SISTEM ENDOKRIN
PENYUSUN
S E KO L A H T I N G G I I L M U K E S E H ATA N I M E L D A
P R O G RA M S T U D I S - 1 K E P E RAWATA N
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunya modul
pembelajaran Keperawatan Sistem Endokrin ini. Panduan belajar ini merupakan tuntunan bagi
mahasiswa untuk mencapai kompetensi pada Mata Kuliah Keperawatan Sistem Endokrin.
Pendekatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran ini adalah pendekatan
Student Centered Learning (SCL) dengan metode pembelajaran, kuliah, penugasan, diskusi dan
seminar, dimana mahasiswa dituntut secara aktif untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan.
Panduan belajar inilah yang akan memandu mahasiswa dalam mencapai kompetensi yang
ditetapkan. Dosen yang semula sebagai sumber utama, dalam pendekatan Student Centered
Learning (SCL) hanya sebagai fasilitator saja. Dalam mempelajari Keperawatan Sistem Endokrin
ini, mahasiswa tidak hanya mencapai kompetensi yang bersifat hard skill tetapi juga soft skill,
sesuai dengan visi institusi STIKes Imelda Medan. Kompetensi utama hard skill yang ingin
dicapai oleh mahasiswa meliputi kemampuan menyusun asuhan keperawatan yang berkaitan
dengan berbagai permasalahan sesuai dengan kasus medikal bedah (Sistem Respirasi, Sistem
Pencernaan, Sistem Kardiovaskuler, Sistem Persepsi Sensori). Kami berharap panduan belajar
ini dapat mengantarkan mahasiswa mencapai kompetensi yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan.
Endokrinologi merupakan ilmu yang memiliki konsep yang luas dan terus berkembang.
Pada dasarnya sistem endokrin menggunakan hormon untuk menyampaikan informasi antar
jaringan yang berbeda. Hormon dilepaskan oleh kelenjar endokrin dan ditranspor melalui
aliran darah ke jaringan kemudian menempel ke molekul reseptor dan mengatur fungsi
jaringan target tersebut. Hormon dapat bekerja secara lokal dengan terikat ke reseptor yang
diekspresikan oleh sel yang dekat dengan tempat dilepaskannya hormon, tetap dalam
membran dari satu sel, bekerja pada reseptor yang terletak pada sel yang sama, atau dapat
bekerja di dalam sel tanpa dilepaskan. Cara kerja hormon ini disebut paracrine, juxtacrine,
autocrine atau intracrine. Keperawatan sistem endokrin merupakan salah satu mata ajar yang
harus dicapai oleh mahasiswa program S1 Keperawatan karena seorang perawat lulusan S1
Keperawatan diharapkan mampu melaksanakan peran dan fungsinya untuk memberikan
pertolongan pada klien yang mengalami kondisi gangguan sistem endokrin.
Kompetensi yang akan dicapai pada mata ajar ini adalah : Melakukan simulasi asuhan
keperawatan dengan kasus gangguan sistem endokrin pada berbagai tingkat usia dengan
memperhatikan aspek legal dan etis, Melakukan simulasi pendidikan kesehtan dengan kasus
gangguan sistem endokrin pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan
etis, Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan sistem endokrin
dan menggunakan hasil penelitian dlm mengatasi masalah sistem respirasi, Melakukan simulasi
pengelolaan asuhan pada sekelompok klien dengan gangguan sistem endokrin pada berbagai
tingkat usia dengan memperhatikn aspek legal dan etis, Melaksanakan fungsi advocasi pada
kasus dengan gangguan sistem endokrin pada berbagai tingkat usia dan Mendemonstrasikan
intervensi keperawatan pada kasus dengan gangguan sistem endokrin pada berbagai tingkat
usia sesuai dengan standar yang berlaku,dengan berfikir kreatif dan inovatif sehingga
menghasilkan pelayanan yg efisien dan efektif.
Pada mata ajar ini, dipelajari tentang dasar sintesis hormon, pelepasan dan cara
kerjanya, dilanjutkan dengan diskusi keterkaitan hormon dengan metabolisme dalam tubuh
manusia serta gangguan yang menyertainya. Beberapa gangguan yang dibahas diantaranya
adalah hiperlipoproteinemia, diabetes melitus, obesitas, hipertirod adrenal cortex failure dan
gangguan hormon lainnya. Masa pembelajaran menerapkan situasi pembelajaran kuliah,
diskusi kelompok, belajar mandiri dan latihan ketrampilan klinik. Pada akhir masa
pembelajaran dilakukan ujian dengan metode pilihan ganda.
Bahan ajar ini disusun agar mahasiswa dapat menjadikan sebagai bahan pedoman dan
panduan belajar dalam melakukan asuhan keperawatan sistem endkrin baik dilaboratorium
maupun dipraktek klinik keperawatan.
Bahan ajar ini dapat dipelajari dengan cara membaca, menelaah prinsip-prinsip,
membahas soal latihan, melakukan praktek laboratorium dan melakukan praktek klinik dengan
bimbingan.
Semoga bahan ajar ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa S1 Keperawatan. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan bahan ajar ini jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
1. Mampu membahas tentang prinsip-prinsip teoritis dan keterampilan klinis sistem endokrin
2. Mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi sistem endokrin
3. Mampu melakukan pengkajian sistem endokrin
4. Mampu menjelaskan beberapa prosedur pemeriksaan diagnostik yang lazim dilakukan
pada klien dengan gangguan sistem endokrin
5. Mampu menjelaskan penyakit yang berhubungan dengan peningkatan sekresi kelenjar
endokrin
6. Mampu merencanakan dan melaksanakan tindakan keperawatan pada klien yang
mengalami gangguan sistem endokrin
7. Mampu melaksanakan evaluasi terhadap proses keperawatan yang diberikan
8. Mampu mendokumentasikan asuhan keperawatan
9. Mampu melaksanakan pencegahan primer, sekunder dan tersier pada masalah sistem
endokrin
10. Mampu melakukan penelitian yang terkait dengan sistem endokrin
11. Mampu melakukan manajemen kasus
12. Mampu memberikan advocay terkait pada penderita sistem endokrin
13. Mampu melakukan prosedur keperawatan pada penderita gangguan sistem endokrin
BAB – 1
PENDAHULUAN
B. PRASYARAT
Dalam mengikuti mata kuliah ini maka setiap mahasiswa wajib telah berhasil melalui atau
mengikuti mata kuliah anatomi dan fisiologi.
2. Ketentuan Lain
a. Mahasiswa wajib mengikuti seluruh ketentuan tata tertib
b. Mahasiswa wajib mengisi presensi, buku panduan, dan seluruh ketentuan
program yang dijalankan
c. Mahasiswa wajib mengumpulkan seluruh makalah atau dokumen yang telah
diisi pada setiap persentase sebelum mengikuti ujian akhir semester
d. Ketentuan lain yang belum termasuk di dalam peraturan ini akan diselesaikan
berdasarkan keputusan yang akan datang.
Keterangan :
*) Jenis yang dipertimbangkan :
1. Keluarga meninggal dunia
2. Sakit
3. Masalah administrasi (bukti dilampirkan)
G. PERAN DOSEN
1. Role model
Mahasiswa belajar melalui observasi tindakan dan clinical reasoning dari dosen. Role
model disini adalah sebagai klinisi dan life-long leraner (pembelajaran sepanjang
hayat).
2. Fasilitator
Orang yang memfasilitasi, mendorong mahasiswa dalam proses pembelajaran
3. Motivator
Mampu membangkitkan motivasi mahasiswa. Berbagaimacam cara untuk
membangkitkan minat mahasiswa yaitu dengan menyusun instruksional disain atau
metode ACRS
4. Evaluator
Evaluasi performan mahasiswa, dengan memberikan feedback. Serta sebagai evaluator
dalam ujian sumatif
5. Manager
Sebagai manejer individual adalah membantu mahasiswa mencapai tugas dan tujuan
pembelajaran. Sebagai manejer environment adalah mengatur lingkungan fisik, sosial,
individu atau personal untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai manejer group
yaitu meningkatkan efektif kelompok..
6. Konselor
Memberikan konseling secara formal dan informal.
7. Research
Sebagai peneliti dan pengobservasi yang hasil penelitian tersebut dapat dijadikan
bahan rujukan dalam pembelajaran, praktek dan ilmu.
H. STRATEGI PERKULIAHAAN
1. Mini lecturer
2. Case study
3. Fokus Group Disscusion (FGD)
4. Small Group Disscusion (SGD)
5. Cooperative Learning
I. EVALUASI
Evaluasi dilakukan dengan mengunakan penilaian formatif dan sumatif. Penilaian formatif
adalah penilaian aktifitas dan proses selama proses pembelajaran. Penilaian sumatif
mengunakan ujian tertulis pada pertengahan dan akhir semester. Penilaian formatif dan
sumatif berdasarkan pada pembobotan yang telah dilakukan pada Rancangan
Pembelajaran Kredit Per Semester (RPKPS). Peserta didik dikatakan lulus jika nilai minimal
adalah C.
J. BAHAN BACAAN
1. Arlene, (1996) Care Prinsiples and Practice of Medical Surgical Nursing, WB
Saunders Company, Philadelphia
2. Black, (2005) Medical Surgical Nursing Clinical Management for Contiunity of
Care, 5 th ed. WB Saunders Company, Philadelphia.
th
3. Brunner & Suddarth’s (1996) Texbook of Medical Surgical Nursing,8 ed,
Lippincot-Raven Pub, Philadelpia
4. Chew SL, Leslie David. (2006): Clinical Endocrinology and Diabetes, an illustrated
colour text. Churchill livingstone
5. Gardner D.G, Shoback D. (2007): Greenspan’s Basic & Clinical Endocrinology 8 th
Edition. Mc Graw Hill.
BAB – 2
MATERI PEMBELAJARAN PERKULIAHAN
Hari / Tanggal
Capaian Pembelajaran Metode / Pertemuan
Waktu
1. Menjelaskan jenis-jenis dan fungsi organ Mini lecturer,
endokrin (kelenjar hormon) dan sistem Case study,
stimulasi represi hormon FGD,
2. Menjelaskan masalah-masalah pada
Cooperative
organ-organ endokrin (kelenjar hormon)
Learning
dan sistem stimulasi represi hormon :
hypofise/pituitary, tiroid, paratiroid,
pancreas, adrenal, ovarium, testis,
plasenta, gaster
1. Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi Mini lecturer,
hormon reproduksi dan sex Case study,
2. Menyebutkan masalah-masalah pada FGD,
gangguan hormon reproduksi dan sex : Cooperative
Hypogonadism (gangguan menstruasi), Learning
menopause, gangguan fertilisasi pada pria
dan wanita
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi Mini lecturer,
hormon pertumbuhan Case study,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada FGD,
gangguan hormon pertumbuhan : Cooperative
gigantism, akromegali Learning
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi Mini lecturer,
hormon thyroid Case study,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada FGD,
gangguan hormon thyroid Cooperative
;hipertiroiditis/goiter dan graves Learning
disease,hypotiroid
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi Mini lecturer,
hormon glucocortiroid dan Case study,
mineralocorticoid FGD,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada Cooperative
gangguan hormon glucocortiroid Learning
(Syndrome Cushing/peningkatan addison)
dan masalah pada gangguan hormon
mineralocorticoid (addison
disease/hyperadrenalism)
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi Mini lecturer,
hormon pengaturan rasa haus Case study,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada FGD,
gangguan hormon pengaturan rasa Cooperative
haus(diabetes insipidus syndrome SIADH Learning
(Syndrome Inappropriate Antydiuretic
Hormon)
Menjelaskan kelainan gangguan metabolic Mini lecturer,
dan endokrin : Dibetes Mellitus Case study,
FGD,
Cooperative
Learning
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi Mini lecturer,
hormon pengaturan tekanan darah Case study,
2) Menyebutkan masalah-masalah pada FGD,
gangguan hormon pengaturan tekanan Cooperative
darah : hipertensi, krisis hipertensi Learning
JADWAL PRAKTIKUM
Hari / Tgl /
Capaian Pembelajaran (tujuan) Metode Pertemuan
waktu /Pertemuan
1 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan hiperpituitarisme
2 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Hipertiroidisme
3 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Hypogonadism
4 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Osteoporosis
5 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Rickets
6 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Oseomalacia
7 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Penyakit Addison
8 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Sindrom Cushing
9 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Hipertensi
10 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Pheochromocytoma
11 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Diabetes Insipidus
12 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Hypopitutiarism
13 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Akromegali
14 Asuhan keperawatan pada klien dengan Seminar
gangguan Akromegali sindrom sekresi
hormone antidiuretik
B. KEGIATAN BELAJAR
1. Kegiatan Belajar 1
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menjelaskan jenis-jenis dan fungsi organ endokrin (kelenjar hormon) dan sistem
stimulasi represi hormon
b. Uraian Materi
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai "pembawa
pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang
selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu tindakan.
Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah,
kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran,
yang menyalurkan sekresi hormonnya langsung ke dalam darah. Hormon
tersebut memberikan efeknya ke organ atau jaringan target. Beberapa hormon
seperti insulin dan tiroksin mempunyai banyak organ target. Hormon lain
seperti kalsitonin dan beberapa hormon kelenjar hipofisis, hanya memiliki satu
atau beberapa organ target.
Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan
memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin
umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Struktur
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin. Kelenjar eksokrin
melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada permukaan tubuh, seperti kulit,
atau organ internal, seperti lapisan traktus intestinal. Kelenjar endokrin
termasuk hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan
kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan
sekresinya langsung ke dalam darah. Kelenjar endokrin termasuk :1. Pulau
Langerhans pada Pankreas 2. Gonad (ovarium dan testis) 3. Kelenjar adrenal,
hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timus
HIPOTALAMUS
Hipotalamus (bahasa Inggris: hypothalamus) adalam bagian dari otak
yang terdiri dari sejumlah nukleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka
terhadap steroid dan glukokortikoid, glukosa dan suhu. Salah satu di antara
fungsi hipotalamus yang paling penting karena terhubung dengan sistem syaraf
dan kelenjar hipofisis yang merupakan salah satu homeostasis sistem endokrin,
adalah fungsi neuroendokrin yang berpengaruh terhadap sistem syaraf otonomi
sehingga dapat memelihara homeostasis tekanan darah, denyut jantung, suhu
tubuh dan perilaku konsumsi dan emosi.
Hipotalamus juga merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
limfatik, dan merupakan konektor sinyal dari berbagai bagian otak menuju ke
korteks otak besar. Akson dari berbagai sistem indera berakhir pada
hipotalamus (kecuali sistem olfaction) sebelum informasi tersebut diteruskan ke
korteks otak besar.
Hipotalamus berfungsi sebagai monitoring dan mengontrol berbagai
aktivitas dari tubuh yang sangat banyak.Hipotalamus mengirim suatu signal ke
kelenjar adrenal yaitu epinephrine dan neropinephrine.
Hipotalamus terletak di batang otak tepatnya di dienchepalon, dekat
dengan ventrikel otak ketiga (ventrikulus tertius) Hipotalamus sebagai pusat
tertinggi sistem kelenjar endokrin yang menjalankan fungsinya melalui humoral
(hormonal) dan saraf. Hormon yang dihasilkan hipotalamus sering disebut
faktor R dan I mengontrol sintesa dan sekresi hormon hipofise anterior
sedangkan kontrol terhadap hipofise posterior berlangsung melalui kerja saraf.
Pembuluh darah kecil yang membawa sekret hipotalamus ke hipofise disebut
portal hipotalamik hipofise. Hormon-hormon hipotalamus antara lain:
1) ACTH : Adrenocortico Releasing Hormonb.
2) ACIH : Adrenocortico Inhibiting Hormonc.
3) TRH : Tyroid Releasing Hormpnd.
4) TIH : Tyroid Inhibiting Hormone.
5) GnRH : Gonadotropin Releasing Hormon.
6) GnIH : Gonadotropin Inhibiting Hormon.
7) PTRH : Paratyroid Releasing Hormon.
8) PTIH : Paratyroid Inhibiting Hormon.
9) PRH : Prolaktin Releasing Hormon.
10) PIH : Prolaktin Inhibiting Hormon.
11) GRH : Growth Releasing Hormon.
12) GIH : Growth Inhibiting Hormon.
13) MRH : Melanosit Releasing Hormon.
14) MIH : Melanosit Inhibiting Hormon
Hipotalamus sebagai bagian dari sistem endokrin mengontrol sintesa dan
sekresi hormon-hormon hipofise. Hipofise anterior dikontrol oleh kerja
hormonal sedang bagian posterior dikontrol melalui kerja saraf. Aktivitas
endokrin dikontrol secara langsung dan tak langsung oleh hipotalamus, yang
menghubungkan sistem persarafan dengan sistem endokrin. Dalam merespons
terhadap input dari area lain dalam otak dan dari hormon dalam darah, neuron
dalam hipotalamus mensekresi beberapa hormon realising dan inhibiting.
Hormon ini bekerja pada sel-sel spesifik dalam kelenjar pituitary yang mengatur
pembentukan dan sekresi hormon hipofise. Hipotalamus dan kelenjar hipofise
dihubungkan oleh infundibulum. Hormon yang disekresi dari setiap kelenjar
endokrin dan kerja dari masing-masing hormon. Perhatikan bahwa setiap
hormon yang mempengaruhi organ dan jaringan terletak jauh dari tempat
kelenjar induknya. Misalnya oksitosin, yang dilepaskan dari lobus posterior
kelenjar hipofise, menyebabkan kontraksi uterus. Hormon hipofise yang
mengatur sekresi hormon dari kelenjar lain disebut hormon tropik. Kelenjar
yang dipengaruhi oleh hormon disebut kelenjar target.
Sistem umpan balik Kadar hormon dalam darah juga dikontrol oleh
umpan balik negatif manakala kadar hormon telah mencukupi untuk
menghasilkan efek yang dimaksudkan, kenaikan kadar hormon lebih jauh
dicegah oleh umpan balik negatif. Peningkatan kadar hormon mengurangi
perubahan awal yang memicu pelepasan hormon. Misalnya peningkatan sekresi
ACTH dari kelenjar pituitari anterior merangsang peningkatan pelepasan kortisol
dari korteks adrenal, menyebabkan penurunan pelepasan ACTH lebih banyak.
Kadar substansi dalam darah selain hormon juga memicu pelepasan hormon
dan dikontrol melalui Sistem umpan balik. Pelepasan insulin dari pulau
langerhan di pankreas didorong oleh kadar glukosa darah. Aktivasi sel-sel target
Manakala hormon mencapai sel target, hormon akan mempengaruhi cara sel
berfungsi dengan satu atau dua metoda, pertama melalui penggunaan
mediator intraselular dan kedua mengaktifkan gen-gen di dalam sel. Salah satu
mediator intraselular adalah cyclic adenosine monophosphate (cAMP), yang
berikatan dengan permukaan dalam dari membran sel. Ketika hormon melekat
pada sel, kerja sel akan mengalami sedikit perubahan. Misalnya, ketika hormon
pankreatik glukagon berikatan dengan sel-sel hepar, kenaikan kadar AMP
meningkatkan pemecahan glikogen menjadi glukosa. Jika hormon mengaktifkan
sel dengan berinteraksi dengan gen, gen akan mensitesa mesenger RNA (mRNA)
dan pada akhirnya protein (mis., enzim, steroid). Substansi ini mempengaruhi
reaksi dan proses selular.
HIPOFISE
Kelenjar hipofise dapat menghasilkan hormon yang mampu merangsang
hormon yang dapat merangsang kelenjar lain untuk menghasilkan hormon lain.
Contohnya : hipofisa anterior TSH = tyrosomatotropic hormone
merangsang kelenjar thyroid untuk menghasilkan thyroksin thyroksin
digunakan untuk metabolisme tubuh (kh, protein, lipid) berarti jln menuju
hipofisa anterior akan terhambat dst.
Hipofise terletak di sella tursika, lekukan os spenoidalis basis cranii.
Berbentuk oval dengan diameter kira-kira 1 cm dan dibagi atas dua lobus Lobus
anterior, merupakan bagian terbesar dari hipofise kira-kira 2/3 bagian dari
hipofise. Lobus anterior ini juga disebut adenohipofise. Lobus posterior,
merupakan 1/3 bagian hipofise dan terdiri dari jaringan saraf sehingga disebut
juga neurohipofise. Hipofise stalk adalah struktur yang menghubungkan lobus
posterior hipofise dengan hipotalamus. Struktur ini merupakan jaringan saraf.
Lobus intermediate (pars intermediate) adalah area diantara lobus
anterior dan posterior, fungsinya belum diketahui secara pasti, namun beberapa
referensi yang ada mengatakan lobus ini mungkin menghasilkan melanosit
stimulating hormon (MSH). Secara histologis, sel-sel kelenjar hipofise
dikelompokan berdasarkan jenis hormon yang disekresi yaitu:
1. Sel-sel somatotrof bentuknya besar, mengandung granula sekretori,
berdiameter 350-500 nm dan terletak di sayap lateral hipofise. Sel-sel inilah
yang menghasilkan hormon somatotropin atau hormon pertumbuhan.
2. Sel-sel lactotroph juga mengandung granula sekretori, dengan diameter 27-
350 nm, menghasilkan prolaktin atau laktogen.
3. Sel-sel Tirotroph berbentuk polihedral, mengandung granula sekretori
dengan diameter 50-100 nm, menghasilkan TSH.
4. Sel-sel gonadotrof diameter sel kira-kira 275-375 nm, mengandung granula
sekretori, menghasilakan FSH dan LH. Ssel-sel kortikotrof diameter sel kira-
kira 375-550 nm, merupakan granula terbesar, menghasilkan ACTH.
5. Sel nonsekretori terdiri atas sel kromofob. Lebih kurang 25% “sel kelenjar
hipofise tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan yang lazim digunakan dan
karena itu disebut sel-sel kromofob. Pewarnaan yang sering dipakai adalah
carmosin dan erytrosin. Sel foli-kular adalah sel-sel yang berfolikel.Hipofise
menghasilkan hormon tropik dan nontropik. Hormon tropik akan
mengontrol sintesa dan sekresi hormon kelenjar sasaran sedangkan
hormon nontropik akan bekerja langsung pada organ sasaran. Kemampuan
hipofise dalam mempengaruhi atau mengontrol langsung aktivitas kelenjar
endokrin lain menjadikan hipofise dijuluki master of gland. Kelenjar hipofise
terdiri atas kelenjar hipofise anterior, medulla, dan porterior.
Hipofise Medulla
Menghasilkan Melanocytes Stimulating Hormone (MSH) yang akan
menghasilkan pigmen melanin untuk warna kulit. Semakin banyak melanin
makin hitam pigmen kulit, makin sedikit melanin makin putih pigmen kulit.
Orang bule menjemur kulit tubuh pada saat ultraviolet matahari (jam 9 pagi s/d
3 sore) tidak baik karena dapat mengakibatkan kulit pecah dan dapat
menimbulkan bercak pecah berwarna coklat seperti noda pada kulit.
Hipofise Posterior
Hormone Oxytosin : regulasi kontraksi rahim setiap 3 jam, 2,5 jam, 2 jam,
1,5 jam, 1 jam sekali s/d 10 menit sekali; serta membantu dalam proses
pengeluaran air susu Ibu setelah melahirkan setelah kelenjar mammae Ibu
dihisap oleh bayi. Hormone Relaxing : membukanya simphisis pubis (tulang
kemaluan) sehingga bayi mudah di lahirkan. Kedua hormon tersebut harus
bekerja sama agar bayi mudah di keluarkan. Anti Diuretika Hormone (ADH) =
pitressin = Vasopressin : mencegah agar urine yang keluar tidak terlalu banyak
( IN PUT = OUT PUT) bila tidak akan menyebabkan diabetes incipidus.
ADRENAL
Pada mamalia, kelenjar adrenal (atau kelenjar suprarenalis) adalah
kelenjar endokrin berbentuk segitiga yang terletak di atas ginjal (ad, "dekat"
atau "di" + renes, "ginjal"). Kelenjar ini bertanggung jawab pada pengaturan
respon stress pada sintesis kortikosteroid dan katekolamin, termasuk kortisol
dan hormon adrenalin.
Secara anatomi, kelenjar adrenal terletak di dalam tubuh, di sisi
anteriosuperior (depan-atas) ginjal. Pada manusia, kelenjar adrenal terletak
sejajar dengan tulang punggung thorax ke-12 dan mendapatkan suplai darah
dari arteri adrenalis. Secara histologis, terbagi atas dua bagian yaitu medula dan
korteks. Bagian medula merupakan sumber penghasil katekolamin hormon
adrenalin epinefrin dan norepinefrin. Sedangkan bagian korteks menghasilkan
kortisol. Sel penghasil kortisol dapat pula menghasilkan homron androgen
seperti testosteron.
Kelenjar adrenal terdiri dari dua lapis yaitu bagian korteks dan bagian
medulla. Keduanya menunjang dalam ketahanan hidup dan kesejahteraan,
namun hanya korteks yang esensial untuk kehidupan.
1. Korteks adrenal. Korteks adrenal esensial untuk bertahan hidup.
Kehilangan hormon adrenokortikal dapat menyebabkan kematian. Korteks
adrenal mensintesa tiga kelas hormon steroid yaitu mineralokortikoid,
glukokortikoid, dan androgen.
2. Mineralokortikoid. Mineralokortikoid (pada manusia terutama adalah
aldosteron) dibentuk pada zona glomerulosa korteks adrenal. Hormon ini
mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium
dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologik ini selanjutnya membantu dalam
mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Defisiensi
mineralokortikoid (penyakit Addison’s) mengarah pada hipotensi,
hiperkalemia, penurunan curah jantung, dan dalam kasus akut, syok.
Kelebihan mineralokortikoid mengakibatkan hipertensi dan hipokalemia.
3. Glukokortikoid. Glukokortikoid dibentuk dalam zona fasikulata. Kortisol
merupakan glukokortikoid utama pada manusia. Kortisol mempunyai efek
pada tubuh antara lain dalam: metabolisms glukosa (glukosaneogenesis)
yang meningkatkan kadar glukosa darah; metabolisme protein;
keseimbangan cairan dan elektrolit; inflamasi dan imunitas; dan terhadap
stresor.d. Hormon seksKorteks adrenal mensekresi sejumlah kecil steroid
seks dari zona retikularis. Umumnya adrenal mensekresi sedikit androgen
dan estrogen dibandingkan dengan sejumlah besar hormon seks yang
disekresi oleh gonad. Namun produksi hormon seks oleh kelenjar adrenal
dapat menimbulkan gejala klinis. Misalnya, kelebihan pelepasan androgen
menyebabkan virilisme. sementara kelebihan pelepasan estrogen (mis.,
akibat karsinoma adrenal menyebabkan ginekomastia dan retensi natrium
dan air.
PANKREAS
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama: menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti: insulin yang dihasilkan sel beta, GHS yang dihasilkan sel epsilon, GHIH
yang dihasilkan sel delta
Pankreas terletak di retroperiotoneal rongga abdomen bagian atas, dan
terbentang horizontal dari cincin duodenal ke lien. Panjang sekitar 10-20 cm
dan lebar 2,5-5 cm. mendapat pasokan darah dari arteri mensenterika superior
dan splenikus.
Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Beberapa fungsi dari pankreas adalah :
1. Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glucagon, yang
menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat
pelepasan dari hati.
2. Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang
mana mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot.
Insulin juga merangsang hati untuk merubah glukosa menjadi glikogen dan
menyimpannya di dalam sel-selnya.
Pankreas juga berfungsi sebagai organ endokrin dan eksokrin. Fungsinya
sebagai organ endokrin didukung oleh pulau-pulau Langerhans. Pulau-pulau
Langerhans terdiri tiga jenis sel yaitu; sel alpha yang menghasilkan yang
menghasilkan glukoagon, sel beta yang menghasilkan insulin, dan sel deltha
yang menghasilkan somatostatin namun fungsinya belum jelas diketahui.
Organ sasaran glucagon dan insulin adalah hepar, otot dan jaringan
lemak. Glukagon dan insulin memegang peranan penting dalam metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak. Bahkan keseimbangan kadar gula darah
sangat ,dipengaruhi oleh kedua hormon ini. Fungsi kedua hormon ini saling
bertolak belakang. Kalau secara umum, insulin menurunkan kadar gula darah
sebaliknya untuk glukagon meningkatkan kadar gula darah. Perangsangan
glukagon bila kadar gula darah rendah, dan asam amino darah meningkat. Efek
glukoagon ini juga sama dengan efek kortisol, GH dan epinefrin.Dalam
meningkatkan kadar gula darah, glukagon merangsang glikogenolisis
(pemecahan glikogen menjadi glukosa) dan meningkatkan transportasi asam
amino dari otot serta meningkatkan glukoneogenesis (pemecahan glukosa dari
yang bukan karbohidrat). Dalam metabolisme lemak, glukagon meningkatkan
lipolisis (pemecahan lemak).Dalam menurunkan kadar gula darah, insulin
sebagai hormon anabolik terutama akan meningkatkan difusi glukosa melalui
membran sel di jaringan. Efek anabolik penting lainnya dari hormon insulin
adalah sebagai berikut:a. Efek pada hepar1) Meningkatkan sintesa dan
penyimpanan glukosa2) Menghambat glikogenolisis, glukoneogenesis dan
ketogenesis3) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas di
heparb. Efek pada otot1) Meningkatkan sintesis protein2) Meningkatkan
transportasi asam amino3) Meningkatkan glikogenesisc. Efek pada jaringan
lemak : 1) Meningkatkan sintesa trigliserida dari asam lemak bebas, 2)
Meningkatkan penyimpanan trigliserida, dan 3) Menurunkan lipolisis.
KELENJAR TYROID
Kelenjar tiroid menghasilkan tiga jenis hormon yaitu T3, T4 dan sedikit
kalsitonin. Hormon T3 dan T4 dihasilkan oleh folikel sedangkan kalsitonin
dihasilkan oleh parafolikuler. Bahan dasar pembentukan hormon-hormon ini
adalah yodium yang diperoleh dari makanan dan minuman. Yodium yang
dikomsumsi akan diubah menjadi ion yodium (yodida) yang masuk secara aktif
ke dalam sel kelenjar dan dibutuhkan ATP sebagai sumber energi. Proses ini
disebut pompa iodida, yang dapat dihambat oleh ATP-ase, ion klorat dan ion
sianat.
Sel folikel membentuk molekul glikoprotein yang disebut Tiroglobulin
yang kemudian mengalami penguraian menjadi mono iodotironin (MIT) dan
Diiodotironin (DIT). Selanjutnya terjadi reaksi penggabungan antara MIT dan DIT
yang akan membentuk Tri iodotironin atau T3 dan DIT dengan DIT akan
membentuk tetra iodotironin atau tiroksin (T4). Proses penggabungan ini
dirangsang oleh TSH namun dapat dihambat oleh tiourea, tiourasil, sulfonamid,
dan metil kaptoimidazol. Hormon T3 dan T4 berikatan dengan protein plasma
dalam bentuk PBI (protein binding Iodine). Fungsi hormon-hormon tiroid antara
adalah:
1. Mengatur laju metabolisme tubuh. Baik T3 dan T4 kedua-duanya
meningkatkan metabolisme karena peningkatan komsumsi oksigen dan
produksi panas. Efek ini pengecualian untuk otak, lien, paru-paru dan
testes.
2. Kedua hormon ini tidak berbeda dalam fungsi namun berbeda dalam
intensitas dan cepatnya reaksi. T3 lebih cepat dan lebih kuat reaksinya
tetapi waktunya lebih singkat dibanding dengan T4. T3 lebih sedikit
jumlahnya dalam darah. T4 dapat dirubah menjadi T3 setelah dilepaskan
dari folikel kelenjar.
3. Memegang peranan penting dalam pertumbuhan fetus khususnya
pertumbuhan saraf dan tulang.
4. Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin.
5. Efek kronotropik dan Inotropik terhadap jantung yaitu menambah
kekuatan kontraksi otot dan menambah irama jantung.f. Merangsang
pembentukan sel darah merahg. Mempengaruhi kekuatan dan ritme
pernapasan sebagai kompensasi tubuh terhadap kebutuhan oksigen
akibat metabolisme. Bereaksi sebagai antagonis insulinTirokalsitonin
mempunyai jaringan sasaran tulang dengan fungsi utama menurunkan
kadar kalsium serum dengan menghambat reabsorpsi kalsium di tulang.
Faktor utama yang mempengaruhi sekresi kalsitonin adalah kadar kalsium
serum. Kadar kalsium serum yang rendah akan menekan ;pengeluaran
tirokalsitonin dan sebaliknya peningkatan kalsium serum akan
merangsang pengeluaran tirokalsitonin. Faktor tambahan adalah diet
kalsium dan sekresi gastrin di lambung.
KELENJAR PARATYROID
Kelenjar paratiroid menempel pada bagian anterior dan posterior kedua
lobus kelenjar tiroid oleh karenanya kelenjar paratiroid berjumlah empat buah.
Kelenjar ini terdiri dari dua jenis sel yaitu chief cells dan oxyphill cells. Chief cells
merupakan bagian terbesar dari kelenjar paratiroid, mensintesa dan mensekresi
hormon paratiroid atau parathormon disingkat PTH.
Parahormon mengatur metabolisme kalsium dan posfat tubuh. Organ
targetnya adalah tulang, ginjal dan usus kecil (duodenum). Terhadap tulang,
PTH mempertahankan resorpsi tulang sehingga kalsium serum :neningkat. Di
tubulus ginjal, PTH mengaktifkan vitamin D. Dengan vitamin D yang aktif akan
terjadi peningkatan absorpsi kalsium dan posfat dari intestin. Selain itu hormon
inipun akan meningkatkan reabsorpsi Ca dan Mg di tubulus ginjal,
meningkatkan pengeluaran Posfat, HCO3 dan Na. karena sebagian besar kalsium
disimpan di tulang maka efek PTH lebih besar terhadap tulang. Factor yang
mengontrol sekresi PTH adalah kadar kalsium serum di samping tentunya PTSH
KELENJAR GONAD
Kelenjar Gonad terbentuk pada minggu-minggu pertama gestasi dan
tampak jelas pada minggu kelima. Difrensiasi jelas dengan mengukur kadar
testosteron fetal terlihat jelas pada minggu ke tujuh dan ke delapan gestasi.
Keaktifan kelenjar gonad terjadi pada masa prepubertas dengan meningkatnya
sekresi gonadotropin (FSH dan LH) akibat penurunan inhibisi steroid
1. Testis
Testis adalah kelenjar kelamin jantan pada hewan dan manusia. Manusia
(pria) mempunyai dua testis yang dibungkus dengan skrotum.
Pada mamalia, testis terletak di luar tubuh, dihubungkan dengan tubulus
spermatikus dan terletak di dalam skrotum. Ini sesuai dengan fakta bahwa
proses spermatogenesis pada mamalia akan lebih efisien dengan suhu lebih
rendah dari suhu tubuh (< 37 °C).
Pada tubulus spermatikus terdapat otot kremaster yang apabila
berkontraksi akan mengangkat testis mendekat ke tubuh. Bila suhu testis akan
diturunkan, otot kremaster akan berelaksasi dan testis akan menjauhi tubuh.
Fenomena ini dikenal dengan refleks kremaster.
Hewan selain mamalia tidak memiliki testis di luar. Burung, yang
mempunyai suhu tubuh yang tinggi, memiliki testis di dalam tubuhnya.
Menurut teori para ahli, mereka menggunakan kantong udaranya untuk
menjaga suhu optimal testis, namun pada penelitian berikutnya disebutkan
bahwa testis burung berfungsi baik pada suhu tubuh.
Selama masa pubertas, testis berkembang untuk memulai
spermatogenesis. Ukuran testis bergantung pada produksi sperma (banyaknya
spermatogenesis), cairan intersisial, dan produksi cairan dari sel Sertoli. Pada
umumnya, kedua testis tidak sama besar. Dapat saja salh satu terletak lebih
rendah dari yang lainnya. Hal ini diakibatkan perbedaan struktur anatomis
pembuluh darah pada testis kiri dan kanan.
Testis mempunyai dua fungsi yaitu sebagai organ endokrin dan organ
reproduksi. Menghasilkan hormone testosteron dan estradiol dibawah
pengaruh LH. Testosteron diperlukan untuk mempertahankan spermatogenesis
sementara FSH diperlukan untuk memulai dan mempertahankan
spermatogenesis.Estrogen mempunyai efek menurunkan konsentrasi
testosteron melalaui umpan balik negatif terhadap FSH sementara kadar
testosteron dan estradiol menjadi umpan balik negatif terhadap LH. Fungsi
testis sebagai organ reproduksi berlangsung di tubulus seminiferus. Efek
testosteron pada fetus merangsang diferensiasi dan perkembangan genital ke
arah pria.
Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-
tanda seks sekunder seperti perkembangan bentuk tubuh, pertumbuhan dan
perkembangan alat genital, distribusi rambut tubuh, pembesaran laring dan
penebalan pita suara serta perkembangan sifat agresif. Sebagai hormon
anabolik, akan merangsang pertumbuhan dan penutupan epifise tulang.
2. Ovarium
Ovarium atau indung telur adalah kelenjar kelamin betina pada hewan
dan manusia.
Pada makhluk vertebrata termasuk manusia, mempunyai dua buah
ovarium yang berfungsi memproduksi sel telur dan mengeluarkan hormon.
Sebagian besar burung hanya memiliki satu ovarium yang dapat berfungsi
dengan baik, dan ular memiliki dua ovarium yang tersusun berbaris.
Di dalam setiap ovarium terjadi perkembangan sel telur (oogenesis). Di
dalam proses ini sel telur akan disertai dengan suatu kelompok sel yang disebut
sel folikel. Pada manusia, perkembangan oogenesis dari oogonium menjadi
oosit terjadi pada embrio dalam kandungan dan oosit tidak akan berkembang
menjadi ovum sampai dimulainya masa pubertas. Pada masa pubertas, ovum
yang sudah matang akan dilepaskan dari sel folikel dan dikeluarkan dari
ovarium. Proses pelepasan dari ovarium disebut ovulasi. Sel ovum siap untuk
dibuahi oleh sel spermatozoa dari pria, yang apaabila berhasil bergabung akan
membentuk zigot.
Ovarium berfungsi mengeluarkan hormon steroid dan peptida seperti
estrogen dan progesteron. Kedua hormon ini penting dalam proses pubertas
wanita dan ciri-ciri seks sekunder. Estrogen dan progesteron berperan dalam
persiapan dinding rahim untuk implantasi telur yang telah dibuahi. Selain itu
juga berperan dalam memberikan sinyal kepada hipotalamus dan pituitari
dalam mengatur sikuls menstruasi.
Setelah sel telur diovulasikan, maka akan masuk ke tuba fallopi dan
bergerak pelan menuju rahim. Jika dibuahi oleh sperma di (tuba fallopi), sel
telur akan melakukan implantasi pada dinding uterus dan brkembang menjadi
sebuah proses kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi di tuba fallopi, maka
dapat terjadi kehamilan ektopik, di mana kehamilan tidak terjadi di rahim.
Perkembangan janin pada kehamilan ektopik, dapat terjadi di tuba fallopi
sendiri, bibir rahim, bahkan ovarium.
Seperti halnya testes, ovarium juga berfungsi sebagai organ endokrin dan
organ reproduksi. Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon
estrogen dan progesteron. Sebagai organ reproduksi, ovarium menghasilkan
ovum (sel telur) setiap bulannya pada masa ovulasi untuk selanjutnya siap
untuk dibuahi sperma. Estrogen dan progesteron akan mempengaruhi
perkembangan seks sekunder, menyiapkan endometrium untuk menerima hasil
konsepsi serta mempertahankan proses laktasi.
Estrogen dibentuk di sel-sel granulosa folikel dan sel lutein korpus
luteum. Progesteron juga dibentuk di sel lutein korpus luteum. Patofisiologi
Umum Gangguan Sistem Endokrin Untuk memudahkan pengertian kita tentang
patofisiologi pada berbagai kelainan kelenjar endokrin, berikut akan
dihantarkan gambaran sepintas tentang patofisiologi umum gangguan endokrin,
mengingat fungsi sistem endokrin yang kompleks dan rumit mencakup
mekanisme kerja hormonal dan adanya mekanisme umpan balik negatif yang
jelas akan mempengaruhi perjalanan penyakit.
Seperti lazimnya kelainan-kelainan pada organ tubuh, pada kelenjar
endokrin pun berlaku hal yang sama dimana gangguan fungsi yang terjadi dapat
diakibatkan oleh: Peradangan atau infeksi, Tumor atau keganasan, Degenerasi,
Idiopatik.
Dampak yang ditimbulkan oleh kondisi patologis diatas terhadap kelenjar
endokrin dapat berupa: Perubahan bentuk kelenjar tanpa disertai perubahan
sekresi hormonalPeningkatan sekresi hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
endokrin sering diistilahkan dengan hiperfungsi kelenjar. Penurunan sekresi
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, dan diistilahkan dengan
hipofungsi kelenjar.
Adanya hubungan timbal balik antara kelenjar hipofise sebagai master of
gland dengan kelenjar targetnya, hipofise terhadap hipotalamus serta jaringan
atau organ sasaran dengan kelenjar target, memungkinkan penyebab dari suatu
kasus dapat lebih dari satu; artinya mungkin saja penyebab ada pada
jaringan/organ sasaran, atau pada kelenjar target, ataupada kelenjar hipofise
atau hipotalamus. Oleh karena itu, untuk tujuan kemudahan dalam
penanggulangannya maka dalam setiap kasus akan di dipaparkan kemungkinan
penyebabnya baik yang bersifat primer, sekunder,atau tertier.
penyebab yang bersifat primer bila penyebabnya ada pada kelenjar
penghasil hormon itu sendiri. Bersifat sekunder, bila penyebabnya ada pada
kelenjar di atasnya. Bersifat tertier, bila penyebabnya di luar primer dan
sekunder seperti penggunaan obat-obatan tertentu ataupun kelainan pada
organ tubuh tertentu yang dapat mempengaruhi fungsi kelenjar.Seperti bila
terjadi peningkatan ACTH (hormon hipofise) pada serum yang akan
menyebabkan hiperfungsi kelenjar adrenal sehingga terjadi hipersekresi
hormon-hormon adrenal maka penyebabnya disebut sekunder.Disebut
penyebab primer bila penyebapnya ada pada kelenjar adrenal sendiri. Disebut
tertier bila penyebabnya diluar kedua penyebab diatas. Misalnya, pengunaan
obat-obatan yang dapat merangsang ACTH atau merangsang sekresi hormon
adrenal. Untuk pemahaman yang lebih baik tentang patofisiologi berbagai
kelainan endokrin, ada dua hal utama yang harus dipahami dengan baik.Efek
dari setiap hormon yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin terhadap jaringan
endokrin dan terhadap jaringan atau organ sasarannya. Fungsi organ/jaringan
sasaran dari setiap hormon.
2. Kegiatan Belajar 2
A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menjelaskan masalah-masalah pada organ-organ endokrin (kelenjar hormon)
dan sistem stimulasi represi hormon : hypofise/pituitary, tiroid, paratiroid,
pancreas, adrenal, ovarium, testis, plasenta, gaster
B. Uraian Materi
Macam-macam Kelenjar Endokrin Dan Hormon Yang dihasilkan Serta Fungsinya
1. Hipofisis
Kelenjar hipofisis terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan bermacam-macam
hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Oleh karena itu, kelenjar hipofisis disebut
kelenjar pengendali ( master of gland). Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian anterior, bagian tengah, dan bagian posterior. Hormon yang dihasilkan kelenjar
hipofisis bagian anterior dan fungsinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
a) Macam-Macam Fungsi Hormon yang Dihasilkan oleh Kelenjar Hipofisis Bagian Anterior
dan Fungsinya
b) Hipofisis bagian tengah
Kelenjar ini menghasilkan hormon perangsang melanosit atau melanosit stimulating
hormone (MSH). Apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit menjadi
hitam. Sekresi MSH juga dirangsang oleh faktor pengatur yang disebut faktor perangsang
pelepasan hormon melanosit dan dihambat oleh faktor inhibisi hormon melanosit (MIF).
c) Hipofisis bagian posterior
Hipofisis bagian posterior menghasilkan oksitosin dan vasopresin. Oksitosin berperan
dalam merangsang otot polos yang terdapat di uterus, sedangkan vasopresin disebut juga
hormon antidiuretik (ADH) berpengaruh pada proses reabsorpsi urine pada tubulus distal
sehingga mencegah pengeluaran urine yang terlalu banyak.
DEFENISI HORMON
Hormon adalah zat kimia yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin . Kelenjar endokrin ini
merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran keluar, sehingga sekresinya akan masuk
aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu
organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan. Pada umumnya pengaruh
hormon berbeda dengan saraf. Perubahan yang dikontrol oleh hormon biasanya merupakan
perubahan yang memerlukan waktu panjang. Hormon berperan dalam pengaturan
metabolisme, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, mempertahankan homeostasis,
reaksi terhadap stress, dan tingkah laku. Hormon umumnya mempunyai ciri -ciri tertentu
yaitu : Diproduksi dan disekresikan ke dalam darah oleh sel kelenjar endokrin dalam jumlah
tertentu, Mengadakan interaksi dengan reseptor khusus yang terdapat di sel target, Memiliki
pengaruh mengaktifkan enzim khusus, dan Memiliki pengaruh tidak hanya terhadap satu sel
target, tetapi dapat juga mempengaruhi beberapa sel target berlainan.
RESEPTOR HORMON Seperti yang kita ketahui, bahwa hormon akan di salurkan ke sel target
melalui pembuluh darah, untuk dapat sampai ke sel target, hormon haruslah terlebih dahulu
terikat dengan reseptor yang terdapat pada sel target. Reseptor Hormon adalah Molekul
pengenal spesifik dari hormon sebelum berikatan dengan sel target sebelum hormon memulai
efek biologiknya pada sel target. Umumnya pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel
dan nonkovalen. Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau
pun intraselluler. Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal
pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger (hormon sendiri dianggap
sebagai first messenger) Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-
sel target, maka peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler dimulai. Hal ini dapat melibatkan
reaksi modifikasi seperti fosforilasi dan dapat mempunyai pengaruh pada ekspresi gen dan
kadar ion. Peristiwa-peristiwa ini hanya memerlukan dilepaskannya zat-zat pengatur. gambar
jenis-jenis hormon dalam tubuh manusia
KLASIFIKASI HORMON
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat
kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel :
Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya - Golongan Steroid, yang
termasuk golongan ini adalah : Turunan dari kolestrerol yaitu androgen ,estrogen dan
adrenokortikoid - Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat - Golongan derivat Asam
Amino dengan molekul yang kecil, yang termasuk golongan ini adalah Thyroid, Katekolamin,
epinefrin dan tiroksin - Golongan Polipeptida/Protein : Insulin, Glukagon, GH, TSH, oksitosin
vasoperin , hormon yang dikeluarkan oleh mukosa usus dan lain –lainnya. Berdasarkan sifat
kelarutan molekul hormonLipofilik : - Kelompok hormon yang dapat larut dalam
lemak,contohnya : hormon golongan steroid (estrogen, progesteron,testosteron,
glukokortikoid, aldosteron) dan tironin (mis., tiroksin) - Hidrofilik : kelompok hormon yang
dapat larut dalam air, contohnya insulin, glukagon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin
dan katekolamin (mis: dopamin, norepinefrin,epinefrin) Berdasarkan lokasi reseptor hormon -
Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler Hormon yang berikatan
dengan reseptor permukaan sel (plasmamembran) Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai
kerja hormon didalam sel yaitu kelompok Hormon yang menggunakan kelompok second
messenger senyawa cAMP,cGMP,Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator
intraseluler Berdasarkan pola siklus sekresi hormon, maka di bedakan atas : - Sekresi diurnal
adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24 jam, contohnya Kortisol , dimana kadar
kortisol meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari. - Pola sekresi hormonal pulsatif
dan siklik naik turun sepanjangwaktu tertentu, seperti bulanan, contohnya Estrogen dimana
merupakan non siklik dengan puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi. - Tipe
sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung pada kadar subtrat lainnya,
contohnya Hormon paratiroid dimana proses sekresinya tergantung respons terhadap kadar
kalsium serum. Dalam tubuh manusia ada tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu hipofisis,
tiroid, paratiroid, kelenjar adrenalin (anak ginjal), pankreas, ovarium, dan testis. Kelenjar
hipofisis (kelenjar pituitari) Kelenjar ini terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan
bermacam-macam hormon yang mengatur kegiatan kelenjar lainnya. Oleh karena itu kelenjar
hipofisis disebut master gland. Kelenjar hipofisis dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian
anterior, bagian tengah, dan bagian posterior. 1. Hipofisis lobus anterior yaitu menghasilkan
hormon - Hormone tirotropin (Tiroid stimulating hormone, TSH) berfungsi memelihara
pertumbuhan dan perkembangan kelenjar targetnya (tiroid kelenjar gondok) dan merangsang
tiroid untuk mensekresikan hormone tiroksin. - Andrenocorticotrophic (corticotropia, ACTH)
berfungsi memelihara pertumbuhan dan perkembangan normal korteks adrenal dan
merangsang untuk mengsekresikan kortisol dan glucocorticoid yang lain. - Gonadotropin, yang
terdiri dari Follicle stimulating hormone (FSH) dan Luteinizing hormone (LH) - Somatotropic
hormone (Ghowth hormone, GH) yaitu hormone yang menyebabkan pertumbuhan dari semua
jaringan tubuh yang dapat tumbuh. - Prolaktin (Luteotropic hormone, LTH) berfungsi untuk
merangsang sekresi kelenjar susu (glandula mamae). gambar hipofisis anterior dan organ
target 2. Hipofisis lobus intermedia yaitu hormon perangsang melanosit atau melanosit
Stimulating Hormon MSH). Apabila hormon ini banyak dihasilkan maka menyebabkan kulit
menjadi hitam.
Gambar regulasi ADH
3. Hipofisis lobus posterior, hormon yang dihasilkan yaitu ; - Hormone vasopressin atau
antidiuretik hormone (ADH) yaitu berfungsi untuk mencegah pembentukan urine dalam jumlah
banyak dan berpengaruh dalam pengaturan tekanan darah. - Hormon oksitosin yang berfungsi
merangsang kontraksi yang kuat pada uterus sehingga penting dalam membantu proses
kelahiran. Kelenjar Tiroid (Kelenjar Gondok) Kelenjar tiroid ialah organ endokrin yang terletak di
leher manusia. Fungsinya ialah mengeluarkan hormon tiroid. Antara hormon yang terpenting
ialah Thyroxine (T4) dan Triiodothyronine (T3). Hormonhormon ini mengawal metabolisma
(pengeluaran tenaga) manusia. Kelenjar langerhans (pancreas) Pulau langerhans mempunyai
sel-sel alfa dan beta. a) Sel-sel alfa menghasilkan glukogon yang berfungsi meninggikan gula
darah b) Sel-sel beta menghasilkan hormone insulin yang berfungsi mengubah gula darah
menjadi gula otot (menurunkan gula darah) d) Sel D yang berfungsi mensekresi somatostatin
yang berfungsi sebagai penghambat sekresi insulin dan glukagon e) Sel F yang berfungsi untuk
menghasilkan polipeptida pankreas Selain itu pancreas juga menghasilkan kelenjar
pencernaan.
Gambar hipofisis posterior dan organ target
Kelenjar paratiroid Kelenjar ini menghasilkan hormone paratormon (PTH), yang terletak
menempel pada permukaan kelenjar tiroid dan berjumlah 4 buah. Hormon paratormon (PTH)
berperan dalam metabolisme kalsium dan fosfot di dalam darah. Kekurangan hormone
paratiroid dapat mengakibatkan gejala kekejangan otot. Kelenjar anak ginjal (kelenjar adrenal,
suprarenalis) Kelenjar anak ginjal terletak menempel di atas ginjal, yang terdiri atas 2 bagian,
yaitu : a) Bagian korteks yang merupakan 80% dari kelenjar adrenal. Korteks adrenal
mensintesa tiga kelas hormonsteroid yaitu mineralokortikoid, glukokortikoid, dan androgen. b)
Bagian medula yang Menghasilkan adrenalin (epinefrin), noeepinefrin dan katekolamin.
Kelenjar kelamin a) Kelenjar kelamin pria (testis) Testis mempunyai 2 fungsi utama
menghasilkan sel-sel mani (sperma) oleh tubulus seminifelus dan sekresi hormone jantan
(androgen) yaitu hormone testosterone oleh sel-sel leyding. Hormon testosterone berfungsi
untuk mempengruhi spermatogenesis (pembentukan sperma) dan menimbulkan sifat-sifat seks
sekunder pada pria seperti suara yang besar, tumbuh cambang, dan lain-lain. b) Kelenjar
kelamin wanita (ovarium) Ovarium dapat menghasilkan ovum (sel telur) dan hormone-hormon
ekstrogen dan progesterone.
Estrogen berpengaruh pada : wanita. - Pematangan sel-sel kelamin - Pertumbuhan alat kelamin
- Pemeliharaan sistem reproduksi - Menimbulkan tanda-tanda seks sekunder pada Progesteron
dihasilkan oleh korpus leuteun yaitu badan kuning di dalam ovarium. Progesteron berfungsi : -
Mempengaruhi kontraksi otot rahim - Pada endometrium uterus berfungsi mempersiapkan
untuk nidasi bloktostocyst dan mempercepat pertumbuhan kelenjar pada endonetrium uterus.
secara garis besar mengenai jenis dan macam hormon yang terdapat pada tubuh manusia
dapat di perhatikan pada tabel berikut :
http://www.slideshare.net/septianraha/macam-hormon-yang-dihasilkan-sistem-endokrin-
27695031,
Kelenjar eksokrin
Sebuah kelenjar eksokrin, seperti kelenjar endokrin, adalah kelenjar yang mengeluarkan zat
(elektrolit, protein atau enzim) langsung ke situs target melalui saluran atau tabung. Beberapa
contoh termasuk :
kelenjar ludah
kelenjar keringat
kelenjar sebaceous
Pankreas.
Pankreas adalah baik sebagai endokrin dan organ eksokrin. Ia melepaskan enzim tertentu
untuk membantu pencernaan dikirim ke usus melalui saluran pankreas. Endokrin pankreas juga
melepaskan hormon seperti insulin dan glukagon, hormon yang sebagian besar berhubungan
dengan metabolisme glukosa, ke dalam aliran darah.
b. Uraian Materi
FUNGSI HORMON REPRODUKSI WANITA
Hormon adalah zat kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin yang mempunyai efek
tertentu pada aktifitas organ-organ lain dalam tubuh. Hormon seks merupakan zat yang
dikeluarkan oleh kelenjar seks dan kelenjar adrenalin langsung ke dalam aliran darah. Mereka
secara sebagian bertanggung jawab dalam menentukan jenis kelamin janin dan bagi
perkembangan organ seks yang normal. Mereka juga memulai pubertas dan kemudian
memainkan peran dalam pengaturan perilaku seksual.
Hormon seks utama pada wanita adalah estrogen, wanita memproduksi 0,5 mg estrogen
setiap hari. Estrogen juga ada pada kedua jenis kelamin, namun dalam jumlah yang lebih besar
pada wanita.
B. Hormon seks pada wanita
Pada wanita hormon seks bekerja secara bersama dalam suatu pola rumit, agar fungsi
siklus reproduksi berjalan lancar. Wanita memiliki beberapa hormon pada organ seksnya yaitu:
1. Estrogen
Estrogen dihasilkan oleh ovarium. Ada banyak jenis dari estrogen tapi yang paling penting
untuk reproduksi adalah estradiol. Estrogen berguna untuk pembentukan ciri-ciri
perkembangan seksual pada wanita yaitu pembentukan payudara, lekuk tubuh, rambut
kemaluan,dll. Estrogen juga berguna pada siklus menstruasi dengan membentuk ketebalan
endometrium, menjaga kualitas dan kuantitas cairan cerviks dan vagina sehingga sesuai untuk
penetrasi sperma.
Estrogen adalah hormon seks yang umumnya diproduksi oleh rahim wanita yang
merangsang pertumbuhan organ seks anak perempuan, seperti halnya payudara dan rambut
kelamin, dikenal sebagai karakteristik seks sekunder. Estrogen juga mengatur siklus menstruasi.
Pada kebanyakan wanita, hormon indung telur tidak memainkan peran yang penting dalam
gairah seks mereka. Dalam sebuah penelitian pada wanita dibawah usia 40 tahun, 90%
melaporkan tidak adanya perubahan dalam nafsu seks atau fungsi setelah hormon seks
diturunkan karena pengangkatan kedua rahim.
Estrogen penting dalam menjaga kondisi dinding vagina dan elastisitasnya, serta dalam
memproduksi cairan yang melembabkan vagina. Mereka juga membantu untuk menjaga
tekstur dan fungsi payudara wanita. Pada pria, estrogen tidak memiliki fungsi yang diketahui.
Namun, kadar yang terlalu tinggi dapat mengurangi selera seksual, menyebabkan kesulitan
ereksi, pembesaran payudara, dan kehilangan rambut tubuh pada beberapa pria.
Estrogen adalah sekelompok senyawa steroid yang berfungsi terutama sebagai hormon
seks wanita. Walaupun terdapat baik dalam tubuh pria maupun wanita, kandungannya jauh
lebih tinggi dalam tubuh wanita usia subur. Hormon ini menyebabkan perkembangan dan
mempertahankan tanda-tanda kelamin sekunder pada wanita, seperti payudara, dan juga
terlibat dalam penebalan endometrium maupun dalam pengaturan siklus haid. Pada saat
menopause, estrogen mulai berkurang sehingga dapat menimbulkan beberapa efek, di
antaranya hot flash, berkeringat pada waktu tidur, dan kecemasan yang berlebihan.
Pada minggu I & II kehidupan didunia luar masih ada pengaruh Estrogen dari ibu, krn itu
uterus baru lahir agak lebih besar daripada anak kecil juga menimbulkan pembengkakan
payudara pada bayi wanita maupun laki-laki selama 10 hari dan kadang-kadang disertai sekresi
cairan seperti air susu, sekitar 10 – 15 % bayi wanita dpt timbul perdarahan pervaginam dalam
mgg pertama Terdapat tiga hormon estrogen utama, yaitu yang disebut estradiol, estrone, dan
estriol.
1. Estradiol adalah estrogen terkuat, diproduksi oleh ovarium dan bertanggung jawab
terhadap tumbuh kembangnya payudara.
2. Estrone, estrogen yang lebih lemah, diproduksi oleh ovarium dan jaringan lemak.
3. Estriol, estrogen terlemah dari ketiga estrogen utama, dibuat di dalam tubuh dari
estrogen-estrogen lain.
Berbagai zat alami maupun buatan telah ditemukan memiliki aktivitas bersifat mirip
estrogen. Zat buatan yang bersifat seperti estrogen disebut xenoestrogen, sedangkan bahan
alami dari tumbuhan yang memiliki aktivitas seperti estrogen disebut fitoestrogen.
Seorang gadis pertama kali memproduksi estrogen pada usia antara 8 sampai 13 tahun. Hal
ini merupakan tanda dimulainya masa pubertas. Estrogen mengakibatkan rahim (uterus),
vagina, tubai Fallopii (saluran dari indung telur atau ovarium ke rahim) berkembang. Pada saat
itu rambut di ketiak dan kemaluan mulai tumbuh serta memacu tumpukan lemak di bagian
bawah tubuh (pantat, paha) dan yang pasti membuat payudara kita tumbuh. Pada saat
estrogen mencapai level yang cukup tinggi, ovulasi pun terjadi pertama kali. Ketika itu sel telur
yang telah masak lepas dari ovarium dan mulailah siklus menstruasi.
Sebagai seorang yang telah dewasa, level estrogen naik turun sesuai dengan siklus
menstruasi. Pada awal siklus level hormon sangat rendah. Ketika kelenjar hypothalamus (di
otak kecil) menangkap tanda level estrogen rendah, kelenjar ini merangsang ovarium untuk
mulai memproduksi lebih banyak estrogen. Estrogen bertanggungjawab pada pemasakan sel
telur selama rentang waktu dua minggu siklus menstruasi. Ketika estrogen mencapai level
puncak sekitar hari ke-12, ovulasi terjadi.
Usia tua, sakit, dan beberapa perawatan kanker dapat mempengaruhi keseimbangan
hormon tubuh kita yang rapuh, menyebabkan perubahan dalam fungsi dan gairah seksual.
Yang paling dikenal adalah perubahan yang terjadi saat wanita mengalami menopause.
Produksi estrogen menurun pada saat ini dimana wanita meninggalkan tahun-tahun dimana ia
dapat mengandung anak.
Pengaruh seksual paling utama dari penurunan kadar estrogen adalah pengecilan vagina
dan penipisan dinding vagina, bersamaan dengan hilangnya elastisitas dan kurangnya
pembasahan vagina saat rangsangan seksual. Beberapa wanita mengalami hanya sedikit
perubahan dalam fungsi seksual, dimana yang lain dapat mengalami kekeringan dan nyeri saat
berhubungan, atau luka pada alat kelamin selama beberapa hari setelah berhubungan bila
mereka tidak menggunakan minyak pelumas vagina atau sejenis pengganti hormon.
Para peneliti yang sedang menyelidiki efek-efek dari terapi pengganti hormon pada fungsi
seksual wanita telah menunjukkan bahwa mengkonsumsi estrogen seringkali menyebabkan
fungsi seksual kembali seperti asal. Ditambah lagi, androgen telah diresepkan bagi wanita
pasca menopause untuk meningkatkan nafsu seksualnya
Kadar estrogen yang tinggi ini, selain memicu aktivitas sel-sel otak berlebihan, juga
menyebabkan terjadinya retensi cairan tubuh, seperti di payudara, tungkai, dan juga di otak.
Wanita mengeluh payudara sakit, kaki terasa berat, dan sakit kepala yang berlebihan.
Karena penyebabnya disebabkan oleh kadar estrogen yang tinggi, maka pengobatannya
adalah dengan pemberian hormon anti estrogen, hormon anti estrogen yang terkenal adalah
progesteron.
Biasanya progesteron diberikan dengan dosis 10 mg/hari, dari hari ke 16-ke 25 siklus haid.
Untuk mengeluarkan cairan dari jaringan tubuh, dapat diberikan obat diuretika sampai
menjelang haid berikutnya.
Perlu disadari, bahwa pengobatan dengan hormon progesteron memerlukan waktu lama,
sehingga sangat dituntut kesabaran dari pihak wanita. Efek samping yang ditimbulkan oleh
progesteron sangat sedikit. Jenis progesteron yang dianjurkan adalah jenis progesteron
alamiah, seperti didrogesteron, atau medroksi progesteron asetat (MPA), karena jenis hormon
ini memiliki khasiat antidepresif. Jenis progesteron sintetik justru menyebabkan depresif
(ringan). Akhir-akhir ini telah dicoba pengobatan dengan menekan cara keseluruhan fungsi dari
ovarium, yaitu dengan menggunakan Gn-RH, analog, dan hasilnya jauh lebih baik, bila
dibandingkan dengan pemberian progesteron saja.
Cuma saja pengobatan cara ini relatif mahal, dan dapat menimbulkan keluhan seperti pada
wanita menopause, sehingga selama pemberian Gn-RH-analog harus selalu diberikan
tambahan hormon estrogen dan progesteron.
Dengan berkurangnya estrogen pada saat menopause maka tubuh wanita menjadi rentan
terhadap risiko penyakit jantung. Terapi estrogen (Estrogen Replacement Therapy) bertujuan
agar hormon estrogen yang semakin berkurang ini dapat terisi kembali. Adanya hormon
estrogen pada wanita yang masih aktif menstruasi akan menekan Lp(a) atau lipoprotein(a).
Kadar Lp(a) rata-rata adalah 2 mg/dl, dan apabila Lp(a) meningkat sampai 20-30 mg/dl maka
akan muncul risiko penyakit jantung koroner. Lp(a) ini berperan sebagai penggumpal yang
kemudian bersama-sama plak yang ada dalam pembuluh arteri akan menyumbat aliran darah
sehingga muncul serangan jantung.
Estrogen sebenarnya bukan sekedar hormon pada wanita, karena diketahui bahwa
estrogen juga dapat menjalankan fungsi sebagai antioksidan. Kolesterol LDL lebih mudah
menembus plak di dalam dinding nadi pembuluh darah apabila dalam kondisi teroksidasi.
Peranan estrogen sebagai antioksidan adalah mencegah proses oksidasi LDL sehingga
kemampuan LDL untuk menembus plak akan berkurang. Apabila seorang wanita pada awalnya
mempunyai kadar trigliserida darah tinggi (250 mg/dl) maka pemakaian terapi estrogen (pil)
dapat merangsang peningkatan trigliserida. Terdapat keterkaitan metabolisme antara
trigliserida dengan kolesterol HDL (baik).
Apabila trigliserida tinggi maka HDL cenderung turun. Oleh karena itu sebelum menjalani
terapi estrogen disarankan melakukan pemeriksaan profil lipid darah.
Peranan estrogen yang lain adalah sebagai pelebar pembuluh darah jantung sehingga
aliran darah menjadi lancar dan jantung memperoleh suplai oksigen secara cukup. Pada tahun
1993 National Education Cholesterol Program di AS mengakui pentingnya peranan terapi
estrogen di dalam memperbaiki profil lipid (kolesterol) dan memperkecil risiko penyakit
jantung.
2. Progesterone
Progesteron adalah hormon steroid yang berperan dalam siklus menstruasi wanita,
mendukung proses kehamilan, dan embriogenesis. Hormon ini diproduksi oleh korpus luteum.
Progesterone mempertahankan ketebalan endometrium sehingga dapat menerima implantasi
zygot. Kadar progesterone terus dipertahankan selama trimester awal kehamilan sampai
plasenta dapat membentuk hormon HCG.
Progesteron tergolong kelompok hormon progestogen, dan merupakan hormon
progestogen yang banyak terdapat secara alami.
Pada manusia dan beberapa binatang, progesteron diproduksi di ovarium (khususnya
setelah ovulasi di corpus luteum), pada otak, selama kehamilan, dan pada plasenta.
Tanaman Dioscorea mexicana mengandung senyawa steroid diosgenin, yang dapat diubah
menjadi progesteron di laboratorium. Tanaman lain yang dapat dimanfaatkan untuk
mensintesis progesteron adalah Dioscorea pseudojaponica dan Dioscorea villosa.
GnRH adalah hormon stimulator bagi sekresi hormon FSH dan LH, merupakan hormon
yang diproduksi oleh hipotalamus diotak. GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folikl
stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi, maka estrogen akan memberikan
umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah, begitupun sebaliknya.
Neuron GnRH merupakan sel neuroendokrin yang sangat unik karena tidak berasal dari
perkembangan jaringan otak. Sekitar satu dekade yang lain, sejumlah ilmuwan menyebutkan
penemuan neuron GnRH pada hidung seekor embrio tikus yang sedang berkembang. Saat ini
telah terbukti bahwa pada manusia, neuron GnRH juga berasal dari luar otak, tepatnya dari
bagian medial olfactory placode pada hidung. Beberapa ribu neuron GnRH bermigrasi menuju
hipotalamus saat masa janin dengan waktu tempuh sekitar 16 hari untuk tikus, 70 hari untuk
domba dan 16 minggu untuk manusia.
Neuron GnRH bergerak sepanjang akson nervus terminalis dan saraf vomeronasal seakan
dapat mengendus arah tujuan dan di mana harus berhenti.
Tidak adanya migrasi neuron GnRH pada masa embrio, akan mengakibatkan sindrom
Kallmann yang disebabkan tidak terjadinya sekresi hormon terkait. Penyebab kedua adalah
sekresi yang tidak mencapai sasaran, sehingga kedua hormon gonadotropin yang diperlukan
bagi perkembangan guna mencapai pubertas tidak tersekresi dengan baik.
Ritme sirkadia
GnRH juga merupakan hormon yang disekresi pulsatik oleh neuron GT1 - GT7 yang mempunyai
ekspresi gen ritme sirkadia, sebagai stimulasi terhadap SCN (bahasa Inggris: suprachiasmatic
nucleus), salah satu area pada pusat saraf otonomi, guna menyesuaikan ritme metabolisme
berdasarkan sinyal pulsatik yang dikirimkan.
4. FSH (folikel stimulating hormone) dan LH (luteinizing Hormone)
Kedua hormon ini dinamakan gonadotropoin hormon yang diproduksi oleh hipofisis akibat
rangsangan dari GNRH. FSH akan menyebabkan pematangan dari folikel. Dari folikel yang
matang akan dikeluarkan ovum. Kemudian folikel ini akan menjadi korpus luteum dan
dipertahankan untuk waktu tertentu oleh LH.
FSH adalah hormon yang dikeluarkan oleh gonadotrop. FSH berfungsi untuk memacu
pertumbuhan sel telur dalam ovarium. Pada pria, FSH mengatur dan memelihara proses
pembentukan sperma. Jumlah FSH sedikit ketika kecil dan tinggi setelah menopause.
5. HCG (Human Chorionic Gonadotropin)
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) adalah sejenis Glikoprotein yang dihasilkan oleh
plasenta dalam kehamilan. Namun selama plasenta belum terbentuk, hormon ini dihasilkan
sel-sel fungsi tropoblas. Setelah umur kehamilan memasuki 12-13 minggu, hormon HCG ini
dihasilkan oleh plasenta. Di dalam tubuh, hormon ini bersifat mempertahankan korpus luteum,
yakni jaringan di ovarium yang menghasilkan progesteron. Hormon progesteron ini berfungsi
untuk memelihara atau mempertahankan proses kehamilan, sedangkan korpus luteum ini
ditunjang keberadaannya oleh HCG.
cara mendeteksi HCG dan waktu yang tepat untuk menguji tes kehamilan
Dengan menggunakan uji kehamilan home pregnancy test (HPT) yang biasa dikenal dengan test
pack. Pengecekan kualitatif ini cukup mudah yakni dengan mencelupkan ujung alat ke dalam
urin, biasanya alat uji ini memiliki indikator berupa dua buah garis. Waktu yang tepat untuk
melakukan tes urin biasanya adalah 4-5 hari atau 1 minggu setelah terlambat haid, karena
sebagian besar test pack sudah dapat mendeteksi HCG dengan kadar 50 IU/ml. Dengan
pengecekan lewat darah. Pengecekan kuantitatif ini lebih akurat tentunya karena biasanya yang
diukur adalah jumlah subunit beta hormon HCG (ß-hCG).
Pemeriksaannya menggunakan metode enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
Tes melalui darah ini lebih cepat dibandingkan dengan urin, karena sebenarnya kadar HCG
sudah ada dalam darah sejak implantasi terjadi, atau sejak terjadi pembuahan pada hari ke 8
sudah terdapat beta HCG sehingga bisa terdeteksi lewat darah. Hanya saja pemeriksaan lewat
darah masih sangat jarang karena harganya relatif mahal.
Kadar hormon HCG yang ideal untuk ibu hamil
Jumlah kadar HCG yang ideal bisa berubah atau berbeda-beda tergantung pada usia kehamilan.
Kadar HCG yang ideal adalah tidak terlalu rendah, maupun tidak terlalu tinggi. Jumlah hormon
HCG tidak ditentukan oleh umur, jadi yang benar-benar mempengaruhi jumlah kadar HCG
adalah usia kehamilan
Kadar HCG minimal yang bisa terdeteksi
Kadar beta HCG yang bisa terdeteksi pada kehamilan 5 minggu yakni sekitar 22 IU/ml. Bila
kadar HCG-nya rendah bisa menyebabkan keguguran. Sedangkan kalau kadar HCG-nya terlalu
tinggi harus dicurigai karena bisa menyebabkan hamil anggur.
6. Prolaktin hormon
Prolaktin adalah proteohormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituitaria anterior. Kelenjar
tersebut merangsang permulaan laktasi (laktogenesis) pada kelenjar susu. Prolaktin disebut
juga laktogen, luteotrpin, galaktin, dan mammotropin. Di dalam sel-sel epitel terdapat enzim-
enzim yang esensial yang menggertak sel-sel dalam mengubah susunan darah menjadi susu.
Fungsi prolaktin ialah merangsang aktivitas enzim dan enzim tersebut selanjutnya menggertak
sekresi susu. Sel kelenjar susu tidak berdaya menghasilkan susu bila tidak ada prolaktin. Pada
masa kehamilan yang lanjut terjadi kenaikan bertahap dalam sekresi prolaktin yang dirangsang
oleh estrogen.
Laktogenesis II
Pengeluaran plasenta saat melahirkan menyebabkan menurunnya kadar hormon progesteron,
esterogen dan HPL (Human placental lactogen) . Akan tetapi kadar hormon prolaktin tetap
tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI besar-besaran. Apabila payudara dirangsang, level
prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam periode 45 menit, dan kemudian kembali
ke level sebelum rangsangan tiga jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel
di dalam alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI itu sendiri.
Penelitian mengemukakan bahwa level prolaktin dalam susu lebih tinggi apabila produksi ASI
lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat
payudara terasa penuh.
Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga terdapat dalam proses ini, namun
peran hormon tersebut belum diketahui. Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses
laktogenesis II dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu baru
merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah melahirkan. Artinya, memang
produksi ASI sebenarnya tidak langsung keluar setelah melahirkan.
Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya. Kolostrum mengandung sel darah putih
dan antibodi yang tinggi daripada ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level
immunoglobulin A (IgA), yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah
kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan. Dalam dua minggu pertama
setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan tergantikan oleh ASI sebenarnya.
Laktogenesis III
Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi ASI selama kehamilan dan beberapa hari
pertama setelah melahirkan. Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai.
Pada tahap ini, apabila ASI banyak dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI banyak.
Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara menyeluruh juga akan
meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa
sering dan seberapa baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan.
Produksi ASI yang rendah adalah akibat dari:
Kurang sering menyusui atau memerah payudara
Apabila bayi tidak bisa menghisap ASI secara efektif, antara lain akibat: struktur mulut
dan rahang yang kurang baik; teknik perlekatan yang salah.
Kelainan endokrin ibu (jarang terjadi)
Jaringan payudara hipoplastik
Kelainan metabolisme atau pencernaan bayi, sehingga tidak dapat mencerna ASI
Kurangnya gizi ibu
Kehamilan
Jika sel telur dapat dibuahi dan terjadi kehamilan, terjadi perubahan hormon secara
dramatis dalam tubuh seorang perempuan. Biasanya penurunan kadar estrogen dan
progesteron yang lazim terjadi pada akhir siklus haid tidak terjadi. Sebagai gantinya, hormon
baru, human chorionic gonadotrohin (HCG), diproduksi untuk perkembangan plasenta,
merangsang ovarium menghasilkan lebih banyak estrogen dan progesteron yang diperlukan
selama kehamilan.
Pada usia kehamilan 4 bulan, plasenta mengambil alih tugas ovarium sebagai penghasil
utama estrogen dan progesteron. Hormon ini membuat dinding rahim lebih tebal,
meningkatkan volume sirkulasi darah, dan melemaskan otot di rahim sehingga tersedia lebih
banyak ruang untuk bayi.
Menjelang kelahiran, hormon lain mengambil alih peran untuk membantu rahim
berkontraksi selama dan setelah persalinan. Hormon ini juga merangsang produksi air susu ibu.
Setelah melahirkan
Setelah persalinan, kadar estrogen, progesteron, dan hormon lainnya menurun drastis
sehingga terjadi perubahan fisik. Rahim akan kembali ke ukuran semula sebelum kehamilan,
otot panggul meningkat, dan volume sirkulasi darah kembali normal. Perubahan hormon yang
dramatis ini sering kali menyebabkan depresi pasca-melahirkan.
Klimakterium
klimakterium, merupakan masa peralihan antara masa reproduksi dan masa senium,
yang bukan merupakan suatu keadaan patologik, melainkan suatu masa peralihan yang
normal. Masa ini berlangsung sebelum dan beberapa tahun sesudah menopause. Masa
premenopause, menopause dan pasca menopause dikenal sebagai masa klimakterium.
Klimakterium dapat dikatakan mulai sekitar 6 tahun sebelum menopause dan berakhir kira-kira
6-7 tahun sesudah menopause. Pada wanita dalam masa ini, terjadi juga keluhan-keluhan yang
disebut sindroma klimakterik. Keluhan-keluhan ini dapat bersifat psikis seperti mudah
tersinggung, depresi, kelelahan, semangat kurang dan susah tidur. Gangguan neurovegetatif
dapat berupa hot flashes, keringat banyak, rasa kedinginan, sakit kepala, dll.
Menopause
Perubahan hormon yang signifikan lainnya terjadi saat perempuan memasuki usia
menopause. Pada 3-5 tahun sebelum akhir siklus menstruasi, fungsi normal ovarium mulai
menurun. Hal ini membuat siklus menstruasi lebih pendek atau lebih lama. Terkadang ovarium
menghasilkan estrogen sedikit sehingga dinding rahim tidak menebal hingga akhirnya tidak
terjadi menstruasi.
Dalam keseluruhan hidup perempuan, estrogen membantu melindungi jantung dan
tulang, selain juga menjaga agar payudara, rahim, dan vagina dalam kondisi sehat. Itu
sebabnya, penurunan kadar estrogen selama dan setelah menopause bisa memengaruhi
kesehatannya, selain juga memicu gejala yang tidak nyaman.
Kehilangan sejumlah besar estrogen menyebabkan perempuan lebih berisiko terkena
penyakit jantung dan osteoporosis. Masalah lainnya adalah vagina menjadi kering dan tidak
nyaman ketika berhubungan seksual. Pra menopause adalah masa 4-5 tahun sebelum
menopause dan pascamenopause adalah 3-5 tahun setelah menopause.
Sedangkan ooporopause adalah terhentinya fungsi ovarium , berarti terhentinya produksi
estrogen, estron yang terjadi pada usia 55 – 56 tahun.
Masa Senile
Pada masa ini telah tercapai keseimbangan hormonal yang baru sehingga tidak ada lagi
gangguan vegetatif maupun psikis. Yang mencolok pada masa ini adalah kemunduran alat-alat
tubuh dan kemampuan fisik sebagai proses menjadi tua. Dalam masa ini pula osteoporosis
terjadi pada wanita dengan intensitas yang berbeda. Walaupun sebab-sebabnya belum jelas
betul, namun berkurangnya hormon steroid dan berkurangnya aktivitas osteoblast memegang
peranan dalam hal ini. Ganggguan-gangguan lain yang dapat timbul antara lain vagina menjadi
kering sehingga timbul rasa nyeri pada waktu bersetubuh, nyeri pada waktu berkemih dan
terasa ingin terus buang air kecil.
Haid adalah perdarahan dari uterus yang keluar melalui vagina selama 5-7 hari, dan terjadi
setiap 22 atau 35 hari. Waktu keluarnya darah haid yang berkisar 20-60 ml per hari. Yang
merangsang menimbulkan haid adalah hormon FSH dan LH, prolaktin dari daerah otak dan
hormon estrogen serta progesteron dari sel telur yang dalam keseimbangannya menyebabkan
selaput lendir rahim tumbuh dan apabila sudah ovulasi terjadi dan sel telur tidak dibuahi
hormon estrogen dan progesteron menurun terjadilah pelepasan selaput lendir dengan
perdarahan terjadilah haid.
Turunnya hormon estrogen secara fisiologi dimulai pada masa klimakterium (usia 40-65
tahun). Penurunan ini menyebabkan keluhan-keluhan yang mengganggu, diawali umumnya
dengan gangguan haid yang yang tadinya teratur, siklik, menjadi tidak teratur tidak siklik dan
jumlah darah dapat berkurang atau bertambah.
Pada siklus menstruasi normal, terdapat produksi hormon-hormon yang paralel
dengan pertumbuhan lapisan rahim untuk mempersiapkan implantasi (perlekatan) dari janin
(proses kehamilan). Gangguan dari siklus menstruasi tersebut dapat berakibat gangguan
kesuburan, abortus berulang, atau keganasan. Gangguan dari siklus menstruasi merupakan
salah satu alasan seorang wanita berobat ke dokter.
Penelitian menunjukkan wanita dengan siklus mentruasi normal hanya terdapat pada
2/3 wanita dewasa, sedangkan pada usia reproduksi yang ekstrim (setelah menarche dan
menopause) lebih banyak mengalami siklus yang tidak teratur atau siklus yang tidak
mengandung sel telur. Siklus mentruasi ini melibatkan kompleks hipotalamus-hipofisis-
ovarium.
Siklus menstruasi normal dapat dibagi menjadi 2 segmen yaitu, siklus ovarium (indung
telur) dan siklus uterus (rahim). Siklus indung telur terbagi lagi menjadi 2 bagian, yaitu siklus
folikular dan siklus luteal, sedangkan siklus uterus dibagi menjadi masa proliferasi
(pertumbuhan) dan masa sekresi.
Perubahan di dalam rahim merupakan respon terhadap perubahan hormonal. Rahim
terdiri dari 3 lapisan yaitu perimetrium (lapisan terluar rahim), miometrium (lapisan otot
rahim, terletak di bagian tengah), dan endometrium (lapisan terdalam rahim). Endometrium
adalah lapisan yangn berperan di dalam siklus menstruasi. 2/3 bagian endometrium disebut
desidua fungsionalis yang terdiri dari kelenjar, dan 1/3 bagian terdalamnya disebut sebagai
desidua basalis.
2. Androgen
Merupakan hormone steroid. Salah satu hormone ini adalah tostesteron. Tostesteron
disekresikan oleh sel-sel Leydig testis. Tostesteron berfungsi dalam perkembangan sel germinal
dalam proses spermatogenesis. Selain itu, tostesteron sangat penting dalam menentukan sifat
kelamin sekunder para pria, contohnya tumbuhnya rambut pada area tertentu, perbesaran
suara dan perkembangan otot yang terjadi ketika masa pubertas.
3. Estrogen
Dibentuk oleh sel sertoli ketika ada stimulus oleh FSH. Hormon ini berperan dalam proses
pematangan sperma.
4) Kegiatan Belajar 4
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1) Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon reproduksi
dan sex : Hypogonadism (gangguan menstruasi), menopause,
gangguan fertilisasi pada pria dan wanita
b. Uraian Materi
HYPOGONADISM
Sistem dan Kelenjar Reproduksi Pria
5. Ductus Ejukulatus
Berjumlah 2 buah. Berfungsi untuk menyalurkan sperma saat ejakulasi ke dalam saluran
uretra. Ke dua saluran ini ujung bersatu dan bermuara di uretra tepat dibawah kelenjar
prostat.
6. Saluran Uretra
Berjumlah 1 buah. Berfungsi untuk menyalurkan semen dan saluran urine. Saluran ini
terletak dalam batang penis di bagain bawah di kelilingi oleh korpus spogiosum.
2. Kelenjar Prostat
Berjumlah sebuah yang ukurannya 4x2x3 cm terletak dibawah vesica urinaria (kantung
kemih). Sekret kelenjar ini menyumbang 30 % dari seluruh cairan semen. Komposisi sekret
kelenjar prostat terdiri dari NaHCO3, asam fosfat, asam sitrat, kolesterol, Ca, Zn, Mg, Spermin,
Inositol, Fosfolipid dan enzim. Enzim seminim dan fibrinolisin ejakulasi di dalam vagina wanita
sehingga spermatozoa bebas bergerak. Warna sekret kelenjar prostat keputihan seperti air
susu, dan baunya seperti air jeruk (asam sitrat).
Spermatogenesis
Sperma dihasilkan oleh tubulus seminiferus yang memiliki panjang 250 cm dalam testes.
Sel-sel yang berada di tubulus seminiferus berupa sel germinal dengan bermacam-macam
tahap perkembangan dan sel Sertoli yang memberikan dukungan penting pada
spermatogenesis. Spermatogenesis adalah proses kompleks sel germinal prmordial
spermatogonia (46 kromosom) berproliferasi dan dikonversi menjadi spermatozoa motil (23
kromosom). Prosesnya memerlukan waktu 64 hari dengan 3 tahap: mitosis, meiosis, dan
spermiogenesis. Spermatozoa memiliki 4 bagian, yaitu kepala, akrosom, midpiece, dan ekor.
Kepala terdiri dari nukleus yang terdapat informasi genetik. Akrosom adalah vesikel pada
kepala yang terdapat enzim yang digunakan untuk penetrasi sperma. Akrosom dibentuk
dengan agregasi vesikel dihasilkan oleh retikulum endoplasmik/ kompleks golgi. Mobilitas
spermatozoa dapat terjadi karena adanya ekor yang panjang yang tumbuh dari sentriol.
Pergerakan ekor terjadi hasil dari pergerakan mikrotubul yang menggunakan energi (ATP) dari
mitokondria yang berada pada bagian midpiece sperma.
Proses spermatogenesis ini dapat terjadi karena dukungan dari sel Sertoli. Fungsi penting
sel Sertoli selama proses spermatogenesis antara lain:
1. Sel Sertoli membentuk tight junction sebagai barrier spermatozoa dengan darah sehingga
dapat mencegah pembentukan antibodi yang dapat menyerang sel spermatozoa (dianggap
sebagai zat asing karena haploid, sel tubuh bersifat diploid).
2. Memberikan makanan.
3. Sel Sertoli berfungsi untuk memfagosit sitoplasma dari spermatid yang berubah menjadi
spermatozoa dan menghancurkan sel germinal yang rusak.
4. Sel Sertoli membentuk lumen cairan tubulus seminiferus sehingga sperma dapat
dilepaskan dari tubulus ke epididimis untuk disimpan dan diproses lebih lanjut.
5. Sel Sertoli mensekresi androgen-binding protein (ABP). ABP berfungsi untuk
mempertahankan testosteron tetap berada dalam tubulus seminiferus, karena testosteron
berupa lipid yang mudah keluar dari membran plasma dan meninggalkan lumen.
6. Menghasilkan hormon inhibin sebagai umpan balik negatif yang mengontrol sekresi FSH.
Meskipun testosteron merupakan hormon pada pria dan estrogen merupakan hormon
pada wanita, namun ditemukan sejumlah kecil estrogen yang dihasilkan oleh korteks adrenal.
Sejumlah kecil testosteron dikonversi menjadi estrogen di testes oleh enzim aromatase, yang
terdistribusi dalam saluran reproduksi. Estrogen juga berada pada jaringan adiposa. Reseptor
estrogen diidentifikasi berada di testes, prostat, tulang, dan bagian lain pada pria. Penelitian
terbaru membuktikan bahwa estrogen berperan penting dalam spermatogenesis, berkontribusi
pada seksualitas normal, dan homeostasis tulang. Mekanisme kerja estrogen belum banyak
terungkap. Demikian juga pada wanita, terdapat hormon DHEA (androgen lemah) yang
dihasilkan oleh korteks adrenal. Selain itu, sejumlah kecil testosteron dihasilkan pada ovarium
wanita.
Prostaglandin pertama kali diidentifikasi berada di semen. Produksi dan aktifitasnya tidak
hanya terdapat di sistem reproduksi. Protaglandin berbentuk derivat 20 karbon asam lemak.
Mereka dihasilkan pada semua jaringan dari asam arakhidonat, suatu asam lemak bagian
phospholipid dalam membran plasma. Derivat asam arakhidonat yang lain yang termasuk
kategori prostaglandin antara lain: prostacyclins, thromboxanes, dan leukotriens. Prostaglandin
didesain membentuk 3 kelompok: PGA, PGE, dan PGF dengan struktur yang bervariasi pada
cincin 5 karbon pada bagian akhir. Pada sistem reproduksi, prostaglandin berfungsi untuk
meningkatkan trasnsport sperma dengan aktifitasnya pada otot polos saluran reproduksi pria
dan wanita, berperan pada menstruasi, ovulasi, berkontribusi pada persiapan bagian plasenta
ibu, dan berkontribusi pada saat melahirkan (partus).
1. Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus seminiferus.
Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk membentuk sperma,
terutama pembelahan meiosis untuk membentuk spermatosit sekunder.
Testosteron adalah zat androgen utama yang disintesis dalam testis, ovarium, dan anak
ginjal. Testosteron (C19H28O2) adalah molekul yang dibentuk dari atom-atom karbon, hidrogen
dan oksigen. Testosteron adalah hormon steroid dari kelompok androgen. Penghasil utamanya
adalah testis pada jantan dan indung telur pada wanita. Sel-sel Leydig dari testis distimulasi
oleh LH untuk menghasilkan testosteron sbanyak 2,5-11 mg sehari. Produksi testosteron
mencapai puncaknya sekitar usia 25 tahun, lalu menurun drastic pada usia 40 tahun . DHEA
(dehidro-epi-androsteron) dan androstendion merupakan prekursor testosteron yang dibentuk
oleh anak ginjal.
Testosteron dihasilkan oleh hormon LH yang dilepaskan kelenjar pituitari. Tetapi, hormon
LH dikendalikan oleh testosteron sebagaimana testosteron dikendalikan oleh LH. Saat
jumlahnya di dalam darah meningkat, molekul testosteron melakukan tekanan pada kelenjar
pituitari yang menyebabkan kelenjar itu menghentikan produksi LH. Hanya ketika jumlah
testosteron menurun produksi LH dimulai lagi. LH yang dihasilkan mengaktifkan zakar dan
memerintahkan produksi tambahan agar menaikkan jumlah testosteron.
Testosteron memiliki sejumlah khasiat fisiologi yang penting sebagai berikut :
1) Efek virilisasi. Testosteron bertanggung jawab atas ciri kelamin pria primer dan
sekunder serta memegang peranan penting dalam spermatogenesis. Hormon ini
juga berperan dalam mempenagruhi hasrat seks (libido) dan daya ereksi (potensi).
2) Efek anabol. Testosteron membnatu meningkatkan pembentukan protein dan
pertumbuhan sel-sel otot.
3) Efek tulang. Pada anak laki-laki, selama pubertas produksi terstosteron meningkat
dengan kuat yang mengakibatkan mereka tumbuh lebih panjang dalam beberapa
waktu.
2. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel Leydig
untuk mensekresi testoteron.
3. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi menstimulasi sel-
sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (spermiasi) tidak akan
terjadi.
4. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel-sel sertoli juga
mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat testoteron dan estrogen serta
membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus seminiferus. Kedua hormon ini tersedia
untuk pematangan sperma.
5. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis. Hormon
pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada spermatogenesis.
6. DHEA
Disekresi dari retikularis kelenjar adrenal. Sinyal pensekresi berupa ACTH.
Dehidroepiandrosteron mempunyai bebrapa fungsi yaitu dalam berbagai efek protektif,
merupakan androgen lemah, dapat dikonversi menjadi estreogen, menghambat enzim glukosa-
6-fosfat dehidrogenase (G6-PDH), dan juga mengatur koenzim NAD+.
7. 17-estradiol
Disekresi dari folikel ovarium, korpus luteum (sel sertoli). Sinyal pensekresi berupa FSH.
Estradiol berfungsi pada wanita untuk mengatur sekresi gonadotropin pada siklus ovarian dan
pada laki-laki untuk umpan balik negatif pada sintesis testesteron oleh sel Leydig.
Andrologi Klinik
Andrologi Klinik adalah proses pemeriksaan dalam labolatorium untuk mengetahu
seorang proa dalam keadaan fertil atau steril yang dilakukan dengan menyelidiki cairan
semen. Semen yang dikeluarkan pria pada waktu ejakulasi terdiri atas spermatozoa dan
plasma semen.
Plasma semen merupakan gabungan sekrit beberapa kelenjar epididimis, vas
diferentia. Vesica seminalis, kelenjar prostat, kelenjar cowper dan kelenjar listteri. Plasma ini
penting artinya dalam menentukan semen pria yang sufertil (kurang subur).
Spermatozoa manusia panjangnya sekitar 50 mikron, terdiri atas kepala, leher dan
ekor (flagelum). Bentuk kepala lonjong dan mengandung inti, ujungnya mengandung (corona
penetraling Enzyme). Semua enzim tersebut berguna dalam penetrasi spermatozoa ke dalam
sel telur. Bagian tengah/leher terdapat mitokondria tempat berlangsungnya aksodasi sel untuk
membentuk energi sehingga sperma dapat bergerak aktif. Sedangkan ekor sebagai alat gerak
sperma agar mencapai ovum.
Analisis semen yang normal biasanya mempunyai komposisi sebagai berikut:
1. volume semen sekali ejakulasi : 2-5 ml
2. konsentrasi sel spermatozoa : 20 Juta/ml
3. jumlah sel spermatozoa : 50-400 juta per ejakulasi
4. persentase sel spermatozoa motil : 50 %
5. persentase bentuk sel spermatozoa yang : 60 %
Selain itu perlu juga dilakukan pemeriksaan terhadap hal-hal lain untuk menentukan
fertilasi seorang pria sebagai berikut:
1. keadaan penis harus dapat berereksi secara penuh
2. keadaan konsentrasi hormon testoren harus normal, sebab libido seksualitas pria
terhadap wanita ditentukan oleh hormon ini
3. tidak menderita penyakit kelamin
4. pada ejakulasi ereksi minimal 5 cm dari ujung penis.
c. Perubahan mood
Perubahan mood merupakan hasil dari fluktuasi pada hormon saat menopause. Hormon
mempengaruhi level serotonin dalam otak, yang kemudian mempengaruhi mood. Mood akan
positif dengan jumlah serotonin yang tinggi, dan menjadi negatif jika levelnya sedikit.
Perubahan mood pada pria memang tidak terlalu intens seperti pada wanita. Meski begitu,
mood pada pria bisa terlihat berubah saat merespons kondisi tertentu. Bahkan gejala seperti
ini jika bertahan lama akan menjadi depresi.
d. Mudah lupa
Kemampuan konsentrasi dan mengingat akan berkurang saat pria memasuki masa
andropause, meskipun tidak ada hubungan yang jelas antara tingkat hormon dengan
penurunan memori.
Kombinasi gejala panas-dingin, perubahan mood, penurunan libido dan berat badan,
merupakan gejala andropause yang mengarah kepada stres dan penurunan kemampuan
mentalitas. Cepat lupa, misalnya, namun ini juga terkait dengan usia. Namun hanya karena lupa
menyimpan kunci, misalnya, bukan berarti lantas dikatakan andropause.
A. MENOPAUSE
1. Defenisi Monopause
Monopause berasal dari bahasa yunani yaitu “Mens” yang artinya siklus mentruasi dan
“pausis” yang artinya penghentian. Dapat disimpulkan menopause merupakan masa
berhentinya siklus mentruasi seorang wanita. Monopause merupakan pengertian dari
berhentinya masa kesuburan dan masa reproduksi wanita ditandai dengan berhentinya masa
menstruasi atau siklus bulanan seiring bertambahnya usia dan penurunan hormon. Diagnosis
menopause dibuat setelah terdapat amenovera sekurang-kurangnya satu tahun atau tidak
mengalami mentruasi selama satu tahun.
Monopause dalam bahasa biologis merupakan akhir dari siklus kehidupan mentruasi
seorang wanita yang terjadi dipertengahan usia 40 tahun ke atas. Selama masa transisi ini,
ovarium mulai melemah sehingga tingkat gairah seksual pun semakin menurun secara alami
dari horman esterogen dan progesteron.
Hormon esterogen berfungsi sebagai pengawas siklus ovulasi yakni saat induk telur mulai
melepas sel telur ke dalam tuba falopi dan menggembangkan payudara wanita serta rahim.
Hormon estrogen memiliki pengaruh yang cukup besar dalam tingkat kesehatan wanita baik
fisik maupun psikologis (emosional). Hormon progesteron bertugas mengawasi mentruasi dan
mempersiapkan rahim untuk menerima sel telur yang telah dibuahi.
Monopause rupanya ada hubungannya dengan menarch. Makin dini menarch terjadi,
maka lambat menopause timbul. Sebaliknya makin lambat menarch terjadi, makin cepat
menopause timbul. Pada abad ini umumnya Nampak bahwa menarch makin dini timbul dan
menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang. Walaupun
demikian di negara-negara maju rupaya menarch tidak lagi bergeser ke umur yang lebih
mudah, tampaknya batas maksimal telah tercapai. Monopause yang artificial karena operasi
atau radiasi pada umumnya menimbilkan keluhan yang lebih banyak dibandingkan menopause
alamiah.
B. Jenis-jenis Monopause
Monopause dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu menopause alamiah dan
menopause premature (dini).
1. Monopause Alamiah
Monopause ini terjadi secara bertahap, biasanya antara usia 45-55 tahun. Monopause alamiah
terjadi pada wanita yang masih mempunyai indung telur. Durasinya sekitar 5-10 tahun.
Meskipun seluruh prose situ kadang-kadang memerlukan waktu tiga belas tahun. Selama itu
mentruasi mungkin akan berhenti beberapa bulan kemudian akan kembali lagi. Mentruasi
dating secara fluktuatif. Lama intensitasnya dan alirannya mungkin bertambah atau berkurang.
Wanita yang mengalami menopause alamiah mungkin membutuhkan perawatan atau mungkin
tidak membutuhan perawatan apapun. Hal ini karena kesehatan mereka secara menyeluruh
cukup baik. Selain itu proses menopause berjalan sangat lambat sehingga tubuhnya dapat
menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada saat menopause.
2. Monopause Dini
Monopause dini ini terjadi sebelum usia 45 tahun dianggap sebagai menopause yang cepat,
tetapi menopause dini biasanya didefenisikan sebagai menopause yang terjadi sebelum usia 40
tahun. Kadang-kadang, menopause dini juga disebut sebagai kegagalan ovarium dini
(premature ovarian failure, POF), karena hal tersebut adalah masalah yang telah menyebabkan
menopause dating lebih cepat. Namun demikian, sangat penting untuk mencatat bahwa POF
dan menopause dini tidak selalu merupakan hal yang sama. Tidak semua kasus POF adalah
permanen pada beberapa kasus, fungsi ovarium dapat dipulihkan dan mentruasi dapat
berlangsung kembali. Seperti yang kita ketahui, menopause ditentukan oleh masa mentruasi
yang paling akhir, dan hal ini hanya dapat terjadi jika POF bersifat permanen.
Monopause ini disebabkan oleh gaya hidup, seperti merokok, kebiasaan minum minuman
beralkohol, makanan yang tidak sehat, dan kurang berolahraga. Gejala menopause dini dengan
menopause biasa tidak ada bedanya, walaupun setiap orang mengalami gejala dalam waktu
yang sama. Tetapi dari segi perubahan fisik penderita menopause biasanya tampak lebih
parah. Ini terlihat dari keluhan-keluhan yang mereka alami, yaitu osteoporosis dan penyakit
jantung koroner yang dating lebih cepat. Oleh karena itu datangnya menopause dini perlu
diwaspadai.
C. Tahap-Tahap Monopause
Pada dasarnya menopause dibagi menjadi tiga tahap yaitu masa pramenopause,
menopause, dan pasca menopause.
1. Pramenopause
Pramenopause yaitu masa transisi antara masa ketika wanita mulai merasakan gejala
menopause (biasanya pada pertengahan atau akhir usia 40 tahun) dan masa siklus haid
benar-benar terhenti (rata-rata 51 tahun). Pada masa pramenopause akan terjadi
perubahan fisik yang berarti.
2. Monopause
Masa monopause menandakan menandakan haid terakhir. Penentuan masa menopause
hanya bisa dilakukan setelah seorang wanita tidak haid lagi selama 1 tahun.
3. Pascamenopause
Masa ini adalah masa setelah haid terakhir seorang wanita. Dengan kata lain,
pascamenopause terjadi setelah masa menopause. Biasanya keadaan fisik dan
psikologisnya sudah dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan hormonalnya.
D. Gejala-Gejala Monopause
Haid adalah peristiwa yang terjadi secara khas pada individu, baik dalam awal pertama
kali terjadi dalam siklus,jumlah darah yang keluar, maupun dalam gejala-gejala yang menyertai.
Demikian pula ketika terjadi menopause akan menimbulkan gejala-gejala yang berbeda pada
setiap orang.. Meskipun demikian, dapatlah dikatakan bahwa gejala-gejala menopause dapat
berupa antara lain: insomnia, rasa panas (hot flash), banyak berkeringat, depresi, berkurangnya
daya ingat, sulit menahan dorongan untuk kencing (inkontinensia).
Gejala-gejala dari menopause disebabkan oleh perubahan kadar estrogen dan
progesterone. Karena fungsi ovarium berkurang, maka ovarium menghasilkan lebih sedikit
estrogen/progesterone dan tubuh memberikan reaksi. Beberapa wanita hanya mengalami
sedikit gejala, sedangkan wanita yang lain mengalami berbagai gejala yang sifatnya ringan
sampai berat. Hal ini adalah normal. Berkurangnya kadar estrogen secara bertahap
menyebabkan tubuh secara perlahan menyesuaikan diri terhadap perubahan hormon, tetapi
pada beberapa wanita penurunan kadar estrogen ini terjadi secara tiba-tiba dan menyebabkan
gejala-gejala yang hebat. Hal ini sering terjadi jika menopause disebabkan oleh pengangkatan
ovarium.
Adapun gejala-gejala lain dari menopause adalah:
1. Gejala-gejala fisik
a) Hot flushes/rasa panas (pada wajah, leher, dan dada yang berlangsung selama beberapa
menit, pusing,lemah, atau sakit.
b) Rasa panas
c) Berkeringat dimalam hari
d) Susah tidur
e) Sakit kepala
f) Keinginan buang air kecil menjadi lebih sering
g) Berdebar-depar (detak jantung meningkat atau mengencang)
h) Tidak nyaman ketika buang air kecil
i) Ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil (inkontinensia)
j) Perubahan kulit
k) Kerapuhan tulang
2. Gejala-gejala psikologis
a) Mudah tersinggung
b) Depresi
c) Cemas
d) Suasana hati (mood) yang tidak menentu
e) Sering lupa
f) Susah berkonsentrasi
3. Gejala-gejala seksual
a) Kekurangan vagina, mengakibatkan rasa tidak nyaman selama berhubungan seksual
b) Menurunnya libid
G. Komplikasi Monopause
Banyak wanita melewati menopause tanpa perlu nasihat atau pengobatan medis untuk
menghilangkan gejala-gejalanya. Akan tetapi,perubahan kadar hormone (khususnya estrogen)
yang member ciri menopause dapat mengakibatkan sejumlah komplikasi dikemudian hari.
Komplikasi yang menyertai menopause seperti berikut:
1. Osteoporosis
Merupakan pengeroposan tulang yang membuat rasa nyeri dan berpotensi mengalami
patah tulang.
2. Masalah urogenital
Merupakan masalah seksual, ketidakmampuan untuk mengendalikan buang air kecil
(inkontinensia), dan infeksi dalam saluran kemih selama masa perimonopause, tetapi tidak
seperti gejala menopause lainnya, hal ini mungkin menjadi masalah kesehatan jangka
panjang setelah munculnya menopause, oleh karena itu perlu ditangani dengan baik.
3. Penyakit Kardiovaskular
Merupakan permasalahan yang meliputi jantung dan sistem pembuluh darah yang memasok
darah keseluruh tubuh. Di dalamnya termasuk permasalahan seperti vangina, serangan
jantung, dan stroke. Dan kemungkinan bisa juga mengalami peningkatan kadar kolesterol
setelah menopause, dan penumpukan kolesterol LDL (dikenal sebagai kolesterol ‘jahat’) yang
dapat mempersempit dan menyumbat pembuluh arteri sehingga meningkatkan resiko terkena
penyakit kardiovaskuler.
4. Obesitas
Memasuki menopause mengubah cara tubuh untuk menyimpan lemak. Sebelum
menopause, wanita biasanya menyimpan kelebihan lemak di sekitar panggul dan paha, yang
menyebabkan bentuk tubuh wanita seperti “buah pear”. Namun demikian, setelah
menopause kelebihan lemak disimpan di sekitar pinggang dan perut, yang menyebabkan
bentuk tubuh seperti “buah apel”. Bentuk tubuh seperti “buah apel” ini diikuti dengan
peningkatan resiko terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kanker tertentu (misalnya
kanker payudara).
5. Demensia
Hubungan antara menopause dengan masalah memori tidak sepenuhnya jelas, tetapi
tampaknya hormon-hormon wanita memainkan beberapa peran dalam fungsi otak yang
normal. Meskipun demensia secara normal tidak mempengaruhi wanita sampai mereka
berada pada masa pascamenopause, munculnya menopause bisa jadi memiliki peran dalam
kemunduran memori.
H. Pengobatan Monopause
Pengobatan yang paling sering digunakan untuk menghilangkan gejala-gejala menopause
dan mengurangi resiko masalah kesehatan dimasa depan adalah terapi sulih hormon (hormone
replacement therapy, HRT). Akan tetapi, seperti yang mungkin pernah didengar, ada beberapa
resiko yang menyertai pengobatan HRT ini, khususnya jika digunakan untuk jangka waktu yang
lama.
Efek-efek yang berpotensi terjadi dalam pengobatan jangka panjang dengan HRT adalah:
1. Peningkatan resiko tersamar
a. Kanker payudara
b. Masalah penyumbatan
c. Pembuluh darah (misalnya stroke)
d. Penyakit jantung koroner
4. Terapi komplementer
a) Obat-obatan herbal
b) Homeopati
c) Refleksiologi
d) Hipnosis
e) Akupuntur
f) Aromaterapi
g) Yoga
5. Pengobatan untuk monorrhagia (mentruasi teratur tetapi sangat bnnyak, yang dialami oleh
banyak wanita pada masa menjelang menopause)
a) Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS)
b) Tranexamic acid (Cyklokapron)
c) Etamsylate (Diccynene, Dicynone)
d) Terapi progestogen-tunggal (Mirena)
e) Pembedahan (Misalnya histerektomi)
7. Pengobatan untuk gejala urogenital (gejala fisik yang mempengaruhi sistem saluran kemih
dan organ genital).
a) Pelicin/pelembab vagina (KY Jelly atau Replens)
b) Obat-obatan untuk mengatasi ketidakmampuan untuk mengendalikan
(inkontiinensia)
c) Antibiotika untuk infeksi kandung kemih.
Ovulasi terjadi sekitar 14 hari menjelang haid saat mana sel telur keluar indung telur dan
berjalan di dalam tuba falopii menuju rahim.
Bila dalam perjalanan tersbut sel telur bertemu dan bersatu dengan sel sperma dan
selanjutnya hasil pertemuan tersebut tumbuh dan berkembang dalam rahim maka terjadilah
proses kehamilan. 20% pasangan usia subur yang mengadakan sanggama sekitar masa ovulasi
akan mendapatkan kehamilan. Pasangan tidak di anggap menderita masalah gangguan
kesuburan sampai dia berusaha selama satu tahun dan belum berhasil memperoleh kehamilan.
20% pasangan usia subur akan mengalami gangguan masalah kesuburan.
Pada sebagian kasus, pasangan memerlukan tehnik reproduksi berbantu – assisted
reproductive technology. 40% masalah gangguan kesuburan berada di pihak wanita. Masalah
gangguan kesuburan pada wanita antara lain adalah tidak terjadinya ovulasi dan masalah pada
uterus serta saluran tuba falopii.
1. Masalah Ovulasi
Siklus haid merupakan hasil dari satu orkestra yang dimainkan oleh sejumlah kelenjar dan
hormon yang bekerja sama secara harmonis. Agar terjadi ovulasi, hipotalamus memicu
hipofisis yang berada didekatnya untuk men sekresi hormon yang bertugas untuk
mematangkan sel telur primordial. Peristiwa tidak datang haid atau haid yang tidak teratur
menandakan bahwa ovulasi tidak selalu terjadi pada setiap siklus atau malah sama sekali tak
terjadi ovulasi.
Usia wanita adalah salah satu faktor penting yang menentukan derajat kesuburan seorang
wanita. Kesempatan hamil bagi seorang berusia 40 tahun keatas adalah 5% pada setiap siklus
haid dan diduga ini adalah akibat usia sel telur yang sudah “tua”. Seorang wanita terlahir
dengan pasokan sekitar 400.000 sel telur dan dengan berlalunya waktu sel telur yang dapat
diperoleh menjadi semakin sedikit. Masalah kehamilan lain pada wanita usia “tua” adalah
meningkatnya resiko abortus dan kelainan genetik
4. Masalah rahim
Sel telur yang telah dibuahi ( hasil konsepsi ) akan tumbuh dan berkembang di endometrium
rahim. Sejumlah keadaan patologi rahim yang mengganggu proses tersebut antara lain :
Mioma uteri
Polip endometrium
5. Masalah servik
Pada bagian puncak dari vagina ( proksimal ) terdapat leher yang merupakamn pintu masuk
kedalam rahim dan disebut sebagai servik. Servik memiliki dua buah lubang kecil muara dari
sebuah saluran dalam servik yang disebut kanalis servikalis. Kanalis ini merupakan saluran
keluar dari darah haid dan sekresi lain keluar dari uterus. Dan melalui kanalis ini pula sel
sperma masuk rahim yang selanjutnya akan menuju tuba falopii untuk menemui sel telur.
Servik menghasilkan lendir yang sekitar ovulasi konsistensinya encer sehingga sperma
dapat berenang melaluinya. Kualitas lendir servik dapat mempengaruhi kemampuan sperma
untuk masuk kedalam uterus.
6. Endometriosis
Endometriosis adalah satu keadaan dimana sel endometrium uterus mengadakan migrasi
keluar dari rahim menuju ke organ panggul lain atau ke lokasi di luar panggul. Keadaan ini
dapat mengganggu kesuburan seorang wanita.
Infertiliti idiopatik
10% pasangan infertiliti tidak menunjukkan adnya kelainan tertentu dan in disebut sebagai
golongan infertiliti idiopatik atau “unexplained”
Metode diagnostik
Pemeriksaan infertilti pada wanita antara lain
Pemeriksaan darah – untuk memeriksa kadar hormon yang terkait dengan ovulasi
Laparoskopi
Ultrasonografi – untuk melihat kemungkian adanya mioma uteri
Analisa sperma dilakukan pada pasangan pria untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
masalah pada sperma pasangannya.
7. Pilihan terapi
Terapi tergantung pada penyebab, pilihan terapi antara lain :
Terapi hormon – untuk memicu ovulasi.
Pembedahan – untuk membebaskan perlekatan tuba falopii, terapi endometriosis atau
mengangkat mioma uteri.
Assisted reproductive technologies – termasuk “in vitro fertilisation” (IVF), dimana
konsepsi dilangsungkan di laboratorium dan hasil fertilisasi ditanamkan ke rahim yang
sudah dipersiapkan sebelumnya.
8. Kesimpulan
40% masalah infertilitas terletak pada wanita
Masalah infertilitas pada wanita antara lain gangguan ovulasi, blokade tuba falopii dan
kelainan uterus seperti mioma uteri dan polip endometrium.
Pilihan terapi : hormonal dan pembedahan
B. GANGGUAN FERTILITAS - PRIA
Awal kehidupan terjadi tatkala sel telur dibuahi oleh sel sperma.
Sekurangnya sekitar 20 juta sperma per mililiter saat terjadi ejakulasi dengan mobilitas
serta kekuatan yang memadai untuk berenang menuju tuba falopii dimana peristiwa konsepsi
akan terjadi. Kemungkinan terjadinya kehamilan pada pasangan usia reproduktif yang
melakukan sanggama sekitar masa ovulasi adalah 20% setiap bulannya. Pasangan baru akan
diangap memiliki masalah fertilitas manakala sudah melakukan usaha memperoleh kehamilan
dengan ber sanggama secara teratur selama satu tahun dan tak membuahkan hasil.
Sekitar 20% pasangan usia reproduktif mengalami masalah gangguan fertilitas dan pada
banyak kasus mereka akanterbantu dengan tehnologi reproduksi berbantu – assisted
reproductive tecchnologies. Sekitar 40% masalah gangguan fertilitas berada pada pasangan
pria. Gangguan kesuburan pada pria antara lain kualitas sperma yang buruk atau terjadi
blokade dalam sistem reproduksi.
1. OBSTRUKSI
Sperma dibuat dalam testis. Saat ejakulasi, sperma keluar karena adanya kontraksi otot
yang berada sepanjang epidedimis dan bercampur dengan cairan vesica seminalis. Kelenjar
prostate juga menghasilkan cairan yang bercampur dengan semen. Semen akan terdorong
sepanjang vas deferen kedalam urethra dan keluar melalui penis. Blokade atau tidak adanya
vas deferen akan menyebabkan ganguan fertilitas dan keadaan tersebut dapat disebabkan oleh
tindakan vasektomi atau cedera.
2. Masalah sperma
Masalah jumlah dan kualitas sperma diduga disebabkan oleh faktor genetik. Penelitian
memperlihatkan bahwa hilangnya satu bagian kecil pada kromosome pria akan menyebabkan
terjadinya gangguan kualitas sperma.
Berbagai masalah pada sperma :
Tidak terdapat sperma ( azoospermia ) – cairan semen tidak mengandung sperma ;
keadaan ini dapat disebabkan oleh sumbatan atau kegagalan testis.
Jumlah sperma sedikit ( oligospermia ) – cairan ejakulasi tidak mengandung jumlah
sperma yang cukup agar dapat terjadi konsepsi
Bentuk sperma abnormal – bentuk abnormal sperma akan menyebabkan hilang atau
terganggunya kemampuan untuk menembus sel telur
Gangguan motilitas – sperma sehat memiliki ekor yang memberikan kemampuan
sperma untuk berenang di dalam saluran reproduksi wanita. Gangguan motilitas
sperma akan mengganggu kesuburan.
3. Gangguan fungsi
Impotensia – ketidak mampuan penis untuk ereksi secara memadai agar dapat
melakukan penetrasi saat sanggama .
Masalah pada testis – dapat disebabkan oleh cedera , infeksi atau kemoterapi
Prostatektomi – efek samping akibat prostatektomi adalah infertiliti , impotensia dan
inkontinensia
Gangguan tertentu – sklerosis multiple , diabetes yang menyebabkan gangguan ereksi
dan ejakulasi
Antibodi – sistem kekebalan pada pria dapat menyebabkan terganggunya aktivitas
sperma antara lain hilangnya kemampuan untuk menembus sel telur.
4. Masalah Hormonal
Kadar hormon seks diregulasi oleh sejumlah kelenjar dan hormon yang dihasilkan. Hipofisis
di otak mempengaruhi hormon seksual yang di produksi testis atas pengaruh hipotalamus.
Penyebab infertiliti pada pria yang relatif jarang adalah kegagalan pembentukan hormon
gonadotropin.
Pada sekitar 10% pasangan infertil yang diperiksa tidak ditemukan penyebab yang jelas.
Keadaan ini disebut sebagai gangguan kesuburan : unexplained” atau “ idiopatik “.
5. Metode Diagnostik
Investigasi pada kasus yang diduga gangguan kesuburan terdiri dari sejumlah pemeriksaan
pada pria dan pasangannya.
Pemeriksaan gangguan kesuburan pada pria :
Analisa sperma - sediaan sperma diperiksa di laboratorium dan dicari adanya kelainan
sperma dan antibodi
Pemeriksaan darah – menentukan kadar hormon
Biopsi testis
Pemeriksaan ultrasonografi – untuk memeriksa organ reproduksi antara lain kelenjar
prostat
6. Pilihan terapi
Tidak ada terapi untuk memperbaiki kualitas sperma akan tetapi terdapat sejumlah cara
untuk meningkatkan kemungkinan terjadinya kehamilan dengan kualitas sperma yang sudah
ada. Terapi yang diberikan tergantung penyebabnya, antara lain :
Terapi hormon – bila kuantitas sperma rendah disebabkan oleh rendahnya hormon
gonadotropin
Inseminasi artifisial – semen dikumpulkan dan di pekatkan dan kemudian dimasukkan
kedalam uterus
Fertilisasi in-vitro – konsepsi dilakukan di laboratorium dan sel telur hasil konsepsi
tersebut di masukkan kembali ke dalam uterus
7. Kesimpulan
Sekitar 40% masalah gangguan kesuburan terletak pada pria
Masalah gangguan kesuburan pada pria antara lain buruknya kualitas sperma, jumlah
sperma yang rendah dan blokade dalam sistem reproduksi pria
Pilihan terapi untuk kualitas sperma yang buruk antara lain dengan inseminasi artifial
menggunakan semen yang sudah di pekatkan
5) Kegiatan Belajar 5
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi hormon pertumbuhan
b. Uraian Materi
A. HORMON ADENOHIPOFISIS
Sintesis dan sekresi hormon hipofisis anterior selain dikontrol oleh hipotalamus,
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain oleh obat yaitu hormon alamiah, analog dan
hormon. Hormon hipofisis anterior mengatur sintesis dan sekresi hormon dan zat – zat kimia
di sel target; sebaliknya hormon yang disekresi tersebut juga sekresi hipotalamus. Intraksi
berbagai hormon ini juga menjelaskan mekanisme terjadinya efek samping beberapa jenis
obat.
Hormon hipofisis anterior sangat esensial untuk pengatauran pertumbuhan dan
perkembanagan, reproduksi, metabolisme dan respon terhadap setres. Hormon – hormon
yang dihasilkan oleh hipofisis anterior dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:
1. Hormon somatropik yang meliputi hormone pertumbuhan (GH = somatotropin), prolaktin
(PRL), laktogen plasenta (PL).
2. Glikoprotein yaitu tirotropin (TSH);luteinizing hormone (LH),hormone pemacu folikel (FSH), dan
gonadotropin plasenta manusia (HCG). Hormon glikoprotein terdiri dari 2 subnit yaitu α dan β,
yang masing – masing mempunyai gugus karbohidrat dan asam sialat.
3. Kortikotropin (ACTH), melanotropin (MSH), lipotropin (LPH) dan hormon – hormon lain.
Pada umumnya hormon hipofisis spesifik untuk tiap sepesies, sehingga di masa
lalusumber untuk penggunaan klinis yang memenuhi syrat hanya mungkin didapat dari ekstrak
hipofisis manusia post-mortem. Hormon manusia ini menimbulkan masalah karena
terkontaminasi penyebab penyakit creutzfled-jacob dan kini tidak lagi digunakan.saat ini telah
ditemukan cara rekayasa ginetik untuk memproduksi hormon pertumbuhan dengan relatife
besar disertai kemungkinan untuk melakukan modifikasi kimiawi.
a. HORMON PERTUMBUHAN (GH = SOMATOTROPIN)
Hormon pertumbuhan berupa polipeptida dengan berat molekul besar yaitu 22.000. hormone
ini merupakan 10% dari berat kelenjar hipopfisis kering.
PERTUMBUHAN
Fungsi hormone pertumbuhan yang paling jelas adalah terhadap pertumbuhan.
Kekurangan hormone ini menyebabkan kekerdilan (dwarfisme),sedang kelibihan hormone ini
menyebabkan gigantisme pada anak dan akromegali pada orang dewasa.beberapa hormone
lain juga dalam berperan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan normal yaitu
hormone tiroid, insulin, androgen, dan estrogen.
INDIKASI.
Selama ini indikasi hormone pertumbuhan hanya dibatasi untuk mengatasi akibat
hipopituitarisme. Perlu pertimbangan manfaat resiko yang lebih luas yaitu bukan hanya
mempertimbangkan resiko efek samping serius misalnya akromegali, gangguan kadiovaskuler,
gangguan metabolisme glukosa yang terjadi pada kelebihan hormone endogen; tetapi juga
resiko kejiwaan pada kegagalan terapi (perubahan persepsi pendek normal menjadi abnormal).
Pada mencit justru GH dan IGF-1 analog secara konsisten memperpendek umur. Terapi
hormone GH telah di setujui di USA untuk pasien kekurangan berat (wasting) karena AIDS,
terapi ini bermanfaat untuk sebagian pasien tersebut.
Hormone pertumbuhan harus diberikan 3 kali seminggu selama masa pertumbuhan. Pada
saat pubertas perlu ditambahkan pemberian hormone kelamin agar terjadi pematangan organ
kelamin yang sejalan dengan pertumbuhan tubuh.
SEDIAAN
Hormone pertumbuhan yang digunakan dalam klinik saat ini adalah hasil rekayasa
ginetik.penggunaan hormone hasil rekayasa ginetik memperkecil kemungkinan efek samping
yang ditimbulkan leh bahan protein manisia yang belum tentu bebas penyakit. Hal ini menjadi
masalah setelah ditemukannya khasus penyakit Creutzfeld-jacob, yaitu degenerasi susunan
saraf yang disebabkan oleh virus Creutzfeld-jacob yang sulit dideteksi,sehingga
kontaminasinyadalam sari hipofisis manusia tidak dapat dihindari. khasus yang sangat jarang ini
ditemukan pada pasien yang mendapat sediasan hormone pertumbuhan ekstraksi hipofisis
manusia.
Ada 2 GH rekombinan (rhGH) yang saat ini digunakan yaitu somatropin yang identik
dengan GH manusia yang alamiah dan somatrem yang memiliki tambahan residu metionin.
Keduanya memiliki potensi yamg sama.
1. Somatrem
Hormon pertumbuhan yang dihasilkan dengan cara rekayasa ginetik ini memiliki 1 gugus
metionin tambahan pada terminal-N. Hal ini mungkin menjadi penyebab timbulnya antibody
dalam kadar rendah terhadap sediaan ini pada ± 30% pasien,efek biologisnya sama dengan
somatropin. Satu milligram somatrem setara dengan 2.6 IU hormone partumbuhan.
KEGUNAAN KLINIK. Diindikasikan untuk defisiensi hormone pertumbuhan pada anak. Suntikan
lepas lambat yang melepas obat perlahan-lahan dapat diberikan subkutan sebulan sekali. Ada
pula yang diberikan 3-6 kali per minggu. Kadar puncak dicapai dalam 2-4 jam dan kadar terapi
bertahan 36 jam. Bila terapi tidak berhasil pengobatan harus dihentikan.
Dosisnya harus disesuaikan dengan kebutuhan perorangan, dan diberikan oleh spesialis.
Dosis total seminggu dapat juga dibagi 6-7 kali pemberian, beberapa penelitian menunjukan
bahwa respon lebih baik bila obat diberikan setiap hari. Pengobatan diteruskan sampai
terjadinya penutupan epifisis atau bila tidak ada lagi respons.
EFEK SAMPING. Hiperglekimia dan ketosis (diabetoginetik) bisa terjadi dengan pasien dengan
riwayat diabetes mellitus.
2. Somatropin.
Secara kimia identik dengan hormone pertumbuhan manusia, tetapi dibuat dengan
rekayasa ginetik. Efek biologic sama tetapi tidak ada resiko kontaminasi virus penyebab
penyakit Creutzfeldt-jacob. Satu milligram obat ini setara 2,6 IU hormone pertumbuhan.
KEGUNAAN KLINIK. Sama dengan somatrem.
EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT. Pembentukan antibodi hanya pada 2% pasien, antebodi
ini juga tidak menghambat efek perangsangan pertumbuhan. Glukokortikoid diduga dapat
menghambat perangsangan pertumbuhan oleh hormone ini.
CARA PEMBERIAN. IM dan SC seperti somatrem, begitu pula lama pengobatan. Dosis
maksimum dibagi tiga kali pemberian dalam seminggu, atau 6-7 kali pemberian dalam
seminggu. Ada juga pemberian dosis sama dengan somatrem. Suatu penelitian menunjukan
penaikan dosis pada saat respon menurun dapat kembali meningkatkan respon, tampa efek
samping pada metabolism karbohidrat maupun lipid. Penurunan respon disebabkan oleh
penutupa efipisis atau ada masalah lain, misal malnutrisi atau hipotiroidisme. Saat penyuntikan
mungkin mempengaruhi hasil. Penyuntikan malam hari kurang mempengaruhi metabolisme
(asam lemak rantai medium, serum alanin, laktat) dibandingkan pada siang hari.
3. Somatomedin C (Igf-1).
Somatomedin adalah sekelompok mediator faktor pertumbuhan mula-mula ditemukan
dalam seru tikus normal. In vitro, somatomedin meningkat inkorporasi sulfat kedalam jaringan
tulang rawan, karna itu dulu zat ini disebut sulfation factor. Kemudian ternyata banyak efek lain
yang ditimbulkannya sehingga zat ini disebut somatomedin.
Somatomedin terdapat dalam serum manusia;zat ini bertambah pada akromegali dan
menghilang pada hipopituitarisme. In vitro, zat ini juga merangsang DNA, RNA dan protein oleh
kondrosit. Ternyata efek somatomedin sangat luas, mencakup bebagai efek hormone
pertumbuhan. Meskipun demikian, telah terbukti tidak semua efek hormone pertumbuhan
diperantai oleh somatomedin.
Somatomedin dibuat terutama di hepar,selain itu juga di ginjal dan otot. Zat-zat ini
disitesis sebagi respon terhadap hormone pertumbuhan dan tidak disimpan. Somatomedin
menghambat sekresi hormone pertumbuhan melalui mekanisme umoan balik. Sejumlah kecil
dengan gangguan pertumbuhan familia tak memiliki cakup somatomedin meskipun kadr
hormone pertumbuhan normal,dan pemberian hormone pertumbuhan pada pasien ini tidak
memperbaiki pertumbuhan.
4. Mekasermin
Diindikasikan untuk kasus defisiensi IGF-1 yang tidak responsive terhadap GH karna terjadi
mutasi pada reseptor dan terbentuknya antibody yang menetralisir GH.
Mekasermin adalah kompleks rhlGF-1 dan recombinant human IGF-binding protein 3
(rhlGFBP-3).
Efek sampingnya yang utama hipoglikimia, untuk mencegah efek samping ini harus
makan dulu 20 menit sebelum atau sesudah pemberian mekasermin subkutan.
Beberapa pasien menderita peningkatan tekanan intrktranial dan peningkatan enzim
hepar.
5. Antagonis Gh.
Adenoma hipofisis dapat menyebabkan gigantisme dan akromegali. Oktreotid adalah
analog somatostatin yang pontensinya 45 kali lebih besar dalam menghambat GH, tetapi hanya
2 kali dalam penurunan insuilin. Bromokriptin menurunkan oroduksi GH. Pegvisoman
menghambat kerja GH di reseptor dan di paki untuk kasus akromegali.
TOKSITAS DAN KONTRAINDIKASI.
Anak-anak mempunyai toleransi yang tinggi terhadap terapi dengan GH. Jarang terjadi
peningkatan tekanan intrkranial dengan gejala sakit kepala, gangguan penglihatan, mual, dan
muntah. Pada anak akan timbul skoliosis pada saat percepatan pertubuhan. Perlu pemeriksaan
tiroid karna pengobatan pada GH dapat muncul hipotiroidisme, pankreatitis, ginekomastia, dan
pertumbuhan nepus.
Pasien dewasa lebih sering menderita gejala-gejala efek samping atau toksistas missal
edema, perifer, mialgia, artralgia tangan dan pergelang yang hilang dengan pengurangan dosis.
Dapat juga muncul Carpal Tunnel Syndrome. Sitokrom P450 mengkat aktifitasnya sehingga
kadar obat yang dimetabolisme oleh enzim ini menurun.
Keganasan merupaka kotraindikasi, meskipun demikian tidak ada peningkatan kejadian
keganasan pada terpi GH. Terapi pada pasien pada sakit berat meningkatkan mortalitas.
Suntikan somatropin lepas lambat yang bekerja long acting meninmbulkan nodul
ditempat suntikan yang bertahan 5-7 hari, edema, artralgia,transient fatigue, mual dan sakit
kepala
b. PROLAKTIN
Walaupun peranan prolaktin pada berbagai sepsis telah lama diketahui, baru belakang
terbuktinya terdapat prolaktin pada manusia. Kini telah diakui prolaktin pada manusia
berperan dalam fungsi fisiologik dan keadan patologik tertentu. Rumus kimia prolaktin sangat
mirip hormone pertumbuhan,sebagian rantai polipeptidanya identik dengan hormone
tersebut, begitu pula mirip laktogen plasenta. Prolaktin burung 80% identik dengan prolaktin
manusia yang juga sangat mirip dengan prolaktin biri-biri.
FAAL
Pada manusia, satu-satunya fungsi prolaktin yang jelas adalah dalam laktasi. Prolaktin
mempengaruhi fungsi kelenjar susu dalam mempersiapkan, melalui dan mempertahankan
laktasi. Fungsi laktasi ini juga dipengaruhi oleh kortikostiroid, tirod dan hormone kelamin yang
semuanya tergantung pada hormone tropic hipofisis.
In vitro prolaktin mengancarkan proliferasi dan deferensiasi saluran dan epitel alveolar kelenjar
susu, juga terjadi peningkatan sitensis RNA dan pernangsangan sintesis protein susu serta
enzim untuk sintesis laktosa.
Pengaruh prolakyin pada ovarium belum jelas, selama ini hasil penelitian sangat berbeda,
tergantung sepesies yang digunakan. Pada manusia prolaktin menghambat sekresi
gonadotropin dan kerjanya pada gonad. Hisapan bayi pada menyusui (suckling) merupakan
perangsang sekresi prolaktin selama masa menyusui. Meningginya kadar prolaktin
mengakibatkan hambatan terhdap gonadotropin yang selanjutnya mempengaruhi fungsi
ovarium. Hal tersebut menjelaskan infertitas sementara pada ibu yang menyusui. Laktogen uri
insan (human placental lactogen). Zat ini terdapat pada urin serta memiliki efek laktogen dan
aktivitas hormone pertumbuhan. Secara imunologik zat ini mirip hormone pertumbuhan
manusia. Nama lainnya ialah somatomamotropin korion. Fungsinya pada manusia diduga
berhubungan dengan nutrisi fetus, serta pertumbuhan dan perkembangannya.
PENGATURAN
Pengaturan sekresi prolaktin berada dibawah pengaruh hipotalamus, uniknya factor
pengambat (Prolactin Relese Inhibitoring Hormon = PRIH) lebih beperan dari pada factor
perangsang (Prolacting ReleasingFactor = PRF). Diduga hambatan tersebut diprantarai oleh zat
dopaninergrik.
Obat yang mempengaruhi kadar prolaktin dalam darah ialah reserpin, haloperidol,
imipramin, klorpromazin, dan amitriptilin, yang sebagian merupakan antagonis dopamin.
Peningkatan kadar prolaktin oleh obat ini dapat disertai galaktore, sedangka derivate ergot dan
I-dopa menghambat sekresi prolaktin.
Kadar normal prolaktin dalam darah 5-10 ng/mL,pada pria sedikit lebih rendah. Kadarnya
meningkat pada masa hamil dan mencapai puncak pada saat partus (200 ng/mL), juga pada
setres fisik dan mental, hipoglikimia dan fluktusi kadar estrogrn.
IMPLIKASI KLINIK
Berdasarkan terdapatnya kadar prolaktin pada keadaan patologik tertentu, maka
diharapkan penurunan kadar prolaktin pada keadaan tersebut dapat memperbaiki keadaan.
Pengedalian prolaktin dapat dilakukan dengan pemberian I-dopa atau
bromokripin.bromokripin lebih efektif untuk tujuan ini dan dapat mengatasi glaktore, amenore
sekunder dan hambatan ovulasi pada pasien tumor hipofisis anterior. Beberapa tumor
penghasil prolaktin mengecil pada pengobatan dengan brokriptin. Bila pengobatan dihentikan
tumor akan tumbuh kembali.
Menghentikan laktasi pasca persalinan. Setelah melahirkan, kadar prolaktin masih tinggi
selama 2-3 minggu. Bila oleh suatu sebab laktasi harus segera dihentikan, bromoktripin
diberikan selama 14 hari pascapersalinan.
c. GONADOTROPIN
Hipofisis menghasilkan 2 jenis hormone gonodatropin yang mengatur fungsi alat
reproduksi, yaitu hormone pemacu folikel (FSH = follicle stimulating hormone ) dan luteinizing
hormone (LH). Pada sepesies tertentu hipofisis penting selama kehamilan, sedangkan pada
umumnya kehamilan dapat berjalan tanpa hipofisis. Dalam kehamiln plsenta dapat
mengeluarkan hormone chorionic gonadotropin (HCG) yang mempunyai efek pada alat
reproduksi juga.
Gonadotropin hipofisis maupun plasenta adalah hormone glikoprotein (peptida) dan
hanya efektif bila di berikan dalam bentuk suntikan. Kadar gonadotropin dalam urin dapat
diukur dengan radioimmunoassay berdasarkan antibodi spesifik terhadap gugus yang
membeda-bedakan masing-masing hormone hipofisis.
Selain FSH dan LH, akan disinggung juga gonadotropin releasing hormone (GnRH) yang
mengatur sekresinya.
KIMIA
FSH, LH, HCH dan TSH (thyroid stimulasing hormone) merupaka kelompok hormone
peptide yang berbentuk glikoprotein. Hormone ini terdiri atas subnit α FSH hamper sama
dengan subnit α LH dan TSH; sedangkan subnit β sepesifik untuk masing-masing hormone.
Aktifitas hormone terletak pada subnit β. Subnit β terdiri dari asam amino yang mirip terhadap
1 hormon dengan yang lain tetapi gugus karbohidratnya berbeda. LH yang pada pria disebut
juga interstitial call stimulation hormone (ICSH), sifat kimianya sangat mirip FSH.
FAAL
FSH pada wanita menyebabkan perkembangan folikel frimer menjadi Graaf. Dibawah
pengaruh LH, folikel yang telah berkembang mensekresi estrogen dan progestron. LH
menyebabkan terjadinya ovulasi dan juga mempengaruhi korpus luteum untuk mengsekresi
estrogen dan progestron. Proses trakhir sering dikenal sebagai aktifitaslaktogenik,yang pada
beberapa spesies dibawah pwngaruh prolaktin.
FSH pada pria berfungsi menjamin terjadinya spermatoginesis dalam testis, antara lain dengan
mempertahankan fungsi tubulus seminiferus. LH merangsang sel leydig mensekresi
testosterone.testosteron dibutuhkan dalam spermatoginesis di testis.
PENGATURAN
Sintesis dan sekresi gonadotropin hipofisis diatur oleh hipotalamus melluai hormone
penglepas (relasing hormone) dan oleh hormone seks stroid melalui mekanisme umpan balik.
Hormone penglepas dapat dimurnikan, diidentifikasi struktur kimianya, dan disitesis. Zat
itumerupakam suatu dekapeptida yang tidak bersifat spesifikuntuk spesies.
GnRH alam cepat terhidrolisis denagn plsma dalam paruh 4 menit. GnRH sintetik sangat
efektif, pemberian 10-100 µg IV menyebabkan peninggian kadar gonadotropin plasma dengan
cepat. Hormone ini dapat merangsang ovulasi dan spermatoginesis baik pada hewan
percobaan maupun manusia. Keuntungan penggunaan hormone GnRH untuk merangsang
ovulasi dan kehamilan pada wanita amenore adalah tidak timbulnya efek samping ovulsi ganda
dengan akibat kehamilan ganda seperti pada perangsangan ovulasi dengan
gegnodatropin.GnRH telah digunakan untuk maksud diatas, baik secara tunggal maupun
dikombinasikan dengan HMG (human menopausalgonadotropin).
Dengan cara subtitusi komponen asam amino rantai peptida, dapat dibentuk analog
dengan potensi 10-60 kali LHRH serta masa kerja yang panjang. Dari penelitian klinis ternyata
bahwa, LHRH dan analognya berguna untuk terapi kiptrokisme maupun indikasi pubertas
ovulasi pada pasien dengan definisi LHRH. Sebaliknya pengguna jangka panjang menghambat
sekresi gondotropin dan hormone steroid seks, sehingga dapat dimanfatkan untuk terapi
pubertas prekoks dan kelainan serupa. Beberapa analog digunakan secara oral, intranasal atau
rektal.
INDIKASI
1. Infertilitas. Gonadotropin berguna untuk menginduksi ovulasi pada wanita yang
kekurangan gonadotropin. Ovulasi terjadi pada 90% pasien yang diobati dengan
menotropin dan CG, dan 50% diantaranya menjadi hamil; 30% berupa kehamilan ganda;
20%-30% dari yang hamil mengalami keguguran. Komplikasi utama adalah pembesaran
ovarium karna pematangan ganda denganakibat kehamilan ganda. Perlu penelitian lanjut
kapan diperlikan klomifen (satu antiestrogen) atau GnRH sebagai perangsang ovulasi,
sebab keduanya memberikan hasil yang sama.
Gonadotropin juga memberikan kesuburan pada pria yang mandul akibat
hipopituitarisme. Efaluasi untuk efek ini baru terliat setelah 12 minggu. Untuk vetilisasi in
vitro hormon-hormon ini dipakai sama dengan perinsip diatas.
SEDIAAN
Menotropin (pergonal) ialah sediaan gonadotropin yang berasal dari urin wanita mati
haid/menopause (HMG), mengandung aktifitas FSH dan LH sama banyak. Untuk indikasi ovulasi
harus dibrikan brsama HCG yaitu masing-masing sebanyak 75 IU IM per hari selama 9-12 hari
diikuti dengan 10.000 IU. HCG bila belum berhasil bias diulang dalam beberapa siklus. Mungkin
pula diperlukan dosis lebih besar.
Suntikan genotropin korion (HCG pregnyl) berasal dari wanita hamil, mengandung 1500
unit/mg. dosisnya 500-4.000 IU 2-3 kai seminggu selama beberapa minggu untuk kriktropkisme
atau hipogonadism pada pria. Untuk merangsang ovulasi diberikan 5.000-10.000 IU suatu hari
setelah pemberian menotropin.
Gonadotropin serum kuda hamil (serum gonadotropin) mengandung kurng-kurangnya 100
unit/mg.
Urofollitropin untuk injeksi adalah suatu preparat menotropin yang telah dihilangkan
komponen LHnya, jadi hanya menagandung FSH 75 IU.
A. HORMON TIROID
1. Biosintesis
Kelenjar tiroid memproduksi hormone tiroid, yang akan disimpan sebagai residu asam
amino dari tiroglobulin. Triglobulin merupakan glikoprotein yang menempati sebagian besar
folikel koloid kelenjar tiroid.
Secara garis besar, sintesis, penyimpanan, sekresi, dan konversi hormone terdiri dari
beberapa tahapan :
Ambilan yodida. Yodium dari makanan mencapai sirkulasi dalam bentuk yodida. Pada keadaan
normal kadarnya dalam darah sangat rendah (0,2-0,4 µg/dL), tetapi kelenjar tiroid mampu
menyerap yodida cukup kuat, hingga yodida dalam kelenjar mencapai 20-50 kali. Mekanisme
transpor yodida ke kelenjar dihambat beberapa ion (tiosinat dan perklorat). System transfor
yodida di picu hormone titropin dari adenohipofisis (thyroid-stimulating hormone, TSH).
Oksidasi dan yodinasi. Oksidasi yodinasi menjadi aktif diperantarai tiroid peroksidase. Enzim ini
berada di membrane sel dan terkonsentrasi di permukaan paling atas dari kelenjar. Reaksi ini
menghasilkan residu monoyodotirosil (MT) dan diyodotirosil (DIT) dalam tiroglobulin. Reaksi
tersebut dirangsang TSH.
Pembentukan tiroksin (T4) dan triyodotironin (T3) dari yodotirosin. Reaksi ini dikatalisasi oleh
enzim tiroid peroksidase dimana kecepatannya dipengaruhi oleh kadar TSH dan yodida.
Penurunan jumlah yodium hanya akan berpengaruh terhadap jumlah hormone tiroid yang
keluar dari kelenjar.
Resorpsi, Proteolisis koloid, dan sekresi hormone tiroid. Proses proteolisis dimulai dari
endositosis koloid dari lumen folikel pada permukaan sel, dengan bantuan reseptor tiroglobulin
(megalin). Tiroglobulin dipecah menjadi gugus-gugus asam amino yang dipicu oleh hormone
tirotropin, agar hormone tiroid dapat dilepaskan yang dibantu oleh TSH.
Konversi tiroksin menjadi triyodotironin dijaringan perifer. Sebagian besar konvensi tiroksin
menjadi triyodotironin diluar kelenjar, yakni di hati. Pada keadaan normal sekitar 41% tiroksin
akan dikonversi menjadi triyodotironin, 38% menjadi reverse triyodotironin yang tidak aktif,
dan 21% dimetabolisme melalui koojugasi dihati dan diekskresikan melalui empedu.
2. Farmakokinetik
Transfor Tiroid. Pada keadaan normal yodium di sirkulasi dalam 95% sebagai yodium
organic dalam bentuk tiroksin dan 5 % sebagai yodida berada di triyodotironin.
Dalam darah hormone tiroid terikat kuat pada berbagai protein plasma, dalam bentuk
ikatan non kovalen. Adanya ikatan hormone tiroid dengan protein plasma, menyebabkan tidak
mudahnya hormone ini di metabolisme dan diekskresi sehingga masa paruhnya cukup panjang.
Hanya sekitar 0,03%tiroksin dan 0,3% triyodotironin dari total hormone tersebut berada dalam
keadaan bebas. Aktifitas metabolic hormone tiroid hanya dapat dilakukan oleh hormone yang
bebas.
Biotransformasi Dan Ekskresi. Tiroksin lambat sekali dieliminasi dari tubuh, dengan masa
paruh 6-8 hari. Pada hipertiroidisme masa paruhnya memendek 3-4 hari, dan pada
hipotirodisme memanjang 9-10 hari. Perubahan ini dapat menggambarkan adanya perubahan
dalam kecepatan metabolismenya. Bila pengikatnya dengan TBG meningkat maka klirensnya
akan terganggu, hal ini terjadi karena estrogen dapat menginduksi peningkatan asam sialat
dalam TBG yang terbentuk, dan menyebabkan klirensnya menurun. Keadaan sebaliknya akan
terjadi bila ikatannya dengan protein menurun atau terjadi hambatan pengikatan oleh
beberapa obat. T3yang ikatannya dengan protein tidak terlalu kuat, masa paruhnya hanya
sekitar 1 jam.
Hiperfungsi Tiroid
a. Tirotoksikosis adalah keadaan yang disebabkan oleh meningkatnya hormone tiroid bebas
dalam darah
b. Hipertiroidisme adalah keadaan dimana produksi dan sekresi hormone meningkat akibat
hiperfungsi kelenjar tiroid.
c. Subclinical hyperthyroidisme adalah keadaan apabila ada beberapa gejala hiperteriodisme
dengan kada TSH plasma yang rendah denagn kadar T3 dan T4 yang normal
Tes Fungsi Tiroid. Dengan radioimmunoassay, chemiluminescent, dan enzyme-linked
immunoassay, sekarang dapat dilakukan pengukuran kadar T4, T3, dan TSH darah, dan
diagnosis laboratorium gangguan fungsi tiroid menjadi lebih baik. Sekarangtelah tersedia
recombinant human TSH (thyrotropin alpha, tirogen), dalam bentuk preparat suntikan yang
digunakan untuk mengetahui kapasitas jaringan tiroid dalam mengambil yodium radioaktif dan
melepaskan tiroglobulin, pada keadaan normal atau pada keganasan.
6. Indikasi
Thyroid Hormone Replacement Therapy
Tiroksin merupakan obat pilihan utama untuk replacement therapy pada hipotiroidisme
atau kretinisme, karena potensinya konsisten dan lam kerjanya panjang (7 hari), absorpsinya di
usus halus bervariasi dan tidak lengkap. Tujuan terapi ini untuk mencapai kisaran kadar TSH
normal (0,5-5,0 µIU/mL), bila terapi berlebihan akan terjadi suspense TSH sampai subnormal
dan dapat menyebabkan osteoporosis dan disfungsi jantung.
Hipotiroidisme subklinis.
Merupakan suatu hipotiroidisme dengan sedikit gejala klinis yang disertai peningkatan TSH
plasma. Terapi dilakukan dengan levotiroksin untuk menormalkan TSH, dan hasilnya sangat
bervariasi. Hipotiroidisme pada masa kehamilan dapat menyebabkan gangguan mental dan
fisik fetus. Karenanya sangat dianjurkan untuk pemeriksaan TSH pada kehamilan dini, terutama
pada para ibu yang tinggal di daerah endemic.
Koma Miksedema. Sindroma ini jaranga terjadi, dan disebabkan oleh hipotioridisme yang
hebat dan berlangsung lama. Keadaan ini termasuk sangat berbahaya, yang meskipun segera
diobati, mortalitasnya 60%. Dosis tiroksin yang digunakan harus disesuaikan dengan keadaan
stabilitas hemodinamik, adanya gangguan jantung, dan keadaan keseimbangan elektrolit
pasien. Tetapi yang berlebihan justru dapat bersifat fatal.
Nodul Dan Kanker Tiroid. Nodul dan kanker tiroid lebih sering terjadi pada wanita. Persentasi
kejadian sekitar 0,1% pertahun dan akan meningkat 20 kali lebih banyak dari pasien yang
mengalami radiasi ionisasi. Dari jumlah pasien nodul tersebut 8-10% mempunyai kanker tiroid.
Tindakan utama untuk kanker tiroid adalah operasi diikuti terapi dengan levotiroksin.
Pemberian levotiroksin pada nodul soliter dapat mensupresi TSH serum, diharapkan nodul
tidak akan membesar lagi atau ukurannya berkurang. Keberhasilan terapi ini sangat bervariasi
dan keberhasilannya dapat dilihat dengan pemeriksaan kadar TSH serum dan radioisotope
scanning.
Kretinisme. Keberhasilan terapi kretinisme sangat tergantung pada saat dimulainya terapi, jika
terapi di mulai sejak bayi lahir umumnya gangguan perkembangan fisik dan mental dapat
dicegah.
Kadar tiroksin bebas harus dipertahankan pada nilai di atas normal. Hormone-replacement I ini
harus disertai monitoring pertumbuhan, perkembangan motorik, meturasi tulang, dan
keamjuan perkembangan si bayi.
c. Yodida
Yodida merupakan obat tertua yang digunakan untuk pengobatan hipertiroidisme
sebelum ditemukan berbagai macam antitiroid. Meskipun yodida diperlukan dalam jumlah
kecil untuk biosintesis hormone tiroid, dalam jumlah yang berlebihan yodida dapat
menyebabkan goiter dan hipotitoidisme pada orang sehat.
Dalam hal ini yodida menekan fungsi tiroid artinya yodida memperbaiki fungsi tiroid.
Peran yodida dalam tiroid antara lain :
1. Yodium diperlukan untuk biosintesis hormone tiroid
2. Yodida menghambat proses transfor aktifnya sendiri kedalam tiroid
3. Bila yodium didalam tiroid terdapat dalam jumlah cukup banyak terjadi hambatan sintesis
yodotironin dan yodotirosin (wolf-chaikoff effect)
4. Yodida terutama digunakan untuk persiapan operasi tiroid pada hipertiroidisme. Biasanya
yodida tidak diberikan tersendiri, tetapi diberikan setelah gejala hipertiroidisme diatasi
dengan antitiroid, yaitu biasanya diberikan selama 10 hari sebelum operasi dilakukan.
Dengan cara demikian diperoleh keadaan yang optimal untuk tindakan operasi.
5. Yodida sebaiknya tidak digunakan sebagai terapi tunggal karena terapi yodida saja tidak
dapat sepenuhnya mengendalikan gejala hipertiroidisme. Hambatan pada kelenjar tiroid
akan hilang dalam waktu 2-8 minggu, dan bila terapi yodida dihentikan, gejala
hipertiroidisme dapat terjadi lagi, bahkan memberat.
6. Yodida sebaiknya juga tidak diberikan pada wanita hamil karena dapat menembus sawar
darah plasenta dan menyebabkan goiter pada fetus.
Efek samping. Yodisme ditandai dengan rasa logam dan terbakar dalam mulut dan faring serta
rangsangan selaput lender. Dapat juga terjadi radang faring, laring dan tonsil serta kelainan
kulit ringan sampai akneform berat atau kadang-kadang erupsi fatal disebut yoderma.
Sedangkan gejala saluran cerna biasanya berupa iritasi yang dapat disertai dengan pendarahan.
d. Yodium radioaktif
Pada proses radiasi oleh suatu unsure radioaktif dipancarkan sinar-sinar α (inti helium),
sinar β (elektron). Umumnya sinar-sinar tersebut dapat menimbulkan kerusakan sel-sel tubuh,
karena terjadinya perubahan molekul di dalam sel oleh sinar yang berenergi tinggi. Dalam
jaringan yang dilewati sinar radioaktif terjadi ionisasi, electron dilepaskan oleh molekul yang
terkena radiasi, sehingga terbentuk ion positif dan partikel ion negative, oleh sebab itu proses
radiasi tersebut dinamaio radiasi ionisasi.
Sinar α dan β daya tembusnya kecil, ionisasi terjadi pada daerah yang terbatas dan ion
yang terbentuk didaerah itu banyak sekali, sehingga efeknya dapat dibatasi pada satu organ
saja.
Sifat kimia dan fisika. Daya tembus sinar β maksimal hanya 2mm tetapi kira-kira 90% destruksi
sel setempat disebabkan oleh sinar tersebut.
Distribusi dan ekskresi. Distribusi radioisotope I dalam jumlah tubuh sama dengan distribusi I
nonradioaktif. Jumlah radioisotope yang diserap oleh tiroid dipengaruhi oleh jumlah I dalam
diet, demikian juga ekskresinya. Jumlah radioisotope I yang diekskresi dalam urin berbanding
terbalik dengan jumlah radioisotope I yang diserap/ditahan oleh tiroid.
Efek terhadap tiroid. Sinar yang dipancarkan mempengaruhi jaringan parenkim sekeliling
folikel. Pada umumnya jaringan diluar tiroid tidak terpebgaruh oleh sinar yang dipancarkan.
Pada dosis rendah sekali radioisotope tidak menimbulkan ganguan fungsi tiroid yang nyata
hanya merusak bagian sentral saja sedangkan bagian perifer tetap berfungsi.
Indikasi. Radioisotope terutama digunakan pada pasien :
1. Hipertiroidisme usia lanjut atau dengan penyakit jantung
2. Penyakit grave yang menetap atau kambuh setelah tiroidektomi subtotal atau setelah
memakai obat antitiroid dalam jangka waktu yang lama.
3. Goiter nodula toksik
4. Goiter multinodular non-toksik yang disertai gejala kompresi
5. Karsinoma tipoid
6. Sebagai alat dignostik fungsi tiroid
7. Kontradiksi. Bahan radioaktif tidak boleh diberikan selama kehamilan dan pada anak-anak.
Yodium radioaktif sebaiknya diberikan untuk pasien yang berusia lebih dari 25 atau 30
tahun.
C. HORMON PARATIROID
Hormone paratiroid (HPT) berasal dari anak kelenjar paratiroid ,merupakan hormone
polipeptida rantai tunggal yang terdiri dari 84 asam amino .tiga puluh empat asam amino
pertama merupakan bagian terpenting yang dapat menentukan aktivitas biologiknya .aktivitas
biologic HPT manusia, sapi dan babi hampir sama tetapi secara imunologik ketiganya dapat di
bedakan meskipun ketiganya dapat mengadakan reaksi silang dengan satu macam anti bodi.
Tahun 1948 ditemukan antara beberapa kelainan klinik dengan hiperfungsiparatiroid
,misal perubahan skelet pada pasien osteitis fibrosa sistika dengan tumor paratiroid. Kecuali
pada ca2+ plasma, HPT juga mempengaruhi fospat dan metabolism vitamin D.gambar 28-1
memperlihatkan hubungan antara HPT hemeostastis ca 2+ plasma serta derivate vitamin D
Pada hiper paratirodisme jumlah radio isotop l yang diserap oleh tiroid sangat
meningkat, sedangkan pada pasien hipotiroidisme jumlah tersebut berkurang, jumlah radio
isotop lyang di ekresi dalam urin berbanding terbalik dengan jumlah radio isotop l yang
diserap /ditahan oleh tiroid. Pada normotiroid kira-kira 65% dari jumlah yang diberikann telah
di ekresi dalam 24 jam padda hipotoroid 85-90% dan pada hipertiroid 5%.
INDIKASI
Radioisotope 131l terutama digunakan pada pasien:(1) hipertirodisme usia lanjut atau
penyakit jantung; (2) penyakit grave yang menetap atau kkambuh setellah triodektomi subtotal
atau setelah minum obat anti tiroid dalam jangka waktu lama; (3) goiter nodular toksik;(4)
goiter multi nodular non-toksik yang di sertai gejala kompresi;(5) karsinomia tiroid; dan (6)
sebagai alatdiagnostik fungsi tiroid
KONTRADIKSI
Bahan radioaktip tidak diberikan selama kehamilan dan pada anak-anak. Yodium
radioaktip sebaiknya diberikan untuk pasien yang berusia lebih dari 25 atau 30 tahun.
SEDIAAN
Larutan natrium yodida 131l dapat diberikan oral dan lv sedangkan kapsul natrium
yodida 131l tersedia untuk pemberianoral. Pada setiap sediaan biasanya disebutkan jumlah
dan macam campuran dalam larutan, dosis terapi dan sebagainya.
PEMILIHAN SEDIAAN
Tujuan pengguanaan penghambat tiroid ialah untuk mengurangi aktivitas kelenjar tiroid
pada pasien hipertiroid. Cara lain yang dapat di tempuh untuk tujuan yang sama adalah radiasi
dan pembedahan. Dalam klinik, pemilihan cara dan obat apa yang akan digunakan untuk terapi
hipertiroidisme tergantung dari pasien dan pasilitas yang tersedia.
131
Di Amerika Serikat natrium yodida I lebih sering digunakan dari pada pembedahan.
Antitiroid digunakan untuk persiapan pasien dengan yang akan dioprasi terapi krisis
tirotoksikosis, terapi hipertiroidisme dengan gangguan mata, dan sebagai terapi tambahan
sebelum atau setelah terapi yodium radioaktif. Efek penghambatan tiroid oleh yodium biasanya
tidak lama bertahan dan tidak sempurna. Antitiroid digunakan bila dikehendaki penurunan
fungsi tiroid dalam waktu singkat. Efek penghambatan tiroid dari yodium radioaktif tidak timbul
segera, tetapi perlu waktu beberapa hari.
GANGGUAN FUNGSI PARATIROID
HIPOPARATIRPOIDISME
Pengangkatan atau hipofungsi kelenjar paratiroid yang tidak diketahui
sebabnya( hipoparatiroidisme idiopatik) dapat menyebabkan suatu sindroma akibat langsung
hipokalsemia atau akibat penurunan ambang rangsang membrane yang terpolarisasi. Gejala
klinik hipoparatiroidisme akibat hipokalsemia al. titani, parestesia, spasme laring, spasme otot
dan konpulsi. Keadaan ini disebabkan karena depisiensi Ca dan vitamin D, misalnya akibat
gangguan absorpsi atau jumlahnya tidak cukup dalam diet. Keadaan ini jarang disebabkan oleh
penyakit pada kelenjar sendiri (hipoparatiroidisme idiopatik), atau karena kelainan genetic
dimana target organnya tidak memberikan reaksi terhadap HPT (pseudohipoparatiroidisme).
Gejala paling dini hipokalsemia al. parestesia ekstremitas pada pemeriksaan fisik terdapat
rangsangan mekanik saraf periper yang menyebabkan kontraksi otot rangka yang
bersangkutan, kemudian dapat diikuti tetani, dimana terjadi spasme otot, terutama otot
daerah karpopedal dan laring, dan konpulsi umum serta gejala lain dari susunan saraf pusat.
Diduga otot polos juga dipengaruhi terlihat dari terjadinya spasme otot siliaris, iris, esophagus,
intestinal, kandung kemih dan bronkus. Perubahan EKG dan timbulnya takikardia menunjukkan
bahwa jantung juga dipengaruhi. Pada hipoparatiroidisme kronik, terjadi perubahan
okstrodermal yang mengakibatkan rontoknya rambut; pada kulit jari terlihat cekung dan kuku
mudah patah, kerusakan email gigi dan katarak, mungkin terjadi gangguan psikis, berupa
labilitas emosi, kegelisahan, depresi, delusi, dan abnormalitas EEG hipoparatiroidisme dapat
diatasi dengan vitamin D bila perlu dapat juga ditambahkan Ca pada dietnya.
HIPERPARATIROIDISME
Hiperparatiroidisme primer, dapat di sebabkan hiper sekresi kelenjar paratiroid
(hyperplasia,adenoma atau karsinoma) atau karna sekresi polipeptida yang menyerupai HPT
yang berasal dari suatu tumor. Kadang-kadang polipeptida ini dapat dibedakan dari HPT dengan
teknik imunologik.
Hiperparatiroidisma sekunder terhadap menurunya Ca 2+ plasma dapat merangsang
sekresi HPT .keadaan ini dapat terjadi pada gangguan absorpsi Ca 2+ atau gangguan pungsi
ginjal. Hiper sekresi HPT,apapun penyebabnya, dapat menyebabkan gangguan tulang seperti
osteitis pibrosa generalisata atau penyakit von reckling hausen. Umumnya haya 1/3 pasien
hiperparatiroidisma mengalami perubahan tulang yang hebat, 1/3 lainya hanya
memperlihatkan dekalsipikasii ringan, dan pada pasien lainya tidak ditemukan resorpesi tulang
yang aktip pada keadaan yang terakhir ini mungkin asupan Ca 2+ cukup untuk mempertahankan
keseimbangan Ca2+ . gejala ini diklasipikasi al. rasa nyeri sakit pada tulang dan persendian.
Hiperparatiroidosme primer tanpa konplikasi , biasanya berhubungan dengan
hiperkalsiuria, hiperpospaturia, kadang-kadang disertai poliuria dan polidipsia .kadar Ca 2+
plasma mungkin normal, tetapi biassnya meningkat dan pospat menurun. Ekresi Ca 2+ dan PO4
yang menigkat, sering menyebabkan batu ginjal. Komplikasi berat lainya al.nefrokalsinosis
dipus ,dan akhirnya insufisiensi ginjal, atau sebagai gejala sisa urolitiasis, dapat juga terjadi
gambaran perubahan kimia darah, seolah-olah terjadi hiperparatiroidisme ,yakni
hiperpopaturia , hiperkalsimia dan hipopospatemia .hiperkalsimea dapat merupakan penyebab
gejala hiperparatiroidisme, al.hipotoni otot, kelemahan otot yang umum dan gangguan pungsi
otot polos seperti konstipasi, platulens, anoreksia, mual dan muntah, akhirnya mungkin terjadi
gangguan jantung.persentasi timbulnya ulkus peptikum dan pancreatitis, lebih tinggi pada
pasien ini daripada orang normal, dan kadang-kadang mengalami gangguan neuropsikiatri.
Pemeriksaan laboraturium yang spesipik aadalah dengan menentukan kadarHPT plasma, tetapi
hasilnya biassanya tergantung dari anti bodi yang di pakai.
Terapi hiperparatiroidismeprimer dilakukan dengan reseksi kelenjar yang hiperplastik atau
ardenoma. Pembedahan ini akan mengembalikan pasien ke keadaan euparatiroid dan
mencegah keruksakan ginjal dan disolusi tulang lebih lanjut. Biasanya terjadi tipoparatiroidisme
;dan diperlukan vitaminD dan diet yang mengandung Ca. bila pada seorang pasien tidak dapat
dilakukan pembedahan, dapat diberkan pospat secara oral, diet rendah Cadan sejumlah csiran
unntuk menurunkan kadar Ca plasma.
ESTROGEN
Banyak senyawa steroid dan non steroid baik alami maupun sintetik, yang mempunyai
aktivitas estrogenic.selain struktur intinya juga terdapat perbedaan dalam halpotensi
estrogeniknya dan lama kerjanya.Dietilstilbestrol ( DES ), estrogen non steroid sintetik pertama
dengan potensi estrogenic sama dengan estradiol,dapat diberikan oral dan masa kerja lebih
panjang dari estrogen alami. Senyawa non steroid lain yang berefek estrogenic atau anti
estrogenik umumnya berasal dari tumbuhan.flavonoid, isoflavon ( mis.genistein ) dan
kumenstan dapat ditemukan di berbagai tanaman. Golongan terakhir ini dikenal sebagai
fitoestrogen. Menurut laporan genistein bersifat relative selektif terhadap reseptor estrogen-ß
( ERß ), penelitian melalui ini masih berlangsung.
BIOSINTESIS
Estrogen di sintesis dari androstenedion dan testosterone secara langsung, dengan
bantuan enzim aromatase atau CYP19 melalui 3 langkah proses aromatisasi cincin A. aktivitas
ini dilakukan oleh glikoprotein transmembran ( cyto chrome P450 family of monooxygenases )
yang berada reticulum endoplasmik berbagai sel dan diindukasi oleh gonadotropin. Sel-sel
tersebut di granulose ovarium, sel sertoli dan leidig kelenjar testis, sel stroma jaringan adipose,
sinsitiotrofoblas plasenta, tulang dan beberapa tempat di otak.
Meski estrogen disintetis diberbagai tempat sumber utama estrogen di sirkulasi adalah
ovarium. Organ ini mengandung 17ß-hidroksisteroid dehidrogenase tipe 1 yang memproduksi
testosteron dan estradiol dari androstenedion dan estron, keduanya merupakan reaksi timbale
balik.di hepar terdapat enzim dehidrogenase tipe II yang mengoksidasi estradiol di sirkulasi
estrogen ini terkonyugasi dengan glukoronid dan sulfat sebelum di eksresi di urin.
Pada wanita pasca menopause, sumber estrogen utama adalah jaringan adipose dan
organ selain ovarium, sedangkan estron di sintesis dari dehidroepiandrosteron dari korteks
adrenal. Pada pria, estrogen di produksi oleh testis dan di luar gonad dari aromatisasi C19
steroid di sirkulasi, andostenedion dan dehidroepiandrosteron yang merupakan precursor
androgen.
Meski efek estrogenik umumnya berasal dari estrogen yang berada di sirkulasi, pada
keadaan patologis, missal pada tumor mamae, estrogen berasal dari aromatisasi androgen atau
hidrolisis estrogen yang terkonyugasi, karena ternyata pada tumor mamae banyak di temukan
enzim aromatase dan hidrolitik ini.di plasenta, estron berasal dari dehidroepiandrosteron fetus,
estriol dan derivate 16ɑ-hidroksil nya, urin wanita hamil merupakan sumber estrogen untuk
wanita pasca menopause.
FARMAKOKINETIK
Berbagai jenis estrogen dapat di berikan oral, parental, transdermal ataupun topical.
Karena sifatlipofiliknya absorpsi per oral baik. Ester estradiol dapat di berikan IM, bervariasi
mulai dari beberapa hari sekali sampai satu bulan sekali. Pemberian transmedal yang diganti
setiap 1-2 kali seminggu umumnya berisi estradiol yang absorpsinya terjadi secara kontinu
melalui kulit.
Umumnya etinilestradiol, conjugated estrogen, ester estron, dietilstilbestrol, diberikan
oral. Estradiol oral, absorpsi, cepat dan lengkap, mengalami metabolism lintas-pertama di
hevar yang ekstensif, substitusi etinil pada atom C17 dapat menghambat proses tersebut.
Preparat oral lain, conjugated equine estrogen ( ester sulfat dari estron ), equilin, senyawa
alami lain dihidrolisis oleh enzim di intestin bagian bawah hingga gugus sulfat terlepas dan
estrogen diabsorpsi di intensin. Karena adanya perbedaan dalam metabolisme menyebabkan
perbedaan potensi estrogeniknya, misalnya, etinilestradiol lebih poten dari conjugated
estrogen. Beberapa jenis bahan makanan dan produk asal tanaman, misalnya kacang kedelai
yang mengandung flavonoid genistein, dan kumestan diduga mempunyai efek estogenik, tetapi
hal ini membutuhkan pembuktian klinik.
Transdermal estradiol patch. Penglepasan hormon berlangsung lambat, kontinu, distribusi
sistemik, kadar dalam darah lebih konstant daripada per oral. Cara pemberian ini juga tidak
menyebabkan kadar tinggi dalam darah yang dapat mencapaisirkulasi portal, mungkin inilah
yang menyebabkan efeknya pada profil lipid berbeda.
Absorpsi estradiol valerat atau estradiol sipionat setelah pemberian dosistunggal IM, berjalan
lambat sampai beberapa minggu, karenanya pemberiannya 1-4 minggu sekali. Di dalam darah
umumnya estrogen alami terikat globulin pengikat hormon kelamin steroid dan sedikit terikat
albumin. Sebaiknya etinilestradiol terikat albumin dan tidak terikat SSBG. Karena ukuran
molekul dan sifat lipofiliknya, estrogen yang bebas akan mudah keluar dari plasma dan akan
didistribusi secara ekstensif ke kompartemen jaringan. Jenis hormone ini mengalami
metabolism cepat dan ekstensif, masa paruh plasma hanya beberapa menit.
INDIKASI
Sebagai kontrasepsi. Sebagai ERT atau HRT ( hormone replacement therapy ) pada wanita
pasca menopause. Tidak semua wanita pasca menopause membutuhkan ERT/HRT.
Berkurangnya sekresi estrogen dari ovarium berlangsu lambat dan bergradasi yang berlangsung
kontinu sampai beberapa tahun setelah haid berhenti. Umumnya hal ini terjadi pada
menopause primer ( akibat usia lanjut ), tetapi bila menopause terjadi akibat oovorektomi
( menopause sekunder ) maka menurunnya estrogen terjadi tiba-tiba. Menopause
menyebabkan gejala dini. Rasa panas dimuka ( gejala vasomotor, hotflushes ), insomnia bahkan
mungkin gelisah. Bila gejala ini hebat hingga mengganggu aktivitas sehari-sehari, dapat diberi
ERT. Penggunaan ERT dari awal menopause memang dapat mencegah gejala yang lebih serius.
Gangguan klasifikasi tulang, osteoporosis yang beresiko terjadinya fraktur meski hanya dengan
trauma ringan. Tetapi penggunaan estrogen saja jangka lama ( > 5 tahun ) berisiko timbulnya
proliferasi endometrium berlebihan dan mungkin kanker endometrium. Karenanya diberikan
bersama progesteron atau progestin untuk mencegah proliferasi berlebihan pada mereka yang
masih mempunyai uterus. Perlu diingat penggunaan ERT + progestin jangka waktu lebih dari 4-
5 tahun dapat berisiko timbulnya kanker mamae.
Defisiensi estrogen akibat defisiensi fungsi hipofisis, hipotalamus, dan gonad, yang bukan
di sebabkan memopause, seperti pada sindroma tunner, akibat disgenesia ovarium
dandwarfism, akan menyebabkan gangguan pertumbuhan genital, kelenjar mamae, rambut
pubis, dan aksila.
EFEK SAMPING
Reaksi yang sering timbul, gangguan siklus haid, mual atau bahkan muntah, rasa
kembung, edema, berat badan bertambah. Yang lebih serius pusing, migren, kloasma terutama
pada kulit muka, peningkatan tekanan darah, thrombosis, proliferasi endometrium atau
varises. Estrogen dapat meningkatan kadar globulin peningkatan tiroid. Pasien dengan fungsi
tiroid normal dapat mengkompensasi keadaan ini dengan membentuk lebih banyak hormone
tiroid hingga kadar T3 dan T4 serum normal. Tetapi pasien dengan thyroid hormone
replacement therapy bila menggunakan estrogen akan membutuhkan dosis tiroid lebih tinggi.
Kadar tiroid bebas pada pasien ini harus dimonitor agar kadarnya berada dalam kisaran yang
normal.
Penggunaan estrogen atau estrogen + prostin pernah dihubungkan dengan meningkatnya
risiko kejadian infrak miokard dan stroke, thrombosis vena dan emboli paru. Bila timbul gejala
atau ada suspek penyakit tersebut penggunaanya harus segera di hentikan.
KONTRAINDIKASI
Wanita hamil atau menyusui, gangguan fungsi hepar, riwayat thrombosis atau emboli,
hipertensi, penyakit jantung, perdarahan vagina yang belum jelas penyebabnya, adenoma
mamae atau adanya tumor pada alat reproduksi.
INTERAKSI
Estradiol sebagian dimetabolisme oleh isozim CYP3A4. Penggunaan bersama obat yang
dapat merangsang isozim tersebut, missal fenobarbital, karbamazepin, ripamfisin dapat
mempercepat metabolism sehingga dapat menurunkan efek terapinya atau mempengaruhi
propel siklus haid yang normal. Inhibitor isozim 3A4, seperti eritrosim, klaritromisin,
ketokonazol, itrakonazol dan jus anggur dapat meningkatkan kadar estrogen darah dan dapat
menyebabkan timbulnya efek samping.
Tamoksifen
Preparat ini merupakan golongan trifeniletilen yang berasal dari initi stilben seperti
dietilstilbestrol. Tamoksifen berefek anti estrogenic di kelenjar mamae dan agonis estrogen di
tulang dan endometrium. Pada wanita pasca menopause. Preperat ini menguranginbone
turnover dan bone loss, sedangkan data untuk mencegah fraktur masih kurang.
Efek samping hot-flushed, mual, thrombosis pernah di laporkan karena berefek agonis estrogen
di endometrium penggunaan jangka panjang tamoksifen dapat meningkatkan risiko kanker
endometrium.
Rolaksifen
Rolaksifen merupakan hormone nonsteroid, bekerja pada ERɑ dan ERß, sebagai agonis dan
antagonis. Variasi efek di duga karena adanya variasi reseptor estrogen dan jumlahnya berbeda
di jaringan yang berbeda. Missal ER lebih banyak dari ERɑ di tulaang, prostat, hipokampus.
Bersifat agonis estrogen di tulang, lipid darah, endotel vascular, di duga karena mempunyai inti
benzotiofen.
PROGESTERON
Progesterone merupakan hormone steroid kelamin alamiah yang di produksi di tempat
yang sama dengan estrogen. Direvat sintetiknya golongan progestin, merupakan hasil
modifikasi stuktur testosterone tanpa atom C19 atau derivate 19-nontestosteron.
Sintesis Dan Sekresi
Progesterone di sekresi oleh ovariumbterutama dari korpus luteum selama fase
pertengahan kedua siklus menstruasi. Sekresi di mulai tempat sebelum ovulasi kecuali ovarium,
hormone ini juga sintetis di testis, kortek adrenal dan placenta. Kecepatan sekresinya mulai dari
beberapa mg sehari selama fase folikuler dan meningkatbsampai 10-20 mg pada fase luteal,
mencapai beberapa ratus mg pda masa akhir kehamilan.
FARMAKOKINETIK
Progesteron oral akan mengalami metebolisme lintas pertama di hepar, karenanya
bioavailabilitas oralnya rendah dan lebih banyak di gunakan IM atau suppositoria vaginal atau
diberikan bersama alat kontrasepsi dalam rahim. Derivat progestin asetat dapat diberikan oral
karena metabolisme hepar lebih sedikit dari progesteron alami, masa kerja lebih panjang, 7-24
jam karenanya cukup diberikan 1 x sehari.
INDIKASI
Kontrasepsi lihat di sub kontrasepsi, wanita pascamenopause, kombinasi dengan
estrogen, abortus iminens, ancaman lahir prematur, kanker endometrium, pendarahan
fungsional endometrium. Derivat progestin lebih digunakan untuk terapi paliatif karsinima
endometrium yang telah bermetatasis, megestrol asetat sebagai terapi ini kedua untuk
karsinoma mamae.
PREPARAT
Jenis preparat untuk kontrasepsi hormonal tablet noretisteron 5 mg. MPA 5 mg.
allilestenol 5 mg.
ANTIPROGESTIN
Antiprogestin baru dikenal sekitar 1981an, yang sebelumnya dikenal sebagai antagonis
glukokortikoid / RU486. Preparat ini berbeda di beberapa Negara dengan indikasi terminasi
kehamilan dan pada tahun 2000 FDA menyetujui penggunaan di USA.
KONTRASEPSI HORMONAL
Kontrasepsi adalah tindakan untuk mencegah konsepsi atau mencegah kehamilan.
Dikenal berbagai cara yang dapat mencegah konsepsi, penggunaan kondom pada pria atau alat
kontrasepsi dalam rahim, tindakan sterilisasi, atau penggunaan kontrasepsi hormonal. Cara
terakhir.
JENIS KONTRASEPSI HORMONAL
Sampai sekarang baru dikenal kontrasepsi hormonal ( KH ) wanita. Untuk pria belum ada
yang dapat diterima oleh pria. Dalam hal KH, kecuali harus efektif dan relative aman, juga harus
mudah digunakan dan di terimabaik oleh pria maupun wanita.
Dikenal 3 cara pemberian KH wanita:
1. Oral.
2. Suntikan.
3. Implant subkutan.s
E. ANDROGEN
KIMIA DAN BIOSINTETIS
Andrigen adalah hormon steroid yang rumus kimianya yang berciri 19 atom C dengan inti
steroid. Di samping antrogen terdapat pula prekursor androgen yang di sebut juga proan
drogen.kadar testosteron dalam plasma relatif tinggi pada masa 3 kefidupan laki-laki, yaitu
pada tahap enbrio ketika sedang deferensiasi fenotif, mulai usia 6 bulan sampai pubertas
kadarnya < 50 ng/ Dl
FAAL DAN FARMAKODINAMIK
Fungsi antrogen tergantung periode kehidupan laki-laki. Pada masa embrional (12-18
minggu) fungsinya ialah pembentukan penotif laki laki pada masa noenatus di duga fungsinya
ialah organisasi dan penandaan susunan saraf pusat dalam hal tingkah laku dan fungsi seksual
laki laki pada pubertas fungsinya adalah menggubah laki-laki menjadi dewasa baik dalam
pertumbuhan dan perkembangan tulang dan rangka.
MEKANISME KERJA
Testosteron bebas dari plasm ayang masuk ke sel target dengan cara difusi, tergantung
jaringan dan fungsi sel yang di masukan testosteron yang dapat di masiukan langsung sebagai
endrogen melalui ikatan dengan reseptor androgenatau berubah dahulu menjadi DHT
kemudian akan berikatan dengan reseptor androgen yang sama dengan anfinitas yang lebih
tinggi.
FARMAKOKINETIK
Testosteron dalam pelarutan minyak yang di suntikan diabsorsi lebih cepat sehingga
efeknya lemah, testosteron dalam bentuk ester kurang polar di bandingkam betuk bebasnya
sehingga dalam larutan miyak suntikan intramuskular akan di absorsi lebih lambat dan masa
kerjanya akanlebih panjang.
SEDIAAN DAN INDIKASI
Sediaan androgen yang di gunakan dalam klinik untuk efek androgen dapat di lihat di tabel
sedangkan pada tabel 30-2 dapat diliat sedianya untuk efek anaboliknya dan di sebut anaroid
anabolik, efek anabolik dari efek androgen ternyata tidak berhasil pada manusia efek samping
androgen ternyata tetap meyertai efek anabolik yang di tuju
TERAPISUBTITUSI dosis yang di perlukan paling sedikit setara 10 mg testosteron ini bisa
didapat misalnya pemberian testosteron propionat 25 mg tiga kali seminggu bentuk ester kerja
panjang spionat atau anatat dapat diberikan tiap 2-3 minggu sebesar 200mg
EDEMA ANGIONNEUROTIK HEREDITER steroid 17 allkil efektif untuk penggobatan edema ,
aktivitas hal ini sama dengan untuk perempuan dan laki laki steroid 17 alkil meningkatkan
kadar plasma glikoprotein yang di sentesi di hepar termasuk beberapa faktor pembekuan dan
inhibitor implemen
EFEK SAMPING steroid 17 alkil terhadap fungsi hepar steroid bersifat androgen lemah misalnya
danazol tidak kalah kuatnya di bamdimh androgen
OSTEOPOROSIS androgen haya bermangfaat untuk osteoporosis yang di sebabkan oleh
defisiensi androgen kegunaan pada osteoporosis jenis lain belum tebukti pada perempuan
kegunaan di kalahkan oleh estrogen sebab androgen terbukti tidak bermangfaat dari pada
entrogen sedangkan efek masulinisasi menggangu
INFERTILITAS pada infertilitas akibat hipogonadisme sekunder di perlukan gonadotropin untuk
merangsang dan mempertahankan spermatogenesis testosteron di gunaskan untuk terapi
infertilitas yang di sebabkan oleh oligossperma idiopatik sediaan depot (testosteron enantat
atau sipionat 200 mg) di suntikan IM sekali seminggu selama 12-20 minggu. Keberhasilan
bervariasi tetapi tidak melebihi 40% beberama kelemahan terapi ini ialah : (1) masa terapi
panjang dan hasilnya baru terlihat 3-4 bulan setelah yterapi di hentikan; (2) perbaikan produksi
sperma hanya bertahan selama 2-3 bulan; dan (3) ada kemungkinan terjadi depresi
spermatogenesis yang menetap
KELAINAN GINEKOLOGIS androgen dahulu di gunakan untuk kelainan ginekologis misalnya
pendarahan uterus, dismenore dan menopause, tetapi saat ini pilihan jatuh pada estrogen dan
atau progestin androgen tidak di anjurkan untuk menghentikan pendarahan uterus yang di
sebabkan oleh pemberian estrogen.
EFEK SAMPING DAN INTERAKSI OBAT
MASKULINISASI pada perempuan semua sediaan androgen berefek maskulinisasi gejala dini
ialah pertumbuhan kumis ,akne,merendahnya nada suara gangguan menstruasi akan terjadi
bila sekresi gonadotropin terhambat.gejala-gejala ini dapat hilang bila penggunaan androgen
segera dihentikan.
FEMINISASI efek samping ginekomastia cenderung terjadi pada laki- laki ,terutama yang ada
gangguan hepar hal ini mungkin berhubungan dengan aromatisasi androgen menjadi
estrogen ,sebab pemberian esters testosteren meningkatkan kadar estrogen plasma pada
laki–laki diketahui bahwa enzim aromatisasi efek samping ini tidak terjadi pada penggunaan
steroid yang di reduksi pada posisi 5 misalnya oksandrolon
PENGHAMBATAN SPERMATOGENESIS androgen di perlukan untuk spermatogenesis, tetapi
penggunaan androgen dosis rendah jangka panjang justru dapat menghambat
spermatogenesis androgen dosis tersebut cukup untuk menghambat sekresi LH,FSH dan
testosteron endogen sehingga kadar testosrteron di dalam testis tidak cukup untuk
berlangsungnya spermatogenesis normal hal ini terjadi karena aromatisasi testosteron menjadi
estrogen, penghambat kuat sekresi gonatropin androgen dosis tinggi juga menghambat sekresi
testosteron endogen tetapi kadar plasma yang di capai jauh di atas normal ( dengan segala
konsekuensi efek samping), jadi kadar testosteron dalam testis cukup untuk spermatogenesis.
HIPERPLASIA PROSTAT pada lakii-laki usia lanjut androgen dapat merangsang pembesaran
prostat karena hiper plasia ; hal ini meyebabkan obstruksi. Juga kemungkinan munculnya
kanker prostat yang mungkin yang tadinya tida terdeteksi karena itu perlu perhatian khusus
bila di gunakan pada laki-laki usia lanjut.
GANGGUAN PERTUMBUHAN hati hati memberikan androgen pada anak prapubertas, sebab
dapat terjadi pubertas prekoks . jangan memberikan anabolik steroid untuk merangsang
pertuumbuhan anak yang meskipun berbadan kecil tetapi normal dan sehat. Pemberian untuk
gangguan pertumbuhan tertentu harus di lakukan ioleh hormon anak karena biasanya bukan
hanya nadrogen yang di perlukan androgen mempercepat penutupan epifisis sehingga
mungkin anak tiodak akan mencapai tinggi badan yang seharusnya beratnya efeksamping ini
tergantung dari usia tulang, obat uang di pakai, dosis dan lama terapi. Efek samping ini dapat
bertahan kurang lebih 6 bulan meskipun pemberian androgen telah di hentikan. Pada laki-laki
dengan hopogonadisme, terapi androgen pada walnya dapat menimbulkan priappusmus,
efeksamping ini akan hilang walaupun terapi di teruskan.
EDEMA pada dosis terapi untuk hipogonadisme retensi cairan biasanya tidak sampai
menimbulkan edema. Pemberian androgen dodis besar misalnya pada penggobatan
neoplasma menimbulkan edema yang di sebabkan oleh retensi Air dan elktrolit. Hal ini harus di
pertimbangkan sewaktu memberikan androgen pada pasien gaqgal jatung, penyakit ginjal,
sirosis hepatis dan hipoprotenemia.
IKTERUS metil testosteron merupakan androgen yang pertama di ketahuai dapat menimbulkan
hepatitis kolestatik. Ikterus jarang terjadi dan reversibel bila obat dihentikan .bila timbul ikterus
hal itu disebabkan stasis empedu dalam kapiler bilier tanpa kerusakan sel .kemudian oleh 17-
alkil steroid. Testosteron dan ester testosteron tidak menimbulkan efek samping ini, karena itu
ester testosteron lebih sering digunakan dalam klinik. Efek samping ikterus berhubungan
dengan dosis dan muncul 2-5 bulan setelah muali teraphy.karena itu steroid 17-alkil dipakai
hanya untuk jangka pendek 3-4 minggu,disusul masa istirahat yang sama lamanya.
HIPERKALSEMIA Hiperkalsemia dapat timbul pada perempuan pasien karsinoma payudara
yang diobati dengan androgen .pada keadaan ini terapi androgen harus dihentikan dan diberi
cairan yang cukup ( hidrasi ) serta diberi pengobatan terhadap hiperkalsemia.
INTERAKSI OBAT 17-alkil androgen meningkatkan efek anti koagulan oral (kumarin dan
indandion) sehingga perlu penurunan dosis antikoagulan untuk mencegah terjadinya
pendarahan .metandrostenolon menurunkan metabolisme oksifenbutason sehingga efeknya
menjadi lebih panjang ,lebih kuat, dan sulit diduga.karena itu dianjurkan untuk tidak memakai
kedua obat ini bersamaan .metandrostenolon juga meningkatkan efektivitas dan efek toksi
kortikosteroid.anabolik steroid dapat menurunkan kadar gula darah pasien diabetes melitus,
sehingga kebutuhan akan obat antidiabetik menurun .lagi pula anabolik steroid menghambat
metabolisme antidiabetik oral. Androgen menurunkan tiroksin binding globulin (TBG) plasma,
sedangkan tiroid hormon bebas (T3 & T4) tetap normal .
ANTIANDROGEN Antriandogen ialah zat yang menghambat sintesis ,sekresi atau kerja
androgen.tujuan peneliyian tentang obat yang bersifat antiandrogen pertama-tama untuk
pengobatan karsinoma prostat atau keadaan lain yang berhubungan dengan kadar testosteren
yang berlebihan baik pada laki-laki maupun perempuan dan anak-anak.Estrogen merupakan
antiandrogen alami.efek estrogen pada jaringan target berlawanan dengan efek androgen
.selain itu estrogen juga merupakan penghambat sekresi testosteren .Progesteron merupakan
antiandrogen lemah beberapa derivat progesteron dengan gugus 1,2-metilene misalnya
siproteron asetan yang merupakan antiandrogen yang paling kuat .siproteron asetat juga
memiliki sifat progestogenik dan menghambat sekresi gonadotropin.obat ini merupakan
penghambatkompetitif androgen di samping menghambat produksi testosteron .pemberian
200 mg siproteron asetat selama 10-14 hari pada laki-laki menurunkan libido yang
berlebihan.efeknya terhadap libido ini menyebabkan siproteron asetat tidak mungkin
digunakan sebagai kontrasepsi laki-laki .selain itu hasil penelitian menunjukan bahwa
efektivitas siproteron sebagai kontresepsi laki-laki tidak konsisten .efek lain yang mengganggu
ialah ginekomastia . siproteron efektif untuk terapi pubertas prekoks ,tetapi ternyata efek
samping sampingnya berat yaitu menghambat efek anabolik androgen dan pertumbuhan
anak .siproteron juga efektif untuk hirsutisme berat dikombinasikan dengan estrogen.flutamid
ialah suatu abtiandrogen yang bukan steroid sehingga tidak memperlihatkan aktivitas
hormon.kerjanya mungkin melalui perubahan invivo menjadi 2-hiroksiflutamid dan
mengakibatkan regresi organ-organ yang dipengaruhi testosteron misalnya fosfat dan vesikula
seminalis.karena mekanisme umpan balik testoteron plasma ,kenaikan testosteron plasma ini
dapat menjadi pembatas efek flutamid paling bermanfaat untuk menghambat androgen
andrenal pasien yang dapat.
6) Kegiatan Belajar 6
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1) Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon pertumbuhan
: gigantism, akromegali
b. Uraian Materi
Hormon Pertumbuhan (GH) juga disebut sebagai hormone somatotropik atau
somatotropin. Terdiri atas 191 molekul asam amino. Hormone ini menyebabkan pertumbuhan
seluruh jaringan tubh yang memang mampu untuk bertumbuh. Hormon Pertumbuhan (GH)
menambah ukuran sel dan meningkatkan proses mitosis yang diikuti dengan bertambahnya
jumlah sel dan diferensiasi khusus dari beberapa tipe sel seperti sel-sel pertumbuhan tulang
dan sel-sel otot awal.
Efek metabolic Hormon Pertumbuhan (GH)
1. Peningkatan kecepatan sintesis protein di seluruh sel tubuh (penyimpanan protein
meningkat)
Proses yang terjadi antara lain:
1. Bertambahnya peningkatan asam amino yang melewati membrane sel sehingga
sintesis protein meningkat.
2. Hormon Pertumbuhan (GH) meningkatkan translasi RNA pada ribosom sehingga
sintesis protein meningkat
3. Hormon Pertumbuhan (GH) meningkatkan transkripsi DNA dan bila terdapat cukup
vitamin, energy maka pertumbuhan akan cepat berlangsung juga
4. Hormon Pertumbuhan (GH) menurunkan pemecahan protein sel, sehingga akan
tertimbun banyak sekali protein
Keempat proses ini sangat berpengaruh dan tampak terutama pada pertumbuhan struktur
rangka. Jumlah protein yang banyak pada sel tulang menyebabkan Pertumbuhan pada tulang,
meningkatkan reproduksi pada sel-sel tulang tersebut dan menyebabkan timbunan khusus
tulang yang baru. Hormon Pertumbuhan (GH) merangsang osteoblas pada tulang sehingga
dapat terus membesar sepanjang usia terutama pada tulang membranosa. Dan menyebabkan
ketebalan tulang semakin meningkat.
Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adipose, meningkatkan asam lemak bebas
dalam darah, meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energy (penggunaan cadangan
lemak ↑)
Hormon Pertumbuhan (GH) menyebabkan asam lemak membentuk Asetil Ko-A yang
menghambat timbulnya proses pemecahan glukosa (glukolitik) sehingga glukosa ketika masuk
dalam sel akan tertimbun dan menyebabkan kadar glukosa yang tinggi yakni “ diabetes
hipofisis”. Diabetes ini adalah diabetes yang tidak peka terhadap insulin, sehingga dibutuhkan
insulin yang amat banyak untuk menurunkan sedikit kadar gula darah saja.
Insulin dihasilkan dari sel beta di plau-pulau langerhans pancreas. Karena sekresi yang
berlebihan menyebabkan sel beta “burn out” dan mengalami kematian sel. Hal ini
memperparah gejala diabet timbul diabetes mellitus.
Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa di seluruh tubuh (menghemat karbondioksida)
1. Gigantisme
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar
yang diatas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah hormon pertumbuhan.
Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang sebagai "raksasa." tinggi dewasa.
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan tinggi dan besar
diatas normal yang disebabkan oleh sekresi Growth Hormone (GH) berlebihan dan terjadi
sebelum dewasa atau sebelum proses penutupan epifisis. (Corwin, 2007)
2. Akromegali
Akromegali adalah suatu penyakit poliferasi jaringan penyambung, dijumpai pada individu
dewasa dengan kelebihan GH. Akromegali adalah pertumbuhan atau penebalan tulang-tulang
dan jaringan lunak akibat dari hipersekresi GH yang terjadi setelah pertumbuhan somatic
selesai. Penderita akromegali memperlihatkan pembesaran tangan dan kaki. Karena
pertumbuhan tulang panjang berhenti pada individu dewasa, kelebihan GH tidak dapat
menyebabkan pertumbuhan skelet. Akromegali berkaitan dengan pertumbuhan kartilago
tangan, kaki, hidung, rahang, dagu, dan tulang wajah. Poliferasi jaringan penyambung di organ
internal, termasuk jantung, juga terjadi. (Corwin,2007)
2.2 Etiologi
Penyebab dari gigantisme dan akromegali dibagi menjadi:
1. GA (Gigantisme-Akromegali) Primer = GA Hipofisik (sebab: adenoma hipofisi)
2. GA (Gigantisme-Akromegali) Sekunder = GA Hipotalamik (karena hipersekresi GRH dari
hipotalamus)
3. GA (Gigantisme-Akromegali) Tersier = meskipun sangat jarang <1 %,GA tipe ini dapat
disebabkan oleh karena tumor-tumor etopik(tumor paru, pankreas, dan lain-lain yang
mengsekresi hormon yang mirip dengan GHRH.
4. GA (Gigantisme-Akromegali) Variasi
Tumor hipofisi dapat dibagi dalam 3 golongan:
1. Tumor Kromofob (80 %) merupakan adenoma hipofisi yang paling sering. Adenoma ini
dapat sangat besar sehingga menekan chiasma opticus, hipotalamus dan saraf yang
memelihara otot ekstra okular.
2. Tumor Asidofil (15 %) tumbuh lambat dan biasanya berkapsul.
3. Tumor Basofil (5 %). Biasanya kecil ukurannya dan tidak sampai menyebabkan gejala
lokal.
Akromegali Gigantisme
- Bertubuh tinggi
Fitur wajah yang kasar -
Pertumbuhan tangan dan kaki yang Pertumbuhan tangan dan kaki yang
berlebihan berlebihan
Jari-jari tangan dan kaki menebal Jari-jari tangan dan kaki menebal
Lidah menebal Lidah menebal
Mandibula tumbuh berlebihan -
Gigi menjadi terpisah-pisah -
Penurunan libido -
Penurunan ketajaman penglihatan -
Perubahan pada bentuk wajah -
Jaringan lunak menebal (limpa, jantung,-
hepar, lidah)
Suara terdengar dalam dan bergaung -
Terjadi pada dewasa (cartilago epifise Terjadi pada bayi-usia pubertas (cartilago
sudah tertutup) epifise belum menutup)
Perbesaran terjadi hanya beberapa organ Perbesaran terjadi diselurruh tubuh
saja
2.4 Mekanisme
Mekanisme gigantisme dan akromegali menurut Guyton, 2002 :
Gigantisme
Kadang-kadang sel-sel penghasil hormon pertumbuhan hipofisis anterior menjadi aktif
berlebihan, dan kadang-kadang terdapat tumor sel hormon pertmbuhan sel asidofilik pada
kelenjar ini. Sebagai akibatnya, dihasilkan hormon pertumbuhan dalam jumlah besar. Semua
jaringan tubuh tumbuh cepat, termasuk tulang dan bila epifisis tulang panjang belum bersatu
dengan batang tulang, tinggi badan bertambah sehingga orang tersebut menjadi seperti
raksasa dengan tinggi sebesar 8-9 kaki. Jadi, gigantisme akan terjadi jika tumor timbul sebelum
pubertas.
Sayangnya sebagian besar gigantisme akhirnya menderita hipopituitarisme bila mereka tetap
tidak di obati karena tumor kelenjar hipofisis tumbuh sampai sel kelenjar itu sendiri rusak.
Defisiensi umum hormon hipofisis ini bila tak d obati biasanya menyebabkan kematian pada
permulaan masa dewasa. Tetapi sekali gigantisme didiagnosis, biasanya perkembangan
selanjutnya dapat dihambat dengan pembuangan tumor dari kelenjar hipofisis dengan bedah
mikro atau radiasi kelenjar.
Akromegali
Bila tumor sel hormon pertumbuhan terjadi setelah pubertas yaitu setelah epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang, orang tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi, tetapi
jaringan lunakkya dapat terus tumbuh, dan tulang dapat tumbuh menebal. Keadaan ini di kenal
dengan akromegali. Pembesaran khususnya nyata pada tulang tulang kecil tangan dan kaki
serta pada tulang tulang memnbranosa, rahang bawah dan bagian bagian vertebra, karena
pertumbuhannya tidak berhenti pada pubertas. Akibatnya rahang menonjol ke depan, kadang
kadang sebesar 0,5 inci, dahi miring ke depan karena pertumbuhan samping supraorbital yang
berlebihan, hidung bertambah besar sampai mencapai 2 kali ukuran normal, kaki memerlukan
sepatu ukuran lebih besar dari pada keadaan normal. Dan jari jari menjadi sangat tebal
sehingga ukuran tangan hampir 2 kali normal. Selain efek efek ini perubahan pada vertebra,
biasanya menyebabkan punggung bungkuk. Akhirnya, banyak organ jaringan lunak seperti
lidah, hati, dan khususnya ginjal menjadi sangat besar.
2.5 Penatalaksanaan
1. Gigantisme
Tujuan pengobatan adalah:
1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor
3. Menormalkan fungsi hipofisis
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat pembesaran
tumor.
Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1. Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam pembedahan
tergantung dari besarnya tumor yaitu bedah makro dengan melakukan pembedahan
pada batok kepala (TC atau Trans Cranial) dan bedah mikro (TESH/ Tans Ethmoid
Sphenoid Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan cara pembedahan
melalui sudut antara celah intra orbita dan jembatan hidung antara kedua mata untuk
mencapai tumor hipofisis.
2. Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau tindakan operasi
tidak memungkinkan dan menyertai tindakan pembedahan atau masih terdapat gejala
aktif setelah terapi pembedahan dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
1) Radiasi secara konversional (Conventinal High Voltage Radiation, 45 69 4500 RAD)
2) Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy Particles Radiation, 150 69 15000
RAD)
1. Terapi medikamentosa
Pada orang normal dopamine dapat meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada
pasien akromegali. Pada akromegali dopamine menurunkan kadar HP dalam darah.
Contoh dopamine:
1) Brokriptin
2) Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan malam, dan dinaikkan secara berkala
2,5 mg setiap 2-4 hari. Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
a) Ukuran tangan dan jari mengecil, dan
b) Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital, hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan,
nausea, konstipasi, dll.
3) Ocreotide (long acting somatostatin analogue)
Cara pemberian melalui subkutan. Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan
setiap 8 jam. Perbaikan klinis yang dicapai.
a) Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/ 1 pada 50 kasus
b) Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
c) Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara yaitu nyeri local/di daerah suntikan dan
kram perut.
2. Akromegali
Terapi kelebihan GH biasanya adalah eksisi tumor penyekresi GH pembedahan. Terapi yang
paling tepat untuk kelebihan hormon pertumbuhan tak lain adalah pengangkatan tumor pada
hipofisis sedini mungkin untuk mencegah efek negative darinya. Ada dua macam pembedahan
tergantung daribesarnya tumor:
1. Bedah makro: pembedahan batok kepala (TC atautrans kranial)
2. Bedah mikro: pembedahan melalui sudut celahinfraorbital dan jembatan hidung antara
kedua mata (TESH: Trans Et hmoid sphenoid hy popy sectomy).
Sasaran pengobatan akromegali adalah mengendalikan pertumbuhan/menormalkan sekresi
GH dan mengangkat massa tumor. Sasaran biokimiawi: IGF-1 normal dan kadar GH < 1 ng/ml
setelah beban glukosa. 3 macam pengobatan akromegali yaitu pengobatan medis, bedah dan
radiasi.
a. Pengobatan Medis
Pengobatan medis/farmakologis sangat pesat akhir-akhir ini. Tujuan pengobatan medis adalah
menghilangkan keluhan/gejala efek lokal dari tumor dan/atau kelebihan GH/IGF-1. Untuk itu
sasaran pengobatan adalah kadar GH < 2 ng/ml pada pemeriksaan setelah pebebanan dengan
glukosa (< 1 mcg / l dengan cara IRMA), disamping tercapainya kadar IGF-1 normal. Pengobatan
medis utama adalah dengan analog somatostatin dan analog dopamin. Oleh karena
somatostatin, penghambat sekresi GH, mempunyai waktu paruh pendek maka yang digunakan
adalah analog kerja panjang yang dapat diberikan 1 kali sebulan.
Yang banyak digunakan adalah octreotide yang bekerja pada reseptor somatostatin sub tipe II
dan V dan menghambat sekresi GH. Pengobatan dengan octreotide dapat menurunkan kadar
GH sampai < 5 ng/ml pada 50% pasien dan menormalkan kadar IGF-1 pada 60% pasien
akromegali. Lanreotide, suatu analog somatostatin “sustained-release” yang dapat diberikan
satu kali dua minggu ternyata efektif dan aman untuk pengobatan akromegali.Bromokriptin
merupakan suatu antagonist dopamin yang banyak digunakan dalam menekan kadar GH /IGF-
mbalikan kadar hormone ke normal,memulihkan fertilitas,dan memperkecil tumor.
Somatostatin (Sandostatin) juga berhasil memperbaiki akromegali karena bisa menekan
pengeluaran hormone pertumbuhan.Obat ini diberikan subkutan 3-4 kali sehari.
b. Pembedahan
Untuk adenoma hipofisis, pembedahan transsphenoid merupakan pilihan dan dapat
menyembuhkan. Laws dkk. (2000) Laws dkk. (2000) melaporkan hasil terapi pembedahan
transsphenoid pada 86 pasien akromegali : IGF-1 mencapai normal pada 67%, kadar GH dapat
disupresi sampai < 1 ng/ml oleh beban glukosa pada 52%. Walaupun pembedahan tidak dapat
menyembuhkan pada sejumlah pasien, namun terapi perbedahan disepakati sebagai terapi lini
pertama. Pada pasien-pasien dengan gejala sisa setelah pembedahan dapat diberikan
pengobatan penunjang (medis dan radiasi). Hipofisektomi transsfenoid akan segera
menghilangkan keluhan-keluhan akibat efek lokal massa tumor sekaligus menekan/
menormalkan kadar GH/IGF-1. Remisi tergantung pada besarnya tumor, kadar GH dan
keterampilan ahli bedahnya. Angka remisi mencapai 80–85% pada mikroadenoma dan 50–65%
pada makroadenomia. Pembedahan hipofisis transsphenoid berhasil pada 80 – 90% pasien
dengan tumor < 2 cm dan kadar GH < 50 ng/ml.
c. Radiasi
Untuk tercapainya hasil yang diharapkan dengan terapi radiasi diperlukan waktu bertahun-
tahun. Terapi radiasi konvensional saja menghasilkan remisi sekitar 40% setelah 2 tahun dan
75% setelah 5 tahun terapi, namun disertai efek negatif berupa panhipopituitarisme.Di
samping itu studi Ariel dkk (1997) pada 140 pasien akromegali mendapatkan terapi radiasi
tidak dapat menormalkan kadar IGF-1 walaupun kadar GH sudah dapat dikontrol. Oleh karena
kekurangannya tersebut, terapi radiasi hanya diberikan sebagai terapi penunjang untuk tumor
besar dan invasif dan apabila terdapat kontraindikasi operasi.
7) Kegiatan Belajar 7
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon thyroid
;hipertiroiditis/goiter dan graves disease,hypotiroid
b. Uraian Materi
GRAVE’S DISEASE
1. Definisi
Penyakit Graves merupakan gangguan autoimun yang mengarah ke overactivity dari kelenjar
tiroid ( hipertiroidisme ).
Penyakit Graves merupakan penyakit kelenjar tiroid yang sering dijumpai dalam
praktek sehari-hari. Penyebab penyakit Graves (goiter difusa toksika) tersering hipertiroidisme
adalah suatu penyakit otonium yang biasanya ditandai oleh produksi otoantibodi yang memiliki
kerja mirip TSH pada kelenjar tiroid. Penderita penyakit Graves memiliki gejala-gejala khas dari
tirotoksikosis (hipersekresi kelenjar tiroid/ hipertiroidisme) dan gejala tambahan khusus yaitu
pembesaran kelenjar tiroid/struma (hipertrofi dan hiperplasia difus), oftamopati (eksoftalmus/
mata menonjol) dan kadang-kadang dengan dermopati. Selain penyakit Graves, yang
merupakan penyebab paling sering, penyebab lain tirotoksikosis ialah struma multinodosa
toksik, adenoma toksik, tiroiditis, dan pemberian obat-obatan.
B. Manifestasi Klinis
Pada penyakit graves terdapat dua kelompok gambaran utama yaitu tiroidal dan
ekstratiroidal yang keduanya mungkin tidak tampak. Ciri-ciri tiroidal berupa goiter akibat
hiperplasia kelenjar tiroid dan hipertiroidisme akibat sekresi hormon tiroid yang berlebihan.
Gejala-gejala hipertiroidisme berupa manifestasi hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang
berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak tahan panas, keringat semakin banyak bila
panas, kulit lembab, berat badan menurun walaupun nafsu makan meningkat, palpitasi,
takikardi, diare dan kelemahan serta atrofi otot. Penyakit Graves umumnya ditandai dengan
pembesaran kelenjar tiroid/ struma difus, disertai tanda dan gejala tirotoksikosis dan seringkali
juga disertai oftalmopati (terutama eksoftalmus) dan kadang-kadang dengan dermopati.
Manifestasi kardiovaskular pada tirotoksikosis merupakan gejala paling menonjol dan
merupakan karakteristik gejala dan tanda tirotoksikosis. Manifestasi kardiovaskular pada
tirotoksikosis merupakan gejala paling menonjol dan merupakan karakteristik gejala dan tanda
tirotoksikosis.
Gejala tirotoksikosis yang sering ditemukan:
Hiperaktivitas, iritabilitas
Palpitasi
Tidak tahan panas dan keringat berlebih
Mudah lelah
Berat badan turun meskipun makan banyak
Buang air besar lebih sering
Oligomenore atau amenore dengan libido berkurang
Tanda tirotoksikosis yang sering ditemukan:
Takikardi, fibrilasi atrial
Tremor halus, refleks meningkat
Kulit hangat dan basah
Rambut rontok
Pada pasien dengan usia yang lebih tua, sering tanda dan gejala khas tersebut tidak muncul
akibat respons tubuh terhadap peningkatan hormon tiroid menurun. Gejala yang dominan
pada usia tua adalah penurunan berat badan, fibrilasi atrial, dan gagal jantung kongestif.
Oftalmopati pada penyakit Graves ditandai dengan adanya edema dan inflamasi otot-
otot ekstraokular dan meningkatnya jaringan ikat dan lemak orbita. Peningkatan volume
jaringan retrobulber memberikan kontribusi besar terhadap manifestasi klinis oftalmopati
Graves. Oftalmopati yang ditemukan pada 50% sampai 80% pasien ditandai dengan mata
melotot, fissura palpebra melebar, kedipan berkurang, lid lag (keterlambatan kelopak mata
dalam mengikuti gerakan mata) dan kegagalan konvergensi.
Mekanisme kelainan mata pada penyakit Graves sampai saat ini belum diketahui secara
pasti. Tetapi mengingat hubungan yang erat antara penyakit Graves dengan oftalmopati, diduga
keduanya berasal dari respons autoimun terhadap satu atau lebih antigen di kelenjar tiroid
atau orbita. Sebagian peneliti melaporkan bahwa reseptor TSH-lah yang menjadi antigen dari
respons autoimun keduanya. Tetapi sebagian yang lain melaporkan adanya antigen lain di
orbita yang berperan dalam mekanisme terjadinya oftalmopati, sehingga dikatakan bahwa
penyakit Graves dan oftalmopati Graves merupakan penyakit autoimun yang masing-masing
berdiri sendiri. Oleh karena itu kelainan mata pada penyakit Graves dapat timbul mendahului,
atau bersamaan, atau bahkan kemudian setelah penyakit Graves-nya membaik.
Manifestasi ekstratiroidal berupa oftalmopati dan infiltrasi kulit lokal yang biasanya
terbatas pada tungkai bawah. Gambaran klinik klasik dari penyakit graves antara lain adalah tri
tunggal hipertitoidisme, goiter difus dan eksoftalmus.
2. Penyebab
Penyakit Graves disebabkan oleh disfungsi sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.
Kelenjar tiroid adalah organ penting dari endokrin sistem. Hal ini terletak di bagian depan leher
tepat di bawah kotak suara. Kelenjar ini melepaskan hormon tiroksin (T4) dan triiodothyronine
(T3), yang mengontrol tubuh metabolisme. Mengontrol metabolisme sangat penting untuk
mengatur suasana hati, berat badan, dan tingkat energi mental dan fisik.
Jika tubuh memproduksi terlalu banyak hormon tiroid, kondisi ini disebut hipertiroidisme. (An
tiroid menyebabkan hipotiroidisme .)
Penyakit Graves adalah penyebab paling umum dari hipertiroid. Hal ini disebabkan oleh respon
sistem imun abnormal yang menyebabkan kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak hormon
tiroid. Penyakit Graves paling sering terjadi pada wanita di atas usia 20. Namun, gangguan
dapat terjadi pada usia berapa pun dan dapat mempengaruhi laki-laki juga.
3. Gejala dan diagnosis
Pemeriksaan fisik menunjukkan peningkatan denyut jantung. Pemeriksaan leher dapat
menunjukkan bahwa kelenjar tiroid membesar (gondok).
Gejala lain yaitu :
Kegelisahan
Pembesaran payudara pada pria (mungkin)
Kesulitan berkonsentrasi
Penglihatan ganda
Bola mata yang menonjol ( exophthalmos )
Iritasi mata dan merobek
Kelelahan
Sering buang air besar
Gondok (mungkin)
Intoleransi panas
Peningkatan nafsu makan
Peningkatan berkeringat
Insomnia
Periode menstruasi tidak teratur pada wanita
Kelemahan otot
Gugup
Denyut jantung cepat dan tidak teratur ( palpitasi atau aritmia)
Sesak napas saat aktivitas
Gemetar
Penurunan berat badan (jarang)
Mudah marah
Disfungsi ereksi atau penurunan libido
Diare
Pemeriksaan laboratorium yang dapat digunakan untuk mendiagnosa yaitu : Tes darah untuk
mengukur kadar TSH, T3, T4 dan bebas, Serapan yodium radioaktif.
Penyakit ini juga dapat mempengaruhi hasil tes berikut:
1) Orbit CT scan atau USG
2) Thyroid stimulating immunoglobulin ( TSI )
3) Tiroid peroksidase (TPO) antibodi
4) Antibodi reseptor TSH Anti-
Autoantibodi tiroid , TgAb dan TPO Ab dapat dijumpai baik pada penyakit Graves maupun
tiroiditis Hashimoto , namun TSH-R Ab (stim) lebih spesifik pada penyakit Graves. Pemeriksaan
ini berguna pada pasien dalam keadaan apathetic hyperthyroid atau pada eksoftamos
unilateral tanpa tanda-tanda klinis dan laboratorium yang jelas. Untuk dapat memahami hasil-
hasil laboratorium pada penyakit Graves dan hipertiroidisme umumnya, perlu mengetahui
mekanisme umpan balik pada hubungan (axis) antara kelenjar hipofisis dan kelenjar tiroid.
Dalam keadaan normal, kadar hormon tiroid perifer, seperti L-tiroksin (T-4) dan tri-iodo-tironin
(T-3) berada dalam keseimbangan dengan thyrotropin stimulating hormone (TSH). Artinya, bila
T-3 dan T-4 rendah, maka produksi TSH akan meningkat dan sebaliknya ketika kadar hormon
tiroid tinggi, maka produksi TSH akan menurun.
Pada penyakit Graves, adanya antibodi terhadap reseptor TSH di membran sel folikel
tiroid, menyebabkan perangsangan produksi hormon tiroid secara terus menerus, sehingga
kadar hormon tiroid menjadi tinggi. Kadar hormon tiroid yang tinggi ini menekan produksi TSH
di kelenjar hipofisis, sehingga kadar TSH menjadi rendah dan bahkan kadang-kadang tidak
terdeteksi. Pemeriksaan TSH generasi kedua merupakan pemeriksaan penyaring paling sensitif
terhadap hipertiroidisme, oleh karena itu disebut TSH sensitive (TSHs), karena dapat
mendeteksi kadar TSH sampai angka mendekati 0,05mIU/L. Untuk konfirmasi diagnostik, dapat
diperiksa kadar T-4 bebas (free T-4/FT-4).
E. Diagnosa Banding
Penyakit Graves dapat terjadi tanpa gejala dan tanda yang khas sehingga diagnosis
kadang-kadang sulit didiagnosis. Atrofi otot yang jelas dapat ditemukan pada miopati akibat
penyakit Graves, namun harus dibedakan dengan kelainan neurologik primer. Pada sindrom
yang dikenal dengan “ familial dysalbuminemic hyperthyroxinemia “ dapat ditemukan protein
yang menyerupai albumin (albumin-like protein) didalam serum yang dapat berikatan dengan
T4 tetapi tidak dengan T3. Keadaan ini akan menyebabkan peningkatan kadar T4 serum dan
FT4I, tetapi free T4, T3 dan TSH normal. Disamping tidak ditemukan adanya gambaran klinis
hipertiroidisme, kadar T3 dan TSH serum yang normal pada sindrom ini dapat membedakannya
dengan penyakit Graves.Thyrotoxic periodic paralysis yang biasa ditemukan pada penderita
laki-laki etnik Asia dapat terjadi secara tiba-tiba berupa paralysis flaksid disertai hipokalemi.
Paralisis biasanya membaik secara spontan dan dapat dicegah dengan pemberian
suplementasi kalium dan beta bloker. Keadaan ini dapat disembuhkan dengan pengobatan
tirotoksikosis yang adekuat. Penderita dengan penyakit jantung tiroid terutama ditandai
dengan gejala-gejala kelainan jantung, dapat berupa :
Atrial fibrilasi yang tidak sensitif dengan pemberian digoksin.
High-output heart failure
Sekitar 50% pasien tidak mempunyai latar belakang penyakit jantung sebelumnya, dan
gangguan fungsi jantung ini dapat diperbaiki dengan pengobatan terhadap
tirotoksikosisnya. Pada penderita usia tua dapat ditemukan gejala-gejala berupa penurunan
berat badan, struma yang kecil, atrial fibrilaasi dan depresi yang berat, tanpa adanya gambaran
klinis dari manifestasi peningkatan aktivitas katekolamin yang jelas. Keadaan ini dikenal dengan
“apathetic hyperthyroidism”.
F. Gambar
ANATOMI DAN FISIOLOGI KELENJAR TIROID
A. Anatomi
Kelenjar tiroid terdiri dari lobus kanan dan kiri dimana kedua lobus tersebut
dihubungkan oleh istmus. Kelenjar ini terdapat pada bagian inferior trakea dan beratnya
diperkirakan 15-20 gram. Lobus kanan bisasanya lebih besar dan lebih vascular dibandingkan
lobus kiri. Kelenjar ini kaya akan pembuluh darah dengan aliran darah 4-6 ml/menit/gram. Pada
keadaaan hipertiroid, aliran darah dapat meningkat sampai 1 liter/menit/gram sehingga dapat
didengar menggunakan stetoskop yang disebut bruit.Kelenjar tiroid mendapatkan persarafan
adrenergik dan kolinergik yang berasal dari ganglia servikal dan saraf vagus. Kedua system saraf
ini mempengaruhi aliran darah pada kelenjar tiroid yang akan mempengaruhi fungsi kelenjar
tiroid seperti TSH dan iodid.
Selain itu, serabut saraf adrenergik mencapai daerah folikel sehingga persarafan
adrenergik diduga mempengaruhi fungsi kelenjar tiroid secara langsung. Folikel atau acini yang
berisi koloid merupakan unit fungsional kelenjar tiroid. Dinding folikel dilapisi oleh sel kuboid
yang merupakan sel tiroid dengan ukuran bervariasi tergantung dari tingkat stimulasi pada
kelenjar. Sel akan berbentuk kolumner bila dalam keadaaan aktif, dan berbentuk kuboid bila
dalam keadaan tidak aktif. Setiap 20-40 folikel dibatasi oleh jaringan ikat yang disebut septa
yang akan membentuk lobulus. Di sekitar folikel terdapat sel parafolikuler atau sel C yang
menghasilkan hormon kalsitonin. Di dalam lumen folikel, terdapat koloid dimana tiroglobulin
yang merupakan suatu glikoprotein yang dihasilkan oleh sel tiroid yang akan disimpan.
Kelenjar tiroid memelihara tingkat metabolisme dari sebagian besar sel dalam tubuh
dengan menghasilkan dua hormon tiroid di dalam sel folikelnya, yaitu triiodothyronin (T3) dan
tetraiodohyronin (T4) atau tirosin. Iodin (I2) memilki berat atom sebesar 127 dan berat
molekulnya 254. T4 memilki berat molekul sebesar 777 Dalton yang 508 didalamya merupakan
iodida. Hormon tiroid sangat penting dalam perkembangan saraf normal, pertumbuhan tulang,
dan pematangan seksual. Sel parafolikel yang disebut sel C berada di dekat sel folikuler yang
menghasilkan suatu hormon polipeptida, kalsitonin.
2. Fisiologi
Hormon tiroid adalah hormon amina yang disintesis dan dilepaaskan dari kelenjar
tiroid. Hormon ini dibentuk ketika satu atau dua molekul iodin disatukan dengan glikoprotein
besar yang disebut tiroglobulin, yang disintesis di kelenjar tiroid dan mengandung asam amino
tirosin. Kompleks yang mengandung iodin ini disebut iodotirosin. Dua iodotirosin kemudian
menyatu untuk membentuk dua jenis TH yang bersirkulasi, disebut T3 dan T4. T3 dan T4
berbeda dalam jumlah total molekul iodin yang dikandungnya (3 untuk T3 dan 4 untuk T4).
Sebagian besar (90%) HT yang dilepaskan dalam aliran darah adalah T4, tetapi T3 secara
fisiologis lebih poten. Melalui hati dan ginjal, kebanyakan T4 diubah menjadi T3. T3 dan T4
dibawa kesel targetnya dalam darah yang berikatan dengan protein plasma, namun masuk
kesel sebagai hormon bebas. T3 dan T4 secara kolektif disebut sebagai TH.
Sel target untuk TH adalah hampir semua sel tubuh. Efek primer TH adalah
menstimulasi laju metabolisme semua sel target dengan meningkatkan metabolisme protein,
lemak dan kerbohidrat. TH juga tampak menstimulasi kecepatan pompa natrium-kalium disel
targetnya. Kedua fungsi bertujuan meningkatkan penggunaan energi oleh sel sehingga
meningkatkan laju metabolisme basal (BMR), membakar kalori, meningkatkan panas oleh
setiap sel.
Hormon tiroid juga meningkatkan sensitivitas sel target terhadap katekolamin sehingga
meningkatkan frekuensi jantung dan meningkatkan keresponsifan emosi. TH meningkatkan
kecepatan depolarisasi otot rangka, yang meningkatkan kecepatan kontaraksi otot rangka
sehingga sering menyebabkan tremor halus. TH sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan normal semua sel tubuh dan dibutuhkan untuk fungsi hormon pertumbuhan.
Ada 4 macam kontrol faal kelenjar tiroid :
TRH (Thyrotrophin relasing hormon) : Hormon ini disintesa dan dibuat di hipotalamus. TRH
ini dikeluarkan lewat sistem hipotalamohipofiseal ke sel tirotrop hipofisis.
TSH (Thyroid Stimulating Hormone): Suatu glikoprotein yang terbentuk oleh sub unit (alfa
dan beta). Sub unit alfa sama seperti hormon glikoprotein (TSH, LH, FSH, dan human chronic
gonadotropin/hCG) dan penting untuk kerja hormon secara aktif. Tetapi sub unit beta adalah
khusus untuk setiap hormon. TSH yang masuk dalam sirkulasi akan mengikat reseptor
dipermukaan sel tiroid TSH-receptor (TSH-r) dan terjadilah efek hormonal sebagai kenaikan
trapping, peningkatan yodinasi, coupling, proteolisis sehingga hasilnya adalah produksi hormon
meningkat.
Umpan balik sekresi hormon. Kedua ini merupakan efek umpan balik ditingkat hipofisis.
Khususnya hormon bebaslah yang berperan dan bukannya hormon yang terikat. T3 disamping
berefek pada hipofisis juga pada tingkat hipotalamus. Sedangkan T4 akan mengurangi
kepekaan hipofisis terhadap rangsangan TRH.
Pengaturan di tingkat kelenjar tiroid sendiri. Gangguan yodinasi tirosin dengan pemberian
yodium banyak disebut fenomena Wolf-Chaikof escape, yang terjadi karena mengurangnya
afinitas trap yodium sehingga kadar intratiroid akan mengurang. Escape ini terganggu pada
penyakit tiroid autoimun.
Efek metabolik hormon tiroid adalah:
1) Kalorigenik.
2) Termoregulasi.
3) Metabolisme protein: Dalam dosis fisiologis kerjanya bersifat anabolik.
4) Metabolisme karbohidrat: Bersifat diabetogenik, karena resorpsi intestinal meningkat,
cadangan glikogen hati menipis, demikian pula glikogen otot menipis pada dosis farmakologis
tinggi, dan degradasi insulin meningkat.
5) Metabolisme lipid: T4 mempercepat sintesis kolesterol,tetapi proses degradasi kolesterol dan
eksresinya lewat empedu ternyata jauh lebih cepat, sehingga pada hiperfungsi tiroid, kadar
kolesterol rendah. Sebaliknya pada hipotiroidisme kolesterol total, kolesterol ester dan
fosfolipid meningkat.
6) Vitamin A: Konversi provitamin A menjadi vitamin A di hati memerlukan hormon tiroid.
7) Hormon ini penting untuk pertumbuhan saraf otak dan perifer, khususnya 3 tahun pertama
kehidupan.
8) Lain-lain : Pengaruh hormon tiroid yang meninggi menyebabkan tonus traktus gastrointestinal
meninggi, hiperperistaltik, sehingga sering terjadi diare.
9) Efek pada perkembangan janin: Sistem TSH dan hipofisis anterior mulai berfungsi pada janin
manusia di dalam 11 minggu.Sebagian T3 dan T4 maternal diinaktivasi pada plasenta. Dan
sangat sedikit hormon bebas mencapai sirkulasi janin. Dengan demikian, janin sebagian besar
tergantung pada sekresi tiroidnya sendiri.
10) Efek pada konsumsi oksigen dan produksi panas, T3 meningkatkan konsumsi O2 dan produksi
panas sebagian melalui stimulasi Na+ K+ ATPase dalam semua jaringan kecuali otak, lien dan
testis. Hal ini berperan pada peningkatan percepatan metabolisme basal dan peningkatan
kepekaan terhadap panas pada hipertiroidisme
11) Efek Skeletal: Hormon tiroid merangsang peningkatan penggantian tulang, meningkatkan
resorbsi tulang dan hingga tingkat yang lebih kecil pembentukan tulang.
II. VERTIGO
A. Pengertian
Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan
kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.
Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap
pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson: 337)
Hipertiroidisme (Hyperthyrodism) adalah keadaan disebabkan oleh kelenjar tiroid
bekerja secara berlebihan sehingga menghasilkan hormon tiroid yang berlebihan di dalam
darah.
Hipertiroidisme adalah kadar TH yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan ini dapat
terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth J. Corwin: 296).
Hipertiroid adalah suatu kondisi dimana suatu kelenjar tiroid yang terlalu aktif
menghasilkan suatu jumlah yang berlebihan dari hormon-hormon tiroid yang beredar dalam
darah. Gangguana ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hippofisis atau hipotalamus.
Hipertiroid pada kehamilan ( morbus basodowi ) adalah hiperfungsi kelenjar tiroid ditandai
dengan naiknya metabolism basal15-20 %, kadang kala diserta pembesaran ringan kelenjar
tiroid. Kejadian penyakit ini diperkirakan 1:1000 dan dalam kehamilan umunya disebabkan oleh
adenoma tunggal, Pengaruh kehamilan terhadap penyakit Kehamilan dapat membuat strua
tambah besar dan keluhan penderita tambah berat. Sejak mulai kehamilan terjadi perubahan-
perubahan pada fungsi kelenjar tiroid ibu, sedang pada janin kelenjar tiroid baru mulai
berfungsi pada umur kehamilan gestasi ke 12-16. TSH agaknya tidak dapat melalui barier
plasenta. Dengan demikian baik TSH ibu maupun TSH janin tidak saling mempengaruhi. Baik T4
maupun T3 dapat melewati plasenta dalam jumlah yang sangat sedikit, sehingga dapat
dianggap tidak saling mempengaruhi. Telah kita ketahui bahwa terdapat kehamilan dimana
kelenjar tiroid mengalami hiperfungsi yang ditandai dengan naiknya metabolisme basal sampai
15-25% dan kadang kala disertai pembesaran ringan. Keadaan ini adalah dalam batas-batas
normal.
B. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau
hipotalamus. Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH
dan TRF karena umpan balik negatif HT terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat
rnalfungsi hipofisis memberikan gambamn kadar HT dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah
karena uinpan balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus
akan memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
1. Penyebab Utama
a. Penyakit Grave
b. Toxic multinodular goitre
c. ’’Solitary toxic adenoma’’
2. Penyebab Lain
a. Tiroiditis
b. Penyakit troboblastis
c. Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
d. Pemakaian yodium yang berlebihan
e. Kanker pituitari
f. Obat-obatan seperti Amiodarone
C. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat
dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.
Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor membran yang
sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi cAMP
dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme
kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini mempunyai efek
perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek
TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh
TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar
batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung
tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang
halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan
yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormon
tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi
autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya
bola mata terdesak keluar.
D. Manifestasi Klinik
1. Peningkatan frekuensi denyut jantung.
2. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap Katekolamin.
3. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap
panas, keringat berlebihan.
4. Penurunan berat, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik
5. Peningkatan frekuensi buang air besar
6. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
7. Gangguan reproduksi
8. Tidak taahan panas
9. Cepat lelah
10. Pembesaran kelenjar tiroid
11. Mata melotot (exoptalmus). Hal ini terjadi sebagai akibat penimbunan xat dalam orbit mata.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Diagnosa bergantung kepada beberapa hormon berikut ini:
a. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar HT (T3 dan T4), TSH, dan TRH akan memastikan
diagnosis keadaan dan lokalisasi masalah di tingkat susunan saraf pusat atau kelenjar tiroid.
b. TSH (Tiroid Stimulating Hormone)
c. Bebas T4 (tiroksin)
d. Bebas T3 (triiodotironin)
e. Diagnosa juga boleh dibuat menggunakan ultrasound untuk memastikan pembesaran kelenjar
tiroid
f. Hipertiroidisme dapat disertai penurunan kadar lemak serum
g. Penurunan kepekaan terhadap insulin, yang dapat menyebabkan hiperglikemia.
F. Komplikasi
Komplikasi hipertiroidisme yang dapat mengancam nyawa adalah krisis tirotoksik
(thyroid storm). Hal ini dapat berkernbang secara spontan pada pasien hipertiroid yang
menjalani terapi, selama pembedahan kelenjar tiroid, atau terjadi pada pasien hipertiroid yang
tidak terdiagnosis. Akibatnya adalah pelepasan TH dalam jumlah yang sangat besar yang
menyebabkan takikardia, agitasi, tremor, hipertermia (sampai 106 oF), dan, apabila tidak
diobati, kematian Penyakit jantung Hipertiroid, oftalmopati Graves, dermopati Graves, infeksi.
G. Penatalaksaan Medis
Tujuan pengobatan hipertiroidisme adalah membatasi produksi hormon tiroid yang berlebihan
dengan cara menekan produksi (obat antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium
radioaktif, tiroidektomi subtotal).
Obat antitiroid. Digunakan dengan indikasi:
Terapi untuk memperpaqjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap, pada pasien
muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirotoksikusis
Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase seblum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yg mendapt yodium radioaktif
Persiapan tiroidektomi
Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
Pasien dengan krises tiroid
Pada pasien hamil biasanya diberikan propiltiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200
mg/hari atau lebih lagi. Hipertiroidisme kerap kali sembuh spontan pada kehamilan tua
sehingga propiltiourasil dihentikan. Obat-obat tambahan sebaiknya tidak diberikan karena T4,
yang dapat melewati plasenta hanya sedikit sekali dan tidak dal mencegah hipotiroidisme pada
bayi yang baru lahir. Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedik:it sekali
yang keluar dari air susu ibu. Dosis ya; dipakai 100-150 mg tiap 8 jam: Setelah pasien eutiroid,
secara Minis dan laboratorim dosis diturunkan dan dipertahankan menjadi 2 x 50 mg/hari.
Kadar T4 dipertahank pada batas atas normal dengan dosis propiltiaurasil
tiroid superior menembus fascia tiroid dan kemudian bercabang menjadi cabang anterior dan
posterior. Cabang anterior mensuplai permukaan anterior kelenjar dan cabang posterior
mensuplai permukaan lateral dan medial. tiroid inferior mensuplai basis kelenjar dan
bercabang ke superior (ascenden) dan inferior yang mensuplai permukaan inferior dan
posterior kelenjar.Sistem venanya berasal dari pleksus perifolikular yang menyatu di
permukaan membentuk vena tiroidea superior, lateral dan inferior.
Sistem Limfatik
Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai nodus
prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretracheal serta paratracheal. Beberapa
bahkan juga mengalir ke nodus brachiocephal yang terhubung dengan tymus pada
mediastinum superior.
2. Histologi Kelenjar Tiroid:
Kelenjar ini tersusun dari bentukan-bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi yang disebut
thyroid follicle.
Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada tepinya yang disebut SEL FOLIKEL dan
mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan
pembuluh darah.
Sel folikel yang mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar
thyroid tersebut.
ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat menjadi pipih.
Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi silindris, dengan warna
koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali terdapat Vacuola Resorbsi
pada koloid tersebut.
SEL PARAFOLIKULER
Diantara thyroid folikel terdapat sel parafolikuler yang bisa berupa kelompok-kelompok sel
ataupun hanya satu sel yang menempel pada basal membran dari thyroid folikel. Sel ini
mempunyai ukuran lebih besar dan warna lebih pucat dari sel folikel.
Fungsi sel parafolikuler ini menghasilkan Hormon Thyricacitonin yang dapat menurunkan
kadar kalsium darah.
3. Fisiologi Kelenjar Tiroid
Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah lobus,
dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea ke dua
dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme.
Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena reseptornya
lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena memiliki
banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein pengikat plasma
di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi ia kurang kuat
berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:
(1) Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
(2) Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
(3) Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
(4) Proses iodinasi asam amino tirosin.Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium terhadap
oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini dibantu oleh enzim
iodinase agar lebih cepat.
(5) Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi
diiodotirosin)
(6) Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika
monoiodotirosin bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua
diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut tiroksin.
Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus dibungkus oleh
senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering disebut protein pengikat
plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid terutama tiroksin sangat kuat
jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan triiodotironin lebih mudah dilepas karena
ikatannya lebih lemah. (Guyton. 1997)
EFEK HORMON TIROID
Efek hormon tiroid dalam meningkatkan sintesis protein adalah :
(1) Meningkatkan jumlah dan aktivitas mitokondria;
(2) Meningkatkan kecepatan pembentukan ATP.
B. KLASIFIKASI
Hipotiroid dibagi menjadi 3 tipe:
Hipotiroid primer : kerusakan pada kelenjar tiroid
Hipotiroid sekunder: akibat defisiensi sekresi TSH oleh hipofisis
Hipotiroid Tersier : Akibat defiensi sekresi TRH oleh hipotalamus
C. ETIOLOGI
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe yaitu
1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis hormone yang
kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal), obat anti tiroid, pembedahan atau
terapi radioaktif untuk hipotiroidisme, penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto,
amylodosis dan sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak memadai dari
kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid stimulating hormone (TSH) meningkat. Ini
mungkin awal dari suatu mal fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan
oleh resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier/ pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk memproduksi tiroid
releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat distimulasi pituitary untuk mengeluarkan
TSH. Ini mungkin berhubungan dengan suatu tumor/ lesi destruktif lainnya diarea
hipotalamus.Ada dua bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Goiter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini mengalah pada “goiter belt”
dengan karakteristik area geografis oleh minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan oleh :
Kelainan genetic yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah .
Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen ( agen produksi goiter yang menghambat produksi T4
) seperti kobis, kacang, kedelai , buah persik, bayam, kacang polong, Strowbery, dan lobak.
Semuanya mengandung goitogenik glikosida
Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas ( Propylthiracil ) thocarbomen, ( Aminothiazole,
tolbutamid ).
D. PATOFISIOLOGI
Kelenjar tiroid membutuhkan iodine untuk sintesis dan mensekresi hormone tiroid. Jika
diet seseorang kurang mengandung iodine atau jika produksi dari hormone tiroid tertekan
untuk alasan yang lain, tiroid akan membesar sebagai usaha untuk kompendasi dari
kekurangan hormone. Pada keadaan seperti ini, goiter merupakan adaptasi penting pada suatu
defisiensi hormone tiroid. Pembesaran dari kelenjar terjadi sebagai respon untuk
meningkatkan respon sekresi pituitary dari TSH. TSH menstimulasi tiroid untuk mensekresi T4
lebih banyak, ketika level T4 darah rendah. Biasanya, kelenjar akan membesar dan itu akan
menekan struktur di leher dan dada menyebabkan gejala respirasi disfagia.
Penurunan tingkatan dari hormone tiroid mempengaruhi BMR secara lambat dan
menyeluruh. Perlambatan ini terjadi pada seluruh proses tubuh mengarah pada kondisi
achlorhydria (pennurunan produksi asam lambung), penurunan traktus gastrointestinal,
bradikardi, fungsi pernafasan menurun, dan suatu penurunan produksi panas tubuh.
Perubahan yang paling penting menyebabkan penurunan tingkatan hormone tiroid
yang mempengaruhi metabolisme lemak. Ada suatu peningkatan hasil kolesterol dalam serum
dan level trigliserida dan sehingga klien berpotensi mengalami arteriosclerosis dan penyakit
jantung koroner. Akumulasi proteoglikan hidrophilik di rongga interstitial seperti rongga pleural,
cardiac, dan abdominal sebagai tanda dari mixedema.
Hormon tiroid biasanya berperan dalam produksi sel darah merah, jadi klien dengan
hipotiroidisme biasanya menunjukkan tanda anemia karena pembentukan eritrosit yang tidak
optimal dengan kemungkinan kekurangan vitamin B12 dan asam folat.
F. MANIFESTASI KLINIS
Kulit dan rambut
1. Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
2. Pembengkakan, tangan, mata dan wajah
3. Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
4. Tidak tahan dingin
5. Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal
Muskuloskeletal
Volume otot bertambah, glossomegali
Kejang otot, kaku, paramitoni
Artralgia dan efusi sinovial
Osteoporosis
Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
Kadar fosfatase alkali menurun
Neurologik
Letargi dan mental menjadi lambat
Aliran darah otak menurun
Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang, penurunan reflek
tendon)
Ataksia (serebelum terkena)
Gangguan saraf ( carfal tunnel)
Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
Kardiorespiratorik
Bradikardi, disritmia, hipotensi
Curah jantung menurun, gagal jantung
Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukkan gelombang T mendatar/inverse
Penyakit jantung iskemic
Hipotensilasi
Efusi pleural
Dispnea
Gastrointestinal
Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
Obstruksi usus oleh efusi peritoneal
Aklorhidria, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
Renalis
Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
Retensi air (volume plasma berkurang)
Hipokalsemia
Hematologi
Anemia normokrom normositik
Anemia mikrositik/makrositik
Gangguan koagulasi ringan
Sistem endokrin
Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore / masa menstruasi yang
memanjang, menoragi dan galaktore dengan hiperprolaktemi
Gangguan fertilitas
Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap insulin akibat
hipoglikemi
Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun
Insufisiensi kelenjar adrenal autoimun
Psikologis / emosi : apatis, agitasi, depresi, paranoid, menarik diri, perilaku maniak
Manifestasi klinis lain berupa : edema periorbita, wajah seperti bulan (moon face), wajah kasar,
suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas terhadap opioid, haluaran urin
menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan lemah. (Stevenson, J. C& Chahal, P, 1993: 52-53)
G. KOMPLIKASI
Komplikasi yang serius dari hipotiroidisme adalah koma miksedema dan kematian,
efusi pericardial dan pleura, megakolon dengan paralitik ileus dan kejang. Koma miksedema
adalah situasi yang mengancam nyawa yang di tandai oleh eksaserbasi (perburukan) semua
gejala hipotiroidisme termasuk hipotermia tanpa menggigil, hipotensi, hipoglikemia,
hipoventilasi dan penurunan kesadaran hingga koma.
Penyakit yang sering muncul akibat hipotiroidisme adalah
1. Penyakit Hashimoto
Disebut tiroiditis otoimun, terjadi akibat otoantobodi yang merusak jaringan tiroid. Ini
menyebabkan penurunan HT disertai peningkatan kadar TSH dan TRH akibat umpan balik
negatif yang minimal.
2. Gondok Endemic
Hipotiroid akibat defisiensi iodium dalam makanan. Ini terjadi karena sel-sel tiroid
menjadi aktif berlebihan dan hipertrofik dalam usaha untuk menyerap semua iodium yang
tersisa dalam darah. Kadar HT yang rendah akan disertai kadar TSH dan TRH yang tinggi karena
minimnya umpan balik.
3. Karsinoma Tiroid
Karsinoma Tiroid dapat terjadi akibat terapi tiroidektomi, pemberian obat penekan TSH
atau terapi iodium radioaktif untuk menghancurkan jaringan tiroid. Terapi- terapi tersebut akan
merangsan proliferasi dan hiperplasia sel tiroid.
H. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan laboratorium yang didapatkan pada pasien hipotiroidisme didapatkan
hasil sebagai berikut:
T3 dan T4 serum rendah
TSH meningkat pada hipotiroid primer
TSH rendah pada hipotiroid sekunder
Kegagalan hipofisis : respon TSH terhadap TRH mendatar
Penyakit hipotalamus : TSH dan TRH meningkat
Titer autoantibody tiroid tinggi pada > 80% kasus
Peningkatan kolesterol
Pembesaran jantung pada sinar X dada
EKG menunjukkan sinus bradikardi, rendahnya voltase kompleks QRS& gelombang T datar atau
inversi
Definisi Hipertirod
Hipertiroid atau Hipertiroidesme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid
memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat
digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).
Kelenjar tiroid adalah subtansi kimia yang diproduksi oleh kelenjar tiroid dan dilepaskan
kedalam aliran darah. Hormon tiroid saling berinteraksi dengan hampir seluruh sel tubuh, yang
menyebabkan sel tubuh untuk meningkatkan aktivitas metabolisme mereka. Kelainan
banyaknya hormon tiroid ini yang secara khas mempercepat metabolisme tubuh. Metabolisme
adalah proses kimia dan fisika yang menciptakan unsur dan menghasilkan energi yang
diperlukan untuk fungsi sel, pertumbuhan dan divisi.
Hipertiroid atau Hipertiroidisme biasanya dapat diatasi dengan obat-obatan. Pilihan
lainnya adalah pembedahan untuk mengangkat kelenjar tiroid atau pemberian yodium
radiaktif. Setiap pengobatan memiliki kelebihan dan kekurangan.
Agar bekerja sebagaimana mestinya, kelenjar tiroid memerlukan sejumlah kecil yodium :
Jumlah yodium yang berlebihan bisa menurunkan jumlah hormon yang dibuat dan mencegah
pelepasan hormon tiroid. Karena itu untuk menghentikan pelepasan hormon tiroid yang
berlebihan, bisa diberikan yodium dosis tinggi. Pemberian yodium terutama bermanfaat jika
hipertirodisme harus segera dikendalikan (misalnya jika terjadi badai tiroid atau sebelum
dilakukan tindakan pembedahan). Yodium tidak digunakan pada pengobatan rutin atau
pengobatan jangka panjang. Propiltiourasil atau metimatol merupakan obat yang paling sering
digunakan untuk mengobati hipertiroidisme. Obat ini memperlambat fungsi tiroid dengan cara
mengurangi pembentukan hormon tiroid oleh kelenjar. Kedua obat tersebut diberikan per-oral
(ditelan), dimulai dengan dosis tinggi. Selanjutnya disesuaikan dengan hasil pemeriksaan darah
terhadap hormon tiroid.
Tiroiditis adalah radang kelenjar tiroid yang biasanya diikuti dengan gejala hipertiroid.
Penyakit ini lebih banyak ditemukan pada wanita setelah melahirkan, yang beberapa bulan
kemudian timbul gejala hipotiroid. Sebagian besar akan pulih kembali menjadi normatiroid.
Setelah pengobatan dengan radiasi yodium radiaktif, atau setelah tindakan beda, jaringan tiroid
menjadi tidak berdungsi atau terambil semua oleh operasi mata akan timbul gejala hipotiroid.
Obat-obatan beta bloker (misalnya prapanolol) membantu mengendalikan beberapa
gejala Hipertiroid. Obat ini efektif dalam memperlambat denyut jantung yang cepat,
mengurangi gemetar dan mengendalikan kecemasan. Beta broker terutama bermanfaat dalam
mengatasi badai tiroid dan penderita yang dikendalikan oleh obat lain. Sebagian besar
pemakaian yodium radiaktif pada akhirnya menyebabkan hipotiroidlisme sekitar 25% penderita
mengalamai hipoteroidisme dalam waktu 1 tahun setelah pemberian radioaktif.
Pada riroldektomi, kelenjar tiroid diangkat melalui pembedahan. Pembedahan merupakan
terapi pilihan bagi penderita muda, penderita yang gondoknya sangat besar, penderita yang
alergi, terhadap obat atau mengalami efek samping akibat obat. Setelah menjalani
pembedahan, bisa terjadi hipotiroidisme kepada penderita ini diberikan terapi salih hormon
sepanjang hidupnya.
B. Anatomi fisiologi
Mekanisme yang berjalan di dalam tubuh manusia tersebut diatur oleh dua sistem
pengatur utama, yaitu: sistem saraf dan sistem hormonal atau sistem endokrin (Guyton & Hall:
1159). Pada umumnya, sistem saraf ini mengatur aktivitas tubuh yang cepat, misalnya kontraksi
otot, perubahan viseral yang berlangsung dengan cepat, dan bahkan juga kecepatan sekresi
beberapa kelenjar endokrin (Guyton & Hall: 703). Sedangkan, sistem hormonal terutama
berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti pengaturan
kecepatan rekasi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-bahan melewati membran sel
atau aspek lain dari metabolisme sel seperti pertumbuhan dan sekresi (Guyton & Hall:1159).
Hormon tersebut dikeluarkan oleh sistem kelenjar atau struktur lain yang disebut sistem
endokrin.Salah satu kelenjar yang mensekresi hormon yang sangat berperan dalam
metabolisme tubuh manusia adalah kelenjar tiroid. Dalam pembentukan hormon tiroid
tersebut dibutuhkan persediaan unsur yodium yang cukup dan berkesinambungan. Penurunan
total sekresi tiroid biasanya menyebabkan penurunan kecepatan metabolisme basal kira-kira
40 sampai 50 persen di bawah normal, dan bila kelebihan sekresi hormon tiroid sangat hebat
dapat menyebabkan naiknya kecepatan metabolisme basal sampai setinggi 60 sampai 100
persen di atas normal (Guyton & Hall: 1187). Keadaan ini dapat timbul secara spontan maupun
sebagai akibat pemasukan hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337-338). Tiroksin
dan triiodotironin berfungsi meningkatkan kecepatan reaksi kimia dalam hampir semua sel
tubuh, jadi meningkatkan tingkat metabolisme tubuh umum. Kalsitonin berfungsi memacu
pengendapan kalsium di dalam tulang sehingga menurunkan konsentrasi tingkat metabolisme
tubuh umum. Fungsi Hormon-hormon tiroid yang lain:
Memegang peranan penting dalam peetumbuhan fetus khususnya pertumbuhan saraf
dan tulang
Mempertahankan sekresi GH dan gonadotropin
Efek kronotropik dan inotropik terhadap jantung yaitu menambah kekuatan kontraksi
otot dan menambah irama jantung
Merangsang pembentukan sel darah merah
Mempengaruhi kekuatan dan ritme pernafasan sebagai kompensasi tubuh terhadap
kebutuhan oksigen akibat metabolism.
Bereaksi sebagai antagonis kalsium.
C. Patofisiologi
Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normal, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke salam
folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan dengan
pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan 5-15 kali lebih besar dari pada
normal.
Pada hipertiroidisme, konsentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan-bahan ini adalah antibody immunoglobulin yang disebut
TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berkaitan dengan reseptor yang mengikat TSH.
Bahan-bahan tersebut merangsang aktivasi CAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme. Karena itu pada pasien hipertiroidisme konsentrasi TSI meningkat. Bahan ini
mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid, yakni selama 12 jam,
berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya sekresi hormon tiroid
yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH oleh kelenjar hipofisis
anterior.
Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar batas,
sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar. Gejala
klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat hormon
tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas normal. Bahkan
akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita hipertiroidisme
mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang mengandung tonus otot
sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya tremor otot yang halus dengan
frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami gemetar tangan yang abnormal.
Nadi yang takikardia atau diatas normal juga merupakan salah satu efek hormone tiroid pada
system kardiovaskular. Eksopthalamus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak
keluar.
D. Manifestasi klinis
Hipertiroid pada penyakit graves adalah akibat antibodi reseptor TSH yang merangsng
aktivitas tiroid, sedang pada goiter multimodular toksik berhubungan dengan autonomi tiroid
itu sendiri.
Perjalanan penyakit hipertiroid biaanya perlahan-lahan dalam beberapa bulan sampai
beberapa tahun. Manifestasi klinis yang paling sering adalah penurunan berat badan,
kelelahan, tremor : gugup berkeringat banyak, tidak tahan panas, palpasi dan pembesaran
tiroid.
E. Etiologi
Hipertiroidisme dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus.
Peningkatan TSH akibat malfungsi kelenjar tiroid akan disertai penurunan TSH dan TRF karena
umpan balik negatif TH terhadap pelepasan keduanya. Hipertiroidisme akibat rnalfungsi
hipofisis memberikan gambaran kadar TH dan TSH yang finggi. TRF akan Tendah karena uinpan
balik negatif dari HT dan TSH. Hipertiroidisme akibat malfungsi hipotalamus akan
memperlihatkan HT yang finggi disertai TSH dan TRH yang berlebihan.
Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :
1. Penyakit Graves
Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih sering
daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.
Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH receptor
antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan mata dan kulit,
penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata, mata dapat
menonjol keluar hingga double vision. Penyakit mata ini sering berjalan sendiri dan tidak
tergantung pada tinggi rendahnya hormon teorid. Gangguan kulit menyebabkan kulit jadi
merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.
2. Toxic Nodular Goiter
Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau banyak. Kata
toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh TSH sehingga
memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.
3. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan
Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke dokter yang
tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang minum hormon
tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.
G. Komplikasi
Komplikasi tiroid adalah suatu aktivitas yang sangat berlebihan dari kelenjar tiroid, yang
terjadi secara tiba-tiba. Badai tiroid bisa menyebabkan :
1. Demam, kegelisahan, perubahan suasana hati, kebingungan
2. Kelemahan dan pengisutan otot yang luar biasa
3. Perubahan kesadaran (bahkan sampai terjadi koma)
4. Pembesaran hati disertai penyakit kuning yang ringan
Badal tiroid merupakan suatu keadaan darurat yang sangat berbahaya dan memerlukan
tindakan segera. Tekanan yang berat pada jantung bisa menyebabkan ketidakteraturan irama
jantung yang bisa berakibat fatal (aritmia) dan syok. Badal tiroid biasanya terjadi karena
hipertiroid tidak diobati atau karena pengobatan yang tidak adekuat dan bisa dipicu oleh :
- Infeksi - Diabetes yang kurang terkendali
- Pembedahan - Ketakutan
- Stress - Kehamilan atau persalinan
H. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan hipertiroid adalah produksi hormon (obat anti tiroid) atau merusak
jaringan tiroid (yodium radioaktif, tiroidektomi sub total)
1. Obat antitiroid
Digunakan dengan indikasi :
a. Terapi untuk memperpanjang remisi atau mendapatkan remisi yang menetap pada pasien
muda dengan struma ringan sampai sedang dan tirrotoksikosis.
b. Obat untuk mengontrol tirotoksikosis pada fase sebelum pengobatan, atau sesudah
pengobatan pada pasien yang mendapat yodium radioaktif.
c. Persiapan tiroidektomi
d. Pengobatan pasien hamil dan orang lanjut usia
e. Pasien dengan krisis tiroid
Obat antitiroid yang sering digunakan :
Obat Dosis awal (mg/hari) Pemeriksaan (mg/hari)
Karbimatol 30 – 60 5 – 20
Metimazol 30 – 60 5 – 20
Propiltiourasil 300 – 600 50 – 200
Obat-obatan ini umumnya diberikan sekitar 18 – 24 bulan. Pada pasien hamil biasanya
diberikan propil tiourasil dengan dosis serendah mungkin yaitu 200 mg/hari atau lebih lagi.
Pada masa laktasi juga diberikan propiltiourasil karena hanya sedikit sekali yang keluar dari air
susu ibu, oasis yang dipakai 100-500 mg tiap 8 jam.
2. Pengobatan dengan yodium radioaktif
Indikasi pengobatan dengan yodium radiaktif diberikan pada :
a. Pasien umur 35 tahun atau lebih
b. Hipertiroid yang kambuh sesudah di operasi
c. Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid
d. Tidak mampu atau tidak mau pengobatan dengan obat antitiroid
e. Adenoma toksik, goiter multinodular toksik
3. Operasi
Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroid. Indikasi operasi adalah :
a. Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid
b. Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar
c. Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif.
d. Adenoma toksik atau strauma multinodular toksik
e. Pada penyakit graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul
Sebelum operasi biasanya pasien diberi obat antitiroid sampai eutitiroid sampai eutiroid
kemudian diberi cairan kalium yodida 100-200 mg/hari atau cairan lugol 10-14 tetes/ hari
selama 10 hari sebelum dioperasi untuk mengurangi vaskularisasi pada kelenjar tiroid.
4. Pengobatan tambahan
a. Sekat β-adrenergik
Obat ini diberikan untuk mengurangi gejala dan tanda hipertiroid. Dosis diberikan 40-200
mg/hari yang dibagi atas 4 dosis. Pada orang lanjut usia diberik 10 mg/6 jam.
b. Yodium
Yodium terutama digunakan untuk persiapan operasi. Sesudah pengobatan dengan yodium
radiaktif dan pada krisis tiroid. Biasanya diberikan pada dosis 100-300 mg/hari.
c. Ipodat
Ipodat kerjanya lebih cepat dan sangat baik digunakan pada keadaan akut seperti krisis tiroid
kerja padat adalah menurunkan konversi T4 menjadi T3 diperifer, mengurangi sintesis hormon
tiroid, serta mengurangi pengeluaran hormon dari tiroid.
d. Litium
Litium mempunyai daya kerja seperti yodium, namun tidak jelas keuntungannya dibandingkan
dengan yodium. Litium dapat digunakan pada pasien dengan krisis tiroid alergi terhadap
yodium.
I. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan adalah :
1. TSH serum (biasanya menurun)
2. T3, T4 (biasanya meningkat)
3. Test darah hormon tiroid
4. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor)
8) Kegiatan Belajar 8
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
1) Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi hormon glucocortiroid dan
mineralocorticoid
b. Uraian Materi
HORMON KORTIKOSTEROID
Hormon kortikosteroid merupakan golongan hormon steroid yang diproduksi di korteks
adrenal. Hormon kortikosteroid terlibat dalam sistem fisiologis seperti respon stres, respon
kekebalan tubuh dan pengaturan inflamasi, metabolisme karbohidrat, katabolisme protein,
kadar elektrolit darah dan perilaku.
Sehingga hormon kortikosteroid sering digunakan untuk gejala udem, alergi, rematik dan
penyakit lupus baik digunakan sebagai obat tunggal atau dikombinasi dengan obat lainnya.
Hormon kortikosteroid dibagi dua, antara lain:
1. Glukokortikoid :
kortisol/hidrokortison. Hormon ini mengendalikan karbohidrat, metabolisme protein, dan
antiinflamasi dengan mencegah pelepasan fosfolipid, menurunkan aksi eosinofil dan
mekanisme lainnya.
2. Mineralokortikoid :
aldosteron, kortikosteron, desoksikorton. Hormon-hormon ini mempengaruhi metabolisme
garam dan air
Golongan kortikosteroid :
1. Hidrokortison.
2. Prednison: prednison, metilprednisolon, budesonida.
3. Derivat 9-alfa-flour: triamsinolon, deksametason, betametason, halsinonida.
4. Derivat 6-alfa-flour: fluokortolon, flunisolida
5. Derivat diflour: fluosinonida, flumetason, diflukortolon, flutikason.
6. Derivat klor: beklometason, mometason.
7. Derivat klor-flour: klobetasol, klobetason, fluklorolon, halometason.
Kortikosteroid memiliki khasiat farmakologis berikut:
a. Efek antiradang (inflamasi) berdasarkan efek vasokontriksi.
b. Daya imunosupresif dan antialergi.
c. Peningkatan glukoneogenesis. Pembentukan glukosa distimulasi, penyimpanannya
sebagai glikogen ditingkatkan.
d. Efek katabol, yaitu merintangi pembentukan protein dari asam-asam amino, sedangkan
pengubahannya ke glukosa dipercepat.
e. Pengubahan pembagian lemak. Umumnya penumpukan lemak di atas tulang selangka
dan muka yang menjadi bundar (moon face).
Hormon Glukokortikoid
Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis. ACTH
ini merangsangsekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACTH sendiri diatur oleh CRF/CRH
(Corticotropin ReleasingFactor/Hormone dari hipotalamus. ACTH ini mengaktifkan
sel adrenokortikal untuk memproduksisteroid melalui peningkatan siklik adenosin monofosfat
(cAMP). Kortisol ini apabila berlebih mempunyaiumpan balik negatif terhadap sekresi ACTH
dan CRF yang masing-masing mengarah pada hipofisis danhipotalamus agar sekresi CRF, ACTH,
dan kortisol kembali menjadi normal Pengaruh glukokortikoid pada metabolisme karbohidrat
dan proteinGlukokortikoid meningkatkan kadar glukosa darah sehingga merangsang pelepasan
insulin danmenghambat masuknya glukosa ke dalam sel otot. Peningkatan produksi glukosa ini
diikuti olehbertambahnya ekskresi nitrogen, dimana hal tersebut menunjukkan terjadinya
katabolisme proteinmenjadi karbohidrat. Glukokortikoid juga merangsang lipase yang sensitif
dan menyebabkan lipolisis.Peningkatan kadar insulin merangsang lipogenesis dan sedikit
menghambat lipolisis sehingga hasilakhirnya adalah peningkatan deposit lemak, peningkatan
pelepasan asam lemak, dan gliserol ke dalamdarah.Hormon ini juga menyebabkan
glukoneogenesis di perifer dan hepar. Di perifer steroid mempunyai efekkatabolik. Efek
katabolik inilah yang menyebabkan terjadinya atrofi jaringan limfoid, pengurangan
massa jaringan otot, terjadi osteoporosis tulang (pengurangan matriks protein tulang yang
diikuti olehpengeluaran kalsium), penipisan kulit, dan keseimbangan nitrogen menjadi
negatif. Asam aminotersebut dibawa ke hepar dan digunakan sebagai substrat enzim yang
berperan dalam produksi glukosadan glikogen.Dalam hepar glukokortikoid merangsang sintesis
enzim yang berperan dalam proses glukoneogenesisdan metabolisme asam amino, antara lain
peningkatan enzim fosfoenolpiruvat-karboksikinase, fruktosa-1,6-difosfatase, dan glukosa 6-
fosfatase, glikogen sintetase yang mengkatalisis sintesis glukosa (efek inimmebutuhkan waktu).
Efek yang timbul lebih cepat adalah pengaruh hormon terhadap mitokondirahepar, yaitu terjadi
sintesis piruvat karboksilase sebagai katalisator pembentukan oksaloasetat. Inimerupakan
reaksi permulaan sintesis glukosa dari piruvat.Pengunaan glukokortikoid untuk jangka lama
dapat menyebabkan peningkatan glukagon plasma yangdapat merangsang glukoneogenesis.
Keadaan ini dapat pula merupakan salah satu penyebab bertambahnya sintesis glukosa.
Peningkatan penyimpanan glikogen di hepar setelah pemberianglukokortikoid diduga sebagai
akibat aktivasi glikogen sintetase di hepar.Pada metabolisme protein, glukokortikoid
mengurangi penyimpanan protein dalam semua sel tubuhkecuali hati. Ini disebabkan karena
berkurangnya pembentukan protein dan bertambahnya katabolisme dalam sel.
Sedikitnya 95% aktivitas glukokortikoid dari sekresi adrenokortikal merupakan hasil dari sekresi
kortisol, yang dikenal juga sebagai hidrokortisol. Namun, sejumlah kecil aktivitas glukokortikoid
yang cukup penting diatur oleh kortikosteron.
Efek kortisol terhadap metabolisme karbohidrat adalah sebagai berikut:
1) perangsangan glukoneogenesis dengan cara meningkatkan enzim terkait dan pengangkutan
asam amino dari jaringan ekstrahepatik, terutama dari otot; 2) penurunan pemakaian glukosa
oleh sel dengan menekan proses oksidasi NADH untuk membentuk NAD +
3) peningkatan kadar glukosa darah dan “Diabetes Adrenal” dengan menurunkan sensitivitas
jaringan terhadap insulin.
Efek kortisol terhadap metabolisme protein adalah sebagai berikut:
1) pengurangan protein sel;
2) kortisol meningkatkan protein hati dan protein plasma; dan
3) peningkatan kadar asam amino darah, berkurangnya pengangkutan asam amino ke sel-sel
ekstra hepatik, dan peningkatan pengangkutan asam amino ke sel-sel hati. Jadi, mungkin
sebagian besar efek kortisol terhadap metabolisme tubuh terutama berasal dari kemampuan
kortisol untuk memobilisasi asam amino dari jaringan perifer, sementara pada waktu yang
sama meningkatkan enzim-enzim hati yang dibutuhkan untuk menimbulkan efek hepatik.
Efek kortisol terhadap metabolisme lemak adalah sebagai berikut:
1) mobilisasi asam lemakakibat berkurangnya pengangkutan glukosa ke dalam sel-sel lemak
sehingga menyebabkan asam-asam lemak dilepaskan; dan
2) obesitas akibat kortisol berlebihan karena penumpukan lemak yang berlebihan di daerah
dada dan kepala, sehingga badan bulat dan wajah “moon face”, disebabkan oleh perangsangan
asupan bahan makanan secara berlebihan disertai pembentukan lemak di beberapa jaringan
tubuh yang berlangsung lebih cepat daripada mobilisasi dan oksidasinya.
Selain efek dan fungsi yang terkait metabolisme, kortisol penting dalam mengatasi stres dan
peradangan karena dapat menekan proses inflamasi bila diberikan dalam kadar tinggi, dengan
mekanisme menstabilkan membran lisosom, menurunkan permeabilitas kapiler, menurunkan
migrasi leukosit ke daerah inflamasi dan fagositosis sel yang rusak, menekan sistem imun
sehingga menekan produksi limfosit, serta menurunkan demam terutama karena kortisol
mengurangi pelepasan interleukin-1 dari sel darah putih. Kortisol juga dapat mengurangi dan
mempercepat proses inflamasi, menghambat respons inflamasi pada reaksi alergi, mengurangi
jumlah eosinofil dan limfosit darah, serta meningkatkan produksi eritrosit, walaupun
mekanismenya yang belum jelas.
Hormon glukokortikoid mempunyai mekanisme kerja seluler sebagai berikut:
1) hormon masuk ke dalam sel melalui membran sel;
2) hormon berikatan dengan reseptor protein di dalam sitoplasma;
3) kompleks hormon-reseptor kemudian berinteraksi dengna urutan DNA pengatur spesifik,
yang disebut elemen respons glukokortikoid, untuk membangkitkan atau menekan transkripsi
gen; dan
4) glukokortikoid akan meningkatkan atau menurunkan transkripsi banyak gen untuk
mempengaruhi sintesis mRNA utnuk protein yang memperantarai berbagai pengaruh fisiologis.
Regulasi kortisol dipengaruhi oleh hormon ACTH yang disekresi oleh hipofisis. ACTH ini
merangsang sekresi kortisol. Sedangkan sekresi ACTH sendiri diatur oleh CRF/CRH
(Corticotropin Releasing Factor/Hormone) dari hipotalamus. ACTH ini mengaktifkan sel
adrenokortikal untuk memproduksi steroid melalui peningkatan siklik adenosin monofosfat
(cAMP). Kortisol ini apabila berlebih mempunyai umpan balik negatif terhadap sekresi ACTH
dan CRF yang masing-masing mengarah pada hipofisis dan hipotalamus agar sekresi CRF, ACTH,
dan kortisol kembali menjadi normal (Guyton and Hall, 2007).
Berlawanan dengan aldosteron, kortisol pada keadaan tertentu dapat menyebabkan retensi
Na+ dan meningkatkan ekskresi K+, tetapi efek ini jauh lebih kecil daripada aldosteron. Hal ini
disebabkan karena kortisol dapat menambah kecepatan filtrasi glomeruli; selain itu kortisol
juga dapat meningkatkan sekresi tubuli ginjal (Gunawan et.al, 2007).
9) Kegiatan Belajar 9
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan masalah-masalah pada gangguan hormon glucocortiroid
(Syndrome Cushing/peningkatan addison) dan masalah pada gangguan
hormon mineralocorticoid (addison disease/hyperadrenalism)
b. Uraian Materi
CUSHING SINDROME
1. Definisi
Sindrom Cushing adalah gangguan yang terjadi ketika tubuh mengalami peningkatan hormon
kortisol. Sindrom Cushing terjadi karena tubuh kelebihan hormon kortisol dalam tingkat yang
tinggi pada waktu yang lama.
Penyebab paling umum dari sindrom Cushing, yang sering disebut dengan hypercortisolism,
adalah penggunaan obat kortikosteroid oral. Kondisi ini juga dapat terjadi ketika tubuh
memproduksi terlalu banyak hormon kortisol.
2. Penyebab
Sindrom Cushing disebabkan karena tubuh terlalu banyak memproduksi hormon kortisol.
Kelenjar adrenal dalam tubuh dapat menghasilkan sejumlah hormon, termasuk kortisol. Fungsi
hormon kortisol adalah membantu mengatur tekanan darah dan menjaga fungsi sistem
kardiovaskular secara normal.
Namun, ketika tingkat kortisol dalam tubuh terlalu tinggi, seseorang dapat mengembangkan
sindrom Cushing. Kondisi ini dapat disebabkan karena tumbuhnya tumor pada kelenjar
hipofisis yang mengganggu produksi hormon kortisol.
Sindrom Cushing juga dapat berkembang jika seseorang mengambil obat kortikosteroid dalam
dosis tinggi selama jangka waktu yang lama. Obat-obatan tersebut seperti prednison, yang
memiliki efek yang sama seperti halnya kortisol diproduksi oleh tubuh.
3. Gejala dan diagnosis
Kebanyakan orang dengan sindrom Cushing akan memiliki:
• Tubuh obesitas atas (di atas pinggang) dan lengan tipis dan kaki
• Bulat, merah, wajah penuh ( moon face )
• Tingkat pertumbuhan yang lambat pada anak-anak
Perubahan kulit yang sering terlihat:
• Jerawat atau infeksi kulit
• Purple tanda (1/2 inci atau lebih lebar) yang disebut striae pada kulit perut, paha, dan
payudara
• Kulit tipis dengan mudah memar
Otot dan tulang perubahan meliputi:
• Sakit punggung, yang terjadi dengan kegiatan rutin
• Nyeri tulang atau nyeri
• Koleksi lemak di antara bahu ( punuk kerbau )
• Rib dan tulang belakang patah (yang disebabkan oleh penipisan tulang)
• Otot yang lemah
Tanda-tanda dan gejala sindrom Cushing bervariasi pada wanita dan pria.
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat
untuk memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks adrenal. (Soediman, 1996)
Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik,
biasanya auto imun atau tuberkulosa. (Baroon, 1994)
Penyakit Addison terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal. (Bruner, dan Suddart
Edisi 8 hal 1325)
Penyakit Addison ialah kondisi yang terjadi sebagai hasil dari kerusakan pada kelenjar
adrenal (Black, 1997). Penyakit Addison (juga dikenal sebagai kekurangan adrenalin kronik,
hipokortisolisme atau hipokortisisme) adalah penyakit endokrin langka dimana kelenjar
adrenalin memproduksi hormon steroid yang tidak cukup.
2. Korteks Adrenal
Korteks adrenal tersusun dari zona yaitu zona glomerulosa, zona fasikulata dan zona
retikularis. Korteks adrenal menghasilkan hormon steroid yang terdiri dari 3 kelompok hormon:
a. Glukokortikoid
Hormon ini memiliki pengaruh yang penting terhadap metabolisme glukosa; peningkatan
hidrokortison akan meningkatan kadar glukosa darah. Glukokortikoid disekresikan dari korteks
adrenal sebagai reaksi terhadap pelepasan ACTH dari lobus anterior hipofisis. Penurunan
sekresi ACTH akan mengurangi pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenal.
Glukokortikoid sering digunakan untuk menghambat respon inflamasi pada cedera jaringan
dan menekan manifestasi alergi. Efek samping glukokortikoid mencakup kemungkinan
timbulnya diabetes melitus, osteoporosis, ulkus peptikum, peningkatan pemecahan protein
yang mengakibatkan atrofi otot serta kesembuhan luka yang buruk dan redistribusi lemak
tubuh. Dalam keadaan berlebih glukokortikoid merupakan katabolisme protein, memecah
protein menjadi karbohidrat dan menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif.
b. Mineralokortikoid
Mineralokortikoid pada dasarnya bekerja pada tubulus renal dan epitelgastro intestinal
untuk meningkatkan absorpsi ion natrium dalam proses pertukaran untuk mengeksresikan ion
kalium atau hydrogen. Sekresi aldesteron hanya sedikit dipengaruhi ACTH. Hormon ini
terutama disekresikan sebagai respon terhadap adanya angiotensin II dalam aliran darah.
Kenaikan kadar aldesteron menyebabkan peningkatan reabsorpsi natrium oleh ginjal dan
traktus gastro intestinal yang cenderung memulihkan tekanan darah untuk kembali normal.
Pelepasan aldesteron juga ditingkatkan oleh hiperglikemia. Aldesteron merupakan hormon
primer untuk mengatur keseimbangan natrium jangka panjang.
C. Etiologi
1. Histoplasmosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur histoplasma capsulatum, yang
terutama menyerang paru-paru)
2. Koksidiodomikosis (penyakit infeksi yang disebabkan oleh jamur Coccidioides immitis, yang
biasanya menyerang paru-paru.
3. Kriptokokissie
4. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal
5. Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)
6. Adrenalitis auto imun
D. Patofisiologi
Penyebab terjadinya Hipofungsi Adrenokortikal mencakup operasi pengangkatan kedua
kelenjar adrenal atau infeksi pada kedua kelenjar tersebut. Tuberkulosis (TB) dan
histoplasmosis merupakan infeksi yang paling sering ditemukan dan menyebabkan kerusakan
pada kedua kelenjar adrenal. Meskipun kerusakan adrenal akibat proses autoimun telah
menggantikan tuberculosis sebagai penyebab penyakit Addison, namun peningkatan insidens
tuberculosis yang terjadi akhir-akhir ini harus mempertimbangkan pencantuman penyakit
infeksi ini kedalam daftar diagnosis. Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis juga
akan menimbulkan insufisiensi adrenal akibat penurunan stimulasi korteks adrenal.
Gejala insufisiensi adrenokortikal dapat pula terjadi akibat penghentian mendadak
terapi hormon adrenokortikal yang akan menekan respon normal tubuh terhadap keadaan
stres dan mengganggu mekanisme umpan balik normal. Terapi dengan pemberian
kortikosteroid setiap hari selama 2-4 minggu dapat menekan fungsi korteks adrenal. Oleh
sebab itu kemungkinan Addison harus di anitsipasi pada pasien yang mendapat pengobatan
kortikosteroid.
F. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium Darah
1. Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)
2. Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)
3. Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
4. Penurunan kadar kortisol serum
5. Kadar kortisol plasma rendah
6. ADH meningkat
7. Analisa gas darah: asidosis metabolic
8. Sel darah merah (eritrosit): anemia numokronik, Ht meningkat (karena hemokonsentrasi)
jumlah limfosit mungkin rendah, eosinofil meningkat.
b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi di adrenal.
c. CT Scan
Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan
insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan
hemoragik adrenal
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolik
e. Tes stimulating ACTH
Cortisol darah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek-cepat. Penyukuran cortisol
dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan
tingkatan-tingkatan cortisol dalam darah dan urin.
f. Tes Stimulating CRH
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
“Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini,
CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan
120 menit setelah suntikan. Pasien-pasien dengan ketidakcukupan adrenal sekunder
mempunyai respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH.
Ketidakhadiran respon-respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu
penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 – 50
mg/hr
2. Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
3. Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
4. Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
5. Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral
H. Komplikasi
1. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)
2. Kolaps sirkulasi
3. Dehidrasi
4. Hiperkalemiae
5. Sepsis
6. Ca. Paru
7. Diabetes melitus
10) Kegiatan Belajar 10
a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran
Menyebutkan jenis-jenis dan fungsi hormon pengaturan rasa haus
b. Uraian Materi
Pengaturan keseimbangan elektrolit
Pengaturan kebutuhan cairan dan elektrolit dalam tubuh diatur oleh ginjal, kulit, paru, dan
gastrointestinal. Selain itu, pengaturan keseimbangan cairan dapat meialui sistem atau
mekanisme rasa haus yang harus dikontrol oleh sistem hormonal, yakni ADH (anti diuretik
hormon), sistem aldosteron, prostaglandin, dan glukokortikoid.
1. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam pengaturan kebutuhan cairan
dan elektrolit. Hal ini terlihat pada fungsi ginjal, yakni sebagai pengatur air, pengatur
konsentrasi garam dalam darah. pengatur keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan
buangan atau kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini, diawali oleh kemampuan bagian ginjal
seperti glomerulus sebagai penyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500
c-c plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10 persennya disaring keluar. Cairan yang
tersaring (filtrat glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnva
menyerap semua bahan yang dibutuhkan. Keluaran urine yang diproduksi ginjal dapat
dipengaruhi oleh ADH dan aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/ bb/jam.
2. Kulit
Kulit merupakan bagian penting dalam pengaturan cairan yang terkait dengan proses
pengaturan panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik
dengan kemanpuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasouonstriksi.
Proses pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang
dikeluarkan tergantung pada banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam
kulit. Proses pelepasan panas lainya dilakukan melalui cara pemancaran yaitu dengan
melepaskan panas ke udara sekitarnya. Cara tersebut berupa cara konduksi, yaitu pengalihan
panas ke benda yang disentuh dan cara konveksi, yaitu dengan mengalirkan udara yang telah
panas ke permukaan yang lebih dingin.
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat ini, suhu dapat diturunkan dengan cara pelepasa.n air yang jumlahnya
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat
diperoleh dari aktivitas otot, suhu lingkungan, melalui kondisi tubuh yang panas.
3. Paru
Organ paru berperan dalam pengeluaran cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
terhadap upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal
Gastrointestinal merupakan organ saluran pencernaan _yang berperan dalam mengeluarkan
cairan melalui proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan yang
hilang dalam sistem ini sekitar 100-200 ml/ hari.
5. Sistem Endokrin
a. ADH
Hormon ini memiliki peran dalam meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat
mengendalikan keseimbangan air dalam tubuh. Hormon ini dibentuk oleh hipotalamus
yang ada di hipofisis posterior yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas
dan menurunkan cairan ekstrasel.
b. Aldosteron
Hormon ini berfungsi pada absorbsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di
tubulus ginjal. Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan
konsentrasi kalium, natrium, dan sistem angiotensin renin.
c. Prostaglandin
Prostagladin merupakan asam lemak yang ada pada jaringan yang berlungsi merespons
radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus, dan pengaturan pergerakan
gastrointestinal. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d. Gukokortikoid
Hormon ini berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang
menyebabkan volume darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e. Mekanisme Rasa Haus
Mekanisrne rasa haus diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara
merangsang pelepasan renin yang dapat menimbulkan produksi angiotensin
II, sehingga merangsang hipotalamus sehingga menimbulkan rasa haus.
1. Difusi
Difusi merupakan bercampurnya molekul-molekul dalam cairan, gas, atau cat padat
secara bebas atau acak. Proses difusi dapat terjadi bila dua zat bercarnpur dalam sel
membran. Dalam tubuh, proses difusi air, elektrolit, dan zat-zat lain terjadi melalui
membran kapiler yang permeabel. Kecepatan proses difusi bervariasi tergantung pada
faktor ukuran molekul, konsentrasi cairan, dan temperatur cairan.
Zat dengan molekul yang besar akan bergerak lambat dibanding rnolekul kecil. Moiekul
akan lebih mudah berpindah dari larutan berkonsentrasi tinggi ke larutan
berkonsentrasi rendah. Larutan dengan konsentrasi yang tinggi akan mempercepat
pergerakan molekul, sehingga proses difusi berjalan lebih cepat.
2. Osmosis
Osmosis adalah proses perpindahan zat ke larutan lain melalui membran
semipermeabel biasanya terjadi dari larutan dengan konsentrasi yang kurang pekat ke
larutan dengan konsentrasi lebih pekat. Solut adalah zat pelarut, sedang solven adalah
larutannya. Air merupakan solven, sedang garam adalah solut. Proses osmosis ini
penting dalam pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan intrasel.
Osmolaritas adalah cara untuk mengukur kepekatan larutan dengan menggunakan
satuan mol. Natrium dalam NaCl berperan penting dalam pengaturan keseimbangan
cairan dalam tubuh. Apabila ada tiga jenis larutan garam dengan kepekatan yang
berbeda, dan di dalamnya di masukkan sel darah merah maka larutan yang mempunyai
kepekatan sama yang akan seimbang dan berdifusi terlebih dahulu. Larutan NaCl 0,9 %
merupakan larutan yang isotonik, karena larutan NaC 1 mempunyai kepekatan yang
sama dengan larutan dalam sistem vaskular. Larutan isotonik merupakan larutan yang
mempunyai kepekatan sama dengan larutan yang dicampur. larutan liipotonik
mempunyai kepekatan lebih rendah dibanding dengan larutan intrasel.
Pada proses osmosis, dapat terjadi perpindahan larutan dengan kepekatan rendah ke
larutan yang kepekatannya lebih tinggi melalui rnembran semipermeabel, sehingga
larutan yang berkonsentrasi rendah volumenya akan berkurang, sedangkan larutan
yang berkonsentrasi lebih tinggi akan bertambah volumenya.
3. Transpor Aktif
Proses perpindahan cairan tubuh dapat menggunakan mekanisme transpor aktif.
Transpor aktif merupakan gerak zat yang akan berdifusi dan berosmosis. Proses ini
penting untuk mempertahankan natrium dalam cairan intra dan ekstrasel.
Proses pengaturan cairan dipengaruhi oleh dua faktor yakni tekanan cairan dan
membran semipermeabel.
a. Tekanan cairan. Proses difusi dan osmosis melibatkan adanya tekanan cairan.
Proses osmotik juga menggunakan tekanan osmotik, yang merupakan kemampuan
partikel pelarut untuk menarik larutan melalui membran. Bi1a dua larutan dengan
perbedaan konsentrasi maka larutan yang mempunyai konsentrasi lebih pekat
molekul intinya tidak dapat bergabung, larutan tersebut disebut: koloid. Sedangkan
larutan yang mempunyai kepekatan yang sama dapat becrgabung maka larutan
tersebut discbut kristaloid. Scbagai contoh, larutan kristaloid adalah larutan garam.
Sedangkan koloid adalah apabila protein bercampur dengan plasma. Secara
normal, perpindahan cairan menembus membran sel permeabel tidak terjadi.
Prinsip tekanan osmotik ini sangat penting dalam proses pembcrian cairan
intravena. Biasanya larutan yang sering digunakan dalam pemberian infus
intrmuskular bersifat isotonik karena mempunvai konsentrasi yang sama dengan
plasma darah. Hal ini penting untuk mencegah perpindahan cairan dan elektrolit ke
dalam intrasel. larutan intravena yang hipotonik, yang larutan mempuyai
konsentrasi kurang pekat disbanding dengan konsenirasi plasma darah. Hal ini
menyebabkan tekanan osmotic plasma akan lebih besar dibandingkan dengan
tekanan osmotik cairan interstisial, karena konsentrasi protein dalam plasma lebih
besar disbanding cairan interstisial dan molekul protein lebih besar, maka akan
terbentuk larutan koloid Yang sulit menembus membran semipermiabel. Tekanan
hidrostatik adalah kemampuan tiap molekul larutan yang bergerak dalam ruang
tertutup. Hal ini penting untuk pengaturan keseimbangan cairan ekstra dan
intrasel.
b. Membran semipermiabel merupakan penyaring agar cairan yang bermolekul besar
tidak tergabung. Membran semipermiabel ini terdapat pada dinding kapiler
pembuluh darah, Yang terdapat di seluruh tubuh sehingga molekul atau zat lain
tidak berpindah ke jaringan.
Thalamus mengelilingi ventrikel ketiga. Ini adalah produk utama dari diencephalon
embrio. Thalamus adalah struktur terbesar di diencephalon, bagian dari otak yang terletak
antara otak tengah (mesencephalon) dan otak depan (telencephalon). Secara anatomis,
thalamus bertengger di atas batang otak, dekat pusat otak, dalam posisi untuk mengirimkan
serabut saraf ke korteks serebral di segala penjuru. Lebar thalamus ± 1 dan panjangnya 3 .
Hipotalamus terletak di permukaan bawah otak. Itu terletak tepat di bawah thalamus
dan di atas kelenjar pituitari, yang terpasang dengan tangkai. Ini merupakan bagian yang sangat
kompleks dari otak yang mengandung banyak daerah dengan fungsi yang sangat khusus. Pada
manusia, hipotalamus adalah sekitar ukuran kacang dan menyumbang kurang dari 1% dari
berat otak.
2. Fungsi Hipotalamus
Hipotalamus sangat penting untuk hidup seperti itu memainkan peran yang sangat
penting. Kontrol proses metabolisme tertentu dan kegiatan lainnya dari sistem saraf otonom.
Mengsintesiskan dan mengeluarkan neurohormones, sering disebut hipotalamus
mengeluarkan hormon. Melepaskan hormon ini membantu mengontrol dan mengatur sekresi
hormon hipofisis.
Fungsi hipotalamus dapat terdaftar sebagai:
mengontrol pelepasan hormon utama 8 oleh kelenjar hipofisis
kontrol suhu tubuh
kontrol dari asupan makanan dan air, lapar dan Haus
kontrol seksual perilaku dan reproduksi
kontrol siklus harian di fisiologis negara dan perilaku juga dikenal sebagai ritme sirkadian
mediasi tanggapan emosional
Salah satu fungsi utama dari hipotalamus adalah untuk mempertahankan homeostasis,
yaitu, untuk menjaga tubuh manusia tetap stabil, kondisi konstan. Hypothalamus yang
merespon berbagai sinyal dari lingkungan internal dan eksternal termasuk suhu tubuh, lapar,
perasaan yang up penuh setelah makan, tekanan darah dan kadar hormon dalam sirkulasi. Hal
ini juga merespon stres dan mengatur ritme tubuh kita sehari-hari seperti sekresi malam hari
melatonin dari kelenjar pineal dan perubahan kortisol (hormon stres) dan suhu tubuh selama
periode 24-jam. Hipotalamus mengumpulkan dan menggabungkan informasi ini dan
menempatkan perubahan di tempat untuk memperbaiki ketidakseimbangan.
Meskipun hipotalamus adalah organ kecil di otak, memiliki tugas besar untuk melakukan.
Ini berbentuk seperti kerucut dan terletak di atas batang otak, di bawah talamus. Bagian ini
membentang ke bawah hingga bertemu dengan tangkai infundibular, yang merupakan tabung
yang bergabung ke kelenjar pituitari. Secara umum, organ ini memiliki beberapa fungsi yang
dipecah menjadi masing-masing dari tiga bagian.
Karena berapa hipotalamus terhubung ke beberapa daerah dari sistem saraf pusat dan
otak depan limbik, harus menyesuaikan sesuai dengan sinyal yang berbeda, baik internal
maupun eksternal. Rangsangan penciuman sering mempengaruhi hormon endokrin.
Glucorticoids dan steroid mempengaruhi tanggapan seperti nafsu makan atau kehausan.
Paparan sinar matahari adalah sinyal yang jelas, hal ini membantu mengatur siklus tidur dan
bangun.
Daerah anterior hipotalamus terletak di depan dan bertanggung jawab untuk beberapa
fungsi. Ini adalah bagian penting dari termoregulasi, yang merupakan pengaturan suhu tubuh.
Termoregulasi dikendalikan melalui berkeringat dan terengah-engah. Tidur dan siklus sirkadian
juga diatur oleh daerah anterior.
Di tengah hipotalamus, daerah tuberal ditemukan. Bagian ini bertanggung jawab atas haus
dan lapar. Wilayah tuberal juga mengontrol tekanan darah dan denyut jantung. Pertumbuhan
mengatur hormon dan produksi dopamin diatur oleh daerah ini juga.
Pada bagian belakang hipotalamus adalah daerah posterior. Peningkatan tekanan darah,
menggigil, dan pelebaran pupil dikontrol oleh daerah ini. Fungsi memori juga dipengaruhi oleh
daerah ini.
Hipotalamus Penghasil Hormon
Ada dua set sel-sel saraf di hipotalamus yang menghasilkan hormon. Satu set mengirimkan
hormon yang mereka hasilkan ke bawah melalui tangkai hipofisis ke lobus posterior kelenjar
hipofisis di mana hormon ini dilepaskan langsung ke aliran darah. Hormon-hormon ini hormon
anti-diuretik dan oksitosin. Hormon anti-diuretik menyebabkan reabsorpsi air di ginjal dan
merangsang oksitosin kontraksi uterus saat melahirkan dan penting dalam menyusui.
Yang lain dari sel saraf menghasilkan merangsang dan menghambat hormon yang
mencapai lobus anterior dari kelenjar pituitary melalui jaringan pembuluh darah yang berjalan
ke bawah melalui tangkai hipofisis. Ini mengatur produksi hormon yang mengendalikan gonad,
kelenjar tiroid dan korteks adrenal serta produksi hormon pertumbuhan yang mengatur
pertumbuhan dan prolaktin yang penting untuk produksi susu. Hormon-hormon yang
diproduksi di hipotalamus adalah corticotrophin-releasing hormone, dopamin, hormon
pertumbuhan hormon-releasing, somatostatin, Gonadotropin-releasing hormone dan
thyrotrophin-releasing hormon.
Secara keseluruhan, hipotalamus mengontrol berbagai fungsi tubuh yang penting.
Neurohormonnya dikendalikan dan dirilis oleh organ kecil ini di otak. Melalui hormon ini,
aktivitas kelenjar hipofisis dikendalikan, serta proses metabolisme sistem saraf otonom
keseluruhan.
Selain hormon dan pengendalian aspek metabolisme, hipotalamus juga mengontrol dan
melepaskan hormon yang mempengaruhi sistem endokrin. Hormon endokrin dikirim ke
kelenjar pituitari dan memainkan peran dalam perilaku tertentu yang didasarkan pada emosi,
seperti kemarahan, kecemasan atau ketakutan, dan kegiatan seksual.
Hipotalamus mengontrol banyak sekali hormon yang sangat penting bagi tubuh. Fungsi
pengaturan hormon inilah yang menentukan, betapa sangat vitalnya satu organ ini.
Hormon-hormon yang dikontrol oleh hipotalamus antara lain:
2. Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan molekul 5808 untuk insulin manusia. Insulin terdiri atas
dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan disulfide.
Sebelum insulin dapat berfungsi dia harus berikatan dengan protein reseptor yang besar
didalam membrane sel.(Guyton,699)
Efek insulin yang paling jelas adalah setelah makan. Efek utamanya adalah menurunkan kadar
gula darah, juga mempengaruhi metabolism protein dan lemak. Penurunan kadar gula darah
terjadi karena transport membrane terhadap glukosa ke dalam sel meningkat, khususnya ke
dalam sel-sel otot. Insulin menghambat perombakan glikogen menjadi glukosa dan konversi
asam amino atau asam lemak menjadi glukosa; jadi menghambat aktivitas metabolic yang
dapat meningkatkan glukosa darah. Setelah glukosa masuk kedalam sel-sel sasaran, insulin
mempengaruhi
a) Oksidasi glukosa menghasilkan ATP
b) Menggabungkan glukosa membentuk glikogen
c) Mengkonversi glukosa menjadi lemak.
Kebutuhan energy didahulukan, baru deposit glikogen; bila masih ada glukosa, terjadi deposit
lemak. Sekresi insulin dirangsang naiknya kadar gula darah, juga kadar asam amino dan asam
lemak darah. .(dr Jan Tamboyang,:2001:75)
b. Teori Glikosilasi
Akibat hiperglikemia akan menyebabkan terjadinya glikosilasi pada semua protein, terutama
yang mengandung senyawa lisin. Terjadinya proses glikosilasi pada protein membran basal
dapat menjelaskan semua komplikasi baik makro maupun mikro vaskular.Terjadinya Kaki
Diabetik (KD) sendiri disebabkan oleh faktor – factor disebutkan dalam etiologi. Faktor utama
yang berperan timbulnya KD adalah angiopati, neuropati dan infeksi. Neuropati merupakan
faktor penting untuk terjadinya KD. Adanya neuropati perifer akan menyebabkan terjadinya
gangguan sensorik maupun motorik. Gangguan sensorik akan menyebabkan hilang atau
menurunnya sensasi nyeri pada kaki, sehingga akan mengalami trauma tanpa terasa yang
mengakibatkan terjadinya ulkus pada kaki gangguan motorik juga akan mengakibatkan
terjadinya atrofi otot kaki, sehingga merubah titik tumpu yang menyebabkan ulsetrasi pada
kaki pasien. Angiopati akan menyebabkan terganggunya aliran darah ke kaki. Apabila sumbatan
darah terjadi pada pembuluh darah yang lebih besar maka penderita akan merasa sakit
tungkainya sesudah ia berjalan pada jarak tertentu.
Manifestasi gangguan
Pembuluh darah yang lain dapat berupa : ujung kaki terasa dingin, nyeri kaki di malam hari,
denyut arteri hilang, kaki menjadi pucat bila dinaikkan. Adanya angiopati tersebut akan
menyebabkan terjadinya penurunan asupan nutrisi, oksigen (zat asam ) serta antibiotika
sehingga menyebabkan luka sulit sembuh ( Levin,1993). Infeksi sering merupakan komplikasi
yang menyertai KD akibat berkurangnya aliran darah atau neuropati, sehingga faktor angiopati
dan infeksi berpengaruh terhdap penyembuhan atau pengobatan dari KD.
G. Tanda dan Gejala
Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu
dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam
darah mencapai nilai 160 - 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang
mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut.
Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun
tidak semua
dialami oleh penderita :
1. Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)
2. Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)
3. Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)
4. Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan
diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat
waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang
menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami
berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing
manis.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1. Katarak
2. Glaukoma
3. Retinopati
4. Gatal seluruh badan
5. Pruritus Vulvae
6. Infeksi bakteri kulit
7. Infeksi jamur di kulit
8. Dermatopati
9. Neuropati perifer
10. Neuropati visceral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi
H. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan kadar glukosa darah, tidak dapat ditegakkan
hanya atas dasar adanya glukosuria saja. Dalam menegakkan diagnosis DM harus diperhatikan
asal bahan darah yang diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis DM,
pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan
bahan glukosa darah plasma vena. Saat ini banyak dipasarkan alat pengukur kadar glukosa
darah cara reagen kering yang umumnya sederhana dan mudah dipakai.
Hasil pemeriksaan kadar glukosa darah memakai alat-alat tersebut dapat dipercaya sejauh
kalibrasi dilakukan dengan baik dan cara pemeriksaan sesuai dengan cara standar yang
dianjurkan. Untuk memantau kadar glukosa darah dapat dipakai bahan darah kapiler. Ada
perbedaan antara uji diagnostic DM dan pemeriksaan penyaring. Uji diagnostic DM dilakukan
untuk mereka yang menunjukan gejala atau tanda DM. Sedangkan pemeriksaan penyaring
bertujuan untuk mengidenfikasi mereka yang tidak bergejala tetapi memilliki resiko DM.
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor risiko untuk
DM, yaitu :
1. kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
2. kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m 2)
3. tekanan darah tinggi (> 140/90 mmHg)
4. riwayat keluarga DM
5. riwayat kehamilan dengan BB lahir bayi > 4000 gram
6. riwayat DM pada kehamilan
7. dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau Trigliserida > 250 mg/dl
8. pernah TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) atau GDPT (Glukosa Darah Puasa Terganggu)
Pemeriksaan penyaring yang dapat dilakukan:
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar Glukosa darah puasa
3. Tes Toleransi Glukosa
Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)
Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena < 100 100-200 >200
Darah kapiler <80 80-200 >200
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena <110 110-120 >126
Darah Kapiler <90 90-100 >100
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah, lalu dinaikkan perlahan-lahan
sesuai dengan hasil glukosa darah apsien. Jika pasien sudah diberikan sulfonylurea dan
metformin sampai dosis maksimal namun kadar glukosa darah belum mencapai sasaran
dianjurkan penggunaan kombinasi sulfonylurea dengan metformin. Jika cara ini tidak berhasil
juga, dipakai kombinasi sulfonilaria dan metformin
Pada DM tipe 2, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi dalam 3-10 menit pertama
setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel
beta (siap pakai) tidak dapat menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah
sekresi insulin dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih
banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang
normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar
insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati meningkat, sehingga kadar
glukosa darah puasa meningkat. Secara berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk
menghasilkan insulin akan menurun. Dengan demikian perjalanan DM tipe 2, dimulai dengan
gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 di mana
tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta. Penelitian menunjukkan adanya
hubungan antara kadar glukosa darah puasa dengan kadar insulin puasa. Pada kadar glukosa
darah puasa 80-140 mg/dl kadar insulin puasa meningkat tajam, akan tetapi jika kadar glukosa
darah puasa melebihi 140 mg/dl maka kadar insulin tidak mampu meningkat lebih tinggi lagi;
pada tahap ini mulai terjadi kelelahan sel beta menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat
kadar insulin puasa dalam darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap
produksi glukosa hati khususnya glukoneogenesis mulai berkurang sehingga produksi glukosa
hati makin meningkat dan mengakibatkan hiperglikemi pada puasa. Faktor-faktor yang dapat
menurunkan fungsi sel beta diduga merupakan faktor yang didapat (acquired) antara lain
menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa kandungan dan bayi, adanya deposit amilyn
dalam sel beta dan efek toksik glukosa (glucose toXicity) (Schteingart, 2005 dikutip oleh
Indraswari, 2010).
Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin tetap dapat dipertahankan
sedangkan pada sebagian orang lain sudah terjadi resistensi insulin dalam beberapa tingkatan.
Pada seorang penderita dapat terjadi respons metabolik terhadap kerja insulin tertentu tetap
normal, sementara terhadap satu atau lebih kerja insulin yang lain sudah terjadi gangguan.
Resistensi insulin merupakan sindrom yang heterogen, dengan faktor genetik dan lingkungan
berperan penting pada perkembangannya. Selain resistensi insulin berkaitan dengan
kegemukan, terutama gemuk di perut, sindrom ini juga ternyata dapat terjadi pada orang yang
tidak gemuk. Faktor lain seperti kurangnya aktifitas fisik, makanan mengandung lemak, juga
dinyatakan berkaitan dengan perkembangan terjadinya kegemukan dan resistensi insulin
(Indraswari, 2010).
D. Gambaran Klinis
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah (Agustina, 2009):
Keluhan Klasik
a. Penurunan berat badan
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus menimbulkan
kecurigaan. Hal ini disebabkan glukosa dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga
sel kekurangan bahan bakar untuk menghasilkan tenaga. Untuk kelangsungan hidup, sumber
tenaga terpaksa diambil dari cadangan lain yaitu sel lemak dan otot. Akibatnya penderita
kehilangan jaringan lemak dan otot sehingga menjadi kurus.
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak kencing. Kencing
yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat mengganggu penderita, terutama pada
waktu malam hari.
c. Banyak minum
Rasa haus sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar melalui kencing.
Keadaan ini justru sering disalah tafsirkan. Dikira sebab rasa haus ialah udara yang panas atau
beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus itu penderita minum banyak.
c. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah dimetabolisme menjadi glukosa dalam darah tidak
seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
Keluhan lain:
a. Gangguan saraf tepi / Kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu malam, sehingga
mengganggu tidur. Gangguan penglihatan Pada fase awal penyakit Diabetes sering dijumpai
gangguan penglihatan yang mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali
agar ia tetap dapat melihat dengan baik.
b. Gatal / Bisul
Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah kemaluan atau daerah lipatan kulit
seperti ketiak dan di bawah payudara. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul dan luka yang
lama sembuhnya. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti luka lecet karena sepatu
atau tertusuk peniti.
c. Gangguan Ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara terus terang
dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat yang masih merasa tabu
membicarakan masalah hubungan badan, apalagi menyangkut kemampuan atau kejantanan
seseorang.
d. Keputihan
Pada wanita, keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan kadang-
kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
a. Pemeriksaan Penyaring
Pemeriksaan penyaring perlu dilakukan pada kelompok dengan salah satu faktor risiko untuk
DM, yaitu:
1) Kelompok usia dewasa tua ( > 45 tahun )
2) Kegemukan {BB (kg) > 120% BB idaman atau IMT > 27 (kg/m2)}
3) Tekanan darah tinggi (> 140/90 mmhg)
4) Riwayat keluarga DM
5) Riwayat kehamilan dengan bb lahir bayi > 4000 gram
6) Riwayat dm pada kehamilan
7) Dislipidemia (HDL < 35 mg/dl dan atau trigliserida > 250 mg/dl
8) Pernah TGT (toleransi glukosa terganggu) atau GDPT (glukosa darah puasa terganggu)
Tabel 1.
Kadar glukosa darah sewaktu* dan puasa* sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM
(mg/dl)
Keterangan:
*metode enzimatik
* Kriteria diagnostik tsb harus dikonfirmasi ulang pada hari yang lain, kecuali untuk keadaan
khas hiperglikemia dengan dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis atau berat
badan yang menurun cepat.
2. Usia
Umumnya manusia mengalami perubahan fisiologis yang secara drastis menurun dengan cepat
setelah usia 40 tahun. Diabetes sering muncul setelah seseorang memasuki usia rawan
tersebut, terutama setelah usia 45 tahun pada mereka yang berat badannya berlebih, sehingga
tubuhnya tidak peka lagi terhadap insulin.
4. Obesitas
80% dari penderita NIDDM adalah Obesitas/gemuk.
5. Merokok
Sebuah universitas di Swiss membuat suatu analisis 25 kajian yang menyelidiki hubungan
antara merokok dan diabetes yang disiarkan antara 1992 dan 2006, dengan sebanyak 1,2 juta
peserta yang ditelusuri selama 30 tahun. Mereka mendapati resiko bahkan lebih tinggi bagi
perokok berat. Mereka yang menghabiskan sedikitnya 20 batang rokok sehari memiliki resiko
terserang diabetes 62% lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang tidak merokok. Merokok
dapat mengakibatkan kondisi yang tahan terhadap insulin, kata para peneliti tersebut. Itu
berarti merokok dapat mencampuri cara tubuh memanfaatkan insulin. Kekebalan tubuh
terhadap insulin biasanya mengawali terbentuknya Diabetes tipe 2.
6. Hipertensi
Pada orang dengan diabetes mellitus, hipertensi berhubungan dengan resistensi insulin dan
abnormalitas pada sistem renin-angiotensin dan konsekuensi metabolik yang meningkatkan
morbiditas. Abnormalitas metabolik berhubungan dengan peningkatan diabetes mellitus pada
kelainan fungsi tubuh/ disfungsi endotelial. Sel endotelial mensintesis beberapa substansi
bioaktif kuat yang mengatur struktur fungsi pembuluh darah.
3. Spesific protection
Spesific protection dilakukan dalam upaya pemberian perlindungan secara dini kepada
masyarakat sehubungan dengan masalah kesehatan. Pada beberapa penyakit biasanya
dilakukan dalam bentuk pemberian imunisasi namun untuk perkembangan sekarang, diabetes
mellitus dapat dilakukan melalui :
Pemberian penetral radikal bebas seperti nikotinamid
Mengistirahatkan sel-beta melalui pengobatan insulin secara dini
Penghentian pemberian susu formula pada masa neonatus dan bayi sejak dini
Pemberian imunosupresi atau imunomodulasi
4. Early diagnosis and promp treatment
Early diagnosis and prompt treatmen dilakukan sehubungan dengan upaya pendeteksian
secara dini terhadap individu yang nantinya mengalami DM dimasa mendatang sehingga dapat
dilakukan upaya penanggulangan sedini mungkin untuk mencegah semakin berkembangnya
risiko terhadap timbulnya penyakit tersebut. Upaya sehubungan dengan early diagnosis pada
DM adalah dengan melakukan :
Melakukan skrining DM di masyarakat
Melakukan survei tentang pola konsumsi makanan di tingkat keluarga pada kelompok
masyarakat
5. Disability limitation
Disability limitation adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah dampak lebih besar
yang diakibatkan oleh DM yang ditujukan kepada seorang yang telah diangap sebagai penderita
DM karena risiko keterpaparan sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan adalah :
Pemberian insulin yang tepat waktu
Penanganan secara komprehensif oleh tenaga ahli medis di rumah sakit
Perbaikan fasilitas-fasilitas pelayanan yang lebih baik
6. Rehabilitation
Rehabilitation ditujukan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan kembali pada individu yang
telah mengalami sakit. Pada penderita DM, upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan adalah :
Pengaturan diet makanan sehari-hari yang rendah lemak dan pengkonsumsian
makanan karbohidrat tinggi yang alami
Pemeriksaan kadar glukosa darah secara teratur dengan melaksanakan pemeriksaan
laboratorium komplit minimal sekali sebulan
Penghindaran atau penggunaan secara bijaksana terhadap obat-obat yang
diabetagonik
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada
pasien yang telah menderita DM. Dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan
tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. Salah satu penyulit DM
yang sering terjadi adalah penyakit kardiovaskular yang merupakan penyebab utama kematian
pada penyandang diabetes.
Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan :
a. Skrinning
Skrinning dilakukan dengan menggunakan tes urin, kadar gula darah puasa, dan GIT. Skrinning
direkomendasikan untuk :
Orang-orang yang mempunyai keluarga diabetes
Orang-orang dengan kadar glukosa abnormal pada saat hamil
Orang-orang yang mempunyai gangguan vaskuler
Orang-orang yang gemuk
b. Pengobatan
Pengobatan diabetes mellitus bergantung kepada pengobatan diet dan pengobatan bila
diperlukan. Kalau masih bisa tanpa obat, cukup dengan menurunkan berat badan sampai
mencapai berat badan ideal. Untuk itu perlu dibantu dengan diet dan bergerak badan.
Pengobatan dengan perencanaan makanan (diet) atau terapi nutrisi medik masih merupakan
pengobatan utama, tetapi bilamana hal ini bersama latihan jasmani/kegiatan fisik ternyata
gagal maka diperlukan penambahan obat oral. Obat hipoglikemik oral hanya digunakan untuk
mengobati beberapa individu dengan DM tipe II. Obat ini menstimulasi pelapisan insulin dari
sel beta pancreas atau pengambilan glukosa oleh jaringan perifer.
Tabel 2
Aktivitas Obat Hipoglisemik Oral
c. DIET
Diet adalah penatalaksanaan yang penting dari kedua tipe DM. makanan yang masuk harus
dibagi merata sepanjang hari. Ini harus konsisten dari hari kehari. Adalah sangat penting bagi
pasien yang menerima insulin dikordinasikan antara makanan yang masuk dengan aktivitas
insulin lebih jauh orang dengan DM tipe II, cenderung kegemukan dimana ini berhubungan
dengan resistensi insulin dan hiperglikemia. Toleransi glukosa sering membaik dengan
penurunan berat badan. (Hendrawan,2002).
Gambar 1
Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2
C. Penanggulangan Diabetes Mellitus Tipe 2
Program penanggulangan penyakit Diabetes Mellitus di Indonesia
Tujuan program pengendalian DM di Indonesia adalah terselenggaranya pengendalian faktor
risiko untuk menurunkan angka kesakitan, kecacatan dan kematian yang disebabkan DM.
Pengendalian DM lebih diprioritaskan pada pencegahan dini melalui upaya pencegahan faktor
risiko DM yaitu upaya promotif dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif (Rachmadany,2010).
Program pencegahan primer di Indonesia telah dilaksanakan oleh PT.Merck Indonesia Tbk
bekerja sama dengan Depkes RI dan organisasi profesi seperti Konferensi Kerja Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia (PERKENI) dan organisasi kemasyarakatan seperti Persatuan Diabetes
Indonesia (PERSADI) dan Perhimpunan Edukator Diabetes Indonesia (PEDI) yaitu program
bertajuk Pandu Diabetes dengan simbol Titik Oranye. Melakukan kegiatan-kegiatan antara lain
memberikan informasi dan edukasi mengenai Diabetes Mellitus dan pemeriksaan kadar gula
darah secara gratis bagi sejuta orang yang telah diluncurkan oleh Menkes pada 15 Maret 2003.
Mengingat penderita Diabetes sangat rentan untuk terkena infeksi, hal ini juga merupakan
salah satu cara untuk mengurangi amputasi kaki akibat pekait Diabetes
Mellitus(Rachmadany,2010).
Edukasi secara individual atau pendekatan berdasarkan penyelesaian masalah merupakan inti
perubahan perilaku yang berhasil. Perubahan Perilaku hampir sama dengan proses edukasi
yang memerlukan penilaian, perencanaan, implementasi, dokumentasi, dan evaluasi.
b. Perencanaan makanan
Biasanya pasien DM yang berusia lanjut terutama yang gemuk dapat dikendalikan hanya
dengan pengaturan diet saja serta gerak badan ringan dan teratur. Perencanaan makan
merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes, meski sampai saat ini tidak ada satu pun
perencanaan makan yang sesuai untuk semua pasien. Perencanaan makan harus disesuaikan
menurut kebiasaan masing-masing individu. Yang dimaksud dengan karbohidrat adalah gula,
tepung, serat.
Faktor yang berpengaruh pada respon glikemik makanan adalah cara memasak, proses
penyiapan makanan, dan bentuk makan serta komposisi makanan (karbohidrat, lemak, dan
protein). Jumlah masukan kalori makanan yang berasal dari karbohidrat lebih penting daripada
sumber atau macam karbohidratnya. Gula pasir sebagai bumbu masakan tetap diijinkan. Pada
keadaan glukosa darah terkendali, masih diperbolehkan untuk mengkonsumsi sukrosa (gula
pasir) sampai 5 % kebutuhan kalori.
Lingkar Perut
Klasifikasi IMT (Asia Pasific) <90cm (Pria) >90cm (Pria)
<80cm (Wanita)
>80cm (Wanita)
Risk of co-morbidities
BB Kurang <18,5 Rendah Rata-rata
BB Normal 18,5-22,9 Rata-rata Meningkat
BB Lebih >23,0 :
Dengan risiko : 23,0-24,9 Meningkat Sedang
Obes I : 25,0-29,9
Sedang Berat
Obes II : ≥ 30
Berat Sangat berat
c. Latihan Jasmani
Kegiatan jasmani sehari – hari dan latihan jasmani teratur (3 – 4 kali seminggu selama kurang
lebih 30 menit), merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan diabetes tipe II. Latihan jasmani
dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga akan
memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan jasmani yang dimaksud ialahjalan, bersepeda
santai, jogging, berenang.
Prinsip latihan jasmani yang dilakukan:
1) Continous:
Latihan jasmani harus berkesinambungan dan dilakukan terus menerus tanpa berhenti.
Contoh: Jogging 30 menit , maka pasien harus melakukannya selama 30 menit tanpa henti.
2) Rhytmical:
Latihan olah raga dipilih yang berirama yaitu otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur,
contoh berlari, berenang, jalan kaki.
3) Interval:
Latihan dilakukan selang-seling antar gerak cepat dan lambat. Contoh: jalan cepat diselingi
jalan lambat, jogging diselangi jalan.
4) Progresive:
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan, dari intensitas ringan sampi
sedang selama mencapai 30 – 60 menit.
Sasaran HR = 75 – 85 % dari maksimal HR.
Maksimal HR = 220 – (umur).
5). Endurance:
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan
jogging dan sebagainya. Latihan dengan prinsip seperti di atas minimal dilakukan 3 hari
dalam seminggu, sedang 2 hari yang lain dapat digunakan untuk melakukan olah raga
kesenangannya. Olah raga yang teratur memainkan peran yang sangat penting dalam
menangani diabetes, manfaat – manfaat utamanya sebagai berikut:
Olah raga membantu membakar kalori karena dapat mengurangi berat badan.
Olah raga teratur dapat meningkatkan jumlah reseptor pada dinding sel tempat insulin
bisa melekatkan diri.
Olah raga memperbaiki sirkulasi darah dan menguatkan otot jantung.
Olah raga meningkatkan kadar kolesterol “baik” dan mengurangi kadar kolesterol
“jahat”.
Olah raga teratur bisa membantu melepaskan kecemasan stress, dan ketegangan,
sehingga memberikan rasa sehat dan bugar.
PEMBAHASAN
B. Etiologi
SIADH dapat disebabkan oleh kanker paru dan kanker lainnya. Penyakit paru
(pneumonia,TB) dan penyakit SSP( sistem saraf pusat) seperti atrofi serebrum senilis,
hidrosefalus, delifiumtremens, psilosis akut, penyakit demielinisasi dan degenerative, penyakit
peradangan,trauma/cedera kepala/cerebrovaskular accident , pembedahan pada otak, tumor
(karsinuma bronkus,leukemia, limfoma, timoma, sarkoma) atau infeksi otak (ensepalitis,
meningitis)dapat menimbulkan SIADH melalui stimulasi langsung kelenjar hipofisis. Dan
beberapa obat (vasopressin, desmopresin asetat, klorpropamid, klofibrat,
karbamazepin,vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik, preparat diuretic tiazida, dan lain-
lain) dannikotin dapat terlibat terjadinya SIADH; zat-zat tersebut dapat menstimulasi
langsungkelenjar hipofisis atau meningkatkan sensitifitas tubulus renal terhadap ADH yang
beredardalam darah.
(Grabe, Mark A. 2006)
SIADH sering muncul pada dari masalah nonendokrin. Dengan kata lain sindrom tersebut
dapat terjadi pada penderita karsinoma bronkogenik tempat sel-sel paru yang ganas
mensintesis dan melepaskan ADH. SIADH juga bisa terjadi pada pneumonia berat,
pneumotoraks dan penyakit paru lainya. Kelainan pada sistem saraf pusat diperkirakan juga
bisa menimbulkan SIADH melalui stimulus langsung kelenjar hipofisis seperti:
1. Cidera kepala
2. Pembedahan pada otak
3. Tumor
4. Infeksi otak
5. Beberapa obat (Vinkristin, fenotiazin, antidepresan trisiklik, preparat diuretik tiazida dll)
(Brunner& sudart. 2003).
C. Patofisiologi
SIADH ditandai oleh peningkatan pelepasan ADH dari hipofisis posterior tanpa adanya
rangsangan normal untuk melepaskan ADH. Pengeluaran ADH yang berlanjut menyebabkan
retensi air dari tubulus ginjal dan duktus. Volume cairan ekstra seluler meningkat dengan
hiponatremi. Dalam kondisi hiponatremi dapat menekan rennin dan sekresi aldosteron
menyebabkan penurunan Na diabsorbsi tubulus proximal. Dalam keadaan normal ADH
mengatur osmolalitas plasma, bila osmolalitas menurun mekanisme Feed back akan
menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh
ginjal untuk meningkatkan osmolalitas plasma menjadi normal. Pada SIADH osmolalitas plasma
terus berkurang akibat ADH merangsang reabsoprbsi air oleh ginjal.
(Ellen, Lee, dkk, 2000)
Hormon Antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa
disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan menurunkan
osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini menurunkan volume
dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan duktus.
Volume cairan ekstra selluler meningkat dengan hiponatremi.Dimana akan terjadi penurunan
konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap,akibatnya urin
menjadi pekat.
Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas serum
menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan mengembalikan
dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan osmolaritas serum menjadi
normal.
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan sekresi ADH yang abnormal . Tiga mekanisme patofisiologi yang bertanggung
jawab akan SIADH , yaitu
1. Sekresi ADH yang abnormal sari system hipofisis. Mekanisme ini disebabkan oleh
kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom guillain Barre. Pasien yang
mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak
adanya tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.
2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar system supraoptik – hipofisis ,
yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami pemacuan . bermacam-macam
obat-obat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH . obat-obat tersebut
termasuk nikotin , transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen kalium, diuretic
tiazid , obat-obat hipoglikemia, asetominofen , isoproterenol dan empat anti neoplastic
: sisplatin, siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.
(Otto, Shirley 2003,)
D. Manifestasi Klinik
Manifestasi yang berhubungan dengan SIADH adalah :
1. Hiponatremi, kebingungan, kesadaran menurun/letargi sensitive koma, mobilitas
gastrointestinal menurun (Anorexia).
2. Takhipnea.
3. Kelemahandan Letargi
4. Peningkatan BB
5. Sakit kepala
6. Mual dan muntah
7. Kekacauan mental dan Kejang.
8. Penurunan keluaran urine
Tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH tergantung pada derajat lamanya
retensi air dan hiponatremia misalnya:
1. Na serum >125 mEq/L.
a. Anoreksia.
b. Gangguan penyerapan nutrisi.
c. Kram otot.
2. Na serum = 115 – 120 mEq/L.
a. Sakit kepala,
b. Perubahan kepribadian.
c. Kelemahan dan letargia.
d. Mual dan muntah.Kram abdomen
3. Na serum < 1115 mEq/L.
a. Kejang dan koma.
b. Reflek tidak ada atau terbatas
c. Tanda babinski.
d. Papiledema.
( Sylvia, 2005)
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Natrium serum menurun <15 M Eq/L.
2. Natrium urin > 20 M Eq/L menandakan SIADH.
3. Osmolalitas,umumnya rendah tetapi mungkin normal atau tinggi.Osmolalitas urin,dapat
turun/biasa < 100 m osmol/L kecuali pada SIADH dimana kasus ini akan melebihi osmolalitas
serum. Berat jenis urin:meningkat (< 1,020) bila ada SIADH.
4. Hematokrit (Ht dan Hb), tergantung pada keseimbangan cairan,misalnya:kelebihan cairan
melawan dehidrasi.
5. Osmolalitas plasma dan hiponatremia (penurunan konsentrasi natrium,natrium serum
menurun sampai 170 M Eq/L.
6. Prosedur khusus :tes fungsi ginjal(nitrogen urea darah (blood urea nitrogen/BUN, atau kadang
disebut sebagai urea) dan kreatinin).
7. Pengawasan di tempat tidur : peningkatan tekanan darah (dilakukan pada pasien yang
menjalani rawat inap dirumah sakit dan pemantauan dilakukan untuk menghidari atau
mencegah terjadinya hal yang memperberat penyakit klien).
(Sacher, Ronald A. 2004)
G. Komplikasi
Komplikasi atau gejala sisa dari SIADH, meliputi:
1. hipourikemia
Hipourikemia adalah kadar urea dalam darah sangat rendah. Nilai normal urea dalam darah
adalah 20 mg – 40 mg setiap 100 ccm darah. Penurunan kadar urea sering dijumpai pada
penyakit hati yang berat. Pada nekrosis hepatik akut, sering urea rendah asam-asam amino
tidak dapat dimetabolisme lebih lanjut. Pada sirosis hepatis, terjadipengurangan sintesis dan
sebagian karena retensi air oleh sekresi hormone antidiuretik yang tidak semestinya.
2. overload tipe hipotonik
Lazim disebut “Keracunan Air”. Ketidakseimbangan cairan tubuh dimana seluruh tubuh
akan berada dalam keadaan hipotonik, disertai dengan osmolaritas tubuh menurun. Sehingga
didalam tubuh, cairan ekstraseluler akan pindah ke kompartemen intraseluler. Terjadi expansi
air berlebihan diseluruh kompartemen cairan dan kadar elektrolit berkurang karena dilusi
(rendahnya elektrolit serum). Dalam kondisi berpindahnya cairan seperti ini, tubuh sangat sulit
mengkompensasinya. Faktor penyebab tubuh menjadi overload hipotonik adalah SIADH
(kumpulan gejala karena malfungsi hormon antidiuretik)
3. penurunan Osmolaritas (plasma)
Tekanan normal osmolaritas plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Sementara penurunan
osmolaritas plasma terjadi akibat Kerja hormon ADH yang berlebihan dan gangguan pada ginjal
dalam meekskresikan cairan.Pada keadaan ini tertjadi perpindahan cairan dari ekstrasel ke
intrasel, termasuk ke sel otak. Hal ini akan menyebabkan terjadinya edema otak yang mana
keadaan ini merupakan keadaan berat yang dapat menyebabkan kejang dan penurunan
kesadaran.
4. hipokalemia
Nilai norman kalium dalam darah adalah (3,5 - 5,0 MEQ/L). Penyebab utama kehilangan
kalium adalah penggunaan obat-obatan diuretik yang juga menarik kalium misalnya: tiazid dan
furosemid) (Tamsuri anas 2009).
5. hipomagnesemia
Nilai normal magnesium dalam darah adalah (1,4 – 2,1 Mg/l). Hipomagnesemia dapat terjadi
karena penggunaan beberapa obat dalam jangka waktu lama (diuretik, siplantin) (Tamsuri anas
2009).
Semua komplikasi atau gejala SIADH diatas bersifat sekunder dan agak mirip. Pada
banyak kasus beda antara gejala dan komplikasi SIADH kurang jelas dan sulit dibedakan.
(Source - Diseases Database from http://www.wrongdiagnosis.com)
H. Penatalaksanaan
Pada umumnya pengobatan SIADH terdiri dari restriksi cairan (manifestasi klinis SIADH
biasanya menjadi jelas ketika mekanisme haus yang mengarah kepada peningkatan intake
cairan. Larutan hipertonis 3% tepat di gunakan pada pasien dengan gejala neurologis akibat
hiponatremi ( Bodansky & Latner)
a. Penatalaksanaan SIADH terbagi menjadi 3 kategori yaitu:
a) Pengobatan penyakit yang mendasari, yaitu pengobatan yang ditunjukkan untuk mengatasi
penyakit yang menyebabkan SIADH, misalnya berasal dari tumor ektopik, maka terapi yang
ditunjukkan adalah untuk mengatasi tumor tersebut.
b) Mengurangi retensi cairan yang berlebihan.
Pada kasus ringan retensi cairan dapat dikurangi dengan membatasi masukan cairan. Pedoman
umum penanganan SIADH adalah bahwa sampai konsenntrasi natrium serum dapat
dinormalkan dan gejala-gejala dapatdiatasi.Pada kasus yang berat, pemberian larutan normal
cairan hipertonik(Adalah cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum,
sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah.
Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin. Penggunaannya kontradiktif
dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose 5%+Ringer-
Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah) dan albumin)dan furosemid (lasix)
adalah terapi pilihan.
c) Semua asuhan yang diperlukan saat pasien mengalami penurunan tingkat kesadaran (kejang,
koma, dan kematian) seperti pemantauan yang cermat masukan dan haluaran urine.
Kebutuhan nutrisi/ diit dengan garam Na dan K dengan aman terpenuhi dan dukungan
emosional.
c. Rencana farmakologi
a) Penggunaan diuretic untuk mencari plasma osmolaritas rendah
b) Obat/penggunaan obat demeeloculine, untuk menekan vosopresin
c) Hiperosmolaritas, volume oedema menurun
d) Ketidakseimbangan system metabolic, kandungan dari hipertonik saline 3 % secara perlahan-
lahan mengatasihiponatremi dan peningkatan osmolaritas serum (dengan peningkatan =
overload) cairan dengan cara penyelesaian ini mungkin disebabkan oleh kegagalan jantung
kongestif.
e) Pengobatan khusus = prosedur pembedahan
Tekanan darah merupakan salah satu dari tanda vital penting selain denyut nadi,
frekuensi nafas dan suhu tubuh. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik, akan lebih tinggi pada saat melakukan
aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tanda vital ini mencerminkan aspek dasar
kesehatan seseorang, bahkan juga kemampuan seseorang untuk bertahan hidup. Tekanan
darah dan denyut nadi seringkali dijadikan acuan sebagai tolak ukur untuk menentukan takaran
latihan, khususnya latihan yang sifatnya melatih sistem kardiorespirasi atau latihan aerobik.
Ada beberapa macam jenis dari alat untuk mengukur tekanan darah ini, antara lain :
a. tensimeter raksa
beberapa langkah yang sebaiknya dilakukan sewaktu akan merangkai tensimeter raksa :
1. Cek tabung raksa, apakah ada lubang, ataukah ada bagian yang tidak rapat
2. setelah itu, buka penutup tabung
3. sambungkan selang,tabung raksa dan alat untuk memompa
4. cek ketepatan dan kerapatannya
5. pada saat akan menyimpan tensimeter, maka, pastikan tabung raksa dalam keadaan tertutup
(miringkan ke arah tabung terlebih dahulu baru geser tombol/jarum na ke arah of )
b. tensimeter jarum
c. tensimeter digital
1. jenis kelamin
2. Umur
3. Pekerjaan
4. lingkungan hidup
5. suku bangsa.
Baroreseptor lebih banyak berespons terhadap tekanan yang berubah cepat daripada
terhadap tekanan yang menetap. Dalam batas kerja tekanan arteri normal, perubahan tekanan
yang kecil saja sudah akan menimbulkan refleks otonom yang kuat untuk mengatur kembali
tekanan arteri tersebut kembali ke nilai normal. Jadi, mekanisme umpan balik baroreseptor ini
akan berfungsi lebih efektif bila masih dalam batas tekanan yang biasanya diperlukan.
Banyaknya jalur neuronal yang saling berinteraksi untuk mengatur aliran impuls saraf
otonom memberi banyak peluang untuk integrasi berbagai stimulus yang mempengaruhi
tekanan darah, seperti: faktor emosi (takut, marah, cemas), stres fisik (nyeri, kerja fisik,
perubahan suhu), kadar O2 dalam darah, dan glukosa, juga level tekanan darah yang di kontrol
oleh baroreseptor.
Kendali kemoreseptor pada sistem kardiovaskuler mencakup kemoreseptor sentral dan
perifer. Kemoreseptor sentral di medula oblongata sensitif terhadap pH otak yang rendah, yang
mencerminkan peninggian PCO2 di arteri. Peningkatan PCO2 arteri menstimulasi kemoreseptor
sentral untuk menginhibisi area vasomotor dengan hasil akhir peningkatan keluaran simpatis
dan terjadi vasokonstriksi. Kemoreseptor perifer berperan mengendalikan ventilasi paru dan
terletak dekat baroreseptor, yaitu badan karotis dan badan aorta. Penurunan PO 2 arteri
menstimulasi kemoreseptor perifer untuk menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah.
Hal ini dapat memindahkan darah ke dalam jantung dan dengan demikian berperan penting
dalam pengaturan fungsi kardiovaskular.
Perangsangan simpatis yang kuat dapat meningkatkan fekuensi denyut jantung pada manusia
dewasa dari 180 menjadi 200 dan, walaupun jarang terjadi, 250 kali denyutan per menit pada
orang dewasa muda. Juga, perangsangan simpatis meningkatkan kekuatan kontraksi otot
jantung, oleh karena itu akan meningkatkan volume darah yang dipompa dan meningkatkan
tekanan ejeksi. Jadi, perangsangan simpatis sering dapat meningkatkan curah jantung sebanyak
dua sampai tiga kali lipat selain peningkatan curahan yang mungkin disebabkan oleh
mekanisme Frank-Starling. Secara singkat, mekanisme Frank-Starling dapat diartikan sebagai
berikut: semakin besar otot jantung diregangkan selama pengisian, semakin besar kekuatan
kontraksi dan semakin besar pula jumlah darah yang dipompa ke dalam aorta.
Sebaliknya, penghambatan sistem saraf simpatis dapat digunakan untuk menurunkan pompa
jantung menjadi moderat dengan cara sebagai berikut: Pada keadaan normal, serat-serat saraf
simpatis ke jantung secara terus-menerus melepaskan sinyal dengan kecepatan rendah untuk
mempertahankan pemompaan kira-kira 30 persen lebih tinggi bila tanpa perangsangan
simpatis. Oleh karena itu, bila aktivitas sistem saraf simpatis ditekan sampai di bawah normal,
keadaan ini akan menurunkan frekuensi denyut jantung dan kekuatan kontraksi ventrikel,
sehingga akan menurunkan tingkat pemompaan jantung sampai sebesar 30 persen di bawah
normal.
Serabut simpatis tersebar luas pada pembuluh darah tubuh, terbanyak ditemukan di
ginjal dan kulit, tetapi relatif jarang di koroner dan pembuluh darah otak, dan tidak ada di
plasenta. Serabut ini melepaskan norepinefrin yang berikatan dengan adrenoseptor di
membran sel otot polos pembuluh darah. Serabut simpatis menyebabkan vasokonstriksi pada
sebagian besar pembuluh darah, tetapi di otak, jantung, dan otot rangka menyebabkan
vasodilatasi.7
2. Pengaturan tekanan darah jangka panjang mengatur homeostasis sirkulasi melalui sistem
humoral endokrin dan parakrin vasoaktif yang melibatkan ginjal sebagai organ pengatur utama
distribusi cairan ekstraseluler. Kata Kunci: Kebugaran, tekanan darah.
Sebagai pelengkap dari mekanisme neuronal yang bereaksi cepat dalam mengendalikan
resistensi perifer dan curah jantung, kendali jangka menengah dan jangka panjang melalui
sistem humoral bertujuan untuk memelihara homeostasis sirkulasi. Pada keadaan tertentu,
sistem kendali ini beroperasi dalam skala waktu berjam-jam hingga berhari-hari, jauh lebih
lambat dibandingkan dengan refleks neurotransmiter oleh susunan saraf pusat. Sebagai
contoh, saat kehilangan darah disebabkan perdarahan, kecelakaan, atau mendonorkan
sekantung darah, akan menurunkan tekanan darah dan memicu proses untuk mengembalikan
volume darah kembali normal. Pada keadaan tersebut pengaturan tekanan darah dicapai
terutama dengan meningkatkan volume darah, memelihara keseimbangan cairan tubuh
melalui mekanisme di ginjal dan menstimulasi pemasukan air untuk normalisasi volume darah
dan tekanan darah.
Amina Biogenik
Amina biogenik termasuk substansi yang di bentuk melalui dekarboksilasi asam amino
atau derivatnya. Katekolamin, yaitu dopamin, norepinefrin, dan epinefrin termasuk amina
biogenik yang berperan dalam regulasi tekanan darah. Katekolamin merupakan
neurotransmiter dalam beberapa jalur sistem saraf pusat, lewat pelepasan hormon ini dari
medula adrenal (terutama epinefrin) atau pada ujung saraf simpatis (terutama norepinefrin),
atau lewat kerja langsung dalam ginjal di mana hormon ini mempengaruhi aliran darah dan
produksi renin.
Dopamin adalah prekursor untuk epinefrin. Kadar dopamin yang tinggi di dalam serum
dibutuhkan untuk mengaktifkan reseptor a pembuluh darah dan menyebabkan vasokonstriksi.
Norepinefrin di sintesa dalam medula adrenal, pre-ganglion simpatik, otak, dan sel-sel saraf
spinal, namun paling banyak ditemukan di dalam vesikel sinaptik saraf otonom pasca-ganglion
pada organ-organ yang kaya akan inervasi simpatis, seperti otak, kelenjar saliva, otot polos
pembuluh darah, hati, limpa, ginjal, dan otot. Norepinefrin menstimulasi reseptor a1-
adrenergik (terletak di jantung, otot-otot papiler, dan otot polos) dan reseptor b1-adrenergik
yang meningkatkan pemasukan kalsium ke dalam sel-sel target, sehingga meningkatkan
kontraksi dan denyut jantung dan akibatnya meningkatkan tekanan darah. Epinefrin
menstimulasi reseptor a1 dan b1-adrenergik dengan efek yang sama seperti norepinefrin, tetapi
juga menstimulasi reseptor b2-adrenergik (terdapat dalam otot rangka, jantung, hati, dan
medula adrenal) dengan efek akhir vasodilatasi. Namun epinefrin bukanlah vasodilator
sistemik, efeknya terhadap kardiovaskuler lebih lemah dibandingkan dengan efek yang
ditimbulkan norepinefrin.
Amina biogenik lainnya, serotonin dan histamin, mempunyai efek kerja yang kuat pada otot
polos pembuluh darah. Selain merupakan komponen endogen dalam tubuh manusia,
serotonin dan histamin juga terdapat di alam. Serotonin atau 5-hidroksitriptamin adalah
vasokonstriktor kuat, namun tidak terlibat langsung dalam kontrol terhadap tekanan darah.
Serotonin secara tidak langsung ikut mengatur tekanan darah melalui perannya sebagai
neurotransmiter di dalam sistem saraf pusat. Histamin, di bentuk melalui dekarboksilasi histidin
dan dijumpai pada banyak jaringan, termasuk di ujung saraf. Histamin menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler, tetapi belum ada bukti bahwa histamin
berperan dalam kontrol terhadap tekanan darah.
Renin
Renin adalah protease asam, merupakan enzim yang mengkatalisis pelepasan hidrolitik
dekapeptida angiotensin I dari ujung amino terminal angiotensinogen. Angiotensin I berfungsi
semata-mata sebagai prekursor dari angiotensin II. Renin di simpan dalam sel-sel
jukstaglomerular ginjal dan dilepaskan ke dalam pembuluh darah sebagai respons terhadap
berbagai stimulus fisiologis yang membantu untuk menggabungkan sistem renin-angiotensin
menjadi proses yang kompleks dalam homeostasis sirkulasi. Renin yang aktif mempunyai
waktu paruh paling lama 80 menit di dalam sirkulasi. Renin di bantu oleh angiotensin-
converting-enzyme (ACE) membentuk angiotensin II.2,8
Angiotensinogen
Angiotensinogen disebut juga substrat renin, di sirkulasi dijumpai dalam fraksi a2-globulin
plasma. Angiotensinogen disintesa dalam hati, mengandung sekitar 13% karbohidrat dan di
bentuk dari 453 residu asam amino. Kadar angiotensinogen dalam sirkulasi meningkat oleh
glukokortikoid, hormon tiroid, estrogen, beberapa sitokin, dan angiotensin II.
Angiotensin-Converting Enzyme (ACE)
Angiotensin-Converting Enzyme adalah dipeptidil karboksipeptidase yang membagi histidil-
leusin dari angiotensin I inaktif, membentuk angiotensin II oktapeptida. Lokasi enzim ini di
sirkulasi adalah dalam sel-sel endotel. Sebagian besar konversi angiotensin I menjadi
angiotensin II oleh ACE terjadi saat darah melewati paru-paru. Hal ini mungkin disebabkan
luasnya endotel paru, sebagai lokasi strategis di mana terjadi penerimaan curah jantung dari
darah vena, dan mungkin yang paling penting karena angiotensin II dapat melewati sirkulasi
paru tanpa ekstraksi.
Angiotensin II
Angiotensin II adalah hormon peptida yang bekerja di kelenjar adrenal, otot polos pembuluh
darah, dan ginjal. Reseptor untuk angiotensin II berlokasi pada membran plasma dari sel-sel
target pada jaringan-jaringan tersebut. Angiotensin II sangat cepat dimetabolisme, waktu
paruhnya dalam sirkulasi sekitar 1-2 menit. Hormon ini dimetabolisme oleh berbagai peptida.
Aminopeptida mengeluarkan residu asam aspartat dari amino terminal peptida ini,
menghasilkan heptapetida yang disebut angiotensin III. Pengambilan residu amino terminal
yang kedua dari angiotensin III menghasilkan heksapeptida yang disebut angiotensin IV.
Biasanya peptida-peptida yang terbentuk ini tidak/kurang aktif dibandingkan dengan
angiotensin II.
Angiotensin II yang disebut juga hipertensin atau angiotonin, menghasilkan konstriksi arteri
dan peningkatan tekanan darah sistolik maupun diastolik. Di dalam sel otot polos pembuluh
darah, angiotensin II berikatan dengan reseptor G-protein-coupled AT1A, mengaktifkan
fosfolipase C, meningkatkan Ca2+ dan menyebabkan kontraksi. Hormon ini merupakan salah
satu vasokonstriktor kuat, empat hingga delapan kali lebih aktif daripada norepinefrin pada
individu normal, namun kadar plasma angiotensin II tidak cukup untuk menyebabkan
vasokonstriksi sistemik. Sebaliknya angiotensin II berperan dalam kardovaskuler bila terjadi
kehilangan darah, olahraga dan keadaan serupa yang mengurangi aliran darah ke ginjal.
Efek penting dari angiotensin II terhadap pengaturan tekanan darah antara lain:
- Meningkatkan kontraktilitas jantung
- Mengurangi aliran plasma ke ginjal, dengan demikian meningkatkan reabsorpsi Na + di ginjal
- Bersama angiotensin III merangsang korteks adrenal melepaskan aldosteron
- Menstimulasi rasa haus dan memicu pelepasan vasokonstriktor lain yaitu arginin vasopresin
(AVP)
- Memfasilitasi pelepasan norepinefrin dari pasca-ganglion saraf simpatik.
Untuk mengukur tekanan darah digunakan alat yang disebut sphygmomanometer. Alat ini
terdiri dari sebuah pompa, sumbat udara yang dapat diputar, kantong karet yang terbungkus
kain, dan pembaca tekanan, yang bisa berupa jarum mirip jarum stopwatch atau air raksa.
B. Fungsi Ginjal
Fungsi ginjal sebagai organ tubuh sangat vital, seperti menyaring darah, menghasilkan
hormone, menjaga keseimbangan basa, dan sebagainya.
Ginjal mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut :
1. Membuang racundan produk buangan/limbah dari darah. Racun didalam darah diantaranya
urea dan uric acid. Jika kandungan kedua racun ini terlalu berlebihan, maka akan mengganggu
metabolism tubuh.
2. Menjaga kebersihan darah dan meregulasi seluruh cairan (air dan garam) di dalam tubuh.
3. Meregulasi tekanan darah. Ginjal menghasilkan enzim renin yang bertugas mengontrol
tekanan darah dan keseimbangan elektrolisis. Renin mengubah protein dalam darah menjadi
hormone angiotensis. Selanjutnya angiotensis akan diubah menjadi aldosterone yang
mengabsorbsi sodium dan air ke dalam darah.
4. Mengatur keseimbangan pH darah
5. Memproses vitamin D sehingga dapat distimulasi oleh tulang
6. Memproses hormone erythropoiethin yang bertugas memproduksi sel darah merah ditulang
7. Mengekresikan zat-zat metabolisme yang mengandung nitrogen, misalnya amonia.
8. Mengekresikan zat-zat yang jumlah nya berlebihan (misalnya gula dan vitamin) dan berbahaya
(misalnya obat-obatan,bakteri,dan zat warna).
9. Mengatur keseimbangan air dan garam.
10. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
C. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak
terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah
tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan
sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya
berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80
(Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Hayens (2003), tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh
darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung
sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakkan darah, dan pembuluh
darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer
(2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
Tekanan darah adalah pemeriksaan tekanan darah merupakan indikator dalam menilai
fungsi kardiovaskuler. tekanan maksimum pada dinding arteria yang terjadi ketika bilik kiri
jantung menymprotkan darah klep aortik yang terbuka kedalam aorta disebut sebagai tekanan
sistolik.(alimul aziz,2009)
Tekanan darah adalah tekanan yang di timbulkan oleh dinding arteri. Tekanan puncak
terjadi saat pentrikel berkontraksi yang di sebut tekanan sistol.
Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat.
Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap diastolik dengan
nilai dewasa normalnya berkisar 100/60 – 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal
biasanya 120/80 mmHg ( smeltzer dan bare, 2001 )
Tekanan darah timbul ketika bersikulasi di dalam pembuluh darah. Organ jantung dan
pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu
Palmer (2007) menyatakan tekanan darah di ukur dalam satuan millimeter ari raksa (mmHg).
(hayens 2003)
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang terutup
pada dinding bagian dalam jantung dan pemubuluh darah
( ethel 2003,238)
Tekanan darah adalah suatu kekuatan yang dihasilkan darah terhadap setiap satuan luas
dinding pembuluh darah. Tekanan darah maksimal (sistole) adalah tekanan pada dinding arteri
saat ventrikel memompa darah melalui katub aorta. Pada saat ventrikel rileks, darah yang tetap
dalam arteri menimbulkan tekanan minimum ( Diastolik ). Tekanan diastolik adalah tekanan
minimal yang mendesak dinding arteri setiap waktu. Untuk mengukur tekanan darah maka
perlu dilakukan pengukuran tekanan darah secara rutin. Pengukuran tekanan darah dapat
dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri
dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran
ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain (Smeltzer & Bare, )
Menurut Nursecerdas (2009), bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter
arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi penusukkan, bekuan darah karena tertekuknya kateter,
perdarahan: ekimosis bila jarum lepas dan tromboplebitis. Sedangkan pengukuran tidak
langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.
Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur
tekanan yang berhubungan dengan ringga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa
sehingga tekanan yang terbaca pada manometer seseuai dengan tekanan dalam milimeter air
raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2001).
D. Fungsi Ginjal dalam Pengaturan Tekanan Darah
1. Pengaturan Tekanan Darah
a. Pengaturan saraf
Pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur tekanan darah. Pusat kardiokselerator dan
kardioinhibitor mengatur curah jantung.
1) Pusat vasomotorik
a) tonus vasomotorik merupakan stimulasi tingkat rendah yang terus menerus pada serabut otot
polos dinding pembuluh. Tonus ini mempertahankan tekanan darah melalui vasokontriksi
pembuluh.
b) Pertahanan tonus vasomotorik ini dilangsungkan melalui impuls dari serabut saraf
vasomotorik yang merupakan serabut eferen saraf simpatis pada sistem saraf otonom.
c) Vaso dilatasi biasanya terjadi karena pengurangan impuls vasokonstriktor. Pengecualian hanya
terjadi pada pembuluh darah di jantung dan otak.
d) pembuluh darah di jantung dan otak memilki reseptor-reseptor beta adrenergik, merespon
epinefrin yang bersirkulasi dan yang dilepas oleh medulla adrenae.
e) Mekanisme ini memastikan suplai darah yang cukup untuk organ-organ vital selama situasi
menegangkan yang menginduksi stimulasi saraf simpatis dan vasokontriksi di suatu tempat
pada tubuh.
f) Stimulasi parasimpatis menyebabkan vasodilatasi pembuluh hanya di beberapa tempat;
misalnya, pada jaringan erektil genetalia dan kelenjar saliva tertentu.
2) Pusat akselerator dan inhibitor jantung serta baroreseptor aorta dan karotis, yang mengatur
tekanan darah melalui SSO.
b. Pengaturan kimia dan hormonal
Ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi tekanan
darah. Zat tersebut meliputi :
1) Hormon medulla adrenal (norepineprin termasuk vasokonstriktor)
epinefrin dapat berperan sebagai suatu vasokonstriktor atau vasodilator, bergantung pada jenis
reseptor otot polos pada pembuluh darah organ.
2) Hormon antidiuretik (vasopresin) dan oksitosin yang disekresi dari kelenjar hipofisis posterior
termasuk vasokontriktor.
3) Angiotensin
adalah sejenis peptida darah yang dalam bentuk aktifnya termasuk salah satu vasokontriktor
kuat.
4) Berbagai angina dan peptide seperti histamin, glukagon, kolesistokinin, sekretin, dan
bradikinin yang diproduksi sejumlah jaringan tubuh, juga termasuk zat kimia vasoaktif.
5) Prostaglandin
Adalah agens seperti hormone yang diproduksi secara local dan mampu bertindak sebagai
vasodilator atau vasokonstriktor (Ethel, 2003: 239).
Daftar Pustaka