Anda di halaman 1dari 6

Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

Kehamilan dengan Infeksi TORCH


Ratna Dewi Puspita Sari1
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung
Latar belakang
Infeksi TORCH (Toxoplasma, Other Disease, Rubella, Cytomegalovirus and Herpes Simplex Virus) merupakan beberapa jenis infeksi
yang bisa dialami oleh wanita yang akan ataupun sedang hamil. TORCH dapat menyebabkan CRS (Congenital Rubella Syndrome).
CRS merupakan gabungan beberapa keabnormalan fisik yang berkembang pada bayi sebagai akibat infeksi virus Rubella maternal
yang berlanjut dalam fetus. Sel yang terinfeksi virus Rubella memiliki umur yang pendek. Organ janin dan bayi yang terinfeksi
memiliki jumlah sel yang lebih rendah daripada bayi yang sehat. Virus Rubella juga dapat memacu terjadinya kerusakan dengan
cara apoptosis. Risiko terjadinya kerusakan apabila infeksi terjadi pada trimester pertama kehamilan mencapai 80–90%. Risiko
infeksi akan menurun 10-20% apabila infeksi terjadi pada trimester II kehamilan. Akibat CRS, ibu dapat mengalami keguguran
bahkan kematian karena komplikasi. Selain itu, bahaya juga mengancam janin yang dalam kandungan. Janin dengan infeksi Rubella
dapat mengalami kelainan kardiovaskuler, ketulian saat lahir, kelainan mata dapat berupa glaukoma. Virus dapat berdampak di
semua organ dan menyebabkan berbagai kelainan bawaan. Janin yang terinfeksi Rubella berisiko besar meninggal dalam
kandungan, lahir prematur, abortus spontan dan mengalami malformasi sistem organ. Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorik
untuk menunjang diagnosis CRS meliputi isolasi virus, pemeriksaan serologik (hemaglutinasi pasif, uji hemolisis radial, uji aglutinasi
lateks, uji inhibisi hemaglutinasi, imunoasai fluresens, imunoasai enzim) dan pemeriksaan terhadap RNA virus Rubella. Sebagai
langkah pencegahan infeksi Rubella di Indonesia dilakukan imunisasi MR (Measles dan Rubella). Imunisasi MR ditujukan bagi anak
usia 9 bulan sampai <15 tahun dengan cakupan imunisasi 95%.

Tujuan penelitian

Pendahuluan
Infeksi TORCH (Toxoplasma, Other
Disease, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpe
Simplexs Virus) merupakan beberapa jenis
infeksi yang bisa dialami oleh wanita yang akan
ataupun sedang hamil. Infeksi ini dapat
menyebabkan cacat bayi akibat adanya
penularan dari ibu ke bayi pada saat
hamil.Infeksi TORCH pada wanita hamil
seringkali tidak menimbulkan gejala atau
asimtomatik tetapi dapat memberikan dampak
serius bagi janin yang dikandungnya.Dampak
klinis bisa berupa Measles, Varicella, Echovirus,
Mumps, Vassinia, Polio dan Coxsackie-B.
Infeksi TORCH ini dikenal karena
menyebabkan kelainan beserta keluhan yang
dapat dirasakan oleh berbagai rentang usia
mulai dari anak-anak sampai dewasa. Ibu hamil
yang terinfeksi pun dapat menyebabkan kelainan
pada bayinya berupa cacat fisik dan mental yang
beragam serta keguguran. Infeksi TORCH dapat
menyebabkan 5-10% keguguran dan kelainan
kongenital pada janin.
Kelainan kongenital dapat menyerang
semua jaringan maupun organ tubuh termasuk
sistem saraf pusat dan perifer yang
mengakibatkan gangguan penglihatan,
pendengaran sistem kardiovaskuler dan
metabolisme tubuh

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 1


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

Campak menjadi perhatian serius pada tahun Virus Rubella diasingkan pertamakali pada
2000, dimana dilaporkan bahwa komplikasi tahun 1962 oleh Parkman dan Weller. Rubella
penyakit campak menyebabkan kematian merupakan virus RNA yang termasuk dalam
kepada lebih dari 562.000 anak di seluruh genus Rubivirus, famili Togaviridae, dengan jenis
dunia.Sama berbahayanya dengan campak, antigen tunggal yang tidak dapat bereaksi silang
Rubella yang menginfeksi sebelum konsepsi dan dengan sejumlah grup Togavirus lainnya. Virus
selama periode awal kehamilan berpotensi Rubella memiliki 3 protein struktural utama yaitu
menjadi penyebab terjadinya obortus, kematian 2 glycoprotein envelope, E1 dan E2 dan 1 protein
janin, atau CRS (Congenital Rubella Syndrome) nukleokapsid. Secara morfologi, virus Rubella
pada bayi. Rubella termasuk penyakit ringan berbentuk bulat (sferis) dengan diameter 60–70
pada anak tetapi dapat memberikan dampak mm dan memiliki inti (core) nukleoprotein padat,
buruk apabila terjadi pada ibu hamil trimester dikelilingi oleh dua lapis lipid yang mengandung
pertama, mengakibatkan glycoprotein E1 dan E2. Virus Rubella dapat
Conginetal Rubella Syndrom (CRS). dihancurkan oleh proteinase, pelarut lemak,
formalin, sinar ultraviolet, PH rendah, panas dan
Isi amantadine tetapi nisbi (relatif) rentan terhadap
pembekuan, pencairan atau sonikasi.7,8

Gambar 1. Struktur Virus Rubella9

Virus Rubella terdiri atas dua subunit setelah permulaan (onset) ruam (rash). Pada fase
struktur besar, satu berkaitan dengan envelope ini, Virus Rubella sangat menular.7, 10, 11, 9
virus dan yang lainnya berkaitan dengan Infeksi Rubella menyebabkan kerusakan
10
nucleoprotein core. Virus Rubella janin karena proses pembelahan terhambat.
ditransmisikan melalui pernapasan dan Dalam rembihan (secret) tekak (faring) dan air
mengalami replikasi di nasofaring dan di daerah kemih (urin) bayi dengan CRS, terdapat virus
kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari Rubella dalam jumlah banyak yang dapat
ke-5 sampai hari ke-7 setelah terpajan virus menginfeksi bila bersentuhan langsung. Virus
Rubella. Dalam ruangan tertutup, virus Rubella dalam tubuh bayi dengan CRS (Congenital Rubella
dapat menular ke setiap orang yang berada di Syndrom) dapat bertahan hingga beberapa bulan
ruangan yang sama dengan penderita. Masa atau kurang dari 1 tahun setelah kelahiran.
inkubasi virus Rubella berkisar antara 14–21 hari. Kerusakan janin disebabkan oleh
Masa penularan 1 minggu sebelum dan 4) hari berbagai faktor, misalnya oleh kerusakan sel
akibat virus Rubella dan akibat pembelahan sel

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 2


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

oleh virus. Infeksi plasenta terjadi selama viremia diantaranya menjadi penderita diabetes pada
ibu, menyebabkan daerah (area) nekrosis yang dekade ketiga kehidupan mereka.7, 12
tersebar secara fokal di epitel vili korealis dan sel Congenital Rubella Syndrome (CRS) atau Fetal
endotel kapiler. Sel ini mengalami deskuamasi ke Rubella Syndrome merupakan gabungan beberapa
dalam lumen pembuluh darah, menunjukkan keabnormalan fisik yang berkembang pada bayi
(indikasikan) bahwa virus Rubella dialihkan sebagai akibat infeksi virus Rubella maternal yang
berlanjut dalam fetus. CRS dapat mengakibatkan
(transfer) ke dalam peredaran (sirkulasi) janin
terjadinya abortus, bayi lahir mati, prematur dan cacat
sebagai emboli sel endotel yang terinfeksi. Hal ini
apabila bayi tetap hidup. Risiko infeksi janin
selanjutnya mengakibatkan infeksi dan kerusakan
beragam berdasarkan waktu terjadinya infeksi
organ janin. Selama kehamilan muda mekanisme
maternal. Apabila infeksi terjadi pada 0–12
pertahanan janin belum matang dan gambaran
minggu usia kehamilan, maka terjadi 80–90%
khas embriopati pada awal kehamilan adalah
risiko infeksi janin. Infeksi maternal yang terjadi
terjadinya nekrosis seluler tanpa disertai tanda
sebelum terjadi kehamilan tidak mempengaruhi
peradangan.
janin. Infeksi maternal pada usia kehamilan15–30
Sel yang terinfeksi virus Rubella memiliki
minggu risiko infeksi janin menurun yaitu 30%
umur yang pendek. Organ janin dan bayi yang
atau 10–20%.7, 12, 13
terinfeksi memiliki jumlah sel yang lebih rendah
Bayi di diagnosis mengalami CRS apabila
daripada bayi yang sehat. Virus Rubella juga
mengalami 2 gejala pada kriteria A atau 1 kriteria
dapat memacu terjadinya kerusakan dengan cara
A dan 1 kriteria B, sebagai berikut:
apoptosis. Jika infeksi maternal terjadi setelah
A) Katarak, glaukoma bawaan, penyakit jantung
trimester pertama kehamilan, kekerapan
bawaan (paling sering adalah patient ductus
(frekuensi) dan beratnya derajat kerusakan janin
arteriosus atau peripheral pulmonary artery
menurun secara tiba-tiba (drastis). Perbedaan ini
stenosis), kehilangan pendengaran,
terjadi karena janin terlindung oleh
pigmentasi retina.
perkembangan melaju (progresif) tanggap
B) Purpura, splenomegali, jaundice,
(respon) imun janin, baik yang bersifat humoral
mikroemsefali, retardasi mental,
maupun seluler, dan adanya antibodi maternal
meningoensefalitis dan radiolucent bone
yang dialihkan (transfer) secara pasif.7, 11, 9
disease (tulang tampak gelap pada hasil foto
Risiko terjadinya kerusakan apabila infeksi
roentgen).
terjadi pada trimester pertama kehamilan
Beberapa kasus hanya mempunyai satu
mencapai 80–90%. Risiko infeksi akan menurun
gejala dan kehilangan pendengaran merupakan
10-20% apabila infeksi terjadi pada trimester II
cacat paling umum yang ditemukan di bayi
kehamilan (Gnansia, 2004). Ibu bisa mengalami
dengan CRS. Definisi kehilangan pendengaran
keguguran bahkan kematian. Selain itu, bahaya
menurut WHO adalah batas pendengaran ≥ 26 dB
juga mengancam janin yang dikandung. Janin
yang tidak dapat disembuhkan dan bersifat
dengan infeksi Rubella dapat mengalami kelainan
permanen.7, 12
kardiovaskuler, ketulian saat lahir, kelainan mata
Meskipun infeksi bawaan dapat dipastikan
dapat berupa glaukoma. Virus dapat berdampak
dengan isolasi virus dari swab tenggorokan, air
di semua organ dan menyebabkan berbagai
kemih dan cairan tubuh lainnya, tetapi
kelainan bawaan. Janin yang terinfeksi Rubella
pengasingan tersebut mungkin memerlukan
berisiko besar meninggal dalam kandungan, lahir
pemeriksaan berulang. Sehingga pemeriksaan
prematur, abortus spontan dan mengalami
serologis merupakan pemeriksaan yang sangat
malformasi sistem organ. Berat ringannya infeksi
dianjurkan. Pemeriksaan antibodi IgM spesifik
virus Rubella di janin bergantung pada lama umur
ditunjukkan untuk setiap neonatus dengan berat
kehamilan saat infeksi terjadi. Manifestasi
badan lahir rendah yang juga memiliki gejala
permulaan yang tertangguhkan (delayed-onset)
klinis Rubella bawaan. Adanya IgM di bayi
CRS yang paling sering adalah terjadinya diabetes
tersebut menandakan bahwa ia telah terinfeksi
mellitus tipe 1. Penelitian lanjutan di Australia
secara bawaan, karena antibodi ini tidak dapat
terhadap anak yang lahir pada tahun 1934
melalui perbatasan (barier) plasenta.11,14
sampai 1941, menunjukkan bahwa sekitar 20%

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 3


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

Gambar 2. Pedoman Diagnosis Infeksi Rubella Pada Kehamilan9

Pemeriksaan laboratorik untuk terbesar ketiga setelah Sumatera Utara dan


menunjang diagnosis CRS antara lain: Sumatera Selatan. Jumlah anak yang ditargetkan
pengasingan (isolasi) virus, pemeriksaan serologik di Lampung mencapai 2.237.041 orang. Imunisasi
(hemaglutinasi pasif, uji hemolisis radial, uji MR (Measles/campak dan Rubella) merupakan
aglutinasi lateks, uji inhibisi hemaglutinasi, upaya dalam mencapai target eliminasi Measles
imunoasai fluresens, imunoasai enzim) dan dan Rubella dan ditujukan bagi anak usia 9 bulan
pemeriksaan terhadap RNA virus Rubella.9 sampai <15 tahun dengan cakupan imunisasi
Infeksi TORCH di Indonesia pada kehamilan 95%.
menunjukkan prevalensi cukup tinggi, berkisar Imunisasi Measles (campak) Rubella (MR)
antara 5,5% sampai 84%. Infeksi TORCH pada diberikan kepada anak untuk melindunginya dari
67% wanita kasus infertilitas didapatkan penyakit kelainan bawaan, seperti gangguan
sebanyak 10,3 % Toxoplasma, 13,8% positif pendengaran, gangguan penglihatan, kelainan
Rubella, 13,8% positif infeksi CMV jantung dan retardasi mental yang disebabkan
(Cytomegalovirus).15 adanya infeksi Rubella pada saat kehamilan.
Dari lima pulau di Indonesia didapatkan Imunisasi MR sangat penting dan aman diberikan
59,8% serum ibu hamil positif kumulatif IgG kepada anak. Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Toxoplasmosis, tertinggi di Sulawesi (76,5%) dan (MUI) nomor 4 tahun 2016 dijelasakan bahwa
terendah di Nusa Tenggara (43,4%) sedangkan imunisasi pada dasarnya dibolehkan sebagai
lainnya sekitar 57,5-65,0% (Jawa-Bali, Sumatera, bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan
Irian Jaya dan Kalimantan). IgM Toxoplasmosis tubuh dan mencegah terjadinya suatu penyakit
tertinggi di Irian Jaya (20,0%), Sulawesi dan tertentu. Jika seseorang yang tidak diimunisasi
Kalimantan hampir sama (2,7-3,2%) dan Nusa akan meyebabkan kematian, penyakit berat atau
Tenggara terendah (1,9%) dan di Sulawesi tidak kecacatan permanen yang mengancam jiwa,
ditemukan IgM. Provinsi dengan nilai IgG paling berdasarkan pertimbangan para ahli yang
tinggi yaitu Lampung (88,66%) sedangkan IgM kompeten dan dipercaya, maka imunisasi
tertinggi di Irian Jaya dan Riau (20,0%) dari 19 hukumnya wajib. Vaksin MR aman diberikan
Provinsi yang ada di Indonesia (Soeharsono, kepada anak.
1995). Lampung merupakan target imunisasi Vaksin MR adalah vaksin hidup yang
campak dan Rubella nasional (imunisasi MR) dilemahkan berupa serbuk kering dengan pelarut.

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 4


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial. Vaksin


MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 pendengaran, pigmentasi retina, purpura,
ml. Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan jaundice, mikrosefali, retardasi mental,
dan nyeri di tempat bekas suntikan setelah meningoensefalitis dan radiolucent.
imunisasi adalah reaksi normal yang akan
menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian pasca Daftar Pustaka
imunisasi yang serius sangat jarang terjadi. Vaksin 1. Sembiring EB, Roza E. Aplikasi diagnosa
yang digunakan telah mendapat rekomendasi infeksi torch pada kehamilan. Jurnal
dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan izin edar Integrasi. 2016; 8(2):119-24.
dari Badan POM. Vaksin MR 95% efektif untuk 2. Magdalena CM, Arundina A, Natalia D.
mencegah penyakit campak dan Rubella. Vaksin Gambaran tingkat pengetahuan dan upaya
ini aman dan telah digunakan di lebih dari 141 pencegahan infeksi torch (toxoplasmosis,
negara dunia. Imunisasi MR merupakan upaya rubella, cytomegalovirus, herpes simplex
pencegahan yang harus dilakukan secara rutin virus) pada wanita usia subur di komunitas
dan terus-menerus. Setiap anak memiliki hak pecinta kucing kalimantan barat tahun 2015.
untuk mendaptkan imunisasi yang lengkap. 2017. Jurnal Untan; 5(1).
Imunisasi merupakan investasi yang sangat 3. Nelson CT, Demmler GJ. Laboratory methods
berharga bagi masa depan anak. Apabila for the diagnosis of congenital
orangtua memberikan imunisasi bagi anaknya, cytomegalovirus infection. The Journal of the
maka tidak hanya anak tersebut namun orang International Federation of Clinical.
lain di dalam lingkungannya juga akan turut Chemistry and Laboratory Medicine. 1996;
merasakan manfaatnya. Banyaknya informasi 8(10).
yang salah mengenai imunisasi dan disebarkan 4. Suromo, Budipradigdo L. Kewaspadaan
oleh pihak-pihak yang tidak bertangung jawab terhadap infeksi cytomegalovirus serta
dapat menghalangi upaya pemenuhan hak anak kegunaan deteksi secara laboratorik. Pidato
atas kekebalan diri dari penyakit berbahaya Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran
melalui imunisasi. Peran keluarga sangat Universitas Diponegoro. Semarang. 2007.
dibutuhkan agar anak bisa mendapatkan haknya 5. Prabandari, Mustika G, Musthofa SB,
untuk meiliki kekebalan tubuh melalui imunisasi. Kusumawati A. Beberapa faktor yang
Peran media pun sangat dibutuhkan untuk berhubungan dengan penerimaan ibu
menyebarkan informasi yang benar terkait terhadpa imunisasi measles rubella pada
imunisasi MR ini dengan tujuan memberikan anak sd di desa gumpang, kecamatan
pemahaman kepada masyarakat.16 kartasura, kabupaten sukoharjo. Jurnal
Kesehatan Masyarakat. 2018; 6(4):573-81.
Ringkasan 6. Depkes RI. imunisasi measles rubella lindungi
Infeksi TORCH selama kehamilan dapat kita [internet]. 2017. Diakses pada: 30
menyebabkan cacat bayi akibat adanya penularan Januari 2019. Tersedia dari:
dari ibu ke bayi pada saat hamil. Termasuk di www.depkes.go.id.
dalamnya adalah infeksi Rubella, Infeksi virus 7. Department of Health and Human Services.
Rubella pada trimester I kehamilan memiliki risiko Center for Disease Control and prevention:
kerusakan yang lebih besar dibandingkan dengan epidemiology and prevention of vaccine
infeksi setelah trimester pertama. preventable disease. 2005. Diakes pada : 30
Januari 2019. Tersedia dari:
Simpulan http://www.cdc.gov.
Infeksi Rubella selama kehamilan 8. Handojo I. Imunoasai untuk penyakit infeksi
menyebabkan Congenital Rubella Syndrome virus. Dalam: Handoyo I. Imunoasai terapan
(CRS). CRS dapat mengakibatkan terjadinya pada beberapa penyakit infeksi. Surabaya:
abortus, bayi lahir mati, prematur dan cacat Airlangga University Press; 2004; 176–88.
bawaan (malformasi) apabila bayi tetap hidup. 9. Kadek, Darmadi. Congenital rubella
Gejala CSR berupa katarak, glaukoma bawaan, syndrome based on serologic and rna virus
penyakit jantung bawaan, kehilangan examination. Indonesian Journal of Clinical

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 5


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

Pathology and Medical Laboratory. 2007;


13(2):63-71.
10. Matuscak R. Rubella virus infection and
serology. In: Shehaan, C. Clinical immunolgy
principles and laboratory diagnosis.
Philadelphia: JB Lipincott Co.;1990
11. Banatvala JE, Brown DWG. Rubella. Scientific
book (compilation) additional torch
infections articles. Prosiding PDS-PATKLIN
Temu Ilmiah Surabaya (The Indonesian
Association of Clinical Pathologists). 2005; 7–
14.
12. Anonim. Rubella[internet]. Diakses pada : 30
Januari 2019. Tersedia dari:
http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/r
ubella.pdf.
13. Gnansia ER. Congenital Rubella
Syndrome[internet]. 2004. . Diakses pada :
30 Januari 2019. Tersedia dari:
http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-
rubella.pdf.
14. Mahony JB, Chernesky MA. Rubella virus.
Dalam: Manual of clinical laboratory
immunology. Rose NR, Hamilton RG, Detrix
B, eds. Edisi ke-6. Washington DC: American
Society of Microbiology;2002.
15. Gershon, A. Rubella (german measles).
Dalam: Fauci AS, Martin JB, eds. Principles of
internal medicine. New York : Mc Graw-Hill;
1998.
16. Kementerian Republik Indonesia. Imunisasi
MR Penting Diberikan Untuk Melindungi
Anak [internet]. 2017. Diakses pada : 30
Januari 2019.. Tersedia dari:
www.depkes.go.id.

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 6

Anda mungkin juga menyukai