Anda di halaman 1dari 36

Curiculum Vitae

Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis


Bagian/KSM Ilmu Kesehatan Anak FK-USK/RSUD dr. Zainoel Abidin

Riwayat Pendidikan:
Dokter Umum: FK Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh (1996)
Spesialis Anak: FK Universitas Airlangga, Surabaya (2009)
Subspesialis/Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis: FKUI, Jakarta (2015)
Doktor: FK Universitas Padjadjaran, Bandung (2020)

Organisasi:
Anggota UKK Infeksi dan Penyakit Tropis
Anggota Satgas Imunisasi PP IDAI 2021-2024
Ketua Tim Surveilans Congenital Rubella Syndrom RSUDZA
Komisi Ahli Difteri Dinas Kesehatan Provinsi Aceh
Ketua Pokja Komunikasi Informasi Edukasi Komda KIPI Aceh
Pengurus Wilayah ARSADA Aceh 2021-2025
Dr. dr. Raihan, Sp.A(K) Tim Covid Pediatri RSUDZA
Anggota PPRA RSUDZA
CONGENITAL RUBELLA
SYNDROME (CRS):
DIAGNOSIS DAN
TATALAKSANA

Raihan
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
KETUA TIM SURVEILANCE CRS RSUDZA

Disampaikan Pada Webinar ‘Problema Congenital


Rubella Syndrome’ Untuk Tenaga Kesehatan Dalam
Rangka Pekan Imunisasi Dunia 2022,
Kerjasama IDAI -IDI-Dinkes Aceh -UNICEF
Banda Aceh 23 April 2022
TOPIK
Rubela dan Congenital Rubella
Syndrome/CRS

Diagnosis dan Tatalaksana CRS

Pencegahan dan Surveilans CRS


RUBELA
• Penyakit infeksi virus akut, sangat menular, biasanya ringan
• Penyebab: togavirus jenis rubivirus, golongan virus RNA
➢ dapat berkembang biak di nasofaring dan kelenjar getah bening
regional, viremia terjadi 4 – 7 hari setelah virus masuk tubuh.

• Ditularkan melalui droplet:


➢ Individu yang membawa virus Rubela → bersin/batuk →
menularkan virus ke orang di sekitarnya
➢ Penularan lain: menggunakan alat makan yang sama, kontak
dengan mata, hidung, mulut, atau menyentuh barang yang
terkontaminasi virus Rubella.
➢ Masa penularan: 7 hari sebelum - 7 hari setelah rash
➢ cepat mati: sinar ultra violet, bahan kimia/asam dan pemanasan

• Masa inkubasi: 14 – 21 hari


• IgM Rubela muncul 4 hari setelah rash, >8 minggu akan menurun dan
tidak terdeteksi lagi. IgG Rubela: muncul dalam 14-18 hari setelah infeksi,
puncaknya 4 minggu, menetap seumur hidup.
Courtesy of PGPKT
GEJALA RUBELA
Bayi
Bila terjadi pada:
Gejala : Anak
❖ Anak: >> hanya demam ringan/
❖ Demam ringan bahkan tanpa gejala → sering
❖ Ruam makulopapuler di kulit
tidak terlaporkan
terutama wajah, lengan dan
kult kepala mirip campak Dewasa
❖ Ruam 2-3 hari, hilang sendiri ❖ Wanita dewasa: sering arthritis
(disebut campak 3 hari) atau artharalgia
❖ Pembesaran kelenjar limfe di
belakang terlinga, leher ❖ Wanita hamil terutama trimester 1
belakang dan sub oksipital. Ibu Hamil dapat mengalami abortus atau
kecacatan bayi lahir → Congenital
Rubella Syndrome (CRS)

5
Sekitar 77% kasus
Rubela adalah anak
usia di bawah 15 tahun

Kemenkes, 2019
KENAPA PENYAKIT RUBELA MENJADI PERHATIAN?
• Satu kasus rubella dapat menularkan kepada 4-7 orang yang tidak kebal
• 25-50% dari orang yang terinfeksi asimptomatik
• Infeksi Rubela pada Ibu hamil akan mempunyai risiko yang sangat besar
Outcome infeksi Rubella pada Ibu hamil

Lahir hidup Lahir mati Keguguran Diterminasi

CRS:
1. Congenital Rubella Syndrome • 1/3 akan hidup normal
2. Congenital Rubella Infection • 1/3 hidup bergantung
Infection during pregnancy 3. Normal outcome pada orangtua
– Weeks 1- 10 – 90% CRS* • 1/3 akan menjadi
– Weeks 11-12– 33% tanggungan
institusi/pemerintah
– Weeks 13-14– 11% • Negara maju →
– Weeks 15-16– 24% terminasi kehamilan,
– Weeks > 17– 0% untuk mencegah CRS

TUJUAN UTAMA ELIMINASI RUBELLA: MENGELIMINASI CRS


→ ANAK dan WUS SUDAH IMUNISASI RUBELA
• Sindrom kecacatan pada bayi
baru lahir, meliputi kelainan
pada jantung, mata, ketulian
dan keterlambatan
perkembangan
MANIFESTASI KLINIS CRS
KRITERIA LABORATORIUM UNTUK DIAGNOSIS

• Isolation of rubella virus, OR


• Demonstration of rubella-specific IgM antibody, OR
• Infant rubella antibody level that persists at a higher level and
for a longer period than expected from passive transfer of
maternal antibody (i.e., rubella titer that does not drop at the
expected rate of a two-fold dilution per month), OR
• PCR-positive rubella virus
DIAGNOSIS: DEFINISI KASUS CRS
(WHO-recommended standards for surveillance of selected VPDs,2008)
1. SUSPEK CRS: Bayi usia <12 bln dengan
minimal satu gejala klinis pada kelompok A
Manifestasi klinis CRS
2. CRS KLINIS: Bayi usia <12 bln dengan:
• Dua manifestasi klinis kelompok A; ATAU Kelompok A
• Satu manifestasi klinis kelompok A DAN satu • Gangguan pendengaran
manifestasi klinis kelompok B • Penyakit jantung kongenital
Yang TIDAK dilakukan pemeriksaan LAB • Katarak kongenital ATAU
Glaukoma kongenital
3. CRS PASTI: • Pigmentary retinopathy
Kasus suspek CRS dengan hasil pemeriksaan LAB salah
satu diantara berikut: Kelompok B
• jika usia bayi <6 bulan: IgM rubela (+)
• jika usia bayi 6 - <12 bulan: • Purpura
• Splenomegali
⮚IgM dan IgG rubela (+); atau
• Microcephaly
⮚IgG dua kali pemeriksaan dengan selang waktu 1 • Retardasi mental
bulan (+) • Meningoensefalitis
• Penyakit “Radiolucent bone”
4. BUKAN CRS (DISCARDED CRS): • Ikterik yang muncul dalam waktu 24 jam
Suspek CRS yang tidak memenuhi kriteria CRS klinis dan setelah lahir
tidak memenuhi kriteria CRS pasti
Penyakit jantung kongenital yang termasuk ke dalam kriteria suspek
CRS adalah minimal salah satu dari:

• Patent Ductus Arteriosus (PDA) ➔ pada bayi prematur jika PDA


tidak menutup spontan s/p usia 2 bulan → suspek CRS.
• Atrial Septal Defect (ASD)
• Ventricular Septal Defect (VSD)
• Pulmonary Stenosis (PS)

• Kelainan pendengaran: Tuli Sensouri Neural/Sensouri Neural Hearing


Loss (SNHL)

• Kelainan pada SSP: retardasi mental, mikrosefali, meningoensefalitis;

• Kelainan lain: purpura, splenomegali, ikterik yang muncul dalam 24


jam setelah lahir, radioluscent bone, serta gangguan pertumbuhan
MEKANISME RESPONS KEKEBALAN PADA CRS
• Saat dilahirkan serum bayi CRS mengandung IgG spesifik yang dibawa dari
ibunya disamping antibodi IgG dan IgM yang dibentuk dari tubuhnya sendiri.
• IgG spesifik Rubela maternal ini juga bisa ditemukan pada bayi normal yang
dilahirkan dari ibu yang telah kebal terhadap Rubela.
• Maka untuk mendiagnosis infeksi CRS pada bayi dipakai IgM spesifik Rubela.
• Produksi IgM oleh bayi paling cepat timbul pada TM2 saat usia kehamilan 20
minggu.
• Bayi dengan CRS: IgM Rubela bisa dideteksi hampir 100% (umur 0–5 bulan),
sekitar 60% (umur 6–12 bulan), sekitar 40% (umur 12–18 bulan), jarang
terdeteksi lagi bila telah berusia ≥18 bulan.

(Murray 2007; Chantler et al 1982)


Pengambilan Spesimen Surveilans CRS
Untuk anak usia <6 bulan:
Yang diperiksa hanya IgM
Spesimen : serum 1 cc dari darah 3 cc

Untuk anak usia 6-12 bulan:


Yang diperiksa IgM dan IgG
Spesimen : serum 1 cc dari darah 3 cc

• Spesimen ditaruh pada suhu 20 – 80 C.


• Spesimen diperiksa di Lab Nasional Campak-Rubela
• Pengiriman spesimen ke lab nasional dapat dilakukan RS
atau diambil oleh Dinkes Provinsi
INTERPRETASI HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Respon imun infeksi rubella terhadap ibu dan bayi


(Chantler et al. 1982)
TATALAKSANA CRS

• Tidak ada pengobatan spesifik untuk virus rubela.


• Terapi hanya untuk memperbaiki kelainan yang timbul.
• Jika ada katarak atau penyakit jantung bawaan → dilakukan operasi
• Jika mengalami gangguan pendengaran → implantasi kokhlea: organ
pendengaran di telinga tengah
• Keterlambatan perkembangan→ fisioterapi, terapi wicara, okupasi , dll, sekolah
khusus.
Dampak Seumur Hidup Pasien
dan Keluarga dengan CRS

• Bayi dengan cacat bawaan tuli, jantung


bocor, kebutaan & gejala lain karena CRS
memiliki risiko tidak tertangani tinggi.

• Bayi yang lahir dengan CRS masih


mengeluarkan virus dan menularkan
sampai usia >1 tahun (lihat grafik)

Grafik 1. Bayi yang lahir dengan CRS bisa menularkan rubella


sampai dengan usia 36 bulan.

Bayi dengan CRS yang mengekskresikan virus rubela dapat menularkan penyakitnya (bersifat
infeksius) sehingga tindakan pencegahan infeksi yang memadai harus selalu dilakukan
KONTROL INFEKSI PADA KASUS CRS

• Isolasi
• Petugas kesehatan yang merawat penderita harus
diimunisasi rubela
• Hindari kontak dengan ibu hamil
• Hanya 50% saja ibu hamil yang terinfeksi rubella
mempunyai gejala
YANG AKAN DITANGGUNG KELUARGA AKIBAT ANAKNYA
MENDERITA CONGENITAL RUBELLA SYNDROME?
• BBLR, tuli, buta, kelainan jantung, mikrosefali, tidak bisa bicara,
keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental (gejala bervariasi di setiap anak).
• Estimasi kebutuhan (pengobatan, terapi, pendidikan, dsb) mencapai Rp 60 juta –
700.000 juta per tahun per kasus (rata-rata negara berkembang)

• Katarak → operasi mata (tanam lensa): Rp.25.000.000, kacamata: Rp 2-3 juta

• Tuli: alat bantu dengar Rp 8 – 40 juta, implant kokhlear: Rp. 300 – 500 juta
• Operasi jantung
• Fisioterapi → berdiri, berjalan, terapi bicara, mendengar, dll: 100 ribu/sesi
(minimal 3x seminggu)
• Alat-alat untuk fisioterapi di rumah: ratusan ribu - jutaan
• Beban psikis keluarga seumur hidup: tidak dapat dihitung dengan uang
PENCEGAHAN CAMPAK DAN RUBELLA

AKUISITAL KONGENITAL
EFEK EPIDEMIOLOGI
BERDASARKAN CAKUPAN IMUNISASI MR
Cakupan Efek Epidemiologi Terhadap Kasus
MR Campak, Rubella dan CRS

1 ≤ 50 risiko KLB campak, rubella bahkan KLB CRS


sangat tinggi
2 > 51% - Risiko terjadinya kasus CRS sangat tinggi
<85% akibat efek paradox cakupan rubella masih
<85%. Kasus rubella cenderung terjadi pada
usia yang lebih tua. Selain risiko KLB campak
dan rubella yang masih tinggi (Fase
Pengendalian)
3 85 - <95% Risiko rubella/CRS kecil, tetapi risiko transmisi
campak masih tinggi (Fase Eliminasi rubella)

4 >95% Transmisi campak, rubella dan CRS sangat


kecil (hampir nol) (Fase Eliminasi)
GAMBARAN EPIDEMIOLOGI KASUS CAMPAK - RUBELA
PROVINSI ACEH TAHUN 2022
Suspect CRS cases by Month
RSUD DR ZAINOEL ABIDIN, 2019 - 2022
Penemuan Kasus Suspek CRS Kumulatif Penemuan Kasus Suspek CRS Per Bulan
2019 - 2022 Periode Jan – Mar, 2019 - 2022
50 9

45 8 8
43 2019
40 7
2020
35 2021 6 6 6
33 2022
30 5
29
Cases

25 4 4

20
3 3
15
2 2 2
10
1
5 6 0 0 0 0
0 Jan Feb Mar
Cumulative (Jan - Dec) 2019 2020 2021 2022
2022= 1
Cases

2021= 14

10
12

0
4
6
8

2
11
Congenital Heart Disease

1
3
Total clinical and Lab confirmed CRS

Cataract Congenital

0 2
Hearing Impairment

Congenital Glaucoma
0
1
0
0

Pigmentary Retinopathy
0
3

2021
Purpura
1

2022
9

Microcephaly
0
1

Meningoencephalitis
0
RSUD DR ZAINOEL ABIDIN, 2021- 2022

Icteric
0
Clinical Finding in Clinical and Lab-confirmed CRS

Development Delay
0
1

Splenomegaly
0
1

Radiolucent Bone Disease


0
RINGKASAN (1)
• Untuk mendiagnosis kasus CRS perlu diketahui kumpulan manifestasi klinis
yang dibagi dalam dua kelompok besar yaitu kelompok A dan kelompok B.

• Bayi dengan CRS bersifat infeksius, maka prosedur isolasi harus


dipertimbangkan, terutama bagi bayi yang menjalani perawatan.

• Petugas kesehatan yang merawat kasus CRS dapat tertular dan menularkan
Rubela ke orang lain dan menyebabkan KLB.

• Petugas kesehatan yang kontak dengan bayi CRS sebaiknya petugas yang
telah dipastikan kebal terhadap infeksi Rubela. Tindakan pencegahan ini
sangat penting, khususnya bagi wanita hamil yang tidak mempunyai
kekebalan.
RINGKASAN (2)
• Tidak ada pengobatan spesifik untuk CRS, terapi hanya untuk
memperbaiki kelainan yang timbul.

• Kasus CRS dapat dicegah dengan imunisasi Rubela. Tujuan utama


pemberian imunisasi Rubela adalah untuk mencegah terjadinya
CRS.

• Cakupan imunisasi rutin MR minimal 95% dan merata agar terbentuk


kekebalan kelompok sehingga kelompok usia lainnya, termasuk ibu
hamil pun turut terlindungi.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai