Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi virus Rubella merupakan penyakit ringan pada anak dan dewasa, tetapi
apabila terjadi pada ibu yang sedang mengandung virus ini dapat menembus dinding
plasenta dan langsung menyerang janin. “Rubella” atau dikenal juga dengan nama
Campak Jerman adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus Rubella. Virus
biasanya menginfeksi tubuh melalui pernapasan seperti hidung dan tenggorokan.
Anak-anak biasanya sembuh lebih cepat dibandingkan orang dewasa.
Virus ini dapat menular lewat udara. Selain itu Virus Rubella dapat ditularkan melalui
urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi 2-3 minggu. Penderita dapat
menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah timbulnya “rash” (bercak
merah) pada kulit. “Rash Rubella” berwarna merah jambu, akan menghilang dalam 2-3
hari, dan tidak selalu muncul untuk semua kasus infeksi.
Sindroma rubella kongenital terjadi pada 25% atau lebih bayi yang lahir dari ibu
yang menderita rubella pada trimester pertama. Jika ibu menderita infeksi ini setelah
kehamilan berusia lebih dari 20 minggu, jarang terjadi kelainan bawaan pada bayi.
Kelainan bawaan yang bisa ditemukan pada bayi baru lahir adalah tuli, katarak,
mikrosefalus, keterbelakangan mental, kelainan jantung bawaan dan kelainan lainnya.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan penyakit rubella ?
2. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada kehamilan ?
3. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu bersalin ?
4. Bagaimanakah dampak penyakit rubella pada ibu nifas ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan penyakit rubella.
2. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada kehamilan.
3. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu bersalin.
4. Untuk mengetahui dampak penyakit rubella pada ibu nifas.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN RUBELLA
Rubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA
dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan
mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan,
dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan
kecacatan. Virus penyebab rubela atau campak Jerman ini bekerja dengan aktif
khususnya selama masa hamil. Akibat yang paling penting diingat adalah keguguran,
lahir mati, kelainan pada janin, dan aborsi terapeutik, yang terjadi jika infeksi rubela ini
muncul pada awal kehamilan, khususnya pada trimester pertama. Apabila seorang wanita
terinfeksi rubela selama trimester pertama, ia memiliki kemungkinan kurang lebih 52%
melahirkan bayi dengan sindrom rubela kongenital (CRS, Congenital Rubella
Syndrome).
Angka tersebut akan meningkat menjadi 85%, jika ibu terinfeksi rubela pada usia
kehamilan kurang dari 8 minggu. Kelainan CRS yang paling sering muncul adalah
katarak, kelainan jantung, dan tuli. Kemungkinan lainnya adalah glaukoma, mikrosefalus,
dan kelainan lain, termasuk kelainan pada mata, telinga, jantung, otak, dan sistem saraf
pusat. Janin dengan CRS sering kali mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri dan
pascanatal. Infeksi rubela yang terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu jarang
menyebabkan kelainan.

B. TANDA DAN GEJALA


Tanda-tanda dan gejala rubella, terutama pada anak-anak, sering begitu ringan sehingga
sulit untuk dilihat. Jika tanda-tanda dan gejala yang terjadi, mereka biasanya muncul
antara dua dan tiga minggu setelah terpapar virus. Rubella biasanya berlangsung sekitar
dua sampai tiga hari dan gejalanya sebagai berikut:
1. Demam ringan dengan suhu 38,9 derajat Celcius atau lebih rendah Mengantuk
2. Sakit tenggorok
3. Ruam-berwarna merah terang atau pucat pada hari pertama atau kedua, menyebar
dengan cepat dari wajah ke seluruh tubuh, dan menghilang dengan cepat pula.

2
4. Pembengkakan kelenjar leher.
5. Sakit kepala
6. Hidung tersumbat atau pilek.
7. Radang, mata merah

C. PENYEBAB
Virus yang ditularkan melalui kontak udara maupun kontak badan. Virus ini bisa
menyerang usia anak dan dewasa muda. Pada ibu hamil bisa mengakibatkan bayi lahir
tuli. Penularan virus rubella adalah melalui udara dengan tempat masuk awal melalui
nasofaring dan orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai
14 hari sampai timbulnya gejala. Hampir 60 % pasien akan timbul ruam. Penyebaran
virus rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital biasanya
terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan viremia fetal. Viremia maternal terjadi saat
replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung kemampuan virus untuk masuk
dalam barier bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan dan berhubungan
dengan bayi tersebut.

D. PENCEGAHAN
Rubella dapat dicegah dengan imunisasi Rubella. Di Indonesia, imunisasi Rubella
diberikan dalam bentuk imunisasi MMR atau MR. Jenis imunisasi ini diberikan pada usia
15 bulan. Kemudian diulangi lagi pada usia 5 tahun.
Bila orang dewasa belum menerima imunisasi ini, imunisasi MR atau MMR juga dapat
diberikan pada orang dewasa asalkan tidak sedang hamil. Pada wanita, sebaiknya tidak
merencanakan kehamilan dalam 1 bulan setelah imunisasi Rubella.

E. DIAGNOSA
Diagnosis Ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang timbul, dan dari pemeriksaan darah
di laboratorium dengan melihat kadar antibodi IgG dan IgM-nya terhadap rubela.
Diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan serologi. IgM akan cepat memberi respon

3
setelah keluar ruam dan kemudian akan menurun dan hilang dalam waktu 4 – 8 minggu,
IgG juga memberikan respon setelah keluar ruam dan tetap tinggi selama hidup.
Diagnosa ditegakkan dengan adanya peningkatan titer 4 kali lipat dari hemagglutination
inhibiting (HAI) antibody dari dua serum yang diperoleh dua kali selang waktu 2 minggu
atau setelah adanya IgM. Diagnosa Rubella juga dapat ditegakkan melalui biakan dan
isolasi virus pada fase akut. Ditemukannya IgM dalam darah talipusat atau IgG pada
neonatus atau bayi 6 bulan mendukung diagnosa infeksi Rubella.

F. RUBELLA PADA KEHAMILAN


1. Definisi
10 – 15% wanita dewasa rentan terhadap infeksi Rubella. Perjalanan penyakit
tidak dipengaruhi oleh kehamilan dan ibu hamil dapat atau tidak memperlihatkan
adanya gejala penyakit. Derajat penyakit terhadap ibu tidak berdampak terhadap
resiko infeksi janin. Infeksi yang terjadi pada trimester I memberikan dampak
besar terhadap janin. Infeksi Rubella berbahaya bila tejadi pada wanita hamil
muda, karena dapat menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada
bulan pertama kehamilan maka risiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan
jika infeksi tejadi trimester pertama maka risikonya menjadi 25% (menurut
America College of Obstatrician and Gynecologists, 1981).
Bila ibu hamil yang belum kebal terserang virus Rubella saat hamil kurang dari 4
bulan, akan terjadi berbagai cacat berat pada janin. Sebagian besar bayi akan
mengalami katarak pada lensa mata, gangguan pendengaran, bocor jantung,
bahkan kerusakan otak. Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT menyebabkan
keguguran, bayi lahir mati atau gangguan terhadap janin Susahnya, sebanyak 50%
lebih ibu yang mengalami Rubella tidak merasa apa-apa. Sebagian lain
mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar belakang telinga membesar dan agak
nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak merah seluruh tubuh yang hilang
dengan sendirinya setelah beberapa hari. Tidak semua janin akan tertular. Jika ibu
hamil terinfeksi saat usia kehamilannya < 12 minggu maka risiko janin tertular
80-90 persen. Jika infeksi dialami ibu saat usia kehamilan 15-30 minggu, maka
risiko janin terinfeksi turun yaitu 10-20 persen.

4
Namun, risiko janin tertular meningkat hingga 100 persen jika ibu terinfeksi saat
usia kehamilan > 36 minggu. Untungnya, Sindrom Rubella Kongenital biasanya
terjadi hanya bila ibu terinfeksi pada saat umur kehamilan masih kurang dari 4
bulan. Bila sudah lewat 5 bulan, jarang sekali terjadi infeksi. Di samping itu, bayi
juga berisiko lebih besar untuk terkena diabetes melitus, gangguan tiroid,
gangguan pencernaan dan gangguan syaraf.

2. Pencegahan
Vaksinasi sejak kecil atau sebelum hamil. Untuk perlindungan terhadap serangan
virus Rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk vaksin kombinasi yang sekaligus
digunakan untuk mencegah infeksi campak dan gondongan, dikenal sebagai
vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella).Vaksin Rubella diberikan pada usia 15
bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum
mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun,
bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil.
Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya
memeriksa kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi
TORCH lainnya.
Jika anti-Rubella IgG saja yang positif, berarti Anda pernah terinfeksi atau sudah
divaksinasi terhadap Rubella. Anda tidak mungkin terkena Rubella lagi, dan janin
100% aman. Jika anti-Rubella IgM saja yang positif atau anti-Rubella IgM dan
anti-Rubella IgG positif, berarti anda baru terinfeksi Rubella atau baru divaksinasi
terhadap Rubella. Dokter akan menyarankan Anda untuk menunda kehamilan
sampai IgM menjadi negatif, yaitu selama 3-6 bulan.
Jika anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai
kekebalan terhadap Rubella. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan
vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan. Bila anda tidak bisa
mendapat vaksin, tidak mau menunda kehamilan atau sudah hamil, yang dapat
dikerjakan adalah mencegah anda terkena Rubella. Bila sudah hamil padahal
belum kebal, terpaksa berusaha menghindari tertular Rubella dengan cara berikut:
Jangan mendekati orang sakit demam Jangan pergi ke tempat banyak anak

5
berkumpul, misalnya Playgroup sekolah TK dan SD. Jangan pergi ke tempat
penitipan anak Sayangnya, hal ini tidak dapat 100% dilaksanakan karena situasi
atau karena orang lain yang terjangkit Rubella belum tentu menunjukkan gejala
demam. Kekebalan terhadap Rubella diperiksa ulang lagi umur 17-20 minggu.
Bila ibu hamil mengalami Rubella, periksalah darah apa benar terkena Rubella.
Bila ibu sedang hamil mengalami demam disertai bintik-bintik merah, pastikan
apakah benar Rubella dengan memeriksa IgG danIgM Rubella setelah 1 minggu.
Bila IgM positif, berarti benar infeksi Rubella baru. Bila ibu hamil mengalami
Rubella, pastikan apakah janin tertular atau tidak Untuk memastikan apakah janin
terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik
PCR (Polymerase Chain Reaction). Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban
(cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter
ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan
lebih dari 22 minggu.
3. Pencegahan
Pemeriksaan rubella harus dikerjakan pada semua pasien hamil dengan mengukur
IgG . Mereka yang non-imune harus memperoleh vaksinasi pada masa pasca
persalinan. Tindak lanjut pemeriksaan kadar rubella harus dilakukan oleh karena
20% yang memperoleh vaksinasi ternyata tidak memperlihatkan adanya respon
pembentukan antibodi dengan baik. Infeksi rubella tidak merupakan kontra
indikasi pemberian ASI
Tidak ada terapi khusus terhadap infeksi Rubella dan pemberian
profilaksis dengan gamma globulin pasca paparan tidak dianjurkan oleh karena
tidak memberi perlindungan terhadap janin.Pemeriksaan Laboratorium yang
dilakukan meliputi pemeriksaan Anti-Rubella IgG dana IgM. Pemeriksaan Anti-
rubella IgG dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kekebalan pada saat
sebelum hamil. Jika ternyata belum memiliki kekebalan, dianjurkan untuk
divaksinasi. Pemeriksaan Anti-rubella IgG dan IgM terutama sangat berguna
untuk diagnosis infeksi akut pada kehamilan < 18 minggu dan risiko infeksi
rubella bawaan.

6
4. Terapi Antivirus
a. Acyclovir adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
b. Acyclovir diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus
varicella zoster yang terjadi pada ibu hamil
c. Selama kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
d. Obat antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama
kehamilan : Amantadine dan Ribavirin

G. RUBELLA PADA PERSALINAN


1. Penyebab
Adanya kuman yang masuk semisal karena dilakukan pemeriksaan dalam
tanpa keadaan yang steril, juga akibatketuban pecah dini sebelum proses
persalinan.
2. Gejala Klinis
Suhu tubuh ibu panas, detak jantung janin cepat, begitu pula dengan detak
jantung ibu, air ketuban hijau kental dan berbau. Hal ini bisa membahayakan
kondisi ibu dan janinnya bila tidak segera melahirkan.
3. Penanganan
Jika ditemukan keadaan sangat gawat, bayi harus segera dilahirkan.
Tentunya tergantung kondisi ibu saat itu. Jika sudah waktunya mendekati
persalinan, dilakukan tindakan vakum atau forsep. Jika masih jauh waktunya dari
persalinan, akan dilakukan operasi meski dengan risiko bayi lahir prematur.
Masalah operasi ini memang masih kontroversial. ada kontroversi. Jika dalam
keadaan infeksi dilakukan operasi, luka pada tubuh ibu bisa memicu terjadinya
sepsis. Namun jika bayi tak dikeluarkan segera, akan terjadi hipoksia (kekurangan
oksigen), bahkan kematian janin.
4. Pencegahan
Proses persalinan dilakukan dengan cara dan peralatan yang steril mungkin, serta
sedapat mungkin dibantu oleh tenaga medis.

7
H. RUBELLA PADA NIFAS
1. Penyebab
Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan dapat ditemui pada endometrium atau
lapisan dalam rahim. Infeksi dapat terjadi bila pertolongan persalinan tidak steril;
kondisi daya tahan tubuh menurun sehingga kuman yang tadinya tidak
menimbulkan penyakit jadi menimbulkan penyakit; banyaknya luka terbuka di
rahim akibat lepasnya plasenta, sehingga bila ada satu dua kuman yang masuk ke
dalam luka tersebut menimbulkan infeksi
2. Gejala Klinis
Tergantung keganasan kumannya serta masa inkubasi. Bisa dalam hitungan jam
atau hari. Gejalanya ada reaksi radang seperti suhu tubuh naik (panas tinggi) dan
badan terasa nyeri, menggigil, nafsu makan menurun. Pada hari kedua mungkin
timbul perlawanan antibodi-antigen. Kemudian keluarlah nanah yang berbau dari
vagina/jalan lahir. Jika berlanjut, kuman bisa masuk dalam aliran darah dan
terjadi sepsis sehingga harapan hidup si ibu kemungkinan sangat kecil.
3. Diagnosis
Ditegakkan berdasar gejala klinis pada ibu masa nifas, yaitu panas tinggi, lokhia
berbau/nanah, denyut nadi cepat, rahim tidak berkontraksi secara adekuat.
4. Pengobatan
Di rawat di rumah sakit dengan pemberian infus/cairan yang adekuat, antibiotik
yang sesuai, dan usahakan rahim berkontraksi.
5. Pencegahan
Persalinan diupayakan dengan cara sesteril mungkin. Dianjurkan pula ibu hamil
untuk imunisasi terutama tetanus guna perlindungan saat pemotongan tali pusat
dengan bayi. Setelah persalinan, karena terjadinya perdarahan, biasanya dokter
memberikan obat-obatan antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi. Meski ada
juga dokter yang tidak memberikan obat-obatan antibiotik dengan anggapan
bahwa luka yang diakibatkan persalinan adalah alami dan dapat sembuh sendiri.
Selain itu, penggunaan antibiotika dianggap boros dan membuat kuman tertentu
menjadi resisten.

8
I. TREND ISSU TENTANG CAMPAK RUBELLA
1. PENGERTIAN CAMPAK DAN RUBELLA
a. Apa itu Campak dan Rubella?
Penyakit Campak dikenal juga sebagai Morbili atau Measles. Campak
merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan oleh virus
dan ditularkan melalui batuk dan bersin. Gejala penyakit Campak adalah
demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk
dan/atau pilek dan/atau mata merah (conjunctivitis). Penyakit ini akan sangat
berbahaya bila disertai dengan komplikasi pneumonia, diare, meningitis,
bahkan dapat menyebabkan kematian. Manusia diperkirakan satu-satunya
inang (reservoir), walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan
dalam penularan. Penyakit Rubella adalah suatu penyakit yang mirip dengan
Campak yang juga ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau
bersin. Seperti juga Campak, Rubella disebabkan oleh virus. Virus Rubella
cepat mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan.
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan atau
bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan, sedangkan Rubella
pada wanita dewasa sering menimbulkan sakit sendi (arthritis atau
arthralgia). Rubella pada wanita hamil terutama pada kehamilan trimester
pertama dapat mengakibatkan keguguran atau bayi lahir dengan cacat bawaan
yang disebut congenital rubella syndrome (CRS).

b. Siapakah yang berisiko terkena Campak dan Rubella?


Setiap orang yang belum pernah divaksinasi Campak atau sudah divaksinasi
tapi belum mendapatkan kekebalan, berisiko tinggi tertular Campak dan
komplikasinya, termasuk kematian. Rubella adalah penyakit akut dan ringan
yang sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang rentan. Tetapi yang
menjadi perhatian dalam kesehatan masyarakat adalah efek kepada janin
(teratogenik) apabila Rubella ini menyerang wanita hamil pada trimester
pertama. Infeksi Rubella yang terjadi sebelum terjadinya pembuahan dan
selama awal kehamilan dapat menyebabkan keguguran, kematian janin atau

9
sindrom rubella kongenital (Congenital Rubella Syndrome/CRS) pada bayi
yang dilahirkan. CRS umumnya bermanifestasi sebagai Penyakit Jantung
Bawaan, Katarak Mata, bintik-bintik kemerahan (Purpura), Microcephaly
(Kepala Kecil) dan Tuli.

c. Gambaran situasi terkini penyebaran Campak dan Rubella di Indonesia


Setiap tahun melalui kegiatan surveilans dilaporkan lebih dari 11.000 kasus
suspek campak, dan hasil konfirmasi laboratorium menunjukkan 12–39% di
antaranya adalah campak pasti (lab confirmed) sedangkan 16–43% adalah
rubella pasti. Dari tahun 2010 sampai 2015, diperkirakan terdapat 23.164
kasus campak dan 30.463 kasus rubella. Jumlah kasus ini diperkirakan masih
lebih rendah dibanding angka sebenarnya di lapangan, mengingat masih
banyaknya kasus yang tidak terlaporkan, terutama dari pelayanan kesehatan
swasta serta kelengkapan laporan surveilans yang masih rendah.
Di Indonesia, Rubella merupakah salah satu masalah kesehatan masyarakat
yang memerlukan upaya pencegahan efektif. Data surveilans selama lima
tahun terakhir menunjukan 70% kasus rubella terjadi pada kelompok usia <15
tahun. Selain itu, berdasarkan studi tentang estimasi beban penyakit CRS di
Indonesia pada tahun 2013 diperkirakan terdapat 2.767 kasus CRS,
82/100.000 terjadi pada usia ibu 15-19 tahun dan menurun menjadi
47/100.000 pada usia ibu 40-44 tahun.

d. Mengapa Diperlukan Imunisasi Massal MR di Indonesia?


Penyakit Campak dan Rubella tidak dapat diobati. Pengobatan yang diberikan
kepada penderita hanya bersifat supportif. Tetapi kedua penyakit ini bisa
dicegah dengan imunisasi. Selama ini Indonesia memberikan imunisasi
Campak sebagai salah satu program imunisasi nasional. Mengingat besarnya
perkiraan beban penyakit Rubella dan tersedianya vaksin kombinasi Measles
Rubella (MR), maka diputuskan untuk mengganti vaksin Measles dengan
vaksin kombinasi Measles-Rubella, yang dimulai dengan kegiatan imunisasi
massal MR.

10
2. Vaksinasi Campak Jerman Akhir 2018
Selasa, 29 November 2016 | 14:20 WIB
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah berencana memasukkan vaksinasi guna
mencegah penyakit rubela atau campak jerman dalam program imunisasi dasar pada
akhir 2018. Sebagai tahap awal pengenalan vaksin ini, imunisasi dilakukan khusus
pada anak-anak di Pulau Jawa tahun depan.
Vaksin rubela akan digabung dengan vaksin campak, sebagai vaksin bivalen MR
(measles-rubella). Vaksin MR menggantikan vaksin M atau campak yang ditanggung
negara pada program imunisasi dasar. "Mulai 2018, seluruh Indonesia memakai MR,"
kata Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan Elizabeth
Jane Soepardi, Senin (28/11), saat temu media, di Jakarta.
Acara itu dihadiri Deputy Chief Executive Officer Aliansi Global untuk Vaksin
dan Imunisasi (GAVI) Anuradha Gupta, perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) Vinod Bura, Perwakilan Program PBB untuk Anak-anak (Unicef) Oya Zeren
Afsar, dan perwakilan Bank Dunia Ali Subandoro.
Rubela adalah penyakit menular akibat virus rubela yang lebih banyak terjadi
pada anak dan orang dewasa muda. Gejala penyakit itu pada anak antara lain bercak
merah, demam kurang dari 39 derajat celsius, radang selaput mata (konjungtivitis),
dan mual. Pada orang dewasa, umumnya perempuan, itu memicu artritis dan nyeri
sendi selama 3-10 hari. Virus itu menular di antara manusia.
Jika menginfeksi ibu hamil, kemungkinan 90 persen virus itu menular ke janin.
Itu memicu bayi lahir mati ataupun mengalami kelainan bawaan rubela (CRS) berupa
tuli, kebutaan, autisma, diabetes, dan disfungsi tiroid. Data WHO mencatat, lebih dari
100.000 bayi di dunia lahir dengan CRS per tahun.
Di Indonesia, menurut data Kantor Regional Asia Tenggara WHO (WHO
SEARO) 2010, prevalensi kelainan bawaan di Indonesia 59,3 per 1.000 kelahiran
hidup. Menurut Riset Kesehatan Dasar 2007, ada 1,4 persen bayi baru lahir usia 0-6
hari dan 18,1 persen bayi baru lahir usia 7-28 hari meninggal karena kelainan
bawaan. "Sebagian penyebabnya adalah rubela," kata Jane.
Pengenalan vaksin MR di Indonesia menyasar anak berusia 9 bulan sampai 15
tahun. Jadi, vaksin diberikan sekali pada semua anak rentang usia itu berjumlah 70

11
juta jiwa. Untuk Jawa, fase pengenalan imunisasi MR di Jawa Agustus-September
2017, dan di luar Jawa pada Agustus-September 2018. Itu agar terbentuk kekebalan
sampai dewasa.
Mulai Oktober 2017, MR akan menggantikan vaksin campak di Jawa, sesuai
jadwal imunisasi campak (di usia 9 bulan, 2 tahun, dan di usia 7 tahun). MR
menggantikan vaksin M di seluruh Indonesia mulai Oktober 2018 setelah area luar
Jawa tercakup.
Terkait hal itu, GAVI memberi hibah 27 juta dollar AS guna kampanye vaksin
MR. Sementara biaya operasional imunisasi 3,9 juta dollar AS dengan APBN.
Efektivitas vaksin rubela 90 persen. Efek samping vaksin MR yakni bercak merah
dan demam, dan jarang terjadi," kata Jane.
Bura mengatakan, jutaan dosis vaksin MR digunakan dan terbukti aman. Vaksin
MR yang akan dipakai di Indonesia sesuai standar internasional keamanan, mutu, dan
khasiat. Cakupan global vaksin itu 46 persen dan dipakai di 147 negara.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto, kemarin,
menyatakan, pada 2017 ditargetkan 150.000 siswi SD kelas V dan VI di DKI Jakarta
mendapat vaksin Human papillomavirus (HPV). Vaksin untuk mencegah kanker
serviks atau leher rahim itu perlu diberikan sejak usia dini untuk membentuk antibodi
sejak awal dan akan bertahan lama.
Ketua Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia Prof Andrijono mengatakan,
imunisasi HPV ialah pencegahan primer kanker serviks. Jika diberikan dua kali pada
kelompok perempuan usia 9-13 tahun, tingkat keberhasilan 100 persen. "Tak ada efek
samping serius vaksinasi HPV," ujarnya. (JOG/ADH/HLN)
Editor: Lusia Kus Anna
Sumber: Harian Kompas

3. Cegah Campak Jerman, Kemenkes Kampanyekan Vaksinasi Nasional


Rabu, 19 Juli 2017 | 20:28 WIB
Iftiyah dan ibunya saat menerima kunjungan Evi Diana Sitorus, istri Gubernur
Sumatera Utara, Jumat (3/2/2017)

12
KOMPAS.com – Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan mulai melaksanakan
vaksinasi Measles Rubella (MR) atau campak Jerman secara nasional tanpa dipungut
biaya.
Serupa dengan campak, Rubella disebabkan oleh virus yang tersebar melalui udara.
Pengindap MR tertinggi terjadi pada anak usia 3-10 tahun.
Gejalanya adalah demam disertai dengan ruam ringan. Kondisi itu akan hilang setelah
satu minggu.
Sedangkan bila menginfeksi ibu hamil (Congenital Rubella Syndrome), MR dapat
menyebabkan aborsi hingga kelainan permanen seperti retardasi mental, kelainan
jantung, kerusakan jaringan otak, tunarungu, dan katarak.
Direktur Jenderal Pencegajan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Mohamad Subuh
mengatakan, imunisasi MR yang dilakukan Kemenkes merupakan salah satu dari
empat tujuan utama dari Global Vaccine Action Plan pada Mei 2012 lalu.
“Target eliminasi global dan regional untuk mencapai eliminasi pada minimal 5
regional termasuk negara-negara Asia Tenggara pada tahun 2020,” kata Subuh di
Gedung Kemenkes, Jakarta, Rabu (19/7/2017).
Tahun 2017, vaksinasi dilakukan di seluruh Pulau Jawa dengan dua tahap. Pertama,
Kemenkes akan memberikan vaksin di sekolah pada bulan Agustus 2017, mulai dari
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Taman Kanak-Kanak, SD/MI/sederajat, SDLB,
SMP/MTs/sederajat, dan SMPLB.
Kedua, vaksinaisi dilakukan pada bulan September dengan menyasar balita dan anak-
anak di luar sekolah.
Pemberian vaksin dilakukan di Posyandu, Puskesmas, rumah sakit, dan pos pelayanan
imunisasi lainnya.
Totalnya, terdapat 34.964.384 anak yang menjadi target pemberian vaksin dengan
melibatkan 3.579 Puskesmas. Rentang usia anak yang dapat diberikan vaksi antara 9
bulan hingga 15 tahun.
Tahun 2018, yakni bulan Agustus dan September, vaksinasi dilakukan di seluruh
Indonesia di luar pulau Jawa.
Kemenkes sendiri telah menyiapkan 4.777.150 vial vaksin beserta alat suntik dan
logistik pendukung.

13
Biaya kampanye vaksin dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negera Indonesia dan
Global Alliance for Vaccine and Immunization (Gavi) mencapai 893 miliar.
Subuh mengatakan, kampanye vaksin bertujuan untuk meningkatkan kekebalan
masyarakat.
“Vaksinasi ini tanpa pertimbangan imunisasi sebelumnnya. Kami ingin peroleh status
yang baru. Sifatnya wajib. Apalagi ada UU Perlindungan Anak, UU Kesehatan. Ini
juga untuk turunkan angka CRS,” ucap Subuh.
Sementara itu, Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenskes Elizabeth
Jane Soepardi menyakini kampanye vaksinasi dapat berjalan sukses meskipun
terdapat gelombang penolakan terhadap vaksin.
Kemenkes juga menggandeng Majelis Ulama Indonesia dalam kegiatan tersebut.
Secara nasional, Kemeskes menargetkan vaksin lebih dari 95 persen. Untuk tahun
2017,
target di pulau Jawa sebesar 85 persen.
“Indonesia kan diprediksi gagal karenja ada gerakan anti vaksin. Sehingga WHO dan
Unicef itu menurunkan monitor ekternal loh 4 orang ke indonesia untuk MR. Tapi
kami optimis berhasil,” ujar Jane.
Penulis: Lutfy Mairizal Putra
Editor: Yunanto Wiji Utomo

14
BAB III
PENUTUP
A. SIMPULAN
Infeksi Rubella pada kehamilan dapaT menyebabkan keguguran, bayi lahir mati atau
gangguan terhadap janin.Susahnya, sebanyak 50% lebih ibu yang mengalami Rubella
tidak merasa apa-apa. Sebagian lain mengalami demam, tulang ngilu, kelenjar
belakang telinga membesar dan agak nyeri. Setelah 1-2 hari muncul bercak-bercak
merah seluruh tubuh yang hilang dengan sendirinya setelah beberapa hari.
Sedangkan dalam persalinan terjadi akibat adanya kuman yang masuk karena
dilakukan pemeriksaan dalam tanpa keadaan yang steril, juga akibat ketuban pecah
dini sebelum proses persalinan. Selain itu Kuman bakteri Infeksi sesudah persalinan
dapat ditemui juga pada endometrium atau lapisan dalam rahim . Infeksi dapat terjadi
bila pertolongan persalinan tidak steril.
B. SARAN
Bidan di harapkan dapat mendeteksi sedini mungkin adanya tanda dan gejala yang
mengarah ke Rubella terutama pada ibu tersebut hamil, supaya ibu tidak terlambat
dalam mendapatkan penanganan.

15
DAFTAR PUSTAKA
http://lifestyle.kompas.com/read/2016/11/29/142000523/vaksinasi.campak.jerman.akhir.2018

Di akses 7 November 2017, pukul 16:31.

http://midwiferypuspitasari.blogspot.co.id/2012/04/makalah-tugas-kelompok-rubella.html

Di akses 7 November 2017, pukul 20.41

http://sains.kompas.com/read/2017/07/19/202814923/cegah-campak-jerman-kemenkes-
kampanyekan-vaksinasi-nasionalcegah-campak-jerman-kemenkes-kampanyekan-vaksinasi-nasional

Di akses 7 November 2017, pukul 16:25.

16

Anda mungkin juga menyukai