Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi
apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding
plasenta dan langsung menyerang janin. “Rubella” atau dikenal juga dengan nama
Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus
biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan.

Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa.


Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat ditularkan melalui
urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat
menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya “rash” (bercak
merah) pada kulit. “Rash Rubella” berwarna merah jambu, akan menghilang dalam 2-3
hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.

Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu
yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah
kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.
Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak,
mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit rubella


2. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada kehamilan
3. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu bersalin
4. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu nifas
C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit rubella.


2. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada kehamilan.
3. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu bersalin.
4. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu nifas.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Rubella

1. Pengertian

Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus
RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan
morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi
didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan
dapat mengakibatkan kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini
bekerja dengan aktif khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting
diingat adalah keguguran, lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik,
yang terjadi jika infeksi rubela ini muncul pada awal kehamilan, khususnya pada
trimester pertama. Apabila seorang wanita terinfeksi rubela selama trimester
pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52% melahirkan bayi dengan
sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella Syndrome).

Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela pada
usia kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul
adalah katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma,
mikrosefalus, dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak,
dan sistem saraf pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi
pertumbuhan intrauteri dan pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 12 minggu jarang menyebabkan kelainan.

2. Tanda Dan Gejala

Tanda-tanda dan gejala rubella, terutama pada anak-anak, sering begitu ringan
sehingga sulit untuk dilihat. Jika tanda-tanda dan gejala yang terjadi, mereka
biasanya muncul antara dua dan tiga minggu setelah terpapar virus. Rubella
biasanya berlangsung sekitar dua sampai tiga hari dan gejalanya sebagai berikut:

a) Demam ringan dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah Mengantuk

b) Sakit tenggorok

c) Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua,
menyebar dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan
cepat pula.

d) Pembengkakan kelenjar leher.

e) Sakit kepala

f) Hidung tersumbat atau pilek.

g) Radang, mata merah

3. Penyebab

Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini
bisa menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan
bayi lahir tuli. Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk
awal melalui nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa
inkubasi antara 11 sampai 14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien
akan timbul ruam. Penyebaran virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara
hematogen. Infeksi kongenital biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan
viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas.
Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk dalam barier bayi-bayi lain,
disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan dengan bayi tersebut.
4. Diagnosa 

Diagnosis Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul, dan dari


pemeriksaan darah di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya
terhadap rubela. Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan serologi. IgM akan
cepat memberi respon setelah keluar ruam dan kemudian akan menurun dan hilang
dalam waktu 4 – 8 minggu, IgG juga memberikan respon setelah keluar ruam dan
tetap tinggi selama hidup.

Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari


hemagglutination-inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali
selang waktu 2 minggu atau setelah adanya IgM. Diagnosa Rubella juga dapat
ditegakkan melalui biakan dan isolasi virus pada fase akut. Ditemukannya IgM
dalam darah talipusat atau IgG pada neonatus atau bayi 6 bulan mendukung
diagnosa infeksi Rubella.

B. Rubella Pada Kehamilan

1. Definisi

10 – 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan penyakit


tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak memperlihatkan
adanya gejala penyakit. Derajat penyakit terhadap ibu tidak berdampak terhadap
resiko infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I memberikan dampak besar
terhadap janin. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil muda,
karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan
pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika
infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut America
College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).

Bila ibu hamil yang belum kebal terserang virus Rubella saat hamil kurang
dari 4 bulan, akan terjadi berbagai cacat berat pada janin. Sebagian besar bayi akan
mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran, bocor jantung, bahkan
kerusakan otak. Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT menyebabkan keguguran,
bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu
yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam,
tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari
muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah
beberapa hari. Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu hamil terinfeksi saat usia
kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular 80-90 persen. Jika infeksi
dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka risiko janin terinfeksi turun
yaitu 10-20 persen.

Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi
saat usia kehamilan > 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella Kongenital
biasanya terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang
dari 4 bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi. Di samping itu,
bayi juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid,
gangguan pencernaan dan gangguan syaraf.

2. Pencegahan 

Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap


serangan virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang
sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal
sebagai vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).Vaksin Rubella diberikan pada
usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum
mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun,
bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil. 
Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya
memeriksa kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi TORCH
lainnya. 

Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi atau
sudah divaksinasi terhadap Rubella. Anda tidak mungkin terkena Rubella lagi, dan
janin 100% aman. Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM
dan anti-Rubella IgG positif, berarti anda baru terinfeksi Rubella atau baru
divaksinasi terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan Anda untuk menunda
kehamilan sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan. 

Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak
mempunyai kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan
memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda
tidak bisa mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah hamil, yang
dapat dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella. Bila sudah hamil padahal
belum kebal, terpaksa berusaha menghindari tertular Rubella dengan cara berikut:
Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke tempat banyak anak
berkumpul, misalnya Playgroup sekolah TK dan SD. Jangan pergi ke tempat
penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak dapat 100% dilaksanakan karena situasi
atau karena orang lain yang terjangkit Rubella belum tentu menunjukkan gejala
demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu. Bila
ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella. Bila ibu
sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan apakah benar
Rubella dengan memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu. Bila IgM positif,
berarti benar infeksi Rubella baru. Bila ibu hamil mengalami Rubella, pastikan
apakah janin tertular atau tidak Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak
maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR (Polymerase Chain
Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion).
Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan &
kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 22 minggu. 

3. Pemeriksaan

Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan


mengukur IgG . Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa
pasca persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar rubella harus dilakukan oleh
karena 20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak memperlihatkan adanya
respon pembentukan antibodi dengan baik. Infeksi rubella tidak merupakan kontra
indikasi pemberian ASI

Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian profilaksis
dengan gamma globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh karena tidak memberi
perlindungan terhadap janin.Pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan meliputi
pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dapat
digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat sebelum hamil. Jika
ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk divaksinasi. Pemeriksaan
Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna untuk diagnosis infeksi akut
pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi rubella bawaan.

4. Terapi Antivirus
a) Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan 
b) Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus
varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil 
c) Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan 
d) Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama
kehamilan: Amantadine dan Ribavirin

C. Rubella Pada Persalinan

1. Penyebab

Adanya kuman yang masuk semisal karena dilakukan pemeriksaan dalam


tanpa keadaan yang steril, juga akibatketuban pecah dini sebelum proses persalinan.

2. Gejala Klinis

Suhu tubuh ibu panas, detak jantung janin cepat, begitu pula dengan detak
jantung ibu, air ketuban hijau kental dan berbau. Hal ini bisa membahayakan
kondisi ibu dan janinnya bila tidak segera melahirkan.
3. Penanganan

Jika ditemukan keadaan sangat gawat, bayi harus segera dilahirkan. Tentunya
tergantung kondisi ibu saat itu. Jika sudah waktunya mendekati persalinan,
dilakukan tindakan vakum atau forsep. Jika masih jauh waktunya dari persalinan,
akan dilakukan operasi meski dengan risiko bayi lahir prematur. Masalah operasi ini
memang masih kontroversial. ada kontroversi. Jika dalam keadaan infeksi dilakukan
operasi, luka pada tubuh ibu bisa memicu terjadinya sepsis. Namun jika bayi tak
dikeluarkan segera, akan terjadi hipoksia (kekurangan oksigen), bahkan kematian
janin.

4. Pencegahan
Proses persalinan dilakukan dengan cara dan peralatan yang steril mungkin,
serta sedapat mungkin dibantu oleh tenaga medis.

D. Rubella Pada Nifas

1. Penyebab

Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui pada endometrium


atau lapisan dalam rahim. Infeksi dapat terjadi bila pertolongan persalinan tidak
steril; kondisi daya tahan tubuh menurun sehingga kuman yang tadinya tidak
menimbulkan penyakit jadi menimbulkan penyakit; banyaknya luka terbuka di
rahim akibat lepasnya plasenta, sehingga bila ada satu dua kuman yang masuk ke
dalam luka tersebut menimbulkan infeksi.

2. Gejala Klinis

Tergantung keganasan kumannya serta masa inkubasi. Bisa dalam hitungan


jam atau hari. Gejalanya ada reaksi radang seperti suhu tubuh naik (panas tinggi)
dan badan terasa nyeri, menggigil, nafsu makan menurun. Pada hari kedua mungkin
timbul perlawanan antibodi-antigen. Kemudian keluarlah nanah yang berbau dari
vagina/jalan lahir. Jika berlanjut, kuman bisa masuk dalam aliran darah dan terjadi
sepsis sehingga harapan hidup si ibu kemungkinan sangat kecil.

3. Diagnosis

Ditegakkan berdasar gejala klinis pada ibu masa nifas, yaitu panas tinggi,
lokhia berbau/nanah, denyut nadi cepat, rahim tidak berkontraksi secara adekuat.

4. Pengobatan

Di rawat di rumah sakit dengan pemberian infus/cairan yang adekuat,


antibiotik yang sesuai, dan usahakan rahim berkontraksi.

5. Pencegahan

Persalinan diupayakan dengan cara sesteril mungkin. Dianjurkan pula ibu


hamil untuk imunisasi terutama tetanus guna perlindungan saat pemotongan tali
pusat dengan bayi. Setelah persalinan, karena terjadinya perdarahan, biasanya
dokter memberikan obat-obatan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi.
Meski ada juga dokter yang tidak memberikan obat-obatan antibiotik dengan
anggapan bahwa luka yang diakibatkan persalinan adalah alami dan dapat sembuh
sendiri. Selain itu, penggunaan antibiotika dianggap boros dan membuat kuman
tertentu menjadi resisten.
BAB III
 PENUTUP

A. Kesimpulan

Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT menyebabkan keguguran, bayi lahir mati
atau gangguan terhadap janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami
Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar
belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak
merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.

Sedangkan dalam persalinan terjadi akibat adanya kuman yang masuk karena
dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibat ketuban pecah dini
sebelum proses persalinan. Selain itu Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat
ditemui juga pada endometrium atau lapisan dalam rahim . Infeksi dapat terjadi bila
pertolongan persalinan tidak steril.

B. Saran

Bidan di harapkan dapat mendeteksi sedini mungkin adanya tanda dan gejala yang
mengarah ke Rubella terutama pada ibu tersebut hamil, supaya ibu tidak terlambat
dalam mendapatkan penanganan.
DAFTAR PUSTAKA

Adam JMF. Survei diabetes melltitus pada wanita hamil. Penelitian Universitas
Hasanuddin. 1986.

Amankwah KS, Prentile RL, Fleury FJ. The incidence of gestational diabetes. Obstetric and
Gynecology 1977; 49:497-498.

Mochtar, Rustam. Prof. DR. 1989. Sypnosis Obstetrik : Obstetrik Patologi. Edisi I.
Jakarta : EGC

Manumba, Ida Bagus. 1993. Penuntun Kepanitraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai