Riwayat Pendidikan:
Dokter Umum: FK Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh (1996)
Spesialis Anak: FK Universitas Airlangga, Surabaya (2009)
Subspesialis/Konsultan Infeksi dan Penyakit Tropis: FKUI, Jakarta (2015)
Doktor: FK Universitas Padjadjaran, Bandung (2020)
Organisasi:
Anggota UKK Infeksi dan Penyakit Tropis
Anggota Satgas Imunisasi PP IDAI 2021-2024
Ketua Tim Surveilans Congenital Rubella Syndrom RSUDZA
Komisi Ahli Difteri Dinas Kesehatan Provinsi Aceh
Ketua Pokja Komunikasi Informasi Edukasi Komda KIPI Aceh
Pengurus Wilayah ARSADA Aceh 2021-2025
Dr. dr. Raihan, Sp.A(K) Tim Covid Pediatri RSUDZA
Anggota PPRA RSUDZA
CONGENITAL RUBELLA
SYNDROME (CRS):
DIAGNOSIS DAN
TATALAKSANA
Raihan
IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
KETUA TIM SURVEILANCE CRS RSUDZA
5
Sekitar 77% kasus
Rubela adalah anak
usia di bawah 15 tahun
Kemenkes, 2019
KENAPA PENYAKIT RUBELA MENJADI PERHATIAN?
• Satu kasus rubella dapat menularkan kepada 4-7 orang yang tidak kebal
• 25-50% dari orang yang terinfeksi asimptomatik
• Infeksi Rubela pada Ibu hamil akan mempunyai risiko yang sangat besar
Outcome infeksi Rubella pada Ibu hamil
CRS:
1. Congenital Rubella Syndrome • 1/3 akan hidup normal
2. Congenital Rubella Infection • 1/3 hidup bergantung
Infection during pregnancy 3. Normal outcome pada orangtua
– Weeks 1- 10 – 90% CRS* • 1/3 akan menjadi
– Weeks 11-12– 33% tanggungan
institusi/pemerintah
– Weeks 13-14– 11% • Negara maju →
– Weeks 15-16– 24% terminasi kehamilan,
– Weeks > 17– 0% untuk mencegah CRS
Bayi dengan CRS yang mengekskresikan virus rubela dapat menularkan penyakitnya (bersifat
infeksius) sehingga tindakan pencegahan infeksi yang memadai harus selalu dilakukan
KONTROL INFEKSI PADA KASUS CRS
• Isolasi
• Petugas kesehatan yang merawat penderita harus
diimunisasi rubela
• Hindari kontak dengan ibu hamil
• Hanya 50% saja ibu hamil yang terinfeksi rubella
mempunyai gejala
YANG AKAN DITANGGUNG KELUARGA AKIBAT ANAKNYA
MENDERITA CONGENITAL RUBELLA SYNDROME?
• BBLR, tuli, buta, kelainan jantung, mikrosefali, tidak bisa bicara,
keterlambatan pertumbuhan fisik dan mental (gejala bervariasi di setiap anak).
• Estimasi kebutuhan (pengobatan, terapi, pendidikan, dsb) mencapai Rp 60 juta –
700.000 juta per tahun per kasus (rata-rata negara berkembang)
• Tuli: alat bantu dengar Rp 8 – 40 juta, implant kokhlear: Rp. 300 – 500 juta
• Operasi jantung
• Fisioterapi → berdiri, berjalan, terapi bicara, mendengar, dll: 100 ribu/sesi
(minimal 3x seminggu)
• Alat-alat untuk fisioterapi di rumah: ratusan ribu - jutaan
• Beban psikis keluarga seumur hidup: tidak dapat dihitung dengan uang
PENCEGAHAN CAMPAK DAN RUBELLA
AKUISITAL KONGENITAL
EFEK EPIDEMIOLOGI
BERDASARKAN CAKUPAN IMUNISASI MR
Cakupan Efek Epidemiologi Terhadap Kasus
MR Campak, Rubella dan CRS
45 8 8
43 2019
40 7
2020
35 2021 6 6 6
33 2022
30 5
29
Cases
25 4 4
20
3 3
15
2 2 2
10
1
5 6 0 0 0 0
0 Jan Feb Mar
Cumulative (Jan - Dec) 2019 2020 2021 2022
2022= 1
Cases
2021= 14
10
12
0
4
6
8
2
11
Congenital Heart Disease
1
3
Total clinical and Lab confirmed CRS
Cataract Congenital
0 2
Hearing Impairment
Congenital Glaucoma
0
1
0
0
Pigmentary Retinopathy
0
3
2021
Purpura
1
2022
9
Microcephaly
0
1
Meningoencephalitis
0
RSUD DR ZAINOEL ABIDIN, 2021- 2022
Icteric
0
Clinical Finding in Clinical and Lab-confirmed CRS
Development Delay
0
1
Splenomegaly
0
1
• Petugas kesehatan yang merawat kasus CRS dapat tertular dan menularkan
Rubela ke orang lain dan menyebabkan KLB.
• Petugas kesehatan yang kontak dengan bayi CRS sebaiknya petugas yang
telah dipastikan kebal terhadap infeksi Rubela. Tindakan pencegahan ini
sangat penting, khususnya bagi wanita hamil yang tidak mempunyai
kekebalan.
RINGKASAN (2)
• Tidak ada pengobatan spesifik untuk CRS, terapi hanya untuk
memperbaiki kelainan yang timbul.