ENDOSKOPI BRONKOESOFAGOLOGI
MODUL V.10
STENOSIS TRAKEA
EDISI II
KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
DAFTAR ISI
A. WAKTU .......................................................................................................... 2
B. PERSIAPAN SESI .......................................................................................... 2
C. REFERENSI ................................................................................................... 2
D. KOMPETENSI ............................................................................................... 3
E. GAMBARAN UMUM ................................................................................... 3
F. CONTOH KASUS & DISKUSI ..................................................................... 4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN......................................................................... 4
H. METODE PEMBELAJARAN ....................................................................... 4
I. EVALUASI ..................................................................................................... 5
J. INSTR PENILAIAN KOGNITIF & PSIKOMOTOR .................................... 6
K. DAFTAR TILIK ........................................................................................... 11
L. MATERI PRESENTASI............................................................................... 11
M. MATERI BAKU ........................................................................................ 14
N. (ALGORITMA) ............................................................................................ 16
Modul V.10 - Stenosis Trakea
A. WAKTU
B. PERSIAPAN SESI
1. Materi presentasi: STENOSIS TRAKEA
Slide 1: Anatomi,Histologi, dan fisiologi trakea
Slide 2: Definisi stenosis trakea
Slide 3: Etiologi
Slide 4: Gejala dan tanda stenosis Trakea
Slide 5: Pemeriksaan Penunjang
Slide 6: Penatalaksanaan stenosis trakea
C. REFERENSI
1. Bailey B.J, Johnson J.T, Head and Neck Surgery- Otolaryngology,
Fourth edition, Volume one, Lippincott Williams & Wilkins, 2014
2. Lee, K.J, Essential Otolaryngology Head & Neck Surgery, International
edition, Mc. Graw-Hill, 2003
3. Lore JM., Medina JE. Diagnostic Endoscopy. The Trachea and
Mediastinum. In: An Atlas Of Head And Neck Surgery. 4th ed.
Philadelphia: Elsevier Saunders, 2005; pp. 188, 1015.
4. Jackson C, Jackson CL. Bronchi and Esophagus. In: Diseases of the
Nose, Throat and Ear. Philadelphia: W.B. Saunders Company, 1959; pp.
728-38.
5. Jackson C, Jackson CL. Bronchoesophagology. Philadelphia: W.B.
Saunders Company, 1964; pp. 264-67.
2
Modul V.10 - Stenosis Trakea
D. KOMPETENSI
1. Mampu membuat diagnosis stenosis trakea berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
2. Mampu memutuskan dan melakukan terapi pendahuluan serta merujuk
ke Fasilitas Kesehatan yang lebih tinggi bila diperlukan
Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :
1. Menjelaskan anatomi, histologi dan fisiologi trakea-bronkial
2. Menjelaskan etiologi stenosis trakea
3. Menjelaskan patofisiologi, gambaran klinis dari stenosis trakea
4. Menjelaskan dan melakukan pemeriksaan penunjang dari stenosis trakea
5. Membuat diagnosis klinis berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan
6. Menjelaskan rehabilitasi dan rekonstruksi terhadap stenosis trakea
7. Melakukan work up pada stenosis trakea (follow up selanjutnya)
8. Memutuskan dan melakukan terapi pendahuluan serta merujuk ke
fasilitas kesehatan yang lebih tinggi.
E. GAMBARAN UMUM
Trakea adalah tabungfibromuskuler yang diperkuat oleh cincin kartilago
yang menghubungkan bagian bawah dari kartilago krikoid sampai bifurkasio
karina. Panjangnya sekitar 10-13 Cm dan berdiameter 2,0-2,5 Cm. Pada bayi
dan anak-anak setengah bagian proksimal adalah bagian ekstratorak, dimulai
dari vertebra servikal ke-4, dan pada keadaan dewasa dimulai dari vertebra
servikal ke-6. Fungsi trakea adalah melanjutkan fungsi saluran pernafasan
dari laring ke bronkus.
Stenosis trakea merupakan satu kelainan yang dapat menimbulkan keluhan
sesak mulai ringan sampai berat disertai stridor yang terjadi saat inspirasi
maupun ekspirasi.
Kelainan ini sering ditemui pada orang dewasa sedangkan pada bayi dan
anak-anak lebih sering terjadi stenosis trakea didaerah subglotis. Umumnya
penyebab trakea stenosis adalah trauma yang terjadi dari dalam (seperti akibat
prolong intubasi endotrakeal, trakeotomi, operasi, radiasi, luka bakar
endotrakeal) atau trauma dari luar (seperti trauma tembus leher). Diantara
penyebab-penyebab itu, prolonged endotracheal intubation merupakan
penyebab utama dari stenosis laringotrakeal sehingga kasus ini banyak
dijumpai pada trauma center dan intensive care unit.
3
Modul V.10 - Stenosis Trakea
Jawaban :
G. TUJUAN PEMBELAJARAN
Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
penatalaksanaan kelainan stenosis trakea, yaitu:
1. Menguasai anatomi, histologi dan fisiologi trakeobronkial
2. Mampu menjelaskan etiopatogenesis dan gambaran klinis dari stenosis
trakea
3. Menentukan dan melakukan pemeriksaan penunjang untuk stenosis
trakea
4. Membuat diagnosis stenosis trakea dari pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang
5. Menjelaskan penatalaksanaan dan rekonstruksi dari stenosis trakea
6. Melaksanakan work-up pada stenosis trakea (follow up selanjutnya)
7. Memutuskan terapi pendahuluan serta merujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi.
H. METODE PEMBELAJARAN
1. Literatur Reading
2. Referat
3. Praktik lapangan( Poliklinik)
4. Skills Lab
5. Tindakan
6. Bedside Teaching
7. Case Report
8. Jurnal reading
9. Minicex
4
Modul V.10 - Stenosis Trakea
Rangkuman
Stenosis trakea adalah penyempitan lumen trakea yang dapat menimbulkan
obstruksi jalan nafas.
Diagnosis dan tatalaksana yang baik dapat mencegah timbulnya komplikasi
yang disebabkan kelainan ini.
I. EVALUASI
1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre test dalam bentuk essay dan oral
sesuai dengan tingkat masa pendidikan yang bertujuan untuk menilai
kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pretest terdiri atas :
a. Anatomi, histologi,dan fisiologi traktus tracheo bronchial.
b. Cara - cara penegakan diagnosa (anamnesis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang)
c. Penatalaksanaan
d. Follow up
2. Selanjutnya dilakukan “small group discussion” bersama dengan
fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas
isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan
yang akan diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar, mahasiswa diwajibkan untuk
mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar
dalam bentuk “role play” diantara teman-temannya (Peer Assisted
Evaluation) atau kepada SP (Standardized Patient). Pada saat tersebut,
yang bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun belajar,
penuntun belajar dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan
evaluasi (Peer Assisted Evaluation) setelah dianggap memadai, melalui
metode bedside teaching dibawah pengawasan fasilitator, peserta dididik
mengaplikasikan penuntun belajar kepada model anatomik dan setelah
kompetensi tercapai peserta didik akan diberikan kesempatan untuk
melakukannya pada pasien sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan
evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation), dan
mengisi formulir penilaian sebagai berikut :
a. Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah
tidak dilaksanakan.
b. Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal
pemeriksaan terlalu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien.
c. Baik : pelaksanaan benar, baik dan efisien
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
dibicarakan di depan pasien, dan memberi masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan.
5
Modul V.10 - Stenosis Trakea
7
Modul V.10 - Stenosis Trakea
Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:
1. Perlu perbaikan : langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan yang
seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika harus berurutan)
2. Mampu : langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya dan urutannya
(jika harus berurutan). Pelatih hanya membimbing untuk sedikit perbaikan atau
membantu untuk kondisi di luar normal
3. Mahir : langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya dan waktu kerja
yang sangat efisien
T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap langkah tertentu tidak perlu
diperagakan)
KASUS
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR
OPERATIF
1. Nama
2. Diagnosis
3. Informed Choice & Informed Consent
4. Rencana Tindakan
5. Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR OPERASI
1. Informed consent
Penjelasan kepada penderita dan keluarganya
mengenai tindakan operasi yang akan dijalani
serta risiko komplikasi disertai dengan tanda
tangan persetujuan dan permohonan dari
penderita untuk dilakukan operasi.
2. Laboratorium
3. Pemeriksaantambahan: analisa gas darah (bila
perlu)
4. Konsul anestesi, pediatrik dan penyakit dalam
(bila perlu)
5. Memeriksa persiapan alat dan kelengkapan
operasi
Anestesi
1. Narkose umum dan anestesi topikal (spray)
pada pita suara
8
Modul V.10 - Stenosis Trakea
dilanjutkan.
9. Mengamati adanya stenosis pada trakea atau
bronkus
IV. PASCA OPERASI
1. Observasi tanda-tanda perforasi atau
komplikasi lain
2. Dilakukan foto toraks bila perlu.
3. Diberi terapi antibiotik dan kortikosteroid.
K. DAFTAR TILIK
L. MATERI PRESENTASI
1. Slide 1: Anatomi dan fisiologi trakea
Kartilago
krikoid
TRAKEA
Bifurkasio
karina
11
Modul V.10 - Stenosis Trakea
2) Derajat stenosis
Derajat Luas stenosis
0 None
1 <25%
2 26–50%
3 51-75%
4 76-90%
5 90-100%
(complete stenosis)
12
Modul V.10 - Stenosis Trakea
3. Slide 3: Etiologi
5. Slide 5: Trakeoskopi
13
Modul V.10 - Stenosis Trakea
Tracheal Dilation
M. MATERI BAKU
1. Stenosis Trakea
Stenosis trakea pada orang dewasa banyak disebabkan oleh trauma, bisa
trauma dari dalam seperti intubasi yang dialamai cukup lama sehingga
trakea kanul dapat menekan pada mukosa trakea sehinga menyebabkan
iskemia mukosa yang akirnya menyebabkan timbulnya jaringan granulasi
dan menyebabkan penyempitan trakea. Dari luar dapat disebabkan oleh
baik trauma tumpul misalnya pukulan pompa air pada leher maupun
akibat penyembuhan luka tusuk pada leher. Berbagai penyakit dapat
menyebabkan penyempitan trakea misalnya penyakit infeksi seperti
amiloidosis, sarkoidosis, dan polikondritis, neoplasma ganas baik primer
maupun sekunder, dan penyakit kolagen vaskuler seperti tracheoplasthia
osteoplastica, dan Wegener granulomatosis.
2. Patofisiologi:
Trauma, infeksi maupun neoplasma akan mengakibatkan penyempitan
lumen trakea sehingga mengganggu pernafasan. Pada mukosa trakea
terjadi proses inflamasi dengan pembentukan jaringan granulasi, fibrosis
dan kontraksi jaringan parut yang terbentuk di mukosa trakea. Perfusi
kapiler akan sangat terganggu akibat trauma pada mukosa yang
mengakibatkan iskemia, terutama terjadi di ujung pipa endotrakea yang
menekan mukosa trakea. Apabila proses regenerasi tidak berjalan
sempurna maka akan terjadi penyempitan permanen pada trakea.
14
Modul V.10 - Stenosis Trakea
3. Klasifikasi stenosis:
Stenosis dapat dibagi menjadi tipe stenosis, derajat penyempitan dan
lokasi stenosis.
a. Tipe stenosis trakea adalah:
1) Stenosis secara struktur
Stenosis akibat pertumbuhan dalam lumen trakea
(neoplasma ganas dan jinak, jaringan granulasi )
Penekanan dari luar trakea
Stenosis akibat distorsi jalan nafas, kinking, bending atau
bucking
Stenosis akibat jaringan parut akibat intubasi lama
2) Stenosis secara fungsional
Triangular- or tent-shaped airway, in which cartilage is
damaged
Inward bulging of the floppy posterior membrane
b. Derajat stenosisadalah:
Derajat Luas stenosis
0 None
1 <25%
2 26–50%
3 51-75%
4 76-90%
5 90-100%
(complete stenosis)
4. Frekuensi kejadian:
Di Negara maju seperti Amerka Serikat angka kejadian stenosis trakea
sebesar 4-13% pada orang dewasa dan 1-8% pada bayi dan anak-anak.
Kejadian pada orang dewasa kebanyakan akibat intubasi lama tetapi hal
ini jarang pada bayi an anak.anak, dimana kebanyakan akibat stenosis
kongenital seperti trakeomalasi.
5. Penatalaksanaan:
Indikasi untuk operasi rekonstruksi adalah stenosis oleh tumor primer,
lesi pasca intubasi atau trakeostomiatau penyebab yang lain. Pendekatan
dilakukan melalui trakea bagian anterior.Diseksi mukosa dilakukan
seminimal mungkin untuk menghindari terkenanya nervus laringeus
rekuren dan pleksus venosus yang terdapat pada dinding lateral trakea.
Bila diperlukan bisa dilakukan anastomose bila lesi cukup luas.
15
Modul V.10 - Stenosis Trakea
N. (ALGORITMA)
16