Anda di halaman 1dari 17

MODUL UTAMA

ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI

MODUL V.10
STENOSIS TRAKEA

EDISI II

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
DAFTAR ISI

A. WAKTU .......................................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI .......................................................................................... 2
C. REFERENSI ................................................................................................... 2
D. KOMPETENSI ............................................................................................... 3
E. GAMBARAN UMUM ................................................................................... 3
F. CONTOH KASUS & DISKUSI ..................................................................... 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................................... 4
H. METODE PEMBELAJARAN ....................................................................... 4
I. EVALUASI ..................................................................................................... 5
J. INSTR PENILAIAN KOGNITIF & PSIKOMOTOR .................................... 6
K. DAFTAR TILIK ........................................................................................... 11
L. MATERI PRESENTASI............................................................................... 11
M. MATERI BAKU ........................................................................................ 14
N. (ALGORITMA) ............................................................................................ 16
Modul V.10 - Stenosis Trakea

A. WAKTU

Mengembangkan Kompetensi Hari :


Sesi di dalam kelas 9 X 60 menit (classroom session)
Sesi Pratikum 18 4 X 60 menit (coaching session)
Sesi Praktik dan pencapaian 8 X 60 menit (facilitation and
kompetensi assessment)

B. PERSIAPAN SESI
1. Materi presentasi: STENOSIS TRAKEA
 Slide 1: Anatomi,Histologi, dan fisiologi trakea
 Slide 2: Definisi stenosis trakea
 Slide 3: Etiologi
 Slide 4: Gejala dan tanda stenosis Trakea
 Slide 5: Pemeriksaan Penunjang
 Slide 6: Penatalaksanaan stenosis trakea

2. Kasus : STENOSIS TRAKEA

3. Sarana dan alta bantu latih :


 Penuntun belajar (learning guide) terlampir
 Tempat belajar (training setting): bangsal THT, Poliklinik THT,
kamar operasi, kamar perawatan, Instalasi Gawat Darurat
 Video

C. REFERENSI
1. Bailey B.J, Johnson J.T, Head and Neck Surgery- Otolaryngology,
Fourth edition, Volume one, Lippincott Williams & Wilkins, 2014
2. Lee, K.J, Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery, International
edition, Mc. Graw-Hill, 2003
3. Lore JM., Medina JE. Diagnostic Endoscopy. The Trachea and
Mediastinum. In: An Atlas Of Head And Neck Surgery. 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005; pp. 188, 1015.
4. Jackson C, Jackson CL. Bronchi and Esophagus. In: Diseases of the
Nose, Throat and Ear. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1959; pp.
728-38.
5. Jackson C, Jackson CL. Bronchoesophagology. Philadelphia: W.B.
Saunders Company, 1964; pp. 264-67.

2
Modul V.10 - Stenosis Trakea

D. KOMPETENSI
1. Mampu membuat diagnosis stenosis trakea berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Mampu memutuskan dan melakukan terapi pendahuluan serta merujuk
ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi bila diperlukan

Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi trakea-bronkial
2. Menjelaskan etiologi stenosis trakea
3. Menjelaskan patofisiologi, gambaran klinis dari stenosis trakea
4. Menjelaskan dan melakukan pemeriksaan penunjang dari stenosis trakea
5. Membuat diagnosis klinis berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan
6. Menjelaskan rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap stenosis trakea
7. Melakukan work up pada stenosis trakea (follow up selanjutnya)
8. Memutuskan dan melakukan terapi pendahuluan serta merujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.

E. GAMBARAN UMUM
Trakea adalah tabungfibromuskuler yang diperkuat oleh cincin kartilago
yang menghubungkan bagian bawah dari kartilago krikoid sampai bifurkasio
karina. Panjangnya sekitar 10-13 Cm dan berdiameter 2,0-2,5 Cm. Pada bayi
dan anak-anak setengah bagian proksimal adalah bagian ekstratorak, dimulai
dari vertebra servikal ke-4, dan pada keadaan dewasa dimulai dari vertebra
servikal ke-6. Fungsi trakea adalah melanjutkan fungsi saluran pernafasan
dari laring ke bronkus.
Stenosis trakea merupakan satu kelainan yang dapat menimbulkan keluhan
sesak mulai ringan sampai berat disertai stridor yang terjadi saat inspirasi
maupun ekspirasi.
Kelainan ini sering ditemui pada orang dewasa sedangkan pada bayi dan
anak-anak lebih sering terjadi stenosis trakea didaerah subglotis. Umumnya
penyebab trakea stenosis adalah trauma yang terjadi dari dalam (seperti akibat
prolong intubasi endotrakeal, trakeotomi, operasi, radiasi, luka bakar
endotrakeal) atau trauma dari luar (seperti trauma tembus leher). Diantara
penyebab-penyebab itu, prolonged endotracheal intubation merupakan
penyebab utama dari stenosis laringotrakeal sehingga kasus ini banyak
dijumpai pada trauma center dan intensive care unit.

3
Modul V.10 - Stenosis Trakea

F. CONTOH KASUS & DISKUSI


1. Contoh Kasus
Seorang laki-laki, 35 tahun dalam keadaan sesak disertai suara nafas
kasar (stridor inspiratoir dan ekspiratoir). Riwayat sebelumnya penderita
pernah dirawat di ICU dengan intubasi endotrakeal yang cukup lama dan
menggunakan mesin ventilator untuk menangani keadaan gagal nafas.

2. Diskusi : (yang harus dikuasai)


 Faktor resiko terjadi stenosis trakea
 Mekanisme stenosis trakea

Jawaban :

G. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
penatalaksanaan kelainan stenosis trakea, yaitu:
1. Menguasai anatomi, histologi dan fisiologi trakeobronkial
2. Mampu menjelaskan etiopatogenesis dan gambaran klinis dari stenosis
trakea
3. Menentukan dan melakukan pemeriksaan penunjang untuk stenosis
trakea
4. Membuat diagnosis stenosis trakea dari pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
5. Menjelaskan penatalaksanaan dan rekonstruksi dari stenosis trakea
6. Melaksanakan work-up pada stenosis trakea (follow up selanjutnya)
7. Memutuskan terapi pendahuluan serta merujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi.

H. METODE PEMBELAJARAN
1. Literatur Reading
2. Referat
3. Praktik lapangan( Poliklinik)
4. Skills Lab
5. Tindakan
6. Bedside Teaching
7. Case Report
8. Jurnal reading
9. Minicex

4
Modul V.10 - Stenosis Trakea

Rangkuman
Stenosis trakea adalah penyempitan lumen trakea yang dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas.
Diagnosis dan tatalaksana yang baik dapat mencegah timbulnya komplikasi
yang disebabkan kelainan ini.

I. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre test dalam bentuk essay dan oral
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas :
a. Anatomi, histologi,dan fisiologi traktus tracheo bronchial.
b. Cara - cara penegakan diagnosa (anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang)
c. Penatalaksanaan
d. Follow up
2. Selanjutnya dilakukan “small group discussion” bersama dengan
fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas
isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan
yang akan diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar, mahasiswa diwajibkan untuk
mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar
dalam bentuk “role play” diantara teman-temannya (Peer Assisted
Evaluation) atau kepada SP (Standardized Patient). Pada saat tersebut,
yang bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun belajar,
penuntun belajar dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan
evaluasi (Peer Assisted Evaluation) setelah dianggap memadai, melalui
metode bedside teaching dibawah pengawasan fasilitator, peserta dididik
mengaplikasikan penuntun belajar kepada model anatomik dan setelah
kompetensi tercapai peserta didik akan diberikan kesempatan untuk
melakukannya pada pasien sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan
evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation), dan
mengisi formulir penilaian sebagai berikut :
a. Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah
tidak dilaksanakan.
b. Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal
pemeriksaan terlalu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien.
c. Baik : pelaksanaan benar, baik dan efisien
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
dibicarakan di depan pasien, dan memberi masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan.

5
Modul V.10 - Stenosis Trakea

5. Self assesment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan


penuntun belajar.
6. Pendidik/ fasilitor :
a. pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklistform
(terlampir)
b. penjelasan lisan dari peserta didik/ diskusi
c. kriteria penilaian keseluruhan : cakap/ tidak cakap/ lalai
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan
diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical
education)
8. Pencapaian pembelajaran :
a. Ujian OSCE (K,P,A), dilakukan pada tahapan THT dasar oleh
kolegium I. THT
b. Ujian akhir stase, setiap divisi/ unit kerja oleh masing-masing sentra
pendidikan.
c. Ujian akhir kognitif, dilakukan pada akhir tahapan THT lanjut oleh
kolegium ilmu THT.

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOGNITIF & PSIKOMOTOR


1. Instrumen Penilaian Kompetensi Kognitif
1.1 Kuesioner Sebelum Pembelajaran
1 The main advantage of flexible bronchoscopy over rigid
bronchoscopy is
a. Ability to visualize
b. Better airway control
c. Ability to remove foreign bodies
d. Dapat dilakukan pada pasien kooperatif
e. Expense of equipment
Jawaban: A
2 Inspiratory stridor would most likely be expected with which of the
following lession?
a. Foreign body in the right mainstem bronchus
b. Tumor in the carina
c. Tracheal stenosis in the lower one-third of trachea
d. Bilateral vocal cord paralysis
e. Bronchomalacia
Jawaban: D
3 What is the manin drawback of MRI of the airway?
a. Image are limited to axial section
b. Poor bone resolution
c. Excessive radiation dosage
d. Inability to differentiate solid masses from vessels
e. Poor spatial delineation
Jawaban: B
6
Modul V.10 - Stenosis Trakea

1.2 Kuesioner Tengah Pembelajaran


1 Penyebab stenosis trakea adalah:
a. Intubasi
b. Trauma
c. Penyakit autoimun
d. GERD
e. Semuanya
Jawaban: B
2 Untuk mengetahui adanya stenosis trakea dilakukan pemeriksaan:
a. Trakeoskopi
b. Laringoskopi
c. esofagoskopi
d. Esofagogram
e. Bronkoskopi
Jawaban: A
3 Diagnosis diferensial dari stenosis trakea adalah:
a. Tracheomalacia
b. Laryngomalacia
c. Vocal cord paralysis
d. Laryngeal cleft
e. Semuanya
Jawaban: A
4 Manakah dari hal dibawah ini yang bukan penyebab stenosis
trakea?
a. Intubasi
b. Trauma
c. Penyakit autoimun
d. GERD
e. Kista laring
Jawaban: D
5 Pemeriksaan apakah yang diperlukan untuk mengetahui adanya
stenosis trakea?
a. Trakeoskopi
b. Laringoskopi
c. Esofagoskopi
d. Esofagogram
e. Bronkoskopi
Jawaban: A

7
Modul V.10 - Stenosis Trakea

2. Instrumen Penilaian Kompetensi Psikomotor


PENUNTUN BELAJAR
PROSEDUR BRONKOSKOPI KAKU

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau
membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)

NAMA PESERTA: ...................................... TANGGAL: .................................

KASUS
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
OPERATIF
1. Nama
2. Diagnosis
3. Informed Choice & Informed Consent
4. Rencana Tindakan
5. Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR OPERASI
1. Informed consent
Penjelasan kepada penderita dan keluarganya
mengenai tindakan operasi yang akan dijalani
serta risiko komplikasi disertai dengan tanda
tangan persetujuan dan permohonan dari
penderita untuk dilakukan operasi.
2. Laboratorium
3. Pemeriksaantambahan: analisa gas darah (bila
perlu)
4. Konsul anestesi, pediatrik dan penyakit dalam
(bila perlu)
5. Memeriksa persiapan alat dan kelengkapan
operasi
Anestesi
1. Narkose umum dan anestesi topikal (spray)
pada pita suara

8
Modul V.10 - Stenosis Trakea

2. Narkose harus dalam dan napas spontan


Persiapan Bronkoskopi
1. Penderita terlentang diatas meja operasi,
seorang asisten membantu memegang dan
mengatur posisi kepala ekstensi maksimal
dengan bahu diganjal.
2. Alat-alat endoskopi disiapkan dibagian sebelah
kanan operator untuk memudahkan operator,
alat apa yang akan dibutuhkan dan dibantu oleh
perawat instrumen
III. PROSEDUR OPERASI
Tindakan Bronkoskopi
A. Bronkoskopi / Trakeoskopi dengan Bantuan
Laringoskop lurus
1. Laringoskop denganRemovable slide dipegang
dengan tangan kiri kemudian dimasukkan,
(sementara gigi atas dan bawah dilindungi);
sampai terlihat rima glotis.
2. Bronkoskop dipegang dengan tangan kanan,
dan dimasukkan dengan bantuan laringoskop
sampai mendekati rima glotis, posisi
bronkoskop diputar ke kanan 900 sampai
melewati pita suara. Kemudian posisi
bronkoskop diputar kembali ke posisi semula.
3. Laringoskop dikeluarkan sehingga hanya
bronkoskop yang tertinggal dan bagian distal
bronkoskop dipegang dengan tangan kiri
seperti memegang pensil.
4. Setelah bronkoskop masuk ke lumen trakea,
anestesi dan oksigen disambung pada
bronkoskop (Holinger Ventilation
Bronchoscope)
5. Lumen bronkoskop ditutup dengan penutup
kaca (glass cupped adaptor)
6. Bronkoskopi dimasukkan ke distal dengan
mendorong menggunakan ibu jari tangan kiri
sampai ditemukan karina yang terletak pada
ujung distal trakea sambil dilakukan evaluasi
trakea
7. Selanjutnya evaluasi muara bronkus kanan
dengan posisi kepala dimiringkan ke kiri
sedangkan untuk evaluasi muara bronkus kiri
dengan memiringkan kepala ke kanan
8. Bila terjadi desaturasi oksigen, bronkoskop
ditarik kembali sampai di depan karina. Setelah
9
Modul V.10 - Stenosis Trakea

saturasi membaik, proses evaluasi dapat


dilanjutkan.
9. Bila ditemukan benda asing pada salah satu
bronkus dilakukan ekstraksi dengan forsep
yang sesuai. Bila benda asing berukuran kecil
dapat dikeluarkan dengan forsepnya melalui
lumen bronskoskop. Bila benda asing
berukuran besar maka dikeluarkan bersama-
sama dengan bronkoskop.
10. Setelah ekstraksi berhasil dilakukan
bronkoskopi ulang untuk evaluasi seperti
teknik diatas
B. Bronkoskopi / Trakeoskopi tanpa
Laringoskop lurus
1. Posisi kepala difleksikan, bronkoskop dipegang
dengan tangan kanan seperti memegang pensil
dimasukkan ke rongga mulut pada garis tengah
sampai terlihat epiglotis.
2. Bronkoskop lewat dibawah epiglotis hingga
tampak rima glotis kemudian kepala
diekstensikan. Sesaat sebelum bronkoskop
masuk melalui rima glotis,posisi bronkoskop
diputar 900 ke kanan, kemudian di dorong
masuk melewati pita suara.
3. Setelah bronkoskop masuk ke dalam lumen
trakea, posisi bronkoskop diputar 900 ke kiri
(ke posisi semula). Kepala lebih ekstensi saat
bronkoskop melewati trakea
4. Bronkoskop disambungkan dengan anestesi
dan oksigen (Holinger Ventilation
Bronchoscope) setelah berada di trakea
5. Lumen bronkoskop ditutup dengan penutup
kaca (glass cupped adaptor)
6. Bronkoskopi dimasukkan ke distal dengan
mendorong menggunakan ibu jari tangan kiri
sampai ditemukan karina yang terletak pada
ujung distal trakea sambil dilakukan evaluasi
trakea
7. Selanjutnya evaluasi muara bronkus kanan
dengan posisi kepala dimiringkan ke kiri
sedangkan untuk evaluasi muara bronkus kiri
dengan memiringkan kepala ke kanan
8. Bila terjadi desaturasi oksigen, bronkoskop
ditarik kembali sampai di depan karina. Setelah
saturasi membaik, proses evaluasi dapat
10
Modul V.10 - Stenosis Trakea

dilanjutkan.
9. Mengamati adanya stenosis pada trakea atau
bronkus
IV. PASCA OPERASI
1. Observasi tanda-tanda perforasi atau
komplikasi lain
2. Dilakukan foto toraks bila perlu.
3. Diberi terapi antibiotik dan kortikosteroid.

K. DAFTAR TILIK

L. MATERI PRESENTASI
1. Slide 1: Anatomi dan fisiologi trakea

Kartilago
krikoid

TRAKEA

Bifurkasio
karina

11
Modul V.10 - Stenosis Trakea

2. Slide 2: Definisi stenosis trakea


a. Definisi stenosis trakea
Stenosis trakea merupakan satu kelainan yang dapat
menimbulkan keluhan sesak mulai ringan sampai berat disertai
stridor yang terjadi saat inspirasi maupun ekspirasi.

b. Klasifikasi stenosis trakea


The type of stenoses includes 2 groups as follows:
1) Structural stenosis
 Stenosis due to all types of exophytic intraluminal
malignant or benign tumors and granulation tissue
 Extrinsic compression
 Narrowing due to airway distortion, kinking, bending, or
buckling
 Shrinking or scarring (eg, postintubation stenosis)
2) Dynamic (functional) stenosis
 Triangular- or tent-shaped airway, in which cartilage is
damaged
 Inward bulging of the floppy posterior membrane

c. Lokasi stenosis dan derajat stenosis


1) Lokasikejadian stenosis trakea adalah sbb:
 Sepertiga bagian proksimal
 Sepertiga bagian tengah
 Sepertiga bagian distal

2) Derajat stenosis
Derajat Luas stenosis
0 None
1 <25%
2 26–50%
3 51-75%
4 76-90%
5 90-100%
(complete stenosis)

12
Modul V.10 - Stenosis Trakea

3. Slide 3: Etiologi

 Trauma, bisa bersifat internal (mis;prolonged endotracheal


intubation, tracheotomy, surgery, irradiation, endotracheal
burns) atau eksternal (mis; blunt or penetrating neck
: trauma).
 Chronic inflammatory diseases (eg, amyloidosis, sarcoidosis,
relapsing polychondritis),
 Benign neoplasm (eg, respiratory papillomatosis),
 Malignant neoplasm (mis;primary tracheal, secondary
invasion, metastatic),
 Collagen vascular diseases (mis;tracheopathia osteoplastica,
Wegener granulomatosis).

4. Slide 4: Symptoms and signs

Upper air way obstruction :


 Shortness oh breath on exertion
 Progressive shortness of breath occur even at rest with wheezing
and stridor
 Episode of unilateral or bilateral pneumonitis
 Cyanosis (very late signs)

5. Slide 5: Trakeoskopi

Trakeoskopi adalah tindakan untuk mengetahui adanya stenosis


pada lumen trakea. Langkah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Pasien sebaiknya puasa selama 6 jam sebelum dilakukan tindakan
b. Pasien ditidurkan telentang
c. Diberikan anestesi lokal bertahap dari orofaring sampai laring atau
dilakukan dengan bantuan anestesi umum
d. Trakeoskop dimasukan melalui rimaglotis sampai subglotis.
e. Pada anestesi lokal maka sampai langkah ini dilanjutkan memberi
lokal anestesi dengan menyemprotkan Xylocain 2% ke selaput lendir
trakea.
f. Ditunggu selama beberapa menit, tindakan lalu dilanjutkan untuk
menjelajah lumen trakea sampai ke bifurkasio karina.
g. Kalau diperlukan dilakukan dengan bantuan teleskop 700/900
h. Selama tindakan dicatat semua temuan dari mukosa trakea

13
Modul V.10 - Stenosis Trakea

6. Slide 6 : Penatalaksanaan stenosis

Tracheal Dilation

This patient had complaints of difficulty breathing. On


tracheoscopy (first picture), she was found to have a
narrowing in her trachea (arrow). This patient underwent a
CO2 laser procedure designed to widen her trachea (second
picture). Patients may often require several such procedures
to give them enough room to breathe.

M. MATERI BAKU
1. Stenosis Trakea
Stenosis trakea pada orang dewasa banyak disebabkan oleh trauma, bisa
trauma dari dalam seperti intubasi yang dialamai cukup lama sehingga
trakea kanul dapat menekan pada mukosa trakea sehinga menyebabkan
iskemia mukosa yang akirnya menyebabkan timbulnya jaringan granulasi
dan menyebabkan penyempitan trakea. Dari luar dapat disebabkan oleh
baik trauma tumpul misalnya pukulan pompa air pada leher maupun
akibat penyembuhan luka tusuk pada leher. Berbagai penyakit dapat
menyebabkan penyempitan trakea misalnya penyakit infeksi seperti
amiloidosis, sarkoidosis, dan polikondritis, neoplasma ganas baik primer
maupun sekunder, dan penyakit kolagen vaskuler seperti tracheoplasthia
osteoplastica, dan Wegener granulomatosis.

2. Patofisiologi:
Trauma, infeksi maupun neoplasma akan mengakibatkan penyempitan
lumen trakea sehingga mengganggu pernafasan. Pada mukosa trakea
terjadi proses inflamasi dengan pembentukan jaringan granulasi, fibrosis
dan kontraksi jaringan parut yang terbentuk di mukosa trakea. Perfusi
kapiler akan sangat terganggu akibat trauma pada mukosa yang
mengakibatkan iskemia, terutama terjadi di ujung pipa endotrakea yang
menekan mukosa trakea. Apabila proses regenerasi tidak berjalan
sempurna maka akan terjadi penyempitan permanen pada trakea.

14
Modul V.10 - Stenosis Trakea

3. Klasifikasi stenosis:
Stenosis dapat dibagi menjadi tipe stenosis, derajat penyempitan dan
lokasi stenosis.
a. Tipe stenosis trakea adalah:
1) Stenosis secara struktur
 Stenosis akibat pertumbuhan dalam lumen trakea
(neoplasma ganas dan jinak, jaringan granulasi )
 Penekanan dari luar trakea
 Stenosis akibat distorsi jalan nafas, kinking, bending atau
bucking
 Stenosis akibat jaringan parut akibat intubasi lama
2) Stenosis secara fungsional
 Triangular- or tent-shaped airway, in which cartilage is
damaged
 Inward bulging of the floppy posterior membrane
b. Derajat stenosisadalah:
Derajat Luas stenosis
0 None
1 <25%
2 26–50%
3 51-75%
4 76-90%
5 90-100%
(complete stenosis)

c. Lokasi stenosis dibagi menjadi 3 tempat:


 Sepertiga proksimal/subglotik
 Sepertiga tengah
 Sepertiga distal

4. Frekuensi kejadian:
Di Negara maju seperti Amerka Serikat angka kejadian stenosis trakea
sebesar 4-13% pada orang dewasa dan 1-8% pada bayi dan anak-anak.
Kejadian pada orang dewasa kebanyakan akibat intubasi lama tetapi hal
ini jarang pada bayi an anak.anak, dimana kebanyakan akibat stenosis
kongenital seperti trakeomalasi.

5. Penatalaksanaan:
Indikasi untuk operasi rekonstruksi adalah stenosis oleh tumor primer,
lesi pasca intubasi atau trakeostomiatau penyebab yang lain. Pendekatan
dilakukan melalui trakea bagian anterior.Diseksi mukosa dilakukan
seminimal mungkin untuk menghindari terkenanya nervus laringeus
rekuren dan pleksus venosus yang terdapat pada dinding lateral trakea.
Bila diperlukan bisa dilakukan anastomose bila lesi cukup luas.

15
Modul V.10 - Stenosis Trakea

Teknologi modern dapat menggunakan CO2 laser untuk dilatasi stenosis


trakea.
Diagnosis diferensial untuk stenosis trakea adalah benda asing jalan
nafas, asma bronkialis dan akut epiglotitis

6. Kepustakaan Materi Baku


1. Bailey B.J, Johnson J.T, Head and Neck Surgery- Otolaryngology,
Fourth edition, Volume one, Lippincott Williams & Wilkins, 2006,
p: 307- 334
2. 2.Lee, K.J, Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery,
International edition,
3. Mc. Graw-Hill, 2003
4. Lore JM., Medina JE. Diagnostic Endoscopy. The Trachea and
Mediastinum. In: An Atlas Of Head And Neck Surgery. 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005; pp. 188, 1015.
5. Jackson C, Jackson CL. Bronchi and Esophagus. In: Diseases of the
Nose, Throat and Ear. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1959;
pp. 728-38.
6. Jackson C, Jackson CL. Bronchoesophagology. Philadelphia: W.B.
Saunders Company, 1964; pp. 264-67.

N. (ALGORITMA)

16

Anda mungkin juga menyukai