih besar.
Suntikan genotropin korion (HCG pregnyl) berasal dari wanita hamil, mengandung 1500
unit/mg. dosisnya 500-4.000 IU 2-3 kai seminggu selama beberapa minggu untuk kriktropkisme
atau hipogonadism pada pria. Untuk merangsang ovulasi diberikan 5.000-10.000 IU suatu hari
setelah pemberian menotropin.
Gonadotropin serum kuda hamil (serum gonadotropin) mengandung kurng-kurangnya 100
unit/mg.
Urofollitropin untuk injeksi adalah suatu preparat menotropin yang telah dihilangkan
komponen LHnya, jadi hanya menagandung FSH 75 IU.

A. HORMON TIROID
1. Biosintesis
Kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid, yang akan disimpan sebagai residu asam
amino dari tiroglobulin. Triglobulin merupakan glikoprotein yang menempati sebagian besar
folikel koloid kelenjar tiroid.
Secara garis besar, sintesis, penyimpanan, sekresi, dan konversi hormone terdiri dari
beberapa tahapan :
Ambilan yodida. Yodium dari makanan mencapai sirkulasi dalam bentuk yodida. Pada keadaan
normal kadarnya dalam darah sangat rendah (0,2-0,4 µg/dL), tetapi kelenjar tiroid mampu
menyerap yodida cukup kuat, hingga yodida dalam kelenjar mencapai 20-50 kali. Mekanisme
transpor yodida ke kelenjar dihambat beberapa ion (tiosinat dan perklorat). System transfor
yodida di picu hormone titropin dari adenohipofisis (thyroid-stimulating hormone, TSH).
Oksidasi dan yodinasi. Oksidasi yodinasi menjadi aktif diperantarai tiroid peroksidase. Enzim ini
berada di membrane sel dan terkonsentrasi di permukaan paling atas dari kelenjar. Reaksi ini
menghasilkan residu monoyodotirosil (MT) dan diyodotirosil (DIT) dalam tiroglobulin. Reaksi
tersebut dirangsang TSH.
Pembentukan tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3) dari yodotirosin. Reaksi ini dikatalisasi oleh
enzim tiroid peroksidase dimana kecepatannya dipengaruhi oleh kadar TSH dan yodida.
Penurunan jumlah yodium hanya akan berpengaruh terhadap jumlah hormone tiroid yang
keluar dari kelenjar.
Resorpsi, Proteolisis koloid, dan sekresi hormone tiroid. Proses proteolisis dimulai dari
endositosis koloid dari lumen folikel pada permukaan sel, dengan bantuan reseptor tiroglobulin
(megalin). Tiroglobulin dipecah menjadi gugus-gugus asam amino yang dipicu oleh hormone
tirotropin, agar hormone tiroid dapat dilepaskan yang dibantu oleh TSH.
Konversi tiroksin menjadi triyodotironin dijaringan perifer. Sebagian besar konvensi tiroksin
menjadi triyodotironin diluar kelenjar, yakni di hati. Pada keadaan normal sekitar 41% tiroksin
akan dikonversi menjadi triyodotironin, 38% menjadi reverse triyodotironin yang tidak aktif,
dan 21% dimetabolisme melalui koojugasi dihati dan diekskresikan melalui empedu.

2. Farmakokinetik
Transfor Tiroid. Pada keadaan normal yodium di sirkulasi dalam 95% sebagai yodium
organic dalam bentuk tiroksin dan 5 % sebagai yodida berada di triyodotironin.
Dalam darah hormone tiroid terikat kuat pada berbagai protein plasma, dalam bentuk
ikatan non kovalen. Adanya ikatan hormone tiroid dengan protein plasma, menyebabkan tidak
mudahnya hormone ini di metabolisme dan diekskresi sehingga masa paruhnya cukup panjang.
Hanya sekitar 0,03%tiroksin dan 0,3% triyodotironin dari total hormone tersebut berada dalam
keadaan bebas. Aktifitas metabolic hormone tiroid hanya dapat dilakukan oleh hormone yang
bebas.
Biotransformasi Dan Ekskresi. Tiroksin lambat sekali dieliminasi dari tubuh, dengan masa
paruh 6-8 hari. Pada hipertiroidisme masa paruhnya memendek 3-4 hari, dan pada
hipotirodisme memanjang 9-10 hari. Perubahan ini dapat menggambarkan adanya perubahan
dalam kecepatan metabolismenya. Bila pengikatnya dengan TBG meningkat maka klirensnya
akan terganggu, hal ini terjadi karena estrogen dapat menginduksi peningkatan asam sialat
dalam TBG yang terbentuk, dan menyebabkan klirensnya menurun. Keadaan sebaliknya akan
terjadi bila ikatannya dengan protein menurun atau terjadi hambatan pengikatan oleh
beberapa obat. T3yang ikatannya dengan protein tidak terlalu kuat, masa paruhnya hanya
sekitar 1 jam.

3. Regulasi Fungsi Tiroid


TSH disekresikan secara pulsatif dan bersifat sirkadian, kadarnya dalam sirkulasi paling tinggi
pada saat tidur malam hari. Sekresinya dipengaruhi oleh thyrotropin-releasing hormone (TRH)
dari hipotalamus dan kadar hormone tiroid yang bebas dalam sirkulasi. Bila kecepatan sekresi
hormone tiroid dari kelenjar tiroid menurun, akan terjadi peningkatan sekresi TSH agar dapat
merangsang kelenjar tiroid untuk mengsekresikan lebih banyak hormone tiroid. Efek hormone
tiroid pada TSH ialah terjadinya penurunan sekresi TRH dari hipotalamus dan berkurangnya
jumlah reseptor TRH di sel-sel adenohipofisis.
Hormone Pemicu Tirotropin (Thyrotropin-Releasing Hormone = TRH). TRH disintesis di
hipotalamus, dan disekresikan ke sirkulasi portal hipotalamo-hipofisis, kemudian bekerja pada
reseptor tirotropin. Rangsangan reseptor ini menyebabkan sekresi TSH dari granul
sekretorisnya dan juga merangsang sintesis subunit α dan β dari TSH. Stimulasi TRH oleh TSH
dapat dihambat oleh somatotropin, dopamine, dan glukokortikoid.
Pemberian TRH pada hewan percobaan dapat mempengaruhi perilaku, termoregilasi, tonus
autonom, dan fungsi kardivaskular, peningkatan tekanan darah dan denyut jantung.
Efek TSH Pada Kelenjar Tiroid. TSH dapat merangsang semua fase biosintesis dan proses
sekresi hormone tiroid, mulai dari uptake yodida dan organifikasinya sintesis hormone tiroid,
endositosis dan akhirnya proteolisis koloid. Vaskularisasi kelenjar akan meningkat, dan akan
terjadi hipertrofi dan hyperplasia dari sel-sel kelenjar.
Hubungan Yodium Dan Fungsi Tiroid. Untuk pembentukan hormone tiroid yang normal, tubuh
membutuhkan jumlah yodium yang cukup. Bila yodium kurang, hormone ini tidak dapat
diproduksi dalam jumlah cukup, sedangkan TSH terus disekresikan sehingga kelenjar tiroid
mengalami hyperplasia dan hipertrofi. Kelenjar yang membesar dan terus terangsang ini dapat
mengekstraksi residu yodida yang masih berada di ssirkulasi. Pada defisiensi yodium yang
ringan sampai sedang, umumnya kelenjar tiroid dapat memproduksi hormone dalam jumlah
cukup, terutama T3. Tetapi bila defisiensi tersebut tergolong berat, akan terjadi hipotiroidisme
(pada orang dewasa) dan mungkin timbul kretinisme.
4. Efek Hormone Tiroid
Mekanisme Kerja Hormone Tiroid. Hormone tiroid bekerja melalui reseptornya di inti sel
yang berikatan dengan afinitas yang tinggi, kemudian terikat pada sekuen DNA yang spesifik
(thyroid hormone response element, TREs) pada gen target. Disini T3 memodulasi transkripsi
gen, dan terjadi sintesis protein.
Pertumbuhan Dan Perkembangan. Hormone tiroid mempunyai peran yang sangat penting
pada pertumbuhan otak. Apabila hormone tiroid tidak ada pada usia 0-6 bulan pasca
persalinan dapat terjadi retardasi mental yang ireversibel (kretinisme)dan akan diikuti oleh
gangguan morfologik multipel pada otak. Pemberian hormone tiroid dalam masa 2 minggu
pasca melahirkan dapat mencegah berkembangnya gangguan morfologik tersebut.
Kretinisme dibedakan menjadi 2 yaitu, endemic yang terjadi akibat sangat kekurangan
yodium dan sporadic terjadi akibat tidak berkembangnya kelenjar tiroid atau terganggunya
sintesis hormone tiroid.
Efek Kalorigenik. Tiroksin meningkatkan penggunaan O2 hampir pada semua jaringan yang
aktif dalam proses metabolisme.
Dengan meningkatnya metabolisme oleh tiroksin, maka kebutuhan tubuh akan semua zat
makanan juga bertambah. Apabila kebutuhan ini tidak mencukupi, maka protein dan lemak
endogen serta persediaan zat makanan lain dalam tubuh akan dimobilisasi.
Tiroksin berperan penting dalam termogenesis (pengaturan suhu badan) yaitu pada suhu
dingin sekresi tirosin akan bertambah, pembentukan kalori bertambah, terjadi vasodilatasi
perifer dan curah jantung bertambah.
Efek Metabolic. Hormone tiroid merangsang metabolisme kolesterol menjadi asam
empedu, dan hiperkolesterolemia merupakan keadaan karakteristik pada hipotiroidisme.
Hormone ini dapat meningkatkan pengikatan LDL (low density lipoprotein) di sel-sel hati, pada
hipotiroidisme akan terjadi penurunan jumlah reseptor LDL di hati.
Hormone tiroid mengatur kemampuan hormone lain untuk menambah akumulasi siklik
AMP dengan jalan mengurangi aktitas fosfodiestarase mikrosom yang dapat menghidrolisis
siklik AMP.
Pada hipotiroidisme terjadi penurunan absorpsi glukosa si usus, sekresi insulin menurun,
kecepatan uptake glukosa diperifer berkurang, tetapi penggunaan glukosa di otak tidak
dipengaruhi.
5. Gangguan Fungsi
a. Hipofungsi tiroid. Hipotiroidisme disebabkan karena difisiansi yodium pada daerah non-
endemik dimana yodium cukup tersedia, yang ditandai dengan tingginya antibody
terhadap peroksidase tiroid di sirkulasi dan kadar tiroglobulin, macam-macam
hipotiroidisme.
b. Hipotiroidisme primer terjadi akibat kegagalan kelenjar tiroid untuk memproduksi
hormone tiroid yang cukup.
c. Hipotiroidisme sekunder terjadi akibat efek stimulasi dari TSH yang kurang akibat
gangguan pada adenohipofisis.
d. Hipotiroidisme tersier terjadi akibat gangguan hipotalamus
e. Hipotiroidisme Congenital terjadi pada bayi yang baru lahir, dan timbulnya retardasi
mental
f. Hipotiroidisme non-goiter umumnya berhubungan dengan degenerasi dan atrofi kelenjar
atau terjadi setelah oprasi tiroid atau destruksi akibat yodium radioaktif
g. Hipotiroidisme dengan goiter terjadi bila ada gangguan hormone tiroid yang hebat.
Denagn ciri-ciri muka sangat ekspresif, bengkak, pucat. Kulit dingin dan kering, pada
wanita dapat timbul gangguan haid.

Hiperfungsi Tiroid
a. Tirotoksikosis adalah keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya hormone tiroid bebas
dalam darah
b. Hipertiroidisme adalah keadaan dimana produksi dan sekresi hormone meningkat akibat
hiperfungsi kelenjar tiroid.
c. Subclinical hyperthyroidisme adalah keadaan apabila ada beberapa gejala hiperteriodisme
dengan kada TSH plasma yang rendah denagn kadar T3 dan T4 yang normal
Tes Fungsi Tiroid. Dengan radioimmunoassay, chemiluminescent, dan enzyme-linked
immunoassay, sekarang dapat dilakukan pengukuran kadar T4, T3, dan TSH darah, dan
diagnosis laboratorium gangguan fungsi tiroid menjadi lebih baik. Sekarangtelah tersedia
recombinant human TSH (thyrotropin alpha, tirogen), dalam bentuk preparat suntikan yang
digunakan untuk mengetahui kapasitas jaringan tiroid dalam mengambil yodium radioaktif dan
melepaskan tiroglobulin, pada keadaan normal atau pada keganasan.
6. Indikasi
Thyroid Hormone Replacement Therapy
Tiroksin merupakan obat pilihan utama untuk replacement therapy pada hipotiroidisme
atau kretinisme, karena potensinya konsisten dan lam kerjanya panjang (7 hari), absorpsinya di
usus halus bervariasi dan tidak lengkap. Tujuan terapi ini untuk mencapai kisaran kadar TSH
normal (0,5-5,0 µIU/mL), bila terapi berlebihan akan terjadi suspense TSH sampai subnormal
dan dapat menyebabkan osteoporosis dan disfungsi jantung.

Hipotiroidisme subklinis.
Merupakan suatu hipotiroidisme dengan sedikit gejala klinis yang disertai peningkatan TSH
plasma. Terapi dilakukan dengan levotiroksin untuk menormalkan TSH, dan hasilnya sangat
bervariasi. Hipotiroidisme pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan mental dan
fisik fetus. Karenanya sangat dianjurkan untuk pemeriksaan TSH pada kehamilan dini, terutama
pada para ibu yang tinggal di daerah endemic.

Koma Miksedema. Sindroma ini jaranga terjadi, dan disebabkan oleh hipotioridisme yang
hebat dan berlangsung lama. Keadaan ini termasuk sangat berbahaya, yang meskipun segera
diobati, mortalitasnya 60%. Dosis tiroksin yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan
stabilitas hemodinamik, adanya gangguan jantung, dan keadaan keseimbangan elektrolit
pasien. Tetapi yang berlebihan justru dapat bersifat fatal.

Nodul Dan Kanker Tiroid. Nodul dan kanker tiroid lebih sering terjadi pada wanita. Persentasi
kejadian sekitar 0,1% pertahun dan akan meningkat 20 kali lebih banyak dari pasien yang
mengalami radiasi ionisasi. Dari jumlah pasien nodul tersebut 8-10% mempunyai kanker tiroid.
Tindakan utama untuk kanker tiroid adalah operasi diikuti terapi dengan levotiroksin.
Pemberian levotiroksin pada nodul soliter dapat mensupresi TSH serum, diharapkan nodul
tidak akan membesar lagi atau ukurannya berkurang. Keberhasilan terapi ini sangat bervariasi
dan keberhasilannya dapat dilihat dengan pemeriksaan kadar TSH serum dan radioisotope
scanning.

Kretinisme. Keberhasilan terapi kretinisme sangat tergantung pada saat dimulainya terapi, jika
terapi di mulai sejak bayi lahir umumnya gangguan perkembangan fisik dan mental dapat
dicegah.
Kadar tiroksin bebas harus dipertahankan pada nilai di atas normal. Hormone-replacement I ini
harus disertai monitoring pertumbuhan, perkembangan motorik, meturasi tulang, dan
keamjuan perkembangan si bayi.

7. Antitiroid dan penghambat tiroid lainnya


Ada 4 golongan penghambat sintesis hormone tiroid, yaitu
a. Antitiroid, yang menghambat sistesis hormone secara langsung.
Mekanisme kerja. Antitiroid golongan tionamida (ex. Propiltiourasil ) menghambat proses
inkoporasi yodium pada residu tirosil dari tiroglobulin, dan juga menghambat penggabungan
residu yodotirosil ini untuk membentuk yodotironin. Kerjanya dengan menghambat enzim
peroksidase sehingga oksidasi ion yodida dan gugus yodotirosil terganggu.
Farmakokinetik. Tiourasil didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh dan diekskresikan melalui
urin dan air susu ibu, tetapi tidak melalui tinja.
Farmakokinetik antitiroid
Farmakokinetik Propiotiourasil Metimazol
Ikatan protein plasma 75% -
T½ 75 menit 4-6 jam
Volume distribusi 20 L 40 L
Metabolisme pada gangguan hati Normal Menurun
Metabolisme pada gangguan ginjal Normal Normal
Dosis 1-4 kali/hari 1-2 kali/hari
Daya tembus sawar plasenta Rendah Rendah
Jumlah yang disekresikan dalam ASI sedikit Sedikit

Efek samping. Untuk metimazol, agranulositosis bersifat tergantung dosis (dose-dependent).


sedang untuk propiltiourasil, agranulositosis tidak tergantung dosis. Reaksi yang paling sering
timbul antara lain purpura dan popular rash yang kadang-kadang hilang sendiri , nyeri dan kaku
sendi terutama pada tangan dan pergelangan.
Indikasi. Antitiroid dapat digunakan untuk hipertiroidisme, untuk mengatasi gejala klinik sambil
menunggu remisi spontan, dan sebagai persiapan operasi. Juga dapat digunakan dalam
kombinasi dengan yodium radioaktif untuk mempercepat perbaikan klinis sementara
menunggu efek terapi yodium radioaktif.
Antitiroid dapat digunakan untuk hipertiroidisme yang disertai dengan pembesaran kelenjar
tiroid bentuk difus maupun noduler. Efek terapi umumnya tampak setelah 3-6 minggu terapi.
Besarnya efek hambatan fungsi tiroid tergantung dari berat ringannya gangguan fungsi
sebelum pemberian obat, jumlah hormone yang tersedia dan besarnya dosis yangn diberikan.
Dosis terapi biasanya tidak sampai menghambat fungsi tiroid secara total. Waktu yang
diperlukan untuk menyembuhkan setiap pasien juga berlainan. Sebagian pasien denagn
hipertiroidisme dapat mengalami remisi spontan setelah menjalani terapi antitiroid selama 1
tahun.

b. Penghambat Tranfor Ion Yodida


Penghambat ion yodida adalah obat yang dapat menghambat tranfor aktif ion yodida ke
dalam kelenjar tiroid. Obat tersebut berupa ionin movalen yang bentuk hidratnyamempunyai
ukuran hamper sebesar hidrat ion yodida, misalnya tiosianat, perklorat, dan fluoborat. Obat
golongan ini dapat menghambat fungsi tiroid dan menimbulkan goiter.
Mekanisme kerja obat ini, denagn menghambat secara kompetitif sodium-iodide
symporter (natrium-iodide symporter=NIS) yang dapat menghambat masuknya yodium.
Perklorat kekuatannya kira-kira 10kali kekuatan tiosianat. Tiosianat tidak ditimbun dalam tiroid,
tidak dimetabolisme dalam kelenjar tersebut dan diekskresikan dalam bentuk utuh. Tapi
sekarang obat ini jarang digunakan karena obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik,
demam, kelainan kulit, iritasi usus, dan agranulositosis.

c. Yodida
Yodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme
sebelum ditemukan berbagai macam antitiroid. Meskipun yodida diperlukan dalam jumlah
kecil untuk biosintesis hormone tiroid, dalam jumlah yang berlebihan yodida dapat
menyebabkan goiter dan hipotitoidisme pada orang sehat.
Dalam hal ini yodida menekan fungsi tiroid artinya yodida memperbaiki fungsi tiroid.
Peran yodida dalam tiroid antara lain :
1. Yodium diperlukan untuk biosintesis hormone tiroid
2. Yodida menghambat proses transfor aktifnya sendiri kedalam tiroid
3. Bila yodium didalam tiroid terdapat dalam jumlah cukup banyak terjadi hambatan sintesis
yodotironin dan yodotirosin (wolf-chaikoff effect)
4. Yodida terutama digunakan untuk persiapan operasi tiroid pada hipertiroidisme. Biasanya
yodida tidak diberikan tersendiri, tetapi diberikan setelah gejala hipertiroidisme diatasi
dengan antitiroid, yaitu biasanya diberikan selama 10 hari sebelum operasi dilakukan.
Dengan cara demikian diperoleh keadaan yang optimal untuk tindakan operasi.
5. Yodida sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi tunggal karena terapi yodida saja tidak
dapat sepenuhnya mengendalikan gejala hipertiroidisme. Hambatan pada kelenjar tiroid
akan hilang dalam waktu 2-8 minggu, dan bila terapi yodida dihentikan, gejala
hipertiroidisme dapat terjadi lagi, bahkan memberat.
6. Yodida sebaiknya juga tidak diberikan pada wanita hamil karena dapat menembus sawar
darah plasenta dan menyebabkan goiter pada fetus.

Efek samping. Yodisme ditandai dengan rasa logam dan terbakar dalam mulut dan faring serta
rangsangan selaput lender. Dapat juga terjadi radang faring, laring dan tonsil serta kelainan
kulit ringan sampai akneform berat atau kadang-kadang erupsi fatal disebut yoderma.
Sedangkan gejala saluran cerna biasanya berupa iritasi yang dapat disertai dengan pendarahan.

d. Yodium radioaktif
Pada proses radiasi oleh suatu unsure radioaktif dipancarkan sinar-sinar α (inti helium),
sinar β (elektron). Umumnya sinar-sinar tersebut dapat menimbulkan kerusakan sel-sel tubuh,
karena terjadinya perubahan molekul di dalam sel oleh sinar yang berenergi tinggi. Dalam
jaringan yang dilewati sinar radioaktif terjadi ionisasi, electron dilepaskan oleh molekul yang
terkena radiasi, sehingga terbentuk ion positif dan partikel ion negative, oleh sebab itu proses
radiasi tersebut dinamaio radiasi ionisasi.
Sinar α dan β daya tembusnya kecil, ionisasi terjadi pada daerah yang terbatas dan ion
yang terbentuk didaerah itu banyak sekali, sehingga efeknya dapat dibatasi pada satu organ
saja.
Sifat kimia dan fisika. Daya tembus sinar β maksimal hanya 2mm tetapi kira-kira 90% destruksi
sel setempat disebabkan oleh sinar tersebut.
Distribusi dan ekskresi. Distribusi radioisotope I dalam jumlah tubuh sama dengan distribusi I
nonradioaktif. Jumlah radioisotope yang diserap oleh tiroid dipengaruhi oleh jumlah I dalam
diet, demikian juga ekskresinya. Jumlah radioisotope I yang diekskresi dalam urin berbanding
terbalik dengan jumlah radioisotope I yang diserap/ditahan oleh tiroid.
Efek terhadap tiroid. Sinar yang dipancarkan mempengaruhi jaringan parenkim sekeliling
folikel. Pada umumnya jaringan diluar tiroid tidak terpebgaruh oleh sinar yang dipancarkan.
Pada dosis rendah sekali radioisotope tidak menimbulkan ganguan fungsi tiroid yang nyata
hanya merusak bagian sentral saja sedangkan bagian perifer tetap berfungsi.
Indikasi. Radioisotope terutama digunakan pada pasien :
1. Hipertiroidisme usia lanjut atau dengan penyakit jantung
2. Penyakit grave yang menetap atau kambuh setelah tiroidektomi subtotal atau setelah
memakai obat antitiroid dalam jangka waktu yang lama.
3. Goiter nodula toksik
4. Goiter multinodular non-toksik yang disertai gejala kompresi
5. Karsinoma tipoid
6. Sebagai alat dignostik fungsi tiroid
7. Kontradiksi. Bahan radioaktif tidak boleh diberikan selama kehamilan dan pada anak-anak.
Yodium radioaktif sebaiknya diberikan untuk pasien yang berusia lebih dari 25 atau 30
tahun.

e. Pemilihan sediaan. Tujuan penggunaan penghambat tiroid adalah untuk mengurangi


aktivitas kelenjar tiroid pada pasien hipertiroid, untuk radiasi dan pembedahan, untuk terapi
hipertoroidisme tergantung dari pasien dan fasilitas yang tersedia.

C. HORMON PARATIROID
Hormone paratiroid (HPT) berasal dari anak kelenjar paratiroid ,merupakan hormone
polipeptida rantai tunggal yang terdiri dari 84 asam amino .tiga puluh empat asam amino
pertama merupakan bagian terpenting yang dapat menentukan aktivitas biologiknya .aktivitas
biologic HPT manusia, sapi dan babi hampir sama tetapi secara imunologik ketiganya dapat di
bedakan meskipun ketiganya dapat mengadakan reaksi silang dengan satu macam anti bodi.
Tahun 1948 ditemukan antara beberapa kelainan klinik dengan hiperfungsiparatiroid
,misal perubahan skelet pada pasien osteitis fibrosa sistika dengan tumor paratiroid. Kecuali
pada ca2+ plasma, HPT juga mempengaruhi fospat dan metabolism vitamin D.gambar 28-1
memperlihatkan hubungan antara HPT hemeostastis ca 2+ plasma serta derivate vitamin D
Pada hiper paratirodisme jumlah radio isotop l yang diserap oleh tiroid sangat
meningkat, sedangkan pada pasien hipotiroidisme jumlah tersebut berkurang, jumlah radio
isotop lyang di ekresi dalam urin berbanding terbalik dengan jumlah radio isotop l yang
diserap /ditahan oleh tiroid. Pada normotiroid kira-kira 65% dari jumlah yang diberikann telah
di ekresi dalam 24 jam padda hipotoroid 85-90% dan pada hipertiroid 5%.

EPEK TERHADAP TIROID.


Radioisotope –l yang diberikan pada seorang pasien ikut terpakai dalam biosintesis
hormone tiroid dan terkumpul dalam koloid seperti halnya l-non radioaktip. Sinar yang
dipancarkan mempengaruhi jaringan parenkrim sekeliling polikel.pada umumnya jaringan
diluar tiroid tidak sampai terpengaruhi oleh radiasi tersebut. Pada dosis yang rendah sekali
radio isotop 131l tidak menimbulkan gangguan fungsi tiroid yang nyata, tetapi pada dosis yang
cukup besar epek sitotoksin sinar tersebut nyata sekali. Pada gambar histology tampak piknosis
dan nekrosis sel polikel, di ikuti dengan hilangnya koloid dan terjadinya pibrosa kelenjar. Dosis
rendah umumnya hanya merusak bagian sentral saja, sedangkan bagianperiper tetap
berfungsi.

INDIKASI
Radioisotope 131l terutama digunakan pada pasien:(1) hipertirodisme usia lanjut atau
penyakit jantung; (2) penyakit grave yang menetap atau kkambuh setellah triodektomi subtotal
atau setelah minum obat anti tiroid dalam jangka waktu lama; (3) goiter nodular toksik;(4)
goiter multi nodular non-toksik yang di sertai gejala kompresi;(5) karsinomia tiroid; dan (6)
sebagai alatdiagnostik fungsi tiroid

KONTRADIKSI
Bahan radioaktip tidak diberikan selama kehamilan dan pada anak-anak. Yodium
radioaktip sebaiknya diberikan untuk pasien yang berusia lebih dari 25 atau 30 tahun.

SEDIAAN
Larutan natrium yodida 131l dapat diberikan oral dan lv sedangkan kapsul natrium
yodida 131l tersedia untuk pemberianoral. Pada setiap sediaan biasanya disebutkan jumlah
dan macam campuran dalam larutan, dosis terapi dan sebagainya.

PEMILIHAN SEDIAAN
Tujuan pengguanaan penghambat tiroid ialah untuk mengurangi aktivitas kelenjar tiroid
pada pasien hipertiroid. Cara lain yang dapat di tempuh untuk tujuan yang sama adalah radiasi
dan pembedahan. Dalam klinik, pemilihan cara dan obat apa yang akan digunakan untuk terapi
hipertiroidisme tergantung dari pasien dan pasilitas yang tersedia.
131
Di Amerika Serikat natrium yodida I lebih sering digunakan dari pada pembedahan.
Antitiroid digunakan untuk persiapan pasien dengan yang akan dioprasi terapi krisis
tirotoksikosis, terapi hipertiroidisme dengan gangguan mata, dan sebagai terapi tambahan
sebelum atau setelah terapi yodium radioaktif. Efek penghambatan tiroid oleh yodium biasanya
tidak lama bertahan dan tidak sempurna. Antitiroid digunakan bila dikehendaki penurunan
fungsi tiroid dalam waktu singkat. Efek penghambatan tiroid dari yodium radioaktif tidak timbul
segera, tetapi perlu waktu beberapa hari.
GANGGUAN FUNGSI PARATIROID
HIPOPARATIRPOIDISME
Pengangkatan atau hipofungsi kelenjar paratiroid yang tidak diketahui
sebabnya( hipoparatiroidisme idiopatik) dapat menyebabkan suatu sindroma akibat langsung
hipokalsemia atau akibat penurunan ambang rangsang membrane yang terpolarisasi. Gejala
klinik hipoparatiroidisme akibat hipokalsemia al. titani, parestesia, spasme laring, spasme otot
dan konpulsi. Keadaan ini disebabkan karena depisiensi Ca dan vitamin D, misalnya akibat
gangguan absorpsi atau jumlahnya tidak cukup dalam diet. Keadaan ini jarang disebabkan oleh
penyakit pada kelenjar sendiri (hipoparatiroidisme idiopatik), atau karena kelainan genetic
dimana target organnya tidak memberikan reaksi terhadap HPT (pseudohipoparatiroidisme).
Gejala paling dini hipokalsemia al. parestesia ekstremitas pada pemeriksaan fisik terdapat
rangsangan mekanik saraf periper yang menyebabkan kontraksi otot rangka yang
bersangkutan, kemudian dapat diikuti tetani, dimana terjadi spasme otot, terutama otot
daerah karpopedal dan laring, dan konpulsi umum serta gejala lain dari susunan saraf pusat.
Diduga otot polos juga dipengaruhi terlihat dari terjadinya spasme otot siliaris, iris, esophagus,
intestinal, kandung kemih dan bronkus. Perubahan EKG dan timbulnya takikardia menunjukkan
bahwa jantung juga dipengaruhi. Pada hipoparatiroidisme kronik, terjadi perubahan
okstrodermal yang mengakibatkan rontoknya rambut; pada kulit jari terlihat cekung dan kuku
mudah patah, kerusakan email gigi dan katarak, mungkin terjadi gangguan psikis, berupa
labilitas emosi, kegelisahan, depresi, delusi, dan abnormalitas EEG hipoparatiroidisme dapat
diatasi dengan vitamin D bila perlu dapat juga ditambahkan Ca pada dietnya.

HIPERPARATIROIDISME
Hiperparatiroidisme primer, dapat di sebabkan hiper sekresi kelenjar paratiroid
(hyperplasia,adenoma atau karsinoma) atau karna sekresi polipeptida yang menyerupai HPT
yang berasal dari suatu tumor. Kadang-kadang polipeptida ini dapat dibedakan dari HPT dengan
teknik imunologik.
Hiperparatiroidisma sekunder terhadap menurunya Ca 2+ plasma dapat merangsang
sekresi HPT .keadaan ini dapat terjadi pada gangguan absorpsi Ca 2+ atau gangguan pungsi
ginjal. Hiper sekresi HPT,apapun penyebabnya, dapat menyebabkan gangguan tulang seperti
osteitis pibrosa generalisata atau penyakit von reckling hausen. Umumnya haya 1/3 pasien
hiperparatiroidisma mengalami perubahan tulang yang hebat, 1/3 lainya hanya
memperlihatkan dekalsipikasii ringan, dan pada pasien lainya tidak ditemukan resorpesi tulang
yang aktip pada keadaan yang terakhir ini mungkin asupan Ca 2+ cukup untuk mempertahankan
keseimbangan Ca2+ . gejala ini diklasipikasi al. rasa nyeri sakit pada tulang dan persendian.
Hiperparatiroidosme primer tanpa konplikasi , biasanya berhubungan dengan
hiperkalsiuria, hiperpospaturia, kadang-kadang disertai poliuria dan polidipsia .kadar Ca 2+
plasma mungkin normal, tetapi biassnya meningkat dan pospat menurun. Ekresi Ca 2+ dan PO4
yang menigkat, sering menyebabkan batu ginjal. Komplikasi berat lainya al.nefrokalsinosis
dipus ,dan akhirnya insufisiensi ginjal, atau sebagai gejala sisa urolitiasis, dapat juga terjadi
gambaran perubahan kimia darah, seolah-olah terjadi hiperparatiroidisme ,yakni
hiperpopaturia , hiperkalsimia dan hipopospatemia .hiperkalsimea dapat merupakan penyebab
gejala hiperparatiroidisme, al.hipotoni otot, kelemahan otot yang umum dan gangguan pungsi
otot polos seperti konstipasi, platulens, anoreksia, mual dan muntah, akhirnya mungkin terjadi
gangguan jantung.persentasi timbulnya ulkus peptikum dan pancreatitis, lebih tinggi pada
pasien ini daripada orang normal, dan kadang-kadang mengalami gangguan neuropsikiatri.
Pemeriksaan laboraturium yang spesipik aadalah dengan menentukan kadarHPT plasma, tetapi
hasilnya biassanya tergantung dari anti bodi yang di pakai.
Terapi hiperparatiroidismeprimer dilakukan dengan reseksi kelenjar yang hiperplastik atau
ardenoma. Pembedahan ini akan mengembalikan pasien ke keadaan euparatiroid dan
mencegah keruksakan ginjal dan disolusi tulang lebih lanjut. Biasanya terjadi tipoparatiroidisme
;dan diperlukan vitaminD dan diet yang mengandung Ca. bila pada seorang pasien tidak dapat
dilakukan pembedahan, dapat diberkan pospat secara oral, diet rendah Cadan sejumlah csiran
unntuk menurunkan kadar Ca plasma.

FARMAKOLOGI HORMON PARATIROID


HPT hanya dapat diberikan secara parenteral, pemberian oral akan dirusak enzim
saluran cerna. Masa paruhnya sekitar 20 manit, degradasinya terjadi di hepar dan ginjal.dalam
darah, sebagaiHPT terikat praksi alpa globulin plasma, ekpresinya melalui urin kurang dari 1%
INDIKASI.
Dahulu HPT digunakan untuk meningkatkan kadar Ca2+ plasma, akan tetapi kini hipokal
semia diatasi dengan pemberian Ca2+ dan/ atau dengan vitaminD sutikan HPT hanya digunakan
untuk diagnosis pseudohipoparatiroidisme. Pada pasien ini terdapat resistensi target organ
terhadap HPT sehingga pemberian hormone ini tidak akan menyebabkan peningkatan Ca 2+
plasma dan ekresi pospat dan siklik AMP.

D. ESTROGEN DAN PROGESTIN, AGONIS DAN ANTAGONISNYA


Estrogen dan progestin merupakan hormone steroid kelamin endogen yang diproduksi
oleh ovarium, kortek adrenal, testis dan plasenta pada masa kehamilan. Kedua jenis hormon ini
dan derivate sintetiknya mempunyai peranan penting pada wanitadalam perkembangan tubuh,
proses ovulasi, fertilisasi, implantasi, dan dapat mempengaruhi metabolism lipid, karbohidrat,
protein dan mineral juga berperan penting dalam pertumbuhan tulang, spermatogenesis dan
behavior.
Sekarang telah diketahui biosintesis hormone ini di masing-masing organ, mekanisme
kerja di reseptornya pada tingkat seluler dan molecular kecuali itu, dari hasil banyak uji klinik
,hamil, yang dikenal sebagai conjugated equine estrogen, makin banyak digunakan terutama
untuk wanita pasca menopause. Telah di perkenalkan beberapa preparat yang dapat berefek
agonis atau antagonis pada reseptor estrogen, tergantung dari jaringan dimana hormone ini
bekerja, disebut sebagai selective estrogen reseptor modulator ( SERM ) dan digunakan untuk
osteoporosis pasca menopause. Antagonis reseptor progesteron dan beberapa derivat
progesterone, misalnya megestrol asetat, juga mulai banyak digunakan dan berguna untuk
kanker kelenjar mamae. Juga tanaman yang mengandung fitoestrogen diperkenalkan meski
masih memerlukan lebih banyak uji klinik.

ESTROGEN
Banyak senyawa steroid dan non steroid baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
aktivitas estrogenic.selain struktur intinya juga terdapat perbedaan dalam halpotensi
estrogeniknya dan lama kerjanya.Dietilstilbestrol ( DES ), estrogen non steroid sintetik pertama
dengan potensi estrogenic sama dengan estradiol,dapat diberikan oral dan masa kerja lebih
panjang dari estrogen alami. Senyawa non steroid lain yang berefek estrogenic atau anti
estrogenik umumnya berasal dari tumbuhan.flavonoid, isoflavon ( mis.genistein ) dan
kumenstan dapat ditemukan di berbagai tanaman. Golongan terakhir ini dikenal sebagai
fitoestrogen. Menurut laporan genistein bersifat relative selektif terhadap reseptor estrogen-ß
( ERß ), penelitian melalui ini masih berlangsung.

BIOSINTESIS
Estrogen di sintesis dari androstenedion dan testosterone secara langsung, dengan
bantuan enzim aromatase atau CYP19 melalui 3 langkah proses aromatisasi cincin A. aktivitas
ini dilakukan oleh glikoprotein transmembran ( cyto chrome P450 family of monooxygenases )
yang berada reticulum endoplasmik berbagai sel dan diindukasi oleh gonadotropin. Sel-sel
tersebut di granulose ovarium, sel sertoli dan leidig kelenjar testis, sel stroma jaringan adipose,
sinsitiotrofoblas plasenta, tulang dan beberapa tempat di otak.

Meski estrogen disintetis diberbagai tempat sumber utama estrogen di sirkulasi adalah
ovarium. Organ ini mengandung 17ß-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 1 yang memproduksi
testosteron dan estradiol dari androstenedion dan estron, keduanya merupakan reaksi timbale
balik.di hepar terdapat enzim dehidrogenase tipe II yang mengoksidasi estradiol di sirkulasi
estrogen ini terkonyugasi dengan glukoronid dan sulfat sebelum di eksresi di urin.
Pada wanita pasca menopause, sumber estrogen utama adalah jaringan adipose dan
organ selain ovarium, sedangkan estron di sintesis dari dehidroepiandrosteron dari korteks
adrenal. Pada pria, estrogen di produksi oleh testis dan di luar gonad dari aromatisasi C19
steroid di sirkulasi, andostenedion dan dehidroepiandrosteron yang merupakan precursor
androgen.
Meski efek estrogenik umumnya berasal dari estrogen yang berada di sirkulasi, pada
keadaan patologis, missal pada tumor mamae, estrogen berasal dari aromatisasi androgen atau
hidrolisis estrogen yang terkonyugasi, karena ternyata pada tumor mamae banyak di temukan
enzim aromatase dan hidrolitik ini.di plasenta, estron berasal dari dehidroepiandrosteron fetus,
estriol dan derivate 16ɑ-hidroksil nya, urin wanita hamil merupakan sumber estrogen untuk
wanita pasca menopause.

FISIOLOGI DAN KHASIAT FARMAKOLOGI


PERTUMBUHAN.Estrogen sangat penting perannya pada perubahan bentuk dan fungsi tubuh
masa pubertas anak perempuan menjadi bentuk tubuhyang karakteristik untuk wanita dewasa
fungsi sek sekunder, efeknya langsung pada pertumbuhan dan perkembangan vagina, uterus
dan tuba falopi.bersama hormone lain merangsang pertumbuhan duktuli, stroma dan
akumulasi lemak kelenjar mamae.
REGULASI NONENDOKRIN SIKLUS MENSTRUASI. Siklus menstruasi wanita diatur oleh sistem
neuro endokrin hipotalamus-hipofisis-ovarium. Suatu osilator neuronal di hipotalamus secara
periodic akan menginduksi pengeluaran gonadotropin-releasing hormone (GnRH, hormone
pemicu gonadotropin ) ke pembuluh pontral hipotalamus-hipofisis yang akan merangsang
gonadotrop dan mengsekresikan luteinizing hormone ( LH ) dan follicle stimulatinghormone
( FSH ) dari hipofisis anterior. Kedua hormon ini menyebabkan pertumbuhan dan pematangan
folikel graf ovarium, dan juga produksi estrogen dan progesteron. Bila kedua hormone terakhir
ini kadarnya meningkat, akan menghambat sekresi hormone hipotalamus hipofisis ( reaksi
umpan balik negatif ).
EFEK STEROID GONAD SECARA KLINIK PADA SISTEM REPRODUKSI. Selama fase folikuler
ovarium atau fase prolifarasi endometrium, estrogen akan mulai membentuk kembali
endometrium dengan cara merangsang proliferasi dan diferensiasi. Terjadi berbagai mitosis,
ketebalan lapisan endometrium bertambah dan terjadi perubahan karakteristik kelenjar dan
pembuluh darah endometrium. Proses ini dan kelanjutan efek estrogen dan progesterone
diduga sebagian besar diperantarai oleh peptide growth factors yang mengatur kerja steroid
dan reseptornya di menyebabkan sel-sel dapat memberikan respons terhadap hormon ini
pada separuh fase kedua dari suatu siklus haid ( status luteal atau fase sekretoris ). Pada fase
ini, progresteron yang bersal dari korpus luteum kadarnya meningkat secara tajam dan
estrogen juga terus meningkat. Progesteron akan membatasi efek proliferative estrogen
terhadap endometrium dengan cara menstimulasi diferensiasi.
EFEK METABOLIK. Pada organ ini nonendokrin terdapat reseptor estrogen ( ER ),karenanya
banyak efek metaboliknya terjadi secara langsung pada reseptor yang bersangkutan.
Efek estrogen pada masa tulang menguntungkan, karena mengurangi proses resorpsi
yang membentuk tulang. Pada usia 18-40 tahuan, pembentukan dan resorpsi tulang
berlangsung seimbang sehingga total bone mass dapat dipertahankan, sesudah usia tersebut
proses resorpsi terjadi lebih cepat. Osteoklas dan osteoblas mempunyai reseptor estrogen ( ERs
), androgen ( ARs ) dan progesterone ( PRs ). Hormone ini menginduksi apoptosis osteoklas dan
mengantagonis efek osteoklastogenik dan pro-osteoklastik hormone paratiroid dan interleukin-
6,juga merangsang produksi leptin dari jaringan adipose. Efek utama estrogen. Menurunkan
jumlah dan aktivitas osteoklas, menyebabkan pertumbuhan tulang dan penutupan epifisis
pada wanita dan pria. Pria dengan defek ER akan mengalami osteoporosis, epifisis tidak
menutup, turnover tulang meningkat hasil observasi menunjukan bahwa osteoporosis idiopatik
pria berhubungan dengan kurangnya ekspresi ER-ɑ pada osteoklas dan osteoblas.
Kecuali menstimulasi sintesis enzim dan factor pertumbuhan yang penting untuk
pertumbuhan uterus dan kelenjar mamae serta diferensiasinya, hormone ini juga
mempengaruhi produksi dan aktivitas berbagai protein tubuh.

RESEPTOR DAN MEKANISME KERJA


Estrogen mempunyai 2 jenis reseptor, ERɑ dan ERß yang berasal dari gen berbeda dan
berada dan berada di inti sel.ERɑ terdapat banyak di saluran reproduksi wanita, uterus, vagina,
ovarium dan juga di kelenjar mamae, hipotalamus, sel-sel endotel, dan otot polos vascular. ERß
letaknya menyebar,terbanyak di prostat dan ovarium dan dalam jumlah lebih sedikit di paru,
otak, dan pembuluh darah. Sekitar 40% sekuens asam amino kedua jenis reseptor ini identik
serta mempunyai strutur domain yang umum dimiliki oleh jenis reseptor steroid lain. Fungsi
biologik reseptor ini nampaknya berlainan dan dapat memberikan respon berlainan terhadap
berbagai senyawa estrogenik,missal:ERɑ dan ERß mengikat 17-ß estradiol dengan kekuatan
yang sama sekitar 0.3 nM, sedangkan fitoestrogen genistein terikat ERß dengan afinitas 5 kali
lebih tinggi dari ikatannya pada ERɑ.
Kedua ER merupakan ligand-activated transcription factors yang dapat meningkatkan
atau menurunkan sintesis mRNA dari gen target. Setelah masuk sel melalui difusi pasif
membran plasma, hormone akan terikat ER di inti sel. ER yang semula merupakan monomer
akan mengalami perubahan konformasi, terjadi dimerisasi sehingga afinitas dan kecepatan
target.senyawa yang bersifat antagonis juga akan menyebabkan dimerisasi dan terikat DNA,
tetapi konformasi ER yang terjadi disini berlainan dari reseptor yang di duduki oleh agonis.

FARMAKOKINETIK
Berbagai jenis estrogen dapat di berikan oral, parental, transdermal ataupun topical.
Karena sifatlipofiliknya absorpsi per oral baik. Ester estradiol dapat di berikan IM, bervariasi
mulai dari beberapa hari sekali sampai satu bulan sekali. Pemberian transmedal yang diganti
setiap 1-2 kali seminggu umumnya berisi estradiol yang absorpsinya terjadi secara kontinu
melalui kulit.
Umumnya etinilestradiol, conjugated estrogen, ester estron, dietilstilbestrol, diberikan
oral. Estradiol oral, absorpsi, cepat dan lengkap, mengalami metabolism lintas-pertama di
hevar yang ekstensif, substitusi etinil pada atom C17 dapat menghambat proses tersebut.
Preparat oral lain, conjugated equine estrogen ( ester sulfat dari estron ), equilin, senyawa
alami lain dihidrolisis oleh enzim di intestin bagian bawah hingga gugus sulfat terlepas dan
estrogen diabsorpsi di intensin. Karena adanya perbedaan dalam metabolisme menyebabkan
perbedaan potensi estrogeniknya, misalnya, etinilestradiol lebih poten dari conjugated
estrogen. Beberapa jenis bahan makanan dan produk asal tanaman, misalnya kacang kedelai
yang mengandung flavonoid genistein, dan kumestan diduga mempunyai efek estogenik, tetapi
hal ini membutuhkan pembuktian klinik.
Transdermal estradiol patch. Penglepasan hormon berlangsung lambat, kontinu, distribusi
sistemik, kadar dalam darah lebih konstant daripada per oral. Cara pemberian ini juga tidak
menyebabkan kadar tinggi dalam darah yang dapat mencapaisirkulasi portal, mungkin inilah
yang menyebabkan efeknya pada profil lipid berbeda.
Absorpsi estradiol valerat atau estradiol sipionat setelah pemberian dosistunggal IM, berjalan
lambat sampai beberapa minggu, karenanya pemberiannya 1-4 minggu sekali. Di dalam darah
umumnya estrogen alami terikat globulin pengikat hormon kelamin steroid dan sedikit terikat
albumin. Sebaiknya etinilestradiol terikat albumin dan tidak terikat SSBG. Karena ukuran
molekul dan sifat lipofiliknya, estrogen yang bebas akan mudah keluar dari plasma dan akan
didistribusi secara ekstensif ke kompartemen jaringan. Jenis hormone ini mengalami
metabolism cepat dan ekstensif, masa paruh plasma hanya beberapa menit.
INDIKASI
Sebagai kontrasepsi. Sebagai ERT atau HRT ( hormone replacement therapy ) pada wanita
pasca menopause. Tidak semua wanita pasca menopause membutuhkan ERT/HRT.
Berkurangnya sekresi estrogen dari ovarium berlangsu lambat dan bergradasi yang berlangsung
kontinu sampai beberapa tahun setelah haid berhenti. Umumnya hal ini terjadi pada
menopause primer ( akibat usia lanjut ), tetapi bila menopause terjadi akibat oovorektomi
( menopause sekunder ) maka menurunnya estrogen terjadi tiba-tiba. Menopause
menyebabkan gejala dini. Rasa panas dimuka ( gejala vasomotor, hotflushes ), insomnia bahkan
mungkin gelisah. Bila gejala ini hebat hingga mengganggu aktivitas sehari-sehari, dapat diberi
ERT. Penggunaan ERT dari awal menopause memang dapat mencegah gejala yang lebih serius.
Gangguan klasifikasi tulang, osteoporosis yang beresiko terjadinya fraktur meski hanya dengan
trauma ringan. Tetapi penggunaan estrogen saja jangka lama ( > 5 tahun ) berisiko timbulnya
proliferasi endometrium berlebihan dan mungkin kanker endometrium. Karenanya diberikan
bersama progesteron atau progestin untuk mencegah proliferasi berlebihan pada mereka yang
masih mempunyai uterus. Perlu diingat penggunaan ERT + progestin jangka waktu lebih dari 4-
5 tahun dapat berisiko timbulnya kanker mamae.
Defisiensi estrogen akibat defisiensi fungsi hipofisis, hipotalamus, dan gonad, yang bukan
di sebabkan memopause, seperti pada sindroma tunner, akibat disgenesia ovarium
dandwarfism, akan menyebabkan gangguan pertumbuhan genital, kelenjar mamae, rambut
pubis, dan aksila.

SEDIAAN DAN DOSIS


Estriol, tablet 1 dan 2 mg, masa-kerja singkat karena ikatannya pada sel target singkat,
afinitas terhadap protein plasma rendah, cepat dieliminasi dari tubuh, dosis 2-4 tablet sehari,
estradiol valerat tab 2 mg, dosis 1 tab sehari 17ß estradiol patch 100 μg/hari, Etinilestradiol tab
50 μg, masa kerja lebih panjang, dosis ½-1 tablet sehari, estropipat (Na-estron sulfat ) 0.625
mg, dosis 1 a 2 tab sehari. Semua ini digunakan pada defisiensi estrogen, osteoporosis
pascamenopause.
Untuk kontrasepsi, lihat preparat kontrasepsi hormonal.

EFEK SAMPING
Reaksi yang sering timbul, gangguan siklus haid, mual atau bahkan muntah, rasa
kembung, edema, berat badan bertambah. Yang lebih serius pusing, migren, kloasma terutama
pada kulit muka, peningkatan tekanan darah, thrombosis, proliferasi endometrium atau
varises. Estrogen dapat meningkatan kadar globulin peningkatan tiroid. Pasien dengan fungsi
tiroid normal dapat mengkompensasi keadaan ini dengan membentuk lebih banyak hormone
tiroid hingga kadar T3 dan T4 serum normal. Tetapi pasien dengan thyroid hormone
replacement therapy bila menggunakan estrogen akan membutuhkan dosis tiroid lebih tinggi.
Kadar tiroid bebas pada pasien ini harus dimonitor agar kadarnya berada dalam kisaran yang
normal.
Penggunaan estrogen atau estrogen + prostin pernah dihubungkan dengan meningkatnya
risiko kejadian infrak miokard dan stroke, thrombosis vena dan emboli paru. Bila timbul gejala
atau ada suspek penyakit tersebut penggunaanya harus segera di hentikan.

KONTRAINDIKASI
Wanita hamil atau menyusui, gangguan fungsi hepar, riwayat thrombosis atau emboli,
hipertensi, penyakit jantung, perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya, adenoma
mamae atau adanya tumor pada alat reproduksi.

INTERAKSI
Estradiol sebagian dimetabolisme oleh isozim CYP3A4. Penggunaan bersama obat yang
dapat merangsang isozim tersebut, missal fenobarbital, karbamazepin, ripamfisin dapat
mempercepat metabolism sehingga dapat menurunkan efek terapinya atau mempengaruhi
propel siklus haid yang normal. Inhibitor isozim 3A4, seperti eritrosim, klaritromisin,
ketokonazol, itrakonazol dan jus anggur dapat meningkatkan kadar estrogen darah dan dapat
menyebabkan timbulnya efek samping.

ANTIESTROGEN DAN SELECTIVE ESTROGEN RECEPTOR MODULATOR ( SERM )


ANTI ESTROGEN
klomifen
Klomifen, suatu trifeniletilen derivate 7ɑ-alkilamide estradiol, bersifat antagonis murni
estrogen pada semua jaringan. Pada jaringan klomifen terikat pada ligand-binding pocket dari
ERɑ dan ERß, akan menghambat aktivitas P-glioprotein, gene expression of aromatase, IGF-1
dan insulin receptor substrate-1. Pada ERɑ klomifen meningkatkan degradasi proteolik
intraseluler sedangkan pada ERß berefek terhadap degrasi.
Dari beberapa penilitian telah terbukti bahwa klomifen dapat meningkatkan amplitido sekresi
LH dan FSH tanpa mempengaruhi frekuensi sekresinya yang umumnya bersifat pulfasif. Ini
menandakan bahwa klomifen bekerja di hipofisis anterior untuk menghambat umpan-balik
negative estrogen terhadap sekresi gonadotropin dan menambahkan pulsasi sekresi GnRH dari
hipotalamus sehingga dapat merangsang ovulasi. Karenanya prepapat ini diindikasikan untuk
infertilitas wanita akibat siklus haid anovulatoar, tetapi dengan syarat tidak mempunyai
kelainan organic pada sumbu hipotalamus-hipofisis-ovariumnya. Pada pria pernah digunakan
juga untuk merangsang gonadotropin dan menambah spermatogenesis, dan dibutuhkan waktu
yang lebih lama ( 40-90 hari ) daripada untuk wanita penggunaan klinis untuk infertilitas pria
masih membutuhkan lebih banyak uji klinik. Cochreane subfertility review group mengevaluasi
uji klinik klomifen untuk pria subfertil akibat oligo atau asterno sperma idiopotik.

Selective estrogen receptor ( serm )


Dengan kemajuan di bidang teknologi genetic telah memungkinkan pengembangan obat yang
kerjanya unik, di satu organ sebagai agonis dan organ lain antagonis estrogen. Golongan ini di
kenal sebagai SERM.senyawa ini bertujuan untuk mendapatkan efek estrogenic yang
menguntungkan tanpa efek yang merugikan di jaringan lain seperti mamae.

Tamoksifen
Preparat ini merupakan golongan trifeniletilen yang berasal dari initi stilben seperti
dietilstilbestrol. Tamoksifen berefek anti estrogenic di kelenjar mamae dan agonis estrogen di
tulang dan endometrium. Pada wanita pasca menopause. Preperat ini menguranginbone
turnover dan bone loss, sedangkan data untuk mencegah fraktur masih kurang.
Efek samping hot-flushed, mual, thrombosis pernah di laporkan karena berefek agonis estrogen
di endometrium penggunaan jangka panjang tamoksifen dapat meningkatkan risiko kanker
endometrium.

Rolaksifen
Rolaksifen merupakan hormone nonsteroid, bekerja pada ERɑ dan ERß, sebagai agonis dan
antagonis. Variasi efek di duga karena adanya variasi reseptor estrogen dan jumlahnya berbeda
di jaringan yang berbeda. Missal ER lebih banyak dari ERɑ di tulaang, prostat, hipokampus.
Bersifat agonis estrogen di tulang, lipid darah, endotel vascular, di duga karena mempunyai inti
benzotiofen.

PROGESTERON
Progesterone merupakan hormone steroid kelamin alamiah yang di produksi di tempat
yang sama dengan estrogen. Direvat sintetiknya golongan progestin, merupakan hasil
modifikasi stuktur testosterone tanpa atom C19 atau derivate 19-nontestosteron.
Sintesis Dan Sekresi
Progesterone di sekresi oleh ovariumbterutama dari korpus luteum selama fase
pertengahan kedua siklus menstruasi. Sekresi di mulai tempat sebelum ovulasi kecuali ovarium,
hormone ini juga sintetis di testis, kortek adrenal dan placenta. Kecepatan sekresinya mulai dari
beberapa mg sehari selama fase folikuler dan meningkatbsampai 10-20 mg pada fase luteal,
mencapai beberapa ratus mg pda masa akhir kehamilan.

Fisiologi Dan Khasiat Farmakologi


SALURAN REPRODUKSI. Progesterone pada fase luteal akan mengendalikan efek plolifirasi
estrogen pada endometrium dan terjadi fase sekretoris. Hormone ini menyebabkan secret
kelenjar endoserviks lebih kental dan lebih sedikit hal ini dapat mempersulit penetrasi sperma.
Kecuali pematangan vagina akan berubah seperti pada kehamilan dan keadaan ini dapat di
ketahui dengan pemeriksaan sitologi hapus vagina.
KELENJAR MAMAE. Selama fase kehamila dan fase luteal siklus haid, progesterone dan
estrogen menyebabkan plorifirasi asini kelenjar mamae. Pada fase folikuler aktivitas mitosis
efitel kelenjar berlangsung sangat lambat dan mencapai puncak fase luteal.
SUSUNAN SARAF PUSAT. Suhu tubuh wanita selama suatu siklus haid akan meningkat 1 0F pada
pertengahan siklus, hal ini di hubungkan di waktu dimana terjadi ovulasi. Kenaikan suhu ini di
sebabkan oleh progresteron dan berlangsung sampai terjadi perdarahan haid. Progesteron
menyebabkan rasa kantuk mungkin karena efek depresan dan hipnosis pada SSP.
EFEK METABOLIK. Progesteron dapat meningkatkan insulin bersal atau setelah makan
karbohidrat, tetapi tidak menyebabkan perubahan toleransi glukosa, kecuali penggunaan
jangka panjang progestin yang poten. Hormon ini dapat merangsang aktivitas enzim lipoprotein
lifase dan nampaknya menambah deposit lemak.
MEKANISME KERJA. Di dalam gen progesteron hanya mempunyai reseptor tunggal ( PR ) yang
memproduksi dua isofrom, PR-A dan PR-B. keduanya mempunyai ligand-binding domain yang
identik, tidak berbeda seperti yang dimiliki isofrom ER. Pada keadaan tanpa ligand, PR berbeda
di inti dalam bentuk monomerik terikat inaktif dengan heat-s hock protein, apabila telah terikat
progesteron terlepas dan reseptor meprofolifase dan kemudian membentuk dimer yang terikat
dengan selektif tinggi PREs pada gen target.

FARMAKOKINETIK
Progesteron oral akan mengalami metebolisme lintas pertama di hepar, karenanya
bioavailabilitas oralnya rendah dan lebih banyak di gunakan IM atau suppositoria vaginal atau
diberikan bersama alat kontrasepsi dalam rahim. Derivat progestin asetat dapat diberikan oral
karena metabolisme hepar lebih sedikit dari progesteron alami, masa kerja lebih panjang, 7-24
jam karenanya cukup diberikan 1 x sehari.
INDIKASI
Kontrasepsi lihat di sub kontrasepsi, wanita pascamenopause, kombinasi dengan
estrogen, abortus iminens, ancaman lahir prematur, kanker endometrium, pendarahan
fungsional endometrium. Derivat progestin lebih digunakan untuk terapi paliatif karsinima
endometrium yang telah bermetatasis, megestrol asetat sebagai terapi ini kedua untuk
karsinoma mamae.
PREPARAT
Jenis preparat untuk kontrasepsi hormonal tablet noretisteron 5 mg. MPA 5 mg.
allilestenol 5 mg.
ANTIPROGESTIN
Antiprogestin baru dikenal sekitar 1981an, yang sebelumnya dikenal sebagai antagonis
glukokortikoid / RU486. Preparat ini berbeda di beberapa Negara dengan indikasi terminasi
kehamilan dan pada tahun 2000 FDA menyetujui penggunaan di USA.

KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi adalah tindakan untuk mencegah konsepsi atau mencegah kehamilan.
Dikenal berbagai cara yang dapat mencegah konsepsi, penggunaan kondom pada pria atau alat
kontrasepsi dalam rahim, tindakan sterilisasi, atau penggunaan kontrasepsi hormonal. Cara
terakhir.
JENIS KONTRASEPSI HORMONAL
Sampai sekarang baru dikenal kontrasepsi hormonal ( KH ) wanita. Untuk pria belum ada
yang dapat diterima oleh pria. Dalam hal KH, kecuali harus efektif dan relative aman, juga harus
mudah digunakan dan di terimabaik oleh pria maupun wanita.
Dikenal 3 cara pemberian KH wanita:
1. Oral.
2. Suntikan.
3. Implant subkutan.s

E. ANDROGEN
KIMIA DAN BIOSINTETIS
Andrigen adalah hormon steroid yang rumus kimianya yang berciri 19 atom C dengan inti
steroid. Di samping antrogen terdapat pula prekursor androgen yang di sebut juga proan
drogen.kadar testosteron dalam plasma relatif tinggi pada masa 3 kefidupan laki-laki, yaitu
pada tahap enbrio ketika sedang deferensiasi fenotif, mulai usia 6 bulan sampai pubertas
kadarnya < 50 ng/ Dl
FAAL DAN FARMAKODINAMIK
Fungsi antrogen tergantung periode kehidupan laki-laki. Pada masa embrional (12-18
minggu) fungsinya ialah pembentukan penotif laki laki pada masa noenatus di duga fungsinya
ialah organisasi dan penandaan susunan saraf pusat dalam hal tingkah laku dan fungsi seksual
laki laki pada pubertas fungsinya adalah menggubah laki-laki menjadi dewasa baik dalam
pertumbuhan dan perkembangan tulang dan rangka.
MEKANISME KERJA
Testosteron bebas dari plasm ayang masuk ke sel target dengan cara difusi, tergantung
jaringan dan fungsi sel yang di masukan testosteron yang dapat di masiukan langsung sebagai
endrogen melalui ikatan dengan reseptor androgenatau berubah dahulu menjadi DHT
kemudian akan berikatan dengan reseptor androgen yang sama dengan anfinitas yang lebih
tinggi.

FARMAKOKINETIK
Testosteron dalam pelarutan minyak yang di suntikan diabsorsi lebih cepat sehingga
efeknya lemah, testosteron dalam bentuk ester kurang polar di bandingkam betuk bebasnya
sehingga dalam larutan miyak suntikan intramuskular akan di absorsi lebih lambat dan masa
kerjanya akanlebih panjang.
SEDIAAN DAN INDIKASI
Sediaan androgen yang di gunakan dalam klinik untuk efek androgen dapat di lihat di tabel
sedangkan pada tabel 30-2 dapat diliat sedianya untuk efek anaboliknya dan di sebut anaroid
anabolik, efek anabolik dari efek androgen ternyata tidak berhasil pada manusia efek samping
androgen ternyata tetap meyertai efek anabolik yang di tuju
TERAPISUBTITUSI dosis yang di perlukan paling sedikit setara 10 mg testosteron ini bisa
didapat misalnya pemberian testosteron propionat 25 mg tiga kali seminggu bentuk ester kerja
panjang spionat atau anatat dapat diberikan tiap 2-3 minggu sebesar 200mg
EDEMA ANGIONNEUROTIK HEREDITER steroid 17 allkil efektif untuk penggobatan edema ,
aktivitas hal ini sama dengan untuk perempuan dan laki laki steroid 17 alkil meningkatkan
kadar plasma glikoprotein yang di sentesi di hepar termasuk beberapa faktor pembekuan dan
inhibitor implemen
EFEK SAMPING steroid 17 alkil terhadap fungsi hepar steroid bersifat androgen lemah misalnya
danazol tidak kalah kuatnya di bamdimh androgen
OSTEOPOROSIS androgen haya bermangfaat untuk osteoporosis yang di sebabkan oleh
defisiensi androgen kegunaan pada osteoporosis jenis lain belum tebukti pada perempuan
kegunaan di kalahkan oleh estrogen sebab androgen terbukti tidak bermangfaat dari pada
entrogen sedangkan efek masulinisasi menggangu
INFERTILITAS pada infertilitas akibat hipogonadisme sekunder di perlukan gonadotropin untuk
merangsang dan mempertahankan spermatogenesis testosteron di gunaskan untuk terapi
infertilitas yang di sebabkan oleh oligossperma idiopatik sediaan depot (testosteron enantat
atau sipionat 200 mg) di suntikan IM sekali seminggu selama 12-20 minggu. Keberhasilan
bervariasi tetapi tidak melebihi 40% beberama kelemahan terapi ini ialah : (1) masa terapi
panjang dan hasilnya baru terlihat 3-4 bulan setelah yterapi di hentikan; (2) perbaikan produksi
sperma hanya bertahan selama 2-3 bulan; dan (3) ada kemungkinan terjadi depresi
spermatogenesis yang menetap
KELAINAN GINEKOLOGIS androgen dahulu di gunakan untuk kelainan ginekologis misalnya
pendarahan uterus, dismenore dan menopause, tetapi saat ini pilihan jatuh pada estrogen dan
atau progestin androgen tidak di anjurkan untuk menghentikan pendarahan uterus yang di
sebabkan oleh pemberian estrogen.
EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT
MASKULINISASI pada perempuan semua sediaan androgen berefek maskulinisasi gejala dini
ialah pertumbuhan kumis ,akne,merendahnya nada suara gangguan menstruasi akan terjadi
bila sekresi gonadotropin terhambat.gejala-gejala ini dapat hilang bila penggunaan androgen
segera dihentikan.
FEMINISASI efek samping ginekomastia cenderung terjadi pada laki- laki ,terutama yang ada
gangguan hepar hal ini mungkin berhubungan dengan aromatisasi androgen menjadi
estrogen ,sebab pemberian esters testosteren meningkatkan kadar estrogen plasma pada
laki–laki diketahui bahwa enzim aromatisasi efek samping ini tidak terjadi pada penggunaan
steroid yang di reduksi pada posisi 5 misalnya oksandrolon
PENGHAMBATAN SPERMATOGENESIS androgen di perlukan untuk spermatogenesis, tetapi
penggunaan androgen dosis rendah jangka panjang justru dapat menghambat
spermatogenesis androgen dosis tersebut cukup untuk menghambat sekresi LH,FSH dan
testosteron endogen sehingga kadar testosrteron di dalam testis tidak cukup untuk
berlangsungnya spermatogenesis normal hal ini terjadi karena aromatisasi testosteron menjadi
estrogen, penghambat kuat sekresi gonatropin androgen dosis tinggi juga menghambat sekresi
testosteron endogen tetapi kadar plasma yang di capai jauh di atas normal ( dengan segala
konsekuensi efek samping), jadi kadar testosteron dalam testis cukup untuk spermatogenesis.
HIPERPLASIA PROSTAT pada lakii-laki usia lanjut androgen dapat merangsang pembesaran
prostat karena hiper plasia ; hal ini meyebabkan obstruksi. Juga kemungkinan munculnya
kanker prostat yang mungkin yang tadinya tida terdeteksi karena itu perlu perhatian khusus
bila di gunakan pada laki-laki usia lanjut.
GANGGUAN PERTUMBUHAN hati hati memberikan androgen pada anak prapubertas, sebab
dapat terjadi pubertas prekoks . jangan memberikan anabolik steroid untuk merangsang
pertuumbuhan anak yang meskipun berbadan kecil tetapi normal dan sehat. Pemberian untuk
gangguan pertumbuhan tertentu harus di lakukan ioleh hormon anak karena biasanya bukan
hanya nadrogen yang di perlukan androgen mempercepat penutupan epifisis sehingga
mungkin anak tiodak akan mencapai tinggi badan yang seharusnya beratnya efeksamping ini
tergantung dari usia tulang, obat uang di pakai, dosis dan lama terapi. Efek samping ini dapat
bertahan kurang lebih 6 bulan meskipun pemberian androgen telah di hentikan. Pada laki-laki
dengan hopogonadisme, terapi androgen pada walnya dapat menimbulkan priappusmus,
efeksamping ini akan hilang walaupun terapi di teruskan.
EDEMA pada dosis terapi untuk hipogonadisme retensi cairan biasanya tidak sampai
menimbulkan edema. Pemberian androgen dodis besar misalnya pada penggobatan
neoplasma menimbulkan edema yang di sebabkan oleh retensi Air dan elktrolit. Hal ini harus di
pertimbangkan sewaktu memberikan androgen pada pasien gaqgal jatung, penyakit ginjal,
sirosis hepatis dan hipoprotenemia.
IKTERUS metil testosteron merupakan androgen yang pertama di ketahuai dapat menimbulkan
hepatitis kolestatik. Ikterus jarang terjadi dan reversibel bila obat dihentikan .bila timbul ikterus
hal itu disebabkan stasis empedu dalam kapiler bilier tanpa kerusakan sel .kemudian oleh 17-
alkil steroid. Testosteron dan ester testosteron tidak menimbulkan efek samping ini, karena itu
ester testosteron lebih sering digunakan dalam klinik. Efek samping ikterus berhubungan
dengan dosis dan muncul 2-5 bulan setelah muali teraphy.karena itu steroid 17-alkil dipakai
hanya untuk jangka pendek 3-4 minggu,disusul masa istirahat yang sama lamanya.
HIPERKALSEMIA Hiperkalsemia dapat timbul pada perempuan pasien karsinoma payudara
yang diobati dengan androgen .pada keadaan ini terapi androgen harus dihentikan dan diberi
cairan yang cukup ( hidrasi ) serta diberi pengobatan terhadap hiperkalsemia.
INTERAKSI OBAT 17-alkil androgen meningkatkan efek anti koagulan oral (kumarin dan
indandion) sehingga perlu penurunan dosis antikoagulan untuk mencegah terjadinya
pendarahan .metandrostenolon menurunkan metabolisme oksifenbutason sehingga efeknya
menjadi lebih panjang ,lebih kuat, dan sulit diduga.karena itu dianjurkan untuk tidak memakai
kedua obat ini bersamaan .metandrostenolon juga meningkatkan efektivitas dan efek toksi
kortikosteroid.anabolik steroid dapat menurunkan kadar gula darah pasien diabetes melitus,
sehingga kebutuhan akan obat antidiabetik menurun .lagi pula anabolik steroid menghambat
metabolisme antidiabetik oral. Androgen menurunkan tiroksin binding globulin (TBG) plasma,
sedangkan tiroid hormon bebas (T3 & T4) tetap normal .
ANTIANDROGEN Antriandogen ialah zat yang menghambat sintesis ,sekresi atau kerja
androgen.tujuan peneliyian tentang obat yang bersifat antiandrogen pertama-tama untuk
pengobatan karsinoma prostat atau keadaan lain yang berhubungan dengan kadar testosteren
yang berlebihan baik pada laki-laki maupun perempuan dan anak-anak.Estrogen merupakan
antiandrogen alami.efek estrogen pada jaringan target berlawanan dengan efek androgen
.selain itu estrogen juga merupakan penghambat sekresi testosteren .Progesteron merupakan
antiandrogen lemah beberapa derivat progesteron dengan gugus 1,2-metilene misalnya
siproteron asetan yang merupakan antiandrogen yang paling kuat .siproteron asetat juga
memiliki sifat progestogenik dan menghambat sekresi gonadotropin.obat ini merupakan
penghambatkompetitif androgen di samping menghambat produksi testosteron .pemberian
200 mg siproteron asetat selama 10-14 hari pada laki-laki menurunkan libido yang
berlebihan.efeknya terhadap libido ini menyebabkan siproteron asetat tidak mungkin
digunakan sebagai kontrasepsi laki-laki .selain itu hasil penelitian menunjukan bahwa
efektivitas siproteron sebagai kontresepsi laki-laki tidak konsisten .efek lain yang mengganggu
ialah ginekomastia . siproteron efektif untuk terapi pubertas prekoks ,tetapi ternyata efek
samping sampingnya berat yaitu menghambat efek anabolik androgen dan pertumbuhan
anak .siproteron juga efektif untuk hirsutisme berat dikombinasikan dengan estrogen.flutamid
ialah suatu abtiandrogen yang bukan steroid sehingga tidak memperlihatkan aktivitas
hormon.kerjanya mungkin melalui perubahan invivo menjadi 2-hiroksiflutamid dan
mengakibatkan regresi organ-organ yang dipengaruhi testosteron misalnya fosfat dan vesikula
seminalis.karena mekanisme umpan balik testoteron plasma ,kenaikan testosteron plasma ini
dapat menjadi pembatas efek flutamid paling bermanfaat untuk menghambat androgen
andrenal pasien yang dapat.
6) Kegiatan Belajar 6
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1) Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon pertumbuhan
: gigantism, akromegali
b. Uraian Materi
Hormon Pertumbuhan (GH) juga disebut sebagai hormone somatotropik atau
somatotropin. Terdiri atas 191 molekul asam amino. Hormone ini menyebabkan pertumbuhan
seluruh jaringan tubh yang memang mampu untuk bertumbuh. Hormon Pertumbuhan (GH)
menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya
jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel seperti sel-sel pertumbuhan tulang
dan sel-sel otot awal.
Efek metabolic Hormon Pertumbuhan (GH)
1. Peningkatan kecepatan sintesis protein di seluruh sel tubuh (penyimpanan protein
meningkat)
Proses yang terjadi antara lain:
1. Bertambahnya peningkatan asam amino yang melewati membrane sel sehingga
sintesis protein meningkat.
2. Hormon Pertumbuhan (GH) meningkatkan translasi RNA pada ribosom sehingga
sintesis protein meningkat
3. Hormon Pertumbuhan (GH) meningkatkan transkripsi DNA dan bila terdapat cukup
vitamin, energy maka pertumbuhan akan cepat berlangsung juga
4. Hormon Pertumbuhan (GH) menurunkan pemecahan protein sel, sehingga akan
tertimbun banyak sekali protein
Keempat proses ini sangat berpengaruh dan tampak terutama pada pertumbuhan struktur
rangka. Jumlah protein yang banyak pada sel tulang menyebabkan Pertumbuhan pada tulang,
meningkatkan reproduksi pada sel-sel tulang tersebut dan menyebabkan timbunan khusus
tulang yang baru. Hormon Pertumbuhan (GH) merangsang osteoblas pada tulang sehingga
dapat terus membesar sepanjang usia terutama pada tulang membranosa. Dan menyebabkan
ketebalan tulang semakin meningkat.
Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adipose, meningkatkan asam lemak bebas
dalam darah, meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energy (penggunaan cadangan
lemak ↑)
Hormon Pertumbuhan (GH) menyebabkan asam lemak membentuk Asetil Ko-A yang
menghambat timbulnya proses pemecahan glukosa (glukolitik) sehingga glukosa ketika masuk
dalam sel akan tertimbun dan menyebabkan kadar glukosa yang tinggi yakni “ diabetes
hipofisis”. Diabetes ini adalah diabetes yang tidak peka terhadap insulin, sehingga dibutuhkan
insulin yang amat banyak untuk menurunkan sedikit kadar gula darah saja.
Insulin dihasilkan dari sel beta di plau-pulau langerhans pancreas. Karena sekresi yang
berlebihan menyebabkan sel beta “burn out” dan mengalami kematian sel. Hal ini
memperparah gejala diabet timbul diabetes mellitus.
Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa di seluruh tubuh (menghemat karbondioksida)

1. Gigantisme
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar
yang diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan.
Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi dewasa.
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar
diatas normal yang disebabkan oleh sekresi Growth Hormone (GH) berlebihan dan terjadi
sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis. (Corwin, 2007)
2. Akromegali
Akromegali adalah suatu penyakit poliferasi jaringan penyambung, dijumpai pada individu
dewasa dengan kelebihan GH. Akromegali adalah pertumbuhan atau penebalan tulang-tulang
dan jaringan lunak akibat dari hipersekresi GH yang terjadi setelah pertumbuhan somatic
selesai. Penderita akromegali memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki. Karena
pertumbuhan tulang panjang berhenti pada individu dewasa, kelebihan GH tidak dapat
menyebabkan pertumbuhan skelet. Akromegali berkaitan dengan pertumbuhan kartilago
tangan, kaki, hidung, rahang, dagu, dan tulang wajah. Poliferasi jaringan penyambung di organ
internal, termasuk jantung, juga terjadi. (Corwin,2007)
2.2 Etiologi
Penyebab dari gigantisme dan akromegali dibagi menjadi:
1. GA (Gigantisme-Akromegali) Primer = GA Hipofisik (sebab: adenoma hipofisi)
2. GA (Gigantisme-Akromegali) Sekunder = GA Hipotalamik (karena hipersekresi GRH dari
hipotalamus)
3. GA (Gigantisme-Akromegali) Tersier = meskipun sangat jarang <1 %,GA tipe ini dapat
disebabkan oleh karena tumor-tumor etopik(tumor paru, pankreas, dan lain-lain yang
mengsekresi hormon yang mirip dengan GHRH.
4. GA (Gigantisme-Akromegali) Variasi
Tumor hipofisi dapat dibagi dalam 3 golongan:
1. Tumor Kromofob (80 %) merupakan adenoma hipofisi yang paling sering. Adenoma ini
dapat sangat besar sehingga menekan chiasma opticus, hipotalamus dan saraf yang
memelihara otot ekstra okular.
2. Tumor Asidofil (15 %) tumbuh lambat dan biasanya berkapsul.
3. Tumor Basofil (5 %). Biasanya kecil ukurannya dan tidak sampai menyebabkan gejala
lokal.

2.3 Manifestasi Klinis


Berikut adalah bagan manifestasi klinis dari gigantisme dan akromegali.

Akromegali Gigantisme
- Bertubuh tinggi
Fitur wajah yang kasar -
Pertumbuhan tangan dan kaki yang Pertumbuhan tangan dan kaki yang
berlebihan berlebihan
Jari-jari tangan dan kaki menebal Jari-jari tangan dan kaki menebal
Lidah menebal Lidah menebal
Mandibula tumbuh berlebihan -
Gigi menjadi terpisah-pisah -
Penurunan libido -
Penurunan ketajaman penglihatan -
Perubahan pada bentuk wajah -
Jaringan lunak menebal (limpa, jantung,-
hepar, lidah)
Suara terdengar dalam dan bergaung -
Terjadi pada dewasa (cartilago epifise Terjadi pada bayi-usia pubertas (cartilago
sudah tertutup) epifise belum menutup)
Perbesaran terjadi hanya beberapa organ Perbesaran terjadi diselurruh tubuh
saja

2.4 Mekanisme
Mekanisme gigantisme dan akromegali menurut Guyton, 2002 :
Gigantisme
Kadang-kadang sel-sel penghasil hormon pertumbuhan hipofisis anterior menjadi aktif
berlebihan, dan kadang-kadang terdapat tumor sel hormon pertmbuhan sel asidofilik pada
kelenjar ini. Sebagai akibatnya, dihasilkan hormon pertumbuhan dalam jumlah besar. Semua
jaringan tubuh tumbuh cepat, termasuk tulang dan bila epifisis tulang panjang belum bersatu
dengan batang tulang, tinggi badan bertambah sehingga orang tersebut menjadi seperti
raksasa dengan tinggi sebesar 8-9 kaki. Jadi, gigantisme akan terjadi jika tumor timbul sebelum
pubertas.
Sayangnya sebagian besar gigantisme akhirnya menderita hipopituitarisme bila mereka tetap
tidak di obati karena tumor kelenjar hipofisis tumbuh sampai sel kelenjar itu sendiri rusak.
Defisiensi umum hormon hipofisis ini bila tak d obati biasanya menyebabkan kematian pada
permulaan masa dewasa. Tetapi sekali gigantisme didiagnosis, biasanya perkembangan
selanjutnya dapat dihambat dengan pembuangan tumor dari kelenjar hipofisis dengan bedah
mikro atau radiasi kelenjar.

Akromegali
Bila tumor sel hormon pertumbuhan terjadi setelah pubertas yaitu setelah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang, orang tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi, tetapi
jaringan lunakkya dapat terus tumbuh, dan tulang dapat tumbuh menebal. Keadaan ini di kenal
dengan akromegali. Pembesaran khususnya nyata pada tulang tulang kecil tangan dan kaki
serta pada tulang tulang memnbranosa, rahang bawah dan bagian bagian vertebra, karena
pertumbuhannya tidak berhenti pada pubertas. Akibatnya rahang menonjol ke depan, kadang
kadang sebesar 0,5 inci, dahi miring ke depan karena pertumbuhan samping supraorbital yang
berlebihan, hidung bertambah besar sampai mencapai 2 kali ukuran normal, kaki memerlukan
sepatu ukuran lebih besar dari pada keadaan normal. Dan jari jari menjadi sangat tebal
sehingga ukuran tangan hampir 2 kali normal. Selain efek efek ini perubahan pada vertebra,
biasanya menyebabkan punggung bungkuk. Akhirnya, banyak organ jaringan lunak seperti
lidah, hati, dan khususnya ginjal menjadi sangat besar.

2.5 Penatalaksanaan
1. Gigantisme
Tujuan pengobatan adalah:
1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran
tumor.
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan melakukan pembedahan
pada batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid
Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan
melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2. Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi
tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala
aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
1) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)
2) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000
RAD)
1. Terapi medikamentosa
Pada orang normal dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada
pasien akromegali. Pada akromegali dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh dopamine:
1) Brokriptin
2) Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala
2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
a) Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
b) Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan,
nausea, konstipasi, dll.
3) Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan
setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai.
a) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
b) Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
c) Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/di daerah suntikan dan
kram perut.

2. Akromegali
Terapi kelebihan GH biasanya adalah eksisi tumor penyekresi GH pembedahan. Terapi yang
paling tepat untuk kelebihan hormon pertumbuhan tak lain adalah pengangkatan tumor pada
hipofisis sedini mungkin untuk mencegah efek negative darinya. Ada dua macam pembedahan
tergantung daribesarnya tumor:
1. Bedah makro: pembedahan batok kepala (TC atautrans kranial)
2. Bedah mikro: pembedahan melalui sudut celahinfraorbital dan jembatan hidung antara
kedua mata (TESH: Trans Et hmoid sphenoid hy popy sectomy).
Sasaran pengobatan akromegali adalah mengendalikan pertumbuhan/menormalkan sekresi
GH dan mengangkat massa tumor. Sasaran biokimiawi: IGF-1 normal dan kadar GH < 1 ng/ml
setelah beban glukosa. 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah dan
radiasi.
a. Pengobatan Medis
Pengobatan medis/farmakologis sangat pesat akhir-akhir ini. Tujuan pengobatan medis adalah
menghilangkan keluhan/gejala efek lokal dari tumor dan/atau kelebihan GH/IGF-1. Untuk itu
sasaran pengobatan adalah kadar GH < 2 ng/ml pada pemeriksaan setelah pebebanan dengan
glukosa (< 1 mcg / l dengan cara IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal. Pengobatan
medis utama adalah dengan analog somatostatin dan analog dopamin. Oleh karena
somatostatin, penghambat sekresi GH, mempunyai waktu paruh pendek maka yang digunakan
adalah analog kerja panjang yang dapat diberikan 1 kali sebulan.
Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja pada reseptor somatostatin sub tipe II
dan V dan menghambat sekresi GH. Pengobatan dengan octreotide dapat menurunkan kadar
GH sampai < 5 ng/ml pada 50% pasien dan menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien
akromegali. Lanreotide, suatu analog somatostatin “sustained-release” yang dapat diberikan
satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk pengobatan akromegali.Bromokriptin
merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak digunakan dalam menekan kadar GH /IGF-
mbalikan kadar hormone ke normal,memulihkan fertilitas,dan memperkecil tumor.
Somatostatin (Sandostatin) juga berhasil memperbaiki akromegali karena bisa menekan
pengeluaran hormone pertumbuhan.Obat ini diberikan subkutan 3-4 kali sehari.
b. Pembedahan
Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan pilihan dan dapat
menyembuhkan. Laws dkk. (2000) Laws dkk. (2000) melaporkan hasil terapi pembedahan
transsphenoid pada 86 pasien akromegali : IGF-1 mencapai normal pada 67%, kadar GH dapat
disupresi sampai < 1 ng/ml oleh beban glukosa pada 52%. Walaupun pembedahan tidak dapat
menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun terapi perbedahan disepakati sebagai terapi lini
pertama. Pada pasien-pasien dengan gejala sisa setelah pembedahan dapat diberikan
pengobatan penunjang (medis dan radiasi). Hipofisektomi transsfenoid akan segera
menghilangkan keluhan-keluhan akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan/
menormalkan kadar GH/IGF-1. Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan
keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi mencapai 80–85% pada mikroadenoma dan 50–65%
pada makroadenomia. Pembedahan hipofisis transsphenoid berhasil pada 80 – 90% pasien
dengan tumor < 2 cm dan kadar GH < 50 ng/ml.
c. Radiasi
Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi diperlukan waktu bertahun-
tahun. Terapi radiasi konvensional saja menghasilkan remisi sekitar 40% setelah 2 tahun dan
75% setelah 5 tahun terapi, namun disertai efek negatif berupa panhipopituitarisme.Di
samping itu studi Ariel dkk (1997) pada 140 pasien akromegali mendapatkan terapi radiasi
tidak dapat menormalkan kadar IGF-1 walaupun kadar GH sudah dapat dikontrol. Oleh karena
kekurangannya tersebut, terapi radiasi hanya diberikan sebagai terapi penunjang untuk tumor
besar dan invasif dan apabila terdapat kontraindikasi operasi.
7) Kegiatan Belajar 7
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon thyroid
;hipertiroiditis/goiter dan graves disease,hypotiroid
b. Uraian Materi
GRAVE’S DISEASE
1. Definisi
Penyakit Graves merupakan gangguan autoimun yang mengarah ke overactivity dari kelenjar
tiroid ( hipertiroidisme ).
Penyakit Graves merupakan penyakit kelenjar tiroid yang sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari. Penyebab penyakit Graves (goiter difusa toksika) tersering hipertiroidisme
adalah suatu penyakit otonium yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki
kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki gejala-gejala khas dari
tirotoksikosis (hipersekresi kelenjar tiroid/ hipertiroidisme) dan gejala tambahan khusus yaitu
pembesaran kelenjar tiroid/struma (hipertrofi dan hiperplasia difus), oftamopati (eksoftalmus/
mata menonjol) dan kadang-kadang dengan dermopati. Selain penyakit Graves, yang
merupakan penyebab paling sering, penyebab lain tirotoksikosis ialah struma multinodosa
toksik, adenoma toksik, tiroiditis, dan pemberian obat-obatan.
B. Manifestasi Klinis
Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal yang keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang
berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila
panas, kulit lembab, berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi,
takikardi, diare dan kelemahan serta atrofi otot. Penyakit Graves umumnya ditandai dengan
pembesaran kelenjar tiroid/ struma difus, disertai tanda dan gejala tirotoksikosis dan seringkali
juga disertai oftalmopati (terutama eksoftalmus) dan kadang-kadang dengan dermopati.
Manifestasi kardiovaskular pada tirotoksikosis merupakan gejala paling menonjol dan
merupakan karakteristik gejala dan tanda tirotoksikosis. Manifestasi kardiovaskular pada
tirotoksikosis merupakan gejala paling menonjol dan merupakan karakteristik gejala dan tanda
tirotoksikosis.
Gejala tirotoksikosis yang sering ditemukan:
 Hiperaktivitas, iritabilitas
 Palpitasi
 Tidak tahan panas dan keringat berlebih
 Mudah lelah
 Berat badan turun meskipun makan banyak
 Buang air besar lebih sering
 Oligomenore atau amenore dengan libido berkurang
Tanda tirotoksikosis yang sering ditemukan:
 Takikardi, fibrilasi atrial
 Tremor halus, refleks meningkat
 Kulit hangat dan basah
 Rambut rontok
Pada pasien dengan usia yang lebih tua, sering tanda dan gejala khas tersebut tidak muncul
akibat respons tubuh terhadap peningkatan hormon tiroid menurun. Gejala yang dominan
pada usia tua adalah penurunan berat badan, fibrilasi atrial, dan gagal jantung kongestif.
Oftalmopati pada penyakit Graves ditandai dengan adanya edema dan inflamasi otot-
otot ekstraokular dan meningkatnya jaringan ikat dan lemak orbita. Peningkatan volume
jaringan retrobulber memberikan kontribusi besar terhadap manifestasi klinis oftalmopati
Graves. Oftalmopati yang ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan mata
melotot, fissura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata
dalam mengikuti gerakan mata) dan kegagalan konvergensi.
Mekanisme kelainan mata pada penyakit Graves sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Tetapi mengingat hubungan yang erat antara penyakit Graves dengan oftalmopati, diduga
keduanya berasal dari respons autoimun terhadap satu atau lebih antigen di kelenjar tiroid
atau orbita. Sebagian peneliti melaporkan bahwa reseptor TSH-lah yang menjadi antigen dari
respons autoimun keduanya. Tetapi sebagian yang lain melaporkan adanya antigen lain di
orbita yang berperan dalam mekanisme terjadinya oftalmopati, sehingga dikatakan bahwa
penyakit Graves dan oftalmopati Graves merupakan penyakit autoimun yang masing-masing
berdiri sendiri. Oleh karena itu kelainan mata pada penyakit Graves dapat timbul mendahului,
atau bersamaan, atau bahkan kemudian setelah penyakit Graves-nya membaik.
Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya
terbatas pada tungkai bawah. Gambaran klinik klasik dari penyakit graves antara lain adalah tri
tunggal hipertitoidisme, goiter difus dan eksoftalmus.

2. Penyebab
Penyakit Graves disebabkan oleh disfungsi sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
Kelenjar tiroid adalah organ penting dari endokrin sistem. Hal ini terletak di bagian depan leher
tepat di bawah kotak suara. Kelenjar ini melepaskan hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine
(T3), yang mengontrol tubuh metabolisme. Mengontrol metabolisme sangat penting untuk
mengatur suasana hati, berat badan, dan tingkat energi mental dan fisik.
Jika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon tiroid, kondisi ini disebut hipertiroidisme. (An
tiroid menyebabkan hipotiroidisme .)
Penyakit Graves adalah penyebab paling umum dari hipertiroid. Hal ini disebabkan oleh respon
sistem imun abnormal yang menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon
tiroid. Penyakit Graves paling sering terjadi pada wanita di atas usia 20. Namun, gangguan
dapat terjadi pada usia berapa pun dan dapat mempengaruhi laki-laki juga.
3. Gejala dan diagnosis
Pemeriksaan fisik menunjukkan peningkatan denyut jantung. Pemeriksaan leher dapat
menunjukkan bahwa kelenjar tiroid membesar (gondok).
Gejala lain yaitu :
 Kegelisahan
 Pembesaran payudara pada pria (mungkin)
 Kesulitan berkonsentrasi
 Penglihatan ganda
 Bola mata yang menonjol ( exophthalmos )
 Iritasi mata dan merobek
 Kelelahan
 Sering buang air besar
 Gondok (mungkin)
 Intoleransi panas
 Peningkatan nafsu makan
 Peningkatan berkeringat
 Insomnia
 Periode menstruasi tidak teratur pada wanita
 Kelemahan otot
 Gugup
 Denyut jantung cepat dan tidak teratur ( palpitasi atau aritmia)
 Sesak napas saat aktivitas
 Gemetar
 Penurunan berat badan (jarang)
 Mudah marah
 Disfungsi ereksi atau penurunan libido
 Diare
Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosa yaitu : Tes darah untuk
mengukur kadar TSH, T3, T4 dan bebas, Serapan yodium radioaktif.
Penyakit ini juga dapat mempengaruhi hasil tes berikut:
1) Orbit CT scan atau USG
2) Thyroid stimulating immunoglobulin ( TSI )
3) Tiroid peroksidase (TPO) antibodi
4) Antibodi reseptor TSH Anti-

C. Diagnosa Pemeriksaan Laboratotrium


Untuk dapat memahami hasil-hasil laboratorium pada penyakit Graves dan
hipertiroidisme umumnya, perlu mengetahui mekanisme umpan balik pada hubungan (axis)
antara kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid. Dalam keadaan normal, kadar hormon tiroid
perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin (T-3) berada dalam keseimbangan dengan
thyrotropin stimulating hormone (TSH). Artinya, bila T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH
akan meningkat dan sebaliknya ketika kadar hormon tiroid tinggi, maka produksi TSH akan
menurun.
Kelainan laboratorium pada keadaan hipertiroidisme dapat dilihat pada skema
dibawah ini:

Autoantibodi tiroid , TgAb dan TPO Ab dapat dijumpai baik pada penyakit Graves maupun
tiroiditis Hashimoto , namun TSH-R Ab (stim) lebih spesifik pada penyakit Graves. Pemeriksaan
ini berguna pada pasien dalam keadaan apathetic hyperthyroid atau pada eksoftamos
unilateral tanpa tanda-tanda klinis dan laboratorium yang jelas. Untuk dapat memahami hasil-
hasil laboratorium pada penyakit Graves dan hipertiroidisme umumnya, perlu mengetahui
mekanisme umpan balik pada hubungan (axis) antara kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid.
Dalam keadaan normal, kadar hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin
(T-3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin stimulating hormone (TSH). Artinya, bila
T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya ketika kadar hormon
tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun.
Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel folikel
tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus menerus, sehingga
kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang tinggi ini menekan produksi TSH
di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak
terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif
terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat
mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati 0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik, dapat
diperiksa kadar T-4 bebas (free T-4/FT-4).

D. Pemeriksaan Penunjang lain


Pemeriksaan penunjang lain seperti pencitraan (scan dan USG tiroid) untuk
menegakkan diagnosis penyakit Graves jarang diperlukan, kecuali scan tiroid pada tes supresi
tiroksin.

E. Diagnosa Banding
Penyakit Graves dapat terjadi tanpa gejala dan tanda yang khas sehingga diagnosis
kadang-kadang sulit didiagnosis. Atrofi otot yang jelas dapat ditemukan pada miopati akibat
penyakit Graves, namun harus dibedakan dengan kelainan neurologik primer. Pada sindrom
yang dikenal dengan “ familial dysalbuminemic hyperthyroxinemia “ dapat ditemukan protein
yang menyerupai albumin (albumin-like protein) didalam serum yang dapat berikatan dengan
T4 tetapi tidak dengan T3. Keadaan ini akan menyebabkan peningkatan kadar T4 serum dan
FT4I, tetapi free T4, T3 dan TSH normal. Disamping tidak ditemukan adanya gambaran klinis
hipertiroidisme, kadar T3 dan TSH serum yang normal pada sindrom ini dapat membedakannya
dengan penyakit Graves.Thyrotoxic periodic paralysis yang biasa ditemukan pada penderita
laki-laki etnik Asia dapat terjadi secara tiba-tiba berupa paralysis flaksid disertai hipokalemi.
Paralisis biasanya membaik secara spontan dan dapat dicegah dengan pemberian
suplementasi kalium dan beta bloker. Keadaan ini dapat disembuhkan dengan pengobatan
tirotoksikosis yang adekuat. Penderita dengan penyakit jantung tiroid terutama ditandai
dengan gejala-gejala kelainan jantung, dapat berupa :
 Atrial fibrilasi yang tidak sensitif dengan pemberian digoksin.
 High-output heart failure
Sekitar 50% pasien tidak mempunyai latar belakang penyakit jantung sebelumnya, dan
gangguan fungsi jantung ini dapat diperbaiki dengan pengobatan terhadap
tirotoksikosisnya. Pada penderita usia tua dapat ditemukan gejala-gejala berupa penurunan
berat badan, struma yang kecil, atrial fibrilaasi dan depresi yang berat, tanpa adanya gambaran
klinis dari manifestasi peningkatan aktivitas katekolamin yang jelas. Keadaan ini dikenal dengan
“apathetic hyperthyroidism”.
F. Gambar
ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
A. Anatomi
Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri dimana kedua lobus tersebut
dihubungkan oleh istmus. Kelenjar ini terdapat pada bagian inferior trakea dan beratnya
diperkirakan 15-20 gram. Lobus kanan bisasanya lebih besar dan lebih vascular dibandingkan
lobus kiri. Kelenjar ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram. Pada
keadaaan hipertiroid, aliran darah dapat meningkat sampai 1 liter/menit/gram sehingga dapat
didengar menggunakan stetoskop yang disebut bruit.Kelenjar tiroid mendapatkan persarafan
adrenergik dan kolinergik yang berasal dari ganglia servikal dan saraf vagus. Kedua system saraf
ini mempengaruhi aliran darah pada kelenjar tiroid yang akan mempengaruhi fungsi kelenjar
tiroid seperti TSH dan iodid.
Selain itu, serabut saraf adrenergik mencapai daerah folikel sehingga persarafan
adrenergik diduga mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid secara langsung. Folikel atau acini yang
berisi koloid merupakan unit fungsional kelenjar tiroid. Dinding folikel dilapisi oleh sel kuboid
yang merupakan sel tiroid dengan ukuran bervariasi tergantung dari tingkat stimulasi pada
kelenjar. Sel akan berbentuk kolumner bila dalam keadaaan aktif, dan berbentuk kuboid bila
dalam keadaan tidak aktif. Setiap 20-40 folikel dibatasi oleh jaringan ikat yang disebut septa
yang akan membentuk lobulus. Di sekitar folikel terdapat sel parafolikuler atau sel C yang
menghasilkan hormon kalsitonin. Di dalam lumen folikel, terdapat koloid dimana tiroglobulin
yang merupakan suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel tiroid yang akan disimpan.
Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam tubuh
dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu triiodothyronin (T3) dan
tetraiodohyronin (T4) atau tirosin. Iodin (I2) memilki berat atom sebesar 127 dan berat
molekulnya 254. T4 memilki berat molekul sebesar 777 Dalton yang 508 didalamya merupakan
iodida. Hormon tiroid sangat penting dalam perkembangan saraf normal, pertumbuhan tulang,
dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C berada di dekat sel folikuler yang
menghasilkan suatu hormon polipeptida, kalsitonin.

2. Fisiologi
Hormon tiroid adalah hormon amina yang disintesis dan dilepaaskan dari kelenjar
tiroid. Hormon ini dibentuk ketika satu atau dua molekul iodin disatukan dengan glikoprotein
besar yang disebut tiroglobulin, yang disintesis di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino
tirosin. Kompleks yang mengandung iodin ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian
menyatu untuk membentuk dua jenis TH yang bersirkulasi, disebut T3 dan T4. T3 dan T4
berbeda dalam jumlah total molekul iodin yang dikandungnya (3 untuk T3 dan 4 untuk T4).
Sebagian besar (90%) HT yang dilepaskan dalam aliran darah adalah T4, tetapi T3 secara
fisiologis lebih poten. Melalui hati dan ginjal, kebanyakan T4 diubah menjadi T3. T3 dan T4
dibawa kesel targetnya dalam darah yang berikatan dengan protein plasma, namun masuk
kesel sebagai hormon bebas. T3 dan T4 secara kolektif disebut sebagai TH.
Sel target untuk TH adalah hampir semua sel tubuh. Efek primer TH adalah
menstimulasi laju metabolisme semua sel target dengan meningkatkan metabolisme protein,
lemak dan kerbohidrat. TH juga tampak menstimulasi kecepatan pompa natrium-kalium disel
targetnya. Kedua fungsi bertujuan meningkatkan penggunaan energi oleh sel sehingga
meningkatkan laju metabolisme basal (BMR), membakar kalori, meningkatkan panas oleh
setiap sel.
Hormon tiroid juga meningkatkan sensitivitas sel target terhadap katekolamin sehingga
meningkatkan frekuensi jantung dan meningkatkan keresponsifan emosi. TH meningkatkan
kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontaraksi otot rangka
sehingga sering menyebabkan tremor halus. TH sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
Ada 4 macam kontrol faal kelenjar tiroid :
 TRH (Thyrotrophin relasing hormon) : Hormon ini disintesa dan dibuat di hipotalamus. TRH
ini dikeluarkan lewat sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis.
 TSH (Thyroid Stimulating Hormone): Suatu glikoprotein yang terbentuk oleh sub unit (alfa
dan beta). Sub unit alfa sama seperti hormon glikoprotein (TSH, LH, FSH, dan human chronic
gonadotropin/hCG) dan penting untuk kerja hormon secara aktif. Tetapi sub unit beta adalah
khusus untuk setiap hormon. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor
dipermukaan sel tiroid TSH-receptor (TSH-r) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan
trapping, peningkatan yodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon
meningkat.
 Umpan balik sekresi hormon. Kedua ini merupakan efek umpan balik ditingkat hipofisis.
Khususnya hormon bebaslah yang berperan dan bukannya hormon yang terikat. T3 disamping
berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi
kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
 Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri. Gangguan yodinasi tirosin dengan pemberian
yodium banyak disebut fenomena Wolf-Chaikof escape, yang terjadi karena mengurangnya
afinitas trap yodium sehingga kadar intratiroid akan mengurang. Escape ini terganggu pada
penyakit tiroid autoimun.
Efek metabolik hormon tiroid adalah:
1) Kalorigenik.
2) Termoregulasi.
3) Metabolisme protein: Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik.
4) Metabolisme karbohidrat: Bersifat diabetogenik, karena resorpsi intestinal meningkat,
cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis pada dosis farmakologis
tinggi, dan degradasi insulin meningkat.
5) Metabolisme lipid: T4 mempercepat sintesis kolesterol,tetapi proses degradasi kolesterol dan
eksresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid, kadar
kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipotiroidisme kolesterol total, kolesterol ester dan
fosfolipid meningkat.
6) Vitamin A: Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan hormon tiroid.
7) Hormon ini penting untuk pertumbuhan saraf otak dan perifer, khususnya 3 tahun pertama
kehidupan.
8) Lain-lain : Pengaruh hormon tiroid yang meninggi menyebabkan tonus traktus gastrointestinal
meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare.
9) Efek pada perkembangan janin: Sistem TSH dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada janin
manusia di dalam 11 minggu.Sebagian T3 dan T4 maternal diinaktivasi pada plasenta. Dan
sangat sedikit hormon bebas mencapai sirkulasi janin. Dengan demikian, janin sebagian besar
tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri.
10) Efek pada konsumsi oksigen dan produksi panas, T3 meningkatkan konsumsi O2 dan produksi
panas sebagian melalui stimulasi Na+ K+ ATPase dalam semua jaringan kecuali otak, lien dan
testis. Hal ini berperan pada peningkatan percepatan metabolisme basal dan peningkatan
kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme
11) Efek Skeletal: Hormon tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang, meningkatkan
resorbsi tulang dan hingga tingkat yang lebih kecil pembentukan tulang.

II. VERTIGO
A. Pengertian
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap
pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337)
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid
bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam
darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat
terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin: 296).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam
darah. Gangguana ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hippofisis atau hipotalamus.
Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai
dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar
tiroid. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam kehamilan umunya disebabkan oleh
adenoma tunggal, Pengaruh kehamilan terhadap penyakit Kehamilan dapat membuat strua
tambah besar dan keluhan penderita tambah berat. Sejak mulai kehamilan terjadi perubahan-
perubahan pada fungsi kelenjar tiroid ibu, sedang pada janin kelenjar tiroid baru mulai
berfungsi pada umur kehamilan gestasi ke 12-16. TSH agaknya tidak dapat melalui barier
plasenta. Dengan demikian baik TSH ibu maupun TSH janin tidak saling mempengaruhi. Baik T4
maupun T3 dapat melewati plasenta dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga dapat
dianggap tidak saling mempengaruhi. Telah kita ketahui bahwa terdapat kehamilan dimana
kelenjar tiroid mengalami hiperfungsi yang ditandai dengan naiknya metabolisme basal sampai
15-25% dan kadang kala disertai pembesaran ringan. Keadaan ini adalah dalam batas-batas
normal.

B. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat
rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah
karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus
akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama
a. Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. ’’Solitary toxic adenoma’’
2. Penyebab Lain
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodarone

C. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat
dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang
sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme
kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek
TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang
halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan
yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon
tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya
bola mata terdesak keluar.

D. Manifestasi Klinik
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap
panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak taahan panas
9. Cepat lelah
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan xat dalam orbit mata.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan
diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
b. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
c. Bebas T4 (tiroksin)
d. Bebas T3 (triiodotironin)
e. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar
tiroid
f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
g. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.

F. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang
tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak
diobati, kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi.

G. Penatalaksaan Medis
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan
dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid. Digunakan dengan indikasi:
 Terapi untuk memperpaqjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien
muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikusis
 Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
 Persiapan tiroidektomi
 Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
 Pasien dengan krises tiroid
Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200
mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh spontan pada kehamilan tua
sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-obat tambahan sebaiknya tidak diberikan karena T4,
yang dapat melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak dal mencegah hipotiroidisme pada
bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedik:it sekali
yang keluar dari air susu ibu. Dosis ya; dipakai 100-150 mg tiap 8 jam: Setelah pasien eutiroid,
secara Minis dan laboratorim dosis diturunkan dan dipertahankan menjadi 2 x 50 mg/hari.
Kadar T4 dipertahank pada batas atas normal dengan dosis propiltiaurasil

H. Legal Etik dan Isu Keperawatan Yang Berkembang Saat Ini


1) Isu Aspek Legal
Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan kerahasiaan
pasien sama seperti telehealthsecara keseluruhan. Di banyak negara, dan di beberapa negara
bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang (perawat yang online sebagai
koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi negara bagian dan pasien yang
menerima telecare harus bersifat lokal) guna menghindari malpraktek perawat antar negara
bagian. Isu legal aspek seperti akontabilitas dan malprakatek, dsb dalam kaitan telenursing
masih dalam perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan
umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang diberikan.
Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan startegi dan kebijakan pengembangan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan dan
pelatihan keperawatan yang menggunakan model informasi kesehatan/berbasis internet.
Perawat memiliki komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi
dan kerahasiaan pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang kesehatan
dalam merawat pasien adalah :
1) Jaminan kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus
tetap terjaga
2) Pasien yang mendapatkan intervensi melalui telehealth harus
3) diinformasikan potensial resiko (seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui
internet atau telepon) dan keuntungannya
4) Diseminasi data pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
5) Individu yang menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
Trend Keperawatan Medikal Bedah dan Implikasinya di Indonesia
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam
berbagai bidang yang meliputi:
a) Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah
upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam
bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan
pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya
kesehatan, jangkauan tanpa batas akan layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa
hari rawat, meningkatkan pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan
keperawatan berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini
justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam menjalin hubungan
terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan sedikit tersentuh oleh ners. Sistem
ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional.
Hal ini disebabkan karena kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga
keperawatan serta sarana prasarana yang masih belum memadai.
Telenursing (pelayanan Asuhan keperawatan jarak jauh) adalah penggunaan tehnologi
komunikasi dalam keperawatan untuk memenuhi asuhan keperawatan kepada klien. Yang
menggunakan saluran elektromagnetik (gelombang magnetik, radio dan optik) dalam
menstransmisikan signal komunikasi suara, data dan video. Atau dapat pula di definisikan
sebagai komunikasi jarak jauh, menggunakan transmisi elektrik dan optik, antar manusia dan
atau computer
Telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah upaya penggunaan
tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan dalam bagian pelayanan
kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara
beberapa perawat. Sebagai bagian dari telehealth, dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi
bidang medis dan non-medis, seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
Telenursing diartikan sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi
dan pelayanan keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit
untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara dan memakai
peralatan video conference (bagian integral dari telemedicine atau telehealth).
Legal adalah sesuat yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Etik
Kesepakatan tentang praktik moral, keyakinan, sistem nilai, standar perilaku individu dan atau
kelompok tentang penilaian terhadap apa yang benar dan apa yang salah, mana yang baik dan
mana yang buruk, apa yang merupakan kebajikan dan apa yang merupakan kejahatan, apa
yang dikendaki dan apa yang ditolak
Etika Keperawatan
Kesepakatan/peraturan tentang penerapan nilai moral dan keputusan- keputusan yang
ditetapkan untuk profesi keperawatan
Prinsip Etik
1) Respect (Hak untuk dihormati)
2) Autonomy (hak pasien memilih): Hak pasien untuk memilih treatment terbaik untuk dirinya
3) Beneficence (Bertindak untuk keuntungan orang lain/pasien). Kewajiban untuk melakukan hal
tidak membahayakan pasien/ orang lain dan secara aktif berkontribusi bagi kesehatan dan
kesejahteraan pasiennya
4) Non-Maleficence (utamakan-tidak mencederai orang lain) kewajiban perawat untuk tidak
dengan sengaja menimbulkan kerugian atau cidera
Prinsip : Jangan membunuh, menghilangkan nyawa orang lain, jangan menyebabkan nyeri atau
penderitaan pada orang lain, jangan membuat orang lain berdaya dan melukai perasaaan
orang lain.
5) Confidentiality (hak kerahasiaan) menghargai kerahasiaan terhadap semua informasi tentang
pasien/klien yang dipercayakan pasien kepada perawat.
6) Justice (keadilan) : kewajiban untuk berlaku adil kepada semua orang. Perkataan adil sendiri
berarti tidak memihak atau tidak berat sebelah.
7) Fidelity (loyalty/ketaatan) : Kewajiban untuk setia terhadap kesepakatan dan
bertanggungjawab terhadap kesepakatan yang telah diambil.
Era modern , pelayanan kesehatan : Upaya Tim (tanggungjawab tidak hanya pada satu profesi).
8) Veracity (Truthfullness & honesty) : Kewajiban untuk mengatakan kebenaran, Terkait erat
dengan prinsip otonomi, khususnya terkait informed-consen
Prinsip veracity mengikat pasien dan perawat untuk selalu mengutarakan kebenaran.

ANATOMI FISIOLOGI KELENJER TIROID


1. Anatomi tiroid
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular.
Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai
vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan
terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2
25 gr tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita
terutama saat menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya
menyimpang ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi
cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan bagian
bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang dan lebarnya
kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih tinggi atau
rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah.
Secara embriologi, tahap pembentukan kelenjar tiroid adalah:
 Kelenjar tiroid mulanya merupakan dua buah tonjolan dari dinding depan bagian tengah
farings, yang terbentuk pada usia kelahiran 4 minggu. Tonjolan pertama disebut pharyngeal
pouch, yaitu antara arcus brachialis 1 dan 2. Tonjolan kedua pada foramen ceacum, yang
berada ventral di bawah cabang farings I.
 Pada minggu ke-7, tonjolan dari foramen caecum akan menuju pharyngeal pouch
melalui saluran yang disebut ductus thyroglossus.
 Kelenjar tiroid akan mencapai kematangan pada akhir bulan ke-3, dan ductus
thyroglossus akan menghilang. Posisi akhir kelenjar tiroid terletak di depan vertebra cervicalis
5, 6, dan 7.
 Namun pada kelainan klinis, sisa kelenjar tiroid ini juga masih sering ditemukan di
pangkal lidah (ductus thyroglossus/lingua thyroid) dan pada bagian leher yang lain.
Kelenjar tiroid dialiri oleh beberapa arteri:
1. A. thyroidea superior (arteri utama).
2. A. thyroidea inferior (arteri utama).
3. Terkadang masih pula terdapat A. thyroidea ima, cabang langsung dari aorta atau A.
anonyma.
Kelenjar tiroid mempunyai 3 pasang vena utama:
1. V. thyroidea superior (bermuara di V. jugularis interna).
2. V. thyroidea medialis (bermuara di V. jugularis interna).
3. V. thyroidea inferior (bermuara di V. anonyma kiri).
Aliran limfe terdiri dari 2 jalinan:
1. Jalinan kelenjar getah bening intraglandularis
2. Jalinan kelenjar getah bening extraglandularis
Kedua jalinan ini akan mengeluarkan isinya ke limfonoduli pretracheal lalu menuju ke kelenjar
limfe yang dalam sekitar V. jugularis. Dari sekitar V. jugularis ini diteruskan ke limfonoduli
mediastinum superior.
Persarafan kelenjar tiroid:
1. Ganglion simpatis (dari truncus sympaticus) cervicalis media dan inferior
2. Parasimpatis, yaitu N. laryngea superior dan N. laryngea recurrens (cabang N.vagus)
N. laryngea superior dan inferior sering cedera waktu operasi, akibatnya pita suara terganggu
(stridor/serak).
Vaskularisasi
Kelenjar tiroid disuplai oleh arteri tiroid superior, inferior, dan terkadang juga arteri
tiroidea ima dari a. brachiocephalica atau cabang aorta. Arterinya banyak dan cabangnya
beranastomose pada permukaan dan dalam kelenjar, baik ipsilateral maupun kontralateral.

 tiroid superior menembus fascia tiroid dan kemudian bercabang menjadi cabang anterior dan
posterior. Cabang anterior mensuplai permukaan anterior kelenjar dan cabang posterior
mensuplai permukaan lateral dan medial. tiroid inferior mensuplai basis kelenjar dan
bercabang ke superior (ascenden) dan inferior yang mensuplai permukaan inferior dan
posterior kelenjar.Sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular yang menyatu di
permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.
Sistem Limfatik
Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai nodus
prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta paratracheal. Beberapa
bahkan juga mengalir ke nodus brachiocephal yang terhubung dengan tymus pada
mediastinum superior.
2. Histologi Kelenjar Tiroid:
 Kelenjar ini tersusun dari bentukan-bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut
thyroid follicle.
 Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang disebut SEL FOLIKEL dan
mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan
pembuluh darah.
 Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar
thyroid tersebut.
 ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih.
Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna
koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi
pada koloid tersebut.

SEL PARAFOLIKULER
 Diantara thyroid folikel terdapat sel parafolikuler yang bisa berupa kelompok-kelompok sel
ataupun hanya satu sel yang menempel pada basal membran dari thyroid folikel. Sel ini
mempunyai ukuran lebih besar dan warna lebih pucat dari sel folikel.
 Fungsi sel parafolikuler ini menghasilkan Hormon Thyricacitonin yang dapat menurunkan
kadar kalsium darah.
3. Fisiologi Kelenjar Tiroid

Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus,
dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua
dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme.
Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya
lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki
banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma
di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat
berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
(1) Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
(2) Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
(3) Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
(4) Proses iodinasi asam amino tirosin.Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium terhadap
oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim
iodinase agar lebih cepat.
(5) Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi
diiodotirosin)
(6) Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua
diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin.
Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh
senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat
plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat
jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena
ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)
EFEK HORMON TIROID
Efek hormon tiroid dalam meningkatkan sintesis protein adalah :
(1) Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria;
(2) Meningkatkan kecepatan pembentukan ATP.

Efek tiroid dalam transpor aktif :


meningkatkan aktifitas enzim NaK-ATPase yang akan menaikkan kecepatan transpor aktif dan
tiroid dapat mempermudah ion kalium masuk membran sel.
Efek pada metabolisme karbohidrat :
menaikkan aktivitas seluruh enzim,
Efek pada metabolisme lemak:
mempercepat proses oksidasi dari asam lemak.
Pada plasma dan lemak hati hormon tiroid menurunkan kolesterol, fosfolipid, dan trigliserid
dan menaikkan asam lemak bebas.
Efek tiroid pada metabolisme vitamin:
menaikkan kebutuhan tubuh akan vitamin karena vitamin bekerja sebagai koenzim dari
metabolisme.Oleh karena metabolisme sebagian besar sel meningkat akibat efek dari tiroid,
maka laju metabolisme basal akan meningkat. Dan peningkatan laju basal setinggi 60 sampai
100 persen diatas normal.

Efek Pada berat badan.


Bila hormone tiroid meningkat, maka hampir selalu menurunkan berat badan, dan bila
produksinya sangat berkurang, maka hampir selalu menaikkan berat badan. Efek ini terjadi
karena hormone tiroid meningkatkan nafu makan.
Efek terhadap Cardiovascular.
Aliran darah, Curah jantung, Frekuensi deny jantung, dan Volume darah meningkat karena
meningkatnya metabolism dalam jaringan mempercepat pemakaian oksigen dan
memperbanyak produk akhir yang dilepas dari jaringan. Efek ini menyebabkan vasodilatasi
pada sebagian besar jaringan tubuh, sehingga meningkatkan aliran darah.
Efek pada Respirasi.
Meningkatnya kecepatan metabolism akan meningkatkan pemakaian oksigen dan
pembentukan karbondioksida.
Efek pada saluran cerna.
Meningkatkan nafsu makan dan asupan makanan. Tiroid dapat meningkatkan kecepatan
sekresi getah pencernaan dan pergerakan saluran cerna.
PENGATURAN SEKRESI HORMON TIROID
Regulasi hormon tiroid diprakarsai oleh hormon TSH (Tiroid Stimulating Hormone) yang dilepas
hipotalamus.
TSH berfungsi untuk :
(1) Meningkatkan proteolisis tiroglobulin
(2) Meningkatkan aktivitas pompa iodium
(3) Meningkatkan iodinasi tirosin dan meningkatkan kecepatan proses coupling
(4) Meningkatkan ukuran dan meningkatkan aktivitas sekretorik sel tiroid
(5) Meningkatkan jumlah sel-sel tiroid, disertai perubahan sel kuboid jadi kolumner. Hormon TSH
dirangsang oleh TRH (Tirotropin Releasing Hormone). (Guyton. 1997).

KONSEP DASAR PENYAKIT SECARA UMUM


Hipotiroidisme adalah suatu atau beberapa kelainan structural atau fungsional dari
kelenjar tiroid sehingga sintesis dari hormone-hormone tiroid menjadi isufisiensi (Haznam,
M.W, 1991: 149).
Hipotiroidisme merupakan kelainan yang disebabkan berkurangnya fungsi kelenjar
tiroid (Ranakusuma, B, 1992:35).
Hipotiroidisme adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi hormone tiroid
yang dapat terjadi pada setiap umur (Long, Barbara.C, 1996:102).
Hipotiroid adalah penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid sebagai akibat kegagalan
mekanisme kompensasi kelenjar tiroid dalam memenuhi kebutuhan jaringan tubuh akan
hormon
hormon tiroid . (Hotma Rumahorbo S.kep,1999).
Hipertiroidisme adalah suatu sindrome klinis akibat dari defisiensi hormon tiroid yang
mengakibatkan fungsi metabolik. (Greenspan, 2000).
Hipotiroidisme adalah tiroid yang hipoaktif yang terjadi bila kelenjar tiroid berhenti
atau kurang memproduksi hormon tiroksin (Semiardji, Gatut, 2003:14).
Jadi Hipotiroidisme (hiposekresi hormone tiroid) adalah status metabolic yang di
akibatkan oleh kekurangan hormone tiroid. Hipotiroidisme kognital dapat mengakibatkan
kretinisme.

B. KLASIFIKASI
Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:
Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid
Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus

C. ETIOLOGI
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu
1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone yang
kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau
terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto,
amylodosis dan sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari
kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini
mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan
oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid
releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan
TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea
hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt”
dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :
 Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .
 Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen ( agen produksi goiter yang menghambat produksi T4
) seperti kobis, kacang, kedelai , buah persik, bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak.
Semuanya mengandung goitogenik glikosida
 Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas ( Propylthiracil ) thocarbomen, ( Aminothiazole,
tolbutamid ).

D. PATOFISIOLOGI
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika
diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan
untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari
kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu
defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk
meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4
lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan
menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi
achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal,
bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid
yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum
dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit
jantung koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural,
cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan
hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak
optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
F. MANIFESTASI KLINIS
 Kulit dan rambut
1. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
2. Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
3. Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
4. Tidak tahan dingin
5. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
 Muskuloskeletal
 Volume otot bertambah, glossomegali
 Kejang otot, kaku, paramitoni
 Artralgia dan efusi sinovial
 Osteoporosis
 Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
 Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
 Kadar fosfatase alkali menurun
 Neurologik
 Letargi dan mental menjadi lambat
 Aliran darah otak menurun
 Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek
tendon)
 Ataksia (serebelum terkena)
 Gangguan saraf ( carfal tunnel)
 Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
 Kardiorespiratorik
 Bradikardi, disritmia, hipotensi
 Curah jantung menurun, gagal jantung
 Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
 Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
 Penyakit jantung iskemic
 Hipotensilasi
 Efusi pleural
 Dispnea
 Gastrointestinal
 Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
 Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
 Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
 Renalis
 Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
 Retensi air (volume plasma berkurang)
 Hipokalsemia
 Hematologi
 Anemia normokrom normositik
 Anemia mikrositik/makrositik
 Gangguan koagulasi ringan
 Sistem endokrin
 Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang
memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
 Gangguan fertilitas
 Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemi
 Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
 Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
 Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak
 Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar,
suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin
menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah. (Stevenson, J. C& Chahal, P, 1993: 52-53)

G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius dari hipotiroidisme adalah koma miksedema dan kematian,
efusi pericardial dan pleura, megakolon dengan paralitik ileus dan kejang. Koma miksedema
adalah situasi yang mengancam nyawa yang di tandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua
gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi dan penurunan kesadaran hingga koma.
Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme adalah
1. Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak jaringan tiroid. Ini
menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik
negatif yang minimal.
2. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid
menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang
tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena
minimnya umpan balik.
3. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH
atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan
merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.

H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme didapatkan
hasil sebagai berikut:
 T3 dan T4 serum rendah
 TSH meningkat pada hipotiroid primer
 TSH rendah pada hipotiroid sekunder
 Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
 Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
 Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
 Peningkatan kolesterol
 Pembesaran jantung pada sinar X dada
 EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS& gelombang T datar atau
inversi

Definisi Hipertirod
Hipertiroid atau Hipertiroidesme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid
memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat
digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan
kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang
menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan
banyaknya hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme
adalah proses kimia dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang
diperlukan untuk fungsi sel, pertumbuhan dan divisi.
Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan
lainnya adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium
radiaktif. Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium :
Jumlah yodium yang berlebihan bisa menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah
pelepasan hormon tiroid. Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang
berlebihan, bisa diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama bermanfaat jika
hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid atau sebelum
dilakukan tindakan pembedahan). Yodium tidak digunakan pada pengobatan rutin atau
pengobatan jangka panjang. Propiltiourasil atau metimatol merupakan obat yang paling sering
digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara
mengurangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan per-oral
(ditelan), dimulai dengan dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah
terhadap hormon tiroid.

Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala hipertiroid.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang beberapa bulan
kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih kembali menjadi normatiroid.
Setelah pengobatan dengan radiasi yodium radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid
menjadi tidak berdungsi atau terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid.
Obat-obatan beta bloker (misalnya prapanolol) membantu mengendalikan beberapa
gejala Hipertiroid. Obat ini efektif dalam memperlambat denyut jantung yang cepat,
mengurangi gemetar dan mengendalikan kecemasan. Beta broker terutama bermanfaat dalam
mengatasi badai tiroid dan penderita yang dikendalikan oleh obat lain. Sebagian besar
pemakaian yodium radiaktif pada akhirnya menyebabkan hipotiroidlisme sekitar 25% penderita
mengalamai hipoteroidisme dalam waktu 1 tahun setelah pemberian radioaktif.
Pada riroldektomi, kelenjar tiroid diangkat melalui pembedahan. Pembedahan merupakan
terapi pilihan bagi penderita muda, penderita yang gondoknya sangat besar, penderita yang
alergi, terhadap obat atau mengalami efek samping akibat obat. Setelah menjalani
pembedahan, bisa terjadi hipotiroidisme kepada penderita ini diberikan terapi salih hormon
sepanjang hidupnya.
B. Anatomi fisiologi
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua sistem
pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton & Hall:
1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi
otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi
beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal terutama
berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan
kecepatan rekasi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel
atau aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).
Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem
endokrin.Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam
metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid
tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan berkesinambungan. Penurunan
total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira
40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat
dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100
persen di atas normal (Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat timbul secara spontan maupun
sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337-338). Tiroksin
dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam hampir semua sel
tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum. Kalsitonin berfungsi memacu
pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme
tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain:
 Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf
dan tulang
 Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
 Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi
otot dan menambah irama jantung
 Merangsang pembentukan sel darah merah
 Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh terhadap
kebutuhan oksigen akibat metabolism.
 Bereaksi sebagai antagonis kalsium.

C. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada
normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH.
Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid
yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas,
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala
klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon
tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan
akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada
system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak
keluar.

D. Manifestasi klinis
Hipertiroid pada penyakit graves adalah akibat antibodi reseptor TSH yang merangsng
aktivitas tiroid, sedang pada goiter multimodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid
itu sendiri.
Perjalanan penyakit hipertiroid biaanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan sampai
beberapa tahun. Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan berat badan,
kelelahan, tremor : gugup berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpasi dan pembesaran
tiroid.

E. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi
hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan
balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering
daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor
antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit,
penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat
menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak
tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi
merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata
toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga
memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang
tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon
tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

4. Produksi TSH yang Abnormal


Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga merangsang
tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.
5. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)
Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca persalinan, dimana
pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar gejala hpotiroid.
6. Konsumsi Yoidum Berlebihan
Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul apabila
sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.
F. Tanda dan Gejala Hipertiroid
Hipertiroid mempunyai tanda dan gejala yang bervariasi yaitu :
Banyak keringat Denyut nadi cepat, seringkali
Tidak tahan panas >100x/menit
Sering BAB, kadang diare Berat badan turun, meskipun banyak
Jari tangan gementar (tremor) makan rasa capai
Nervus, tegang, gelisah, cemas, Otot lemas, terutama lengan atas dan
mudah tersinggung paha
Jantung berdebar cepat Rambut rontok
Haid menjadi tidak teratur Kulit halus dan tipis
Bola mata menonjol dapat disertai Pikiran sukar konsentrasi
dengan penglihatan ganda Kehamilan sering berakhir dengan
Denyut nadi tidak teratur terutama keguguran
pada usia diatas 60 th Terjadi perubahan pada mata
Tekanan darah meningkat bertambahnya pembentukan air mata,
iritasi dan peka terhadap cahaya

G. Komplikasi
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang
terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :
1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
2. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badal tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan
tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama
jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya terjadi karena
hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat dan bisa dipicu oleh :
- Infeksi - Diabetes yang kurang terkendali
- Pembedahan - Ketakutan
- Stress - Kehamilan atau persalinan
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroid adalah produksi hormon (obat anti tiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi sub total)
1. Obat antitiroid
Digunakan dengan indikasi :
a. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap pada pasien
muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirrotoksikosis.
b. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
c. Persiapan tiroidektomi
d. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
e. Pasien dengan krisis tiroid
Obat antitiroid yang sering digunakan :
Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeriksaan (mg/hari)
Karbimatol 30 – 60 5 – 20
Metimazol 30 – 60 5 – 20
Propiltiourasil 300 – 600 50 – 200

Obat-obatan ini umumnya diberikan sekitar 18 – 24 bulan. Pada pasien hamil biasanya
diberikan propil tiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi.
Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedikit sekali yang keluar dari air
susu ibu, oasis yang dipakai 100-500 mg tiap 8 jam.
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif
Indikasi pengobatan dengan yodium radiaktif diberikan pada :
a. Pasien umur 35 tahun atau lebih
b. Hipertiroid yang kambuh sesudah di operasi
c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
d. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid
e. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
3. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroid. Indikasi operasi adalah :
a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid
b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif.
d. Adenoma toksik atau strauma multinodular toksik
e. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Sebelum operasi biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid sampai eutiroid
kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol 10-14 tetes/ hari
selama 10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid.
4. Pengobatan tambahan
a. Sekat β-adrenergik
Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroid. Dosis diberikan 40-200
mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia diberik 10 mg/6 jam.
b. Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi. Sesudah pengobatan dengan yodium
radiaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan pada dosis 100-300 mg/hari.
c. Ipodat
Ipodat kerjanya lebih cepat dan sangat baik digunakan pada keadaan akut seperti krisis tiroid
kerja padat adalah menurunkan konversi T4 menjadi T3 diperifer, mengurangi sintesis hormon
tiroid, serta mengurangi pengeluaran hormon dari tiroid.
d. Litium
Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas keuntungannya dibandingkan
dengan yodium. Litium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid alergi terhadap
yodium.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. TSH serum (biasanya menurun)
2. T3, T4 (biasanya meningkat)
3. Test darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
8) Kegiatan Belajar 8
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi hormon glucocortiroid dan
mineralocorticoid
b. Uraian Materi
HORMON KORTIKOSTEROID
Hormon kortikosteroid merupakan golongan hormon steroid yang diproduksi di korteks
adrenal. Hormon kortikosteroid terlibat dalam sistem fisiologis seperti respon stres, respon
kekebalan tubuh dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, katabolisme protein,
kadar elektrolit darah dan perilaku.
Sehingga hormon kortikosteroid sering digunakan untuk gejala udem, alergi, rematik dan
penyakit lupus baik digunakan sebagai obat tunggal atau dikombinasi dengan obat lainnya.
Hormon kortikosteroid dibagi dua, antara lain:
1. Glukokortikoid :
kortisol/hidrokortison. Hormon ini mengendalikan karbohidrat, metabolisme protein, dan
antiinflamasi dengan mencegah pelepasan fosfolipid, menurunkan aksi eosinofil dan
mekanisme lainnya.
2. Mineralokortikoid :
aldosteron, kortikosteron, desoksikorton. Hormon-hormon ini mempengaruhi metabolisme
garam dan air
Golongan kortikosteroid :
1. Hidrokortison.
2. Prednison: prednison, metilprednisolon, budesonida.
3. Derivat 9-alfa-flour: triamsinolon, deksametason, betametason, halsinonida.
4. Derivat 6-alfa-flour: fluokortolon, flunisolida
5. Derivat diflour: fluosinonida, flumetason, diflukortolon, flutikason.
6. Derivat klor: beklometason, mometason.
7. Derivat klor-flour: klobetasol, klobetason, fluklorolon, halometason.
Kortikosteroid memiliki khasiat farmakologis berikut:
a. Efek antiradang (inflamasi) berdasarkan efek vasokontriksi.
b. Daya imunosupresif dan antialergi.
c. Peningkatan glukoneogenesis. Pembentukan glukosa distimulasi, penyimpanannya
sebagai glikogen ditingkatkan.
d. Efek katabol, yaitu merintangi pembentukan protein dari asam-asam amino, sedangkan
pengubahannya ke glukosa dipercepat.
e. Pengubahan pembagian lemak. Umumnya penumpukan lemak di atas tulang selangka
dan muka yang menjadi bundar (moon face).
Hormon Glukokortikoid
Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis. ACTH
ini merangsangsekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACTH sendiri diatur oleh CRF/CRH
(Corticotropin ReleasingFactor/Hormone dari hipotalamus. ACTH ini mengaktifkan
sel adrenokortikal untuk memproduksisteroid melalui peningkatan siklik adenosin monofosfat
(cAMP). Kortisol ini apabila berlebih mempunyaiumpan balik negatif terhadap sekresi ACTH
dan CRF yang masing-masing mengarah pada hipofisis danhipotalamus agar sekresi CRF, ACTH,
dan kortisol kembali menjadi normal Pengaruh glukokortikoid pada metabolisme karbohidrat
dan proteinGlukokortikoid meningkatkan kadar glukosa darah sehingga merangsang pelepasan
insulin danmenghambat masuknya glukosa ke dalam sel otot. Peningkatan produksi glukosa ini
diikuti olehbertambahnya ekskresi nitrogen, dimana hal tersebut menunjukkan terjadinya
katabolisme proteinmenjadi karbohidrat. Glukokortikoid juga merangsang lipase yang sensitif
dan menyebabkan lipolisis.Peningkatan kadar insulin merangsang lipogenesis dan sedikit
menghambat lipolisis sehingga hasilakhirnya adalah peningkatan deposit lemak, peningkatan
pelepasan asam lemak, dan gliserol ke dalamdarah.Hormon ini juga menyebabkan
glukoneogenesis di perifer dan hepar. Di perifer steroid mempunyai efekkatabolik. Efek
katabolik inilah yang menyebabkan terjadinya atrofi jaringan limfoid, pengurangan
massa jaringan otot, terjadi osteoporosis tulang (pengurangan matriks protein tulang yang
diikuti olehpengeluaran kalsium), penipisan kulit, dan keseimbangan nitrogen menjadi
negatif. Asam aminotersebut dibawa ke hepar dan digunakan sebagai substrat enzim yang
berperan dalam produksi glukosadan glikogen.Dalam hepar glukokortikoid merangsang sintesis
enzim yang berperan dalam proses glukoneogenesisdan metabolisme asam amino, antara lain
peningkatan enzim fosfoenolpiruvat-karboksikinase, fruktosa-1,6-difosfatase, dan glukosa 6-
fosfatase, glikogen sintetase yang mengkatalisis sintesis glukosa (efek inimmebutuhkan waktu).
Efek yang timbul lebih cepat adalah pengaruh hormon terhadap mitokondirahepar, yaitu terjadi
sintesis piruvat karboksilase sebagai katalisator pembentukan oksaloasetat. Inimerupakan
reaksi permulaan sintesis glukosa dari piruvat.Pengunaan glukokortikoid untuk jangka lama
dapat menyebabkan peningkatan glukagon plasma yangdapat merangsang glukoneogenesis.
Keadaan ini dapat pula merupakan salah satu penyebab bertambahnya sintesis glukosa.
Peningkatan penyimpanan glikogen di hepar setelah pemberianglukokortikoid diduga sebagai
akibat aktivasi glikogen sintetase di hepar.Pada metabolisme protein, glukokortikoid
mengurangi penyimpanan protein dalam semua sel tubuhkecuali hati. Ini disebabkan karena
berkurangnya pembentukan protein dan bertambahnya katabolisme dalam sel.
Sedikitnya 95% aktivitas glukokortikoid dari sekresi adrenokortikal merupakan hasil dari sekresi
kortisol, yang dikenal juga sebagai hidrokortisol. Namun, sejumlah kecil aktivitas glukokortikoid
yang cukup penting diatur oleh kortikosteron.
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat adalah sebagai berikut:
1) perangsangan glukoneogenesis dengan cara meningkatkan enzim terkait dan pengangkutan
asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot; 2) penurunan pemakaian glukosa
oleh sel dengan menekan proses oksidasi NADH untuk membentuk NAD +
3) peningkatan kadar glukosa darah dan “Diabetes Adrenal” dengan menurunkan sensitivitas
jaringan terhadap insulin.
Efek kortisol terhadap metabolisme protein adalah sebagai berikut:
1) pengurangan protein sel;
2) kortisol meningkatkan protein hati dan protein plasma; dan
3) peningkatan kadar asam amino darah, berkurangnya pengangkutan asam amino ke sel-sel
ekstra hepatik, dan peningkatan pengangkutan asam amino ke sel-sel hati. Jadi, mungkin
sebagian besar efek kortisol terhadap metabolisme tubuh terutama berasal dari kemampuan
kortisol untuk memobilisasi asam amino dari jaringan perifer, sementara pada waktu yang
sama meningkatkan enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek hepatik.
Efek kortisol terhadap metabolisme lemak adalah sebagai berikut:
1) mobilisasi asam lemakakibat berkurangnya pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel lemak
sehingga menyebabkan asam-asam lemak dilepaskan; dan
2) obesitas akibat kortisol berlebihan karena penumpukan lemak yang berlebihan di daerah
dada dan kepala, sehingga badan bulat dan wajah “moon face”, disebabkan oleh perangsangan
asupan bahan makanan secara berlebihan disertai pembentukan lemak di beberapa jaringan
tubuh yang berlangsung lebih cepat daripada mobilisasi dan oksidasinya.
Selain efek dan fungsi yang terkait metabolisme, kortisol penting dalam mengatasi stres dan
peradangan karena dapat menekan proses inflamasi bila diberikan dalam kadar tinggi, dengan
mekanisme menstabilkan membran lisosom, menurunkan permeabilitas kapiler, menurunkan
migrasi leukosit ke daerah inflamasi dan fagositosis sel yang rusak, menekan sistem imun
sehingga menekan produksi limfosit, serta menurunkan demam terutama karena kortisol
mengurangi pelepasan interleukin-1 dari sel darah putih. Kortisol juga dapat mengurangi dan
mempercepat proses inflamasi, menghambat respons inflamasi pada reaksi alergi, mengurangi
jumlah eosinofil dan limfosit darah, serta meningkatkan produksi eritrosit, walaupun
mekanismenya yang belum jelas.
Hormon glukokortikoid mempunyai mekanisme kerja seluler sebagai berikut:
1) hormon masuk ke dalam sel melalui membran sel;
2) hormon berikatan dengan reseptor protein di dalam sitoplasma;
3) kompleks hormon-reseptor kemudian berinteraksi dengna urutan DNA pengatur spesifik,
yang disebut elemen respons glukokortikoid, untuk membangkitkan atau menekan transkripsi
gen; dan
4) glukokortikoid akan meningkatkan atau menurunkan transkripsi banyak gen untuk
mempengaruhi sintesis mRNA utnuk protein yang memperantarai berbagai pengaruh fisiologis.
Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis. ACTH ini
merangsang sekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACTH sendiri diatur oleh CRF/CRH
(Corticotropin Releasing Factor/Hormone) dari hipotalamus. ACTH ini mengaktifkan sel
adrenokortikal untuk memproduksi steroid melalui peningkatan siklik adenosin monofosfat
(cAMP). Kortisol ini apabila berlebih mempunyai umpan balik negatif terhadap sekresi ACTH
dan CRF yang masing-masing mengarah pada hipofisis dan hipotalamus agar sekresi CRF, ACTH,
dan kortisol kembali menjadi normal (Guyton and Hall, 2007).
Berlawanan dengan aldosteron, kortisol pada keadaan tertentu dapat menyebabkan retensi
Na+ dan meningkatkan ekskresi K+, tetapi efek ini jauh lebih kecil daripada aldosteron. Hal ini
disebabkan karena kortisol dapat menambah kecepatan filtrasi glomeruli; selain itu kortisol
juga dapat meningkatkan sekresi tubuli ginjal (Gunawan et.al, 2007).
9) Kegiatan Belajar 9
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon glucocortiroid
(Syndrome Cushing/peningkatan addison) dan masalah pada gangguan
hormon mineralocorticoid (addison disease/hyperadrenalism)
b. Uraian Materi

CUSHING SINDROME
1. Definisi
Sindrom Cushing adalah gangguan yang terjadi ketika tubuh mengalami peningkatan hormon
kortisol. Sindrom Cushing terjadi karena tubuh kelebihan hormon kortisol dalam tingkat yang
tinggi pada waktu yang lama.
Penyebab paling umum dari sindrom Cushing, yang sering disebut dengan hypercortisolism,
adalah penggunaan obat kortikosteroid oral. Kondisi ini juga dapat terjadi ketika tubuh
memproduksi terlalu banyak hormon kortisol.
2. Penyebab
Sindrom Cushing disebabkan karena tubuh terlalu banyak memproduksi hormon kortisol.
Kelenjar adrenal dalam tubuh dapat menghasilkan sejumlah hormon, termasuk kortisol. Fungsi
hormon kortisol adalah membantu mengatur tekanan darah dan menjaga fungsi sistem
kardiovaskular secara normal.
Namun, ketika tingkat kortisol dalam tubuh terlalu tinggi, seseorang dapat mengembangkan
sindrom Cushing. Kondisi ini dapat disebabkan karena tumbuhnya tumor pada kelenjar
hipofisis yang mengganggu produksi hormon kortisol.
Sindrom Cushing juga dapat berkembang jika seseorang mengambil obat kortikosteroid dalam
dosis tinggi selama jangka waktu yang lama. Obat-obatan tersebut seperti prednison, yang
memiliki efek yang sama seperti halnya kortisol diproduksi oleh tubuh.
3. Gejala dan diagnosis
Kebanyakan orang dengan sindrom Cushing akan memiliki:
• Tubuh obesitas atas (di atas pinggang) dan lengan tipis dan kaki
• Bulat, merah, wajah penuh ( moon face )
• Tingkat pertumbuhan yang lambat pada anak-anak
Perubahan kulit yang sering terlihat:
• Jerawat atau infeksi kulit
• Purple tanda (1/2 inci atau lebih lebar) yang disebut striae pada kulit perut, paha, dan
payudara
• Kulit tipis dengan mudah memar
Otot dan tulang perubahan meliputi:
• Sakit punggung, yang terjadi dengan kegiatan rutin
• Nyeri tulang atau nyeri
• Koleksi lemak di antara bahu ( punuk kerbau )
• Rib dan tulang belakang patah (yang disebabkan oleh penipisan tulang)
• Otot yang lemah
Tanda-tanda dan gejala sindrom Cushing bervariasi pada wanita dan pria.

Wanita dengan sindrom cushing bisa mengalami:


1. Rambut wajah dan tubuh terlihat lebih tebal
2. Periode menstruasi tidak teratur
Pria dengan sindrom cushing bisa mengalami:
1. Penurunan libido
2. Penurunan kesuburan
3. Disfungsi ereksi

Tanda dan gejala lain termasuk:


1. Kelelahan
2. Kelemahan otot
3. Depresi, kecemasan dan mudah tersinggung
4. Kehilangan kontrol emosional
5. Kognitif kesulitan
6. Tekanan baru atau memburuknya darah tinggi
7. Intoleransi glukosa yang dapat menyebabkan diabetes
8. Sakit kepala
9. Tulang keropos, yang menyebabkan patah tulang dari waktu ke waktu
Gula darah dan jumlah sel darah putih mungkin tinggi, sedangkan tingkat Kalium mungkin
rendah.
Tes laboratorium yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis sindrom Cushing dan
mengidentifikasi penyebabnya adalah:
• Serum kadar kortisol
• Kadar kortisol saliva
• Dexamethasone penindasan tes
• Urin 24 jam untuk kortisol dan kreatinin
• Tingkat ACTH
• ACTH (cosyntropin) tes stimulasi
Tes untuk menentukan penyebab atau komplikasi dapat mencakup:
• CT abdomen
• Tes ACTH
• Pituitary MRI
• Kepadatan tulang , yang diukur dengan sinar-x absorptiometry ganda (DEXA)
Kolesterol tinggi , termasuk trigliserida tinggi dan rendah high-density lipoprotein (HDL) juga
dapat hadir.

Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks adrenal. (Soediman, 1996)
Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik,
biasanya auto imun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994)
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal. (Bruner, dan Suddart
Edisi 8 hal 1325)
Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar
adrenal (Black, 1997). Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik,
hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka dimana kelenjar
adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup.

B. Anatomi Fisiologi Kelenjar Adrenal


Kelenjar adrenal adalah sepasang organ yang terletak dekat kutub atas ginjal,
terbenam dalam jaringan lemak. Kelenjar ini ada 2 buah, berwarna kekuningan serta berada di
luar (ekstra) peritoneal. Bagian yang sebelah kanan berbentuk pyramid dan membentuk topi
(melekat) pada kutub atas ginjal kanan. Sedangkan yang sebelah kiri berbentuk seperti bulan
sabit, menempel pada bagian tengah ginjal mulai dari kutub atas sampai daerah hilus ginjal kiri.
Kelenjar adrenal pada manusia panjangnya 4-6 cm, lebar 1-2 cm, dan tebal 4-6 mm. Kelenjar
adrenal mempunyai berat lebih kurang 8 gr, tetapi berat dan ukurannya bervariasi bergantung
umur dan keadaan fisiologi perorangan. Kelenjar ini dikelilingi oleh jaringan ikat padat kolagen
yang mengandung jaringan lemak. Selain itu masing-masing kelenjar ini dibungkus oleh kapsul
jaringan ikat yang cukup tebal dan membentuk sekat/septa ke dalam kelenjar.
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa tempat di
sekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri suprarenalis superior,
berasal dari arteri frenika inferior; arteri suprarenalis media, berasal dari aorta ; dan arteri
suprarenalis inferior, berasal dari arteri renalis. Berbagai cabang arteri membentuk pleksus
subkapsularis yang mencabangkan tiga kelompok pembuluh: arteri dari simpai; arteri dari
kortex, yang banyak bercabang membentuk jalinan kapiler diantara sel-sel parenkim (kapiler ini
mengalir ke dalam kapiler medulla); dan arteri dari medulla, yang melintasi kortex sebelum
pecah membentuk bagian dari jalinan kapiler luas dari medulla. Suplai vaskuler ganda ini
memberikan medulla dengan darah arteri (melalui arteri medularis) dan darah vena (melalui
arteri kortikalis). Endotel kapiler ini sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang ditutupi
diafragma tipis. Di bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari medulla bersama
dengan kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis, yang bergabung
membentuk vena adrenal atau suprarenalis.
Fungsi kelenjar suprarenalis terdiri dari:
1. Mengatur keseimbangan air, elektrolit dan garam-garam
2. Mengatur atau mempengaruhi metabolisme lemak, hidrat arang dan protein
3. Mempengaruhi aktifitas jaringan limfoid

Kelenjar suprarenalis ini terbagi atas 2 bagian, yaitu :


1. Medula Adrenal
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi serabut saraf
simpatik pra ganglion yang berjalan langsung ke dalam sel-sel pada medulla adrenal akan
menyebabkan pelepasan hormon katekolamin yaitu epinephrine dan norepinephrine.
Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk meningkatkan katabolisme bahan bakar yang
tersimpan sehingga kebutuhan kalori dari sumber-sumber endogen terpenuhi. Efek utama
pelepasan epinephrine terlihat ketika seseorang dalam persiapan untuk memenuhi suatu
tantangan (respon Fight or Fligh). Katekolamin juga menyebabkan pelepasan asam-asam lemak
bebas, meningkatkan kecepatan metabolic basal (BMR) dan menaikkan kadar glukosa darah.

2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok hormon:
a. Glukokortikoid
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa; peningkatan
hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoid disekresikan dari korteks
adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis. Penurunan
sekresi ACTH akan mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.
Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada cedera jaringan
dan menekan manifestasi alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup kemungkinan
timbulnya diabetes melitus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan pemecahan protein
yang mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi lemak
tubuh. Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan katabolisme protein, memecah
protein menjadi karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif.

b. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan epitelgastro intestinal
untuk meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion
kalium atau hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini
terutama disekresikan sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah.
Kenaikan kadar aldesteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan
traktus gastro intestinal yang cenderung memulihkan tekanan darah untuk kembali normal.
Pelepasan aldesteron juga ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon
primer untuk mengatur keseimbangan natrium jangka panjang.

c. Hormon-hormon seks Adrenal (Androgen)


Androgen dihasilkan oleh korteks adrenal, serta sekresinya didalam glandula adrenalis
dirangsang ACTH, mungkin dengan sinergisme gonadotropin. Kelompok hormon androgen ini
memberikan efek yang serupa dengan efek hormon seks pria. Kelenjar adrenal dapat pula
mensekresikan sejumlah kecil estrogen atau hormon seks wanita. Sekresi androgen adrenal
dikendalikan oleh ACTH. Apabila disekresikan secara berlebihan, maskulinisasi dapat terjadi
seperti terlihat pada kelainan bawaan defisiensi enzim tertentu. Keadaan ini disebut Sindrom
Adreno Genital.

C. Etiologi
1. Histoplasmosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur histoplasma capsulatum, yang
terutama menyerang paru-paru)
2. Koksidiodomikosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Coccidioides immitis, yang
biasanya menyerang paru-paru.
3. Kriptokokissie
4. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
5. Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)
6. Adrenalitis auto imun
D. Patofisiologi
Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi pengangkatan kedua
kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan
histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan
pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah
menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens
tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit
infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga
akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak
terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap keadaan
stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian
kortikosteroid setiap hari selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh
sebab itu kemungkinan Addison harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat pengobatan
kortikosteroid.

E. Tanda dan Gejala


a. Gejala awal : kelemahan, fatigue, anoreksia, nausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan
hipoglikemi.
b. Astenia (gejala cardinal) : pasien kelemahan yang berlebih
c. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, cokelat seperti terkena sinar matahari,
biasanya pada kulit buku jari, lutut, siku
d. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan
e. Hipotensi arterial (TD : 80/50 mmHg/kurang)
f. Abnormalitas fungsi gastrointestinal

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Darah
1. Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)
2. Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)
3. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
4. Penurunan kadar kortisol serum
5. Kadar kortisol plasma rendah
6. ADH meningkat
7. Analisa gas darah: asidosis metabolic
8. Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat (karena hemokonsentrasi)
jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal.
c. CT Scan
Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan
insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan
hemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolik
e. Tes stimulating ACTH
Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek-cepat. Penyukuran cortisol
dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan
tingkatan-tingkatan cortisol dalam darah dan urin.
f. Tes Stimulating CRH
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
“Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini,
CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan
120 menit setelah suntikan. Pasien-pasien dengan ketidakcukupan adrenal sekunder
mempunyai respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH.
Ketidakhadiran respon-respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu
penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 – 50
mg/hr
2. Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
3. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
4. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
5. Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral

H. Komplikasi
1. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
2. Kolaps sirkulasi
3. Dehidrasi
4. Hiperkalemiae
5. Sepsis
6. Ca. Paru
7. Diabetes melitus
10) Kegiatan Belajar 10
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi hormon pengaturan rasa haus
b. Uraian Materi
Pengaturan keseimbangan elektrolit
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan
gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat meialui sistem atau
mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik
hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.

1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan
dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian ginjal
seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500
c-c plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/ bb/jam.

2. Kulit

Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik
dengan kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasouonstriksi.
Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan
melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan
panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan mengalirkan udara yang telah
panas ke permukaan yang lebih dingin.

Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasa.n air yang jumlahnya
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat
diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.

3. Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
terhadap upaya kemampuan bernapas.

4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang
hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.

5. Sistem Endokrin
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus
yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas
dan menurunkan cairan ekstrasel.

b. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.

c. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.

d. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e. Mekanisme Rasa Haus
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin
II, sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.

CARA PERPINDAHAN CAIRAN

1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat
secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel
membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui
membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada
faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul
akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan
berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.

2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran
semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke
larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah
larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini
penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan
satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan
cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang
berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai
kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 %
merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. larutan liipotonik
mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke
larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga
larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan
yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.

3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif.
Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.

Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan
membran semipermeabel.
a. Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.
Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan
partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan
perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat
molekul intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan
larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan
tersebut discbut kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam.
Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara
normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi.
Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pembcrian cairan
intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus
intrmuskular bersifat isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan
plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke
dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang larutan mempuyai
konsentrasi kurang pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini
menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibandingkan dengan
tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih
besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan
terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan
hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang
tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan
intrasel.
b. Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar
tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain
tidak berpindah ke jaringan.

Thalamus mengelilingi ventrikel ketiga. Ini adalah produk utama dari diencephalon
embrio. Thalamus adalah struktur terbesar di diencephalon, bagian dari otak yang terletak
antara otak tengah (mesencephalon) dan otak depan (telencephalon). Secara anatomis,
thalamus bertengger di atas batang otak, dekat pusat otak, dalam posisi untuk mengirimkan
serabut saraf ke korteks serebral di segala penjuru. Lebar thalamus ± 1 dan panjangnya 3 .
Hipotalamus terletak di permukaan bawah otak. Itu terletak tepat di bawah thalamus
dan di atas kelenjar pituitari, yang terpasang dengan tangkai. Ini merupakan bagian yang sangat
kompleks dari otak yang mengandung banyak daerah dengan fungsi yang sangat khusus. Pada
manusia, hipotalamus adalah sekitar ukuran kacang dan menyumbang kurang dari 1% dari
berat otak.

B. Fungsi Talamus dan Hipotalamus


1. Fungsi Talamus
Thalamus merupakan sebuah massa besar dari materi abu-abu terletak mendalam di otak
bagian depan di bagian paling atas dari diencephalon. Struktur ini memiliki fungsi sensorik dan
motorik. Hampir semua informasi sensorik memasuki struktur ini di mana neuron mengirim
informasi tersebut ke korteks atasnya. Akson dari setiap sistem sensorik (kecuali penciuman)
menempel di sini sebagai situs estafet terakhir sebelum informasi tersebut mencapai korteks
serebral.
Talamus berfungsi sebagai stasiun pemancar dan meneruskan informasi yang masuk ke
cerebrum dari reseptor indera (lihat, dengar, sentuh, rasa) ; berperan penting dalam
pengontrolan tidur, keadaan jaga ; dianggap bagian dari sistem retikular.
Thalamus mengelilingi ventrikel ketiga. Ini adalah produk utama dari diencephalon
embrio. Thalamus adalah struktur terbesar di diencephalon, bagian dari otak yang terletak
antara otak tengah (mesencephalon) dan otak depan (telencephalon).
Thalamus terdiri dari sistem lamel (dibuat dari serat myelinated) memisahkan subparts
thalamic berbeda. Daerah lain didefinisikan oleh kelompok-kelompok yang berbeda dari
neuron, seperti abu-abu periventrikular, unsur-unsur intralaminar, yang "limitans inti", dan lain-
lain.
Struktur ini yang terakhir, yang berbeda dalam struktur dari bagian utama dari thalamus,
telah dikelompokkan bersama ke dalam''''allothalamus sebagai lawan dari isothalamus''''.
Thalamus suplai darah berasal dari sejumlah arteri termasuk arteri kutub dan paramedian,
inferolateral (thalamogeniculate) arteri, dan posterior (medial dan lateral) Choroidal arteri. Ini
semua adalah cabang dari arteri serebral posterior.
Talamus merupakan substansia grisea yang terdapat dibagian dorsal diensefalon yang
membentuk dinding lateral kanan dan kiri ventrikulus tertius. Talamus yang terdiri dari
kumpulan nuklei, merupakan stasiun penghubung berkas-berkas syaraf yang menghantar
rangsang yang akan disalurkan ke korteks serebri.
Adapun nuklei tersebut antara lain:
 Nukleus talamus anterior: termasuk sistem limbik yang menyalurkan rangsang-rangsang ke
korteks cinguli
 Nukleus ventralis anterior: berhubungan dengan korpus striatum
 Nukleus bentralis lateralis: menerima saraf dari globus palidusdan serebelum dan mengeluarkan
serabut-serabut saraf yang berjalan ke korteks motoris serebri
 Nukleus ventralis posterolateralis : merupakan stasiun tempat sinapsis traktus spinotalamikus
dan lemniskus medialis, yang selanjutnya berjalan menuju korteks serebri.
 Sentrum medianum: berhubungan dengan korpus stratum
 Nuklei dibagian medial: talamus berhubungan dengan hipotalamus dan lobus frontalis
 Pulvinar: berhubungan dengan lobus oksipitalis dal lobus parietalis
 Korpus genikulatum mediale: merupakan stasiun penghubung penghantar rangsang
pendengaran
 Formasi retikularis: merupakan substrat anatomis kesadaran

2. Fungsi Hipotalamus
Hipotalamus sangat penting untuk hidup seperti itu memainkan peran yang sangat
penting. Kontrol proses metabolisme tertentu dan kegiatan lainnya dari sistem saraf otonom.
Mengsintesiskan dan mengeluarkan neurohormones, sering disebut hipotalamus
mengeluarkan hormon. Melepaskan hormon ini membantu mengontrol dan mengatur sekresi
hormon hipofisis.
Fungsi hipotalamus dapat terdaftar sebagai:
 mengontrol pelepasan hormon utama 8 oleh kelenjar hipofisis
 kontrol suhu tubuh
 kontrol dari asupan makanan dan air, lapar dan Haus
 kontrol seksual perilaku dan reproduksi
 kontrol siklus harian di fisiologis negara dan perilaku juga dikenal sebagai ritme sirkadian
 mediasi tanggapan emosional

Salah satu fungsi utama dari hipotalamus adalah untuk mempertahankan homeostasis,
yaitu, untuk menjaga tubuh manusia tetap stabil, kondisi konstan. Hypothalamus yang
merespon berbagai sinyal dari lingkungan internal dan eksternal termasuk suhu tubuh, lapar,
perasaan yang up penuh setelah makan, tekanan darah dan kadar hormon dalam sirkulasi. Hal
ini juga merespon stres dan mengatur ritme tubuh kita sehari-hari seperti sekresi malam hari
melatonin dari kelenjar pineal dan perubahan kortisol (hormon stres) dan suhu tubuh selama
periode 24-jam. Hipotalamus mengumpulkan dan menggabungkan informasi ini dan
menempatkan perubahan di tempat untuk memperbaiki ketidakseimbangan.
Meskipun hipotalamus adalah organ kecil di otak, memiliki tugas besar untuk melakukan.
Ini berbentuk seperti kerucut dan terletak di atas batang otak, di bawah talamus. Bagian ini
membentang ke bawah hingga bertemu dengan tangkai infundibular, yang merupakan tabung
yang bergabung ke kelenjar pituitari. Secara umum, organ ini memiliki beberapa fungsi yang
dipecah menjadi masing-masing dari tiga bagian.
Karena berapa hipotalamus terhubung ke beberapa daerah dari sistem saraf pusat dan
otak depan limbik, harus menyesuaikan sesuai dengan sinyal yang berbeda, baik internal
maupun eksternal. Rangsangan penciuman sering mempengaruhi hormon endokrin.
Glucorticoids dan steroid mempengaruhi tanggapan seperti nafsu makan atau kehausan.
Paparan sinar matahari adalah sinyal yang jelas, hal ini membantu mengatur siklus tidur dan
bangun.
Daerah anterior hipotalamus terletak di depan dan bertanggung jawab untuk beberapa
fungsi. Ini adalah bagian penting dari termoregulasi, yang merupakan pengaturan suhu tubuh.
Termoregulasi dikendalikan melalui berkeringat dan terengah-engah. Tidur dan siklus sirkadian
juga diatur oleh daerah anterior.
Di tengah hipotalamus, daerah tuberal ditemukan. Bagian ini bertanggung jawab atas haus
dan lapar. Wilayah tuberal juga mengontrol tekanan darah dan denyut jantung. Pertumbuhan
mengatur hormon dan produksi dopamin diatur oleh daerah ini juga.
Pada bagian belakang hipotalamus adalah daerah posterior. Peningkatan tekanan darah,
menggigil, dan pelebaran pupil dikontrol oleh daerah ini. Fungsi memori juga dipengaruhi oleh
daerah ini.
 Hipotalamus Penghasil Hormon
Ada dua set sel-sel saraf di hipotalamus yang menghasilkan hormon. Satu set mengirimkan
hormon yang mereka hasilkan ke bawah melalui tangkai hipofisis ke lobus posterior kelenjar
hipofisis di mana hormon ini dilepaskan langsung ke aliran darah. Hormon-hormon ini hormon
anti-diuretik dan oksitosin. Hormon anti-diuretik menyebabkan reabsorpsi air di ginjal dan
merangsang oksitosin kontraksi uterus saat melahirkan dan penting dalam menyusui.
Yang lain dari sel saraf menghasilkan merangsang dan menghambat hormon yang
mencapai lobus anterior dari kelenjar pituitary melalui jaringan pembuluh darah yang berjalan
ke bawah melalui tangkai hipofisis. Ini mengatur produksi hormon yang mengendalikan gonad,
kelenjar tiroid dan korteks adrenal serta produksi hormon pertumbuhan yang mengatur
pertumbuhan dan prolaktin yang penting untuk produksi susu. Hormon-hormon yang
diproduksi di hipotalamus adalah corticotrophin-releasing hormone, dopamin, hormon
pertumbuhan hormon-releasing, somatostatin, Gonadotropin-releasing hormone dan
thyrotrophin-releasing hormon.
Secara keseluruhan, hipotalamus mengontrol berbagai fungsi tubuh yang penting.
Neurohormonnya dikendalikan dan dirilis oleh organ kecil ini di otak. Melalui hormon ini,
aktivitas kelenjar hipofisis dikendalikan, serta proses metabolisme sistem saraf otonom
keseluruhan.
Selain hormon dan pengendalian aspek metabolisme, hipotalamus juga mengontrol dan
melepaskan hormon yang mempengaruhi sistem endokrin. Hormon endokrin dikirim ke
kelenjar pituitari dan memainkan peran dalam perilaku tertentu yang didasarkan pada emosi,
seperti kemarahan, kecemasan atau ketakutan, dan kegiatan seksual.
Hipotalamus mengontrol banyak sekali hormon yang sangat penting bagi tubuh. Fungsi
pengaturan hormon inilah yang menentukan, betapa sangat vitalnya satu organ ini.
Hormon-hormon yang dikontrol oleh hipotalamus antara lain:

1. ACTH : Adrenocortico Releasing Hormon


2. ACIH : Adrenocortico Inhibiting Hormon
3. TRH : Tyroid Releasing Hormon
4. TIH : Tyroid Inhibiting Hormon
5. GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon
6. GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon
7. PTRH : Paratyroid Releasing Hormon
8. PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon
9. PRH : Prolaktin Releasing Hormon
10. PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon
11. GRH : Growth Releasing Hormon
12. GIH : Growth Inhibiting Hormon
13. MRH : Melanosit Releasing Hormon
14. MIH : Melanosit Inhibiting Hormon
Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan sekresi hormon-
hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja hormonal sedang bagian posterior
dikontrol melalui kerja saraf.
 Gangguan hipotalamus
Fungsi hipotalamus dapat dipengaruhi oleh trauma kepala, tumor otak, infeksi, operasi,
radiasi dan kekurangan gizi. Hal ini dapat menyebabkan gangguan keseimbangan energi dan
termoregulasi, ritme tubuh kacau, (insomnia) dan gejala defisiensi hipofisis akibat hilangnya
kontrol hipotalamus. Defisiensi hipofisis (hypopituitarism) akhirnya menyebabkan defisiensi
hormon yang diproduksi oleh gonad, korteks adrenal dan kelenjar tiroid serta hilangnya
hormon pertumbuhan.
Kurangnya anti-diuretik produksi hormon oleh hipotalamus menyebabkan diabetes
insipidus. Dalam kondisi ini ginjal tidak mampu menyerap air yang menyebabkan produksi
berlebihan urin encer dan jumlah yang sangat besar minum.
C. Sistem Kerja
Selain merupakan pusat integrasi utama, talamus juga merupakan pusat input informasi
sensoris utama yang menuju ke serebrum dan merupakan pusat output untuk informasi
motoris yang meninggalkan serebrum. Talamus banyak mengandung nukleus yang berbeda-
beda. Masing-masing nukleus berfungsi untuk jenis informasi sensoris tertentu. Informasi yang
masuk dari semua indra diseleksi dalam talamus dan dikirimkan ke pusat otak bagian atas
untuk interpretasi dan integrasi lebih lanjut, talamus juga menerima input dari serebrum dan
dari bagian-bagian otak yang mengatur emosi dan kesiagaan ( dalam keadaan bangun).
Meskipun hanya berbobot beberapa gram, hipotalamus merupakan salah satu wilayah
otak yang penting untuk homeostasis. Kita telah melihat sebelumnya bahwa hipotalamus
merupakan sumber dua golongan hormon, hormon pituitari posterior dan hormon pembebas
yang bekerja pada pituitari anterior. Termostat tubuh terdapat hipotalamus, juga pusat untuk
pengaturan rasa lapar, rasa haus, dan beberapa mekanisme kelangsungan hidup dasar lainnya.
Nukleus Hipotalamus juga memainkan peran dalam respon seksual dan perilaku kawin, respon
fight or flight , dan rasa nikmat. Sebutan pusat kenikmatan hipotalamik diberikan kepada
respons yang ditunjukan ketika hipotalamus di rangsang pada hewan percobaan, meskipun kita
sesungguhnya tidak dapat mengetahui apakah tikus mengalami apa yang diterjemahkan
manusia sebagai sensasi yang memberikan kenikmatan.
11) Kegiatan Belajar 11
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menjelaskan kelainan gangguan metabolic dan endokrin : Dibetes Mellitus
b. Uraian Materi
Anatomi dan Fisiologi Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki fungsi utama yakni untuk
menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin.
Kalenjar pankreas terletak pada bagian belakang lambung dan berhubungan erat dengan
duodenum (usus dua belas jari). Di dalamnya terdapat kumpulan sel yang berbentuk seperti
pulau pada peta, karena itu acapkali disebut pulau-pulau Langerhans. Dinamakan Langerhans
atas penemunya, Paul Langerhans pada tahun 1869. Setiap pulau berisikan sel beta yang
berfungsi mengeluarkan hormon insulin. Dimana hormon insulin memegang peran penting
dalam mengatur kadar glukosa darah.
Tiap pankreas mengandung lebih kurang 100.000 pulau Langerhans dan tiap pulau berisi 100
sel beta. Disamping sel beta ada juga sel alfa yang memproduksi glukagon yang bekerja
sebaliknya dari insulin yaitu mengingkatkan kadar glukosa darah. Juga ada sel delta yang
mengeluarkan somatostatin.(www.klikdokter.com)
Selain itu terdapat sel f menghasilkan polipeptida pankreatik, yang berperan mengatur fungsi
eksokrin pancreas.(dr Jan Tamboyang,:2001:75)
1. Glucagon
Sasaran utama glikagon adalah hati, dengan
a) Merombak glikogen menjadi glukosa(glikogenolisis)
b) Sintesis glukosa dari asam laktat dan dari molekul non-karbohidrat seperti asam lemak dan
asam amino(glukoneogenesis)
c) Pembebasan glukosa ke darah oleh sel-sel hati, sehingga gula darah naik
Sekresi glucagon dirangsang turunnya kadar gula darah, juga naiknya kadar asam amino
darah(setelah makan banyak protein). Sebaliknya dihambat oleh kadar gula darah yang tinggi
oleh somatosmatin.

2. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan molekul 5808 untuk insulin manusia. Insulin terdiri atas
dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide.
Sebelum insulin dapat berfungsi dia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar
didalam membrane sel.(Guyton,699)
Efek insulin yang paling jelas adalah setelah makan. Efek utamanya adalah menurunkan kadar
gula darah, juga mempengaruhi metabolism protein dan lemak. Penurunan kadar gula darah
terjadi karena transport membrane terhadap glukosa ke dalam sel meningkat, khususnya ke
dalam sel-sel otot. Insulin menghambat perombakan glikogen menjadi glukosa dan konversi
asam amino atau asam lemak menjadi glukosa; jadi menghambat aktivitas metabolic yang
dapat meningkatkan glukosa darah. Setelah glukosa masuk kedalam sel-sel sasaran, insulin
mempengaruhi
a) Oksidasi glukosa menghasilkan ATP
b) Menggabungkan glukosa membentuk glikogen
c) Mengkonversi glukosa menjadi lemak.
Kebutuhan energy didahulukan, baru deposit glikogen; bila masih ada glukosa, terjadi deposit
lemak. Sekresi insulin dirangsang naiknya kadar gula darah, juga kadar asam amino dan asam
lemak darah. .(dr Jan Tamboyang,:2001:75)

B. Mekanisme Kerja Insulin


Salah satu efek insulin yang terpenting adalah untuk menyebabkan absorber bagian terbesar
glukosa setelah makan untuk disimpan hamper segera didalam hati dalam bentuk glikogen.
Kemudian diantara waktu makan, bila insulin tidak tersedia dan konsenttrasi darah mulai
menurun, maka glikogen hati kembali dipecah menjadi glukosa, yang dilepaskan kembali ke
dalam darah untuk menjaga konsentrasi gula darah agar tidak turun terlalu rendah.
Mekanisme insulin menyebabkan ambilan dan penyimpanan glukosa didalam hati meliputi
beberapa langkah yang hamper serentak.
1. Insulin menghambat fosforilase, enzim yang menyebabkan glikogen hati dipecah menjadi
glukosa
2. Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh sel-sel hati
3. Insulin juga meningkatkan aktivitas enzim yang meningkatkan sintesis glikogen.
Setelah makan berlalu dan kadar glukosa mulai turun sampai kadar rendah, sekarang terjadi
beberapa kejadian yang menyebabkan hati melepaskan glukosa kembali kedalam darah yang
bersirkulasi.
1. Penurunan glukosa menyebabkan pancreas menurunkan sekresi insulinnya
2. Kemudian kurangnya insulin membalikkan semua efek yang tercatat diatas untuk
penyimpanan glikogen
3. Kurangnya insulin juga mengaktivasi enzim fosforilasi, yang menyebabkan pemecahan
glikogen menjadi glukosa fosfat
4. Enzim glukosa fosfatase menyebabkan gugus fosfat pecah dari glukosa dan ini memungkinkan
glikosa bebas berdifusi kembali ke darah.
Jadi hati mengambil glukosa dari darah bila berlebihan setelah makan dan mengembalikannya
kedalam darah bila ia diperlukan diantara waktu makan. Biasanya, sekitar 60 % glukosa dari
makanan yang disimpan dengan cara ini didalam hati dan kemudian kembali lagi.
Insulin juga meningkatkan konversi glukosa nhati menjadi asam lemak dan asam lemak ini
diangkut lagi kedalam jaringan adipose serta disimpan sebagai lemak.Insulin juga menghambat
glukoneogenesis. Ini terutama terjadi dengan menurunkan jumlah dan aktivitas enzim hati
yang diperlukan untuk glukoneogenesis.(Guyton:704)
1. Pengaturan Sekresi Insulin
Sekresi insulin terutama diatur oleh konsentrasi glukosa darah. Akan tetapai, asam amino
darah dan factor-faktor lain juga memiliki peranan penting.
Kadar glukosa darah normal waktu puasa adalah 80-90mg/100ml. darah, kecepatan sekresi
insulin minimum. Waktu glukosa darah meningkat diatas 100mg/100ml darah, kecepatan
sekresi insulin meningkat cepat, mencapai puncaknya yaitu 10 sampai 20 kali tingkat
konsentrasi glukosa darah antara 300 sampai dan 400 mg/100ml.
Selain sekresi insulin dirangsang oleh glukosa, kebanyakan asam amino mempunyai efek yang
sama. Akan tetapi, efek ini berbeda dari perangsangan glukosa terhadap sekresi insulin sebagai
berikut:
Asam amino yang diberikan tanpa adanya peningkatan glukosa darah hanya menyebabkan
sedikit peningkatan sekreesi insulin. Akan tetapi, bila diberikan pada saat yang sama dengan
konsentrasi glukosa darah yang tinggi, sekresi insulin yang dirangsang glukosa mungkin
sebanyak dua kali. Jadi, asam amino saat mempotensiasi rangsangan glukosa terhadap sekresi
insulin.Guyton:705)

C. Pengertian Diabetes Mellitus


Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002 dalam www.ilmukeperawatan.com).
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan
oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat kekurangan insulin baik absolut
maupun relatif (Noer, 2003 dalam www.trinoval.web.id). Diabetes mellitus adalah penyakit
dimana penderita tidak bisa mengontrol kadar gula dalam tubuhnya. Tubuh akan selalu
kekurangan ataupun kelebihan gula sehingga mengganggu system kerja tubuh secara
keseluruhan (FKUI, 2001 dalam www.trinoval.web.id).
Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa
darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon
terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh
pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya
komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat
menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta
komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit makrovaskuler,
termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.(brunner and suddarth, 2002:
109)

D. Jenis Diabetes Mellitus

1. Tipe 1: Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)


Diabetes ini dikenal sebagai tipe juvenile onset dan tipe dependen insulin, namun kedua tipe
ini dapat muncul pada sembarang usia. Insidens tipe 1 sebanyak 30.000 kasus baru setiap
tahunnya dan dapat dibagi dalam dua subtype yaitu autoimun akibat disfungsi autoimun
dengan kekurangan sel-sel beta dan idiopatik tanpa bukti adanya autoimun dan tidak diketahui
sumbernya. Sub tipe ini lebih sering timbul pada etnik keturunan Afrika-Amerika dan Asia.
Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat di obati dengan pemberian therapi insulin
yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan faktor
lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita
diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya,
sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana
mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai
penyakit.
2. Tipe 2: Non-Insulin-Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)
a) 90% sampai 95% penderita diabetic adalah tipe 2. Kondisi ini diakibatkan oleh penurunan
sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan
insulin
b) Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olahraga; jika kenaikan kadar glukosa darah
menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemia(suntikan insulin dibutuhkan jika preparat
oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia)
c) Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan pada mereka yang
obesitas.
3. Diabetes gestasional (GDM )
GDM dikenal pertama kali selama kehamilan dan mempengaruhi 4% dari semua kehamilan.
Faktor resiko terjadinya GDM adalah usia tua, etnik, obesitas, multiparitas, riwayat keluarga,
dan riwayat diabetes gestasional terdahulu. Karena tejadi peningkatan sekresi berbagai
hormone yang mempunyai efek metabolic terhadap toleransi glukosa, maka kehamilan adalah
suatu keadaan diabetogenik. Pasien-pasien yang mempunyai presdisposisi diabetes secara
genetic mungkin akan memperlihatkan intoleransi glukosa atau manifestasi klinis diabetes pada
kehamilan.

4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya.


Dalam skala yang lebih kecil, ada beberapa kasus diabetes oleh syndrome genetic tertentu
( perubahan fungsi sel beta dan perubahan fungsi insulin secara genetis ), gangguan pada
pancreas yang didapati pada pecandu alcohol, dan penggunan obat ataupun zat kimia.
Beberapa kasus tersebut dapat memicu gejala yang sama dengan diabetes. ( Pearce, 2007 )
E. Etiologi
Sesuai dengan klasifikasi yang telah disebutkan sebelumnya maka penyebabnyapun pada
setiap jenis dari diabetes juga berbeda. Berikut ini merupakan beberapa penyebabdari penyakit
diabetes mellitus:

1. Diabetes Melitus tipe 1 ( IDDM )


a. Faktor genetic
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi
atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini
ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada
jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya
seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan
insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
(Price,2005)
2. Diabetes Melitus tipe 2 ( NIDDM )
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada
diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor resiko:
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
Sekitar 90% dari kasus diabetes yangdidapati adalah diabetes tipe 2. Pada awlanya, tipe 2
muncul seiring dengan bertambahnya usia dimana keadaan fisik mulai menurun.
b. Obesitas
Obesitas berkaitan dengan resistensi kegagalan toleransi glukosa yang menyebabkan diabetes
tipe 2. Hala ini jelas dikarenakan persediaan cadangan glukosa dalam tubuh mencapai level
yang tinggi. Selain itu kadar kolesterol dalam darah serta kerja jantung yang harus ekstra keras
memompa darah keseluruh tubuh menjadi pemicu obesitas. Pengurangan berat badan sering
kali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensivitas insulin dan pemulihan toleransi glukosa.
c. Riwayat keluarga
Indeks untuk diabetes tipe 2 pada kembar monozigot hamper 100%. Resiko berkembangnya
diabetes tipe 3 pada sausara kandubg mendekati 40% dan 33% untuk anak cucunya. Jika orang
tua menderita diabetes tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak adalah 1:1 dan
sekitar 90% pasti membawa carer diabetes tipe 2.( Martinus,2005)
3. Diabetes gestasional (GDM )
Pada DM dengan kehamilan, ada 2 kemungkinan yang dialami oleh si Ibu:
a. Ibu tersebut memang telah menderita DM sejak sebelum hamil
b. ibu mengalami/menderita DM saat hamil
Klasifikasi DM dengan Kehamilan menurut Pyke:
Klas I : Gestasional diabetes, yaitu diabetes yang timbul pada waktu hamil dan menghilang
setelah melahirkan.
Klas II : Pregestasional diabetes, yaitu diabetes mulai sejak sebelum hamil dan berlanjut
setelah hamil.
Klas III : Pregestasional diabetes yang disertai dengan komplikasi penyakit
pembuluh darah seperti retinopati, nefropati, penyakit pemburuh darah panggul dan
pembuluh darah perifer.
Pada saat seorang wanita hamil, ada beberapa hormon yang mengalami peningkatan jumlah.
Misalnya, hormon kortisol, estrogen, dan human placental lactogen (HPL). Ternyata, saat hamil,
peningkatan jumlah hormon-hormon tersebut mempunyai pengaruh terhadap fungsi insulin
dalam mengatur kadar gula darah (glukosa). Kondisi ini menyebabkan kondisi yang kebal
terhadap insulin yang disebut sebagai insulin resistance.
Saat fungsi insulin dalam mengendalikan kadar gula dalam darah terganggu, jumlah gula dalam
darah pasti akan naik. Hal inilah yang kemudian menyebabkan seorang wanita hamil menderita
diabetes gestasional.

4. Diabetes Melitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya


a. Kelainan genetic dalam sel beta.
Pada tipe ini memiliki prevalensi familial yang tinggi dan bermanifestasi sebelum usia 14 tahun.
Pasien seringkali obesitas dan resisten terhadap insulin.
b. Kelainan genetic pada kerja insulin sindrom resistensi insulin berat dan akantosis negrikans
c. Penyakit endokrin seperti sindrom Cushing dan akromegali
d. Obat-obat yang bersifat toksik terhadap sel-sel beta
e. Infeksi
F. Patofisiologi
Sebagian besar gambaran patologik dari DM dapat dihubungkan dengan salah satu efek utama
akibat kurangnya insulin berikut:
1. Berkurangnya pemakaian glukosa oleh sel – sel tubuh yang mengakibatkan naiknya
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 – 1200 mg/dl.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah penyimpanan lemak yang menyebabkan terjadinya
metabolisme lemak yang abnormal disertai dengan endapan kolestrol pada dinding pembuluh
darah.
3. Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien – pasien yang mengalami defisiensi
insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa plasma puasa yang normal atau toleransi
sesudah makan. Pada hiperglikemia yang parah yang melebihi ambang ginjal normal
( konsentrasi glukosa darah sebesar 160 – 180 mg/100 ml ), akan timbul glikosuria karena
tubulus – tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali semua glukosa.
Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang menyebabkan poliuri disertai
kehilangan sodium, klorida, potasium, dan pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan
timbul polidipsi. Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung terjadi polifagi.
Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi sehingga pasien menjadi cepat telah
dan mengantuk yang disebabkan oleh berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga
berkurangnya penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan pada saraf perifer.
Ini akan memudahkan terjadinya gangren.

Gangren Kaki Diabetik


Ada dua teori utama mengenai terjadinya komplikasi kronik DM akibat hiperglikemia, yaitu
teori sorbitol dan teori glikosilasi.
a. Teori Sorbitol
Hiperglikemia akan menyebabkan penumpukan kadar glukosa pada sel dan jaringan tertentu
dan dapat mentransport glukosa tanpa insulin. Glukosa yang berlebihan ini tidak akan
termetabolisasi habis secara normal melalui glikolisis, tetapi sebagian dengan perantaraan
enzim aldose reduktase akan diubah menjadi sorbitol. Sorbitol akan tertumpuk dalam sel /
jaringan tersebut dan menyebabkan kerusakan dan perubahan fungsi.

b. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama
yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal
dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.Terjadinya Kaki
Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – factor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama
yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan
faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya
gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada
kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan
darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit
tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Manifestasi gangguan
Pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari,
denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan
menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta antibiotika
sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi
yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati
dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
G. Tanda dan Gejala
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam
darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua
dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.

Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan
diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat
waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang
menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami
berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

H. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat ditegakkan
hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan
asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM,
pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan
bahan glukosa darah plasma vena. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa
darah cara reagen kering yang umumnya sederhana dan mudah dipakai.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh
kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang
dianjurkan. Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Ada
perbedaan antara uji diagnostic DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostic DM dilakukan
untuk mereka yang menunjukan gejala atau tanda DM. Sedangkan pemeriksaan penyaring
bertujuan untuk mengidenfikasi mereka yang tidak bergejala tetapi memilliki resiko DM.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor risiko untuk
DM, yaitu :
1. kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
2. kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m 2)
3. tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
4. riwayat keluarga DM
5. riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
6. riwayat DM pada kehamilan
7. dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl
8. pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)
Pemeriksaan penyaring yang dapat dilakukan:
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar Glukosa darah puasa
3. Tes Toleransi Glukosa
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena < 100 100-200 >200
Darah kapiler <80 80-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-120 >126
Darah Kapiler <90 90-100 >100

Cara pelaksanaan TTGO :


1. 3 hari sebelumnya makan seperti biasa
2. Kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan
3. Puasa semalam, selama 10-12 jam
4. Kadar glukosa darah puasa diperiksa
5. Diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgBB, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum
selama/dalam waktu 5 menit
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan
subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl
H. Pengobatan Diabetes Mellitus
Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa
darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik. Tujuan
teraupetik pada setiap jenis diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal tanpa
terjadinya hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas klien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes:
1. Diet
2. Latihan
3. Pemantauan
4. Terapi
5. Pendidikan (keperawatan medical bedah, brunner and suddarth, 2002: 1226)
a. Penatalaksanaan Diet/Perencanaan Makanan(Meal planning)
Pada consensus perkumpulan endokrinologi Indonesia(PERKENI) telah ditetapkan bahwa
standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat(60-
70%), protein (10-15%), lemak (20-25%),. Apabila diperlukan santapan dengan komposisi
karbohidrat sampai 70-75% juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan
ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut,
dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolestrol
<300mg/hari. Jumlah kandungan serat kurang lebih 25 g/hari, diutamakan jenis serat larut.
Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi. Pemanis dapat digunakan secukupnya.
Cara menghitung kalori pada pasien DM
Tentukan terlebih dahulu berat badan ideal untuk mengetahui jumlah kalori basal pasien DM.
Cara termudah adalah perhitungan menurut Bocca :
BB ideal=(TB dalam cm – 100)x 1 kg
Kemudian hitung jumlah kalori yang dibutuhkan. Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah
kalori yang dibutuhkan seorang pasien DM.
1) Menghitung kebutuhan basal dengan cara mengalihkan berat badan ideal dengan 30 untuk
laki-laki dan 25 untuk wanita. Kebutuhan kalori sebenarnya harus ditambah lagi sesuai dengan
kegiatan sehari-hari(lihat table 2)

Table 2 daftar kalori yang dikeluarkan pada berbagai aktifitas


Ringan Sedang Berat
100 – 200 kkal/jam 200-350 kkal/jam 400-900 kkal/jam
Mengendarai mobil Rumah tangga Aerobic
Memancing Bersepeda Bersepeda
Kerja laboratorium Bowling Memanjat
Kerja sekretaris Jalan cepat Menari
Mengajar kerja Berkebun Lari
Golf Sepak bola
Sepatu roda tenis
2) Kebutuhan basal dihitung seperti 1, tetapi ditambah kalori berdasarkan persentase kalori
basal.
a) Kerja ringan, ditambah 10% dari kalori basal
b) Kerja sedang, ditambah 20% dari kalori basal
c) Kerja berat, ditambah 40-100% dari kalori basal
d) Pasien kurus, masih tumbuh kembang, terdapat infeksi, sedang hamil atau menyusui,
ditambah 20-30%
3) Kebutuhan kalori dihitung berdasarkan table 3
Table 3. kebutuhan kalori
Dewasa Kkal/BB ideal
Kerja santai Kerja sedang
kerja berat
Gemuk 25 30 35
Normal 30 35 40
Kurus 35 40 40-50
4) Suatu pegangan kasar dapat dibuat sebagai berikut:
a) Pasien kurus = 2300-2500 kkal
b) Pasien normal =1700-2100 kkal
c) Pasien gemuk =1300-1500 kkal
b. Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama kurang lebih 0,5 jam yang
sifatnya sesuai CRIPE (continous, Rhtmical, Interval, Progresiv, endurance training). Latihan
dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur,
selang seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur angsur dari sedikit ke latihan yang lebih
berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan
adlah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung.
Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75%-85% denyut nadi
maksimal.Denyut nadi maksimal dapat dihitung dengan menggunakan formula berikut:
DNM= 220 – umur (dalam tahun)
Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum
makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi orang yang tahu mengatasi serangan
hipoglikemia, harus selalu membawa permen, dan memeriksa kaki setelah berolahraga.
c. Obat berkhasiat hipoglikemik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makan dan kegiatan jasmani yang teratur tapi kadar
glukosa darah masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik
(oral/suntikan)
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
1) Sulfonylurea
Obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara :
a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan
b) Menurunkan ambang sekresi insulin
c) Meningkatkan rangsangan insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
2) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal. Preparat yang
ada dan normal adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk(IMT>30) sebagai
obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat
golongan sulfonylurea.
3) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam saluran
cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukos.
4) Insulin sensitizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi
meningkatkan sensitifitas insulin, sehingga bias mengatasi masalah resistensi insulin tanpa
menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum beredar di Indonesia.
Insulin
Indikasi penggunaan insulin pada NIDDM adalah:
1) DM dengan berat badan menurun cepat/kurus
2) Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar
3) DM yang mengalami stress berat
4) Dm dengan kehamilan
5) DM yang tidak berhasil dikelola dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau
kontraindikasi obat tersebut.
Tabel 3. Preparat insulin yang tersedia
Jenis Kerja Preparat
Kerja pendek Actrapid human 40/humulin
Actrapid human 100
Kerja Sedang Monotard human 100
Insulatard
NPH
Kerja panjang PZL
Campuran kerja pendek dan Mixtard
sedan/panjang

Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikkan perlahan-lahan
sesuai dengan hasil glukosa darah apsien. Jika pasien sudah diberikan sulfonylurea dan
metformin sampai dosis maksimal namun kadar glukosa darah belum mencapai sasaran
dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dengan metformin. Jika cara ini tidak berhasil
juga, dipakai kombinasi sulfonilaria dan metformin

I. Komplikasi Diabetes Mellitus


Komplikasi yang berkaitan dengan kedua tipe diabetes digolongkan sebagai akut dan kronis
1. Komplikasi Akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan jangka pendek dalam glukosa
darah.Ada tiga komplikasi akut pada diabetes yang penting dan berhubungan dengan gangguan
keseimbangan kadar glukosa darah jangka pendek. Ketiga komplikasi tersebut adalah:
Hipoglikemia, ketoasidosis diabetic, dan sindrom HHNK(juga disebut koma hiperglikemik
hiperosmolar nonketotik)
a. Hipoglikemia terjadi kalau kadar glukosa darah turun di bawah 50 – 60 mg/dl. Keadaan ini
dapat terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan
yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Hipoglikemia dapat terjadi setiap saat
pada siang atau malam hari. Kejadian ini bias dijumpai sebelum makan, khususnya jika waktu
makan tertunda atau bila pasien lupa makan camilan.
Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan menjadi dua kategori: Gejala adrenergic dan gejala
system saraf pusat.
Pada hipoglikemia ringan, ketika kadar glukosa darah menurun, system saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor,
takikardi, palpitasi, dan kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, Penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi
pada system saraf pusat mencakupi ketidakmampuan konsentrasi, sakit kepala, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, patirasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, pengluhatan ganda, dan
perasaan ingin pingsan.
Pada hipoglikea berat, fungsi system saraf pusat mengalami gangguan yang sangat berat
sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang
dideritanya. Gejala dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan kejang,
sulit dibangunkan dari tidur, atau bahkan kehilangan kesadaran.
Penanganan harus segera diberikan bila terjadi hipoglikemia. Rekomendasi biasanya pemberian
10 – 15 gram gula yang bekerja cepat per oral:
1) 2-4 tablet glukosa yang dapat dibeli di apotik
2) Teh yang manis
3) 6-10 butir permen
4) 2-3 sendok the sirup atau madu
b. Diabetes Ketoasidosis
1) Patofisiologi
Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin
yang nyata. Keadaan ini menyebabkan gangguan pada metabolism karbohidrat, protein, dan
lemak. Ada tiga gambaran klinis yang penting pada diabetes ketoasidosis:
a) Dehidrasi
b) Kehilangan elektrolit
c) Asidosis
Apabila jumlah insulin berkurang, jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula. Di
samping itu produksi gula hati menjadi tidak terkendali pula. Kedua factor ini menimbulkan
hiperglikemia.Dalam upaya untuk menghilangkan glukosa yang berlebihan dari dalam tubuh,
ginjal akan mengekskresikan glukosa bersama-sama air dan elektrolit(seperti natrium dan
kalium). Diuresis osmotic yang ditandai dengan oleh urinasi berlebihan(poliuria) ini akan
menyebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit.
Akibat defisiensi insulin yang lain dalah pemecahan lemak(lipolisis) menjadi asam-asam lemak
bebas dan gliserol. Asam lemak bebas akan diubah menjadi badan keton oleh hati. Pada
ketoasidosis diabetic terjadi produksi badan keton yang berlebihan sebagai akibat dari
kekurangan insulin yang secara normal akan mencegah keadaan tersebut. Badan keton bersifat
asam, dan bila bertumpuk di sirkulasi darah, badan keton akan menimbulkan asidosis
metabolic.
Tanda dan gejala
2) Manifestasi Klinik
a) Hiperglikemia pada ketoasidosis diabetic akan menimbulkan poliuria dan polidipsi. Di samping
itu pasien juga mengalami penglihatan kabur, kelemahan, dan sakit kepala. Pasien dangan
penurunan volume intravaskuler yang nyata mungkin juga mengalami hipotensi ortostatik
b) Ketosis dan asidosis yang merupakan cirri dkhas diabetes asidosis mengalami gejala
gastrointestinal seperti anoreksia, mual, muntah, dan nyeri abdomen. Nyeri abdomen dan
gejala-gejala fisik pada pemeriksaan dapat begitu berat sihingga tampaknya terjadi proses
intraabdominal yang memerlukan tindakan pembedahan. Napas pasien mungkin berbau
aseton sebagai akibat meningkatnya badan keton. Selain itu hiperventilasi dapat terjadi.
Pernapasan kusmaul ini menggambarkan upaya tubuh untuk mengurangi asidosis guna
melawan efek dari pembentukan badan keton.
c) Perubahan mental pada ketoasidosis diabetic bervariasi, antara pasien yang satu dan lainnya.
Pasien dapat terlihat sadar, mengantuk, atau koma.
3) Nilai laboratorium
Kadar glukosa darah dapat bervariasi dari 300-800mg/dl. Bukti adanya ketoasidosis ditandai
oleh kadar bikarbonat serum rendah (0 hingga 15 mEq/L) dan pH yang rendah(6,8-7,3). Tingkat
pCO2 yang rendah(10-30mmHg) mencerminkan kompensasi respiratorik terhadap asidosis
metabolic.
4) Terapi
Terapi diabetic ketoasidosis diarahkan pada perbaikan tiga permasalahan utama: dehidrasi,
kehilangan elektrolit, dan asidosis
Dehidrasi diatasi dengan rehidrasi untuk mempertahankan perfusi jaringan. Disamping itu
penggantian cairan akan menggalakkan ekskresi glukosa yang berlebihan melalui ginjal. Pasien
mungkin membutuhkan 6 hingga 10 liter cairan infuse untuk menggantikan kehilangan cairan
akibat poliuria, hiperventilasi, diare, dan muntah.
c. Sindrom Hiperglikemik Hiperosmolar Nonketotik
1) Patofisiologi
Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh
hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Pada saat yang
sama tidak ada atau sedikit terjadi ketosis ringan. Kelainan dasar biokimia pada sindrom ini
berupa kekurangan insulin efektif. Keadaan hiperglikemik persisten menyebabkan dieresis
osmotic sehingga terjadi kekurangan cairan dan elektrolit. Untuk mempertahankan
keseimbangan osmotic, cairan akan berpindah dari ruang intrasel ke dalam ruang ekstrasel.
Dengan adanya glukosuria dan dehidrasi, akan dijumpai keadaan hipernatremia dan
peningkatan osmolaritas.
2) Manifestasi klinik
Terdiri atas gejala hipotensi, dehidrasi berat, takikardi, dan tanda-tanda neurologis yang
bervariasi.
3) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan HHNK serupa dengan DKA, yaitu: cairan, elektrolit, dan insulin.
2. Kompilkasi Kronis
Komplikasi jangka panjang diabetes dapat menyerang semua system organ dalam tubuh.
Kategori diabetes yang lazim digunakan adalah
a. Komplikasi Makrovaskuler
1) Penyakit arteri Koroner
Perubahan ateroskerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi peda diabetes. Perunahan
aterosklerotik dalam pembuluh arteri koroner menyebabkan peningkatan insidens infark
miokard pada penderita. Salah satu ciri unik pada penyakit arteri koroner yang diderita oleh
pasien-pasien diabetes adalah tidak terdapatnya gejala iskemik yang khas. Jadi, pasien mungkin
tidak memperlihatkan tanda-tanda awal penurunan aliran darah koroner dan dapat mengalami
infark miokard asimptomatik ini hanya dijumpai melalui pemeriksaan EKG. Kurangnya gejala
iskemik ini disebabkan oleh neuropati otonom
2) Penyakit Serebrovaskuler
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus di
tempat lain dalam system pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga
terjepit dalam pembuluh darah serebral dapat menimbulkan serangan iskemia sepintas dan
stroke. Gejala penyakit serebrovaskuler ini dapat menyerupai gejala pada komplikasi akut
diabetes. Gejala tersebut mencakup keluhan pusing atau vertigo, gangguan penglihatan, bicara
pelo dan kelemahan.
3) Penyakit Vaskuler Perifer
Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah merupakan
penyebab meningkatnya insidens penyakit oklusif arteri perifer pada pasien-pasien diabetes.
Bentuk penyakit oklusif arteri yang parah pada ekstermitas bawah ini merupakan utama
meningkatnya insidens gangrene dan amputasi pada pasien-pasien diabetes.
Para peneliti diabetes masih terus menyelidiki hubungan antara diabetes dan penyakit
makrovaskuler. Ada factor-faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan percepatan
ateroslerosis. Faktor-faktor ini mencakup kenaikan kadar lemak darah, hipertensi, kebiasaan
merokok, obesitas, kurangnya latihan dan riwayat keturunan.
Diet merupakan terapi penting dalam menangani obesitas, hipertensi dan hiperlipidemia.
Latihan teratur merupakan terapi yang sangat penting pula.
Apabila komplikasi makrovaskuler terjadi, penanganannya sama dengan penanganan pada
pasien nondiabetik. Disamping itu pengendalian kadar glukosa darah juga harus diperhatikan.
b. Komplikasi Mikrovaskuler
Penyakit mikroangiopati ditandai oleh penebalan membrane basalis pembuluh kapiler.
Membran basalis mengelilingi sel-sel endotel kapiler. Ada dua tempat dimana gangguan fungsi
kapiler dapat berakibat serius; kedua tempat tersebut adalah mikrosirkulasi retina mata dan
ginjal. Retinopati diabetic yang diakibatkan oleh mikroangiopati merupakan penyebab
kebutaan yang utama pada individu yang berusia antara 20 hingga 74 tahun di Amerika Serikat.
1) Retinopati Diabetik
Kelainan patologis mata yang disebut retinopati diabetic disebabkan oleh perubahan dalam
pembuluh-pembuluh darah kecil disekitar retina. Retina merupakan bagian mata yang
menerima bayangan dan mengirimkan informasi tentang bayangan tersebut ke otak. Bagian ini
mengandung banyak sekali pembuluh darah arteri serta vena kecil, arteriol, venula, dan kapiler.
Ada tiga stadium utama retinopati diabetic; retinopati nonproliferatif, retinopati praproliferatif,
dan retinopati proliferative.
Komplikasi oftalmologi lain yang dapat terjadi pada pasien diabetes mellitus adalah katarak,
glaucoma, dan perubahan lensa.
2) Nefropati
Bukti menunjukkan bahwa segera sesudah terkena diabetes, khususnya bila kadar glukosa
darah meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress yang menyebabkan
kebocoran protein darah ke dalam urin. Sebagai akibatnya, tekanan dalam pembuluh darah
ginjal meningkat. Kenaikan tersebut diperkirakan berperan sebagai stimulus untuk terjadinya
nefropati.
c. Neuropati Diabetes
Neuropati pada diabetes mengacu kepada sekelompok penyakit yang menyerang semua tipe
saraf, termasuk saraf perifer, otonom dan spinal. Kelainan tersebut tampak beragam secara
klinis dan bergantung pada lokasi sel saraf yang terkena.
Patogenesis neuropati dalam diabetes dapat dikaitkan dengan mekanisme vaskuler atau
metabolic atau keduanya, meskipun perannya yang yang berhubungan mekanisme ini masih
belum berhasil ditentukan. Penebalan membrane basalis kapiler dan penutupan kapiler dapat
dijumpai. Disamping itu mungkin terdapat demielinisasi saraf yang diperkirakan berhubungan
dengan hiperglikemia. Hantaran saraf akan terganggu apabila terdapat kelainan pada selubung
myelin.

Pengertian Diabetes Mellitus Tipe 2


Dalam DM Tipe 2, pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah insulin untuk metabolisme
glukosa (gula), tetapi tubuh tidak mampu untuk memanfaatkan secara efisien. Seiring waktu,
penurunan produksi insulin dan kadar glukosa darah meningkat (Adhi, 2011). Diabetes mellitus
sebelumnya dikatakan diabetes tidak tergantung insulin atau diabetes pada orang dewasa. Ini
adalah istilah yang digunakan untuk individu yang relatif terkena diabetes (bukan yang absoult)
defisiensi insulin. Orang dengan jenis diabetes ini biasanya resisten terhadap insulin. Ini
adalah diabetes sering tidak terdiagnosis dalam jangka waktu yang lama karena hiperglikemia
ini sering tidak berat cukup untuk memprovokasi gejala nyata dari diabetes. Namun demikian,
pasien tersebut adalah risiko peningkatan pengembangan komplikasi macrovascular dan
mikrovaskuler (WHO,1999). Faktor yang diduga menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan
hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik, obesitas, inaktifitas,
faktor lingkungan dan faktor makanan (Tjekyan, 2007).

B. Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2

Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi dalam 3-10 menit pertama
setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel
beta (siap pakai) tidak dapat menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah
sekresi insulin dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih
banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang
normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar
insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati meningkat, sehingga kadar
glukosa darah puasa meningkat. Secara berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk
menghasilkan insulin akan menurun. Dengan demikian perjalanan DM tipe 2, dimulai dengan
gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 di mana
tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta. Penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar insulin puasa. Pada kadar glukosa
darah puasa 80-140 mg/dl kadar insulin puasa meningkat tajam, akan tetapi jika kadar glukosa
darah puasa melebihi 140 mg/dl maka kadar insulin tidak mampu meningkat lebih tinggi lagi;
pada tahap ini mulai terjadi kelelahan sel beta menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat
kadar insulin puasa dalam darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap
produksi glukosa hati khususnya glukoneogenesis mulai berkurang sehingga produksi glukosa
hati makin meningkat dan mengakibatkan hiperglikemi pada puasa. Faktor-faktor yang dapat
menurunkan fungsi sel beta diduga merupakan faktor yang didapat (acquired) antara lain
menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa kandungan dan bayi, adanya deposit amilyn
dalam sel beta dan efek toksik glukosa (glucose toXicity) (Schteingart, 2005 dikutip oleh
Indraswari, 2010).

Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin tetap dapat dipertahankan
sedangkan pada sebagian orang lain sudah terjadi resistensi insulin dalam beberapa tingkatan.
Pada seorang penderita dapat terjadi respons metabolik terhadap kerja insulin tertentu tetap
normal, sementara terhadap satu atau lebih kerja insulin yang lain sudah terjadi gangguan.
Resistensi insulin merupakan sindrom yang heterogen, dengan faktor genetik dan lingkungan
berperan penting pada perkembangannya. Selain resistensi insulin berkaitan dengan
kegemukan, terutama gemuk di perut, sindrom ini juga ternyata dapat terjadi pada orang yang
tidak gemuk. Faktor lain seperti kurangnya aktifitas fisik, makanan mengandung lemak, juga
dinyatakan berkaitan dengan perkembangan terjadinya kegemukan dan resistensi insulin
(Indraswari, 2010).

C. Etiologi Diabetes Mellitus Tipe 2


Yaitu diabetes yang dikarenakan oleh adanya kelainan sekresi insulin yang progresif dan adanya
resistensi insulin. Pada pasien-pasien dengan Diabetes Mellitus tak tergantung insulin (NIDDM),
penyakitnya mempunyai pola familial yang kuat. NIDDM ditandai dengan adanya kelainan
dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya kelihatan terdapat resistensi
dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-
reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang meningkatkan
transport glukosa menembus membrane sel. Pada pasien-pasien dengan NIDDM terdapat
kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsive insulin pada membrane sel. Akibatnya, terjadi
penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa.
Kadar glukosa normal dapat dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dengan
meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin menurun, dan jumlah insulin
yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia. Sekitar 80% pasien
NIDDM mengalami obesitas. Karena obesitas berkaitan dengan resistensi insulin, maka
kemungkinan besar gangguan toleransi glukosa dan diabetes mellitus yang pada akhirnya
terjadi pada pasien-pasien NIDDM merupakan akibat dari obesitasnya. Pengurangan berat
badan seringkali dikaitkan dengan perbaikan dalam sensitivitas insulin dan pemilihan toleransi
glukosa (Rakhmadany,2010).

D. Gambaran Klinis
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah (Agustina, 2009):
Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus menimbulkan
kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga
sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita
kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing
yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada
waktu malam hari.

c. Banyak minum
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing.
Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau
beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.

c. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah tidak
seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.

Keluhan lain:
a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga
mengganggu tidur. Gangguan penglihatan Pada fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai
gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali
agar ia tetap dapat melihat dengan baik.

b. Gatal / Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit
seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang
lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu
atau tertusuk peniti.

c. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang
dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu
membicarakan masalah hubungan badan, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan
seseorang.

d. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-
kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

E. Diagnosa Diabetes Melitus Tipe 2


Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan asal bahan darah yang diambil dan cara
pemeriksaan yang dipakai (Shahab,2006).

a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor risiko untuk
DM, yaitu:
1) Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
2) Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
3) Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmhg)
4) Riwayat keluarga DM
5) Riwayat kehamilan dengan bb lahir bayi > 4000 gram
6) Riwayat dm pada kehamilan
7) Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
8) Pernah TGT (toleransi glukosa terganggu) atau GDPT (glukosa darah puasa terganggu)

Tabel 1.
Kadar glukosa darah sewaktu* dan puasa* sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
(mg/dl)

Kadar glukosa darah sewaktu


Bukan DM Belum pasti DM DM
Plasma Vena < 110 110 – 199 ≥200
Darah Kapiler < 90 90 - 199 ≥200
Kadar glukosa darah puasa
Bukan DM Belum pasti DM DM
Plasma Vena < 110 110 – 125 ≥126
Darah Kapiler
< 90 90 - 109 ≥110

Keterangan:
*metode enzimatik

b. Langkah-langkah untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus


Diagnosis klinis DM umumnya akan dipikirkan bila ada keluhan khas DM berupa poliuria,
polidipsia, polifagia, lemah, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
Keluhan lain yang mungkin dikemukakan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur dan
impotensia pada pasien pria, serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Jika keluhan khas,
pemeriksaan glukosa darah sewaktu 200 mg/dl sudah cukup untuk menegakkan diagnosis
DM. Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl juga digunakan untuk patokan
diagnosis DM. Untuk kelompok tanpa keluhan khas DM, hasil pemeriksaan glukosa darah yang
baru satu kali saja abnormal , belum cukup kuat untuk menegakkan diagnosis klinis DM.
Diperlukan pemastian lebih lanjut dengan menddapatkan sekali lagi angka abnormal, baik
kadar glukosa darah puasa 126 mg/dl, kadar glukosa darah sewaktu 200 mg/dl pada hari yang
lain, atau dari hasil tes toleransi glukosa oral (TTGO) yang abnormal.

Cara pelaksanaan TTGO menurut WHO 1985


1) 3 (tiga) hari sebelumnya makan seperti biasa
2) Kegiatan jasmani secukupnya, seperti yang biasa dilakukan
3) Puasa semalam, selama 10-12 jam
4) Kadar glukosa darah puasa diperiksa
5) Diberikan glukosa 75 gram atau 1,75 gram/kgbb, dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum
selama/dalam waktu 5 menit
6) Diperiksa kadar glukosa darah 2 (dua) jam sesudah beban glukosa; selama pemeriksaan
subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok.

Kriteria diagnostik Diabetes Melitus*


1) Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) 200 mg/dl , atau
2) Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) 126 mg/dl (Puasa berarti tidak ada masukan kalori
sejak 10 jam terakhir ) atau
3) Kadar glukosa plasma 200 mg/dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram pada TTGO**

* Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali untuk keadaan
khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis atau berat
badan yang menurun cepat.

**Cara diagnosis dengan kriteria ini tidak dipakai rutin diklinik

F. Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2


Adapun Faktor resikonya yaitu (Rakhmadany, 2010):
Unchangeable Risk Factor
1. Kelainan Genetik
Diabetes dapat menurun menurut silsilah keluarga yang mengidap diabetes mellitus, karena
kelainan gen yang mengakibatkan tubuhnya tak dapat menghasilkan insulin dengan baik.

2. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat
setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan
tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga
tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.

Changeable risk factor


1. Stress
Stress kronis cenderung membuat seseorang mencari makanan yang manis-manis dan
berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar serotonin otak. Serotonin ini memiliki efek
penenang sementara untuk meredakan stress, tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya
bagi mereka yang beresiko terkena diabetes mellitus.

2. Pola Makan yang Salah


Kurang gizi atau kelebihan berat badan keduanya meningkatkan resiko terkena diabetes
mellitus. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan berat badan lebih
(obesitas) mengakibatkan gangguan kerja insulin ( resistensi insulin).

3. Minimnya Aktivitas Fisik


Setiap gerakan tubuh dengan tujuan meningkatkan dan mengeluarkan tenaga dan energi, yang
biasa dilakukan atau aktivitas sehari-hari sesuai profesi atau pekerjaan. Sedangkan faktor resiko
penderita DM adalah mereka yang memiliki aktivitas minim, sehingga pengeluaran tenaga dan
energi hanya sedikit.

4. Obesitas
80% dari penderita NIDDM adalah Obesitas/gemuk.

5. Merokok
Sebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang menyelidiki hubungan
antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara 1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta
peserta yang ditelusuri selama 30 tahun. Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi
perokok berat. Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko
terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Merokok
dapat mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu
berarti merokok dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan tubuh
terhadap insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2.

6. Hipertensi
Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan resistensi insulin dan
abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan konsekuensi metabolik yang meningkatkan
morbiditas. Abnormalitas metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada
kelainan fungsi tubuh/ disfungsi endotelial. Sel endotelial mensintesis beberapa substansi
bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh darah.

PENANGGULANGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2

A. Strategi Penanggulangan Diabetes Mellitus Tipe 2


Adapun stategi penanggulangannnya sebagai berikut (Moh Joeharno,2009):
1. Primordial prevention
Primordial prevention merupakan upaya untuk mencegah terjadinya risiko atau
mempertahankan keadaan risiko rendah dalam masyarakat terhadap penyakit secara umum.
Pada upaya penanggulangan DM, upaya pencegahan yang sifatnya primordial adalah :
 Intervensi terhadap pola makan dengan tetap mempertahankan pola makan
masyarakat yang masih tradisional dengan tidak membudayakan pola makan cepat saji
yang tinggi lemak,
 Membudayakan kebiasaan puasa senin dan kamis
 Intervensi terhadap aktifitas fisik dengan mempertahankan kegiatan-kegiatan
masyarakat sehubungan dengan aktivitas fisik berupa olahraga teratur (lebih
mengarahkan kepada masyarakat kerja) dimana kegiatan-kegiatan masyarakat yang
biasanya aktif secara fisik seperti kebiasaan berkebun sekalipun dalam lingkup kecil
namun dapat bermanfaat sebagai sarana olahraga fisik.
 Menanamkan kebiasaan berjalan kaki kepada masyarakat
2. Health promotion
Health promotion sehubungan dengan pemberian muatan informasi kepada masyarakat
sehubungan dengan masalah kesehatan. Dan pada upaya pencegahan DM, tindakan yang
dapat dilakukan adalah :
 Pemberian informasi tentang manfaat pemberian ASI eksklsif kepada masyarakat
khususnya kaum perempuan untuk mencegah terjadinya pemberian susu formula yang
terlalu dini
 Pemberian informasi akan pentingnya aktivitas olahraga rutin minimal 15 menit sehari

3. Spesific protection
Spesific protection dilakukan dalam upaya pemberian perlindungan secara dini kepada
masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Pada beberapa penyakit biasanya
dilakukan dalam bentuk pemberian imunisasi namun untuk perkembangan sekarang, diabetes
mellitus dapat dilakukan melalui :
 Pemberian penetral radikal bebas seperti nikotinamid
 Mengistirahatkan sel-beta melalui pengobatan insulin secara dini
 Penghentian pemberian susu formula pada masa neonatus dan bayi sejak dini
 Pemberian imunosupresi atau imunomodulasi
4. Early diagnosis and promp treatment
Early diagnosis and prompt treatmen dilakukan sehubungan dengan upaya pendeteksian
secara dini terhadap individu yang nantinya mengalami DM dimasa mendatang sehingga dapat
dilakukan upaya penanggulangan sedini mungkin untuk mencegah semakin berkembangnya
risiko terhadap timbulnya penyakit tersebut. Upaya sehubungan dengan early diagnosis pada
DM adalah dengan melakukan :
 Melakukan skrining DM di masyarakat
 Melakukan survei tentang pola konsumsi makanan di tingkat keluarga pada kelompok
masyarakat
5. Disability limitation
Disability limitation adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah dampak lebih besar
yang diakibatkan oleh DM yang ditujukan kepada seorang yang telah diangap sebagai penderita
DM karena risiko keterpaparan sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah :
 Pemberian insulin yang tepat waktu
 Penanganan secara komprehensif oleh tenaga ahli medis di rumah sakit
 Perbaikan fasilitas-fasilitas pelayanan yang lebih baik
6. Rehabilitation
Rehabilitation ditujukan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan kembali pada individu yang
telah mengalami sakit. Pada penderita DM, upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah :
 Pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak dan pengkonsumsian
makanan karbohidrat tinggi yang alami
 Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur dengan melaksanakan pemeriksaan
laboratorium komplit minimal sekali sebulan
 Penghindaran atau penggunaan secara bijaksana terhadap obat-obat yang
diabetagonik

B. Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2


Adapun Tahap pencegahannya yaitu (Konsensus,2006):
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang termasuk kelompok
risiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita, tetapi berpotensi untuk menderita DM.
Penyuluhan sangat penting perannya dalam upaya pencegahan primer. Masyarakat luas melalui
lembaga swadaya masyarakat dan lembaga sosial lainnya harus diikutsertakan. Demikian pula
pemerintah melalui semua jajaran terkait seperti Departemen Kesehatan dan Departemen
Pendidikan perlu memasukkan upaya pencegahan primer DM dalam program penyuluhan dan
pendidikan kesehatan. Sejak masa prasekolah hendaknya telah ditanamkan pengertian
mengenai pentingnya kegiatan jasmani teratur, pola dan jenis makanan yang sehat, menjaga
badan agar tidak terlalu gemuk, dan risiko merokok bagi kesehatan.

2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada
pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan
tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. Salah satu penyulit DM
yang sering terjadi adalah penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian
pada penyandang diabetes.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :

a. Skrinning
Skrinning dilakukan dengan menggunakan tes urin, kadar gula darah puasa, dan GIT. Skrinning
direkomendasikan untuk :
 Orang-orang yang mempunyai keluarga diabetes
 Orang-orang dengan kadar glukosa abnormal pada saat hamil
 Orang-orang yang mempunyai gangguan vaskuler
 Orang-orang yang gemuk
b. Pengobatan
Pengobatan diabetes mellitus bergantung kepada pengobatan diet dan pengobatan bila
diperlukan. Kalau masih bisa tanpa obat, cukup dengan menurunkan berat badan sampai
mencapai berat badan ideal. Untuk itu perlu dibantu dengan diet dan bergerak badan.
Pengobatan dengan perencanaan makanan (diet) atau terapi nutrisi medik masih merupakan
pengobatan utama, tetapi bilamana hal ini bersama latihan jasmani/kegiatan fisik ternyata
gagal maka diperlukan penambahan obat oral. Obat hipoglikemik oral hanya digunakan untuk
mengobati beberapa individu dengan DM tipe II. Obat ini menstimulasi pelapisan insulin dari
sel beta pancreas atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.

Tabel 2
Aktivitas Obat Hipoglisemik Oral

Obat Lamanya jam Dosis lazim/hari


Klorpropamid (diabinise) 60 1
Glizipid (glucotrol) 12-24 1-2
Gliburid (diabeta, micronase) 16-24 1-2
Tolazamid (tolinase) 14-16 1-2
Tolbutamid (orinase) 6-12 1-3

c. DIET
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM. makanan yang masuk harus
dibagi merata sepanjang hari. Ini harus konsisten dari hari kehari. Adalah sangat penting bagi
pasien yang menerima insulin dikordinasikan antara makanan yang masuk dengan aktivitas
insulin lebih jauh orang dengan DM tipe II, cenderung kegemukan dimana ini berhubungan
dengan resistensi insulin dan hiperglikemia. Toleransi glukosa sering membaik dengan
penurunan berat badan. (Hendrawan,2002).

1) Modifikasi dari faktor-faktor resiko


 Menjaga berat badan
 Tekanan darah
 Kadar kolesterol
 Berhenti merokok
 Membiasakan diri untuk hidup sehat
 Biasakan diri berolahraga secara teratur. Olahraga adalah aktivitas fisik yang terencana
dan terstruktur yang memanfaatkan gerakan tubuh yang berulang untuk mencapai
kebugaran.
 Hindari menonton televisi atau menggunakan komputer terlalu lama, karena hali ini
yang menyebabkan aktivitas fisik berkurang atau minim.
 Jangan mengonsumsi permen, coklat, atau snack dengan kandungan. garam yang
tinggi. Hindari makanan siap saji dengan kandungan kadar karbohidrat dan lemak
tinggi.
 Konsumsi sayuran dan buah-buahan.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami
penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut. Upaya rehabilitasi pada
pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Sebagai contoh aspirin dosis
rendah (80-325 mg/hari) dapat diberikan secara rutin bagi penyandang diabetes yang sudah
mempunyai penyulit makroangiopati. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan
penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang
dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal . Pencegahan tersier memerlukan
pelayanan kesehatan holistik dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah
sakit rujukan. Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal, mata,
bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatrist, dll.) sangat
diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier (Konsensus,2006).

Gambar 1
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2
C. Penanggulangan Diabetes Mellitus Tipe 2
Program penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia
Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian faktor
risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan DM.
Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor
risiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif (Rachmadany,2010).
Program pencegahan primer di Indonesia telah dilaksanakan oleh PT.Merck Indonesia Tbk
bekerja sama dengan Depkes RI dan organisasi profesi seperti Konferensi Kerja Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan organisasi kemasyarakatan seperti Persatuan Diabetes
Indonesia (PERSADI) dan Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia (PEDI) yaitu program
bertajuk Pandu Diabetes dengan simbol Titik Oranye. Melakukan kegiatan-kegiatan antara lain
memberikan informasi dan edukasi mengenai Diabetes Mellitus dan pemeriksaan kadar gula
darah secara gratis bagi sejuta orang yang telah diluncurkan oleh Menkes pada 15 Maret 2003.
Mengingat penderita Diabetes sangat rentan untuk terkena infeksi, hal ini juga merupakan
salah satu cara untuk mengurangi amputasi kaki akibat pekait Diabetes
Mellitus(Rachmadany,2010).

Federasi Diabetes Internasional (IDF) mengeluarkan pernyataan konsensus baru mengenai


pencegahan Diabetes Mellitus, menjelang resolusi Majelis Umum PBB pada bulan Desember
2006 yang menghimbau aksi internasional bersama. Konsensus IDF baru ini merekomendasikan
bahwa semua individu yang berisiko tinggi terjangkiti diabetes tipe-2 dapat diidentifikasi
melalui pemeriksaan oportunistik oleh dokter, perawat, apoteker dan dengan pemeriksaan
sendiri. Profesor George Alberti, mantan presiden IDF sekaligus penulis bersama konsensus
baru IDF mengatakan: “Terdapat banyak bukti dari sejumlah kajian di Amerika Serikat,
Finlandia, Cina, India dan Jepang bahwa perubahan gaya hidup (mencapai berat badan yang
sehat dan kegiatan olahraga yang moderat) dapat ikut mencegah berkembangnya diabetes
tipe-2 pada mereka yang beresiko tinggi. Konsensus baru IDF ini menganjurkan bahwa hal ini
haruslah merupakan intervensi awal bagi semua orang yang beresiko terjangkiti diabetes tipe-
2, dan juga fokus dari pendekatan kesehatan penduduk.” (Rachmadany,2010).

Pilar Pengelolaan DM yaitu (Perkeni, 2006):


a. Edukasi
Diabetes tipe II umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan perilaku telah terbentuk
dengan kokoh. Keberhasilan pengelolaan diabetes mandiri membutuhkan partisipasi aktif
pasien, keluarga, dan masyarakat. Tim kesehatan harus mendampingi pasien dalam menuju
perubahan perilaku. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan edukasi
yang komprehensif, pengembangan keterampilan dan motivasi.
Edukasi tersebut meliputi pemahaman tentang:
1) Penyakit DM.
2) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM.
3) Penyulit DM.
4) Intervensi farmakologis dan non farmakologis.
5) Hipoglikemia.
6) Masalah khusus yang dihadapi.
7) Perawatan kaki pada diabetes.
8) Cara pengembangan sistem pendukung dan pengajaran keterampilan.
9) Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.

Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti
perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir sama dengan proses edukasi
yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan evaluasi.

b. Perencanaan makanan
Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat dikendalikan hanya
dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur. Perencanaan makan
merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun
perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan
menurut kebiasaan masing-masing individu. Yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula,
tepung, serat.

Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses
penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak, dan
protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting daripada
sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan. Pada
keadaan glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula
pasir) sampai 5 % kebutuhan kalori.

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi:


1) Karbohidrat 45 – 65%
2) Protein 10 – 20 %
3) Lemak 20 – 25 %
Makanan dengan komposisi sampai 70 – 75% masih memberikan hasil yang baik. Jumlah
kandungan kolesterol disarankan < 300 mg/hari, diusahakan lemak berasal dari sumber asam
lemak tidak jenuh MUFA (Mono Unsurated Fatty Acid), dan membatasi PUFA (Poli Unsaturated
Fatty Acid) dan asam lemak jenuh. Jumlah kandungan serat ± 25 g / hari, diutamakan serat
larut.
Jumlah kalori disesuaikan dengan status gizi,umur , ada tidaknya stress akut, kegiatan jasmani.
Untuk penentuan status gizi, dapat dipakai Indeks Massa tubuh (IMT) dan rumus Broca.

Petunjuk Umum untuk Asupan Diet bagi Diabetes:


 Hindari biskuit, cake, produk lain sebagai cemilan pada waktu makan.
 Minum air dalam jumlah banyak, susu skim dan minuman berkalori rendah lainnya
pada waktu makan.
 Makanlah dengan waktu yang teratur.
 Hindari makan makanan manis dan gorengan.
 Tingkatkan asupan sayuran dua kali tiap makan.
 Jadikan nasi, roti, kentang, atau sereal sebagai menu utama setiap makan.
 Minum air atau minuman bebas gula setiap anda haus.
 Makanlah daging atau telor dengan porsi lebih kecil.
 Makan kacang-kacangan dengan porsi lebih kecil
Tabel 3.
Klasifikasi IMT (Asia Pasific)

Lingkar Perut
Klasifikasi IMT (Asia Pasific) <90cm (Pria) >90cm (Pria)
<80cm (Wanita)
>80cm (Wanita)
Risk of co-morbidities
BB Kurang <18,5 Rendah Rata-rata
BB Normal 18,5-22,9 Rata-rata Meningkat
BB Lebih >23,0 :
Dengan risiko : 23,0-24,9 Meningkat Sedang
Obes I : 25,0-29,9
Sedang Berat
Obes II : ≥ 30
Berat Sangat berat

c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur (3 – 4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda
santai, jogging, berenang.
Prinsip latihan jasmani yang dilakukan:
1) Continous:
Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti.
Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti.

2) Rhytmical:
Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur,
contoh berlari, berenang, jalan kaki.

3) Interval:
Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh: jalan cepat diselingi
jalan lambat, jogging diselangi jalan.

4) Progresive:
 Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas ringan sampi
sedang selama mencapai 30 – 60 menit.
 Sasaran HR = 75 – 85 % dari maksimal HR.
 Maksimal HR = 220 – (umur).
5). Endurance:
 Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan
jogging dan sebagainya. Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari
dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah raga
kesenangannya. Olah raga yang teratur memainkan peran yang sangat penting dalam
menangani diabetes, manfaat – manfaat utamanya sebagai berikut:
 Olah raga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi berat badan.
 Olah raga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat insulin
bisa melekatkan diri.
 Olah raga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.
 Olah raga meningkatkan kadar kolesterol “baik” dan mengurangi kadar kolesterol
“jahat”.
 Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stress, dan ketegangan,
sehingga memberikan rasa sehat dan bugar.

Petunjuk Berolah Raga Untuk Diabetes Tidak Bergantung Insulin


 Gula darah rendah jarang terjadi selama berola raga dan arena itu tidak perlu untuk
memakan karbohidrat ekstra
 Olah raga untuk menurunkan berat badan perlu didukung dengan pengurangan asupan
kalori
 Olah raga sedang perlu dilakukan setiap hari. Olah raga berat mungkin bisa dilakukan
tiga kali seminggu
 Sangat penting untuk melakukan latihan ringan guna pemanasan dan pendinginan
sebelum dan sesudah berolah raga
 Pilihlah olah raga yang paling sesuai dengan kesehatan dan gaya hidup anda secara
umum
 Manfaat olah raga akan hilang jika tidak berolah raga selama tiga hari berturut-turut
 Olah raga bisa meningkatkan nafsu makan dan berarti juga asupan kalori bertambah.
Karena itu sangat penting bagi anda untuk menghindari makan makanan ekstra setelah
berolah raga.
 Dosis obat telan untuk diabetes mungkin perlu dikurangi selama olah raga teratur.
d. Intervensi Farmakologis
1. Apabila pengendalian diabetesnya tidak berhasil dengan pengaturan diet dan gerak
badan barulah diberikan obat hipoglikemik oral. Di Indonesia umumnya OHO yang
dipakai ialah Metformin 2 – 3 X 500 mg sehari. Pada pasien yang mempunyai berat
badan sedang dipertimbangkan pemberian sulfonilurea.
2. Pedoman pemberian sulfonilurea pada DM usia lanjut :
3. Harus waspada akan timbulnya hipoglikemia. Ini disebabkan karena metabolisme
sulfonilurea lebih lambat pada usia lanjut, dan seringkali pasien kurang nafsu makan,
sering adanya gangguan fungsi ginjal dan hati serta pengaruh interaksi sulfonilurea
dengan obat-obatan lain.
4. Sebaiknya digunakan digunakan sulfonyl urea generasi II yang mempunyai waktu paruh
pendek dan metabolisme lebih cepat.
5. Jangan mempergunakan klorpropamid karena waktu paruhnya sangat panjang serta
sering ditemukan retensi air dan hiponatremi pada penggunaan klorpropamid. Begitu
pula bila ada komplikasi ginjal, klorpropamid yang kerjanya 24 – 36 jam tidak boleh
diberikan, oleh karena ekskresi obat sangat berkaian dengan fungsi ginjal. Hipoglikemia
akibat klorpamid dapat berlangsung lama, berbeda dengan hipoglikemi karena
tolbutamid.
6. Sulfonilurea dengan kerja sedang ( seperti glibenklamid, glikasid), biasanya dosis awal
setengah tablet sehari, kalau perlu dapat dinaikkan 1 – 2 kali sehari.
7. Dosis oral pada umumnya bila dianggap perlu dapat dinaikkan tiap 1 – 2 minggu. Untuk
mencegah hipoglikemia pada pasien tua lebih baik tidak memberikan dosis maksimum.
8. Kegagalan sekunder dapat terjadi setelah penggunan OHO beberapa lama. Pada kasus
sperti ini biasanya dapat dicoba kombinasi OHO dengan insulin atau langsung diberikan
insulin saja.
Penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau
penyakit gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar
gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Insulin adalah salah satu hormon yang diproduksi oleh pankreas yang bertanggung jawab
untuk mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah dan insulin dibutuhkan untuk merubah
(memproses) karbohidrat, lemak, dan protein menjadi energi yang diperlukan tubuh manusia.
Hormon insulin berfungsi menurunkan kadar gula dalam darah.Tanda awal yang dapat
diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek
peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160
- 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose),
sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Tipe Penyakit Diabetes Mellitus :
1. Tipe 1 Diabetes Militus
Diabetes tipe 1 adalah diabetes yang bergantung pada insulin dimana tubuh kekurangan
hormon insulin, dikenal dengan istilah Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM). Hal ini
disebabkan hilangnya sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau Langerhans pankreas.
Diabetes tipe 1 banyak ditemukan pada balita, anak-anak dan remaja.
Sampai saat ini, Diabetes Mellitus tipe 1 hanya dapat diobati dengan pemberian terapi
insulin yang dilakukan secara terus menerus berkesinambungan. Riwayat keluarga, diet dan
faktor lingkungan sangat mempengaruhi perawatan penderita diabetes tipe 1. Pada penderita
diebetes tipe 1 haruslah diperhatikan pengontrolan dan memonitor kadar gula darahnya,
sebaiknya menggunakan alat test gula darah. Terutama pada anak-anak atau balita yang mana
mereka sangat mudah mengalami dehidrasi, sering muntah dan mudah terserang berbagai
penyakit.

2. Diabetes mellitus tipe 2


Diabetes tipe 2 adalah dimana hormon insulin dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
semestinya, dikenal dengan istilah Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Hal ini
dikarenakan berbagai kemungkinan seperti kecacatan dalam produksi insulin, resistensi
terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas (respon) sel dan jaringan tubuh terhadap
insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin di dalam darah.
Ada beberapa teori yang mengutarakan sebab terjadinya resisten terhadap insulin,
diantaranya faktor kegemukan (obesitas). Pada penderita diabetes tipe 2, pengontrolan kadar
gula darah dapat dilakukan dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan,
dan pemberian tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon
penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan untuk diberikan.
Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 - 150 mg/dL {millimoles/liter (satuan
unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l {milligrams/deciliter (satuan unit United State)},
Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.
Namun demikian, kadar gula tentu saja terjadi peningkatan setelah makan dan mengalami
penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur. Seseorang dikatakan mengalami hyperglycemia
apabila kadar gula dalam darah jauh diatas nilai normal, sedangkan hypoglycemia adalah suatu
kondisi dimana seseorang mengalami penurunan nilai gula dalam darah dibawah normal.

PEMBAHASAN

Diabetes mellitus Tipe 2


Pada penderita DM tipe 2, insulin yang ada tidak bekerja dengan baik karena reseptor
insulin pada sel berkurang atau berubah struktur sehingga hanya sedikit glukosa yang berhasil
masuk sel. Akibatnya, sel mengalami kekurangan glukosa, di sisi lain glukosa menumpuk dalam
darah. Kondisi ini dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah dan menimbulkan
berbagai komplikasi. Bagi penderita Diabetes Melitus yang sudah bertahun-tahun minum obat
modern seringkali mengalami efek yang negatif untuk organ tubuh lain. Pada tahap awal
kelainan yang muncul adalah berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin di dalam darah. Hiperglisemia dapat diatasi dengan obat anti
diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau mengurangi produksi
glukosa dari hepar, namun semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakin berkurang, dan
terapi dengan insulin kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab
pasti dan mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral diketahui sebagai faktor
predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin, dalam kaitan dengan pengeluaran dari
adipokines (suatu kelompok hormon) itu merusak toleransi glukosa. Obesitas ditemukan di
kira-kira 90% dari pasien dunia dikembangkan diagnosis dengan jenis 2 kencing manis. Faktor
lain meliputi mengeram dan sejarah keluarga, walaupun didekade yang terakhir telah terus
meningkat mulai untuk memengaruhi anak remaja dan anak-anak. Diabetes tipe 2 dapat terjadi
tanpa ada gejala sebelum hasil diagnosis. Diabetes tipe 2 biasanya, awalnya, diobati dengan
cara perubahan aktivitas fisik (olahraga), diet (umumnya pengurangan asupan karbohidrat) dan
lewat pengurangan berat badan. Ini dapat memugar kembali kepekaan hormon insulin, bahkan
ketika kerugian berat/beban adalah rendah hati,, sebagai contoh, di sekitar 5 kg ( 10 sampai 15
lb), paling terutama ketika itu ada di deposito abdominal yang gemuk. Langkah yang
berikutnya, jika perlu, perawatan dengan lisan antidiabetik drugs. Produksi hormon insulin
adalah pengobatan pada awalnya tak terhalang, lisan (sering yang digunakan di kombinasi)
kaleng tetap digunakan untuk meningkatkan produksi hormon insulin (e.g., sulfonylureas) dan
mengatur pelepasan yang tidak sesuai tentang glukosa oleh hati (dan menipis pembalasan
hormon insulin sampai taraf tertentu (e.g.,metformin), dan pada hakekatnya menipisnya
pembalasan hormon insulin(e.g., thiazolidinediones). Jika ini gagal, ilmu pengobatan hormon
insulin diperlukan untuk memelihara tingkatan glukosa yang normal. Suatu cara hidup yang
tertib tentang cek glukosa darah direkomendasikan dalam banyak kasus, paling terutama sekali
dan perlu ketika mengambil kebanyakan pengobatan. Sebuah zat penghambat dipeptidyl
peptidase 4 yang disebut sitagliptin, baru- baru ini diperkenankan untuk digunakan sebagai
pengobatan diabetes mellitus tipe 2. Seperti zat penghambat dipeptidyl peptidase 4 yang lain,
sitagliptin akan membuka peluang bagi perkembangan sel tumor maupun kanker.

Kaitan antara Metabolisme Karbohidrat dan Diabetes Mellitus tipe 2


Metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus adalah dua mata rantai yang tidak dapat
dipisahkan. Keterkaitan antara metabolisme karbohidrat dan diabetes mellitus dijelaskan oleh
keberadaan hormon insulin. Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara
genetis dan klinis termasuk heterogen dengan menifestasi berupa hilangnya toleransi
karbohidrat. Jika telah berkembang penuh secara klinis, maka diabetes mellitus ditandai
dengan hiperglikemia puasa dan post prandial, aterosklerotik dan penyakit vascular
microangiophaty dan neurophaty. Manifestasi klinis hiperglikemia biasanya telah bertahun-
tahun mendahului timbulnya kelainan klinis dari penyakit vascularnya. Pasien dengan kelainan
toleransi glukosa ringan ( gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa ) dapat tetap
berisiko mengalami komplikasi diabetes mellitus.
Diabetes mellitus merupakan penyakit endokrin yang paling lazim. Frekuensi sesungguhnya
diperoleh karena perbedaan standar diagnosis tetapi mungkin antara 1-2% jika hiperglikemia
puasa merupakan kriteria diagnosis. Penyakit ini ditandai oleh komplikasi metabolik dan
komplikasi jangka panjang yang melibatkan mata, ginjal, saraf dan pembuluh darah.
Penderita diabetes mellitus mengalami kerusakan dalam produksi maupun sistem kerja
insulin, sedangkan ia sangat dibutuhkan dalam melakukan regulasi metabolisme karbohidrat.
Akibatnya, penderita diabetes mellitus akan mengalami gangguan pada metabolisme
karbohidrat. Tubuh manusia membutuhkan energi agar dapat berfungsi dengan baik. Energi
tersebut diperoleh dari hasil pengolahan makanan melalui proses pencernaan di usus. Di dalam
saluran pencernaan itu, makanan dipecah menjadi bahan dasar dari makanan tersebut.
Karbohidrat menjadi glukosa, protein menjadi menjadi asam amino, dan lemak menjadi asam
lemak. Ketiga zat makanan tersebut akan diserap oleh usus kemudian masuk ke dalam
pembuluh darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh untuk dipergunakan sebagai bahan
bakar. Dalam proses metabolisme, insulin memegang peranan sangat penting yaitu
memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya digunakan sebagai bahan bakar.
Pengeluaran insulin tergantung pada kadar glukosa dalam darah. Kadar glukosa darah sebesar >
70 mg/dl akan menstimulasi sintesa insulin. Insulin yang diterima oleh reseptor pada sel target,
akan mengaktivasi tyrosin kinase dimana akan terjadi aktivasi sintesa protein, glikogen,
lipogenesis dan meningkatkan transport glukosa ke dalam otot skelet dan jaringan adipose
dengan bantuan transporter glukosa (GLUT 4).
Insulin berupa polipeptida yang dihasilkan oleh sel-sel β pankreas. Insulin terdiri atas dua
rantai polipeptida. Struktu insulin manusia dan beberapa spesies mamalia kini telah diketahui.
Insulin manusia terdiri atas 21 residu asam amino pada rantai A dan 30 residu pada rantai B.
Kedua rantai ini dihubungkan oleh adanya dua buah rantai disulfida (Granner, 2003). Insulin
disekresi sebagai respon atsa meningkatnya konsentrasi glukosa dalam plasma darah.
Konsentrasi ambang untuk sekresi tersebut adalah kadar glukosa pada saat puasa yaitu antara
80-100 mg/dL. Respon maksimal diperoleh pada kadar glukosa yang berkisar dar 300-500
mg/dL. Insulin yang disekresikan dialirkan melalui aliran darah ke seluruh tubuh. Umur insulin
dalam aliran darah sangat cepat. Waktu paruhnya kurang dari 3-5 menit.
Sel-sel tubuh menangkap insulin pada suatu reseptor glikoprotein spesifik yang terdapat
pada membran sel. Reseptor tersebut berupa heterodimer yang terdiri atas subunit α dan
subunit β dengan konfigurasi α2β2. Subunit α berada pada permukaan luar membran sel dan
berfungsi mengikat insulin. Subunit β berupa protein transmembran yang melaksanakan fungsi
tranduksi sinyal. Bagian sitoplasma subunit β mempunyai aktivitas tirosin kinase dan tapak
autofosforilasi (King, 2007).
Terikatnya insulin subunit α menyebabkan subunit β mengalami autofosforilasi pada residu
tirosin. Reseptor yang terfosforilasi akan mengalami perubahan bentuk, membentuk agregat,
internalisasi dan mnghasilkan lebih dari satu sinyal. Dalam kondisi dengan kadar insuli tinggi,
misalnya pada obesitas ataupun akromegali, jumlah reseptor insulin berkurang dan terjadi
resistansi terhadap insulin. Resistansi ini diakibatkan terjadinya regulasi ke bawah. Reseptor
insulin mengalami endositosis ke dalam vesikel berbalut klatrin.
Insulin mengatur metabolisme glukosa dengan memfosforilasi substrat reseptor insulin
(IRS) melalui aktivitas tirosin kinase subunit β pada reseptor insulin. IRS terfosforilasi memicu
serangkaian rekasi kaskade yang efek nettonya adalah mengurangi kadar glukosa dalam darah.
Ada beberapa cara insulin bekerja yaitu
Pengaturan metabolisme glukosa oleh insulin melalui berbagai mekanisme kompleks yang
efek nettonya adalah peningkatan kadar glukosa dalam darah. Oleh karena itu, penderita
diabetes mellitus yang jumlah insulinnya tidak mencukupi atau bekerja tidak efektif akan
mengalami hiperglikemia.
Penderita diabetes tipe I juga mengalami hipertrigliseridemia, yaitu kadar trigliserida dan
VLDL dalam darah yang tinggi. Hipertrigliseridemia terjadi karena VLDL yang disintesis dan
dilepaskan tidak mampu diimbangi oleh kerja enzim lipoproteinlipase yang merombaknya.
Jumlah enzim ini diransang oleh rasio insulin dan glukagon yang tinggi. Efek pada produksi
enzim ini juga mengakibatkan hipersilomikronemia, karena enzim ini juga dibutuhkan dalam
katabolisme silomikron pada jaringan adiposa.
Berbeda dengan penderita diabetes tipe I, pada penderita diabetes tipe II, ketoasidosis
tidak terjadi karena penguraian lemak (lipolisis) tetap terkontrol. Namun, pada terjadi
hipertrigliseridemia yang menghasilkan peningkatan VLDL tanpa disertai hipersilomikronemia.
Hal ini terjadi karena peningkatan kecepatan sintesis de novo dari asam lemak tidak diimbangi
oleh kecepatan penyimpanannya pada jaringan lemak. Asam lemak yang dihasilkan tidak
semuanya mampu dikatabolisme, kelebihannya diesterifikasi menjadi trigliserida dan VLDL. Hal
ini diperparah oleh aktivitas fisik penderita diabetes mellitus tipe II yang pada umumnya sangat
kurang. Akibatnya kadar lemak dalam darah akan meningkat. Pada penderita yang akut, akan
terjadi penebalan pada pembuluh darah terutama pada bagian mata, sehingga dapat
menyebabkan rabun atau bahkan kebutaan (Harris dan Crabb, 1992).
Kelainan tekanan darah akibat kadar glukosa yang tinggi menyebabkan kerja jantung, ginjal
dan organ dalam lain untuk mempertahankan kestabilan tubuh menjadi lebih berat. Akibatnya
pada penderita diabetes akan mudah dikenai berbagai komplikasi diantaranya penurunan
sistem imune tubuh, kerusakan sistem kardivaskular,kealinan trombosis, inflamasi, dan
kerusakan sel-sel endothelia serta kerusakan otak, yang biasanya ditandai dengan penglihatan
yang kabur (Clement et al, 2004).

Patofisiologis Diabetes Mellitus tipe 2


Diabetes mellitus tipe 2 adalah etiologi tidak diketahui (yaitu, asal). Melitus diabetes
dengan etiologi yang diketahui, seperti penyakit sekunder lainnya, cacat gen yang dikenal,
trauma atau pembedahan, atau efek obat, lebih tepat disebut melitus diabetes sekunder atau
diabetes akibat penyebab yang spesifik. Contohnya termasuk diabetes mellitus seperti MODY
atau yang disebabkan oleh hemochromatosis, Kekurangan pankreas, atau jenis obat tertentu
(misalnya, penggunaan jangka panjang steroid).
Menurut CDC, sekitar 23.613.000 orang di Amerika Serikat, atau 8% dari populasi,
menderita diabetes. Prevalensi diabetes total meningkat 13,5% dari 2005-2007. Diperkirakan
bahwa hanya 24% dari diabetes sekarang tidak terdiagnosis, turun dari 30% diperkirakan pada
tahun 2005 dan dari 50% yang sebelumnya diperkirakan pada ca 1995.
Sekitar 90-95% dari semua kasus Amerika Utara diabetes tipe 2, dan sekitar 20% dari
populasi di atas usia 65 memiliki diabetes mellitus tipe 2. Fraksi penderita diabetes tipe 2 di
bagian lain dunia bervariasi secara substansial, hampir pasti untuk lingkungan dan alasan gaya
hidup, meskipun ini tidak diketahui secara rinci. Diabetes mempengaruhi lebih dari 150 juta
orang di seluruh dunia dan jumlah ini diharapkan dua kali lipat pada tahun 2025 .. Sekitar 55
persen tipe 2 adalah obesitas-kronis obesitas menyebabkan resistensi insulin meningkat yang
dapat berkembang menjadi diabetes, kemungkinan besar karena jaringan adiposa (terutama di
perut sekitar organ internal) merupakan sumber (baru ini diidentifikasi) dari sinyal kimia
beberapa lainnya jaringan (hormon dan sitokin). Penelitian lain menunjukkan bahwa diabetes
tipe 2 menyebabkan obesitas sebagai akibat dari perubahan dalam metabolisme dan sel
perilaku petugas lain gila pada resistensi insulin. Namun, genetika memainkan peran yang
relatif kecil dalam terjadinya luas diabetes tipe 2. Hal ini dapat secara logis disimpulkan dari
peningkatan besar dalam terjadinya diabetes tipe 2 yang memiliki berkorelasi dengan
perubahan signifikan dalam gaya hidup barat.
Diabetes mellitus tipe 2 sering dikaitkan dengan obesitas, hipertensi, kolesterol tinggi
(hiperlipidemia gabungan), dan dengan kondisi sindrom metabolik sering disebut (juga dikenal
sebagai Sindrom X, sindrom Reavan, atau CHAOS). Penyebab sekunder tipe 2 Diabetes mellitus
adalah: acromegaly, sindrom Cushing, tirotoksikosis, pheochromocytoma, pankreatitis kronis,
kanker dan obat-obatan.
Obat diinduksi hiperglikemia:
1) Antipsikotik atipikal - Alter karakteristik reseptor yang mengikat, yang menyebabkan
resistensi insulin meningkat.
2) Beta-blocker - Menghambat sekresi insulin.
3) Blocker Saluran Kalsium - Menghambat sekresi insulin oleh campur dengan melepaskan
kalsium sitosol.
4) Kortikosteroid - Penyebab resistensi insulin perifer dan gluconeogensis.
5) Fluoroquinolones - Menghambat sekresi insulin oleh memblokir saluran kalium ATP sensitif.
6) Naicin - Mereka menyebabkan resistensi insulin meningkat karena mobilisasi asam lemak
bebas meningkat.
7) Fenotiazin - Menghambat sekresi insulin.
8) Protease Inhibitor - Menghambat konversi proinsulin terhadap insulin.
9) Diuretik thiazide - Menghambat sekresi insulin karena hipokalemia. Mereka juga
menyebabkan resistensi insulin meningkat karena mobilisasi asam lemak bebas meningkat.
Faktor tambahan ditemukan meningkatkan risiko diabetes tipe 2 meliputi penuaan, diet
tinggi lemak dan gaya hidup kurang aktif .

Penyebab dan Gejala dari DM Tipe 2


1. Penyebab yang ditemukan pada Diabetes Melitus tipe 2
DM tipe 2 ditandai dengan 3 patofisiologi utama, meliputi gangguan sekresi insulin,
resistensi insulin perifer, dan produksi glukosa hepatik berlebih. Obesitas sering ditemukan
pada penderita DM tipe 2. Adiposit mensekresi sejumlah hormon seperti leptin, TNF-alfa, asam
lemak bebas, resistin, dan adiponektin yang memodulasi sekresi insulin, kerja insulin, berat
badan, dan berkontribusi terhadap resistensi insulin. Awalnya, toleransi glukosa pada pasien
DM tetap normal meskipun terjadi resistensi insulin karena sel beta pankreas mengkompensasi
dengan meningkatkan produksi insulin. Seiring dengan meningkatnya resistensi insulin, sel beta
pankreas tidak dapat mempertahankan kondisi hiperinsulinemia. IGT (Impaired Glucose
Tolerance) ditandai dengan peningkatan kadar glukosa postprandial. Penurunan sekresi insulin
dan peningkatan produksi glukosa hepatik menyebabkan pasien mengalami diabetes disertai
peningkatan kadar glukosa darah puasa. Penanda inflamasi seperti IL-6 dan CRP umumnya
meningkat pada diabetes tipe 2.
2. Resistensi Insulin
Penurunan kemampuan insulin untuk bekerja secara efektif pada jaringan target terutama
otot dan liver merupakan gambaran utama DM tipe 2 dan merupakan kombinasi antara faktor
genetik dan obesitas. Resistensi insulin bersifat relatif. Tingginya jumlah insulin yang
dibutuhkan untuk menormalkan kadar glukosa plasma menandakan penurunan sensitivitas dan
respon reseptor insulin. Mekanisme pasti mengenai resistensi insulin pada DM tipe 2 belum
diketahui dengan pasti. Penurunan reseptor insulin dan aktivitas tirosin kinase pada otot
rangka merupakan efek sekunder hiperinsulinemia.
3. Gangguan Sekresi Insulin
Etiologi penurunan kapasitas sekresi insulin pada DM tipe 2 masih belum jelas. Defek
genetik sekunder diduga meningkatkan resistensi insulin yang memicu kegagalan sel beta
pankreas. Pulau polipeptida amiloid atau amylin yang disekresikan oleh sel beta akan
membentuk deposit amiloid fibrilar. Deposit ini dapat ditemukan pada pasien yang telah lama
menderita DM tipe 2.
4. Peningkatan Produksi Glukosa Hepatik
Pada DM tipe 2, resistensi insulin pada liver merefleksikan kegagalan hiperinsulinemia
untuk menghambat glukoneogenesis sehingga terjadi hiperglikemia pada keadaan puasa dan
penurunan penyimpanan glikogen oleh liver pada fase postprandial. Peningkatan produksi
glukosa hepatik terjadi pada awal sindrom diabetes.

Faktor Resiko Diabetes Mellitus Tipe 2


1. Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus (orang tua atau saudara kandung dengan DM
tipe 2)
2. Obesitas (BMI ³ 25 kg/m2)
3. Memiliki kebiasaan fisik yang tidak aktif
4. Ras/etnis (African American, latin, native American, asian american, pacific islander)
5. Sebelumnya telah diidentifikasikan IGT atau IFG
6. Riwayat Gestational Diabetes Mellitus (GDM) atau melahirkan bayi dengan berat >4 kg
7. Hipertensi (140/90 mmHg)
8. Level kolesterol HDL <35 mg/dL (0.90 mmol/L) dan atau level trigliserida >250 mg/dL
(2.82 mmol/L)
9. Sindrom polikistik ovarium atau nigrikan akantotik
10. Riwayat penyakit vaskuler
(* jurnal American Diabetes Association, 2007)

Komplikasi Diabetes Mellitus


1. Koma Diabetikum :
a) Ketoasidosis (KAD) – koma KAD
b) Koma Hiperosmolar Non Ketotik (HONK)
c) Koma Asidosis Laktat
2. Hipoglikemia (koma)
3. Komplikasi Menahun
a) Khas : retinopati, neuripati, nefropati, diabetik foot, diabetik skin
b) Tidak khas, tetapi timbul pada usia lebih muda & lebih berat : penyakit pembuluh darah
perifer, penyakit jantung koroner, infeksi, katarak

Orang-orang yang paling beresiko terkena Diabetes Melitus type 2


Orang-orang yang paling beresiko terkena DM 2 adalah:
1) Kelebihan berat badan
2) Berumur diatas 45 tahun
3) Glukosa darah puasa atau sesudah makan melebihi batas normal
4) Tekanan darah > 130 / 85 mm Hg
5) Kolesterol tinggi ( kolesterol LDL > 130 mg/dl atau kolesterol total > 200 mg/dl)
6) Pernah mengalami DM gestasional (glukosa darah tinggi selama hamil)
7) Melahirkan bayi dengan berat badan > 4 kg
Gejala klinis apa yang ditemukan pada Diabetes Melitus type 2:
1. Gejala awalnya ditemukan : Poliuria (sering kencing), polidipsi (sering haus), polifagi
(sering makan), berat badan menurun, badan sering terasa lemah dan mudah capai.
2. Gejala lanjutannya ditemukan : Luka yang tidak dirasakan, sering kesemutan, sering
merasakan gatal tanpa sebab, kulit kering, mudah terkena infeksi, dan gairah sex menurun.
3. Gejala setelah terjadi komplikasi : Gangguan pembuluh darah otak (stroke), pembuluh
darah mata (gangguan penglihatan), pembuluh darah jantung (penyakit jantung koroner),
pembuluh darah ginjal (gagal ginjal), serta pembuluh darah kaki (luka yang sukar
sembuh/gangren).

Cara memastikan seseorang terkena Diabetes Melitus type 2


1. Dilakukan wawancara oleh dokter untuk pola hidup dan gejala klinis.
2. Pemeriksaan fisik oleh dokter (berat badan dan tekanan darah).
3. Pemeriksaan laboratorium, dengan tiga cara :
a. Pemeriksaan gula darah sewaktu (tanpa puasa)
b. Pemeriksaan kadar gula darah puasa (puasa 8 jam) dan gula darah 2 jam setelah makan.
c. Pemeriksaan HbA1c digunakan untuk mengevaluasi pengendalian glukosa jangka panjang
(dapat mendeteksi pengendalian glukosa darah 100 hari kebelakang).

Penanggulangan atau pengobatan DM tipe 2


Ada 8 langkah yang sebaiknya dilakukan penderita Diabetes Melitus type 2 yaitu :
1. Edukasi: Edukasi diri sendiri (self learning) Penyakit DM relatif tidak bisa sembuh, tetapi
komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari. Kunci dalam keberhasilan pengendalian
penyakit DM adalah disiplin terhadap diri sendiri.
2. Kontrol kadar glukosa darah: Dengan pengecekan glukosa darah secara rutin di
laboratorium.
3. Olah raga teratur: Olah raga sangat penting bagi penderita DM. Olah raga dapat
menurunkan kadar gula darah dengan cara meningkatkan pembakaran glukosa dan
peningkatan kadar insulin.
4. Periksa kaki setiap hari: Penderita diabetes harus memeriksa tanda-tanda kerusakan kulit,
bisul, atau lecet pada kaki. Area kulit diantara jari kaki juga harus diperhatikan. Penderita
diabetes sebaiknya menghindari kegiatan yang bisa merusak kaki.
5. Pengaturan pola makan: Makanan bagi penderita DM harus mengandung unsur yang
lengkap seperti; karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral serta kecukupan air. Agar
kebutuhan diet terpenuhi tanpa harus memberikan pembebanan glukosa secara
berlebihan disarankan Anda untuk mengunjungi ahli gizi.
6. Melakukan pemeriksaan mata: Penderita diabetes harus memeriksakan mata secara
teratur untuk mendeteksi lebih dini adanya retinopati diabetes.
7. Melakukan pemeriksaan urin: Penderita diabetes harus melakukan pemeriksaan urin
secara rutin untuk memeriksa apakah kadar protein (albumin) dalam urin masih normal
atau tidak sebagai deteksi dini nefropati diabetes.
8. Terapi pengobatan DM: Sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter Anda.
12) Kegiatan Belajar 12
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon pengaturan rasa
haus(diabetes insipidus syndrome SIADH (Syndrome Inappropriate
Antydiuretic Hormon)
b. Uraian Materi

Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Scretion (SIADH)


Sindrom sekresi hormone antidiuretik yang tidak sesuai (SIADH): Syndrome of
Inappropriate Antidiuretic Hormone Scretion mengacu pada sekresi ADH yang berlebihan dari
kelenjar hipofisis dalammenghadapi osmolalitas serum subnormal.(Smeltzer:2001).
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal dari
hipofisis posterior. (Barbara K.Timby2000)
SIADH adalah gangguan yang berhubungan dengan peningkatan jumlah ADH akibat
ketidakseimbangan cairan. (Corwin, 2001)
SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior akibat peningkatan pengeluaran ADH
sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam tingkat yang lebih ringan.
(Corwin, 2001)

B. Etiologi
SIADH dapat disebabkan oleh kanker paru dan kanker lainnya. Penyakit paru
(pneumonia,TB) dan penyakit SSP( sistem saraf pusat) seperti atrofi serebrum senilis,
hidrosefalus, delifiumtremens, psilosis akut, penyakit demielinisasi dan degenerative, penyakit
peradangan,trauma/cedera kepala/cerebrovaskular accident , pembedahan pada otak, tumor
(karsinuma bronkus,leukemia, limfoma, timoma, sarkoma) atau infeksi otak (ensepalitis,
meningitis)dapat menimbulkan SIADH melalui stimulasi langsung kelenjar hipofisis. Dan
beberapa obat (vasopressin, desmopresin asetat, klorpropamid, klofibrat,
karbamazepin,vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik, preparat diuretic tiazida, dan lain-
lain) dannikotin dapat terlibat terjadinya SIADH; zat-zat tersebut dapat menstimulasi
langsungkelenjar hipofisis atau meningkatkan sensitifitas tubulus renal terhadap ADH yang
beredardalam darah.
(Grabe, Mark A. 2006)
SIADH sering muncul pada dari masalah nonendokrin. Dengan kata lain sindrom tersebut
dapat terjadi pada penderita karsinoma bronkogenik tempat sel-sel paru yang ganas
mensintesis dan melepaskan ADH. SIADH juga bisa terjadi pada pneumonia berat,
pneumotoraks dan penyakit paru lainya. Kelainan pada sistem saraf pusat diperkirakan juga
bisa menimbulkan SIADH melalui stimulus langsung kelenjar hipofisis seperti:
1. Cidera kepala
2. Pembedahan pada otak
3. Tumor
4. Infeksi otak
5. Beberapa obat (Vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik, preparat diuretik tiazida dll)
(Brunner& sudart. 2003).

C. Patofisiologi
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior tanpa adanya
rangsangan normal untuk melepaskan ADH. Pengeluaran ADH yang berlanjut menyebabkan
retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra seluler meningkat dengan
hiponatremi. Dalam kondisi hiponatremi dapat menekan rennin dan sekresi aldosteron
menyebabkan penurunan Na diabsorbsi tubulus proximal. Dalam keadaan normal ADH
mengatur osmolalitas plasma, bila osmolalitas menurun mekanisme Feed back akan
menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh
ginjal untuk meningkatkan osmolalitas plasma menjadi normal. Pada SIADH osmolalitas plasma
terus berkurang akibat ADH merangsang reabsoprbsi air oleh ginjal.
(Ellen, Lee, dkk, 2000)
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa
disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan menurunkan
osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume
dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus.
Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi.Dimana akan terjadi penurunan
konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin
menjadi pekat.
Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas serum
menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan
dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi
normal.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi yang bertanggung
jawab akan SIADH , yaitu
1. Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini disebabkan oleh
kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom guillain Barre. Pasien yang
mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak
adanya tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.
2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik – hipofisis ,
yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan . bermacam-macam
obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH . obat-obat tersebut
termasuk nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen kalium, diuretic
tiazid , obat-obat hipoglikemia, asetominofen , isoproterenol dan empat anti neoplastic
: sisplatin, siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.
(Otto, Shirley 2003,)
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi yang berhubungan dengan SIADH adalah :
1. Hiponatremi, kebingungan, kesadaran menurun/letargi sensitive koma, mobilitas
gastrointestinal menurun (Anorexia).
2. Takhipnea.
3. Kelemahandan Letargi
4. Peningkatan BB
5. Sakit kepala
6. Mual dan muntah
7. Kekacauan mental dan Kejang.
8. Penurunan keluaran urine
Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH tergantung pada derajat lamanya
retensi air dan hiponatremia misalnya:
1. Na serum >125 mEq/L.
a. Anoreksia.
b. Gangguan penyerapan nutrisi.
c. Kram otot.
2. Na serum = 115 – 120 mEq/L.
a. Sakit kepala,
b. Perubahan kepribadian.
c. Kelemahan dan letargia.
d. Mual dan muntah.Kram abdomen
3. Na serum < 1115 mEq/L.
a. Kejang dan koma.
b. Reflek tidak ada atau terbatas
c. Tanda babinski.
d. Papiledema.
( Sylvia, 2005)

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.
2. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.
3. Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.Osmolalitas urin,dapat
turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas
serum. Berat jenis urin:meningkat (< 1,020) bila ada SIADH.
4. Hematokrit (Ht dan Hb), tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya:kelebihan cairan
melawan dehidrasi.
5. Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium,natrium serum
menurun sampai 170 M Eq/L.
6. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal(nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN, atau kadang
disebut sebagai urea) dan kreatinin).
7. Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah (dilakukan pada pasien yang
menjalani rawat inap dirumah sakit dan pemantauan dilakukan untuk menghidari atau
mencegah terjadinya hal yang memperberat penyakit klien).
(Sacher, Ronald A. 2004)

G. Komplikasi
Komplikasi atau gejala sisa dari SIADH, meliputi:
1. hipourikemia
Hipourikemia adalah kadar urea dalam darah sangat rendah. Nilai normal urea dalam darah
adalah 20 mg – 40 mg setiap 100 ccm darah. Penurunan kadar urea sering dijumpai pada
penyakit hati yang berat. Pada nekrosis hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino
tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis, terjadipengurangan sintesis dan
sebagian karena retensi air oleh sekresi hormone antidiuretik yang tidak semestinya.
2. overload tipe hipotonik
Lazim disebut “Keracunan Air”. Ketidakseimbangan cairan tubuh dimana seluruh tubuh
akan berada dalam keadaan hipotonik, disertai dengan osmolaritas tubuh menurun. Sehingga
didalam tubuh, cairan ekstraseluler akan pindah ke kompartemen intraseluler. Terjadi expansi
air berlebihan diseluruh kompartemen cairan dan kadar elektrolit berkurang karena dilusi
(rendahnya elektrolit serum). Dalam kondisi berpindahnya cairan seperti ini, tubuh sangat sulit
mengkompensasinya. Faktor penyebab tubuh menjadi overload hipotonik adalah SIADH
(kumpulan gejala karena malfungsi hormon antidiuretik)
3. penurunan Osmolaritas (plasma)
Tekanan normal osmolaritas plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Sementara penurunan
osmolaritas plasma terjadi akibat Kerja hormon ADH yang berlebihan dan gangguan pada ginjal
dalam meekskresikan cairan.Pada keadaan ini tertjadi perpindahan cairan dari ekstrasel ke
intrasel, termasuk ke sel otak. Hal ini akan menyebabkan terjadinya edema otak yang mana
keadaan ini merupakan keadaan berat yang dapat menyebabkan kejang dan penurunan
kesadaran.
4. hipokalemia
Nilai norman kalium dalam darah adalah (3,5 - 5,0 MEQ/L). Penyebab utama kehilangan
kalium adalah penggunaan obat-obatan diuretik yang juga menarik kalium misalnya: tiazid dan
furosemid) (Tamsuri anas 2009).
5. hipomagnesemia
Nilai normal magnesium dalam darah adalah (1,4 – 2,1 Mg/l). Hipomagnesemia dapat terjadi
karena penggunaan beberapa obat dalam jangka waktu lama (diuretik, siplantin) (Tamsuri anas
2009).
Semua komplikasi atau gejala SIADH diatas bersifat sekunder dan agak mirip. Pada
banyak kasus beda antara gejala dan komplikasi SIADH kurang jelas dan sulit dibedakan.
(Source - Diseases Database from http://www.wrongdiagnosis.com)

H. Penatalaksanaan
Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi klinis SIADH
biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada peningkatan intake
cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien dengan gejala neurologis akibat
hiponatremi ( Bodansky & Latner)
a. Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
a) Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang
ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut.
b) Mengurangi retensi cairan yang berlebihan.
Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan. Pedoman
umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi natrium serum dapat
dinormalkan dan gejala-gejala dapatdiatasi.Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal
cairan hipertonik(Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin. Penggunaannya kontradiktif
dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah) dan albumin)dan furosemid (lasix)
adalah terapi pilihan.
c) Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran (kejang,
koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat masukan dan haluaran urine.
Kebutuhan nutrisi/ diit dengan garam Na dan K dengan aman terpenuhi dan dukungan
emosional.

b. Rencana non farmakologi


a) Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)
b) Pemberian diit dengan garam Na dan K dengan aman

c. Rencana farmakologi
a) Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah
b) Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
c) Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
d) Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3 % secara perlahan-
lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan osmolaritas serum (dengan peningkatan =
overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung
kongestif.
e) Pengobatan khusus = prosedur pembedahan

d. Penyuluhan yang dilakukan bagi penderita SIADH antara lain :


a) Pentingnya memenuhi batasan cairan untuk periode yang di programkan untuk membantu
pasien merencanakan masukan cairan yang diizinkan(menghemat cairan untuk situasi social
dan rekreasi).
b) Perkaya diit dengan garam Na dan K dengan aman. Jika perlu, gunakan diuretic secara
kontinyu.
c) Timbang berat badan pasien sebagai indicator dehidrasi.
d) Indikator intoksikasi air dan hiponat : sakit kepala, mual, muntah, anoreksia segera lapor
dokter.
e) Obat-obatan yang meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal, potensial efek samping.
f) Pentingnya tindak lanjut medis : tanggal dan waktu.
g) Untuk kasus ringan,retreksi cairan cukup dengan mengontrol gejala sampai sindrom secara
spontan lenyap.Apabila penyakit lebih parah,maka diberikan diuretik dan obat yang
menghambat kerja ADH di tubulus pengumpul.Kadang-kadang digunakan larutan natrium
klorida hipertonik untuk meningkatkan konsentrasi natrium plasma.
(Tisdale , James & Miller, Douglas . 2010)
13) Kegiatan Belajar 13
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi hormon pengaturan tekanan darah
b. Uraian Materi

REGULASI TEKANAN DARAH

Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda vital penting selain denyut nadi,
frekuensi nafas dan suhu tubuh. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tanda vital ini mencerminkan aspek dasar
kesehatan seseorang, bahkan juga kemampuan seseorang untuk bertahan hidup. Tekanan
darah dan denyut nadi seringkali dijadikan acuan sebagai tolak ukur untuk menentukan takaran
latihan, khususnya latihan yang sifatnya melatih sistem kardiorespirasi atau latihan aerobik.
Ada beberapa macam jenis dari alat untuk mengukur tekanan darah ini, antara lain :
a. tensimeter raksa
beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan sewaktu akan merangkai tensimeter raksa :
1. Cek tabung raksa, apakah ada lubang, ataukah ada bagian yang tidak rapat
2. setelah itu, buka penutup tabung
3. sambungkan selang,tabung raksa dan alat untuk memompa
4. cek ketepatan dan kerapatannya
5. pada saat akan menyimpan tensimeter, maka, pastikan tabung raksa dalam keadaan tertutup
(miringkan ke arah tabung terlebih dahulu baru geser tombol/jarum na ke arah of )
b. tensimeter jarum
c. tensimeter digital

faktor yang mempengaruhi tekanan darah

1. jenis kelamin
2. Umur
3. Pekerjaan
4. lingkungan hidup
5. suku bangsa.

Di samping itu tidak sedikit faktor yang terdapat dalam proses


pengukuran tekanan darah yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran. Faktor tersebut antara:
1. suhu ruang
2. kegiatan jasmani sebelum diperiksa
3. lengan atas tertekan oleh lengan baju
4. kecepatan menurunkan tekanan udara manset
5. sikap tubuh selama diperiksa
6. kegelisahan
7. ketajaman pendengaran pemeriksa.
Meskipun pemeriksaan darah secara auskultasi dikatakan
mempunyai nilai yang hanya berbeda 10% dibandingkan
dengan pemeriksaan cara langsung tetapi bila faktor-faktor
tersebut di atas kurang diperhatikan maka kesalahan hasil
pengukuran akan bertambah besar.

Mekanisme pengaturan tekanan darah dalam tubuh manusia diklasifikasikan


menjadi dua,yaitu:
1. Pengaturan tekanan darah jangka pendek melibatkan refleks neuronal susunan saraf pusat
dan regulasi curah jantung, mekanisme ini bertujuan untuk mempertahankan mean arterial
blood pressure yang optimal dalam waktu singkat.
Mekanisme pengaturan tekanan darah jangka pendek berlangsung dari beberapa detik
hingga beberapa menit. Faktor fisik yang menentukan tekanan darah adalah curah jantung,
elastisitas arteri, dan tahanan perifer. Curah jantung dan tahanan perifer merupakan sasaran
pada pengaturan cepat lewat refleks. Pengukuran ini terjadi melalui refleks neuronal dengan
target organ efektor jantung, pembuluh darah dan medula adrenal. Sistem refleks neuronal
yang mengatur mean arterial blood pressure bekerja dalam suatu rangkaian umpan balik
negatif terdiri dari: detektor, berupa baroreseptor yaitu suatu reseptor regang yang mampu
mendeteksi peregangan dinding pembuluh darah oleh peningkatan tekanan darah, dan
kemoreseptor, yaitu sensor yang mendeteksi perubahan PO 2, PCO2 dan pH darah; jaras
neuronal aferen; pusat kendali di medula oblongata; jaras neuronal eferen yang terdiri dari
sistem saraf otonom; serta efektor, yang terdiri dari alat pemacu dan sel-sel otot jantung, sel-
sel otot polos di arteri, vena dan medula adrenal.

 Refleks Baroreseptor dan Kemoreseptor


Mekanisme saraf untuk pengaturan tekanan arteri yang paling diketahui adalah refleks
baroreseptor. Baroreseptor terangsang bila ia teregang. Pada dinding hampir semua arteri
besar yang terletak di daerah toraks dan leher dapat dijumpai beberapa baroreseptor, tetapi
dijumpai terutama dalam: dinding arteri karotis interna yang terletak agak di atas bifurkasio
karotis (sinus karotikus), dan dinding arkus aorta.
Sinus karotikus adalah bagian pembuluh darah yang paling mudah teregang. Sinyal
yang dijalarkan dari setiap sinus karotikus akan melewati saraf hering yang sangat kecil ke saraf
kranial ke-9 (glosofaringeal) dan kemudian ke nukleus traktus solitarius (NTS) di daerah medula
batang otak. Arkus aorta adalah bagian yang paling kenyal dan teregang setiap kali terjadi
ejeksi ventrikel kiri. Sinyal dari arkus aorta dijalarkan melalui saraf kranial ke-10 (vagus) juga ke
dalam area yang sama di medula oblongata. Pada keadaan normal sinus karotikus lebih
berperan dalam mengendalikan tekanan darah dibanding arkus aorta, dimana arkus aorta
memiliki ambang rangsang aktivasi statik yang lebih tinggi dibanding sinus karotikus yaitu ~110
mmHg vs ~50 mmHg. Arkus aorta juga memiliki ambang rangsang dinamik yang lebih tinggi
dibanding sinus karotikus, tetapi tetap berespons saat baroreseptor sinus karotikus telah jenuh.
Baroreseptor, kemoreseptor dalam badan karotid, dan reseptor volume (stretch) dalam
jantung, mengirim impuls lewat saraf-saraf aferen dalam saraf kranial ke-9 dan ke-10 menuju
NTS di batang otak. Proyeksi dari saraf kranial ke-9 dan ke-10 menuju NTS akan melalui jalur
naik (ascending) untuk mencapai daerah di otak dimana efek otonom dapat dirangsang oleh
stimulasi elektrik langsung. Daerah tersebut termasuk area-area korteks (fronto-occipital,
temporal), girus singuli, amigdala, ganglia basal, dan hipotalamus, juga daerah bawah batang
otak dan korda spinalis. Jalur menurun (descending) dari korteks dan girus singuli mencapai
hipotalamus. Serabut-serabut dari hipotalamus naik ke nukleus batang otak dan korda spinalis.
Korda spinalis mengandung serabut-serabut vasomotor yang berjalan naik dan berakhir pada
neuron pra-ganglion simpatik.

Baroreseptor lebih banyak berespons terhadap tekanan yang berubah cepat daripada
terhadap tekanan yang menetap. Dalam batas kerja tekanan arteri normal, perubahan tekanan
yang kecil saja sudah akan menimbulkan refleks otonom yang kuat untuk mengatur kembali
tekanan arteri tersebut kembali ke nilai normal. Jadi, mekanisme umpan balik baroreseptor ini
akan berfungsi lebih efektif bila masih dalam batas tekanan yang biasanya diperlukan.
Banyaknya jalur neuronal yang saling berinteraksi untuk mengatur aliran impuls saraf
otonom memberi banyak peluang untuk integrasi berbagai stimulus yang mempengaruhi
tekanan darah, seperti: faktor emosi (takut, marah, cemas), stres fisik (nyeri, kerja fisik,
perubahan suhu), kadar O2 dalam darah, dan glukosa, juga level tekanan darah yang di kontrol
oleh baroreseptor.
Kendali kemoreseptor pada sistem kardiovaskuler mencakup kemoreseptor sentral dan
perifer. Kemoreseptor sentral di medula oblongata sensitif terhadap pH otak yang rendah, yang
mencerminkan peninggian PCO2 di arteri. Peningkatan PCO2 arteri menstimulasi kemoreseptor
sentral untuk menginhibisi area vasomotor dengan hasil akhir peningkatan keluaran simpatis
dan terjadi vasokonstriksi. Kemoreseptor perifer berperan mengendalikan ventilasi paru dan
terletak dekat baroreseptor, yaitu badan karotis dan badan aorta. Penurunan PO 2 arteri
menstimulasi kemoreseptor perifer untuk menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah.

Perangsangan Parasimpatis pada Jantung


Sistem saraf parasimpatis sangat penting bagi sejumlah fungsi autonom pada tubuh,
namun hanya mempunyai peran kecil dalam pengendalian sirkulasi. Pengaruh sirkulasi yang
penting hanyalah pengaturan frekuensi jantung melalui serat-serat parasimpatis yang di bawa
ke jantung oleh nervus vagus, dari medula langsung ke jantung.
Perangsangan vagus yang kuat pada jantung dapat menghentikan denyut jantung selama
beberapa detik, tetapi biasanya jantung akan “mengatasinya” dan setelah itu berdenyut
dengan kecepatan 20 sampai 40 kali per menit. Selain itu, perangsangan vagus yang kuat dapat
menurunkan kekuatan kontraksi otot sebesar 20 sampai 30 persen. Penurunan ini tidak akan
lebih besar karena serat-serat vagus di distribusikan terutama ke atrium tetapi tidak begitu
banyak ke ventrikel di mana tenaga kontraksi sebenarnya terjadi. Meskipun demikian,
penurunan frekuensi denyut jantung yang besar digabungkan dengan penurunan kontraksi
jantung yang kecil akan dapat menurunkan pemompaan ventrikel sebesar 50 persen atau lebih,
terutama bila jantung bekerja dalam keadaan beban kerja yang besar. Dengan cara ini, curah
jantung dapat diturunkan sampai serendah nol atau hampir nol.
Perangsangan Parasimpatis pada Pembuluh Darah

Serabut parasimpatis hanya dijumpai di beberapa daerah pada tubuh. Serabut


parasimpatis mempersarafi kelenjar air liur dan kelenjar gastrointestinal, dan berpengaruh
vasodilatasi pada organ erektil di genitalia eksterna. Serabut postganglion pasasimpatis
melepaskan asetilkolin yang menyebabkan vasodilatasi.

Perangsangan Simpatis pada Jantung


Serat-serat saraf vasomotor simpatis meninggalkan medula spinalis melalui semua saraf spinal
toraks dan lumbal pertama dan kedua. Serat-serat ini masuk ke dalam rantai simpatis dan
kemudian ke sirkulasi melalui dua jalan; (1) melalui saraf simpatis spesifik, yang terutama
menginervasi vaskulatur dari visera internal dan jantung serta (2) melalui nervus spinalis yang
terutama menginervasi vaskulatur daerah perifer. Inervasi arteri kecil dan arteriol
menyebabkan rangsangan simpatis meningkatkan tahanan dan dengan demikian menurunkan
kecepatan aliran darah yang melalui jaringan. Inervasi pembuluh besar, terutama vena,
memungkinkan bagi rangsangan simpatis untuk menurunkan volume pembuluh ini dan dengan
demikian mengubah volume sistem sirkulasi perifer.

Hal ini dapat memindahkan darah ke dalam jantung dan dengan demikian berperan penting
dalam pengaturan fungsi kardiovaskular.
Perangsangan simpatis yang kuat dapat meningkatkan fekuensi denyut jantung pada manusia
dewasa dari 180 menjadi 200 dan, walaupun jarang terjadi, 250 kali denyutan per menit pada
orang dewasa muda. Juga, perangsangan simpatis meningkatkan kekuatan kontraksi otot
jantung, oleh karena itu akan meningkatkan volume darah yang dipompa dan meningkatkan
tekanan ejeksi. Jadi, perangsangan simpatis sering dapat meningkatkan curah jantung sebanyak
dua sampai tiga kali lipat selain peningkatan curahan yang mungkin disebabkan oleh
mekanisme Frank-Starling. Secara singkat, mekanisme Frank-Starling dapat diartikan sebagai
berikut: semakin besar otot jantung diregangkan selama pengisian, semakin besar kekuatan
kontraksi dan semakin besar pula jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta.
Sebaliknya, penghambatan sistem saraf simpatis dapat digunakan untuk menurunkan pompa
jantung menjadi moderat dengan cara sebagai berikut: Pada keadaan normal, serat-serat saraf
simpatis ke jantung secara terus-menerus melepaskan sinyal dengan kecepatan rendah untuk
mempertahankan pemompaan kira-kira 30 persen lebih tinggi bila tanpa perangsangan
simpatis. Oleh karena itu, bila aktivitas sistem saraf simpatis ditekan sampai di bawah normal,
keadaan ini akan menurunkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi ventrikel,
sehingga akan menurunkan tingkat pemompaan jantung sampai sebesar 30 persen di bawah
normal.

Perangsangan Simpatis pada Pembuluh Darah

Serabut simpatis tersebar luas pada pembuluh darah tubuh, terbanyak ditemukan di
ginjal dan kulit, tetapi relatif jarang di koroner dan pembuluh darah otak, dan tidak ada di
plasenta. Serabut ini melepaskan norepinefrin yang berikatan dengan adrenoseptor di
membran sel otot polos pembuluh darah. Serabut simpatis menyebabkan vasokonstriksi pada
sebagian besar pembuluh darah, tetapi di otak, jantung, dan otot rangka menyebabkan
vasodilatasi.7

2. Pengaturan tekanan darah jangka panjang mengatur homeostasis sirkulasi melalui sistem
humoral endokrin dan parakrin vasoaktif yang melibatkan ginjal sebagai organ pengatur utama
distribusi cairan ekstraseluler. Kata Kunci: Kebugaran, tekanan darah.

Sebagai pelengkap dari mekanisme neuronal yang bereaksi cepat dalam mengendalikan
resistensi perifer dan curah jantung, kendali jangka menengah dan jangka panjang melalui
sistem humoral bertujuan untuk memelihara homeostasis sirkulasi. Pada keadaan tertentu,
sistem kendali ini beroperasi dalam skala waktu berjam-jam hingga berhari-hari, jauh lebih
lambat dibandingkan dengan refleks neurotransmiter oleh susunan saraf pusat. Sebagai
contoh, saat kehilangan darah disebabkan perdarahan, kecelakaan, atau mendonorkan
sekantung darah, akan menurunkan tekanan darah dan memicu proses untuk mengembalikan
volume darah kembali normal. Pada keadaan tersebut pengaturan tekanan darah dicapai
terutama dengan meningkatkan volume darah, memelihara keseimbangan cairan tubuh
melalui mekanisme di ginjal dan menstimulasi pemasukan air untuk normalisasi volume darah
dan tekanan darah.

 Amina Biogenik

Amina biogenik termasuk substansi yang di bentuk melalui dekarboksilasi asam amino
atau derivatnya. Katekolamin, yaitu dopamin, norepinefrin, dan epinefrin termasuk amina
biogenik yang berperan dalam regulasi tekanan darah. Katekolamin merupakan
neurotransmiter dalam beberapa jalur sistem saraf pusat, lewat pelepasan hormon ini dari
medula adrenal (terutama epinefrin) atau pada ujung saraf simpatis (terutama norepinefrin),
atau lewat kerja langsung dalam ginjal di mana hormon ini mempengaruhi aliran darah dan
produksi renin.
Dopamin adalah prekursor untuk epinefrin. Kadar dopamin yang tinggi di dalam serum
dibutuhkan untuk mengaktifkan reseptor a pembuluh darah dan menyebabkan vasokonstriksi.
Norepinefrin di sintesa dalam medula adrenal, pre-ganglion simpatik, otak, dan sel-sel saraf
spinal, namun paling banyak ditemukan di dalam vesikel sinaptik saraf otonom pasca-ganglion
pada organ-organ yang kaya akan inervasi simpatis, seperti otak, kelenjar saliva, otot polos
pembuluh darah, hati, limpa, ginjal, dan otot. Norepinefrin menstimulasi reseptor a1-
adrenergik (terletak di jantung, otot-otot papiler, dan otot polos) dan reseptor b1-adrenergik
yang meningkatkan pemasukan kalsium ke dalam sel-sel target, sehingga meningkatkan
kontraksi dan denyut jantung dan akibatnya meningkatkan tekanan darah. Epinefrin
menstimulasi reseptor a1 dan b1-adrenergik dengan efek yang sama seperti norepinefrin, tetapi
juga menstimulasi reseptor b2-adrenergik (terdapat dalam otot rangka, jantung, hati, dan
medula adrenal) dengan efek akhir vasodilatasi. Namun epinefrin bukanlah vasodilator
sistemik, efeknya terhadap kardiovaskuler lebih lemah dibandingkan dengan efek yang
ditimbulkan norepinefrin.
Amina biogenik lainnya, serotonin dan histamin, mempunyai efek kerja yang kuat pada otot
polos pembuluh darah. Selain merupakan komponen endogen dalam tubuh manusia,
serotonin dan histamin juga terdapat di alam. Serotonin atau 5-hidroksitriptamin adalah
vasokonstriktor kuat, namun tidak terlibat langsung dalam kontrol terhadap tekanan darah.
Serotonin secara tidak langsung ikut mengatur tekanan darah melalui perannya sebagai
neurotransmiter di dalam sistem saraf pusat. Histamin, di bentuk melalui dekarboksilasi histidin
dan dijumpai pada banyak jaringan, termasuk di ujung saraf. Histamin menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler, tetapi belum ada bukti bahwa histamin
berperan dalam kontrol terhadap tekanan darah.

 Renin

Renin adalah protease asam, merupakan enzim yang mengkatalisis pelepasan hidrolitik
dekapeptida angiotensin I dari ujung amino terminal angiotensinogen. Angiotensin I berfungsi
semata-mata sebagai prekursor dari angiotensin II. Renin di simpan dalam sel-sel
jukstaglomerular ginjal dan dilepaskan ke dalam pembuluh darah sebagai respons terhadap
berbagai stimulus fisiologis yang membantu untuk menggabungkan sistem renin-angiotensin
menjadi proses yang kompleks dalam homeostasis sirkulasi. Renin yang aktif mempunyai
waktu paruh paling lama 80 menit di dalam sirkulasi. Renin di bantu oleh angiotensin-
converting-enzyme (ACE) membentuk angiotensin II.2,8
 Angiotensinogen
Angiotensinogen disebut juga substrat renin, di sirkulasi dijumpai dalam fraksi a2-globulin
plasma. Angiotensinogen disintesa dalam hati, mengandung sekitar 13% karbohidrat dan di
bentuk dari 453 residu asam amino. Kadar angiotensinogen dalam sirkulasi meningkat oleh
glukokortikoid, hormon tiroid, estrogen, beberapa sitokin, dan angiotensin II.
 Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
Angiotensin-Converting Enzyme adalah dipeptidil karboksipeptidase yang membagi histidil-
leusin dari angiotensin I inaktif, membentuk angiotensin II oktapeptida. Lokasi enzim ini di
sirkulasi adalah dalam sel-sel endotel. Sebagian besar konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II oleh ACE terjadi saat darah melewati paru-paru. Hal ini mungkin disebabkan
luasnya endotel paru, sebagai lokasi strategis di mana terjadi penerimaan curah jantung dari
darah vena, dan mungkin yang paling penting karena angiotensin II dapat melewati sirkulasi
paru tanpa ekstraksi.

 Angiotensin II

Angiotensin II adalah hormon peptida yang bekerja di kelenjar adrenal, otot polos pembuluh
darah, dan ginjal. Reseptor untuk angiotensin II berlokasi pada membran plasma dari sel-sel
target pada jaringan-jaringan tersebut. Angiotensin II sangat cepat dimetabolisme, waktu
paruhnya dalam sirkulasi sekitar 1-2 menit. Hormon ini dimetabolisme oleh berbagai peptida.
Aminopeptida mengeluarkan residu asam aspartat dari amino terminal peptida ini,
menghasilkan heptapetida yang disebut angiotensin III. Pengambilan residu amino terminal
yang kedua dari angiotensin III menghasilkan heksapeptida yang disebut angiotensin IV.
Biasanya peptida-peptida yang terbentuk ini tidak/kurang aktif dibandingkan dengan
angiotensin II.
Angiotensin II yang disebut juga hipertensin atau angiotonin, menghasilkan konstriksi arteri
dan peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Di dalam sel otot polos pembuluh
darah, angiotensin II berikatan dengan reseptor G-protein-coupled AT1A, mengaktifkan
fosfolipase C, meningkatkan Ca2+ dan menyebabkan kontraksi. Hormon ini merupakan salah
satu vasokonstriktor kuat, empat hingga delapan kali lebih aktif daripada norepinefrin pada
individu normal, namun kadar plasma angiotensin II tidak cukup untuk menyebabkan
vasokonstriksi sistemik. Sebaliknya angiotensin II berperan dalam kardovaskuler bila terjadi
kehilangan darah, olahraga dan keadaan serupa yang mengurangi aliran darah ke ginjal.
Efek penting dari angiotensin II terhadap pengaturan tekanan darah antara lain:
- Meningkatkan kontraktilitas jantung
- Mengurangi aliran plasma ke ginjal, dengan demikian meningkatkan reabsorpsi Na + di ginjal
- Bersama angiotensin III merangsang korteks adrenal melepaskan aldosteron
- Menstimulasi rasa haus dan memicu pelepasan vasokonstriktor lain yaitu arginin vasopresin
(AVP)
- Memfasilitasi pelepasan norepinefrin dari pasca-ganglion saraf simpatik.
Untuk mengukur tekanan darah digunakan alat yang disebut sphygmomanometer. Alat ini
terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus
kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.

Cara pengukuran tekanan darah :


1. Pemeriksa memasang kantong karet terbungkus kain (cuf) pada lengan atas.
2. Stetoskop ditempatkan pada lipatan siku bagian dalam.
3. Kantong karet kemudian dikembangkan dengan cara memompakan udara ke
dalamnya. Kantong karet yang membesar akan menekan pembuluh darah lengan
(brachial artery) sehingga aliran darah terhenti sementara.
4. Udara kemudian dikeluarkan secara perlahan dengan memutar sumbat udara.
5. Saat tekanan udara dalam kantong karet diturunkan, ada dua hal yang harus
diperhatikan pemeriksa. Pertama, jarum penunjuk tekanan, kedua bunyi denyut
pembuluh darah lengan yang dihantarkan lewat stetoskop. Saat terdengat denyut
untuk pertama kalinya, nilai yang ditunjukkan jarum penunjuk tekanan adalah nilai
tekanan sistolik.
6. Seiring dengan terus turunnya tekanan udara, bunyi denyut yang terdengar lewat
stetoskop akan menghilang. Nilai yang ditunjukkan oleh jarum penunjuk tekanan saat
bunyi denyut menghilang disebut tekanan diastolik.
Ada dua jenis pengukuran tekanan darah (blood pressure), yaitu
1. Sistolik
adalah besarnya tekanan yang timbul pada pembuluh arteri saat jantung memompa darah
(berkontraksi).
2. Diastolik
adalah tekanan saat jantung dalam fase istirahat.
Yang dimaksud dengan tekanan darah disini adalah tenaga yang dikeluarkan oleh darah
untuk dapat mengalir melalui pembuluh darah. Ukuran tekanan darah dinyatakan dalam
bentuk mm Hg. Hg merupakan singkatan dari hydragyrum, yaitu merupakan air raksa yang ada
didalam tabung tensi meter. Jadi jika tekanan darah seseorang adalah sebesar 140 mm Hg,
maka maksudnya adalah tenaga yang dikeluarkan oleh darah untuk mendorong air raksa
didalam tabung tensimeter setinggi 140 mm.

HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


1. Ruang pemeriksaan:
suhu ruang dan ketenangan ruang
periksa yang nyaman. Suhu ruang yang terlalu dingin dapat
meningkatkan tekanan darah.
Alat: sebaiknya digunakan sfigmomanometer dengan
pipa air raksa yang tegak lurus dengan bidang horisontal.
Hindarkan paralaks waktu membaca permukaan air raksa.
Gunakan manset dengan lebar yang dapat mencakup 2/3
panjang lengan atas serta panjang yang dapat mencakup
2/3 lingkar lengan.
Penggunaan manset yang lebih kecil akan menghasilkan
nilai yang lebih tinggi daripada yang sebenarnya.
2. Persiapan:
bila diperlukan dan keadaan pasien memung-
kinkan, sebaiknya dipersiapkan dalam keadaan basal. Karena
biasanya hanya diperlukan nilai tekanan darah "sewaktu".
maka pengaruh kerja jasmani, makan, merokok dihilangkan
terlebih dahulu sebelum diukur.
3. Jumlah pengukuran:
dilakukan pengukuran sebanyak tiga
kali, untuk diambil nilai rata-ratanya. Bila tersangka menderita
hipertensi, dianjurkan untuk mengukur dalam 3 hari berturut-
turut.
4. Tempat pengukuran:
pengukuran dilakukan pada lengan
kanan dan kiri bila dicurigai terdapat peningkatan tekanan
darah.Kesenjangan nilai lengan kanan dan kiri dapat ditimbul-
kan karena coarctatio aorta.
5. Posisi orang yang diperiksa:
untuk keperluan skrining,
dapat dilakukan dalam posisi duduk. Dalam hal ini lengan
bawah sedikit fleksi, serta lengan atas setinggi jantung. Hindar-
kan posisi duduk yang menekan perut, lebih-lebih pada orang
yang gemuk (obese).
Untuk pasien hipertensi, lebih-lebih yang sedang dalam
pengobatan, perlu diukur dalam posisi berbaring dan pada
waktu 1 -- 5 menit setelah berdiri.
6. Pemompaan dan pengempesan manset:
dilakukan pemompaan dan pengempesan manset sebelum diukur tekanan
darahnya. Hal ini untuk menghindari kesalahan nilai karena
rangsang atau reaksi obstruksi sirkulasi darah Pemompaan dilakukan dengan cepat hingga 20 --
30 mmHg
di atas tekanan pada waktu denyut a. radialis tidak teraba.
Pengempesan dilakukan dengan kecepatan yang tetap (konstan),2 -- 3 mmHg tiap detik.
Pengempesan yang terlalu cepat akan mengakibatkan nilai diastolik yang lebih rendah dari
yang sebenarnya.

Pengaturan Tekanan Darah


1. Pengaturan saraf
Pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur tekanan darah. Pusat kardiokselerator dan
kardioinhibitor mengatur curah jantung.
a. Pusat vasomotorik
Tonus vasomotorik merupakan stimulasi tingkat rendah yang terus menerus pada serabut
otot polos dinding pembuluh. Tonus ini mempertahankan tekanan darah melalui
vasokontriksi pembuluh.
Pertahanan tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui impuls dari serabut saraf
vasomotorik yang merupakan serabut eferen saraf simpatis pada sistem saraf otonom.
Vaso dilatasi biasanya terjadi karena pengurangan impuls vasokonstriktor. Pengecualian
hanya terjadi pada pembuluh darah di jantung dan otak.
Pembuluh darah di jantung dan otak memilki reseptor-reseptor beta adrenergik,
merespon epinefrin yang bersirkulasi dan yang dilepas oleh medulla adrenae.
Mekanisme ini memastikan suplai darah yang cukup untuk organ-organ vital
selama situasi menegangkan yang menginduksi stimulasi saraf simpatis dan
vasokontriksi di suatu tempat pada tubuh.
Stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi pembuluh hanya di beberapa
tempat; misalnya, pada jaringan erektil genetalia dan kelenjar saliva tertentu.
Pusat akselerator dan inhibitor jantung serta baroreseptor aorta dan karotis, yang
mengatur tekanan darah melalui SSO.
2. Pengaturan kimia dan hormonal
Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
tekanan darah. Zat tersebut meliputi :
Hormon medulla adrenal (norepineprin termasuk vasokonstriktor)
epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau vasodilator,
bergantung pada jenis reseptor otot polos pada pembuluh darah organ.
Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang disekresi dari kelenjar
hipofisis posterior termasuk vasokontriktor.
Angiotensin
adalah sejenis peptida darah yang dalam bentuk aktifnya termasuk salah
satu vasokontriktor kuat.
Berbagai angina dan peptide seperti histamin, glukagon, kolesistokinin,
sekretin, dan bradikinin yang diproduksi sejumlah jaringan tubuh, juga
termasuk zat kimia vasoaktif.
Prostaglandin
Adalah agens seperti hormone yang diproduksi secara local dan mampu
bertindak sebagai vasodilator atau vasokonstriktor (Ethel, 2003: 239).
Pengukuran Tekanan Darah Arteri Sistolik dan Diastolik
1. Tekanan darah diukur secara tidak langsung melalui metode auskultasi dengan
menggunakan sfigmomanometer.
a. Peralatannya terdiri dari sebuah manset lengan untuk mengehentikan aliran darah
arteri brakial, sebuah manometer raksa untuk membaca tekanan, sebuah bulb
pemompa manset untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, dan sebuah
katup untuk mengeluarkan udara dari manset.
b. Sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi Karotkof, yaitu
bunyi semburan darah yang melalui sebagian pembuluh yang tertutup. Bunyi dan
pembacaan angka pada kolom raksa secara bersamaan merupakan cara untuk
menentukan tekanan sistolik dan diastolik.
2. Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa muda adalah sistolik 120 mmHg dan diastolik 80
mmHg, biasanya ditulis 120/80. Tekanan darah pada wanita dewasa muda, baik sistolik
maupun diastolic biasannya lebih kecil 10 mmHg dari tekanan darah laki-laki dewasa muda
(Ethel, 2003: 240).
3. Kegiatan Belajar 14
c. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon pengaturan tekanan
darah : hipertensi, krisis hipertensi
d. Uraian Materi
Ginjal merupakan salah satu bagian penting dalam sistem perkemihan atau urinari.
Ginjal adakah sebuah organ kecil tetapi penting yang terletak di dalam tubuh, tidak Nampak
secara fisik dan seperti bagian lainnya mempunyai fungsi yang kompleks dan bekerja secara
otomatis.
Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di belakang
peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung pada dinding abdomen.
Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis),jumlahnya ada 2 buah kiri dan kanan,
ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan. Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan
pada umumnya ginjal laki-laki lebih panjang dari pada ginjal wanita.
Satuan struktural dan fungsional ginjal yang terkecil di sebut nefron. Tiap-tiap nefron
terdiri atas komponen vaskuler dan tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh-
pembuluh darah yaitu glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam
komponen tubuler terdapat kapsul Bowman,serta tubulus-tubulus,yaitu: tubulus kontortus
proksimal,tubulus kontortus distal,tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada
medula.
Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan lapis viseral
(langsung membungkus kapiler golmerlus) yang bentuknya besar dengan banyak juluran mirip
jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang memeluk kapiler secara teratur sehingga
celah-celah antara pedikel itu sangat teratur.
Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal,bagian tubulus yang
keluar dari korpuskel renal disabut dengan tubulus kontortus proksimal karena jalannya yang
berbelok-belok,kemudian menjadi saluran yang lurus yang semula tebal kemudian menjadi
tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle,karena membuat lengkungan tajam berbalik
kembali ke korpuskel renal asal,kemudian berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

B. Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal sebagai organ tubuh sangat vital, seperti menyaring darah, menghasilkan
hormone, menjaga keseimbangan basa, dan sebagainya.
Ginjal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Membuang racundan produk buangan/limbah dari darah. Racun didalam darah diantaranya
urea dan uric acid. Jika kandungan kedua racun ini terlalu berlebihan, maka akan mengganggu
metabolism tubuh.
2. Menjaga kebersihan darah dan meregulasi seluruh cairan (air dan garam) di dalam tubuh.
3. Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin yang bertugas mengontrol
tekanan darah dan keseimbangan elektrolisis. Renin mengubah protein dalam darah menjadi
hormone angiotensis. Selanjutnya angiotensis akan diubah menjadi aldosterone yang
mengabsorbsi sodium dan air ke dalam darah.
4. Mengatur keseimbangan pH darah
5. Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang
6. Memproses hormone erythropoiethin yang bertugas memproduksi sel darah merah ditulang
7. Mengekresikan zat-zat metabolisme yang mengandung nitrogen, misalnya amonia.
8. Mengekresikan zat-zat yang jumlah nya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya
(misalnya obat-obatan,bakteri,dan zat warna).
9. Mengatur keseimbangan air dan garam.
10. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.

C. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak
terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah
tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya
berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80
(Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh
darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung
sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh
darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer
(2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
Tekanan darah adalah pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator dalam menilai
fungsi kardiovaskuler. tekanan maksimum pada dinding arteria yang terjadi ketika bilik kiri
jantung menymprotkan darah klep aortik yang terbuka kedalam aorta disebut sebagai tekanan
sistolik.(alimul aziz,2009)
Tekanan darah adalah tekanan yang di timbulkan oleh dinding arteri. Tekanan puncak
terjadi saat pentrikel berkontraksi yang di sebut tekanan sistol.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap diastolik dengan
nilai dewasa normalnya berkisar 100/60 – 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80 mmHg ( smeltzer dan bare, 2001 )
Tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan
pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu
Palmer (2007) menyatakan tekanan darah di ukur dalam satuan millimeter ari raksa (mmHg).
(hayens 2003)
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang terutup
pada dinding bagian dalam jantung dan pemubuluh darah
( ethel 2003,238)
Tekanan darah adalah suatu kekuatan yang dihasilkan darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh darah. Tekanan darah maksimal (sistole) adalah tekanan pada dinding arteri
saat ventrikel memompa darah melalui katub aorta. Pada saat ventrikel rileks, darah yang tetap
dalam arteri menimbulkan tekanan minimum ( Diastolik ). Tekanan diastolik adalah tekanan
minimal yang mendesak dinding arteri setiap waktu. Untuk mengukur tekanan darah maka
perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri
dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran
ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare, )
Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter
arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter,
perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak
langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.
Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur
tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa
sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air
raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001).
D. Fungsi Ginjal dalam Pengaturan Tekanan Darah
1. Pengaturan Tekanan Darah
a. Pengaturan saraf
Pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur tekanan darah. Pusat kardiokselerator dan
kardioinhibitor mengatur curah jantung.
1) Pusat vasomotorik
a) tonus vasomotorik merupakan stimulasi tingkat rendah yang terus menerus pada serabut otot
polos dinding pembuluh. Tonus ini mempertahankan tekanan darah melalui vasokontriksi
pembuluh.
b) Pertahanan tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui impuls dari serabut saraf
vasomotorik yang merupakan serabut eferen saraf simpatis pada sistem saraf otonom.
c) Vaso dilatasi biasanya terjadi karena pengurangan impuls vasokonstriktor. Pengecualian hanya
terjadi pada pembuluh darah di jantung dan otak.
d) pembuluh darah di jantung dan otak memilki reseptor-reseptor beta adrenergik, merespon
epinefrin yang bersirkulasi dan yang dilepas oleh medulla adrenae.
e) Mekanisme ini memastikan suplai darah yang cukup untuk organ-organ vital selama situasi
menegangkan yang menginduksi stimulasi saraf simpatis dan vasokontriksi di suatu tempat
pada tubuh.
f) Stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi pembuluh hanya di beberapa tempat;
misalnya, pada jaringan erektil genetalia dan kelenjar saliva tertentu.
2) Pusat akselerator dan inhibitor jantung serta baroreseptor aorta dan karotis, yang mengatur
tekanan darah melalui SSO.
b. Pengaturan kimia dan hormonal
Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Zat tersebut meliputi :
1) Hormon medulla adrenal (norepineprin termasuk vasokonstriktor)
epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau vasodilator, bergantung pada jenis
reseptor otot polos pada pembuluh darah organ.
2) Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang disekresi dari kelenjar hipofisis posterior
termasuk vasokontriktor.
3) Angiotensin
adalah sejenis peptida darah yang dalam bentuk aktifnya termasuk salah satu vasokontriktor
kuat.
4) Berbagai angina dan peptide seperti histamin, glukagon, kolesistokinin, sekretin, dan
bradikinin yang diproduksi sejumlah jaringan tubuh, juga termasuk zat kimia vasoaktif.
5) Prostaglandin
Adalah agens seperti hormone yang diproduksi secara local dan mampu bertindak sebagai
vasodilator atau vasokonstriktor (Ethel, 2003: 239).

2. Pengaturan tekanan darah oleh ginjal


Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
a. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air, yang akan
menyebabkan berkurangnya volume darah dan mengembalikan tekana darah ke normal.
b. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam dan air, sehingga
volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke normal.
c. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim yang disebut renin,
yang memicu pembentukan hormone angiotensin , yang selanjutnya akan memicu pelepasan
hormone aldosterone
Tekanan darah akan menjadi tinggi karena melalui proses terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme. ACE memegang peran fisiologis penting
dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di
hati.renin akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin
I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama
Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volumeurin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh,sehingga
menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler
akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur
volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl dengan cara
mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan
volume dan tekanan darah.
Jadi natrium dan klorida merupakn ion utama cairan ekstraselluler. Kandungan Na
yangtinggi menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat.
Untuk menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraselule
rmeningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya
volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi.
Sebaliknya kalium merupakan ion utama di dalam cairan intraseluler. Cara kerja kalium
adalah kebalikan dari natrium. Konsumsi kalium yang banyak akan meningkatkan
konsentrasinya di dalam cairan intraseluler, sehingga cenderung menarik cairan dari bagian
ekstraseluler dan menurunkan tekanan darah.

Daftar Pustaka

A.Kusumawardhani.2006. Food Addiction in Obesity. Buku kedokteran Indonesia. Volume:56,


hal.205-208
Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.
Anonim. Sistem Endokrin. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_endokrin. download 27
Desember 2014.
Anonim. Kelenjar Adrenal. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelenjar_adrenal. download 27
Desember 2014.
Anonim. Hipotalamus. http://id.wikipedia.org/wiki/Hipotalamus. download 27 Desember
2014.
Anonim. Ovarium. http://id.wikipedia.org/wiki/Ovarium. download 27 Desember 2014
Anonim. 2007. Anfis Sistem Endokrin. http://ismar71.wordpress.com/2007/12/12/anfis-sistem-
endokrin-2/html. download 27 Desember 2014.
Anonim. Pankreas. http://id.wikipedia.org/wiki/Pankreas. download 27 Desember 2014.
Anonim. Hipofisis. http://id.wikipedia.org/wiki/Kelenjar_pituitari. download 27 Desember 2014
Anonim. 2008. Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin. http:// athearobiansyah .blogspot.com /
2008/06/anatomi-fisiologi-sistem-endokrin.html. download 27 Desember 2014.
Anonim. Testis. http://id.wikipedia.org/wiki/Testis. download 27 Desember 2014.
Anonim. Corpus Luteum. http://id.wikipedia.org/wiki/Corpus_luteum. download 27 Desember
2014.
Dorland, W.A Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 29. Jakarta: EGC.
Diabetes Spectrum (journal) Volume 13 Number 2, 2000, Page 95 Volume 13 Nomor 2, 2000,
halaman 95
Fitri Nurmanili S. 2010. Gambaran pengetahuan tentang penderita DM tipe 2 Terhadap
penyakit dan Pengelolaan DM tipe 2 di RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN. Fakultas
Kedokteran Sumatera Utara Medan.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007.Farmakologi dan Terapi.Balai Penerbit FKUI :
Jakarta.
JOP. Journal of the Pancreas – http://www.joplink.net – Vol. 6, No. 4 – July 2005. [ISSN 1590-
8577]
Katzung, Bertam G.2001.Farmakologi Dasar dan Klinik.Salemba Medika : Jakarta
Lembar S, Hipertiroidisme Pada Neonatus Dengan Ibu Penderita Grave’s Disease, Majalah
Kedokteran Atma Jaya Jakarta, Vol 3, No.1, Jakarta, 2004 : hal 57 – 64
Mistra. 2004. Jurus melawan Diabetes Melliyus Type 2. Jakarta. Puspa Swara
Pearce, C Evelyn. 2009. Anatomi Untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia
R. Syamsuhidayat 1997.Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta:EGC.
Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi. Jakarta: EGC
Susanne C. Smeltzer; Buku Ajar Medikal Bedah Brunner-Suddart; EGC; Jakarta; 1999.
Sylvia A. Price. 1994.Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta: EGC.
Setiati, Siti. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
Soedoyo, Aru W. Setiyohadi, Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata K, Marcellus.
Sylvia A. Price. 1994.Patofisiolgi Konsep klinis Proses-Proses Penyakit . Jakarta: EGC.
Shahab A, 2002, Penyakit Graves (Struma Difusa Toksik) Diagnosis dan Penatalaksanaannya,
Bulletin PIKKI : Seri Endokrinologi-Metabolisme, Edisi Juli 2002, PIKKI, Jakarta, 2002 :
hal 9-18
Stein JH, Panduan Klinik Ilmu Penyakit Dalam, alih bahasa Nugroho E, Edisi 3, EGC, Jakarta,
2000 : hal 606 – 630
Sloana, ethel, .(2004) Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : EGC
Sobbota, .(2000). Atlas Anatomi Manusia. Jakarta : EGC
Yanovski, susan Z.,dan Yanovski, Jack A. 2002. Obesity. NEJM. Volume: 346 hal.591-602

Anda mungkin juga menyukai