Anda di halaman 1dari 27

MODUL UTAMA

LARING FARING

MODUL IV.14
ABSES RUANG LEHER DALAM

EDISI II

KOLEGIUM
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK


BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015

1
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

DAFTAR ISI

A. WAKTU.........................................................................................................2
B. PERSIAPAN SESI.........................................................................................2
C. REFERENSI...................................................................................................2
D. KOMPETENSI...............................................................................................3
E. GAMBARAN UMUM...................................................................................4
F. CONTOH KASUS.........................................................................................4
G. TUJUAN PEMBELAJARAN........................................................................4
H. METODA PEMBELAJARAN.......................................................................5
I. EVALUASI....................................................................................................5
J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF............................6
K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR.....................9
L. DAFTAR TILIK...........................................................................................12
M. MATERI PRESENTASI..............................................................................14
N. MATERI BAKU...........................................................................................18

1
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

A. WAKTU

Proses Pengembangkan Kompetensi Alokasi Waktu :


Sesi di dalam kelas 7 X 60 menit (classroom session)
Sesi Pratikum 18 2 X 60 menit (coaching session)
Sesi Praktik dan pencapaian 28 X 60 menit (facilitation and
kompetensi assessment)

B. PERSIAPAN SESI

1. Materi presentasi : Abses Ruang Leher Dalam


 Slide 1 : Definisi dan Ruang Lingkup
 Slide 2 : Drainase abses ruang retrofaring dan ruang bahaya
 Slide 3 : Drainase abses ruang parafaring (ruang faringo maksila) dan
ruang viscera vaskuler
 Slide 4 : Drainase abses ruang submandibula
 Slide 5 : Drainase abses ruang masticator
 Slide 6 : Drainase abses ruang peritonsil
 Slide 7 : Drainase abses ruang temporal
 Slide 8 : Drainase abses ruang viscera anterior (ruang pre trakea)
 Slide 9 : Algoritma dan Prosedur

2. Kasus : Abses ruang leher dalam

3. Sarana dan Alat Bantu Latih :


 Model Anatomi, Video, hewan
 Penuntun belajar (learning guide)
 Tempat belajar (training setting) : bangsal THT-KL, Poliklinik THT-
KL, kamar operasi, bangsal perawatan pasca bedah THT-KL, Unit
Gawat Darurat, Intensive Care Unit

C. REFERENSI

1. Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third Edition,


Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001, 702 – 715.
2. Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery, Fourth Edition,
Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia, 2005, 854 - 855.

2
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

D. KOMPETENSI

1. Kompetensi Umum

a. Mampu mendiagnosis abses ruang leher dalam berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan yang
diperlukan (foto polos leher AP dan lateral/ CT scan leher, pungsi
aspirasi).
b. Mampu mendiagnosis abses ruang leher dalam yang meliputi abses di
daerah di ruang potensial leher yang meliputi:
 Ruang sepanjang leher
o Ruang retrofaring
o Ruang bahaya (danger space)
o Ruang prevertebral
o Ruang viscera vaskuler
 Ruang terbatas diatas tulang hyoid
o Ruang faringomaksila / ruang parafaring
o Ruang submandibula
o Ruang parotis
o Ruang mastikator
o Ruang peritonsil
o Ruang temporal
 Ruang terbatas dibawah tulang hyoid
o Ruang viscera anterior / ruang pre trakea
c. Mampu melakukan tatalaksana serta merujuk ke fasilitas kesehatan
yang lebih tinggi bila diperlukan.

2. Kompetensi Khusus

Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil dalam :


a. Menjelaskan anatomi, histologi, fisiologi fasial leher dan ruang leher
dalam
b. Menjelaskan etiologi, macam-macam abses ruang leher dalam
c. Menjelaskan patofisiologi, gambaran klinis dari abses ruang leher
dalam
d. Membuat diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan.
e. Menjelaskan dan melakukan pemeriksaan penunjang yaitu
pemeriksaan foto leher AP/lateral, CT scan leher/ pungsi aspirasi.
f. Menjelaskan dan melaksanakan penatalaksanaan abses ruang leher
dalam
g. Memberikan terapi antibiotik empirik sambil menunggu hasil kultur
dan tes sensitivitas

3
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

h. Melakukan work-up pada penderita abses leher dalam (follow-up


selanjutnya)
E. GAMBARAN UMUM

Perkembangan antibiotika menurunkan insiden dan angka kematian dari


abses ruang leher dalam. Antibiotik juga merubah penyebab dan penanganan
penyakit ini. Meski masih dianggap penyakit dibidang bedah, beberapa
infeksi dini memberi respon pada pemberian antibiotik saja. Meskipun
demikian, abses dari ruang leher dalam tetap membahayakan jiwa.
Keterlambatan diagnosis atau pengobatan yang tidak memadai atau tidak
tepat dapat menjurus pada komplikasi yang mengerikan, seperti mediastinitis,
yang mempunyai angka kematian sampai 40 %. Ahli bedah kepala dan leher
harus mempunyai pengetahuan yang tepat mengenai fasia leher dan ruang
potensial yang dibatasinya untuk memahami penatalaksanaan dan komplikasi
penyakit ini.

F. CONTOH KASUS

Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri telan
sejak 4 hari yang lalu, makin lama keluhan makin berat disertai demam.
Penderita mengeluh tidak bisa makan dan minum. Sejak 1 hari yang lalu,
suara penderita berubah seperti menggumam dan tidak bisa buka mulut.
Tidak ada sesak napas.

G. TUJUAN PEMBELAJARAN

Proses, materi dan metoda pembelajaran yang telah disiapkan bertujuan untuk
alih pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang terkait dengan pencapaian
kompetensi dan keterampilan yang diperlukan dalam mengenali dan
menatalaksana abses ruang leher dalam seperti yang telah disebutkan diatas,
yaitu :
1. Menguasai anatomi, fisiologi fasial leher dan ruang leher dalam
2. Mampu menjelaskan etiologi, patofisiologi dan gambaran klinis abses
ruang leher dalam
3. Membuat diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan.
4. Menjelaskan dan melakukan pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan
foto leher AP/lateral, CT scan leher/ pungsi aspirasi.
5. Menjelaskan dan melaksanakan penatalaksanaan abses ruang leher dalam
6. Memberikan terapi antibiotik empirik sambil menunggu hasil kultur dan
tes sensitivitas
7. Melakukan work-up pada penderita abses leher dalam (follow-up
selanjutnya)
4
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

H. METODA PEMBELAJARAN

 Interactive lecture
 Small group discussion
 Peer assisted learning (PAL)
 Bedside teaching
 Task based medical education
 Interactive lecture
 Journal reading and review
 Case simulation and investigation exercise
 Equipment characteristics and operating instructions
 Case study
 Demonstration and coaching
 Simulation and real examination exercises (physical and device)
 Operative procedure demonstration and coaching
 Practice with real clients
 Continuing professional development

I. EVALUASI

1. Pada awal pertemuan dilaksanakan pre-test dalam bentuk essay dan oral
sesuai dengan tingkat masa pendidikan, yang bertujuan untuk menilai
kinerja awal yang dimiliki peserta didik dan untuk mengidentifikasi
kekurangan yang ada. Materi pre-test terdiri atas :
 Anatomi, fisiologi dan patologi fasial leher dan ruang leher dalam
 Penegakan diagnosa
 Penatalaksanaan
 Follow up
2. Selanjutnya dilakukan “small group discussion” bersama dengan
fasilitator untuk membahas kekurangan yang teridentifikasi, membahas
isi dan hal-hal yang berkenaan dengan penuntun belajar, kesempatan
yang akan diperoleh pada saat bedside teaching dan proses penilaian.
3. Setelah mempelajari penuntun belajar ini, mahasiswa diwajibkan untuk
mengaplikasikan langkah-langkah yang tertera dalam penuntun belajar
dalam bentuk role-play dengan teman-temannya (Peer Assisted
Learning) atau SP (Standardized Patient). Pada saat tersebut, yang
bersangkutan tidak diperkenankan membawa penuntun belajar, penuntun
belajar yang dipegang oleh teman-temannya untuk melakukan evaluasi
(Peer Assisted Evaluation). Setelah dianggap memadai, melalui metoda
bedside teaching di bawah pengawasan fasilitator, peserta didik
mengaplikasikan penuntun belajar kepada model anatomik dan setelah
5
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

kompetensi tercapai peserta didik akan diberikan kesempatan untuk


melakukannya pada pasien sesungguhnya. Pada saat pelaksanaan,
evaluator melakukan pengawasan langsung (direct observation), dan
mengisi formulir penilaian sebagai berikut:
 Perlu perbaikan : pelaksanaan belum benar atau sebagian langkah
tidak dilaksanakan.
 Cukup : pelaksanaan sudah benar tetapi tidak efisien, misal
pemeriksaan terlalu lama atau kurang memberi kenyamanan kepada
pasien.
 Baik : pelaksanaan benar dan baik (efisien)
4. Setelah selesai bedside teaching, dilakukan kembali diskusi untuk
mendapatkan penjelasan dari berbagai hal yang tidak memungkinkan
dibicarakan di depan pasien, dan memberi masukan untuk memperbaiki
kekurangan yang ditemukan.
5. Self assessment dan Peer Assisted Evaluation dengan mempergunakan
penuntun belajar.
6. Pendidik / fasilitator :
 Pengamatan langsung dengan memakai evaluation checklist form
(terlampir).
 Penjelasan lisan dari peserta didik / diskusi.
 Kriteria penilaian keseluruhan : cakap / tidak cakap / lalai.
7. Di akhir penilaian peserta didik diberi masukan dan bila diperlukan
diberi tugas yang dapat memperbaiki kinerja (task-based medical
education)
8. Pencapaian pembelajaran :
 Ujian akhir OSCA (K, P, A), dilakukan pada tahapan THT-KL dasar
oleh Kolegium Ilmu THT-KL.
 Ujian akhir stase, setiap divisi/unit kerja oleh masing-masing sentra
pendidikan.
 Ujian akhir kognitif, dilakukan pada akhir tahapan THT-KL lanjut
oleh Kolegium Ilmu THT-KL.

J. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI KOGNITIF

Kuesioner Sebelum Pembelajaran


1. In adult, what is the most common cause of deep neck space infection?
a. Odontogenic source
b. Foreign bodies
c. Spread of superficial infections
d. Surgical wound infections
e. Congenital deformities
Jawaban : A

6
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

2. The clinical presentation of deep neck space infections does not include
which of the following?
a. Fever and pain
b. Localized maculopapular rash
c. Localized swelling
d. Ptosis and contraction of the ipsilateral pupil
e. Dysphagia and odynophagia
Jawaban : B

3. What is the proper management of descending necrotizing mediastinitis?


a. Antibiotics and observation
b. Cervical drainage and observation
c. Cervical drainage and antibiotics
d. Thoractomy alone
e. Thoractomy and antibiotics
Jawaban : E

4. Radiographic findings characteristic of retropharyngeal abscesses include all


but which of the following?
a. Reversal of the normal cervical contour
b. Air in the prevertebral soft tissue
c. Tuberculous erosion of the cervical vertebra
d. Posterior pharyngeal soft tissue thicker than 7 mm at the sixth cervical
vertebra
e. Fluid collectin in the retropharyngeal
Jawaban : D

5. Which of the following is true of Ludwig’s angina?


a. It involves only the sublingual space
b. It result in anterior protrustion of the tongue
c. It is characterized by boardlike firmness of the floor of the mouth
d. It rarely cause airway compromise
e. It necessitates identification and drainage of the abscess cavity
Jawaban : C

Kuesioner Akhir Pembelajaran


Datang seorang laki – laki usia 28 tahun, dengan keluhan nyeri menelan.
Nyeri dirasakan sejak ± 3 hari yang lalu, makin lama makin berat, diderati
demam. Pasien juga mengeluh suaranya sengau. Pada pemeriksaan fisik
ditemukan nyeri tekan (+) di leher kiri, pembesaran KGB, fluktuasi (+).
Pemeriksaan orofaring ditemukan tonsil terdorong kontralateral hiperemis,
tonsil T3 / T3, detritus (+).
1. Diagnosis apa kemungkinan pada pasien tersebut diatas?
a. Abses submandibula
b. Abses parafaring
7
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

c. Abses retrofaring
d. Abses peritonsil
e. Abses tonsil
Jawaban : D
2. Penanganan apa yang sebaiknya dilakukan pertama kali?
a. Antibiotik
b. Antibiotik, Anti-inflamasi
c. Antibiotik, Analgesik, Anti-inflamasi
d. Insisi
e. Insisi, Drainase
Jawaban : E

3. Diagnosis tersebut diatas dapat menyebabkan mediastinitis melalui………..


a. Abses meluas ke bawah
b. Penjalaran secara hematogen
c. Aspirasi dari abses peritonsil yang pecah
d. Emboli paru
e. Carotis Seath
Jawaba : E

4. Hasil terbanyak biakan kuman dari pus pemeriksaan pada pasien tersebut
diatas adalah…..
a. Pseudomonas aeruginosa
b. Kombinasi banyak kuman
c. Kuman gram positif
d. Kuman gram negatif
e. Kuman aerob
Jawaban : B

5. Infeksi pada kasus tersebut diatas kemungkinan terbesar disebabkan


a. Virus EBV
b. H. Influenza
c. S. Pyogenes
d. S. Pneumonia
e. Catarrhalis
Jawaban : C

8
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

K. INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PSIKOMOTOR

Penuntun Belajar
Prosedur Drainase Abses Ruang Leher Dalam

Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut :
1. Perlu perbaikan langkah tidak dikerjakan atau tidak sesuai dengan
yang seharusnya atau urutannya tidak sesuai (jika
harus berurutan)

langkah dikerjakan sesuai dengan yang seharusnya


2. Mampu dan urutannya (jika harus berurutan). Pelatih hanya
membimbing untuk sedikit perbaikan atau
membantu untuk kondisi diluar normal.

3. Mahir langkah dikerjakan dengan benar, sesuai urutannya


dan waktu kerja yang sangat efisien

4. T/D Langkah tidak diamati (penilai menganggap


langkah tertentu tidak perlu diperagakan).

KEGIATAN KASUS
I. KAJI ULANG DIAGNOSIS & PROSEDUR OPERATIF
1. Nama
2. Diagnosis
3. Informed Choice & Informed Consent
4. Rencana Tindakan
5. Persiapan Sebelum Tindakan
II. PERSIAPAN PROSEDUR
1. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan
esensial untuk prosedur drainase abses ruang leher
dalam telah tersedia dan lengkap, yaitu :
2. Alat : sesuai dengan tindakan operasi
3. Bahan : sesuai dengan tindakan operasi
4. Obat : cairan, antibiotik, obat premedikasi, obat
anestesi, lainnya
III. PROSEDUR
1. Abses ruang retrofaring dan ruang bahaya

9
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

1. Posisi penderita : berbaring terlentang, posisi Rose


untuk mencegah aspirasi pus.
2. Insisi melalui pendekatan trans oral, untuk
menghindari terlihatnya jaringan parut dan
kontaminasi jaringan lain di leher.

2. Abses ruang parafaring (ruang faringo maksila) dan


ruang viscera vaskuler
Drainase eksternal yaitu melalui fosa sub maksilaris
o Insisi bentuk T atau hanya insisi horisontal yang
lebih kosmetis
- insisi horisontal sejajar dan dibawah
mandibula
- insisi vertikal sepanjang tepi depan otot
sternokleidomastoid
 Selubung karotis ditelusuri untuk menemukan
rongga abses. Jari operator dimasukkan dibawah
kelenjar submandibula, dan digunakan untuk
diseksi secara tumpul sepanjang venter posterior
otot digastrikus ke dalam ke apeks mastoid, ke arah
prosesus stiloid yang terletak didalam ruang
parafaring.
 Dipasang drain terpisah dibagian superior dan
inferior ruang yang telah dibuka. Ujung kornu
majus tulang hyoid merupakan pedoman inferior
penting yang tetap.

3. Abses ruang submandibula


o Abses lidah dan dasar mulut yang berada di
submental space (Ludwig’s angina).
- Insisi horisontal dibuat sepanjang tepi bawah
massa (A).
- Lipatan kulit atas yang sangat terbatas dibuat
untuk mengidentifikasi raphe mylohyoid. Insisi
vertikal dibuat sepanjang raphe (B).
- Rongga abses dimasuki dengan menggunakan
klem bengkok. Otot geniohyoid dapat
diidentifikasi dan dipisahkan (C).
- Drain Penrose kecil dimasukkan. Dilakukan
penutupan otot platysma pada tepi insisi (D).
o Abses leher lateral
- Insisi kulit pendek dan horizontal dilakukan
jika mungkin pada lipatan kulit alamiah, pada
titik yang paling menonjol (E).
- Lipatan kulit atas yang sangat terbatas
10
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

dilakukan untuk mengidentifikasi tepi depan


otot sternocleidomastoid. Insisi dilakukan
sepanjang tepi depan ini (F).
- Klem bengkok dimasukkan ke dalam rongga
abses. Ini dapat meluas sampai dibawah
mandibula. Harus dihindarkan arah yang salah
(G).
- Drain Penrose kecil dimasukkan. Dilakukan
penutupan otot platysma pada tepi insisi (H).

4. Abses ruang mastikator


 Insisi dibawah mandibula sampai mencapai
periosteum.
 Diseksi secara tumpul dilakukan disisi superfisial
dan dalam mandibula.

5. Abses ruang peritonsil


o Pilihan : aspirasi jarum, insisi dan drainase atau
tonsilektomi segera
- Aspirasi atau insisi dan drainase dapat
dilakukan setelah anestesi topikal dan infiltrasi,
tetapi kadang memerlukan anestesi umum.
- Aspirasi dengan jarum spinal 18 G atau insisi
dilakukan pada daerah yang paling fluktuatif.
- Setelah insisi, rongga abses dibuka lebar
dengan menggunakan hemostat panjang.
- Jika gagal dengan drainase dan antibiotik
(jarang), dianjurkan tonsilektomi.

6. Abses ruang temporal


 Drainase eksternal
 Insisi kira-kira 3 cm dibelakang kantus lateral atau
insisi kening horisontal.
 Harus dilakukan drainase kompartemen superfisial
dan dalam.
7. Abses ruang viscera anterior (ruang pre trakea)
 Drainase eksternal
 Insisi : - Jika abses terlokalisir dengan jelas,
insisi di area yang menonjol.
- Jika abses tidak terlokalisir, diperlukan
insisi yang lebih lebar.

11
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

L. DAFTAR TILIK

Penilaian Kinerja Keterampilan (ujian akhir)

Prosedur Drainase Abses Ruang Leher Dalam

Berikan penilaian tentang kinerja psikomotorik atau keterampilan yang


diperagakan oleh peserta pada saat melaksanakan status kegiatan atau prosedur,
dengan ketentuan seperti yang diuraikan dibawah ini :
 Memuaskan langkah atau kegiatan diperagakan sesuai dengan
prosedur atau panduan standar

Tidak langkah atau kegiatan tidak dapat ditampilkan sesuai


X Memuaskan dengan prosedur atau panduan standar

Tidak langkah, kegiatan atau keterampilan tidak diperagakan


T/D Diamati oleh peserta selama proses evaluasi oleh pelatih

KEGIATAN NILAI
1. Persiapan Prosedur
1. Alat : sesuai dengan tindakan operasi
2. Bahan : sesuai dengan tindakan operasi
3. Obat : cairan, antibiotik, obat premedikasi, obat
anestesi, lainnya
2. Prosedur
1. Abses ruang retrofaring dan ruang bahaya
3. Posisi penderita : berbaring terlentang, posisi Rose
untuk mencegah aspirasi pus.
4. Insisi melalui pendekatan trans oral, untuk
menghindari terlihatnya jaringan parut dan
kontaminasi jaringan lain di leher.
2. Abses ruang parafaring (ruang faringo maksila) dan
ruang viscera vaskuler
Drainase eksternal yaitu melalui fosa sub maksilaris
o Insisi bentuk T atau hanya insisi horisontal yang
lebih kosmetis
- insisi horisontal sejajar dan dibawah

12
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

mandibula
- insisi vertikal sepanjang tepi depan otot
sternokleidomastoid
 Selubung karotis ditelusuri untuk menemukan
rongga abses. Jari operator dimasukkan dibawah
kelenjar submandibula, dan digunakan untuk
diseksi secara tumpul sepanjang venter posterior
otot digastrikus ke dalam ke apeks mastoid, ke
arah prosesus stiloid yang terletak didalam ruang
parafaring.
 Dipasang drain terpisah dibagian superior dan
inferior ruang yang telah dibuka. Ujung kornu
majus tulang hyoid merupakan pedoman inferior
penting yang tetap.
3. Abses ruang submandibula
o Abses lidah dan dasar mulut yang berada di
submental space (Ludwig’s angina).
- Insisi horisontal dibuat sepanjang tepi bawah
massa (A).
- Lipatan kulit atas yang sangat terbatas dibuat
untuk mengidentifikasi raphe mylohyoid.
Insisi vertikal dibuat sepanjang raphe (B).
- Rongga abses dimasuki dengan menggunakan
klem bengkok. Otot geniohyoid dapat
diidentifikasi dan dipisahkan (C).
- Drain Penrose kecil dimasukkan. Dilakukan
penutupan otot platysma pada tepi insisi (D).
o Abses leher lateral
- Insisi kulit pendek dan horizontal dilakukan
jika mungkin pada lipatan kulit alamiah, pada
titik yang paling menonjol (E).
- Lipatan kulit atas yang sangat terbatas
dilakukan untuk mengidentifikasi tepi depan
otot sternocleidomastoid. Insisi dilakukan
sepanjang tepi depan ini (F).
- Klem bengkok dimasukkan ke dalam rongga
abses. Ini dapat meluas sampai dibawah
mandibula. Harus dihindarkan arah yang salah
(G).
- Drain Penrose kecil dimasukkan. Dilakukan
penutupan otot platysma pada tepi insisi (H).
4. Abses ruang mastikator
 Insisi dibawah mandibula sampai mencapai
periosteum.
 Diseksi secara tumpul dilakukan disisi superfisial
13
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

dan dalam mandibula.


5. Abses ruang peritonsil
o Pilihan : aspirasi jarum, insisi dan drainase atau
tonsilektomi segera
- Aspirasi atau insisi dan drainase dapat
dilakukan setelah anestesi topikal dan
infiltrasi, tetapi kadang memerlukan anestesi
umum.
- Aspirasi dengan jarum spinal 18 G atau insisi
dilakukan pada daerah yang paling fluktuatif.
- Setelah insisi, rongga abses dibuka lebar
dengan menggunakan hemostat panjang.
- Jika gagal dengan drainase dan antibiotik
(jarang), dianjurkan tonsilektomi.
6. Abses ruang temporal
 Drainase eksternal
 Insisi kira-kira 3 cm dibelakang kantus lateral atau
insisi kening horisontal.
 Harus dilakukan drainase kompartemen superfisial
dan dalam.
7. Abses ruang viscera anterior (ruang pre trakea)
 Drainase eksternal
 Insisi : - Jika abses terlokalisir dengan jelas,
insisi di area yang menonjol.
- Jika abses tidak terlokalisir, diperlukan
insisi yang lebih lebar.

M. MATERI PRESENTASI

 Slide 1 : Definisi
Abses ruang leher dalam adalah
abses yang terbentuk di dalam

 Slide 2 : Ruang Lingkup


Abses di dalam ruang (potensial)
leher dalam meliputi abses yang
terbentuk di :
1. Ruang sepanjang leher
 Ruang retrofaring
 Ruang bahaya (danger
space)
 Ruang prevertebral
 Ruang viscera 14
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam


 Slide 3 : Drainase abses ruang retrofaring dan ruang bahaya

1. Posisi penderita : berbaring


terlentang, posisi Rose untuk
mencegah aspirasi pus.

 Slide 4 : Drainase abses ruang parafaring (ruang faringo maksila) dan


ruang viscera Vaskuler

Drainase eksternal yaitu


melalui fosa sub maksilaris
o Insisi bentuk T atau
hanya insisi horisontal
yang lebih kosmetis
- insisi horisontal
sejajar dan dibawah

 Slide 5 : Drainase abses ruang submandibula

15
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

 Slide 6 : Drainase abses ruang mastikator

 Insisi dibawah mandibula sampai


mencapai periosteum.

 Slide 7 : Drainase abses ruang peritonsil

o Pilihan : aspirasi jarum, insisi dan


drainase atau tonsilektomi segera
- Aspirasi atau insisi dan
drainase dapat dilakukan
setelah anestesi topikal dan

 Slide 8 : Drainase abses ruang temporal

 Drainase eksternal
 Insisi kira-kira 3 cm dibelakang
kantus lateral atau insisi kening

 Slide 9 : Drainase abses ruang viscera anterior (ruang pre trakea)


 Drainase eksternal
 Insisi : - Jika abses terlokalisir
dengan jelas, insisi di

16
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

 Slide 10 : Algoritma dan Prosedur

History

Physical

Secure

Culture,

CT

No Small Large

Needle

Watch
Impendi
N ng

Clinic Y
Y al
Surgical
N incision
Continue

Dikutip dari

17
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

18
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

N. MATERI BAKU

1. ABSES RUANG LEHER DALAM

a. Definisi
Abses ruang leher dalam adalah abses yang terbentuk di dalam ruang
(potensial) leher dalam.

b. Ruang Lingkup
Abses di dalam ruang (potensial) leher dalam meliputi abses yang
terbentuk di:
 Ruang sepanjang leher
o Ruang retrofaring
o Ruang bahaya (danger space)
o Ruang prevertebral
o Ruang viscera vaskuler
 Ruang terbatas diatas tulang hyoid
o Ruang faringomaksila / ruang parafaring
o Ruang submandibula
o Ruang parotis
o Ruang mastikator
o Ruang peritonsil
o Ruang temporal
 Ruang terbatas dibawah tulang hyoid
o Ruang viscera anterior / ruang pre trakea

c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium, aspirasi untuk membedakannya dengan
selulitis, imaging (foto rontgen, CT scan, MRI, USG).

d. Penatalaksanaan
Tujuan pertama haruslah menjamin dan memelihara jalan nafas yang
memadai. Kebanyakan penderita hanya memerlukan oksigen dan observasi
ketat. Jika diperlukan jalan nafas buatan, intubasi endotrakea dapat sulit
dilakukan karena abses merubah atau membuntu jalan nafas atas. Jika
intubasi tidak mungkin dilakukan, dilakukan trakeotomi atau
krikotirotomi. Terapi selanjutnya dimaksudkan untuk mengatasi infeksi
dan mencegah komplikasi. Hapir selalu perlu perawatan inap.
Diambil spesimen untuk kultur darah, aspirasi abses dengan jarum untuk
kultur, dan pemberian antibiotika. Resusitasi cairan sering diperlukan.
Pada kebanyakan penderita, terapi medis saja tidak mencukupi, dan
diperlukan drainase bedah.
Drainase bedah diindikasikan untuk penderita dengan abses atau ancaman
terjadinya komplikasi, dan mereka yang keadaannya tidak membaik

19
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

setelah pembelian antibiotik parenteral 48 jam. Ruang primer yang terkena


dan perluasan ke ruang lainnya harus dibuka dan di drainase. Keberhasilan
terapi bedah tergantung pada visualisasi yang bagus, kontrol pembuluh
darah yang memadai, insisi luas, dan drainase terbuka.
Aspirasi pada abses yang kecil atau pemasangan kateter untuk aspirasi
berulang dari abses yang lebih besar merupakan alternatif untuk insisi
bedah dan drainase.

2. DRAINASE ABSES RUANG LEHER DALAM

a. Kompetensi
Dokter memiliki pengetahuan teoritis mengenai keterampilan drainase
abses ruang leher dalam (konsep, teori, indikasi, cara melakukan dan
komplikasi). Selama pendidikan pernah melihat atau pernah
didemonstrasikan tindakan keterampilan drainase abses ruang leher dalam,
dan pernah menerapkan keterampilan ini beberapa kali di bawah supervisi
serta memiliki pengalaman untuk menggunakan dan menerapkan
keterampilan drainase abses ruang leher dalam dalam konteks praktek
secara mandiri (tingkat kemampuan keterampilan klinis 4).

b. Definisi
Suatu tindakan pembedahan mengeluarkan pus pada ruang potensial leher.

c. Ruang lingkup
Diharapkan seorang dokter PPDS I THT memiliki pengetahuan teoritis
mengenai keterampilan drainase abses ruang leher dalam, pernah melihat
atau pernah didemonstrasikan, pernah menerapkan keterampilan ini
beberapa kali di bawah supervisi, serta memiliki pengalaman untuk
menggunakan dan menerapkan dalam konteks praktek secara mandiri.

d. Indikasi operasi
Infeksi leher dalam yang tidak sembuh dengan terapi konservatif dan
berkembang menjadi abses

e. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium, aspirasi untuk membedakannya dengan
selulitis, imaging (foto rontgen, CT scan, MRI, USG).

f. Teknik operasi
 Menjelang pembedahan
1. Psikologi yaitu mengurangi kecemasan, menerangkan secara jelas
keuntungan dan resiko selama dan setelah operasi. Menerangkan
secara jelas apa saja tindakan yang akan dilakukan selama operasi.
2. Farmakologi, pasien diberi obat penenang 1 jam sebelum tindakan
bedah, bila diperlukan.
20
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

3. Anestesi sesuai indikasi


 Tahapan pembedahan
1. Abses ruang retrofaring dan ruang bahaya
o Posisi penderita : berbaring terlentang, posisi Rose untuk
mencegah aspirasi pus.
o Insisi melalui pendekatan trans oral, untuk menghindari
terlihatnya jaringan parut dan kontaminasi jaringan lain di leher.

2. Abses ruang parafaring (ruang faringo maksila) dan ruang viscera


vaskuler
Drainase eksternal yaitu melalui fosa sub maksilaris
o Insisi bentuk T atau hanya insisi horisontal yang lebih kosmetis
- insisi horisontal sejajar dan dibawah mandibula
- insisi vertikal sepanjang tepi depan otot sternokleidomastoid
o Selubung karotis ditelusuri untuk menemukan rongga abses. Jari
operator dimasukkan dibawah kelenjar submandibula, dan
digunakan untuk diseksi secara tumpul sepanjang venter posterior
otot digastrikus ke dalam ke apeks mastoid, ke arah prosesus
stiloid yang terletak didalam ruang parafaring.
o Dipasang drain terpisah dibagian superior dan inferior ruang yang
telah dibuka. Ujung kornu majus tulang hyoid merupakan
pedoman inferior penting yang tetap.

3. Abses ruang submandibula


o Abses lidah dan dasar mulut yang berada di submental space
(Ludwig’s angina).
- Insisi horisontal dibuat sepanjang tepi bawah massa (A).
- Lipatan kulit atas yang sangat terbatas dibuat untuk
mengidentifikasi raphe mylohyoid. Insisi vertikal dibuat
sepanjang raphe (B).
- Rongga abses dimasuki dengan menggunakan klem bengkok.
Otot geniohyoid dapat diidentifikasi dan dipisahkan (C).
- Drain Penrose kecil dimasukkan. Dilakukan penutupan otot
platysma pada tepi insisi (D).
o Abses leher lateral
- Insisi kulit pendek dan horizontal dilakukan jika mungkin pada
lipatan kulit alamiah, pada titik yang paling menonjol (E).
- Lipatan kulit atas yang sangat terbatas dilakukan untuk
mengidentifikasi tepi depan otot sternocleidomastoid. Insisi
dilakukan sepanjang tepi depan ini (F).
- Klem bengkok dimasukkan ke dalam rongga abses. Ini dapat
meluas sampai dibawah mandibula. Harus dihindarkan arah
yang salah (G).
- Drain Penrose kecil dimasukkan. Dilakukan penutupan otot
platysma pada tepi insisi (H).
21
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

4. Abses ruang mastikator


o Insisi dibawah mandibula sampai mencapai periosteum.
o Diseksi secara tumpul dilakukan disisi superfisial dan dalam
mandibula.

5. Abses ruang peritonsil


o Pilihan : aspirasi jarum, insisi dan drainase atau tonsilektomi segera
- Aspirasi atau insisi dan drainase dapat dilakukan setelah
anestesi topikal dan infiltrasi, tetapi kadang memerlukan
anestesi umum.
- Aspirasi dengan jarum spinal 18 G atau insisi dilakukan pada
daerah yang paling fluktuatif.
- Setelah insisi, rongga abses dibuka lebar dengan menggunakan
hemostat panjang.
- Jika gagal dengan drainase dan antibiotik (jarang), dianjurkan
tonsilektomi.

6. Abses ruang temporal


o Drainase eksternal
o Insisi kira-kira 3 cm dibelakang kantus lateral atau insisi kening
horisontal.
o Harus dilakukan drainase kompartemen superfisial dan dalam

7. Abses ruang viscera anterior (ruang pre trakea)


o Drainase eksternal
o Insisi :
- Jika abses terlokalisir dengan jelas, insisi di area yang
menonjol.
- Jika abses tidak terlokalisir, diperlukan insisi yang lebih
lebar.

g. Komplikasi
 Obstruksi jalan nafas khususnya pada Ludwig’s angina.
 Pada diagnosa salah : aneurisma arteriosklerotik arteri karotis interna,
khususnya pada abses submandibula.
 Cedera pada saraf otak (VII, X, XII) dan pembuluh darah besar, pada
drainase abses submandibula
 Cedera pada saraf otak (IX sampai XII) atau pleksus simpatikus, pada
drainase abses parafaring.

h. Perawatan pasca bedah


 Penderita pada umumnya perlu di rawat inap.
 Antibiotik
22
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

 Penatalaksanaan komplikasi.

i. Follow-up
Penilaian keberhasilan pengobatan

j. Kepustakaan materi baku

1. Bailey BJ. Head and Neck Surgery – Otolaryngology, Third Edition,


Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, 2001, 702 – 715.
2. Lore JM, Medina JE. An Atlas of Head and Neck Surgery, Fourth
Edition, Elsevier Inc, W.B Saunders, Philadelphia, 2005, 854 – 855.

23
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

O. ALGORITMA DAN PROSEDUR

History

Physical

Secure

Culture,

CT

No Small Large

Needle

Watch
Impendi
N ng

Clinic Y
al
Y Surgical
N incision
Continue

Dikutip dari

24
IV.14 - Abses Ruang Leher Dalam

List of skill
1. Tahapan THT dasar
 Persiapam pra operasi
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
 Informend consent
2. Tahapan THT lanjut
 Persiapan pra operasi
 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan penunjang
 Informed consent
 Melakukan operasi (bimbingan, mandiri)
 Penanganan komplikasi
 Follow-up dan rehabilitasi

25

Anda mungkin juga menyukai