Anda di halaman 1dari 12

Mata kuliah: ilmu penyakit dalam

Dosen : dr.Yunus Ammarie

TUGAS HER
FISIOLOGI PENYAKIT RUBELA YANG MENYERTAI KEHAMILAN

OLEH :

NI MADE NIAPRIANTI
(105017048)
NUR SAFITRI
(105017050)

AKADEMI KEBIDANAN PALU


YAYASAN PENDIDIKAN CENDRAWASI
TAHUN AJARAN
2018/2019
1.1 RUBELLA
1.1.1 PENGERTIAN
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu
virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan
morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi
didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ
dan dapat mengakibatkan kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman
ini bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil.
Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran, lahir mati,
kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini
muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang
wanita terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan
kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS,
Congenital Rubella Syndrome).
Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela
pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering
muncul adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah
glaukoma, mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga,
jantung, otak, dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami
retardasi pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada
usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan.

1.1.2 TANDA DAN GEJALA


Tanda-tanda dan gejala rubella, terutama pada anak-anak, sering begitu ringan
sehingga sulit untuk dilihat. Jika tanda-tanda dan gejala yang terjadi, mereka
biasanya muncul antara dua dan tiga minggu setelah terpapar virus. Rubella
biasanya berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan gejalanya sebagai berikut:
1. Demam ringan dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah
2. Sakit tenggorok
3. Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua,
menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat
pula.
4. Pembengkakan kelenjar leher.
5. Sakit kepala
6. Hidung tersumbat atau pilek.
7. Radang, mata merah

1.1.3 PENYEBAB
Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini
bisa menyerang usia anak dan dewasa muda.
Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir tuli. Penularan virus
rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan
orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari
sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus
rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital
biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia
maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung
kemampuan virus untuk masuk dalam barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang
dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.

1.1.4 DIAGNOSA
Diagnosis Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul, dan dari
pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-
nya terhadap rubela. Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan serologi. IgM akan
cepat memberi respon setelah keluar ruam dan kemudian akan menurun dan hilang
dalam waktu 4 – 8 minggu, IgG juga memberikan respon setelah keluar ruam dan
tetap tinggi selama hidup.
Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari
hemagglutination-inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua
kali selang waktu 2 minggu atau setelah adanya IgM. Diagnosa Rubella juga dapat
ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut. Ditemukannya IgM
dalam darah talipusat atau IgG pada neonatus atau bayi 6 bulan mendukung
diagnosa infeksi Rubella.

2.2 RUBELLA PADA KEHAMILAN


2.2.1 DEFINISI
10 – 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan
penyakit tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak
memperlihatkan adanya gejala penyakit. Derajat penyakit terhadap ibu tidak
berdampak terhadap resiko infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I
memberikan dampak besar terhadap janin. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi
pada wanita hamil muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika
infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan
adalah 50%, sedangkan jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya
menjadi 25% (menurut America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Bila ibu hamil yang belum kebal terserang virus Rubella saat hamil
kurang dari 4 bulan, akan terjadi berbagai cacat berat pada janin. Sebagian besar
bayi akan mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran, bocor
jantung, bahkan kerusakan otak. Infeksi Rubella pada kehamilan dapat
menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin Susahnya,
sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian
lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan
agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang
hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari. Tidak semua janin akan tertular.
Jika ibu hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin
tertular 80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu,
maka risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen.
Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu
terinfeksi saat usia kehamilan > 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella
Kongenital biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan
masih kurang dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi.
Di samping itu, bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus,
gangguan tiroid, gangguan pencernaan dan gangguan syaraf.

2.2.2 PENCEGAHAN
Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap
serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang
sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal
sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).
Vaksin Rubella diberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat
ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun,
harus tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat
diberikan pada ibu yang sudah hamil.
Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya
memeriksa kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi
TORCH lainnya. Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah
terinfeksi atau sudah divaksinasi terhadap Rubella. Anda tidak mungkin terkena
Rubella lagi, dan janin 100% aman. Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau
anti-Rubella IgM dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda baru terinfeksi Rubella
atau baru divaksinasi terhadap Rubella.
Dokter akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan sampai IgM
menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella
IgM negatif berarti anda tidak mempunyai kekebalan terhadap Rubella. Bila anda
belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan
selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda
kehamilan atau sudah hamil, yang dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena
Rubella. Bila sudah hamil padahal belum kebal, terpaksa berusaha menghindari
tertular Rubella dengan cara berikut: Jangan mendekati orang sakit demam Jangan
pergi ke tempat banyak anak berkumpul, misalnya Playgroup sekolah TK dan SD.
Jangan pergi ke tempat penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak dapat 100%
dilaksanakan karena situasi atau karena orang lain yang terjangkit Rubella belum
tentu menunjukkan gejala demam.
Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu.
Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella.
Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan
apakah benar Rubella dengan memeriksa IgG dan IgM Rubella setelah 1 minggu.
Bila IgM positif, berarti benar infeksi Rubella baru. Bila ibu hamil mengalami
Rubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak Untuk memastikan apakah janin
terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik
PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban
(cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli
kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih
dari 22 minggu.

2.2.3 PEMERIKSAAN
Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan
mengukur IgG . Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa
pasca persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar rubella harus dilakukan oleh
karena 20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak memperlihatkan adanya
respon pembentukan antibodi dengan baik. Infeksi rubella tidak merupakan kontra
indikasi pemberian ASI.
Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian
profilaksis dengan gamma globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh karena
tidak memberi perlindungan terhadap janin.Pemeriksaan Laboratorium yang
dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-
rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat
sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk
divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk
diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella
bawaan.

2.2.4 TERAPI ANTI VIRUS


1. Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
2. Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus
varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
3. Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
4. Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama
kehamilan : Amantadine dan Ribavirin

3.3 RUBELLA PADA PERSALINAN


3.3.1 Penyebab
Adanya kuman yang masuk semisal karena dilakukan pemeriksaan dalam
tanpa keadaan yang steril, juga akibatketuban pecah dini sebelum proses
persalinan.

3.3.2 Gejala Klinis


Suhu tubuh ibu panas, detak jantung janin cepat, begitu pula dengan
detak jantung ibu, air ketuban hijau kental dan berbau. Hal ini bisa membahayakan
kondisi ibu dan janinnya bila tidak segera melahirkan.
3.3.3 Penanganan
Jika ditemukan keadaan sangat gawat, bayi harus segera dilahirkan.
Tentunya tergantung kondisi ibu saat itu. Jika sudah waktunya mendekati
persalinan, dilakukan tindakan vakum atau forsep. Jika masih jauh waktunya dari
persalinan, akan dilakukan operasi meski dengan risiko bayi lahir prematur.
Masalah operasi ini memang masih kontroversial. ada kontroversi. Jika dalam
keadaan infeksi dilakukan operasi, luka pada tubuh ibu bisa memicu terjadinya
sepsis. Namun jika bayi tak dikeluarkan segera, akan terjadi hipoksia (kekurangan
oksigen), bahkan kematian janin.
3.3.4 Pencegahan
Proses persalinan dilakukan dengan cara dan peralatan yang steril
mungkin, serta sedapat mungkin dibantu oleh tenaga medis.

4.4 RUBELLA PADA NIFAS


4.4.1 Penyebab
Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui pada endometrium
atau lapisan dalam rahim. Infeksi dapat terjadi bila pertolongan persalinan tidak
steril; kondisi daya tahan tubuh menurun sehingga kuman yang tadinya tidak
menimbulkan penyakit jadi menimbulkan penyakit; banyaknya luka terbuka di
rahim akibat lepasnya plasenta, sehingga bila ada satu dua kuman yang masuk ke
dalam luka tersebut menimbulkan infeksi
4.4.2 Gejala Klinis
Tergantung keganasan kumannya serta masa inkubasi. Bisa dalam
hitungan jam atau hari. Gejalanya ada reaksi radang seperti suhu tubuh naik (panas
tinggi) dan badan terasa nyeri, menggigil, nafsu makan menurun.
Pada hari kedua mungkin timbul perlawanan antibodi-antigen.
Kemudian keluarlah nanah yang berbau dari vagina/jalan lahir. Jika berlanjut,
kuman bisa masuk dalam aliran darah dan terjadi sepsis sehingga harapan hidup si
ibu kemungkinan sangat kecil.
4.4.3 Diagnosis
Ditegakkan berdasar gejala klinis pada ibu masa nifas, yaitu panas
tinggi, lokhia berbau/nanah, denyut nadi cepat, rahim tidak berkontraksi secara
adekuat.
4.4.4 Pengobatan
Di rawat di rumah sakit dengan pemberian infus/cairan yang adekuat,
antibiotik yang sesuai, dan usahakan rahim berkontraksi.
4.4.5 Pencegahan
Persalinan diupayakan dengan cara sesteril mungkin. Dianjurkan pula ibu
hamil untuk imunisasi terutama tetanus guna perlindungan saat pemotongan tali
pusat dengan bayi. Setelah persalinan, karena terjadinya perdarahan, biasanya
dokter memberikan obat-obatan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.
Meski ada juga dokter yang tidak memberikan obat-obatan antibiotik dengan
anggapan bahwa luka yang diakibatkan persalinan adalah alami dan dapat sembuh
sendiri. Selain itu, penggunaan antibiotika dianggap boros dan membuat kuman
tertentu menjadi resisten.
5.1 Tabel Resiko Kecacatan Pada Kehamilan dengan Infeksi Rubella
Usia Kehamilan % terinfeksi %
kecacatan
<11 minggu 90% 90%
11-12 minggu 67% 33%
13-14 minggu 67% 11%
15-16 minggu 47% 24%
17-18 minggu 39% Ringan
19-22 minggu 34% Ringan
23-26 minggu 25% Ringan
27-28 minggu 12% Ringan
Bulan 7 35% Ringan
Bulan 8 60% Ringan
Bulan 9 100% Ringan

5.2 gejala-gejala yang serius


apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat
menembus dinding plasenta dan langsung menyerang janin. Virus ini sampai
kepada janin melalui ibu, melewati tiga cara:
1. Melalui jalan darah plasenta/ari-ari dari ibu ke janin.
2. Saat proses persalinan, di mana janin terkena darah ibu atau pun cairan tubuh
ibu saat melewati jalan lahir.
3. Saat proses menyusui, di mana penularan bisa melalui pernafasan ibu atau pun
melalui air susu ibu.
Cacat panca indera apa saja yang bisa terjadi pada janin di dalam
kandungan Infeksi virus Rubella pada ibu hamil biasanya akan mempengaruhi
janin yang dikandungan, sedangkan tingkat keparahan berbeda-beda untuk tiap
trimester. Bila mengenai saat usia kehamilan di bawah 20 bulan, bayi akan lahir
dengan keadaan yang disebut Congenital Rubella Syndrome (CRS) atau sindrom
cacat bawaan karena rubella. Risiko ini meningkat dengan semakin mudanya usia
kehamilan.
Misalkan, bila terkena pada trimester (tiga bulanan) awal, risikonya
adalah 90% terkena cacat bawaan. Bila terkena pada trimester kedua, risiko
sebesar 20%. Risiko akan mendekati minimal bila terinfeksi pada trimester ketiga
atau trimester akhir kehamilan. Bila menginfeksi pada trimester (tiga bulan)
pertama, risiko keguguran akan meningkat sampai 20%.

Adapun jenis-jenis kelainan bawaan yang mungkin terjadi antara


lain:
1.Kelainan mata (katarak, retinopathy)
2. Kelainan jantung (kebocoran katup jantung)
3. Kelainan syaraf (retardasi mental, radang selaput otak)
4. Kelainan telinga (kasus terbanyak, ketulian)
5. Kelainan lain-lain (pembengkakan hati dan limpa, gangguan pembekuan darah)
6. Perencanaa; Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella
dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan, dan apa bila ibu yang sedang hamil.
Terapi Antivirus :
1. Beristirahatlah sebanyak mungkin.
2. Minum banyak air putih untuk mencegah dehidrasi.
3. Mengurangi nyeri dan demam.
Penderita dapat mengonsumsi parasetamol atau ibu profen untuk
menurunkan panas dan meredakan nyeri pada sendi.
Memberitahu keluarga untuk merujuk ibu ke RS untuk mendapatkan penangan
penyakit Rubella dengan segera.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, 2010. Ilmu Kebidanan,Jakarta : Yayasan Bina pustaka Sarwono


Prawirohardjo
Rukiyah, Yeyeh, 2010, Asuhan Kebidanan IV (Patologi Kebidanan),Jakarta : CV
Trans Info Media
https://id.theasianparent.com/virus-rubella-campak-jerman-pada-ibu-hamil-dan-
anak
Adam JMF. Survei diabetes melltitus pada wanita hamil. Penelitian Universitas
Hasanuddin. 1986.
Amankwah KS, Prentile RL, Fleury FJ. The incidence of gestational diabetes.
Obstetric and Gynecology 1977; 49:497-498.
Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC
Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan
Ginekologi
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai